MEU Series 04- Panduan Refleksi Diri

download MEU Series 04- Panduan Refleksi Diri

of 18

description

Panduan refleksi diri

Transcript of MEU Series 04- Panduan Refleksi Diri

  • MEU SERIES 04

    PANDUAN REFLEKSI DIRI BAGI MAHASISWA S1

    Copyright 2013 by Faculty of Medicine, University of Indonesia All rights reserved. This book or any parts there of, may not be used or reproduced in any manner without written permission from the writer/publishers. Printed in Jakarta, Indonesia

    Hak cipta dipegang oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    Dilarang mengutip, menyalin, mencetak dan memperbanyak isi buku dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis/penerbit

    Dicetak di Jakarta, Indonesia

    ISBN : 978-979-496-792-8

    MEDICAL EDUCATION UNIT

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

    2013

  • MEU SERIES 04

    PANDUAN REFLEKSI DIRI BAGI MAHASISWA S1

    Penulis

    Diantha Soemantri

    Nani Cahyani Sudarsono

    Editor

    Bambang Tridjaja

    Ardi Findyartini

    Mardiastuti Wahid

    Diantha Soemantri

    Desain Grafis dan Layout

    Mutiara Soprima

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI

    KATA PENGANTAR

    POKOK BAHASAN HAL

    PENDAHULUAN 1

    APLIKASI DI FKUI 3

    PENUTUP 8

    LAMPIRAN 9

    DAFTAR ISI

  • Assalamualaikum wr wb

    Sudah terbayang apa yang akan terjadi apabila seorang dokter tidak memiliki kemampuan refleksi

    diri. Kinerja tidak berubah-ubah, sukar bertukar pikiran sehingga perspektifnya dalam pemberian

    pelayanan kesehatan sempit. Sifat demikian tidak sejalan dengan kemajuan ilmu kesehatan dan

    kedokteran yang semakin cepat dalam perkembangannya maupun dengan tuntutan pelayanan

    pemakai jasa kesehatan.

    Refleksi merupakan komponen generik kedewasaan seorang profesional dan sangat dibutuhkan

    baik saat masih dalam pendidikan maupun ketika sudah berpraktek. Continuing professional

    development berakar dari kemampuan melakukan refleksi dari kekuatan maupun kelemahan

    pribadi maupun terhadap lingkungan kerjanya.

    Dengan demikan sudah jelas bahwa refleksi merupakan suatu kompetensi yang perlu dilatih secara

    kontinu agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis suatu pengalaman dan

    menentukan satu sikap atau tindakan apabila hal tersebt berulang dalam kehidupannya.

    Dalam seri MEU ini, diuraikan pentingnya memiliki dan bagaimana caranya memiliki suatu

    kemampuan berefleksi secara efektif dan efisien sehingga ketika lulus dari FKUI sudah mempunyai

    bekal yang memadai untuk berkembang sebagai seorang manusia maupun sebagai seorang

    dokter.

    Kami dari MEU terbuka untuk segala asupan mengenai isi MEU seri ini agar semakin sempurna

    sehingga bermanfaat untuk mahasiswa FKUI.

    Wassalam

    dr. Bambang Tridjaja AAP SpA(K), MM (Paed)

    Ketua Medical Education Unit FKUI

    KATA PENGANTAR

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI BAGI MAHASISWA S1

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

    MEU SERIES NO 04

    Diantha Soemantri dan Nani Cahyani Sudarsono

    Kemampuan refleksi diri adalah salah satu ciri seorang profesional yang menerapkan pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning). Melalui kemampuan refleksi diri, seseorang akan dapat mengambil pelajaran yang seoptimal mungkin dari pengalaman sebelumnya. Proses belajar dari pengalaman inilah yang akan membuat seseorang mampu meningkatkan kemampuan dirinya secara berkesinambungan.

    Dalam konteks pendidikan dokter, kompetensi pembelajaran sepanjang hayat atau lifelong learning merupakan salah satu tujuan utama pendidikan dokter. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran mengharuskan praktisi kesehatan, salah satunya adalah dokter, untuk terus memperbarui pengetahuan dan keterampilannya agar selalu dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk pasien dan masyarakat yang dilayaninya.

    Kemampuan belajar sepanjang hayat ini tidak dapat dimiliki secara otomatis oleh mahasiswa kedokteran. Sebagai konsekuensi dicantumkannya kemampuan belajar sepanjang hayat sebagai salah satu kompetensi lulusan pendidikan dokter, maka institusi pendidikan dokter perlu secara eksplisit melengkapi

    mahasiswa kedokteran dengan kemampuan menerapkan pembelajaran sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat adalah konsep yang sangat penting, namun seringkali pengelola pendidikan dokter mengalami kesulitan dalam mendesain proses pengajaran dan evaluasi yang tepat untuk kompetensi ini.

    Sikap mawas diri merupakan awal dari kemampuan belajar sepanjang hayat. Sikap mawas diri ini diperlukan oleh seseorang untuk dapat mengidentifikasi kelemahan dan kekuatannya. Seseorang yang memiliki sikap ini tentunya senantiasa berusaha menilai kemampuan dirinya sendiri, dan selanjutnya bersedia mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengatasi keterbatasan kemampuannya. Sikap ini sangat perlu dimiliki oleh seorang dokter, sehingga dokter dapat mengetahui kapan dia tidak memiliki kemampuan yang sesuai dengan perkembangan ilmu saat ini dan perlu mencari bantuan orang lain serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam memberikan pelayanan kesehatan.

    Pada umumnya tidak mudah mengajarkan dan menilai sikap atau perilaku seseorang secara konsisten dan objektif, termasuk juga sikap mawas diri. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan mengembangkan dan menilai sikap mawas diri secara eksplisit dan terstruktur, adalah dengan melakukan kegiatan refleksi diri. Refleksi diri adalah perilaku melihat diri sendiri dan pengalaman yang telah dijalani secara aktif dan sadar, menganalisisnya secara kritis dan mendalam, untuk kemudian menarik

    PENDAHULUAN

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI

    2

    kesimpulan dalam bentuk lessons learned dan future plans.

    Boud, Keogh & Walker (1996) mendefinisikan reflection sebagai ... a generic term for those intellectual and affective activities in which individuals engage to explore their experiences in order to lead to new understandings and appreciation. Proses refleksi diri memerlukan keterampilan berpikir dan menimbang ulang, keterampilan mengkonstruksi kembali sebuah pengalaman dengan cara sistematis, disertai dengan sikap keterbukaan, rasa ingin tahu dan kesediaan untuk bertanya pada diri sendiri. Refleksi diri merupakan suatu bagian dari proses belajar secara keseluruhan, seperti terlihat pada Kolb & Frys learning cycle (1975) di bawah ini. Siklus ini berawal dari adanya situasi atau pekerjaan yang dijalani, kemudian dilanjutkan dengan proses refleksi diri hingga menghasilkan suatu konklusi (lessons learned atau action plan), dan konklusi inilah yang akan menjadi input untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan yang lebih baik.

    Gbr. 1. Kolb & Frys learning cycle (1975)

    Skema di bawah ini dapat membantu meningkatkan pemahaman mengenai proses refleksi diri. Proses refleksi diri sebenarnya berusaha menjawab empat pertanyaan yaitu:

    1. What happened? Apa yang terjadi?

    2. How did it happen? Bagaimana hal tersebut dapat terjadi?

    3. What has been learned? Apa yang telah dipelajari?

    4. What changed or what has to be done? Apa yang berubah atau apa yang harus dilakukan?

    Donald Schon, dalam bukunya The Reflective Practitioner (1991) membagi refleksi diri menjadi beberapa tahap. Pertama adalah knowing-in-action, yang sebenarnya bukan suatu merupakan refleksi diri, karena ini adalah suatu situasi dimana dokter atau profesional lainnya dapat mengerjakan sesuatu tanpa berpikir. Pekerjaan atau situasi tersebut sudah menjadi kebiasaan bagi orang tersebut, sehingga dia dapat menyelesaikannya tanpa berpikir lagi. Namun, jika seorang dokter dihadapkan pada sebuah kasus yang tidak biasa, maka seharusnya muncul sebuah reflection-in-action. Pada saat tersebut, seseorang diharapkan mampu memikirkan apa yang sedang terjadi dan mempertimbangkan cara terbaik untuk mengatasinya saat itu juga. Setelah selesai menjalani pengalaman tersebut, seseorang diharapkan melakukan reflection-on-action, sesuai rangkaian proses pada gambar 2 di atas dan

    What

    happened?

    How did it

    happen?

    What has been

    learned?What

    changed or what

    has to be done?

    Gbr. 2. Proses refleksi diri (Boud, Keogh & Walker 1996)

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI

    3

    selanjutnya menghasilkan sebuah personal & professional development plan.

    Proses refleksi diri sebenarnya tidak dapat bertumpu pada pengetahuan dan pandangan diri sendiri. Proses yang baik melibatkan usaha untuk memperoleh masukan/input dari orang lain yang dianggap mampu memberikan umpan balik konstruktif terhadap performa kita. Individu pada umumnya tidak dapat menilai dirinya sendiri secara akurat, oleh karena itu setiap individu perlu memanfaatkan sumber lain yang juga dapat memberikan penilaian terhadap diri kita. Masukan dari luar akan meningkatkan akurasi penilaian terhadap diri sendiri.

    Sikap mawas diri dan keterampilan refleksi diri perlu dilatihkan sejak awal pendidikan dokter untuk menghasilkan lulusan yang mampu melaksanakan pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning). Proses refleksi diri yang hendak dilatihkan adalah proses yang bersifat reflection-on-action. Reflection-in-action sebenarnya tidak kalah penting, namun karena ini berkaitan erat dengan kesadaran, kesiagaan dan kehati-hatian pada saat pembelajaran atau berlangsungnya kegiatan (on the spot), maka lebih sulit untuk

    dipantau dan dinilai.

    Dalam rangka proses pencapaian kompetensi mawas diri dan belajar sepanjang hayat, mahasiswa kedokteran S1 secara rutin akan diminta untuk melakukan refleksi diri terhadap pengalaman belajarnya dan/atau pengalamannya menghadapi situasi klinis (di tahap general education, integrated medical sciences dan clinical practice). Pada setiap tahap pendidikan, akan diberikan pemicu (trigger) untuk melakukan refleksi diri dan kemudian naskah refleksi diri yang telah dibuat akan dinilai menggunakan borang penilaian yang telah disiapkan. Dalam proses

    penyusunan naskah refleksi diri, mahasiswa dapat meminta bimbingan dari Pembimbing Akademiknya masing-masing. Naskah refleksi diri mahasiswa ini akan menjadi bagian dari portfolio atau personal and professional development plan mahasiswa yang harus disimpan. Harapannya adalah proses refleksi diri ini menjadi bagian rutin dan penting dari suatu siklus pembelajaran, sehingga sikap mawas diri mahasiswa akan berkembang dan kemampuan belajar sepanjang hayatnya akan terasah.

    Tahap melakukan refleksi diri

    1. Tentukan satu pengalaman yang berharga/berarti/signifikan untuk diri anda. Sesuaikan pengalaman yang anda pilih dengan pemicu yang diberikan, misalnya pada modul EBP3KH, pengalaman yang dipilih adalah pengalaman pada saat menjadi sukarelawan RSCM. Pada refleksi diri di tingkat klinik, pemicu yang anda pilih dapat berupa interaksi dengan pasien yang sulit untuk diajak berkomunikasi, kasus klinik sulit atau jarang, dan lain-lain.

    2. Analisis pengalaman yang sudah ditentukan dengan menggunakan kerangka berpikir seperti pada gambar 2, dengan berusaha menjawab empat pertanyaan tersebut.

    3. Usahakan untuk memasukkan bukti eksternal terhadap lessons learned yang telah kita tentukan dalam proses refleksi diri. Bukti eksternal ini dapat berupa umpan balik dari supervisor, teman (peer), pasien ataupun data objektif lain serta hasil penggunaan/penelaahan/penelusuran literatur. Bukti eksternal inilah yang akan mendukung akurasi refleksi diri yang telah kita lakukan.

    4. Sertakan pula bukti dari pengalaman yang anda jadikan titik mula proses refleksi diri, misalnya checklist atau logbook untuk

    APLIKASI DI FKUI

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI

    4

    pengalaman mengerjakan suatu prosedur klinis, kuesioner kepuasan pasien yang anda layani, makalah presentasi kasus, nilai ujian modul, catatan diskusi, dan lain sebagainya.

    5. Manfaatkan pembimbing akademik sebagai teman untuk berbagi (sharing) hasil refleksi diri anda.

    6. Penerima manfaat terbanyak suatu refleksi diri adalah penyusun refleksi diri tersebut, sehingga penyusunan harus dilakukan seoptimal mungkin, dan setelah disusun, anda harus memperoleh umpan balik yang konstruktif untuk meningkatkan kualitas dan akurasi naskah refleksi diri.

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI

    5

    Daftar tilik seperti terlampir di bawah ini akan digunakan untuk menilai kualitas naskah refleksi diri anda.

    Daftar Tilik (1)

    Reflection on Action Rubric1

    Level (poin) Performa Panduan penilaian

    0 Tidak ada deskripsi pengalaman belajar yang relevan (sesuai dengan pemicu)

    Terdapat deskripsi pengalaman belajar tetapi tidak sesuai dengan pemicu (prompt) yang diberikan

    1 Terdapat deskripsi pengalaman belajar tanpa refleksi diri

    Terdapat deskripsi pengalaman belajar yang sesuai tetapi tidak ada refleksi diri

    2 Tidak ada justifikasi untuk lessons learned yang diidentifikasi

    Terdapat lessons learned yang telah diidentifikasi, tetapi tidak ditunjukkan hubungan yang eksplisit dengan bukti pendukung lessons learned tersebut

    3 Terdapat justifikasi yang terbatas untuk lessons learned yang

    diidentifikasi

    Mengandalkan penilaian diri sendiri seutuhnya, tanpa memasukkan bukti eksternal yang mendukung

    4 Terdapat bukti/justifikasi untuk lessons learned yang diidentifikasi

    Memasukkan bukti eksternal pendukung lessons learned yang

    diidentifikasi

    5 Terdapat analisis terhadap pengalaman lain sebelumnya yang berkaitan

    Secara eksplisit merujuk pada pengalaman sebelumnya yang relevan dan menjelaskan bagaimana pengalaman sebelumnya berpengaruh terhadap situasi yang terjadi pada saat

    1 Rubrik refleksi diri yang bersifat umum dan dapat digunakan dalam berbagai konteks. Dikembangkan oleh OSullivan et al,

    diterjemahkan oleh Diantha Soemantri & Estivana Felaza

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI

    6

    ini

    6 Terdapat integrasi antara pengalaman lalu dengan pengalaman yang sedang direfleksikan, berikut dengan data untuk menetapkan langkah (action plan) berikutnya

    Analisis termasuk bukti eksternal pendukung lessons learned, hubungan dengan pengalaman sebelumnya, dan implikasi yang timbul untuk masa yang akan datang

    Daftar Tilik (2)

    Rubric for Self Reflection (Patients unmet needs (PUNs) and Doctors educational needs (DENs))

    Kriteria Level

    1 (kurang) 2 (sedang) 3 (baik) 4 (sangat baik)

    Sinopsis kasus (10%)

    Informasi mengenai pasien tidak ada

    Tidak dapat mendemonstrasikan hubungan antara informasi mengenai pasien dan PUNs

    Tidak dapat menyampaikan informasi yang detil dan adekuat mengenai pasien, walaupun dapat memperlihatkan hubungannya dengan PUNs

    Informasi yang detil dan adekuat mengenai pasien

    Patients unmet needs (PUNs)

    (25%)

    Tidak dapat mengidentifikasi PUNs

    Melakukan identifikasi PUNs tetapi dampaknya terhadap kondisi pasien tidak dielaborasi

    Terdapat pembahasan mengenai latar belakang PUNs serta dampaknya terhadap kondisi pasien, tetapi tidak secara detil

    Terdapat pembahasan terkait latar belakang PUNs dan dampak PUNs terhadap kondisi pasien dibahas secara mendetil

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI

    7

    Doctors educational needs (DENs)

    (25%)

    Tidak dapat merencanakan cakupan proses belajar selanjutnya

    Pengetahuan yang hendak diperoleh tidak relevan dan koheren dengan PUNs

    Mampu mengidentifikasi learning issues yang relevan, tetapi tidak termasuk teori atau konsep yang mendasarinya

    Mampu mengidentifikasi substansi pengetahuan yang sesuai untuk pembelajaran selanjutnya (termasuk teori dan prinsip/konsep), serta relevan dengan PUNs

    Rencana tindak lanjut (40%)

    Tidak mampu menjabarkan pengetahuan yang telah diperoleh

    Menjabarkan pengetahuan yang telah diperoleh, walaupun tidak cocok dengan learning issues yang telah diidentifikasi. Sumber pengetahuan tidak dapat dipercaya atau tidak adekuat.

    Menjabarkan pengetahuan yang telah diperoleh, sesuai dengan learning issues yang telah diidentifikasi. Sumber pengetahuan tidak dijabarkan.

    DENs telah dapat dipenuhi dengan menjabarkan pengetahuan yang relevan (terhadap PUNs dan DENs), yang diperoleh dari berbagai sumber. Sumber pengetahuan dapat dipercaya.

    Pada dasarnya, rubrik (2) mengandung komponen yang sama dengan rubrik (1), namun rubrik (2) lebih cocok untuk menilai naskah refleksi diri yang menggunakan kasus klinik (pasien) sebagai pemicu refleksi diri. Level 1-4 sekedar menggambarkan tingkat refleksi diri yang dilakukan, namun total skor dapat diperoleh dengan menghitung median atau nilai rata-rata dari seluruh penilai, dengan memberikan bobot yang sesuai untuk setiap komponen.

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI

    8

    Refleksi diri merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh mahasiswa kedokteran agar dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner). Kemampuan belajar sepanjang hayat ini merupakan bagian dari sikap profesional seorang dokter, yang memiliki kewajiban untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan seoptimal mungkin.

    Keterampilan refleksi diri perlu dilatihkan sejak awal pendidikan, oleh karena itu dalam rangkaian pendidikan dokter di FKUI, mahasiswa diberikan beberapa kesempatan untuk merefleksikan pengalamannya dan menarik pembelajaran dari pengalamannya tersebut. Pengelola program pendidikan telah berusaha menyusun sebuah panduan yang diharapkan memudahkan mahasiswa membuat naskah refleksi diri. Panduan ini juga akan menjadi pedoman bagi staf pengajar yang harus menilai dan memberikan umpan balik terhadap naskah refleksi diri mahasiswa.

    Pentingnya keterampilan refleksi diri untuk menumbuhkan sikap mawas diri dan kemampuan menerapkan pembelajaran sepanjang hayat, menyebabkan setiap orang yang terlibat dalam pendidikan dokter, terutama mahasiswa dan staf

    pengajar, perlu memberi perhatian khusus terhadap pengasahan keterampilan refleksi diri. Refleksi diri seharusnya menjadi bagian rutin dari proses atau siklus pembelajaran karena pembelajaran yang baik selalu diikuti dengan refleksi diri.

    Referensi:

    Boud, D. Keogh, R. Walker, D. (1996) Reflection: Turning Experience into Learning. Kogan Page,

    London

    Kolb, D. A. & Fry, R. (1975) Toward an applied theory of experiential learning, in C. Cooper (ed.) Theories of Group Process, London: John Wiley.

    OSullivan, P., Aronson, L., Chittenden, E., Niehaus, B., Learman, L., Reflective Ability Rubric and User Guide. MedEdPORTAL; Available from: www.mededportal.org ID 8133

    Schon, D.A (1991) The reflective practitioner: how professionals think in action, Hants, Arena

    .

    PENUTUP

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI

    9

    Lampiran 1.

    Contoh naskah refleksi diri dengan nilai 62

    I was on my surgery rotation and we were rounding on an elderly patient who was being admitted for diverticulitis. He had been bounced from medicine team to the surgery after seeing many teams of medicine doctors about his new diagnosis. The surgical team rounded on him very quickly since he was not a surgical candidate. The attending quickly asked the patient if he had any bowel movements or gas overnight, what his pain number was, and whether he has gotten out of bed. The resident and I pushed on his belly quickly and then we turned to leave the room. As we were leaving the patient looked anxious and said why cannot anyone tell me what is going on inside of me? The team just kept marching along perhaps pretending that they didnt hear the patient. I was shocked and angry that the team seemed to be so dismissive of this elderly patient. It seemed as if no one talked to him about what is going on with him.

    Deskripsi pengalaman belajar/kasus klinik yang dihadapi oleh mahasiswa tersebut, disertai dengan deskripsi mengenai perasaan yang terlibat

    After rounds I asked the resident if I could look up some information about diverticulitis and then present the information to the patient. I figured I could satisfy the patients needs as well as learn something at the same time. I felt bad for the patient and wanted to do anything I could do to help. After I learned about the disease, I told the resident my findings and he was receptive to me telling the patient about it. After spending time with the resident I felt like I knew most of the relevant information related to the patients case. When I entered the patients room, he was still annoyed with what had happened earlier. I smiled at him, and acknowledged how frustrating it is to be in the hospital. I told him I was just a student but I tried to learn everything I could about what is happening to him. He seemed grateful for me being there and asked me some questions I didnt know the answer to. I told him I would look them up and get back to him. As I was leaving he smiled at me and told me that he really appreciated the time I gave to him. This experience reminded me why I wanted to be a doctor in the first place. Although I didnt really do anything medically, I felt like I helped more than I had in the previous three weeks on the service.

    Deskripsi detail pengalamannya dan juga mulai berusaha mencari bukti eksternal yang dapat mendukung proses refleksi dirinya

    2 Contoh naskah refleksi diri ini disusun oleh OSullivan et al dan telah melalui proses peer-review pada MedEdPORTAL

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI

    10

    I think what helped me connect with the patient was that I was only a few weeks into third year of medical school, so I was closer to a lay person than anyone else. I remember what it is like to be confused and scared and feel like no one is talking to you. When I was a child I was hospitalized for a couple of months and I remember feeling just like him, lonely, scared, and wondering why the doctors would not talk to me. Patients dont always have an advocate in the hospital, but have large teams with different people sharing the responsibility.

    Berusaha mengaitkan dengan pengalaman sebelumnya yang berkaitan

    I talked to the resident about my experience and how I felt about what had happened on rounds earlier that day. Unfortunately, he did not give me much feedback other than a pat on the back. The patients feedback however was extremely helpful in validating my actions for the day. He told me that he doesnt like to go to doctors because he finds them hard to approach. He wished he had a primary care doctor like me because he could tell that I really cared about him.

    Terdapat bukti eksternal yang mendukung proses refleksi dirinya (sebagai justifikasi untuk lessons learned yang diidentifikasi)

    I am glad I had the time to research about diverticulitis and sit down with the patient and teach him about the disease. More importantly, I am glad I was able to be a human being to a man in distress. I know in the future I will be under more time constraints, but I will never forget this experience as a reminder that I will never be too busy to listen to my patients.

    My plan in the future is to figure out how I can make each patients stay at the hospital more pleasant, especially on rounds in the morning. This means I will listen to my patients and try to either address their needs, or find someone who can. If I am too busy right then to help, I will assure them that I or someone else will be back and make sure that really happens. I hope to continue to advocate for my patients, and try to help the most I can. I want to continue to solicit feedback from patients about this satisfaction with their stay, and continue to find creative ways to bring up to the team when I feel like a patient was neglected. When I am a resident, I will try to model this approach and also try to teach another medical student the same lesson I learned with this patient.

    Terdapat lessons learned yang diidentifikasi dan juga action plan yang jelas dan logis/rasional

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI

    11

    Lampiran 2.

    Panduan bagi Pembimbing Akademik

    1. Pembimbing akademik (PA) diharapkan dapat membimbing mahasiswa dalam melakukan refleksi diri dengan mengacu pada gambar 2 (halaman 2), yang menjabarkan tahapan melakukan refleksi diri secara sistematis dan terstruktur.

    2. Pembimbing akademik dapat menilai naskah refleksi diri menggunakan borang penilaian refleksi diri yang disajikan pada halaman 6 dan 7. Terdapat 2 contoh borang penilaian refleksi diri; daftar tilik (1), merupakan borang penilaian yang bersifat umum dan dapat dipakai pada tugas refleksi diri dengan pemicu apapun, daftar tilik (2) bersifat lebih spesifik dan sesuai untuk dipakai dalam menilai tugas refleksi diri di tahap klinik (refleksi diri terhadap kasus klinik yang dihadapi/ditangani).

    3. Pada setiap daftar tilik terhadap deskripsi komponen-komponen yang perlu dinilai dalam sebuah naskah refleksi diri. Setiap PA dapat menilai apakah:

    o komponen refleksi diri sudah lengkap

    o refleksi diri sudah cukup dalam/kritis/analitik

    o refleksi diri sudah cukup sistematis/terstruktur

    o terdapat lessons learned yang spesifik

    o terdapat rencana tindak lanjut yang jelas, logis, sesuai dengan lessons learned

    4. Pembimbing akademik diharapkan dapat memberikan umpan balik yang konstruktif dan spesifik terhadap tugas refleksi diri tersebut, sehingga mahasiswa dapat senantiasa memperbaiki kemampuannya melakukan refleksi diri.

  • PANDUAN REFLEKSI DIRI

    12

    5. Beberapa pertanyaan yang diharapkan dapat membantu memicu mahasiswa untuk melakukan refleksi diri yang lebih kritis dan analitik adalah sebagai berikut (diadaptasi dari Durning et al, 2011

    3):

    a. Apa yang anda gunakan sebagai fokus/acuan untuk menentukan keberhasilan anda dalam mempelajari sesuatu atau menangani suatu kasus?

    b. Apa yang menjadi penyebab utama anda mengalami kegagalan (kesuksesan) dalam mempelajari sesuatu/menangani suatu kasus?

    c. Apa yang anda perlu lakukan selanjutnya agar anda lebih sukses dalam belajar atau penanganan suatu kasus?

    3 Contoh pertanyaan pemicu berasal dari fase self-reflection (after) pada sebuah siklus Self-Regulated Learning (SRL) model.

    Selengkapnya dapat dilihat pada Durning et al (2011). Viewing Strugglers Through a Different Lens: How a Self-Regulated Learning Perspective Can Help Medical Educators With Assessment and Remediation. Academic Medicine 86:488-495