Mikro Teaching 1

download Mikro Teaching 1

of 22

Transcript of Mikro Teaching 1

KONSEP-KONSEP DASAR MICROTEACHING A. Latar Belakang Berbicara tentang penyelenggaraan pendidikan di sekolah, tentu tidak terlepas dari peran serta guru dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, yang diwujudkan dalam bentuk interaksi belajar mengajar, baik antara pendidik dengan pendidik lainnya, pendidik dengan peserta didik, maupun peserta didik dengan peserta didik dan lingkungannya. Dalam menyelenggarakan pembelajaran formal, pendidik berpedoman pada rencana dan pengaturan tentang pendidikan, yang keseluruhannya dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang saat ini sedang dikembangkan di Indonesia, peran guru untuk dapat mengimplementasikan dan mengembangkan kurikulum tampaknya bukan hal yang sederhana. Guru dituntut untuk dapat memenuhi sejumlah prinsip pembelajaran tertentu, diantaranya guru harus memperhatikan kebutuhan dan perbedaan individual, mengembangkan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif, kreatif dan menyenangkan, serta menilai proses dan hasil pembelajaran siswa secara akurat dan komperhensif. Untuk dapat mengimplementasikan kurikulum dengan baik tampaknya masih ditemukan berbagai kendala, seperti persoalan rendahnya motivasi dan kemampuan guru itu sendiri, ratio antara guru dengan siswa yang tidak seimbang, dan keterbatasan sarana. Semua itu menuntut guru untuk dapat mengelola pembelajaran dan mengembangkan bentuk-bentuk strategi pembelajaran yang lebih tepat dan sesuai. Selama ini pada umumnya strategi pembelajaran yang dikembangkan di sekolah cenderung dilakukan secara soliter. Dalam arti, pengelolaan pembelajaran menjadi tanggung jawab guru yang bersangkutan secara individual, baik dalam merencanakan, melaksanakan, maupun menilai pembelajaran siswa. Ketika dihadapkan dengan tuntutan kurikulum yang sangat kompleks dan kondisi nyata yang kurang kondusif, guru seringkali menjadi tidak berdaya dan memiliki keterbatasan

untuk dapat mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan apa yang diharapkan dan digariskan dalam ketentuan yang ada. Dalam hal ini, strategi Team Teaching tampaknya bisa dijadikan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan yang ada. Team Teaching merupakan salah satu bentuk strategi pembelajaran yang melibatkan dua orang guru atau lebih dalam proses pembelajaran siswa, dengan pembagian peran dan tanggung jawab secara jelas dan seimbang. Melalui strategi Team Teaching, diharapkan antar mitra dapat bekerja sama dan saling melengkapi dalam mengelola proses pembelajaran. Setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran dapat diatasi secara bersamasama. Mengajar adalah sebuah kegiatan yang kompleks, membutuhakn berbagai persiapan dan kemampuan. Penguasaan konsep tentang mengajar dan penguasaan materi ajar tidak cukup untuk melaksanakan pembelajaran yang baik. Karena itu, diperlukan penguasaan berbagai skill mengajar. Karena skill yang dibutuhkan dalam mengajar tidak dapat diperoleh secara instan maka diperlukan latihan terus menerus. Dari sinilah microteaching atau oembekajaran mikri tersebut muncul. Pembelajaran mikro dapat dijadikan salah satu alternatif untuk membekali para calon guru untuk mendapatkan skill yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Guru (tenaga pendidik) yang efektif adalah mereka yang berhasil membawa peserta didik mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam pendidikan. Keberhasilan pembelajaran yang efektif memuat dua tolok ukur yakni tercapainya tujuan dan hasil pembelajaran. Untuk mencapai tingkat efektifitas pembelajaran, Gadik harus menguasai berbagai ketrampilan dasar pembelajaran yang meliputi ketrampilan membuka dan menutup proses pembelajaran, ketrampilan menjelaskan, ketrampilan bertanya, ketrampilan menggunakan variasi, ketrampilan memberi penguatan, ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, ketrampilan mengelola kelas dan ketrampilan membimbing diskusi kecil.

Untuk dapat menguasai berbagai ketrampilan dasar pengajaran dan pembelajaran tersebut maka Gadik perlu berlatih satu demi satu ketrampilan tersebut agar mendalami makna dan strategi penggu-naannya pada proses pembelajaran. Ketrampilan dasar mengajar dapat diperoleh melalui pembelajaran mikro atau micro teaching. Oleh karena itu pembelajaran mikro sangat diperlukan dalam bentuk peer teaching dengan harapan agar para gadik dapat sekaligus menjadi observer temannya sesama gadik, dengan harapan masing-masing gadik dapat saling memberikan koreksi dan masukan untuk memperbaiki kekurangan penguasaan ketram-pilan dasar dalam mengajar.

Pengajaran mikro telah dipraktikkan secara meluas dalam latihan keguruan di seluruh dunia sejak diperkenalkan di Stanford University oleh Dwight W. Allen, Robert Bush dan Kim Romney pada tahun 1950-an. Untuk dapat memahami micro teaching atau pembelajaran mikro bagi calon gadik, dikemukakan beberapa asumsi dasar yaitu: 1. Pada umumnya guru tidak dilahirkan tetapi dibentuk terlebih dahulu. 2. Keberhasilan seseorang menguasai hal-hal yang lebih kompleks ditentukan oleh keberhasilannya menguasai hal-hal yang lebih sederhana sifatnya. Dengan terlebih dahulu menguasai berbagai ketrampilan dasar mengajar, maka akan dapat dilaksanakan kegiatan mengajar secara keseluruhan yang bersifat kompleks. 3. Dengan menyederhanakan situasi latihan maka perhatian dapat dilakukan sepenuhnya kepada pembinaan ketrampilan tertentu yang merupakan komponen kegiatan mengajar. 4. Dalam latihan-latihan yang sangat terbatas, calon guru lebih mudah mengontrol tingkah lakunya jika dibandingkan dengan mengajar secara global yang bersifat kompleks. 5. Dengan penyederhanaan situasi latihan, diharapkan akan memudahkan observasi yang lebih sistematis, obyektif serta pencatatan yang lebih teliti. Hasil dari

observasi ini diharapkan dapat digunakan sebagi balikan calon guru tentang kekurangan yang dilakukan dan segera diketahui yang selanjutnya akan diperbaiki pada kesempatan latihan berikutnya. Merujuk pada beberapa asumsi dasar pengajaran mikro dapat dikemukakan beberapa pengertian pengajaran mikro sebagai berikut: 1. Pengajaran mikro dirumuskan sebagai pengajaran dalam skala kecil atau mikro yang dirancang untuk mengembangkan ketrampilan baru dan memperbaiki ketrampilan yang lama. 2. Pengajaran mikro adalah meto-de latihan yang dirancang sedemikian rupa dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses pengajaran sehingga calon gadik dapat menguasai ketrampilan satu per satu dalam situasi mengajar yang disederhanakan. 3. Micro teaching is effective method of learning to teach, oleh sebab itu micro teaching sama dengan teaching to teach dan atau learning to teach. 4. Mengikut Micheel J Wallace pengajaran mikro merupakan pengajaran yang disederhana-kan. Situasi pengajaran telah dikurangi lingkupnya, tugas guru dipermudah, mata pelajaran dipendekkan dan jumlah peserta didik dikecilkan. Berpijak pada asumsi dasar dan pengertian pengajaran mikro tersebut, maka dapat disampaikan beberapa ciri pengajaran mikro: 1. Mikro dalam pengajaran mikro berarti pada skala kecil. Skala kecil berkaitan dengan ruang lingkup materi pelajaran, waktu, siswanya dan ketrampilannya. 2. Mikro dalam pengajaran dimak-nai sebagai bagian dari ketram-pilan mengajar yang kompleks akan dipelajari lebih mendal am dan teliti bagian demi bagian. 3. Pengajaran mikro adalah pengajaran yang sebenarnya. Calon gadik harus membuat persiapan pembelajaran, rencana pem-belajaran, melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, mengelola

kelas dan menyiapkan perangkat pembelajaran lainnya yang dapat mendukung proses belajar dan mengajar (PBM). 4. Pengajaran mikro pada hakekatnya adalah belajar yang sebenarnya. Ditinjau dari praktikan, calon gadik akan belajar bagaimana melakukan pembelajaran sedangkan teman yang jadi siswa akan dapat merasakan bagaimana gaya mengajar temannya dirasakan tepat dan tidaknya strategi pembelajaran yang dibuat. 5. Pengajaran mikro bukanlah simulasi. Dalam situasi menga-jar teman sejawat, mereka tidak diperlakukan sebagaimana siswa didik akan tetapi mereka tetap menjadi teman yang sebenarnya dengan kedudukan sebagai siswa. Hal ini untuk menghindari perilaku teman sejawat yang dibuat-buat yang mengakibatkan tidak terkondisikan proses pembelajaran antar teman sejawat. 6. Pengajaran diharapkan dapat direkam sehingga hasil rekaman tersebut dapat dijadikan bahan diskusi antar teman untuk dikoreksi dan diberikan masukan guna perbaikan atas kekurangan praktikan gadik.

Pengajaran mikro bertujuan membekali gadik beberapa ketrampilan dasar mengajar dan pembelajaran. Bagi calon gadik metode ini akan memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah ketrampilan dasar mengajar secara terpisah. Sedangkan bagi calon gadik dapat mengembangkan ketrampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai gadik. Memberikan kemungkinan calon gadik untuk mendapatkan bermacam ketrampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam program pembelajaran. Bagi supervisor calon gadik, metode ini akan memberikan penyegaran dalam program pendidikan. Gadik mendapatkan pengalaman mengajar pada calon gadik yang bersifat individual demi perkembangan profesi.

Ketrampilan dasar mengajar.

Sebagai gadik, penguasaan ketrampilan dasar mengajar menjadi salah satu persyaratan utama dalam proses pembelajaran disamping persyaratan yang lain. Ketrampilan dasar yang akan dipelajari adalah:

1.

Ketrampilan membuka dan menutup pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan kegiatan gadik dalam mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pembela-jaran yang meliputi; kondisi menciptakan suasana siap mental peserta didik, menciptakan suasana komunikatif antara gadik dengan peserta didik, menimbulkan perhatian peserta didik kepada apa yang akan dipelajari dalam hal ini dapat diawali dari situasi keseharian peserta didik sampai pada materi yang akan dipelajari. Menutup pelajaran merupakan kegiatan gadik mengakhiri kegiatan inti penga-jaran. Dalam mengakhiri pelajaran ini, kegiatan yang dilakukan adalah memberikan gambaran menyeluruh semua materi yang telah dipelajari, mengetahui tingkat penyerapan siswa terhadap materi dan mengetahui tingkat keberhasilan gadik dalam proses belajar mengajar.

2.

Ketrampilan menjelaskan di-maknai sebagai ketrampilan gadik menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan dapat menunjukkan hubu-ngan antar materi yang telah dikumpulkan dan dikuasai serta disiapkan untuk disajikan. Selain dari itu penekanan memberikan penjelasan merupakan proses penalaran peserta didik dan bukan indoktrinasi.

3.

Ketrampilan bertanya adalah ucapan gadik secara verbal yang meminta respon dari peserta didik. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimba-ngan. Dengan demikian bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir peserta didik.

4.

Ketrampilan menggunakan va-riasi diartikan sebagai perbuatan gadik dalam konteks proses bela-jar mengajar yang bertujuan menga-tasi kebosanan peserta didik sehing-ga dalam proses belajar mengajar, peserta didik senantiasa menunjuk-kan ketekunan, keantusiasan serta berperan serta secara aktif.

5.

Ketrampilan memberi pengua-tan merupakan tingkah laku gadik dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu peserta didik yang memungkinkan tingkah laku tersebut terulang kembali.

6.

Ketrampilan mengajar kelom-pok kecil dan perorangan diartikan sebagai tindakan gadik dalam konteks proses belajar mengajar yang hanya melayani 3 8 orang peserta.

7.

Ketrampilan mengelola kelas merupakan ketrampilan gadik men-ciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengem-balikannya ke kondisi optimal jika terjadi yang dimungkinkan dapat mengganggu kegiatan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun mela-kukan kegiatan remedial.

8.

Ketrampilan membimbing dis-kusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok peserta didik dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah.

Skenario Pengajaran Mikro

Skenario pengajaran mikro dibuat dan dirancang langkah demi langkah. Hal ini agar dapat menjadi rambu-rambu dalam pelaksanaannya untuk menghindari dan mengantisipasi hal-hal yang dapat mengganggu jalannya pengajaran mikro. Secara garis besar skenario kegiatan pengajaran mikro dapat dikelompokkan dalam tiga tahapan yaitu:

1. Tahap pertama (tahap kognitif). Tahap pertama diharapkan praktikan sudah terbimbing memahami dan mendalami serta gambaran secara umum konsep dan makna ketrampilan dasar mengajar dalam proses belajar mengajar, menggunakan secara tepat, mensinergikan ketrampilan satu dan lainnya serta ketepatan kapan dan dalam kondisi yang bagaimana ketrampilan satu dan lainnya digunakan. Selain dari itu diharapkan praktikan dapat mensinergikan pengeta-huan mereka untuk digunakan pada realita pengajaran yang dipadukan dengan ketrampilan dasar mengajar.

2. Tahap kedua ini diharapkan praktikan secara nyata mempraktekan ketrampilan dasar mengajar secara berulang, dengan harapan jika praktikan sudah berulang kali melakukan praktek akan mengetahui kekurangannya pada ketrampilan yang mereka belajar untuk dikuasai dan terampil menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Pada tahapan ini praktikan sudah dapat mempersiapkan perangkat pembelajaran mulai dari RPP, media yang akan digunakan dan segala sesuatu yang dipersyaratkan bagi guru/gadik yang profesional di masa mendatang. 3. Tahap ketiga (tahap balikan). Tahap ketiga ini merupakan kilas balik praktikan dengan mem-pelajari hasil dari observasi teman sejawat yang akan memberikan informasi setelah melihat secara langsung pelaksanaan kegiatan mengajar praktikan. Para rekan sejawat akan memberikan penilaian berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan praktikan yang selanjutnya akan didiskusikan dan sebagai bahan untuk memperbaiki kinerja sebagai gadik yang profesional.

B. Pengertian Micro berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau mengajar. Micro-teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan. Apa yang dikecilkan atau disederhanakan, yaitu :

Jumlah siswa 5-6 orang Waktu mengajar 5 10 menit Bahan pelajaran hanya mencakup satu atau dua hal yang sederhana Ketrampilan mengajar difokuskan beberapa ketrampilan khusus saja. Unsur micro merupakan ciri utamanya dan berusaha untuk meyederhanakan secara sistimatis keseluruhan proses mengajar yang ada. Usaha simplikasi ini didasari oleh asumsi bahwa : sebelum kita dapat mengerti, dapat belajar dan dapat melaksanakan kegiatan mengajar yang komplek, kita harus menguasai dulu komponenkomponen dari keseluruhan kegiatan yang ada. Maka dengan memperkecil murid, menyingkat waktu, mempersempit saran-saran serta membatasi ketrampilan, perhataian dapat sepenuhnya diarahkan pada pembinaan penyempurnaan ketrampilan khusus yang sedang dipelajari Microteaching atau pembelajaran mikro, dijelaskan oleh para ahli dengan berbagai pengertian. Di antaranya adalah Mc. Laughlin dan Moulton (1975) microteaching is as performance training method to isolate the component parts of the teaching process, so that the trainee can master each component one by one in a simplified teaching situation (Pembelajaran mikrot pada intinya adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran untuk melatih penampilan/keterampilan mengajar guru melalui bagian demi bagian dari setiap keterampilan dasar mengajar tersebut, yang dilakukan secara terkontrol dan berkelanjutan dalam situasi pembelajaran). A. Perlberg (1984) menjelaskan micro teaching is a laboratory training procedure aimed at simplifyng

the complexities of regular teaching-learnign processing (Pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah laboratorium untuk lebih menyederhanakan proses latihan kegiatan belajar mengajar/pembelajaran). Sementara itu Sugeng Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro merupakan salah satu cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang di "mikro" kan untuk membentuk, mengembangkan keterampilan mengajar. Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil inti dari pembelajaran mikro, kurang lebih sebagai berikut: 1. Micro teaching pada intinya merupakan suatu pendekatan atau cara untuk melatih calon guru dan guru dalam rangka mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan (kompetensi) penampilan mengajarnya. 2. Sesuai namanya micro teaching, maka proses pelatihan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran mikro dapat dilakukan untuk seluruh aspek pembelajaran. Adapun dalam teknis pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan hanya memfokuskan pada bagian demi bagian secara terisolasi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh yang akan berlatih atau sesuai dengan arahan dari supervisor. 3. Pada saat peserta berlatih melalui pendekatan pembelajaran mikro, untuk mencermati penampilan peserta, dilakukan pengamatan atau observasi oleh supervisor atau oleh yang telah berpengalaman. Terhadap setiap penampilan peserta dilakukan pencatatan, direkam dan kemudian dilakukan diskusi umpan balik untuk mengkaji kelebihan dan kekurangan, kemudian menyampaikan saran dan solusi pemecahan untuk memperbaiki terhadap kekurangan yang masih ada dalam proses latihan berikutnya.

Micro teaching adalah suatu tindakan atau kegiatan latihan belajar-mengajar dalam situasi laboratoris (Sardirman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar). Ciri-ciri pokok Micro Teaching : 1. Jumlah subyek belajar sedikit sekitar 5-10 orang

2. Waktu mengajar terbatas sekitar 10 menit 3. Komponen mengajar yang dikembangkan terbatas 4. Sekadar real teaching Maksud dan tujuan micro teaching Maksud yaitu meningkatkan performance yang menyangkut keterampilan dalam mengajar atau latihan mengelola interaksi belajar mengajar. Tujuan adalah membekali calon guru sebelum sungguhsungguh terjun ke sekolah tempat latihan praktek kependidikan untuk praktek mengajar (Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar ).

Dewasa ini, seiring dengan semakin modernnya sistem pendidikan dan tuntutan yang semakin berkembang, tak jarang sekolah-sekolah yang masih menggunakan strategi pembelajaran konvensional dalam melaksanakan proses pembelajarannya. Dalam proses pembelajaran dengan strategi konvensional ini, proses pembelajaran dilakukan secara soliter, artinya proses pembelajaran yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi pembelajaran siswa dilakukan oleh satu orang guru. Padahal sebenarnya, sekarang ini kurikulum pendidikan di Indonesia sudah makin berkembang. Telah banyak tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepada guru. Saat ini, guru dituntut untuk lebih inovatif dan kreatif dalam menentukan/ memilih metode pembelajaran yang digunakan, yang tentunya harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Selain itu, guru di era sekarang juga dituntut untuk lebih mengenal setiap individu dari diri siswa. Dan melihat ratio antara jumlah guru dan siswa yang tidak seimbang, tentu seorang guru tidak mungkin bisa menangani jumlah siswa yang banyak itu. Satu hal yang juga penting, bahwa yang namanya guru bukan berarti orang yang tahu akan segala hal. Dalam hal ini, setiap manusia tentulah memiliki kekurangan pengetahuan. Ini menunjukkan bahwa guru pun membutuhkan sosok lain yang bisa diajak kerja sama dalam menghadapi segala kesulitan yang ada pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Jika melihat beberapa masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan, dalam hal ini pihak sekolah dan guru-guru dituntut daya kreatifitasnya dalam memilih

strategi yang tepat agar segala tuntutan yang ditujukan terhadap guru khususnya itu dapat terpenuhi dengan maksimal. Dan tampaknya strategi Team Teaching merupakan cara tepat. Team Teaching merupakan strategi pembelajaran yang kegiatan proses pembelajarannya dilakukan oleh lebih dari satu orang guru dengan pembagian peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Definisi ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Martiningsih (2007) bahwa Metode pembelajaran team teaching adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Lebih lanjut Ahmadi dan Prasetya (2005) menyatakan bahwa Team teaching (pengajaran beregu) adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa orang. Tim pengajar atau guru yang menyajikan bahan pelajaran dengan metode mengajar beregu ini menyajikan bahan pengajaran yang sama dalam waktu dan tujuan yang sama pula. Para guru tersebut bersama-sama mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Pelaksanaan belajarnya dapat dilakukan secara bergilir dengan metode ceramah atau bersama-sama dengan metode diskusi panel. Sebenarnya ada beberapa jenis dari strategi Team Teaching, sesuai yang dijelaskan oleh Soewalni S (2007), yaitu : 1. Semi Team Teaching : Tipe 1 = sejumlah guru mengajar mata pelajaran yang sama di kelas yang berbeda. Perencanaan materi dan metode disepakati bersama. Tipe 2a = satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru secara bergantian dengan pembagian tugas, materi dan evaluasi oleh guru masing-masing. Tipe 2b = satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru dengan mendesain siswa secara berkelompok. 2. Team Teaching Penuh

Tipe 3 = satu tim terdiri dari dua orang guru atau lebih, waktu kelas sama, pembelajaran mata pelajaran / materi tertentu. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara bersama dan sepakat. Adapun variasi Team Teaching Penuh menurut Soewalni S (2007) ialah :y

y y

Pelaksanaan bersama, seorang guru sebagai penyaji atau menyampaikan informasi, seorang guru membimbing diskusi kelompok atau membimbing latihan individual. Anggota tim secara bergantian menyajikan topik/materi. Diskusi / tanya jawab dibimbing secara bersama dan saling melengkapi jawaban dari anggota tim. Seorang guru (senior) menyajikan langkah latihan, observasi, praktek dan informasi seperlunya. Kelas dibagi dalam kelompok, setiap kelompok dipandu seorang guru (tutor, fasilitator, mediator). Akhir pembelajaran masing-masing kelompok menyajikan laporan (lisan/tertulis) dan ditanggapi bersama serta disimpulkan bersama.

Namun, dari beberapa jenis Team Teaching yang dikemukakan oleh Soewalni S, penulis lebih condong ke jenis Team Teaching penuh, karena disana lebih terlihat nyata strategi Team Teaching-nya. Guru yang mengajar lebih dari satu orang, mereka mengajar di kelas yang sama dengan materi yang sama dan pada waktu yang sama, serta setiap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya pun dilakukan atas kesepakatan bersama. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip pembentukan team dalam sebuah pelaksanaan tugas, bahwa segala sesuatunya yang berkaitan dengan misi pencapaian tujuan dilakukan secara bersama-sama, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakan.

C. Tahapan Pembelajaran dengan Strategi Team Teaching 1. Tahap Awal a. Perencanaan Pembelajaran Disusun secara Bersama Perencanaan pembelajaran atau yang saat ini lebih populer dengan istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus disusun secara bersama-sama oleh setiap guru yang tergabung dalam Team Teaching. Agar setiap guru yang

tergabung dalam team teaching memahami tentang apa-apa yang tercantum dalam isi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut, mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang harus diraih oleh siswa dari proses pembelajaran, sampai kepada sistem penilaian hasil evaluasi siswa. b. Metode Pembelajaran Disusun Bersama Selain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang harus disusun bersama oleh team, metode yang akan digunakan oleh mereka dalam proses pembelajaran Team Teaching pun harus direncanakan bersama-sama oleh anggota Team Teaching. Perencanaan metode secara bersama ini dilakukan agar setiap guru Team Teaching mengetahui alur proses pembelajaran dan tidak kehilangan arah pembelajaran. c. Partner Team Teaching Memahami Materi dan Isi Pembelajaran Guru sebagai partner dalam Team Teaching bukan hanya harus mengetahui tema dari materi yang akan disampaikan kepada siswa saja, lebih jauh dari itu, mereka juga harus sama-sama mengetahui dan memahami isi dari materi pelajaran tersebut. Hal ini agar keduanya bisa saling melengkapi kekurangan pengetahuan yang ada di dalam diri masing-masing. Terutama ini dapat dirasakan manfaatnya dalam penyampaian materi pada siswa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa atas penjelasan guru. d. Pembagian Peran dan Tanggung Jawab Secara Jelas Dalam Team Teaching, pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing guru harus dibicarakan secara jelas ketika merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, mereka tahu peran dan tugasnya masing-masing. Tidak ada lagi yang namanya ketidakjelasan peran dan tanggung jawab dalam hal ini.

2. Tahap Inti

y y

Satu guru sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, dan satu orang sebagai pengawas dan pembantu team. Dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam dua jam pelajaran, dalam hal ini berarti tugas sebagai pemateri dibagi dua dalam dua jam pelajaran yang ada.

3. Tahap Evaluasi a. Evaluasi Guru Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner team setelah jam pelajaran berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partner dengan cara memberi kritikan-kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini setiap guru yang diberi saran harus menerima dengan baik saran-saran tersebut, karena hakekatnya itulah kelebihan dari team teaching. Setiap guru harus merasa bahwa mereka banyak mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar dan paling pintar. Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan untuk menjaga image masing-masing guru dihadapan siswa. b. Evaluasi Siswa Evaluasi siswa dalam hal ini mencakup pembuatan soal evaluasi dan merencanakan metode evaluasi, yang semuanya dilakukan secara bersama-sama oleh guru Team Teaching. Atas kesepakatan bersama guru harus membuat soalsoal evaluasi yang akan diberikan kepada siswa, disini guru Team Teaching harus secara bersama-sama menentukan bentuk soal evaluasi, baik lisan ataupun tulisan, baik pilihan ganda, uraian, atau kombinasi antara keduanya. Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah dalam evaluasi siswa, guru juga diharuskan merencanakan metode evaluasi. Perencanaan metode evaluasi siswa ini di dalamnya mencakup pembagian peran dan tanggung jawab setiap guru Team Teaching dalam pelaksanaan evaluasi, serta pembagian pos-pos pengawasan.

Perbedaan micro teaching dan teaching Micro teaching :

1. Dilaksanakan dalam kelas laboratorium 2. Sekadar real teaching 3. Siswa 5 s/d 10 orang 4. Waktu sekitar 10 menit

5. Bahan terbatas 6. Ketrampilan yang dilatihkan meliputi semua teaching skill dalam porsi yang terbatas dan terpisah-pisah. 7. Dibutuhkan alat-alat laboratori agar dapat diperoleh suatu feedback yang obyektif.

Teaching : 1. Dilaksanakan dalam real class room 2. Merupakan real class room teaching 3. Siswa 30 s/d 40 orang 4. Waktu sekitar 45 menit 5. Bahan luas 6. Ketrampilan yang di demonstrasikan semua teaching skill dan terintegrasi 7. TIdak dilengkapi dengan alat-alat laboratori.

C. Karakteristik Pembelajaran Mikro Pembelajaran mikro pada intinya adalah penyederhanaan pembejaran. Karena penyederhanaan maka tentu tidak semua keterampilan mengajar dipraktikkan dalam satu waktu, akan tetapi keterampilan mengajar dipraktikkan sendiri-sendiri. Seperti keterampilan membuka pelajaran berdiri sendiri, demikian juga pada latihan berikutnya difokuskan pada

keterampilan menjelaskan dan sebagainya. Berikut ini beberapa hal fundamental berkaitan dengan karakteristik pembelajaran mikro. Di antara karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: 1. Microteaching is a real teaching Pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar yang sebenarnya (real teaching), akan tetapi dilaksanakan bukan pada kelas yang sebenarnya, melainkan dalam suatu kelas, laoratorium atau tempat khusus yang dirancang untuk pembelajaran mikro 2. Micro teaching lessons the complexities of normal classroom teaching Sesuai dengan namanya micro, latihan mengajar dilakukan secara mikro atau disederhanakan. Penyederhanaan ini dilakukan dalam setiap unsur atau komponen pembelajaran 3. Microteaching focuses on training for the accomplishment of specific tasks Latihan yang dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran mikro hanya difokuskan pada jenis-jenis keterampilan tertentu secara spesifik, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh setiap yang berlatih atau atas dasar saran yang diberikan oleh pihak supervisor. Fokus keterampilan tersebut bisa berupa keterampilan membuka pelajaran saja, maka keterampilan lainnya tidak menjadi fokus latihan, dan sebagainya. 4. Micro teaching allows for the increased control of practice

Pembelajaran mikro diarahkan untuk meningkatkan kontrol pada setiap jenis keterampilan yang dilatihkan. Kontrol yang ketat, cermat dan komprehensif relatif lebih mudah dilakukan dalam pembelajaran mikro, karena setiap peserta yang berlatih hanya memfokuskan diri pada keterampilan tertentu saja. 5. Micro teaching greatly expands teh normal knowledge of results or feedback dimension in teaching Pembelajaran mikro diharapkan dapat memperluas wawasan dan pemahaman yang terkait dengan pembelajaran, karena pihakpihak yang berkepentingan dan juga terlibat di dalamnya mendapatkan masukan dari pihak lainnya.

D. Prinsip-prinsip Microteaching Sebelum disampaikan tentang prinsip-prinsip pemebalajaran mikro, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang prinsip

pembelajaran secara umum, yakni: 1. Prinsip perhatian dan motivasi, maksudnya guru harus mampu memusatkan, memelihara dan membangkitkan perhatian dan motivasi belajar siswa. 2. Prinsip aktivitas, maksudnya pembelajaran harus melibatkan aktivitas pikiran, fisik dan juga sosial serta emosional. Dengan demikian guru harus mampu mengkondisikan agar aktivitas selalu terpelihara selama proses pembelajaran berlangsung 3. Balikan/feed back dan penguatan, makusdnya terhadap proses dan hasil pembelajaran yang telah ditunjukkan oleh siswa. Respon yang diikuti dengan pemberian penghargaan atau sanksi yang mendidik akan menjadi pemacu aktivitas semangat belajar siswa 4. Tantangan, maksudnya guru dalam proses pembelajaran harus mampu memberikan tantangan-tantangan kepada siswa, yakni dengan

memeberikan stimulus kepada siswa sehingga siswa dapat terbiasa untuk memecahkan persoalan yang dihadapi : Perbedaan individual, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Jadi pembelajaran diusahakan dapat melayani setiap perbedaan individual, jika tidak maka pembelajaran yang

diselenggarakan setidaknya dapat melayani kesamaan-kesamaan karakteristisk yang dimiliki oleh siswa pada umumnya. Uraian di atas merupakan prinsip-prinsip pembelajaran pada umumnya, sementara itu pembelajaran mikro didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini: Fokus pada penampilan, yakni yang menjadi fokus sasaran utama dalam pembelajaran mikro adalah penampilan peserta yang berlatih. Penampilan yang dimaksud adalah perilaku atau tingkah laku

peserta

(calon

guru/guru)

dalam

melatihkan

setiap

jenis

keterampilan mengajarnya. Spesifik dan konkrit, maksudnya jenis keterampilan yang dilatihkan harus berpusat pada setiap keterampilan mengajar yang dilakukan secara terpisah bagian demi bagian. Misalnya berlatih membuka dan menutup pelajaran dilakukan secara tersendiri dan tidak digabungkan dengan jenis keterampilan mengajar lainnya dalam waktu yang bersamaan. Umpan balik, yakni proses memberikan balikan (komentar, saran, solusi pemecahan dan sebagainya) yang didasarkan pada hasil pengamatan dari penampilan yang dilakukan oleh seseorang yang sedang berlatih. Keseimbangan, maksudnya adalah bahwa ketika observer/pengamat atau supervisor memberikan komentar kepada peserta tidak hanya menyoroti kekurangan dan kelemahannya saja akan tetapi juga diungkapkan kelebihan yang dimiliki dan ditampilkan dalam pembelajaran mikro tersebut Ketuntasan, maksudnya kemampuan yang maksimal terhadap keterampilan yang dipelajarinya Maju berkelanjutan, yaitu siapapun yang berlatih dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran mikro ia harus mau belajar secara terus menerus tanpa ada batasnya. D. manfaat mikro teaching Salah satu cara terbaik untuk menjadi guru profesional adalah dengan mempraktikkan dan mendapatkan umpan balik dari guru lain. Masukan seorang rekan sejawat dalam sebuah praktik pengajaran mini akan sangat besar manfaatnya untuk

membantu mengenali kekuatan dan sekaligus mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu diperbaiki. Microteaching secara sederhana bisa dimaknai sebagai pengajaran mikro atau satu sesi pengajaran dalam durasi waktu yang pendek, dengan cakupan materi yang sempit, dengan jumlah peserta didik yang sedikit (pengajaran mini). Pengajaran mikro, konon telah dikembangkan pada awal dan pertengahan 1960-an oleh Dwight Allen dan teman-temannya pada Program Pendidikan Dosen Stanford (Stanford Teacher Education Program), Inggris. Model Stanford ini menekankan proses pengajaran, peninjauan ulang (review), dan perenungan, dengan menggunakan para siswa sekolah sebagai pendengar asli. Model ini telah diadopsi untuk pengajaran di perguruan tinggi dan sering digunakan untuk para calon guru, dosen muda yang baru lulus, atau asisten dosen. Model ini menawarkan satu bentuk umpan balik dan diskusi yang terfokus dan terkonsentrasi dari dan dengan rekan sejawat Penerapan micro teaching tidak hanya terbatas pada tujuan mencari calon guru yang dapat mengajar dengan baik dan upaya mendorong (encourage) terhadap guru-guru untuk selalu meningkatkan performance-nya. Tetapi masih dapat digunakan dengan tujuan-tujuan lain. Pendekatan micro teaching dapat dimanfaatkan untuk mencari seorang guru menjadi model dalam mengajar. Guru yang dijadikan model memang sudah diakui keandalannya dalam mengajar. Namun demikian tidak harus semua bidang studi ada seorang model guru. Tentukan bidang studi yang dianggap harus ada guru model. Pendekatan ini juga dapat digunakan untuk mengajar tanpa kehadiran guru. Misalnya guru mengajar bidang studi x dengan pokok bahasan y, proses mengajarnya direkam. Jika suatu saat guru itu berhalangan, guru pengganti atau guru piket dapat memutar ulang rekaman itu. Siswa tinggal melihat dan mendengarkan. Materi pengajaran yang disampaikan dengan metode eksperimen, demonstrasi atau ceramah sangat

cocok, Masih banyak manfaat lain dari kehadiran micro teaching, tergantung daya kreatif dari orang-orang atau unit yang mendapat tugas untuk mengelolanya. C. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Semakin berkembangnya kurikulum pengajaran, menuntut guru untuk semakin kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Berbagai tuntutan yang ditujukan kepada guru pun semakin kompleks, diantaranya ialah guru dituntut untuk mampu memperhatikan perbedaan individual siswa, guru harus kreatif mendesain strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dan nyaman belajar, serta guru pun dituntut untuk mampu melakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa secara menyeluruh. Berbagai hal yang harus dipenuhi guru tersebut, tentu merupakan hal yang sulit jika semua itu dilakukan seorang diri, untuk itu membutuhkan partner agar semua hal tersebut dapat dilakukan secara maksimal. Maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan strategi Team Teaching dalam melaksanakan proses pembelajaran. Team Teaching merupakan suatu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh lebih dari satu orang guru dengan pembagian tugasnya secara jelas. Dilihat dari jenisnya, strategi Team Teaching ada dua jenis, yaitu semi Team Teaching dan Team Teaching penuh. Dalam strategi Team Teaching, seluruh aktivitas proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi dilakukan secara bersama oleh guru Team Teaching. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip kerja sama. 2. Saran Bagi pihak sekolah, hendaknya kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan dalam Proses Belajar Mengajar, agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan hasil yang dicapai oleh siswa pun relatif baik. Dan bagi sekolah-sekolah yang sudah menggunakan strategi Team Teaching dalam proses pembelajaran, pelaksanaan Team Teaching harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang benar agar tidak terjadi penyimpangan dalam sistem pembelajaran.

Tugas individu mk. Micro teaching

KONSEP-KONSEP DASAR MICROTEACHING

OLEH ALI AGUS M 082514026

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2011