mini project asi eksklusif.docx
-
Upload
desitaluluanloviana -
Category
Documents
-
view
37 -
download
8
Transcript of mini project asi eksklusif.docx
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum tahun 2001,World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk
memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001,
setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para
pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan. Hasil
telaah artikel tersebut menyimpulkan bahwa bayi yang disusui secara eksklusif sampai 6 bulan
umumnya lebih sedikit menderita penyakit gastrointestinal, dan lebih sedikit mengalami
gangguan pertumbuhan. Definisi ASI eksklusif bermacam-macam tetapi definisi yang sering
digunakan adalah definisi WHO yang menyebutkan ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI
saja tanpa cairan ataumakanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk
tetes atau sirup sampai usia 6 bulan (Kajian implementasi dan kebijakan ASI eksklusif, 2010).
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain, ASI eksklusif
dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan (depkes RI, 2005). ASI eksklusif adalah
pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
the, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan nasi
tim, kecuali vitamin, mineral dan obat (Roesli, 2000).
ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses
menyusui.ASI adalah jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psiklogi, sosialmaupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi serta inflamasi.Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur
makanan (Hubertin, 2004)
Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi dan
menunjukkan kecenderungan menurun selama beberapa tahun terakhir. Pada grafik terlihat
bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di seluruh Indonesia pada bayi 0-6 bulan turun dari
62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun
2008 (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional,2010).
Pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia belum terlaksana sepenuhnya. Upaya
pemantauan dan meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayikhususnya ASI
eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran
akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya
mendukung pemberian ASI eksklusif, gencarnya promosi susu formula, dan ibu bekerja
(Rencana Strategis Menkes RI, 2010). Kenyataan yang terjadi adalah bahwa dengan keberadaan
program ASI eksklusif di wilayah kerja dan daerah binaan pusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas), masalah dalam pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih cukup tinggi dan
bahkan tidak pernah
Mencapai target yang ditetapkan secara nasional.Dari data Survey Dermografi Kesehatan
Indonesia tahun1997, cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian ASI satu jam pasca
persalinan 8% dan pemberian hari pertama 52,7%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi
pemicu rendanya status gizi bayi dan balita. Dari survey yang dilaksanakan tahun 2002 oleh
Nutrition & Health Survaillance Systen (NSS) bekerjasama dengan Balitbangkes dan Hellen
Keller International di 4 perkotaan ( Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar) dan 8 pedesaan
(Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel) menunjukkan bahwa cakupan
ASI eksklusif 4-5 bulan diperkotaan antara 4%-12%, sedangkan di pedesaan 4%-25%.
Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan mencapai 1%-13%, sedangkan di pedesaan 2%-
13% (Depkes RI, 2002)
Data Survei Dermografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997-2007 memperlihatkan
terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan
32% da tahun 2003 dan 2007 (Kajian Implementasi dan Kebijakan ASI eksklusif, 2010).
Di Indonesia, menurut hasil survey Dermografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
dilapokan bahwa bayi di Indonesia rata-rata hanya mendapatkan ASI eksklusif sampai umur 4-5
bulan hanya 27%. Kondisi ini masih sangat jauh dari yang direkomendasikan dalam indikator
Indonesia 2010 yaitu 80% (Depkes RI, 2004)
Adanya berbagai hambatan dalam hal pemberian ASI eksklusif terjadi hampir di seluruh
puskesmas di Indonesia, salah satunya di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cakung Barat
khususnya di rw 01. Berdasarkan laporan tahunan program gizi puskesmas tertera bahwa
pemberian ASI eksklusif di masyarakarat tidak mencapai target puskesmas.
Menyikapi permasalahan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi, pemerintah
Indonesia telah menggalakkan program pemberian ASI eksklusif sejak tahun 1990 yang dikenal
dengan Gerakan Nasional Peningkatan Air Susu Ibu (PP-ASI). Sehubungan dengan itu telah
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian
ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) ibu-ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif disebabkan oleh banyak factor. Beberapa faktor yag mempengaruhi
praktek pemberian ASI eksklusif antara lain berkaitan dengan pengetahuan ibu dan volume ASI.
Selain itu gencarnya promosi susu formula serta faktor dukungan dari keluarga, masyarakat dan
tenaga medis juga berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan latar belakang diatas terlihat bahwa cakupan ASI eksklusif secara global,
nasional bahkan tingkat kabupaten dan kecamatan masih dibawah target indikator nasional yaitu
80%. Dengan demikian perlu untuk dilakukan analisa program cakupan ASI eksklusif dan
faktor-faktor ktidakberhasilan pemberian ASI eksklusif. Analisis masalah secara menyeluruh
dengan menganalisa kelemahandan kekuatan yang dimiliki oleh program ASI eksklusif sebagai
strategi untuk merealisasikan tujuan dan sebagai dasar perencanaan peningkatan program ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cakung Barat RW 01.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, diketahui rumusan masalah :
1. Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kelurahan Cakung Barat di RW 01
adalah .Pencapaian tersebut maih dibawah target yang direkomendasikan dalam
indikator Indonesia yaitu 80%.
2. Faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif perlu dianalisa
kembali untuk dijadikan strategi perencanaan dalam upaya peningkatan program ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cakung Barat RW 01.
3. Belum analisa yang mendeskripsikan tentang kelemahan, kekuatan, ancaman dan
strategi yang dimiliki oleh program ASI eksklusif untuk diketahuinya perencanaan
program yang baik terhadap penyelesaian masalah belum tercapainya target cakupan
ASI eksklusif di Puskesmas Kelurahan Cakung Barat RW 01
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Menganalisa data cakupan ASI eksklusif awal tahun 2015 dan faktor-faktor yang diketahui
menjadi penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eKSklusif untuk mendeskripsikan
kelemahan dan kekuatan program ASI eksklusif sebagai dasar strategi perencanaan
peningkatan program ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cakung Barat
RW 01.
2. Tujuan Khusus