Mi Kssss
-
Upload
5starsdoctor -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of Mi Kssss
1. Adil
2. Izza
3. Amik
4. Mitha
5. Aldo
6. Muthiah
7. Yesi
8. Elsa
9. Stefen
10. Dina
11. Jethro
12. Ima
13. Anish
Dikumpul hari selasa 7 april 2015 pukul 19.00-20.00 ke [email protected]
[email protected] tiga terakhir atau yang telat bakal ngeprint, buat ppt, dan presentan.
Makasiiiih ^^
Tn. Abdul, 60 tahun, dibawa anaknya berobat dengan keluhan sering mengompol sejak 2 minggu
terakhir. Menurut anaknya, ayahnya tidak dapat menahan keinginannya untuk buang air kecil, bahkan
air seninya sudah keluar sebelum sampai ke kamar mandi. Selain itu, dalam satu tahun terakhir kedua
tangan Tn. Abdul sering bergetar terutama tangan kanan, apabila berjalan langkahnya kecil-kecil dan
sering terjatuh.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, temperatur 36,8 C.
Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan resting tremor,
pull test (+) MMSE score 17.
1. Inkontinensia urin: pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan atau sosial.
2. Resting tremor: gerakan gemetar yang tak sadar pada tubuh atau anggota badan yang terjadi
pada saat relaksasi atau istirahat.
3. Pull test: tes keseimbangan yang dilakukan dengan cara menarik pasien hingga tidak seimbang
dan melihat respon pasien untuk menyeimbangkan diri.
4. MMSE: Mini Mental State Examination, ukuran daya kognitif atau daya ingat
Identifikasi Masalah
1. Tn. Abdul, 60 tahun, dibawa anaknya berobat dengan keluhan sering mengompol sejak 2
minggu terakhir. Menurut anaknya, ayahnya tidak dapat menahan keinginannya untuk buang air
kecil, bahkan air seninya sudah keluar sebelum sampai ke kamar mandi.
2. Dalam satu tahun terakhir kedua tangan Tn. Abdul sering bergetar terutama tangan kanan,
apabila berjalan langkahnya kecil-kecil dan sering terjatuh.
3. Pemeriksaan fisik, laboratorium, neurologis
Analisis Masalah
Tn. Abdul, 60 tahun, dibawa anaknya berobat dengan keluhan sering mengompol sejak 2 minggu
terakhir. Menurut anaknya, ayahnya tidak dapat menahan keinginannya untuk buang air kecil, bahkan
air seninya sudah keluar sebelum sampai ke kamar mandi.
a. Apa kaitan usia dan jenis kelamin dengan keluhan mengompol? 1, 10, 6
b. Bagaimana mekanisme inkontinensia urin? 2, 11, 7
c. Apa etiologi inkontinensia urin? 3, 12, 8
Usia yang bertambah berdampak pada perubahan hampir seluruh organ tubuh. Perubahan
ini diantaranya adalah melemahnya otot dasar panggul yang menjaga kandung kemih dan
pintu saluran kemih, timbulnya kontraksi abnormal pada kandung kemih yang menimbulkan
rangsangan berkemih sebelum waktunya dan meninggalkan sisa.
Jenis kelamin, perempuan 2x lebih banyak dari laki-laki
Kelemahan otot dasar panggul
Jumlah melahirkan per vaginam
Menopause
Obesitas
Hipertropi prostat dapat mengakibatkan banyaknya sisa air kemih di kandung kemih sebagai
akibat pengosongan yang tidak sempurna.
Faktor psikologis seperti stress dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pengeluaran
urin sebagai efek dari noreepinefrin, yang mana noreefinefrin merupakan hormon yang
mempengaruhi kontraksi otot polos yang bekerjanya berlawanan dengan asetilkolin
Lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya inkontinensia urin diantaranya pengaruh
cuaca atau iklim terutama pada cuaca dingin dan karena letak toilet yang jauh sehingga
sebelum mencapai tempatnya sudah tidak dapat menahan air kemih
faktor-faktor yang mengiringi perubahan pada organ tubuh antara lain infeksi saluran
kemih, obat-obatan, imobilisasi, dan kepikunan
Golongan obat yang berkontribusi pada IU, yaitu diuretika, antikolinergik, analgesik,
narkotik, antagonis adrenergic alfa, agonic adrenergic alfa, ACE inhibitor, dan kalsium
antagonik. Golongan psikotropika seperti antidepresi, antipsikotik, dan sedatif hipnotik.
Kafein dan alcohol
d. Apa jenis-jenis inkontinensia urin? 4, 13, 9
Dalam satu tahun terakhir kedua tangan Tn. Abdul sering bergetar terutama tangan kanan, apabila
berjalan langkahnya kecil-kecil dan sering terjatuh.
a. Apa makna klinis dari keluhan tangan sering bergetar, berjalan langkahnya kecil-kecil dan sering
terjatuh? 5, 1, 10
b. Bagaimana mekanisme dari keluhan tangan sering bergetar, berjalan langkahnya kecil-kecil dan
sering terjatuh? 6, 2, 11
c. Apa hubungan keluhan selama satu tahun dengan inkontinensia urin? 7, 3, 12
Pemeriksaan fisik, laboratorium, neurologis
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan? 8, 4, 13
b. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan neurologis (resting tremor, pull test, MMSE) dan
indikasinya? 9, 5, 1
Hipotesis
Tn. Abdul, 60 tahun, dengan inkontinensia urin, tremor, sering terjatuh suspect Parkinson
Template
How to diagnose 2, 12, 9
Diagnosis banding 3, 13, 10
Alzheimer
Parkinson
…
Pemeriksaan Penunjang 4, 1, 11
Diagnosis kerja 5, 2, 12
Epidemiologi 6, 3, 13
Tatalaksana 7, 4, 1
Komplikasi 8, 5, 2
Pencegahan dan edukasi 9, 6, 3
Penyakit Parkinson
1. menerapkan pola hidup sehat dan mengkonsumsi makanan yang bernutrisi
2. melakukan olahraga dengan teratur
Incontinensia urin
1. Menjaga diri agar terhindar dari penyakit yang dapat menyebabkannya.
2. berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain.
3. Makan tinggi serat agar terhindari dari sembelit.
4. Berhenti mengkonsumsi alkohol.
5. Mengurangi konsumsi caffein dan minuman bersoda.
6. Menjadi pribadi yang aktif secara fisik dan rutin berolah raga.
Prognosis 10, 7, 4
SKDI 11, 8, 5
Learning Issue
Parkinson 1, 2, 3, 4, 5, 6
Penyakit Parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah monograf oleh James Parkinson seorang dokter
di London, Inggris, pada tahun 1817. Di dalam tulisannya, James Parkinson mengatakan bahwa penyakit
(yang akhirnya dinamakan sesuai dengan namanya) tersebut memiliki karakteristik yang khas
yakni tremor, kekakuan, dan gangguan dalam cara berjalan.
Parkinson adalah salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan pada organ otak,
terutama pada bagian sistem syaraf pusat otak manusia yang mengalami kemunduran. Hampir di
seluruh bagian daerah di dunia, penyakit Parkinson menyerang banyak orang, bahkan para penderita
Parkinson pria dan wanita hampir berimbang. Penyakit Parkinson biasanya dimulai antara usia 50 dan
65, menyerang sekitar 1 % dari seluruh populasi. Penyakit Parkinson lebih sering dialami oleh pria
dibandingkan wanita.
Pada awalnya orang yang menderita Parkinson tidak menyadari akan serangannya itu. Mereka
mengetahuinya pada saat Parkinson telah meradang dan berkembang. Parkinson dapat menjadi suatu
penyakit yang sangat menakutkan. Dikarenakan penderita Parkinson tidak dapat mengatur hidupnya
sendiri dan sangat bergantung terhadap orang yang di sekitarnya.
Penyakit Parkinson sulit dicegah dan disembuhkan karena penyebabnya sendiri sulit diketahui pasti.
Yang jelas, ketika individu kehilangan lebih dari 80 suplai dopamine, yaitu zat penting dalam proses
pengiriman sinyal antara sel-sel saraf otak untuk mengatur gerakan, maka individu akan mengalami
beberapa gejala Parkinson.
Pada tahap awal dan dalam jangka waktu yang lama, penderita tidak menyadari bahwasanya ia
menderita Parkinson. Keluhan yang biasa disampaikan pada awalnya berupa nyeri pada punggung,
leher, bahu, atau pinggang. Seiring berjalannya waktu, postur tubuh yang membungkuk, anggota gerak
menjadi tidak elastis dan fleksibel, langkah menjadi kecil-kecil bahkan diseret-seret. Suara mengecil dan
monoton. Adanya sedikit kekakuan dan keterlambatan eksekusi gerakan atau pengurangan gerakan
tangan saat berjalan biasanya terabaikan, sampai pada suatu saat itu disadari oleh klinisi ataupun
keluarga pasien.
Pada banyak penderita, pada mulanya Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang
beristirahat, tremor akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur.
Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor.
Orang dengan Parkinson lanjut juga mengalami gangguan motorik halus. Di antaranya kesulitan
memotong makanan, mengancingkan baju, membuka lembaran buku, tulisan menjadi lebih kecil
ukurannya dari biasanya. Untuk pekerjaan sepele seperti mengetuk pintu pun, adalah hal yang sulit bagi
penderita Parkinson.
Diagnosis penyakit ini didasarkan dari gejala klinis yang dinilai oleh dokter dan atau didukung dengan
pencitraan otak (CT Scan atau MRI kepala). Pengobatan dasar penyakit ini adalah dengan kombinasi
obat levodopa-karbidopa.
Penyakit Parkinson bersifat progresif, artinya gejala dan tanda tersebut akan bertambah buruk.
Walaupun dalam jangka waktu yang lama dan bertahap. Penyakit Parkinson yang mulai sebelum umur
20 tahun disebut sebagai Juvenile Parkinsonism.
Jenis-jenis Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson Primer, terjadi akibat produksi dopamine rendah yang tidak diketahui
penyebabnya.
Penyakit Parkinson Sekunder, yang diakibatkan oleh faktor luar. Penggunaan obat-obatan
hipertensi, antiaritmia, obat jantung, anti muntah, dll. Penggunaan obat-obatan ini secara
berlanjut dan mengendap di tubuh dalam jangka waktu yang lama akan menjadi racun bagi
tubuh. Selain itu, keracunan akibat zat-zat polutan seperti karbonmonoksida, sianida disulfida,
pestisida, dan berbisida dapat menimbulkan penyakit Parkinson.
Orang-orang terkenal yang menderita penyakit Parkinson
10 Tanda Awal Penyakit Parkinson
Berikut ini adalah 10 tanda awal penyakit Parkinson, yaitu:
1. Hilangnya indera penciuman
2. Sulit tidur
3. Mengalami sembelit dan problem berkemih
4. Kurangnya ekspresi wajah
5. Nyeri pada leher
6. Lambat saat menulis
7. Perubahan suara
8. Lengan tidak berayun bebas
9. Berkeringat secara berlebihan
10. Perubahan suasana hati dan kepribadian
Gejala penyakit Parkinson
Gejala dari Penyakit Parkinson merupakan akibat dari degenerasi sel saraf dopaminergik yang berada di
area substansia nigra, bagian dari otak yang mengontrol dan mengatur gerakan tubuh. Gejala-gejalanya
antara lain otot yang bergetar (tremor), gerakan yang melambat (bradikinesia), kekakuan otot (rigiditas)
dan gangguan berjalan atau masalah keseimbangan.
Sejalan dengan berlangsungnya penyakit, gejala-gejala ini biasanya semakin memburuk dan
mempengaruhi kemampuan pasien untuk bekerja dan menjalankan fungsinya.
Berikut ini adalah 4 gejala utama dari penyakit PD (Parkinson Disorder) atau bisa disingkat “TRAP”,
yaitu:
1. Tremor
Tremor Istirahat (Rest Tremor) yang khas ini merupakan gejala yang paling jelas, sering terdapat pada
awal penyakit dan mudah diidentifikasi oleh penderita maupun keluarganya sendiri. Rest tremor ini
bersifat kasar (kurang lebih 4 siklus/detik), dan gerakannya seperti memulung pil (pill-rolling) atau
seperti menghitung uang logam. Tremor dapat dimulai dari satu ekstremitas saja pada awal gejala dan
dapat menyebar sehingga mengenai seluruh anggota tubuh (lengan, rahang, lidah, kelopak mata,
tungkai) bahkan juga suara. Tremor ini berupa gerakan getar yang biasanya muncul pada gerak tangan,
lengan, atau tungkai saat rileks. Misalnya saat memegang koran atau gagang telepon.
Tremor dapat menghilang jika otot berelaksasi total ataupun dengan melakukan gerakan. Faktor fisik
dan emosi dapat mencetuskan timbulnya tremor ini. Ada jenis tremor yang lainnya dengan frekuensi 7-8
siklus/menit. Tidak seperti yang 4 siklus/menit, tremor ini dapat tetap ada pada gerakan penderita dan
tidak berhubungan dengan posisi diam dari anggota gerak (bukan rest tremor) dan lebih mudah hilang
pada posisi otot yang relaksasi. Pasien bisa menampakkan gejala kedua tremor ini atau hanya salah
satunya.
Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan
tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening, dan kelopak mata. Biasanya penderita
mengeluh tangannya bergetar saat beristirahat, namun tidak saat melakukan aktivitas. Tremor yang
terjadi pada kepala menyebabkan kepala menggeleng, mulut membuka menutup, dan lidah terjulur
tertarik tarik.
Tremor juga akan muncul atau bertambah berat pada keadaan stres. Saat konsentrasi pun bisa muncul
gejala tremor, namun pada saat tidur lelap gejala ini tidak muncul. Pada kondisi lanjut, tremor juga akan
muncul meski sedang beraktivitas.
2. Rigiditas
Rigiditas: kekakuan; peningkatan tonus otot. Dikombinasikan dengan rest tremor, kekakuan ini
menghasilkan fenomena ‘cog-wheel’ atau roda gigi saat ekstremitas digerakkan secara pasif. Hal ini juga
sangat jelas dapat dirasakan dengan cara mempalpasi otot pasien bahkan pada keadaan rileks dan rasa
ingin jatuh.
Rigiditas, yang didefinisikan sebagai tahanan terhadap gerakan pasif sehingga apabila persendian
penderita digerakkan orang lain, akan terasa seperti “roda gigi”. Penderita mengeluh otot kaku, nyeri
sendi, dan lelah. Keadaan ini terkadang menyerupai gejala rematik. Postur tubuh dapat menjadi
membungkuk ke depan. Pada keadaan yang lanjut gerakan sendi bisa menjadi terbatas.
Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis dan otot protagonis dan terdapat pada
kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron otot protagonis dan otot antagonis sewaktu gerakan.
Meningkatnya aktivitas alfa motoneuron pada otot protagonis dan otot antagonis menghasilkan rigiditas
yang terdapat pada seluruh luas gerakan dari ekstremitas yang terlibat.
3. Akinesia/Bradykinesia
Bradykinesia/Akinesia: pengurangan atau tidak adanya gerakan sama sekali. Gerakan cepat, berulang-
ulang menghasilkan sebuah gerakan disritmik dan pengurangan kekuatan gerakan.
Bradikinesia, berupa menurunnya gerakan motorik tubuh secara keseluruhan. Misalnya, sulit bangkit
dari kursi, memulai berjalan atau berbalik ke tempat tidur. Wajah tampak murung dan sedih, kedipan
mata berkurang atau tatapan mata kosong seperti orang melamun. Suara juga dapat berubah menjadi
halus dan pelan, sehingga sulit didengar. Gaya berjalan menjadi kaku seperti robot, langkah menjadi
kecil-kecil dan pendek, langkah diseret, lengan tidak atau kurang melenggang. Dalam hal makan,
penderita juga mengalami kelambanan, baik mengunyah atau menelan, dan bahkan dapat
mengeluarkan air liur.
Bradikinesia menyebabkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan berkurang
sehingga wajah mirip topeng, kedipan mata berkurang, menelan ludah berkurang sehingga ludah keluar
dari mulut. Gerakan penderita menjadi lamban sehingga gerak asosiatif menjadi berkurang misalnya:
sulit bangun dari kursi, sulit mulai berjalan, lamban mengenakan pakaian atau mengancingkan baju,
lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak bibir dan lidah menjadi lamban. Terjadi perubahan
pada tulisan tangan. Saat menulis, tulisan penderita Parkinson biasanya lama-lama akan semakin
mengecil sampai tidak terbaca. Dan jika terjadi di usia produktif, maka akan mengganggu pekerjaannya.
Bradikinesia merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi dari impuls optik sensorik, labirin,
propioseptik dan impuls sensorik lainnya di ganglia basalis. Hal ini mengakibatkan perubahan pada
aktivitas refleks yang mempengaruhi alfa dan gamma motoneuron.
4. Hilangnya refleks postural
Postural instability (ketidakstabilan postural): tidak adanya refleks postural sehingga mengakibatkan
ketidakseimbangan.
Instabilitas Postural yang ditandai dengan memburuknya keseimbangan tubuh sehingga penderita
mudah jatuh. Ketika sedang berjalan penderita dapat mengalami kesulitan berhenti sehingga saat akan
berhenti dapat kehilangan keseimbangan.
Meskipun sebagian peneliti memasukkan sebagai gejala utama, namun pada awal stadium penyakit
Parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita penyakit Parkinson yang sudah berlangsung
selama 5 tahun mengalami gejala ini. Keadaan ini disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif
dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan
mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.
Gejala Parkinson berbeda pada setiap dari mereka yang mengalaminya. Gejala umumnya dimulai pada
satu sisi bagian tubuh dan biasanya memburuk pada sisi tersebut bahkan setelah gejala mulai terjadi
pada kedua sisi tubuh.
Proses terjadinya penyakit Parkinson
Penyebab pasti terjadinya penyakit Parkinson masih belum diketahui.
Seseorang bisa mengidap penyakit Parkinson jika tubuhnya, khususnya otak kekurangan zat yang
disebut dopamine. Dopamine adalah mediator yang dibutuhkan otak untuk mengatur dan
mengkoordinasi kapan dan jenis gerakan yang harus dilaksanakan oleh otot. Normalnya, dopamine
dihasilkan oleh sel-sel saraf tertentu di otak, bila sel saraf tersebut rusak sehingga produksi dopamine
berkurang maka kemampuan otak mengatur dan mengkoordinasi gerakan akan terganggu dengan risiko
timbul gerakan yang abnormal.
Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus
(suatu infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif
lainnya, obat-obatan atau racun mempengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak.
Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia
menghambat kerja dopamin pada sel saraf. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya
dopamin terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor genetik
tidak memegang peran utama.
Diagnosis Penyakit Parkinson
Diagnosis penyakit Parkinson berdasarkan klinis dengan ditemukannya gejala motorik utama antara lain
tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural. Kriteria diagnosis yang
dipakai di Indonesia adalah kriteria Hughes (1992):
Possible : didapatkan 1 dari gejala-gejala utama
Probable : didapatkan 2 dari gejala-gejala utama
Definite : didapatkan 3 dari gejala-gejala utama
Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit dalam hal ini
digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr (1967) yaitu:
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat gejala yang
mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu anggota
gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman).
Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan terganggu.
Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat berjalan/berdiri,
disfungsi umum sedang.
Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu,
rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang dibandingkan
stadium sebelumnya.
Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan
berjalan walaupun dibantu.
Penyebab penyakit Parkinson
Berikut ini adalah penyebab terjadinya penyakit Parkinson, yaitu:
Faktor keturunan.
Kepala terluka atau pernah mengalami trauma kepala akibat kecelakaan benturan di kepala.
Efek samping dari penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama
seperti obat hipertensi, jantung, dan stroke.
Usia, karena Penyakit Parkinson umumnya dijumpai pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia
di bawah 30 tahun.
Ras, di mana orang kulit putih lebih sering mendapat penyakit Parkinson daripada
orang Asia dan Afrika.
Genetik, faktor genetik amat penting dengan penemuan pelbagai kecacatan pada gen tertentu
yang terdapat pada penderita Penyakit Parkinson, khususnya penderita Parkinson pada usia
muda.
Toksin (seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine (MPTP), CO, Mn, Mg, CS2,
methanol, etanol, dan sianida), penggunaan herbisida dan pestisida, serta jangkitan.
Tekanan emosional.
Penggunaan obat-obatan terlarang.
Paparan racun lingkungan.
Stroke.
Tiroid dan gangguan paratiroid.
Trauma kepala berulang (misalnya, trauma terkait dengan tinju).
Tumor otak.
Kelebihan cairan di sekitar otak (disebut hidrosefalus).
Radang otak (ensefalitis) akibat infeksi.
Jenis kelamin. Laki-laki lebih berisiko daripada wanita.
Merokok.
Pekerjaan, khususnya petani karena risiko terpapar pestisida/herbisida lebih besar.
Komplikasi Penyakit Parkinson
Adapun komplikasi yang harus dicermati ialah:
- Dekubitus (luka lecet di bokong, tumit, punggung akibat lama tertekan).
- Malnutrisi karena penderita menolak makan karena kesusahan mencerna makanan.
- Luka karena terjatuh karena badan tidak bisa berjalan dengan benar.
- Radang paru akibat kesedot makanan/minuman.
- Gangguan BAB (buang air besar) dan BAK (buang air kecil).
- Gangguan fungsi seksual.
- Depresi.
- Demensia.
Pencegahan Penyakit Parkinson
- Menghindari trauma otak dengan menghindari benturan yang keras karena pada dasarnya
penyakit Parkinson disebabkan karena rusaknya neuron, unit terkecil otak manusia yang berfungsi
menyampaikan pesan dari otak ke syaraf yang kemudian akan diteruskan ke anggota tubuh lain dan
sebaliknya.
- Meningkatkan latihan fisik dan aktivitas mental
- Menjauh dari zat beracun
- Menghindari kelelahan mental.
- Membatasi asupan vitamin B6
- Menghindari melakukan kegiatan di luar ruangan jika cuaca panas.
- Memiliki cara makan yang benar
Pengobatan Penyakit Parkinson
Pengobatan penyakit Parkinson saat ini bertujuan untuk mengurangi gejala motorik dan memperlambat
progresivitas penyakit. Tetapi selain gangguan motorik penyakit Parkinson juga mengakibatkan gejala
non motorik seperti depresi dan penurunan kognitif, disamping terdapat efek terapi obat jangka
panjang. Tidak ada obat untuk Parkinson, tetapi banyak jenis obat dan operasi dapat mengendalikan
gejala penyakit tersebut. Perawatan pada penderita penyakit Parkinson bertujuan memperlambat atau
menghambat perkembangan penyakit dengan pemberian obat dan terapi fisik untuk melatih sel-sel
otot.
Walaupun Penyakit Parkinson sampai dengan saat ini belum dapat disembuhkan, terdapat kemajuan
dalam pengobatan beberapa tahun belakangan ini, berdasarkan pada pemahaman baru dari kondisi dan
proses penyakitnya. Diagnosa awal, obat-obatan, strategi rehabilitasi, dan upaya menolong diri sendiri
telah memberikan manfaat pada pasien Penyakit Parkinson dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
A. Pengendalian gejala dengan obat.
Penyakit Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, tetapi tidak satupun dari obat-obat tersebut yang
menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangannya, fungsi obat-obat tersebut adalah
untuk membuat penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup
penderita. Untuk mempertahankan mobilitasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan kegiatan
sehari-harinya sebanyak mungkin dan mengikuti program latihan secara rutin.
Ada beberapa jenis obat yang bisa dipakai untuk mengendalikan gejala penyakit Parkison, yaitu:
- Obat yang menaikkan kadar dopamine di otak yaitu levodopa: Madopar,
- Obat yang cara kerjanya mirip dopamin (Dopamin agonist): Sifrol,
- Obat yang bekerja menghambat kerusakan dopamine di otak (MAO B inhibitor): Jumex,
- Yang membantu koordinasi kerja otot (antikolinergik) antara lain: Artane,
- Lain-lain misalnya: Amantadine
Obat poten (pilihan utama) untuk Parkinson sampai sekarang ini adalah levodopa, walaupun
penggunaannya sudah mulai dikurangi disebabkan oleh banyaknya efek samping yang ditemukan.
Khusus untuk levodopa masa kerja obat ada batasannya, artinya suatu saat efek obat tersebut akan
berkurang bahkan menghilang walaupun dosisi telah optimal (fenomena on – off) sehingga perlu
dikombinasikan dengan obat lain.
Obat anti Parkinson terdiri atas empat golongan, diantaranya:
- Obat Dopaminerik sentral: Prekursor DA (Levodopa) dan Agonis DA (Bromokriptin, apomorfin,
ropinirol, pramipreksol)
Levodopa.
Pengobatan dasar untuk Parkinson adalah levodopa-karbidopa. Di dalam otak, levodopa diubah menjadi
dopamin. Obat ini mengurangi tremor dan kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita
Parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal dan penderita yang sebelumnya
terbaring di tempat tidur menjadi kembali mandiri. Penambahan Karbidopa dimaksudkan untuk
meningkatkan efektivitas Levodopa di dalam otak dan untuk mengurangi efek Levodopa yang tidak
diinginkan di luar otak. Kini ada kombinasi tiga obat selain Levodopa dan Karbidopa juga ditambahkan
Entacapone. Dimana fungsi Entacapone membantu kerja kedua obat tersebut dengan memperlancar
masuknya kedua obat tersebut ke otak.
Mekanisme Kerja. Di dalam otak Levodopa dirubah menjadi Dopamin. Pengubahan levodopa menjadi
dopamin membutuhkan adanya dekarboksilase asam L-amino aromatik.
Efek samping. Yang paling sering terjadi adalah mual, muntah dan anoreksia. Pada permulaan terapi
juga dapat timbul hipotensi ortostatis dan gangguan pusat ringan seperti gelisah, rasa takut, bingung
dan pikiran kacau.
Interaksi Obat. Piridoksin, sebagai ko-enzim, mempercepat perombakan perifer levodopa dengan jalan
memperkuat kegiatan dekarboksilase.
Bromokriptin.
Bromokriptin merupakan prototip kelompok ergolin yaitu alkaloid ergot yang bersifat dopaminergik,
yang dikelompokkan sebagai ergolin.
Mekanisme Kerja. Bromokriptin merangsang reseptor dopeminergik. Obat ini lebih besar afinitasnya
terhadap reseptor D2 dan merupakan antagonis reseptor D1. organ yang dipengaruhi ialah yang memilki
reseptor dopamin yaitu SSP, kardiovaskular, poros hipotalamus dan saluran cerna.
Efek samping. Efek samping bromokriptin memperlihatkan variasi individu yang nyata. Gangguan psikis
berupa halusinasi penglihatan dan pendengaran lebih sering ditemukan dibandingkan dengan
pemberian levodopa. Efek samping yang jarang-jarang terjadi adalah eritromelalgia, kemerahan, nyeri,
panas dan edema ditungkai bawah.
Interaksi Obat. Pemberian obat bersama antasid atau makanan, mengurangi mual yang berat.
Antipsikotropika dan metoklorpromida sebagai antagonis dopamin, dapat mengurangi efeknya.
- Obat antikolinergik sentral:
Senyawa antikolinergik sentral: triheksifenidil, biperidin, sikrimin, prosiklidin, benzotropin mesilat, dan
karamifen.
Senyawa antihistamin : Difenhidramin, klorfenoksiamin, orfenadrin, dan fenindamin.
Derivat fenotiazin : etopropazin, prometazin, dan dietazin.
Antikolinergik merupakan obat alternatif levodopa dalam pengobatan Parkinsonisme. Prototip
kelompok ini adalah triheksifenidil. Termasuk dalam kelompok ini adalah biperidin, prosiklidim,
benzotropin, dan antihistamin.
Mekanisme Kerja. Dasar kerja obat ini adalah mengurangi efektivitas kolinergik yang berlebihan di
ganglia basal.
Efek samping. Antiparkinson kelompok antikolinergik menimbulkan efek samping sentral dan perifer.
Efek samping sentral dapat berupa gangguan neurologik yaitu: ataksia, disartria, hipertermia, gangguan
mental, pikiran kacau, amnesia, delusi, halusinasi, somnolen, dan koma.
Interaksi Obat. Obat Parkinson dapat melawan atau meniadakan efek antipsikotika dan bisa
mencetuskan gejala psikosi pada pasien yang ditangani dengan dua obat. Dengan demikian dianjurkan
untuk menurunkan dosis obat Parkinson. Sebaliknya antidepresiva dapat memperkuat efek kognitif dari
antikolinergika.
- Obat Dopamino-antikolinergik: Amantadin dan Antidepresan trisiklik
Amantadin
Amantadin adalah antivirus yang digunakan terhadap influenza Asia. Secara kebetulan penggunaan
amantandin pada seorang pasien yang menderita influenza yang juga menderita Parkinson
memperlihatkan perbaikan gejala neurologik. Kenyataan ini merupakan titik tolak penggunaan
amantandin.
Mekanisme kerja. Amantandin diduga meningkatkan aktivitas dopaminergik serta menghambat aktivitas
kolinergik di korpus striatum. Amantandin membebaskan DA dari ujung saraf dan menghambat ambilan
prasinaptik DA, sehingga memperpanjang waktu paruh DA di sinaps.
Efek samping. Efek samping amantandin menyerupai gejala intoksikasi atropin. Gejala yang dapat timbul
adalah depresi, gelisah, insomnia, pusing, gangguan saluran cerna, mulut kering dan dermatitis.
- Penghambat MAO-B: Selegilin
Selegilin merupakan penghambat monoamin oksidase-B (MAO-B) yang relatif spesifik. Saat ini dikenal
dua bentuk penghambat MAO, tipe A yang terutama berhubungan dengan deaminasi oksidatif
norepinefrin dan serotonin, tipe B yang memperlihatkan aktivitas terutama pada dopamin.
Mekanisme kerja. Selegilin menghambat deaminasi dopamin sehingga kadar dopamin sehingga kadar
dopamin di ujung saraf dopaminergik lebih tinggi. Selain itu, ada hipotesis yang mengemukakan bahwa
selegilin mungkin mencegah pembentukan neurotoksin endogen yang membutuhkan aktivasi oleh
MAO-B.
Efek samping. Efek samping berat tidak dilaporkan terjadi, efek samping kardoivaskuler jelas kurang dari
penghambat MAO-A. Hipotensi, mual, kebingungan dan psikosis pernah dilaporkan.
Obat-obatan untuk mengobati penyakit Parkinson:
Obat Aturan Pemakaian Keterangan
Levodopa
(dikombinasikan dengan
karbidopa)
Merupakan pengobatan utama untuk
Parkinson. Diberikan bersama karbidopa
untuk meningkatkan efektivitasnya &
mengurangi efek sampingnya
Mulai dengan dosis rendah, yang
selanjutnya ditingkatkan sampai efek
terbesar diperoleh
Setelah beberapa tahun
digunakan, efektivitasnya bisa
berkurang
Bromokriptin atau pergolid Pada awal pengobatan seringkali
ditambahkan pada pemberian levodopa
untuk meningkatkan kerja levodopa atau
diberikan kemudian ketika efek samping
Jarang diberikan sendiri
levodopa menimbulkan masalah baru
SeleglinSeringkali diberikan sebagai tambahan pada
pemakaian levodopa
Bisa meningkatkan aktivitas
levodopa di otak
Obat antikolinergik
(benztropin &
triheksifenidil), obat anti
depresi tertentu,
antihistamin
(difenhidramin)
Pada stadium awal penyakit bisa diberikan
tanpa levodopa, pada stadium lanjut
diberikan bersamaan dengan levodopa,
mulai diberikan dalam dosis rendah
Bisa menimbulkan beberapa
efek samping
Amantadin
Digunakan pada stadium awal untuk
penyakit yang ringan
Pada stadium lanjut diberikan untuk
meningkatkan efek levodopa
Bisa menjadi tidak efektif
setelah beberap bulan
digunakan sendiri
1. Dementia
Menurut WHO, demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena
adanyakelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan gangguan fungsi luhur
multipelseperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran pada
demensiatidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol
emosi, perilaku dan motivasi.Merosotnya fungsi kognitif ini harus cukup berat sehingga mengganggu
fungsi sosial dan pekerjaan individu.
Demensia adalah suatu kondisi klinis yang perlu didiagnosis dan ditelusuri penyebabnya.
Penyebab demensia sangat banyak, namun tampilan gejala klinis umumnya hampir sama. Enam puluh
persen demensia adalah irreversibel (tidak dapat pulih ke kondisi semula), 25% dapat dikontrol, dan 15%
reversibel (dapat pulih kembali). Penyakit penyebab demensia yang dapat diobati harus dapat
diidentifikasi dan dikelola sebaik-baiknya.
Inkontinensia urin 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13