Mini Project DM 1

51
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI SMK KESEHATAN SUMBAWA TENTANG PENYAKIT DIABETES MELLITUS PADA TAHUN 2015 Proposal Mini Project ini disusun dalam rangka memenuhi tugas internsip di Puskesmas Kembangbahu Disusun oleh : dr. I Gede Ariana Pembimbing : dr. Lita Feradila Rosa PUSKESMAS UNIT I SUMBAWA BESAR KABUPATEN SUMBAWA BESAR SEPTEMBER 2015

description

dskjlkcdjkdskd

Transcript of Mini Project DM 1

Page 1: Mini Project DM 1

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI SMK KESEHATAN

SUMBAWA TENTANG PENYAKIT DIABETES MELLITUS PADA TAHUN 2015

Proposal Mini Project ini disusun dalam rangka

memenuhi tugas internsip di Puskesmas Kembangbahu

Disusun oleh :

dr. I Gede Ariana

Pembimbing :

dr. Lita Feradila Rosa

PUSKESMAS UNIT I SUMBAWA BESARKABUPATEN SUMBAWA BESAR

SEPTEMBER 2015

BAB 1

Page 2: Mini Project DM 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit diabetes melitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing manis

adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam

darah atau hiperglikemia1. Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara

genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat (Prince & Wilson, 2006). Diabetes melitus dan komplikasinya telah menjadi

masalah masyarakat yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka

kesakitan, kematian, dan kecacatan di seluruh dunia.

Fenomena diabetes melitus yang meningkat secara drastis di negara-negara

berkembang dan di negara-negara maju membuat diabetes melitus menjadi penyebab

kematian keempat terbesar di dunia saat ini. Jumlah pasien diabetes di dunia mencapai 336

juta jiwa pada tahun 2011 ini dan diprediksikan angka tersebut akan terus bertambah

menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2020. Intenational Diabetes Federation (IDF) tahun 2003

menyatakan prevalensi diabetes melitus di dunia adalah 5,1% atau sekitar 194 juta

penduduk menderita diabetes melitus pada kelompok umur 20 sampai 79 tahun. Prevalensi

diabetes di Asia Tenggara sebanyak 46 juta jiwa dan diperkirakan meningkat hingga 119

juta jiwa2.

Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia selalu bertambah dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data WHO, jumlah penderita diabetes di Indonesia saat ini berada di peringkat

keenam setelah India, China, Rusia, Jepang, dan Brasil. Prevalensi diabetes melitus di

Indonesia sebanyak 8,4 juta jiwa pada tahun 2000, 13,8 juta jiwa merupakan penderita

diabetes pada tahun 2003, dan pada tahun 2030 diperkirakan penderita diabetes sebesar

21,3 juta jiwa yang akan menjadikan Indonesia sebagai nomor empat di dunia (DITJEN

PP & PL, 2008). Internasional Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009,

memperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus dari 7,0 juta tahun 2009

menjadi 12,0 juta tahun 2030. Laporan keduanya menunjukan adanya peningkatan jumlah

penyandang diabetes sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. Kejadian diabetes di

Indonesia diperkirakan jauh lebih tinggi dari data prevalensi yang ada karena banyak

yang belum terdeteksi2.

Internasional Diabetes Federation (IDF), Diabetes Atlas dalam Susilo (2011)

menunjukan 285 juta orang menderita diabetes ternyata lebih banyak kaum muda. Lebih

Page 3: Mini Project DM 1

dari separuh jumlah tersebut adalah penduduk usia muda antara 20-60 tahun. Sebagian besar

kasus diabetes melitus adalah diabetes tipe-2 yang juga disebabkan oleh faktor keturunan,

tetapi faktor keturunan saja tidak cukup untuk menyebabkan seseorang terkena diabetes

karena risikonya hanya sebesar 5%. Diabetes tipe-2 lebih sering terjadi pada orang yang

mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalaninya3. Gaya hidup,

terutama pada anak muda, saat ini telah menggiring pada perubahan pola makan yang tidak

sehat, tidak teratur, dan tidak seimbang. Masyarakat saat ini lebih menyukai makanan cepat

saji atau yang akrab dikenal dengan sebutan fast food dan minuman soft drink yang

ternyata membawa dampak buruk bagi kesehatan karena makanan dan minuman tersebut

banyak mengandung kalori, gula, lemak, protein, kolesterol, dan garam tinggi, tetapi rendah

serat pangan dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu4. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal

dari penglihatan dan pendengaran yang sering digunakan untuk mendapatkan informasi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah pendidikan.

Pendidikan mengenai kesehatan dapat diperoleh dari sekolah-sekolah yang berbasis

kesehatan yang disebut SMK. Dalam pendidikan kesehatan seorang siswa akan diberi

pengetahuan kesehatan terutama mengenai penyakit dan cara penanganannya. Pengetahuan

mengenai penyakit diabetes mellitus merupakan hal yang sangat penting diketahui oleh

seorang siswa kesehatan karena beban penyakit diabetes yang demikian besar baik secara

nasional dan global. Hal ini yang menjadi dasar pemikiran peneliti untuk mengetahui tingkat

pengetahuan siswa SMK kesehatan mengenai penyakit diabetes mellitus.

1.2 Rumusan Masalah

Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang sangat serius yang terjadi khususnya

Indonesia yang dimana prevalensi diabetes melitus yang terus meningkat setiap tahunnya.

Tingginya prevalensi ini harus dicegah mulai dari sekarang. Siswa SMK kesehatan sebagai

calon perawat yang akan bekerja di bidang kesehatan sangat penting mengetahui mengenai

penyakit diabetes. Sehingga hal ini membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana tingkat

Page 4: Mini Project DM 1

pengetahuan siswa SMK Kesehatan tentang penyakit diabetes melitus.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus pada siswa

SMK kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Seketeng.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui karakteristik siswa SMK kesehatan.

1.3.2.2 Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus pada

siswa SMK kesehatan berdasarkan karakteristik mahasiswa.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelum internship.

1.4.2 Bagi siswa SMK, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi tentang tingkat pengetahuan mereka dan mengetahui hasil pembelajaran selama ini.

1.4.3 Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi mengenai hasil pembelajaran siswanya.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Page 5: Mini Project DM 1

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2003). Penginderaan tersebut

sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran yang sering digunakan untuk

mendapatkan informasi.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dicakup di dalam domain kognitif 6 tingkatan pengetahuan (Notoatmojo,

2010).

2.1.2.1 Tahu (Know)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap

situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah

di terima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2.1.2.2 Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan terhadap

objek yang dipelajari.

2.1.2.3 Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

dan kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum- hukum, rumus-

rumus, metode-metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

2.1.2.4 Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen-komponen tetapi

masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat menggambarkan

(menurut bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

2.1.2.5 Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan

menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu

Page 6: Mini Project DM 1

teori atau rumusan-rumusan yang ada.

2.1.2.6 Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007) berikut adalah beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal :

2.1.3.1 Usia

Usia remaja dibagi ke dalam tiga periode, yaitu tahap awal, menengah, dan akhir.

Usia remaja awal antara 11-14 tahun, usia remaja tengah antara 15-17 tahun, dan usia

remaja akhir antara 18-20 tahun (Whaley & Wong, 2009). Usia berdasarkan DeLauner &

Ladner (2002) yang menyatakan bahwa usia dewasa awal merupakan usia 21-40 tahun dan

dewasa tengah 40-65 tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Semakin bertambah usia, daya

tangkap dan pola pikir akan semakin berkembang, dengan begitu dipercaya bahwa

pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik (Notoatmojo, 2007).

2.1.3.2 Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.

2.1.3.3 Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya

yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan

adalah input kedalam diri seseorang sehingga sistem adaptif yang melibatkan baik faktor

internal maupun faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang

berpikiran luas maka pengetahuannya akan lebih baik dari pada orang yang hidup di

lingkungan yang berpikiran sempit.

2.1.3.4 Pekerjaan

Page 7: Mini Project DM 1

Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau

diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing. Status

pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pekerjaan

biasanya sebagai simbol status sosial di masyarakat. Masyarakat akan memandang

seseorang dengan penuh penghormatan apabila pekerjaannya sudah pegawai negeri atau

pejabat di pemerintahan.

2.1.3.5 Sosial budaya dan ekonomi

Variabel ini sering dilihat angka kesakitan dan kematian, variabel ini menggambarkan

tingkat kehidupan seseorang yang ditentukan unsur seperti pendidikan, pekerjaan,

penghasilan dan banyak contoh serta ditentukan pula oleh tempat tinggal karena hal ini

dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan.

2.1.3.6 Sumber Informasi

Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan

tempat pelayanan kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan informasi

sekaligus menghasilkan informasi. Jika pengetahuan berkembang sangat cepat maka

informasi berkembang sangat cepat pula. Adanya ledakan pengetahuan sebagai akibat

perkembangan dalam bidang ilmu dan pengetahuan, maka semakin banyak pengetahuan

baru bermunculan. Pemberian informasi seperti cara-cara pencapaian hidup sehat akan

meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dapat menambah kesadaran untuk berperilaku

sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

2.1.3.7 Pengalaman

Merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu.

2.2. Definisi Diabetes Mellitus

Menurut American Association (ADA) tahun 2010, Diabetes Mellitus merupakan suaatu

kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya 4 .

2.2.1 Etiologi Diabetes Mellitus

Page 8: Mini Project DM 1

Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka intoleransi

terhadap glukosa juga meningkat. Peningkatan kadar gula darah pada usia lanjut dapat

disebabkan oleh 2 :

a) Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang

b) Resistensi insulin

c) Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.

d) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi.

e) Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.

f) Adanya faktor keturunan

2.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

American Diabetes Association (ADA) dalam Standards of Medical Care in Diabetes

(2009) memberikan klasifikasi diabetes melitus menjadi 4 tipe yang disajikan dalam :

1. Diabetes melitus tipe 1, yaitu diabetes melitus yang dikarenakan oleh adanya

destruksi sel β pankreas yang secara absolut menyebabkan defisiensi insulin.

2. Diabetes melitus tipe 2, yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan

sekresi insulin yang progresif dan adanya resistensi insulin.

3. Diabetes melitus tipe lain, yaitu diabetes yang disebabkan oleh beberapa faktor

lain seperti kelainan genetik pada fungsi sel β pankreas, kelainan genetik pada

aktivitas insulin, penyakit eksokrin pankreas (cystic fibrosis), dan akibat

penggunaan obat atau bahan kimia lainnya (terapi pada penderita AIDS dan terapi

setelah transplantasi organ).

4. Diabetes melitus gestasional, yaitu tipe diabetes yang terdiagnosa atau dialami

selama masa kehamilan.

Page 9: Mini Project DM 1

Tabel 1. Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association

2.2.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus3

2.2.4.1 Diabetes melitus tipe 1

Pada DM tipe I ( DM tergantung insulin (IDDM), sebelumnya disebut diabetes

juvenilis), terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pasien membutuhkan suplai

insulin dari luar. Keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena

mekanisme autoimun, yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. DM tipe I

terjadi lebih sering pada pembawa antigen HLA tertentu (HLA-DR3 dan HLA-DR4), hal

ini terdapat disposisi genetik. Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa

Inggris: childhood-onset diabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus,

IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi

darah akibat defek sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas.

IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa, namun lebih sering didapat

pada anak – anak.

2.2.4.2 Diabetes Melitus tipe 2

Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya disebut

dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada

tipe ini, disposisi genetik juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif;

Page 10: Mini Project DM 1

pasien tidak mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal

atau bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap

insulin. Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi

karena disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu

sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi

asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di

otot dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk

meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor, resistensi insulin

semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang penting, namun bukan merupakan

penyebab tunggal diabetes tipe II. Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi

genetic yang menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak

pernah normal. Beberapa gen telah di identifikasi sebagai gen yang menigkatkan terjadinya

obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa factor, kelaian genetic pada protein yang

memisahkan rangkaian di mitokondria membatasi penggunaan substrat. Jika terdapat

disposisi genetik yang kuat, diabetes tipe II dapat terjadi pada usia muda. Penurunan

sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa,

sedangkan pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapat dipertahankan dengan

baik. Jadi, diabetes tipe II cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa disertai

gangguan metabolisme lemak.

2.2.4.3 Diabetes tipe lain

Defisiensi insulin relative juga dapat disebabkan oleh kelainan yang sangat jarang pada

biosintesis insulin, reseptor insulin atau transmisi intrasel. Bahkan tanpa ada disposisi

genetic, diabetes dapat terjadi pada perjalanan penyakit lain, seperti pancreatitis dengan

kerusakan sel beta atau karena kerusakan toksik di sel beta. Diabetes mellitus ditingkatkan

oleh peningkatan pelepasan hormone antagonis, diantaranya, somatotropin (pada

akromegali), glukokortikoid (pada penyakit Cushing atau stress), epinefrin (pada stress),

progestogen dan kariomamotropin (pada kehamilan), ACTH, hormone tiroid dan glucagon.

Infeksi yang berat meningkatkan pelepasan beberapa hormone yang telah disebutkan di atas

sehingga meningkatkan pelepasan beberapa hormone yang telah disebutkan diatas sehingga

meningkatkan manifestasi diabetes mellitus. Somatostatinoma dapat menyebabkan diabetes

karena somatostatin yang diekskresikan akan menghambat pelepasan insulin.

(Silabernagi,2002)

Page 11: Mini Project DM 1

2.2.5 Diagnosis Diabetes Mellitus3

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis

tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM,

pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik

dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena,

ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria

diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan

hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler

dengan glukometer.

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya

diabetes mellitus perlu diperlukan apabila terdapat keluhan klasik seperti dibawah ini :

a. Keluhan klasik diabetes mellitus berupa :

- Poliuria

- Polidipsia

- Polifagia

- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

b. Keluhan lain berupa :

- Lemah badan

- Kesemutan

- Gatal

- Mata Kabur

- Dsifungsi ereksi pada pria

- Pruritus vulvae pada wanita

Diagnosis diabetes mellius dapat ditegakkan melalui tiga cara :

a. Jika ditemukan keluhan klasik dan kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) >

200mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus.

b. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (plasma vena) > 126 mg/dl disertai adanya

keluhan klasik.

c. Kadar glukosa plasma >= 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada

Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Tabel Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Pemeriksaan Penyaring

dan diagnosis Diabetes Mellitus ( mg/dl) .

Page 12: Mini Project DM 1

Bukan DMBelum Pasti

DMDM

Kadar glukosa

darah sewaktu

( mg/dl )

Plasma ( vena

)< 100 100-199 >200

Darah Kapiler <90 90 – 199 >200

Kadar glukosa

darah puasa

( mg /dl )

Plasma (vena) <100 100 – 125 >126

Darah Kapiler<90 90 – 99 >126

Tabel 3. Kriteria Diabetes Mellitus

Diperlukan anamnesis yang cermat serta pemeriksaan yang baik untuk menentukan

diagnosis diabetes melitus, toleransi glukosa terganggu dan glukosa darah puasa tergagnggu.

Berikut adalah langkah-langkah penegakkan diagnosis diabetes melitus, TGT, dan GDPT.

Page 13: Mini Project DM 1

Gambar 1. Alur Pemeriksaan Diabetes Mellitus

2.2.6 Komplikasi Diabetes Mellitus4

Komplikasi diabetes mellitus yang dapat ditemukan, antara lain :

a. Komplikasi akut

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah < 60

mg/dl.

Bila terdapat penurunan kesadaran pada penderita diabetes mellitus

harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya hipoglikemia.

Hipoglikemia paling sering diakibatkan oleh golongan sulfonylurea dan

insulin.

Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergic ( berdebar-debar,

banyak keringat, gemetar dan rasa lapar) dan gejala neuro-glikopenik

( pusing, gelisah, penurunan kesadaran sampai koma).

Page 14: Mini Project DM 1

2.Ketoasidosis diabetic

Merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan adanya peningkatan

kadar glukosa darah yang tinggi ( 300-600 mg/dL) disertai dengan adanya tanda dan

gejala asidosi dan plasma aseton (+) kuat.

Merupakan komplikasi metabolik yang paling serius pada DM . Hal ini terjadi

karena kadar insulin sangat menurun, dan pasien akan mengalami hal berikut: (Boon

et.al 2006)

· Hiperglikemia

· Hiperketonemia

· Asidosis metabolik

Hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis ,peningkatan

lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda

keton (asetoasetat, hidroksibutirat, dan aseton). Peningkatan keton dalam plasma

mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen

dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan

diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pasien dapat

menjadi hipotensi dan mengalami syok. (Price et.al 2005)

Akhirnya, akibat penurunan penggunaan oksigen otak, pasien akan mengalami

koma dan meninggal. Koma dan kematian akibat DKA saat ini jarang terjadi, karena

pasien maupun tenaga kesehatan telah menyadari potensi bahaya komplikasi ini dan

pengobatan DKA dapat dilakukan sedini mungkin.

Tanda dan Gejala ketoasidosis metabolik :

1. Dehidrasi

2. Hipotensi (postural atau supine)

3. Ekstremitas Dingin/sianosis perifer

4. Takikardi

5. Kusmaul breathing

6. Nafas bau aseton

7. Hipotermia

8. Poliuria

9. Tampak Bingung

10. Kelelahan

11. Mual – muntah

Page 15: Mini Project DM 1

12. Pandangan kabur

13. Koma ( 10% )

Page 16: Mini Project DM 1

Tabel 4. Terapi penanganan ketoasidosis metabolik

2. Status Hiperglikemia Hiperosmolar (SHH)

Pada keadaan ini terjadi peningkatan kadar glukosa darah sangat tinggi (600-

1200 mg/dL) tanpa tanda dan gejala asidosis.

b. Komplikasi Kronik

1. Makroangiopati

Pembuluh darah jantung

Pembuluh darah tepi

Pembuluh darah otak

2.Mikroangiopati

Retinopati diabetic

Page 17: Mini Project DM 1

Nefropati diabetic

Neuropati diabetic

2.2.7 Masalah-Masalah Khusus Pada Diabetes4,5

2.2.7.1 Diabetes dengan Infeksi

Adanya infeksi pada pasien sangat berpengaruh terhadap pengendalian glukosa darah.

Infeksi dapat memperburuk kendali glukosa darah, dan kadar glukosa darah yang tinggi

meningkatkan kemudahan atau memperburuk infeksi. Infeksi yang banyak terjadi antara lain:

Infeksi saluran kemih (ISK)

Infeksi saluran nafas: pneumonia, TB Paru

Infeksi kulit: furunkel, abses

Infeksi rongga mulut: infeksi gigi dan gusi

Infeksi telinga: otitis eksterna maligna

ISK merupakan infeksi yang sering terjadi dan lebih sulit dikendalikan. Dapat

mengakibatkan terjadinya pielonefritis dan septikemia. Kuman penyebab yang sering

menimbulkan infeksi adalah: Escherichia coli dan Klebsiella. Infeksi jamur spesies

kandida dapat menyebabkan sistitis dan abses renal. Pruritus vagina adalah

manifestasi yang sering terjadi akibat infeksi jamur vagina.

Pneumonia pada diabetes biasanya disebabkan oleh: streptokokus, stafilokokus, dan

bakteri batang gram negatif. Infeksi jamur pada pernapasan oleh aspergillosis, dan

mucormycosis juga sering terjadi.

Penyandang diabetes lebih rentan terjangkit TBC paru. Pemeriksaan rontgen dada,

memperlihatkan pada 70% penyandang diabetes terdapat lesi paru-paru bawah dan

kavitasi. Pada penyandang diabetes juga sering disertai dengan adanya resistensi

obat-obat Tuberkulosis.

Kulit pada daerah ekstremitas bawah merupakan tempat yang sering mengalami

infeksi. Kuman stafilokokus merupakan kuman penyebab utama. Ulkus kaki

terinfeksi biasanya melibatkan banyak mikro organisme, yang sering terlibat adalah

stafilokokus, streptokokus, batang gram negatif dan kuman anaerob.

Angka kejadian periodontitis meningkat pada penyandang diabetes dan sering

mengakibatkan tanggalnya gigi. Menjaga kebersihan rongga mulut dengan baik

merupakan hal yang penting untuk mencegah komplikasi rongga mulut.

pada penyandang diabetes, otitis eksterna maligna sering kali tidak terdeteksi sebagai

penyebab infeksi.

Page 18: Mini Project DM 1

2.2.7.2. Diabetes dengan Nefropati Diabetik

Sekitar 20-40% penyandang diabetes akan mengalami nefropati diabetik

Didapatkannya albuminuria persisten pada kisaran 30-299 mg/24 jam (albuminuria

mikro) merupakan tanda dini nefropati diabetik

Pasien yang disertai dengan albuminuria mikro dan berubah menjadi albuminuria

makro ( >300 mg/24 jam), pada akhirnya sering berlanjut menjadi gagal ginjal kronik

stadium akhir.

Diagnosis

Diagnosis nefropati diabetik ditegakkan jika didapatkan kadar albumin > 30

mg dalam urin 24 jam pada 2 dari 3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3- 6

bulan, tanpa penyebab albuminuria lainnya.

Penatalaksanaan

Kendalikan glukosa darah

Kendalikan tekanan darah

Diet protein 0,8 gram/kgBB per hari. Jika terjadi penurunan fungsi ginjal

yang bertambah berat, diet protein diberikan 0,6 – 0,8 gram/kg BB per hari.

Terapi dengan obat penyekat reseptor angiotensin II, penghambat ACE, atau

kombinasi keduanya. Jika terdapat kontraindikasi terhadap penyekat ACE

atau reseptor angiotensin, dapat diberikan antagonis kalsium non

dihidropiridin.

Apabila serum kreatinin >2,0 mg/dL sebaiknya ahli nefrologi ikut dilibatkan

Idealnya bila klirens kreatinin <15 mL/menit sudah merupakan indikasi terapi

pengganti (dialisis, transplantasi).

2.7.3. Diabetes dengan Disfungsi Ereksi (DE)

Prevalensi DE pada penyandang diabetes tipe 2 lebih dari 10 tahun cukup tinggi dan

merupakan akibat adanya neuropati autonom, angiopati dan problem psikis.

DE sering menjadi sumber kecemasan penyandang diabetes, tetapi jarang

disampaikan kepada dokter oleh karena itu perlu ditanyakan pada saat konsultasi.

Pengelolaan DE pada diabetes dapat mengacu pada Penatalaksanaan Disfungsi Ereksi

(Materi Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, IDI, 1999). DE dapat didiagnosis

dengan menggunakan instrumen sederhana yaitu kuesioner IIEF5 (International Index

of Erectile Function 5).

Page 19: Mini Project DM 1

Upaya pengobatan utama adalah memperbaiki kontrol glukosa darah senormal

mungkin dan memperbaiki faktor risiko DE lain seperti dislipidemia, merokok,

obesitas dan hipertensi.

Perlu diidentifikasi berbagai obat yang dikonsumsi pasien yang berpengaruh

mterhadap timbulnya atau memberatnya DE.

Pengobatan lini pertama ialah terapi psikoseksual dan obat oral antara lain sildenafil

dan vardenafil.

2.2.7.4. Diabetes dengan Kehamilan/Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat

(TGT, GDPT, DM) yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan

sedang berlangsung.

Penilaian adanya risiko DMG perlu dilakukan sejak kunjungan pertama untuk

pemeriksaan kehamilannya

Faktor risiko DMG antara lain: obesitas, adanya riwayat pernah mengalami DMG,

glukosuria, adanya riwayat keluarga dengan diabetes, abortus berulang, adanya

riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan atau melahirkan bayi dengan berat >

4000 gram, dan adanya riwayat preeklamsia. Pada pasien dengan risiko DMG yang

jelas perlu segera dilakukan pemeriksaan glukosa darah. Bila didapat hasil glukosa

darah sewaktu ≤ 200 mg/dL atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL yang sesuai

dengan batas diagnosis untuk diabetes, maka perlu dilakukan pemeriksaan pada waktu

yang lain untuk konfirmasi. Pasien hamil dengan TGT dan GDPT dikelola sebagai

DMG.

Diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan TTGO dilakukan dengan memberikan

beban 75 gram glukosa setelah berpuasa 8–14 jam. Kemudian dilakukan pemeriksaan

glukosa darah puasa, 1 jam dan 2 jam setelah beban.

DMG ditegakkan apabila ditemukan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa ≤ 95

mg/dL, 1 jam setelah beban < 180 mg/dL dan 2 jam setelah beban ≤ 155 mg/dL.

Apabila hanya dapat dilakukan 1 kali pemeriksaan glukosa darah maka lakukan

pemeriksaan glukosa darah 2 jam setelah pembebanan, bila didapatkan hasil glukosa

darah ≥ 155 mg/dL, sudah dapat didiagnosis sebagai DMG.

Hasil pemeriksaan TTGO ini dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya DM

pada ibu nantinya

Page 20: Mini Project DM 1

Penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara terpadu oleh spesialis penyakit

dalam, spesialis obstetri ginekologi, ahli diet dan spesialis anak.

Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu,

kesakitan dan kematian perinatal. Ini hanya dapat dicapai apabila keadaan

normoglikemia dapat dipertahankan selama kehamilan sampai persalinan.

Sasaran normoglikemia DMG adalah kadar glukosa darah puasa ≤ 95 mg/dL dan 2

jam sesudah makan ≤ 120 mg/dL. Apabila sasaran kadar glukosa darah tidak tercapai

dengan pengaturan makan dan latihan jasmani, langsung diberikan insulin.

2.2.7.5. Diabetes dengan Ibadah Puasa

Penyandang diabetes yang terkendali dengan pengaturan makan saja tidak akan

mengalami kesulitan untuk berpuasa. Selama berpuasa Ramadhan, perlu dicermati

adanya perubahan jadwal, jumlah dan komposisi asupan makanan.

Penyandang diabetes usia lanjut mempunyai kecenderungan dehidrasi bila berpuasa,

oleh karena itu dianjurkan minum yang cukup. Perlu peningkatan kewaspadaan pasien

terhadap gejala-gejala hipoglikemia. Untuk menghindarkan terjadinya hipoglikemia

pada siang hari, dianjurkan jadwal makan sahur mendekati waktu imsak/subuh,

kurangi aktivitas fisik pada siang hari dan bila beraktivitas fisik dianjurkan pada sore

hari.

Penyandang diabetes yang cukup terkendali dengan OHO dosis tunggal, juga tidak

mengalami kesulitan untuk berpuasa. OHO diberikan saat berbuka puasa. Hati-hati

terhadap terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat OHO dengan dosis

maksimal.

Bagi yang terkendali dengan OHO dosis terbagi, pengaturan dosis obat diberikan

sedemikian rupa sehingga dosis sebelum berbuka lebih besar dari pada dosis sahur.

Untuk penyandang diabetes DM tipe 2 yang menggunakan insulin, dipakai insulin

kerja menengah yang diberikan saat berbuka saja.

Diperlukan kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap terjadinya hipoglikemia pada

penyandang diabetes pengguna insulin. Perlu pemantauan yang lebih ketat disertai

penyesuaian dosis dan jadwal suntikan insulin. Bila terjadi gejala hipoglikemia, puasa

dihentikan.

Untuk pasien yang harus menggunakan insulin dosis multipel dianjurkan untuk tidak

berpuasa dalam bulan Ramadhan.

Page 21: Mini Project DM 1

Sebaiknya momentum puasa Ramadhan ini digunakan untuk lebih meningkatkan

pengetahuan dan ketaatan berobat para penyandang diabetes. Dengan berpuasa

Ramadhan diharapkan adanya perubahan psikologis yang menciptakan rasa lebih

sehat bagi penyandang diabetes.

2.2.7.6. Diabetes pada Pengelolaan Perioperatif

Tindakan operasi, khususnya dengan anestesi umum merupakan faktor stres pemicu

terjadinya penyulit akut diabetes, oleh karena itu setiap operasi elektif pada

penyandang diabetes harus dipersiapkan seoptimal mungkin sasaran kadar glukosa

darah puasa <150 mg/dL, PERKENI 2002)

2.2.7.7. Dislipidemia pada Diabetes

Dislipidemia pada penyandang diabetes lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit

kardiovaskular.

Perlu pemeriksaan profil lipid pada saat diagnosis diabetes ditegakkan. Pada pasien

dewasa pemeriksaan profil lipid sedikitnya dilakukan setahun sekali dan bila dianggap

perlu dapat dilakukan lebih sering. Sedangkan pada pasien yang pemeriksaan profil

lipid menunjukkan hasil yang baik (LDL<100mg/dL; HDL>50 mg/dL (laki-laki >40

mg/dL, wanita >50 mg/dL); trigliserid <150 mg/dL), pemeriksaan profil lipid dapat

dilakukan 2 tahun sekali.

Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada penyandang diabetes adalah

peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL, sedangkan kadar

kolesterol LDL normal atau sedikit meningkat.

Perubahan perilaku yang tertuju pada pengurangan asupan kolesterol dan penggunaan

lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik terbukti dapat memperbaiki profil lemak

dalam darah.

Dipertimbangkan untuk memberikan terapi farmakologis sedini mungkin bagi

penyandang diabetes yang disertai dislipidemia

Target terapi:

• Pada penyandang DM, target utamanya adalah penurunan LDL

• Pada penyandang diabetes tanpa disertai penyakit kardiovaskular: LDL <100 mg/dL (2,6

mmol/L)

• Pasien dengan usia >40 tahun, dianjurkan diberi terapi statin untuk menurunkan LDL

sebesar 30- 40% dari kadar awal

Page 22: Mini Project DM 1

• Pasien dengan usia <40 tahun dengan risiko penyakit kardiovaskular yang gagal dengan

perubahan gaya hidup, dapat diberikan terapi farmakologis

Pada penyandang DM dengan penyakit AcuteCCoronary Syndrome (ACS) atau telah

diketahui penyakit pembuluh darah lainnya atau mempunyai banyak faktor risiko maka :

o LDL <70 mg/dL (1,8 mmol/L)

o Semua pasien diberikan terapi statin untuk menurunkan LDL sebesar 30-40%.

• Trigliserida < 150 mg/dL (1,7 mmol/L)

• HDL > 40 mg/dL (1,15 mmol/L) untuk pria dan >50 mg/dL untuk wanita

Setelah target LDL terpenuhi, jika trigliserida ≥ 150 mg/dL (1,7 mmol/L) atau HDL ≤

40 mg/dL (1,15 mmol/L) dapat diberikan niasin atau fibrat

Apabila trigliserida ≥ 400 mg/dL (4,51 mmol/L) perlu segera diturunkan dengan

terapi farmakologis untuk mencegah timbulnya pankreatitis.

Terapi kombinasi statin dengan obat pengendali lemak yang lain mungkin diperlukan

untuk mencapai target terapi, dengan memperhatikan peningkatan risiko timbulnya

efek samping.

Niasin merupakan salah satu obat alternatif yang dapat digunakan untuk

meningkatkan HDL, namun pada dosis besar dapat meningkatkan kadar glukosa

darah

Pada wanita hamil penggunaan statin merupakan kontra indikasi

2.2.7.8. Hipertensi pada Diabetes

Indikasi pengobatan : Bila TD sistolik >130 mmHg dan / atau TD diastolik >80

mmHg.

Sasaran (target penurunan) tekanan darah: Tekanan darah <130/80 mmHg Bila

disertai proteinuria ≥ 1gram / 24 jam : < 125/75 mmHg

Pengelolaan:

Non-farmakologis: Modifikasi gaya hidup antara lain: menurunkan berat badan,

meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan merokok dan alkohol, serta mengurangi

konsumsi garam

Farmakologis: Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat anti-hipertensi

(OAH):

Pengaruh OAH terhadap profil lipid

Pengaruh OAH terhadap metabolisme glukosa

Page 23: Mini Project DM 1

Pengaruh OAH terhadap resistensi insulin

Pengaruh OAH terhadap hipoglikemia terselubung

Obat anti hipertensi yang dapat dipergunakan:

Penghambat ACE

Penyekat reseptor angiotensin II

Penyekat reseptor beta selektif, dosis rendah

Diuretik dosis rendah

Penghambat reseptor alfa

Antagonis kalsium

Pada pasien dengan tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau tekanan

diastolik antara 80-89 mmHg diharuskan melakukan perubahan gaya hidup sampai

3 bulan. Bila gagal mencapai target dapat ditambahkan terapi farmakologis

Pasien dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan diastolik >90

mmHg, dapat diberikan terapi farmakologis secara langsung

Diberikan terapi kombinasi apabila target terapi tidak dapat dicapai dengan

monoterapi.

Catatan

- Penghambat ACE, penyekat reseptor angiotensin II (ARB = angiotensin II receptor

blocker) dan antagonis kalsium golongan non-dihidropiridin dapat memperbaiki

mikroalbuminuria.

- Penghambat ACE dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular.

- Diuretik (HCT) dosis rendah jangka panjang, tidak terbukti memperburuk toleransi glukosa.

- Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun sasaran sudah tercapai.

- Bila tekanan darah terkendali, setelah satu tahun dapat dicoba menurunkan dosis secara

bertahap.

- Pada orang tua, tekanan darah diturunkan secara bertahap.

2.2.7.9. Obesitas pada Diabetes

Prevalensi obesitas pada DM cukup tinggi, demikian pula kejadian DM dan gangguan

toleransi glukosa pada obesitas cukup sering dijumpai

Obesitas, terutama obesitas sentral secara bermakna berhubungan dengan sindrom

dismetabolik (dislipidemia, hiperglikemia, hipertensi), yang didasari oleh resistensi

insulin

Resistensi insulin pada diabetes dengan obesitas membutuhkan pendekatan khusus

Page 24: Mini Project DM 1

2.2.7.10. Gangguan koagulasi pada Diabetes

Terapi aspirin 75-160 mg/hari diberikan sebagai strategi pencegahan sekunder bagi

penyandang diabetes dengan riwayat pernah mengalami penyakit kardiovaskular dan

yang mempunyai risiko kardiovaskular lain.

Terapi aspirin 75-160 mg/hari digunakan sebagai strategi pencegahan primer pada

penyandang diabetes tipe 2 yang merupakan faktor risiko kardiovaskular, termasuk

pasien dengan usia > 40 tahun yang memiliki riwayat keluarga penyakit

kardiovaskular dan kebiasaan merokok, menderita hipertensi, dislipidemia, atau

albuminuria

Aspirin dianjurkan tidak diberikan pada pasien dengan usia di bawah 21 tahun, seiring

dengan peningkatan kejadian sindrom Reye

Terapi kombinasi aspirin dengan antiplatelet lain dapat dipertimbangkan

pemberiannya pada pasien yang memiliki risiko yang sangat tinggi.

Penggunaan obat antiplatelet selain aspirin dapat dipertimbangkan sebagai pengganti

aspirin pada pasien yang mempunyai kontra indikasi dan atau tidak tahan terhadap

penggunaan aspirin. (PERKENI, 2011)

2.2.8. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus4

Tujuan penatalaksaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penderita

diabetes.

a. Tujuan Penatalaksanaan

Jangka pendek

Menghilangkan keluhan dan tanda diabetes, mempertahankan rasa nyaman,

dan mencapai target pengendalian glukosa darah.

Jangka panjang

mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati,

makroangiopati dan neuropati.

Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas

diabetes.

b. Pilar Penatalaksanaan diabetes mellitus

a. Edukasi, meliputi

pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga, perencanaan makan

dan masalah yang mungkin dihaapi.

Page 25: Mini Project DM 1

b. Terapi gizi medis

Prinsip pengaturan makan pada penderita diabetes hamper sama

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang

seimbang. Pada penderita diabetes perlu diperhatikan pentingnya

keteraturan makanan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah

makanan terutama bagi penderita diabetes yang mengkonsumsi obat

penurun glukosa darah atau insulin.

c. Latihan jasmani

3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan dengan umur dan status

kesegaran jasmani.

d. Farmakologis

apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan olahraga.

Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan dalam bentuk suntikan.

1. Obat Hipoglikemik Oral 4,5,6

a. Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue) : sulfonylurea dan glinid

Sulfonilurea

Memiliki efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta

pancreas dan merupakan pilihan utama pada pasien dengan berat badan

normal dan kurang.

Glinid

Golongan ini terdiri dari dua macam obat yaitu Repaglinid dan

nNateglinid. Obat ini diabsorpsi cepat setelah pemberian secara oral

dan dieksresi secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi

hiperglikemia post prandial.

b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin ; metformin dan tiazolidindio

c. Penghambat gluconeogenesis : metformin

Memiliki efek utama mengurangi produksi glukosa hati

(gluconeogenesis)dan memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama

dipakai pada penerita diabetes yang gemuk.

Page 26: Mini Project DM 1

Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal

( serum kreatinin > 1,5 mg/dl) dan hati., serta pasien dengan kecenderungan

hipoksemia.

Metformin memberikan efek samping mual. Sehingga untuk mengurangi

keluhan dapat diberikan saat atau sesudah makan.

d. Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa

Bekerja mengurangi absorpsi glukosa di usus halus sehingga mempunyai

efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.

Acarbose tidak memberikan efek samping hipoglikemia. Efek samping

yang paling sering adalah kembung dan flatulens.

e. DPP-IV inhibitor

Glucagon like peptide 1 (GLP-1)merupakan perangsang kuat pelepasan

insulin dan sekaligus sebagai penghambat sekresi glucagon.

Cara pemberian obat hiperglikemik oral (OHO) terdiri dari :

OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai

respon kadar glukosa darah. Dapat diberikan sampai dosis optimal.

Sulfonilurea : 15 – 30 menit sebelum makan

Repaglinid : sesaat sebelum makan

Metformin : sebelum / pada saat / sesudah makan

DPP-IV Inhibitor : diberikan bersamaan makan dan atau sebelum makan.

2. Suntikan4,7

a. Insulin diperlukan pada keadaan :

Penurunan berat badan yang cepat

Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

Ketoasidosis diabetic

Hiperglikemia hyperosmolar non ketotik

Hiperglikemia dengan asidosis laktat

Gagal dengan kombinasi OHO dois optimal

Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

Page 27: Mini Project DM 1

Kontraindikasi atau alergi terhadap OHO

Jenis dan lama kerja insulin

Insulin kerja cepat ( Rapid acting insulin )

Insulin kerja pendek ( short acting insulin )

Insulin kerja menengah ( intermediate acting insulin )

Insulin kerja panjang ( long acting insulin )

Insulin campuran tetap (premixed insulin )

Tabel 2. Jenis Insulin berdasarkan durasi

Efek samping terapi insulin

• Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia.

• Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang dapat

menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.

3. Terapi Kombinasi

Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian

dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Bersamaan dengan

pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO

Page 28: Mini Project DM 1

tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi (secara terpisah

ataupun fixed-combination dalam bentuk tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari

kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau

kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana

insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga OHO dapat menjadi

pilihan. Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi

OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang diberikan

pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat

diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal

insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian

dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan

harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak

terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan terapi kombinasi insulin. (PERKENI,2011)

2.2.9. Strategi Pencegahan Diabetes Mellitus4,5

Dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan

peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan

oleh karena :

a. faktor demografi, antara lain :

jumlah penduduk meningkat

penduduk usia lanjut bertambah banyak

urbanisasi makin tak terkendali

b. gaya hidup yang kebarat-baratan

penghasilan per kapita tinggi dan restoran siap santap

sedentary life style

b) berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi

c) meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin

panjang

Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya perawatan

diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang baik

adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada

tiga jenis, antara lain :

Page 29: Mini Project DM 1

a) Pencegahan primer. Semua aktivitas yang digunakan untuk mencegah

timbulnya hiperglikemia pada inividu yang beresiko mengidap diabetes

mellitus atau pada populasi.

b) Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya

dengan tes penyaringan. Dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya

tidak terdiagnosis dapat terjaring.

c) Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan

akibat komplikasi tersebut. Usaha ini meliputi :

mencegah timbulnya komplikasi

mencegah progresi dari komplikasi

mencegah kecacatan tubuh

Strategi pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui pendekatan

masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum dan pendekatan

individu beresiko tinggi yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes.

a) Pendekatan populasi/masyarakat

Bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum, antara lain mendidik

masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup beresiko.

Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk mencegah diabetes tetapi untuk mencegah

penyakit lain sekaligus. Upaya ini sangat berat karena target populasinya sangat luas,

oleh karena itu harus dilakukan tidak hanya oleh profesi tetapi juga oleh seluruh

lapisan masyarakat.

b) Pendekatan individu beresiko tinggi

Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap

diabetes mellitus. Antara lain :

a. umur > 40 tahun

b. gemuk

c. hipertensi

d. riwayat keluarga DM

e. riwayat melahirkan bayi >4 kg

f. riwayat DM pada saat kehamilan

g. dislipidemia

Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah

orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat. Cakupannya menjadi sangat luas.

Page 30: Mini Project DM 1

Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh lapisan masyarakat. Pada

pencegahan sekunder, penyuluhan tentang perilaku sehat seperti pada pencegahan primer pun

harus dilakukan, ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat

pelayanan kesehatan mulai dari rumah sakit sampai puskesmas. Pada tahun 1994, WHO

menyatakan bahwa pendeteksian pasien baru dengan cara skrining dimasukkan ke dalam

upaya pencegahan sekunder agar supaya bila diketahui lebih dini komplikasi dapat dicegah.

(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2006).

2.2.10. Prognosis

Prognosis pada penderita diabetes tipe 2 bervariasi. Namun pada pasien diatas

prognosisnya dapat baik apabila pasien bisa memodifikasi (meminimalkan) risiko timbulnya

komplikasi dengan baik. Serangan jantung , stroke, dan kerusakan saraf dapat terjadi.

Beberapa orang dengan diabetes mellitus tipe 2 menjadi tergantung pada hemodialisa akibat

kompilkasi gagal ginjal. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko

komplikasi :

· Makan makanan yang sehat / gizi seimbang (rendah lemak, rendah gula), perbanyak

konsumsi serat (buncis 150gr/hari, pepaya, kedondong, salak, tomat, semangka, dainjurkan

pisang ambon namun dalam jumlah terbatas)

· Gunakan minyak tak jenuh / PUFA (minyak jagung)

· Hindari konsumsi alcohol dan olahraga yang berlebihan

· Pertahankan berat badan ideal

· Kontrol ketat kadar gula darah, HbA1c, tekanan darah, profil lipid

· Konsumsi aspirin untuk cegah ateroskelrosis (pada orang dalam kategori prediabetes)

BAB 3METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Page 31: Mini Project DM 1

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional (potong lintang) dimana dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu yang ditentukan, peneliti akan mendeskripsikan bagaimana tingkat pengetahuan siswa-siswi SMK kesehatan Sumbawa tentang Diabetes Mellitus paru pada tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMK Kesehatan Sumbawa Besar. Alasan pemilihan lokasi penelitian, karena lokasi ini dapat dijangkau oleh peneliti dan merupakan wilayah kerja puskemas Unit I Sumbawa Besar. Selain itu, di lokasi tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan siswa-siswi tentang Diabetes Mellitus.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan September 2015.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XIISMK Kesehatan Sumbawa Besar.

3.3.2 Sampel

Besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian dihitung adalah dengan metode

total sampling. Jadi besar sampel dalam penelitian adalah jumlah seluruh siswa kelas XII di

SMK Kesehatan Sumbawa Besar.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

3.3.2.1 Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah responden yang masih berstatus siswa-

siswi SMK Kesehatan Sumbawa yang duduk di kelas XII, serta bersedia menjadi

responden.

3.3.2.2 Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang tidak bersedia menjadi

responden dan tidak dapat mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang akan diisi oleh setiap responden yang

telah menandatangani surat persetujuan bersedia untuk menjadi responden. Sebelumnya

Page 32: Mini Project DM 1

responden akan diberi penjelasan terlebih dahulu oleh peneliti dan kemudian peneliti akan

menanyakan kesediaan untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini adalah jumlah siswa-siswi kelas XII beserta daftar nama siswa-siswi kelas XII yang diperoleh dari bagian tata usaha SMK Kesehatan Sumbawa.

3.4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner(daftar pertanyaan). Sebelum kuesioner ini digunakan di dalam penelitian, kuesioner ini telah

dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh peneliti sebelumya yang melakukan penelitian

yang sama pada tempat dan waktu yang berbeda.

Kuesioner tersebut terdiri dari 10 pertanyaan. Jawaban yang benar diberi skor 1,

sedangkan jawaban yang salah diberi skor 0. Pertanyaan yang tertera sesuai dengan

variabel-variabel yang akan diukur yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

tentang penyakit tuberkulosis paru. Informed Consent telah diberi bersamaan dengan

kuesioner tersebut yang menjelaskan tujuan dilakukan penelitian. Pengisian kuesioner

dilakukan secara langsung oleh siswa sambil diamati oleh peneliti untuk memastikan tidak

ada terjadi kecurangan dalam pengisian kuesioner. Data yang diperoleh kemudian

dianalisa, setelah kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

3.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden dilakukan editing dan coding, kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS (Statistical Package for Social Science). Hasil analisa data akan dipaparkan dalam bentuk tabel.

3.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

Page 33: Mini Project DM 1

kerangka konsep dalam penelitian “Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Reguler Al-

Azhar Medan tentang Penyakit Tuberkulosis Paru pada Tahun 2013” dapat digambarkan

sebagai berikut :

Pengetahuan Penyakit Diabetes Mellitus

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian.

3.7 Definisi Operasional

VariabelDefinisi

Alat Ukur Cara UkurHasil Skala Ukur

Operasional Ukur

PengetahuantentangpenyakitTuberkulosisParu

Segalasesuatu yangdiketahui olehsiswa-siswikelas XII SMK Kesehatan SumbawaTentangDiabetes

Mellitus, yang

meliputi :

definisi,

penyebab,

faktor risiko,

gejala klinis,

pengobatan,

komplikasi dan

pencegahan.

Kuesioner Pengisian Baik Ordinal

yang kuesioner Sedang

terdiri dari oleh Kurang

10 responden

pertanyaan

Page 34: Mini Project DM 1

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya, I Gede Ariana, adalah dokter internsip di Puskesmas Unit I Sumbawa Besar

tahun 2015. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul Tingkat Pengetahuan

Siswa-Siswi SMK kesehatan Sumbawa tentang Penyakit Diabetes Mellitus pada Tahun 2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa-

siswi SMK Kesehatan tentang penyakit Diabetes Mellitus pada tahun 2015. Untuk keperluan

tersebut, saya memohon kesediaan Anda untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saya

memohon kesediaan Anda untuk menjawab beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner

sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Jika Anda bersedia, silahkan menandatangani lembar

persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawanan.

Identitas pribadi Anda sebagai partisipan akan disamarkan, kerahasiaan data Anda

akan dijamin sepenuhnya, dan semua informasi yang Anda berikan hanya akan digunakan

untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Anda dapat bertanya langsung

kepada saya atau dapat menghubungi saya di nomor 087864189600.

Demikian informasi ini saya sampaikan, atas bantuan, partisipasi dan kesediaan

waktu Anda, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,Peneliti,

(I Gede Ariana)

Page 35: Mini Project DM 1

Lampiran 2LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :Nama : ……………………………Umur : ……… tahunJenis Kelamin : Laki – laki / Perempuan *)Alamat : ……………………………Kelas : XI….

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan yang cukup dari peneliti secara lengkap, maka

dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan ‘BERSEDIA’ berpartisipasi

menjadi sukarelawan dalam penelitian ini yang berjudul Tingkat Pengetahuan Siswa – Siswi

SMK Kesehatan Sumbawa tentang Penyakit Diabetes Mellitus pada Tahun 2015. Tujuan

dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMK

Kesehatan Sumbawa tentang Penyakit Tuberkulosis Paru pada Tahun 2015.

Sumbawa Besar, …………………..

Responden

(………………………..)

Page 36: Mini Project DM 1

Lampiran 3

LEMBAR KUESIONERTINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI SMK KESEHATAN SUMBAWA TENTANG

PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU PADA TAHUN 2015

Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang anda anggap benar di bawah ini: No Pernyataan Benar Salah1 Diabetes melitus merupakan penyakit yang terjadi pada

akibat kekurangan insulin, resistensi insulin atau keduanya.

2 Terdapat 2 tipe diabetes mellitus yaitu diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM) dan diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

3 Penyakit diabetes mellitus dapat disembuhkan

4 Sering mengkonsumsi minuman soft drink dapat meningkatkan risiko diabetes.

5 Anak yang berasal dari orang tua yang menderita diabetes melitus berisiko tinggi terkena diabetes melitus.

6 Banyak makan, sering haus, dan sering kencing merupakan gejala kencing manis.

7 Seseorang menderita kencing manis jika kadar gula darah sewaktunya ≥150 mg/dl

8 Ketoasidosis Diabetikum merupakan komplikasi akut diabetes mellitus

9 Satu-satunya cara pengobatan diabetes tipe 2 adalah dengan pemberian insulin

10 Pola hidup sehat dengan menjaga pola makan dan olahraga teratur merupakan strategi pencegahan diabetes mellitus