MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

28
Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium MATERI INTI - 4 KONSELING & INFORMED CONSENT I. DESKRIPSI SINGKAT Konseling HIV adalah konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV AIDS guna mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggung jawab, menjalani pengobatan ARV dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait HIV AIDS. Konseling dan Tes HIV mempunyai dua pendekatan, yakni yang diinisiasi klien yang lebih dikenal dengan Voluntary Counselling and Counselling (VCT) dan yang diinisiasi petugas kesehatan Provider Initiated Tensting and Counselling (PITC). Pada umumnya pendekatan inisiasi oleh klien biasanya bagi mereka yang masih sehat merasa berisiko atau tidak berisiko dalam rangka keingintahuan status dirinya. Misalnya bagi seseorang yang sehat memerlukan surat keterangan tidak terinfeksi HIV untuk berbagai keperluan termasuk memenuhi persyaratan kesertaan berbagai asuransi kesehatan, memenuhi persyaratan kerja di suatu Negara, persiapan membina keluarga. Sementara konseling dan tes atas inisiasi petugas kesehatan dilakukan oleh petugas kesehatan pada pasien yang datang ke layanan kesehatan untuk suatu pemeriksaan atau pengobatan terkait HIV dan penyakit lain yang tidak terkait sekalipun. Dalam hal ini petugas kesehatan menduga ada hubungan antara keluhan atau tanda yang ditampilkan dengan infeksi HIV. Juga dalam melakukan layanan terhadap ibu yang hamil, maka petugas kesehatan perlu mencermati risiko ibu hamil atas paparan infeksi HIV, agar bayi dapat dieselamatkan dari tertular HIV. Layanan konseling dan tes atas inisiasi petugas kesehatan akan memperbesar kemungkinan diagnosis individual lebih cepat agar proses sehingga memungkinkan universal access terjangkau. Dikatakan bahwa dengan memberikan terapi satu orang akan menghindarkan 5 orang dari penularan. Layanan konseling dan tes atas inisiasi klien merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV AIDS berkelanjutan. Pedoman Peserta 189

description

MIVCT-4

Transcript of MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Page 1: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

MATERI INTI - 4KONSELING & INFORMED CONSENT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Konseling HIV adalah konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV AIDS guna mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggung jawab, menjalani pengobatan ARV dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait HIV AIDS.

Konseling dan Tes HIV mempunyai dua pendekatan, yakni yang diinisiasi klien yang lebih dikenal dengan Voluntary Counselling and Counselling (VCT) dan yang diinisiasi petugas kesehatan Provider Initiated Tensting and Counselling (PITC). Pada umumnya pendekatan inisiasi oleh klien biasanya bagi mereka yang masih sehat merasa berisiko atau tidak berisiko dalam rangka keingintahuan status dirinya. Misalnya bagi seseorang yang sehat memerlukan surat keterangan tidak terinfeksi HIV untuk berbagai keperluan termasuk memenuhi persyaratan kesertaan berbagai asuransi kesehatan, memenuhi persyaratan kerja di suatu Negara, persiapan membina keluarga.

Sementara konseling dan tes atas inisiasi petugas kesehatan dilakukan oleh petugas kesehatan pada pasien yang datang ke layanan kesehatan untuk suatu pemeriksaan atau pengobatan terkait HIV dan penyakit lain yang tidak terkait sekalipun. Dalam hal ini petugas kesehatan menduga ada hubungan antara keluhan atau tanda yang ditampilkan dengan infeksi HIV. Juga dalam melakukan layanan terhadap ibu yang hamil, maka petugas kesehatan perlu mencermati risiko ibu hamil atas paparan infeksi HIV, agar bayi dapat dieselamatkan dari tertular HIV.

Layanan konseling dan tes atas inisiasi petugas kesehatan akan memperbesar kemungkinan diagnosis individual lebih cepat agar proses sehingga memungkinkan universal access terjangkau. Dikatakan bahwa dengan memberikan terapi satu orang akan menghindarkan 5 orang dari penularan.

Layanan konseling dan tes atas inisiasi klien merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV AIDS berkelanjutan.

Konselor pada Konseling dan Testing HIV berasal dari kelompok:- Perawat, dokter, pekerja sosial dan petugas kesehatan lainnya - Profesi yang dalam pekerjaannya menerapkan konseling: psikologi klinis, psikiater, terapis

keluarga- Petugas kesehatan berbasis masyarakat yang merawat pasien- Orang yang Hidup dengan HIV AIDS- Orang yang peduli dengan HIV AIDS dengan pendidikan setidaknya Sekolah Menengah Umum

atau sederajat

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan pembelajaran umum:Pada akhir sesi, peserta mampu memahami tahapan dan isi konseling serta pentingnya informed consent.

B. Tujuan pembelajaran khususPada akhir sesi ini, peserta mampu :

1. Memahami dan menjelaskan pelayanan konseling dan tes HIV.2. Menjelaskan konseling pra tes3. Menjelaskan pentingnya Informed consent4. Menjelaskan pentingnya kerahasiaan.5. Menjelaskan konseling pasca tes.

Pedoman Peserta189

Page 2: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:Pokok Bahasan 1. Pelayanan konseling & tes HIVPokok Bahasan 2. KonselingPokok Bahasan 3. Informed consentPokok Bahasan 4. KerahasiaanPokok Bahasan 5. Konseling paska tes

IV. METODE

1. Curah pendapat2. Ceramah tanya jawab3. Diskusi kelompok4. Bermain peran

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Laptop2. LCD3. Flipchart4. Whiteboard5. Spidol (ATK)6. Modul7. Lembar latihan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pada sesi materi ini, peserta akan mempelajari 5 (lima) pokok bahasan. Berikut ini merupakan pedoman bagi fasilitator dan peserta dalam melaksanakan pembelajaran.

Sesi Uraian Kegiatan Langkah-langkah Pembelajaran Waktu(menit)

1 Pengkondisian 1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum berkenalan mulai dengan perkenalan.

2. Sampaikan tujuan pembelajaran, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

3. Menggali pendapat/pemahaman peserta terkait konseling dan inform consent

4. Tuliskan kata kunci pendapat mereka pada kertas flipchart atau metaplan.

10’

2 Pembahasan Materi Konseling dan Inform Consent

1. Fasilitator menyampaikan paparan dengan menggunakan tayangan power point, tentang :a. Pelayanan konseling dan tes HIVb. Konselingc. Informed consentd. Kerahasiaane. Konseling pasca tes

60’

Pedoman Peserta190

Page 3: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya (dalam proses ini fasilitator tetap perlu mengklarifikasi pendapat peserta yang telah tertuang saat curah pendapat, dengan membandingkannya dengan materi yang telah disajikan)

3 Lembar Kegiatan : Diskusi Kelompok

1. Fasilitator mendiskusikan kepada peserta mengenai konseling dan inform consent

2. Fasilitator mencatat hambatan yang ditemui dalam berbagai tatanan.

3. Fasilitator meminta masukan dari peserta dan melakukan klarifikasi bila ada yang kurang jelas.

45’

4 Refleksi dan Rangkuman 1. Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk melakukan refleksi bersama tentang pembahasan materi ini. Apakah tujuan pembelajaran yang ditetapkan sudah tercapai?

2. Dilanjutkan dengan menutup sesi ini dengan memberikan apresiasi atas keterlibatan aktif seluruh peserta.

20’

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1. Pelayanan Konseling & Tes HIV

Pelayanan Konseling dan testing HIV di Indonesia dilakukan dengan pendekatan :

1. VCT (Konseling dan tes sukarela)

2. PITC (Provider Initiated HIV Testing and Counselling – layanan tes dan konseling HIV terintegrasi di sarana kesehatan)

Semua model yang diterapkan harus mencakup 5 (lima) langkah yaitu :

1. Kontak awal (Inisiasi awal)

2. Konseling pra tes

3. Tes (Pemeriksaan)

4. Konseling pasca tes

5. Rujukan dan Tindak Lanjut

A. VCT

Konseling dan tes sukarela atau Voluntary Conseling and Testing ( VCT ) merupakan pintu masuk untuk membantu setiap orang mendapatkan akses kesemua pelayanan, baik informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial. Dengan terbukanya akses, maka kebutuhan akan informasi yang akurat dan tepat dapat dicapai sehingga proses berpikir dan bertindak dapat diarahkan kepada perubahan perilaku yang lebih sehat. Untuk dapat memberikan pelayanan VCT seperti dimaksud maka konseling dan tes haruslah berkualitas artinya harus dilakukan secara profesional.

APAKAH TUJUAN VCT ?

Pedoman Peserta191

Page 4: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

1. Membantu mengenali perilaku yang dapat menjadi sarana penularan HIV – AIDS2. Menyediakan informasi pencegahan dan pengobatan HIV – AIDS3. Memberikan dukungan moril untuk perubahan perilaku yang lebih sehat dan aman

DUKUNGAN VCT

Dukungan diberikan secara intensif dengan membentuk tim konseling terpadu yang terdiri dari dokter umum, psikolog, psikiater, penyuluhan lapangan dan pembina mental dengan tujuan antara lain :1. Memberikan pengertian dan informasi yang benar tentang HIV-AIDS2. Mengidentifikasi masalah dan memberikan jalan keluarnya3. Memberikan kesadaran berperilaku sehat dan bertanggungjawab dalam kehidupan bermasyarakat4. Memberikan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah dan memberikan rasa aman

MENGAPA VCT PENTING ?

1. Untuk pencegahan dan perubahan perilaku agar tidak tertular HIV AIDS.2. HIV AIDS dapat dideteksi sedini mungkin sehingga dampak psikologi, sosial, fisik dan spiritual bias diminimalkan

MANFAAT VCT

1. Untuk mengurangi prilaku berisiko menjadi tidak berisiko.2. Membantu seseorang menerima status HIV AIDS nya3. Memfasilitasi akses pelayanan medis (infeksi Oportunistik).4. Memutus rantai penularan HIV AIDS dalam masyarakat.5. memfasilitasi akses pelayanan social menyebabkan perilaku berisiko.

APAKAH PRINSIP VCT ?

1. Atas persetujuan klien (Informed consent)2. Kerahasiaan3. Tidak diskriminatif4. Mutu terjamin

TAHAPAN KONSELING DAN TES HIV SUKARELA1.Konseling pra tes HIV.2.Tes HIV ( pengambilan dan pemeriksaan darah ).3.Konseling pasca tes HIV.

INTI PERSETUJUAN TERTULIS1. Tidak dalam paksaan untuk memberikan persetujuan2. Setelah diberikan penjelasan tentang risiko dan dampak sebagai akibat dari tindakanya dan menyetujui.

SASARAN ?

1. Masyarakat yang pengen mengetahui status HIV AIDS mencegah penularan infeksi penyakit lain dan penularan terhadap orang lain.2. Masyarakat yang berprilaku dan berisiko tertular HIV AIDS seperti berganti-ganti pasangan, melakukan

Pedoman Peserta192

Page 5: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

hubungan sex dengan pekerjaan sex dengan pekerja sek komersial tanpa kondom.3. Pengguna narkoba khususnya jarum suntik tidak steril

ALUR LAYANAN VCT

Alur Pelayanan PITC

Pedoman Peserta193

Page 6: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Pokok Bahasan 2. Konseling

Pedoman Peserta194

Page 7: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

APA YANG DIMAKSUD DENGAN KONSELING?

Konseling merupakan proses membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan masalah interpersonal, emosional dan memutuskan hal tertentu. Peran seorang konselor adalah membantu klien Konseling dapat dilakukan perorangan atau pasangan atau keluarga.

TUJUAN KONSELING Membantu setiap individu untuk berperan sendiri dalam hidupnya.:

Membangun kemampuan untuk mengambil keputusan bijak dan realistik. Menuntun perilaku mereka dan mampu mengemban konsekuensinya Memberikan informasi

Konseling ADALAH Berfokus pada klien : spesifik atas kebutuhan, masalah dan lingkungan setiap klien Proses timbal-balik, kerjasama, dan menghargai Menuju tujuan Membangun otonomi dan tanggung jawab diri terhadap klien Memperhatikan situasi interpersonal, sesuai sosial/budaya, kesiapan untuk berubah Mengajukan pertanyaaan, menyediakan informasi, mengulas informasi, dan mengembangkan

rencana aksi. Konseling ADALAH BUKAN

Berbicara atau mengarahkan Memberikan nasihat Obrolan Interogasi Pengakuan Doa

APAKAH KONSELING HIV AIDS?Konseling HIV AIDS merupakan komunikasi bersifat rahasia antara klien dan konselor bertujuan meningkatkan kemampuan menghadapi stres dan mengambil keputusan berkaitan dengan HIV AIDS. Proses konseling termasuk evaluasi risiko personal penularan HIV, fasilitasi pencegahan perilaku dan evaluasi penyesuaian diri ketika klien menghadapi hasil tes positif (World Health Organisation).

MENGAPA KONSELING HIV AIDS PENTING? Konseling pencegahan dan perubahan perilaku dapat mencegah penularan Diagnosis HIV mempunyai banyak implikasi – psikologik, sosial, fisik, spiritual HIV penyakit yang mengancam kehidupan dan terapinya seumur hidup

TUJUAN KONSELING HIV AIDS Konseling HIV AIDS merupakan proses dengan tiga tujuan umum:1. Menyediakan dukungan psikologik , misalnya: dukungan yang berkaitan dengan kesejahteraan

emosi, psikologik, sosial dan spiritual seseorang yang mengidap virus HIV atau virus lainnya. 2. Pencegahan penularan HIV dengan menyediakan informasi tentang perilaku berisiko (seperti seks

aman atau penggunaan jarum bersama) dan membantu orang dalam mengembangkan keterampilan pribadi yang diperlukan untuk perubahan perilaku dan negosiasi praktek lebih aman .

3. Memastikan efektivitas rujukan kesehatan, terapi, dan perawatan melalui pemecahan masalah kepatuhan berobat.

Pedoman Peserta195

Page 8: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

PROSES KONSELING

TAHAP SATU Membangun hubungan baik dan meningkatkan kepercayaan klien

Meyakinkan kerahasiaan dan mendiskusikan batas kerahasiaan Mengizinkan ventilasi Mengizinkan ekspresi perasaan klien Menggali masalah , meminta klien menceritakan kisah mereka Memperjelas harapan klien untuk konseling Menjelaskan apa yang dapat konselor tawarkan dan cara kerjanya Pernyataan dari konselor tentang komitmen mereka untuk bekerja bersama klien

TAHAP DUA Definisi dan pemahaman peran, batasan dan kebutuhannya

Mengemukakan peran dan batas dari hubungan dalam konseling Memapankan dan mengkalirifikasi tujuan dan kebutuhan klien Membantu mengurutkan prioritas tujuan dan kebutuhan klien Melakukan pengambilan riwayat rinci – menceritakan riwayat dalam detil spesifik Mengggali keyakinan, pengetahuan dan perhatian klien

TAHAP TIGAProses konseling dukungan tindak lanjut

Melanjutkan ekspresi pikiran dan perasaan Mengenali berbagai alternatif Mengenali keterampilan penyesuaian diri yang sudah ada Mengembangkan keterampilan penyesuaian diri lebih lanjut Mengevaluasi alternatif pemecahan masalah dan dampaknya Memungkinkan perubahan perilaku Mendukung dan mempertahankan bekerja dengan masalah klien Memonitor perjalanan kemajuan menuju tujuan Rencana alternatif yang dibutuhkan Rujukan sesuai kebutuhan

TAHAP EMPAT Menutup atau mengakhiri relasi

Klien bertindak sesuai rencana Klien menatalaksana dan menyesuaikan diri dengan fungsi sehari-hari Sistem dukungan yang tersedia yang dapat diakses Kenali strategi untuk memelihara perubahan yang sudah terjadi Diskusi dan rencanakan pengungkapan status Interval perjanjian diperpanjang Sumber dan rujukan yang tersedia dan diketahui serta dapat diakses Meyakinkan klien tentang pilihan untuk kembali mengikuti konseling sesuai kebutuhan

A. Konseling Pra Tes

KONSELING PRA TES

Informasi pra-tes dapat diberikan oleh seorang konselor, dokter atau perawat. Informasi dapat disampaikan secara individu maupun secara kelompok.

Pedoman Peserta196

Page 9: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Hal – hal yang disampaikan pada saat konseling pra tes :

1. Informasi penting HIV

2. Prosedur menjamin konfidensiaalitas/kerahasiaan.

3. Yakinkan kesediaan pasien untuk menjalani tes dan persetujuaan.

4. Layanan rujukan selanjutnya

1. Pemberian Informasi kunci tentang HIV

Katakan: “HIV adalah virus atau kuman yang dapat merusak bagian tubuh manusia yang diperlukan untuk melindungi dari serangan penyakit. Test HIV dapat menentukan apakah Anda telah terinfeksi oleh virus tersebut. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan darah sederhana yang dapat memperjelas diagnosis. Setelah menjalani tes, kami akan memberikan layanan konseling untuk membahas lebih dalam tentang HIV AIDS. Bila hasil tes Anda positif, kami akan memberikan informasi dan layanan untuk mengendalikan penyakit Anda. Termasuk obat antiretroviral dan atau obat lain untuk mengatasi penyakit. Di samping itu, kami akan membantu dengan dukungan dalam hal pencegahan penyakit dan membuka diri. Bila hasilnya negatif, kami akan lebih memusatkan upaya agar Anda bertahan tetap negatif.”

Sekali seseorang terinfeksi HIV, dia dapat menularkan virus tersebut ke orang lain.

• HIV dapat ditularkan melalui :• Cairan tubuh yang terinfeksi HIV seperti : semen, cairan vagina atau darah selama hubungan

seksual yang tidak aman.• Tranfusi darah yang terinfeksi HIV.• Pengguna napza suntik yang bertukar jarum suntik tidak steril.• Alat tato / skin piercing.• Dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya selama:

i. kehamilan;ii. melahirkan dan persalinan; daniii. menyusui

HIV tidak dapat ditularkan lewat berpelukan atau berciuman, atau gigitan nyamuk.

2. Penjelasan prosedur untuk menjamin konfidensialitas

Katakan: “Hasil tes HIV ini bersifat rahasia dan hanya Anda dan tim medis yang akan memberikan perawatan kepada anda yang tahu. Artinya, petugas kami tidak diizinkan untuk memberi tahukan hasil tes anda kepada orang lain tanpa seizin anda. Untuk memberitahukannya kepada orang lain sepenuhnya menjadi hak Anda.

3. Meyakinkan kesediaan pasien untuk menjalani tes dan meminta persetujuan pasien (informed consent).

Informed consent artinya pasien telah diberi informasi secukupnya tentang HIV AIDS dan Tes HIV, sepenuhnya memahaminya dan karenannya menyetujui untuk menjalani tes HIV.

• Kami perlu menginformasikan bahwa kami akan mengambil sampel darah anda untuk tes HIV, bagaimana pendapat anda?

ATAU• Kami akan melakukan tes HIV hari ini, bila anda keberatan tolong beritahu kami.

ATAU

Pedoman Peserta197

Page 10: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

• Menurut kami Tes HIV ini akan banyak bermanfaat bagi kami dalam memberikan perawatan karena itu kami akan mengambil darah anda kecuali anda keberatan. Apakah anda setuju?

Bila pasien masih mempunyai pertanyaan, berilah informasi yang ia perlukan.

Bila pasien telah siap, maka mintalah persetujuan yang sebaiknya tertulis: “untuk melakukan tes HIV kami perlukan persetujuan tertulis anda sebagai dasar kami mengambil tindakan ”

Ingat: pasien berhak untuk menolak menjalani tes HIV karena tes HIV tidak boleh dipaksakan.

4. Informasi tambahan, bahas keuntungan dan pentingnya mengetahui status HIVnya.

Hal yang perlu disampaikan:

• Hasil tes akan membantu tenaga kesehatan untuk membuat diagnosis yang lebih tepat dan memastikan terapi tindak lanjut secara efektif.

• Bila hasil tes anda negatif, diagnosis HIV dapat disingkirkan dan memberikan konseling untuk membantu anda agar tetap negatif.

• Bila hasil anda positif, anda akan dibantu untuk melindungi diri dari reinfeksi dan mencegah pasangan anda terinfeksi

• Anda akan diberi perawatan dan terapi untuk mengendalikan penyakit, di antaranya:1. profilaksis kotrimoksasol;2. pemeriksaan berkala dan dukungan;3. pengobatan infeksi; dan4. terapi antiretroviral (ART)‐ jelaskan tempat untuk mendapatkan dan cara

penggunaannya. (Lihat Buku Bagan Perawatan HIV Kronik)• Anda akan mendapatkan tindakan untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi, dan mendapat

penjelasan agar mampu membuat perencanaan yang tepat tentang kehamilan yang datang.

• Kita juga akan bahas dampak psikologis dan emosional dari infeksi HIV dan memberikan dukungan untuk membuka status infeksi anda kepada orang yang menurut anda perlu mengetahuinya.

• Diagnosis dini akan membantu anda menghadapi penyakit ini dan merencanakan masa depan anda dengan lebih baik

ALUR PROSES KONSELING

1. Klien selesai mengikuti pra konseling dan menandatangani informed consentInformed consent –perlunya informed consent adalah bahwa klien sudah memahami makna tes, cukup informasi tentang apa arti terinfeksi, prosedur, sistem pemeriksaan serta tata cara melaporkan hasil. Klien menyadari akan keuntungan yang dapat diambil dari tes dan mampu mengatasi potensi kesulitan yang mungkin timbul. Hendaknya pemahaman informed concent tidak disalahgunakan.

2. Petugas laboratorium memanggil berdasarkan kode klien (klien telah membawa surat permintaan testing HIV yang telah ditandatangai Dokter)

3. Petugas laboratorium mengambil darah dan menyimpan surat permintaan testing HIV

waktu yang dibutuhkan, dalam pengambilan darah dan informasi akan kode pengambilan yang telah dipegang klien.Misalnya “Kami akan mengambil darah anda sebanyak 3 cc selama 2 menit dan setelah pengambilan darah anda menunggu diruang tunggu. Anda dapat berdiskusi dengan petugas

Pedoman Peserta198

Page 11: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

kami atau membaca buku-buku yang tersedia diruang tunggu. Konselor akan memanggil anda dan berdiskusi dengan anda kembali, setelah kami selesai mengerjakan darah anda. Waktu yang kami butuhkan antara 15-30 menit.

Petugas laboratorium [menyimpan surat permintaan pengambilan darah klien, menyerahkan hasil pemeriksaan hasil testing HIV]Misal “Selesai mengerjakan pemeriksaan darah, petugas laboratorium menyerahkan kepada konselor atas nama dokter. Konselor akan berkoordinasi dengan dokter.

4. Hasil Tes HIV Setelah selesai pengerjaan testing HIV, petugas laboratorium menyerahkan kepada

konselor atas nama dokter. Petugasa laboratorium mendokumentasikan dan menyerahkan laporan testing HIV kepada

petugas RR

Pokok Bahasan 3. INFORMED CONSENT

Konseling dan tes harus betul-betul sukarela dan pribadi, ketika mereka tidak mau maka tes tidak dapat dipaksakan.

Direkomendasikan bahwa tes selalu didahului dengan konseling. Ketika klien tak mau konseling, cobalah menariknya dengan membicarakan masalah penting yang disampaikan dalam konseling pra-tes. Harus ditekankan bahwa pemberian informasi tidak dapat menggantikan fungsi konseling.

Penting bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi dalam pra-test. Informasi harus disampaikan secara jelas, dimengerti dan klien merasa mendapat keuntungan dari konseling. Idealnya, persetujuan tertulis harus dilakukan sebelum tes dilakukan. Ketika tes dilakukan dalam klinik anonimus tanda tangan persetujuan dilakukan di tempat terpisah.

Surat persetujuan pasien/informed consent bertujuan untuk meminta persetujuan pasien atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter/petugas kesehatan terhadap prosedur pemeriksaan dan pengobatan yang akan diberikan, dan tahu segala akibat yang mungkin timbul dari penyakit dan tindakan medis yang akan dilakukan

FORMULIR IV

FORMULIR PERSETUJUAN UNTUK TESTING HIV

Sebelum menanda tangani formulir persetujuan ini, harap mengatahui bahwa : Anda mempunyai hak untuk berpartisipasi didalam pemeriksaan dengan dasar kerahasiaan Anda mempunyai hak untuk menarik persetujuan dari testing sebelum pemeriksaan tersebut dilangsungkan.

Saya telah menerima informasi dan konseling menyangkut hal-hal berikut ini:a. Keberadaan dan kegunaan dari tesing HIVb. Tujuan dan kegunaan dari testing HIVc. Apa yang dapat dan tidak dapat diberitahukan dari testing HIVd. Keuntungan serta resiko dari testing HIV dan dari mengatahui hasil testing sayae. Pemahaman dari positif, negatif, false negatif, false positif, dan hasil tes intermediate serta dampak dari masa

jendela.f. Pengukuran untuk pencegahan dari pemaparan dan penularan akan HIV.

Pedoman Peserta199

Page 12: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Saya dengan sukarela menyetujui untuk menjalani testing pemeriksaan HIV dengan ketentuan bahwa hasil tes tersebut akan tetap rahasia dan terbuka hanya kepada saya seorang.Saya menyetujui untuk menerima pelayanan konseling setelah menjalani testing pemeriksaan untuk mendiskusikan hasil hasil testing HIV saya dan cara-cara untuk mengurangi resiko untuk terkena HIV atau menyebarluaskan HIV kepada orang lain untuk waktu kedepannya.

Saya mengerti bahwa pelayanan kesehatan saya pada klinik ini tidak akan mempengaruhi keputusan saya secara negatif terhadap testing atau tidak menjalani testing atau hasil dari testing HIV saya.

Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan pertanyaan saya ini telah diberikan jawaban yang memuaskan saya.

Saya, dengan ini mengizinkan testing/pemeriksaan HIV untuk dilaksanakan pada tanggal:

_________________ _________________Tanda tangan atau Cap Jempol Klien Tanda tangan Konselor

Pokok Bahasan 4. KERAHASIAAN

KERAHASIAAN

Pemerintah perlu membangun perangkat hukum dan kebijakan infrastruktur untuk mendukung kerahasiaan konseling dan tes HIV, dan beberapa sanksi atas dilanggarnya peraturan tersebut.

Setiap pusat pelayanan HCT perlu mengembangkan kebijakan yang melindungi kerahasiaan klien. Setiap staf pada setiap lini perlu mengetahui kebijakan dan alasan adanya kebijakan ini. Ketika informasi perlu dibuka untuk kepentingan rujukan haruslah dimintakan persetujuan tertulis dari klien. Persetujuan ini berisi informasi spesifik, seperti bagian mana dari informasi yang tak boleh diberikan kepada siapa, dan bagian mana yang boleh serta kepada siapa. Meskipun ada keuntungan untuk memberikan status HIV, mereka yang akan dites harus diyakinkan bahwa hasil tes bersifat rahasia. Risiko dan keuntungan perlu didiskusikan dan dipertimbangkan.

Keputusan untuk boleh menyampaikan atau menyertakan orang lain dalam proses HCT ada di tangan klien. Tes anonimus melindungi klien dari pengenalan identitas. Tes anonimus menggunakan kode, tidak menggunakan nama klien, kode ini direkatkan pada catatan medik dan sampel darah. Pelaporan hasil tes HIV ke pusat pencatat data hendaklah dilakukan dengan sistem kode. Banyak negara yang melakukan hal seperti ini.

Pokok Bahasan 5 Konseling pasca tes

Konseling pasca-tes

Pedoman Peserta200

Page 13: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

- Bila hasil tes positif dan telah dikonfirmasi:1. Jelaskan bahwa berarti pasien tersebut telah terinfeksi2. Berikan konseling pasca-tes dan dukungan3. Tawarkan perawatan berkelanjutan dan rencanakan kunjungan tindak lanjut4. Berikan nasehat pentinganya melakukan perilaku seks dengan kondom agar tidak menularkan

kepada orang lain dan terhindar dari IMS lain, dan terhindar dari infeksi virus HIV jenis lain. Buat rencana pengurangan perilaku berisiko bersama pasien

5. Berikan saran kepada pria dewasa untuk tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, untuk menghindari penularan kepada orang lain.

6. Bila perlu, rujuklah pasien untuk mendapatkan layanan pencegahan da perawatan lebih lanjut, seperti kepada dukungan sebaya dan layanan khusus untuk kelompok rentan.

- Bila hasil tes negatif1. Berikan kesempatan pada pasien untuk merasa lega atau bereaksi positif yang lain.2. Berikan konseling tentang pentingnya tetap negatif dengan cara menggunakan kondom secara

benar dan konsisten, atau perilaku seksual yang lebih aman lainnya.3. Buat rencana pengurangan perilaku berisiko bersama pasien4. Apabila pajanan baru saja terjadi atau pasien termasuk dalam kelompok risiko tinggi, jelaskan

bahwa hasil negative tersebut dapat berarti tidak terinfeksi HIV atau sudah terinfeksi namun belum sempat terbentuk antibodi untuk melawan virus (disebut Periode Jendela = “Window Period”, 3-6 bulan). Tawarkan tes HIV ulang pada 8 minggu kemudian.

5. Bila perlu, rujuklah pasien untuk mendapatkan layanan pencegahan dan perawatan lebih lanjut, seperti kepada dukungan sebaya dan layanan khusus untuk kelompok rentan.

- Bila pasien belum dites atau telah dites tidak ingin mengetahui hasilnya atau belum membuka hasilnya1. Jelaskan prosedur yang menjamin kerahasiaan.2. Tekankan kembali pentingnya menjalani tes dan keuntungan untuk mengetahui hasilnya.3. Gali kembali kendala untuk menjalani tes, mengetahui, dan membuka status (rasa takut,

persepsi yang salah, dan sebagainya).

- Dukungan untuk membuka diri1. Bahas keuntungan membuka diri.2. Tanya pasien apakah telah mengungkapkan hasilnya atau mau mengungkapkan hasil tersebut

kepada orang lain.3. Bahas kekhawatiran untuk mengungkap status HIV kepada pasangan, anak dan keluarga lain,

atau teman.4. Nilai kesiapan untuk mengungkap status HIV dan kepada siapa (mulai dengan yang paling rendah

risiko). Jajaki jejaring sosial.5. Jajaki ketersediaan dukungan dan kebutuhan sosial (kelompok dukungan).6. Ajarkan cara mengungkapkan status (dengan peragaan dan latihan).7. Bantu pasien untuk merencanakan pengungkapannya.8. Memotivasi kehadiran pasangan untuk mempertimbangkan tes HIV; gali hambatan untuk

menjalani tes.9. Yakinkan kembali bahwa anda akan menjamin kerahasiaan hasil tes pasien.10. Bila salah satu risiko pengungkapan hasil adalah kekerasan rumah tangga, maka bantulah

menciptakan lingkungan yang aman.

- Bila pasien tidak ingin mengungkapkan hasil tersebut:1. Yakinkan kembali akan jaminan atas kerahasiaan hasil tes pasien.

Pedoman Peserta201

Page 14: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

2. Telusuri kesulitan dan kendal pengungkapan. Atasi kekhawatiran dan kendala komunikasi - latih pasien berkomunikasi.

3. Terus memotivasi. Bahas kemungkinan membahayakan orang lain.4. Hubungkan bantuan tambahan sesuai keperluan (misalnya konselor sebaya).

- Khusus untuk perempuan, bahas manfaat dan kerugian mengungkap hasil positif, melibatkan serta menguji HIV pasangan. Pria dalam keluarga dan masyarakat biasanya sebagai pembuat keputusan, sehingga keterlibatan mereka akan:1. Memberikan dampak lebih besar dalam hal penerimaan penggunaan kondom dan praktek seksual

yang lebih aman untuk mecegah infeksi.2. Membantu mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.3. Membantu menurunkan risiko kecurigaan dan tindak kekerasan.4. Membantu meningkatkan dukungan pada pasangannya.5. Memotivasi mereka untuk mau menjalani tes HIV.

- Konseling ini dapat dilakukan oleh konselor di klinik VCT.

1. Konseling tentang perilaku seksual yang lebih aman dan penggunaan kondom

- Perilaku seksual yang lebih aman adalah semua praktek seksual yang mengurangi risiko penularan HIV dan IMS lain.• Perlindungan dapat diperoleh dengan:- Hindari aktifitas seksual di luar nikah.- Gunakan kondom dengan benar dan konsisten; kondom harus dipakai sebelum aktifitas seksual penetratif, bukan hanya sebelum ejakulasi.- Memilih aktifitas seksual yang tidak memungkinkan semen, cairan dari vagina atau darah untuk masuk ke mulut, anus atau vagina pasangan, dan tidak menyentuh kulit pasangan bila ada sayatan atau luka terbuka.

- Bila HIV positif:1. Jelaskan pada pasien bahwa dia terinfeksi dan dapat menularkan infeksi tersebut ke

pasangannya. Kondom harus digunakan seperti di atas.2. Bila status pasangan tidak diketahui, konsultasikan tentang manfaat melibatkan dan menguji

pasangan (hal. 20-21).3. Untuk perempuan: jelaskan pentingnya menghindari infeksi selama kehamilan dan menyusui.

Risiko terinfeksi pada bayi adalah lebih tinggi bila ibunya baru saja terinfeksi.

- Bila HIV negatif ATAU hasilnya tidak diketahui:1. Bahas risiko infeksi HIV dan cara menghindarinya.2. Bila status pasangan tidak diketahui, berikan konseling tentang manfaat pemeriksaan

pasangan.3. Untuk perempuan: jelaskan pentingnya tetap negatif selama kehamilan dan menyusui. Risiko

bayi untuk terinfeksi lebih besar bila ibunya baru terinfeksi. Pastikan pasien mengetahui cara menggunakan kondom dan tempat untuk mendapatkannya. Berikan kemudahan untuk mendapatkan kondom di klinik dengan cara yang jelas. Tanyakan: apakah anda dapat menggunakan kondom? Gali hambatannya.

Pedoman Peserta202

Page 15: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

2. Pemberian edukasi dan konseling IMS- Berbicara secara pribadi, dengan cukup waktu, dan pastikan kerahasiaannya.- Jelaskan:

• Penyakit tersebut• Cara penularan penyakit tersebut.• Cara pencegahannya• Terapi.• Bahwa kebanyakan IMS dapat disembuhkan, kecuali HIV, herpes dan kutil kelamin.• Perlunya mengobati pasangan (kecuali untuk vaginitis):

- Kemungkinan pasangan seksual terakhir juga terinfeksi tetapi tidak menyadari.- Bila pasangan tidak diobati, dapat mengalami komplikasi.- Hubungan seksual dengan pasangan yang tidak diberi terapi, infeksi terulang.- Meskipun tanpa gejala pasangan perlu diterapi, demi kesehatan pasangan dan pasien.- Dengarkan pasien: apakah ada stress atau kecemasan terkait dengan IMS?- Dorong perilaku seksual yang aman untuk mencegah HIV dan IMS.• Konseling untuk memiliki pasangan tetap (atau pantangan) dan memilih pasangan secara cermat.• Jelaskan cara menggunakan kondom .- Beri pendidikan tentang HIV.- Sarankan pemeriksaan dan konseling HIV (hal. 21).- Pemberitahuan pasangan atau suami/istri.• Tanyakan kepada pasien: “dapatkah anda melakukannya?” Tanyakan: apakah mungkin anda:- Membicarakan infeksi tersebut kepada pasangan?- Meyakinkan pasangan anda untuk mendapatkan terapi?- Membawa/mengirimkan pasangan anda ke sarana kesehatan?- Rujuk untuk konseling tentang:• Perhatian pada herpes (tidak ada obatnya)• Kemungkinan mandul karena infeksi panggul• Penilaian perilaku berisiko• Pasien yang bermitra seksual multipel

3. Pengurangan Dampak Buruk bagi PENASUN

- Ketika berbicara dengan para PENASUN, pastikan bahwa:1. Berbicara secara pribadi dan jaga konfidensialitas, bila tidak, pasien tidak akan pernah kembali

untuk perawatan selanjutnya. Penggunaan napza suntikan adalah ilegal dan para penasun biasanya takut bila berhubungan dengan yang berwajib

2. Bersikap tidak menghakimi3. Bangun kepercayaan4. Empati

- Beri edukasi tentang pencegahan1. Konseling dan promosi pemakaian kondom secara konsisten untuk mencegah penularan HIV,

hepatitis viral dan IMS2. Pertimbangkan risiko terhadap infeksi HIV, tawarkan tes dan konseling HIV

- Jelaskan tentang risiko penggunaan suntikan:1. HIV, hepatitis B dan C dapat ditularkan melalui pemakaian semua jenis alat suntik – jarum,

semprit dan kapas atau pengusap secara bergantian dengan teman2. Ada banyak penyakit penyerta yang terkait dengan Penasun dan/atau penggunaan obat lain:

termasuk di antaranya adalah infeksi, gangguan mental, hati, dan ginjal

Pedoman Peserta203

Page 16: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

3. Penggunaan napza dapat mempengaruhi kemampuan atau fungsi anggota tubuh dalam kehidupan sehari-hari

- Jelaskan tentang risiko penggunaan suntikan:1. Sediakan peralatan suntik steril (jarum, semprit, cairan pelarut) dan informasi tentang cara

peyuntikan yang aman bila tersedia dan mampu, bila tidak rujuk ke program yang menawarkan alat suntik steril (jarum, semprit dan cairan pelarut) dan informasi tentang cara penyuntikan yang aman

2. Cara mensterilkan alat dengan bahan pemutih. Ingat cara ini hanya ditawarkan bila tidak tersedia alat suntik steril

3. Hindari pemakaian alat suntik, pisau cukur, alat tato, dsb secara bergantian4. Dorong untuk menghentikan pemakaian napza suntik

- Jelaskan cara penyuntikan yang aman dan cara melindungi pembuluh vena:1. Lakukan disinfeksi kulit tempat suntikan; hal tersebut akan mengurangi risiko terjadinya infeksi

kulit yang dalam yang dapat mengenai pembuluh vena2. Pindah tempat suntikan secara reguler3. Gunakan jarum/semprit baru (jarum bekas akan merusak pembuluh vena)4. Kurangi frekuensi penyuntikan setiap hari/minggu

- Jelaskan cara menghindari terjadinya infeks

1. Tawarkan dan dorong untuk mengikuti program detoksifikasi/ program terapi rumatan opioid oral atau Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)

2. Sebelum menawarkan program tersebut di atas harus sudah terjalin hubungan yang saling percaya antara tenaga kesehatan dengan kliennya yang penasun – yang mungkin akan memakan beberapa waktu atau kunjungan

3. Berikan informasi kepada pasien tentang adanya program yang akan membantunya berhenti menggunakan napza.

- Detoksifikasi opioid/ terapi rumatan opioid (PTRM) 1. Bila klien penasun tertarik untuk mengikutinya: rujuk ke layanan terkait

VIII. REFERENSI

1. CDC, HIV Rapid Test Training Module, Atlanta, 20052. Depkes RI, Pedoman Konseling dan Testing HIV secara sukarela, 20063. Depkes RI, Pedoman standar pelayanan laboratorium untuk pemeriksaan HIV dan infeksi

oportunistik, 20064. Nelson-Jones R. (1988) Practical Counselling and Helping Skills: Helping Clients to Help

Themselves. Holt, Rinehart and Winston: Sydney, pp. 13 – 355. Adapted from: Ministry of Health and Family Welfare, National AIDS Control Organisation,

Government of India, HIV AIDS Counselling Training Manual for Trainers, pp. 82-83 and Family Health International (2001), Zimbabwe HIV Counselling Training Manual, pp.49-51.

Pedoman Peserta204

Page 17: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

PANDUAN LATIHAN MI-4KONSELING DAN INFORMED CONSENT`

Peserta setelah mengikuti latihan ini mampu menjelaskan tahapan dan isi konseling serta pentingnya informed consent

1. Fasilitator Kegiatan dilakukan dengan melibatkan seluruh peserta.

a. Fasilitator akan membagi kelompok menjadi dua kelompok dan setiap kelompok mendapatkan tugas yang sama.

b. Fasilitator meminta masing-masing kelompok menjelaskan arti dari bagan matahari VCT dan menjelaskan dalam kelas besar.

2. Pesertaa. Memahami dan melaksanakan tugas kegiatan dari fasilitator b. Masuk dalam kelompok yang telah ditentukan dan berpartisipasi aktifc. Mensimulasikan pada kegiatan d. Diskusi dan tanya jawab

Penjelasan Diskusi Kelompok1) Jelaskan makna dari matahari VCT pada bagan ini2) Tentukan skenario penjelasan bagan matahari VCT akan ditujukan kepada kelompok apa, kapan

dan dalam rangka kegiatan apa. 3) Presentasikan hasil skenario diskusi kelompok dalam kelas besar

Pedoman Peserta

TUJUAN

PERSIAPAN

LEMBAR LATIHAN

205

Page 18: MI-4 Konseling & Inform Konsen 09052011

Materi Inti - 4 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

LEMBAR KEGIATAN MATAHARI VCT

VCT ADALAH PINTU MASUK PELAYANAN PENCEGAHAN, DUKUNGAN, PERAWATAN DAN PENGOBATAN

Tugas dalam Diskusi Kelompok1) Jelaskan makna dari matahari VCT pada bagan ini2) Tentukan skenario penjelasan bagan matahari VCT akan ditujukan kepada kelompok apa, kapan

dan dalam rangka kegiatan apa. 3) Presentasikan hasil skenario diskusi kelompok dalam kelas besar

Pedoman Peserta

Voluntary

Counselling

Testing

• Perencanaanmasa depan

• Perawatan

anak yatimpiatu

• Pewarisan

Penerimaansero-status,

coping & perawatan diri

Memfasilitasi

perubahanperilaku

Memfasilitasiintervensi

MCTC

NormalisasiHIV/AIDS

Rujukandukungansosial dan

sebayaTerapi

pencegahan & perawatanreproduksi

Manajemen diniinfeksi

oportunistik & IMS; introduksi

ARV

Sumber: WHO, adaptasi

VCTMerupakan pintu masuk penting untuk pencegahan dan perawatan HIV

206