Micro Teaching

60
Kamis, 02 Juli 2009 Micro Teaching MICRO TEACHING Prasyarat yang Dibutuhkan untuk Melaksanakan Micro Teaching Prasyarat utama yang dibutuhkan agar micro teaching dapat berjalan adalah, tersedianya sebuah ruangan khusus yang dilengkapi dengan kamera video, recorder, mic, penerangan yang cukup. Ukuran ruangan tidak ada standar yang baku. Ukuran ruangan bisa antara 8 m x 6 m, atau 8 m x 7 m. Selanjutnya tersedianya sejumlah sarana lainnya layaknya sebuah ruang kelas. Ada white board, meja dan kursi, OHP kalau memang diperlukan. Dari sisi SDM, memerlukan seorang teknisi atau operator dan sekaligus bertindak sebagai kameraman. Penguasaan teknis rekaman video/audio menjadi prasyarat mutlak. Karena sekarang era komputer, dan hasil rekaman selalu dalam bentuk VCD, maka teknisi itu juga harus terampil memadukan antara kamera video dan komputer agar menjadi sebuah sistem yang berdaya guna. Jika setiap sekolah atau yayasan pedidikan memiliki pendekatan model micro teaching dan efektif dalam pelaksanaannya, maka institusi tersebut sudah satu langkah di depan dibandingkan lembaga pendidikan lainnya yang belum punya. Keberadaan dan operasionalnya dapat dikelola oleh unit, bidang, atau pusat sumber belajar. Garis Besar Pelaksanaan Micro Teaching Sebelum melaksanakan micro teaching ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Berdasarkan sumber yang ada

Transcript of Micro Teaching

Page 1: Micro Teaching

Kamis, 02 Juli 2009

Micro Teaching

MICRO TEACHINGPrasyarat yang Dibutuhkan untuk MelaksanakanMicro TeachingPrasyarat utama yang dibutuhkan agar micro teaching dapat berjalan adalah,tersedianya sebuah ruangan khusus yang dilengkapi dengan kamera video,recorder, mic, penerangan yang cukup. Ukuran ruangan tidak ada standaryang baku. Ukuran ruangan bisa antara 8 m x 6 m, atau 8 m x 7 m.Selanjutnya tersedianya sejumlah sarana lainnya layaknya sebuah ruangkelas. Ada white board, meja dan kursi, OHP kalau memang diperlukan. Darisisi SDM, memerlukan seorang teknisi atau operator dan sekaligus bertindaksebagai kameraman. Penguasaan teknis rekaman video/audio menjadiprasyarat mutlak. Karena sekarang era komputer, dan hasil rekaman selaludalam bentuk VCD, maka teknisi itu juga harus terampil memadukan antarakamera video dan komputer agar menjadi sebuah sistem yang berdaya guna.Jika setiap sekolah atau yayasan pedidikan memiliki pendekatan modelmicro teaching dan efektif dalam pelaksanaannya, maka institusi tersebutsudah satu langkah di depan dibandingkan lembaga pendidikan lainnya yangbelum punya. Keberadaan dan operasionalnya dapat dikelola oleh unit, bidang,atau pusat sumber belajar.Garis Besar Pelaksanaan Micro TeachingSebelum melaksanakan micro teaching ada beberapa hal yang perludiperhatikan. Berdasarkan sumber yang ada (http://www.ussoccer.com/)disebut dengan istilah Micro Teaching Lesson Plan. Dalam rencana inidisebutkan kesiapan-kesiapan seputar: (1) Peralatan dan bahan. Termasukdi dalamnya transparansi dan OHP, laptop dengan LCD proyektor, layar, spidol,flip chart; (2) Rencana pelajaran. Anda harus lebih fokus untuk persiapanini. Termasuk di dalamnya perumusan tujuan pelajaran, pengaturan prosespelajaran, partisipasi yang diharapkan, alat bantu/media, dan penutupan microteaching; (3) Presentasi. Anda dapat meminta pertolongan orang lain untukmengatur kelas. Tersedia waktu 10 menit untuk presentasi. Jika ternyatamelebih waktu yang tersedia, Anda tetap diizinkan menyelesaikan pelajaranAnda; (4) Orientasi. Tahapan ini fokus pada evaluasi yang dilakukan setelahpresentasi. Anda dapat mengevaluasi keterampilan Anda, yang meliputi:penampilan, cara/metode, keantusiasan, kontak mata dengan siswa,penggunaan visual, partisipasi aktif kelas, hal-hal yang tidak diharapkan tetapiterjadi (lampu OHP padam, interupsi, dll), modulasi suara, intonasi yang bagustidak datar.Secara tegas dapat disebutkan di sini, aspek-aspek yang perlu dievaluasidalam pelaksanaan micro teaching adalah presentasi (volume dan kejelasansuara, kecepatan dan kejelasan ucapan, kontak mata ke kelas, semangat dankeantusiasan); the chalkboard (besar kecil tulisan dan kejelasan tulisan,pengorganisasian materi, penggunaan media pembelajaran, pengaturan

Page 2: Micro Teaching

waktu, posisi badan; isi (penguasaan materi, perencanaan topik, kesesuaianpenjelasan dengan hal-hal yang telah dirumuskan secara detil, ketergantungandengan catatan-catatan); dan interaksi kelas (respon terhadap pertanyaan,reaksi terhadap pertanyaan).Manfaat Micro Teaching Secara Lebih LuasPenerapan micro teaching tidak hanya terbatas pada tujuan mencari calonguru yang dapat mengajar dengan baik dan upaya mendorong (encourage)terhadap guru-guru untuk selalu meningkatkan performance-nya. Tetapi masihdapat digunakan dengan tujuan-tujuan lain.Pendekatan micro teaching dapat dimanfaatkan untuk mencari seorangguru menjadi model dalam mengajar. Guru yang dijadikan model memangsudah diakui keandalannya dalam mengajar. Namun demikian tidak harussemua bidang studi ada seorang model guru. Tentukan bidang studi yangdianggap harus ada guru model. Pendekatan ini juga dapat digunakan untukmengajar tanpa kehadiran guru. Misalnya guru mengajar bidang studi x denganpokok bahasan y, proses mengajarnya direkam. Jika suatu saat guru ituberhalangan, guru pengganti atau guru piket dapat memutar ulang rekamanitu. Siswa tinggal melihat dan mendengarkan. Materi pengajaran yangdisampaikan dengan metode eksperimen, demonstrasi atau ceramah sangatcocok.Masih banyak manfaat lain dari kehadiran micro teaching, tergantungdaya kreatif dari orang-orang atau unit yang mendapat tugas untukmengelolanya.PenutupPendekatan micro teaching ditujukan untuk pembentukan profesionalitas guru.Sasaran yang hendak dicapai adalah, guru/calon guru supaya memilikiseperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap serta tingkah laku yangdiperlukan bagi profesinya serta cakap dan tepat menggunakannya dalamtugas dan perannya di sekolah. Dengan pendekatan micro teaching guru/calon guru berlatih mengajar secara terbatas (isolated skill development),namun tetap mengajar yang sesungguhnya secara diawasi (supervisedteaching), sebelum mengajar yang sesungguhnya secara penuh (fullresponsibilityteaching).Pendekatan micro teaching memberi kesempatan seluas-luasnya bagiguru/calon guru untuk mengeksplorasi semua kelebihannya, memberikesempatan untuk mengukur kemampuannya. Mereka dapat mengevaluasidiri dan mengetahi, sejauh mana kemampuan dan penampilannya Diposkan oleh puskesmas cibitung di 02:58 Label: teach http://ksoer.blogspot.com/2009/07/micro-teaching.html

dokumen 1

Menyiapkan Guru yang Berkualitasdengan Pendekatan Micro TeachingYuli Kwartolo, S.Pd*)

Page 3: Micro Teaching

*) Staf Pusat Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan BPK PENABUR JakartaOpini

Abstrakntuk mempersiapkan diri menjadi guru berkualitas dibutuhkan palingsedikit 10 kompetensi profesional yang kemudian dapat dirangkummenjadi dua kompetensi utama yaitu penguasaan bahan pelajarandan dapat mengajarkan bahan tersebut secara jelas dan menarik.Untuk membantu menerapkan kompetensi profesional itu di kelas, penulismengusulkan penggunaan pendekatan micro teaching.Kata kunci : Guru, mutu, mengajar, penguasaan bahan ajarAbstractThere are at least ten profesional competencies which have to be mastered ifa teacher wants to be a qualified teacher. The ten profesional competenciesthen can be categorized to become two competencies namely: The ability tomaster the subject matter well and the ability to present that subject matterclearly and interestingly. To support the application of the profesioanlcompetencies, the writter proposes a Micro Teaching Approach.PendahuluanKualitas guru sampai saat ini tetap menjadi persoalan yang penting (crucial ).Menjadi persoalan yang crucial oleh karena pada kenyataannya keberadaanguru di berbagai jenjang, dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah MenengahAtas oleh sebagian kalangan dinilai jauh dari performa yang distandarkan.Seorang Yohanes Surya (pembina Tim Olimpiade Fisika Indonesia atau TOFIyang juga Guru Besar Universitas Pelita Harapan) pun melihatnya begitu.Demikian juga dengan pendapat Dodi Nandika (Kepala Balitbang Depdiknas),kualitas guru menjadi persoalan yang serius di negeri ini.Penilaian kedua tokoh itu tidaklah berlebihan. Hal itu didasarkan padahasil tes Trend in International Mathematics and Science Study (TIMMSS)

UJurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005 99Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

2003. Hasil tes itu menempatkan siswa Indonesia di peringkat 34 penguasaanmatematika dan peringkat 36 penguasaan sains dari 48 negara yang disurvei.Peringkat itu jauh tertinggal dari negara tetangga, Singapura dan Malaysia.Singapura berada di peringkat pertama, baik matematika maupun sains,Malaysia peringkat 10 bidang matematika dan peringkat 20 bidang Sains(Republika, 24 Desember 2004).Rendahnya kemampuan anak didik pada mata pelajaran matematika dansains memang tidak terlepas dari kemampaun/kualitas guru dalam mengajarsiswanya, dan minimnya ketersediaaan sumber-sumber belajar. Keadaan yangdemikian itu sudah barang tentu sangat mempengaruhi proses pembelajaran.Akibat lebih jauh, lulusan dari berbagai jenjang pendidikan tidak memenuhiharapan. Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah, misalnya denganpenataran, pembekalan, seminar, diskusi, sampai penelitian yang intinyabertujuan meningkatkan kualitas guru.Dalam lingkup yang lebih sempit, BPK PENABUR juga menghadapi persoalanyang klasik tersebut, yaitu ada sebagian guru kompetensi mengajarnya belummemenuhi tuntutan yang semestinya. Menguasai materi yang diajarkan sajatidaklah cukup. Ia harus dapat menyampaikan materi pelajaran tersebut denganbaik. Makna “dengan baik” di sini sudah inheren di dalamnya, bicara jelas;

Page 4: Micro Teaching

pemilihan metode yang tepat; penggunaan pendekatan pembelajaran yangsesuai; penggunaan media pembelajaran yang efektif; sampai padapenampilan fisiknya (gerak-gerik di kelas, mimik muka, ekspresi, dansebagainya).Melalui artikel ini penulis ingin menyampaikan gagasan-gagasan yangmungkin dapat berguna untuk meningkatkan kualitas guru di lingkup BPKPENABUR. Seperti judul artikel, “Menyiapkan Guru Yang Berkualitasdengan Pendekatan Micro Teaching”, maka pembahasannya difokuskanpada beberapa pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana mempersiapkan dirimenjadi guru? Bagaimana kriteria guru yang berkualitas? Bagaimana konsepsimicro teaching? Prasyarat apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan microteaching? Bagaimana aplikasi micro teaching? Adakah manfaat micro teachingsecara lebih luas? Seperti apa contoh rencana pelajaran micro teaching?

Persiapan Diri Menjadi Guru

Secara akademik jika seseorang ingin menjadi guru ia harus menempuhpendidikan keguruan. Guru TK dan SD masuk ke PGSD, guru SMP dan sekolahlanjutan atas masuk FKIP atau IKIP (sudah melebur di dalam universitas).Akan tetapi mereka yang lulusan universitas dengan disipilin ilmu murni,misalnya kimia, dapat menjadi guru dengan syarat sudah menempuh programAkta IV.100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

Namun demikian persiapan menjadi guru tidak semata-mata melalui jalurpendidikan formal. Faktor internal yang ada di dalam diri seseorang jugamempengaruhi kesuksesan orang menjadi guru. Kesuksesan bukan dalamarti kaya secara duniawi, melainkan kesuksesan karena ia benar-benar menjadiseorang guru yang berkualitas (profesional) ditinjau dari berbagai aspek. Jikafaktor internal seperti motivasi dan bakat sangat berpengaruh terhadapkesuksesan seseorang menjadi guru, maka tesis yang dikemukan oleh JamesPhopam dalam bukunya “Bagaimana Mengajar Secara Sistematis”, bahwaguru itu dilahirkan bukan dibentuk seolah menjadi pembenaran. Lebih lanjutdikemukakan, tidak setiap guru membutuhkan pertolongan. Beberapa orangmemang benar-benar dilahirkan sebagai guru. Termasuk di dalam golonganini adalah, orang-orang yang tidak pernah memikirkan bagaimana caranyamengajar. Meskipun demikian orang-orang semacam itu tidak banyakmemerlukan pertolongan dalam memperbaiki pengajaran. Mereka sungguhsungguhboleh dikatakan sebagai guru-guru yang berbakat; tidak diragukanlagi mereka itu mampu memberi inspirasi.Dalam konteks ini dapat dianalogikan, meskipun seseorang sudahmenempuh pendidikan keguruan baik itu program diploma atau S1, namunsetelah terjun di dalam kelas tidak menunjukkan performance yang cukupmemadai. Secara materi ia mampu menguasai, namun tidak cukup terampiluntuk menyampaikan materi dengan jelas, menarik sehingga mudahdimengerti oleh siswa.

Kriteria Guru yang Berkualitas

Seorang guru yang ideal menurut Uzer Usman (1992) mempunyai tugas pokokyaitu mendidik, mengajar dan melatih. Oleh karena itu seorang guru harusmemiliki kompetensi. Dalam profesi keguruan kita mengenal istilah kompetensi.Kompetensi itulah yang digunakan untuk menilai apakah seorang guruberkualitas atau tidak. Ada tiga kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu:(1) kompetensi personal, (2) kompetensi sosial, dan (3) kompetensi profesional.

Page 5: Micro Teaching

Kompetensi personal lebih menunjukkan pada kematangan pribadi. Disini aspek mental dan emosional harus benar-benar terjaga. Kompetensi sosiallebih menunjukkan pada kemampuan guru untuk berelasi, berinteraksi. Gurumemperlihatkan keluwesan dalam pergaulan dengan siswa, kepala sekolah,dan juga teman sejawat di tempat ia mengajar. Guru bisa menciptakanpersahabatan yang baik. Keberadaannya memberi manfaat yang positif.Sedangkan kompetensi profesional lebih menunjukkan pada kemampuan yangdimiliki guru sebagai pengajar yang baik.Raka Joni (1979) berdasarkan Komisi Kurikulum Bersama P3G menetapkandan merumuskan bahwa kompetensi profesional guru di Indonesia terdiriatas 10 kompetensi, yakni: (1) menguasai bahan pelajaran; (2) mengelola

Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005 101

Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

program pembelajaran; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan media dansumber belajar; (5) menguasai landasan pendidikan; (6) mengelola interaksibelajar mengajar; (7) menilai prestasi belajar; (8) mengenal fungsi danlayanan bimbingan dan penyuluhan; (9) mengenal dan menyelenggarakanadministrasi sekolah; dan (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitianguna keperluan pengajaran.Dari kesepuluh kompetensi profesional itu menurut hemat penulis dapatdirangkum menjadi dua kompetensi yang paling utama, yaitu menguasai bahanpelajaran dan dapat mengajarkannya dengan jelas dan menarik. Keduakompetensi inilah dalam kondisi objektif belum terpenuhi. Mungkin kita pernahmendengar komentar, “Si guru A itu hebat benar penguasaan materinya tetapitidak bisa mengajar”, atau sebaliknya, “Si guru B itu pandai mengajar tetapiminim penguasaan materi”.

Konsepsi Micro Teaching

Harus diakui bahwa tidak banyak referensi atau buku-buku yang membahassecara khusus tentang konsepsi micro teaching. Tetapi secara singkat dapatdiungkapkan di sini, micro teaching merupakan latihan mengajar yangdiorganisasi di mana ada yang berperan sebagai guru dan lainnya sebagaisiswa dalam kelas. Setiap pelaksanaan mengajar direkam supaya dapat dilihatkembali dan dievaluasi cara mengajarnya. Micro teaching dilakukan di dalamsebuah ruangan yang dilengkapi dengan berbagai alat/barang yang diperlukan.Sejauh pengetahuan dan pengalaman penulis, ruangan tersebut dapat didesainseperti gambar sebagai berikut:

8 Keterangan gambar:

1) speaker; 2) white board; 3)meja dan kursi guru; 4) areamengajar; 5) meja dan kursiaudience; 6) kamera video; 7) TVmonitor dan perangkat untukplayback; 8) pintu

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Page 6: Micro Teaching

Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

Prinsip pelaksanaan micro teaching dapat dijelaskan sebagai berikut: guru/calon guru mengajar di area mengajar. Selama proses itu segala aktivitasguru/calon guru direkam oleh kamera video. Pastikan bahwa gambar danguru dapat terekam dengan jelas. Pihak pengamat, dalam hal ini kepala sekolah,bagian SDM, guru senior yang ditunjuk dapat memperhatikan penampilanguru/calon guru dengan menempatkan diri di kursi dan meja yang telahtersedia. Sekali-sekali pengamat dapat bertanya, berdiskusi dengan guru/calon guru supaya proses mengajar lebih hidup. Speaker dapat ditambahkansepanjang memang dibutuhkan agar suara guru terdengar lebih keras.Setelah selesai, hasil rekaman dapat di diputar kembali (playback) denganmemanfaatkan tv monitor (7). Pada sesi ini calon guru/calon guru dapat melihatkembali penampilannya selama mengajar. Sedangkan pengamat memberipenilaian, menyampaikan kelebihan dan kekurangannya. Di sinilah menjadititik penting untuk melihat, mengevaluasi, memberi pendapat terhadapkelebihan dan kekurangan guru/calon.Dengan demikian micro teaching dapat dijadikan sebuah pendekatan baruyang inovatif dan aplikatif untuk mempersiapkan performance guru agar lebihkapabel.

Prasyarat yang Dibutuhkan untuk MelaksanakanMicro Teaching

Prasyarat utama yang dibutuhkan agar micro teaching dapat berjalan adalah,tersedianya sebuah ruangan khusus yang dilengkapi dengan kamera video,recorder, mic, penerangan yang cukup. Ukuran ruangan tidak ada standaryang baku. Ukuran ruangan bisa antara 8 m x 6 m, atau 8 m x 7 m.Selanjutnya tersedianya sejumlah sarana lainnya layaknya sebuah ruangkelas. Ada white board, meja dan kursi, OHP kalau memang diperlukan. Darisisi SDM, memerlukan seorang teknisi atau operator dan sekaligus bertindaksebagai kameraman. Penguasaan teknis rekaman video/audio menjadiprasyarat mutlak. Karena sekarang era komputer, dan hasil rekaman selaludalam bentuk VCD, maka teknisi itu juga harus terampil memadukan antarakamera video dan komputer agar menjadi sebuah sistem yang berdaya guna.Jika setiap sekolah atau yayasan pedidikan memiliki pendekatan modelmicro teaching dan efektif dalam pelaksanaannya, maka institusi tersebutsudah satu langkah di depan dibandingkan lembaga pendidikan lainnya yangbelum punya. Keberadaan dan operasionalnya dapat dikelola oleh unit, bidang,atau pusat sumber belajar.Aplikasi Micro TeachingDi atas penulis sudah mengemukakan garis besar aplikasi micro teaching.Untuk mempertegas kembali penulis akan menyampaikan secara lebih rinci.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005 103Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

Aplikasi micro teaching dapat berangkat dari sebuah recruitment caloncalonguru. Umpama seorang calon guru sudah lulus tes awal, wawancara,dan psiko test. Tetapi ketiga tahapan itu masih mengandalkan hasil tertulis.

Page 7: Micro Teaching

Menurut hemat penulis itu belumlah cukup. Calon guru harus juga lulus tesmengajar. Calon guru diminta mengajar di ruang micro teaching. Ia harusbenar-benar berperan sebagai guru yang memang sedang mengajar di dalamkelas. Kalau perlu guru diminta untuk membuat kerangka pengajaran. Di sinilahkemampuan mengajar calon guru dipertaruhkan.Aplikasi lainnya dapat juga berangkat dari keprihatinan atas kemampuanmengajar guru. Ini berarti semacam in job training. Guru-guru, baik yangsenior maupun yunior perlu penyegaran/peningkatan keterampilanmengajarnya. Mereka dapat menilai sendiri apakah kemampuan mengajarnyayang selama ini mereka “pertotonkan” di depan kelas sudah cukup memadaiatau belum. Ini juga memberi pernyataan yang tajam agar para guru tidakmengklaim bahwa penampilan mengajarnya sudah yang terbaik.

Garis Besar Pelaksanaan Micro Teaching

Sebelum melaksanakan micro teaching ada beberapa hal yang perludiperhatikan. Berdasarkan sumber yang ada (http://www.ussoccer.com/)disebut dengan istilah Micro Teaching Lesson Plan. Dalam rencana inidisebutkan kesiapan-kesiapan seputar: (1) Peralatan dan bahan. Termasukdi dalamnya transparansi dan OHP, laptop dengan LCD proyektor, layar, spidol,flip chart; (2) Rencana pelajaran. Anda harus lebih fokus untuk persiapanini. Termasuk di dalamnya perumusan tujuan pelajaran, pengaturan prosespelajaran, partisipasi yang diharapkan, alat bantu/media, dan penutupan microteaching; (3) Presentasi. Anda dapat meminta pertolongan orang lain untukmengatur kelas. Tersedia waktu 10 menit untuk presentasi. Jika ternyatamelebih waktu yang tersedia, Anda tetap diizinkan menyelesaikan pelajaranAnda; (4) Orientasi. Tahapan ini fokus pada evaluasi yang dilakukan setelahpresentasi. Anda dapat mengevaluasi keterampilan Anda, yang meliputi:penampilan, cara/metode, keantusiasan, kontak mata dengan siswa,penggunaan visual, partisipasi aktif kelas, hal-hal yang tidak diharapkan tetapiterjadi (lampu OHP padam, interupsi, dll), modulasi suara, intonasi yang bagustidak datar.Secara tegas dapat disebutkan di sini, aspek-aspek yang perlu dievaluasidalam pelaksanaan micro teaching adalah presentasi (volume dan kejelasansuara, kecepatan dan kejelasan ucapan, kontak mata ke kelas, semangat dankeantusiasan); the chalkboard (besar kecil tulisan dan kejelasan tulisan,pengorganisasian materi, penggunaan media pembelajaran, pengaturanwaktu, posisi badan; isi (penguasaan materi, perencanaan topik, kesesuaian

dokumen 2

ARTIKEL JURNAL MIKRO TEACHINGOleh:Dr. Moerdiyanto,M.PdFISE UNY

A. Latar Belakang

Sesuai dengan visi dan misi Universitas Negeri Yogyakarta, produktivitas tenagakependidikan khususnya calon guru, baik dari segi kualitas maupun kuantitas terus mendapatperhatian. Hal ini tampak pada adanya beberapa usaha pembaharuan di berbagai bidang.

Page 8: Micro Teaching

Peningkatan di bidang mutu calon tenaga kependidikan dilakukan melalui pengembanganPraktik Pengalaman Lapangan I (PPL I) yang dikenal dengan Pengajaran atau PembelajaranMikro (Micro Teaching). Pengembangan praktik micro teaching ini diarahkan untukmendukung kompetensi calon guru yang professional. Apalagi dengan disyahkannyaUndang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menuntut adanya kualifikasiguru berpendidikan strata satu (S1). Untuk mewujudkan guru professional yang berkualifikasiS1 tersebut maka Program Pengalaman Lapangan di bidang keguruan, khususnya PPL-1 ataumicro teaching menjadi sangat penting. Micro teaching atau pengajaran mikro harus mampumeningkatkan kemampuan dan wawasan mahasiswa sebagai calon guru agar lebih siap dantangguh dalam memecahkan berbagai masalah kependidikan.Pembelajaran mikro merupakan metode pembelajaran atas dasar performa yangtekniknya dilakukan dengan cara melatihkan komponen-komponen kompetensi dasarmengajar (teaching skill) dalam proses pembelajaran yang disederhanakan ditinjau dariaspek kompetensi mengajar, penguasaan materi, pengelolaan peserta didik, maupunmengelola waktu. Pembelajaran mikro diarahkan dalam rangka pembentukan kompetensiguru sebagai agen pembelajaran seperti yang termuat dalam UU Nomor 14 Tahun 2005.Pembelajaran mikro juga diarahkan untuk pembentukan kompetensi berdasarkan PeraturanPemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, di mana dalamBab VI pasal 3 dimuat bahwa kompetensi guru meliputi: (1) kompetensi paedagogik, (2)kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional, dan (4) kompetensi sosial.Pelaksanaan pembelajaran mikro selama ini memiliki beberapa kelemahan.Kelemahan pembelajaran mikro antara lain: (a) penggunaan teman sejawat sebagai murid,akan dirasakan sebagai ”sandiwara” saja sehingga tidak terwujud situasi pembelajaran yangwajar; (b) latihan yang berulang-ulang dengan menggunakan murid dan bahan materi yangsama dapat mengakibatkan kejenuhan; (c) supervisor oleh seorang dosen pembimbing tanpamelibatkan guru sekolah dirasa kurang sesuai dengan realita dis ekolah; dan (d) pembekalanyang hanya dilakukan satu kali dirasakan materinya masih sangat kurang. Kelemahankelemahantersebut memerlukan upaya pemecahan serius agar mutu pembelajaran mikrolebih mendekati realita di sekolah sehingga pengalaman mengajar mahasiswa calon gurumeningkat.Pada konteks penelitian ini, kelemahan-kelemahan praktik micro teaching yangkonvensional tersebut sistem dan modelnya perlu dikembangkan ke sistem dan modelkontemporer. Sistem mandiri dalam pelaksanaan praktik perlu dikembangkan ke sistemkerjasama dengan pihak sekolah mitra. Model micro teaching dengan siswa teman sejawat(peer student) juga perlu dikembangkan. Upaya tersebut dilakukan dengan ujicoba modelbaru dalam praktik pembelajaran mikro, yaitu micro teaching by real student. Model inidilakukan melalui sistem kerjasama dengan sekolah menengah mitra sehingga siswa dalampraktik mengajar adalah riil. Dengan model ini diharapkan situasi pembelajaran menjadiwajar seperti halnya di sekolah dan mampu mendorong praktikan untuk mempersiapkan dirilebih serius dan mantap. Apalagi supervisor pada saat praktik mengajar juga dilakukan olehguru, akan mampu meningkatkan rasa malu pada praktikan jika tidak menguasai materi danketerampilan dasar mengajar. Atas dasar permasalahan dan argumentasi upaya pemecahanmasalah seperti dimaksud, maka penelitian pengembangan ini dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka masalah penelitian ini dapatdirumuskan sebagai berikut:1. Bagaimanakah sistem pembelajaran mikro yang efektif bagi mahasiswa calon guruprofesional?2. Bagaimanakah model pembelajaran mikro yang mampu membekali mahasiswa calon

Page 9: Micro Teaching

guru profesional?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan pembelajaran mikro di Fakultas Ilmu SosialUniversitas Negeri Yogyakarta ini adalah:1. Menemukan suatu sistem dan model pembelajarn mikro yang inovatif, efektif dan efisienbagi pencapaian kompetensi mengajar mahasiswa calon guru.2. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme calon guru.

D. Kajian Teoritik1. Kompetensi Guru dan Pembelajaran Mikro

Guru sebagai tenaga professional bertugas merencanakan dan melaksanakanpembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,melakukan penelitian, membantu pengembangan dan pengelolaan programsekolah sertamengembangkan profesionalitasnya (Depdiknas, 2004:8). Sesuai dengan tugas-tugas gurutersebut, fungsi guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih pengembangprogram, pengelola program dan berfungsi sebagai tenaga profesional. Tugas dan fungsi diatas menggambarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru profesional. BerdasarkanPeraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, dimuatbahwa kompetensi guru meliputi: (1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi kepribadian,(3) kompetensi profesional, dan (4) kompetensi sosial. Keempat standar kompetensi gurutersebut dikemas dengan menempatkan manusia sebagai makhluk Tuhan yang beriman danbertaqwa, dan sebagai warga negara Indonesia yang demikratis dan bertanggungjawab.Pembimbingan calon guru dalam pembelajaran mikro harus diarahkan padapembentukan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran sepertiu dimaksud di atas. Olehkarena itu, para guru harus memperoleh bekal yang memadai agar mampu menguasaisejumlah kompetensi tersebut, baik melalui preservice maupun inservice training. Salah satubentuk preservice training adalah pembentukan keterampilan mengajar (teaching skill).Secara praktis, bekal keterampilan mengajar dapat dilatihkan melalui kegiatan microteaching atau pembelajaran mikro.Keterampilan mengajar merupakan kompetensi kompetensi profesional guru yangcukup kompleks, karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh danmenyeluruh. Ada delapan keterampilan mengajar yang berperan terhadap kualitaspembelajaran, yaitu (1) kerampilan bertanya, (2) memneri penguatan, (3) mengadakanvariasi, (4) kemampuan menjelaskan, (5) membuka dan menutup pelajaran, (6)membimbing diskusi kelompok kecil, (7) mengelola kelas, (8) mengajar kelompok kecil danperorangan. Keterampilan mengajar itu harus dikuasai secara utuh dan terintegrasi, sehinggadiperlukan latihan yang sitematis melalui micro teaching atau pembelajar mikro ataupengajaran mikro (Mulyasa, 2005: 69-92).Pelaksanaan pembelajaran mikro memerlukan tempat yang sengaja dirancanguntuk itu yaitu laboratorium micro teaching. didesain dalam rangka membina calon guruagar menguasai keterampilan kognitif, afektif, psikomotorik, reaktif, dan interaktif.Laboratorium micro teaching mempunyai beberapa fungsi antara lain:(1) Fungsi Instruksional yaitu menyediakan fasilitas praktik bagi calon guru untuk berlatihdan memperbaiki atau meningkatkan keterampilan pembelajaran, yang pada hakekatnyamerupakan latihan penerapan pengetahuan, metode dan teknik mengajar, dan atau ilmukeguruan yang telah dipelajari secara teoritik.(2) Fungsi pembinaan, yaitu menyediakan kemudahan untuk membina keterampilan dan ataumengembangkan keterampilan-keterampilan khusus tentang teknik-teknik mengajar

Page 10: Micro Teaching

yang efektif bagi tenaga kependidikan.(3) Fungsi diagnostik, yaitu menyediakan fasilitas dan kondisi spesifik untuk membimbingcalon guru yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan keterampilan tertentu dalamproses belajar mengajar.(4) Fungsi integratik, yaitu merupakan bagian integral program pengalaman lapangan (PPL)serta merupakan mata kuliah prasyarat PPLdan berstatus sebagai mata kuliah wajib lulusdengan nilai minimum B.(5) Supervisi, yaitu bahwa laboratorium micro teaching dapat digunakan untukmeningkatkan keterampilan mengajar, sehingga pada gilirannya mahasiswa mampumemberikan bimbingan profesional kepada guru-guru di sekolah.(6) Fungsi eksperimental. Laboratorium micro teaching berfungsi sebagai bahan ujicobabagi para pakar pendidikan. Jika seorang ahli yang berdasarkan hasil penelitiannya telahmenemukan suatu model pembelajaran, maka penemuan tersebut dapat diujicobakan dilaboratorium micro teaching. Dengan demikian, hasilnya dapat dievaluasi di mana letakkelemahan atau kekuatannya, selanjutnya dilakukan perbaikan seperlunya (EdedTarmedi, 2005: 2-3).

2. Tujuan dan manfaat Pembelajaran Mikro

Secara umum, pembelajaran mikro bertujuan membentuk dan mengembangkankompetensi dasar mengajar sebagai bekal praktik mengajar di sekolah/lembaga pendidikandalam PPL. Secara khusus tujuan pembelajaran mikro sebagai berikut.(1) Membentuk dan meningkatkan kompetensi dasar mengajar terbatas(2) Membentuk dan meningkatkan kompetensi dasar mengajar terpadu dan utuh.,(3) Membentuk kompetensi kepribadian.(4) Membentuk kompetensi sosial.Manfaat pembelajaran mikro yang dilatihkan secara intensif akan memberikanmanfaat bagi mahasiswa, terutama dalam hal-hal sebagai berikut: (1) mahasiswa menjadipeka terhadap fenomena yang terjadi di dalam proses pembelajaran, (2) mahasiswa menjadilebih siap untuk melakukan kegiatan praktik pembelajaran di sekolah/lembaga pendidikan,(3) mahasiswa dapat melakukan refleksi diri atas kompetensinya dalam mengajar, dan (4)mahasiswa menjadi lebih mengenal dan memahami kompetensi guru sehingga mereka dapatberpenampilan sebagai guru.

3. Keterampilan Dasar Mengajar Terpadu yang Dilatihkan dalam micro teaching

Keterampilan dasar mengajar terpadu adalah berbagai keterampilan dasar mengajar yangperlu dilatihkan kepada mahasiswa pada saat praktik pembelajara mikro. Keterampilanmengajar tersebut sudaha merupakan bentuk perpaduan dari beberapa keterampilan mengajar,mulai dari keterampilan menyusun rencana pembelajaran (RP) sampai dengan keterampilanproses pembelajaran. Masing-masing keterampilan tersebut dapat dijelaskan seperti berikut.(1) Keterampilan Menyusun Rencana Pembelajaran (RP). Keterampilan dilatihkan pada saatmahasiswa akan mempersiapkan praktik pembelajaran mikro. Keterampilan yangdilatihkan meliputi: (a) merumuskan kompetensi dasar, (b) menentukan materi pokok, (c)mengintegrasikan pengalaman belajar berwawasan contectual teaching and learning, (d)mengintegrasikan kecakapan hidup dalam materi pokok, (e) merumuskan indikatorpencapaian, (f) merumuskan alat penilaian, (g) menentukan alat dan media pembelajaran,(h) merencanakan skenario pembelajaran.(2) Keterampilan Mengajar. Keterampilan yang dlatihkan pada saat mahasiswa praktk microteaching di laboratorium adalah: (a) membuka dan menutup pelajaran, (b)menyampaikan materi, (c) melaksanakan interaksi pembelajaran, (d) mempergunakan

Page 11: Micro Teaching

bahasa komunikasi, penampilan, gerak, dan waktu, serta (e) melaksanakan evaluasibelajar.Penguasaan kedua keterampilan diharapkan calon guru akan mampu mengelolakegiatan belajar mengajar dengan baik, efektif, efisien untuk mencapai tujuan pembelajarantetapi juga menyenangkan/memuaskan kedua belah pihak, baik bagi guru maupun bagisiswanya. Kemampuan mengelola KBM yang demikian adalah merupakan kompetensiprofesional bagi guru.

4. Keunggulan dan Kelayaan Praktik micro teaching di FISE UNY

Kegiatan praktik micro teaching di FISE UNY dilaksanakan berdasarkan hasilevaluasi kegiatan praktik pembelajaran mikro dari tahun ke tahun. Rencana praktik microteaching didesain: (a) ada kuliah tatap muka untuk belajar teori mengajar, dan (b) praktikuntuk berlatih di laboratorium micro teaching. Sebelum mahasiswa melakukan praktik microteaching mereka diberi pembekalan tentang etika guru, kompetensi guru dan mekanismepraktik micro teaching. Pembekalan praktik micro teaching melibatkan jajaran pimpinanfakultas maupun jurusan/program studi di samping peranserta aktif dari dosen pembimbingpraktik micro teaching masing-masing program studi. Pada pembekalan ini, instrumensupervisi juga diperbaiki sesuai dengan tuntutan profesionalisme guru.Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) sebagai pioneer pengadaan laboratoriummicro teaching modern dilengkapi fasilitas multimedia dan sarana dokumentasi yangmemadai, mencoba melaksanakan praktik micro teachingby real student (MTBRS) secaraterpusat di laboratorium. Praktik micro teaching model kontemporer ini dilakukan denganmendatangkan guru dan murid sekolah menengah mitra. Murid hadir sebagai audien, danguru hadir sebagai supervisor. Dengan tekad itu diharapkan hasil pelatihan pada praktik inimampu memberikan bekal yang memadai bagi calon guru untuk memasuki praktik mengajarsesungguhnya di sekolah-sekolah.Kehadiran siswa dan guru dalam praktik micro teaching tersebut memungkinkanmahasiswa praktikan mengetahui lebih awal mengenai kondisi pembelajaran sesungguhnyadi sekolah. Kehadiran siswa juga memberikan suasana yang alami dalam pembelajaran dikelas. Guru yang hadir dapat memberikan masukan saran perbaikan penamp-ilanmengajarnya kepada mahasiswa. Supervisor yang lebih dari satu karena adanya bantuan dariguru juga akan memberikan koontribusi positif pada mahasiswa karena hasil pengamatanlebih obyektif, dan saran yang lebih banyak dari supervisor. Pada model baru ini supervisorjuga melibatkan dosen senior, pejabat fakultas, pejabat jurusan/program studi dalam rangkameningkatkan kinerja dosen pembimbing dalam melatih dan mensupervisi mahasiswapraktikannya. Kehadiran mereka mampu meningkatkan semangat berlatih mahasiswa, karenamerasa diperhatikan sehingga kinerja pelatihan meningkat. Akhirnya diharapkan atasdukungan semua fihak, keberadaan sarana prasarana, dan dana yang memadai programpengembangan praktik micro teaching ini dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana. Hasilinovasi ini juga diharapkan mampu memberikan bekal yang optimum kepada mahasiswamenuju profesionalisme guru di masa depan.

5. Kontribusi Micro Teaching By Real Student pada Kualitas Kompetensi Mengajar

Pengembangan model Micro Teaching By Real Student terhadap peningkatan kualitaskemampuan mengajar mahasiswa calon guru di FISE UNY adalah seperti berikut.(1) Mahasiswa memiliki pengalaman langsung menghadapi peserta didik, sehingga merekamengenali benar karakteristik peserta didik yang sesungguhnya sesuai dengan kondisi riilyang akan mereka hadapi pada saat real teching di kemudian hari.(2) Mahasiswa memperoleh masukan dan saran langsung dari dosen pembimbing dan guru

Page 12: Micro Teaching

selaku supervisor pada saat praktik Micro Teaching.(3) Sekolah (siswa dan guru) memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalampembentukan tenaga kependidikan (guru) yang profesional.

E. Metode Penelitian1. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa seluruh mahasiswa Fakultas IlmuSosial dan Ekonomi (FISE) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang melaksanakanpraktik Program Pengalaman Lapangan I (PPL-1) pada semester genap tahun akademik2005/2006 sejumlah 463 orang mahasiswa enam jurusan kependidikan yang terbagimenjadi 45 kelompok. Adapun perinciannya meliputi mahasiswa jurusan PendidikanAdministrasi Perkantoran (ADP) sebanyak 108 orang, Pendidikan Akuntansi (AKT) 105orang, Pendidikan Ekonomi Koperasi (EK) 70 orang, Pendidikan Geografi (GEO) 60orang, Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) 60 orang, dan Pendidikan Sejarah (SEJ) 60orang.Sampel penelitian ditentukan berdasarkan model Cochran dengan nisbah pria danwanita 70:30, taraf kepercayaan 95%, pada taraf kesalahan 5%, maka jumlah sampleyang diperlukan ada sebanyak 60 orang mahasiswa. Pengambilan sample dilakukandengan teknik proportional random sampling. Teknik ini ini dipakai karenamemperhitungksn banyaknya siswa dari masing-masing jurusan tidak sama. Hal inidimaksudkan agar karakteristik populasi terwakili secara optimal di dalam sampel.Sampel terdiri dari 12 orang dari jurusan Pendidikan Administrasi perkantoran, 12 orangmahasiswa pendidikan akuntansi, dan jurusan pendidikan ekonomi koperasi, geografi,kewarganegaraan, dan sejarah masing-masing 8 orang.2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini termasuk survei, yang dimaksudkan untuk mengambil suatugeneralisasi yang terbatas pada sampel, menjadi kesimpulan yang berlaku umum bagipopulasi. Data penelitian dijaring melalui instrumen berupa angket berskala Likert yangbersifat tertutup. Namun demikian skala Likert tersebut dimodifikasi dari lima opsijawaban menjadi tiga opsi jawaban saja untuk memudahkan persepsi mahasiswa dalammemilih jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Hal ini dilakukan karena sesuai teori,waktu moderat untuk menjawab angket tidak lebih dari 20 menit agar obyektivitasresponden dapat dijamin, karena responden tidak terlalu banyak berfikir yangmengakibatkan jawaban bias tidak sesuai realita.Pengumpulan data dilakukan melalui forum pertemuan bersama, yaitu setelahmahasiswa selesai melakukan praktik micro teaching, responden yang terpilihdikumpulkan dalam satu ruangan untuk mengisi angket secara bersama-sama. Teknik inidigunakan dengan maksud agar data dari responden masuk seluruhnya dan waktumengisinya relative sama. Melalui cara demikian diharapkan jawaban respondenmenjadi valid.

3. Instrumen

Instrumen penelitian meliputi dua aspek , yaitu aspek keterampilan menyusunrencana pembelajaran, dan aspek keterampilan mengajar yang dilakukan olehpraktikan. Aspek keterampilan menyusun rencana pembelajaran terdiri dari 4 indikatoryaitu (1) pemahaman kurikulum mata pelajaran, (2) kemampuan memilih rancangan

Page 13: Micro Teaching

metode dan media yang digunakan, (3) kemampuan menyusun scenario pembelajaran,dan (4) intensitas konsultasi dengan pembimbing. Instrumen keterampilan menyusunrencana pembelajaran ini dijabarkan menjadi 17 butir pertanyaan.Aspek keterampilan mengajar terdiri dari indikator yaitu (1) keterampilanmelaksanakan standar operasional dan prosedur mengajar, (2) keterampilan menegakkandisiplin jadwal, (3) intensitas bimbingan, dan (4) kepuasan praktikan. Instrumenketerampilan ini dijabarkan menjadi 20 butir pertanyaan. Opsi jawaban pertanyaan terdiridari tiga pilihan (opsi) yaitu kurang dengan skor 1, cukup dengan skor 2 dan bagusdengan skor 3.

4. Teknik Analisis Data

Untuk mengungkap sikap praktikan mengenai keterampilan mereka padarencana pembelajaran dan kemampuan mengajar selama praktik micro teaching, makadata yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan analisis inferensial. Analisisdeskriptif akan memperlihatkan nilai-nilai tendensi sentral yaitu rerata, median danmode. Berdasarkan nilai-nilai tendensi sentral tersebut dapat ditentukan bagaimanasikap mahasiswa praktikan micro teaching di FISE UNY.Teknik analsisis inferensial digunakan untuk melihat perbedaan persepsi tentangketerampilan mahasiswa setelah mengikuti praktik micro teaching. Analisis Uji-t akanmemperlihatkan bagaimana perbedaan keterampilan praktikan sebelum menggunakanaudien siswa sekolah menengah (real student) dengan setelah menggunakan real student.Apakah perbedaan tersebut signifikan ataukah tidak signifikan?. Dengan analisis tersebutdapat dipakai sebagai dasar penarikan kesimpulan dan rekomendasi apakah programmicro teaching by real student ini dilanjutkan atau tidak dilanjutkan.F. Hasil Penelitian1. Pelaksanaan praktik di laboratorium Micro Teaching FISE UNY.

Pada tahun akademik 2006 mahasiswa yang melaksanakan praktik microteaching sebanyak 463 orang, terdiri dari 6 jurusan kependidikan yaitu pendidikan Adp,Akt, EK, Geo, PPKn, dan Sejarah yang masing-masing jurusan secara berturut-turutsebanyak 108 orang, 105 orang, 70 orang, 60 orang, 60 orang, dan 60 orang mahasiswa.Seluruh mahasiwa dibagi menjadi 45 kelompok. Dalam periode satu minggulaboratorium micro teaching FISE hanya dapat melayani 30 kelompok. Sehinggauntuk mencapai jumlah minimum praktik delapan kali, maka laboratorium tidakmampu menampung seluruh kelompok. Oleh karena itu pelaksanaan praktik terpaksaada yang dilakukan di ruang kelas di luar laboratorium sesuai jadwal yang ditetapkan.Mahasiswa dalam melaksanakan praktik mengajar mikro tidak dapat menggunakanlaboratorium secara terus menerus dengan sistem blok waktu. Mereka menggunakanlaboratorium secara bergantianantara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Sebagaicontoh, pada hari selasa minggu pertama jam I kelompok I jurusan Akuntansimelakukan praktik di Laboratorium, sementara kelompok II praktik di ruang kelasbiasa. Sebaliknya pada hari senin minggu kedua, kelompok II praktik di laboratoriumdan kelompok I praktik di ruang kelas biasa. Jadwal demikian diberlakukan seterusnyahingga akhir semester genap 2005/2006. Hal yang sama juga dilaksanakan untukmahasiswa jurusan kependidikan lainnya di FISE UNY. Jadwal yang disepakati adalah:(a) hari senin untuk mahasiswa jurusan ADP, selasa untuk AKT, rabu untuk EK, kamisdigunakan untuk Geo, jumat untuk PPKn dan sabtu untuk pendidikan Sejarah.

Page 14: Micro Teaching

Dosen pembimbing praktik pengajaran mikro ada sebanyak 45 orang, yangterdiri dari 10 orang dosen jurusan ADP, 10 orang AKT, 7 orang EK, 6 orang Geo, 6orang PPKn, dan 6 orang Sejarah. Seluruh dosen pembimbing telah melaksanakantugasnya dengan baik sesuai jadwal sehingga kegiatan praktikum telah dapatdiselesaikan tepat pada waktunya. Jadwal bimbingan praktik seperti berikut ini.Tabel : Jadwal Bimbingan Praktik Pengajaran MikroNo Hari Jurusan Pembimbing % keterlaksanaan01 Senin Pendidikan ADP 10 orang 100% sesuai02 Selasa Pendidikan AKT 10 orang 100% sesuai03 Rabu Pendidikan EK 7 orang 100% sesuai04 Kamis Pendidikan Geo 6 orang 100% sesuai05 Jumat Pendidikan PKn 6 orang 100% sesuai06 Sabtu Pendidikan Sej. 6 orang 100% sesuaiTotal 6 hari kerja 6 jurusan 45 orang 100% sesuaiBerdasarkan realisasi jadwal pelaksanaan praktik yang dibimbing oleh dosenpembimbing yang sekaligus sebagai supervisor dapat dinyatakan bahwa praktikpengajaran mikro berjalan lancar sesuai jadwal yang ditetapkan. Ketaatan praktikpembimbingan sesuai jadwal tersebut sangat berarti karena studio/laboratorium microteaching yang tersedia hanya 1 unit, sementara jumlah mahasiswa praktikan yangmempergunakan sangat banyak. Apabila terjadi ketidaktaatan jadwal tentu akanmengakibatkan kekacauan jadwal praktik pengajaran mikro untuk jurusan/program studilainnya. Oleh karena itu dari sisi pelaksanaan jadwal praktik dapat dinyatakan sukses atauberhasil.Hasil kelulusan yang dicapai dalam pelaksanaan praktik pengajaran mikro adalahseperti berikut.Tabel : Hasil Kelulusan Praktik Pengajaran MikroNo Jurusan Jumlah peserta Jumlah lulus % Kelulusan01 Pendidikan ADP 108 orang 105 orang 97,22 %02 Pendidikan AKT 112 orang 112 orang 100 %03 Pendidikan EK 70 orang 70 orang 100 %04 Pendidikan GEO 60 orang 58 orang 94,40 %05 Pendidikan PPKn 60 orang 58 orang 94,40 %06 Pendidikan SEJ 60 orang 60 orang 100 %Total 6 Jurusan Kepend. 463 orang 456 orang 97,67 %Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa tingkat kelulusan praktik sangat optimumyaitu 97,67%. Tingkat kegagalan 2,33% semata-mata hanya diakibatkan oleh kelalaianpraktikan yang tidak aktif melaksanakan praktik pengajaran mikro.

2. Rekaman pelaksanaan pengajaran mikro.

Mahasiswa yang melaksanakan praktik Micro teaching (pengajaran mikro) didalam laboratorium direkam dengan peralatan kamera yang telah terpasang secarapermanen. Masing-masing kelompok direkam sebanyak dua kali yaitu pada pelaksanaanpraktik di awal dan pertengahan semester. Hasil perekaman ini dipakai olehpembimbing untuk: (a) menunjukkan kesalahan-kesalahan praktikan, (b) menunjukkankemajuan yang dicapai, dan (c) evaluasi untuk perbaikan praktikan pada praktikselanjutnya agar diperoleh keterampilan yang memadai. Hasil rekaman ini dapat di copyoleh mahasiswa praktikan untuk feedback tentang kelemahan-kelemahan laten yang ada

Page 15: Micro Teaching

pada diri masing-masing parktikan.Berdasarkan pengakuan praktikan, analisis terhadap hasil rekaman sikap,keterampilan, mental dan penguasaan materi mahasiswa dirasakan sangat besarmanfaatnya. Hal ini terjadi karena mahasiswa merasa bahwa masukan saran darisupervisor sangat riil sesuai kondisi yang terjadi seperti dalam rekaman. Dengandemikian mahasiswa merasa lebih mantap, senang, dan banyak sikap dan perilaku nehyang tidak mereka sadari terjadi pada saat praktik akibat grogi dan kurang percaya diri.

3. Guru Sekolah sebagai observer.

Pelaksanaan pembelajaran mikro tahun 2006 di FISE telah mendatangkan guru sebagaiobserver tamu. Kehadiran guru tamu sebagai observer ini dimaksudkan untuk dapatmemberikan masukan langsung kepada praktikan. Masukan berupa saran-saranperbaikan tersebut terdiri dari : (a) berbagi pengalaman mengajar dari guru tamukepada praktikan agar mahasiswa siap dengan penguasaan berbagai keterampilanmengajar dan kesiapan fisik dan mental sebagai guru; (2) saran untuk sinkronisasilatihan mengajar yang dilaksanakan pada praktik micro teaching dengan tuntutanpembelajaran riil di sekolah.Guru tamu sebagai observer yang hadir di FISE UNY melakukan obervasipelaksanaan praktik mengajar mikro pada praktikan di masing-masing jurusan selama100 menit untuk setiap kehadiran. Masing-masing guru maksimal hadir 2 kali selamaperiode praktik di semester genap 2005/2006. Adapun jumlah guru tamu yang hadirsebagai observer adalah seperti berikut ini.Tabel Guru Tamu sebagai Observer Praktik Pengajaran MikroNo Jurusan Jumlah guru observer Jumlah hari01 Pendidikan ADP 4 orang 2 hari02 Pendidikan AKT 4 orang 2 hari03 Pendidikan EK 5 orang 2 hari04 Pendidikan GEO 2 orang 1 hari05 Pendidikan PKn 2 orang 1 hari06 Pendidikan SEJ 2 orang 1 hariJumlah 6 Jurusan 19 orang 9 hariAtas dasar jumlah guru tamu yang dapat dihadirkan dan jumlah hari kehadirandalam rangka pelaksanaan observasi tamu, tampak bahwa guru tamu telah melampauitarget minimal. Jumlah guru tamu di jurusan pendidikan administrasi perkantoran,akuntansi dan ekonomi koperasi lebih besar dari target minimal yaitu 2 orang. Bahkanguru tamu di jurusan pendidikan ekonomi koperasi yang jumlah mahasiswanya 70orang, guru tamu yang hadir 5 orang, lebih banyak dari guru tamu di jurusanpendidikan akuntansi yaitu 4 orang dengan jumlah mahasiswa 105 orang.Pada pelaksanaan praktik mengajar mikro, kehadiran guru tamu sangatmendorong mahasiswa untuk persiapan mengajar lebih banyak dan lebih intensif.Mereka menyatakan merasa malu jika tampilan di saat praktik jelek, tidak menguasaimateri, grogi dan tidak percaya diri. Untuk itu maka mereka belajar danmempersiapkan diri lebih keras dengan cara menguasai materi, menyiapkan media, danmenggunakan strategi yang lebih banyak melibatkan aktivitas belajar siswa.

4. Optimasi Observer dengan melibatkan dosen senior.

Page 16: Micro Teaching

Untuk optimasi kegiatan praktik pengajaran mikro, di FISE UNY juga adaupaya untuk menambah jumal observer. Jika selama ini observer hanya dilakukan olehseorang dosen pembimbing, maka pada praktikum model baru ini ditambah denganseorang observer yaitu seorang dosen senior atau guru observer tamu. Padapelaksanaannya ternyata tidak mengalami hambatan. Dosen senior dengan senang hatibersedia untuk melakukan observasi praktik pengajaran mikro untuk masing-masingkelompok satu kali.Keterlibatan observer dari dosen senior mampu memberikan iklim tersendiribagi praktikan. Praktikan menjadi lebih serius mempersiapkan diri dalam penyusunanrencana pembelajaran maupun praktik pengajaran mikronya. Selain itu, praktikan jugamemperoleh masukan dan saran-saran perbaikan yang sangat mantap dan berwibawadari dosen senior. Menurut pengakuan mahasiswa praktikan, mereka merasa lebihbanyak mempersiapkan fisik, mental, keterampilan dan penguasaan materi manakalamereka akan diobservasi oleh dosen senior.

5. Siswa Sekolah Menengah sebagai Real student pada Pengajaran Mikro

Untuk keperluan praktik micro teaching by real student, maka FISE UNYmendatangkan siswa dari sekolah menengah di lingkungan Dinas Pendidikan provinsiDaerah Istimewa Yogyakarta sebagai mitra kerja. Adapun sekolah yang dimintapartsisipasinya dalam pelaksanaan praktik mengajar mikro dengan real student iniadalah seperti berikut ini.Tabel : Sekolah Menengah Mitra kerja Praktik Pengajaran MikroNo Nama sekolah mitra Jumalh siswayang hadirJurusan yangmenggunakan01 SMP Negeri I Kota Yogyakarta 40 orang Pend. PKn02 SMP Negeri IX Kota Yogyakarta 40 orang Pend. Geo03 SMP Negeri II Depok Sleman 40 orang Pend. Sej.04 SMA Negeri IX Kota Yogyakarta 39 orang Pend. EK05 SMA Negeri I Kalasan 39 orang Pend. AKT06 SMK Negeri I Depok Sleman 40 orang Pend. AKT07 SMK Negeri I Tempel 39 orang Pend. ADPJumlah 277 orang 7 sekolahAtas dasar jumlah siswa yang hadir sebagai audien praktik pengajaran mikro diFISE UNY, dapat dinyatakan cukup memadai. Hal ini berkenaan dengan adanyaketerbatasan ruang studio micro teaching yang hanya satu dan hanya memuat 10-15orang siswa. Oleh karena itu jumlah siswa selebihnya digunakan untuk menjadi audienpraktik pengajaran mikro di ruang kelas di luar studio. Namun karena di ruang kelastersebut tidak tersedia fasilitas perekaman, maka kesempatan tersebut sangatdisayangkan.

6. Kinerja Praktik Pengajaran Mikro Berdasarkan Data Kuantitatif.

Untuk menilai kinerja praktik pengajaran mikro, dilakukan denganmembandingkan pengakuan praktikan (sebagai responden penelitian ini) mengenaitingkat keterampilan teknis, penguasaan materi, sikap dan kesiapan mental serta

Page 17: Micro Teaching

kepuasan yang dirasakan setelah mengikuti praktik pengajaran mikro. Keterampilan,penguasaan materi, sikap mental dan kepuasan tersebut terkait dengan dua dimensipraktik yaitu meliputi (1) kemampuan dalam penyusunan rencana pembelajaran dan(2) kemampuan dalam pengajaran mikro.Pengakuan praktikan dalam penelitian ini tercermin pada jawaban merekapada angket yang disampaikan kepada mahasiswa setelah mereka menyelesaikankegiatan praktiknya. Kegiatan praktik mengajar mikro mahasiswa FISE UNY padatahun 2006 ini dilakukan dengan 2 (dua) model. Model pertama, yaitu praktikpengajaran mikro menggunakan teman sebagai audien yang disebut “Micro teaching bypeer student”. Model kedua adalah praktik pengajaran mikro menggunakan siswasekolah menengah sebagai audien yang disebut “Micro teaching by real student”.Mengingat adanya keterbatasan waktu, biaya, dan fasilitas praktik pengajaran mikro,maka selama minimum 8 (delapan) kali pelaksanaan praktik pada semester genap2005/2006, mahasiswa praktik 7(tujuh) kali model “Micro teaching by peer student”dan 1 (satu) kali “Micro teaching by real student”. Real student didatangkan dari siswasekolah menengah mitra lingkungan dinas pendidikan Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta. Setelah mereka menyelesaikan praktik dengan masing-masing model diatas, kemudian praktikan tersebut diminta pendapatnya tentang keterampilan dalampenyusunan rencana pembelajaran, dan keterampilan mengajarnya melalui pengisianangket. Setelah angket terkumpul diberikan skor. Selanjutnya data tersebut ditabulasimenggunakan program SPSS seri 11.00. Data dianalisis dengan teknik Uji-t atauCompare mean. Hasil analisis deskriptif mengenai aspek keterampilan menyusunpersiapan mengajar dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel : Skor rata-rata Keterampilan Menyusun Rencana PembelajaranModel Micro teaching Jumlah resp Skor rata-rata Standar Dev.Model by Peer Student 60 mahasiswa 37,10 4,28Model by Real Student 60 mahasiswa 41,03 4,29skor rata-rata - 3,93 (10,59%)Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa skor rata-rataketerampilan menyusun rencana pembelajaran dengan model praktik micro teachingby real student lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata model praktik microteaching by peer student. Selisih skor keduanya sebesar 3,93 atau 10,59%.Kenaikan skor keterampilan ini diakibatkan oleh meningkatnya mutu persiapan danbimbingan dosen pada saat mahasiswa akan melaksanakan praktik pengajaran mikro.Pada saat mereka praktik dengan teman sendiri sebagai siswa (peer student) merekapersiapan materi, teknik mengajar, fisik dan mental seadanya. Sedangkan pada saatakan praktik menghadapi siswa riil dari sekolah, mereka persiapannya jauh lebihintensif. Hal ini dilakukan untuk mengangkat harga diri jangan sampai merekadipermalukan oleh siswanya di depan kelas. Di sinilah efek penting adanya praktikmicro teaching yang mendatangkan siswa riil dari sekolah mitra. Hanya saja sebagaikonsekuensinya adalah diperlukan biaya yang mahal dan kemitraan yang baik dengansekolah.Hasil analisis deskriptif mengenai keterampilan mengajar mahasiswapraktikan dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel : Skor rata-rata Keterampilan MengajarModel Micro teaching Jumlah responden Skor rata-rata Std. Dev.Model by Peer Student 60 mahasiswa 43,35 5,37Model by Real Student 60 mahasiswa 46,98 4,91

Page 18: Micro Teaching

Selisi skor rata-rata - 3,63 (8,37%) -Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa derajat keterampilanmengajar dengan model micro teaching by real student lebih tinggi dibandingkandengan skor rata-rata model praktik micro teaching by peer student. Selisih skorsebesar 3,63 atau 8,37%. Kenaikan skor keterampilan ini diakibatkan oleh intensitaslatihan mengajar sebelum praktik di laboratorium dilaksanakan. Pada saat merekapraktik dengan teman sendiri sebagai siswa (peer student) mereka persiapan materi,teknik mengajar, fisik dan mental kurang optimal, sedangkan pada saat praktikdengan model micro teaching by peer student, persiapan hingga pelaksanaannyasangat mantap penuh rasa percaya diri.Hasil analisis deskriptif mengenai keterampilan menyusun persiapanmengajar dan keterampilan mengajar sebagai satu kesatuan, dapat dilihat ditabelberikut ini.Tabel : Skor rata-rata Kinerja Total (persiapan dan keterampilan mengajar)Model Micro teaching Jumlah responden Skor rata-rata Std. Dev.Model by Peer Student 60 mahasiswa 80,45 7,67Model by Real Student 60 mahasiswa 88,02 7,86Selisi skor rata-rata - 7,57 (9,40%) -Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kinerja total kompetensimengajar dengan model micro teaching by real student lebih tinggi dibandingkandengan skor rata-rata model praktik micro teaching by peer student. Selisih skorsebesar 7,57 atau 9,40%. Kenaikan skor kompetensi ini diakibatkan oleh intensitaslatihan menyusun rencana hingga pelaksanaan mengajar sebelum praktik dilaboratorium dilaksanakan. Pada saat mereka praktik dengan teman sendiri sebagaisiswa (peer student) mereka persiapan materi, teknik mengajar, fisik dan mentalkurang optimal, sedangkan pada saat praktik dengan model micro teaching by peerstudent, persiapan hingga pelaksanaannya sangat mantap penuh rasa percaya diri.Selanjutnya, hasil analisis perbandingan rerata (compare mean) dengan Uji-tantara model micro teaching by real student dan model praktik micro teaching bypeer student adalah seperti berikut ini.Tabel : Skor rata-rata Kinerja Total (persiapan dan keterampilan mengajar)Aspek yang dinilai Model MT Jumlah Res. Koefisien t Sig. valueKinerja MenyusunRencanaPembelajaranPeer studentReal student60 orang-5.310,00Kinerja PraktikPengajaranMikroPeer studentReal student60 orang-4,090,00

Page 19: Micro Teaching

KInerja TotalKompetensipraktikanPeer studentReal student60 orang-5,690,00Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa koefisien nilai t negatifyang berarti nahwa kinerja praktik pengajaran mikro setelah penggunaan model baruyaitu micro teaching by real student mengakibatkan adanya perbaikan kinerjapengajaran. Secara individual, masing-masing aspek kemampuan dapat dijelaskan:a. Terdapat perbedaan yang positif dan sangat signifikan kemampuan menyusunRencana Pembelajaran antara penggunaan model micro teaching by real studentdan micro teaching by peer student dengan koefisien nilai t= -5,31 pada tingkatsignifikansi 0,00. Hal ini berarti bahwa pengembangan model baru padapelaksanaan praktik pengajaran mikro dengan siswa sesungguhnya dari sekolahmenengah mitra dapat meningkatkan kinerja mahasiswa dalam mengembangkanrencana mengajar para mahasiswa praktikan.b. Terdapat perbedaan yang positif dan sangat signifikan keterampilan mengajarantara penggunaan model micro teaching by real student dan micro teaching bypeer student dengan koefisien nilai t= -4,09 pada tingkat signifikansi 0,00. Halini berarti bahwa pengembangan model baru pada pelaksanaan praktik pengajaranmikro dengan siswa sesungguhnya dari sekolah menengah mitra dapatmeningkatkan kinerja mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan mengajarpara mahasiswa praktikan.c. Terdapat perbedaan yang positif dan sangat signifikan kompetensi mengajarsecara totalitas antara penggunaan model micro teaching by real student danmicro teaching by peer student dengan koefisien nilai t= -5,69 pada tingkatsignifikansi 0,00. Hal ini berarti bahwa pengembangan model baru padapelaksanaan praktik pengajaran mikro dengan siswa sesungguhnya dari sekolahmenengah mitra dapat meningkatkan kinerja mahasiswa dalam menyusunrencana pembelajaran dan sekaligus keterampilan mengajar para mahasiswapraktikan.Atas dasar bukti empirik hasil analisis uji beda tersebut, maka dapatdisimpulkan bahwa model micro teaching by real student dapat diusulkan untukdikembangkan di FISE UNY khususnya, bahkan di seluruh fakultas dilingkungan Universitas Negeri Yogyakarta pada umumnya untuk menggantikanmodel konvensional yaitu micro teaching by peer student yang hasilnya masihkurang optimal. Namun demikian ada berbagai hal yang harus dipertimbangkanuntuk dapat melaksanakan program micro teaching by real student ini yaituantara lain sebagai berikut:a. Tersedianya ruang laboratorium praktik pengajaran mikro yang memadai baikdari segi kualitas maupun jumlahnya, agar seluruh siswa yang didatangkan darisekolah seluruhnya bisa dimanfaatkan oleh praktikan pada kondisi perlakuan yangsama dan pada pengajaran materi yang sama. Hal ini penting agar pengorbananwaktu siswa sekolah ke UNY tidak menghilangkan kesempatan learningexperiences mereka untuk belajar dengan guru praktik di UNY. Dengan demikian

Page 20: Micro Teaching

maka mereka hanya rugi waktu perjalanan, tetapi pengalaman belajar mereka tetapdiperoleh seperti halnya mereka belajar di sekolah.b. Standar Operasional dan Procedure (SOP) dalam pelaksanaan praktik ini harusdilakukan dengan tertib dan disiplin yaitu: (1) lokakarya penyusunan programsecara bersama dan terpadu antara fakultas dengan sekolah mitra agar jadwal dapatdisepakati dan ditaati bersama, (2) pembekalan yang mantap kepada mahasiswacalon praktikan agar mereka mempersiapkan praktik secara serius danbertanggungjawab, (3) pelaksanaan praktik yang efektif artinya pembimbing harusmelakukan fungsinya dengan intensif dan supervisor menguasai tugas dan perannyadalam memberikan masukan saran kepada kinerja praktikan untuk perbaikan.c. Ketersediaan dana praktik pengajaran mikro yang cukup. Pendanaan diperlukanuntuk transportasi siswa dari sekolah ke kampus dan sebaliknya, transport gurupembimbing sebagai supervisor tamu dan minuman selama menjadi audien dikampus. Dengan ketersediaan dana tersebut mereka merasa kerasan (at-home) dansenang serta puas mengikuti kegiatan praktik.

7. Kinerja Praktik Pengajaran Mikro Berdasarkan Data Kualitatif

Untuk mendukung validitas informasi dari hasil analisis data kuantitaif mengenaikinerja praktik pengajaran mikro ini, peneliti juga berupaya menjaring data kualitatifmelalui angket yang diberikan kepada siswa sekolah menengah yang menjadi audienpada saat praktik micro teaching by real student. Adapun hasil jawaban siswa sekolahdapat dilihat seperti berikut ini.Tabel : Jawaban Kualitatif Siswa sebagai uadien praktik.No Aspek yang ditanyakan Jawaban siswa01 Perasaan senang selamamengikuti pelajaranLebih dari 50% (mayoritas) siswamenyatakan senang praktik di FISE-UNYsekalian refreshing di kampus02 Keramahan praktikan Lebih dari 50% menyatakan tidak ramah03 Menarik atau tidak dalammengajarLebih dari 50% menyatakan guru menarikkarena menggunakan banyak media04 Kejelasan guru dalam mengajar Lebih dari 50% siswa menyatakan jelas05 Strategi/teknik mengajar guru Lebih dari 50% cara mengajar bagus06 Kenyamanan dalam diskusi dikelasMayoritas siswa menyatakan siswa tidaknyaman , karena suasana kaku.07 Penguasaan materi Mayoritas praktikan masih kurang menguasaimateri08 Sikap Percaya diri (grogi) Mayoritas praktikan masih grogi mengajar didepan siswa09 Keberanian memandang siswa Praktikan rata-rata takut menatap siswanya10 Keterampilan komunikasi(bicara terlalu cepat/lambat)

Page 21: Micro Teaching

Keterampilan bicara praktikan baik dan tidakterlalu cepatBerdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa secara kualitatif memangsuasana pembelajaran di kelas selama praktik pembelajaran mikro cukup baik,menyenangkan dan menarik perhatian siswa. Hanya saja masih ada beberapa perilakupraktikan yang kurang seperti:(a) kemampuan penguasaan materi yang kurang, sehingga penjelasan kurangberkembang dan pertanyaan siswa tidak banyak,(b) sikap dan perilaku praktikan kurang percaya diri sehingga grogimenghadapi siswa,(c) praktikan kurang fokus dalam berkomunikasi timbal balik dengan siswakarena grogi sehingga tidak berani menatap langsung pada siswanya.(d) akibat semuanya itu maka suasana pembelajaran terkesan kaku.

G. Kesimpulan, Implikasi Dan Saran1. Kesimpulan

a. Pelaksanaan kegiatan awal program Praktik Pembelajaran Mikro pada semester genaptahun akademik 2005/2006 di FISE UNY telah dilaksanakan dengan Lokakaryapenyusunan program dan revisi lembar supervisi praktik. Lokakarya berjalan baik,lancar dan sesuai jadwal waktu yang direncanakan. Hasil lokakarya tersebut adalahpenetapan jadwal praktik dan format lembar supervisi yang telah disepakati dan akanditaati bersama antara Fakultas/Jurusan/Program Studi dan sekolah mitra.b. Pembekalan Praktik Pembelajaran Mikro mikro telah dilaksanakan sebanyak dua kalisebelum kegiatan praktik megajar dimulai. Pembekalan melibatkan pejabat fakultas,jurusan/program studi dan pembimbing Praktik Pembelajaran Mikro. Pembekalanberjalan lancar dengan materi utama tentang guru profesional, kode etik guru danketerampilan dasar mengajar.c. Pelaksanaan praktik pembelajaran mikro telah berjalan sesuai standar operasional danprosedur atau mekanisme baku sesuai jadwal. Praktik dilaksanakan selama 6 hari kerjadengan pembagian waktu masing-masing sehari untuk tiap program studi. Pembimbingandan supervisor melibatkan 45 orang dosen dan guru. Tingkat kelulusan praktik mencapai97,67% yaitu dari peserta praktik 463 orang dapat lulus sebanyak 456 orang.d. Proses perekaman gambar aksi praktikan di depan kelas telah dilaksanakan sebanyak duakali masing-masing sekali di awal pelatihan dan sekali di saat praktik yang keempat. Halini dilakukan untuk mengantisipasi agar kemajuan praktikan dapat dilihat dan saranperbaikan masih diperlukan untuk optimasi di praktik selanjutnya pada periode akhirpelatihan.e. Optimasi supervisor telah dilakukan yaitu sebanyak dua kali terdiri dari satu kalimelibatkan guru sekolah dan satu kali melibatkan dosen senior.f. Pelibatan siswa sekolah menengah sebagai real student dalam praktik pembelajaran mikrotelah dilakukan dengan sukses. Sekolah yang terlibat terdiri dari 7 sekolah menengahyaitu 3 SMP dan 4 SMA/SMK dari Kota Yogyakarta, kabupaten Sleman dan Tempel.g. Hasil analsisis statistic deskriptif menunjukkan bahwa skor rata-rata keterampilanmenyusun rencana pembelajaran dengan model praktik micro teaching by realstudent lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata model praktik microteaching by peer student. Selisih skor keduanya sebesar 3,93 atau 10,59%.h. Derajat keterampilan mengajar dengan model micro teaching by real student lebihtinggi dibandingkan dengan skor rata-rata model praktik micro teaching by peerstudent. Selisih skor sebesar 3,63 atau 8,37%.

Page 22: Micro Teaching

i. Kinerja total kompetensi mengajar (keterampilan menyusun Rencana Pembelajaranditambah keterampilan mengajar) dengan model micro teaching by real student lebihtinggi dibandingkan dengan skor rata-rata model praktik micro teaching by peerstudent. Selisih skor sebesar 7,57 atau 9,40%.j Berdasarkan hasil analisis statistik parametrik, terdapat perbedaan yang positif dansangat signifikan kemampuan menyusun Rencana Pembelajaran antarapenggunaan model micro teaching by real student dan micro teaching by peer studentdengan koefisien nilai t= -5,31 pada tingkat signifikansi 0,00.k Terdapat perbedaan yang positif dan sangat signifikan keterampilan mengajarantara penggunaan model micro teaching by real student dan micro teaching by peerstudent dengan koefisien nilai t= -4,09 pada tingkat signifikansi 0,00.l Terdapat perbedaan yang positif dan sangat signifikan total kompetensi mengajarantara penggunaan model micro teaching by real student dan micro teaching by peerstudent dengan koefisien nilai t= -5,69 pada tingkat signifikansi 0,00.

2. Implikasi Hasil Penelitian.

Sesuai tujuan yang ingin dicapai pada penelitian pengembangan ini adalah mencaripembuktian akademik apakah model praktik pembelajaran mikro dengan real studentmemberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan model konvensional. Berdasarkan hasilanalsisi dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yaitu peningkatan pencapaian hasil praktikyang sangat signifikan. Oleh karena itu sebagai implikasinya, maka ke depan model barutersebut dapat dilanjutkan bahkan disosialisasikan untuk dapat digunakan sebagai inovasipraktik Micro Teaching di seluruh UNY.Namun demikian ada berbagai hal yang harus dipertimbangkan untuk dapatmelaksanakan program micro teaching by real student ini yaitu antara lain sebagaiberikut:(a) Tersedianya ruang laboratorium praktik pengajaran mikro yang memadai baik darisegi kualitas maupun jumlahnya.(b) Standar Operasional dan Procedure (SOP) dalam pelaksanaan praktik ini harusdilakukan dengan tertib dan disiplin.(c) Ketersediaan dana praktik pengajaran mikro yang cukup. Pendanaan diperlukanuntuk transportasi siswa dari sekolah ke kampus dan sebaliknya, transport gurupembimbing sebagai supervisor tamu dan minuman selama menjadi audien dikampus.(d) Adanya upaya untuk mengatasi kelemahan yang masih ada. Hambatan-hambatantersebut adalah: (1) kemampuan penguasaan materi yang kurang, sehinggapenjelasan kurang berkembang dan pertanyaan siswa tidak banyak, (2) sikap danperilaku praktikan kurang percaya diri sehingga grogi menghadapi siswa, (3)praktikan kurang fokus dalam berkomunikasi timbal balik dengan siswa karena grogisehingga tidak berani menatap langsung pada siswanya dan (4) suasanapembelajaran terkesan kaku.

3. Saran-saran

a. Sudah saatnya untuk melaksanakan model Micro Teaching By Real Student secarakonsisten, mantap dan berkesinambungan, khususnya di FISE UNY. Hal ini penting agarpeningkatan mutu lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) mencapaistandar minimal sebagai calon guru yang professional. Kenyataan di lapangan

Page 23: Micro Teaching

membuktikan bahwa mutu guru Indonesia masih rendah yang mengakibatkan rendahnyamutu pendidikan. Upaya ini menjadi suatu alternatif yang konkrit dan realistik dandidukung hasil temuan yang mantap adanya perbedaan yang positif dan sangat signifikanmodel konvensional dan model baru ini untuk mengembangkan calon guru professionaldi masa depan.b. Sistem praktik pembelajaran berbasis kemitraan dengan model microteaching by realstudent ini memerlukan penanganan yang agak kompleks. Oleh karena itu sebelumdiberlakukan model tersebut diperlukan jalinan kerjasama yang erat dengan ikatan MoUantara pihak Universitas dengan Sekolah. Dengan kemitraan yang erat dapat dijaminbahwa koordinasi pelaksanaan praktik menjadi lebih lancer dan cepat. Hal ini sesuaidengan temuan penelitian ini yang menunjukkan bahwa semua program dapat berjalanlancer sesuai rencana karena kontribusi besar dari sekolah mitra.c. Pelaksanaan model baru ini diperlukan adanya komitmen tinggi dari pihak eksekutif,oleh karena disarankan agar disusun peraturan yang berkekuatan hukum dari pihakFakultas dan atau Universitas. Sehingga siapapun pimpinannya pelaksanaan model inidijamin kelangsungannya, meskipun memerlukan alokasi pendanaan yang cukup besar.Hal ini disampaikan berkenaan dengan adanya perubahan kebijakan yang tidak berbasispada orientasi mutu tetapi hanya dipertimbangkan dari aspek pendanaan yang lebihmahal.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan nasional, (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005Tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.Eded Tarmedi, (2005). Mengenal Pembelajaran Mikro (micro Teaching). ModulPelatihan Dosen Pengampu Pengajaran Mikro Universitas NegeriYogyakarta tanggal 25-26 November 2005.Mulyasa, (2005). Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif danMenyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.Sardiman, (1985). Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Penerbit Fakultas Pendidikan IlmuPengetahuan Sosial, IKIP Yogyakarta.Republik Indonesia, (2005). Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru danDosen. Jakarta: Depdiknas.Universitas Negeri Yogyakarta, (2006). Panduan Pengajaran Mikro. Yogyakarta: UPPL

Dokumen 3

MICRO-TEACHING* * A. Suherman; Koordinator Laboratorium Mikro Teacching UPI; Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Arab FPBS UPI.

A. LATAR BELAKANG

Secara tradisional latihan praktek mengajar dilakukan langsung di sekolah latihan sesudah calon guru memperoleh pengetahuan teoritis tentang dasar-dasar keguruan dan isi (konten) dari bidang studi yang akan diajarkannya. Kalau mengajar di kelas (dengan siswa 35-40 orang, dalam waktu 40-45 menit, untuk satu pokok bahasan), hal itu akan dirasakan sebagai pekerjaan yang sangat rumit dan

Page 24: Micro Teaching

sulit bagi calon guru. Latihan mengajar di kelas dengan murid sekitar 35-40 orang dalam satu jam pelajaran dengan beban pengajaran yang banyak, maka perhatian guru cenderung akan terfokus kepada “his pupils learn” sehingga tujuan utama latihan yaitu “he learn to teach” akan terabaikan. Di samping itu, kekeliruan/kesalahan yang dilakukan oleh calon guru tersebut akan merugikan sejumlah besar murid di kelas tempat ia berlatih. B. RASIONAL Micro berarti kecil, terbatas, sempit; Teaching berarti mengajar Microteaching berarti suatu kegiatan mengajar di mana segala sesuatunya dikecilkan atau disederhanakan untuk membentuk/ mengembangkan ketrampilan mengajar.

Dengan demikian, ciri khas dari pada microteaching adalah sesuai dengan sebutannya, yaitu kondisi serta situasinya disederhanakan atau di”mikro”kan, misalnya: Murid/siswa

30 - 40 orang = 5 - 10 orang

Waktu 30 - 45 menit = 10 - 15 menit Bahan pelajaran l u a s = terbatas

(kegiatan mengajar difokuskan pada keterampilan mengajar tertentu)

Keterampilan Terintegrasi = bahan pelajaran hanya mencakup satu dua aspek yang sederhana

B. FUNGSI

Laboratorium Microteaching berupaya untuk membina calon guru/tenaga kependidikan melalui keterampilan kognitif, psikomotorik, reaktif dan interaktif. Di samping itu, Laboratorium Microteaching melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi Instruksional: Laboratorium Microteaching berfungsi menyediakan fasilitas praktik/latihan bagi calon guru/tenaga kependidikan untuk berlatih dan/atau memperbaiki dan meningkatkan keterampilan pembelajaran, yang pada hakikatnya merupakan latihan penerapan pengetahuan metode dan teknik mengajar dan/atau ilmu keguruan yang telah dipelajari secara teoritik;

Page 25: Micro Teaching
Page 26: Micro Teaching

2. Fungsi Pembinaan: Laboratorium Microteaching menyediakan kemudahan untuk membina keterampilan dan/atau mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus tentang teknik-teknik mengajar yang efektif bagi tenaga kependidikan;

3. Fungsi Diagnostik: Laboratorium Microteaching menyediakan fasilitas dan kondisi spesifik untuk membimbing calon guru/tenaga kependidikan yang mengalami kesulitan melaksanakan keterampilan-keterampilan tertentu dalam proses belajar mengajar;

4. Fungsi Integralistik: Pengajaran melalui microteaching merupakan bagian integral Program Pengalaman Lapangan (PPL) serta merupakan mata kuliah prasyarat PPL dan berstatus sebagai mata kuliah wajib lulus;

5. Supervisi: Laboratorium Microteaching juga dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan mengajar, sehingga pada gilirannya dia lebih mampu memberikan bimbingan profesional kepada guru-guru di sekolah;

6. Fungsi Eksperimental, Keberadaan laboratorium microteaching berfungsi sebagai bahan uji coba bagi para pakar di bidang pendidikan. Umpamanya seorang dosen atau seorang ahli berdasarkan penelitiannya menemukan suatu model atau suatu metode pembelajaran, maka sebelum penemuan itu dipraktekkan di lapangan, maka terlebih dahulu diuji-cobakan di laboratorium microteaching ini. Dengan demikian hasilnya dapat dievaluasi di mana letak kelemahannya untuk segera dilakukan perbaikan-perbaikan.

D. TUJUAN

Secara umum, latihan microteaching bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran atau kemampuan profesional calon guru dan/atau meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan dalam berbagai keterampilan yang spesifik. Latihan praktek mengajar dalam situasi laboratoris, maka melalui micro-teaching, calon guru ataupun guru dapat berlatih berbagai ketrampilan mengajar dalam keadaan terkontrol untuk meningkatkan kompetensinya Secara khusus, latihan pembelajaran melalui microteaching bertujuan untuk: 1. Meningkatkan keterampilan peserta pelatihan mengenai cara menyusun Persiapan Mengajar/Satuan Acara Perkuliahan yang dimikrokan;

2. Meningkatkan keterampilan teknik mengajar yang efektif bagi para peserta latihan;

3. Dapat menganalisa tingkah laku mengajar diri sendiri dan teman-temannya.

4. Latihan ketrampilan mengajar melalui laboratoris, diharapkan kelak dalam menghantarkan pembelajarannya akan terhidar dari "kikuk dan kaku".

E. NILAI DAN MANFAAT

Page 27: Micro Teaching

Secara umum, penggunaan laboratorium microteaching bermanfaat dalam rangka persiapan awal bagi calon guru/praktikan sebelum mereka menempuh pengalaman lapangan di sekolah atau di Balai diklat.

Page 28: Micro Teaching

F. REALISASI PENGAJARAN MICROTEACHING Pelaksanaaan pembelajaran melalui microteaching dapat diselenggarakan oleh masing-masing jurusan dan/atau program di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bekerjasama dengan UPT PPL UPI G. STATUS Pembelajaran Microteaching terintegrasi ke dalam salah satu mata kuliah proses belajar mengajar (PBM), karenanya tidak memiliki bobot SKS tersendiri. H. SYARAT PESERTA Syarat bagi setiap mahasiswa untuk dapat mengikuti program pembelajaran microteaching adalah sebagai berikut: 1. Sedang mengikuti mata kuliah SBM dan/atau Perencanaan Pengajaran, dan telah menyelesaikan perkuliahan paling sedikit 75 Sks bagi program S1;

2. Bagi peserta program D2, minimal telah menempuh 40 Sks;

3. agi instansi lain diatur tersendiri.

Page 29: Micro Teaching

I. JENIS KETRAMPILAN MENGAJAR Jenis ketrampilan mengajar meliputi: 1. Ketrampilan

2. Ketrampilan mengadakan variasi (Variasi stimulus);

3. Ketrampilan bertanya dasar dan lanjut;

4. Ketrampilan memberi penguatan;

5. Ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan;

6. Ketrampilan memimpin diskusi kecil;

7. Ketrampilan menjelaskan;

8. Ketrampilan mengelola kelas. J. SASARAN Sasaran pengajaran melalui laboratorium microteaching adalah terbentuknya profil guru yang memiliki sikap tut wuri handayani serta mempunyai perangkat keterampilan belajar mengajar yang spesifik praktis. K. KEBAIKAN MICRO-TEACHING 1. Mengembangkan kemampuan mawas diri, melihat kelemahan/kebaikan serta mempunyai motivasi untuk memperbaikinya;

2. Pembelajaran melalui microteaching dapat menunjang pelaksanaan Praktik Program Pengalaman Lapangan (PPL).

Page 30: Micro Teaching

L. KELEMAHAN MICRO-TEACING 1. Pembelajaran melalui microteaching menggunakan rekanan/teman sejawat sendiri sebagai murid, kemungkinan akan dirasakan “sebagai sandiwara” saja, sehingga tidak mewujudkan situasi pembelajaran yang wajar;

2. Untuk latihan ulangan dengan menggunakan murid yang sama menggunakan bahan yang sama, akan mengakibatkan menjemukan;

M. KETERKAITAN MICRO-TEACHING DENGAN PPL Micro-teaching dalam konteks pelaksanaan program pengalaman lapangan, tidak berarti bahwa microteaching sebagai pengganti praktik mengajar, melainkan berfungsi sebagai alat pembantu/pelengkap dari program praktik mengajar. Dengan perkataan lain, bahwa latihan praktik mengajar tidak berhenti sampai dikuasainya komponen-komponen keterampilan mengajar melalui micro-teaching, akan tetapi perlu diteruskan sehingga calon guru dapat mempraktikkan kemampuan mengajarnya secara komprehensip dalam real class-room teaching.

Page 31: Micro Teaching

PENGELOLAAN DAN DESKRIPSI TUGAS PROGRAM MIKRO-TEACHING A. PENGELOLAAN PROGRAM Pelatihan atau pembelajaran di laboratorium microteaching dikelola oleh UPT PPL UPI (sekaran PLP= Program Latihan Profesi) yang pelaksanaanya dilakukan oleh masing-masing dosen Belajar dan Pembelajaran dan/atau Dosen Perencanaan Pengajaran pada jurusan/atau program yang berada di lingkungan UPI bekerjasama dengan koordinator bidang microteaching selaku fasilitator. B. PROSEDUR BIMBINGAN Kelompok mahasiswa dibimbing oleh satu tim, terdiri atas dosen pembimbing dan petugas lain yang ditunjuk. Minimal tim ini terdiri atas dua orang, yaitu dosen pembimbing dan observer. C. DESKRIPSI TUGAS 1. UPT. PPL

Unit Pelaksana Teknis Program Pengalaman Lapangan (UPT. PPL/PLP) UPI melalui Koordinator Bidang Microteaching bertugas: a Memberikan penjelasan kepada peserta pembelajaran mikro tentang arti, peranan, tujuan dari pembelajaran mikro (bila dibutuhkan);

b Menyediakan fasilitas pembelajaran mikro sesuai dengan batas kemampuan yang ada;

Page 32: Micro Teaching

c Mengatur petugas laboratorium microteaching untuk kelancaran tugas;

d Memantau pelaksanaan pengajaran mikro;

2. Dosen Pembimbing

a Memberikan penjelasan kepada mahasiswa bimbingannya tentang tatalaksana pembelajaran mikro;

b Membimbing mahasiswa dalam membuat persiapan mengajar/Satuan pelajaran yang dimikrokan;

c Membimbing latihan katrampilan terbatas;

3. Mahasiswa

a Membuat Persiapan Mengajar latihan keterampilan terbatas dengan persetujuan dosen pembimbing rangkap tiga (untuk dosen pembimbing, observer dan mahasiswa praktikan itu sendiri);

b Melaksanakan keterampilan terbatas dan diskusi;

c Bertindak sebagai obeserver dengan persetujuan dosen pembimbing.

4. Kewajiban Mahasiswa

a Hadir di ruangan paling lambat 10 menit sebelum pelatihan dimulai;

b Menyiapkan kelengkapan yang dibutuhkan untuk pengajaran keterampilan terbatas;

c Pada waktu pembelajaran mikro berlangsung, hendaklah bersikap sebagai guru, siswa (peer teaching) dan observer.

5. Pelaksanaan

a. Waktu

Page 33: Micro Teaching

Pengajaran mikro dilaksanakan pada: a) Semester 6 untuk program S1;

b) Semester

4 untuk D2;

c) Untuk instansi lain diatur kemudian disesuaikan dengan kondisi yang ada. b. Tempat Pembelajaran mikro dilaksanakan di laboratorium microteaching Unit Pelaksana Teknis Program Pengalaman Lapangan (UPT PPL) UPI. c. Pelaksanaan Pengajaran Mikro Pelaksanaan pengajaran mikro melibatkan: a) Dosen pembimbing/supervisor;

b) Tenaga administrasi bidang koordinator microteaching;

c) Tenaga teknisi laboratorium microteaching;

d. Pola Pelaksanaan Pembelajaran di Laboratorium Microteaching 1). Dosen mata kuliah SBM/Perencanaan Pengajaran pada jurusan atau program di lingkungan UPI mendaftarkan diri di UPTPPL pada bidang Laboratorium microteacing untuk memperoleh penjadwalan, dan ruang pembelajaran;

2). Menyerahkan daftar jumlah pembelajar yang akan mengikuti pembelajaran di laboratorium microteacing, hal ini diperlukan di samping untuk pengadministrasian, juga untuk penyediaan sarana dan prasarana

Page 34: Micro Teaching

PENILAIAN DAN FEED-BACK A. NILAI 1. Sifat Penilaian

Penilaian bersifat objektif dan menyeluruh. 2. Bentuk Penilaian Cara atau model yang dilakukan untuk mengevaluasi pembelajaran mikro dilakukan sesuai dengan bentuk keterampilan itu sendiri. 3. Penilai Dalam kegiatan pembelajaran mikro yang menilai adalah: a. dosen pembimbing/supervisor;

b. mahasiswa calon guru/observer.

4. Sasaran Penilaian Yang dinilai adalah kemampuan menampilkan keterampilan mengajar yang dimikrokan. B. USAHA DAN BALIKAN (FEED-BACK) 1. Maksud Feed-Back

Unsur feed-back dalam microteaching merupakan ciri penting yang tidak terdapat dalam prosedur latihan mengajar yang tradisional. Dalam microteaching hasil catatan observasi oleh supervisor/pembimbing, atau mahasiswa/ observer dikumpulkan sebagai data untuk feed-back, yaitu untuk didiskusikan, beberapa keterampilan, sampai kepada mengadakan evaluasi serta diskusi sebagai umpan balik. RUANG & PENGATURAN TEMPAT DUDUK PEMBELAJARAN MICRO-TEACHING A. PENGATURAN TEMPAT DUDUK

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN MIKRO DI UPT. PPL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Langkah ke 1 Sebelum (mahasiswa) calon guru diperkenalkan dengan micro-teaching beserta aspek-aspeknya, lebih dahulu mereka dikirim ke sekolah-sekolah untuk: 1) Mengadakan observasi tentang proses/interaksi belajar mengajar;

2) Hasil observasi dibawa ke kampus untuk diadakan diskusi seperlunya;

3) Diperkenalkan dengan segala sesuatunya yang berkenaan dengan micro-teaching.

Bila pada bagian 1) dan 2) tidak memungkinkan untuk dilakukan mahasiswa mengingat pertimbangan berbagai hal, maka sebagai penggantinya, dosen mata kuliah Strategi Belajar-Mengajar serta Perencanaan Mengajar memberikan pemantapan dan arahan-arahan yang ada kaitannya dengan tugas-tugas guru di sekolah, terutama yang berkaitan dengan kegiatan guru dalam Proses Belajar-Mengajar. Langkah ke 2

Page 35: Micro Teaching

Setelah (mahasiswa) calon guru mendapatkan “introduksi” tentang micro-teaching, selanjutnya para mahasiswa ditugasi untuk mempelajari berbagai komponen keterampilan mengajar yang telah diisolasikan lewat model-model mengajar. Langkah ke 3

Page 36: Micro Teaching

Tugas selanjutnya bagi calon guru/trainee ialah merencanakan/membuat persiapan tertulis micro-teaching dalam berbagai bentuk keterampilan yang diisolasikan, misalnya: Keterampilan dalam set induction and closure;

Keterampilan dalam stimulus variation (variasi stimulus);

Keterampilan dalam questioning (keterampilan bertanya);

dan lain-lain.

Langkah ke 4 1) Pada tahapan ini kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kerja yang masing-masing beranggotakan 7-8 orang (kelas secara keseluruhan dipimpin oleh seorang dosen pembimbing/supervisor). Masing-masing kelompok melakukan praktik micro-teaching dalam bentuk peer teaching, yaitu mempraktikkan apa yang telah mereka persiapkan secara tertulis (pada langkah ke 3). Yang disebut peer teaching di sini ialah mengajar teman sejawatnya/seangkatan yang bertindak sebagai murid.

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: - 5-8 orang berperan sebagai murid;

- 1 orang berperan sebagai guru;

- 2 orang berperan sebagai observer. 2) Ketika masing-masing kelompok sedang melakukan microteaching, hendaknya dosen/pembimbing senantiasa berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain untuk mengontrol apakah semuanya sudah berjalan pada jalur yang semestinya (on the right track);

Page 37: Micro Teaching

3) Pada saat micro-teaching berlangsung, di samping observasi oleh dosen pembimbing dengan mempergunakan panduan observasi, seiring dengan itu diadakan perekaman (ATR/VTR)sesuai dengan kebutuhan dan fasilitas yang tersedia;

4) Apabila seluruh anggota kelompok tersebut telah mendapat giliran untuk memainkan peranan sebagai guru dan observer, maka praktikan microteaching dapat dilanjutkan dengan menggunakan murid yang sebenarnya. Bahkan tahap ini sangat penting, karena situasi dan kondisi proses belajar-mengajar berlangsung dengan sebenarnya. Praktik dengan murid ini juga dilakukan seperti pada peer teaching dengan melakukan observasi/perekaman.

Langkah ke 5 1) Apabila ketika praktik micro-teaching dilakukan dengan perekaman ATR/VTR, maka pada langkah ke 5 ini hendaknya dilakukan pemutaran kembali (play back) dari rekaman itu, sehingga calon guru dapat mengobservasi dirinya sendiri;

2) Sesudah itu, calon dimintakan pendapatnya tentang praktik/latihannya tadi, dan dengan pertanyaan-pertanyaan dari supervisor serta pendapat-pendapat dari calon dan teman-temannya yang ikut bertindak sebagai observer, lakukanlah diskusi untuk menganalisa latihan tadi;

3) Pada akhir diskusi harus dicapai kesepakatan antara calon guru dengan supervisor tentang segi-segi yang telah memuaskan dan segi-segi yang

Page 38: Micro Teaching

belum memuaskan, hal ini sangat penting sebagai balikan yang segera harus diperbaiki apabila diadakan praktik ulang (re-teach);

4) Apabila praktik ulang tidak memungkinkan karena adanya rasa jenuh yang dirasakan praktikan, maka sebagai solusinya adalah melalui pemberian tugas-tugas atau memberi kesimpulan dari kelebihan dan kekurangannya.

Langkah ke 6 Langkah ini menyerupai pada langkah ke 3, 4 dan 5, yakni perencanaan kembali, praktik ulang dan perekaman/observasi serta diskusi. Langkah ini dilakukan bila dianggap terdapat hal-hal yang segera harus diperbaiki. Terdapat pula kemungkinan bahwa langkah-langkah ini ditangguhkan pada kesempatan berikutnya atau cukup dengan memberikan catatan-catatan kesimpulan dari hasil penampilannya. Yang diperlukan dalam microteaching adanya umpan-balik. Agar umpan-balik tersebut bersifat objektif, maka diperlukan alat-alat pencatat yang bersifat akurat, misalnya ATR (audio-tape-recorder) ataupun VTR (vedeo-tape-recorder). Penggunaan tersebut menuntut pengaturan tempat duduk yang khusus, agar dalam pengaturan peralatan tersebut tidak mengganggu murid dan guru yang sedang terlibat dalam interaksi belajar-mengajar.

Page 39: Micro Teaching

DAFTAR PUSTAKA S.L.La. Sulo et al. (1980). Micro-Teaching. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ______. (1985). Pengajaran Mikro. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (Ps3G). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195105081980031-A._SUHERMAN/BAHAN_PEMBELAJARAN/MICRO-TEACHING.pdf

Page 40: Micro Teaching

dilihat/didengar kembali penampilan keterampilan dalam pembelajaran mikro tadi. 2. Pelaksanaan Feed-Back

a. Feed-Back dilaksanakan setelah praktik microteaching selesai. Bila yang menjadi muridnya adalah temannya sendiri, mereka diajak mengadakan feed-back;

b. Bila menggunakan alat pencatat/perekam mekanis, hasil rekaman dapat diputar kembali, baik suara, gambar dijadikan sebagai bahan diskusi dan kritik;

3. Manfaat Feed-Back

a. Mengidentivikasi kekurangan/kelemahan diri sendiri dan mempunyai dorongan untuk memperbaiki;

b. Mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri B. KEGIATAN PENGAJARAN MIKRO Pembelajaran mikro terdiri dari empat kegiatan, yaitu: 1. Masa Orientasi Sebelum melaksanakan proses pembelajaran pada microteaching, secara klasikal para mahasiswa (calon guru/instruktur), terlebih dahulu

Page 41: Micro Teaching

diberikan penjelasan-penjelasan tentang pengertian, tujuan, manfaat, prosedur, materi dan evaluasi. 2. Masa Observasi 1) pengamatan langsung

Mahasiswa mengenal dan memperoleh gambaran secara riil penampilan seorang guru dalam “real teaching” di dalam kelas. 2) pengamatan tak langsung

Mahasiswa dapat pula mengamati secara langsung ke kelas, akan tetapi bisa mengamati melalui rekaman video tape recorder (VTR) atau audio tape recorder (ATR). Kegiatan selanjutnya adalah dengan melakukan diskusi tentang hasil pengamatan, yang berkaitan dengan masalah pembelajaran melalui keterampilan mengajar. 3. Latihan Keterampilan Terbatas Setelah memahami seluk beluk tentang program pengajaran melalui microteaching, maka sampailah kepada inti pembelajaran berupa keterampilan mengajar (teaching skills) dilatihkan. 4. Latihan Keterampilan Terpadu Proses pembelajaran yang dimikrokan masih tetap utuh dilakukan, namun dalam pelaksanaannya tidak hanya menampilkan satu jenis keterampilan terbatas, melainkan yang ditampilkan/dilatihkan sudah merupakan perpaduan dari beberapa keterampilan mengajar, dimulai dari penyusunan persiapan mengajar, menyajikan materi, mendemonstrasikan

Micro

Pembelajaran micro dan ppl ( alternative 1 ) adalah

1 observasi kegiatan atau proses belajar mengajar dalamkelas dan diskusi,.2 Melaksanakan micro teaching ataupun praktik mengajar real class room teaching.3