Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007
Metode Slope Deflection
-
Upload
komting-sibujang-senang -
Category
Documents
-
view
751 -
download
67
Transcript of Metode Slope Deflection
METODE SLOPE DEFLECTION
A. Konsep dari metoda “Slope Deflection” untuk menyelesaikan struktur statis tidak tertentu.
Dengan ketentuan bahwa pada batang-batang yang bertemu pada suatu titik
simpul yang disambung secara kaku mempunyai rotasi yang sama, besar maupun
arahnya, maka pada batang-batang yang bertemu pada titik simpul tersebut
mempunyai rotasi yang sama, atau boleh dikatakan sama dengan rotasi titik
simpulnya. Sehingga dapat dikatakan jumlah variabel yang ada sama dengan
jumlah titik simpul (joint) struktur tersebut.
Besarnya variabel-variabel akan dihitung dengan menyusun persamaan
persamaan sejumlah variabel yang ada dengan ketentuan bahwa momen batang-
batang yang bertemu pada satu titik simpul haruslah dalam keadaan seimbang atau
dapat dikatakan jumlah momen-momen batang yang bertemu pada satu titik simpul
sama dengan nol. perumusan dari masing-masing momen batang sebelum
menyusun persamaan-persamaan yang dibutuhkan untuk menghitung variabel-
variabel sangat di perlukan. Rumus-rumus momen batang tersebut mengandung
variabel-variabel yang ada yaitu rotasi titik simpul.
Setelah persamaan tersebut disusun, maka besarnya variabel dapat dihitung.
Setelah besarnya variabel didapat, dimasukkan kedalam rumus-rumus momen
batang, maka besarnya momen batang-batang tersebut dapat dihitung.
B. Momen Batang
Dengan adanya beban luar, maka momen batang akan timbul. Rotasi titik simpul ujung-ujung batang dan juga akibat perpindahan relatif antara titik simpul ujung batang atau yang biasa disebut dengan pergoyangan.
a) Batang dengan kedua ujungnya dianggap jepit1. Akibat beban luar
Momen batang yang di akibatkan oleh beban luar yang mengembalikan rotasi nol ( θ=0) pada ujung jepit disebut Momen Primer (M p)
Akan terjadi lendutan pada
batang i-j dengan beban terbagi rata q
akibat beban q. Tetapi karena i dan j
jepit, maka akan terjadi momen di i
dan j untuk mengembalikan rotasi
jepit sama dengan nol, yaituθij=0 dan
θ ji=0 Momen itulah yang di sebut
primer (M p), M pij di ujung i dan M pj i
di ujung batang j.
Batang i-j yang di bebani beban
terbagi rata q dan terjadi M pij dan
M pj i karena ujung-ujung i dan j jepit,
dapat dijabarkan sebagai balok
dengan ujung-ujung sendi dibebani
beban terbagi rata q, (Gambar b),
beban momen M pij (Gambar c) dan
bebean momen M pij (Gambar d).
Dari ketiga pembebanan tadi,
rotasi i dan j haruslah menjadi sama
dengan nol (karena i dan j adalah jepit).
θij=qL3
24 EI−
M Pij L
3 EI−
M P j i L
6 EI=0.........(1)
θJI=qL3
24 EI−
M Pij L
6 EI−
M Pj i L
3 EI=0 ........(2)
Dari persamaan (1) dan (2) didapat besarnya M pij dan M pj i yaitu :
M pij = M Pji = 1
12qL2
Dengan cara yang sama dapat diturunkan rumus besarnya momen primer dari beban
terpusat sebagai berikut:
Beben terpusat P ditengah bentang
M pij
=
M Pji
=
18
PL
M pij = Pab2
L2 M Pji = Pa2 b
L2
I. Akibat rotasi di i (θij)
Akibat rotasi θij diujung i tejadi momen M ij, dan untuk mempertahankan rotasi di
j sama dengan nol θ ji=0 akan terjadi momen M Ji. Kondisi pada gambar (a) dapat
dijabarkan sebagai balok dengan ujung-ujung sendi dengan beban M ij (Gambar b) dan
beban M j i (Gambar c). Dari kedua pembebanan tersebut, rotasi di j harus sama dengan
nol.
θ ji=M ij L
6 EI−
M ji L
3 EI=0
M ji = 12
M i j
Disini kita dapatkan bahwa apabila di i ada momen sebesar M ij, untuk
mempertahankan rotasi di j sama dengan nol (0), maka momen tadi diinduksikan ke j
dengan faktor induksi setengah (0,5).
Besarnya rotasi di i : θij =
Mij L
3 EI−
M ji L
6 EI
Dengan memasukkan M ji = 12
M i j, didapat
θij = Mij L
4 EI M i j=¿ 4 EI
L θij
Sehingga didapat besarnya momen akibat θij
:
M i j=¿ 4 EI
L θij dan M ji=¿ 2 EI
L θij
Kekakuan batang (K) adalah besarnya momen untuk memutar sudut sebesar satu
satuan sudut (θ = 1 rad), bila ujung batang yang lain berupa jepit.
Untuk θij = 1 rad, maka K ij = 4 EI
L
II. Akibat rotasi di j (θ ji)
Caranya sama dengan penurunan rumus akibat θij, maka akibat rotasi θ ji, maka
didapat :
M ji=¿ 4 EI
L θ ji ; M ij=¿ 2 EI
L θ ji
III. Akibat pergoyangan (∆)
Akibat pergoyangan (perpindahan relatif
ujjung-ujung batang) ∆, maka akan terjadi rotasi θi j
dan θ ji
θi j=θ ji=∆L
Karena ujung-ujung i dan jepit maka akan timbul momen M ij dan M ji untuk
mengembalikan rotasi yang terjadi akibat pergoyangan. Seolah-olah ujung i dan j
berotasi θij=θ ji=∆L
, sehingga besar momen :
M ij=¿ 4 EI
L θij + 2 EI
L θ ji=6 EI
L2∆
Dari keempat momen yang tadi, dapat di
dutulis rumus umum memen batang sebagai
berikut :
M ij=M pij+¿ 4 EI
L θij + 2 EI
L
θ ji+6 EI
L2∆
M p j i=M p j i+4 EI
L θ j i +
2 EIL
θi j+6 EI
L2∆
Dengan K ij=4 EI
L
M ij=M pij+K ¿
M j i=M p j i+K ¿
b) Batang dengan salah satu ujungnya sendi/rol
1. Akibat beban luar
dengan cara yang sama seperti pada balok dengan i dan j jepit, didapat besarnya
momen primer (akibat beban luar) sebagai berikut :
M pij=18
qL2
M pij=3
16PL
M p = Pab2
L2 −12
Pa2 b
L2
2 Akibat rotasi di i (θij)
θij=M ij L
3 EI
M j i=3 EI
Lθij
Kekuatan batang modifikasi (K), besarnya momen untuk memutar rotasi sebesar
satu satuan sudut ( θ=1rad ) bila ujung yang lain sendi.
θij=1 rad K ij=3 EI
L
3 Akibat pergoyangan (∆)
Akibat pergoyangan ∆, i dan j berotasi sebesar ∆L
θij=θ j i=∆L
M j i mengembalikan rotasi di i sama dengan nol (θi j=0 ) seolah-olah di i berotasi
θij=∆L
, sehingga timbul momen :
M ij=3 EI
Lθij=
3 EI
L2∆
4 Akibat momen kantilever (jk – batang kantilever)
Momen kantilever M jk.
∑ M j=0 M ji=¿−M jk ¿
Akibat M ji, untuk mempertahankan θij=0 ,akan timbul M ij
M j=12
M ij=−12
M jk`
Dari keempat hal yang menimbulkan momen batang diatas dapat ditulis secara
umum momen batang sebagai berikut :
Untuk ujung j sendi rol/rol
M ij=M p ij+3 EI
Lθ ij+
3 EI ∆
L2−1
2M jk.... (a)
Dengan K’ = 3 EI
L, rumus tersebut diatas dapat ditulis :
M ij=M p ij+K ' (θ ij+∆L )−1
2M jk ....(b)
Jadi kita mempunyai dua rumus momen batang, pertama dengan ujung-ujung
jepit-jepit, kedua dengan ujung-ujung jepit sendi. Yang dikatakan ujung jepit bila
ujung batang betul-betul perletakan jepit atau sebuah titik simpul yang merupakan
pertemuan batang dengan batang (tidak termasuk kantilever). Sedangkan yang
dikatakan ujung batang sendi yang betul-betul perletakan sendi, bukan berupa titik-
titik simpul.
Rumus batang dengan jepit-jepit, ada dua variabel rotasi yaitu θij dan θ j i,
sedangkan untuk batang dengan ujung jepit-sendi, hanya mengandung satu variabel
rotasi yaitu θij, rotasi pada perletakan sendi (θij) tidak pernah muncul dalam
persamaan.
Perjanjian tanda arah momen batang dan rotasi, momen batang positif (+) bila
arah putarannyasearah jarum jam, dan sebaliknya negatif.
Untuk arah rotasi, kita beri tanda seperti pada momen batang. Akibatt beban luar ( M p)
momen bisa positif (+) atau negatif (-) ergantung beban yang bekerja. Akibat
pergoyangan bisa positif (+) atau (-) tergantung arah pergoyangannya. Untuk rotasi,
karena kita tidak tahu arah sebenarnya (sebagai variabel) selalu kita anggap positif (+).
C. Langkah-Langkah Metode Slope Deflection
Tentukan derajat kebebasan dalam pergoyangan struktur
statis tak tentu. dengan rumus :
n = 2 j – (m + 2f + 2h + r),
dimana:
n = jumlah derajat kebebasan
j = “joint”, jumlah titik simpul termasuk perletakan.
m = “member”, jumlah batang, yang dihitung sebagai member adalah
batang yang dibatasi oleh dua joint.
f = “fixed”, jumlah perletakan jepit.
h = “hinged”, jumlah perletakan sendi.
r = “rool”, jumlah perletakan rol.
Bila n≤ 0 → tidak ada perggoyangan
n¿0 → ada pergoyangan
Kalau ada pergoyangan, gambarkan bentuk pergoyangan ada tentukan arah
momen akibat pergoyangan, untuk menentukan tanda positif (+) ataukah
negatif (-) momen akibat pergoyangan tersebut (untuk menggambar
pergoyangan ketentuan yangharus dianut seperti pada metoda “Persamaan
Tiga Momen”).
Tentukan jumlah variabel yang ada. Variabel yang dipakai pada metoda ini
adalah rotasi (q) titik simpul, dan delta (D) kalau ada pergoyangan.
Tuliskan rumus momen batang untuk semua batang yang ada, dimana akan
mengandung variabel-variabel (q dan D) untuk masing-masing rumus
momenbatang tersebut.
Untuk menghitung variabel-variabel tersebut perlu disusun persamaan-
persamaan sejumlah variabel yang ada. Persamaan-persamaan itu akan
disusun dari :
Jumlah momen batang-batang yang bertemu pada satu titik simpul sama
dengan nol.
Kalau ada variabel D, perlu ditambah dengan persamaan keseimbangan
struktur. Seperti juga pada metoda “Persamaan Tiga Momen”, dalam
menyusun persamaan keseimbangan struktur pada dasarnya membuat
perhitungan “free body diagram” sehingga mendapatkan persamaan yang
menghubungkan satu variabel dengan variabel yang lain. Pada
penggambaran arah momen, momen yang belum tahu besarnya (masih
dalam perumusan)digambarkan dengan arah positif (+) yaitu searah jarum
jam.
Dengan persamaan-persamaan yang disusun, dapat dihitung besarnya
variabelvariabelnya.
Setelah variabel-variabel diketahui nilainya, dimasukkan kedalam rumus
momenmomen batang, sehingga mendapatkan harga nominal dari momen
momen batangtersebut.