metodologi penelitian
-
Upload
aji-nugraha -
Category
Documents
-
view
490 -
download
3
Transcript of metodologi penelitian
PENGARUH KONDISI SOSIAL EONOMI KELUARGA SISWA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
UAS Mata Kuliah metodologi Penelitian
Disusun oleh:
AJI NUGRAHA
2107070004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar
berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan
pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian
tujuan pembangunan nasional Indonesia. Jenis pendidikan adalah pendidikan yang
dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan program yang
termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan
keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi
landasan yuridis, Kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan
dan tenaga kependidikan.
Berangkat dari pendapat di atas maka dapat difahami bahwa secara formal
sistem pendidikan indonesia diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang
ideal dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu penekanan dari
tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Lantas sudah sejauh mana peran pemerintah dalam mensukseskan tujuan
pendidikan tersebut, karena pada dasarnya latar belakang dari segi ekonomi
keluarga peserta didik tidak akan sama.
Persoalan pendidikan yang selalu muncul pada awal tahun ajaran baru
adalah persoalan yang sangat kompleks, dimana orangtua siswa dihadapkan pada
permasalahan yang menyangkut dengan kondisi orangtua yang akan digunakan
untuk menopang kelangsungan pendidikan anak. Kelangsungan pendidikan anak
terkait dengan masalah harapan orangtua terhadap masa depan anak. Melalui
proses pendidikan yang bermutu dan tepat potensi anak dapat berkembang secara
maksimal dan dapat dihasilkan sumberdaya manusia masa depan yang berkualitas
dan mampu memecahkan persoalan–persoalan hidupnya dimasa mendatang.
Masalah kondisi sosial ekonomi dan harapan masa depan anak dari
orangtua pada akhirnya akan menimbulkan masalah bagi orangtua untuk sebisa
mungkin mengatur perekonomian keluarganya. Kedua masalah tersebut diatas
merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi anak terhadap kegiatan
belajarnya.
Menurut Gerungan (2004:196) keadaan ekonomi keluarga tentulah
berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, apabila diperhatikan bahwa
dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi
anak di keluarganya itu lebih luas, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas.
Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa dibuktikan dengan tabel
di bawah ini :
Tabel 1.1Tabel rata-rata nilai Ujian Nasional SMA
Kabupaten CiamisTahun pelajaran 2006/2007 – 2008/2009
Tahun Ajaran
Program/ Mata Pelajaran
Mata Pelajaran Ujian NasionalJumlah
B. Indo B. Inggris Mat/ Eko
2006/2007
IPA 8,24 7,96 7,31 23,51
IPS 7,84 7,81 7,65 23,30
2007/2008
IPA 8,36 8,29 7,45 24,10
IPS 8,11 7,82 7,93 23,86
2008/2009
IPA 7,32 4,88 7,53 19,73
IPS 8,25 7,56 7,53 23,16Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis
Dari data tabel 1.1 dapat dilihat tahun pelajaran 2006/ 2007 jumlah nilai
IPS yaitu 23,30 sedangkan pada tahun 2007/2008 jumlah nilai IPS yaitu 23,86 jadi
dapat disimpulkan dari tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami kenaikan
sebesar 0,56, tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 0,70. Hal ini
dapat memengaruhi hasil prestasi belajar siswa, maka dapat disimpulkan bahwa
nilai rata-rata ujian dapat mempengaruhi tingkat kelulusan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan data tingkat kelulusan di Kabupaten Ciamis, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 1.2Hasil Prosentase Kelulusan SMA
Kabupaten CiamisTahun 2006/2007 – 2008/2009
TahunJenjang Pend.
Jml Peserta
Terdaftar
Jml Peserta Ikut UN
Jumlah Siswa
Prosentase
Lulus
Tidak Lulus
LulusTidak Lulus
2006 IPA 2.383 2.379 2.379 -99,81
%0,19 %
IPS 2.427 2.422 2.413 9Jumlah 4.810 4.801 4.792 9
2007 IPA 2.112 2.102 2.091 999,55
%0,45 %
IPS 2.115 2.106 2.098 8Jumlah 4.227 4.208 4.189 17
2008 IPA 3.324 3.224 3.224 -99,28
%0,72 %
IPS 3.271 3.217 3.171 46Jumlah 6.595 6.441 6.395 46
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis
Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat tingkat kelulusan tahun 2006 sebesar
99,81% dan tahun 2007 sebesar 99,55% sedangkan pada tahun 2008 sebesar
99,28% hal ini dapat dilihat bahwa antara tahun 2006, 2007 sampai 2008
mengalami penurunan, dari tahun 2006 sampai tahun 2007 mengalami penurunan
sebesar 0,34% sedangkan pada tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami
penurunan 0,27%. Hal tersebut dapat dijadikan kajian oleh Dinas Pendidikan Kab.
Ciamis mengapa terjadi penurunan tingkat kelulusan.
Perubahan tersebut bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
kedisiplinan siswa, minat, motivasi, lingkungan, ekonomi keluarga, tenaga
pengajar, dan lain sebagainya. Dari Dari tabel berikut ini akan diperlihatkan
prosentase guru menurut ijazah tertinggi di kabupaten Ciamis.
Tabel 1.3Prosentase Guru Menurut Ijazah Tertinggi
Kabupaten CiamisTahun 2006/2007 – 2008/2009
Tahun
D III S-1 S-2
JmlKeg
%Non Keg
.%
Keg
%Non Keg.
% S2 %
2006 48 49,5 49 50,5 775 95,8 34 4,2 24 20,8 9302007 27 51,9 25 48,1 930 96,8 30 3,1 32 27,8 1.0442008 17 53,1 15 46,8 980 97,7 23 2,3 37 32,2 1.072
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2006 sampai tahun 2008
dapat dilihat bahwa guru yang memilki ijazah non keguruan masih banyak yang
mengajar, meskipun dari tahun 2006 sampai tahun 2008 mengalami penurunan,
akan tetapi hal itu tidak berpengaruh terhadap tingkat kelulusan siswa, pada tabel
1.2 bisa dilihat bahwa tingkat kelulusan siswa mengalami penurunan meskipun
tenaga pengajar non keguruan mengalami penurunan. Dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara tingkat kelulusan siswa dengan tenaga pengajar
yang berijazah keguruan. Hal tersebut bisa saja tidak terjadi di internal
pendidikan, akan tetapi bisa saja pengaruh dari eksternal diantaranya kondisi
sosial ekonomi keluarga.
Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis dalam penelitian ini
mengambil judul “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Siswa Terhadap
Motivasi Belajar Siswa di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ciamis Tahun Pelajaran
2010/2011”.
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang diambil
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi keluarga di kelas XI IPS SMA 1
Ciamis Tahun 2010/2011?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa di kelas XI IPS SMA 1 Ciamis Tahun
2010/2011?
3. Seberapa besar pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap
motivasi belajar siswa di kelas XI IPS SMA 1 Ciamis Tahun 2010/2011?
1.3 Maksud dan Tujuan penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Adapun Maksud Penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang:
1. Kondisi sosial ekonomi keluarga di kelas XI IPS SMA 1 Ciamis Tahun
2010/2011.
2. Motivasi belajar Siswa di kelas XI IPS SMA 1 Ciamis Tahun 2010/2011.
3. Besarnya pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap motivasi
belajar siswa di kelas XI IPS SMA 1 Ciamis Tahun 2010/2011.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran kondisi sosial ekonomi keluarga siswa di
kelas XI IPS SMA 1 Ciamis Tahun 2010/2011.
2. Untuk mengetahui gambaran motivasi belajar siswa di kelas XI IPS SMA
1 Ciamis Tahun 2010/2011.
3. Untuk mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap
motivasi belajar siswa di kelas XI IPS SMA 1 Ciamis Tahun 2010/2011.
1.4 Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan input dan
pertimbangan bagi sekolah dalam menentukan kebijakan atau dorongan
kepada siswa yang mempunyai kondisi sosial ekonomi yang rendah, dan
juga sebagai bahan masukan dan pendukung untuk penelitian yang sejenis
dalam usaha pengembangan penelitian lebih lanjut.
2. Kegunaan praktis
a. Bagi peneliti, hasil penelitian ni diharapkan dapat menambah khasanah
pengetahuan tentang pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga
terhadap motivasi belajar siswa.
b. Bagi siswa SMA Negeri 1 Ciamis, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan wacana yang positif kepada sekolah dan jajarannya
dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan kondisi sosial
ekonomi keluarga siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi
berprestasi siswa
c. Bagi institusi yang berkompeten di dunia pendidikan , hasil penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pengambilan keputusan dan kebijakan di bidang pendidikan sehingga
kebijakan-kebijakan yang diambil dapat bermanfaat bagi pertumbuhan
motivasi belajar dikalangan para siswa khususnya yang berasal dari
masyarakat/keluarga yang kondisi sosial ekonominya tergantung
lemah atau rendah.
1.5 Kajian Pustaka
1.5.1 Kondisi Sosial Ekonomi Orangtua/Keluarga
Dalam kehidupan sehari – hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
manusia akan terlibat dengan masalah ekonomi. Dapat dan tidaknya manusia
memenuhi kebutuhan hidupnya tergantung pada kondisi ekonomi yang ada di
dalam keluarganya. Hal ini memberikan pengertian bahwa manusia saling
berhubungan satu dengan lainnya (makhluk sosial) yang merupakan bagian dari
masyarakat dan mempunyai arti serta peranan dalam kehidupan ekonomi.
Sosial berkenaan dengan perilaku interpersonal atau yang berkaitan
dengan proses sosial (Soekanto, 1983).
Kondisi sosial berarti keadaan yang berkenaan dengan kemasyarakatan
yang selalu mengalami perubahan-perubahan melalui proses sosial. Proses sosial
terjadi karena adanya interaksi sosial.
Menurut Abdulsyani (2002:152) interaksi sosial diartikan sebagai
hubungan-hubungan timbal balik yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-orang secara perseorangan, antara kelompok manusia maupun antara
orang dengan kelompok-kelompok manusia. Sedangkan menurut Soekanto
(2002:61) interaksi sosial merupakan hubungan–hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Di dalam
keluarga interaksi sosial didasarkan atas rasa kasih sayang antara anggota
keluarga, yang diwujudkan dengan memperhatikan orang lain, belajar bekerja
sama dan bantu membantu.
Ekonomi berarti setiap sistem hubungan-hubungan yang menentukan
alokasi sumber-sumber daya yang terbatas atau yang langka (Soekanto, 1983).
Menurut Mardan dkk (1994:1) ilmu ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia untuk dapat
memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup yang tidak terbatas dihadapkan pada
alat pemuas kebutuhan yang terbatas guna mencapai kemakmuran.
Kondisi ekonomi orangtua adalah kenyataan yang terlihat atau terasakan
oleh indera manusia tentang keadaan orangtua dan kemampuan orangtua dalam
memenuhi kebutuhannya (Depdikbud dalam Heini 1999:21).
Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
permasalahan ekonomi keluarga yang utama adalah usaha keluarga untuk dapat
memenuhi kebutuhan sehingga dapat mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang
dimaksud adalah kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Pemenuhan tersebut
harus dilakukan dalam keadaan sumber-sumber yang dimiliki terbatas dihadapkan
dengan kebutuhan yang alternatif. Kondisi ekonomi orangtua dalam kehidupan
sehari-hari tergantung pada dua hal yang saling berhubungan yaitu adanya
kebutuhan keluarga yang tidak terbatas baik jumlah maupun kualitasnya dan
jumlah sumber-sumber yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
1.5.2 Motivasi Belajar
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap,
kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi
sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh factor di dalam diri seseorang
itu sendiri yang disebut instrinsik sedangkan factor di luar diri disebut ekstrinsik.
Faktor instrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau
berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedangkan factor
ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh
pimpinan, kolega atau faktor-faktor lain yang kompleks.
Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim (2004 :
2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan,
atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang
untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni : (1) faktor pendorong
atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, (2) tujuan yang ingin
dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai
tujuan tersebut.
Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah
suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa
sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang
ditimbulkan motif tersebut.
Berkaitan dengan proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah
diperlukan. Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai
motivasi belajar yang kuat. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk
mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden: 1994).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh
keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang
dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus
dalam rangka mencapai tujuan.
1.6 Kerangka Pemikiran
Kondisi sosial dari tiap – tiap keluarga berbeda satu sama lain.Hal ini
ditentukan oleh keadaan di dalam keluarga tersebut (misalnyajumlah anggota
keluarga, komunikasi yang terjalin didalam keluarga,perhatian dari orang tua
terhadap anak) dan hubungan keluarga dengan masyarakat sekitar. Keadaan sosial
berarti keadaan yang berkenaan dengan masyarakat, baik masyarakat dalam
lingkup yang kecil (keluarga) maupun masyarakat dalam lingkup yang lebih luas.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh H. Abu Ahmad (1982:46)
yang mengatakan bahwa kondisi sosial seseorang ditentukan oleh keadaan yang
ada di dalam keluarganya dan interaksi antara individu tersebut dengan
kebudayaan dan lingkungan sekitarnya. Kondisi sosial selalu mengalami
perubahan melalui proses sosial. Proses sosial merupakan interaksi sosial.
Menurut Subandiroso (1987:45), interaksi sosial adalah proses hubungan dan
saling mempengaruhi yang terjadi antara individu dengan individu, atau individu
dengan kelompok, bahkan kelompok dengan kelompok.
Tingkatan sosial ekonomi orangtua akan berpengaruh pada indeks sosial
ekonomi orangtua. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis
beberapa indikator yang dapat dijadikan pengukuran kondisi sosial ekonomi
masyarakat diantaranya adalah umur, lapangan usaha (pekerjaan), status
perkawinan (meliputi kawin, belum kawin, cerai hidup, cerai mati), pendidikan,
kemampuan baca tulis, golongan (tingkat) pengeluaran, keikutsertaan dalam KB,
usia perkawinan pertama, jumlah anak lahir hidup dan yang masih hidup.
Menurut Parsons (2002:99) beberapa indikator tentang penilaian seseorang
mengenai kedudukan seseorang dalam lapisan sosial di masyarakat antara lain :
a. Bentuk ukuran rumah, keadaan perawatan, tata kebun dan sebagainya.
b. Wilayah tempat tinggal, apakah bertempat dikawasan elite atau kumuh.
c. Pekerjaan atau profesi yang dipilih seseorang.
d. Sumber pendapatan.
Besarnya tingkat hidup tergantung dari pendapatan riil yang diterima
seseorang. Perbedaan pendapatn riil yang ada pada setiap keluarga akan
menentukan golongan sosial ekonomi mereka.
Menurut Aristoteles dalam Ahmadi ( 1997: 204) golongan sosial ekonomi
keluarga dan masyarakat suatu negara dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Mereka yang kaya sekali (golongan sosial ekonomi tinggi)
2. Mereka yang berada di tengah (Golongan sosial ekonomi menengah)
3. Mereka yang melarat (Golongan sosial ekonomi rendah)
Berdasarkan golongan tersebut dapat diketahui bahwa sejak dahulu sampai
sekarang sudah diakui adanya tingkatan-tingkatan golongan sosial ekonomi
masyarakat yang berdasarkan pada tingkat pendapatan, kepemilikan sesuatu yang
perlu dihargai baik yang berupa uang, benda-benda yang bernilai ekonomis, tanah,
kekuasaan ataupun ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan).
Antara tingkat pendapatan seseorang dengan tingkat pendidikan
mempunyai keterkaitan yang erat, tingkat pendidikan yang tinggi memerlukan
dana yang memadai. Meskipun demikian tidak menutup kemugkinan adanya
seorang yang berhasil dalam pendidikannya berlatar belakang sosial ekonomi
yang rendah.
Motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang yang
berperilaku. Pengertian ini masih bersifat umum, sehingga banyak dihadapkan
pada Pembahasan Spesifik tentang makna motivasi yang dilandasi oleh berbagai
asumsi dan terminologi. Demikian pula masalah yang paling mendasar dalam
memahami konsep motivasi adalah tidak adanya kemampuan seseorang dalam
mengamati dan menyentuh secara langsung. Konsep motivasi yang di kenal di
dalam literatur psikologi merupakan konstruk hipotetik dan motivasi itu
memberikan ketetapan yang menjelaskan tentang kemungkinan sebab-sebab
perilaku siswa. Oleh karena itu motivasi tidak dapat diukur secara langsung,
seperti halnya mengukur panjang atau lebar suatu ruangan.
Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status
internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang
mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai
suatu tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt,
yaitu:
1. kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada
perilaku seseorang
2. keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang
untuk mencapai suatu tujuan
3. Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas
perilaku seseorang.
Menurut Mc Donald dalam Soemanto (2003:203) menyatakan bahwa
motivasi adalah suatu perubahan tenaga dalam diri atau pribadi seseorang yang
ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Winkel dalam Darsono (2000:61) motif adalah daya
penggerak dari dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan tertentu. Motif merupakan kondisi atau disposisi internal
(kesiap-siagaan), dan motivasi adalah daya penggerak (motif) yang telah menjadi
aktif pada saat-saat melakukan suatu perbuatan.
Dari ketiga definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
timbul karena adanya suatu dorongan dari dalam manusia atau seseorang sehingga
manusia tersebut berusaha melakukan aktivitas atau tindakan atau sikap tetentu
baik dalam bekerja, belajar maupun kegiatan lainnya guna mencapai tujuan yang
diinginkannya atau dikehendakinya. Selain itu motivasi mempunyai sifat selalu
ingin mencapai kepuasan untuk memenuhi sesuatu yang ada dalam dirinya
melebihi yang dicapai orang lain.
Motivasi atau dorongan batin merupakan sarana bagi seseoang untuk
menimbulkan dan menumbuhkan keinginan–keinginan agar dapat mencapai
tujuan hidupnya. Pencapaian tujuan hidup yang telah ditetapkan dengan cara
memenuhi kebutuhan–kebutuhan hidup baik kebutuhan fisik atau jasmani maupun
rohani.
Selanjutnya akan diuraikan pendapat para ahli tentang pengertian belajar.
Menurut W. S. Winkel (dalam Max Darsono, 2000:4), belajar adalah suatu
aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap.
Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang
sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan,
nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik
bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pendapat lain motivasi belajar itu
ditandai oleh jangka panjang, kualitas keterlibatan di dalam pelajaran dan
kesanggupan untuk melakukan proses belajar ( Carole Ames: 1990).
Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk
dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa
kebutuhannya terpenuh. Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan belajar
dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar
dirinya sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru (Marx Lepper:
1988).
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yaitu sebagai
salah satu kebutuhan pokok, terutama pendidikan formal. Dalam pemenuhan
kebutuhan akan pendidikan diperlukan adanya biaya antara lain biaya untuk
membeli buku dan kelengkapan belajar, membeli peralatan, membayar SPP dan
BP3, membayar uang gedung, membeli seragam dan lain- lain yang semuanya
menjadi tanggung jawab orangtua/keluarga. Semakin tinggi pendidikan yang
ditempuh semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan.
Disamping biaya yang tak kalah penting adalah perhatian orangtua dan
kondisi sosial ekonomi yang cukup menunjang dan kondusif berpengaruh
terhadap tumbuhnya motivasi belajar pada diri anak, sebab anak merasa
mempunyai kesempatan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan belajarnya
sehingga akan dapat merasa leluasa dapat mengekspresikan kecakapan atau
ketrampilannya melalui pendidikan formal, yang mana kecakapan dan
ketrampilan tersebut tidak mungkin dapat dikembangkan / diekspresikan tanpa
dukungan alat, sarana dan dana yang memadai dari keluarga.
Orangtua yang berpendidikan tentu akan memberikan dorongan lebih
terhadap anaknya untuk memotivasi anaknya agar lebih giat lagi dalam belajar.
Setiap orangtua berharap anaknya lebih baik dari orangtuanya terutama dalam hal
pendidikan dengan harapan di masa yang akan datang kualitas hidup anaknya
akan lebih baik dari kehidupan sekarang. Demikian juga keluarga terdekat seperti
kakak kandung dan adik kandung juga akan ikut berperan dalam memotivasi anak
agar bisa menjadi seperti mereka bahkan lebih baik dari mereka. Dengan kondisi
sosial ekonomi orangtua yang memadai serta pendidikan orangtua yang tinggi
yang terefleksi dalam bentuk dorongan dan perhatian orangtua terhadap anaknya
akan memperkuat motivasi siswa untuk belajar lebih giat.
Dari uraian diatas,dapat ditarik suatu kerangka pemikiran dengan bagan
sebagai berikut :
Pengaruh
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
1.7 Hipotesis
Arikunto (2008 :71) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan
hipotesis adalah “jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Sedangkan Moh. Nazir
(2005 : 151) berpendapat bahwa hipotesis adalah “jawaban sementara terhadap
masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris”. Berdasarkan
kerangka pemikiran diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: “Pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar
siswa”.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yang dibahas penulis adalah kondisi sosial ekonomi
keluarga siswa (X). Untuk mengetahui tingkat kondisi sosial ekonomi keluarga
siswa. Keadaan sosial ekonomi keluarga tentulah mempunyai peranan terhadap
perkembangan anak apabila kita fikirkan bahwa keadaan perekonomian yang
cukup, lingkungan material yang dihadapi dalam keluarganya lebih luas, ia dapat
lebih luas memperkembangkan bermacam – macam kecakapan yang tidak didapat
Kondisi sosial ekonomi keluarga
( X)
Motivasi belajar siswa
( Y)
apabila tidak adaya alat – alatnya. Hubungan sosial dengan keluarganya pun
berlainan coraknya. Apabila keluarganya hidup dalam status sosial yang serba
cukup dan kurang mengalami tekanan fundamental seperti hal memperoleh nafkah
yang memadai, keluarganya dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam
kepada pendidikan anaknya apabila ia tidak disulitkan perkara – perkara
memenuhi kebutuhan primer kehidupan manusia. Dengan keadaan ekonomi yang
serba cukup, segala keperluan mengenai pendidikan anaknya juga akan dapat
tercukupi seperti penyediaan sarana dan prasarana belajar, pembayaran biaya
pendidikan dan tercukupinya berbagai kegiatan yang menunjang pendidikan
seperti kursus dan les tambahan.
Kondisi sosial ekonomi keluarga siswa diduga sangat mempengaruhi
motivasi belajar siswa (Y). Kita tahu bahwa untuk mendapatkan hasil yang baik
harus berusaha dengan baik pula dan salah satunya dengan menjalankan disiplin.
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi
keluarga terhadap motivasi belajar siswa di kelas XI IPS SMA N 1 Ciamis.
1.8.2 Metode Penelitian yang Digunakan
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah
metode penelitian deskriptif, karena dilakukan dengan cara membuat gambaran
secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta atau objek serta
menginterpretasikan perbedaan antara fenomena yang diteliti.
1.8.3 Variabel dan Operasional variabel
Terdapat dua variable di dalam penelitian ini yaitu variable bebas
(independent variable) dan variable terikat (dependent variable).
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
“Variabel bebas atau independent variable merupakan variabel yang
mempengaruhi variable dependent” (Sugiyono, 2003:198). Variable
independent dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi keluarga
selanjutnya dinotasikan (X).
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
“Variable terikat atau dependent variable merupakan variable yang
dipengaruhi oleh variabel independent” (Sugiyono, 2003:198). Variable
terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa, selanjutnya
dinotasikan (Y).
Agar memperoleh kejelasan mengenai variabel-variabel penelitian tersebut
dapat dioperasionalisasikan ke dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1.4Operasionalisasi Variabel
VariabelPenelitian
Konsep Variabel Indikator Skala
Kondisi sosial
ekonomi keluarga
(X)
Kondisi sosial ekonomi keluarga
adalah keadaan atau latar belakang
dari suatu keluarga yang berkaitan
dengan pendidikan, pekerjaan dan
pendapatan keluarga. Muftakhah
(www.indoskripsi.com2007)
1. Jenis pekerjaan ayah
2. Jenis pekerjaan ibu
3. Jumlah penghasilan ayah dalam rupiah
4. Jumlah penghasilan ibu dalam rupiah
Interval
Motivasi Belajar Siswa(Y)
Motivasi belajar adalah penggerak
bagi seseorang atau peserta didik
yang menimbulkan upaya keras
1. Kuatnya kemauan untuk berbuat
2. Jumlah waktu
Interval
untuk lekaukan aktivitas mereka
sehingga dapat mencapai tujuan
belajar.
Herlin(www.indoskripsi.com.2004
)
yang disediakan untuk belajar
3. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain
4. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
1.8.4 Populasi dan Sampel
1.8.4.1 Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
1998:115). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa Kelas XI IPS
SMA N 1 Ciamis tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 30 orang.
1.8.4.2 Sampel
Suharsimi Arikunto (2006 : 131) menyatakan bahwa, “Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Untuk sekedar ancer-ancer, maka
apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar,
dapat diambil antara 10% - 15% atau lebih. Sehubungan dengan pernyataan di
atas, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini seluruh siswa/ siswi kelas XI
IPS SMA N Ciamis yaitu sebanyak 30 orang.
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data
pengumpulan data, dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan
metode angket.
1. Metode angket.
Angket adalah pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden. Dalam
penelitian ini metode kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden mengenai kondisi sosial ekonomi orangtua serta motivasi siswa pada
siswa XI IPS SMA N 1 Ciamis tahun ajaran 2010/2011.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang
sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban yang
sesuai dengan kondisi siswa tersebut. Penggunaan angket diharapkan akan
memudahkan bagi responden dalam memberikan jawaban, karena alternatif
jawaban telah tersedia, sehingga untuk menjawabnya hanya perlu waktu yang
singkat.
2. Metode dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah siswa,
nama siswa XI IPS SMA N 1 Ciamis Tahun Ajaran 2010/2011.
1.8.6 Teknik analisis data
Teknik analisis data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Untuk mengukur kondisi sosial ekonomi keluarga (X) diperoleh data dari
penyebaran angket kepada siswa kelas XI IPS tahun pelajaran 2010/2011,
melalui skala Likert sebagai berikut :
Tabel 1.5
Skala pengukuran
Alternatif Jawaban NilaiSelaluSeringKadang-kadang
543
PernahTidak Pernah
21
b. Untuk mengukur motivasi belajar siswa (Y), dilakukan melalui potensi dalam
diri siswa.
c. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga siswa
(X) terhadap motivasi belajar siswa (Y) digunakan dengan Analisis koefisien
determinasi (KD) dengan angka kasar. Sebelum digunakan rumus koefisien
determinasi (KD) terlebih dahulu dicari nilai r dengan menggunakan rumus
korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut :
r xy=N ∑ XY−(∑ X ) (∑Y )
√ {N ∑ X2− (∑ X )2} {N ∑Y 2−(∑ Y )2 }
(Suharsimi, 2006:170)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y dan variabel yang
dikorelasikan (x = X - X .dan y = Y - Y )
N = banyaknya subjek dalam sampel
Σ xy = Jumlah perkalian x dengan y.
x 2= kuadrat dari x
y 2= kuadrat dari y
Selanjutnya untuk mencari koefisien determinasi (KD) digunakan rumus
sebagai berikut:
Kd = r2 x 100%
(Sudjana,2005:147)
2 Uji hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, digunakan uji t dengan rumus
sebagai berikut:
t= r √n−2
√1−r 2
Keterangan :
t = t hitung
r = koefisien korelasi hasil perhitungan
n = jumlah data
Selanjutnya untuk mengetahui apakah koefisien korelasi mempunyai
tingkat signifikan dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan nilai t
tabel. Kriteria pengujian hipotesis menurut Sugiyono (2003:121) adalah sebagai
berikut:
a. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya kondisi sosial
ekonomi keluarga siswa tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di
kelas XI IPS SMA N 1 Ciamis.
b. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya kondisi sosial
ekonomi keluarga siswa berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di kelas
XI IPS SMA N 1 Ciamis.
3 Agenda penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Pengumpulan Data
4. Analisis Data
5. Penyusunan Laporan
Adapun agenda penelitian disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.6
Agenda Penelitian
Jadwal PelaksanaanJadwal Kegiatan
Maret April Mei JuniMinggu Ke Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. PelaksanaanPenelitian
3. Pengumpulan
Data4. Analisis
Data5. Penyusunan
Laporan
DAFTAR PUSTAKA
(sementara)
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 1999) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis.
http://maswanispdyahoocoid.blogspot.com/2007/05/disiplin-guru.html.
http://www.erlangga.co.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=353&Itemid=435&joscclean=1&c
omment_id=1474.
Riris, Purnowati. 2006. Pengaruh Disiplin Dan Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas X Smk Teuku Umar Semarang Tahun
Ajaran 2005/2006. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Taryati. 2009.Pengaruh Disiplin Kehadiran Siswa Di Sekolah Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Kelas XI AK 5 SMK
18 LPPM RI Sidareja tahun pelajaran 2008/2009. Skripsi. Universitas
Galuh Ciamis.
Slameto. (2008). Pengaruh Motivasi Dan Metode Pembelajaran terhadap
Prestasi Belajar Siswa. www.indoskripsi.com.
Sudjana. 2003. Teknik Regresi dan Korelasi.Bandung: Tarsito.
Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Tu’u. Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta : Cemerlang.
Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia.
www.facebook.com/note.php?note_id=352917582952.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/disiplin-siswa-di-sekolah/
http://sobatbaru.blogspot.com/2010/05/pengertian-bimbingan-dan-
penyuluhan.html
http://ridwan202.wordpress.com/2008/04/23/kegiatan-belajar-dan-prestasi/
http://tentangkomputerkita.blogspot.com/2010/04/hubungan-disiplin-belajar-dengan.html