metpen kelompok 1

download metpen kelompok 1

of 29

description

metodeologi penelitian

Transcript of metpen kelompok 1

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DENGAN METODE GOD-PAP DAN CARA STRIP BAB IPENDAHULUANA.Latar belakang Karbohidrat adalah suatu senyawa yang terdiri atas atomatom karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki rumus umum (CH2O)n. Sebagai contoh, molekul glukosa mempunyai rumus kimia C6H12O6. Karbohidrat yang berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa yang terdapat dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati dan digunakan oleh sel- sel pada jaringan otot sebagai sumber energi (Poedjiadi, 2007).Dalam ilmu kedokteran, glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa di dalam darah. Kadar glukosa darah, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya, kadar glukosa darah berada pada rentang kadar (70-110 mg/dl). Kadar glukosa ini meningkat setelah makan dan biasanya berada dikadar terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Bila kadar glukosa terlalu terendah (110 mg/dl) disebut hiperglikemia ( Price, 2005). Glukosa merupakan suatu monosakarida aldoheksosa yang terdapat dalam tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya. Ini merupakan produk akhir metabolisme karbohidrat yang dilepas ke dalam darah dan menjadi sumber energi utama makhluk hidup. Karena perannya sebagai energi utama, glukosa kemudian ditranspor ke dalam sel untuk menghasilkan energi. Proses pembentukan energi ini terjadi dalam mitokondria dengan membutuhkan oksigen sebagai bahan bakarnya untuk menghasilkan ATP sebagai energi untuk setiap kegiatan sel. Glukosa darah ini dipengaruhi oleh faktor status gizi, genetik, umur dan penyakit (Nuringtyas, 2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Bilen Habib (2007) untuk mengevaluasi penggunaan glukometer dibandingkan dengan alat yang digunakan di laboratorium dengan mengukur glukosa darah puasa pada pasien Diabetes Melitus tipe II didapatkan hasil tidak ada perbedaan antara kedua metode pengukuran tersebut (p>0,05). Penelitian yang dilakukan oleh Carstensen B (WHO,2008) yang membandingkan glukosa darah dan jenis specimen lain dengan mengambil sampel darah dari 74 subjek untuk dianalisis menggunakan plasma vena, serum dan darah kapiler didapatkan hasil pengukuran dasar yang menggunakan darah kapiler mempunyai variasi yang luas dibandingkan dengan metode lain. Pengkuran darah vena memberikan hasil 0,5 mmol/L lebih rendah dibandingkan dengan metode yang lain. Sebelum ditemukan tes glukosa darah kapiler, pengukuran glukosa darah digunakan dengan mengambil sampel dari vena, Hingga saat ini pengukuran glukosa darah vena masih dianggap sebagai standar baku emas/ gold standard untuk mengukur kadar glukosa darah. Namun sekarang orang lebih memilih pengukuran glukosa darah yang sampelnya berasal dari kapiler dengan alasan karena berbagai macam kelebihan yang dimiliki test glukosa darah kapiler ini seperti alatnya praktis, murah dan mudah dibawa kemana-mana, cepat memberikan hasil, kenyamanan pasien, serta bisa digunakan sendiri oleh pasien untuk mengontrol glukosa darahnya di rumah, Pada penelitian ini, kami membandingkan hasil pengukuran kadar glukosa darah dengan cara vena dan kapiler dan menganalisis faktor yang mempengaruhi untuk pengkajian masalah gizi karbohidrat.

Dahulu, pengukuran glukosa darah dilakukan terhadap darah lengkap, tetapi sekarang sebagian besar laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa dalam serum. Karena eritrosit memiliki kadar protein (hemoglobin) yang lebih tinggi dari pada serum, serum memiliki kadar air yang lebih tinggi. Sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap, serum melarutkan lebih banyak glukosa. Untuk mengubah glukosa pada darah lengkap, kalikan kadar glukosa yang diperoleh dengan 1,15 untuk menghasilkan kadar glukosa serum atau plasma. Pengukuran kadar glukosa digunakan untuk melakukan diagnosa klinis terhadap kelainan metabolisme glukosa dalam tubuh (Sacher, 2004) .Terdapat dua metode utama yang digunakan untuk mengukur glukosa. Metode yang pertama adalah metode kimiawi yang memanfaatkan sifat mereduksi dari glukosa, dengan bahan indikator yang akan berubah warna apabila tereduksi. Akan tetapi metode ini tidak spesifik karena senyawa-senyawa lain yang ada dalam darah juga dapat mereduksi (misal : urea, yang dapat meningkat cukup bermakna pada uremia) (Sacher, 2004). Contoh metode kimiawi yang masih digunakan untuk pemeriksaan glukosa saat ini adalah metode toluidin, karena murah, cara kerja sederhana, dan bahan mudah didapat (Departemen Kesehatan RI , 2005 ). Dengan metode kimiawi, kadar glukosa dapat lebih tinggi 5 sampai 15 mg/dl dibandingkan dengan kadar glukosa yang diperoleh dengan metode enzimatik (yang lebih spesifik untuk glukosa). Metode yang kedua adalah enzimatik yang umumnya menggunakan kerja enzim glukosa oksidase atau heksokinase, yang bereaksi pada glukosa, tetapi tidak pada gula lain (misal : fruktosa, galaktosa, dan lain-lain) dan pada bahan pereduksi. Contoh metode yang menggunakan kerja enzim adalah GOD PAP dan cara strip (Sacher, 2004).

Pemeriksaan kadar glukosa sekarang sudah diisyaratkan dengan cara enzimatik, tidak lagi dengan prinsip reduksi untuk menghindari ikut terukurnya zat-zat lain yang akan memberikan hasil tinggi palsu. Cara enzimatik dapat dilakukan dengan cara otomatis seperti dengan GOD- PAP dan cara Strip (Suryaatmadja, 2003).Perbedaan hasil pemeriksaan kadar glukosa antara metode GOD-PAP dan cara strip dimungkinkan karena terjadi kadar hematokrit yang ada dalam darah lengkap. Kadar hematokrit yang rendah akan secara semu meningkatkan hasil pengukuran, begitu juga sebaliknya. Kadar hematokrit ini hanya dapat berpengaruh pada pemeriksaan dengan menggunakan sampel darah lengkap seperti pada cara strip (Sacher, 2004).Antara serum dan darah lengkap memiliki kadar glukosa yang berbeda. Karena pada darah lengkap terdapat eritrosit, dan eritrosit memiliki kadar protein (hemoglobin) yang lebih tinggi dari pada serum, dan protein tersebut bersifat reduktor yang dapat mereduksi katalisator glukosa. Sedangkan dalam serum tidak terdapat banyak eritrosit serta kadar air dalam serum lebih tinggi sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap, serum lebih banyak melarutkan glukosa (Sacher, 2004).B.RUMUSAN MASALAH1. Apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah antara metode GOD PAP dan metode Strip Test ?C.TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui kadar glukosa Mahasiswa analis kesehatan dengan menggunakan metode GOD PAP dan cara strip2. Mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan glukosa dengan menggunakan metode GOD PAP dan cara strip.

D. Manfaat PenelitianUntuk penderita penyakit gula yang menggunakan alat ukur glukosa pribadi atau strip agar secara berkala memeriksa atau membandingkan pengukuran alatnya terhadap pengukuran glukosa laboratorium klinik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Kepustakaan1. KarbohidratKarbohidrat adalah suatu senyawa yang terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki rumus umum (CH2O)n. Sebagai contoh, molekul glukosa mempunyai rumus kimia C6H12O6. Karbohidrat yang berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa yang terdapat dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati dan digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energi (Poedjiadi, 2007).Ada empat macam kelompok karbohidrat, yaitu :a. MonosakaridaMonosakarida adalah bentuk karbohidrat paling sederhana. Monosakarida hanya memiliki satu molekul gula sederhana. Jenis monosakarida yang paling luas dikenal masyarakat adalah glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Dalam hal ini, istilah glukosa dalam darah sering dipertukarkan dengan gula.b. DisakaridaDisakarida terbentuk dari dua molekul monosakarida. Kedua molekul dihubungkan dengan ikatan kovalen. Contoh disakarida yang populer adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa.c. OligosakaridaOligosakarida disusun oleh 3-10 monosakarida. Contoh oligosakarida adalah raffinose ( glukosa-galaktosa-fruktosa).d. PolisakaridaPolisakarida adalah golongan karbohidrat yang tersusun oleh lebih dari sepuluh monosakarida. Contohnya adalah amilum dan dekstrin (Murray, 2003).

Beberapa sifat kimia karbohidrat :a. Sifat mereduksiMonosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam suasana basa. Zat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul karbohidrat (Poedjiadi, 2007).b. Pembentukan furfuralDalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan monosakarida umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa (Poedjiadi, 2007).c. Pembentukan osazonSemua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat (Poedjiadi, 2007).d. Pembentukan esterAdanya gugus hidroksil pada karbohidrat memungkinkan terjadinya ester apabila direaksikan dengan asam. Monosakarida mempunyai beberapa gugus OH dan dengan asam fosfat dapat menghasilkan ester asam fosfat (Poedjiadi, 2007).e. IsomerisasiKalau dalam larutan asam encer monosakarida dapat stabil, tidak demikian halnya apabila monosakarida dilarutkan dalam basa encer. Glukosa dalam larutan basa encer akan berubah sebagian menjadi fruktosa dan maltosa. Ketiga monosakarida ini ada dalam keadaan keseimbangan. Demikian pula apabila yang dilarutkan itu fruktosa atau maltosa, keseimbangan antara ketiga monosakarida akan tercapai juga. Reaksi ini dikenal sebagai transformasi Lobry de Bruin Van Eckenstein (Poedjiadi, 2007).

f. Pembentukan GlikosidaApabila glukosa direaksikan dengan metil alkohol, menghasilkan dua senyawa. Kedua senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya tidak memiliki gugus aldehida. Keadaan ini membuktikan bahwa yang menjadi pusat reaksi adalah gugus OH yang terikat pada atom karbon nomor 1. Senyawa yang terbentuk adalah suatu asetal dan disebut secara umum glikosida (Poedjiadi, 2007).g. KaramelisasiDengan adanya basa kuat, karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas pada waktu pemanasan pecah menjadi fragmen-fragmen yang terdiri dari rantai atom C 2-3-4 yang reaktif.Jika tidak ada O2, maka fragmen-fragmen ini akan mengadakan kondensasi untuk membentuk karamel. Jika ada O2 pada waktu pemanasan warna cokelat tidak terjadi karena fragmen yang reaktip akan teroksidasi sempurna ( Sutadipura, 1978).2. Metabolisme KarbohidratPencernaan karbohidrat sudah dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut. Makanan dikunyah agar menjadi bagian bagian kecil, sehingga jumlah permukaan makanan lebih luas dan kontak dengan enzim pencernaan lebih banyak. Di dalam mulut, makanan bercampur dengan air ludah yang mengandung enzim amilase. Enzim amilase bekerja memecah karbohidrat rantai panjang seperti amilum dan dekstrin menjadi molekul yang lebih sederhana. Hanya sebagian kecil karbohidrat yang dapat dicerna di dalam mulut karena makanan hanya berada sebentar di dalam mulut(Poedjiadi, 2007).Pencernaan di lambung :Proses pemecahan karbohidrat diteruskan di dalam lambung, disini kerja enzim amilase dalam air ludah dihentikan dengan adanya asam klorida yang dikeluarkan oleh lambung. Dalam keadaan normal bahan makanan tinggal beberapa jam di dalam lambung, sementara asam klorida dan pepsin menguraikan protein dan karbohidrat menjadi oligopeptida dan oligosakarida. Berbeda dengan amilase dan enzim lainnya, pepsin bekerja pada suasana sangat asam, pH 1,0- 2,5, sesuai dengan kondisi cairan lambung (Wirahadikusuma, 1985).

Pencernaan di usus halus :Di usus halus, maltosa, sukrosa, dan laktosa yang berasal dari makanan maupun dari hasil penguraian karbohidrat kompleks akan diubah menjadi monosakarida dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat di dalam usus halus ( Poedjiadi, 2007).Absorbsi : Semua jenis karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, proses penyerapan ini terjadi di usus halus. Glukosa dan galaktosa memasuki aliran darah dengan jalan transfer aktif, sedangkan fruktosa dengan jalan difusi. Para ahli sepakat bahwa karbohidrat hanya dapat diserap dalam bentuk disakarida. Hal ini dibuktikan dengan dijumpainya maltosa, sukrosa, dan laktosa dalam urin apabila mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak. Akhirnya, berbagai jenis disakarida diubah menjadi glukosa sebelum masuk proses metabolisme (Poedjiadi, 2007).Reaksi glikolisisReaksi pada proses glikolisis ada sepuluh. Reaksi pertama dalam jalur ini ialah fosforilasi glukosa oleh ATP, yang dikatalisis oleh heksokinase. Enzim ini ditemukan dalam semua sel dan mempunyai daya afinitas yang besar terhadap glukosa. Reaksi yang kedua ialah isomerasi glikosa-6-fosfat menjadi fruktosa-6-fosfat. Reaksi ini adalah reaksi reversible yang mengkatalisis perubahan suatu aldopiranosa (glukosa) menjadi suatu ketofuranosa (fruktosa). Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah fosfoglukoisomerase. Selanjutnya reaksi yang ketiga adalah terjadinya fosforilasi fruktosa-6-fosfat menjadi fruktosa-1,6-fosfat oleh enzim fosfofruktokinase dan memerlukan ATP sebagai sumber fosfat. Karena digunakan ATP, maka reaksi ini irreverssibel dalam keadaan seperti yang ada dalam sel. Berikutnya pada reaksi yang keempat, fruktosa 1,6-difosfat dipecah menjadi 2 triosa fosfat, yaitu gliseraldehid-3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat. Enzim yang mengkatalis reaksi ini adalah suatu enzim dari kelas liase dan dinamai aldose, reaksi yang dikatalisisnya reversibel. Kedua triosa fosfat dapat berubah oleh bantuan enzim triosa fosfat isomerase(Schumm, 1993). Pada reaksi kelima keseimbangan reaksi isomerasi ini condong ke arah dihidroksi aseton fosfat. Akan tetapi karena gliseraldehid -3-fosfat terus-menerus diubah, maka reksi berjalan ke arah selanjutnya. Pada reaksi keenam terjadilah oksidasi dan fosforilasi gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase, yang menggunakan fosfat anorganik bukan ATP sebagai sumber fosfat. Produk yang tarbentuk ialah suatu anhidrida campuran dari asam 3-fosfogliserat oleh asam fosfat. Pada reaksi yang ketujuh fosfogliserakinase memindahkan ikatan fosfat kaya energi dari 1,3-difosogliserat ke ADP sehingga tetrbentuklah 3-fosfogliserat dan ATP, pada reaksi ini tarjadilah peristiwa fosforilasi tingkat substrat. Pada reaksi kedelapan enzim fosfogliseromutase memindahkan fosfat yang ada di kedudukan 3 ke kedudukan 2 sehingga terbentuklah 2-fosfogliserat. Reaksi ini menyiapkan pembentukan senyawa fosfat lain yang juga kaya energi dan dari sini pembentukan molekul ATP. Pada reaksi yang kesembilan enolase mengkatalisis dahidrasi 2-fosfogliseral menjadi fosfoenolpiruvat, yang juga suatu senyawa yang kaya energi. Pada reaksi yang terakhir, senyawa ini memindahkan fosfatnya ke ADP menghasilkan piruvat dan ATP. Reaksi yang terakhir ini dikatalisis oleh enzim piruvat kinase(Schumm, 1993). Daur Krebs Daur krebs dimulai dengan pembentukan asetil KoA dari piruvat. Langkah pertama yang dilakukan ialah membawa piruvat dari sitoplasma ke dalam matriks mitokondria. Tugas ini dilakukan oleh suatu zat yang mengikat piruvat serta H+ dalam sitoplasma ke dalam mitokondria. Piruvat juga dapat dibawa ke dalam mitokondria sebagai penukar ion-ion hidroksil atau sitrat. Kemudian, piruvat dioksidasi dan dekarboksilasi untuk membentuk asetil KoA. Oleh karena itu, jumlah dari asetil KoA langsung mempengaruhi laju keseluruhan dari Daur Krebs, maka perubahan piruvat dari asetil KoA adalah reaksi penting yang mengatur laju Daur Krebs(Schumm, 1993).Reaksi perubahan piruvat menjadi KoA sebagai berikut :Piruvat + KoA + NAD+ aseti KoA + CO2 + NADH + H+Daur Krebs ini terdiri dari 9 reaksi kimia yang mengoksidasi 2 kabon menjadi CO2. Reaksi yang pertama, asetil KoA mengalami kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk sitrat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim sitrat sintase. Kemudian reaksi yang ke 2 dan 3 adalah sitrat mengalami isomerase secara dehidrasi dan rehidrasi sehingga terbentuklah isositrat. Zat antara dari reaksi ini ialah sis-akonitat dan pembentukan zat antara ini dikatalisis oleh enzim akonitase(Schumm, 1993).Pada reaksi keempat, isositrat mengalami dehidrogenase dan dekarboksilasi menjadi -ketoglutarat oleh enzim isositrat dehidrogenase. Dalam reaksi ini, NAD menerima hidrogen dan terbentuklah NADH dan H+. Pada reaksi kelima -ketoglutarat mengalami dekarboksilasi dan dehidrogenase membentuk suksinil KoA. Pada reaksi yang keenam terjadilah reaksi satu-satunya di dalam Daur Krebs yang disertai fosforilasi tingkat substart. Dari suksinil KoA terbentuklah suksinat dan bersamaan dengan itu GDP mengalami fosforilasi menjadi GTP. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini yaitu suksinil KoA sintetase(Schumm, 1993).Pada reaksi yang ketujuh suksinat mengalami dehidrokenase manjadi fumarat dan reaksi ini memerlukan enzim suksinat dehidrogenase. Koenzim yang digunakan dalm reaksi ini adalah FAD yang terikat erat dengan apoenzimnnya dari pada bentuk bebas seperti NAD. Dan pada reaksi yang kedelapan fumarat kemudian menngalami hidrasi membentuk malat. Penambahan air ini terjadi secara khas sekali karena selalu hanya L-Malat yang terbentuk. Enzim yang mengkatalisis reaksi bolak balik ini ialah fumarase(Schumm, 1993). Reaksi yang kesembilan yaitu memulihkan oksaloasetat yang terpakai di awal daur. Untuk ini enzim malat dehidrogenase mengubah malat menjadi oksalo asetat dengan menggunakan NAD sebagai penerima hidrogen(Schumm, 1993).Reaksi pada daur kreb ialah : Asetil KoA + 3NAD+ + FAD + GDP + Pi + 2H2O2CO2 + 3NADH + FADH2 + GTP + 2H+ + KoA3. Glukosa Darah :Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa di dalam darah. Kadar glukosa darah diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya, kadar glukosa darah berada pada kadar (70-110 mg/dl) (Price, 2005).Metabolisme glukosa yang tidak normal dapat menyebabkan :a. Hiperglikemia Bila kadar gula darah berada pada kadar tinggi (>110 mg/dl) disebut hiperglikemia (Price, 2005).b. Hipoglikemia Bila kadar glukosa terlalu terendah (< 70 mg/dl), disebut hipoglikemia (Price, 2005).

4. Metode Pengukuran Kadar Glukosaa. Metode kimiaSebagian besar pengukuran dengan metode kimia yang didasarkan atas kemampuan reduksi sudah jarang dipakai karena spesifitas pemeriksaan kurang tinggi (Departemen Kesehatan RI, 2005 ).Prinsip pemeriksaan, yaitu proses kondensasi glukosa dengan akromatik amin dan asam asetat glasial pada suasana panas, sehingga terbentuk senyawa berwarna hijau kemudian diukur secara fotometri (Departemen Kesehatan RI, 2005 ).Beberapa kelemahan atau kekurangan dari metode kimia adalah memerlukan langkah pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan besar bila dibandingkan dengan metode enzimatik. Selain itu, reagen-reagen pada metode kimiawi ini bersifat korosif pada alat laboratorium. Dan gula selain glukosa dapat terukur kadarnya sehingga menyebabkan hasil tinggi palsu. Pada penderita gagal ginjal, kadar ureum tinggi akan terjadi hasil pengukuran kadar glukosa yang lebih tinggi. Demikian juga pada bayi yang baru lahir, akan tetapi penyebabnya kadar bilirubin yang tinggi. Peningkatan kadar glukosa pada bayi yang baru lahir karena terbentuk biliverdin yang berwarna hijau dan pada metode kimiawi ini hasil reaksi antara glukosa dan reagen adalah warna hijau (Departemen Kesehatan RI, 2005 ).b. Metode enzimatikMetode enzimatik pada pemeriksaan glukosa darah memberikan hasil dengan spesifitas yang tinggi, karena hanya glukosa yang akan terukur. Cara ini adalah cara yang digunakan untuk menentukan nilai batas. Ada 2 macam metode enzimatik yang digunakan yaitu glucose oxidase dan metode hexokinase (Departemen Kesehatan RI, 2005 ).

1) Metode glucose oxidaseMetode glucose oxidase merupakan metode yang paling banyak digunakan di laboratorium yang ada di Indonesia. Sekitar 85% dari peserta Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal bidang Kimia Klinik (PNPME-K) memeriksa glukosa serum kontrol dengan metode ini (Departemen Kesehatan RI, 2005).Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah enzim glucose oxidase mengkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan phenol dan 4-amino phenazone dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah muda dan dapat diukur dengan fotometer pada panjang gelombang 546 nm. Intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar glukosa darah yang terdapat dalam sampel (Riyani, 2009).Digunakannya enzim glucose oxidase pada reaksi pertama menyebabkan sifat reaksi pertama spesifik untuk glukosa (Departemen Kesehatan RI, 2005).2) Metode hexokinase Metode hexokinase merupakan metode pengukuran kadar glukosa darah yang dianjurkan oleh WHO dan IFCC. Baru sekitar 10% laboratorium yang ikut PNPME-K menggunakan metode ini untuk pemeriksaan glukosa darah (Departemen Kesehatan RI, 2005).Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah hexokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa dengan ATP membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa-6-fosfat dehidrogenase akan mengkatalisis oksidasi glukosa-6-fosfat dengan nicotinamide adenine dinocleotide phosphate (NADP+) (Departemen Kesehatan RI, 2005).Pada metode ini digunakan dua macam enzim yang baik karena kedua enzim ini spesifik. Akan tetapi, metode ini membutuhkan biaya yang relatif mahal (Departemen Kesehatan RI, 2005).c. Cara StripMerupakan alat pemeriksaan laboratorium sederhana yang dirancang hanya untuk penggunaan sampel darah kapiler, bukan untuk sampel serum atau plasma. Strip katalisator spesifik untuk pengukuran glukosa dalam darah kapiler (Suryaatmadja, 2003).Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah strip test diletakkan pada alat, ketika darah diteteskan pada zona reaksi tes strip, katalisator glukosa akan mereduksi glukosa dalam darah. Intensitas dari elektron yang terbentuk dalam alat strip setara dengan konsentrasi glukosa dalam darah. Cara strip memiliki kelebihan hasil pemeriksaan dapat segera diketahui, hanya butuh sampel sedikit, tidak membutuhkan reagen khusus, praktis, dan mudah dipergunakan, serta dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa butuh keahlian khusus. Kekurangannya adalah akurasinya belum diketahui, dan memiliki keterbatasan yang dipengaruhi oleh kadar hematokrit, interfensi zat lain (Vitamin C, lipid, dan hemoglobin), suhu, volume sampel yang kurang, dan strip bukan untuk menegakkan diagnosa klinis melainkan hanya untuk pemantauan kadar glukosa (Suryaatmadja, 2003).

5. Macam-macam Serum dalam Tes Glukosaa. Glukosa sewaktu Glukosa sewaktu adalah serum yang diambil kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir.b. Glukosa puasa Glukosa puasa adalah serum yang diambil ketika tidak ada asupan kalori selama paling sedikit 8 jam (puasa).c. Glukosa 2 jam setelah makan Glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah makan (Sacher, 2004).d. Oral glukosa Oral glukosa toleransi test dilakukan dengan cara pemberian larutan glukosa pada pasien yang dibuat 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam 150 ml air atau aquades. Sebelum pemberian larutan glukosa pasien puasa 8- 10 jam, kemudian diambil darahnya. Pasien kemudian diberi larutan glukosa sebanyak 75gram untuk orang dewasa ( atau 1,75 gram/KgBB untuk anak) dilarutkan dalam 250 mL air, dan harus diminum habis dalam waktu 5 menit. Tepat 1 jam serta 2 jam setelah pemberian larutan glukosa darah diambil dan diperiksa hasilnya, dapat pula hanya diwaktu 2 jam setelah pemberian larutan glukosa darah diambil dan diperiksa (Suryaatmadja, 2003).Tabel 1. Tabel nilai normal kadar glukosa (DiaSys Glucose GOD FS, 2011)UmurKadar Glukosa (mg/dL)

Baru lahir :

Darah tali pusar63-158

1 Hari36-99

2 Hari36-89

5-14 Hari34-77

10-28 Hari46-81

44-52 Hari48-79

Anak- anak :

1-6 tahun74-127

7-19 tahun70-106

Dewasa :

Plasma vena70-115

6. Hormon-hormon yang Berperan dalam Menaikkan dan Menurunkan Glukosa Daraha. InsulinInsulin adalah hormon yang terbentuk di sel beta pankreas, memiliki efek metabolik meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel, meningkatkan penyimpanan glukosa sebagai glikogen atau konversi menjadi asam lemak, meningkatkan sintesis protein dan asam lemak, dan menekan perombakan protein menjadi asam amino, jaringan lemak menjadi asam lemak bebas.b. Somatostatin Somatostatin adalah hormon yang terbentuk di sel D pankreas, memiliki efek metabolik menekan pelepasan glukagon dari sel alfa (bekerja lokal), menekan pelepasan insulin, hormon-hormon tropik gastrin dan sekretin.c. GlukagonGlukagon adalah hormon yang terbentuk dari sel alfa pankreas memiliki efek metabolik meningkatkan pelepasan glukosa dari glikogen, meningkatkan sintesin glukosa dari asam amino atau asam lemak.d. AdrenalinAdrenalin adalah hormon yang terbentuk di sel medulla adrenal memiliki efek metabolik meningkatkan pelepasan glukosa dari glikogen, meningkatkan pelepasan asam lemak dari jaringan lemak.e. CortisolCortisol adalah hormon yang terbentuk di sel cortex adrenal yang memiliki efek metabolik meningkatkan sintesis glukosa dari asam amino atau asam lemak, dan melawan insulin.f. ACTHACTH adalah hormon yang terbentuk di sel pars anterior hipofisis yang memilki efek metabolik meningkatkan pelepasan cortisol, meningkatkan pelepasan asam lemak dari jaringan lemak.g. Growth hormone Tiroxine Growth hormone Tiroxine adalah hormon yang terbentuk di sel pars anterior hipofisis kelenjar tiroid memiliki efek metabolik melawan insulin, meningkatkan pelepasan glukosa dan glikogen, meningkatkan absorbsi gula-gula dari usus (Sacher, 2004).KERANGKA PIKIR

Mahasiswa AAK

Karbohidrat

Glukosa

Pemeriksaan

STRIPGOD-PAP

HasilHasil

Perbedaan

KERANGKA KONSEP

HIPOTESIS Ada perbedaan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah antara metode GOD-PAP dan cara strip test D. Definisi OperasionalTabel 2. Definisi operasional.NoVariabel penelitianDefinisiCara ukurAlat ukurHasil ukurSkala

1Metode GOD PAPSuatu metode yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa yang menggunakan kerja enzim glucose oxidase dan peroxidase. yang digunakan untuk memeriksa kadar glukosa darah mahasiswa analis kesehatan poltekes kemenkes tanjung karangObservasiPanca indra (mata)Mengetahui bentuk dan cara melakukan pemeriksaan glukosa darah dengan metode GOD PAPNominal

2Cara stripSuatu perangkat atau instrumen untuk mengukur glukosa secara analitik yang menggunakan biomolekul (enzim) yang digunakan untuk memeriksa kadar glukosa darah mahasiswa analis kesehatan poltekes kemenkes tanjung karangobservasiPanca indra(mat)Mengetahui bentuk dan cara melakukan pemeriksaan glukosa darah dengan cara stripNominal

3Kadar glukosaAdalah jumlah glukosa yang ada dalam darah mahasiswa Analis kesehatan Poltekes Kemenkes Tanjung Karang .Dengan menggunakan metode GOD PAP dan cara stripFotometer MD 150 dan stripmg/dlOrdinal

BAB IIIMETODE PENELITIAN A. Rancangan PenelitianJenis penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menjelaskan karakteristik masing-masing variabel. Dengan dua variabel penelitian yaitu variabel penelitian yang pertama kadar glukosa darah dan variabel penelitian yang kedua metode GOD-PAP dan cara strip.

B. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Analis Kesehatan Nasional Surakarta yang berjumlah 300 orang.2. SampelSampel dalam penelitian adalah Mahasiswa Analis Kesehatan Nasional Surakarta yang berjumlah 30 orang.C. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta mulai bulan Maret sampai Mei 2012.D. Alat dan Bahan untuk Pemeriksaan1. Metode GOD-PAPa. AlatFotometer MD 150, mikoropipet 5L dan 500 L, tip kuning dan tip biru, tabung reaksi, tisue, centrifuge, spuit 3ml, kertas label, kapas alkohol, dan kapas kering.b. BahanSampel (serum), reagen glukosa oksidase kit/GOD kit2. Cara stripa. AlatAlat cek darah strip, auto klik, lancet, kapas alkohol, dan kapas kering.b. BahanBahan hanya terdiri dari darah kapilerE. Cara Kerja Penelitian1. Sampel yang digunakan adalah seluruh Mahasiswa Analis Kesehatan yang berjenis kelamin laki- laki dengan jumlah 61 orang.2. Cara pengambilan sampel adalah dengan mengambil jumlah keseluruhan mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 61 orang.3. Metode GOD-PAP (Glukosa Oksidase Para Amino Phenazone).Prisip kerja metode GOD-PAP adalah glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase (GOD) membentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan phenol dan 4-amino phenazone dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah muda dan dapat diukur dengan fotometer pada panjang gelombang 546 nm. Intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar glukosa darah yang terdapat dalam sampel.Reaksi : Glukosa GOD asam glukonat + 4H2O2 2H2O2 + phenol + 4-Aminophenazone POD quinoneimine + 4H2O (Riyani, 2009)

a. Cara pengambilan darah vena1) Dibersihkan bagian tangan yang akan diambil darahnya tepat di bagian vena fossa cubiti dengan kapas alkohol 70% dan dibiarkan hingga mengering.2) Dipasang tourniquet tiga jari di atas lipatan siku. Pemasangan tourniquet tidak boleh lebih dari 1 menit, hal ini menjaga terjadinya hemokonsentrasi. Untuk pengambilan darah vena pasien diminta untuk membuka dan menutup genggaman beberapa kali.3) Ditegangkan bagian kulit di atas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak.4) Ditusuk vena dengan spuit, lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 150.5) Dilepaskan atau diregangkan torniquet secara perlahan dan ditarik penghisap spuit sampai didapat jumlah darah yang dikehendaki.6) Diletakkan kapas kering di atas jarum dan ditarik jarum secara perlahan lalu ditekan tempat bekas penusukan jarum beberapa saat.7) Dipindahkan darah dari dalam spuit ke dalam wadah lalu dibuang spuit (Gandasoebrata, 2007).b. Cara pembuatan serum.1) Diambil darah vena sebanyak 3 ml.2) Disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm.3) Dipisahkan antara sel darah merah dengan serum dan diambil serumnya.

c. Cara pemakaian Photometer.1) Dihubungkan photometer dengan arus listrik.2) Ditekan tombol power pada posisi ON (posisi tombol power di kanan belakang).3) Setelah aktif, alat akan melakukan start up. Setelah selesai alat meminta untuk dihisapkan aquadest, pada layar tampak Destiled Water Test. Please asprirate!4) Diletakkan botol aquadest pada pipette lalu ditekan aspiratingkey/sipper, aquadest akan terhisap.5) Alat akan membaca aquadest, setelah selesai akan muncul menu utama yang terdiri dari : Test,Records,System,power,Off.6) Dari menu dipilih Test7) Lalu dipilih Select Test dipilih/klik/blok test yang akan dilakukan.8) Selanjutnya akan tampak Test Parameter, lalu diisi semua text box yang tampak. Pengisian disesuaikan dengan aplikasi reagensia yang dipakai.9) Digunakan Mouse dan Virtual Keyboard yang terlihat pada layar untuk melakukan pengisian.10) Dipilih Test untuk memeriksa sampel dari menu11) Akan tampak pilihan test (menu Select Test) dipilih/klik/block test yang ingin diprogram (glukosa/Glu) klik OK.12) Alat akan menyesuaikan dengan program yang akan dibaca. Lalu diikuti petunjuk yang tertulis berwarna biru di atas grafik.13) Setelah suhu stabil photometer akan meminta membaca aquades.14) Diklik Cal (calibrasi) untuk membaca STD (standar) dan diklik QC untuk membaca QC (Quality Control). Untuk membaca sampel (SPL) langsung saja.15) Setelah selesai, hasil pemeriksaan akan secara otomatis tercetak.16) Diletakkan botol aquadest pada Pipette setelah selesai melakukan pemeriksaan, lalu dipilih/klik Rinse selama beberapa detik untuk proses pembilasan dipilih /klik Rinse lagi dan diambil kembali botol aquadest.17) Dipilih/klik Back sampai muncul kembali menu utama yang terdiri dari : Test,Record,System,Power Off18) Dipilih/klik Power Off19) Ditekan tombol power pada posisi Off. Posisi tombol power di kanan belakang (MD150 Biochemistry Analyzer, 2009)2. Cara stripa. AlatAlat cek darah strip, auto klik, lancet, kapas alkohol, dan kapas kering.b. BahanBahan hanya terdiri dari darah kapiler.G. Pengumpulan DataData yang dipergunakan adalah data primer, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kadar glukosa dengan metode GOD PAP dan cara strip.

H. Analisis Data1. Analisis univariatBertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel, seperti rata-rata selisih hasil pemeriksaan dan standar deviasi. Peda penelitian ini didapat data numerik sehingga digunakan nilai rata-rata atau mean, dan standar deviasi (Notoatmodjo, 2010)2. Analisis bivariatSetelah dilakukan analisis univariat maka dapat dilanjutkan dengan analisis bivariat. Dalam penelitian ini dilakukan uji statistik (t test), untuk melihat ada perbedaan yang bermakna atau tidak dari metode GOD PAP dan cara strip.Tabel 4. Tabel analisa data hasil pemeriksaan glukosa.NoKadar glukosa dengan metode GOD-PAPKadar glukosa dengan cara stripD( selisih dari hasil pemeriksaan dengan metode GOD- PAP)d2

1

2

3

4

5

N

Selisih rata- rata ( ) = Standar deviasi ( Sd) = Standar eror ( SE) = t hitung = (Tjokronegoro, 1981) Pada penelitian ini menggunakan derajat kepercayaan 95%.Setelah nilai t hitung didapat maka nilai tersebut dilihat pada tabel t distribusi, kemudian dilihat nilai probabilitasnya.