Minggu 2 THT

download Minggu 2 THT

of 28

description

iiiiiiii

Transcript of Minggu 2 THT

Cara kerja palpasi kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan trakea adalah :1. Duduklah di hadapan pasien2. Anjurkan pasien untuk menengadah ke samping menjauhi perawat pemeriksa sehingga jaringan lunak dan otot-otot akan relaks3. lakukan palpasi secara sistematis dan determinasikan menurut lokasi, batas-batas ukuran, bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe yang terdiri dari :a. Preaurikular di depan telingab. Posterior aurikuler superficial terhadap prosesus mastoidiusc. Osipital di dasar posterior tulang kepalad. Tonsilar disudu mandibuae. Submaksilaris ditengah-tengah antara sudut dan ujung mandibulaf. Submental papa garis tengah beberapa cm di belakang ujung mandibulag. Servikal superficial superficial terhadap sternomastoidiush. Servikal posterior sepanjang tepi anterior trapesiusi. Servikal dalam dalam sternomastoid dan sering tidak dapat dipalpasij. Supraklavikula dalam suatu sudut yang terbentuk oleh klavikula dan sternomastoidius.4. Lakukan palpasi kelenjar tiroid dengan cara :a. Letakkan tangan anda pada leher pasienb. Palpasi pada fossa suprasternal dengan jari penunjuk dan jari tengahc. Suruh pasien menelan atau minum untuk memudahkan palpasid. Palpasi dapat pula dilakukan dengan perawat berdiri di belakang pasien, tangan diletakkan mengelilingi leher dan palpasi dilakukan dengan jari kedua dan ketigae. Bila teraba kelenjar tiroid maka determinasikan menurut bentuk, ukuran, konsistensi dan permukaannya.5. Lakukan palpasi trakea dengan cara berdiri di samping kanan pasien. Letakkan jari tengah pada bagian bawah trakea dan raba trakea ke atas, ke bawah dan kesamping sehingga kedudukan trakea dapat diketahui.Mobilisasi leherPengkajian mobilisasi leher dilakukan paling akhir pada pemeriksaan leher. Pengkajian ini dilakukan baik secara aktif maupun pasif. Untuk mendapatkan data yang akurat maka leher dan dada bagian atas harus bebas dari pakaian dan perawat berdiri/duduk dibelakang pasien.1. Lakukan pengkajian mobilitas leher secara aktif. Suruh pasien menggerakkan leher dengan urut-urutan sebagai berikut:a. Antefleksi, normalnya 45ob. Dorsifleksi, normalnya 60c. Rotasi ke kanan, normalnya 70d. Rotasi ke kiri, normalnya 70e. Lateral fleksi ke kiri, normalnya 40f. Lateral fleksi ke kanan, normalnya 402. Determinasikan sejauh mana pasien mampu menggerakkan lehernya. Normalnya gerakan dapat dilakukan secara terkoordinasi, tanpa gangguan3. Bila diperlukan lakukan pengkajian mbilitas secara pasif dengan cara kepala pasien dipegang dengan dua tangan kemudian digerakkan dengan urut-urutan yang sama seperti pada pengkajian mobilitas leher secara aktif. Cara Membersihkan Lubang Telinga

Telinga yang berfungsi sebagai indera pendengaran merupakan salah satu organ yang sangat penting dalam tubuh manusia. Telinga yang terdiri dari daun telinga, lubang telinga, gendang telinga dan bagian-bagian lain di dalam telinga. Dalam lubang terlinga terdapat kotoran yang mesti kita bersihkan tapi harus dengan cara yang benar, kotoran yang ada dalam lubang telinga berasal dari cairan yang diproduksi oleh telinga bagian dalam. Untuk membersihkannya kita mesti hati-hati dan waspada sebab membersihkan telinga dengan cara yang benar dapat membantu merawat kebersihan dan kesehatan telinga.

Berikut ini Cara Membersihkan Telinga Bagian Dalam Dengan Benar : Cutton Bud, yang merupakan alat pembersih telinga yang paling umum digunakan untuk membersihkan lubang telinga, namun kita mesti hati-hati dalam menggunakan cutton bud ini karena kadang kita merasa tidak sadar ketika sedang membersihkan telinga dan menimbulkan rasa geli dan biasanya muncul kecerobohan yang dapat berakibat sehingga dapat melukai gendang telinga bagian dalam. Untuk menghindari agar tidak terjadi infeksi didalam telinga alangkah baiknya tidak membersihkan telinga terlalu dalam, cukup bagian luarnya saja.

Kain Basah, menurut dokter ahli THT, tidak higienis menghilangkan kotoran dalam lubang telinga, karena kotoran telinga yang berwarna coklat ke hitam-hitaman juga dapat berfungsi untuk menghambat masuknya serangga kecil kedalam lubang telinga. Kain basah ini dapat membantu membersihkan telinga bagian luar, usapkan pada telinga secara perlahan-lahan.

Air juga dapat menghilangkan kotoran dalam telinga, pastikan air yang Anda gunakan bersih campurkan dengan sedikit baby oil lalu usapkan pada telinga secara perlahan dengan kain tipis, air yang digunakan jangan sampai masuk kedalam lubang telinga bagian dalam.

Bisa juga dengan menggunakan Baby Oil, cara menggunakannya dengan meneteskan 2 sampai 3 tetes kedalam telinga, lakukan hal ini sebelum tidur malam, dan esok harinya Anda terbangun segeralah bersihkan telinga dengan menggunakan handuk tipis atau pembersih telinga.

Menurut Dokter THT, telinga sejatinya memiliki kemampuan sendiri untuk membersihkan kotoran yang masuk ke telinga. Cairan lengkat berwarna kecoklatan yang sering menempel didalam lubang telinga adalah hasil dari pembersihan diri yang dilakukan oleh telinga. Selama cairan tersebut tidak mengganggu pendengaran, sebaiknya tidak perlu sering-sering dibersihkan.Larangan dalam Mebersihkan Lubang Telinga Jangan membersihkan telinga dengan benda keras

Jangan terlalu dalam membenamkan alat pembersih telinga, apalagi sampai menyentuh organ bagian dalam telinga

Jangan membersihkan telinga bagian dalam dengan kuku atau jari tangan, karena kebiasaan ini akan membuat telinga menjadi infeksi

Membersihkan telinga yang baik dan benar yaitu dengan cara mengunjungi dokter ahli THT.

Jika terjadi infeksi pada lubang telinga bagian dalam sehingga keluar cairan dan menyebabkan bau yang tidak sedap, sehingga mengganggu aktivitas, kami mempunyai solusi agar terhindar dari penyakit telinga berair.Definisi Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi baik akut maupun kronik.

Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis kronis.

Penyebab dari laringitis akut dan kronis dapat bermacam-macam bisa disebabkan karena kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun infeksi virus.

Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot, dan membran mukos yang membentuk pintu masuk dari trakea. Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan. Bila terjadi laringitis, makan pita suara akan mengalami proses peradangan, pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan perubahan suara. Akibatnya suara akan terdengar lebih serak.

Berdasarkan hasil studi laringitis terutama menyerang pada usia 18-40 tahun untuk dewasa sedangkan pada anak-anak umumnya terkena pada usia diatas 3 tahun.

EtiologiHampir setiap orang dapat terkena laringitis baik akut maupun kronis. Laringitis biasanya berkaitan dengan infeksi virus pada traktus respiratorius bagian atas. Akan tetapi inflamasi tesebut juga dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab diantaranya adalah

Tabel 1. Laringitis akut dan kronis

laringitis akutLaringitis kronis

1. Rhinovirus

2. Parainfluenza virus

3. Adenovirus

4. Virus mumps

5. Varisella zooster virus

6. Penggunaan asma inhaler

7. Penggunaan suara berlebih dalam pekerjaan : Menyanyi, Berbicara dimuka umum Mengajar

8. Alergi

9. Streptococcus grup A

10. Moraxella catarrhalis

11. Gastroesophageal refluks 1. Infeksi bakteri

2. Infeksi tuberkulosis

3. Sifilis

4. Leprae

5. Virus

6. Jamur

7. Actinomycosis

8. Penggunaan suara berlebih

9. Alergi

10. Faktor lingkungan seperti asap, debu

11. Penyakit sistemik : wegener granulomatosis, amiloidosis

12. Alkohol

13. Gatroesophageal refluks

Anatomi Saluran Pernafasan

Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika masuk rongga hidung, udara disaring, dihangatkan, dan dilembabkan. Udara lalu menuju ke faring dan laring.

Laring terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Ruangan berbentuk segitiga diantara pita suara (glotis) bermuara ke dalam trakea dan membentuk bagian antara saluran pernafasan atas dan bawah. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah. Meskipun laring terutama dianggap berhubungan dengan fonasi, tetapi fungsinya sebagai organ pelindung tetap jauh lebih penting.

Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas, penutupan glotis, dan fungsi seperti pintu dari epiglotis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring, berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam esofargus. Jika benda asing masih mampu masuk melalui glotis, fungsi batuk yang dimiliki laring akan membantu menghalau benda dan sekret keluar dari saluran pernafasan bagian bawah.

Gambar 1. Anatomi Laring

Gambar 2. Pita Suara

Gambaf 3. Otot pada Laring

Fisiologi

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendah nya nada.Gejala Klinis Pada laringitis akut ini terdapat gejala radang umum, seperti demam, malaise, gejala rinofaringitis. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).

1. Sesak nafas dan stridor

2. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.

3. Gejala radang umum seperti demam, malaise

4. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental

5. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.

6. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh.PatogenesisBila jaringan cedera karena terinfeksi oleh kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang menyebabkan musnahnya agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen ini menyebar lebih luas. Rekasi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki.Rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera ini dinamakan radang.

Laringitis akut merupakan proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Bila etiologi dari laringitis akut disebabkan oleh adanya suatu infeksi, maka sel darah putih akan bekerja membunuh mikroorganisme selama proses penyembuhan. Pita suara kemudian akan menjadi tampak edema, dan proses vibrasi juga umumnya ikut mengalami gangguan. Hal ini juga dapat memicu timbulnya suara yang parau disebabkan oleh gangguan fonasi. Membran yang meliputi pita suara juga terlihat berwarna kemerahan dan membengkak.

laringitis kronis merupakan suatu proses inflamasi yang menunjukkan adanya peradangan pada mukosa laring yang berlangsung lama. Pada laringitis kronis proses peradangan dapat tetap terjadi meskipun faktor penyebabnya sudah tidak ada. Proses inflamasi akan menyebabkan kerusakan pada epitel bersilia pada laring, terutama pada dinding belakang laring. Hal ini akan menyebabkan gangguan dalam pengeluaran sekret dari traktus trakeobronkial. Bila hal ini terjadi, sekret akan berada tetap pada dinding posterior laring dan sekitar pita suara menimbulkan reaksi timbulnya batuk. Adanya sekret pada daerah pita suara dapat menimbulkan laringospasme. Perubahan yang berarti juga dapat terjadi pada epitel dari pita suara berupa hiperkeratosis, diskeratosis, parakeratosis dan akantosis.

Laringitis AkutPenyalahgunaan suara, inhalasi uap toksik, dan infeksi menimbulkan laringitis akut. Infeksi biasanya tidak terbatas pada laring, namun merupakan suatu pan-infeksi yang melibatkan sinus, telinga, laring dan tuba bronkus. Virus influenza, adenovirus dan streptokokus merupakan organisme penyebab yang tersering. Difteri harus selalu dicurigai pada laringitis, terutama bila ditemukan suatu membran atau tidak adanya riwayat imunisasi. Pemeriksaan dengan cermin biasannya memperlihatkan suatu eritema laring yang difus. Biakan tenggorokan sebaiknya diambil.

Laringitis Kronis Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring.Laringitis Kronis SpesifikYang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis luetika 1. Laringitis tuberkulosisPenyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.

Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :

Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk ulkus Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri. Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan. Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.2. Laringitis luetika

Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat.

DiagnosisDiagnosis laringitis akut dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemerinksaan penunjang. Pada anamnesis biasanya didapatkan gejala demam, malaise, batuk, nyeri telan, ngorok saat tidur, yang dapat berlangsung selama 3 minggu, dan dapat keadaan berat didapatkan sesak nafas, dan anak dapat biru-biru. Pada pemeriksaan fisik, anak tampak sakit berat, demam, terdapat stridor inspirasi, sianosis, sesak nafas yang ditandai dengan nafas cuping hidung dan/atau retraksi dinding dada, frekuensi nafas dapat meningkat, dan adanya takikardi yang tidak sesuai dengan peningkatan suhu badan merupakan tanda hipoksia.Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis. Pemeriksaan darah rutin tidak memberikan hasil yang khas, namun biasanya ditemui leukositosis. pemeriksaan usapan sekret tenggorok dan kultur dapat dilakukan untuk mengetahui kuman penyebab, namun pada anak seringkali tidak ditemukan kuman patogen penyebab.Proses peradangan pada laring seringkali juga melibatkan seluruh saluran nafas baik hidung, sinus, faring, trakea dan bronkus, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto.

Pada laringitis kronis diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pada anamnesis dapat ditanyakan

1. Kapan pertama kali timbul serta faktor yang memicu dan mengurangi gejala

2. Kondisi kesehatan secara umum

3. Riwayat pekerjaan, termasuk adanya kontak dengan bahan yang dapat memicu timbulnya laringitis seperti debu, asap.

4. Penggunaan suara berlebih

5. Penggunaan obat-obatan seperti diuretik, antihipertensi, antihistamin yang dapat menimbulkan kekeringan pada mukosa dan lesi pada mukosa.

6. Riwayat merokok

7. Riwayat makan

8. Suara parau atau disfonia

9. Batuk kronis terutama pada malam hari

10. Stridor karena adanya laringospasme bila sekret terdapat disekitar pita suara

11. Disfagia dan otalgia

Pada gambaran makroskopi nampak permukaan selaput lendir kering dan berbenjol-benol sedangkan pada mikroskopik terdapat epitel permukaan menebaldan opaque, serbukan sel radang menahun pada lapisan submukosa.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan darah, kultur sputum, hapusan mukosa laring, serologik marker.

Pada laringitis kronis juga dapat dilakukan foto radiologi untuk melihat apabila terdepat pembengkakan. CT scanning dan MRI juga dapat digunakan dan memberikan hasil yang lebih baik.

Pemeriksaan lain yang dapat digunakan berupa uji tes alergi.Diagnosis BandingLaringitis luetika, karsinoma laring, aktinomikosis laring, dan laringitis tuberkulosis.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis.

Laringoskopi indirek

Maksud : melihat laring tidak langsung dengan bantuan cermin yang disinari dengan cahaya.Syarat : Terdapat jalan lebar untuk cahaya yang dipantulkan cermin dari faring ke laring lidah dikeluarkan radiks lingua ke ventral. Tempat yang luas buat cermin, tidak tertutup uvula, penderita bernapas lewat mulut, uvula bergerak ke atas menutup jalan nasofaringAlat :- Sumber cahaya : lampu kepala- Cermin laringoskop- kasa- Lampu spiritus Bahan :-tetrakain 1 % (untuk yang sensitif)

Cara pemeriksaan : Penderita duduk tegak, pinggang membungkuk ke depan, kepala sedikit tengadah

Penderita membuka mulut dan menjulurkan lidah

Lidah dipegang optimal dan dipertahankan dengan jari tengah kiri menggunakan kasa

Cermin dihangatkan diatas lampu spiritus atau alat lainnya, suhu diperiksa pada punggung tangan pemeriksa sebelum digunakan

Cermin laring ditempatkan di depan palatum mole dan diangkat ke atas sehingga tidak menyentuh lidah dan faring posterior maka akan tampak pandangan hipofaring dan laring

Penderita diminta untuk mengucap e e e, tindakan ini diulang beberapa kali untuk melihat gerakan pita suara.

Gambar 5. Larigoskop IndirekPerhatikan patologi laring :-radang: semua merah, laringitis akut-ulkus: pada komisura posterior, korda vokalisLaringitis TBC

-oedem: radang, alergi, tumor-cairan: sputum hemoragis, TBC, keganasan -tumor: benigna, papiloma, polip, nodul, kistaMaligna karsinoma Perhatikan pergerakan korda vokalis: -Normal, simetris, gerakan abduksi dan adduksi- Tidak bergerak, paresa unilateral/ bilateral

Gambar 7. Laringitis akut, gambaran ini mengambarkan laring wanita 53 tahun, dengan gejala utama serak dan suara terengah-engah. Catatan daerah-daerah eritem dan mukosa normal yang bergantian pada plika vokalis. Juga ditandai irregularitas pada kontur lipatam-lipatan vocal.

Dengan laringoskopi sering didapatkan kemerahan pada laring yang difus bersama dengan pelebaran pembuluh darah dari pita suara. Pada literatur lain disebutkan gambaran laringoskopi yang pucat, disertai edema yang berair dari jaringan subglotik. Kadang dapat ditemukan juga bercak-bercak dari sekresi. Dari pergerakan pita suara dapat ditemukan asimetris dan tidak periodik. Sebetulnya pemeriksaan rontgen leher tidak berperan dalam penentuan diagnosis, tetapi dapat ditemukan gambaran staplle sign (penyempitan dari supraglotis) pada foto AP dan penyempitan subglotis pada foto lateral, walaupun kadang gambaran tersebut tidak didapatkan. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, kecuali didapatkan eksudat maka dapat dilakukan pemeriksaan gram dan kultur dengan tes sensitivitas. Tetapi kultur virus positif pada kebanyakan pasien. Dari darah didapatkan lekositosis ringan dan limfositosis.

Sebetulnya pemeriksaan rontagen leher tidak berperan dalam penentuan diagnosis, tetapi dapat ditemukan gambaran staplle sign (penyempitan dari supraglotis) Foto rontgen leher AP bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus pada foto AP dan penyempitan subglotis pada foto lateral, walaupun kadang gambaran tersebut tidak didapatkan. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, kecuali didapatkan eksudat di orofaring atau plika suara, pemeriksaan kultur dapat dilakukan.Dari darah didapatkan lekositosis ringan dan limfositosis.

Gambar 8. Gambaran rontagen laringitis akut, gambaran steeple sign (panah)PenatalaksanaanTerapi :

1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari antibiotik, menambah kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan kekeringan harus dihindari. 2. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bilaada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis(saline 0,9 %) yang dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasalspray

3. Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien adademam, bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri /analgetik, hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal sepertifenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin, napasolin dapatdiberikan dalam bentuk oral ataupun spray.Pemberian antibiotika yangadekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosisatau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosisatau sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu dapatdiberikan kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari.

4. Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan initidak berhasil maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bilasudah terjadi obstruksi jalan nafas.Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu.

Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari polutan.

Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.

Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.Pencegahan Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir.PrognosisLaringitis akut umunya bersifat self limited. bila terapi dilakukan dengan baik maka prognosisnya sangat baik. Pada laringitis kronis prognosis bergantung kepada penyebab dari laringitis kronis tersebut. KESIMPULANInfeksi pada laring dapat dibagi menjadi laringitis akut dan laringitis kronis, infeksi maupun non infeksi, inflamasi lokal maupun sistemik yang melibatkan laring. Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 3 minggu dan biasanya muncul dengan gejala yang lebih dominan seperti gangguan pernafasan dan demam. Laringitis kronis biasanya terjadi bertahap dan telah bermanifestasi beberapa minggu sebelum pasien datang ke dokter dengan keluhan gangguan pernafasan dan nyeri.Manifestasi klinis laringitis sangat tergantung pada beberapa faktor seperti kausanya, besarnya edema jaringan, regio laring yang terlibat secara primer dan usia pasien. Pasien biasanya datang dengan keluhan satu gejala atau lebih seperti rasa tidak nyaman pada tenggorok, batuk, perubahan kualitas suara atau disfonia, odinofonia, disfagia, odinofagia, batuk, dispneu atau stridor. Manifestasi laringitis kronis terutama pada laringitis kronis iritasi yang paling berat adalah terjadinya ulserasi epitelium laring dengan granulasi.Diagnosis laringitis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan etiologi yang mendasari..Laringitis kronis terbanyak disebabkan oleh iritasi misalnya asap rokok, sehingga pasien disarankan beristirahat total dengan menghentikan kebiasaan merokok dan demikian pula pada laringitis kronis akibat penyalahgunaan suara, pasien disarankan beristirahat. Pada pasien non perokok, kemungkinan besar laringitis kronis dipicu oleh iritasi silent dari asam lambung, sehingga perlu diberikan anti-refluks dari penyekat H2 hingga penyekat pompa proton, disertai modifikasi gaya hidup. Laringitis akut umunya bersifat self limited. bila terapi dilakukan dengan baik maka prognosisnya sangat baik. Pada laringitis kronis prognosis bergantung kepada penyebab dari laringitis kronis tersebut.RHINITIS AKUTDefinisiRhinitis akut adalah radang akut mukosa nasi yang ditandai dengan gejala-gejala rhinorea, obstruksi nasi, bersin-bersin dan disertai gejala umum malaise dan suhu tubuh naik.EtiologiEtiologi ada 2 jenis mikroorganisme yang menimbulkan rhinitis akut:1.Virus ditentukan oleh Kruse tahun 19142.Bakteri terutamaHaemophylus Influensa, Steptococcus, Pneumococcus,dan sebagainya.Pertama kali terjadi invasi virus yang merusak pertahanan mukosa, kemudian bakteri mengadakan infeksi sekunder. Penularan lewat droplet infeksi dan kontak langsung dengan penderita. Di samping virulensi , faktor predisposisi memegang peranan penting.Predisposisi1.Faktor luar (enviroment)a.Pengaruh atmosfer yaitu angin, suhu udara, humidity, hujan dan sebagainya. Humudity optimal 45%, terlalu kering misalnya salju. Mukosa kering, terlalu lembab, keringat banyak, berangin-angin, kedinginan. Common cold virus hidup lebih baik pada humidity tinggi.b.Ventilasi ruangan kurang yaitu ruangan kecil, tertutup, penuh orang-orang sakit, serumah ketularan.c.Debu dan gas.d.Yang terpenting adalah faktor dingin atau perubahan temperatur dari panas ke dingin yang mendadak, karena dingin menimbulkan reflex vasokonstrinsikiskemia jaringan, daya tahan terhadap infeksi menurun.2Faktor dalama.daya tahan tubuh yang menurun- kelelahan, bekerja terlalu keras, belajar sampai larut malam- kurang makanan bergizi- defisiensi vitamin A, C, dan Db.daya tahan lokal cavum nasi- alergi hidung- obstruksi nasi kronis contoh adenoid, septum deviasi3.Penyakit excanthemataRhinit akut merupkan gejala prodromal misalnya morbili, variola, varecolla, dan scarlet fever.PatologiPada stadium permulaan terjadi vasokonstriksi yang akan diikuti vasodilatasi, udem dan meningkatnya aktifitas kelenjar seromucious dan goblet sel, kemudian terjadi infiltrasi leukosit dan desguamasi epitel. Secret mula-mula encer, jernih kemudian berubah menjadi kental dan lekat (mukoid) berwarna kuning mengandung nanah dan bakteri (makopurulent). Toksin yang berbentuk terbentuk terserap dalam darah dan lymphe, menimbulkan gejala-gejala umum. Pada stadium resolusi terjadi proliferasi sel epithel yang telah rusak dan mukosa menjadi normal kembali.Gambaran Klinis1.Stadium prodromal, pada hari pertama- rasa panas dan kering pada cavum nasi- bersin-bersin- hidung buntu- pilek encer jernih seperti airPemeriksaan (rhinoscopia anterior/RA)cavum nasi sempit, terdapat secret serous dan mukosa udem dan hyperemi2.Stadium akut, hari kedua sampai keempat-bersin-bersin berkurang- obstruksi nasi bertambah, akibat obstruksi nasi akut terjadi hyposmia, gangguan gustateris, rasa makanan tidak enak- pilek kental kuning- badan tak enak, sumer-sumerPemeriksaancavum nasi lebih sempit, secret mukopurulent. Mukosa lebih udem hyperemis3.Stadium Penyembuhan (resolusi) hari Kelima sampai ketujuhGejala-gejala ditas berkurang (udem dan hyperemis berkurang, obstruksi berkurang, secret berkung dan mongering) kadang-kadang rhinitis akut didahului gejala nasopharingitis (disamping itu ada gejala lain menyertai yaitu pharyngitis akut dan laryngitis akut. Sehingga timbul gejala panas, batuk, dan pilek. Tetapi adanya pharyngitis atau laryngitis akut tidak selalu didahului oleh rhinitis akut. Dapat pharyngitis timbul dulu atau laryngitis dulu, jadi manifestasi penyakit dapat dimulai dimana-mana (hidung, pharing, laryng)Diagnosa BandingRhinitis akut pada stadium prodromal mempunyai gejala yang mirip dengan syndrome alergi yaitu: bersin-bersin, rhinorea dan obstruksi nasi. Perbedaannya:Rhinitis AkutSyndrome alergi

Waktu dan gejala1-2 hari (prodromal)Lama berminggu-minggu, bulan, tahun, semusim.Berulang-ulang: pagi sakit, siang sembuh, besoknya kumat lagi

Sifat secretMengental sesudah 3-4 hariEncer terus

Gejala UmumAda (panas, Malaise)Tidak ada

AlergenTidak adaAda (anamnesa, skin tes pada rhinitis allergen)

Terapi1.LokalTetes hidung sel HCl Ephedrin 1% dalam glucose 5% tau P.Z berfungsi melebarkan cavum nasi, meatus dan propilaksis terhadap sinusitis2.Umuma.Hindari tubuh kedinginan-mandi air hangat-makan hangat-pakaian hangat, jangan terbuka-tidur memakai selimut-jangan berangin-angin/kipas angin-lantai dingin memakai sandalb.Systemik dengan acetosal-sebagai analgetik dan antipiretik-mempunyai efek Cortison anti radang menghilangkan odema, cara kerja merangsang cortex adrenalis memproduksi cortisone-keuntungan lain dapat dipakai untuk pencegahan segera, minum asetosal sesudah kedinginan/kehujanan yaitu setengah jam sesudah kedinginan, sesudah 2 jam tidak ada efek lagi.-asetosal dapat menghangatkan badan karena menimbulkan vasodilatasi periferPencegahan1.hindari kontak dengan penderita2.meningkatkan daya tahan tubuh dengan hindari kelelahan dan diet bergizi3.hidari dingin dengan minum asetosal4.rumah sakit dengan sinar ultra violet membunuh virusKomplikasi1.Otitis media akut2.Sinusitis paranasalis3.Infeksi traktus respiratorius bagian bawah seperti laring, tracho bronchitis, pneumonia4.Akibat tidak langsung pada penyakit-penyakti lain yaitu jangungdan asma bronchialPrognosaRhinitis akut merupakan self limiting disease umumnya sembuh dalam 7 -10 hari. Tapi dapat lebih lama 3 minggu bila ada pharingitis, laryngitis atau komplikasi lain.RINITIS ALERGIPendahuluanRinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi peradangan yang diperantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret hidung cair, bersin-bersin, dan gatal pada hidung dan mata. Rinitis alergi mewakili permasalahan kesehatan dunia mengenai sekitar 10 25% populasi dunia, dengan peningkatan prevalensi selama dekade terakhir. Rinitis alergi merupakan kondisi kronik tersering pada anak dan diperkirakan mempengaruhi 40% anak-anak. Sebagai konsekuensinya, rinitis alergi berpengaruh pada kualitas hidup, bersama-sama dengan komorbiditas beragam dan pertimbangan beban sosial-ekonomi, rinitis alergi dianggap sebagai gangguan pernafasan utama. Tingkat keparahan rinitis alergi diklasifikasikan berdasarkan pengaruh penyakit terhadap kualitas hidup seseorang. Diagnosis rinitis alergi melibatkan anamnesa dan pemeriksaan klinis yang cermat, lokal dan sistemik khususnya saluran nafas bawah.

DefinisiMenurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.

KlasifikasiDahulu rinitis alergi dibedakan dalam 2 macam berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu :

1. Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis)

2. Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)

Gejala keduanya hampir sama, hanya berbeda dalam sifat berlangsungnya.

Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2000, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi :

1. Intermiten (kadang-kadang) : bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu

2. Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih dari 4 minggu

Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi :

1. Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu

2. Sedang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas

EtiologiPenyebab rinitis alergi berbeda-beda bergantung pada apakah gejalanya musiman, perenial, ataupun sporadik/episodik. Beberapa pasien sensitif pada alergen multipel, dan mungkin mendapat rinitis alergi perenial dengan eksaserbasi musiman. Ketika alergi makanan dapat menyebabkan rinitis, khususnya pada anak-anak, hal tersebut ternyata jarang menyebabkan rinitis alergi karena tidak adanya gejala kulit dan gastrointestinal. Untuk rinitis alergi musiman, pencetusnya biasanya serbuksari (pollen) dan spora jamur. Sedangkan untuk rinitis alergi perenial pencetusnya bulu binatang, kecoa, tikus, tungau, kasur kapuk, selimut, karpet, sofa, tumpukan baju dan buku-buku. Alergen inhalan selalu menjadi penyebab. Serbuksari dari pohon dan rumput, spora jamur, debu rumah, debris dari serangga atau tungau rumah adalah penyebab yang sering. Alergi makanan jarang menjadi penyebab yang penting. Predisposisi genetik memainkan bagian penting. Kemungkinan berkembangnya alergi pada anak-anak adalah masing-masing 20% dan 47%, jika satu atau kedua orang tua menderita alergi.

PatofisiologiRinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu :

1. Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya. Munculnya segera dalam 5-30 menit, setelah terpapar dengan alergen spesifik dan gejalanya terdiri dari bersin-bersin, rinore karena hambatan hidung dan atau bronkospasme. Hal ini berhubungan dengan pelepasan amin vasoaktif seperti histamin.

2. Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam. Muncul dalam 2-8 jam setelah terpapar alergen tanpa pemaparan tambahan. Hal ini berhubungan dengan infiltrasi sel-sel peradangan, eosinofil, neutrofil, basofil, monosit dan CD4 + sel T pada tempat deposisi antigen yang menyebabkan pembengkakan, kongesti dan sekret kental.(1,3)Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai APC akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Kompleks antigen yang telah diproses dipresentasikan pada sel T helper (Th0). APC melepaskan sitokin seperti IL1 yang akan mengaktifkan Th0 ubtuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5 dan IL13. IL4 dan IL13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi IgE. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk terutama histamin.

Rinitis Alergi melibatkan membran mukosa hidung, mata, tuba eustachii, telinga tengah, sinus dan faring. Hidung selalu terlibat, dan organ-organ lain dipengaruhi secara individual. Peradangan dari mukosa membran ditandai dengan interaksi kompleks mediator inflamasi namun pada akhirnya dicetuskan oleh IgE yang diperantarai oleh respon protein ekstrinsik.

Kecenderungan munculnya alergi, atau diperantarai IgE, reaksi-reaksi pada alergen ekstrinsik (protein yang mampu menimbulkan reaksi alergi) memiliki komponen genetik. Pada individu yang rentan, terpapar pada protein asing tertentu mengarah pada sensitisasi alergi, yang ditandai dengan pembentukan IgE spesifik untuk melawan protein-protein tersebut. IgE khusus ini menyelubungi permukaan sel mast, yang muncul pada mukosa hidung. Ketika protein spesifik (misal biji serbuksari khusus) terhirup ke dalam hidung, protein dapat berikatan dengan IgE pada sel mast, yang menyebabkan pelepasan segera dan lambat dari sejumlah mediator. Mediator-mediator yang dilepaskan segera termasuk histamin, triptase, kimase, kinin dan heparin. Sel mast dengan cepat mensitesis mediator-mediator lain, termasuk leukotrien dan prostaglandin D2. Mediator-mediator ini, melalui interaksi beragam, pada akhirnya menimbulkan gejala rinore (termasuk hidung tersumbat, bersin-bersin, gatal, kemerahan, menangis, pembengkakan, tekanan telinga dan post nasal drip). Kelenjar mukosa dirangsang, menyebabkan peningkatan sekresi. Permeabilitas vaskuler meningkat, menimbulkan eksudasi plasma. Terjadi vasodilatasi yang menyebabkan kongesti dan tekanan. Persarafan sensoris terangsang yang menyebabkan bersin dan gatal. Semua hal tersebut dapat muncul dalam hitungan menit; karenanya reaksi ini dikenal dengan fase reaksi awal atau segera.

Setelah 4-8 jam, mediator-mediator ini, melalui kompetisi interaksi kompleks, menyebabkan pengambilan sel-sel peradangan lain ke mukosa, seperti neutrofil, eosinofil, limfosit dan makrofag. Hasil pada peradangan lanjut, disebut respon fase lambat. Gejala-gejala pada respon fase lambat mirip dengan gejala pada respon fase awal, namun bersin dan gatal berkurang, rasa tersumbat bertambah dan produksi mukus mulai muncul. Respon fase lambat ini dapat bertahan selama beberapa jam sampai beberapa hari.

Sebagai ringkasan, pada rinitis alergi, antigen merangsang epitel respirasi hidung yang sensitif, dan merangsang produksi antibodi yaitu IgE. Sintesis IgE terjadi dalam jaringan limfoid dan dihasilkan oleh sel plasma. Interaksi antibodi IgE dan antigen ini terjadi pada sel mast dan menyebabkan pelepasan mediator farmakologi yang menimbulkan dilatasi vaskular, sekresi kelenjar dan kontraksi otot polos. Efek sistemik, termasuk lelah, mengantuk, dan lesu, dapat muncul dari respon peradangan. Gejala-gejala ini sering menambah perburukan kualitas hidup.

Berdasarkan cara masuknya, allergen dibagi atas :

1. Alergen inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel, bulu binatang.

2. Alergen ingestan yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan misalnya susu, telur, coklat, ikan, udang.

3. Alergen injektan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa.

4. Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik, perhiasan.

Gejala Klinis

Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai bersin patologis.

Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).

Tanda-tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau laring. Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang garis hitam melintang pada tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema mukosa hidung yang dapat muncul kebiruan. Lubang hidung bengkak. Disertai dengan sekret mukoid atau cair. Tanda di mata termasuk edema kelopak mata, kongesti konjungtiva, lingkar hitam dibawah mata (allergic shiner). Tanda pada telinga termasuk retraksi membran timpani atau otitis media serosa sebagai hasil dari hambatan tuba eustachii. Tanda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hiperplasia submukosa jaringan limfoid. Seorang anak dengan rinitis alergi perenial dapat memperlihatkan semua ciri-ciri bernafas mellaui mulut yang lama yang terlihat sebagai hiperplasia adenoid. Tanda laringeal termasuk suara serak dan edema pita suara.

Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah penciuman, mengi, penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip. Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur.

DiagnosisDiagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan :

AnamnesisAnamnesis sangat penting, karena seringkali serangan tidak terjadi di hadapan pemeriksa. Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja.

Pemeriksaan rinoskopi anteriorPada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak.

1. Pemeriksaan naso endoskopi

2. Pemeriksaan sitologi hidung

Walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil 5 sel/lap mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri.

Hitung eosinofil dalam darah tepiDapat normal atau meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE total (prist-paper radio immunosorbent test) seringkali menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria. Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi. Lebih bermakna adalah pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzym Linked Immuno Sorbent Assay)

Uji kulitUntuk mencari alergen penyebab secara invivo. Jenisnya skin end-point tetration/SET (uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri), prick test (uji cukit), scratch test (uji gores), challenge test (diet eliminasi dan provokasi) khusus untuk alergi makanan (ingestan alergen) dan provocative neutralization test atau intracutaneus provocative food test (IPFT) untuk alergi makanan (ingestan alergen)

Penatalaksanaan1. Hindari kontak dengan alergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi. Keduanya merupakan terapi paling ideal. Eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan)

2. Simtomatis. Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, obat-obatan simpatomimetik, kortikosteroid dan sodium kromoglikat.

3. Operatif. Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.

4. Imunoterapi. Imunoterapi atau hiposensitisasi digunakan ketika pengobatan medikamentosa gagal mengontrol gejala atau menghasilkan efek samping yang tidak dapat dikompromi. Imunoterapi menekan pembentukan IgE. Imunoterapi juga meningkatkan titer antibodi IgG spesifik. Jenisnya ada desensitisasi, hiposensitisasi & netralisasi. Desensitisasi dan hiposensitisasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi inhalan.

Komplikasi1. Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.

2. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.

3. Sinusitis paranasal.

4. Masalah ortodonti dan efek penyakit lain dari pernafasan mulut yang lama khususnya pada anak-anak.

5. Asma bronkial. Pasien alergi hidung memiliki resiko 4 kali lebih besar mendapat asma bronkial.

PrognosisBanyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati. Pada beberapa kasus (khususnya pada anak-anak), orang mungkin memperoleh alergi seiring dengan sistem imun yang menjadi kurang sensitif pada alergen.

1