MIKROENKAPSULASI ASAM MEFENAMAT DENGAN PENYALUT …
Transcript of MIKROENKAPSULASI ASAM MEFENAMAT DENGAN PENYALUT …
MIKROENKAPSULASI ASAM MEFENAMAT DENGAN
PENYALUT NATRIUM CARBOXYMETHYL CELLULOSA
(NaCMC) MENGGUNAKAN METODE
PENGUAPAN PELARUT
SKRIPSI
Oleh:
SEFNI KURNIA SARI
NIM : 1504148
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2020
ii
PERNYATAAN ORISINILITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sefni Kurnia Sari
NIM : 1504148
Judul Skripsi : Mikroenkapsulasi Asam Mefenamat Dengan Penyalut
Natrium Carboxymethyl Cellulosa (NaCMC) Menggunakan
Metode Penguapan Pelarut
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi yang saya tulis merupakan hasil karya saya sendiri, terhindar dari unsur
plagiarisme, dan data beserta seluruh isi skripsi tersebut adalah benar adanya
2. Saya menyerahkan hak cipta dari skripsi tersebut Universitas Perintis Indonesia
untuk dapat dimanfaatkan dalam kepentingan akademis
Padang, 10 September 2020
Sefni Kurnia Sari
iii
Lembar Pengesahan Skripsi
Dengan ini dinyatakan bahwa :
Nama : Sefni Kurnia Sari
NIM : 1504148
Judul Skripsi : Mikroenkapsulasi Asam Mefenamat Dengan Penyalut
Natrium Carboxymethyl Cellulosa (NaCMC) Menggunakan
Metode Penguapan Pelarut
Telah diuji dan disetujui skripsinya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm) melalui ujian sarjana yang diadakan pada tanggal 10
September 2020 berdasarkan ketentuan yang berlaku
Ketua Sidang
apt. Mimi Aria, M.Farm
Pembimbing I Anggota Penguji I
Prof. Dr. apt. Elfi Sahlan Ben apt. Lola Azyenela, M.Farm
Pembimbing II Anggota Penguji II
apt. Revi Yenti, M.Si apt. Dedi Nofiandi, M.Farm
Mengetahui :
Ketua Prodi S1 Farmasi
apt. Revi Yenti, M.Si
iv
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah
Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi
segala sesuatu”
(Q.S AT-THALAQ: 12)
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah S.W.T yang telah mengizinkan
dan memberikan kesempatan , kebaikan serta kelancaran kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan pendidikan S1 Farmasi ini.....
Teruntuk Ibu dan bapak…
Terimakasih atas segala support yang telah engkau berikan, segala do’a kebaikan yang
telah engkau hantarkan, karena semua yang telah penulis lalui ini berkat do’a dan air
mata disetiap sujud dan tengadahmu kepada ALLAH...
Semua ini penulis persembahkan untuk ibu dan bapak tercinta…..
Untuk adik ( Azha Apriliani )
Terima kasih atas segala kasih sayang, semangat, hiburan serta dukungan
yang diberikan kepada penulis yang menjadikan penulis kuat disetiap
langkah ….
Teruntuk semua dosen dan staf STIFI Perintis Padang, terimakasih untuk mu yang
sangat berarti semoga berguna dimasa depan. Teristimewa kepada Bapak Prof. Dr. apt.
Elfi Sahlan Ben dan Ibuk apt. Revi Yenti, M.Si yang telah banyak membimbing penulis
dengan penuh kesabaran dari awal sampai saat ini, serta ibuk apt. Ria Afrianti, M.Farm
sebagai pembimbing akademik yang sudah sangat membantu, membimbing serta
menasehati penulis selama ini.
“ Untuk sahabat ku Wely Dafriani, terimakasih sudah memberikan banyak
semangat dan juga doa, serta menjadi tempat berbagi selama ini. Dan juga
adik seperjuangan ku Elma Dewita Siregar & Athiyah Erza Sasmi yang banyak
membantu dan menemani masa suka duka selama penelitian ini...
Untuk orang-orang tercinta yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima
kasih atas semangat, dukungan, do’anya selama ini…
By : Sefni Kurnia Sari
v
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa ilmu, kesehatan,
kesempatan dan kemudahan sehingga penulis telah dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi yang berjudul “MIKROENKAPSULASI ASAM
MEFENAMAT DENGAN NATRIUM CARBOXYMETHYL CELLULOSA
(NaCMC) MENGGUNAKAN METODE PENGUAPAN PELARUT” yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu
pada Universitas Perintis Indonesia.
Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari doa, dukungan, semangat dan
kasih sayang dari Bapak/Ibu, saudara dan sahabat. Rasa hormat dan terimakasih yang
tulus penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. apt. Elfi Sahlan Ben dan Ibu apt. Revi Yenti, M.Si selaku
dosen pembimbing saya yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
untuk memberikan bimbingan, nasehat dan pengarahan dalam pelaksanaan
penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Ibu apt. Ria Afrianti, M.Farm selaku pembimbing akademik, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam kegiatan akademis penulis di
Universitas Perintis Indonesia.
3. Ibu apt. Revi Yenti, M.Si selaku Ketua Prodi S1 farmasi Universitas Perintis
Indonesia.
4. Ibu Dr. apt. Eka Fitrianda, M.Farm selaku Dekan S1 farmasi Universitas
Perintis Indonesia.
5. Bapak dan Ibu dosen, serta seluruh staf pengajar Universitas Perintis
Indonesia yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan dan
vi
6. bimbingan serta nasehat yang sangat berguna bagi penulis selama menjalani
pendidikan.
7. Kepala Labor Farmasetik serta Analis Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
(STIFI) Perintis Padang Yayasan Perintis, Analis Labor Sediaan Padat
Fakultas Farmasi UNAND Padang., serta seluruh pihak yang membantu
Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
kita semua. Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan yang bernilai
ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan penyempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua.
Padang, 10 September 2020
Penulis
vii
ABSTRAK
Asam mefenamat merupakan analgetik yang termasuk dalam golongan anti-
inflamasi non steroid (AINS) yang mempunyai efek analgesik, anti-inflamasi dan
antipiretik. Asam Mefenamat memiliki waktu paruh yang pendek yang dapat
menyebabkan iritasi lambung pada penggunaan jangka panjang. Asam Mefenamat
merupakan senyawa obat yang rentan terhadap pengaruh cahaya maupun udara atau
kelembapan, sehingga penyimpanannya tidak lebih dari 30oC. Penelitian ini bertujuan
untuk memformulasi dan melakukan preparasi mikroenkapsulasi terhadap asam
mefenamat menggunakan polimer Natrium Carboxymethyl Cellulosa (NaCMC)
dengan metode penguapan pelarut kemudian mengkarakterisasi hasil mikrokapsul
yang diperoleh. Preparasi dilakukan dengan membandingkan dari 3 formula Asam
Mefenamat-NaCMC yaitu F1 (1:1), F2 (1:2) dan F3 (1:3). Parameter yang diamati
meliputi efisiensi penjerapan, bentuk partikel, distribusi ukuran partikel, serta
pengujian disolusi. Hasil yang diperoleh menunjukkan persentase zat aktif yang
terjerap berturut-turut sebesar 7,36% ; 9,08% ; 7,52%. Bentuk partikel yang
dihasilkan yaitu sferis (bulat) dan tidak sferis (tidak bulat), dan ukuran partikel yang
memenuhi rentang ukuran mikroenkapsulasi masing-masingnya yaitu 15,37 µm; 12,92 µm; 12,75 μm, pelepasan zat aktif pada medium dapar fosfat pH 7,4 masing-
masing sebesar 81,62% ; 45,47% ; 45,07%. Berdasarkan data statistik diketahui
bahwa nilai efisiensi penjerapan menunjukkan bahwa formula dapat berdistribusi
dengan normal (> 0,05) dan homogenitas menghasilkan data yang tidak homogen
yaitu 0,003, karena data yang homogen harus > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
data statistik dari nilai efisiensi penjerapan tidak bisa dilanjutkan dengan uji Duncan,
karena salah satu persyaratan dari ANOVA 1 arah yang tidak terpenuhi yaitu harus
terdistribusi normal dan harus homogen. Jika dilihat secara fisik dapat disimpulkan
bahwa di dapatkan sediaan mikroemulsi.
Kata kunci : Mikroenkapsulasi, Asam Mefenamat, NaCMC, Penguapan Pelarut
viii
ABSTRACT
Mefenamic acid is an analgesic that is included in the non-steroidal anti-
inflammatory group (NSAID) which has analgesic, anti-inflammatory and antipyretic
effects. Mefenamic acid has a short duration of action which can cause stomach
irritation with long-term use. Mefenamic acid is a medical substance that is
susceptible to the influence of light or air or humidity, so that it’s storage is not more
than 30o
C. This study aims to formulate and prepare microencapsulation of
mefenamic acid using Natrium Carboxymethyl Cellulosa (NaCMC) polymers with
the solvent evaporation method and then characterize the results of the microcapsules
obtained. Preparation is done by comparing 3 formulas, namely F1 (1:1), F2 (1:2) and
F3 (1:3). The parameters observed include entrapment efficiency, particle shape,
particle size distribution, and dissolution testing. The results obtained show the
percentage of active substances absorbed is 7,36% ; 9,08% ; 7,52%. With spherical
(round) and non-spherical (non-spherical) particles, and particle sizes that meet the
microencapsulation size range each of 15,37 µm; 12,92 µm; 12,75 μm and the release
of active substances in phosphate buffer pH of 7.4 each of 2, 81,62% ; 45,47% ;
45,07%. Based on statistical data, it is known that the absorption efficiency value shows that the formula can be normally distributed (>0,05) and homogeneity result in
non-homogeneus data, namely 0,003 because data must be >0,05. This shows that the
statistical data of the absorption efficiency value cannot be continued with the
Duncan test, because one of the unfilled 1-way ANOVA requirements is that it must
be normally distributed and must be homogeneous. If seen physically, it can be
concluded that microemulsion preparations are obtained.
Keywords: Microencapsulation, Mefenamic Acid, NaCMC, Solvent Evaporation
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA . ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ................................................................................................. 4
II.TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 Pembuatan Mikrokapsul......................................................................... 5
2.1.1 Definisi ...................................................................................... 5
2.1.2 Tujuan Pembuatan Mikrokapsul ............................................... 5
2.1.3 Penggunaan Mikrokapsul...……………………………………..5
2.1.4 Prinsip Dasar Pembuatan Mikrokapsul ..................................... 6
2.1.5 Ukuran Partikel Mikrokapsul ..................................................... 7
2.1.6 Teknik Pembuatan Mikrokapsul ................................................. 7
2.1.6.1 Suspensi Udara ............................................................... 7
2.1.6.2 Pemisahan Fasa Koaservasi ........................................... 8
2.1.6.3 Polimerasi Antar Permukaan.......................................... 9
2.1.6.4 Polimerasi In Situ ........................................................... 9
2.1.6.5 Penguapan Pelarut .......................................................... 10
2.1.6.6 Pengeringan Semprot ..................................................... 10
2.1.6.7 Pembekuan Semprot....................................................... 10
2.1.6.8 Penyalutan Dalam Panci ................................................ 11
2.1.6.9 Lubang Ganda Sentrifugasi ............................................ 11
2.2 Asam Mefenamat ................................................................................. 11
2.2.1 Monografi .................................................................................... 11
2.2.2 Farmakologi ................................................................................ 12
2.3 Monografi Natrium Carboxymethyl Cellulosa ..................................... 12
2.4 Disolusi ................................................................................................. 13
2.4.1 Teori Disolusi .............................................................................. 13
2.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Disolusi ......................................... 14
2.4.3 Metode-Metode Penentuan Laju Disolusi ................................... 16
III. METODA PENELITIAN ..................................................................... 17
x
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 17
3.2 Metodologi Penelitian ........................................................................ 17
3.2.1 Alat ............................................................................................ 17
3.2.2 Bahan ......................................................................................... 17
3.3 Pemeriksaan Bahan Baku ..................................................................... 17
3.3.1 Formula Mikrokapsul ............................................................... 18
3.3.2 Pembuatan Mikrokapsul ............................................................ 18
3.3.3 Evaluasi Mikrokapsul Asam Mefenamat .................................. 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 23
4.1 Hasil ................................................................................................... 23
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 31
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 31
5.2 Saran .................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 32
LAMPIRAN .................................................................................................... 37
xi
DAFTAR TABEL
1. Proses Pembuatan Mikrokapsul dan Penerapannya .................................... 7
2. Formulasi Mikrokapsul Asam Mefenamat.................................................. 18
3. Hasil Pengamatan Zat Aktif Asam Mefenamat .......................................... 39
4. Hasil Pemeriksaan NaCMC ........................................................................ 40
5. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Mikrokapsul Asam Mefenamat .............. 41
6. Hasil Perolehan Kembali Mikrokapsul Asam Mefenamat.......................... 42
7. Hasil Pemeriksaan Distribusi Ukuran Partikel Mikrokapsul F1 ................. 44
8. Hasil Pemeriksaan Distribusi Ukuran Partikel Mikrokapsul F2 ................. 45
9. Hasil Pemeriksaan Distribusi Ukuran Partikel Mikrokapsul F3 ................. 46
10.Data Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat dalam Dapar Fosfat pH 7,4
dengan Berbagai Konsentrasi yang Diukur pada Panjang Gelombang
284 nm ......................................................................................................... 48
11.Hasil Penetapan Kadar Asam Mefenamat................................................... 49
12.Hasil Disolusi Asam Mefenamat ................................................................ 50
13.Hasil Disolusi Mikrokapsul Formula 1 ....................................................... 50
14.Hasil Disolusi Mikrokapsul Formula 2 ....................................................... 51
15.Hasil Disolusi Mikrokapsul Formula 3 ....................................................... 51
16.Hasil Efisiensi Penjerapan Asam Mefenamat ............................................. 54
xii
DAFTAR GAMBAR
1. Rumus Struktur Asam Mefenamat .............................................................. 11
2. Sertifikat Bahan Baku Asam Mefenamat .................................................... 38
3. Organoleptis Mikrokapsul Asam Mefenamat Formula 1, Formula 2,
Formula 3 .................................................................................................... 41
4. Morfologi Asam Mefenamat ....................................................................... 43
5. Morfologi Natrium Carboxymethyl Cellulosa (NaCMC) ........................... 43
6. Morfologi Formula 1 ................................................................................... 43
7. Morfologi Formula 2. .................................................................................. 43
8. Morfologi Formula 3 ................................................................................... 43
9. Kurva Distribusi Ukuran Partikel Mikrokapsul F1 ........................................ 44
10.Kurva Distribusi Ukuran Prtikel Mikrokapsul F2 ....................................... 45
11.Kurva Distribusi Ukuran Partikel Mikrokapsul F3 ..................................... 46
12.Spektrum Panjang Gelombang Serapan Maksimum Asam Mefenamat
Dengan Medium Dapar Fosfat pH 7,4 pada Panjang Gelombang
200-400 nm pada Konsentrasi 18 ppm........................................................ 47
13.Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat dalam Dapar Fosfat pH 7,4 ................. 48
14.Kurva Disolusi Mikrokapsul Asam Mefenamat ......................................... 52
13.Alat SEM ..................................................................................................... 57
14.Alat Disolusi................................................................................................ 57
15.Alat Mikroskop Optilab .............................................................................. 57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skema Kerja Pembuatan Mikrokapsul Asam Mefenamat .......................... 37
2. Sertifikat Bahan Baku ................................................................................. 38
3. Pemeriksaan Zat Aktif................................................................................. 39
4. Pemeriksaan Bahan Tambahan ................................................................... 40
5. Pemeriksaan Organoleptis ........................................................................... 41
6. Persen Perolehan Kembali Mikrokapsul ..................................................... 42
7. Analisa Scanning Electron Mycroscopy (SEM) dengan Perbesaran 500
kali ............................................................................................................... 43
8. Distribusi Ukuran Partikel........................................................................... 44
9. Spektrum Panjang Gelombang Serapan Maksimum Asam Mefenamat
dengan Medium Dapar Fosfat pH 7,4 ......................................................... 47
10.Data Kalibrasi Larutan Standar Asam Mefenamat ..................................... 48
11.Penetapan Kadar Mikrokapsul Pada Asam Mefenamat. ............................. 49
12.Disolusi Mikrokapsul Asam Mefenamat Dengan Medium Dapar Fosfat
pH 7,4. ......................................................................................................... 50
13.Penetapan Efisiensi Penjerapan................................................................... 54
14.Analisis Anova ............................................................................................ 55
15.Alat-alat yang digunakan ............................................................................ 57
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam mefenamat merupakan analgetik yang termasuk dalam golongan anti-
inflamasi non steroid (AINS) yang mempunyai efek analgesik, anti-inflamasi dan
antipiretik (Reynold, 1982). Asam mefenamat bekerja dengan cara menghambat
enzim siklooxygenase, yaitu suatu enzim yang berperan dalam pembentukan
prostaglandin (Wilmana, 1995). Menurut Ramanathan, dkk., 2010, mengatakan
bahwa asam mefenamat memiliki waktu paruh yang pendek yang dapat menyebabkan
iritasi lambung pada penggunaan jangka panjang. Jika asam mefenamat dibuat
sediaan lepas lambat obat akan dilepas secara perlahan menghasilkan obat yang dapat
mempertahankan efek terapeutiknya dalam waktu tertentu dibandingkan dengan obat
yang bukan sediaan lepas lambat sehingga akan mengurangi jumlah penggunaan obat
dan menghindari fluktuasi kadar obat di dalam plasma.
Asam mefenamat berada dalam kelompok Biopharmaceutical Classification
System (BCS) kelas II memiliki kelarutan yang rendah dan permeabilitas yang tinggi
(FDA, 1997). Sifat obat yang dapat mempengaruhi sediaan lepas lambat menurut
Lachman, obat yang sangat mudah larut dalam air sangat tidak sesuai untuk sediaan
lepas lambat sedangkan obat yang sangat sukar larut air akan sulit dimasukkan
kedalam sistem sediaan lepas lambat, batas bawah kelarutan obat adalah 0,1 mg/mL.
Pada kelarutan asam mefenamat menurut Farmakope edisi V praktis tidak larut dalam
air sedangkan menurut Budavari tahun 2001, mengatakan asam mefenamat memiliki
kelarutan dalam air sangat kecil yaitu 0,0041 gr/100 mL pada suhu 25o
C dan 0,008
2
gr/100 mL pada suhu 37o
C. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya peningkatan
kelarutan untuk mendapatkan bioavaibilitas yang baik. Asam Mefenamat juga
merupakan senyawa obat yang rentan terhadap cahaya maupun udara, katidakstabilan
ini akan berakibat penurunan kadar asam mefenamat jika disimpan pada suhu yang
berbeda, sehingga penyimpanan tidak lebih dari 30oC dan terlindungi dari cahaya
(Retnaningsih dkk, 2017).
Pada sediaan lepas lambat ini bertujuan untuk mengoptimalkan penyampaian obat
sehingga dapat meminimalisir fluktuasi kadar plasma dan mempertahankan kadar
plasma dalam batas kadar terapi (Suprapto et al., 2010). Hal ini akan menyebabkan
obat akan terdisolusi secara perlahan di dalam tubuh sehingga terapi yang diberikan
lebih baik. Sediaan lepas lambat yang ideal dirancang untuk dapat melepaskan suatu
dosis terapeutik awal untuk menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan secara
cepat, dan diikuti pelepasan dosis penjagaan yang lebih lambat dan konstan untuk
mempertahankan efek terapeutik selama periode waktu tertentu, misalnya 12 - 24
jam. Dengan adanya pelepasan yang konstan tersebut maka terjadinya fluktuasi kadar
obat dalam plasma dapat dihindari.
Salah satu sediaan lepas lambat yaitu mikroenkapsul. Mikroenkapsulasi
merupakan proses penggunaan penyalut yang relative tipis pada partikel-partikel kecil
zat padat atau tetesan cairan dan dispersi zat cair, dimana ukuran partikel berkisar
antara 1-5000 µm. Teknik mikroenkapsulasi biasa digunakan untuk meningkatkan
stabilitas, mengurangi efek samping dan efek toksik serta memperpanjang pelepasan
obat (Benita, S., 2006). Hasil dari mikroenkapsulasi inilah yang disebut dengan
3
mikrokapsul. Komponen penyusun dari mikrokapsul ini ada bahan inti yang
merupakan zat aktif sediaan tersebut dan ada polimer, karena pelepasan obat
dikontrol oleh gel yang terbentuk pada saat polimer kontak dengan air (Lachman et
al., 1986).
Pada penelitian ini menggunakan polimer selulosa, Penambahan matriks
hidrofilik dilakukan untuk memperlambat pelepasan zat aktifnya. Dalam hal ini
matriks hidrofilik akan mengembang dan mengalami erosi. Kedua proses ini akan
mengontrol pelepasan obat. Matriks yang ditambahkan dalam penelitian ini yaitu
natrium karboksimetil selulosa (NaCMC), merupakan suatu polimer hidrofilik yang
mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal dan sistem ini mampu
mengembang diikuti oleh erosi dari bentuk gel sehingga obat dapat terdisolusi dalam
media cair. Jika kontak dengan air, maka akan terbentuk lapisan matriks terhidrasi.
Lapisan ini bagian luarnya akan mengalami erosi sehingga menjadi terlarut (Voight,
1994). Salah satu jurnal menyatakan bahwa NaCMC mempunyai kemampuan
mengembang dan melekat pada mukus sehingga gaya mukoadesif dapat meningkat
(Pujiastuti, 2016). NaCMC menjadi faktor pembatas difusi obat keluar matrik.
NaCMC ini juga memiliki kelebihan senyawa yang dapat memberikan kestabilan
(Fardiaz et al., 1987).
Metoda yang digunakan dalam pembuatan mikrokapsul ini adalah metoda
penguapan pelarut. Metoda ini paling mudah pelaksanaannya dan peralatan yang
digunakan lebih sederhana bila dibandingkan dengan metoda yang lainnya. Dengan
pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka peneliti mencoba untuk membuat
4
mikrokapsul asam mefenamat dengan penyalut NaCMC menggunakan metoda
penguapan pelarut.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah Asam Mefenamat dengan penyalut NaCMC dapat di formulasi menjadi
mikrokapsul yang sesuai dengan karakterisasi nya dengan menggunakan metode
penguapan pelarut?
1.3 Tujuan
Memformulasikan Mikrokapsul Asam Mefenamat dengan penyalut NaCMC
menggunakan metode penguapan pelarut serta karakterisasinya.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dengan memformulasikan mikrokapsul
dengan penyalut yang berbeda serta dalam pengembangan produk farmasi.
Menghasilkan formula mikrokapsul yang memenuhi persyaratan farmasetika.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembuatan Mikrokapsul
2.1.1 Definisi
Pembuatan mikrokapsul merupakan suatu proses pembungkusan dengan suatu
bahan penyalut yang khusus relative tipis pada partikel-partikel kecil zat aktif dalam
bentuk padatan atau tetesan cairan dengan membentuk dinding disekitar bahan yang
akan dijadikan kapsul (Ansel, C.H., 1989).
2.1.2 Tujuan Pembuatan Mikrokapsul
Dengan berkembangnya teknologi, pembuatan mikrokapsul dalam bidang
farmasi banyak digunakan untuk bermacam-macam, yaitu mengubah cairan menjadi
zat padat, memberi perlindungan bahan yang tidak stabil terhadap pengaruh
lingkungan, menutupi rasa dan bau yang tidak enak (Lachman et al., 1994).
Mikrokapsul bertujuan untuk menghasilkan bentuk sediaan lepas lambat, untuk
menutupi rasa pahit tablet kunyah, serbuk dan suspense, tablet lapis tunggal
mengandung bahan-bahan yang tidak tercampurkan secara kimia dan konsep
formulasi baru untuk krim, salep, aerosol, perban, plester, suppositoria, dan injeksi
(Lachman, et al., 1994).
2.1.3 Penggunaan Mikrokapsul
Dalam bidang farmasi penggunaan mikrokapsul meliputi obat lepas lambat atau
obat dengan kerja diperpanjang, penutupan rasa tablet kunyah dan tablet lapis tunggal
6
yang mengandung bahan-bahan tidak tercampurkan secara kimia (Lachman, et al.,
1994).
2.1.4 Prinsip Dasar Pembuatan Mikrokapsul
Dalam proses pembuatan mikrokapsul pada dasarnya ada 2 bahan yang terlibat
di dalamnya (Lachman, et al., 1994).
a. Inti
Adalah bagian yang disalut, dapat berupa padatan atau cairan. Komposisi
bahan inti dapat bervariasi seperti inti cairan dapat meliputi bahan terdispersi
atau bahan terlarut. Ukuran bahan inti berbeda-beda tergantung dari teknik
pembuatan mikrokapsul yang digunakan pada penyalut.
b. Penyalut
Pemilihan bahan penyalut yang tepat sangat menentukan sifat fisika dan
kimia dari mikrokapsul yang dihasilkan. Bahan penyalut yang digunakan harus
mampu memberikan suatu lapisan tipis yang kohesif dengan bahan inti dan
dapat memberikan sifat penyalut yang diinginkan seperti kekuatan, fleksibilitas
dan stabilitas. Contohnya : Etil selullosa, HPMC, Natrium Alginat, Kitosan
Syarat-syarat penyalut yang ideal adalah :
1. Larut dalam pelarut yang digunakan untuk persiapan penyalutan
2. Tidak memiliki rasa, warna ataupun bau
3. Kemampuan untuk menghasilkan larutan yang bagus
4. Kompatibilitas dengan aditif larutan penyalut umumnya
5. Tidak toksik dan tidak mempunyai efek farmakologis
7
6. Stabil dalam keadaan panas, cahaya lembab, udara, dan subtract, yang
akan disalut, sifat lapisan tipis harus tidak berubah dengan berlalunya
waktu
2.1.5 Ukuran Partikel Mikrokapsul
Ukuran partikel mikrokapsul bervariasi antara perpuluhan mikrometer sampai
5000 mikrometer. Perbedaan ukuran partikel tersebut dapat disebabkan karena
perbedaan proses pembuatan, jenis bahan inti dan bahan penyalut yang digunakan.
Tabel 1. Proses Pembuatan Mikrokapsul dan Penerapannya (Lachman et al.,
1994).
2.1.6 Teknik Pembuatan Mikrokapsul
2.1.6.1 Suspensi Udara
Proses pembuatan mikrokapsul dengan teknik suspensi udara biasanya
dinyatakan sebagai penemuan Prof. Dale E. Wurster. Pada dasarnya proses Wurster
terdiri dari pendispersian bahan padat, bahan inti dalam bentuk partikel dalam suatu
Proses pembuatan
mikrokapsul
Bahan inti yang
dapat diterapkan
Ukuran partikel
kira-kira (µm)
Suspensi udara Padat 35-5000
Pemisahan fasa koaservasi Padat dan cair 2-5000
Lubang ganda sentrifugal Padat dan cair 1-5000
Penyalutan dalam panci Padat 600-5000
Penguapan pelarut Padat dan cair 5-5000
Pengeringan semprot dan
pembekuan
Padat dan cair 600
8
aliran udara yang menyangga dan penyemprotan penyalut dari partikel yang
tersuspensi di udara (Lachman et al., 1994 & Benita, S., 1996).
2.1.6.2 Pemisahan Fasa Koaservasi
Proses pembuatan mikrokapsul dengan pemisahan fasa koaservasi biasanya
dikaitkan dengan The National Cash Register (NCR) dan paten dari B.K Green.
Secara garis besar prosesnya terdiri dari tiga tahapan yang dilakukan dibawah
pengocokan terus - menerus : (1) pembentukan tiga fase kimia yang tidak
tercampurkan, (2) penempatan (deposisi) penyalut, (3) pengerasan penyalut
(Lachman et al., 1994 & Voight, R., 1994).
1. Tahap I
Pada tahap ini dilakukan pembentukan tiga fase kimia yang tidak tercampurkan,
yaitu fase bahan inti, fase cairan pembawa dan fase bahan penyalut. Untuk
membentuk tiga fase ini, bahan inti didispersikan ke dalam larutan yang mengandung
polimer penyalut, pelarut untuk polimer merupakan fase cairan pembawa.
2. Tahap II
Pada tahap ini proses dari penempatan bahan penyalut cair pada bahan inti.
Penempelan bahan penyalut disekitar inti membentuk penyalut yang diadsorpsikan
pada antar permukaan antara bahan inti dengan cairan pembawa, sehingga fenomena
adsorpsi merupakan hal yang menentukan efektifitas penyalut.
3. Tahap III
Pada tahap ini terjadi pengerasan penyalut yang dapat dilakukan dengan cara
perubahan suhu.
9
2.1.6.3 Polimerasi Antar Permukaan
Pada metode ini meliputi reaksi dari unit-unit monomer yang diletakkaan pada
antarmuka yang terjadi antara bahan inti dengan fase penyangga dimana bahan inti
terdispersi. Fase penyangga bahan inti biasanya berbentuk cairan dan gas, sehingga
reaksi polimerasi terjadi pada antarmuka cairan dengan cairan , cairan dengan has
padat dengan cairan atau padat dengan gas (Lachman et al., 1994 & Benita, S., 1996).
2.1.6.4 Polimerasi In Situ
Teknik polimerasi in situ berbeda dengan polimerasi antar permukaan. Proses
ini monomernya terletak dalam satu fase yaitu fasa inti atau fasa luar saja. Polimer
penyalut menjadi tidak larut dengan kehadiran katalis dan akan menyelimuti partikel
inti. Materi dapat berupa cairan atau padatan dan harus tidak larut dalam pelarut
pembawa yang biasanya merupakan cairan hidrofob atau hidofil. Penambahan
monomer dan katalis dapat dari dalam atau luar tetesan inti. Penempelan polimer
pada antar permukaan disebabkan kesetimbangan hidrofilik dan hidrofobik atau
kehadiran katalis pada antar permukaan.
Polimerisasi akan terjadi pada luar tetesan inti dan akan membentuk suatu
lapisan polimer yang menyelubungi seluruh permukaan inti.medium yang digunakan
untuk enkapsulasi dapat terdiri dari air, pelarut organic atau gas dan untuk
mempercepat proses reaksi polimerisasi yang terjadi digunakan katalis. Lapisan
penyalut polimer yang terbentuk harus tidak larut dalam medium yang digunakan
pada system (Benita, S., 1996).
10
2.1.6.5 Penguapan pelarut
Prinsipnya adalah bahan penyalut dilarutkan dengan pelarut yang mudah
menguap yang tidak bercampur dengam fase pembawa. Bahan inti dilarutkan atau
didispersikan dalam fase pembawa. Untuk mendapatkan ukuran mikrokapsul yang
sesuai dilakukan dengan pemanasan dang pengocokkan antara campuran bahan
penyalut dan inti yang terdispersi dalam fase pembwa. Factor-faktor yang perlu
diperhatikan bila menyiapkan mikrokapsul dengan teknik penguapan pelarut meliputi
pemilihan cairan pembawa serta pelarut untuk bahan penyalut (Lachman et al., 1994,
Benita, S. 1996 & Swarbick et al., 1994).
2.1.6.6 Pengeringan Semprot
Ini didispersikan dalam larutan penyalut, dimana bahan inti tidak melarut,
kemudian diatomisasikan kedalam ruangan yang berisi aliran udara panas
berkesinambungan untuk menghilangkan pelarut dari bahan penyalut dan
menghasilkan mikrokapsul. Variable control meliputi sifat bahan pengisi seperti
viskositas, keseragaman, dan konsentrasi dari bahan inti dan bahan penyalut serta laju
pengusian (Lachman et al., 1994 & Benita, S., 1996).
2.1.6.7 Pembekuan Semprot
Metode ini hampir sama dengan pemgeringan semprot, bedanya hanya pada
pengerasan mikrokapsul yaitu melalui pembekuan bahan penyalut yang meleleh
bukan larutan penyalut ke dalam arus dingin. Pada metode ini bahan penyalut yang
digunakan dapat berupa malam atau asam lemak (Lachman et al., 1994).
11
2.1.6.8 Penyalutan dalam Panci
Dilakukan untuk mikrokapsul dengan ukuran partikel besar dari 6000 µm.
Bahan inti berbentuk padat disemprotkan dengan penyalut dalam panci penyalut .
Untuk mengeringkan penyalut digunakan aliran udara panas pada zat yang telah
disalut atau dikeringkan dengan oven (Lachman et al., 1994).
2.1.6.9 Lubang Ganda Sentrifugasi
Southwest Research Institute (SWR) telah mengembangkan suatu proses
mekanik untuk memproduksi mikrokapsul yang menggunakan gaya sentrifugal untuk
melingkari suatu bahan inti melalui pembungkusan membrane mikrokapsul sehingga
mempengaruhi mekanika proses pembuatan mikrokapsul (Lachman et al., 1994 &
Benita, S., 1996).
2.2 Asam Mefenamat
2.2.1 Monografi (Farmakope V, 2015)
Rumus Molekul : C15H15NO2
Gambar 1. Rumus Struktur Asam Mefenamat
Bobot Molekul : Mengandung tidak kurang dari 98.0% dan tidak
lebih dari 102,0%. Dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan.
12
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih
Titik Lebur : Melebur pada suhu lebih kurang 230o
disertai
peruraian.
Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar
larut dalam kloroform, sukar larut dalam etanol
dan dalam methanol, praktis tidak larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya.
2.2.2 Farmakologi
Asam mefenamat bersifat rentan terhadap cahaya maupun terhadap udara dan
kelembaban. Selain itu, asam mefenamat memiliki waktu paruh yang sempit.
2.3 Monografi Carboxymethylcellulose Sodium
Nama Kimia : Cellulosa, carboxymethyl ether, sodium salt
Berat Molekul : 90.000-700.000
Pemerian : Serbuk atau granul; putih sampai krem;
higroskopik.
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk
larutan koloidal; tidak larut dalam etanol, eter
dan pelarut organik lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
13
Kegunaan : Sebagai zat penyalut
NaCMC ini mudah larut dalam air panas maupun air dingin. Pada pemanasan
dapat terjadi pengurangan viskositas yang bersifat dapat balik (reversible). Viskositas
larutan CMC dipengaruhi oleh pH larutan, kisaran pH Na-CMC adalah 5-11
sedangkan pH optimum adalah 5, dan jika pH (<3), NaCMC akan mengendap
(Tranggono, 1991).
2.4 Disolusi
2.4.1 Teori Disolusi
Disolusi adalah suatu proses melarutnya bahan padat atau bahan obat dalam
suatu pelarut. (Shargel et al,. 1988 & Ansel, C.H., 1989).
Obat-obat yang diberikan dalam bentuk sediaan padat harus dapat larut dalam
saluran cerna sebelum di absorbs, masuk ke sirkulasi darah, kemudian sampai ke
reseptor dan memberikan efek terapi yang diinginkan (Abdou, H.M., 1989).
Untuk meramalkan laju disolusi pada tahun 1897 Noyes dan Withney
mengembangkan persamaan disolusi berdasarkan hokum Fick II yang
menggambarkan fenomena disolusi (Abdou, H.M., 1989).
dC / dt = KS (Cs – C)
Dimana :
dc/dt = laju disolusi
K = konstanta laju disolusi, (cm3/detik)
14
S = luas permukaan zat padat yang melarut (cm2)
Cs = konsentrasi obat dalam lapisan difusi (g/cm3)
C = konsentrasi obat dalam medium disolusi pada waktu t (g/cm3)
Pada tahun 1904, berdasarkan teori flm Brunner memperhitungkan tebal lapisan
flm dan volume medium disolusi, sehingga (Parrot, L.E., 1970) :
dC / dt = k DS/vh (Cs – C)
Dimana :
D = h = tebal lapisan difusi (cm)
v = volume medium disolusi (cm3)
2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disolusi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi disolusi yaitu :
1. Faktor lingkungan selama percobaan (Shargel et al,. 1988 & Abdou, H.M., 1989)
a. Laju pengadukan
Mempengaruhi tebal lapisan difusi. Jika pengadukan cepat, maka tebal
lapisan difusi kecil, sehingga laju disolusi bertambah.
b. Suhu medium
Kelarutan zat aktif sangat mempengaruhi oleh suhu medium disolusi. Jika
suhu tiggi maka viskositas akan turun, sehingga koefisien difusi akan naik.
Kenaikan koefisien difusi akan menaikkan laju disolusi. Karena itu suhu
harus dikontrol pada rentang 0,5o C dari suhu yang diinginkan.
15
c. Viskositas medium
Viskositas yang besar akan memberikan koefisien difusi yang kecil,
sehingga disolusi menjadi berkurang.
d. pH medium
Laju disolusi dari senyawa yang bersifat asam lemah akan naik dengan
naiknya pH. Untuk zat yang kelarutannya tidak tergantung pH, perubahan pH
medium disolusi tida akan mempengaruhi laju disolusi.
e. Tegangan permukaan antara zat dan medium disolusi
Penambahan surfaktan dengan konsentrasi tinggi akan meningkatkan laju
disolusi. Hal ini terjadi karena surfaktan menurunkan tegangan permukaan
antara senyawa dengan mediun disolusi, sehingga laju disolusi menjadi
besar.
2. Sifat fisikokimia zat aktif
Luas permukaan efektif obat dapat sangat diperbesar dengan memperkecil ukuran
partikel karena disolusi terjadi dipermukaan zat terlarut, maka makin besar luas
permukaan, maka makin cepat laju disolusi (Shargel et al,. 1988).
3. Faktor formulasi
Bahan-bahan pembantu yang digunakan dalam memformula suatu sediaan itu.
Bila bahan tambahan yang digunakan bersifat hidrofil, maka laju disolusi akan
bertambah, sebaliknya bila bahan tambahan bersifat hidrofob, maka laju disolusi
akan berkurang. Penambahan bahan pembasah seperti surfaktan akan
meningkatkan kelarutan senyawa hidrofob, sehingga dapat mempercepat disolusi
(Abdou, H.M., 1989).
16
2.4.3 Metode-metode Penentuan Laju Disolusi
Metode yang digunakan untuk menentukan laju disolusi ada beberapa macam
(Abdou, H.M., 1989) :
1. Metode Basket
Menurut USP XXI penentuan laju disolusi dapat ditentukan dengan peralatan
yang terdiri dari : penangas air, labu tertutup, motor penggerak, dan silinder
basket. Cara penentuan disolusi :
Medium disolusi dimasukkan ke dalam labu tertutup, kemudian diatur
suhunya 37oC dengan bantuan penangas air. Sediaan dimasukkan kedalam
silinder basket, kemudian dicelupkan kedalam medium disolusi, putar dengan
motor penggerak pada laju 50-125 rpm, kemudian ditentukan berapa banyak zat
aktif yang terlarut dalam medium disolusi.
2. Metode Paddle
Metode ini membutuhkan peralatan yang hampir sama dengan metode
basket, tetapi silinder basket diganti dengan paddle (pendayung).
3. Metode-metode lainnya
a. Modifikasi dari alat uji waktu hancur
b. Metode rotating flask
c. Metode flow-trogh
17
BAB III. PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan 7 bulan mulai bulan Februari – Agustus 2020 di
Laboratorium Farmasetik Fakultas Farmasi Universitas Perintis Indonesia Padang,
Fakultas Teknik Mesin Universitas Andalas, Fakultas Farmasi Universitas Andalas.
3.2 Metodologi Penelitian
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah magnetik stirred,
timbangan digital, alat disolusi, oven, mikroskop optilab, spektrofotometri UV-VIS
mini dan alat-alat gelas standar laboratorium.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asam Mefenamat
(Alexo Chemicals), NaCMC, Aseton (Nitra Kimia), Paraffin Liq (Nitra Kimia),
Tween 80 (Nitra Kimia), NaOH (Brataco), Kalium Dihidrogen Fosfat (Brataco),
Aquadest (Novalindo) dan N-hexan (Novalindo).
3.3 Pemeriksaan Bahan Baku
a. Asam Mefenamat
Pemeriksaan zat aktif dilakukan dengan cara yang sesuai dengan yang
dicantumkan dalam Farmakope Indonesia edisi V yang meliputi pemeriksaan
organoleptis, kelarutan, identifikasi.
18
Untuk organoleptis nya yang dilihat dari bentuk dan warna, pada kelarutan
dalam larutan alkali hidroksida.
b. Bahan tambahan
Pemeriksaan bahan tambahan dilakukan sesuai dengan yang tertera meliputi
pemeriksaan organoleptis, kelarutan dan stabilitas pada Handbook Exipient.
3.3.1 Formula Mikrokapsul
Tabel 2. Formulasi Mikrokapsul Asam Mefenamat (Auzal Halim et al.,
2011)
Bahan F1 F2 F3
Asam Mefenamat 2 g 2 g 2 g
NaCMC 2 g 4 g 6 g
Aseton. 10 mL 10 mL 10 mL
Paraffin Liq 50 mL 50 mL 50 mL
Tween 80 1 mL 1 mL 1 mL
Keterangan : F1 : mikrokapsul dengan asam mefenamat : NaCMC (1:1)
F2 : mikrokapsul dengan asam mefenamat : NaCMC (1:2)
F3 : mikrokapsul dengan asam mefenamat : NaCMC (1:3)
3.3.2 Pembuatan Mikrokapsul
NaCMC didispersikan dalam aseton pada bekker glass. Pada bekker yang lain
paraffin liq ditambahkan dengan tween 80 dan asam mefenamat lalu diaduk dengan
magnetik stirred, ditambahkan larutan NaCMC sedikit demi sedikit. Pengadukan
19
pada temperature kamar dengan kecepatan 50 rpm sampai seluruh aseton menguap
hingga membentuk mikrokapsul. Kemudian mikrokapsul dikumpulkan dan dicuci 3
kali dengan n-hexan. Lalu dikeringkan dalam oven selama 2 jam pada suhu 40-50oC.
Hasil akhir mikrokapsul ditimbang dan dicatat beratnya.
3.3.3 Evaluasi Mikrokapsul Asam Mefenamat
a. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis ini dilakukan dengan menggunakan panca indra
yang bertujuan untuk pengenalan awal sediaan yang meliputi bentuk, bau,
warna dan rasa.
b. Persen Perolehan Kembali
Perolehan kembali dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot
mikrokapsul yang diperoleh terhadap bobot bahan pembentuk mikrokapsul
yang digunakan dan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Agustin,
2004).
% PK = m
t
Keterangan :
% PK = Faktor perolehan kembali (g)
Wm = Bobot mikrokapsul yang diperoleh (g)
Wt = Bobot bahan pembentuk mikrokapsul (g)
c. Penentuan Bentuk & Morfologi Mikrokapsul
Bentuk dan morfologi mikrokapsul asam mefenamat diperiksa dengan alat
Scanning Electrone Microscope (SEM). Mikrokapsul dilapisi dengan logam
20
emas dan palladium menggunakan Ion Sputter ( HITACHI E-1045 ) pada
kondisi vacuum dan sampel diperiksa menggunakan Scanning Electrone
Microscope (Agustin, 2004).
d. Distribusi Ukuran Partikel Mikroenkapsulasi
Penentuan distribusi ukuran partikel dari mikrokapsul dilakukan
menggunakan alat Optilab Microscope Camera. Mikrokapsul yang akan
diamati diletakkan pada kaca objek glass kemudian ditutup dengan cover glass
dan diletakkan di bawah mikroskop. Setelah itu dilakukan pengambilan gambar
dan selanjutnya partikel diukur dengan menggunakan aplikasi Image Raster
(Agustin, 2004).
e. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum Asam Mefenamat dengan
medium disolusi larutan dapar fosfat pH 7,4 dengan spektrofotometer.
Pembuatan Dapar Fosfat
50 mL larutan kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) 0,2 M dicampur dengan
natrium hidroksida (NaOH) 0,2 M sebanyak 39,1 mL. Kemudian, keduanya
dicampurkan dan ditambahkan aquades hingga 200 mL. Larutan tersebut diukur
pH-nya menggunakan pH meter sampai pH 7,4 (Depkes RI, 1979).
Pembuatan Larutan Induk
Larutan induk asam mefenamat dibuat dengan cara melarutkan 100 mg asam
mefenamat dalam labu ukur 100 mL ditambahkan larutan dapar fosfat pH 7,4
lalu pipet 1 mL larutan induk kedalam labu ukur 100 mL kemudian tambahkan
larutan dapar fosfat sampai tanda batas (konsentrasi 10 ppm). Pipet 9 mL ke
21
dalam labu ukur 25 mL kemudian tambahkan larutan dapar fosfat sampai tanda
batas (Konsentrasi 18 ppm). Lakukan pengukuran panjang gelombang serapan
maksimum dengan menggunakan Spektrofotometer UV.
f. Pembuatan kurva kalibrasi Asam Mefenamat dalam larutan dapar fosfat pH
7,4
Dari larutan induk konsentrasi 100 ppm, dibuat seri larutan kerja dengan
konsentrasi 14, 16, 18, 20, 22 ppm, kedalam labu ukur 10 mL. kemudian diukur
serapan pada panjang gelombang serapan maksimum 284 nm. Selanjutnya dibuat
hubungan antara konsentrasi zat dengan absorban sehingga diperoleh persamaan
linear.
g. Penetapan kadar Mikrokapsul Asam Mefenamat
Mikrokapsul Asam Mefenamat ditimbang setara 50 mg. Asam Mefenamat.
Kemudian masukkan kedalam labu ukur 100 mL dan larutkan dalan larutan
dapar fosfat sampai tanda batas, kocok beberapa menit. Kemudian pipet 0,1 mL
kedalam labu ukur 10 mL sampai tanda batas. Lalu pipet 1 mL kedalam labu
ukur 25 mL sampai tanda batas (konsentrasi 3 ppm). Ukur serapannya pada
panjang gelombang 284 nm dengan spektrofotometer UV. Konsentrasi zat aktif
dalam mikrokapsul dapat ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi.
h. Uji Disolusi
Pengujian disolusi dari mikrokapsul dilakukan dengan alat disolusi tipe 1
(metoda dayung), menggunakan medium larutan dapar fosfat pH 7,4 sebanyak
900 mL, pada suhu 37oC ± 0,5
oC kecepatan putaran 50 rpm. Setelah suhu
22
tersebut tercapai, masukkan sejumlah mikrokapsul yang setara dengan 50 mg
dalam labu disolusi, setelah itu larutan dalam labu dipipet sebanyak 5 mL pada
menit 5, 10, 15, 30, 45, 60. Pada setiap pemipetan larutan dalam labu diganti
dengan medium disolusi dengan volume dan suhu yang sama. Serapan diukur
pada panjang gelombang 284 nm dengan spektrofotometer UV, kadar asam
mefenamat pada setiap pemipetan dapat ditentukan dengan bantuan kurva
kalibrasi.
i. Efisiensi Penjerapan Mikrokapsul Asam Mefenamat
Penetapan efisiensi penjerapan zat aktif dilakukan untuk mengetahui jumlah
zat aktif yang terjerat di dalam mikrokapsul. Penetapan efisiensi penjerapan zat
aktif dilakukan dengan cara menimbang 50 mg dan dimasukkan kedalam gelas
ukur 25 mL kemudian ditambahkan 10 mL aquadest. Campuran tersebut
dimasukkan kedalam waterbath selama 30 menit untuk mengeluarkan zat aktif
nya dari mikroenkapsulasi. Kemudian ditambahkan dapar fosfat pH 7,4 sampai
25 mL (Rao, A,P., et al., 2011). Efisiensi penjerapan dihitung dengan rumus :
j. Analisis Data
Data diperoleh diolah secara statistik. Analisis yang dilakukan yaitu
menggunakan uji ANOVA satu arah pada uji efisiensi penjerapan mikrokapsul.
EP = bobot teranalisa
bobot terkoreksis 𝑋
23
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Setelah dilakukan penelitian mikroenkapsulasi asam mefenamat dengan penyalut
NaCMC menggunakan metode penguapan pelarut di dapatkan hasil sebagai berikut :
1. Hasil organoleptis dari mikrokapsul asam mefenamat diperoleh bentuk granul,
warna putih, bau tidak berbau (Lampiran 5, Tabel 5, Gambar 3).
2. Hasil % Perolehan kembali dari mikrokapsul F1 sebanyak 94,27%; F2
sebanyak % 109,11%; F3 sebanyak 95,74%. (Lampiran 6, Tabel 6).
3. Hasil bentuk dan morfologi dari Asam Mefenamat (Gambar 4), NaCMC
(Gambar 5) serta mikrokapsul asam mefenamat menggunakan alat scanning
electron microscope (SEM) dimana mikrokapsul yang dihasilkan F1 (Gambar
6), F2 (Gambar 7), F3 (Gambar 8) (Lampiran 7).
4. Hasil distribusi mikrokapsul asam mefenamat masing-masing formula nya
yaitu 15,08 µm; 9,7 µm; 10,32 µm.(Lampiran 8, Tabel 7-9, Gambar 9-11).
5. Hasil pemeriksaan panjang gelombang serapan maksimum Asam Mefenamat
dengan medium dapar fosfat pH 7,4 yang diukur pada rentang panjang
gelombang 200-400 nm adalah 284 nm dengan absorban 0,516 (Lampiran 9,
Gambar 12).
6. Hasil kurva kalibrasi pada konsentrasi 14 ppm didapat
absorban 0,440; konsentrasi 16 ppm didapat absorban 0,506; konsentrasi 18
ppm didapat absorban 0,555; konsentrasi 20 ppm didapat konsentrasi 0,623;
24
konsentrasi 22 ppm didapat konsentrasi 0, 698 (Lampiran 11, Tabel. 10,
Gambar 13).
7. Hasil dari penetapan kadar mikrokapsul asam mefenamat F1, F2, F3 berturut-
turut adalah 5,42%b/v ; 5,73%b/v ; 6,84%b/v. (Lampiran 11, Tabel 11).
8. Hasil efisiensi disolusi mikrokapsul asam mefenamat dalam media dapar
fosfat pH 7,4 masing-masing formulanya pada menit ke 60 ayaitu 81,6204% ;
45,4749% ; 45,0791%. (Lampiran 12, Tabel 12, 13, 14 dan 15, Gambar 14).
9. Hasil efisiensi penjerapan asam mefenamat masing-masing formula nya
adalah 7,36% ; 9,08% ; 7,52%. ( Lampiran 13, Tabel 17).
10. Hasil Analisa statistik menggunakan uji ANOVA satu arah yaitu < 0,005
(Lampiran 14, Tabel 18)
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan mikrokapsul Asam Mefenamat dengan
polimer Natrium Carboxymethyl Cellulosa (NaCMC) menggunakan metode
penguapan pelarut. Asam mefenamat berada dalam kelompok Biopharmaceutical
Classification System (BCS) kelas II memiliki kelarutan yang rendah dan
permeabilitas yang tinggi (FDA, 1997). Asam mefenamat memiliki waktu paruh yang
pendek. Oleh karena itu penelitian ini dibuat formula dari zat aktif asam mefenamat
berupa mikroenkapsulasi menggunakan bantuan polimer NaCMC untuk menjadikan
sediaan yang dapat mempertahankan efek terapeutiknya dalam waktu tertentu.
Mikrokapsul asam mefenamat dibuat dengan 3 formula mikrokapsul dengan
perbandingan 1:1 pada formula 1 dengan jumlah asam mefenamat-NaCMC sebanyak
25
2 gram : 2 gram, mikrokapsul formula 2 dengan perbandingan 1:2 jumlah asam
mefenamat-NaCMC sebanyak 2 gram : 4 gram dan mikrokapsul formula 3 dengan
perbandingan 1:3 jumlah asam mefenamat-NaCMC sebanyak 2 gram : 6 gram.
Ketiga formula dibuat dengan metode penguapan pelarut menggunakan alat magnetic
stirred, pemilihan metode ini dikarenakan metode tersebut paling mudah
pelaksanaannya dan peralatan yang digunakan lebih sederhana bila dibandingkan
dengan metoda yang lainnya. Pemilihan NaCMC ini karena polimer ini mudah
terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal dan system ini mampu
mengembang diikuti oleh erosi dari bentuk gel sehingga dapat terdisolusi oleh media
cair.
Pada proses pembuatan mikrokapsul dengan metode penguapan pelarut,
dilakukan dengan cara penyalut dilarutkan dengan suatu pelarut yang mudah
menguap, diikuti dengan penambahan bahan berkhasiat. Dengan pengadukan,
campuran bahan penyalut dan bahan inti terdispersi dalam cairan pembawa sehingga
mendapatkan ukuran mikrokapsul yang sesuai. Untuk tahap terakhir dilakukan
penguapan pelarut polimer (Benita, 1991). Dalam metode ini, proses terbentuknya
mikrokapsul dimulai dengan membentuk emulsi minyak/air selanjutnya emulsi
tersebut dimasukkan kedalam larutan surfaktan yang merupakan fase minyak dan
terbentuk emulsi w/o. Emulsi yang diperoleh di homogenkan dengan magnetic stirred
sampai homogen, sehingga membantu dalam proses pengadukan zat aktif dengan
larutan polimer NaCMC yang dimasukkan kedalam larutan paraffin liq dan tween 80
tadi kemudian diemulsifikasikan dengan memasukkan larutan polimer sedikit demi
sedikit, pengadukan sampai semua pelarut menguap, kemudian dicuci dengan n-
26
hexan sebanyak 3x dan dikeringkan hingga diperoleh mikrokapsul yang kering.
Evaluasinya meliputi organoleptis, % perolehan kembali, bentuk dan morfologi,
distribusi ukuran partikel, penetapan kadar, disolusi, penjerapan dari mikrokapsul.
Dari mikrokapsul yang terbentuk, hasil perolehan kembali proses mikrokapsul
yang didapat untuk formula 1, formula 2, formula 3 berturut-turut adalah sebanyak
94,27% ; 109,11% ; 95,74% (Lampiran 6, Tabel 6). Dilakukan uji perolehan kembali
ini merupakan faktor yang pentig untuk mengetahui apakah metode yang digunakan
sudah baik atau tidak (Rosidah, 2010). Jumlah mikrokapsul yang diperoleh lebih
besar dari pada bobot bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi mikrokapsul
karena adanya kemungkinan penambahan bobot yang berlaku hanya pada formula 2
sedangkan pada formula 1 dan 2 bobot mikrokapsul yang didapat lebih sedikit dari
pada bobot bahan yang digunakan, hal ini disebabkan kemungkinan menempelnya
penyalut pada alat yang menyebabkan banyak dispersi yang terbuang dan membuat
perolehan kembali yang diperoleh sedikit dan tidak seragam. (Chalila, 2016)
Morfologi dan karakterisasi sampel dapat dilihat menggunakan Scanning Electron
Microscope (SEM). Analisis menggunakan SEM untuk memperlihatkan karakteristik
asam mefenamat, NaCMC dan mikrokapsul yang dibuat. Morfologi asam mefenamat
yang dilihat dari SEM dengan perbesaran 500 kali memiliki bentuk bulat tidak
beraturan (Lampiran 6, Gambar 4), NaCMC pada hasil SEM perbesaran 500 kali
berbentuk tidak sferis (Gambar 5), sedangkan mikrokapsul formula 1 dengan
perbesaran SEM 500 kali terlihat mikrokapsul asam mefenamat-NaCMC terbentuk
bulat dan panjang yang sama rata tetapi belum melekat keseluruhan dikarenakan pada
formula ini dengan perbandingan 1:1 tidak terenkapsulasi sempurna oleh polimer
27
karena perbandingan polimer dan zat aktif yang sama banyak (Gambar 6). Pada
formula 2 perbesaran 500 kali mikrokapsul terbentuk tidak sferis melekat satu sama
lain antara polimer dan zat aktif, ini menunjukkan bahwa asam mefenamat
terenkapsulasi dalam polimer (Gambar 7). Pada formula 3 perbesaran 100 kali terlihat
adanya penumpukan antara mikrokapsul, dimana terbentuk sferis yang tidak
beraturan, ini dikarenakan penggunaan polimer yang terlalu besar sehingga dalam
formula ini terjadi penumpukan antara polimer dan dapat berakibat sulitnya asam
mefenamat terdispersi kedalam larutan polimer sehingga tidak terenkapsulasi
(Gambar 8).
Distribusi ukuran partikel merupakan evaluasi fisik pada mikroenkapsulasi untuk
mengetahui diameter rata-rata pada partikel (Hinrics, 2006). Metode yang digunakan
yaitu dengan menggunakan alat Optilab Microscope Camera. Hasil dapat dilihat pada
(Lampiran 8, Tabel 7, 8 & 9, Gambar 9, 10 & 11). Hasil pengukuran mikrokapsul
yang diperoleh membuktikan bahwa ketiga formula yang dibuat mikrokapsul yang
terbentuk masuk rentang mikrokapsul dengan menggunakan metode penguapan
pelarut yaitu 5-5000 μm.
Profil disolusi dari mikrokapsul asam mefenamat dilakukan dengan menggunakan
media dapar fosfat pH 7,4. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum asam
mefenamat dibuat dalam larutan dengan konsentrasi 50 ppm pada medium dapar
fosfat pH 7,4. Berdasarkan literatur asam mefenamat memiliki panjang gelombang
286 nm. Asam mefenamat merupakan senyawa yang tidak berwarna dan strukturnya
memiliki gugus kromofor dan gugus auksokrom yang dapat menyerap radiasi
didaerah ultraviolet. Oleh karena itu, penentuan panjang gelombang maksimum baku
28
asam mefenamat diukur pada rentang 200 – 400 nm. Menurut Gandjar & Rohman
tahun 2012, absorban yang baik pada spektrofotometer antara 0,2-0,8, sehingga
panjang gelombang yang masuk dalam range yang telah ditentukan yaitu 0,516. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa panjang gelombang serapan maksimum terdapat
pada panjang gelombang 248 nm dengan nilai absorban 0,516 (Lampiran 9, Gambar
12). Oleh karena itu, panjang gelombang 248 nm ditetapkan sebagai gelombang
maksimum yang digunakan sebagai patokan untuk pengukuran selanjutnya.
Setelah di dapat panjang gelombang maksimum, tahap selanjutnya adalah
penentuan kurva kalibrasi dengan membuat 5 seri konsentrasi larutan standar yaitu 14
ppm, 16 ppm, 18 ppm, 20 ppm, 22 ppm dan diukur pada panjang gelombang 284 nm
dengan serapan yang didapat masing-masing 0,440 ; 0,506 ; 0,555 ; 0,623 ; 0,69.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis yang diperoleh persamaan kurva kalibrasi a =
-0,0053, b = 0,03165 , r = 0,99765. Nilai yang didapat digunakan untuk menghitung
persen zat terdisolusi asam mefenamat dari mikrokapsul.
Koefisien korelasi digunakan untuk menunjukkan derajat keeraatan hubungan
antara 2 variabel yang diteliti dengan arah hubungannya. Kriteria untuk bahan aktif
obat adalah > 0,9950 dengan begitu nilai koefisien korelasi baku asam mefenamat
hasilnya dapat diterima karena memiliki linearitas yang sangat baik. Tujuan
dilakukan nya tahap ini untuk mengetahui apakah hukum Lambert-Beer menjadi
dasar analisis kuantitatif senyawa obat dengan spektrofotometri, dimana ada
hubungan serapan dengan konsentrasi sampel dapat dihitung dari persamaan kurva
kalibrasi. Menurut hukum Lambert-Beer serapan barbanding lurus dengan tebal dan
konsentrasi larutan, sehingga dari hasil yang di dapat hukum Lambert-Beer terpenuhi.
29
Setelah dilakukan penentuan kurva kalibrasi, tahap selanjutnya yaitu pengukuran
serapan sampel.
Hasil analisis penetapan kadar sampel asam mefeamat dapat dilihat pada
(Lampiran 11, Tabel 11) dimana kadar yang didapat masing-masing nya 5,42%b/v ;
5,73 %b/v ; 6,84 %b/v. Persyaratan kadar asam mefenamat tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Farmakope
Indonesia Edisi IV, 1995) berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini pada
formula tersebut tidak memenuhi persyaratan kadar sesuai FI edisi IV. Hal ini
mungkin dikarenakan dipengaruhi oleh suhu dan lamanya pemanasan, dimana
semakin lama dipanaskan maka kadar semakin kecil, secara teori. Lamanya pemasan
membuat penguraian zat aktif dan zat pelengkap dalam obat semakin besar sehingga
kadar yang dihasilkan kecil.
Hasil uji disolusi mikrokapsul asam mefenamat menggunakan natrium
carboxymethyl cellulose sebagai penyalut menghasilkan F3 yang memiliki waktu
disolusi yang lebih rendah. Berdasarkan teori, menyatakan bahwa semakin besar
konsentrasi penyalut yang digunakan maka semakin lambat pelepasan obat.
Nilai efisiensi penjerapan dari tiap formula F1, F2, F3 masing-masingnya adalah
7,36% ; 9,08% ; 7,52%. Tujuan dilakukannya evaluasi efisiensi penjerapan zat aktif
di dalam mikrokapsul yaitu untuk mengetahui kemampuan polimer dalam menjerap
zat aktif dan mengetahui efisiensi dari metode yang digunakan. Mikrokapsul dapat
mengandung bahan inti hingga 99% dihitung terhadap berat mikrokapsul
(Desmawarni,2007). Hasilnya menunjukkan nilai efisiensi penjerapan F2 lebih besar
dari F1 dan F3, sehingga F2 menjadi formula yang terbaik karena memiliki
30
penyalutan yang lebih besar dibandingkan formula lain. Kadar asam mefenamat
ditentukan dengan melarutkan mikrokapsul dengan aquadest. Alasan pemilihan
melarutkan dengan aquadest karena polimer NaCMC mampu terdispersi dengan baik
di dalam air. Sehingga dapat ditemukan mana yang masih terjerap dan yang tidak
terjerap oleh polimer. Kemudian yang terjerap diukur dengan spektro, maka diperoleh
kadar asam mefenamat yang terjerap. Hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan
nilai penjerapan dari tiap formula adalah, semakin kecil perolehan kembali
mikrokapsul maka kemungkinan terbuangnya zat aktif semakin besar sehingga F1
dengan Perolehan Kembali yang lebih kecil memiliki efisiensi penjerapan yang kecil
pula. Hasil penjerapan yang diperoleh cukup kecil, hal ini mungkin disebabkan
karena ada penyalut yang masih menempel pada beker dan juga yang hilang pada saat
proses pencucian (Sutriyo et al., 2004).
Berdasarkan data statistik diketahui bahwa nilai efisiensi penjerapan
menunjukkan bahwa formula dapat berdistribusi dengan normal (> 0,05).
Berdasarkan dari data homogenitas menghasilkan data yang tidak homogen yaitu
0,003, karena data yang homogen harus > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data
statistik dari nilai efisiensi penjerapan tidak bisa dilanjutkan dengan uji Duncan,
karena salah satu persyaratan dari ANOVA 1 arah yang tidak terpenuhi yaitu harus
terdistribusi normal dan harus homogen.
31
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data statistik diketahui bahwa nilai efisiensi penjerapan
menunjukkan bahwa formula dapat berdistribusi dengan normal (> 0,05) dan
homogenitas menghasilkan data yang tidak homogen yaitu 0,003, karena data yang
homogen harus > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data statistik dari nilai efisiensi
penjerapan tidak bisa dilanjutkan dengan uji Duncan, karena salah satu persyaratan
dari ANOVA 1 arah yang tidak terpenuhi yaitu harus terdistribusi normal dan harus
homogen. Jika dilihat secara fisik dapat disimpulkan bahwa di dapatkan sediaan
mikroemulsi.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan penyalut dan metoda yang
sesuai dengan ketentuan yang tercantum.
32
DAFTAR PUSTAKA
Abdou, H.M. 1989. Dissolution, Bioavaibility and Bioequivalence. Mark Publishing
Company Easton. Pennsylvania.
Agatha, A.G. 2017. Optimasi Formula Floating Tablet Ranitidin HCl Dengan
Kombinasi Matriks HPMC & NaCMC Menggunakan Metoda Simplex Lattice
Design. Surakarta: Universutas Muhammadiyah.
Agustin, MD. 2004. Mikroenkapsulasi Furosemid Menggunakan Polimer
Maltodekstrin DE 1-5 dari Pati Singkong dengan Metode Semprot Kering.
Skripsi. Sarjana Farmasi FMIPA : UI.
Anonim.2015. Farmakope Indonesia, Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Ansel, C.H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Terjemahan dari
Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, oleh Farida Ibrahim. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Benita, S. 1991. Microencapsulation, Methods and Industrial Applications. New
York: Marcel Dekker Inc.
Benita, S. 1996. Microencapsulation : Methods and Industrial Application. New
York: Marcel Dekker, Inc.
Benita, S. 2006. Microencapsulation Methods and Industrial Application second
edition. New York : Marcel Dekker Inc.
Budavari, S., Maryadele, J.O’neil., Smith, A., Heckelman, P.E., Kinneary, J.F. 2001.
The Merck Index, New Jersey : Merck Research Laboratories Division Of
Merck & CO., Inc, hal 473-474, 1036, 5820.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III, 378, 535, 612.
Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia (Edisi IV). Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Desmawarni. 2007. Pengaruh Komposisi Bahan Penyalut dan Kondisi Spray Drying
Terhadap Karakteristik Mikrokapsul Oleoresin Jahe. Bogor: Institut Pertanian
Pertanian Bogor.
Fardiaz, S., Dewanti, R., Budijanto, S. 1987. Risalah Seminar. Bahan Tambahan
Kimiawi (Food Addictive). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
33
FDA, Center for Drug Evaluation and Research. 1997. Guidance for industry,
Dissolution Testing of Immediate Release Solid Oral Dosage Form.
Rockville, MD: CDER.
Gandjar, I. G., dan Rohman A. 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Goodman & Gilman. 2002. Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta. EGC:Vol 2.
Halim, A., Arianti, O., Umar, S. 2011. Jurnal Farmasi Higea, Vol.3. No.2
“Mikroenkapsulasi Paracetamol Dengan Metode Penguapan Pelarut
Menggunakan Polimer Natrium Karboksimetil (NaCMC)”. Fakultas Farmasi
Universitas Andalas & Sekolah Tinggi Farmasi (STIFARM) : Padang.
Halim, A., Daniati, R., Wahyuni, R. 2013. Jurnal Farmasi Higea, Vol.5. No.1
“Mikroenkapsulasi Metronidazol Dengan Polimer HPMC Menggunakan
Metoda Penguapan Pelarut”. Fakultas Farmasi Universitas Andalas &
Sekolah Tinggi Farmasi (STIFARM) : Padang.
Hasyim N., Indayanti N., Hasan N., Pattang, Y. 2016. Pembuatan dan Evaluasi
Mikrokapsul Ekstrak Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) dengan Metode
Emulsifikasi Ganda Penguapan Pelarut Menggunakan Polimer Eudragit.
Jurnal of pharmaceutical and Medical Sciences. 1 (2) : 11-16.
Hinrichs, W., L., J. 2006. The Choice of a Suitable Oligosaacharide to Prevent
Agregation of PEGylated Nanoparticles during Freeze Thawing and Freeze
Drying. International Journal of Pharmaceutics.
Indrawati, T., & Sari, N.K. 2010. Stabilitas Kaplet Asam Mefenamat dengan susu dan
kelelembapan ruang penyimpanan yang berbeda. Makalah Kesehatan : vol.14
(2) : 75-80.
Lachman, L., & Lieberman, K.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Lieberman, H.A., L. Lachman ande J.B S chwartz (Editor), PharmaceuticalDosage
Forms: Tablet, Vol. 3,2 nd
edition, Marcel Dekker, Inc., New York, 1989, 150,
156-162.
Mardikasari, S. A., Suryani., Akib, N. I., Indahyani, R. 2020. Mikroenkapsulasi Asam
Mefenamat Menggunakan Polimer Kitosan dan Natrium Alginat denga
Metode Gelasi Ionik. Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of
Pharmacy) (e-journal); x(x):x-x. Makassar : Universitas Hasanuddin.
McEvoy, G. K. 2008. AHFS Drug Information 2008. MD: American Society of
Health-System Pharmacists.
34
Octavia, M. D., Zaini, E., Oktavia, V. 2015. Studi Sistem Dispersi Padat Asam
Mefenamat Menggunakan Polivinilpirolidon K-30. Jurnal Farmasi Higea,
Vol. 7, N0.2. Padang: Universitas Andalas, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
(STIFARM)
Parrot, L.E. 1970. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmacetics. Burgess
Publishing Company. Minneapolish.
Patel, M.J, Patel, N.M, Patel, R.B, & Patel, R.P. 2010. Formulation and Evaluation of
Self-microemulsifying Drug Delivery System of Lovastatin., Asian. J. Pharm.
Vol 5 (6): 266-275.
Pujiastuti, Anasthasia. 2016. Pengaruh natrium CMC, HPMC K100M dan Etil
Sellulosa terhadap karakteristik Tablet Nifedipin dengan Sistem Penghantaran
Mukoadhesif. Indonesian Journal On Medical Science. Vol 3. No 1. 5-14.
Purnama, W. 2012. Optimasi Kombinasi Matriks Hydroxypropil Metilselulosa Untuk
Formula Tablet Kaptopril Lepas Lmbat Sistem Floating. Surakarta: Fakultas
Farmasi Universitas Muhammdiyah.
Ramanathan, G., Kavitha, K., Archana, T.N., Naili, C.N., & Anandkumar, M. A.
(2010). Formulation Of Floating Tablets Of Mefenamic Acid With Different
Grades Of Hydroxy Propyl Methyl Cellulose Polymer and Studying The
Release Profiles. International Journal of Drug Development & Research,
2(3).
Ravel J.A., Patel J.K., Li N., & Patel M.M. 2007. Ranitidine Hydrochloride Floating
Matrix Tblets Based on Low Density Powder: Effect of Formulation and
Processing Parameters on Drug Release. Asian Journey of Pharmaceutical
Sciences,2 pp. 130-142.
Rao, A.,P. dkk. 2011. Preparation and Evaluation Of Muchoadhesive Microcapsules
Of Ibu Profen For Controlled Release. International Research Journal Of
Pharmacy. Vol 2 (5): 257-260.
Reddy, B. R. L., Raju, K. N. & Eswaraiah, M. C. 2012. Formulation and Evaluation
of Controlled Release Microspheres of Lansoprazole. International Research
Journal of Pharmaceutical and Applied Sciences (IRJPAS). 2, 90-96.
Retnaningsih, A., Ulfa, A.M., RTitin, N.R. 2017. Stabilitas Tablet Asam Mefenamat
Yang Beredar Di Beberapa Daerang Lampung Tengah Secara
Spektrofotometri. Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 4, Hal. 270-277.
Lampung: Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia.
Reynold, J.E.F. 1982. Martindale The Extra Pharmacope 28 th ed. London : The
Pharmaceutical Press.
35
Rosidah, I. 2010. Mikroenkapsulasi Fraksi Aktif dari Herba Sambiloto (Andrographis
Paniculata Ness) yang Berkhasiat Sitotoksik dengan Metode Semprot Kering.
(Unpublished Undergraduate Thesis). Jakarta: Universitas Indonesia
Rowe, R. C., Shesky, P.J, & Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Exipients, Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press., pp 326-329; 359-
361; 581-585; 629-633; 404-207.
Shargel, L. & B.C, Yu, Andrew. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan, Edisi II. Terjemahan oleh Feasich. Surabaya : Universitas Airlangga
Press.
Sriamornsak, P., Sontaya, L., Suchada, P., Punyanutch, M., Zongkang, H. 2015.
Anew Self-Emulsyfying Formulation Of Mefenamic Acid With Enhanced
Drug Dissolution, Asian Journal Of Pharmaceutical Science., 10(2) : 121-
127.
Sun, W. Z., Wen J. L. & Milind, S. A. 2012. Preparation of Microparticles for
Acidlabile Lansoprazole by Solvent Evaporation Method Combined with a
Spray Drying Process. Journal of Food and Drug Analysis, Journal of Food
and Drug Analysis. 20, 438-445.
Suprapto & Setiyadi, G. 2010. Formulasi Sediaan Tablet Matrik Sustained Release
Teofilin : Studi Optimasi Pengaruh Tekanan Kompressi dan Matrik
Etilselulosa dan HPMC dengan Model Factorial Design. Jurnal Penelitian
Sains & Teknologi. Vol 11. No 2. 100-116.
Sutriyo., Djajadisastra, J., & Novitasari, A. 2004. Mikroenkapsulasi Propanolol
Hidroklorida dengan Penyalut Etil Selulosa Menggunakan Metoda Penguapan
Pelarut, Majalah Ilmu Kefarmasian, 1(2): 93-101.
Soemari, Y. B., Maulita, A.S. Pengembangan Matriks Lepas Lambat Berbasis EC-
PVP K 30 Menggunakan Teknik Dispersi Solida dengan Model Obat Natrium
Diklofenak. SMKN’17 Samarinda & Program Studi Farmasi Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah : Malang.
Swarbick, J, & James, C.B. 1994. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol.
9. New York: Marcel Dekker, Inc.
Tranggono, S., Haryadi, Suparmo, A. Murdiarti, S. Sudarmadji, K. Rahsyu, S.
Naruki, dan M. Astuti. 1991. Bahan Tambahan Makanan (Food Addictive).
PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
United States Pharmacopoeial Convention. 2007. United states of pharmacopoeia
(30th
ed.). New York : United States Pharmacopoeial Convention Inc.
Voight, R.. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V. Diterjemahkan oleh
Soendani Noerono. Bandung : FMIPA ITB.
36
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. (Edisi 5). Diterjemahkan oleh
Soendani Noerono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Wade, A., & Waller, P.J. 1994. Handbook of Pharmaceutical Exipient (2nd
ed), The
Pharmaceutical Press London.
Wilmana, P.F. 1995. Farmakologi & Terapi Edisi V. Jakarta : Bagian Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
37
Lampiran 1. Skema Kerja Pembuatan Mikrokapsul Asam Mefenamat
+ Parraffin liq & Tween 80
Diaduk dengan Magnetik Stirred
+ Larutan NaCMC sedikit demi
sedikit
Di Homogenkan dengan magnetik
Stirred sampai seluruh aseton
menguap pada kecepatan 50 rpm
Pada temperature kamar
- Di cuci 3x dengan H-hexan
- Di keringkan dalam oven selama
2 jam pada suhu 40 - 50o C
2 g serbuk Asam Mefenamat Natrium Carboxymethyl Cellulosa
F1 = 2 g
F2 = 4 g
F3 = 6 g
Didispersikan dalam Aseton
Larutan Emulsi
Mikrokapsul Kering
38
Lampiran 2. Sertifikat Bahan Baku
Gambar 2. Sertifikat Bahan Baku Asam Mefenamat
39
Lampiran 3. Pemeriksaan Zat Aktif
Tabel 3. Hasil Pengamatan Zat Aktif Asam Mefenamat
Pemeriksaan Persyaratan (Farmakope V,
2015)
Pengamatan
1. Pemerian
- Bentuk
- Warna
- Bau
- Rasa
- Serbuk hablur
- Putih atau hampir putih
- Tidak berbau
- Agak pahit
- Serbuk hablur
- Putih atau hampir putih
- Tidak berbau
- Agak pahit
2. Kelarutan
- Dalam air
- Dalam etanol
- Dalam eter
- Praktis tidak larut
- Tidak larut
- Tidak larut
- Praktis tidak larut
- Tidak larut
- Tidak larut
40
Lampiran 4. Pemeriksaan Bahan Tambahan
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan NaCMC
Pemeriksaan Persyaratan (Handbook of
pharmaceutical excipients,
2009)
Pengamatan
1. Pemerian
- Bentuk
- Warna
- Bau
- Rasa
- Serbuk granul
- Putih atau putih pucat,
- Tidak berbau
- Tidak berasa
- Serbuk granul
- Putih atau putih pucat
- Tidak berbau
- Tidak berasa
2. Kelarutan dalam
- Air
- Etanol
- Eter
- Mudah larut terdispersi
- Tidak larut
- Tidak larut
- Mudah larut terdispersi
(1:5)
- Tidak larut
- Tidak larut
41
Lampiran 5. Pemeriksaan Organoleptis
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Mikrokapsul Asam Mefenamat
Ket : F1 = Mengandung Asam Mefenamat : NaCMC (1:1)
F2 = Mengandung Asam Mefenamat : NaCMC (1:2)
F3 = Mengandung Asam Mefenamat : NaCMC (1:3)
Gambar 3. Organoleptis Mikrokapsul Asam Mefenamat Formula 1, Formula 2,
Formula 3 ( Perbesaran 25 )
Formula Bentuk Warna Bau
F1 Serbuk granul Putih Tak berbau
F2 Serbuk granul Putih Tak berbau
F3 Serbuk granul Putih Tak berbau
42
Lampiran 6. Persen Perolehan Kembali Mikrokapsul
Tabel 6. Hasil Perolehan Kembali Mikrokapsul Asam Mefenamat
Formula Wm (g) Wt (g) % PK
F1 3,8382 4,0711 94,27
F2 6,7329 6,1706 109,11
F3 7,7711 8,1161 95,74
Keterangan : % PK = Faktor perolehan kembali (%)
Wm = bobot mikrokapsul yang diperoleh (g)
Wt = bobot bahan pembentuk mikrokapsul (g).
Contoh perhitungan :
F1 : Asam Mefenamat = 2,0320 g
NaCMC = 2,0391 g
Mikrokapsul = 3,8382 g
% PK =
= 94,27%
% PK = m
t 𝑋
43
Lampiran 7. Analisa Scanning Electron Mycroscopy (SEM)
Gambar 4. Morfologi Asam Mefenamat Gambar 5. Morfologi NaCMC (x500)
(x500)
Gambar 6. Morfologi Mikrokapsul F1 Gambar 7. Morfologi Mikrokapsul F2
(x500) (x500)
Gambar 8. Morfologi Mikrokapsul F3
(x500)
44
Lampiran 8. Distribusi Ukuran Partikel
Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Ukuran Partikel Mikrokapsul F1
No Diameter
(µm)
Diameter rata-rata
(µm)
Jumlah (n) n x d Frekuensi (%)
1 0-25 12,5 238 2975 9,91
2 26-50 25 55 1375 4,58
3 55-75 37,5 7 262,5 0,87
4 76-100 50 - - -
Jumlah 300 4612,5
Rata-rata diameter panjang =
dln = nd
=
= 15,37 µm
Gambar 9. Kurva Distribusi Ukuran Partikel Mikrokaspul F1
0
2
4
6
8
10
12
12,5 25 37,5 50
% F
rek
uen
si
Diameter Rata-rata partikel (µm)
45
Lampiran 8. (lanjutan)
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Ukuran Partikel Mikrokapsul F2
No Diameter
(µm)
Diameter rata-rata
(µm)
Jumlah (n) n x d Frekuensi (%)
1 0-25 12,5 290 3625 12,08
2 26-50 25 10 250 0,83
3 55-75 37,5 - - -
4 76-100 50 - - -
Jumlah 300 3875
Rata-rata diameter panjang =
dln = nd
=
= 12,92 µm
Gambar 10. Kurva Distribusi Ukuran Partikel Mikrokapsul F2
0
2
4
6
8
10
12
14
12.5 25 37,5 50
% F
rek
uen
si
Diameter Rata-rata partikel (µm)
46
Lampiran 8. (lanjutan)
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Ukuran Partikel Mikrokapsul F3
No Diameter
(µm)
Diameter rata-rata
(µm)
Jumlah (n) n x d Frekuensi (%)
1 0-25 12,5 294 3675 12,25
2 26-50 25 6 150 0,5
3 55-75 37,5 - - -
4 76-100 50 - - -
Jumlah 300 3825
Rata-rata diameter panjang =
dln = nd
=
= 12,75 µm
Gambar 11. Kurva Distribusi Ukuran Partikel Mikrokapsul F3
0
2
4
6
8
10
12
14
12.5 25 37,5 50
% F
rek
uen
si
Diameter Rata-rata partikel (µm)
47
Lampiran 9. Spektrum Panjang Gelombang Serapan Maksimum Asam
Mefenamat dengan medium Dapar Fosfat pH 7,4
Gambar 12. Spektrum Panjang Gelombang Serapan Maksimum Asam
Mefenamat dengan Medium Dapar Fosfat pH 7,4 pada Panjang
Gelombang 200-400 nm pada Konsentrasi 18 ppm
48
Lampiran 10. Data Kalibrasi Larutan Standar Asam Mefenamat
Tabel 10. Data Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat dalam Dapar Fosfat pH 7,4
dengan Berbagai Konsentrasi yang Diukur pada Panjang Gelombang
284 nm
Gambar 13. Kurva Kalibrasi Asam Mefenamat dalam Dapar Fosfat pH 7,4
y = 0,03165x - 0,0053 R² = 0.99765
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0 5 10 15 20 25
Ab
sorb
an
Konsentrasi (ppm)
No Konsentrasi (x) Absorban (y)
1 14 ppm 0,440
2 16 ppm 0,506
3 18 ppm 0,555
4 20 ppm 0,623
5 22 ppm 0,698
49
Lampiran 11. Penetapan Kadar Asam Mefenamat
Tabel 11. Hasil Penetapan Kadar Asam Mefenamat
Dari kurva kalibrasi dengan panjang gelombang serapan maksimum 284 nm dapat
dihitung :
Faktor Pengenceran =
x
= 2500
Formula 1
y = a + bx
Diketahui y = 0,338
x = a
b
x =
= 10,8467 µg/mL
Berat sampel = faktor pengenceran volume
=
ml
= 2711,675 µg/mL
= 2,7116 mg
% kadar =
mg x 100% = 5,42 %
No Formula Absorban % kadar
1 F1 0,338 5,42
2 F2 0,358 5,73
3 F3 0,428 6,84
50
Lampiran 12. Disolusi mikrokapsul asam mefenamat dalam medium dapar
fosfat pH 7,4
Tabel 12. Hasil Disolusi Asam Mefenamat
Waktu
(menit)
Serapan Fp Kadar
sampel
(ppm)
Jumlah
(mg)
Koreksi
(mg)
Total
koreksi
(mg)
%
Disolusi
5 0,237 1 7,6556 1,3780 0 0 2,756
10 0,240 1 7,7503 1,3950 0,0076 1,4026 2,8053
15 0,298 1 9,5829 1,7249 0,0077 1,73265 3,4653
30 0,510 5 16,2812 14,6530 0,0095 14,6625 29,3251
45 0,719 5 22,8546 20,5961 0,0814 20,6505 41,301
60 0,706 10 22,4739 40.4530 0,1144 40,5674 81,1348
Tabel 13. Hasil Disolusi Mikrokapsul Formula 1
Waktu
(menit)
Serapan Fp Kadar
sampel
(ppm)
Jumlah
(mg)
Koreksi
(mg)
Total
koreksi
(mg)
%
Disolusi
5 0,323 1 10,3728 1,8671 0 0 3,7342
10 0,311 1 9,9936 1,7988 0,0103 1,8091 3,6183
15 0,403 1 12,900 2,322 0,0099 2,3319 4,6639
30 0,631 1 20,1042 3,6187 0,0129 3,6316 7,2632
45 0,782 5 24,8751 22,3875 0,0201 22,4076 44,8152
60 0,710 10 22,6003 40,6859 0,1243 40,8102 81,6204
51
Tabel 14. Hasil Disolusi Mikrokapsul Formula 2
Waktu
(menit)
Serapan Fp Kadar
sampel
(ppm)
Jumlah
(mg)
Koreksi
(mg)
Total
koreksi
(mg)
%
Disolusi
5 0,657 1 20,9257 3,7666 0 0 7,5332
10 0,765 1 24,3380 4,3808 0,0209 4,4017 8,8034
15 0,766 1 24,3696 4,3865 0,0243 4,4107 8,8216
30 0,766 1 24,3696 4,3865 0,0243 4,4108 8,8217
45 0,769 5 24,4644 22,0179 0,0243 22,0422 44,0844
60 0,790 5 25,1279 22,6151 0,1223 22,7374 45,4749
Tabel 15. Hasil Disolusi Mikrokapsul Formula 3
Waktu
(menit)
Serapan Fp Kadar
sampel
(ppm)
Jumlah
(mg)
Koreksi
(mg)
Total
koreksi
(mg)
%
Disolusi
5 0,468 1 14,9541 2,6917 0 0 5,3834
10 0,492 1 15,7124 2,8282 0,0149 2,8431 5,6863
15 0,704 1 22,4107 4,0339 0,0157 4,0496 8,0992
30 0,762 1 24,2432 21,8188 0,0224 4,3861 8,7722
45 0,777 5 24,7172 22,2454 0,0242 22,2696 44,5393
60 0,783 5 24,9067 22,4161 0,1235 22,5395 45,0791
52
Gambar 14. Kurva Disolusi Mikrokapsul Asam Mefenamat
Contoh Perhitungan Disolusi =
F1
- Serapan (5’)
y = a + bx
0,323 = - 0,0053 + 0,03165x
x =
= 10,3728 µg
Dalam 900 mL =
x 10,3728 µg
= 1867,104 µg
= 1,8671 mg
% Obat Terdisolusi = mg
x 100 % = 3,7342 %
0
20
40
60
80
100
5 10 15 30 45 60Perse
nta
se T
erd
isolu
si (
%)
Waktu (menit)
PROFIL DISOLUSI
F1 F2 F3 Asam Mefenamat
53
- Serapan (10’)
y = a + bx
0,311 = - 0,0053 + 0,03165x
x =
= 9,9936 µg
Fp = 9,9936 x 1
= 9,9936
Dalam 900 mL =
x 9,9936 µg
= 1798,848 µg
= 1,7988 mg
Fk =
x 1,8671 mg
= 0,0103 mg
Jumlah = 1,7988 mg + 0,0103 = 1,8091 mg
% Obat Terdisolusi = mg
x 100 % = 3,6183 %
54
Lampiran 13. Penetapan Efisiensi Penjerapan
Table 17. Hasil Efisiensi Penjerapan Asam Mefenamat
Efisiensi Penyalutan = obot sam efenamat iperoleh
obat sam efenamat ecara eoritis
Contoh perhitungan :
F1 : y = a + bx
kadar = fp
b
= m
= 3683,25 µg = 3,6832 mg
% EP = mg
mg x 100 % = 7,36 %
Ket : x = Konsentrasi
Fp = Faktor Pengenceran
M = Volume Larutan Induk
Formula Absorban Bobot Zat Aktif
Total (mg)
Bobot Zat
Aktif Teoritis
(mg)
Zat Aktif yang
Terjerap(%)
1 0,461 3,6832 50 7,36
2 0,570 4,5442 50 9,0884
3 0,471 3,7622 50 7,5244
55
Lampiran 14. Hasil Uji Statistik ANOVA Satu Arah Uji Efisiensi Penjerapan
Mikrokapsul Asam Mefenamat
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
f1,2,3 9 100.0% 0 0.0% 9 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
f1,2,3 Mean 8.00 .284
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 7.34
Upper Bound 8.65
5% Trimmed Mean 7.99
Median 8.00
Variance .728
Std. Deviation .853
Minimum 7
Maximum 9
Range 2
Interquartile Range 2
Skewness .252 .717
Kurtosis -1.721 1.400
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
f1,2,3 .214 9 .200* .868 9 .118
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
56
Lampiran 14. (Lanjutan)
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
f1,2,3 9 8.00 .853 7 9
z.atotal 9 4.05 .392 4 5
Marginal Homogeneity Test
f1,2,3 & z.atotal
Distinct Values 10
Off-Diagonal Cases 9
Observed MH Statistic 71.973
Mean MH Statistic 54.204
Std. Deviation of MH
Statistic
5.960
Std. MH Statistic 2.981
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
ANOVA
f1,2,3
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 5.729 3 1.910 104.223 .000
Within Groups .092 5 .018
Total 5.820 8
57
Lampiran 15. Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian
Gambar 15. Alat SEM Gambar 16. Alat Disolusi
Gambar 17. Alat Mikroskop Optilab