Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

25

Transcript of Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Page 1: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI
Page 2: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Mikroekonomi Islam

Dalam islam, seorang individu yang rasional

seharusnya memilih lebih banyak barang yang

dapat menghasilkan maslahah Ketika terjadi

kenaikan income dengan kendala tertentu

(constraint).

Ilustrasi Grafik

Pendekatan utilitarian hanya menjelaskan

bagaimana seorang individu berusaha mencoba

memaksimumkan preferensi ditengah

keterbatasan. Pertanyaan mendalam harus

diajukan seperti :

1. Bagaimana sebuah preferensi individu

terbentuk?

2. Tidak dapat membedakan motivasi seseorang

untuk lebih banyak memilih x atau y

Self-sacrifice yang berbasis moral juga rasional →

social interest

- Orang tua menunda membeli kebutuhan

pribadi untuk kebutuhan anak

- Membantu tetangga yang terkena

musibah menggunakan uang tabungan

Rasionaitas yang dibentuk melompat dari self

sacrifice (social) menjadi God’s interest. Contoh :

puasa, haji, sedekah

Kenapa individu menjadi baik?

Mengapa preferensi kebaikan seseorang berbeda

dari yang lain?

Filosof Moral mencoba untuk mendefinisikan apa

yang dianggap baik adalah Apa yang membuat

seseorang menjadi lebih baik (better off) tanpa

membuat seseorang lain worse off. Sedangkan

buruk adalah : Apa yang membuat seorang

individu menjadi better off dengan membuat

orang lain worse off.

Dua faktor penting kenapa seseorang memilih

untuk preferensi terhadap suatu kebaikan. 2 jenis :

1. Grip to society

Disebabkan desakan

dari lingkungan

untuk memenuhi

aturan tertentu.

Ada dua pihak , I dan II Misalkan I bergerak

dulu, up atau down. II punya 4 pilihan :

- Kiri tanpa syarat

- Kiri ketika I up, kanan ketika I down

- Kanan ketika I up, kiri ketika I down

- Kanan tanpa syarat

2. Self-consiousness

Preferensi individu

terhadap sesuatu

kebaikan sangat

bergantung pada

apakah sesuatu yang dianggap baik oleh

individu tersebut dapat diterima dengan

akal moral. Ketika semua berprilaku self

conscious → outcome sama

Page 3: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Maslahah yang dihasilkan menjadi tidak maksimal

Faktor mempengaruhi pembenutukan preferensi

1. Worldview islam :

Kesadaran akan keberadaan tuhan

(makrifatullah).

Di dalam Islam mengenal siapa

sesungguhnya manusia itu dan untuk apa

dia diciptakan dapat membentuk

pemehaman manusia tetang hakikat

kehidupan. Keberadaan manusia sebagai

khalifah dan abdi Tuhan di dunia yang

dijelaskan oleh setiap rosul yang diutus

Tuhan dapat memberikan pencerahan

kepada manusia tentang hakikat

kehidupanya di dunia.

Pemahaman manusia akan hakikatnya

tersebut itulah yang dapat menjadi faktor

kunci pembentukan preferesi dirinya akan

baik dan buruk. Sehingga kita mengetahui

kenapa X lebih disukai ketimbang Y (X≥Y)

atau (X ≈ Y)

penerapan Hukum sharia membuat

individu baik yang suka dan tidak suka akan

hukum syariah akan mematuhi hukum

syariah. (grip to society)

Individu yang tercerahkan menjadi elemen

penting, tetapi sharia memastikan

berlakunya god’s interest → output yang

dihasilakan adalah Taqwa

2. Institusi keluarga

Norma (sesuatu yang dianggap baik) yang

berlaku di keluarga sangat berhubugan

erat dengan pembentukan preferensi

individu. Contoh; Latar belakang

pendidikan sebuah keluarga dapat

mempengaruhi keputsan-keputusan yang

diambil oleh seorang individu. Seperti

keputusan untuk mengkonsumsi,

menabung atau berinvestasi.

Kesimpulan dari studi Alesina dan Giuliano

(2010) menunjukkan bahwa:

“The family is a key socio economic unit in

society…”

3. Lingkungan

Selain institusi keluarga, faktor lingkungan

sangat mempengaruhi proses

pembentukan preferensi. Kepatuhan

masyarakat akan norma Islam dapat

secara langsung maupun tidak langsung

membentuk preferensi individu untuk

mematuhi norma tersebut. contoh; Di

dalam masyarakat Islam memberikan

pinjaman dengan bunga merupakan suatu

hal yang dianggap sangat buruk. Sehingga

setiap aktivitas yang berkaitan dengan

riba dianggap sebagai sebuah aib dalam

masyarakat Islam.

Page 4: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Dalam ekonomi konvensional, perusahaan atau

produsen selalu diasumsikan memaksimumkan

keuntungan (profit sebagai motif tunggal)

Ada hubungan kuat antara profit max dengan

prospensity to monopolize

Konsep pareto optimality → berimplikasi

pengabaian masalah distribusi pendapatan

Kriteria pareto tidak dapat diterapkan untuk

setiap rencana meningkatkan output diatas max

profit yang akan menguntungkan orang kaya

diatas beban orang miskin

Konsep Given Demand Hypotesis → produsen akan

dan harus selalu merespon permintaan pasar

Namun dalam perekonomian dengan distribusi

pendapatan tidak rata (mayoritas miskin),

kebutuhan riil masyarakat tidak tercermin dalam

permintaan pasar. Permintaan pasar tidak

mencerminkan yang sesungguhnya. Contoh :

luxury goods yang terjangkau the rich ditekan

produksinya, justru basic needs tidak dioptimalkan.

Dalam islam, profit bukanlah motiv tunggal.

Terdapat multidimensi atau huquq sebagai

motivasi. Keuntungan hanya salah satu motivasi

yaitu self-interest. Yang lebih utama,

memproduksi yang mengandung maslahah (social

interest) → kebutuhan riil masyarakat tercermin

dalam permintaan pasar.

Prinsip produksi dalam Islam :

1. Kegiatan produksi dilandasi nilai2 islam. Sesuai

maqashid syari’ah → maslahah

2. Prioritas harus sesuai urutan. Dharuriyah,

hajjiyah, tahsiniyah

3. Kegiatan produksi memperhatikan keadilan,

aspek sosial, kemasyarakatan, memenuhi

kewajiban ZISWAF (huquq)

4. Mengelola SDA secara optimal, tidak boros,

berlebihan, dan merusak lingkungan

Maslahah (prod) = F (Profit, Berkah, Rahmat, Pahala)

Maslahah sebagai pengganda profit

Mp = a {f(𝜋)} Mp = maslahah production

= a {R(q)-C(q)} a = variable maslahah

Cost function approach

Profit

π= R-C

Maslahah

Revenue

Cost (C)

Cost

Eksplisit Cost E(C)

Implisit Cost I(C)

C= E(C)+I(C)

Page 5: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Necessity vs Luxury

Production of necessity: menunjukkan bahwa

berdasarkan islamic framework → more necessity

goods will be produced at a lower price which gives

higher benefits to the society without the firm

having to deviate from its profit-maximizing

decision. Contohnya, produsen akan memproduksi

lebih banyak gandum dari pada level harga yang

lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi

pesawat terbang atau perhiasan (luxury goods).

Revenue Approach

Profit max vs maslahah max

Profit max → MR = MC

Maslahah max =

- necessity good (MR^ = Mc) → Q^

- luxury good (MR = MC^) → Qv

Besarnya maslahah production → Mp = α 𝜋

Manakah yang lebih baik (untung) memproduksi

Ubi kayu atau bir dengan kondisi pasar seperti

berikut?

Ubi kayu Bir

Harga = 1.000 Harga = 10.000

Cost rata2 = 500 Cost rata2 = 5000

Modal yang dimiliki adalah 100.000

a. komparasi profit

Ubi kayu Bir

Q = Modal/Cost = 200 Q = 100.000/5000 = 20

Profit= 200(1000-500) Profit= 20 (10000-5000)

= 100.000 = 100.000

b. Komparasi MP

Ubi kayu Bir

Maslahah = +0.3 (given) maslahah = -1.3 (given)

Maslahah = (1+0.3)100.000 Maslahah = (1-1.3)100.000

= 130.000 = -30.000

c. Ilustration

Dengan menggunakan kerangka pasar competitive,

total output pada barang necessity lebih besar

dihasilkan oleh islamic firm bila dibandingkan dengan

conventional firm.

Maslahah Revenue

Explisit

Revenue

Implisit

Revenue

Profit

Cost

Revenue

Mp= f(R) - f(C) va b

α = a+(-b)

Page 6: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Teori Penawaran

Besarnya jumlah yang di produksi (penawaran)

oleh produsen islamic man bergantung pada

besarnya maslahah yang diberikan oleh barang

tersebut yang dicerminkan pada tingkat harga

yang disesuaikan terhadap maslahah/mudharat

Kurva penawaran adalah kurva MC diatas AC.

Perubahan maslahah akan menggeser MC yang

kemudian menggeser kurva penawaran

Necessary Goods

Luxury Goods

Page 7: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Era 1980 dan 1990-an adalah era kebangkitan

kapitalisme. Terpecahnya Uni Soviet membuktikan

beberapa hal:

- Sistem sosialisme terbukti tidak se-efisien

capitalists economies

- Freedom of choice yang dimiliki setiap

individu dalam sistem sosialisme tidak

banyak diakui

- Sistem sosialisme tidak dapat membuktikan

terciptanya equality

Moral advantages of the market depend crucially

on competitive nature of the system → pareto

criterion as moral basis of the defense of the

market

Pareto optimum requires MRS1 = MRS2

Pareto optimum is an allocation to make one

better off while another worse off

- Often used as the standard of evaluating

desirability of an allocation of resources

- Pareto inefficient allocations are wasteful

Pareto improvement is a allocation of resources

that makes one better off without making

another worse off

Konsep pareto : sisi produsen

MRTS1 = MRTS2

The Evaluation

How to choose A vs B?

- Tidak bisa menggunakan kriteria pareto

- Membutuhkan social welfare function

Limitations =

1. Is neutral to distributional concerns

2. Unable to rank every pareto optimal

allocation superior to every non-optimal

allocation

3. Unable to rank different pareto optimal

allocations relative to one another

Penyebab efisiensi pasar persaingan sempurna

menurut ekonomi konvensional

1. Efficient distribution of product among

consumers. Bisa tercapai apabila :

- Harga sama untuk semua konsumen

- Konsumen mampu membelinya pada harga

2. Efficiency in the use of different

production factors

PPS akan menstimulasi produsen untuk

meminimalisasi biaya (MPL/MPK=W/r)

Page 8: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

3. Efficiency in output

The rate at which consumers are willing to

exchange one good for another = the rate

of which one good can be transformed into

another = Px/Py

Kondisi untuk mencapai efisiensi dalam PPS

1. No barriers to entry or exit

2. Homogenous goods → uniform price

3. Perfect knowledge of Prices, Quantity,

dan quality

4. No externalities

5. No external parties (e.g. government)

Evaluasi PPS : market imperfections

1. Trade barriers : monopoli, oligopoli

2. Heterogeneity in products

Monopolistic competition dimana P>MC

3. Imperfect information (costly)

4. Externalities (+/-)

Mekanisme pasar versi ibnu taimiyah

1. Harus bebas keluar masuk pasar. Memaksa

menjual tanpa ada kewajiban tidak adil

dan dilarang

2. Tingkat informasi yang cukup mengenai

kekuatan pasar dan barang dagangan

3. Unsur2 monopolistik dilenyapkan dari

pasar sehingga bentuk kolusi antara

kelompok penjual dan pembeli tidak

diperbolehkan

4. Homogenitas dan standarisasi produk

sangat dianjurkan

5. Penyimpangan dari kebebasan ekonomi

yang jujur, seperti sumpah palsu,

timbangan tidak tepat, dikecam oleh Islam

Kita dapat melihat bahwa karakteristik ini

sesuai dengan PPS. Berarti pasar dalam islam

itulah yang dalam konven disebut PPS

1. Homogenous good & large number of B&S

Setelah hijrah ke Madinah, terjadi trade boom

di Madinah melalui rekonsiliasi kaum muhajirin

dan anshar. Sehingga Rasul mendirikan pasar

yang luas untuk mengakomodasi B&S

2. Full information freely accessible

Talaki ruqban is forbidden. Khiyar adalah bukti

Islam melindungi hak konsumen untuk

memastikan true information on price

sebelum berkomitmen

3. Free entry and exit

Ucapan Rasulullah “this is your market, no tax

on it you must pay” → no barrier

Secara umum, karakteristik pasar dalam islam

mirip dengan PPS, namun yang membedakan

adalah peran pemerintah tidak semata-mata

dihilangkan (Al-Hisbah)

Peran Al-Hisbah

1. Mengawasi timbangan, ukuran, dan harga

2. Mengawasi jual-beli barang, praktik riba,

maisir, gharar, dan tadlis

3. Mengawasi kehalalan, kesehatan, dan

kebersihan barang/komoditas

4. Pengaturan tata letak pasar

5. Mengatasi persengketaan & ketidakadilan

6. Melakukan intervensi pasar

7. Memberikan hukuman thdp pelanggar

Selama kenaikan atau penurunan harga terjadi

karena mekanisme pasar (supply-demand) tanpa

adanya injustice (misalnya berupa penimbunan,

penawaran palsu, dll), maka Islam melarang

adanya intervensi harga. Namun jika kenaikan

atau penurunan harga terjadi di luar alasan

tersebut maka diperlukan intervensi pemerintah.

Page 9: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Maslahah max vs profit max

INITIAL CONDITION (C):

Zaid = rich Hafsha = poor

Outcome exchange process bisa jadi P maupun Q.

Bagi Zaid = P < Q Bagi Hafsha = P > Q

Once there are major disparities in income

distribution within the country, the market

mechanism ceases to function efficiently or

equitibly since its weighted heavily in favour of

the rich who have the purchasing power.

Dalam perspektif Islam, ketika Zaid

menginternalisasi nilai maslahah, maka titik P

akan menjadi pilihan bagi Zaid karena Zaid tidak

menjadi worse-off dan Hafsha menjadi better-

off.

Economic exchange in islam

- Economic exchange covers trade in goods

and services

- Trade dalam Islam boleh namun riba tidak

boleh (Q.S 2:275)

- Mutual satisfaction : trade harus

menghasilkan greater satisfaction (utility)

bagi pihak-pihak yang terlibat (Q.S 4:29)

Market Demand

The effective need curve (GN) concealed the need

of the poor who are unable to offer the market

clearing price

Market Supply

Islamic potential supply curve (GN) lies right of the

market supply curve SS once the necessary

institutional reforms are carried out..

Page 10: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Factor of Production in

Islam

Land

Labor

For Fixed Wage

For Share in Profit

Capital

Technical Capital

Money Capital

Revolusi Industri

Marginal productivity theory

Evaluasi:

1. Hasil output final dari sebuah perusahaan

adalah buah dari kombinasi berbagai

faktor produksi sehingga sulit untuk

memisahkan kontribusi dari masing-masing

input.

2. Asumsi perfect competition. Tapi tidak

dapat menggambarkan diskriminasi yang

terjadi antar gender, ras, dan tidak

memasukkan dampak dari collective

bargaining.

3. Model ini hanya mengasumsikan motif

satu-satunya produsen adalah

maximization of profit. Padahal motif ini

bukanlah satu-satunya (misalnya: max of

sales, max. other social goods).

Revolusi industri → Spesialisasi kerja → teori

produktivitas → faktor produksi menjadi penting

Apakah teori produktivitas / spesialisasi tidak

dibahas oleh scholar Islam klasik ?

Labor Theory of Value

Ibn Khaldun in his al-Mukaddimah had

developed the rudiments of labor theory of

value

Ibn Khaldun developed his value theory by

indicating: “There is nothing here [originally]

except the labor, and [the labor] is not desired

by itself as acquired [...,but the value realized

from it] (Vol. II, 313). He further expanded on

this theme by writing: “ Carpentry and

weaving, for instance, are associated with

wood and yarn [ the respective craft

needed for their production]. However, in

the two crafts [first mentioned] the labor

[that goes into them] is more important,

and its value is greater. (Vol. II, 313)

Ibn Khaldun considers labor as a commodity,

`...incomes and profits represent the value

of the labor of their recipients...' Elsewhere,

Ibn Khaldun argues that `The income which a

man derives from the crafts is, therefore, the

value of his labor..This last statement is far

from stating the notion that the real wage

rate is equal to the marginal physical product

of labor in equilibrium

Analisa Faktor produksi : Money & Interest

Tidak membedakan antara money capital dan

technical capital. Money capital dimasukkan

sebagai faktor produksi yang dapat menghasilkan

fixed return dari dirinya sendiri. Padahal, money

capital bersifat unproductive sehingga tidak dapat

menghasilkan return.

Labor for share in profit: making a decision

about whether or not to participate in or

initiate a particular productive activity; being

willing to bear the risks associated with it.

Labor for fixed wage: providing a definite

productive service for which they are entitled

to receive a definite reward

Orang yang memilikikeahlian (craftmanship) =

entrepreneurIndustrial Revolution

Hanya orang2 yg memilikimanufacturing tools dan raw

materials yang dapatmengakses bank financing

Economies of Scale

Craftmanship beralihmenjadi worker dalam

industri dan mendapatkanfixed wage

Income Distribution?

Page 11: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Capital: man-made tool and instruments that

save human time and effort in the process of

production -> speeds up division of labor.

Physical Assets (Technical): durable goods that

are usable in production without being

destroyed.

Money capital: has to be spent out in order to

acquire inputs and resources needed in

production.

Pengertian Land disini termasuk semua sumber

yang dapat diperoleh sampai dengan keadaan

geografis, angin, dan iklim terkandung dalam

(cakupan) tanah.

2 Eminent Principles

1) Gaining is bound by accountability (al-ghunm

bi al-ghurm)

Profit muncul bersama risiko

Risiko itu menyertai manfaat

2) Income is bound by assured obligation (al-

kharaj bi al-daman)

Hasil usaha muncul bersama biaya

Hak mendapatkan hasil disebabkan oleh

keharusan menanggung kewajiban

Labor in Islam

To determine the market price for labor:

Man-to-man brotherly relationship

The workload and working conditions should be

humanly acceptable

The employer should guarantee basic needs of

the employee

Assumptions:

1) Employer ingin mendapatkan average rate

of profit from invested capital

2) Wage depends on: subjective (humanity)

and objective (contribution and market

forces) factors.

Akan menghasilkan wage range possible

Wage Determination

Wage Range : VMCL ≤ W ≤ VACL

• If the role of humanity is significant: W >

VMCL

• DE = Effective Demand

o Wage: OWe

o Profit: We W4

• 𝐷𝐸1 = Minimum Wage

o Wage: OWm

o Profit: Wm W3

Wage Determination: Case of LALDCs

Dalam kasusini, pekerjasangatdieksploitasi

(W< VMCL).

Unskilled labor is paid a wage which is below

the survival minimum.

𝑊𝑚 = standard minimum wage

Conventional: W1

Islam: W3 – W4

Page 12: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Money Capital vs Technical Capital

Salah satu cara untuk memperoleh money capital

adalah melalui borrowing. Namun dalam Islam,

money capital tidak dapat menerima fixed return

karena adanya perbedaan jenis ownership.

Ekonomi Bagi Hasil: Imbal Hasil dari Capital dan

Entrepreneurship

Islam melarang adanya interest sebagai price of

capital. Beberapa alasan mengapa riba dilarang:

a) Tidak adil ketika pemilik modal hanya

mendapat share dari keuntungan tapi

tidak menanggung kerugian

b) Penyebab terjadinya ketimpangan

pendapatan

c) Interest seringkali dimasukkan menjadi

cost of production sehingga hal ini

otomatis akan meningkatkan harga yang

dibebankan kepada konsumen ->

mengurangi surplus konsumen

Mudharabah

Sk implies that quantity of capital supplied

increases as the capital’s share of profit in

percentage increases.

Dk implies that quantity demanded for capital

increases as capital’s share of profit falls.

This analysis will be applicable when any

positive profit is made.

Musharakah

Jika Share A lebih besar, maka distribution curve

akan berada di atas OAROB. Jika distribution curve

nya adalah OANOB, maka A akan mendapatkan 50

persen profit dengan menyumbang 25 persen

capital. Di lain sisi, A akan mendapatkan 10 persen

jika distribution curvenya adalah OAMOB.

Land

Dalam Islam, return untuk tanah dapat berupa

fixed maupun variable.

Fixed -> ketika tanah disewakan untuk periode

tertentu (mekanisme ijarah)

Variable -> mekanisme muzara’ah. Muzara’ah

adalah akad kerjasama dalam pengolahan

tanah pertanian atau perkebunan antara

pemilik tanah dan penggarap dengan

pembagian hasil sesuai kesepakatan kedua

belah pihak.

Institutional FraMework in

IslaMic EconoMic SysteM

institutional frameworks that explain the nature

of factors of production and factor market:

1. Commodity Market

the free market system with restrictions on

monopolyand misallocation of the resources.

2. Institution of Participation

entrepreneurial resources are encouraged to

participate and bear the risk to earn profits (loss).

3. Institution of Social Insurance

Zakat, Sadaqat and charity.

Technical Capital

Ijarah

(Ownership tetapberada pada si pemilik

technical capital)

Pemilik berhakmendapatkan sewa(fixed return) dari

capital yang ia sewakan

Money Capital

Borrowing

(Ownership berpindah dari sikreditur ke debitur)

Pemilik uang tidak berhakmendapatkan fixed return

dari uang yang dipinjamkantersebut

Page 13: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Distorsi Pasar

Rekayasa Supply & Demand

Ba’I Najasy

(False Demand)

Ihtikar

(False Suppy)

Tallaqi Rukban

Tadlis

(Unknown to One Party)

Kuantitas, Kualitas, Harga, dan Waktu

Penyerahan

Taghrir

(Uncertain to One Party)

Kuantitas, Kualitas, dan WaktuPenyerahan

Sales with Usury

Fungsi pasar :

1. Resource allocation

2. Price setting

3. Income distribution

Rawlasian-Social Welfare Function

Social preferences for Rahmat’s or Fauzi’s utilities

are identical ; Are perfect substitutes as long as

commodities are allocated equally between them.

Utilitarian

Only total utility is relevant, so utilitarian

criterion does not consider distribution of utility;

As long as social gain is greater than social loss, it

makes no difference that consumer who gains in

utility may already be happier than the other

consumer

Objektif: P2 (Socially maximum dalam

konteks utilitarian)

Mencari Uf+Ur yang paling besar tapi tidak

berbicara tentang distribusi

Bagaimana dengan islam?

Objektif dan Kriteria harus jelas.

Objektif: Falah

Kriteria: Maqasid Syariah

Contoh: P3 dapat dipilih walaupun secara

social welfare lebih kecil daripada P2 selama

P3 memenuhi kriteria Maqasid Syariah.

Misalnya: pendidikan tinggi vs pendidikan

dasar

Market Failures

Situasi di mana pasar gagal mengalokasikan

sumber daya (resource) secara efisien

- Pasar pers sempurna tidak tercapai

- Sumber daya menjadi Over-allocated /

Under-allocated

Page 14: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Bai’ Najasy

Penjual meminta pihak ketiga untuk membuat

penawaran dengan harga tinggi (atau dengan

menciptakan isu kelangkaan barang) padahal

sebenarnya pihak ketiga tersebut tidak bermaksud

untuk membeli barang tsb -> permintaan palsu ->

permintaan di pasar tidak mencerminkan

permintaan yang sebenarnya.

Revenue sebelum Najasy: P0Q0

Revenue setelah Najasy: PfQf

Ihtikar (False Supply)

Ihtikar: mengambil keuntungan di atas

keuntungan normal dengan cara menjual lebih

sedikit barang untuk harga lebih tinggi

(monopoly’s rent seeking).

Sebenarnya produsen dapat produksi pada

tingkat harga S=D (atau MC=AR).

Selisih Kotak PmXYZ dan ABCD – monopoly’s

rent seeking yang diharamkan

Tallaqi Rukban

Pihak yang memiliki informasi lebih lengkap

membeli barang dari penjual yang tidak

memiliki informasi lengkap mengenai harga

pasar untuk mendapatkan harga yang lebih

murah dari harga pasar.

Rasulullah SAW bersabda: Janganlah engkau

menjemput kafilah pedagang (lalu membeli

barang dagangannya sebelum tahu harga

pasaran) dan janganlah orang kota

menjualkan barang orang desa”. Kemudian

Tsawus bertanya kepada Ibnu Abbas: “Apakah

yang dimaksud orang kota tidak boleh

menjualkan barang orang desa?” Ibnu Abbas

menjawab: “Tidak ada makelar dalam jual beli

itu”. (H.R. Bukhari Muslim)

Tadlis dalaM Kuantitas

Misalnya: Pembeli membeli 5kg dengan harga Rp.

100.000 namun penjual menyerahkan apel hanya

seberat 4kg tanpa sepengetahuan pembeli.

Dari grafik, MC*t<MC*; Q*t<Q*wt

Pf

Qo Q

f

D

D

P

P

Q

S

A B

Q*

t Q

*

wt Q

2 Q

1

Rp

P

ATC

D=AR=MR

MC*=S MC

t=S

t

Rp

Q

Page 15: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Tadlis dalam Kualitas

Termasuk menyembunyikan cacat atau kualitas

barang yang buruk. Contoh: Penjualan mobil

bekas. Si pemilik mobil adalah pihak yang paling

mengetahui kualitas mobil yang dijualnya.

Tadlis dalam Harga

Menjual barang dengan harga yang lebih tinggi

atau lebih rendah dari harga pasar karena

ketidaktahuan pembeli atau penjual. Contoh:

Penjual souvenir menawarkan harga barang lebih

tinggi kepada turis asing dibanding turis lokal.

Tadlis dalam Waktu Penyerahan

Sebenarnya tadlis jenis ini tidak mempunyai

pengaruh terhadap harga maupun kuantitas

barang dalam kondisi keseimbangan. Namun

adanya tadlis jenis ini dapat dihubungkan dengan

larangan transaksi yang bernama bai al kali bil

kali.

Contoh: A menawarkan sebuah mobil kepada B

dengan harga Rp 200jt. padahal A sebenarnya

belum memiliki mobil yang dimaksud.

Jika A dapat mencari mobil yang akan diperjual

belikan tsb tepat pada waktunya maka yang

terjadi adalah bai al kali bil kali saja. Namun jika A

gagal untuk menyerahkan mobil tersebut tepat

pada waktunya maka transaksi bai al kali bil kali

disertai dengan tadlis.

Taghrir dalam Kuantitas, Kualitas, dan Waktu

Contoh kasus Taghrir dalam Kuantitas: Pada masa

sebelum panen, tengkulak membeli Padi dengan

harga Rp 2.000.000 kepada petani padahal hasil

panen belum diketahui. Maka:

Contoh kasus Taghrir dalam Kualitas: A membeli

seekor anak kucing anggora (yang belum

dilahirkan) sebesar Rp 1.000.000 dari pemelihara

kucing untuk A jual kembali. Maka:

Taghrir dalam Waktu Penyerahan : Contoh: A

menjual kucing anggoranya yang hilang kepada B

dengan harga Rp 500.000. Padahal harga kucing

anggora di pasaran Rp 1.000.000. Maka:

Kuantitas Harga Jual

Panen

Berhasil

3 ton Rp 3.000.000 Tengkulak

untung Rp

1.000.000

Gagal

Panen

1 ton Rp. 1.000.000 Tengkulak

rugi Rp

1.000.000

Harga Jual

Normal Rp 3.000.000 A untung Rp

2.000.000

Cacat Rp. 500.000 A rugi Rp

500.000

Harga Jual

Kucing Ditemukan

B untung 500 ribu,

A rugi 500 ribu

Kucing Tidak Ditemukan

B rugi 50 0ribu,

A untung 500 ribu

Q

S

Individu Marke

t

P P

P

P

Q

D

S

Page 16: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Ketika pasar persaingan sempurna gagal

terbentuk maka pasar menjadi monopoli atau

oligopoli

Islam membolehkan siapapun berusaha, sesuai

prinsip kebebasan ekonomi, tanpa melihat apakah

dia satu-satunya produsen (monopoli) atau ada

produsen lain. Monopoli alamiah menjanjikan

banyak manfaat bagi perekonomian:

- Perusahaan menjadi monopolist karena

karena mencapai economices of scale → biaya

produksi yang lebih rendah dan skala produksi

yang besar. Sehingga : Harga lebih rendah dan

output lebih banyak

Dampak terusannya : Perbaikan kualitas produk,

perbaikan teknologi melalui R&D, dan efisiensi.

tetapi Dalam banyak kasus monopoli diciptakan

oleh hambatan dan praktik yang tidak adil,

Suap

membeli pesaing

kampanye iklan palsu

pemaksaan dari pemasok bahan baku

Diskriminasi harga

Ini terjadi ketika profit maximization sebagai

tujuan tunggal akan membuat monopolis

memproduksi lebih sedikit dengan harga lebih

tinggi dari apa yang ada di pasar persaingan

sempurna. monopoli merugikan masyarakat

Dalam Islam, mengambil keuntungan diatas

keuntungan normal dengan cara menjual barang

lebih adalah seperti perilaku ikhtikar yang dilarang

syarat ikhtikar:

(i) objek penimbunan merupakan barang-

barang kebutuhan masyarakat → kriteria

kebutuhan adalah sesuai maqashid

(ii) tujuan penimbunan adalah untuk meraih

keuntungan diatas keuntungan normal

bukan sebagai sekedar persediaan

Monopoli pemerintah harus objektif dan

perencanaan yang baik

Biasanya terjadi karena high cost → high risk

Ada durasi waktu untuk dapat memberikan

kesempatan swasta → objektif adalah

maslahah

pasar persaingan sempurna tidak selalu baik

untuk semua produk → barang2 syubhat ,

barang2 tahsiniyat dalam society yang belum

mencapai tahap tersebut.

Oligopoly

Secara umum, sama halnya dengan monopoli,

oligopoli yang dilarang dalam Islam jika:

o Membentuk kartel

o Dan berprilaku seperti monopolis

(menggunakan market powernya untuk men-

charge harga lebih tinggi dengan kuantitas

lebih rendah daripada Pasar Persaingan

Sempurna)

Pasar tidak berjalan dengan efisien → intervensi

pemerintah

Page 17: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Refers to the action of government and the

intentions that determine those actions.

Making policy requires choosing among goals and

alternatives, and choice always involves intention

Public policy: an intentional course of action

followed by a government institution or official

for resolving an issue of public concern.

Peran negara dalam ekonomi :

1. Menentukan legal framework dan regulasi

terkait sistem perekonomian

2. Mengawasi implementasi regulasi

3. Mengurangi eksternalitas negatif

4. Replacing the market in natural monopolies

5. Membuat program untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial dan menyediakan social

safety nett

6. Memformulasikan kebijakan makroekonomi

untuk menjaga high level of employment dan

menjaga tingkat inflasi

7. Menegosiasikan kerjasama internasional

dengan negara lain

The Role of Market, Government and Society in

Realizing Well-being

• Untuk Menciptakan kesejahteraan yang

hakiki melalui perwujudan tujuan-tujuan

syariah di perlukan berbagai syarat untuk

terealisasinya tujuan-tujuan tersebut.

• Seperti sebelumnya perilaku Manusia muslim

yang ideal (al-ihsan) harus terbentuk pada

masing-masing individu agar ketika individu-

individu tersebut berinteraksi di pasar, maka

pasar yang tercipta adalah pasar yang adil.

• Pasar yang adil pun tidak cukup untuk

menciptakan kesejahteraan karena terdapat

berbagai bentuk barang yang memiliki sifat

public goods (non-excludable & non rivalry).

• Bergantung terhadap pemerintah untuk

memenuhi semua kebutuhan publik pun tidak

akan cukup. Diperlukan swadaya masyarakat

secara aktif dan sadar untuk menyediakan

kebutuhan-kebutuhan dasar manusia seperti

yang ditekankan oleh Imam Al-Gazali dalam

konsep fard khifayahnya.

1. Commitment to the terms of Shari’ah

Syariah sebagai kerangka acuan menentukan

mana yang boleh dan tidak boleh

2. Commitment to the order of priorities given

in general by the Shari’ah

If the states has some funds to be used for

establishing a factory. And, there is a need for

baby milk in the society, and there is also a

desire for perfume. Would the state build a

perfume factory or a baby milk factory?

3. functions/objectives of the Islamic

government and availability of resources.

Public Revenue & Expenditure

If there are necessities for spending, the

islamic state may impose taxes to the extent

of those necessities → last option

Page 18: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

4. Adherence to the principle of economic

freedom and protection of private properties

Private ownership is protected in Islam vis-a-

vis the government itself

Every society has to choose certain for a social

organization that put caps on certain

individual activities one way or another

5. General interests have priority over private

interest

Individual interest may be foregone if this is

necessary for preserving the interests of all

6. The principle of social duties

This personal and individual responsibility is

only relieved if the social duty is achieved by

any one. This concept is called fard al kifayah

7. Shura

The Prophet (Pbuh): “Human beings are like

comb's teeth". This requires that with regard

to shura, people may only be treated equally.

• Al Ghazali berpendapat bahwa proses produksi

merupakan bagian ibadah kepada Allah SWT.

• Produksi barang kebutuhan pokok untuk

kepentingan umum merupakan socially

obligatory duty (fard kifayah).

• Fard Kifayah: if some people are engaged in

the production of such goods in sufficient

quantities for the society, then the obligation

of all is fulfilled in this respect. However, if

none us undertaking such activities or

insufficient quantities are being produced,

then all will be held accountable

• Oleh karena itu, pemerintah sebagai institusi

sosial yang paling utama memikul tanggung

jawab untuk memastikan sufficient

quantities of necessities. Jika pihak swasta

tidak bisa memenuhi sektor ini, maka negara

harus siap untuk ikut andil dalam pemenuhan

sufficient quantities of necessities.

1. Private Sector

• The promotion and support of private

sector in its undertaking of economic

activities to objective of development,

growth, and fulfillment of human wants

with a surplus that can be used for Zakah,

Sadaqat, contributions and taxes.

• preservation and enhancement of social

balance and socio-economic stability,

which includes price stability, and the

promotion of employment and growth

• promotion of Islamic moral values in the

marketplace and in market relations; and

the enhancement of peaceful market

relations with minimum disputes

2. Public Sector

• social justice dimension as an essential aim

of the economic enterprises of public

sector which applies to all their activities

and relationships, including employment

policies, pricing policies, and policies of

quantitative adjustment in output.

• Economic enterprises owned by the public

sector are also considered a primary means

to achieve the Shari’ah-given priorities

• aim at spreading the benefits of public

utilities so that they are attainable by all

members of the society especially that

public utilities are usually based on the use

of community property so people have

common and equal right of accessibility

Page 19: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Contoh market regulation :

• Institusi Al hisbah

• Kebijakan Al Iqta : Al Iqta’ is the assignment

of public property, or its usufruct, to private

individuals.

• 4 jenis kepemilikan tanah

- privately owned land

- lands that are owned by the Islamic state

- lands owned by the Muslim community

- land that is not owned by anybody

• Kebijakan Ihya’ al Mawat. Ihya’ al Mawat is a

legal-economic institution that rewards with

private ownership those who venture, with

their own resources to reclaim certain idle

lands.

• Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah

berkata:

يو ليس لمحتجر حق بعد ثلاث سن

”Orang yang memagari tanah (membiarkan

begitu saja tanahnya) tidak memiliki hak atas

tanah itu setelah tiga tahun.”

• Kebijakan Tanah Hasil penaklukan

• Kebijakan Hima : Hima adalah pengambil

alihan tanah dalam domain publik untuk

penggunaan tertentu yang ditunjuk dalam

rangka pelayanan kepentingan publik.

→ The Hima principle points out the

objective of protecting public interest

along with the objective of equity in

distributing of its benefits.

→ Natural Resource Management (misalnya:

ketika terjadi pelanggaran AMDAL)

• Imposing the Zakah as the third pillar of Islam

→ indicates the importance of adjusting the

functional distribution that results from

market forces by a personal equity-based

redistribution mechanism

• Correct negative externalities

• Direct controls

• Specific taxes (as market correction, not as

source of revenue)

• Correct positive externalities

• Subsidies

• Government provision

Methods for Dealing with Externalities

Problem

Resource Allocation

Outcome Ways to Correct

Negative

externalities

(spillover costs)

Overproduction of

output and

therefore

overallocation of

resources

1. Private

bargaining

2. Liability rules

and lawsuits

3. Tax on

producers

4. Direct controls

5. Market for

externality

rights

Positive

externalities

(spillover

benefits)

Underproduction of

output and

therefore

underallocation of

resources

1. Private

bargaining

2. Subsidy to

consumers

3. Subsidy to

producers

4. Government

provision

Page 20: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Y= luxuries

X= basic neccessities

Ketimpangan income yang dicerminkan oleh wtp

orang kaya dan rest of citizen. Ketimpangan

Income rich & rest of citizen karena di dalam

unsur income rich terdapat sumber-sumber

pendapatan hasil rent seeking yang berasal dari

riba, gharar dll yang tercermin dari garis biru.

Akibatnya produksi barang luxuries menjadi

begitu tinggi dan mahal. Padahal rest of citizen

hanya membutuhkan sedikit.

Page 21: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

1. Pricing

→ Protecting economic freedom and justice

in fair play of market forces is a major

criterion of market regulation in the

Islamic system

→ Intervensi harga dan minimum wage

2. Licensing and Registration

Restrict import, export, or entry to certain

markets

3. Subsidies

4. Pengaturan Currency → Stabilitas Harga

Page 22: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

Salah satu problem utama di dalam pencapaian

kesejahteraan society adalah mengenai

keputusan sosial.

- Ingat kesejahteraan society menjadi concern

utama

- Di dalam masyarakat modern, putusan sosial

menjadi semakin sulit, mengingat sistem

demokrasi membuka peluang sebanyak

mungkin individu untuk ikut ambil bagian di

dalam proses pengambilan keputusan

tersebut.

Maka pertanyaan utama di dalam teori pilihan

sosial adalah: bagaimana prosedur dalam

mengagregasi preferensi individual menjadi

sebuah putusan sosial? Lalu apakah ia solutif

mendapatkan keputusan ?

Di dalam metode berbasis urutan preferensi

(metode yang secara prinsipil paling umum terjadi,

metode voting), semua pilihan yang tersedia selalu

berada di dalam kondisi yang tidak stabil, dalam

pengertian bahwa sebuah koalisi mayoritas selalu

dapat dibentuk untuk menganulir hasil voting

tersebut.

Andaikan ada tiga pihak yang saling berbeda

pendapat soal pencabutan subsidi Bahan Bakar

Minyak (BBM):

1. Pihak pertama adalah para pengusaha,

yang berpendapat bahwa subsidi BBM harus

dicabut sepenuhnya.

2. Pihak kedua adalah pemerintah, yang

berpendapat bahwa subsidi BBM harus

dicabut, namun harus pula menyertakan

sistem kompensasi semacam Bantuan

Langsung Tunai untuk golongan tidak

mampu.

3. Pihak ketiga adalah para politikus, yang

berpendapat bahwa Subsidi BBM tidak

boleh dicabut.

Berdasarkan ilustrasi di atas, maka tersedia tiga

alternatif pilihan yang harus ditentukan:

1. mencabut subsidi sepenuhnya (kita sebut

alternatif ini “proposal ekonomis”)

2. mencabut subsidi sambil memberi

kompensasi (kita sebut “proposal

pemerintah”)

3. sama sekali mempertahankan subsidi

(“proposal politis”).

Pihak pertama, para pengusaha, berpikir bahwa

lebih baik subsidi dialihkan untuk pembiayaan

infrastruktur atau tidak perlu dicabut sama sekali

demi efisiensi biaya usaha.

Maka urutan preferensi para pengusaha adalah

sebagai berikut:

- Proposal ekonomis

- Proposal politis

- Proposal pemerintah

Sedangkan pemerintah berpikir untuk

menemukan jalan sesegera mungkin melepaskan

subsidi yang membebani anggaran negara. Maka

pemerintah akan menempatkan proposal

pemerintah di tempat pertama, proposal

ekonomis di tempat kedua, dan proposal politis di

tempat ketiga.

Urutan preferensi pemerintah:

- Proposal pemerintah

- Proposal ekonomis

- Proposal politis

Page 23: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

unrestricted domain

non-dictatorship

Pareto efficiency

independence of irrelevant alternatives.

Para politisi adalah pihak yang paling tegas

melawan kebijakan pencabutan subsidi. Maka

sudah pasti mereka akan menempatkan proposal

politis di tempat pertama, proposal pemerintah di

tempat kedua, dan proposal ekonomis di tempat

ketiga.

Urutan preferensi para politikus:

- Proposal politis

- Proposal pemerintah

- Proposal ekonomis

Pertama-tama mari kita asumsikan pihak

pengusaha memenangi voting tersebut, dimana

hal tersebut berarti subsidi BBM harus dicabut.

Skenario yang mungkin terjadi adalah

terbentuknya koalisi antara pemerintah dan

politisi untuk menganulir keputusan tersebut

karena keduanya cenderung lebih memilih

proposal pemerintah ketimbang proposal

ekonomis.

Selanjutnya, asumsikan pihak pemerintah yang

memenangi proses voting. Putusan berarti subsidi

harus dicabut dengan tambahan kompensasi bagi

rakyat miskin. Maka koalisi antara pihak

pengusaha dan politisi dapat terbentuk untuk

menghadang proposal pemerintah karena

keduanya cenderung lebih memilih proposal politis.

Sedangkan jika kita asumsikan pihak politisi

memenangi proses voting, di mana berarti subsidi

BBM dipertahankan, koalisi antara pengusaha dan

pemerintah dapat terbentuk untuk menganulir

keputusan tersebut karena keduanya sama-sama

lebih memilih proposal ekonomis ketimbang

proposal politis

Kita dapat melihat persoalan utama dari teori

putusan sosial di dalam sistem saat ini: semakin

rasional pada sistem pemilihan dan para pelaku

putusan tersebut, keputusan sosial yang bulat

penuh justru menjadi semakin sulit.

Empat kriteria utama yang harus dipenuhi sebuah

prosedur pengambilan keputusan untuk dapat

dikatakan strategic-proof:

Unrestricted domain atau prinsip universalitas

menyatakan bahwa semua preferensi harus

diperhitungkan. Pilihan keputusan atas preferensi

tersebut kemudian ditentukan berdasarkan

urutan berperingkat.

Prinsip non-dictatorship menyatakan bahwa

keputusan sosial yang telah diambil tidak dapat

merefleksikan preferensi satu individu secara

utuh, tanpa mempertimbangkan preferensi dari

individu lain. Dengan kata lain, tidak ada situasi di

mana keputusan “A” (yang menjadi keputusan

sosial) merupakan preferensi dari individu “a”,

kecuali individu lain memiliki preferensi “A” pula.

Pareto Eficiency merupakan prinsip ekonomi yang

menggambarkan situasi di mana peningkatan

alokasi keuntungan oleh satu pihak dari suatu

sumber daya tidak akan mengurangi alokasi

keuntungan pihak lain dari sumber daya yang

sama. Contoh: pembagian 20 buah pensil kepada

dua orang anak, di mana masing-masing 1 buah

pensil. Alokasi tersebut Pareto efisien, karena jika

alokasi pembagian pensil diubah, salah satu anak

ditambah satu pensil, misalnya, penambahan

tersebut harus mengambil dari pihak lain.

Pengusaha Pemerintah Politikus

Proposal

ekonomis

Proposal

pemerintah

Proposal politis

Proposal politis Proposal

ekonomis

Proposal

pemerintah

Proposal

pemerintah

Proposal politis Proposal

ekonomis

Page 24: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

independence of irrelevant alternatives

menyatakan bahwa jika alternatif pilihan sosial

adalah antara pilihan x dan pilihan y, maka

pilihan sosial tersebut tergantung sepenuhnya

pada preferensi pemilih atas x dan y. Artinya,

keputusan sosial tidak berubah seandainya ada

alternatif pilihan ketiga “z”.

1. Teknik Borda

Teknik Borda adalah teknik pengambilan

keputusan berdasarkan preferensi

berperingkat. Contoh pencabutan subsidi BBM

sebelum ini merupakan contoh klasik teknik

Borda. Pada kasus tersebut dapat kita lihat

bahwa teknik pengambilan keputusan tersebut

melanggar prinsip Arrow tentang No-

dictatorship karena putusan preferensi setiap

pihak saling mempengaruhi hasil keputusan

sosial. Secara samar, teknik Borda juga

melanggar prinsip Pareto efficiency karena

keputusan sosial yang diambil tidak akan

pernah memuaskan semua pihak

2. Teknik agregasi jumlah suara

teknik ini adalah teknik pengambilan

keputusan berdasarkan penjumlahan suara

masing-masing individu yang terlibat, atau

biasa kita kenal dengan sebutan one man one

vote. Sekilas, teknik ini tampak paling efektif

dan adil. Tapi bayangkan sebuah skenario

berikut: di hadapan kotak suara, seorang

pendukung kandidat presiden A dan sangat

membenci kandidat B dapat tiba-tiba

mengubah preferensinya dan memilih kandidat

C karena ia tahu peluang menang kandidat A

sangat tipis, dan ia berharap keputusannya

memilih kandidat C dapat menjegal terpilihnya

kandidat B. Dengan demikian prosedur

semacam ini jelas melanggar prinsip IIA karena

kemungkinan hadirnya alternatif lain dapat

mengubah hasil akhir keputusan.

Ukuran rasionalitas ?

Ukuran kesejahteraan society ?

Preferensi menjadi acuan Sistem pengambilan

keputusan?

1. It is permissible to dispose of the property

rights of a person if such an act is dictated by

urgent need and there is no way to obtain

permission of the owner.

→ ekonomi konvensional mengajarkan kita

bahwa jika seseorang dapat dibuat lebih

baik tanpa membuat orang lebih buruk,

maka ini bukan situasi yang optimal dan

ada ruang untuk meningkatkan sosial

kesejahteraan. Bagaimana jika pelaku

ekonomi menolak untuk pindah ke situasi

yang optimal?

2. A person should be forced to do any act that

does not involve any cost or disutility to him

and which if not done will result into costs or

disutility to others

→ a constraint on pursuing self-interest.

→ perbedaan antara konsep konvensional

tentang kesejahteraan berdasarkan

kepuasan keinginan dan konsep Islam

tentang kesejahteraan berdasarkan

pemenuhan kebutuhan.

3. No claim for profit can be made without

bearing the risk of loss and no (economic)

benefits can be reaped without bearing

(economic) costs.

→ tidak hanya untuk penggunaan modal

yang tidak dapat mendapatkan return

kecuali terkena risiko , tetapi juga untuk

pasar tenaga kerja dan sumber daya

manusia

Page 25: Mikroekonomi Islam - IBEC FEB UI

4. The objective of Islamic law is to make man

useful for society and conduct useful

activities.

→ Hukum syariah tidak mengizinkan

individu untuk mensia2kan sumber daya

manusia dan fisik mereka. Ketentuan

kelembagaan dapat dimasukkan untuk

membatasi individu dari perilaku

tersebut. Pelarangan gambling adalah

contohnya

Jadi jelas

ukuran rasionalitas adalah sesuai

worldview Islam

Preferensi dibangun berdasarkan prioritas

maqashid

Kesadaran bersama, dimana Pemerintah

bertanggung jawab dalam proses dan

sistem untuk pemahaman maqashid

masyarakat

Proses pengambilan keputusan adalah

sesuai tujuan syariah → shuratic proses

Individu : Moral uplift dan solidaritas sosial

Pertanyaan: Apakah moral uplift dan solidaritas

sosial dapat tercapai jika tidak ada peran agama

(atau keimanan terhadap sesuatu)?

Chapra: The existence of values or rules of

behavior which command such a wide and

unconditional acceptance that they become

categorical imperatives. → peran worldview

Sosial : Assurance problem

Each player would select the jointly-preferred

equilibrium strategy if they could be assured

all other players will do likewise.

Dengan adanya worldview yang sejalan, maka

hal itu akan menjadi assurance bagi Utsman

dan Ali untuk mempunyai action yang sama

(yaitu contribute).

Bagi Utsman dan Ali, pilihan terbaik bagi keduanya

adalah ketika satu pihak bayar pajak dan yang lain

tidak. Dan second best solution nya adalah mereka

berdua sama-sama membayar pajak → tapi tidak

secara society! → peran pemerintah

Pemerintah

Islamic democratic voter sebagai basis dari

pembentukan collective preference digantikan

oleh shuratic deliberations. → collective decision

making

Sehingga PR pemerintah adalah untuk

menentukan social welfare function dari

masyarakat sesuai dengan shuratic deliberation.

Misalnya mengenai angka pengangguran,

distribusi pendapatan (dengan mengurangi

tingkat kemiskinan),, transformasi dari wage

labor menjadi profit-sharing nonwage labor.

Dari variabel-variabel tersebut lalu ditentukan

mana yang dahulu menjadi prioritas.

Liat contoh shuratic process di PPT