mikronut deff

17
A. MASALAH GIZI TERKAIT DEFISIENSI ZAT GIZI MIKRONUTRIEN Mikronutrien adalah zat gizi (nutrien) yang diperlukan oleh tubuh manusia selama hidupnya dalam jumlah kecil untuk melaksanakan fungsi-fungsi fisiologis, tetapi tidak dapat dihasilkan sendiri oleh tubuh. Mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral yang tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi dapat diperoleh dari makanan. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil, tetapi berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia.Kekurangan gizi mikro (micronutrient) biasanya disebut sebagai kelaparan yang terselubung (hidden hunger). Kondisi ini juga terkait dengan kerawanan pangan dan keragaman pangan, terutama jika makanan yang dikonsumsi memiliki kualitas diet rendah. B. VITAMIN MINERAL DEFICIENCY 1. Iron Deficiency Anaemia (IDA) IDA atau di Indonesia dikenal dengan Anemia Gizi Besi (AGB) disebabkan karena asupan zat besi/Fe dalam makanan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan yang seharusnya dalam waktu yang lama. IDA menyebankan penurunan aktifitas dan produktifitas seseorang. Pada anak usia 6 – 24 bulan, kekurangan zat besi ini dapat mengganggu kenormalan perkembangan otak. Efek pada anak- anak antara lain stunting, mudah sakit, kehadiran sekolah kurang, konsentrasi belajar dan memori rendah. Kekurangan zat besi yang sangat juga bisa menyebabkan tingginya kematian selama kehamilan maupun persalinan. a. Prevalensi Global IDA

Transcript of mikronut deff

Page 1: mikronut deff

A. MASALAH GIZI TERKAIT DEFISIENSI ZAT GIZI MIKRONUTRIEN

Mikronutrien adalah zat gizi (nutrien) yang diperlukan oleh tubuh manusia selama

hidupnya dalam jumlah kecil untuk melaksanakan fungsi-fungsi fisiologis, tetapi tidak

dapat dihasilkan sendiri oleh tubuh. Mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral yang

tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi dapat diperoleh dari makanan. Walaupun

dibutuhkan dalam jumlah kecil, tetapi berperan dalam pertumbuhan dan

perkembangan manusia.Kekurangan gizi mikro (micronutrient) biasanya disebut

sebagai kelaparan yang terselubung (hidden hunger).  Kondisi ini juga terkait dengan

kerawanan pangan dan keragaman pangan, terutama jika makanan yang dikonsumsi

memiliki kualitas diet rendah.

B. VITAMIN MINERAL DEFICIENCY

1. Iron Deficiency Anaemia (IDA)

IDA atau di Indonesia dikenal dengan Anemia Gizi Besi (AGB) disebabkan

karena asupan zat besi/Fe dalam makanan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan

yang seharusnya dalam waktu yang lama. IDA menyebankan penurunan aktifitas dan

produktifitas seseorang. Pada anak usia 6 – 24 bulan, kekurangan zat besi ini dapat

mengganggu kenormalan perkembangan otak. Efek pada anak-anak antara lain

stunting, mudah sakit, kehadiran sekolah kurang, konsentrasi belajar dan memori

rendah. Kekurangan zat besi yang sangat juga bisa menyebabkan tingginya

kematian selama kehamilan maupun persalinan.

a. Prevalensi Global IDA

IDA ternyata menjadi masalah gizi tingkat dunia, karena masih banyak

Negara-negara yang prevalensi kejadian IDA-nya tinggi. Pengkajian prevalensi ini

dibedakan menurut kelompok populasi : usia sebelum sekolah, usia sekolah. Bumil,

WUS, Laki-laki dan Lansia. Secara global prevalensi IDA sebagai berikut.

Tabel 1.

Page 2: mikronut deff

Prevalensi tertinggi terjadi pada anak usia sebelum sekolah yaitu sebanyak

47,4% dan jumlah tertinggi terjadi pada WUS yaitu sebanyak 468 juta jiwa. Hal ini

perlu menjadi perhatian karena meskipun tidak secara langsung, masa tersebut

merupakan usia penting terkait dengan mempersiapkan “Windows of opportunity”.

Berikut ini gambaran beberapa Negara yang masih mengalami IDA.

Tabel 2. Estimasi Prevalensi Iron Deficiency pada Balita

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa prevalensi IDA di berbagai Negara cukup

tinggi, hampir semuanya diatas 20%. Dan prevalensi tertinggi di Sierra Leone, Afrika

sebesar 86%. Sedangkan untuk persebaran IDA di berbagai belahan dunia dapat

dilihat pada gambar berikut :

Page 3: mikronut deff

Gambar 1. Persebaran Anemia pada Anak Usia Belum Sekolah

Negara-negara yang masuk kategori severe IDA (parah) untuk kelompok

Anak usia belum sekolah antara lain : sebagian besar Amerika Selatan, sebagian

besar Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara termasuk Indonesia dan juga Papua

Nuguenea.

Gambar 2. Persebaran Anemia pada Ibu Hamil

Page 4: mikronut deff

Negara-negara yang masuk kategori severe IDA (parah) untuk kelompok ibu

hamil antara lain : sebagian kecil Amerika Selatan, sebagian besar Afrika, Asia

Selatan, Asia Barat, Asia Tenggara termasuk Indonesia dan juga Papua Nuguenea.

Gambar 3. Persebaran Anemia pada Wanita Usia Subur (WUS)

Negara-negara yang masuk kategori severe IDA (parah) untuk kelompok

WUS antara lain : sebagian kecil Amerika Selatan, sebagian besar Afrika, Asia

Selatan, sebagian kecil Asia Tenggara dan Papua Nuguenea.

b. Prevalensi IDA di Indonesia

Page 5: mikronut deff

Menurut WHO Global Database in Vitamin A Deficiency, prevalensi estimasi

anemia pada pra-sekolah 44,5% termasuk Severe(parah), bumil 44,3% termasuk

Severe(parah), dan pada WUS 33,1% termasuk Moderate (sedang). Namun, ada

perbedaan dengan data prevalensi anemi pada bumil menurut Riskesdas 2001

(40,1%) dan menurun di Riskesdas 2007 (24,5%).

Sedangkan menurut Unicef ( DI Indonesia), prevalensi anemia pada tahun 2008

sebesar 33% pada WUS, 44% pada Bumil, dan 45% pada Usia Pra-sekolah. Hal ini

menunjukkan bahwa kejadian anemia di Indonesia masih sangat perlu mendapat

perhatian yang lebih.

c. Tingkat Keparahan yang Ditimbulkan

Dari data tersebut bisa dikatakan rata-rata 40%-60% populasi anak indonesia

usia 6-24 bulan beresiko gangguan perkembangan otak. Kematian tiap tahun-nya

pada wanita muda Indonesia diperkirakan 1826 orang selama kehamilan dan

persalinan. Rata-rata 20.852 bayi tiap tahunnya beresiko kematian setelah lahir

ataupun sebelum lahir. Dan terjadi penurunan produktifitas 1,1% GDP pada dewasa

usia kerja.

2. Iodine Deficiency Disorder (IDD)

a. Prevalensi Global IDD

Fenomena IDD seperti fenomena gunung es dapat dilihat pada gambar

berikut. Dari 1,6 milyar penduduk dunia yang mengalami IDD dan beresiko retardasi

mental, 655 juta jiwa mengalami goiter, 26 juta jiwa mengalami kerusakan otak, dan

pada puncaknya sekitar 6 juta jiwa mengalami kretinisme.

Page 6: mikronut deff

Gambaran persebaran IDD secara global menurut WHO Global database of

Iodine Deficiency 2004 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 7: mikronut deff

Negara- Negara yang mengalami IDD kategori severe(parah) adalah

sebagian Asia selatan. Indonesia termasuk dalam kategori moderate (sedang).

b. Prevalensi IDD di Indonesi

Persebaran IDD di Indonesia menurut WHO Global database of Iodine

Deficiency 2004 seperti pada gambar di atas, menunjukkan bahwa kepulauan

Maluku dan Nusa Tenggara Timur memiliki prevalensi yang sangat tinggi (≥ 30%),

Sulawesi Tenggara dan Sumatra Barat prevalensi IDD tinggi (20-29,9%). Aceh,

Sumut, Bengkulu, Jambi, Lampung, Kalteng, Sulteng, Sulsel, dan Papua termasuk

prevalensi sedang (5-19,9%), dan selain itu masih dalam prevalensi < 5%.

c. Tingkat keparahan yang Ditimbulkan

IDD menyebabkan penurunan kapasitas mental dan potensial kerja. Pada

kehamilan, IDD dapat mengakibatkan kematian bayi, cacat fisik, atau kerusakan

parah pada otak. Rata-rata 499.070 bayi lahir di Indonesia dengan tingkat intelegensi

yang kurang dikarenakan defisiensi iodine selama kehamilan. Pada usia sekolah

manifestasi yang muncul antara lain kemampuan belajar yang rendah, ketrampilan

berbicara dan mendengar yang kurang, presentasi kehadiran kurang. Hal tersebut

juga mengakibatkan penurunan 10%-15% rata- rata IQ pointnya. Bahayanya

berbagai dampak yang ditimbulkan ini bersifat permanen.

Page 8: mikronut deff

3. Vitamin A Deficiency (VAD)

VAD dapat merusak system imun sehingga mudah terkena penyakit dan lebih

parah, hal ini juga meningkatkan rata-rata kematian balita meningkat. Estimasi

kematian anak 23.735 jiwa setiap tahunnya karena meningkatnya kejadian infeksi

yang disebabkan VAD. Rata-rata 25% anak Indonesia tumbuh dengn system imun

yang lemah, sehingga mengakibatkan tingginya frekuensi kesakitan dan

pertumbuhan yang tidak optimal.

a. Prevalensi Global VAD

Prevalensi global VAD pada anak usia < 3 tahun menurut The Micronutrient

Database Project tahun 2003 terlihat pada gambar di atas menunjukkan bahwa dari

tahun 1995 – 2000 terjadi perkembangan yang baik karena terlihat penurunan

prevalensi pada masing- masing Region meskipun sangat sedikit. Data tersebut

menggambarkan masi tingginya VAD di berbagai region. Prevalensi tertinggi terjadi

di India yaitu 58% pada tahun 2000 sedangkan prevalensi terendah terjadi di region

Amerika Tengah dan kep. Karibia yaitu sebesar 16% pada tahun yang sama.

Page 9: mikronut deff

Persebaran Night Blindness pada Anak Pra-sekolah Tahun 1995-2005

Persebaran Defisiensi Serum Retinol Pasa Usia Pra-Sekolah Tahun 1995-

2005

Page 10: mikronut deff

Persebaran Night Blindness Pada Bumil Tahun 1995-2005

Persebaran Defisiensi Serum Retinol Pada Bumil Tahun 1995-2005

Page 11: mikronut deff

b. Prevalensi VAD di Indonesia

Prevalensi VAD di Indonesia menurut WHO Global Database Vitamin A

Deficiency tahun 2005 adalah 26% pada anak dibawah 6 tahun dengan manifestasi

sub klinis.

c. Tingkat Keparahan Yang Ditimbulkan

50,1% balita usia 6-59 bulan akibat VAD sub klinis

Kematian balita akibat VAD 1,75x lebih tinggi. 1 dari 4 balita meninggal

karena VAD dan hampir terjadi 70 kematian setiap harinya.

Hamir 200.000 kematian ibu akibat VAD (3,85x lebih tinggi)

VAD menyebabkan penurunan system imun terutama pada paru-paru dan

usus.

VAD menyebabkan kebutaan dan buta senja pada penglihatan.

VAD menyebabkan kurangnya konsentrasi dan meningkatkan absensi

4. Zinc Deficiency

a. Prevalensi di Indonesia

Di Indonesia, belum diperoleh data lengkap mengenai masalah defisiensi

zinc. Akan tetapi beberapa peneliti menyebutkan bahwa apabila di suatu masyarakat

prevalensi defisiensi zat besi (Fe) tinggi, biasanya pada masyarakat tersebut

prevalensi defisiensi zinc juga tinggi. Untuk diketahui, defisiensi zat besi (anemia

kurang besi, AKB) merupakan salah satu masalah gizi kurang di Indonesia, dengan

Page 12: mikronut deff

rata-rata prevalensi sebesar 48,86 %. Hasil sementara penelitian Puslitbang Gizi dan

Direktorat Gizi pada tahun 2006 di tujuh provinsi di Indonesia menunjukkan

prevalensi defisiensi zinc berkisar antara 7,96 sampai 44,74 %.

Studi masalah gizi mikro di 10 provinsi oleh P3GM Kemenkes pada 2006

mengungkapkan, prevalensi balita yang mengalami kekurangan zinc mencapai

sebesar 32 persen. Asupan zinc pada balita hanya mencapai 30 persen dari angka

kecukupan gizi (AKG)

b. Tingkat Keparahan Yang Ditimbulkan

Defisiensi zinc akan terjadi bila: asupan zinc tidak cukup, penyerapan zinc

oleh usus terganggu, tingginya kehilangan zinc dari tubuh, dan kebutuhan tubuh

akan zinc meningkat (misalnya pada anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui).

Tanda-tanda defisiensi zinc antara lain: pertumbuhan terhambat, rambut

rontok, diare, terhambatnya kematangan seksual dan impotensi, luka pada mata dan

kulit, serta hilangnya nafsu makan. Individu yang mudah mengalami defisiensi zinc

termasuk: bayi dan anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui, terutama ibu muda,

pasien yang memperoleh ‘total parenteral nutrition’ (intravenous feeding), individu

kurang gizi (termasuk penderita PEM), individu yang mengalami diare berat atau

diare persisten, individu yang mempunyai sindrom mal-absorpsi, individu penderita

penyakit radang lambung, individu penderita penyakit hati akibat keracunan minuman

beralkohol (akan mensekresikan lebih banyak zinc dalam urine, dan kadar zinc

dalam hatinya rendah), individu penderita anemia, manula atau lansia (berumur lebih

dari 65 tahun), serta mereka yang tergolong ‘strict vegetarians’.

Defisiensi mikronutrien zinc dapat mengganggu pertumbuhan fisik,

kemampuan mental, system imun, dan meningkatkan resiko penyakit malaria, diare

dan Infeksi pernafasan. Defisiensi zinc juga turut menyumbangkan kematian 1 juta

jiwa penduduk dunia tiap tahunnya.

C. KESIMPULAN

Di indonesia, malnutrisi mikronutrien ini menjadi masalah tersendiri karena

ketiadaan data yang valid mengenai hal itu. Padahal, diketahui jumlah anak balita

saat ini sekitar 12 persen (sekitar 28,5 juta jiwa) dari total penduduk, yang

Page 13: mikronut deff

berdasarkan Sensus Penduduk 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa. Kelompok penduduk

ini juga rentan terhadap masalah nutrisi dan kesehatan. Sementara untuk membuat

sebuah program intervensi nutrisi terkait pengembangan anak dan kekurangan gizi,

tentu diperlukan sebuah survei dasar untuk memperoleh informasi mengenai

masalah nutrisi, terutama kekurangan nutrisi mikronutrien. Sedangkan Data-data

mengenai kekurangan mikronutrien seperti vitamin A, B, D, asam folat, atau zinc di

Indonesia sangat terbatas

Perwakilan UNICEF di Indonesia, Di Indonesia, 1 dari setiap 3 anak di bawah

usia lima tahun masih menderita kekurangan gizi.  Malnutrisi mikro maipun makro

adalah penyebab dari separuh kematian anak Indonesia, lanjutnya, dan bagi mereka

yang bertahan hidup, kekurangan gizi masih menyebabkan masalah jangka panjang

seperti terhambatnya perkembangan otak yang mempengaruhi kecerdasan dan

potensi belajar, pertumbuhan fisik berkurang yang pada gilirannya dapat

menyebabkan kekebalan terhadap penyakit melemah dan rendah produktivitas, dan

peningkatan risiko berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes, penyakit obesitas,

jantung dan stroke. Selain dampak pada perorangan, studi terakhir membeberkan

bahwa kekurangan gizi juga menyebabkan Indonesia kehilangan Rp 62 triliun setiap

tahun dalam produktivitas yang hilang melalui standar pendidikan yang buruk dan

kemampuan fisik berkurang. (http://www.unicef.org).