Mi Grain

download Mi Grain

of 16

Transcript of Mi Grain

  • 8/3/2019 Mi Grain

    1/16

    Migrain

    II. 1. Definisi

    Sefalgia adalah nyeri kepala, sensasi nyeri pada kepala yang dapat berupa sensasi

    berdenyut, rasa terikat, tertusuk-tusuk, dan sebagainya.

    II. 2. Klasifikasi

    Klasifikasi Sefalgia menurutInternational Headache Society:

    Migren

    Migren tanpa aura

    Migren dengan aura

    Migren oftalmoplegik

    Migren retina.

    Sindrom periodik pada masa anak-anak yang menjadi prekursor atau terkait

    dengan migren.

    Gangguan migren yang tidak memenuhi semua kriteria di atas.

    Sakit kepala tipe tension.

    Sakit kepala tipe tension episodik atau kronik.

    Sakit kepala tipe klaster dan hemikrani paroksismal kronik.

    Macam-macam sakit kepala yang tidak terkait dengan kelainan struktural.

    Sakit kepala idiopatik seperti ditusuk-tusuk.

    Sakit kepala akibat kompresi eksternal.

    Sakit kepala yang distimulasi oleh dingin.

    Sakit kepala ringan karena batuk.

    Sakit kepala ringan karena latihan fisik.

    Sakit kepala terkait dengan aktivitas seksual.

    Sakit kepala yang berkaitan dengan trauma.

    Sakit kepala akut pasca trauma.

    Sakit kepala kronik pasca trauma.

    Sakit kepala yang terkait dengan kelainan vaskular.

    Gangguan serebrovaskular iskemik akut.

    Hematom intrakranial.

  • 8/3/2019 Mi Grain

    2/16

    Perdarahan subarakhnoid.

    Unruptured vascular malformation

    Arteritis

    Sakit pada arteri karotis atau a.vertebralis.

    Trombosis vena.

    Hipertensi arterial.

    Gangguan vaskular lainnya.

    Sakit kepala terkait dengan kelainan intrakranial non-vaskular.

    Akibat tekanan likuor serebro spinalis yang tinggi

    Akibat tekanan likuor serebro spinalis yang rendah

    Infeksi intrakranial.

    Sarkoidosis dan penyakit inflamatorik non-infeksi.

    Terkait dengan injeksi intratekal.

    Neoplasma intrakranial.

    Terkait dengan gangguan intrakranial lain.

    Sakit kepala yang terkait dengan substansi tertentu atau efek withdrawalnya.

    Sakit kepala yang diinduksi oleh pemakaian atau pemaparan akut

    suatu substansi.

    Sakit kepala yang diinduksi oleh pemakaian atau pemaparan kronik

    suatu substansi.

    Sakit kepala karena withdrawal substansi pada penggunaan akut.

    Sakit kepala karena withdrawal substansi pada penggunaan kronik.

    Sakit kepala yang terkait dengan infeksi selain di kepala.

    Infeksi virus, bakteri atau lainnya.

    0. Sakit kepala yang terkait dengan gangguan metabolik.

    Hipoksia, hiperkapnia, gabungan hipoksia dan hiperkapnia, hipoglikemia,

    dialisis,d an abnormalitas metabolik lainnya.

    11. Sakit kepala atau sakit di area wajah yang terkait dengan gangguan pada

    struktur kepala atau wajah.

    Gangguan pada mata, telinga, hidung dan sinus-sinus, gigi, rahang, dan struktur

    terkait, serta gangguan pada temporomandibular joint.

    2. Neuralgia kranial, sakit di saraf batang badan.

  • 8/3/2019 Mi Grain

    3/16

    3. Sakit kepala yang tidak dapat diklasifikasikan.

    II. 3. Faktor Pencetus

    Serangan migren dapat dicetuskan oleh faktor-faktor, yaitu:

    Hormonal

    - Fluktuasi hormonal merupakan faktor pemicu pada 60% wanita, 14%

    wanita hanya mendapat serangan saat haid. Nyeri kepala migren dipicu

    oleh penurunan 17-b-estradiol menjelang haid.

    - Serangan migren berkurang pada kehamilan karena kadar estrogen yang

    relatif tinggi dan konstan.

    - Pada minggu pertama postpartum, 40% mengalami serangan hebat.

    - Pemakaian pil kontrasepsi juga meningkatkan frekuensi serangan.

    Menopause

    Frekuensi migren akan meningkat menjelang menopause. Terapi hormonal dapat

    membantu mengurangi serangan migren.

    Makanan

    - Alkohol (anggur merah) dan bir menyebabkan vasodilatasi.

    - Makanan yang mengandung tiramin yang berasa dari AA tirosin, seperti

    keju.

    - Makanan yang diawetkan atau diragi, yogurt.

    - Coklat (mengandung feniletilamin), telur, kacang, bawang, alpukat,

    pemanis buatan, jeruk, pisang, daging babi, teh, dan kopi.

    Monosodium glutamate.

    Menyebabkan serangan migren disertai gejala kecemasan, pusing, parestesi leher

    dan lengan, nyeri perut, dan dada.

    Obat-obatan

    Nitrogliserin, nifedipin sublingual, isosorbid dinitrat, tetrasiklin, vitamin A dosis

    tinggi, dan fluoksetin

    Aspartam (pemanis buatan)

    Kafein yang berlebihan (>350mg/hari) atau penghentian mendadak

    Lingkungan

    Perubahan cuaca, musim, tekanan udara, ketinggian.

  • 8/3/2019 Mi Grain

    4/16

    Rangsang sensorik

    Cahaya yang berkedip, cahaya silau dan terang, bau parfum, zat kimia pembersih,

    rokok, bising, dan suhu ekstrim.

    Stres fisik dan mental

    Aktivitas seksual, trauma kepala, gangguan tidur (kelebihan dan kekurangan).

    Keadaan lapar

    II. 4. Patofisiologi

    II. 4. 1. Mekanisme Migren

    Mekanisme migren sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Beberapa teori

    mekanisme berdasarkan penyelidikan yang telah dilakukan:1. Vaskuler

    Vasokonstriksi arteri intrakranial yang menyebabkan gangguan visual, motorik atau

    sensorik pada fase sebelum serangan, kemudian vasodilatasi a. temporalis superfisialis

    disertai dengan peninggian amplitudo denyut arteri tersebut dan adanya edema arteri,

    menyebabkan nyeri kepala.

    2. Serotonin

    Kadar metabolit serotonin dalam urine yang meninggi pada penderita migren waktu

    serangan nyeri kepala, kemudian ditemukannya kadar serotonin dalam plasma yang

    merendah pada saat yang sama, menyebabkan timbulnya teori yang mengatakan bahwa

    serotonin memegang peranan pada timbulnya migren.

    3. Prostaglandin

    Kadar prostaglandin yang meninggi dalam plasma pada waktu serangan migren dan

    pada penyelidikan pada monyet ternyata prostaglandin i.v. menyebabkan aliran darah a.

    karotis eksterna bertambah dan aliran a. karotis interna berkurang. Hasil tersebut

    menyebabkan orang menyangka bahwa prostaglandin mempunyai peranan penting pada

    migren.

    Sumber lain mengatakan beberapa teori, di antaranya adalah:

    1. Teori vaskular

    Serangan disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh darah intrakranial sehingga aliran

    darah otak menurun yang dimulai di bagian oksipital dan meluas ke anterior perlahan-lahan,

    melintasi korteks serebri dengan kecepatan 2-3 mm/menit, berlangsung beberapa jam (fase

  • 8/3/2019 Mi Grain

    5/16

    aura) dan diikuti oleh vasodilatasi pembuluh darah ekstrakranial yang menimbulkan nyeri

    kepala.

    2. Teori neurotransmiter

    Pada serangan terjadi pelepasan berbagai neurotransmiter antara lain serotonin dari

    trombosit yang memiliki efek vasokonstriktor. Reseptor serotonin ada sekitar tujuh jenis yang

    sudah ditemukan dan banyak terdapat di meningen, lapisan korteks serebri, struktur dalam

    dari otak, dan paling banyak inti-inti batang otak. Dua reseptor penting adalah 5-HT1 yang

    bila terangsang akan menghentikan serangan migren sedangkan reseptor 5-HT2 bila disekat

    maka akan mencegah serangan migren. Oleh sebab itu, baik agonis (sumatriptan,

    dihidroergotamin, ergotamin tartrat) maupun antagonis serotonin (siproheptadin, metisergid,

    golongan anti-depresan trisiklik, penyekat saluran kalsium) bermanfaat dalam

    penatalaksanaan migren. Di samping itu, neurotransmiter lainnya yang terlibat pada proses

    migren adalah katekolamin (noradrenalin), dopamin, neuropeptida Y dan CGRP (calcitonin

    gene-related peptide) dan VIP (vasoactive intestinal polypeptide), histamin, nitrit oksida,

    beta-endorfin, enkefalin dan dinorfin, serta prostaglandin.

    3. Teori sentral

    Serangan berkaitan dengan penurunan aliran darah dan aktivitas listrik kortikal yang

    dimulai pada korteks visual lobus oksipital. Gejala prodromal migren yang terjadi beberapa

    jam atau satu hari sebelum nyeri kepala berupa perasaan berubah, pusing, haus, menguap

    menunjukkan gangguan fungsi hipotalamus. Stimulasi nervus trigeminus dapat melebarkan

    pembuluh darah ekstrakranial kemungkinan melalui pelepasan neuropeptida vasoaktif

    misalnya substansi P.

    4. Teori inflamasi neurogenik (Moskowitz, 1991)

    Sistem trigeminovaskular dimulai dari meningen pada ujung serabut-serabut aferen

    primer C yang kecil dari nervus trigeminus yang badan selnya berada dalam ganglion

    trigeminus dan pembuluh darah di sekitarnya. Impuls yang berjalan sepanjang nervus V

    menuju ke ganglion, ke dalam pons, dan berjalan turun bersinaps pada nukleus kaudalis

    trigeminus. Inflamasi neurogenik yang menimbulkan nyeri migren terjadi pada ujung

    pertemuan antara serabut safar trigeminus dan arteri duramater. Inflamasi ini disebabkan oleh

    pelepasan substansi P, CGRP, dan neurikinin A dari ujung-ujung saraf tersebut.

    Neurotransmiter ini membuat pembuluh darah dura yang berdekatan menjadi melebar, terjadi

    ekstravasasi plasma, dan aktivasi endotel vaskuler. Inflamasi neurogenik ini menyebabkan

    sensitisasi neuron dan menimbulkan nyeri. Aktivitas listrik selama fase aura atau pada awal

  • 8/3/2019 Mi Grain

    6/16

    serangan migren menimbulkan depolarisasi serabut saraf trigeminus di dekat arteri piamater

    sehingga mengawali fase nyeri kepala.

    5. Teori unifikasi. (Lange dkk, 1989)

    Teori ini meliputi sistem saraf pusat dan pembuluh darah perifer. Beberapa proses

    pada korteks orbitofrontal dan limbik memicu reaksi sistem noradrenergik batang otak

    melalui lokus seruleus dan sistem serotonergik melalui inti rafe dorsal serta sistem

    trigeminovaskular yang akan mengubah lumen pembuluh darah, yang juga akan memicu

    impuls saraf trigeminus, terjadi lingkaran setan rasa nyeri. Nausea dan vomitus mungkin

    disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin pada area postrema dasar ventrikel 4 dalam

    medula oblongata. Proyeksi dari lokus seruleus ke korteks serebri dapat menimbulkan

    oligemia kotikal dan depresi korteks menyebar, menimbulkan aura.

    II.5. Manifestasi Klinis

    Gejala migren umum berupa nyeri kepala berdenyut, unilateral, timbul secara

    mendadak dan rekuren, disertai rasa mual atau muntah dan gangguan saraf otonom lainnya.

    Diantara serangan tidak ada gejala/keluhan. Kadang-kadang nyeri kepala tersebut didahului

    oleh gangguan visual, motorik atau sensorik selama beberapa menit, migren demikian disebut

    migren klasik.

    Gejala migren sangat bervariasi, bergantung pada penderita dan lingkungannya.

    Muntah tidak banyak dijumpai pada penderita-penderita Indonesia, demikian pula gangguan

    gastrointestinal lain yang menyertai. Penderita merasa lemah, mengurung diri dalam kamar

    gelap karena tidak tahan suara dan cahaya kuat. Biasanya penderita berusaha untuk dapat

    tidur, karena pengalaman menunjukkan bahwa gejalanya akan hilang setelah penderita dapat

    tidur. Gejala-gejala demikian dapat berlangsung dari beberapa jam sampai sehari, kadang-

    kadang lebih. Nyeri kepala pada migren umum mempunyai intensitas yang lebih hebat

    dibandingkan dengan nyeri kepala pada migren klasik.

    Penderita yang mempunyai serangan sekali dalam beberapa bulan biasanya tidak

    datang berobat, tetapi bila serangan ini berlangsung beberapa kali sebulan, maka barulah

    penderita datang berobat.

    II.6. Komplikasi

    a. Status migren

  • 8/3/2019 Mi Grain

    7/16

    Serangan migren dengan fase nyeri kepala lebih dari 72 jam dengan atau tanpa

    pengobatan.

    Periode bebas nyeri kepala kurang dari 4 jam.

    Sering dikaitkan dengan drug overuse.b. Infark migren

    Memenuhi satu atau lebih gejala-gejala aura migren yang tidak pulih kembali dalam

    tempo 7 hari

    Disertai dengan kelainan infark iskemik yang dikonfirmasikan dengan pemeriksaan

    neuroimaging

    II.7. DiagnosisTabel.1. Kriteria Diagnosis Sefalgia Primer menurut IHS (International Headache Society)

    1. Migren

    1.1. Migren tanpa aura

    A. Setidaknya terdapat 5 kali serangan yang memenuhi kriteria B-D.

    B. Serangan sakit kepala berlangsung 4-72 jam jika tidak diobati atau diobati namun

    tidak membaik.

    C. Sakit kepala setidaknya memiliki 2 dari 4 karakteristik di bawah ini.1. Lokasinya unilateral.

    2. Sifatnya berdenyut.

    3. Intensitasnya ringan sampai berat.

    4. Memberat dengan naik tangga atau aktivitas rutin sejenisnya.

    D. Selama terjadinya sakit kepala, setidaknya terdapat satu dari hal-hal di bawah ini:

    1. Mual dan atau muntah.

    2. Fotofobia dan fonofobia.

    1.2. Migren dengan aura.

    A. Setidaknya terdapat 2 serangan yang memenuhi kriteria B.

    B. Setidaknya terdapat 3 dari 4 karakteristik berikut ini:

    1. Satu atau lebih gejala aura yang reversibel yang menandakan adanya disfungsi

    korteks serebral fokal dan atau batang otak.

    2. Setidaknya terdapat satu gejala aura yang terjadi bertahap dalam 4 menit, atau

    2 atau lebih gejala yang terjadi berurutan.

  • 8/3/2019 Mi Grain

    8/16

    3. Tidak terdapat gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit. Jika terdapat

    lebih dari satu gejala, durasi terjadinya aura akan meningkat secara

    proporsional.

    4. Sakit kepala yang terjadi sertelah gejala aura dengan interval bebas sakit

    kepala kurang dari 60 menit. (sakit kepala dapat terjadi sebelum atau

    bersamaan dengan munculnya aura).

    2. Sakit kepala tipe tension.

    2.1. Sakit kepala tipe tension episodik.

    A. Setidaknua terdapat 10 episode sakit kepala sebelumnya yang memenuhi kriteria

    B-D di bawah ini. Jumlah hari terjadinya sakit kepala < 180/ tahun.

    B. Sakit kepala terjadi antara 30 menit sampai 7 hari.

    C. Setidaknya terdapat 2 dari hal-hal di bawah ini:

    1. Rasa seperti ditekan atau diikat. Tidak terasa berdenyut.

    2. Intensitasnya ringan-sedang.

    3. Lokasinya bilateral.

    4. tidak memberat dengan naik tangga atau aktivitas fisik rutin.

    D. Dua dari hal-hal di bawah ini.

    1. Tidak ada mual atau muntah, namun dapat terjadi anoreksia.

    2. Fonofobia dan fotofobia mungkin tidak ada, ada terdapat salah satunya saja .

    2.2. Sakit kepala tipe tension kronik.

    A. Frekuensi sakit kepala rata-rata 15 hari/ bulan. (180 hari/tahun) for 6 bulan

    dan memenuhi kriteria B-D yang terdapat di bawah ini.

    B. Setidaknya terdapat 2 dari hal-hal di bawah ini:

    1. Rasa seperti ditekan atau diikat.

    2. Tingkat keparahannya sedang-berat.

    3. Lokasinya bilateral.

    4. Tidak memberat dengan naik tangga atau aktivias fisik rutin.

    C. Dua hal di bawah ini:

    1. Tidak ada muntah.

    2. Tidak lebih dari dua hal berikut ini: mual, fotofobia, atau fonofobia.

    3. Sakit kepala tipe kluster.

    A. Setidaknya serangan terjadi 5 kali dan memenuhi daftar B_D di bawah ini.

  • 8/3/2019 Mi Grain

    9/16

    B. Sakit kepala berat terjadi 15-180 menit jika tidak diobati. Sakit kepala terjadi

    unilateral di area orbital, supraorbital, dan atau temporal.

    C. Sakit kepala berkaitan dengan sedikitnya satu dari tanda-tanda berikut ini, tanda-

    tanda yang didapatkan muncul pada sisi kepala yang sakit:

    1. Injeksi konjungtiva

    2. Lakrimasi

    3. Kongesti hidung.

    4. Rinorea

    5. Keringat di area wajah dan dahi.

    6. Miosis

    7. Ptosis

    8. Edema palpebra

    D. Frekuensi serangan: mulai dari 2 hari sekali hingga 8 kali / hari.

    Pada setiap kasus, minimal terdapat satu dari hal-hal di bawah ini:

    1. Anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis tidak menunjukkan

    adanya kelainan struktural.

    2. Anamnesis dan atau pemeriksaan fisik umum dan atau pemeriksaan neurologis

    menunjukkan adanya kelainan, namun dapat dieksklusi melalui investigasi yang

    sesuai.

    3. Kelainan dapat nyata, namun migrain, sakit kepala tipe tension, dan sakit

    kepala kluster tidak terjadi untuk pertama kalinya dalam hubungan waktu yang

    sebentar saat terjadinya kelainan.

    1. Anamnesis

    Hanya sedikit pasien dengan keluhan sakit kepala yang terbukti disebabkan oleh

    gangguan struktural (misalnya perdarahan subarakhnoid, meningitis, peningkatan tekanan

    intrakranial, arteritis temporal, sinusitis, spondilosis servikal, dll). Oleh karenanya untuk

    menentukan jenisnya maupun etiologinya sangat penting. Untuk itu perlu digali beberapa hal

    penting, yaitu:

    Onset

    Onset penting untuk mengetahui apakah gejala-gejala yang timbul menunjukkan suatu

    kelainan neurologis yang progresif, yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

    Frekuensi dan durasi

  • 8/3/2019 Mi Grain

    10/16

    Penting untuk mengetahui pola sefalgia pada sefalgia yang rekurens.

    Waktu terjadinya serangan

    Umumnya migren membuat pasien terbangun cepat di pagi hari, akan tetapi serangan

    migren dapat timbul kapan saja. Waktu onset ini penting baik untuk diagnosis maupun terapi.

    Jika sakit kepalanya sering menyebabkan pasien terbangun dari tidur, obat sebaiknya

    diminum malam sebelum tidur.

    Mode of onset

    Gejala peringatan awal

    Perubahan mood, menguap berlebih, keinginan yang kuat untuk makan makanan manis

    dapat merupakan gejala peingatan awal dari migren. Gejala ini harus dikenali oleh pasien

    dengan baik agar pasien dapat segera minum obat untuk mencegah munculnya serangan.

    Aura

    Aura yang paling sering terjadi biasanya berupa gangguan penglihatan dengan gejala

    positif (kilatan cahaya, zigzags, lingkaran-lingkaran cahaya atau rippling vision) dan

    gejala negatif (skotoma, hemianopia, bilateral blurring or tunnel vision). Gejala

    neurologis fokal lainnya seperti parestesis, hemiparesis dan disfasia dapat timbul selama

    aura.

    Onset akut

    Apakah timbulnya mendadak atau gradual harus ditanyakan pada pasien untuk

    menegakkan diagnosis.

    Lokasi.

    Pada migren, sakit kepala umumnya unilateral. Sakit kepala umumnya dimulai dari

    daerah temporal atau oksipital lalu meluas hingga seluruh paruh kepala. Sakit dapat

    menyebar ke leher dan bahu atau bahkan ke seluruh tubuh (jarang).

    Intensitas

    Migren umumnya dimulai sebagai nyeri tumpul dan dapat menjadi nyeri berdenyut

    apabila intensitas meningkat.

    Gejala lain yang berhubungan

    Sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan lain.

    Faktor pencetus

  • 8/3/2019 Mi Grain

    11/16

    Perlu diselidiki faktor pencetus migren pada pasien, baik untuk diagnosis, terapi

    maupun pencegahan serangan.

    Hal-hal yang mengurangi gejala

    Pada pasien migren umumnya sakit kepala berkurang dengan penekanan pada lokasi

    nyeri, kompres panas atau dingin, duduk atau berbaring dalam ruangan yang gelap. Bernapas

    dengan bantuan kantong kertas atau inhalasi karbondioksida 10% atau oksigen dapat

    memperpendek fase vasokonstriksi dari migren.

    Riwayat keluarga

    Sebanyak 46 persen pasien migren memiliki riwayat keluarga migren. Hubungan

    keluarga yang terbanyak yang mengalami migren adalah ibu. Penelitian pada kembar

    monozigot dan dizigot menunjukkan bahwa setengah dari kasus migren berhubungan dengan

    genetik, selebihnya karena pengaruh faktor lingkungan

    Riwayat penyakit sekarang dan terdahulu

    Riwayat penyakit terdahulu seperti trauma perlu digali lebih lanjut untuk menyelidiki

    apakah ada kelainan organik yang menyebabkan migren tersebut.

    Migren juga dapat berhubungan dengan penyakit-penyakit seperti hipertensi,

    aldosteronisme, dan hipertiroidisme. Tanyakan juga mengenai penyakit-penyakit infeksi yang

    mungkin berhubungan dan riwayat penyakit lainnya.

    Penelitian menunjukkan bahwa migren-like headache dengan aura dapat terjadi pada

    anak-anak setelah terpapar radiasi di kepala maupun setelah kemoterapi. Gejala migren dapat

    timbul bertahun-tahun setelah paparan tersebut.

    2. Pemeriksaan Fisik

    Penampilan secara Umum.

    Pada saat melakukan anamnesis pada pasien, dapat langsung dinilai mengenai

    keadaan pasien, misalnya apakah terdapat gejala kecemasan, depresi atau bahkan

    hipokondriasis pada pasien. Dinilai pula tanda-tanda fisik yang terlihat pada pasien, misalnya

    akromegali, goiter, dll.

    Apabila pada saat itu pasien sedang mengalami serangan migren, kita dapat melihat

    adanya pulsasi dari arteri temporalis dan cabang-cabangnya, kulit wajah pucat dengan daerah

    hitam pada area di bawah mata serta keringat berlebih. Pasien dapat berbicara kacau, bahkan

  • 8/3/2019 Mi Grain

    12/16

    stupor selama beberapa saat. Mungkin pula terjadi disartria atau disfasia. Dapat pula terjadi

    sindrom Horner yang bersifat sementara atau pupil yang berdilatasi pada sisi yang sakit, dan,

    sangat jarang, terjadi paresis otot ekstraokuler (Ophthalmoplegic migren).

    Tulang tengkorak.

    Tulang tengkorak kepala harus diperiksa secara seksama, apakah terdapat infeksi

    lokal, tumor tulang, nyeri, dll. Diperiksa tulang-tulang pada bagian sinus-sinus atau prosesus

    mastoideus, pada keadaan inflamasi daerah-daerah ini akan menjadi sensitif dengan perkusi.

    Auskultasi (pada daerah orbital, temporal dan prosesus mastoideus) dapat dilakukan

    untuk mendengar adanya bruit. Saraf-saraf oksipital seringkali tertekan sehingga

    menimbulkan rasa nyeri.

    Periksa pula adanya pulsasi pada arteri di daerah temporal, serta adanya vena-vena

    yang menonjol di daerah frontal dan temporal pada saat terjadinya serangan.

    Pemeriksaan nervus-nervus kranialis lainnya

    Periksa apakah ada gangguan dan jika ada gangguan tentukan letak lesinya.

    Pemeriksaan motorik dan sensorik

    Penting untuk memeriksa apakah ada kelumpuhan upper motor neuron yang terutama

    mengindikasikan lesi pada sistem saraf pusat. Periksa pula apakah ada gangguan pada sistem

    sensorik.

    3. Pemeriksaan Penunjang

    Electroencephalography

    EEG tidak selalu membantu dalam menegakkan diagnosis maupun dalam

    penatalaksanaan migren. Perubahan gelombang-lambat fokal didapatkan pada pasien dengan

    serangan yang berat dan memanjang, akan tetapi pada banyak penelitian, tidak banyak

    perubahan-perubahan pada EEG pada pasien migren.

    Visual Evoked Potentials (VEPs)

    VEPs dilakukan pada saat serangan migren yang disertai dengan gejala visual. Terjadi

    peningkatan amplitudo terhadap respons primer rangsang cahaya pada korteks visual

    menandakan sensitifitas pasien migren terhadap cahaya.

    Brain Imaging and Cerebral Angiography

  • 8/3/2019 Mi Grain

    13/16

    Computerized Tomography (CT) Scan dapat memperlihatkan adanya edema, infark

    kortikal dan area korteks yang atrofi pada pasien migren.

    Magnetic Resonance Imaging (MRI) dilaporkan menunjukkan adanya kelainan berupa

    punktata pada substansia alba pada 7 dari 17 pasien dengan migren. Cerebral angiography diindikasikan hanya apabila terdapat keraguan tentang diagnosis,

    dan aneurisme atau kelainan vaskuler harus disingkirkan. MR angiography merupakan

    alternatif non invasif dan seringkali bermanfaat.

    SPECT Scanning

    Single-photon Emission Tomograph (SPECT)Images, menggunakan molekul pelacak

    yang terfiksasi pada jaringan selama beberapa jam, lebih murah untuk diproduksi dan

    memberikan resolusi spasial yang lebih baik daripada menggunakan 133Xe. Kuantitas dari

    aliran darah tidak dapat dinilai, dan tidak ada perubahan yang signifikan pada migren tanpa

    aura, atau pada akhir serangan pada migren dengan aura, akan tetapi ada uptake molekul

    pelacak tersebut pada otot temporalis superfisial.

    Positron Emission Tomography (PET) Scan

    Jarang digunakan karena sulitnya untuk menentukan waktu scanning yang tepat pada

    saat serangan. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan terjadinya pengurangan aliran darah dan

    gangguan keseimbangan oksigen pada pasien dengan migren.

    II.8. Penatalaksanaan

    Tidur atau istirahat sejenak pada waktu serangan merupakan tindakan yang cukup

    ampuh untuk menghentikan serangan migren. Sebaiknya istirahat atau tidur di tempat yang

    tenang dan agak gelap karena penderita migren pada waktu serangan mengalami fotofobia

    dan fonofobia.

    II.8.1. Terapi simtomatik

    Aspirin atau parasetamol, beberapa pasien menunjukkan hasil lebih baik bila

    ditambahkan fenobarbital dosis kecil.

    Nyeri kepala hebat diobati dengan Kodein 30-60 mg

    Nausea dan vomitus diobati dengan Prometazin 25-50 mg atau proklorperazin 5-10 mg

    Bila pasien tidak bisa tidur, diberikan nitrazepam 5-10 mg sebelum tidur

  • 8/3/2019 Mi Grain

    14/16

    Penggunaan berlebihan obat-obat mengandung barbiturate, kafein dan opiate harus

    dihindari karena bisa menimbulkan eksaserbasi nyeri kepala bila obat tersebut dihentikan.

    Migren yang disertai kelainan saraf (migren komplikata) diberikan propanolol HCL 3-

    4x40 mg sehari. Migren menstrual diberikan NSAID sebelum menstruasi sampai menstruasi berhenti,

    misalnya natrium naproksen, asam mefenamat atau ketoprofen.

    II.8.2. Terapi abortif

    Harus diberikan sedini mungkin, tetapi sebaiknya pada saat mulai timbul nyeri kepala.

    Obat yang dapat digunakan:

    Ergotamine tartrat, dapat diberikan sendiri atau dengan obat antiemetik, analgesik atausedatif. Dosis oral 1mg pada saat serangan, diikuti 1 mg setiap 30 menit, sampai dosis

    maksimum 5 mg/serangan atau 10 mg/minggu.

    Dihdroergotamin. Dosis 1 mg intravena selama 2-3 menit dan didahului dengan 5-10 mg

    metoklopramid untuk menghilangkan mual dan dapat diulang setiap 1 jam sampai 3 mg.

    Sumatriptan suksinat. Dosis lazim 6 mg subkutan, dapat diulang dalam waktu 1 jam bila

    diperlukan (jangan melampaui 12 mg/24 jam).

    Stadium Diagnosis Terapi

    Migren ringan Sakit kepala berdenyut

    kadang-kadang.

    NSAID

    Tidak ada gangguan fungsi

    berat.

    Kombinasi analgetik.

    Agonis 5HT 1 oral

    Migren moderat Sakit kepala moderat

    sampai berat.

    Agonis 5 HT 1 oral, nasal,

    atau subkutan.

    Mual (umum terjadi) Antagonis dopamin oral.

    Terdapat beberapa

    gangguan fungsi.

    Migren berat Sakit kepala berat. 3 kali

    per bulan.

    Agonis 5 HT1 SC, IM, atau

    IV.

    Terdapat gangguan fungsi

    yang signifikan.

    Antagonis dopamin IM atau

    IV.

    Mual dan muntah. Medikasi profilaksis.

    II.9. Pencegahan

    II.9.1. Non medikamentosa

  • 8/3/2019 Mi Grain

    15/16

    Tata cara hidup. Siklus kehidupan yang terlalu ketat, kurang istirahat, terlambat makan,

    kurang rekreasi dsb dapat merupakan pencetus serangan migren. Pembagian waktu kerja,

    istirahat, rekreasi, olah raga perlu diatur dengan baik. Sebaliknya juga dapat dijumpai

    weekend migraine karena penderita migren terlalu banyak tidur pada akhir minggu. Faktor makanan. Apabila ada jenis makanan tertentu yang dapat mencetuskan serangan

    migren, maka jenis makanan ini perlu dihindari

    Faktor obat. Pasien juga perlu mengenali obat-obat yang bisa menjadi pencetus serangan

    migren, seperti nitrogliserin, nifedipin sublingual, tetrasiklin dsb, sehingga perlu

    dihindari.

    II.9.2 Medikamentosa

    Hanya diberikan pada pasien dengan serangan yang sering berulang atau parah dan

    tidak berhasil dengan terapi abortif. Obat yang digunakan:

    a. Beta blocker

    Propranolol, dengan dosis 80-160 mg per hari dibagi dalam 2-3 kali pemberian

    Nadolol, 40-240 mg/hari

    Atenolol, 50-200mg/hari

    b. Anti depresan trisiklik, yaitu amitriptilin atau imipramin dengan dosis 50-75 mg/harisebelum tidur atau dengan dosis terbagi.

    c. Ca channel blocker, verapamil 3-4 kali 80 mg/ hari, sebagai alternatif kedua bila a & b

    tidak efektif.

    d. Antihistamin-antiserotonin

    Siproheptadin dengan dosis 8-16 mg/hari dalam dosis terbagi.

    Pizotifen, dengan dosis 0,25-0,5 mg sekali, diberikan 1-3 x/hari.

    e. Metisergid (antagonis serotonin), 2mg/hari dinaikkan sampai 8 mg/hari dibagi dalambeberapa dosis. Dosis dinaikkan bila pasien bebas efek samping seperti mengantuk,

    ataksia dan mual.

    f. Antikonvulsan, bermanfaat pada pasien dengan epilepsy migrenosa.

    Fenitoin 200-400 mg/hari.

    Asam valproat 250-500 mg 2 kali sehari.

    II.10. Prognosis

  • 8/3/2019 Mi Grain

    16/16

    Migren tidak akan menyebabkan kematian walaupun akan mengganggu aktivitas

    sehari-hari pasien, tergantung dari reaksi penderita terhadap nyeri kepala yang dialaminya.

    Sebagian besar penderita migren anak dan remaja berhasil baik dengan pengobatan dan

    pendidikan keluarga. Migren dapat dihindari asalkan faktor pencetusnya dihindari.