Mikrobiologi - Pengaruh Suhu
description
Transcript of Mikrobiologi - Pengaruh Suhu
A. Topik
Suhu sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
B. Waktu Pelaksanaan
Hari : Selasa
Tanggal : 18 Februari 2014
Tempat : Laboratorium mikrobiologi (O5-303) Universitas Negeri Malang
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Agar mahasiswa dapat melakukan uji pengaruh suhu terhadap
pertumbuhan bakteri.
2. Agar mahasiswa dapat menentukan suhu efektif membunuh bakteri
biakan.
D. Dasar Teori
Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah
dan banyak ditemukan di hampir semua tempat. Habitatnya sangat beragam;
lingkungan perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat
ditemukan di dalam organisme hidup. Diperkirakan total jumlah sel
mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini adalah 5x1030. Bakteri dapat
ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran
pencernaan yang jumlah selnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah total sel
tubuh manusia. Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi
kondisi tubuh manusia. (Gupte, 1990)
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan
dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan,
dan cahaya. Secara umum, terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk
melakukan pengamatan sel bakteri terhadap berbagai parameter tersebut,
sepertimikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force
microscope (AFM). (Pelczar, 2006)
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu
optimum tertentu untuk pertumbuhannya. (Kamelia, 2000)
Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi
semua makhluk hidup. Khususnya bagi bakteri, suhu lingkungan yang berada
lebih tinggi dari suhu yang dapat ditoleransi akan menyebabkan
denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan
mati. Demikian pula bila suhu lingkungannya berada di bawah batas
toleransi, membransitoplasma tidak akan berwujud cair sehingga
transportasi nutrisi akan terhambat dan proses kehidupan sel akan
terhenti. Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 4
golongan:
Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°–
30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C,
dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara
40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 -
114 °C, dengan suhu optimum 88 °C. (Prescott, 2002)
Beberapa kelompok mikroorganisme ini mampu hidup di lingkungan
yang tidak memungkinkan organisme lain untuk hidup. Kondisi lingkungan
yang ekstrim ini menuntut adanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan
daya tahan sel yang unik. Sebagai contoh, Thermus aquatiqus merupakan
salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber air panas dengan kisaran suhu
60-80 oC. Tidak hanya di lingkungan bersuhu tinggi, bakteri juga dapat
ditemukan pada lingkungan dengan suhu yang sangat dingin. Pseudomonas
extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC. Di
samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga dapat hidup pada berbagai
lingkungan lain yang hampir tidak memungkinkan adanya kehidupan
(lingkungan steril). (Joklik, 1992)
E. Alat dan Bahan
Alat:
Tabung kultur
Lampu spiritus
Jarum inokulasi dan jarum inakulasi kolong
Korek api
Waterbath
Kompor
Baker glass
Cawan petri
Bahan:
Biakan bakteri NA
Aquadest steril
Nutrient cair
Nutrient agar steril
F. Cara Kerja
Menyiapkan 7 tabung kultur, beri label A4 , A5 , A6 , A7 ,
A8 , A9 , A10 (untuk koloni A)
Menghomogenkan masing masing biakan murni
Memasukkan secara aseptik masing-masing biakan sebanyak 2ml
kedalam 7 tabungkultur menggunakan pipet tetes
Menyiapkan 2 cawan media NA steril yang dibagi menjadi 4 sektor
Menyalakan waterbath sampai menunjuk suhu 40 ˚C
Masukkan tabung kultur yang berkode A4, pemanasan kultur
dilakukan selama 10 menit
menginokulasi bakteri yang telah dikultur panas ke permukaan media
lempeng NA secara zigzag
naikkan suhu waterbath sampai 50 ˚C, Masukkan tabung kultur yang
berkode A5, pemanasan kultur dilakukan selama 10 menit
menginokulasi bakteri yang telah dikultur panas ke permukaan media
lempeng NA secara zigzag
lakukan hal yang sama pada suhu 60 ˚C, 70 ˚C, 80 ˚C, 90 ˚C,
dan 100 ˚C
Menginkubasi sediaan pada media NA lempeng pada suhu 37 ˚C
selama 1x24 jam
Amati pertumbuhan bakteri pada tiap sektor, catat kode positif
menandakan bahwa ada pertumbuhan dan negatif jika tidak ada
pertumbuhan
J. Kesimpulan
1. Pengujian suhu bakteri dapat dilakukan dengan cara memperlakukan
biakan murni pada kisaran suhu yang telah ditetapkan, adapun alat
yang digunakan untuk perlakuan bakteri untuk suhu 40 ˚C dan suhu
50 ˚C digunakan waterbath dengan mengset alat sesuai suhu yang
dibutuhkan. Sedangkan untuh suhu 60 ˚C – 100 ˚C menggukan
kompor dan thermometer sebagai acuan untuk menentukan suhu
media untuk pemanasan kultur bakteri
2. Suhu yang efektif untuk membunuh bakteri adalah pada suhu 100 ˚C
keatas, karena pada suhu tepat 100 ˚C bakteri masih dapat tumbuh.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fardiaz, Srikandi. 1989. Penuntun Praktik Mikrobiologi Pangan. Bogor: IPB
Press.
Gupte, Satish. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara
Joklik W K., et.al. 1992. Zinsser microbiology. 20th ed. California: Appleton and
Lange.
Kamelia, R. 2000. Isolasi dan Karakterisasi Protease Intraselular Termostabil dari
Bakteri Bacillus stearothermophilus RP1. Bandung : ITB.
Pelczar, M. J. Dan Chan, E. C. S. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas
Indonesia. Press: Jakarta.
Prescott. 2002. Microbiology. New Zaeland Dermatological Society Inc.
Volk, Wesley A.; Wheeler, Margaret F. 1992. Mikrobiologi Dasar. Jakarta:
Airlangga.