MH Sapto Widodo, M -...

133
i butor Naskah MH Sapto Widodo, M.Sc

Transcript of MH Sapto Widodo, M -...

i

butor Naskah

MH Sapto Widodo, M.Sc

ii

PENULIS

iii

KATA PENGANTAR Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Di dalamnya

dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan proses pembelajaran dan penilaian yang diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diinginkan.

Faktor pendukung terhadap keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 adalah ketersediaan Buku Siswa dan Buku Guru, sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang ditulis dengan mengacu pada Kurikulum 2013. Buku Siswa ini dirancang dengan menggunakan proses pembelajaran yang sesuai untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dan diukur dengan proses penilaian yang sesuai.

Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari seorang lulusan SMK adalah kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kompetensi itu dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning), dan penyelesaian masalah (problem solving based learning) yang mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Khusus untuk SMK ditambah dengan kemampuan mencipta .

Sebagaimana lazimnya buku teks pembelajaran yang mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi, buku ini memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Buku ini memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Buku ini mengarahkan hal-hal yang harus dilakukan peserta didik bersama guru dan teman sekelasnya untuk mencapai kompetensi tertentu; bukan buku yang materinya hanya dibaca, diisi, atau dihafal.

Buku ini merupakan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan kurikulum 2013, peserta didik diajak berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Buku ini merupakan edisi ke-1. Oleh sebab itu buku ini perlu terus menerus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.

Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya sangat kami harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya kualitas penyajian buku ajar ini. Atas kontribusi itu, kami ucapkan terima kasih. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kontributor naskah, editor isi, dan editor bahasa atas kerjasamanya. Mudah-mudahan, kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan menengah kejuruan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045). Jakarta, Januari 2014 Direktur Pembinaan SMK Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA

iv

DAFTAR ISI

PENULIS .................................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1

A. Deskripsi .........................................................................................................1

B. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ...............................................................2

C. Silabus ............................................................................................................4

D. Rencana Aktivitas Belajar ................................................................................ 16

II. PEMBELAJARAN ............................................................................................ 17

A. Kegiatan Belajar 1 .......................................................................................... 17

Menerapkan keselamatan kerja pada pekerjaan elektrikal. ........................................... 17

1. Pendahuluan ............................................................................................... 17

2. Sengatan Arus Listrik .................................................................................. 19

3. Tegangan Langkah (Step Potential) dan Tegangan Sentuh ............................... 24

4. Cidera Akibat Sengatan Arus Listrik ............................................................. 26

5. Tanda Bahaya & Alat Pelindung Diri ............................................................ 32

6. Pentanahan Listrik....................................................................................... 35

7. Pengaman Listrik ........................................................................................ 40

8. Prosedur Lock Out ...................................................................................... 41

9. Petunjuk Keselamatam & P3K ...................................................................... 44

B. Kegiatan Belajar 2 .......................................................................................... 53

Menafsirkan Gambar Sistem Kelistrikan Sistem Refrigerasi Domestik ................ 53

1. Pendahuluan ............................................................................................... 53

2. Simbol Komponen Listrik ............................................................................ 54

3. Motor Listrik .............................................................................................. 55

4. Rele & Kontaktor ........................................................................................ 60

5. Starter Magnetik ......................................................................................... 68

6. Sakelar Otomatik ........................................................................................ 69

7. Piranti Pengaman ........................................................................................ 74

8. Diagram Skematik....................................................................................... 76

9. Diagram Ladder .......................................................................................... 88

10. Diagram Pengawatan ............................................................................... 96

C. Kegiatan Belajar 3 ............................................................................................. 99

Memeriksa Komponen dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik Tegangan Rendah ............ 99

v

1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik ................................................................... 99

2. Panel Distribusi Tenaga Listrik ................................................................... 105

3. Sistem Pembumian Netral atau sistem TN .................................................... 108

4. Sistem Pembumian Pengaman atau sistem TT .............................................. 109

D. Kegiatan Belajar 4 ........................................................................................... 112

Memasang Instalasi Kotak Kontak ......................................................................... 112

1. Peraturan Umum ....................................................................................... 112

2. Kabel Listrik ............................................................................................ 112

3. Pipa Instalasi Listrik .................................................................................. 116

4. Perhitungan Ukuran Kabel & Piranti pengaman ............................................ 116

5. Pemasangan Instalasi Kotak Kontak Biasa (KKB) ......................................... 119

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 128

1

I. PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi

pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya melalui

pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan

yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Buku bahan ajar

dengan judul Kontrol Refrigerasi dan Tata Udara ini merupakan paket keahlian

yang digunakan untuk mendukung pembelajaran pada mata pelajaran Kontrol

Refrigerasi dan Tata Udara, untuk SMK Paket Keahlian Teknik Pendingin dan

Tata Udara yang diberikan pada kelas XI.

Buku siswa ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan siswa

untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, yang dijabarkan dalam

kompetensi inti dan kompetensi dasar. Sesuai dengan pendekatan yang

dipergunakan dalam Kurikulum 2013, siswa diberanikan untuk mencari dari

sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru

sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan

ketersediaan kegiatan pada buku ini. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi

dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber

dari lingkungan sosial dan alam.

Buku siswa ini disusun di bawah koordinasi Direktorat Pembinaan SMK,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal

penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang

senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika

kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan

dapat meningkatkan kualitas buku ini.

2

B. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya

1.1. Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dalam melaksanakan pekerjaan di bidang kontrol refrigerasi dan tata udara.

1.2. Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai tuntunan dalam melaksanakan pekerjaan di bidang kontrol refrigerasi dan tata udara.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2.1. Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan tanggung jawab dalam pekerjaan di bidang kontrol refrigerasi dan tata udara.

2.2. Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikirdalam melakukan tugas memasang dan memelihara peralatan refrigerasi dan tata udara.

2.3. Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam melakukan pekerjaan di bidang bidang kontrol refrigerasi dan tata udara.

3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.

3.1. Menentukan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pekerjaan elektrikal

3.2. Menafsirkan gambar sistem kelistrikan unit refrigerasi domestik

3.3. Menentukan komponen dan sistem distribusi tenaga listrik tegangan rendah.

3.4. Menentukan prosedur pemasangan instalasi kotak kontak listrik biasa

3.5. Menentukan sistem dan rangkaian kontrol otomatik

3.6. Menentukan kondisi operasi sakelar otomatik berbasis suhu

3.7. Menentukan sistem dan rangkaian pengontrolan suhu

3.8. Menentukan sistem dan rangkaian pengontrolan operasi kompresor refrigerasi satu fasa

3.9. Menganalisa gangguan pada sistem kontrol refrigerasi dan tata udara

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait

4.1. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pekerjaan elektrikal

3

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung

4.2. Menyajikan gambar sistem kelistrikan refrigerasi domestik

4.3. Memeriksa komponen dan sistem distribusi tenaga listrik pada papan hubung bagi (PHB)

4.4. Memasang instalasi kotak kontak listrik biasa (KKB)

4.5. Memeriksa sistem dan rangkaian kontrol otomatik

4.6. Memeriksa kondisi operasi sakelar otomatik berbasis suhu

4.7. Memeriksa sistem dan rangkaian pengontrolan suhu

4.8. Memeriksa sistem dan rangkaian pengontrolan operasi kompresor

4.9. Melacak gangguan pada sistem kontrol refrigerasi dan tata udara sistem satu fasa

4

C. Silabus

Satuan Pendidikan : SMK Program Keahlian : Teknik Ketenagalistrikan Paket Keahlian : Teknik Pendingin & Tata Udara Mata Pelajaran : Kontrol Refrigerasi dan Tata Udara Kelas /Semester : XI Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan

pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

1.1. Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dalam melaksanakan pekerjaan di bidang kontrol refrigerasi dan tata udara.

1.2. Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai tuntunan dalam melaksanakan pekerjaan di bidang kontrol refrigerasi dan tata

5

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

udara.

2.1. Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu,

inovatif dan tanggung jawab dalam pekerjaan di bidang kontrol refrigerasi dan tata udara.

2.2. Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam

melakukan tugas memasang dan memelihara peralatan refrigerasi dan tata udara.

2.3. Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam melakukan pekerjaan di bidang bidang kontrol refrigerasi dan tata udara.

3.1. Menentukan prosedur keselamatan dan kesehatan di bidang

Sengatan arus listrik Tegangan Langkah dan

Tegangan Sentuh

Mengamati : Mengamati fenomena sengatan arus listrik, tegangan langkah dan tegangan sentuh, cidera

Kinerja: Pengamatan sikap

kerja

4 x 4 JP J. Dossat, Modern Refrigeration, Prentice Hall, 1990

6

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

pekerjaan elektrikal

4.1. Menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pekerjaan elektrikal.

Cidera akibat Sengatan Arus Listrik

Tanda Bahaya dan Alat Pelindung Diri

Sistem Pentanahan Listrik - Elektroda pentanahan - Penghantar pentanahan

Pengaman Listrik Prosedur Lock Out dan Tag

Out Petunjuk Keselamatan dan

P3K

akibat sengatan arus listrik, tanda bahaya dan alat pelindung diri, sistem pentanahan, pengaman listrik, prosedur lock out dan tag out, serta petunjuk keselamatan dan P3K

Menanya : Mengkondisikan situasi belajar untuk membiasakan berfikir kritis dan kreatif dengan mengajukan pertanyaan secara aktif dan mandiri tentang fenomena sengatan arus listrik, tegangan langkah dan tegangan sentuh, cidera akibat sengatan arus listrik, tanda bahaya dan alat pelindung diri, sistem pentanahan, pengaman listrik, prosedur lock out dan tag out, serta petunjuk keselamatan dan P3K Mengeksplorasi : Mengumpulkan data yang dipertanyakan dan menentukan sumber (melalui benda konkrit, dokumen, buku, eksperimen) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan tentang fenomena sengatan arus listrik, tegangan langkah dan tegangan sentuh, cidera akibat sengatan arus listrik, tanda bahaya dan alat pelindung diri, sistem pentanahan, pengaman listrik, prosedur lock out dan tag out, serta petunjuk keselamatan dan P3K Mengasosiasi : Mengkategorikan data dan menentukan hubungannya, selanjutnyanya disimpulkan dengan urutan dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks terkait dengan fenomena sengatan arus listrik, tegangan langkah dan tegangan sentuh, cidera akibat

Pengamatan kegiatan praktek terkait dengan prosedur

keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pekerjaan elektrikal.

Tes: Tes lisan/ tertulis terkait dengan sengatan arus listrik dan upaya pencegahannya serta dan

penanganan korban tersengat arus listrik yang lazim dilakukan di dunia kerja/industri Portofolio: Setelah menyelesaikan tugas pekerjaan pekerjaan harus menyerahkan laporan pekerjaan secara tertulis Tugas: Penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja

Goliber, Paul F., 1986 Refrigeration servicing, Bombay, D.B. Taraporevala Son & Co, Private Ltd. A Harris, 1986, Air Conditioning Practices, Mc. Graw Hill Trane reciprocating Refrigeration Manual

7

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

sengatan arus listrik, tanda bahaya dan alat pelindung diri, sistem pentanahan, pengaman listrik, prosedur lock out dan tag out, serta petunjuk keselamatan dan P3K

Mengkomunikasikan : Menyampaikan hasil konseptualisasi tentang fenomena sengatan arus listrik, tegangan langkah dan tegangan sentuh, cidera akibat sengatan arus listrik, tanda bahaya dan alat pelindung diri, sistem pentanahan, pengaman listrik, prosedur lock out dan tag out, serta petunjuk keselamatan dan P3K

3.2. Menafsirkan gambar system kelistrikan unit refrigerasi domestik

4.2. Menyajikan gambar sistem kelistrikan refrigerasi domestik

Simbol komponen listrik Motor listrik Rele dan kontaktor Starter Magnetik Sakelar Otomatik Piranti pengaman Diagram Skematik Diagram Ladder

Diagram Pengawatan

Mengamati : Mengamati Simbol komponen listrik, Motor listrik, Rele dan kontaktor, Starter Magnetik, Sakelar Otomatik, Piranti pengaman, Diagram Skematik, Diagram Ladder, dan Diagram Pengawatan yang lazim dunia refrigerasi dan tata udara.

Menanya : Mengkondisikan situasi belajar untuk membiasakan berfikir kritis dan kreatif dengan mengajukan pertanyaan secara aktif dan mandiri tentang Simbol komponen listrik, Motor listrik, Rele dan kontaktor, Starter Magnetik, Sakelar Otomatik, Piranti pengaman, Diagram Skematik, Diagram Ladder, dan Diagram Pengawatan yang lazim dunia refrigerasi dan tata udara. Mengeksplorasi : Mengumpulkan data yang dipertanyakan dan menentukan sumber (melalui benda konkrit, dokumen, buku, eksperimen) untuk menjawab

Kinerja: Pengamatan sikap

kerja Pengamatan

kegiatan praktek penanganan korban tersengat listrik yang lazim dilakukan di dunia kerja/industri, serta pencegahan tersengat arus listrik

dan penggunaan buku manual dan electrical diagram.

Tes: Tes lisan/ tertulis terkait dengan bahaya tersengat arus listrik dan upaya pencegahannya serta dan

4 x 4 JP J. Dossat, Modern Refrigeration, Prentice Hall, 1990 Goliber, Paul F., 1986 Refrigeration servicing, Bombay, D.B. Taraporevala Son & Co, Private Ltd. A Harris, 1986, Air Conditioning Practices, Mc. Graw Hill Trane reciprocating Refrigeration Manual

8

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

pertanyaan yang diajukan tentang Simbol komponen listrik, Motor listrik, Rele dan kontaktor, Starter Magnetik, Sakelar Otomatik, Piranti pengaman, Diagram Skematik, Diagram Ladder,

dan Diagram Pengawatan yang lazim dunia refrigerasi dan tata udara. Mengasosiasi : Mengkategorikan data dan menentukan hubungannya, selanjutnyanya disimpulkan dengan urutan dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks terkait dengan Simbol komponen listrik, Motor listrik, Rele dan kontaktor, Starter Magnetik, Sakelar Otomatik, Piranti pengaman, Diagram Skematik, Diagram Ladder, dan Diagram Pengawatan yang lazim dunia refrigerasi dan tata udara. Mengkomunikasikan : Menyampaikan hasil konseptualisasi tentang Simbol komponen listrik, Motor listrik, Rele dan kontaktor, Starter Magnetik, Sakelar Otomatik, Piranti pengaman, Diagram Skematik, Diagram Ladder, dan Diagram Pengawatan yang lazim dunia refrigerasi dan tata udara.

penanganan korban tersengat arus listrik yang lazim dilakukan di dunia kerja/industri

Portofolio: Setelah menyelesaikan tugas pekerjaan pekerjaan harus menyerahkan laporan pekerjaan secara tertulis Tugas: Penafsiran dan Penyajian gambar sistem keistrikan

3.3. Menentukan komponen dan sistem distribusi tenaga listrik tegangan rendah pada sisi konsumen.

4.3 Memeriksa komponen pada papan distribusi tenaga listrik pada sisi konsumen

Sistem Distribusi tenaga Listrik - sistem satu fasa - sistem tiga fasa

Papan Distribusi Tenaga Listrik - Kotak PHB - Komponen utama

Mengamati : Mengamati sistem distribusi tenaga llistrik sistem satu fasa dan tiga fasa tegangan rendah, papan distribusi tenaga listrik pada sisi konsumen mencakupi fungsi, komponen, dan sirkit diagram, serta pemeriksan komponennya.

Menanya : Mengkondisikan situasi belajar untuk

kinerja: Penyiapan pekerjaan

modifikasi PHB Pelaksanaan

penggantian/penambahan circuit breaker pada PHB satu fasa

Pelaksanaan penggantian/penamba

5 x 4 JP

9

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

- Komponen bantu - Diagram Satu garis

Sistem Pentanahan

(Pembumian) - Sistem TN - Sistem TT

Kerja Proyek 1

Membuat sketsa sistem distribusi tenaga listrik pada sisi konsumen.

Kerja proyek 2 Memeriksa komponen pada papan distribusi tenaga listrik pada sisi konsumen

membiasakan berfikir kritis dengan mengajukan pertanyaan secara aktif dan mandiri tentang sistem distribusi tenaga llistrik sistem satu fasa dan tiga fasa tegangan rendah, papan distribusi

tenaga listrik pada sisi konsumen mencakupi fungsi, komponen, dan sirkit diagram, serta pemeriksan komponennya. . Mengeksplorasi : Mengumpulkan data yang dipertanyakan dan menentukan sumber (melalui benda konkrit, dokumen, buku, eksperimen) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan tentang sistem distribusi tenaga llistrik sistem satu fasa dan tiga fasa tegangan rendah, papan distribusi tenaga listrik pada sisi konsumen mencakupi fungsi, komponen, dan sirkit diagram, serta pemeriksan komponennya. Mengasosiasi : Mengkatagorikan data dan menentukan hubungannya, selanjutnyanya disimpulkan dengan urutan dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks terkait dengan sistem distribusi tenaga llistrik sistem satu fasa dan tiga fasa tegangan rendah, papan distribusi tenaga listrik pada sisi konsumen mencakupi fungsi, komponen, dan sirkit diagram, serta pemeriksan komponennya. Mengkomunikasikan : Menyampaikan hasil konseptualisasi tentang sistem distribusi tenaga llistrik sistem satu fasa

han circuit breaker pada PHB satu fasa

Tes:

Tes tertulis terkait dengan kerja pemipaan refrigerasi, mencakupi aturan keselamatan kerja, penggunaan peralatan kerja, penggunaan alat pelindung diri, gambar kerja, dan prosedur kerja Portofolio: Setelah menyelesaikan tugas pekerjaan pekerjaan harus menyerahkan laporan pekerjaan secara tertulis. Tugas: Membuat sketsa sistem distribusi tenaga listrik Merakit panel hubung bagi Memeriksa panel hubung bagi

10

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

dan tiga fasa tegangan rendah, papan distribusi tenaga listrik pada sisi konsumen mencakupi fungsi, komponen, dan sirkit diagram, serta pemeriksan komponennya..

3.4. Menentukan prosedur pemasangan instalasi kotak kontak biasa (KKB)

4.4 Memasang instalasi kotak kontak khusus (KKK) sistem satu fasa dan tiga fasa

Kabel penghantar - standarisasi warna - jenis kabel - ukuran kabel - daya hantar arus - penentuan ukuran kabel

Pipa - jenis pipa - ukuran pipa - Penggunaan

Cabel Duct - jenis - Ukuran - penggunaan

Kotak Kontak Biasa (KKB)

Mengamati : Mengamati instalasi kotak kontak biasa (KKB) mencakupi kabel penghantar, pipa, cabel duct, sirkit diagram dan pemasangan instalasi KKB. Menanya : Mengamati instalasi instalasi kotak kontak biasa (KKB) mencakupi kabel penghantar, pipa, cabel duct, sirkit diagram dan pemasangan instalasi KKB. Mengeksplorasi : Mengumpulkan data yang dipertanyakan dan menentukan sumber (melalui benda konkrit, dokumen, buku, eksperimen) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan tentang instalasi kotak kontak biasa (KKB) mencakupi kabel penghantar, pipa, cabel duct, sirkit diagram dan pemasangan instalasi KKB. Mengasosiasi : Mengkatagorikan data dan menentukan hubungannya, selanjutnyanya disimpulkan dengan urutan dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks terkait dengan instalasi kotak kontak biasa (KKB) mencakupi kabel penghantar, pipa, cabel duct, sirkit diagram dan pemasangan instalasi KKB. Mengkomunikasikan : Menyampaikan hasil konseptualisasi tentang

Kinerja: Penyiapan pekerjaan

pemasangan instalasi KKK

Pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi KKK

Tes: Tes lisan/ tertulis terkait dengan persiapan dan pelaksanaan pemasangan instalasi KKK sistem satu fasa dan tiga fasa Portofolio: Setelah menyelesaikan tugas pekerjaan pekerjaan harus menyerahkan laporan

pekerjaan secara tertulis Tugas: Pemasangan KKB satu fasa dan tiga fasa

6 x 4 JP

11

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

fungsi, komponen, dan instalasi KKB

3.5. Menentukan sistem dan rangkaian kontrol

otomatik 4.5. Memeriksa sistem dan

rangkaian kontrol otomatik

Dasar Sistem kontrol Control Loop

Mode Kontrol Komponen Sisten Kontrol

Mengamati : Mengamati aplikasi sistem kontrol otomatik Menanya : Mengkondisikan situasi belajar untuk membiasakan mengajukan pertanyaan secara aktif dan mandiri tentang sistem kontrol otomatik,. Mengeksplorasi : Mengumpulkan data yang dipertanyakan dan menentukan sumber (melalui benda konkrit, dokumen, buku, eksperimen) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan tentang sistem kontrol otomatik. Mengasosiasi : Mengkatagorikan data dan menentukan hubungannya, selanjutnyanya disimpulkan dengan urutan dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks terkait dengan sistem kontrol otomatik mulai dari pengukuran parameter aplikasi sistem kontrol semi otomatik dan melakukan percobaan aplikasi sistem semi

otomatik pada unit refrigerasi dan tata udara. Mengkomunikasikan : Menyampaikan hasil konseptualisasi tentang prinsip, operasi dan instalasi sistem kontrol semi otomatik.

Kinerja: Pengematan sikap

kerja Pengamatan kegiatan

praktek aplikasi sistem kontrol otomatik

Tes: Tes tertulis terkait dengan aplikasi sistem kontrol otomatik Portofolio:

Setelah menyelesaikan tugas pekerjaan pekerjaan harus menyerahkan laporan pekerjaan secara tertulis. Tugas: Pemilihan sistem kontrol otomatik

4 x 4 jp

3.6. Menentukan kondisi operasi sakelar otomatik berbasis suhu

Prinsip Pengontrolan Suhu Pemeriksaan Thermostat • Pengaturan Range dan Differential

Mengamati : Mengamati sistem pengontrolan suhu baik secara elektromekanik dan elektronik, mencakupi komponen kontrol, fungsi dan performansi.

Kinerja: Pengematan sikap

kerja Pengamatan kegiatan

3 x 4 JP J. Dossat, Modern Refrigeration, Prentice Hall, 1990

12

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

4.6 Memeriksa sakelar otomatik berbasis suhu

Menanya : Mengkondisikan situasi belajar untuk membiasakan mengajukan pertanyaan secara

aktif dan mandiri tentang pemeriksaan sistem pengontrolan suhu baik secara elektromekanik dan elektronik, mencakupi komponen kontrol, fungsi dan performansi Mengeksplorasi : Mengumpulkan data yang dipertanyakan dan menentukan sumber (melalui benda konkrit, dokumen, buku, eksperimen) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan tentang sistem pengontrolan suhu baik secara elektromekanik dan elektronik, mencakupi komponen kontrol, fungsi dan performansi Mengasosiasi : Mengkatagorikan data dan menentukan hubungannya, selanjutnyanya disimpulkan dengan urutan dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks terkait dengan sistem pengontrolan suhu baik secara elektromekanik dan elektronik, mencakupi komponen kontrol, fungsi dan performansi. Mengkomunikasikan : Menyampaikan hasil konseptualisasi tentang set-up sistem kontrol semi otomatik baik secara elektromekanik dan elektronik, mencakupi komponen kontrol, fungsi dan performansinya

praktek set-up sistem kontrol semi otomatik baik secara elektromekanik dan

elektronik, mencakupi komponen kontrol, fungsi dan performansinya Tes: Tes tertulis terkait dengan set-up sistem kontrol semi otomatik baik secara elektromekanik dan elektronik, mencakupi komponen kontrol, fungsi dan performansinya Portofolio: Setelah menyelesaikan tugas pekerjaan pekerjaan harus menyerahkan laporan pekerjaan secara tertulis. Tugas: Set-up set-up sistem kontrol semi otomatik baik secara elektromekanik dan elektronik, mencakupi suhu dan tekanan

Goliber, Paul F.,

1986 Refrigeration servicing, Bombay, D.B. Taraporevala Son & Co, Private Ltd.

A Harris, 1986, Air

Conditioning Practices, Mc. Graw Hill

Trane reciprocating

Refrigeration Manual

3.7. Menentukan sistem dan rangkaian pengontrolan

Perangkat kontrol • Thermostat

Mengamati : Mengamati perangkat kontrol pada sistem

Kinerja: Pengamatan sikap

3 x 4 JP

13

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

suhu 4.7 Memeriksa Sistem dan

Rangkaian Pengontrolan suhu

refrigerasidan thermostat, Menanya : Mengkondisikan situasi belajar untuk

membiasakan mengajukan pertanyaan secara aktif dan mandiri tentang perangkat kontrol pada sistem refrigerasidan thermostat, Mengeksplorasi : Mengumpulkan data yang dipertanyakan dan menentukan sumber (melalui benda konkrit, dokumen, buku, eksperimen) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan tentang perangkat kontrol pada sistem refrigerasidan thermostat, Mengasosiasi : Mengkatagorikan data dan menentukan hubungannya, selanjutnyanya disimpulkan dengan urutan dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks terkait dengan perangkat kontrol pada sistem refrigerasidan thermostat, Mengkomunikasikan : Menyampaikan hasil konseptualisasi tentang perangkat kontrol pada sistem refrigerasidan thermostat

kerja Pengamatan kegiatan

praktek pemeriksaan thermostat

Tes: Tes tertulis terkait dengan perangkat kontrol pada sistem refrigerasidan thermostat Portofolio: Setelah menyelesaikan tugas pekerjaan pekerjaan harus

menyerahkan laporan pekerjaan secara tertulis. Tugas: Pemeriksaan perangkat kontrol pada sistem refrigerasidan thermostat

3.8. Menentukan sistem dan rangkaian pengontrolan operasi kompresor satu fasa

4.8 Memeriksa rangkaian pengontrolan operasi kompresor satu fasa

Pengontrolan Motor Kompresor berbasis suhu

Pengontrolan motor kompresor berbasis tekanan

Piranti Pengaman kompresor

Mengamati : Mengamati sistem pengontrolan motor kompresor berbasis suhu, berbasis tekanan, dan piranti pengaman kompresor Menanya : Mengkondisikan situasi belajar untuk membiasakan mengajukan pertanyaan secara aktif dan mandiri tentang sistem sistem pengontrolan motor kompresor berbasis suhu,

Kinerja: Pengamatan sikap

kerja Pengamatan kegiatan

praktek pemeriksan rangkaian pengontrolan motor kompresor

Tes:

3 x 4 JP

14

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

berbasis tekanan, dan piranti pengaman kompresor, Mengeksplorasi :

Mengumpulkan data yang dipertanyakan dan menentukan sumber (melalui benda konkrit, dokumen, buku, eksperimen) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan tentang sistem sistem pengontrolan motor kompresor berbasis suhu, berbasis tekanan, dan piranti pengaman kompresor Mengasosiasi : Mengkatagorikan data dan menentukan hubungannya, selanjutnyanya disimpulkan dengan urutan dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks terkait dengan sistem sistem pengontrolan motor kompresor berbasis suhu, berbasis tekanan, dan piranti pengaman kompresor, Mengkomunikasikan : Menyampaikan hasil konseptualisasi tentang sistem pengontrolan motor kompresor berbasis suhu, berbasis tekanan, dan piranti pengaman kompresor,

Tes tertulis terkait dengan sistem pengontrolan suhu dan tekanan kerja,

pengontrolan operasi motor kompresor satu fasa, Portofolio: Setelah menyelesaikan tugas pekerjaan pekerjaan harus menyerahkan laporan pekerjaan secara tertulis. Tugas: Perakitan sistem kontrol suhu Perakitan sistem kontrol operasi ekonomis kompresor

3.9. Menganalisa gangguan pada sistem kontrol refrigerasi dan tata udara sistem satu fasa

4.9 Melacak gangguan pada sistem kontrol refrigerasi dan tata udara sistem satu fasa

Gangguan pada Rangkaian Kompresor

Gangguan pada Pressure Control

Pelacakan Gangguan

Mengamati : Mengamati kondisi faktual gangguan pada sistem kontrol refrigerasi dan tata udara dan membandingkannya jenis gangguan yang ada pada folwchart untuk keperluan pelacakan gangguan pada sistem kontrol. Menanya : Mengkondisikan situasi belajar untuk membiasakan mengajukan pertanyaan secara

Kinerja: Pengamatan sikap

kerja Pengamatan kegiatan

praktek .pelacakan gangguan pada sistem kontrol secara faktual dan konseptual

Tes:

4 x 4 jp

15

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

aktif dan mandiri tentang jenis gangguan dan pelacakan gangguan pada sistem control secara faktual dan secara konseptual.

Mengeksplorasi : Mengumpulkan data yang dipertanyakan dan menentukan sumber (melalui benda konkrit, dokumen, buku, eksperimen) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan tentang jenis gangguan dan pelacakan gangguan pada sistem control secara faktual dan konseptual. Mengasosiasi : Mengkatagorikan data dan menentukan hubungannya, selanjutnyanya disimpulkan dengan urutan dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks terkait dengan jenis gangguan dan pelacakan gangguan pada sistem control secara faktual dan konseptual. Mengkomunikasikan : Menyampaikan hasil konseptualisasi tentang pelacakan gangguan pada sistem kontrol secara faktual dan konseptual.

Tes tertulis terkait dengan jenis gangguan dan pelacakan gangguan pada sistem kontrol

secara faktual dan konseptual. Portofolio: Setelah menyelesaikan tugas pekerjaan pekerjaan harus menyerahkan laporan pekerjaan secara tertulis. Tugas: Pelacakan gangguan sistem kelistrikan.

Catatan: jumlah minggu efektif semester ganjil/genap = 20/16 minggu.

16

D. Rencana Aktivitas Belajar

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang

dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Langkah-langkah

pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran meliputi

menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian

mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan

dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Pada

buku ini, seluruh materi yang ada pada setiap kompetensi dasar diupayakan

sedapat mungkin diaplikasikan secara prosedural sesuai dengan pendekatan

ilmiah.

Melalui buku bahan ajar ini, kalian akan mempelajari apa?, bagaimana?, dan

mengapa?, terkait dengan masalah sistem refrigerasi, instalasi dan aplikasinya.

Langkah awal untuk mempelajari sistem dan instalasi refrigerasi adalah dengan

melakukan pengamatan (observasi). Keterampilan melakukan pengamatan dan

mencoba menemukan hubungan-hubungan yang diamati secara sistematis

merupakan kegiatan pembelajaran yang sangat aktif, inovatif, kreatif dan

menyenangkan. Dengan hasil pengamatan ini, berbagai pertanyaan lanjutan akan

muncul. Nah, dengan melakukan penyelidikan lanjutan, kalian akan memperoleh

pemahaman yang makin lengkap tentang masalah yang kita amati

Buku bahan ajar “Kontrol Refrigerasi dan Tata Udara 1 ini, digunakan untuk

memenuhi kebutuhan minimal pembelajaran pada kelas XI, semester ganjil,

mencakupi kompetensi dasar 3.1 dan 4.1 sampai dengan 3.5. dan 4.5, yang

terbagi menjadi lima kegiatan belajar, yaitu (1) Menerapkan keselamatan kerja

pada pekerjaan elektrikal, (2) Menafsirkan gambar kelistrikan sistem refrigerasi

domestik, (3) Memeriksa komponen dan sistem distribusi tenaga listrik pada

panel distribusi daya tegangan rendah, (4) Memasang instalasi kotak kontak.

17

II. PEMBELAJARAN

A. Kegiatan Belajar 1

Menerapkan keselamatan kerja pada pekerjaan elektrikal.

1. Pendahuluan

Saat ini, kita merasakan bahwa energi listrik merupakan hal yang jamak di dalam

lingkungan kehidupan kita. Saking jamaknya, kadang sebagian kita lupa atau

tidakmenyadari keberadaan listrik disekitarnya. Baru ketika ada pemadaman

mendadak dari PLN, mereka baru tersadar betapa sangat pentingnya keberadaan

energi listrik di sekitarnya. Sungguh sulit dibayangkan, bila dalam fasa kehidupan

modern seperti yang kita alami saat ini tanpa energi listrik. Mari kita renungkan

sejenak, apapun bagian kehidupan kita, listrik memainkan peran penting. Mulai dari

aktivitas kehidupan di rumah masing-masing hingga aktivitas kehidupan lainnya,

seperti bekerja di kantor, belanja, rekreasi,dan aktivitas pemeliharaan kesehatan

tubuh. Rumah kita dipenuhi dengan berbagai peralatan listrik baik untuk keperluan

pribadi, seperti sikat gigi, alat pencukur, pengering rambut, untuk keperluan

memasak, seperti mixer, blender, rice cooker, toaster, untuk keperluan pengawetan

makanan, seperti refrigerator, dan freezer, dan untuk keperluan kenyamanan hunian

seperti exhaust fan dan room AC. Banyak orangbekerja dilokasi yang menggunakan

peralatan listrik skala besar. Biasanya peralatan tersebut beroperasi dengan tegangan

tinggi. Apapun yang dikerjakannya, mereka berdekatan dengan sumber tegangan

listrik yang berbahaya.

Elemen paling penting yang perlu diingat ketika berurusan dengan rangkaian listrik

adalah memperhatikannya dengan seksama. Tidak mungkin bagi teknisi/mekanik

peralatan refrigerasi dan tata udara dapat melakukan pelacakan gangguan dengan

layak ketika peralatannya tidak mendapat catu daya listrik. Sehingga tidak boleh

tidak, harus bekerja menggunakan prosedur aman ketika peralatannya masih

bertegangan.Meskipun banyak prosedur pelacakan gangguan dapat dilakukan ketika

18

catu daya listrik ke peralatan diputuskan, misalnya pemeriksaan kondisi motor listrik,

rele, kontaktor, transformator, dan peralatan listrik lainnya, tetapi di lain kesempatan,

pelacakan gangguan harus dilakukan ketika peralatannya masih terhubung ke sumber

tegangan, sebagai contoh memeriksa tegangan yang masuk pada peralatan,

memeriksa tegangan pada suatu piranti atau komponen, atau memeriksa tegangan

jatuh pada pasangan kontak rele.

Satu hal yang paling penting, teknisi refrigerasi & tata udara harus belajar bagaimana

bekerja dengan aman di sekitar peralatan ketika masih mendapat catu daya listrik.

Para teknisi yang profesional tidak boleh takut dengan listrik, tetapi mereka harus

selalu berhati-hati dalam bekerja dan tidak boleh lengah ketika sedang bekerja pada

peralatan yang masih bertegangan. Jadi para teknisi atau mekanik refrigerasi & tata

udara harus memahami bagaimana bekerja dengan aman tanpa mengalami

kecelakaan kerja.

Bekerja dengan mengutamakan keselamatan merupakan suatu keharusan untuk

mencegah kecelakaan, misalnya bahaya tersengat arus listrik, kebakaran, ledakan,

kerusakan mekanik, dan mengalami kecelakaan di tempat kerja.

Barangkali, bahaya yang paling besar adalah terkena sengatan arus listrik. Arus

listrik yang mengalir melalui badan manusia melebihi 10 miliamper dalam waktu

beberapa detik dapat menimbulkan kelumpuhan kepada korban. Bila arus yang

mengalir sebesar 100 miliamper atau lebih besar dalam waktu dua detik atau lebih

dapat berakibat fatal.

Semakin tinggi tegangan semakin besar pula arus yang dapat mengalir melalui badan

manusia. Bahaya sengatan listrik meningkat seiring meningkatnya tegangan. Personil

yang bekerja di daerah tegangan tinggi, harus mendapat pelatihan kerja yang bagus

dan dilengkapi dengan peralatan pengaman diri yang memadai.

19

Ketika kulit kita berkeringat atau basah, maka resistansi badan terhadap arus listrik

menjadi turun dengan drastis. Bilamana itu terjadi, terkena sengatan arus listrik pada

tegangan nominal akan dapat berakibat fatal.

Oleh karena itu, perlunya memahami prosedur keselamatan kerja, antara lain:

(1) Memahami bahaya dan cara menghindari sengatan arus listrik

(2) Memastikan ada sistem pentanahan listrik yang bagus.

(3) Memastikan sistem pengaman listrik dalam kondisi bagus dan benar

(4) Menerapkan prosedur lock out ketika sedang bekerja di daerah bertegangan.

2. Sengatan Arus Listrik

Tesengat arus listrik dan tubuh terbakar merupakan resiko umum yang dialami oleh

personil yang bekerja di bidang refrigerasi dan tata udara. Tidak mungkin melakukan

pekerjaan instalasi atau troubleshooting peralatan refrgerasi dan tata udara tanpa

menghubungkan peralatan tersebut ke sumber daya listrik. Hal ini sudah menjadi

tanggung jawab para teknisi/mekanik refrigerasi & tata udara memikirkan prosedur

kerja yang aman ketika bekerja disekitar peralatan yang masih terhubung ke sumber

tegangan tanpa bersentuhan dengan penghantar atau komponen lainnya yang masih

bertegangan.

20

Gambar 1.1 Kondisi Yang Membahayakan

Lembar Kerja 1:

Terkait dengan sengatan listrik dan resiko yang diakibatkannya, kali ini kalian harus

mendiskusikan pengetahuan faktual yang dapat kalian jumpai dalam kehidupan

sehari-hari yakni fenomena sengatan arus listrik. Gambar 1.1. memperlihatkan

kondisi yang dapat menimbulkan bahaya tersengat arus listrik. Diskusikan dengan

teman sekelompokmu untuk menjawab pertanyaan mendasar yaitu Apa, bagaimana,

dan mengapa terkait dengan fenomena sengatan arus listrik. Untuk itu kalian harus

mencari informasi-informasi yang terkait dengan masalah tersebut melalui membaca

materi pelajaran dalam buku bahan ajar ini, dan melalui sumber-sumber informasi

lain, yang dapat kalian peroleh dari buku sekolah elektronik, dari majalah ilmiah

populer, atau dari situs-situs pendidikan lewat internet! Presentasikan hasil

penemuanmu di kelas agar dapat dibahas dengan kelompok lain. Kemudian buatlah

laporan pelaksanaan kegiatan secara indidu.

21

Tersengat Arus Listrik

Tersengat arus listrik dapat terjadi ketika seseorang menjadi bagian dari rangkaian

listrik. Ketika arus listrik melewati tubuh manusia, hasilnya dapat berbeda-beda

mulai dari mengalami sensasi sengatan ringan hingga mengalami sensasi yang lebih

berat dan kematian. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh sengatan arus listrik

terhadap seseorang tergantung pada besar arus listrik yang mengalir melalui tubuh,

lintasan arus listrik, dan lama waktu. Para teknisi harus mencegah jangan sampai

tubuhnya menjadi bagian penghantar antara kabel fasa dan kabel netral dalam suatu

rangkaian listrik yang bertegangan.

Tubuh kita dapat menjadi bagian dari rangkaian listrik melalui beberapa kejadian.

Pertama, tubuh kita dapat menjadi bagian dari suatu rangkaian listrik bila kita

menyentuh penghantar bertegangan seperti diperlihatkan dalam Gambar 1.2. Terlihat

telunjuk tangan personil menyentuh terminal Kotak Kontak Biasa (KKB) pada

penghantar fasa. Arus listrik mengalir melalui jari telunjuk ke kaki selanjutnya

melalui tanah kembali ke titik

pembumian trafo distribusi.

Gambar 1.2 Lintasan arus listrik melalui tubuh manusia dari tangan ke tangan

Besaran arus listrik yang dapat menimbulkan cidera serius bagi tubuh manusia sangat

rendah. Energi listrik yang dimasukkan ke suatu rangkaian listrik disebut gaya

22

elektromotif, yang diukur dalam satuan volt. Dalam dunia refrigersi dan tata udara,

para teknisi/mekanik seringkali berhubungan dengan tegangan 24 volt, yang lazim

diterapkan pada rangkaian kontrol sistem komersial/industrial, 220 volt yang banyak

digunakan untuk menggerakkan kompresor sistem residental/domestik, atau 380 volt

tegangan yang digunakan pada sistem tiga fasa untuk menggerakkan kompresor pada

sistem komersial dan industrial. Tegangan tersebut dapat menyebabkan cidera serius

bila mengenai tubuh manusia.

Cara kedua, tubuh kita dapat menjadi bagian dari suatu rangkaian listrik bila kita

menyentuh dua kabel bertegangan, kabel fasa dan kabel netral atau kabel pentanahan

(ground) secara bersamaan, seperti diperlihatkan dalam Gambar 1.3. Arus listrik

mengalir dari tangan kiri ke tangan kanan melalui jantung korban.

Gambar 1.3 Lintasan arus listrik melalui tubuh manusia dari tangan ke tangan

Kawat pentanahan dalam sistem elektrifikasi merupakan konduktor atau penghantar

yang utamanya digunakan untuk melindungi atau memproteksi gangguan yang dapat

terjadi dalam sistem kelistrikan di mana dalamkeadaan atau kondisi normal tanpa

gangguan tidak dialiri oleh arus listrik. Kawat netral dalam sistem kelistrikan

merupakan konduktor yang dalam kondisi normal dialiri oleh arus listrik, dan

23

terhubung ke tanah. Cara lain yang dapat mengakibatkan tubuh kita menjadi bagian

rangkaian listrik adalah bila salah satu bagian tubuh kita (tangan) bersentuhan

dengan penghantar tersebut dan bagian tubuh yang lain menyentuh tanah. Seperti

diperlihatkan dalam Gambar 1.4. Konduktor adalah kawat tembaga atau bahan lain

yang digunakan sebagai lintasan untuk mengalirkan energi listrik. Cara lainnya lagi

seperti diperlihatkandalam Gambar 1.5. lintasan arus bergerak dari kepala yang

menyentuh kabel bertegangan menuju ke kaki dan ke tanah.

Gambar 1.4 Lintasan arus listrik melalui tubuh manusia dari tangan ke kaki

24

Gambar 1.5 Lintasan arus listrik melalui tubuh manusia dari kepala ke kaki

3. Tegangan Langkah (Step Potential) dan Tegangan Sentuh

Selama terjadi gangguan hubungan ke tanah (ground fault), arus listrik mengalir

melalui grounding system ke ground rod atau sistem pembumian lainnya (struktur besi,

kawat pentanahan) dan kembali ke sumber tenaga listriknya. Kemungkinan aliran arus

listrik dapat terjadi di sepanjang permukaan tanah pada jarak tertentu di sekitar titik di

mana tanah mendapat penguatan atau menjadi bertegangan. Arus listrik akan mengikuti

di bagian paling dekat dengan konduktor yang mengalirkan arus gangguan. Tegangan

langkah (step potential) disebabkan oleh aliran arus gangguan melalui tanah. Semakin

dekat personil dengan ground rod atau grounded device, semakin besar konsentrasi arus

dan semakin besar pula tegangan atau potensial listriknya.

Aliran arus listrik menciptakan tegangan jatuh (voltage drop) karena adanya arus

listrik mengalir melalui permukaan tanah dan seseorang atau personil maintenance yang

berdiri dengan lebar langkah kaki tertentu seperti diperlihatkan dalam Gambar 1.6,

menjadi bagian jembatan dari voltage drop sehingga menciptakan lintasan paralel bagi

aliran arus listrik.

Semakin besar lebar langkah kaki personil, semakin besar beda tegangan yang

dirasakan oleh personil tersebut. Untuk memproteksi diri atau menghindar dari bahaya

terkena tegangan langkah bagi personil yang sedang bekerja di zona equipotensial, dapat

melakukan pertahanan terbaik secara sederhana yaitu selalu waspada terhadap adanya

tegangan langkah. Untuk asalan itu, maka personil lain yang tidak berkepentingan dengan

gangguan tersebut yang sedang berdiri di atas tanah diperingatkan untuk menjauhi lokasi

gangguan tanah tersebut.

25

Gambar 1.6 Tegangan Langkah

Hal ini berarti bahwa personil yang berdiri di dekat titik arus gangguan jika arus

gangguan mengalir ke tanah akan menimbulkan beda potensial besar antara kaki ke kaki.

Beda potensial tersebut akan semakin mengecil pada area yang semakin jauh dari titik

gangguan.

Gambar 1.7 Besaran Tegangan Langkah

Gambar 1.8 Cara Menghindar dari Bahaya Tegangan Langkah

26

Tegangan Sentuh (Touch Potential)

Tegangan sentuh (touch potential) merupakan sumber masalah yang sama

seperti tegangan langkah (step potential) – Lihat Gambar 1.9. tegangan sentuh

menyangkut aliran arus gangguan (fault current) ke tanah yang disebabkan adanya

perbedaan tegangan antara titik kontak ke tanah dan struktur konduktif yang

berdekatan.

Gambar 1.9 Tegangan Sentuh

4. Cidera Akibat Sengatan Arus Listrik

Sering kita mengira, bahwa bahaya tersengat arus listrik hanya dapat disebabkan oleh

sirkit tegangan tinggi.Anggapan ini tidak benar.Banyak kasus kecelakaan kerja

tersengat arus listrik, yang berakibat fatal hingga sampai kematian diakibatkan oleh

tegangan rendah 120 volt.Bila diantara kita pernah tersengat arus listrik tetapi aman-

aman saja tidak mengalami akibat buruk, janganlah peristiwa tersebut dijadikan

pegangan, mungkin anda sedang beruntung.Jangan mengandalkan keberuntungan di

dalam bekerja. Ingat, selalu bekerja dengan kondisi aman dan mengutamakan

keselamatan.

27

Fatal dan tidaknya cidera yang diakibatkan oleh sengatan arus listrik tergantung pada

resistansi tubuh manusia terhadap aliran arus atau elektron. Besaran aliran arus

merupakan jumlah elektron yang mengalir melalui tubuh manusia, yang diukur

dalam satuan amper (A). Sengatan arus listrik akan terjadi, bila tubuh kita menjadi

bagian atau elemen pasif dari suatu sirkit listrik. Sesuai konsep rangkaian listrik, ada

tiga faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sengatan arus listrik, yaitu resistansi,

tegangan dan arus.

Akibat yang dapat ditimbulkan oleh sengatan arus listrik tergantung pada resistansi

tubuh manusia dan besarnya nilai tegangan sentuh. Resistansi tubuh manusia

berbeda-beda antara satu orang dengan orang lainnya. Semakin rendah resistansi

tubuh manusia, semakin besar pula akibat yang dapat ditimbulkan oleh sengatan arus

listrik.

Resistansi tubuh manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu eksternal dan internal.

Resistansi eksternal dipengaruhi oleh kulit manusia dan resistansi internal

dipengaruhi oleh jaringan tubuh dan sistem aliran darah. Kulit kering merupakan

isolator listrik yang bagus. Kulit lembab, basah dapat menurunkan nilai resistansi

tubuh, oleh karena itu intensitas tersengat arus listrik akan semakin besar bila tangan

kita basah.

Resistansi internal akan semakin rendah bila kadar garam dan air di dalam darah

semakin tinggi. Besaran nilai resistansi tubuh manusia memiliki rentang lebar,

seperti diperlihatkan dalam Tabel 1.1. Untuk mengukur resistansi tubuh dapat

digunakan alat ukur ohmmeter.

Tabel 1.1 Tipikal Resistansi Tubuh

Kondisi Tubuh Nilai Resistansi ()

Kulit Kering 100.000 – 600.000

Kulit Basah 1000

28

Antara Tangan ke Kaki 400 – 600

Antara telinga ke telinga Sekitar 100

Gambar 1.9 memperlihatkan cara mengukur resistansi tubuh manusia, dari tangan ke

tangan.

Gambar 1.10 Cara Mengukur Resistansi Tubuh dari Tangan ke Tangan

Jika seseorang personil sedang bekerja pada bagian panel listrik dengan

menggunakan obeng harus bertindak secara ekstra hati-hati. Karena memungkinkan

terjadi hal yang tidakdiinginkan misalnya elektroda obeng menempel ke kerangka

panel yang terbuat dari logam, sedang ujung obeng menyentuh bagian yang

bertegangan. Kejadian ini akan memicu timbulnya bunga api yang dapat

menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti diperlihatkan dalam Gambar

1.11.

29

Gambar 1.11 Elektroda obeng menyentuh rangka panel listrik

Jika resistansi rangkaian sangat kecil maka arus yang mengalir di dalam rangkaian

tersebut menjadi sangat besar. Besaran nailai arus listrik yang mengalir melewati

tubuh manusia sebesar 15 miliamper sudah dapat berakibat fatal bagi jiwa manusia.

Bandingkan dengan besaran arus listrik yang mengalir pada sebuah lampu pijar 15

watt, yakni 68 miliamper.

Gambar 1.12 Elektroda obeng menyentuh rangka panel listrik

30

Berikut ini diberikan dampak sengatan arus listrik yang dilihat dari besarnya arus

listrik yang mengalir dalam tubuh manusia. Arus listrik sebesar 1 miliamper

membuat sensasi terhadap seseorang, arus sebesar 20 miliamper

memungkinkanseseorang tidak dapat bergerak, arus sebesar 100 miliamper

menyebakan terjadinya ventricuar fibrillation (jantung berdebar keras), dan arus

lebih besar atau sama dengan 200 miliamper dapat menyebabkan tubuh terbakar dan

respiratory paralysis (kehilangan cairan tubuh).

Risiko bahaya lainnya yang dapat diakibatkan oleh sengatan arus listrik terhadap

manusia adalah reaksi tubuh ketika mengalami sengatan arus listrik. Sebagai contoh,

bila seseorang personil pemeliharaan sedang bekerja menggunakan tangga dan tiba-

tiba tanpa sengaja tersengat arus listrik, maka ia dapat terjatuh dari tangga. Bila ia

sedang bekerja dengan peralatan tangan bermesin (power tool) dan tanpa disengaja

mendapat sengatan arus listrik, ia terkejut dan melepaskan alat tangan tersebut dan

mungkin dapat mencederai personil lain yang ada di sekitarnya. Para teknisi/mekanik

harus menyadari sungguh-sungguh, bahwa reaksinya ketika mendapat sengatan

listrik dapat membahayakan personil lain yang berada di sekitarnya. Oleh karena itu

mereka harus terus waspada dan bertindak dengan ekstra hati-hati ketika bekerja

dengan sumber listrik.

Gambar 1.13 Elektroda obeng menyentuh rangka panel listrik

Tabel 1.2 Pengaruh Kuat Arus Listrik

Kuat Arus

Listrik

Pengaruh Terhadap Keselamatan

0 – 1 mA Hampir tak terasa, mungkin sedikit kesemutan

31

2 – 15 mA Berada dalam ambang kejang otot, dan nyeri otot

16 – 30 mA Otot kejang, sesak nafas, tekanan darah naik, sebagian syaraf

tak berfungsi

31 – 50 mA Dapat membuat jantung berdebar kencang, sesak nafas atau

badan menjadi lemas

51 – 500 mA Membuat kejutan keras, bilik jantung bergetar, dan pingsan

> 500 mA Membuat bilik jantung bergetar kuat hingga berhenti

(cardiac arrest), dan meninggal.

Para teknisi harus meyadari betul akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sengatan

arus listrik ketika ia sedang bekerja dengan tangga yang terbuat dari bahan yang

dapat menghantarkan arus listrik dengan bagus, misalnya aluminium. Bila

memungkinkan hindari penggunaan tangga aluminium jika bekerja dengan sumber

listrik.

Besaran kuat arus yang dapat mengalir melewati tubuh manusia tergantung pada nilai

resistansi tubuh dan tegangan sentuh yang yang dialami oleh tubuh. Kuat arus yang

mengalir ke tubuh dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

Tubuh Resistansi

TeganganArusKuat

Dimana :

Kuat arus listrik diukur dalamsatuan ampere, Tegangan listrik dalam satuan volt, dan

resistansi tubuh manusia diukur dalam satuan ohm ().

Dalam banyak kasus, besaran kuat arus dan lamanya tubuh menerima arus listrik

menjadi kriteria untuk menetapkan dampak buruk dari sengatan arus listrik.Arus

listrik sebesar 10 miliamper mengalir beberapa detik mungkin dapat mengakibatkan

ambang kejang, dan nyeri pada otot. Tetapi arus sebesar 100 miliamper yang

mengalir melewati tubuh selama satu detik atau lebih lama, dapat mengakibatkan

kematian, bila tidak cepat mendapat pertolongan.

32

5. Tanda Bahaya & Alat Pelindung Diri

Keselamatan kerja menjadi satu faktor penting di dalam lingkungan pekerjaan pada

umumnya dan secara khusus pada pekerjaan instalasi dan pemeliharaan peralatan

refrigerasi & tata Udara.Keselamatan di tempat kerja yang dimaksudkan dalam sesi

ini mencakup dua hal keselamatan personil dan keselamatan alat.

Kita tahu bahwa peralatan refrigerasi & tata udaradapat beroperasi dengan bagus bila

mendapatkan catu energi listrik dengan layak atau berkualitas.Kedua peralatan

tersebut dapat beroperasi dengan aman, bila besaran tegangan listrik yang

diterimanya selalu stabil. Adanya perubahan tegangan sebesar ± 15% dari tegangan

nominal akan dapat membahayan kedua peralatan tersebut, paling tidak kedua

peralatan tersebut tidak akan dapat bekerja dengan optimal.Oleh karena itu yakinkan

sistem tegangan yang digunakan untuk peralatan tersebut dalamkeadaan prima,

melalui serangkaian pemeriksaan sistem tegangan menggunakan alat ukur tegangan

(akan dibahas lebih lanjut dalam Bab IV). Jadi secara umum, keselamatan peralatan

listrik (termasuk peralatan refrigerasi & tata udara) tergantung pada dua hal, yaitu

personil yang menangani operasi tersebut dan tingkat pencegahan kecelakaan yang

diterapkanpada sistem kelistrikan yang digunakan, misalnya adanya piranti

pengaman listrik yang tepat, adanya system pentanahan yang bagus, dan adanya

prosedur operasional standard (POS).

Banyak hasil analisis statistika memberikan informasi kepada kita, bahwa 98%

kecelakaan kerja yang terjadi, mestinya dapat dihindarkan, bila kita melakukan

upaya keselamatan kerja dengan sebaik-baiknya. Dalam banyak kasus, kecelakaan

kerja yang terjadi disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) dan kerusakan

peralatan yang digunakan.Dari statistik, dapat diketahui bahwa 88% kecelakaan kerja

diakibatkan oleh kesalahan manusia dan 10% disebabkan oleh peralatan rusak.

Upaya untuk mencegah kecelakaan kerja mulai intensif dilakukan sejak tahun 1970,

dengan diadakannya kongres tingkat dunia, yang dikenal dengan OSHA (Occupation

33

Safety and Health Administration).OSHA membuat peraturan atau regulasi standar

yang mengatur keselamatan kerja di tempat kerja.Disamping itu, OSHA juga

memiliki kewenangan untuk memeriksa dan memberi lisensi produk-produk alat

keselamatan kerja.

Berikut ini diberikan standarisasi pemakaian warna, untuk menunjukkan tingkatan

bahaya yang dapat ditimbulkan, yaitu:

(1) Warna Merah, boleh digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut: peralatan

proteksi bahaya kebakaran, cairan mudah terbakar, tombol tekan untuk stop dan

emergensi.

(2) Warna kuning, boleh digunakan untuk memberi tanda tempat sampah/limbah

berbahaya, bahan mudah terbakar, alat yang sedang diperbaiki, tanda start-up

peralatan, titik mulai dan sumber energi dari suatu mesin.

(3) Warna jingga, boleh digunakan untuk memberi tanda bagian mesin yang

berbahaya, Tombol tekan pengaman, peralatan kopling mekanikal, seperti roda

gigi, roda puli, dan piranti pemotong.

(4) Warna ungu, boleh digunakan untuk memberi tanda tempat yang memiliki

radiasi berbahaya.

(5) Warna hijau, untuk memberi tanda daerah aman, dan tempat alat keselamatan

kerja (personal safety).

Gambar 1.6 memperlihatkan tanda-tanda pencegahan kecelakaan kerja atau petunjuk

keselamatan kerja yang lazim digunakan.

Keselamatan Personal

Pengalaman menunjukkan kepada kita, bahwa alat pelindung diri yang tidak bagus

memiliki kontribusi terhadap kecelakaan kerja. Oleh karena itu peralatan pelindung

diri termasuk salah satu regulasi keselamatan kerja yang harus dipatuhi oleh setiap

pihak, yang melibatkan tenaga kerja.

34

Gambar 1.14 Tanda Pencegahan Kecelakaan Kerja

Setiap pekerja, harus mengenakan alat pelindung diri untuk melindungi diri sendiri

dengan peralatan standar. Gambar 1.15 memperlihatkan alat pelindung diri yang

disarankan, dan untuk memastikan penggunaannya, berikut ini diberikan beberapa

pertimbangan yang harus diperhatikan ketika akan menggunakan alat pelindung diri,

yaitu:

(1) Pelindung kepala (Safety helmet), pelindung kaki (safety shoes), dan pelindung

mata (safety goggle) harus dikenakan bila berada pada tempat yang telah diatur.

(2) Pelindung telinga (safety earmuff) harus dipakai bila berada pada lokasi dengan

tingkat kebisingan tinggi.

(3) Pakaian kerja yang digunakan harus cukup ketat, tidak longgar dan harus

terkancing.

(4) Perhiasan dari logam, emas, perak tidak digunakan ketika sedang bekerja di area

listrik, sebab bahan-bahan tersebut merupakan penghantar yang baik.

(5) Tatanan rambut harus rapi, tidak dibiarkan panjang.

35

Gambar 1.15 Alat Pelindung Diri

6. Pentanahan Listrik

Kawat pentanahan listrik (ground wire) digunakan di dalam rangkaian kelistrikan

untuk memudahkan arus listrik mengalir kembali ke tanah daripada mengalir

melewati tubuh manusia yang memiliki resistansi lebih besar dbandingkan dengan

resistansi kawat pentanahan. Sebagai contoh, bila konduktor yang bertegangan

bersentuhan atau menempel ke rangka unit tata udara yang tidak dilengkapi dengan

kawat pentanahan, dan kemudian seseorang tanpa sengaja menyentuh rangka

tersebut. Maka ia akan menjadi bagian dari rangkaian listrik tersebut. Gambar 1.16

memperlihatkan fenomena tersebut.Dengan kata lain, ia akan merasakan sengatan

arus listrik yang dapat berakibat fatal. Apalagi jika ia tanpa menggunakan alas kaki

yang berisolasi dengan bagus.

36

Gambar 1.16 Tipikal Sengatan Arus Listrik melalui Tangan Korban

Kawat pentanahan yang dipasang pada suatu peralatan listrik akan berfungsi sebagai

pengaman personil yang akan melindungi personil dari bahaya tersengat arus listrik.

Kawat pentanahan dibuat sedemikian rupa sehingga nilai resistansi sangat rendah,

biasanya di bawah 5 ohm.Bandingkan resistansi tubuh manusia yang berada dalam

rentang ratusan ohm.Arus listrik cenderung mengalir dengan mudah ke bagian

rangkaian listrik yang memiliki resistansi paling rendah. Dengan sifat sedemikian itu,

maka keberadaan kawat pentanahan ini akan dapat melindungi personil dari bahaya

sengatan arus listrik.

37

Gambar 1.17 Sistem Pentanahan dengan Elektroda Pentanahan

Dalam banyak kasus kawat pentanahan ini lazim berwarna hijau atau kuning

hijau.Sebuah alat tangan bermesin yang dilengkapi dengan kawat pentanahan,

maka ia akan dilengkapi dengan steker (plug) yang memiliki tiga kontak,

yakni kontak untuk kabel fasa, kabel netral, dan kabel untuk pentanahan,

seperti diperlihatkan dalam Gambar 1.18. Gambar 1.18 b memperlihatkan

sebuah alat tangan bermesin yang tidak dilengkapi dengan kawat pentanahan,

ia hanya memiliki dua kontak penghantar.

(a) (b)

Gambar 1.18 Peralatan mesin yang dilengkapi dengan isolasi ganda

38

Kelistrikan berkaitan dengan sifat aliran arus listrik/elektron. Secara alamiah, sifat

aliran arus listrik dalam penghantar atau konduktor listrik seperti aliran air yang

berasal dari hulu (pegunungan) menuju ke hilir (lautan). Air yang berada pada tempat

yang lebih tinggi selalu akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air akan selalu

mengalir menuju ke lautan. Demikian juga arus listrik, selalu akan mengalir menuju

tempat yang memiliki potensial tegangan lebih rendah. Arus listrik akan selalu

mengalir ke tanah (ground), karena tanah memiliki potensial tegangan yang paling

rendah. Jadi bila kita berdiri di atas tanah dan menyentuh atau memegang penghantar

listrik yang aktif, maka tubuh kita merupakan penghantar listrik yang memungkinkan

arus listrik mengalir melewati tubuh dari tangan ke kaki dan akhirnya ke tanah.

Pentanahan atau grounding adalah salah satu bagian dari instalasi listrik, yang

menghubungkan rangka mesin atau peralatan listrik ke tanah melalui suatu kabel

penghantar menuju ke elektroda pentanahan. Dalam kondisi yang sederhana,

elektroda pentanahan dapat berupa pipa galvanis dengan panjang satu hingga dua

meter yang dibenamkan ke dalam tanah. Cara ini untuk mendapatkan nilai resistansi

dari mesin ke tanah menjadi sangat rendah, biasanya kurang dari sepuluh ohm.

Sistem pentanahan ini, bertujuan untuk melindungi personil yang sedang bekerja di

suatu mesin atau peralatan listrik dari bahaya tersengat arus listrik.

Seperti diketahui, bahwa nilai resistansi tubuh manusia dapat mencapai ratusan ribu

ohm. Sehingga bila seseorang memegang bagian mesin yang bertegangan, maka ia

akan terlindungi dari sengatan arus listrik. Karena arus listrik akan mengalir melalui

penghantar yang memiliki resistansi lebih rendah.

Bila resistansi pentanahan besar, maka personil tersebut masih akan mengalami

sengatan listrik. Gambar 1.19 dan Gambar 1.20 memperlihatkan dua fenomena yang

bertolak belakang akibat yang ditimbulkan oleh mesin dengan penta-nahan dan

mesin tanpa pentanahan.

39

Gambar 1.19 Dengan Pentanahan, Operator Bebas dari Sengatan Arus Listrik

Untuk alasan keamanan, bagian badan mesin atau peralatan listrik lainnya harus

dilengkapi dengan kabel pentanahan. Bila mesin tersebut mengalami gangguan

kerusakan isolasi sehingga terjadi hubungan listrik ke badan mesin maka seorang

operator atau personil lainnya yang kebetulan menyentuh mesin tersebut tidak akan

mengalami sengatan arus listrik. Sebaliknya bila mesin tersebut tanpa pentanahan

akan dapat membahayakan operator.

Gambar 1.20 Tanpa Pentanahan, Operator Terkena Sengatan Arus Listrik

Lembar Kerja 2:

40

Gambar 1.19 dan Gambar 1.20. memperlihatkan kondisi yang dapat

menimbulkan bahaya tersengat arus listrik dan kondisi yang aman dari sengatan

listrik. Diskusikan dengan teman sekelompokmu untuk menjawab pertanyaan

mendasar yaitu Apa, bagaimana, dan mengapa terkait dengan perlindungan personil

dari bahaya sengatan arus listrik. Untuk itu kalian harus mencari informasi-informasi

yang terkait dengan masalah tersebut melalui membaca materi pelajaran dalam buku

bahan ajar ini, dan melalui sumber-sumber informasi lain, yang dapat kalian peroleh

dari buku sekolah elektronik, dari majalah ilmiah populer, atau dari situs-situs

pendidikan lewat internet! Presentasikan hasil penemuanmu di kelas agar dapat

dibahas dengan kelompok lain. Kemudian buatlah laporan pelaksanaan kegiatan

secara indidu.

7. Pengaman Listrik

Rangkaian listrik dalam suatu struktur distribusi tenaga listrik didesain untuk dapat

beroperasi pada level arus tertentu sesuai keperluan. Setiap rangkaian kelistrikan

harus dilindungi atau mendapat proteksi, sesuai standard regulasi yang berlaku baik

secara lokal, nasional, maupun internasional. Kabel atau konduktor setiap cabang

rangkaian harus mendapat proteksi untuk mencegah mengalirnya arus yang lebih

besar dari ukuran yang sudah ditetapkan. Komponen listrik yang digunakan juga

merupakan konsideran yang harus diperhatikan ketika pengamanan menjadi pilihan

utama. Standar kabel yang digunakan dalam instalasi listrik untuk keperluan

domestik

Suatu tempat kerja yang menuntut tingkat keamanan yang tinggi terhadap resiko

terkena sengatan arus listrik, misalnya laboratorium, ruang operasi dan lokasi

pertambangan terbuka lazimnya sistem kelistrikannya dilengkai dengan alat

pengaman hubungan tanah (ground fault). Piranti pengaman hubungan tanah tersebut

lazim disebut sebagai Ground Fault Circuit Breaker (GFCI) atau Earth Leak Circuit

Breaker (ELCB). Piranti pengaman tersebut akan membuka rangkaian listrik ketika

mendeteksi ada kebocoran isolasi ke rangka mesin. Dengan dipasangnya piranti

41

tersebut dalam suatu sistem rangkaian kelistrikan, maka personil yang bekerja di

lokasi tersebut mendapat jaminan keamanan terhadap bahaya sengatan arus listrik.

Disamping itu pada setiap sistem kelistrikan, lazimnya dipasang juga piranti

pengaman beban lebih dan pengaman hubung singkat yang lazim disebut dengan fuse

(zekering) atau circuit breaker (pemutus arus). Ada berbagai tipe zekering yang

tersedia di pasaran, dengan disain khusus sesuai keperluan, tetapi maksud utama

pemasangan zekering adalah untuk pengamanan sistem kelistrikan.zekering terbuat

dari bahan konduktor dari logam campuran sebagai elemen proteksi yang memiliki

titik leleh rendah tergantung dari ukuran zekeringnya. Bila zekering menerima arus

lebih besar dibandingkan kemampuanhantar arus elemen proteksinya maka elemen

proteksi akan meleleh dan membuka rangkaian kelistrikannya. Piranti pengaman

lainnya adalah circuit breaker (pemutus arus). Pemutus arus (CB) berfungsi sebagai

sakelar lampu yang dipasang di panel listrik. Bila arus yang mengalir melewati

piranti pemutus arus tersebut melebihi kapasitas kemampuan hantar arusnya, maka

piranti tersebut akan trip, sehingga membuka rangkaian kelistrikannya. Ukuran

zekering dan pemutus yang akan dipasang dalam suatu rangkaian kelistrikan sebagai

piranti pengaman harus ditentukan dengan cermat sesuai dengan regulasi yang

berlaku secara nasional.

Seorang personil teknisi/mekanik tidak boleh sembarangan menetapkan ukuran

zekering dan pemutus yang digunakan dalam suatu rangkaian kelistrikan tanpa

mengikuti standard yang berlaku.Demikian pula kabel penghantar yang digunakan

dalam suatu rangkaian kelistrikan tidak boleh sembarangan, tetapi harus mengikuti

standard yang berlaku secara nasional.

8. Prosedur Lock Out

Rangkaian lock out merupakan prosedur standar yang digunakan untuk memutuskan

catu daya listrik ke peralatan yang sedang dalam perawatan atau perbaikan. Ketika

seorang teknisi/mekanik refrigerasi/tata udara akan bekerja di suatu peralatan listrik

maka sebelum bekerja ia harus terlebih dahulu memutuskan sumber listrik yang

42

menuju ke peralatan tersebut. Dan untuk mencegah jangan sampai ada pihak lain

yang menghubungkan kembali catu daya listrik ke peralatan yang sedang ia tangani

maka teknisi tersebut harus mengunci (lock out) sakelar atau breaker yang berkaitan

dengan peralatan tersebut dan memasang tanda peringatan (tag out) untuk mencegah

orang lain menghubungkannya kembali.

Lock out atau Tag out adalah prosedur standar dalam pencegahan kecelakaan kerja.

Prosedur ini bertujuan untuk melindungi personil yang sedang berkerja dari

kecerobohan personil lainnya, misalnya tiba-tiba menghidupkan mesin yang sedang

diperbaiki oleh personil lain. Disamping itu juga bertujuan untuk mencegah

terjadinya kecelakaan atas pemakaian peralatan yang tidak aman.

Tag out, berkaitan dengan proses penguncian sumber tenaga listrik pada posisi off

melalui tanda peringatan yang disajikan dalam bentuk kartu tanda peringatan bahaya.

Kartu tanda bahaya (Danger Tag) ini lazimnya digantungkan pada peralatan tersebut.

Label bahaya atau Danger Tag, adalah label berwarna merah, hitam dan putih yang

dipasang oleh persnil yang sedang bekerja pada suatu alat untuk mencegah agar alat

tersebut tidak dihidupkan.

Gambar 1.21 Danger Tag

Lock out merupakan tindakan pencegahan kecelakaan kerja yang dilakukan dengan

mengunci total penyaluran energi listrik ke mesin yang sedang diperbaiki. Tujuan

43

lock out adalah mencegah seseorang yang tidak berkepentingan mencoba

menghidupkan atau memberi energi listrik ke pada mesin yang sedang diperbaiki.

Prosedur lock out harus dilaksanakan ketika sedang melakukan pekerjaan pelacakan

gangguan, reparasi, pengaturan ulang, pembersihan, dan pekerjaan pemeliharaan

lainnya. Lock out biasanya dilakukan dengan mengunci pintu panel daya dengan

menggunakan kunci khusus sehingga tidak mudah dibuka oleh sembarang orang

( Gambar 1.22).

Gambar 1.22 Lock Out

Bila bekerja dalam situasi di mana ada banyak personil yang dapat menghubungkan

atau memutuskan suatu sakelar atau piranti pemutus ke suatu peralatan yang ada di

dalam struktur kelistrikan, maka sebelum bekerja pastikan catu energi listrik sudah

diputuskan dari rangkaian listrik. Begitu rangkaian kelistrikannya sudah dalam kodisi

terbuka, beri tanda peringtan untuk mencegah orang lain menghubungkan kembali

energi listrik ke peralatan yang sedang berada dalam perbaikan. Di dunia industri, hal

ini lazim dilakukan dengan menggunakan Tag out yang berfungsi sebagai kartu

peringatan, pad lock atau piranti pengunci dll, seperti yang diperlihatkan dalam

Gambar 1.21.

44

Gambar 1.23 Berbagai bentuk Piranti Untuk keperluan Lock out dan Tag out.

9. Petunjuk Keselamatam & P3K

Dengan memperhatikan dan mengikuti prosedur operasional standar yang berlaku,

maka kecelakaan akibat tersengat arus listrik dapat dihindarkan, walaupun kita harus

bekerja di daerah yang bertegangan tinggi sekalipun. Terjadinya sengatan arus listrik,

menandakan bahwa peralatan tersebut tidak ditangani dengan baik. Berikut ini

diberikan Petunjuk praktis keselamatan kerja, menghindari bahaya sengatan arus

listrik, yaitu:

(1) Dalam melakukan instalasi peralatan listrik, selalu mengikuti prosedur standar

yang berlaku baik secara lokal maupun nasional.

(2) Pastikan catu daya listrik sudah diputuskan melalui panel distribusi atau panel

kontrol yang ada.

(3) Pastikan kondisi peralatan apakah masih bertegangan atau tidak bertegangan.

(4) Bila bekerja di tempat yang basah pastikan sudah memakai alat pelindung diri

yang layak dan aman.

45

(5) Pastikan tubuh kita tidak menjadi bagian dari rangkaian listrik, sehingga terkena

sengatan arus listrik.

(6) Gunakan selalu peralatan tangan bermesin yang dilengkapi dengan kawat

pentanahan.

(7) Jangan memakai cincin, arloji, atau perhiasan lainnya ketika sedang bekerja

dengan sumber listrik.

(8) Jangan menggunakan tangga aluminium jika bekerja di dekat rangkaian listrik

yang aktif.

(9) Gunakan sepatu yang dilengkapi dengan insulation sole & Heel.

(10) Pastikan peralatan yang akan digunakan dalam kondisi prima.

Untuk menjamin keselamatan kerja di area bertegangan listrik, ada beberapa hal

yang harus dipertimbangkan, yaitu:

tidak menyentuh sesuatu yang tidak kita inginkan.

menjauhkan atau memindahkan peralatan lain, hingga tiga meter dari jala-jala

tegangan tinggi.

tidak menutup kontak (mengaktifkan) sakelar yang tidak kita ketahui

fungsinya.

sedapat mungkin hindari bekerja pada sirkit yang masih bertegangan.

tidak menyentuh obyek pentanahan ketika sedang bekerja pada suatu

peralatan listrik.

memastikan nilai besaran tegangan yang ada pada peralatan listrik yang

sedang diperbaiki. Karena pada beberapa masin memiliki banyak variasi

tegangan, misalnya 24 VDC, 120 VAC, dan 440 VAC.

tidak menyentuh mesin atau peralatan listrik yang sedang bekerja.

memastikan seluruh sambungan atau koneksi listrik dalam kondisi kokoh dan

kuat, karena dalam banyak kasus hal ini dapat memicu terjadinya kebakaran

akibat listrik.

bila bekerja pada peralatan yang bertegangan di atas 30 volt, hanya

menggunakan satu tangan, dan menjauhkan satu tangan lainnya agar bahaya

sengatan arus listrik melalui pundak dapat dihindari.

46

Mengosongkan atau membuang muatan listrik pada kapasitor sebelum

kapasitor tersebut dibuka atau dilepas.

Pada peristiwa kecelakaan terkena aliran listrik, biasanya penderita terjatuh setelah

aliran listrik putus. Jika tempat kejadian itu membahayakan, misalnya di atas tiang,

atap yang landai, atau kuda-kuda bangunan, sering orang mengalami kecelakaan

yang lebih berat. Dalam hal ini pertolongan pertama pada kecelakaan yang dilakukan

oleh seorang ahli atau pembantu dokter, tidak dimaksudkan untuk mengambil alih

tugas dokter melainkan semata-mata merupakan pertolongan darurat sampai dokter

datang. Untuk membantu korban tersengat listrik, tindakan pertama yang harus

dilakukan adalah melepaskan korban dari kontak terhadap alat yang bertegangan

listrik. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tongkat yang terbuat dari bahan

isolator, misalnya kayu atau plastik. Jangan menyentuh korban, hingga korban sudah

terbebas dari tegangan listrik.

Cara membebaskan pendetita dari aliran listrik

Untuk memutuskan hubungan antara penderita dan penghantar, dilakukan cara

seperti berikut:

sedapat mungkin penghantar harus dibuat bebas tegangan dengan jalan

memutuskan sakelar atau melepaskan gawai pengaman. Atau penghantar

ditarik sampai terlepas dari penderita dengan ,menggunakan benda kering

bukan logam, misalnya sepotong kayu atau seutas tali yang diikatkan pada

penghantar;

penderita ditarik dari tempat kecelakaan;

penghantar dilepaskan dari tubuh penderita dengan tangan yang dibungkus

dengan pakaian kering yang dilipat-lipat;

Penghantar dihubung singkat atau dibumikan.

Penolong harus mengamankan diri dahulu untuk menghindarkan atau

mengurangi pengaruh arus listrik. Ia harus menempatkan diri pada papan

yang kering, kain kering, pakaian kering atau alas serupa itu yang bukan

terbuat dari logam (kayu, karet). Jika hal itu tidak mungkin, kedua tangan

47

penolong dibalut dengan kain kering, pakaian kering atau bahan kering

serupa itu (kertas, karet). Pada saat memberikan pertolongan, penolong harus

menjaga diri agar tubuhnya jangan bersentuhan dengan benda logam.

Pertolongan pertama pada kecelakaan atau P3K adalah tindakan sesegara

mungkin yang harus diberikan kepada korban kecelakaan atau korban sakit.

Tindakan ini dilakukan untuk memberi bantuan kehidupan, memulihkan

kondisi korban, dan mencegah si korban mengalami hal yang lebih buruk.

Untuk keperluan ini, maka diperlukan tersedianya kotak P3K yang mudah dijangkau.

Isi kotak P3K antara lain gunting, pengompres dingin, pengompres panas, cairan

antiseptik, perban, plester, kain pembalut, penyangga siku tangan, kapas, dll.

Berikut ini diuraikan beberapa tindakan pertolongan pertama yang dapat dilakukan

terhadap korban kecelakaan, yaitu:

Pertolongan pertama pada penderita luka

Luka tidak boleh disentuh dengan tangan. Basuhlah luka dengan air dan obat

antiseptik bila luka tampak kotor. Tutuplah segera luka dengan pembalut luka yang

steril dan kering, jangan membalut luka dengan bahan kain lain seperti saputangan,

kain bekas, atau pita. Apabila bahan yang steril tidak tersedia, lebih baik luka

dibiarkan terbuka.

Pembalut luka hanya dapat manahan luka yang dangkal. Pada waktu membalut luka,

usahakan agar bagian badan yang terluka diangkat ke atas. Apabila luka sangat

dalam dan banyak mengeluarkan darah, cegahlah pendarahan seperti itu dengan cara

sbb.

Pendarahan Arteri

Pendarahan arteri dapat diketahui karena darah memancar dari luka. Cobalah

menghentikannya dengan membalut luka kuat-kuat dengan pembalut steril. Jika

dengan cara itu tidak berhasil,

48

Tekuklah bagian badan yang terluka itu pada sendinya, misalnya pada lutut, siku atau

sendi paha, sampai batas maksimum, kemudian sementara ditekuk, tepat di atas luka

ikatlah bagian badan itu dengan pita kain atau sabuk. Jika masih belum juga berhasil,

gunakan torniquet. Jika torniquet tidak ada, himpitlah arteri tersebut dengan kedua

ibu jari yang diletakan sejajar pada tempat tersebut.

Gambar 1.24 Kecelakaan dapat Terjadi di Tempat Kerja

Luka pada mata

Tutuplah kedua mata dengan kasa steril meskipun Cuma satu mata yang terluka. Jika

luka disebabkan oleh bahan kimia seperti soda, asam keras, amonia, cucilah mata

dengan air bersih. Gunakan ibu jari telunjuk untuk membuka mata selebar-lebarnya.

Luka Bakar

Jika pakaian dari orang yang bersangkutan masih terbakar, cegahlah orang tersebut

berlari-lari. Gunakan selimut basah untuk menutupi atau mematikan api yang masih

49

menyala, atau dengan menggulingkan badan orang tersebut ke tanah. Bekas-bekas

pakaian terbakar yang masih menempel pada badan tidak boleh dihilangkan. Kulit

yang melembung tidak boleh disudat.

Balutlah luka bakar dengan pembalut khusus untuk luka bakar (konsteril) dan

balut longgar. Cegah penggunaan tepung, minyak atau salep untuk luka bakar.

Apabila luka bakar sangat luas tidak boleh dipakai pembalut sama sekali. Usahakan

melindungi penderita luka bakar`dari kedinginan dengan menyelimutinya dan

menjaga agar selimut tidak kena luka bakar. Bila penderita mengalami trauma

(shock), baringkan korban dengan kepala lebih rendah dan segera kirim ke rumah

sakit.

Untuk luka bakar ringan, masukkan bagian yang terkena luka bakar ke dalam

air dingin, atau gunakan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit. Jangan

memecahkan bagian yang melepuh. Untuk luka bakar parah atau stadium tiga, jangan

gunakan air karena akan dapat menimbulkan infeksi.

Menangani luka bakar parah seperti ini harus oleh personil terlatih, hanya

gunakan pembalut bersih untuk menutupi lukanya, jangan lepas pakaian yang

dikenakan oleh korban kecuali anda memang sudah terlatih untuk melakukannya.

Tindakan yang terbaik adalah segera mendapatkan pertolongan dari personil

paramedik. Bila hanya kaki dan tangan yang terkena luka bakar, maka bagian yang

luka harus diangkat ke posisi lebih tinggi dari letak jantung.

Gambar 1.25 Cara Membaringkan Korban

Luka Bakar karena Bahan Kimia

50

Apabila luka bakar di bagian luar, maka buka pakaian penderita dan segera siram

dengan air bersih yang banyak untuk melarutkan bahan-bahan kimia tersebut.

Apabila luka bakar dalam, misalnya penderita telah terminum asam keras, segera

penderita diberi minum air atau air teh dan secepatnya bawa ke rumah sakit.

Dalam keadaan pendarahan di dalam badan (dari paru-paru atau perut) baringkan

penderita dan jaga agar penderita tetap tenang. Hanya dokter yang dapat menolong

atau kirim segera ke rumah sakit. Apabila luka di dalam badan akibat pukulan yang

keras pada perut atau kepala, biasanya penderita merasa mual dan muntah, penderita

tidak boleh diberi minum atau makan. Kirimkan penderita segera ke rumah sakit

dengan mengusahakan agar penderita selalu diam dalam keadaan berbaring.

Patah Tulang

Bila penderita mengalami patah tulang atau diduga mengalami patah tulang, maka

usahakan penderita jangan banyak bergerak. Balutlah bagian yang patah atau diduga

patah dengan bidai (splint). Untuk lengan yang patah cukup dipakai satu papan bidai,

jika kaki yang mengalami patah diperlukan dua atau tiga papan bidai. Sebagai

pembalut dapat digunakan pita, kain atau tali yang lunak. Balutlah bidai di beberapa

tempat sehingga sendi yang berhubungan dengan bagian badan yang patah tak dapat

bergerak. Apabila bidai yang khusus tulang patah tidak ada, lengan yang patah untuk

sementara dibandut pada dada (ditekuk pada sisi) atau digantung dengan kain

segitiga; tungkai kaki yang patah dibandut dengan papan atau tongkat.

Keracunan Gas

Usahakan agar penderita keracunan gas mendapat udara yang bersih. Bawalah dia ke

luar atau bukaan jendela lebar-lebar. Gas yang berbahaya ada dua macam. Yaitu:

(1) Gas yang tidak merusak paru-paru, misalnya gas yang meracuni darah dan syaraf,

narkotika, karbon dioksida, asam sianida, eter, kloroform, uap bensin atau benzol.

Bukalah baju penderita, dan jangan sekali-kali memberi minum pada penderita yang

pingsan. Gosoklah tangan dan kakinya dengan tangan. Apabila pernafasan berhenti,

usahakan pernafasan buatan, kalau dapat dengan alat penghisap oksigen.

51

(2) Gas yang merusak paru-paru, misalnya klor fosgen, gas nitro, dan sulfur dioksida.

Bukalah baju penderita, kemudian jauhkan dia dari baju yang penuh mengandung

gas. Usahakan agar penderita tenang dan berbaring terlentang, jangan diperbolehkan

untuk berjalan.Apabila penderita sudah sadar, berilah sedikit air kopi atau air teh

panas. Dalam hal ini tidak boleh diberi pernafasan buatan.

Pernafasan Buatan

Langkah Pertama: Langkah Kedua:

Langkah Ketiga: Langkah Keempat

Gambar 1.26 Cara Memberikan Pernafasan Buatan

Korban kecelakaan akibat tersengat arus listrik dapat menghentikan nafas

korban sehingga pingsan karena kaget. Berikut langkah-langkah yang dapat

52

ditempuh untuk memberikan pertolongan kepada penderita, yakni (1) menyadarkan

kembali korban, (2) segera cari pertolongan, (3) periksa reaksi, goyang dengan pelan

dan teriak dengan keras, bila tidak ada reaksi, maka lakukan pertolongan dengan

memberikan pernafasan buatan.

Bila korban tidak bernafas, upayakan melakukan pernafasan buatan. Cara paling

efektif untuk melakukan pernafasan buatan adalah cara dari mulut ke mulut.

(Gambar 1.26). Tetapi ingat, yang boleh melakukan pernafasan buatan dari mulut ke

mulut tidak boleh sembarang orang tetapi harus personil yang sudah terlatih dan

berpengalaman

Ringkasan

Energi listrik tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan. Hanya membutuhkan aliran

elektron dalam jumlah relatif kecil yang dapat mengakibatkan cidera serius hingga ke

kematian. Hal ini mengharuskan setiap teknisi/mekanik menaruh respek dan selalu

waspada jika bekerja di lingkungan yang mengandung energi listrik. Menjaga

keselamatan lebih penting dari kecepatan keja. Untuk itu setiap memulai kerja harus

menggunakan alat pelindung diri yang memadai, jangan menggunakan perhiasan dari

logam, jangan menggunakan tangga dari logam, dan memastikan sistem

kelistrikannya sudah memiliki sistem pentanahan yang memadai.

Ketika menghadapi korban kecelakaan akibat arus listrik, sebelum melakukan

pertolongan pastikan energi listrik sudah diputuskan. Bila ragu-ragu, keputusan yang

paling bijak adalah memanggil personil yang sudah kompeten dalam memberi

pertolongan pada kecelakaan kerja.

Permasalahan

1. Mungkinkah bagi seorang teknisi/mekanik memperbaiki peralatan refrigerasi

tanpa menggunakan sumber tegangan listrik?

2. Apakah maksud rangkaian listrik aktif?

53

3. Tegangan manakah yang sering diterapkan pada peralatan refrigerasi dan tata

udara? A. 24 V, B. 127 V, C. 220 V, dan D. 380 V

4. Bagaimana sengatan listrik dapat menimpa seseorang pekerja?

5. Mengapa penggunaan tangga aluminium perlu dihindari jika bekerja pada

rangkaian listrik?

6. Bagaimana lintasan arus listrik yang dapat memasuki tubuh manusia?

7. Jelaskan fungsi kawat pentanahan!

8. Berapa kira-kira tahanan tubuh manusia?

9. Bagimana mencegah agar tidak terkena sengatan arus listrik?

10. Bagaimana menolong korban tersengat arus listrik?

B. Kegiatan Belajar 2

Menafsirkan Gambar Sistem Kelistrikan Sistem Refrigerasi Domestik

1. Pendahuluan

Dengan semakin kompleknya sistem refrigerasi dan tata udara dewasa ini, para

teknisi/mekanik harus mampu membaca dan menginterprestasi seluruh jenis diagram

listrik. Diagram listrik memuat informasi berharga tentang instalasi listrik dan

operasi peralatan listrik. Para mekanik yang memasang suatu peralatan listrik

misalnya peralatan tata udara sangat tergantung pada diagram pengawatan yang

dikeluarkan oleh pabrikannya agar dia dapat memasang peralatan tersebut dengan

54

semestinya. Para teknisi menggunakan diagram listrik sebagai acuan atau rujukan

untuk melakukan pelacakan gangguan sistem kelistrikan dari suatu unit peralatan

listrik. Ada tiga jenis diagram yang lazim digunakan di industri, yaitu diagram

skematik, diagram ladder, dan diagram pengawatan atau diagram koneksi. Dalam

dunia refrigerasi dan tata udara, diagram listrik yang sering digunakan juga

bervariasi tergantung pabrikan pembuatnya.

.

2. Simbol Komponen Listrik

Satu hal yang tidak mungkin dalam membangun diagram listrik adalah, memuat

seluruh komponen yang digunakan pada suatu unit peralatan refrigerasi dan tata

udara di dalam diagram listrik, karena akan terlalu memakan tempat dan menjadi

terlalu rumit bila disertai dengan cara penyambungan antar komponen. Oleh karena

itu, mengapa diagram listrik menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan

komponen-komponen listrik yang digunakan pada suatu unit peralatan refrigerasi dan

tata udara.

Komponen listrik yang digunakan pada system refrigerasi dan tata udara dapat

dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu (1) beban listrik, (2) sensor, yang terdiri dari

piranti kontrol, dan piranti pengaman atau proteksi. Beban listrik yang digunakan

pada peralatan refrigerasi dan tata udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu beban

listrik yang digunakan sebagai penggerak dan beban listrik yang digunakan untuk

keperluan lainnya.Beban listrik yang digunakan sebagai penggerak dibedakan

menjadi dua, yaitu yang menghasilkan gerakan rotari dan yang menghasilkan

gerakan translasi.Beban listrik yang menghasilkan gerakan rotari lazim disebut

sebagai motor.Bila tenaga penggeraknya energi listrik disebut motor listrik.Beban

listrik yang menghasilkan gerakan translasi adalah koil solenoid.Dan beban listrik

untuk keperluan lainnya adalah elemen pemanas (heater) dan lampu.

Para teknisi/mekanik harus mampu mengidentifikasi sebagian besar simbol yang

digunakan dan mengetahui di mana melihat posisinya dalam suatu peralatan listrik.

Sebagian besar pabrikan menggunakan simbol-simbol yang sama pada diagram

listrik yang digunakannya, walaupun begitu sering dijumpai masih adanya beberapa

55

perbedaan yang bersifat minor. Jadi pemahaman dasar tentang simbol dasar

kelistrikan merupakan hal yang paling penting bila ingin berhasil di dunia industri.

Kita mulai pembelajaran kita dengan diskusi berbagai jenis beban listrik yang

digunakan di dunia refrigerasi dan tata udara dan simbol dasar yang digunakan oleh

setiap komponen. Selanjutnya akan didiskusikan pula berbagai piranti kontrol

otomatik dan piranti pengaman

Lembar Kerja 1: Standarisasi Diagram Listrik

Begitu pentingkah standarisasi gambar atau diagram listrik? Untuk menambah

wawasanmu, lakukan pengamatan pada berbagai peralatan rumah tangga dan industri

yang terkait dengan industrial electrical diagram. Catat diagram listrik yang

menyertai peralatan tersebut. Diskusikan dengan teman sekelompokmu. Coba gali

gagasan kreatif kalian, dan kemukakan pendapat kalian. Jika mengalami kesulitan,

kalian dapat mencari informasi dari sumber-sumber informasi lain, seperti buku teks,

majalah atau di internet! Presentasi hasilnya di depan kelas. Dalam paparan jelaskan

mengapa kita perlu membuat standarisasi diagram listrik!

Unit refrigerasi dan tata udara menggunakan motor listrik untuk mengoperasikan

kompresor, fan kondensor, fan evaporator, dan defrost timer. Unit refrigerasi

menggunakan berbagai jenis rele dan kontaktor untuk membangun sistem

kontrol.Unit refrigerasi dan tata udara menggunakan elemen pemanas (heater) untuk

keperluan pencairan bunga es di evaporator, dan menggunakan lampu untuk

penerangan dan sebagai tanda. Yang masuk dalam kategori sensor adalah berbagai

sakelar otomatik seperti room thermostat, pressure switch, rele beban lebih (overload

protector), defrost terminator thermostat, dll.

3. Motor Listrik

Beban listrik merupakan bagian paling penting dari suatu sistem refrigerasi dan tata

udara karena komponen tersebut melakukan berbagai tugas aktuasi di dalam sistem

56

tersebut. Motor listrik mengoperasikan kompresor refrigerasi, menaikkan tekanan

dan mensirkulasi refrigerant setiap saat. Gambar 2.1 memperlihatkan tipikal

kompresor hermetik yang lazim digunakan pada unit tata udara. Motor listrik yang

digunakan untuk menggerakkan kompresor kapasitas di bawah 2,5 HP adalah motor

satu fasa dengan tipe motor capasitor start dan capasitor run. Untuk kompresor di

atas 5 HP biasanya menggunakan motor 3 fasa. (pembahasan motor listrik yang

kebih rinci akan dibahas di bab VIII. Gambar 2.2 memperlihatkan tipikal motor fan

kondensor. Motor listrik yang digunakan untuk mengoperasikan fan kondensor

berskala kecil, biasanya digunakan tipe motor split kapasitor. Untuk fan berkapasitas

besar digunakan motor 3 fasa.

Gambar 2.1 Kompresor refrigerasi tipe hermetic

57

Gambar 2.2 Motor Fan Kondensor

Gambar 2.3 memperlihatkan tipikal motor fan evaporator. Motor listrik yang

digunakan untuk mengoperasikan fan evaporator, tipe motor split kapasitor.

Gambar 2.3 Motor Fan Evaporator

Beban listrik yang menghasilkan gerakan translasi adalah solenoid.Solenoid lazim

digunakan pada rele dan katub.Solenoid mengoperasikan rele, membuka dan

menutup kontak rele.

Para teknisi/mekanik harus mampu mengenali berbagi simbol standar yang

dikeluarkan oleh berbagai pabrikan, agar pekerjaannya dapat optimal.

58

Beban listrik untuk keperluan lainnya antara lain heater atau elemen pemanas listrik.

Pada peralatan refrigerasi dibedakan dua jenis heater, yaitu deforst heater dan

mullion heater. Defrost heater diletakkan di evaporator, digunakan untuk mencairkan

bunga es yang timbul di permukaan evaporator, sedang mullion heater diletakkan di

sekeliling pintu refrigerator/freezer untuk mencegah agar rangka alat tidak berembun.

Beban listrik lainnya adalah lampu penerangan, dan lampu tanda.Tabel 2.1

memperlihatkan berbagai simbol beban listrik.

Tabel 2.1 Daftar Simbol Listrik untuk berbagai jenis beban listrik

Nama Simbol Nama Simbol

Motor AC

1 fasa

Elemen Pemanas

(defrost heater)

Motor AC 1

fasa untuk fan

condenser

Motor AC 1 fasa

untuk fan

evaporator

Motor AC 1

fasa untuk

kompresor

Buzzer

Motor AC

3 fasa

Alarm

Solenoid rele

Pilot lamp

59

Gambar 2.4 Tipikal Defrost Heater yang terpasang di Evaporator

Disamping menggunakan simbol-simbol standar, beberapa pabrikan refrigerasi dan

tata udara seringkali melengkapi diagram listrik dengan singkatan-singkatan untuk

memudahkan pembacanya memahami diagram yang disajikannnya.Tabel 2.2

memperlihatkan beberapa singkatan yang lazim digunakan di indutri refrigerasi dan

tata udara.

Tabel 2.2 Singkatan beban listrik dan piranti kontrol

Nama Komponen Singkatan

Capasitor CAP

Compressor COMP

Compressor relay CR

Fan Cycle Switch FCS

Freeze Guard Thermostat FGT

Fan Motor FM

Ground GND

Heater relay HR

Heater HTR

Indoor Frost Thermostat IFT

Indoor Thermostat IT

Outdoor Frost Thermostat OFT

Overload OL

60

4. Rele & Kontaktor

Pada hakekatnya konstruksi rele dan kontaktor sama, yakni terdiri dari sebuah koil

solenoid dan beberapa pasang kontak listrik. Tetapi dilihat dari penggunaannya

berbeda. Rele sering digunakan untuk keperluan fungsi kontrol dan regulasi, sedang

kontaktor lazim digunakan untuk keperluan fungsi power switching. Rele digunakan

secara luas dalam sistem kontrol tidak langsung untuk mengoprasikan motor, katub,

magnetic clutch, dan elemen pemanas (heater).Gambar 2.5 memperlihatkan berbagai

contoh rele standar industri.

Gambar 2.5 Konstruksi berbagai Rele

Tipikal standar rele yang dikeluarkan oleh berbagai pabrikan, biasanya dapat

dibedakan dari jumlah kutub (kontak), status kontak, kemampuan arus dan tegangan

kerja koil solenoidnya.Dilihat dari jumlah kutub (kontak), dibedakan rele dengan 4

kutub, 5 kutub, dan 8 kutub.Konfigurasi kontaknya sebagai berikut, untuk rele 4

kutub alternatif tata susun kontaknya adalah 4 NO, 3NO+1NC, 2NO+2NC.Untuk

rele dengan 5 kutub tata susun kontaknya adalah 5 NO, 4NO+1NC, 3NO+2NC,

2NO+3NC, 1NO+4NC, dan 5 NC.Untuk rele dengan 8 kutub, tata susun kontaknya

adalah 8N), 7NO+1NC, 6NO+2NC, 5NO+3NC, dan 4NO+4NC.

61

Tegangan operasi standar untuk koil solenoid rele pada umumnya menggunakan

sumber arus bolak-balik 50 Hz-60Hz, dengan nilai tegangan sebagai berikut, 100 V –

110V, 200V – 220V, 380V – 400V, dan 400V – 440V.

Kisaran arus operasional rele atau lazim disebut sebagai arus nominal rele yang dapat

ditahan oleh kontak rele bervariasi tergantung pada tegangan kerja yang diterima

oleh kontaknya.Pada tegangan kontak 110VAC maka arus nominalnya adalah 6A,

pada tegangan 220VAC, arus nominalnya 3A, pada tegangan 440VAC, arus

nominalnya 1,5A, dan pada tegangan 550VAC arus nominalnya 1,2A.

Kisaran arus nominal yang mampu ditahan oleh kontak rele pada penggunaan dengan

sumber daya arus searah (DC) adalah, pada tegangan kerja 24VDC, arus nominalnya

adalah 3A, pada tegangan 48VDC, arus nominalnya 1,5A, pada tegangan 110VDC,

arus nominalnya 0,55A, dan pada tegangan 220VDC, arus nominal rele 0,27A.

Ketahanan kontak melakukan operasi pemutusan beban pada arus nominal berkisar

500.000 operasi, atau berkisar 1800 kali operasi setiap jam.

Untuk memudahkan mengidentifikasi kontak rele, biasanya dibuat pengkodean

dengan menggunakan sistem numerikal. Pada setiap pasang kontak dikodekan

dengan menggunakan dua digit angka, dengan aturan sebagai berikut:

Kasus (a): sebuah rele memiliki kontak 4NO. Pengkodean nomor kontak dilakukan

sebagai berikut untuk pasangan kontak pertama 13 – 14, untuk pasangan kontak

kedua 23 -24, untuk pasangan konak ketiga 33 – 34, untuk pasangan kontak keempat

43 – 44, seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.6 a.

Kasus (b): sebuah rele memiliki kontak 3NO+1NC, pasangan kontak pertama (NO)

maka kodenya 13 – 14, untuk pasangan kontak kedua (NC) 21 – 22, untuk pasangan

kontak ketiga (NO) 33 – 34, dan untuk pasangan kontak kempa (NO) 43 – 44, seperti

diperlihatkan dalam Gambar 2.6.b

62

Kasus (c): sebuah rele memiliki kontak 2NO+2NC, pasangan kontak pertama (NO)

maka kodenya 13 – 14, untuk pasangan kontak kedua (NC) 21 – 22, untuk pasangan

kontak ketiga (NC) 31 – 32, dan untuk pasangan kontak kempa (NO) 43 – 44, seperti

diperlihatkan dalam Gambar 2.6.c

Kasus (d): sebuah rele memiliki delapan pasang kontak terdiri dari enam pasang

kontak (NO) dan dua pasang kontak (NC), maka pengkodeannya diperlihatkan dalam

Gambar 2.6.d.

Kasus (e): sebuah rele memiliki delapan pasang kontak terdiri dari lima pasang

kontak (NO) dan tiga pasang kontak (NC), maka pengkodeannya diperlihatkan dalam

Gambar 2.6.e.

Gambar 2.6 Simbol Rele kontrol

Disamping rele standar seperti yang telah dibahas di atas, dalam prakteknya dikenal

pula rele yang dibuat dalam bentuk lebih kecil, yang lazim disebut sebagai rele

kontrol mini (miniature control relay). Seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 5.7.

Rele mini ini didisain sesuai keperluan penggunanya untuk berbagai keperluan,

berukuran mini dan kompak, kokoh dan memiliki kapasitas listrik tinggi.Konstruksi

mekanik rele dilapisi dengan polikarbon dan bebas debu.

63

Gambar 2.7 Konstruksi Rele Mini

Tegangan operasi standar untuk koil solenoid rele mini menggunakan dua jenis

sumber daya, yaitu AC dan DC.Untuk tegangan VAC hingga 240V, dan untuk

tegangan VDC hingga 120V.Kotak rele dapat dipilih sesuai keperluan pemakainya,

yaitu tipe DPDT, TPDT, FPDT.Arus nominal bervariasi, yaitu 3A, 5A, dan 7A.

Untuk keperluan perakitan dan instalasi, tersedia berbagai tipe terminal rele, yaitu

plug-in, PCB, dan solder, seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.8. Jumlah terminal

rele bervariasi biasanya terdiri dari 8 terminal, dan 14 terminal, dengan formasi

segiempat atau lingkaran.

Tipe Plug-in tipe PCB tipe Solder

Gambar 2.8 Tipe Terminal Rele

Tata susun kontak pada rele mini agak berbeda dengan rele standar. Pada rele mini

dikenal dengan istilah 2PDT yakni two pole double through, yang bermakna rele

tersebut memiliki 2 kutub masing-masing kutub memiliki dua pasang kontak NO dan

64

NC. Gambar 2.9 memperlihatkan contoh terminal rele mini tipe Plug-in dengan

formasi lingkaran.Rele mini tersebut memiliki 8 terminal dengan tata susun kontak

tipe DPDT. Kutub pertama adalah melalui terminal 11, dengan output terminal 14

(NO) dan terminal 12 (NC). Kutub kedua melalui terminal 21, dengan output

terminal 22 (NC), dan terminal 24 (NO). Terminal A1 dan A2 adalah terminal untuk

koil solenoid.

Gambar 2.9 Susunan Kontak Rele Mini tipe DPDT

Gambar 2.9 memperlihatkan rele mini dengan tata susun kontak tipe TPDT.Rele

TPDT memiliki 3 kutub, dimana setiap kutub memiliki dua pasang kontak.Kutub

pertama melalui terminal 11, dengan pasangan kontak NC melalui terminal 12, dan

kontak NO melalui terminal 14.Kutub kedua melalui terminal 21, dengan kontak NC

melalui terminal 22, dan kontak NO melalui terminal 24.Kutub ketiiga melalui

terminal 31 dengan kontak N melalui terminal 32 dan kontak NO melalui terminal

34.

65

Gambar 2.10 Susunan Kontak Rele Mini tipe DPDT bentuk lingkaran

Gambar 2.11 Tipkal Susunan Kontak Rele Mini DPDT bentuk segi empat

Gambar 2.12 Tipikal Susunan Kontak Rele Mini TPDT bentuk segi empat

Seperti diketahui, kemampuan hantar arus yang dapat dilakukan oleh kontak rele

terbatas, yakni berkisar antara 0,2A hingga 6A.Untuk keperluan penyaluran daya ke

beban dengan arus yang lebih tinggi, pabrikan telah meningkatkan kemampuan

hantar arus kontak rele hingga mencapai ratusan amper.Rele yang memiliki

66

kemampuan hantar arus yang besar ini, lazim disebut sebagai kontaktor.Gambar 2.13

memperlihatkan konstruksi kontaktor.

Gambar 2.13 Tipe Kontaktor

Kontaktor didisain khusus untuk keperluan penyaluran daya ke beban (power

switching) dengan arus yang lebih besar. Kemampuan hantar arus kontak pada

kontaktor bervariasi tergantung beban yang akan dipikulnya, biasanya memiliki

rentang dari puluhan hingga ratusan amper. Pengkodean kontak pada kontaktor juga

berbeda hanya menggunakan satu digit seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.14.

Pasangan kontak yang digunakan untuk menyalurkan daya ke beban diberi kode 1 –

2 atau L1 – T1, 3 – 4 atau L2 – T2, dan 5 – 6 atau L3 – T3. Biasanya pada kontaktor

dilengkapi juga dengan pasangan kontak untuk keperluan kontrol, di mana

pengkodeannya sama seperti pegkodean untuk kontak rele.

Gambar 2.14 Simbol Kontaktor

67

Rele digunakan untuk mengimplementasikan control sequence menggunakan logika

boolean. Logika boolean merupakan suatu cara membuat keputusan menggunakan

dua-posisi atau status. Status sakelar dalam posisi membuka atau menutup,

disekspresikan sebaga logika nol (0) atau satu (1). Ini merupakan bagaimana

komputer digital bekerja; pada kenyataannya nama digital diambilkan dari status

diskrit on/off. Komputer digital pertama dibangun berbasis rele elektromagnetik,

tetapi saat ini fungsi rele elektromagnetik tersebut telah digantikan oleh piranti

semikonduktor.

Logika boolean atau logika rele dapat digunakan dalam suatu kontrol sekuensial

sederhana. Sebagai contoh, katakanlah kita menginginkan menghidupkan (turn on)

sebuah lampu pilot jika salah satu fan A atau fan B bekerja. Untuk mendeteksi status

fan dipasang differential pressure switch pada fan. Kontak switch tersebut akan

terbuka jika tekanan fan rendah dan akan menutup jika tekanan fan tinggi. Untuk

membuat lampu pilot menyala ketika fan aktif, maka kedua kontak fan tersebut

dipasang parallel seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.15. Jika kita ingin

menghidupkan lampu pilot ketika fan A dan fan B aktif bekerja , maka kedua kontak

switch harus dipasang seri.

Gambar 2.15 Logika rele OR (A atau B) dan AND (A dan B)

68

Dengan notasi logika Boolean, jika peristiwa penyelaan lampu pilot diberi label C,

maka dua peristiwa sekuensial berikutnya dapat dituliskan sebgai berikut:

If (A or B) then C (rangkaian paralel – baris 1)

If (A and B) then C (rangkaian seri – baris 2)

Katakan, kita ingin lampu pilot tersebut menyala ketika salah satu dari fan tersebut

bekerja, tetapi ketika kedua fan bekerja lampu tidak dapat menyala. Untuk keperluan

itu dibutuhkan sakelar single-pole double-through (SPDT) seperti diperlihatkan

dalam Gambar 2.16.Terlihat dalam gambar tersebut, bagaimana kontak double-

through dapat digunakan untuk menyalakan lampu bila salah satu fan bekerja. Tetapi

ketika kedua fan bekerja lampu malahan padam. Logika ini dapat diekspresikan

sebagai berikut:

If (A or B) and NOT (A and B) then C

Kontak SPDT banyak diterapkan pada two-position thermostat, dan differential

pressure switch.

Gambar 2.16 Simbol Kontaktor

5. Starter Magnetik

69

Starter magnetic adalah istilah yang dikenakan pada rangkaian pengasutan motor

secara langsung menggunakan kontaktor dan thermal overload. Gambar 2.17

memperlihatkan contoh sebuah starter magnetic berkapasitas besar untuk mengasut

sebuah motor 3 fasa. Sedang Gambar 2.18 memperlihatkan diagram listrik rangkaian

kontrol starter magnetic.

Gambar 2.17 Starter Magnetic Non Reversing Control

Gambar 2.18 Rangkaian Daya Starter Magnetic

6. Sakelar Otomatik

Agar beban listrik tersebut dapat beroperasi sebagaimana mestinya harus dikontrol

melalui piranti kontrol dan piranti pengaman.Piranti kontrol dan piranti pengaman

yang digunakan lazimnya berupa sakelar otomatik.Pada umumnya sakelar otomatik

memiliki dua pasang kontak NO dan NC. Sakelar otomatik yang digunakan untuk

mengontrol beban pada peralatan refrigerasi dan tata udara adalah thermostat, high

70

pressure switch, low pressure switch, dan timer switch. defrost thermal switch,

overload protector, dan timer switch.

Thermostat

Thermostat merupakan piranti pengontrol suhu cabinet atau suhu ruang yang bekerja

secara otomatik. Piranti ini akan memutuskan motor kompresor (cut off) dari jala-

jala tegangan listrik, jika suhu ruang sudah mencapa nilai preset dan akan

menghubungkan motor kompresor ke jala-jala tegangan (restart), jika suhu ruang

berada di atas niai yang diinginkan. Suhu cut off dapat diatur dengan memutar suatu

knop hingga mencapai harga batas yang diinginkan.

Pada umumnya Thermostat didisain dengan konstruksi yang kompak.Semua bagian

dari logam dibuat dari logam anti karat (Stainless steel atau Zinc plated). Biasanya

Elemen pendeteksi suhu berupa bulb yang berisi gas refrigerant tertentu terhubung ke

suatu membrane (bellow) melalui pipa kapiler. Tipe sakelar ada 2 jenis, yaitu SPST,

atau SPDT, di mana kontak sakelar akan menutup bila suhu bulb naik. Kekuatan

hantar arus kontak thermostat adalah 6A pada tegangan 240 VAC hingga 20 A pada

tegangan 240 VAC. Cara pemasangan menggunakan dua buah sekerup M4, 55 mm,

atau M10. Gambar 2.19 adalah tipikal thermostat standar yang memiliki satu

pengaturan yaitu pengaturan range.Thermostat jenis ini lazim digunakan pada

refrigerator/freezer untuk keperluan domestic.

Gambar 2.19 Thermostat mekanik standar

71

Gambar 2.20 Thermostat mekanik yang dilengkapi dua jenis pengaturan (range

& differential)

Gambar 2.20 adalah Thermostat mekanik yang dilengkapi dengan dua jenis skala

yaitu skala untuk pengaturan Range dan skala untuk pengaturan

Differential.Thermostat jenis ini lazim digunakan pada sistem refrigerasi komersial,

misalnya display case, dan cold storage. Thermostat tersebut memiliki mekanisme

operasi kontak yang kokoh dan tertutup rapat dengan sehingga bebas debu. Suhu cut

out dan cut in dapat diatur secara independen karena adanya pengaturan differential.

Pressure switch

Gambar 2.21 memperlihatkan tipikal pressure switch yang lazim digunakan pada

peralatan refrigerasi komersial dan industri. Di pasaran tersedia 2 jenis pressure

switch, yaitu Single pressure control (low pressure switch, atau high pressure

switch), dan double prossure control, (memiliki low & high pressure switch

(kanan)). Ada 3 jenis tata susunan kontaknya, yaitu SPST, SPDT, dan DPST. Tabel

2.3 memperlihatkan berbagai simbol sakelar otomatik.

72

Gambar 2.21 Pressure Switch

Tabel 5.3. Berbagai Simbol Sakelar otomatik

Nama Simbol Nama Simbol

Pressure

switch

SPST

Pressure

switch

SPDT

Level switch

SPST

Limit switch

SPST

Thermal

switch

SPST

Delay-on

Timer switch

SPST

Flow switch

SPST

Delay-off

Timer switch

SPST

Overload

protector

(thermal)

SPST

Overload

protector

(magnetic)

SPST

Foot switch

SPST

Control relay

solenoid

73

Gambar 2.22 memperlihatkan tipikal penggunaan thermostat dan low pressure

control pada unit refrigerasi komersial. Dalam Gambar (a), terlihat katub solenoid (S)

dipasang pada saluran refrigeran yang akan masuk ke evaporator sebelum katub

ekspansi (refrigerant flow control). Katub solenoid (S) terhubung ke jala-jala

tegangan (power line) melalui thermostat (T). Proses kerja sistem ini adalah sebagai

berikut: Pada kondisi operasi normal, kontak thermostat tertutup, sehingga solenoid

(S) bekerja, refrigerant mengalir masuk ke evaporator melalui katub ekspansi untuk

mengatur debitnya. Jika suhu evaporator semakin rendah, suhu remote bulb juga

semakin turun. Jika suhu remote bulb turun sampai titik tertentu, sesuai seting

thermostat, maka kontak thermostat terbuka, solenoid tidak aktif, aliran ferigeran ke

evaporator berhenti, dan proses pendinginan juga berhenti.

Pada Gambar (b), terlihat motor kompresor terhubung ke jala-jala tegangan satu fasa

melalui low pressure control. Hal ini dimaksudkan, bila piranti kontrol (low pressure

control) mendeteksi tekanan yang sangat rendah di saluran hisap kompresor, akibat

suhu refrigerant yang terlalu rendah, maka kontak low pressure control akan terbuka,

sehingga motor kompresor berhenti.

(a) (b)

Gambar 2.22 Tipikal penggunaan thermostat dan Low Pressure control pada

unit komersial

74

7. Piranti Pengaman

Seperti diketahui, salah satu jenis beban listrik pada mesin refrigerasi adalah deforst

heater. Defrost heater adalah komponen listrik pada mesin refrigerasi untuk

mengendalikan jumlah lapisan bunga es pada permukaan evaporator. Bila lapisan

bunga es yang terakumulasi pada permukaan evaporator tidak dihilangkan maka

akan mengganggu proses pendinginan. Oleh karena itu pada unit refrigerasi baik

untuk keperluan domestik maupun komersial telah dilengkapi dengan sistem defrost

otomatik, yakni dengan menggunakan defrost timer. Defrost timer merupakan salah

satu piranti pengaman yang dipasang pada unit refrigerator. Gambar 2.23

memperlihatkan tipikal defrost timer, yang beroperasi secara elektromekanik.

Gambar 2.24 memperlihatkan tipikal defrost timer yang beroperasi secara

mikroelektronik. Piranti kontrol elektronik dilengkapi dengan microprosesor yang

dapat diprogram sesuai keperluan.

Gambar 2.23 Tipikal Defrost Timer mekanik

Sistem pencairan bunga es (defrost) otomatik yang diterapkan pada unit refrigerator

menggunakan timer untuk mengaktifkan siklus defrost. Pada sistem defrost otomatik,

ditambahkan heater (elemen pemenas) dan thermostat pada koil evaporator. Defrost

timer mengatur siklus pencairan bunga es di evaporator, lazimnya setiap 8 jam. Bila

saat pencairan bunga es tiba, maka kompresor akan berhenti bekerja, dan defrost

heater akan aktif. Defrost heater akan memanaskan evaporator sehingga bunga es

mencair.

75

Gambar 2.24 Tipikal Defrost timer elektronik

Defrost thermostat akan memonitor suhu evaporator, dan pada saat suhu evaporator

mencapai suatu titik tertentu maka defrost heater menjadi tidak aktif. Defrost

thermostat lazim disebut sebagai defrost termination thermostat atau defrost

terminator atau defrost thermal switch. Target suhu evaporator biasanya 40 dan 60

0F. Gambar 2.25 memperlihatkan lokasi penempatan defrost termination dan

konstruksinya.

Gambar 2.25 Tipikal Defrost terminator

76

Air kondesat ditampung oleh sejenis baki yang diletakkan di bagian dasar evaporator

di mana udara panas dari kompresor dan condenser mengalir melewatinya sehingga

mempercepat proses penguapannya.

Beberapa system siklus pencairan bunga es dilaksanakan berbasis hitungan waktu.

Besaran waktu dipilih berdasarkan interval antar defrost. Jika timer menghitung

waktu yang telah dipilih telah tercapai, maka system defrost akan mulai bekerja,

tanpa memperhitungkan kebutuhan pendinginan di dalam system. Konfigurasi ini

lazim disebut sebagai continuous run.Tipe perhitungan waktu yang lebih efektif

adalah sistem yang memperhitungkan jumlah waktu kompresor bekerja. Bila timer

mendeteksi akumulasi waktu kerja kompresor sesuai dengan pengaturan waktu yang

diinginkan maka system defrost akan bekerja. Sistem seperti ini lazim disebut

sebagai cumulative run-time defrost.

8. Diagram Skematik

Simbol yang digunakan untuk merepresentasikan komponen listrik dan elektronik

dapat dianggap sebagai bentuk singkat atau bentuk sederhana dari komponen dengan

tujuan untuk membuat sirkit menjadi sederhana dan tidak rumit, sehingga mudah

dibaca atau dipahami.Dalam sistem kendali di industri, simbol dan garis

menunjukkan bagaimana elemen kendali yang ada di dalam sistem kendali tersebut

saling dihubungkan antara satu komponen dengan komponen lainnya untuk

membangun sebuah fungsi kendali tertentu.Tetapi, tidak seluruh simbol listrik dan

elektronik memiliki simbol standard.Pada kenyataannya, kita masih dapat

menemukan perbedaan simbol yang dikeluarkan oleh pabrikan yang berbeda.

Standariasasi lain (IEC=International electrical Commission), memiliki aturan lebih

tegas dan lugas dalam merepresentasikan simbol dalam sirkit diagram secara

skematik (Tabel 2.4) Dalam standar ini setiap komponen kendali memiliki simbol

yang berbeda-beda. Setiap simbol hanya mewakili sebuah komponen. Kalau dalam

diagram ladder sinyal kendali mengalir dari rel jala-jala sebelah kiri menuju ke rel

jala-jalasebelah kanan (secara horisontal), maka dalam diagram skematik ini arah

77

aliran sinyal listrik, mengalir dari rel jala-jala yang diletakkan di atas menuju ke rel

jala-jala yang diletakkan di bawah (secara vertikal).

Dalam banyak hal, seringkali simbol tidak dapat menggambarkan kondisi sebenarnya

dari piranti atau komponen yang disimbolkannya. Oleh Karena itu pemahaman akan

makna dan maksud simbol merupakan faktor penting dalam memahami sistem

kendali di industri. Suatu diagram rangkaian listrik merupakan representasi dari

peralatan listrik dan piranti listrik yang digambarkan dengan simbol-simbol listrik

sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh IEC atau DIN, yaitu suatu badan

standarisasi tingkat dunia.

78

Tabel 2.4 memperlihatkan simbol yang lazim digunakan pada diagram skeamtik.

.

79

Disain Diagram Skematik

Diagram skematik merupakan dokumen yang sangat penting yang diperlukan oleh

seorang teknisi/mekanik pada saat sedang melaksanakan instalasi sistem refrigerasi

dan tata udara, atau pada saat melakukan pekerjaan pemeliharaan dan

perbaikan.Diagram skematik adalah diagram listrik yang dibangun melalui simbol-

simbol.Untuk memberi identitas pada simbol yang berkaitan dengannya, maka

digunakan kode-kode huruf dan angka.Pemberian atribut dengan kode angka dan

huruf juga berguna untuk membedakan antara komponen satu dengan lainnya atau

untuk membedakan antara kontak satu dengan kontak lainnya. Gambar 2.26

memperlihatkan contoh tipikal diagram skematik. Dalam diagram tersebut terdiri

dari dua jenis rangkaian, yaitu rangkaian daya, dan angkaian kontrol. Kedua

direpresentasikan melalui diagram skematik

Interpretasi Diagram Skematik

Untuk memberikan ilustrasi yang lebih jelas tentang interpretasi diagram skematik,

berikut ini diberikan satu contoh kasus pada pengasutan motor dengan menggunakan

piranti frekuensi inverter, seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.26. Di mana F

adalah fuse. Q piranti control dapat berupa kontaktor atau MCB. R adalah resistor

atau induktor. K adalah filter yang melindungi peralatan kontrol dari bahaya

interferensi. T adalah Inverter (VFD).Dan M adalah motor 3-fasa.

80

Gambar 2.26 Diagram Skematik untuk Starter Magnetik

DOL Starter

Berikut ini diberikan contoh kasus pada pengasutan motor 3-fasa yang paling

sederhana, yaitu system Direct 0n-line (DOL) Starter. Untuk mengoperasikan

kompresor diperlukan motor penggerak. Unit refrigerasi berskala besar di atas 5 HP,

81

biasanya menggunakan motor 3 fasa. Ada dua jenis motor 3 fasa yang lazim

digunakan untuk mengoperasikan kompresor refrigerasi dan tata udara berkapasitas

besar, yaitu motor 3 fasa standar (satu kecepatan) dan motor dua kecepatan system

belitan terpisah. Gambar 2.27 memperlihatkan tipikal diagram skematik untuk

pengasutan motor 3 fasa standar. Dalam kasus ini hanya digunakan satu kontaktor

yang dilengkapi dengan pengaman beban lebih

Gambar 2.27 Diagram Skematik untuk Starter Magnetik

Biasanya aliran arus dalam diagram skematik disusun dari atas menuju ke bawah.

Contoh diagram skematik dalam Gambar 2.27 terdiri dari dua rangkaian listrik, yaitu

rangkaian daya, dan rangkaian kontrol. Rangkaian daya digunakan untuk

memperlihatkan bagaimana beban listrik berupa sebuah motor induksi 3 fasa

mendapat catu daya listrik.Sedang rangkaian kontrol memperlihatkan bagaimana

beban listrik berupa koil kontaktor mendapat catu daya listrik. Dapat kita lihat dalam

gambar`tersebut, motor induksi 3 fasa (M1) terhubung ke jala-jala tegangan sistem 3

fasa L1, L2, dan L3, melalui sebuah piranti proteksi (fuse) F1, F2, F3, kontak

82

kontaktor K1, dan overload protector F5. Motor (M1) akan bekerja bila fuse F1, F2,

F3, tidak putus, dan kontak kontaktor K1 menutup. Kontak kontaktor K1

dikendalikan oleh koil solenoid K1 yang ada pada rangkaian kontrol. Koil solenoid

K1, terhubung ke jala-jala tegangan sistem 1 fasa L1 dan N, melalui piranti proteksi

F1, overload relay F5, kontak NC tombol tekan S1, kontak NO tombol tekan S2.

Koil solenoid K1 akan aktif jika tombol tekan S2 tertutup. Jika tombol tekan S2

ditekan, maka Koil solenoid K1 mendapat penguatan dari jala-jala sehingga

bekerja.Seluruh kontak K1 menutup, sehingga motor M1 bekerja.Walaupun tombol

tekan S2 terbuka lagi, koil solenoid K1 tetap aktif karena terkunci oleh kontak K1

yang terhubung parallel dengan S2.Motor M1 berhenti bekerja bila salah satu piranti

pengaman F4 atau F5 terputus atau tombol tekan S1 ditekan. Bila tombol tekan S1

terbuka, maka koil solenoid akan kehilangan penguatan dari jala-jala, dan seluruh

kontak K1 terbuka, motor M1 berhenti bekerja.

Star-delta Starter

DOL starter adalah cara pengasutan motor 3-fasa secara langsung. Dalam hal ini

belitan motor langsung dihubungkan ke sumber tegangan. Misalnya, untuk data

motor 220/380 V, maka motor dihubungkan dalam bintang bila tegangan sumbernya

380 V. Tetapi motor harus dihubungkan dalam delta bila tegangan sumbernya 220 V.

Star-delta starter adalah cara pengasutan motor 3-fasa secara tidak langsung.

Misalnya untuk kasus motor 220 / 380 V. Pada saat mulai jalan (start) motor

dihubungkan bintang tetapi dihubungkan pada tegangan sumber 220 V. Beberapa

saat kemudian motor dihubungkan dalam delta dengan sumber tegangan tetap 220 V.

Dengan cara ini, maka arus mula jalan dapat diturunkan, karena pada saat starting

belitan motor menerima tegangan yang lebih kecil dari kemampuan sebenarnya,

yaitu seharusnya dalam hubungan bintang, motor mampu menerima tegangan 380 V,

tetapi yang diberikan ke motor hanya 220 V. Karena motor menerima tegangan lebih

kecil maka arus yang ditarik oleh motor juga lebih kecil. Beberapa saat setelah motor

berputar, sambungan motor diubah ke sambungan delta.

83

Gambar 2.28 Diagram Skematik untuk Starter Magnetik

Gambar 2.28 memperlihatkan rangkain kontrol Star-delta Starter yang dibangun

dengan menggunakan diagram skematik. Sekuen kerjanya sebagai berikut: Jika

tombol tekan 1 ditekan, kontaktor bintang Q13 aktif, melalui kontak rele timer K1

nomor 15-16. Kemudian koil kontaktor utama (Q11) aktif, melalui kontak Q13

nomor 13-14. Pada kondisi ini motor terhubung dalam bintang. Sepuluh detik

kemudian (sesuai pengaturan rele timer), maka koil kontaktor bintang Q13 tidak

aktif, karena kontak rele timer 15-16 terbuka. Kemudian koil kontaktor delta Q15

aktif, melalui kontak rele timer nomor 15-18. Pada kondisi ini berarti motor

terhubung dalam delta. Ketika tekanan pada sakelar tombol tekan 1 dilepas, motor

tetap akan bekerja karena aliran arus menuju ke koil kontaktor utama dan koil

kontaktor delta dijaga oleh kontak kontaktor utama Q11 nomor 13-14, yang

terhubung parallel dengan kontak tombol tekan 1.

Keterangan: K1: Rele timer (10 detik tunda) Q11: Kontaktor utama Q13: Kontaktor Bintang Q15: Kontaktor delta

84

Bila sakelar tombol tekan 0 ditekan, maka motor akan berhenti bekerja karena aliran

arus ke koil kontaktor utama terputus. Bila kontak rele overload F2 terbuka karena

adanya gangguan arus lebih, maka motor juga akan berhenti bekerja.

Gambar 2.29 memperlihatkan rangkaian daya Star-delta Starter. Dalam hal ini

pemakaian pengaman instalasi berupa fuse (F1) dapat digantikan dengan Mini

Circuit Breaker (MCB), Q1.

Gambar 2.29 Diagram Skematik untuk Rangkaian Daya Star-delta Starter

Dalam Gambar 2.30, memperlihatkan sebuah motor satu fasa dikontrol melalui 4

piranti kontrol, yaitu over current protector, high & low pressure control, operating

control yakni sebuah room thermostat, dan pengaman instalasi yakni berupa fuse

atau circuit breaker. Motor akan bekerja bila keempat piranti control tersebut dalam

85

keadaan tertutup. Bila salah satu dari piranti kontrol tersebut terbuka maka motor

akan berhenti bekerja. Sistem ini hanya diterapkan pada motor berskala kecil di

bawah 2,2 HP.

Untuk motor yang lebih besar dari 2,2 HP, biasanya telah menggunakan kontaktor

sebagai komponen kontrolnya.

Gambar 2.30 Tipikal rangkaian kontrol Motor 1 fasa

Gambar 2.31 memperlihatkan diagram skematik pengasutan motor dua kecepatan.

Dalam kasus ini motor kompresor memiliki 2 jenis belitan yang terpisah, untuk

86

kecepatan rendah dan kecapatan tinggi. Rankaian control terdiri dari 2 kontaktor C1

dan C2 yang akan bekerja bergantian. Masing-masing kontaktor dilengkapi dengan

rele beban lebih (QL4)..

Gambar 2.31 Rangkaian Pengasutan Motor dua kecepatan

Gambar 2.32 Rangkaian Pengasutan Motor dua kecepatan

87

Gambar 2.32 memperlihatkan rangkaian daya Two Speed Starter atau rangkaian daya

pengasutan motor dua kecepatan. Terlihat dalam rangkaian daya, dua kontaktor dan

dua rele overload yang akan bekerja secara bergantian. Sistem ini lazim digunakan

pada unit tata udara berskala sedang hingga 10 HP. Pada saat beban ruangan tinggi

maka motor dioperasikan pada kecepatan tinggi, misalnya 2800 rpm. Tetapi ketika

beban ruangan rendah, maka motor kompresor diopersikan pada kecepatan rendah,

misalnya 1400 rpm.

Gambar 2.33 memperlihatkan rangkaian control Two Speed Starter. Sekuen kerja

system tersebut sebagai berikut: Jika sakelar tombol tekan 1 ditekan maka koil

kontaktor untuk putaran rendah Q17 aktif, melalui kontak NC Q21 nomor 21-22.

Aliran listrik ke koil Q17 akan tetap dijaga kelangsungannya oleh kontak Q17 nomor

13-14. Pada saat Q17 aktif maka Q21 tida dapat diaktifkan karena adanya kontak

interlock NC Q17 nomor 21-22 yang terbuka. Untuk menyetop motor, maka sakelar

tombol tekan 11, harus ditekan.

Jika sakelar tombol tekan 11 ditekan maka koil kontaktor untuk putaran rendah Q21

aktif, melalui kontak NC Q17 nomor 21-22. Aliran listrik ke koil Q21 akan tetap

dijaga kelangsungannya oleh kontak Q21 nomor 13-14. Pada saat Q21 aktif maka

Q17 tida dapat diaktifkan karena adanya kontak interlock NC Q21 nomor 21-22 yang

terbuka. Untuk menyetop motor, maka sakelar tombol tekan 0, harus ditekan.

88

Gambar 2.33 Rangkaian Kontrol Pengasutan Motor dua kecepatan

9. Diagram Ladder

Dalam diagram skematik setiap komponen listrik memiliki simbol yang berbeda-

beda. Setiap simbol hanya mewakili sebuah komponen. Kalau dalam diagram

skematik sinyal kendali mengalir dari rel jala-jala sebelah atas menuju ke rel jala-

jala sebelah bawah (secara vertikal), tetapi dalam diagram ladder sinyal kendali

mengalir dari rel jala-jala sebelah kiri menuju ke rel jala-jala sebelah kanan (secara

horisontal). Perbedaan lainnya adalah dalam menetapkan simbol kompnen, dalam

diagram ladder seluruh komponen kontrol memiliki simbol yang sama.

89

Disain Diagram Ladder

Tidak beda dengan diagram skematik, diagram ladder juga merupakan dokumen

yang sangat penting yang diperlukan oleh seorang teknisi/mekanik pada saat sedang

melaksanakan instalasi sistem refrigerasi dan tata udara, atau pada saat melakukan

pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan. Diagram ladder merupakan representasi

secara skematik dari suatu sirkit kendali, dan bukan merupakan representasi secara

fisik. Dalam diagram ladder, simbolisasinya relatif sederhana, karena apapun jenis

piranti inputnya maka bentuk simbolisasinya dalam skema yang sama, berupa sebuah

kontak NO (normally open) atau NC (normally closed). Dan apapun piranti

outputnya, simbolnya juga sama, yaitu berupa koil.

Gambar 2.34 memperlihatkan sebuah diagram ladder. Diagram ladder terdiri dari

bapak tangga sebagai rel daya (power rail), yang diletakkan secara vertikal pada sisi

kiri dan kanan diagram, dan anak tangga (rung), yang diletakkan secara horizontal

antara kedua rel jala-jala.

Rel daya (Power rail) merupakan sumber energi atau catu daya (AC atau DC) untuk

mengoperasikan sirkitnya, di mana rel kiri menggambarkan rel daya yang memiliki

tegangan lebih tinggi, yaitu kutub fasa (untuk sirkit AC) dan kutub positif (untuk

sirkit DC) dan rel kanan sebagai kutub netral (untuk sirkit AC) dan kutub negatif

(untuk sirkit DC).

Gambar 2.34 Basic Diagram Ladder

90

Interpretasi Diagram Ladder

Gambar 2.35 meperlihatkan sirkit dasar diagram ladder. Dalam diagram ladder,

setiap anak tangga (rung) terhubung pada sumber tegangan dan masing-masing anak

tangga merupakan sirkit yang terpisah atau independen. Setiap anak tangga pada

prinsipnya dapat memuat paling tidak satu set sakelar atau kontak rele dan biasanya

hanya memiliki satu beban output seperti koil rele atau motor kecil.

Bila sebuah kontak yang terdapat pada suatu anak tangga tertutup maka sirkitnya

menjadi tertutup, dan sirkit pada anak tangga tersebut menjadi aktif, akibatnya beban

outputnya mendapat penguatan.

Sebagai contoh, anak tangga (jaringan) paling atas dalam Gambar 2.35 memiliki dua

sakelar SW1 dan SW2 dan sebuah lampu pilot R yang terhubung seri. Agar anak

tangga menjadi aktif, kedua sakelar tersebut harus tertutup, sehingga akan

memberikan catu tegangan kepada lampu pilot.

Jaringan kedua memiliki dua sakelar SW3 dan SW4 dalam paralel, sehingga hanya

salah satu dari kedua sakelar tersebut harus tertutup untuk membuat sirkit pada anak

tangga tersebut menjadi aktif.Sebagai beban pada anak tangga tersebut adalah koil

rele A.

Gambar 2.35 Contoh rangkaian control dengan Diagram Ladder

91

Jaringan paling bawah memiliki satu set kontak (NO) dari rele A, dan sebuah motor

sebagai bebannya. Konsekuensinya, bila SW 3 atau SW 4 pada jaringan kedua

tertutup, maka koil rele A mendapat penguatan (aktif), dan motor pada jaringan

paling bawah akan aktif (bekerja).

Dalam banyak hal, untuk menyatakan suatu sistem kendali harus membedakan sirkit

daya dan sirkit kendali.Oleh karena itu, sirkit diagramnya dibagi menjadi dua, yaitu

sirkit daya dan sirkit kendali. Sirkit daya untuk menggambarkan hubungan

fungsional antara piranti output (misalnya motor atau elemen pemanas listrik) dan

piranti kendali (misalnya kontaktor). Sedang sirkit kendali menggambarkan

bagaimana fungsi logika atau algoritmanya. Tetapi dalam banyak kasus, beberapa

pabrikan menggabungkan dua jenis rangkaian tersebut dalam satu diagram ladder

seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 2.35.

Tipikal Rangkaian Defrost Sistem Continuous run

Gambar 2.36 memperlihatkan rangkaian defrost untuk konfigurasi continuous run.

Pada konfigurasi ini, motor timer terhubung langsung ke jala-jala tegangan 220

VAC. Motor timer akan selalu aktif selama unit refrigeratornya terhubung ke jala-

jala. Interval waktu defrost tergantung pada susunan roda gigi timer, biasanya siklus

defrost akan berlangsung setiap 8, 10, atau 12 jam tanpa memperhitungkan kerja

kompresor.

Pada saat unit refrigerator berada pada mode operasi normal, maka kontak 1 dan 4

tertutup, motor kompresor dan motor fan condenser mendapat catu daya listrik,

sehingga bekerja. Setelah motor timer beroperasi beberapa jam sesuai dengan tata

susun roda gigi timer, maka sistem defrost akan aktif. Pada kondisi ini kontak timer

nomor 1 ke 4 terbuka dan kontak 1 ke 2 tertutup. Pada kondisi ini, motor kompresor

& motor fan kondenser akan berhenti bekerja, dan defrost heater akan aktif.

92

(a)

(b)

Gambar 2.36 Rangkaian Konfigurasi Defrost Continuos Run

Sistem Cumulative Run

Sistem defrost yang menerapkan sistem cumulative run timer, maka motor timer

dihubungkan seri dengan piranti pengontrol suhu (thermostat), sehingga hanya akan

aktif jika kontak thermostat tertutup. Jika kontak thermostat tertutup, maka energi

listrik ke motor akan disalurkan dari terminal L1, melalui kontak thermostat, menuju

ke terinal 1 dari motor timer, terus ke terminal 3 dan kahirnya ke terminal netral.

Gambar 2.37 memperlihatkan konfigurasi tersebut.

93

Gambar 2.37 Tipikal Rangkaian Defrost Cumulative Run

Ketika motor timer bekerja maka akan menggerakkan susunan roda gigi timer. Roda

gigi timer dilengkapi dengan mekanisasi untuk merubah posisi kontak timer. Pada

operasi pendinginan normal, maka kontak 1 dan 4 dari timer akan tertutup, sehingga

energi listrik akan disalurkan ke motor kompresor, dan motor fan kondensor, seperti

diperlihatkan dalam Gambar 2.38.

94

Gambar 2.38 Tipikal Rangkaian Defrost Cumulative Run

Setelah kompresor beroperasi selama 8 jam, maka kontak internal timer akan

berpindah ke posisi defrost. Pada saat itu, kontak 1 dan 4 terputus dan kontak 1 dan 2

tertutup. Pada posisi ini elemen pemanas (heater) mendapat energi listrik. Elemen

pemanas tetap mendapat energy hingga kontak defrost termination thermostat

terbuka atau posisi defrost timer berpindah lagi ke posisi operasi pendinginan

normal, seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.39

95

Gambar 2.39 Tipikal Rangkaian Defrost Cumulative Run

Gambar 2.40 Contoh Tipikal Rangkaian Kontrol Unit refrigerator

96

10. Diagram Pengawatan

Diagram pengawatan atau wiring diagram memperlihatkan cara merepresentasikan

suatu sirkit kendali secara fisikal, baik tata letak komponen dan koneksi antar

komponen riil seperti keadaan sebenarnya. Karena diagram pengawatan

memperlihatkan sistem kendali secara nyata, maka diagram ini lebih mudah dibaca

oleh setiap orang dari pada diagram skematik. Untuk keperluan perakitan dan

mungkin pelacakan gangguan diagram pengawatan akan dapat lebih membantu

mempermudah dalam pelaksanaannya. Biasanya, untuk peralatan listrik berkapasitas

kecil, diagram pengawatan selalu ditempelkan pada pintu panel kendalinya. Misalnya

piranti motor starter, Room AC, dan hoist (pesawat angkat).

Untuk merepresentasikan sirkit kendali dari sebuah mesin peralatan listrik lainnya,

lebih menguntungkan ditampilkan dalam bentuk diagram pengawatan daripada

dalam bentuk diagram skematik. Karena dengan diagram pengawatan, akan

memudahkan personil yang memakainya, untuk menemukan posisi terminal dan

lokasi kabelnya.

Kadangkala, suatu pabrikan memberikan penjelasan tentang suatu peralatan yang

dibuat melalui diagram koneksi (connection diagram), yang bertujuan untuk

memudahkan pemakainya.Diagram ini dibuat untuk memperlihatkan koneksi secara

fisik dari suatu peralatan listrik sederhana. Pada diagram pengawatan maka posisi

terminal digambarkan mendekati keadaan sebenarnya, sehingga memudahkan para

pembacanya. Gambar pengawatan ini selalu disetakan oleh pabrikannya, untuk

mencegah terjadinya kesalahan penyambungan atau kesalahan koneksi. Gambar 2.41

memperlihatkan contoh diagram koneksi dari suatu piranti defrost timer elektronik.

97

Gambar 2.41 Diagram Koneksi

Gambar 2.42 Unit Paket dengan Electric Control

98

Ringkasan

Penggunaan simbol untuk merepre-sentasikan sistem kendali, membuat sirkit

diagram menjadi lebih sederhana dan mudah dibaca.

Sebelum suatu diagram listrik industri dapat dipahami atau dibaca, terlebih dahulu

harus memahami setiap simbol dan kode pengenal yang ada di dalam diagram

tersebut.

Diagram ladder merupakan repre-sentasi sirkit kendali dalam bentuk skematik yang

paling sederhana karena tidak banyak simbol yang digunakan. Yang lebih penting

dalam diagram ladder adalah pemberian kode pengenal untuk membedakan

komponen satu dengan komponen lain dan antara kontak satu dengan kontak lainnya.

Dalam banyak hal, dibedakan sirkit daya dan sirkit kendali, untuk memudahkan

interpretasinya.

Diagram pengawatan adalah representasi sirkit kendali secara fisik.Diagram ini

memperlihatkan suatu sirkit kendali dengan lebih nyata mendekati keadaan

sebenarnya.Biasanya hanya diterapkan untuk peralatan dengan fungsi kendali

sederhana. Diagram garis tunggal adalah sebuah diagram yang dinyatakan dengan

garis tunggal, biasanya diterapkan untuk menginformasikan sirkit daya.

Permasalahan

1. Deskripsikan empat jenis diagram yang lazim digunakan untuk menyam-paikan

informasi dalam bentuk diagram!

2. Uraikan bagaimana prinsip diagram ladder!

3. Uraikan bagaimana prinsip diagram skematik!

4. Uraikan diagram koneksi!

5. Uraikan diagram ladder!

6. Uraikan prinsip wiring diagram!

7. Sebutkan keuntungan diagram pengawatan!

8. Gambarkan rangkaian kendali motor 3 fasa, dua arah putaran dengan

menggunakan diagram ladder!

9. Gambarkan rangkaian kendali motor 3 fasa, dua arah putaran dengan

menggunakan diagram skematik (versi IEC)!

10. Buat diagram pengawatan untuk peralatan refrigerator yang ada di rumahmu!

99

C. Kegiatan Belajar 3

Memeriksa Komponen dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik Tegangan

Rendah

Peralatan refrigerasi dan tata udara menggunakan listrik untuk keperluan operasi dan

kontrol. Kira-kira 80% panggilan pelanggan yang dilayangkan ke para praktisi dan

teknisi lapangan didiagnosa sebagai masalah kelistrikan. Alat ukur listrik (meter

listrik), dalam banyak kasus, digunakan untuk mendiagnosa masalah kelistrikan.

Berbagai masalah kelistrikan yang timbul di industri menuntut teknisi industri untuk

mampu menggunakan dan membaca alat ukur listrik. Meter listrik yang ada di

pasaran sangat beragam baik dari fungsi, model dan batas ukurnya. Beberapa meter

listrik digunakan untuk keperluan tertentu, sedang sebagian lagi digunakan untuk

keperluan service dengan fungsi multi guna.

Para teknisi/mekanik yang memasang peralatan refrigerasi dan tata udara harus

mampu memahami sistem distribusi daya yang ada di lokasi kerja. Yang tidak kalah

pentingnya memahami juga sistem panel distribusi daya yang ada di lokasi kerja.

Disamping itu kadang diperlukan juga menentukan kapasitas piranti pengaman yang

harus dipasang pada peralatan refrigerasi dan tata udara yang baru dipasang.

1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Energi listrik yang digunakan oleh berbagai konsumen diperoleh dari sistem

distribusi tenaga listrik yang dikelola oleh PLN melalui gardu distribusi yang

memiliki transformator tenaga untuk menurunkan tegangan distribusi primer 20 kV,

menjadi tegangan yang dibutuhkan oleh pelanggan. Transformator yang berada di

gardu distribusi lazim disebut sebagai transformator distribusi. Gambar 3.1

memperlihatkan rangkaian sistem tenaga listrik, mulai dari pembangkit tenaga listrik

(PTL), saluran udara tegangan tinggi ( SUTT : 30 – 150 kV) dan saluran udara

tegangan ekstra tinggi (SUTET 500 kV), saluran udara tegangan menengah (SUTM

20 kV), dan saluran udara tegangan rendah (SUTR 220/380 V), hingga ke tempat

konsumen.

100

Gambar 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Pusat tenaga listrik (PTL) umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

yang dihasilkan di pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Tegangan generator pembangkit pada umumnya 6 kV – 24 kV. Untuk keperluan

transmisi jarak jauh, maka tegangan generator ini dinaikkan dengan transformator

daya ke tegangan yang lebih tinggi, yaitu untuk kategori tegangan tinggi antara 30

kV - 150 kV, dan untuk kategori tegangan ekstra tinggi adalah 500 kV. Tujuan

peningkatan tegangan ini, selain mempebesar daya hantar dari saluran (berbanding

lurus dengan kwadrat tegangan), juga untuk memperkecil rugi daya dan rugi

tegangan pada saluran transmisi.

101

Penurunan tegangan dari jaringan tegangan tinggi/ekstra tinggi sebelum ke

konsumen dilakukan dua kali. Yang pertama dilakukan di gardu induk (GI),

menurunkan tegangan dari 500 kV ke 150 kV atau dari 150 kV ke 70 kV. Yang

kedua dilakukan pada gardu induk distribusi dari 150 kV ke 20 kV atau dari 70 kV

ke 20kV. Saluran listrik dari sumber pembangkit tenaga listrik sampai transformator

terakhir, sering disebut juga sebagai saluran transmisi, sedangkan dari transformator

terakhir, sampai konsumen terakhir disebut saluran distribusi. Ada dua macam

saluran transmisi/distribusi PLN yaitu saluran udara (overhead lines) dan saluran

bawa tanah (underground).

Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:

• pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat pelanggan

• merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan

pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung

melalui jaringan distribusi.

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11

kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator

penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan

melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil

kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya

adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat R). Dengan daya

yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil

sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan

transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan

sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi

primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil

tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem

tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi

102

sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi

merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.

Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi

mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat

tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain:

berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya,

selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban.

Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan

kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai

tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-

bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.

Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasan-

pembatasan seperti pada Gambar diatas:

Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)

Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)

Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).

Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan

rendah.

Untuk keperluan pemasangan instalasi sistem refrijerasi dan tata udara, maka yang

perlu dipahami oleh semua para teknisi dan mekanik yang bergerak di bidang

refrijerasi dan tata udara adalah Daerah IV, yakni distibusi tenaga listrik tegangan

rendah pada sisi konsumen. Lazimnya, distribusi tenaga listrik pada sisi konsumen

dapat berupa dua sistem tegangan, yaitu: (1) sistem satu fasa dengan tegangan 220 V,

dan (2) sistem tiga fasa dengan tegangan 220V/380V.

Gambar 3.2 memperlihatkan system tenaga listrik, mulai dari transformator distribusi

hingga ke pemakaian. Terlihat dalam gambar, sebuah transformator distribusi, di

103

mana pada sisi primer bertegangan 20 kV, dan pada sisi sekundernya bertegangan

380 V, 3-fasa, dengan titik bintang transformator dihubungkan ke tanah.

Gambar 3.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Energi listrik didistribusikan mulai dari transformator distribusi yang terletak di

gardu distribusi menuju ke tempat konsumen atau pelanggan yang memerlukannya.

Fungsi transformator distribusi adalah menurunkan tegangan distribusi primer

sebesar 20 kV ke tegangan pemakaian yaitu 220V/380V. Belitan primer

transformator distribusi disambung dalam hubungan segitiga dan memiliki tegangan

20kV, sedang belitan sekundernya, disambung dalam hubungan bintang, di mana

titik bintangnya dihubungkan ke tanah, sehingga dapat memperoleh dua sistem

tegangan yaitu tegangan sistem 1-fasa sebesar 220 V atau 380 V, dan tegangan

sistem 3-fasa 380V. Dengan system seperti ini maka para konsumen memiliki

beberapa alternatif untuk menggunakan energy listrik dari PLN.

Sistem tegangan 380 V, 3-fasa biasanya digunakan oleh konsumen untuk

keperluan komersial dan industri, misalnya sekolah, kantor, hotel, supermarket dan

industri. Sedang sistem tegangan 220 V, 1-fasa lazim digunakan oleh konsumen

104

domestik untuk keperluan rumah tangga. Pemberian kode pada penghantar dilakukan

sebagai berikut:

Kode L1 untuk penhantar fasa pertama atau fasa R

Kode L2 untuk penghantar fasa kedua atau fasa S

Kode L3 untuk penghantar fasa ketiga atau fasa T

Kode N untuk penghantar netral

Kode PE untuk penghantar pentanahan atau pembumian

Gambar 3.3 memperlihatkan diagram satu garis sistem distibusi tenaga listrik

tegangan rendah sistem tiga fasa. Dalam diagram satu garis tersebut terlihat ada tiga

panel distribusi daya dan satu panel distribusi daya utama. Pembuatan diagram satu

garis untuk sistem distribusi daya sudah menjadi kelaziman di dunia

ketenagalistrikan. Distribusi tenaga listrik yang ada pada sistem tersebut digunakan

untuk dua keperluan, yaitu untuk keperluan penerangan, dan untuk keperluan daya,

dalam hal ini untuk kotak kontak (stop kontak) dan untuk keperluan memberi daya

ke motor-motor listrik (M). Dalam setiap panel distribusi daya, maka kotak panel

harus selalu terhubung dengan sistem pentanahan atau pembumian atau arde.

Gambar 3.3 Diagram Satu Garis Sistem Distribusi Tenaga Listrik Tegangan Rendah

105

2. Panel Distribusi Tenaga Listrik

Pada instalasi pemanfaatan tenaga listrik untuk keperluan domestik, biasanya

menggunakan system satu fasa tegangan 220 V. Sebagai rangkaian akhir dari

instalasi listrik tersebut adalah lampu, kotak kontak (socket), peralatan memasak,

peralatan pendingin ruangan, refrigerator dll, yang dihubungkan secara terpisah

melalui panel hubung bagi (PHB). Pada instalasi pemanfaatan tenaga listrik untuk

keperluan komersial dan industri biasanya menggunakan system 3 fasa tegangan 220

V/380 V. Sistem pengawatan industri dikonstruksi secara kuat sehingga memiliki

ketahanan terhadap gangguan mekanik dan getaran, dan mampu beradaptasi dengan

lingkungan sekitarnya.

Panel distribusi daya, berisi 2 jenis komponen listrik, yaitu piranti pemutus utama

(main circuit breaker), dan piranti pemutus cabang. Piranti pemutus utama berfungsi

sebagai komponen pengaman pada sisi input, dan pemutus cabang yang berfungsi

sebagai pengaman rangkaian cabang akhir. Panel hubung bagi biasanya diletakkan di

dekat pusat beban, agar penggunaan kabel feeder utama sependek mungkin. Gambar

3.7 memperlihatkan diagram skematik sebuah panel hubung bagi (PHB). Panel

hubung bagi merupakan sebuah panel listrik yang digunakan untuk mendistribusikan

tenaga listrik ke berbagai peralatan pemanfaatan tenaga listrik

Panel distribusi tenaga listrik atau lazim disebut juga sebagai Panel Hubung Bagi

merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem tenaga listrik bertujuan

menyalurkan tenaga listrik dari panel distribusi utama, dan panel sub distribusi

hingga ke pemanfaatan tenaga listrik secara berimbang. Disebut panel hubung bagi,

karena melalui panel inilah tenaga listrik didistribusikan hingga ke pemakaian

dengan mempertimbangkan keseimbangan pembebanan setiap penghantar fasa.

Misalnya suatu system tenaga listrik pada suatu tempat kerja memiliki distribusi

tenaga listrik untuk mencatu tenaga listrik ke system pemakaiannya sebagai berikut:

tenaga listrik didistribusikan melalui panel distribusi tenaga listrik, di mana

pembagian beban pada setiap penghantar fasa diatur agar mendekati keseimbangan,

106

yaitu beban pada fasa R sebesar 16A, beban pada fasa S sebesar 16A, dan beban

pada` fasa T sebesar 18A.

(a) Diagram Satu Garis Panel Distribusi Daya

(b) Diagram Tata Letak Panel Distribusi Daya

Gambar 3.4 Tipikal Sistem Tenaga Listrik di lokasi Konsumen

107

Gambar 3.5 Tipikal Sistem Tenaga Listrik di lokasi Konsumen

Distribusi beban pada setiap penghantar fasa sebaiknya diusahakan mendekati titik

keseimbangan. Perbedaan beban pada setiap penghantar fasa tidak boleh terlalu

besar, misalnya beban fasa R sebesar 5A, beban fasa S sebesar 10A, dan beban fasa

T sebesar 35A. Gambar 3.5 meperlihatkan tipikal pembagian beban agar

pembebanan pada setiap fasa menjadi seimbang.

Gambar 3.6 memperlihatkan tipikal sistem tenaga listrik di suatu pelanggan PLN,

dalam hal ini Konsumen mengambil tenaga listrik dari Perusahaan Listrik Negara

(PLN) sistem tiga fasa 220/380 V, dengan arus maksimum 100 A. Sistem tenaga

listrik pada setiap pelanggan PLN, terdiri dari Alat Pengaman & Pembatas (APP),

kWh-meter,dan Panel Hubung Bagi (PHB). Alat pengaman berfungsi untuk

mengamankan instalasi tenaga listrik dari bahaya hubung singkat sedang alat

pembatas berfungsi membatasi besarnya arus yang dikonsumsi oleh pelanggan. Bila

pelanggan melanggar ketentuan ini maka alat pembatas akan bekerja memutuskan

108

catu daya listriknya. Panel hubung bagi berfungsi untuk membagi beban listrik agar

pembebanan antar penghantar fasa seimbang.

Pada stiap PHB, minimal terdiri dari satu unit piranti pemutus beban utama (main

breaker), dan beberapa unit piranti pemutus beban cabang (sub main breaker).

Besarnya nilai arus pemutus utama biasanya sama dengan nilai arus pada alat

pembatas yang dipasangoleh PLN. Sedang besar nilai arus pemutus cabang,

disesuaikan dengan daya peralatan listrik yang dicatunya.

Gambar 3.6 Tipikal Sistem Tenaga Listrik di lokasi Konsumen

3. Sistem Pembumian Netral atau sistem TN

Pada prakteknya, dilihat dari sisi sistem pentanahan yang digunakan, dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu: Sistem Pembumian Netral atau sistem TN, dan sistem

Pembumian Pengaman atau sistem TT. Sistem Pembumian tersebut biasanya

diterapkan pada transformator distribusi, baik pada gardu maupun pada tiang listrik

yang ada di pinggir jalan.

109

Gambar 3.7 memperlihatkan diagram skematik sistem TN. Pada sistem ini, titk

bintang transformator distribusi dibumikan dan langsung terhubung ke elektroda

pembumian (RB). Titik pembumian atau pentanahan. Penghantar netral dan

penghantar pentanahan langsung dihubungkan ke titik pentanahan tersebut. Dalam

sistem setiap panel PHB atau panel kontrol kabel pembumiannya tidak perlu

dihubungkan ke elektroda pembumian secara khusus, tetapi cukup dihubungkan ke

penghantar pentanahan (PE) yang sudah ada di dalam system tersebut. Sistem ini

banyak diterapkan, khususnya di Indonesia.

Gambar 3.7 Sistem TN

4. Sistem Pembumian Pengaman atau sistem TT

Gambar 3.8 memperlihatkan diagram skematik sistem TT. Pada system ini, titik

bintang transformator distribusi dibumikan dan terhubung langsung elektroda

pembumian (RB). Penghantar netral langsung dihubungkan ke titik pentanahannya,

110

Sistem ini tidak dilengkapi dengan penghantar pembumian (Arde). Semua PHB yang

terpasang pada system ini harus dilengkapi dengan kabel pembumian yang langsung

terhubung pada elektroda pembumian (RA). Sistem jarang diterapkan, karena pada

setiap PHB harus dilengkapi dengan elektroda pembumian, jadi dinilai kurang

efisien.

Gambar 3.8 Sistem TT

Kerja Proyek 1:

Distribusi sistem tenaga listrik pada sisi konsumen terdiri dari dua sistem, yaitu (1)

sistem satu fasa, dan (2) sistem tiga fasa. Tugas kalian kali ini adalah memotret atau

mensketsa sistem distribusi tenaga listrik pada sisi konsumen yang ada di sekolah

111

kalian atau tempat lain yang ada di dekat sekolah kalian. Untuk itu kalian harus

mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, sebagai landasan berfikir untuk

menginvestigasi dan mensketsa sistem distribusi tenaga listrik di sisi konsumen.

Petunjuk: Yang perlu kalian investigasi adalah berapa kapasitas pemutus (breaker)

utama (in going breaker) dan berapa kapasitas pemutus cabang (out going breaker)

dan jumlahnya, dan berapa ukuran kabel pada pemutus utama dan pemutus cabang.

Setelah selesai buat laporan pelaksanaan pekerjaan.

Kerja Proyek 2:

Distribusi sistem tenaga listrik pada sisi konsumen terdiri dari dua sistem, yaitu (1)

sistem satu fasa, dan (2) sistem tiga fasa. Tugas kalian kali ini adalah

mendemonstrasikan penggantian atau penambahan pemutus arus (circuit breaker)

pada papan distribusi tenaga listrik pada sisi konsumen yang ada di sekolah kalian

atau tempat lain yang ada di dekat sekolah kalian. Untuk itu kalian harus

mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, sebagai landasan berfikir untuk

menginvestigasi prosedur penambahan atau penggantian pemutus arus pada papan

distribusi tenaga listrik di sisi konsumen. Petunjuk: Yang perlu kalian investigasi

adalah berapa kapasitas pemutus (breaker) utama (in going breaker) dan berapa

kapasitas pemutus cabang (out going breaker) dan jumlahnya, dan berapa ukuran

kabel pada pemutus utama dan pemutus cabang yang diperlukan. Setelah selesai buat

laporan pelaksanaan pekerjaan.

112

D. Kegiatan Belajar 4

Memasang Instalasi Kotak Kontak

1. Peraturan Umum

Pemasangan instalasi kotak kontak (KK) baik untuk kotak kontak biasa (KKB) dan

untuk kotak kontak khusus (KKK) untuk keperluaan pencatuan daya bagi peralatan

refrigerasi dan tata udara tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Di Indonesia,

regulasi pemasangan instalasi listrik sudah diatur dalam PUIL (Peraturan Umum

Instalasi Listrik). PUIL mengatur pemasangan instalasi kotak kontak sebagai berikut:

KKB atau KK fase tunggal atau fasa tiga dengan kemampuan maksimal 10 A,

maka jumlah titik sambung yang diijinkan 3 (tiga) jika diamankan dengan

pemutus (MCB) 16 A, 4 (empat) jika diamankan dengan MCB 20 A, 6

(enam), jika diamankan dengan MCB 25 A.

KKB atau KK fase tunggal atau fasa tiga dengan kemampuan maksimal 15 A,

maka jumlah titik sambung yang diijinkan 1 (satu) jika diamankan dengan

MCB 16 A, 2 (dua) jika diamankan dengan MCB 25 A, 4 (empat) jika

diamankan dengan MCB 32 A.

KKB atau KK fase tunggal atau fasa tiga dengan kemampuan maksimal 20 A,

maka jumlah titik sambung yang diijinkan 1 (satu) jika diamankan dengan

MCB 20/25 A, 2 (dua) jika diamankan dengan MCB 32 A.

Jika peralatan yang akan dipasang memerlukan arus yang lebih besar dari 20

amper, maka harus dipasang langsung tanpa melalui kotak kontak.

Kabel penghantar yang digunakan minimal berukuran 2,5 mm2.

Kabel penghantar kurang dari 2,5 mm2, tidak boleh disambungkan KKB atau

KK fase tunggal 15A atau 20 A.

2. Kabel Listrik

Kabel listrik dapat dikatakan memiliki konstruksi yang hampir sama, terdiri dari tiga

bagian, yaitu konduktor, yang memiliki luas penampang tertentu untuk dapat

memikul arus beban dengan aman tanpa menimbulkan pemanasan berlebihan,

113

isolasi kabel, yang memiliki warna tertentu untuk memudahkan mengidentifikasi

jenis dan fungsinya, dan yang ketiga adalah pelindung luar, untuk melindungi kabel

terhadap ganggan mekanik dari luar.

Konduktor dapat dibuat dari tembaga atau aluminium, dan dapat berupa inti tunggal

atau inti banyak (serabut) yang dipilin jadi satu. Konduktor inti tunggal (solid

conductor) hanya digunakan dalam instalasi tetap. Konduktor serabut (stranded

conductor) lebih fleksibel penggunaannya, ukuran kabel mulai 4.0 hingga 25 mm2

terdiri dari 7 inti. Sebagai contoh, konduktor serabut ukuran 10 mm2

terdiri dari 7

inti berdiameter 1.35 mm yang dipilin sehingga luas penampang total menjadi 10

mm2. Konduktor di atas 25 mm

2 biasanya jumlah inti lebih dari tujuh, tergantung

ukuran kabelnya.

Gambar 4.1 Tipikal Kabel Listrik

Standarisasi Warna Kabel

Penetapan Standarisasi warna kabel bertujuan untuk memudahkan para perancang

dan pelaksana yang bergerak di bidang instalasi pemanfaatan tenaga listrik, dan

untuk menghindarkan kesalahan penyambungan yang dapat berakibat fatal.

Berikut ini diberikan standarisasi warna kabel di eropa:

Penghantar Standar Lama Standar Baru Kode Penghantar

Phase 1 Merah Cokelat L1

Phase 2 Kuning Hitam L2

Phase 3 Biru Kelabu L3

Neutral Hitam Biru N

Pembumian Hijau-kuning Hijau-kuning PE

114

Untuk Indonesia berlaku standarisasi warna kabel, sebagai berikut:

Untuk sistem 1-fasa: warna merah untuk kabel fasa, warna biru untuk kabel

netral, dan warna hijau-kuning untuk kabel pentanahan.

Untuk system 3-fasa: Warna merah, kuning, dan hitam untuk kabel fasa,

warna biru untuk kabel netral, dan warna hijau-kuning untuk kabel

pentanahan

Pemasangan Kabel

Kabel listrik untuk keperluan instalasi tenaga listrik biasanya menggunakan kabel

berisolasi PVC dan atau sarung pelindung. Pemasangan instalasi dapat dilakukan

dengan beberapa cara, yaitu (1) di dalam pipa dan ditanam langsung di tembok,

menggunakan pipa diluar tembok, dan mengunakan cable duct (trunking). Bila

dipasang dengan pipa di luar tembok dapat dilakukan secara vertical atau horizontal.

Pipa harus diklem dengan menggunakan klem pipa standar, dengan jarak tertentu

agar pipa dapat terpasang dengan kokoh. Pemasangan pipa secara diagonal tidak

dianjurkan.

Terminasi kabel baik di dalam kotak sambung, kotak sakelar, dan kompoen lain

harus dilakukan dengan kuat dan kokoh. Sambungan yang tidak kuat dan kokoh

dapat menimbulkan bunga api yang dapat memicu kebakaran. Untuk mencegah

bahaya kebakaran, pemeriksaan sambungan kabel diseluruh instalasi listrik perlu

dilakukan secara rutin.

Pemasangan penghantar harus dilakukan sedemikan rupa sehingga instalasi itu tahan

terhadap pengaruh gaya elektrodinamik dan pembebanan thermos yang dapat

merusak isolasi kabel saat terjadi hubung singkat. Untuk melaksanakan pemasangan

yang baik, harus dipilih penghantar yang memenuhi persyaratan ditinjau dari Kuat

Hantar Arus (KHA), kekuatan isolasi, dan pembebaban mekanis sesuai persyaratan

yang berlaku.

115

Jenis Kabel

Jenis kabel daya untuk pemasangan instalasi tegangan rendah secara permanent,

terdapat beberapa pilihan, yaitu NYA, NYM, NYY, dan NYFGbY.

Kabel NYA, adalah kabel tembaga berisolasi PVC, berinti tunggal, berukuran mulai

dari 1 mm2 hingga 500 mm

2. Tersedia dalam beberapa warna, yaitu merah, kuning,

hitam, biru, dan hijau-kuning. Kabel NYA disesain untuk digunakan pada lokasi

kering, dipasang di dalam pipa baik di dalam ataupun di luar tembok. Tidak boleh

ditanam secara langsung ditembok tanpa pipa, atau di tempat lembab, dan di luar

bangunan.

Kabel NYM, adalah kabel tembaga berisolasi PVC, dan dilindungi dengan sarung

kabel ganda, sarung kabel bagian luar biasanya berwarna putih. Tersedia dalam lima

pilihan, yakni inti tunggal, inti ganda, inti tiga, inti empat, dan inti lima, berukuran

mulai dari 1 mm2 hingga 35 mm

2, berinti tunggal atau serabut . Digunakan pada

lokasi di mana diperkirakan terdapat bahaya tekanan mekanik tinggi, bahaya api dan

bahaya ledakan. Dapat dipasang di dalam pipa baik di dalam ataupun di luar tembok,

di tempat kering atau lembab, dan di luar bangunan.

Kabel NYY, adalah kabel tembaga berisolasi PVC, dan dilindungi dengan sarung

kabel ganda, sarung kabel bagian luar biasanya berwarna hitam. Tersedia dalam lima

pilihan, yakni inti tunggal, inti ganda, inti tiga, inti empat, dan inti lima, berukuran

muai dari 1 mm2 hingga 50 mm

2. Digunakan sebagai kabel daya (feeder), Dapat

dipasang di dalam kabel duct ataupun di tempat terbuka. Dapat dipasang di dalam

tanah dengan perlindungan.

Kabel NYFGbY, adalah kabel tembaga berisolasi PVC, dan dilindungi dengan

sarung kabel ganda dan lapisan plat baja. Tersedia dalam lima pilihan, yakni inti

tunggal, inti ganda, inti tiga, inti empat, dan inti lima, berukuran muai dari 1 mm2

hingga 300 mm2. Digunakan sebagai kabel daya (feeder) pada gardu distribusi. Dapat

dipasang di dalam kabel duct ataupun di tempat terbuka.Dapat dipasang di dalam

tanah.

116

3. Pipa Instalasi Listrik

Pipa untuk keperluan instalasi listrik pada umumnya terbuat dari PVC. Ada juga pipa

listrik yang terbuat dari baja. Pipa listrik ini berfungsi melindungi konduktor dari

gangguan mekanik. Pemasangan instalasi listrik dengan pipa listrik dapat dilakukan

dengan mudah dan memberikan keamanan penuh terhadap gangguan mekanik,

sehingga membuat cara ini menjadi sangat popular.

Pemasangan pipa instalasi harus sedemikian rupa sehingga penghantar dapat ditarik

dengan mudah setelah pipa dan kelengkapannya dipasang, serta penghantar dapat

diganti dengan mudah tanpa harus membongkar sistem pemipaannya. Ketetapan ini

hanya berlaku bagi penghantar yang memiiki luas penampang di bawah 10 mm2.

Pipa instalasi yang terbuat dari logam dan dipasang di luar dinding (terbuka) yang

terdapat dalam jangkauan tangan harus dibumikan dengan baik, kecuali bila

penghantar yang digunakan mempunyai isolasi ganda (misalnya NYM, dan NYY),

atau digunakan hanya untuk menyelubungi kawat pembumian.

Pipa instalasi harus dipasang tegak lurus (vertical) atau mendatar (horizontal). Pipa

instalasi harus dipasang dengan kokoh dan kuat dengan menggunakan klem pipa

yang jarak antar klem tidak boleh lebih dari 1 meter.

4. Perhitungan Ukuran Kabel & Piranti pengaman

Seperti diketahui, arus listrik yang mengalir di dalam suatu bahan listrik dapat

menimbulkan suatu usaha atau energi, yaitu energi panas, Energi panas ini akan

menaikkan suhu konduktor. Oleh karena itu ketika akan melakukan pemasangan

instalasi peralatan refrigerasi & tata udara, perlu mempertimbangkan ukuran kabel

yang akan dipakai berikut piranti pengaman instalasi (circuit breaker). Ukuran kabel

harus ditentukan secara tepat agar pemanasan yang timbul pada konduktornya tidak

berlebihan sehingga dapat merusak isolasi kabel dan agar kerugian tegangan yang

diakibatkan oleh resistansi kabel tida melebihi 5% dari tegangan nominalnya.

117

Bila seorang personil akan memasang unit tata udara baru, 16 HP, 380V system 3

fasa pada suatu sistem instalasi tenaga listrik, maka hal penting yang harus menjadi

pertimbangan adalah menentukan besarnya piranti pengaman dan penampang kabel

yang akan digunakan.

Berikut ini diberikan cara perhitungan sederhana untuk menentukan ukuran kabel,

agar sesuai dengan kekuatan hantar arus tanpa menimbulkan kenaikan suhu yang

berlebihan.

Langkah 1: Menghitung arus

Menghitung atau menentukan arus yang mengalir di konduktor yang akan digunakan.

Untuk ini dapat dilihat pada pelat nama peralatan yang akan dipasang. Bila tidak ada

maka harus dihitung dengan menggunakan formula : I = P/U, di mana I adalah nilai

arus yang melewati konduktor, P adalah daya listrik yang dimiliki oleh alat listrik

yang akan dipasang, dan U adalah tegangan kerja alat.

Untuk Room AC, 16 HP, 380 V, maka besar arus yang akan dikonsumsi oleh

peralatan Room AC tersebut sebagai berikut:

Daya listrik = 16 x 736 watt = 11.776 watt

Arus listrik = 11.776 / 380 x 1,73 amper = 17 amper

Langkah 2: Menentukan ukuran kabel

Karena unit room AC memerlukan catu daya listrik sistem 3 fasa, maka memerlukan

kabel yang memiliki 5 konduktor, masing-masing untuk penghantar fasa R, Fasa S,

fasa T, penghantar netral (N), dan penghantar pembumian (PE). Pada tabel 1 untuk

kabel berisolasi PVC, ukuran 2,5 mm2 mampu memikul arus maksimum sebesar 20

A, pada pemsangan instalasi listrik dengan pipa. Jadi untuk memasang room AC

tersebut diperlukan kabel berisolasi PVC, dengan ukuran 4 x 2,5 mm2, dipasang di

dalam pipa.

Langkah 3: Menentukan ukuran Pengaman

Setiap memasang instalasi listrik untuk peralatan refrigerasi & tata udara disamping

harus menentukan ukuran kabel,yang tidak boleh dilupakan adalah menentukan

118

ukuran piranti pengaman. Piranti pengaman jaringan listrik yang lazim digunakan

adalah fuse atau MCB. Ukuran MCB ditentukan berdasarkan kebutuhan arus

peralatan listrik yang akan dipasang, dikalikan 115%. Untuk jaringan instalasi pada

contoh di atas, maka ukuran piranti pengaman adalah 17A x 1,15 = 19,55 A

sehingga ditetapkan ukuran pengaman adalah 20A.

Tabel 1. Ukuran kabel & Piranti Pengaman Berbagai Peralatan Listrik

Jenis rangkaian

Satu Fasa 220 V Ukuran

Konuktor Daya

Maksimum Ukuran

Piranti

Pengaman Rangkaian

Penerangan

1,5 mm2

(2,5 mm2)

2.300 W MCB

Fuse

16

A

10

A

Kotak

Kontak

2.5 mm2

(4 mm2)

4,600 W MCB

Fuse

25

A

20

A

Water heater

2.5 mm2

(4 mm2)

4,600 W MCB

Fuse

25

A

20

A

Mesin Cuci

Piring

2.5 mm2

(4 mm2)

4,600 W MCB

Fuse

25

A

20

A

Mesin Cuci

Pakaian

2.5 mm2

(4 mm2)

4,600 W Circuit-

breaker

Fuse

25

A

20

A

Cooker atau

hotplate

6 mm2

(10 mm2)

7,300 W Circuit-

breaker

Fuse

40

A

32

A

Pemanas

Ruangan

1.5 mm2

(2.5 mm2)

2,300 W Circuit-

breaker

Fuse

16

A

10

A

119

Tabel 2. KHA untuk Kabel berisolasi thermopalstik (PVC) menurut standar IEE.

No

Ukuran

Kemampuan Hantar Arus (KHA)

Di dalam Tembok Di dalam Pipa Terbuka

1 fasa 3 fasa 1 fasa 3 fasa 1 fasa 3 fasa

1 1,5 mm 14 A 13 A 16,5 A 15 A 19,5 A 17,5 A

2 2,5 mm 18,5 A 17,5 A 23 A 20 A 27 A 24 A

3 4 mm 25 A 23 A 30 A 27 A 36 A 32 A

4 6 mm 32 A 29 A 38 A 34 A 46 A 41 A

5 10 mm 43 A 39 A 52`A 46 A 63 A 57A

5. Pemasangan Instalasi Kotak Kontak Biasa (KKB)

Setiap ruang yang didinginkan untuk penyimpanan makanan termasuk ruang

pendinginan (cold room) dan pembekuan (freezer room), harus dianggap ruang

lembab. Instalasi listrik dalam ruang tersebut harus memenuhi persyaratan tertentu,

kecuali ruang yang didinginkan untuk keperluan memperoleh kenyamanan hunian,

seperti room air conditioner (RAC).

Sistem instalasi listrik dalam ruang yang didinginkan untuk keperluan pengawetan

makanan harus sedemikian rupa sehingga tidak terdapat daerah kantong ataupun

saluran yang memungkinkan terkumpulnya embun/uap air, dan tidak terdapat bagian

yang memungkinkan masuknya uap air ke dalam instalasi tersebut. Jika digunakan

pipa instalasi logam, maka harus dipakai lem dan harus dilengkapi dengan fasilitas

pengeluaran air yang sempurna. Pada setiap batas antara ruang yang didinginkan dan

yang tidak, pipa instalasi tersebut harus diberi pengedap dengan kompon sehingga

tidak bocor.

Penghantar yang digunakan harus yang berisolasi karet (NYIF) yang liat atau

berisolasi thermoplastic (NYAF). Penghantar dengan isolasi PVC yang kaku pada

umumnya tidak cocok untuk ruang yang suhunya lebih rendah dari – 15oC. Tempat

masuk penghantar baik ke fiting lampu, ke sakelar, atau ke alat listrik lainnya harus

ditutup rapat dengan kompon.

120

Gambar 4.2 Tipikal Pembagian Beban Listrik pada suatu jala-jala tegangan

220/380V

APP singkatan Alat Pembatas dan Pengaman. Disebut alat pembatas karena

fungsinya sebagai pembatas pemakaian daya listrik. Pengaman berfungsi sebagai

pengaman instalasi jika terjadi hubung singkat. Untuk instalasi rumah, alat pengaman

dapat berbentuk box zekering atau box MCB (Mini Circuit Breaker). APP selalu

diletakkan di bagian luar rumah, dan lazimnya ditempatkan menyatu dengan kWh-

meter. Gambar 4.3 memperlihatkan prinsip pengawatan sebuah box zekering, sedang

Gambar 4.4 memperlihatkan prinsip pengawatan pada box MCB.

121

Gambar 4.3 Box Zekering

Box Sekering merupakan komponen instalasi utama yang berfungsi sebagai

pengaman dari instalasi listrik yang akan di pasang. Penggunaannya juga bisa diganti

dengan menggunakan Box MCB yang fungsinya juga sebagai pengaman instalasi

listrik. Pemasangan dari box sekering ini sedikit lebih rumit dibandingkan

pemasangan Box MCB. Hal ini dikarenakan pada box sekering memiliki 2 bagian

yaitu bagian saklar pemisah dan bagian tempat/rumah sekring.

Untuk pemasangan box zekring ada baiknya pemasangan kabel NYM 3x4

mm2 dilakukan terlebih dahulu sebelum box sekring tersebut dipasang didalam atau

diluar dinding. Hal ini disebabkan ruangan untuk meletakkan kabel terbatas dan juga

karakteristik kabel NYM 3x4 mm2 yang sedikit keras jika di bengkokkan sehingga

kita akan lebih leluasa mengerjakannya dibandingkan jika box zekring tersebut telah

terpasang pada dinding.

122

Gambar 4.4 Kotak Panel Hubung Bagi (PHB)

Kotak panel hubung bagi atau lazim disebut sebagai Box MCB merupakan

komponen pengaman instalasi listrik lain yang sering digunakan selain Box

Sekering. Dibanding Lebih rapi dan lebih ringkas dalam pemasangannya adalah

salah satu alasan orang lebih memilih Box MCB daripada Box Sekring. Akan tetapi

Box MCB ini kurang cocok jika dipasang pada dinding kayu atau boleh juga

dikatakan kurang bagus jika harus dipasang pada instalasi pasang luar walaupun box

MCB untuk luar tembok ada di pasaran.

Seperti terlihat pada gambar diatas, pemasangan kabel NYM 3x4 mm2

terlihat lebih leluasa walaupun Box MCB tersebut telah terpasang pada dinding. Hal

ini tentu saja lebih mudah dalam pemasangannya jika dibandingkan dengan

pemasangan Box Sekering.

123

Gambar 4.5 Gambar Pengawatan antara Kotak Kontak dengan Pengaman

Pembumian (Grounding)

Seluruh system tenaga listrik yang bertegangan di bawah 600 volt harus dilengkapi

dengan arde atau penghantar pembumian. Penghantar pembumian ini harus

terhubung langsung ke titik pembumian transformator distribusi (Lihat kembali TN

dan TT System).

Gambar 4.6 memeprlihatkan contoh pemasangan system pembumian pada suatu

PHB, pada system IT. Dalam hal ini PHB dilengkapi dengan kawat pembumian yang

terhubung langsung ke elektroda pembumian.

124

Gambar 4.6 Pemasangan Kabel Pentanahan

Pasang elektroda arde ke dalam tanah. Sebaiknya dalam pemasangan

elektroda arde dilakukan sedemikian rupa hanya menggunakan bantuan tangan saja

alias jangan dipalu. Jika dalam penanaman elektroda arde tersebut tertambat

bebatuan sebaiknya penanaman digeser ketempat lain dengan tetap memperhatikan

panjang kabel BC terhadap letak kotak pengaman. Dari sebab inilah mengapa pada

penanaman elektroda arde jangan dipukul dengan palu besi, karena dikawatirkan

elektroda ground/arde menjadi bengkok bahkan lebih parah lagi jika sampai lapisan

tembaga pada elektroda tersebut mengelupas.

Perlu diingat bahwa elektroda ground/arde yang umum dijual biasanya terbuat

dari besi/baja yang digalvanis alias dilapisi tembaga dan lapisan tembaga inilah yang

sedikit banyak mempengaruhi tingkat konduktifitas dari elektroda arde tersebut.

Agar lebih mudah gunakan bantuan air untuk melunakkan lapisan tanah yang

ditanami elektroda ground/arde tersebut. Disamping itu, anda bisa campur air yang

digunakan untuk penanaman grounding tersebut dengan serbuk arang ataupun abu

gosok. Campuran air dengan serbuk arang/abu gosok terbilang efektif untuk

memperbaiki hambatan dalam tanah. Ingat, dalam pemberian campuran air tersebut

125

tentu saja digunakan pada saat penanaman grounding alias air campuran tersebut

harus ikut meresap didalam lobang tempat elektroda ground/arde. Jika anda hanya

menyiramkan di atas permukaan tanah tentu saja percuma karena serbuk arang/abu

gosok tidak akan ada fungsinya.Sisakan penanaman elektroda ground/arde kurang

lebih 20 cm diatas permukaan tanah untuk penyambungan dari kabel BC.

Ikatkan Kabel BC pada elektroda ground. Mengingat kabel BC sangat kaku,

anda bisa bantu memperkuat pengikatan dengan cincin penjepit yang biasanya

disertakan ketika anda membeli elektroda ground/arde. Pastikan pengikatan kabel

BC ke elektroda ground/arde terikat kuat sehingga koneksi antara kedua bahan

tersebut benar-benar baik. Jika dirasa masih belum cukup kuat, anda bisa bantu lagi

perkuat pengikatan dengan menggunakan kabel NYA dengan terlebih dahulu

mengupas isolasi dari kabel NYA tersebut.

Setelah selesai menghubungkan antara elektroda ground/arde dengan kabel

BC, masukkan sisa elektroda ground/arde sampai tertanam seluruhnya kedalam

tanah. Rapikan tanah diatas tempat elektroda ground/arde tersebut atau anda juga

bisa menggunakan adukan semen jika akan dibuat permanen.Rapikan sisa kabel BC

yang akan dihubungkan pada kotak pengaman. Anda bisa menggunakan peralon jika

kabel BC tersebut diletakkan diluar tembok atau anda bisa tanam langsung didalam

tembok kemudian ditutup dengan adukan semen. Jangan lupa sisakan sedikit pada

ujungnya(sekitar 20cm) buat penyambungan ke kotak pengaman.

Untuk pemasangan kotak pengaman ada baiknya anda membaca cara

memasang box sekering jika anda memilihnya sebagai kotak pengaman atau cara

memasang box MCB jika dipilih sebagai kotak pengamannya.

Penentuan Jenis dan Ukuran Kabel Listrik

Sebelum mulai memasang instalasi listrik, yang paling penting menentukan jenis,

luas penampang kabel listrik, dan warna kabel yang dibutuhkan dalam instalasi.

126

Jenis kabel.

Umumnya kabel yang digunakan dalam instalasi adalah jenis NYA (didalam kabel

hanya terdiri 1 kawat penghantar tembaga pejal terbungkus isolator ) atau jenis NYM

(didalam kabel berbungkus isolator ini terdiri dari 2 ,3 atau 4 kawat penghantar

tembaga pejal). Pada lokasi tertentu yang memerlukan persyaratan khusus dapat

digunakan kabel yang lebih kokoh dan kuat, yaitu menggunakan kabel NYY.

Luas penampang penghantar.

Luas penampang penghantarberkaitan langsung dengan kemampuan hantar arus dari

kabel listrik yang digunakan. Luas penampang penghantar pada kabel listrik tersedia

dalam berbagai ukuran, mulai dari yang paling kecil hingga ukuran paling besar.

Ukuran paling kecil adalah 1,5 mm²; 2,5 mm²; 4 mm²; 6 mm² dst. Sebenarnya dalam

memasang instalasi dilakukan perhitungan mengenai berbagai faktor termasuk

diantaranya menentukan besar maupun jenis kabel yang digunakan.

Untuk keperluan praktis, kabel ukuran 1,5 mm² digunakan pada instalasi

untuk saluran lampu penerangan, sedang kabel ukuran 2,5 mm² digunakan untuk

saluran utama dan untuk saluran stop kontak atau kotak kontak biasa (KKB). Kotak

kontak biasa mampu memikul arus hingga 16 amper.Untuk kotak kontak khusus

(KKK), ukuran kabel harus menyesuaikan kemampuan kotak kotak khusus.

Warna kabel.

Warna kabel merupakan standarisasi yang berlalku secara nasional yang tidak dapat

ditawar-tawar. Standarisasi warna kabel merupakan upaya cerdas untuk mencegah

terjadinya kesalahan dalam pemasangan dan sekaligus juga untuk mempermudah

dalam pemasangan instalasi listrik yang aman. Setiap personil yang bekerja pada

sistem ketenagalistrikan harus mematuhi PUIL (peraturan umum instalasi

listrik).PUIL mensyaratkat kabel warna merah atau hitam untuk penghantar fasa,

warna biru untuk penghantar netral dan warna kuning bergaris hijau (banyak juga

yang menyebut kuning loreng) untuk penghantar pentanahan(arde/ground).

127

Menentukan panjang kabel yang diperlukan.

Tentukan pajang jalur utama instalasi listrik dan jangan lupa dilebihkan sedikit (kira-

kira 20cm) untuk keperluan penyambungan ke komponen instalasi listrik

misalnyakotak kotak biasa (stop kontak) dan box MCB. Untuk pemasangan kotak

kotak biasa atau kotak kontak khusus harus menggunakan kabel NYA 3 x 2,5 mm2.

Untuk memperindah instalasi listrik, dapat dilakukan dengan menggunakan pipa.

Jika menggunakan pipa, maka paling ekonomis jika kabel yang digunakan dari jenis

NYA. Gunakan kabel NYA 1 x 2,5 mm2, tiga warna, yaitu merah atau hitam untuk

penghantar fasa, warna biru untuk penghantar netral, dan hijau-kuning untuk

penghantar pentanahan

Kerja Proyek:

Instalasi kotak kontak biasa (KKB) terdiri dari dua sistem, yaitu (1) sistem satu fasa,

dan (2) sistem tiga fasa. Tugas kalian kali ini adalah mendemonstrasikan

pemasangan instalai kotak kontak untuk keperluan pemasangan unit tata udara

domestik.. Untuk itu kalian harus mengumpulkan berbagai informasi yang relevan,

sebagai landasan berfikir untuk menginvestigasi prosedur pemasangan instalasi kotak

kontak biasa. Petunjuk: Yang perlu kalian investigasi adalah berapa kapasitas

pemutus (breaker) yang diperlukan sesuai dengan unit tata udara yang akan dipasang

dan berapa ukuran dan panjang kabel penghantar yang harus digunakan. Setelah

selesai buat laporan dan presentasikan di kelas

Permasalahan

1. Jelaskan perbedaan sistem jaringan distribusi primer dan sekunder!

2. Buat gambar sketsa yang mengambarkan sistem distribusi tenaga listrik di tempat

pelanggan!

3. Uraikan sistem tegangan yang sampai ke tempat konsumen!

4. Deskripsikan perbedaan sistem pentanahan sistem TN dan sistem TT!

5. Uraikan cara menentukan ukuran kabel dan pengaman!

6. Deskripsikan standarisasi warna kabel!

7. Uraikan standarisasi Kekuatan hantar arus menurut standar IEE!

8. Bagaimana cara memasang elektroda pembumian?

128

DAFTAR PUSTAKA

Montgomery, Ross & Dowall, Robert Mc., 2008, Fundamental of HVAC Control

System, Printed in the United States of America.

CP Arora, 2001, Refrigeration & Air Conditioning, Second Edition, Mc Graw Hill

Book Co - Singapore

Goliber, Paul F., 1986 Refrigeration Servicing, Bombay, D.B. Taraporevala Son &

Co, Private Ltd.

Harris, A, 1986, Air Conditioning Practice, 2nd

edition, Prentice Hall

Roy J Dossat, 1978, Principle of Refrigeration, second edition, John Wiley Sons,

USA

Trane reciprocating Refrigeration Manual

Basic Servising, 1986, Box Hill College, Melbourne, Australia

Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000