Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

23
POLIOVIRUS SEBAGAI PENYEBAB PENYAKIT POLIO Diajukan untuk memenuhi tugas Ilmu Dasar Keperawatan I Disusun oleh : Annisa Suci Utami 220110150097 Siti Mustakimah 220110150098 Dosen: Wiwi Mardiah, S.Kp., M.Kes. UNIVERSITAS PADJADJARAN

description

Ilmu Dasar Keperawatan 1, Mikrobiologi

Transcript of Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

Page 1: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

POLIOVIRUS SEBAGAI PENYEBAB PENYAKIT POLIO

Diajukan untuk memenuhi tugas Ilmu Dasar Keperawatan I

Disusun oleh :

Annisa Suci Utami 220110150097

Siti Mustakimah 220110150098

Dosen: Wiwi Mardiah, S.Kp., M.Kes.

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

SUMEDANG

2015

Page 2: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan

karunia-Nya, kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ilmiah Poliovirus

sebagai Penyebab Penyakit Polio. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Ilmu Dasar

Keperawatan I. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen kami, Ibu Wiwi

Mardiah, yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan I.

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai virus polio yang menjangkit

manusia. Kami harap makalah ini dapat membantu semua pihak dalam memahami lebih jauh

tentang perkembangan virus polio dan penularannya.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan, tetapi

kekurangan yang ada merupakan bagian positif dalam mencapai kesempurnaan. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

senantiasa meridhai segala usaha kita, Amin. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para

pembaca.

Jatinangor, Desember 2015

Penulis

i

Page 3: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………….. i

Daftar Isi …………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….... 1

1.1 Latar belakang …………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………........ 2

1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………….………........ 3

2.1 Sejarah dan Perkembangan Polio ……….……………………………... 3

2.2 Taksonomi dan Serotipe Poliovirus……. .…………………………….. 3

2.3 Replikasi Poliovirus ………………..…………………………............. 5

2.4 Patogenesis Poliovirus ……….…….………………………………….. 7

2.5 Tanda dan Gejala Polio ..………….…………………………………… 8

2.6 Pencegahan dan Pemberantasan Polio ……………….……….……….. 9

BAB III PENUTUP …………………………………………………………............ 11

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….… 11

DAFTAR PUSTAKA ……….………………………………………………………. 12

ii

Page 4: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran sangat kecil yaitu dalam

skala micrometer atau micron (µ) atau sepersejuta meter dan tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang. Termasuk dalam golongan mikroorganisme adalah bakteri (eubactera,

archaebacteria), fungi (yeasts, molds), protozoa, microscopic algae dan virus serta beberapa

macam cacing (helmints). Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi.

Semua mikroorganisme adalah sel kecuali virus. Virus merupakan organisme

subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan

mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat

disaring dengan penyaring bakteri. Asam nukleat genom virus dapat berupa DNA ataupun

RNA. Genom virus dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai

ganda, atau RNA untai tunggal. Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear

tunggal atau sirkuler.

Salah satu virus yang menyerang manusia adalah Poliovirus (PV). Poliovirus (PV)

merupakan agen penyakit radang otak poliomyelitis yang termasuk dalam famili

Picornaviridae. Poliovirus masuk ke tubuh melalui mulut dan menginfeksi saluran usus.

Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan otot

melemah dan terjadi kelumpuhan (paralisis).

Poliovirus pertama diisolasi pada tahun 1909 oleh Karl Landsteiner dan Erwin

Popper. Genom poliovirus pertama dipublikasi pada tahun 1981 oleh dua kelompok tim

peneliti yang berbeda yaitu: Vincent Racaniello dan David Baltimore di MIT dan oleh Naomi

Kitamura dan Eckard Wimmer pada Stony Brook University.

Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak

berusia antara 3 hingga 5 tahun. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Polio dapat

menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak

memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Virus masuk ke

dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang

terkontaminasi feses. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses

selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus. Vaksinasi pada saat

1

Page 5: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

balita akan sangat membantu pencegahan polio pada masa depan karena polio menjadi lebih

berbahaya jika diderita oleh orang dewasa.

Oleh karena itu, penting untuk mempelajari bagaimana siklus hidup Poliovirus,

perkembangannya dalam tubuh, dan gejala yang ada saat terjangkit virus ini, agar mengetahui

langkah apa yang harus dilakukan untuk mencegah penularannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka dapat dibuat rumusan

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana sejarah dan perkembangan polio?

b. Bagaimana taksonomi dan serotipe poliovirus?

c. Bagimana replikasi poliovirus?

d. Bagaimana patogenesis poliovirus?

e. Apa saja tanda dan gejala polio?

f. Bagaimana cara pencegahan dan pemberantasan polio?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dibuatnya makalah tentang Poliovirus ini di antaranya:

a. Mengetahui sejarah dan perkembangan polio

b. Mengetahui tentang taksonomi dan serotipe poliovirus

c. Mengetahui cara replikasi poliovirus

d. Mengetahui patogenesis poliovirus

e. Mengetahui tanda dan gejala orang yang terjangkit polio

f. Mengetahui cara pencegahan dan pemberantasan polio

2

Page 6: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan Polio

Poliomyelitis berasal dari kata Yunani, polio berarti abu – abu , dan myelon yang

berarti saraf perifer, sering juga disebut paralisis infantile. Poliomyelitis atau sering disebut

polio adalah penyakit akut yang menyerang system saraf perifer yang disebabkan oleh virus

polio. Gejala utama penyakit ini adalah kelumpuhan.

Sejarah penyakit ini diketahui dengan ditemukannya gambaran seorang anak yang

berjalan dengan tongkat dimana sebelah kaki mengecil pada lukisan artefak Mesir kuno tahun

1403 – 1365 SM. Gambaran klinis polio pertama kali dibuat oleh seorang dokter Inggris,

Michael Underwood pada tahun 1789. Ia menyebut polio sebagai ‘kelemahan tungkai

bawah’. Pada tahun 1840 dokter Jacob Heine dan Karl Oskar Medin melanjutkan penelitian

Underwood sehingga penyakit ini disebut juga ‘penyakit Heine – Medin’.

Michael Underwood pertama menjelaskan suatu kelemahan dari bawah kaki pada

anak yang dikenali sebagai polio di Inggris pada tahun 1789. Yang pertama wabah di Eropa

dilaporkan pada awal abad 19, dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 1843. Polio

mencapai puncaknya di Amerika Serikat pada tahun 1952, dengan lebih dari 21.000 kasus

paralitik.

Vaksin polio pertama kali dikembangkan oleh Jonas Salk pada tahun 1955 dan Albert

Sabin pada tahun 1962. Sejak saat itu, jumlah kasus polio menurun tajam. Saat ini upaya

imunisasi di banyak negara dibantu oleh Rotary International, UNICEF, dan WHO untuk

mempercepat eradikasi global polio.

Polio tersebar diseluruh dunia terutama di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika.

Kasus terakhir virus polio 3 terjadi di Sri Lanka pada tahun 1993, virus polio 1 dan polio 3 di

Jawa Tengah, Indonesia pada tahun 1995, dan virus polio 1 di Thailand pada tahun 1997.

Menurut penyelidikan WHO dan Depkes RI, virus polio liar di Indonesia pada tahun 2005

berasal dari Sudan atau Nigeria yang berada di Arab Saudi. Virus tersebut ditularkan ke

negara lain melalui jemaah haji, jemaah umrah, dan tenaga kerja lainnya.

Bayi dan anak adalah golongan usia yang sering terserang polio. Penderita polio

sebanyak 70 – 80 % di daerah endemik adalah anak berusia kurang dari 3 tahun, dan 80 – 90

3

Page 7: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

% adalah balita. Kelompok yang rentan tertular adalah anak yang tidak diimunisasi,

kelompok minoritas, para pendatang musiman, dan anak – anak yang tidak terdaftar.

Data terakhir sampai Juni 2007 terdapat 243 kasus polio liar pada tahun 2007. Negara

penyumbang terbesar adalah Nigeria sebanyak 114 kasus, India sebanyak 82 kasus, dan

Korea Utara sebanyak 13 kasus. Indonesia yang pernah mencatat 303 kasus pada tahun 2005

menurun jauh hingga menjadi hanya 2 kasus pada tahun 2006 dan tidak ada kasus pada tahun

2007. Pada bulan Maret 2014, WHO untuk kawasan Asia Tenggara, menyatakan bahwa

kawasan Asia Tenggara telah bebas polio.

2.2 Taksonomi dan Serotipe Poliovirus

Poliovirus termasuk divisi Protophyta, kelas Mikrotatobiotes, ordo Virales, famili

Picornaviridae, genus Enterovirus, dan spesies Poliovirus. Ukuran diameter partikel

poliovirus adalah 30 nm dengan bentuk/morfologi icosahedral simetri. Poliovirus sangat

sederhana, karena genomnya yang pendek (RNA) dan bentuk ikosahedral encapsulated

protein tidak beramplop. Struktur poliovirus mirip dengan jenis enterovirus pada manusia

lainnya seperti coxsackieviruses, echoviruses, dan rhinoviruses, yang selalu menggunakan

fasilitas imunoglobulin untuk masuk ke dalam sel hospes.

Ada tiga serotipe dari Poliovirus yaitu yaitu PV1, PV2 dan PV3, yang masing masing

sedikit berbeda pada kapsid proteinnya, yaitu sifat antigeniknya. Strain Poliovirus yaitu strain

1 (brunhilde), strain 2 (lanzig), dan strain 3 (leon). Ketiga tipe virus tersebut bisa

menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 adalah tipe yang paling mudah diisolasi, diikuti tipe 3,

sedangkan tipe 2 paling jarang diisolasi. Tipe yang sering menyebabkan wabah juga adalah

tipe 1, sedangkan kasus yang dihubungkan dengan vaksin disebabkan oleh tipe 2 dan tipe 3.

Di alam bebas, virus polio dapat bertahan hingga 48 jam pada musim kemarau dan 2

minggu pada musim hujan. Di dalam usus manusia, virus dapat bertahan hidup sampai 2

bulan. Virus polio tahan terhadap sabun, detergen, alkohol, eter dan chloroform, tetapi virus

ini akan mati dengan pemberian formal dehida 0,3 %, klorin, pemanasan dan sinar ultraviolet.

Struktur Poliovirus, pertama kali ditemukan pada tahun 1985, merupakan salah satu

struktur virus pertama yang pernah ditemukan.

1. Genom Polio's (informasi genetik) terdapat pada untai tunggal RNA (asam ribonukleat).

Ini bagian yang sama dengan virus lainnya, meskipun beberapa virus, seperti herpes,

membawa informasi genetik dalam DNA (asam deoksiribonukleat). kode RNA virus polio

berfungsi untuk menyerang ribosom sel target.

4

Page 8: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

2. Kapsid Poliovirus mengelilingi, memberikan dan melindungi RNA. Kapsid Ini terdiri dari

protein dan telah di reseptor dari permukaan sel-sel saraf rasa, sehingga memungkinkan virus

polio untuk mengikat sel-sel ini.

3. Reseptor pada Poliovirus terbuat dari protein, sel target nya adalah saraf. Target Poliovirus

adalah neuron motorik.

4. Infeksi. Setelah polio telah terikat pada sel saraf target, kapsid terbuka dan informasi

genetik virus itu dilepaskan ke dalam sel. Sementara beberapa virus menyampaikan informasi

mereka ke dalam inti sel, target virus polio adalah ribosom (terletak di sitoplasma). ribosom

berfungsi untuk memproduksi protein dalam sel. Ribosom sel yang terinfeksi dengan polio

menghasilkan RNA virus polio dan capsids bukan protein untuk sel inang itu sendiri.

Dalam sitoplasma, yang baru terbentuk kapsid dan RNA, virus polio bergabung bersama

untuk membentuk virion baru. Sel kemudian mengalami lisis (melanggar terbuka), dan

partikel-partikel virus baru yang dibentuk, akan menginfeksi sel inang lainnya.

2.3 Replikasi Poliovirus

Siklus perkembangbiakan Poliovirus dimulai dari tahap absorpsi, penetrasi,

uncoating, menghentikan sintesis makromolekul dari sel inang, dan sintesis komponen virus.

1. Absorpsi

Pada tahap ini, terjadi perlekatan virus pada permukaan dinding sel hospes pada reseptor

CD155 (immunoglobulin like receptor) atau juga disebut poliovirus receptor (PVR) pada

permukaan sel hospes. Interaksi antara poliovirus dengan CD155 bersifat irreversibel.

2. Penetrasi

Pada tahap ini, RNA masuk ke dalam sitoplasme sel inang melewati membrane sel.

Mekanisme Penempelan virus pada membran sel dan masuknya asam nukleat kedalam sel

diduga ada dua cara yaitu: melalui formasi poripori dalam plasma membran, dimana RNA

diiknjeksikan ke dalam sitoplama, atau virus diambil oleh reseptor mediated endositosis.

Pada hasil penelitian mutakhir melaporkan bahwa poliovirus melekat pada CD155 dan

ditelan melalui cara endositosis. Segera setelah partikel virus masuk dalam sitoplasma, RNA

virus yang merupakan singgel strand positive RNA dibebaskan. Genome yang menutupi

partikel virus digunakan sebagai “messenger RNA” segera ditranslasi oleh sel hospes. Pada

waktu masuk dalam sel, virus menggunakan translasi sel hospes sebagai alat yang

5

Page 9: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

menyebabkan terhambatnya produksi sintesis protein seluler hospes, karena digunakan untuk

memprodukasi spesifik protein dari virus.

3. Uncoating

Virus mengalami penyesuaian selama pengikatan untuk menghilangkan VP4 yang

nantinya akan dihancurkan. 1 dari 200 virus partikel dapat dengan sukses mentransport RNA

ke dalam sitoplasma dengan cukup cepat dimana itu dapat sintesis dari makromolekul dari

virion yang baru.

4. Menghentikan sintesis makromolekul dari sel inang

Sintesis protein sel inang dan RNA sintesis dicegah. Proses ini berfungsi untuk

membebaskan lebih banyak ribososm untuk mentranslasi genom virus dan menjamin bahwa

sel akan hancur dan mati, yang tujuan akhirnya menghasilakn kumpulan partikel virus yang

baru. Inisisasi ini kira kira 1/2 jam setelah infeksi, dan dalam 2 jam, penurunan drastis pada

sintesis makromolekul selular dapat terjadi.

5. Sintesis komponen virus

Setelah terinfeksi ke dalam sel, RNA keluar dari sarangnya dan di dalam sel RNA ini

memiliki dua fungsi:

a. sebagai mRNA yang ditranslasikan menjadi protein-protein yang berfungsi untuk

pembentukan tubuh dan enzim-enzim yang berfungsi untuk perkembang-biakan (replikasi)

virus itu sendiri.

b. RNA ini adalah sebagai bahan dasar (template) untuk pembentukan RNA benang negatif

(negative strand RNA). RNA benang negatif ini kemudian digunakan lagi sebagai template

untuk membentuk RNA benang positif.

Begitu seterusnya sehingga benang positif RNA yang menjadi genom virus ini terus

bertambah banyak. RNA yang terbentuk kemudian dibungkus oleh protein-protein

pembentuk tubuh dan keluar dari sel sebagai virus baru.

6. Pemasangan

RNA baru yang disintesis dikemas di dalam kapsid. Partikel viral terangkai melalui

morfogenesis, dan pembelahan proteolitik dari protein kapsid membentuk partikel akhir:

poliprotein P1 terbelah menjadi protomer yang tersusun oleh VP0, 1, dan 3, yang bersama –

sama bersatu dan membungkus RNA viral. Perangkaian terjadi 4-6 jam setelah infeksi.

7. Pematangan. Proses pematangan virus melibatkan pengikatan dari VP0 ke dalamVP2 dan

VP4.

6

Page 10: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

8. Pembebasan

Partikel kemudian dilepaskan dari sel inang melalui proses lisis sel. Proses ini lebih seperti

untuk pemrograman awal yang mengambil alih setelah beberapa waktu setelah proses protein

sintesis dan RNA sintesis pada sel inang berhenti. Partikel virus yang bebas sekarang dapat

menginfeksi sel inang lain. Migrasi ke jaringan saraf akan menghasilkan suatu penyakit

disebut paralytic poliomyelitis. Penghancuran sel akan terjadi kira - kira 6-10 jam setelah

infeksi (Koch, 2005).

2.4 Patogenesis Poliovirus

Keberadaan reseptor CD155 diperkirakan sebagai penyebab terjadinya infeksi virus

masuk kedalam sel hewan atau manusia. Reseptor CD155 hanya ditemukan pada sel manusia,

jenis primata dan jenis monyet lainnya. Tetapi poliovirus hanya dapat menyebabkan penyakit

pada manusia dan tidak menginfeksi secara alamiah pada spesies lain.

Protein CD155 mempunyai beberapa domain, D1 mengandung lokasi perlekatan

(binding site) poliocirus, dalam domain ini berisi 37 asam amino yang berperan dalam

perlekatan virus. Poliovirus termasuk famili enterovirus, maka jalur infeksinya terjadi melalui

mulut, viral replikasi terjadi dalam saluran pencernaan. Virus dieksresikan melalui feces dan

menular ke individu lain melalui makanan yang terkontaminasi. Pada banyak kasus virus

dapat ditemukan dalam peredaran darah (viremia) dan infeksi virus ini tidak menunjukkan

adanya gejala (asimptomatis).

Pada sekitar 5% kasus, virus menyebar dan bereplikasi dalam jaringan lain seperti

jaringan lemak, retikuloendotelial, dan jaringan otot. Replikasi yang permanen pada suatu

jaringan dapat menyebabkan terjadinya viremia sekunder dan dapat menimbulkan gejala

seperti demam, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Kelumpuhan/paralysis poliomyelitis

dapat terjadi pada sekitar kurang dari 1% penderita infeksi poliovirus. Penyakit paralysis

terjadi bila virus masuk kedalam sistem saraf pusat danbereplikasi dalam sel sraf motorik dan

sumsum tulang belakang, batang otak atau korteks motorik, hal tersebut menyebabkan

kerusakan motorik neuron (sel saraf gerak/motorik) mengakibatkan terjadinya kelumpuhan

temporer atau permanen. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi poliomyelitis dapat

menyebabkan kelumpuhan respirasi sehingga terjadi kasus kematian. Pada kasus

poliomyelitis penyakit paralysis, jaringan otot dirasakan sakit/nyeri dan kejangkejang yang

diikuti dengan kelemahan dan paralysis. Paralysis terjadi secara persisten pada jaringan otot

dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu.

7

Page 11: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

Mekanisme bagaimana virus masuk kedalam saraf otak masih belum jelas. Ada tiga

teori bagaimana mekanisme poliovirus masuk kedalam sistem saraf pusat, semuanya diawali

terjadinya viremia. Teori pertama virion langsung masuk melalui pembuluh darah yang

mengalir kedalam otak melewati barier darah otak, tidak melalui reseptor CD155. Teori

kedua, virion ditransport dari jaringan perifer yang telah terinfeksi virus dan dilepas dalam

darah, misalnya jaringan otot menuju sumsum tulang bealakang melalui jalur saraf

(“retrograde axonal transport”). Teori ketiga adalah poliovirus diimport dari jaringan yang

terinfeksi masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui infeksi monosit atau makrofag.

Poliomyelitis adalah penyakit yang menyeran sistem saraf pusat, tetapi CD155

ditemukan pada permukaan semua sel pada manusia. Dari hal tersebut maka reseptor tidak

terekspresi dan poliovirus memilih menginfeksi jaringan tertentu, hal ini diduga jaringan

yang ditempati terdeterminasi oleh virus setelah virus masuk menginfeksi ke dalam sel. Hasil

penelitian terakhir melaporkan bahwa interferon alpha dan bettha adalah faktor yang penting

untuk menentukan tipe sel yang mana yang mensuport poliovirus bereplikasi. Pada hewan

coba mencit, melalui rekayasa genetik mengekspresikan CD155, tetapi sedikit reseptor

interferon, poliovirus dapat bereplikasi dalam berbagai jaringan dan juga dapat diinfeksi

melalui oral.

2.5 Tanda dan Gejala Polio

Walaupun Poliovirus dapat menyebabkan paralysis dan kematian, kebanyakan orang

yang terinfeksi oleh poliovirus tidak menjadi sakit dan tidak begitu memperhatikan bahwa

mereka telah terinfeksi oleh virus ini. Hasil gejala pertama infeksi polio adalah penyakit

demam dan terjadi pada minggu pertama infeksi. Pasien mungkin memperlihatkan malaise

umum yang dapat disertai dengan muntah, sakit kepala dan sakit tenggorokan Ada tiga

bentuk infeksi Poliovirus menurut gejala yang timbul yaitu nonparalitik polio, paralitik polio

spina, dan polio bulbar.

a. Nonparalitik polio. Beberapa orang yang terinfeksi poliovirus momparalytik tidak

menunjukkan gejala paralysis (disebut abortive polio). Biasanya komndisi tersebut hanya

menyebabkan gejala mirip flu dan gejala umum lainnya, seperti demam, sakit tenggorokan,

sakit kepala, muntah, lesu, sakit punggung, leher, nyeri atau kekakuan pada lengan dan kaki,

kekejangan, dan meningitis. Gejala ini berjalan sekitar satu sampai 10 hari.

b. Paralitik polio spinal. Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,

menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot

8

Page 12: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu

penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering

ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh

pembulu darah kapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang

saraf tulang belakang dan syaraf motorik—yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode

inilah muncul gejala seperti flu. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas

—kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat

dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen

(perut), disebut quadriplegia.

c. Polio bulbar. Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga

batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur

pernapasan dan saraf kranial. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan

kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal

ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja.

2.6 Pencegahan dan Pemberantasan Polio

1. Eradikasi Polio (erapo)

Eradikasi polio adalah keadaan dimana suatu negara bebas kasus polio liar selama 3 tahun

berturut – turut. Strategi erapo adalah: mempertahankan imunisasi rutin dengan cakupan yang

tinggi, melaksanakan program imunisasi tambahan, SAFP sesuai standar sertifikasi, dan

pengamanan virus polio di laboratorium.

2. SAFP (Surveilance acute flaccid paralysis)

SAFP adalah suatu pengamanan ketat pada semua kasus kelumpuhan yang mirip pada

kelumpuhan pada kasus poliomyelitis, yaitu akut (<2 minggu), flaccid (layuh, tidak kaku)

yang terjadi pada anak <15 tahun, dalam rangka menemukan adanya kasus polio.

SAFP dimaksudkan untuk mengidentifikasi daerah yang berisiko tinggi akan adanya

transmisi virus polio liar. SAFP juga dapat digunakan untuk memantau perkembangan

program eradikasi polio, dan yang terakhir, SAFP bisa digunakan sebagai alat untuk

membuktikan bahwa Indonesia bebas polio.

Setiap menemukan 1 kasus AFP, petugas diharapakan untuk mendapatkan specimen tinja

penderita dalam waktu 24 – 48 jam, paling lama 2 minggu sejak awal kelumpuhan. Tinja

harus segera dikirim ke laboratorium nasional untuk pemeriksaan virus polio. Selanjutnya

petugas mengunjungi ulang setelah 60 hari untuk pemeriksaan kelumpuhan.

9

Page 13: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

3. Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin

adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Cara kerja

pembentukan vaksin polio, yaitu dengan inaktifasi. Vaksin lain dibuat dengan cara

menggunakan bakteri atau virus yang sudah di inaktifasi. Vaksin ini umumnya lebih aman

dari vaksin hidup karena organisme penyebab penyakit tidak dapat bermutasi kembali

menyebabkan penyakit setelah organisme tersebut dimatikan. Selama vaksinasi, vaksin yang

mengandung virus, bakteri atau organisme lain yang telah mati disuntikkan ke dalam tubuh.

Vaksin kemudian merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk

melawan organisme tersebut. Lain waktu saat organisme tersebut kembali menyerang tubuh,

antibodi dari sistem kekebalan akan menyerang dan akan menghentikan infeksi.

Terdapat 2 jenis vaksin polio, yaitu OPV (oral polio vaccine) dan IPV (injection polio

vaccine).

a. OPV (Oral Polio Vaccine, vaksin sabin), mengandung vaksin hidup yang telah

dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. OPV berfungsi untuk merangsang

pembentukan antibodi humoral yang akan menghambat perjalanan virus ke otak. OPV juga

akan menstimulasi terbentuknya antibodi lokal di usus yang menghambat penempelan virus

polio pada dinding usus. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio,

bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.

b. IPV (Inactivated Polio Vaccine, vaksin salk), mengandung virus polio yang telah

dimatikan dan diberikan melalui suntikan. IPV hanya akan merangsang pembentukan

antibodi humoral saja

Antibodi usus local hanya dapat bertahan sekitar 100 hari pada dinding usus. Setelah

waktu tersebut terlampaui, virus polio liar (VPL) yang masuk ke usus bisa menempel pada

dinding usus dan bereplikasi. Antibody humoral yang sudah terbentuk akan menghalangi

VPL masuk ke jaringan saraf. Meskipun demikian, VPL yang sudah berkembang biak

tersebut akan dikeluarkan melalui tinja dan bisa menularkan ke orang lain.

Berdasarkan pemikiran di atas, Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dilaksanakan secara

serantak sehingga VPL yang masuk tidak dapat berkembang biak dan dikeluarkan bersama

tinja. Hal ini akan membuat penularan ke anak lainnya menjadi sulit karena pada saat yang

bersamaan, anak tersebut sudah mendapatkan imunisasi.

10

Page 14: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit polio disebabkan oleh Poliovirus (PV) yang menyerang sistem saraf perifer.

Virus polio termasuk genus Enterovirus, famili Picornavirus. Polio ini merupakan penyakit

menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antar

manusia. Virus masuk melalui saluran cerna. Setelah masuk, virus akan bereplikasi

(memperbanyak diri). Biasanya penularannya melewati feses, misalnya feses yang

mengandung virus polio mencemari sumber air minum warga kemudian air yang dikonsumsi

oleh manusia tersebut membawa virus polio dan sampai ketubuh manusia.

Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi

poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit.

Gejala utama penyakit ini adalah kelumpuhan. Adapun pengendalian yang paling efektif

adalah pencegahan melalui imunisasi, yaitu dengan pemberian vaksin IPV dan OPV. Vaksin

kemudian merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk melawan

virus polio.

11

Page 15: Mikrobiologi Poliovirus sebagai Penyebab Penyakit Polio

DAFTAR PUSTAKA

Afie. 2009. Perjalanan Penyakit Polio. http://afie.staff.uns.ac.id/. Diakses tanggal 11

Desember 2015

Anonim. 2015. Virus Polio (PV) Etiologi dan Serotipe Poliovirus.

http://www.materikesehatan.com/2015/01/virus-polio-pvetiologi-dan-serotipe.html.

Dikases tanggal 8 Desember 2015.

Koch. 2005. The Molecular Biology of Poliovirus.

http://www.brown.edu/courses/Bio_160/Project2000/Polio. Diakses tanggal 11

Desember 2015

Mahy, Brian W.J. dan Marc H.V. Van Regenmortel. 2010. Desk Encyclopedia of Human and

Medical Virology. California: Academic Press

Smithsonian: National Museum of American History. Whatever Happened to the Polio.

http://amhistory.si.edu/polio/index.htm. Diakses tanggal 8 Desember 2015

Strauss, James H. dan Ellen G. Strauss. 2002. Viruses and Human Disease. London:

Academic Press

12