METODE SSRA UNTUK ANALISIS RISIKO PADA SPIP *) · PDF filepengamanan aset negara, dan ketaatan...

8
METODE SSRA UNTUK ANALISIS RISIKO PADA SPIP *) Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pada tanggal 28 Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), maka unit/satuan kerja instansi pemerintah diharapkan dapat mengidentifikasi terjadinya deviasi atau penyimpanan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan rencana. Hal ini dimaksudkan sebagai umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan dalam mencapain tujuan organisasi. SPIP itu sendiri merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memastikan bahwa program/kegiatan dilaksanakan secara efektif dan efisien, pelaporan keuangan handal, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. SPIP terdiri LIMA unsur yaitu: (a) lingkungan pengendalian; (b) penilaian risiko; (c) kegiatan pengendalian; (d) informasi dan komunikasi; dan (e) pemantauan pengendalian Intern. Penerapan lima unsur ini dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan instansi pemerintah. Berdasarkan pengalaman selama ini, terlihat bahwa penilaian risiko merupakan satu unsur terlemah dari unsur SPIP. Lemah baik dalam metodologi maupun dalam implementasinya. Metode analisis risiko belum banyak dikembangkan di dalam SPIP. Demikian pula lemah dalam implementasi yang mencakup komponen identifikasi risiko, penilaian tingkat risiko, pengelolaan maupun pemantauan risikonya. 1. Mekanisme Manajemen Risiko Sebelum mengulas mengenai alur manajemen risiko, diperlukan pengertian dasar dari risiko. Risiko adalah perkiraan kejadian merugikan yang akan datang (saat ini belum terjadi, tetapi berpotensi akan terjadi di masa mendatang). Sumber risiko bisa berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Berdasarkan tingkatan risiko dibedakan menjadi: (1) risiko manajemen yang mengarah kepada yang bersifat strategis/kebijakan dan finansial, yang di dalam pemerintahan bisa disejajarkan dengan level kebijakan/program dengan indikator kinerjanya berupa impact/outcome dan (2) risiko operasional yang mengarah kepada kegiatan teknis maupun operasional, yang di dalam pemerintahan bisa disejajarkan dengan level kegiatan dengan indikator output). Sumber risiko berasal dari internal pada level operasional misalnya: pengelolaan man-money, material (3M), sistem dan prosedur, kelembagaan intern dan lainnya, sedangkan risiko yang berasal dari eksternal misalnya akibat regulasi, pasar, kondisi sosial-budaya masyarakat, faktor lingkungan dan lainnya.

Transcript of METODE SSRA UNTUK ANALISIS RISIKO PADA SPIP *) · PDF filepengamanan aset negara, dan ketaatan...

Page 1: METODE SSRA UNTUK ANALISIS RISIKO PADA SPIP *) · PDF filepengamanan aset negara, dan ketaatan ... Sebelum mengulas mengenai alur manajemen risiko, diperlukan pengertian dasar ...

METODE SSRA UNTUK ANALISIS RISIKO PADA SPIP *)

Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

pada tanggal 28 Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP), maka unit/satuan kerja instansi pemerintah

diharapkan dapat mengidentifikasi terjadinya deviasi atau

penyimpanan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan

rencana. Hal ini dimaksudkan sebagai umpan balik untuk melakukan

tindakan koreksi atau perbaikan dalam mencapain tujuan organisasi.

SPIP itu sendiri merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan

secara berkelanjutan oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memastikan bahwa

program/kegiatan dilaksanakan secara efektif dan efisien, pelaporan keuangan handal,

pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

SPIP terdiri LIMA unsur yaitu: (a) lingkungan pengendalian; (b) penilaian risiko; (c) kegiatan

pengendalian; (d) informasi dan komunikasi; dan (e) pemantauan pengendalian Intern.

Penerapan lima unsur ini dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan

instansi pemerintah.

Berdasarkan pengalaman selama ini, terlihat bahwa penilaian risiko merupakan satu unsur

terlemah dari unsur SPIP. Lemah baik dalam metodologi maupun dalam implementasinya.

Metode analisis risiko belum banyak dikembangkan di dalam SPIP. Demikian pula lemah

dalam implementasi yang mencakup komponen identifikasi risiko, penilaian tingkat risiko,

pengelolaan maupun pemantauan risikonya.

1. Mekanisme Manajemen Risiko

Sebelum mengulas mengenai alur manajemen risiko, diperlukan pengertian dasar dari risiko.

Risiko adalah perkiraan kejadian merugikan yang akan datang (saat ini belum terjadi, tetapi

berpotensi akan terjadi di masa mendatang). Sumber risiko bisa berasal dari dalam (internal)

maupun dari luar (eksternal). Berdasarkan tingkatan risiko dibedakan menjadi: (1) risiko

manajemen yang mengarah kepada yang bersifat strategis/kebijakan dan finansial, yang di

dalam pemerintahan bisa disejajarkan dengan level kebijakan/program dengan indikator

kinerjanya berupa impact/outcome dan (2) risiko operasional yang mengarah kepada

kegiatan teknis maupun operasional, yang di dalam pemerintahan bisa disejajarkan dengan

level kegiatan dengan indikator output). Sumber risiko berasal dari internal pada level

operasional misalnya: pengelolaan man-money, material (3M), sistem dan prosedur,

kelembagaan intern dan lainnya, sedangkan risiko yang berasal dari eksternal misalnya

akibat regulasi, pasar, kondisi sosial-budaya masyarakat, faktor lingkungan dan lainnya.

Page 2: METODE SSRA UNTUK ANALISIS RISIKO PADA SPIP *) · PDF filepengamanan aset negara, dan ketaatan ... Sebelum mengulas mengenai alur manajemen risiko, diperlukan pengertian dasar ...

Secara umum manajemen risiko

dilakukan melalui lima tahapan,

yaitu: (1) identifikasi, (2) analisis

risiko, (3) perencanaan risiko, (4)

penanganan risiko, dan (5)

pemantauan risiko. Tahapan ini

berlaku umum baik dalam

manajemen risiko di sektor privat

maupun publik yang secara

skematis disajikan pada Bagan 1.

Manajemen risiko sebagai suatu

sistem berarti pada satu tahapan

dengan dengan tahapan

berikutnya saling berkaitan dan

merupakan proses yang dimulai

dengan identifikasi yaitu menyusun daftar risiko potensial, yang ditindaklanjuti dengan

tahapan yang kedua yaitu analisis risiko. Pada tahap ini dilakukan analisis titik kritis dari

daftar risiko yang ada. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis risiko dilakukan perencanaan

risiko mencakup rencana menghindari, mengurangi maupun bila mampu menghilangkan

risiko. Berdasarkan perencanaan risiko tersebut dilakukan implementasi atau penanganan

risiko dan dilakukan pemantauan risiko. Hasil pemantauan risiko ini menjadi umpan-balik

untuk analisis risiko berikutnya secara terus menerus. Manajemen risiko sebagai proses

maka mekanisme loop umpan-balik positif ini yang akan terus-menerus memperbaiki

manajemen risiko secara berkelanjutan. Bagaimana penerapan manajemen risiko ini di sektor

publik diperlukan pengayaan metode analisisnya.

2. Metode SSRA

Metode ini diperoleh dengan memodifikasi dan menyederhanakan dari teori-teori manajemen

risiko yang berkembang selama ini. Sebagaimana diketahui bahwa manajemen risiko yang

berkembang saat ini lebih dominan diterapkan di sektor swasta, sedangkan di sektor publik

(pemerintah) belum berkembang dengan baik, untuk itu saya mencoba mereplikasi metode

analisis risiko yang ada saat ini dan disederhanakan sehingga dengan mudah diterapkan di

sektor pemerintah. Analisis risiko ini dilakukan secara berurutan dengan metode Enam

Langkah yang selanjutnya saya beri nama Enam Langkah Analisis Risiko atau Six Steps of

Risk Analysis disingkat SSRA.

Metode SSRA dapat diaplikasikan untuk analisis risiko di sektor publik. Kelebihan metode

SSRA ini relatif sederhana, mudah dipahami, menggunakan format yang mudah diterapkan.

Metode ini bisa diterapkan pada semua sektor/ subsektor di pemerintahan, karena tidak

membeda-bedakan aspek keuangan, aset, teknis maupun lainya. Metode ini juga dapat

digunakan untuk menganalisis risiko baik pada level manajemen maupun level operasional.

IDENTIFIKASI

RISIKO

Daftar

Risiko

Potensial

ANALISIS

RISIKO

Daftar

Prioritas

/ Titik Kritis

Risiko

PERENCANAAN

RISIKO

Rencana

Menghindari

Risiko &

Rencana

Kontingensi

PEMANTAUAN

RISIKO

Kondisi

Risiko

Terkini

PENANGANAN

RISIKO

-Antisipasi

-Mitigasi

-Adaptasi

BAGAN 1. MEKANISME MANAJEMEN RISIKO

Penanggung jawab kegiatan

ChecklistTahapan Kegiatan

Penanggung jawab kegiatan

List Titik kritis Risiko dan Tingkat

Penanggung jawab kegiatan

Tabel Analisis Risiko

Penanggung jawab & Pelaks kegiatan

Realisasi Penanganan Risiko

Satlak SPI

Pemantauan Risiko

Page 3: METODE SSRA UNTUK ANALISIS RISIKO PADA SPIP *) · PDF filepengamanan aset negara, dan ketaatan ... Sebelum mengulas mengenai alur manajemen risiko, diperlukan pengertian dasar ...

Berikut disajikan penerapan SSRA untuk analisis risiko pada level operasional yang di dalam

pemerintahan bisa disejajarkan dengan level kegiatan dengan indikator kinerjanya berupa

output. Metode SSRA ini menggunakan Enam Langkah dalam melakukan analisis risiko.

Masing-masing langkah dibantu dengan menggunakan lembar kerja. Metode SSRA ini cukup

sederhana, namun diperlukan kejelian dalam mengisinya. Pada setiap tahapan dilakukan

aktivitas yang sederhana dan mudah dilakukan dengan tanpa mengurangi substansi dari

manajemen risiko.

a. Langkah pertama: Mengidentifikasi Tahapan dan Check-list Kegiatan

Risiko dapat terjadi pada setiap kegiatan dan tahapan kegiatan yang dilakukan baik pada

tahap perencanaan (perencanaan anggaran dan preparasi kegiatan), pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi, serta tahap pelaporan dan tindaklanjut.

Risiko yang tidak dapat terdeteksi atau tidak dapat dikelola dengan baik akan mengakibatkan

tujuan dari instansi pemerintah yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai atau

pencapaiannya tidak optimal.

Pada langkah pertama ini dibantu dengan

menggunakan lembar kerja dengan contoh

isian format tiga kolom yaitu tahapan

kegiatan, chechk-list dan keterangan.

Pada tahapan pertama yaitu identifikasi risiko

disarankan agar dilakukan sendiri oleh

penanggung-jawab kegiatan karena mereka

yang lebih menguasai mengenai karakteristik

kegiatan dimaksud. Identifikasi risiko dimulai

dengan menyusun check-list detail tahapan

kegiatan.

pada Lembar Kerja-1 ini diminta masing-

masing penanggungjawab kegiatan untuk

mengindentifikasi dan mengisi daftar check-list tahapan kegiatan. Mengingat cakupan

kegiatan sangat bervariasi, ada kegiatan yang besar dengan banyak komponennya, juga

terdapat kegiatan yang sederhana, maka daftar check-list ini bisa dibuat baik pada level

kegiatan, keluaran kegiatan/output, komponen ataupun sub-kegiatan sesuai dengan

kebutuhan.

Untuk menyusun check-list ini dimulai dengan mengisi tahapan dari masing-masing kegiatan.

Secara umum tahapan kegiatan mencakup tiga hal yaitu: tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, tahap pelaporan, namun detail dari setiap kegiatan tentunya bervariasi sesuai

karakteristik dari kegiatan dimaksud. Sebagai contoh untuk jenis kegiatan dengan output

buku atau laporan, maka biasanya tahapan kegiatan ini dimulai dari persiapan, menyusun

TOR, kuesioner, pengumpulan data dan diakhiri dengan penyusunan, penggandaan dan

pengiriman laporan.

Page 4: METODE SSRA UNTUK ANALISIS RISIKO PADA SPIP *) · PDF filepengamanan aset negara, dan ketaatan ... Sebelum mengulas mengenai alur manajemen risiko, diperlukan pengertian dasar ...

Identifikasi tahapan kegiatan ini penting dan merupakan langkah awal dalam proses analisis

risiko. Indentifikasi semestinya dilakukan secara cermat, mengingat hasil identifikasi tahapan

kegiatan akan dijadikan dasar untuk: (1) penentuan titik kritis kegiatan, (2) acuan

pelaksanaan sesuai tahapan, serta (3) melakukan check-list pada pemantauan

perkembangan kegiatan. Pada Lembar Kerja-1 ini dapat digunakan sebagai acuan dalam

memantau terhadap pelaksanaan kegiatan, dengan mengisi check-list (sudah/belum

dilakukan) atau diisi kuantitatif (bisa dalam bentuk % tau angka absolut) serta pada kolom

keterangan diisi penjelasan-penjelasan.

a. Langkah kedua: Identifikasi Titik Kritis, Sebab, Dampak dan Tingkat Risiko

Pada langkah ke-2 dilakukan identifikasi titik kritis dengan mengisi Lembar Kerja-2 yang

terdiri dari lima kolom yaitu: kolom titik kritis, penyebab, dampak, tingkat risiko dan potensi

kendala. Langkah ke-2 ini merupakan langkah tersulit dalam analisis risiko, mengingat

diperlukan kemampuan untuk menentukan sejumlah titik kritis dari tahapan kegiatan pada

Lembar Kerja-1,

mengidentifikasi sebab-sebab

risiko kemungkinan terjadi,

memprediksi dampak (terutma

dampak negatif), menentukan

tingkat risiko (tinggi/ sedang/

rendah) dan mengidentifikasi

potensi kendala yang akan

dihadapi.

Titik kritis pada kolom

pertama ini diisi dengan

mencantumkan satu atau

beberapa tahapan yang dinilai

sebagai tahapan yang 'kritis'

dari seluruh tahapan kegiatan

yang ada. Jumlah titik kritis

sangat bervariasi antar

kegiatan tergantung dari karakteristik kegiatan dimaksud. Pada kolom ini disetiap titik kritis ini

ditelaah lebih lanjut dengan mengisi pada kolom-kolom berikutnya yaitu mengisi faktor

penyebab terjadinya titik kritis, prediksi dampak negatif yang akan terjadi bila tidak dilakukan

pengelolaan risiko, mengisi tingkat risiko dan potensi kendala-kendala. Sampai saat ini

belum dikembangkan secara kuantitatif dalam penentuan tingkat risiko, namun untuk

memudahkan mengisi tingkat risiko dapat menggunakan salah satu atau kombinasi dari lima

kriteria sebagai berikut: (1) disebut risiko tinggi apabila titik kritis akan berdampak/ berakibat

pada: (a) tidak tercapainya tujuan/sasaran kegiatan, (b) kerugian keuangan negara, (c)

kerugian aset pemerintah, (d) gagalnya pelayanan publik, dan (e) terkait ketaatan peraturan

per-undang-undangan, (2) apabila titik kritis tidak berakibat pada satu atau kombinasi dari

No. TitikKritis Penyebab Kendala DampakTingkat

Resiko

Rencana Pengelolaan Risiko

Pengendalian Pemantauan

1 Pengumpula

n data di

daerah/ lapa

ngan (data

lengkap dan

tepat waktu)

Belum

dibangun

database yang

memadai

Ketersediaan

data di daerah

dan kendala

aksesibilitas

/ transportasi

Data

menjadi

sulit

dianalisis

dan

kualitas

laporan

tinggi Penjajakan data

sekunder dan

konfirmasi uji

kuesioner

Pada tahap

persiapan

lapang dan

tahap

pengumpulan

data

2 Penyusunan

laporan

Pengolahan

data

memerlukan

waktu dan

kelengkapan

referensi

Kelengkapan

dan

ketajaman

analisis data

Kualitas

laporan

tinggi Memperbanyak

referensi dan

literatur yang

terkait

Pada tahap

persiapan,

pengolahan

data dan

penyusunan

draf

2 Penyampaia

n/ pengirima

n laporan

Keterlambatan

kirim karena

proses

finalisasi

memakan

waktu lama

Ketersedian

waktu Tim

Pembahasan

draf

Laporan

terlambat

digunaka

n untuk

kebijakan

tinggi Mematuhi target

waktu

penyelesaian

Pada saat

finalsiasi dan

pengiriman

laporan

Lembar kerja-2: Identifikasi Titik Kritis Kegiatan

Lembar Kerja-3: Rencana

Pengelolaan Risiko

Page 5: METODE SSRA UNTUK ANALISIS RISIKO PADA SPIP *) · PDF filepengamanan aset negara, dan ketaatan ... Sebelum mengulas mengenai alur manajemen risiko, diperlukan pengertian dasar ...

lima kriteria tersebut berarti akan masuk ke dalam tingkat risiko sedang atau rendah, yang

apabila dampak negatifnya relatif kecil maka dikategorikan sebagai tingkat risiko rendah. Ke

depan perlu dipikirkan lebih lanjut mengenai aspek kuantitatif (dalam bentuk skor, bobot, dan

lainnya) untuk diterapkan dalam analisis risiko termasuk uji validitasnya.

c. Langkah ketiga: Menyusun Rencana Pengelolaan Risiko

Pada langkah ke-3 diperlukan kemampuan penanggungjawab/ pelaksana kegiatan untuk

merancang rencana pengelolaan risiko. Para rencana pengelolaan risiko ini mencakup dua

hal yaitu: rencana pengendalian risiko dan rencana pemantauan risiko sebagaimana disajikan

pada Lembar kerja-3. Pada dasarnya rencana pengendalian dimaksudkan untuk minimal

mengurangi atau diupayakan menghilangkan risiko yang akan terjadi, sehingga tidak

berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan. Pengendalian dapat dilakukan melalui: (1)

antisipasi yaitu melakukan upaya pencegahan sejak awal /preventif supaya tidak terjadi risiko

maupun melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan bila nantinyaa akan terjadi risiko,

(2) adaptasi yaitu langkah-langkah menyesuaikan diri pada saat terjadi risiko, termasuk

upaya penyelamatan, dan (3) mitigasi ini merupakan upaya pengobatan/kuratif pada saat

terjadi risiko, sehingga dmpak negatif dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali.

Rencana pemantauan risiko disusun dalam rangka memastikan bahwa rencana

pengendalian risiko dapat diterapkan/dilaksanakan, melalui mekaanisme pemantauan dan

evaluasi sebagai umpan-balik untuk perbaikan pelaksanaan maupun masukan perbaikan

rencana lebih lanjut. Pemantauan ini tentunya dilaksanakan secara periodik sesuai

karakterisktik kegiatan n kebutuhannya.

d. Langkah keempat: Rekapitulasi Risiko Menurut Kegiatan/Output

Pada langkah ke-4 sampai dengan ke-6 ini dapat dilakukan oleh penanggungjawab/

pelaksana kegiatan secara sederhana tetapi memerlukan waktu yang cukup untuk melakukan

kompilasi semua risiko pada semua kegiatan dengan alat bantu Lembar kerja-4 sampai

dengan 6. Dikatakan cukup sederhana karena tidak melakukan analisis tetapi cukup

kompilasi data, sedangkan memerlukan waktu karena merekap seluruh risiko di semua

kegiatan. Prinsip kehati-hatian dan ketelitian diperlukan dalam melakukan kompilasi semua

risiko sehingga tidak terjadi duplikasi data atau tidak terrecord pada saat kompilasi. Lembar

kerja ini didesain dengan format yang sejalan dan tindaklanjut dari Lembar kerja-2. Lembar

kerja 4-6 ini nantinya akan digunakan pada saat melakukan pengelolaan risiko

(pengendalian, pemantauan, pelaporan).

Lembar kerja-4 berisi format kompilasi risiko menurut kegiatan pada level manajer (untuk

swasta) atau setingkat Eselon-III (untuk instansi pemerintah). dengan adanya format ini akan

memudahkan manajer/kepala bagian/ kepala bidang/ kasubdit dalam menelaah perencanaan

risiko, melakukan pengelolaan risiko dan pelaporannya. Salah satu kelebihan format ini juga

dapat di-breakdwon tingkat risiko dari bulan ke builan sepanjang tahun, sehingga

pemantauan risiko secara bulanan dapa dilaksanakan dengan baik.

Page 6: METODE SSRA UNTUK ANALISIS RISIKO PADA SPIP *) · PDF filepengamanan aset negara, dan ketaatan ... Sebelum mengulas mengenai alur manajemen risiko, diperlukan pengertian dasar ...

Berdasarkan pengalaman penerapan metode SSRA selama ini ternyata jumlah risiko

berdasarkan tingkat risiko bergerak secara fluktuatif menurut per bulanan sesuai dengan

karakteristik kegiatan dan kemampuan dalam pengelolaan risiko. Apabila dilakukan

pengelolaan risiko dengan baik maka jumlah risiko tinggi akan bergerak ke bawah (menjadi

risiko sedang/rendah) atau bahkan tidak berisiko lagi. Demikian juga sebaliknya, apabila

tidak dilakukan pengelolaan risiko dengan baik, maka jumlah risiko akan meningkat menjadi

lebih banyak dan tingkat risiko juga bergerak ke atas dari risiko rendah ke tinggi. Pergerakan

risiko dari hulan ke bulan dalam satu tahun menjadi arena menarik untuk diamati, dianalisis

dan dirumuskan upaya lebih lanjut untuk Lembar kerja-4 ini oleh manajer.

e. Langkah kelima: Rekapitulasi Risiko Kegiatan Tingkat Eselon-2

Pada langkah-5 ini berupa tindakan kompilasi risiko pada level Eselon-2 (direktur/kepala

biro/pusat) dari Lembar kerja-4 ke dalam Lembar kerja-5. Dengan demikian lembar kerja-5

ini sebagai alat bantu pimpinan Eselon-2 untuk menelaah rencana, pengelolaan dan

pelaporan risiko. Berdasarkan alat bantu ini pimpinn Eelon-2 dapat melakukan pemantauan

risiko di level di bawahnya serta melakukan tindakan pengambilan keputusan semestinya.

f. Langkah ke enam: Reakpitulasi Risiko Kegiatan Tingkat Eselon-1

Pada langkah-6 melakukan kompilasi risiko pada level Eselon-1 (direktur jenderal/ kepala

badan/sekretaris jenderal/inspektur jenderal) dari Lembar kerja-5 ke dalam Lembar kerja-6.

Lembar kerja-6 ini merupakan alat bantu bagi pimpinan Eselon-1 untuk menelaah rencana,

Page 7: METODE SSRA UNTUK ANALISIS RISIKO PADA SPIP *) · PDF filepengamanan aset negara, dan ketaatan ... Sebelum mengulas mengenai alur manajemen risiko, diperlukan pengertian dasar ...

pengelolaan dan pelaporannya. Selanjutnya berdasarkan hasil pemantauan risiko secara

perioik (bisa bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) dapat dilakukan tindakan

pengambilan keputusan tindaklanjutnya.

3. Pengelolaan dan Pemantauan Risiko

Pengelolaan risiko adalah cara bagaimana menangani semua risiko (baik dari dalam maupun

luar organisasi) yang ada di dalam instansi pemerintah, tetapi pada semua risiko yang

mengancam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran instansi pemerintah.

Pengelolaan penanganan risiko atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada unit kerja,

menjadi faktor yang sangat penting dalam mendukung pencapaian visi, misi, tujuan dan

sasaran instansi pemerintah.

Pengelolaan risiko tidak dapat dilakukan secara parsial oleh masing-masing unit kerja

pelaksanaan kegiatan, tetapi perlu dilakukan secara komprehensif agar pengelolaan risiko

dapat dilakukan secara efektif. Oleh karena itu, diperlukan suatu manajemen pengelolaan

risiko.

Pengelolaan risiko pada dasarnya merupakan perwujudan implementasi dari perencanaan

risiko. Mengingat titik kritis berada pada satu atau beberapa tahapan dari seluruh tahapan

pelaksanaan kegiatan, maka kemampuan merealisasikan seluruh tahapan kegiatan dapat

diartikan kemampuan melewati titik kritis yang ada di kegiatan dimaksud. Merealisasikan

pada setiap tahapan tentunya ada yang dapat dilewati dengan mudah, namun ada juga yang

dilewati dengan jalan berliku dan sulit. Biasanya tahapan kegiatan yang sulit dilaksanakan

atau berisiko untuk dilaksanakan disebut sebagai titik kritis. Untuk itu pengelolaan risiko

difokuskan untuk dapat melewati tahapan kegiatan yang kritis tersebut dengan upaya-upaya

khusus sebagaimana dituangkan ke dalam Lembar kerja-3. Pengelolaan risiko dilakukan

pada saat tahapan kritis dilewati (melalui antisipasi) maupun pada saat tahapan kritis sedang

berlangsung (melalui adaptasi dan atau mitigasi). Merealisasikan tahapan kegiatan

seyogyanya dilakuakn secara berurutan mengacu kepada Lembar kerja-1, sedangkan

pengelolaan risiko mengacu kepada Lembar kerja-3.

Pelaksanaan pengelolaan risiko ini tentunya terus dipantau sehingga dapat memberikan

keyakinan bahwa pengelolaan risiko dapat berjalan sesuai rencana sekaligus untuk

memperoleh umpan-balik bagi perbaikan rencana risiko berikutnya. Pemantauan realisasi

Page 8: METODE SSRA UNTUK ANALISIS RISIKO PADA SPIP *) · PDF filepengamanan aset negara, dan ketaatan ... Sebelum mengulas mengenai alur manajemen risiko, diperlukan pengertian dasar ...

kegiatan dengan menggunakan alat bantu check-list sebagaimana Lembar kerja-1,

sedangkan pemantauan risiko menggunakan rencana pemantauan sebagaimana Lembar

kerja-3, dengan substansi yang dipantau bagi level manajer/Eselon-3 menggunakan Lembar

kerja-4, pada level Eselon-2 menggunakan Lembar kerja-5 dan pada level Eselon-1

menggunakan lembar kerja-6.

4. Tindaklanjut

Enam Langkah Analisis Risiko ini merupakan proses yang berurutan dari satu langkah ke

langkah berikutnya. Metode SSRA ini bisa diterapkan baik analisis risiko pada level kegiatan

dengan indikator kinerja output maupun pada level program dengan indikator kinerja

outcome. Metode SSRA ini telah diujicobakan pada level kegiatan dengan hasil yang baik

dan tidak ditemukan kendala- kendala dalam implementasinya.

Untuk selanjutnya perlu diujicobakan untuk diterapkan dalam analisis risiko di level program.

Keterampilan dalam implementasi metode SSRA dapat diwujudkan dengan memulai

mencoba dan mempraktekkan analisis risiko pada kegiatan di masing-masing unit kerja.

Diperlukan peningkatan kesadaran bersama bahwa pengendalian intern bukan hanya

menjadi tugas Tim maupun pimpinan, namun merupakan tugas yang melekat setiap individu

aparatur. Demikian pula penilaian risiko sebagai satu unsur terlemah dari lima unsur pisau

analisis SPI untuk ditingkatkan kinerjanya dan merupakan tanggungjawab bersama untuk

dilaksanakan dalam tugas sehari-hari.

*) Dr Suwandi, Biro Perencanaan, Kementan