metode sinektik

download metode sinektik

of 34

Transcript of metode sinektik

  • 8/7/2019 metode sinektik

    1/34

    PPPEEENNNEEERRRAAAPPPAAANNN MMMOOODDDEEELLL SSSIIINNNEEEKKKTTTIIIKKK

    DDDAAALLLAAAMMM MMMEEENNNIIINNNGGGKKKAAATTTKKKAAANNN KKKRRREEEAAATTTIIIVVVIIITTTAAASSS MMMEEENNNUUULLLIIISSS

    (Studi Kuasi Eksperimen dalam Pembelajaran Menulis

    pada Siswa Kelas I SMPN di Kota Palembang)

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang Masalah

    Memasuki milenium ketiga, lembaga pendidikan dihadapkan pada tantangan

    yang sangat krusial, berkaitan dengan penyiapan dan pengembangan sumber daya

    manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam masyarakat global, yang

    diwarnai oleh ketatnya kompetisi dan revolusi informasi sebagai dampak dari

    kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Pendidikan diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi pribadi-

    pribadi anggota masyarakat yang mandiri. Pribadi yang mandiri adalah pribadi yang

    secara mandiri mampu berpikir, menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru,

    melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar dan lebih

    dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain pendidikan dapat dimaknai sebagai

    proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu

    hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar

    dimana individu itu berada (Sagala, 2005:3), melainkan juga mampu melakukan

    perubahan dan menciptakan sesuatu yang baru. Kemandirian ini terbentuk melalui

    1

  • 8/7/2019 metode sinektik

    2/34

    kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif yang mewujudkan

    kreativitas. Sumber daya manusia seperti itu sungguh diperlukan oleh bangsa kita

    dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis, menjunjung

    tinggi supremasi hukum, egalitarian, dan religius.

    Suatu pendekatan baru yang menarik dalam mengembangkan kreativitas telah

    dirancang oleh Gordon dengan nama sinektik. Model sinektik ini merupakan strategi

    pengajaran yang baik sekali untuk mengembangkan kemampuan kreatif dalam

    menulis (Joyce dan Weil, 1980:182).

    Dalam proses pengajaran bahasa, pengembangan dimensi kreativitas sangat

    penting dan dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan berbahasa. Kreativitas

    merupakan hal yang penting dan menjadi salah satu ciri manusia yang berkualitas.

    Munandar (1992:46) mengatakan bahwa kreativitaslah yang memungkinkan manusia

    meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk mencapai hal itu, perlulah sikap dan perilaku

    kreatif dipupuk sejak dini.

    Hasil-hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengajaran beberapa bidang

    studi dengan model sinektik cukup berhasil. Hasil-hasil penelitian tersebut antara

    lain: (1) hasil penelitian yang dilakukan Heavilin di Indiana (1982) menunjukkan

    bahwa perkuliahan English 104 (komposisi) yang berorientasi sinektik lebih berhasil

    meningkatkan sikap positif terhadap mata kuliah 104 daripada sebelumnya; (2) hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Dodd di Maine (1988) menunjukkan bahwa para guru

    yang diajar melalui program pelatihan yang berbasis sinektik meningkat

    kemampuannya khususnya dalam perilaku kognitif (pelatihan dilakukan selama 8

    2

  • 8/7/2019 metode sinektik

    3/34

    bulan terhadap 12 guru); (3) hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad

    Mulyadiprana (1997:81) menunjukkan bahwa penerapan model sinektik dalam

    mengembangkan kreativitas siswa terbukti secara menyakinkan lebih efektif daripada

    model pembelajaran konvensional, baik dalam mengembangkan keterampilan

    berpikir maupun dalam meningkatkan prestasi belajar.

    Model pembelajaran sinektik ini tampaknya belum banyak diterapkan dalam

    ilmu-ilmu sosial (termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia). Oleh karena itu,

    model pembelajaran sinektik ini perlu dicoba untuk diuji efektivitasnya dalam

    meningkatkan kreativitas menulis pada siswa kelas I SMP. Apakah penerapan model

    pembelajaran sinektik dapat meningkatkan prestasi siswa.

    1.2 Rumusan Masalah

    Sesuai dengan ruang lingkup masalah seperti yang telah dituangkan di atas, maka

    masalah pokok penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Apakah model sinektik

    yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan menulis?

    Pertanyaan itu dirinci lagi seperti berikut.

    1) Seberapa besar tingkat keterlibatan atau aktivitas siswa kelas I SMP Negeri 13Palembang dalam proses belajar mengajar menulis dengan menggunakan model

    sinektik?

    2) Aspek-aspek manakah yang dapat ditingkatkan dengan penerapan modelsinektik?

    3) Aspek-aspek manakah yang berpengaruh terhadap peningkatan kreativitas siswadalam menulis?

    3

  • 8/7/2019 metode sinektik

    4/34

    4) Dalam proses belajar mengajar menulis, model pembelajaran manakah yang lebihefektif meningkatkan kreativitas siswa, model sinektik atau model konvensional?

    1.3Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan di atas, maka tujuan

    penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1) Mengkaji seberapa besar tingkat keterlibatan atau aktivitas siswa kelas I SMPNegeri 13 dalam proses belajar mengajar menulis dengan menggunakan model

    sinektik.

    2) Mengkaji aspek-aspek yang dapat ditingkatkan dengan penerapan model sinektik.3) Mengkaji aspek-aspek yang berpengaruh terhadap peningkatan kreativitas siswa

    dalam menulis.

    4) Menguji efektivitas model pembelajaran di antara model pembelajaran sinektikdan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kreativitas menulis

    siswa kelas I SMP Negeri 13 Palembang.

    1.4 Asumsi Penelitian

    Penelitian ini didasarkan atas sejumlah asumsi sebagai berikut:

    1) Setiap siswa memiliki kemampuan menulis dan kemampuan berpikir kreatif

    dengan tingkat yang berbeda-beda.

    2) Kemampuan menulis merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa.

    3) Kemampuan menulis dapat dipelajari dan dilatih.

    4) Kemampuan menulis dapat diukur melalui tes.

    4

  • 8/7/2019 metode sinektik

    5/34

    5) Kreativitas menulis siswa dapat ditingkatkan.

    1.5 Hipotesis Penelitian

    Untuk menguji hipotesis kerja (Hi) penelitian ini diperlukan beberapa asumsi

    yang harus dipenuhi. Hi diterima jikalau: (1) tidak ada perbedaan yang signifikan

    antara kemampuan awal kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, (2) ada

    perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal dengan prestasi hasil belajar

    dalam kelompok eksperimen, (3) ada perbedaan yang signifikan antara prestasi hasil

    belajar kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, (4) perubahan skor dalam

    kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan.

    1.6 Definisi Operasional

    Untuk menghindari adanya salah pengertian tentang konsep-konsep yang akan

    dikaji dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan beberapa istilah seperti

    yang dituangkan di bawah ini.

    1)Model Sinektik dapat dipahami sebagai strategi mempertemukan berbagai macamunsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru

    (Gordon,1980:168).

    2)Model kuasi kuasi eksperimen didefinisikan sebagai model pembelajaran yangditerapkan pada kelas eksperimen, yang di dalamnya ditandai dengan kegiatan-

    kegiatan: penyajian materi pelajaran dalam bentuk permasalahan untuk

    dipecahkan sendiri oleh siswa, bimbingan guru berupa jawaban-jawaban singkat

    5

  • 8/7/2019 metode sinektik

    6/34

    atau pertanyaan-pertanyaan pengarah sedemikian rupa sehingga siswa dapat

    menemukan cara untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

    3)Model Konvensional didefinisikan sebagai model pembelajaran yang diterapkanpada kelas kontrol/pembanding, yang di dalamnya ditandai dengan penyajian

    pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari,

    dilanjutkan dengan pemberian informasi oleh guru, pemberian ilustrasi atau

    contoh soal oleh guru, diskusi dan tanya jawab sampai akhirnya guru merasa apa

    yang telah diajarkannya dapat dimengerti oleh siswa.

    4)Kreativitas dapat dipahami sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkansesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda

    dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriadi,1994:7). Kreatifitas juga

    didefinisikan sebagai kemampuan umum untuk mencipta sesuatu yang baru,

    sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan

    dalam pemecahan masalah, atau kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan

    baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Dengan kata lain kreativitas

    merupakan proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan

    tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis,

    kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilnya.

    5)Kemampuan Menulis adalah kemampuan siswa dalam menulis karangan dengan

    memperhatikan aspek kebahasaan yang tercermin dalam penggunaan kata,

    kalimat, dan mekanika penulisan.

    1.7 Manfaat Penelitian

    6

  • 8/7/2019 metode sinektik

    7/34

    Hasil penelitian ini akan berupa temuan empiris dari penerapan model

    sinektik dalam meningkatkan kreativitas menulis dalam konteks pembelajaran

    menulis di SMP. Temuan tersebut dipandang penting untuk dua kegunaan: teoretis

    dan praktis. Untuk kegunaan teoretis diharapkan dapat memberi sumbangan

    konseptual pada pendidikan bahasa, khususnya dalam pembelajaran menulis di SMP.

    Penerapan konsep tersebut diharapkan dapat memberdayakan Konsep Cara Belajar

    Siswa Aktif (CBSA). Secara konseptual temuan tersebut akan menjadi khazanah

    keilmuan yang dapat dirujuk oleh para peneliti, pengambil kebijakan, para guru

    bahasa Indonesia, atau siapa saja yang menaruh minat pada perkembangan inovasi di

    bidang pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis melalui

    model sinektik.

    Temuan untuk kegunaan praktis diharapkan dapat memberikan sumbangan

    substansial, khususnya kepada para guru, berupa produk program dan proses

    penyusunannya. Guru-guru, baik secara perseorangan maupun kelompok, dapat

    menerapkan, menguji, dan mengembangkan lebih lanjut dalam upaya menolong

    siswa tumbuh menjadi anggota masyarakat yang literat.

    2. METODE PENELITIAN

    Penelitian ini bernuansa kuantitatif dengan menggunakan rancangan kuasi

    eksperimen. Desain yang digunakan adalah The Matching Only Pretest-Postest

    Control Group (Fraenkel & Wallen, 1993:243).

    7

  • 8/7/2019 metode sinektik

    8/34

    3. LANDASAN TEORI

    3.1. Penerapan Model Sinektik dalam Meningkatkan Kreativitas Menulis

    3.1.1 Hakikat Model

    Pada hakekatnya kata model memiliki definisi yang berbeda-beda sesuai

    dengan bidang ilmu atau pengetahuan yang mengadopsinya. Salah satu definisi

    model seperti yang dikemukakan Dilworth (1992:74) berikut, A model is an abstract

    representation of some real world process, system, subsystem. Model are used in all

    aspect of life. Model are useful in depicting alternatives and in analysing their

    performance. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa model

    merupakan representasi abstrak dari proses, sistem, atau subsistem yang konkret.

    Model digunakan dalam seluruh aspek kehidupan. Model bermanfaat dalam

    mendeskripsikan pilihan-pilihan dan dalam menganalisis tampilan-tampilan pilihan

    tersebut.

    3.1.2 Model Pembelajaran Sinektik

    Menurut Joyce, Weil, dan Calhoun (2000:135) semua model mengajar

    mengandung unsur model berikut: (1) orientasi model, (2) urutan kegiatan (syntax),

    sistem sosial (social system), (4) prinsip reaksi (principle of reaction), (5) sistem

    penunjang (support system), dan (6) dampak instruksional dan penyerta (instructional

    and nurturant effect). Dalam hal ini model pembelajaran sinektik juga harus

    mencakup semua unsur tersebut.

    8

  • 8/7/2019 metode sinektik

    9/34

    1. Orientasi Model

    Istilah sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsur-

    unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda yang tampaknya tidak relevan.

    Menurut William J.J. Gordon (1980:168), sinektik berarti strategi mempertemukan

    berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu

    pandangan baru. Selanjutnya Model Sinektik yang ditemukan dan dirancang oleh

    William JJ Gordon ini berorientasi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,

    ekspresi kreatif, empati dan wawasan dalam hubungan sosial.

    2. Rangkaian Kegiatan

    Unsur kegiatan atau sintaksis merujuk pada rincian atau tahapan kegiatan

    model sehingga fase-fase kegiatan model tersebut teridentifikasi dengan jelas. Unsur

    kedua pembangun model sinektik ini adalah proses belajar mengajar sebagai struktur

    model pembelajaran.

    Ada dua strategi dari model pembelajaran sinektik, yaitu strategi

    pembelajaran untuk menciptakan sesuatu yang baru (creating something new) dan

    strategi pembelajaran untuk melazimkan terhadap sesuatu yang masih asing (making

    the strange familiar). Kedua strategi dari model pembelajaran sinektik dapat dilihat

    pada tabel berikut.

    9

  • 8/7/2019 metode sinektik

    10/34

    Tabel 3.1 Strategi Sinektik I: Menciptakan Sesuatu yang Baru

    Tahap Pertama:

    Mendeskripsikan kondisi nyata pada

    saat itu

    Guru mengharapkan siswa mampu

    mendeskripsikan situasi atau topik

    sebagaimana yang dilihat pada saat itu

    Tahap Kedua:

    Analogi langsung

    Siswa mengajukan analogi langsung,

    memilih salah satu, dan menjelaskan

    lebih lanjut

    Tahap Ketiga:

    Analogi langsung

    Siswa melakukan analogi sebagaimana

    yang mereka pilih pada tahap kedua

    Tahap Keempat:

    Konflik kempaan

    Siswa membuat deskripsi sesuai tahap

    I dan II, dan mengembangkan konflik

    kempaan, dan memilih salah satu

    Tahap Kelima:

    Analogi langsung

    Siswa mengembangkan dan

    Menyeleksi analogi langsung lainnya

    berdasarkan kempaan

    Tahap Keenam:

    Ujicoba terhadap tugas semula

    Guru meminta siswa meninjau kem-

    bali tugas semula dan menggunakan

    analogi terakhir dan atau memasukkan

    pengalaman sinektik

    10

  • 8/7/2019 metode sinektik

    11/34

    Tabel 3.2 Strategi Sinektik II: Melazimkan Sesuatu yang Asing

    Tahap Pertama:

    Input Substantif

    Guru memberi informasi topik baru

    Tahap Kedua:

    Analogi Langsung

    Guru mengajukan analogi langsung

    dan meminta siswa mendeskripsikan

    analogi tersebut

    Tahap Ketiga:

    Analogi Personal

    Guru meminta siswa membuat analogi

    personal

    Tahap Keempat:

    Membandingkan Analogi

    Siswa mengidentifikasi dan

    Menjelaskan butir-butir yang sama di

    antara materi sedang dibahas dan

    analogi langsung

    Tahap Kelima:

    Menjelaskan berbagai perbedaan

    Siswa menjelaskan analogi-analogi

    yang salah atau berbeda

    Tahap Keenam:

    Eksplorasi

    Siswa menjelaskan kembali topik

    semula menurut bahasanya sendiri

    Tahap Ketujuh:

    Memunculkan Analogi Baru

    11

  • 8/7/2019 metode sinektik

    12/34

    Siswa memberikan analoginya sendiri

    dan menjelaskan mana yang sama atau

    berbeda

    Berdasarkan dua strategi di atas, penelitian ini menggunakan strategi kedua.

    Alasannya, strategi ini baik sekali untuk mengembangkan kemampuan kreatif dalam

    menulis.

    3. Sistem Sosial

    Sistem sosial menandakan hubungan yang terjalin antara guru dan siswa,

    termasuk norma atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan untuk

    pelaksanaan model. Model ini menuntut agar antara guru dan siswa terdapat

    hubungan yang kooperatif di mana guru menjalankan dwifungsi sebagai

    pemrakarsa dan pengontrol aktivitas siswa pada setiap tahap. Selain itu guru

    menjadi fasilitator bagi kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.

    4. Prinsip Reaksi

    Prinsip reaksi bermakna sikap dan perilaku guru untuk menanggapi dan merespon

    bagaimana siswa memproses informasi, menggunakannya sesuai pertanyaan yang

    diajukan oleh guru. Tugas penting yang diemban guru pada tahap ini adalah

    menangkap kesiapan siswa menerima informasi baru dan aktivitas mental baru untuk

    dipahami dan diterapkan.

    12

  • 8/7/2019 metode sinektik

    13/34

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Analisis Pascaperlakuan

    4.1.1 Perbedaan Kemampuan Menulis Siswa SMPN 13 Palembang Sebelum

    dan Sesudah Penerapan Model Sinektik

    Secara umum kemampuan menulis siswa sebelum model sinektik

    diberlakukan termasuk dalam kategori sedang yaitu 61,74%. Hal ini disebabkan oleh

    kurangnya motivasi guru untuk melatih siswa menulis. Kegiatan menulis atau

    mengarang biasanya diminta guru dilakukan siswa setelah libur sekolah. Tema cerita

    seputar kegiatan liburan. Tulisan atau karangan siswa secara substansi tidak

    menyentuh aspek kognitif apalagi aspek afektif.

    Setelah model pembelajaran model sinektik diberlakukan, keterampilan

    menulis siswa meningkat menjadi 75,41%. Ini berarti bahwa kemampuan menulis

    siswa termasuk dalam kategori baik.

    Taraf signifikansi antara kemampuan awal (prates) dan kemampuan akhir

    (pascates) siswa SMPN 13 Palembang tergolong baik. Artinya, kemampuan awal

    siswa baik maka kemampuan akhir dalam menulis tergolong baik pula. Hal ini

    terbukti dengan didapatkannya nilai signifikansi prates-pascates kemampuan menulis

    yang lebih kecil dari batas nilai signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

    rata-rata nilai prates-pascates berbeda secara signifikan.

    Secara teoretis, hubungan antara hasil prates dan pascates menunjukkan

    tingkat signifikansi yang tinggi karena proses pembelajaran yang menggunakan

    13

  • 8/7/2019 metode sinektik

    14/34

    model sinektik sangat mendukung kebermaknaan hubungan tersebut. Tahap-tahap

    pembelajaran diawali dengan membaca cerpen Sampah Bulan Desember dan

    dilanjutkan dengan tujuh tahap sinektik yang dirangkaikan dengan kolaborasi

    sehingga memunculkan satu model baru yang diberi nama sinekborasi.

    4.1.2.Perbedaan Kemampuan Menulis Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas

    Kontrol

    Perbedaan kemampuan menulis siswa kelas 1 SMPN 13 Palembang antara

    kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah signifikan. Temuan ini

    berdasarkan hasil uji-t yang menunjukkan adanya perbedaan kemampuan menulis

    antara kelas yang menerapkan model sinektik dengan kelas yang menerapkan model

    pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model

    sinektik dapat mengembangkan keterampilan menulis siswa.

    Perbedaan kemampuan menulis tersebut dapat diketahui berdasarkan hasil

    pengukuran kemampuan awal siswa terhadap menulis, yakni rata-rata 61,74 menjadi

    75,41 setelah perlakuan model sinektik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

    kemampuan menulis sebelum perlakuan model sinektik rendah, sedangkan

    kemampuan menulis setelah perlakuan model sinektik meningkat. Meningkatnya

    kemampuan menulis siswa menunjukkan bahwa model sinektik yang didasari oleh

    model berpikir induktif berkualitas. Hal ini sejalan dengan temuan Joyce, dkk. (1996)

    bahwa model tersebut meningkatkan kualitas menulis siswa.

    14

  • 8/7/2019 metode sinektik

    15/34

    4.1.3 Keefektifan Model Pembelajaran Sinektik

    Untuk mengukur keefektifan sinektik di kelompok kuasi eksperimen

    digunakan dua bentuk pengujian yaitu uji-t dan uji gain. Berdasarkan analisis data

    pada Bab IV dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran sinektik efektif

    digunakan di kelompok kuasi eksperimen. Keefektifan model tersebut sejalan dengan

    temuan Joyce, dkk. (2000:138) bahwa latihan yang dilakukan secara mandiri yang

    merupakan kontribusi dari model berpikir induktif sebagai fondasi penyusunan model

    sinektik dapat meningkatkan keefektifan. Kesimpulan tersebut didukung pula oleh

    pembahasan tentang kualitas proses pembelajaran sinektik.

    Uji-t merupakan pengukuran pertama yang dilakukan untuk mengidentifikasi

    keefektifan model sinektik yaitu dengan membuktikan tingkat signifikansi perbedaan

    antara kemampuan menulis kelas kuasi eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil yang

    diperoleh dari pengukuran tersebut adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara

    kemampuan akhir menulis siswa kelas 1 SMPN 13 Palembang di kelas kuasi

    eksperimen (model pembelajaran sinektik) dan kelas kontrol (model pembelajaran

    konvensional). Berdasarkan uji-t didapatkan bahwa gain skor total keterampilan

    menulis kelompok eksperimen (13,29) lebih tinggi dari pada kelompok kontrol

    (9,09). Berdasarkan uji lebih lanjut ditemukan perbedaan ini signifikan sampai

    tingkat kepercayaan 95% (yaitu dengan nilai t = 3,345 dan taraf signifikansi 0,001)

    dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa model sinektik lebih efektif dibandingkan

    model konvensional untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. (Hasil

    selengkapnya untuk uji-t disajikan pada lampiran)

    15

  • 8/7/2019 metode sinektik

    16/34

    Sementara itu, pengukuran lainnya untuk mengidentifikasi keefektifan model

    sinektik adalah uji gain. Berdasarkan uji gain dapat disimpulkan bahwa model

    sinektik efektif. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan atau pengembangan

    kemampuan menulis setelah diukur dengan gain yang membandingkan selisih antara

    prates dan pascates.

    Kedua pengukuran di atas diperkuat pula oleh kualitas pembelajaran menulis

    dengan model sinektik sehingga tingkat keefektifan model tersebut memiliki tingkat

    validasi yang tinggi. Berdasarkan hasil observasi terhadap tahap-tahap pembelajaran

    di kelas kuasi eksperimen menunjukkan bahwa kualitas PBM di kelas tersebut baik

    karena model pembelajaran yang diberlakukan di kelas tersebut diinformasikan

    kepada siswa, data informasi dinilai dan dikaji oleh siswa, hasil interpretasi data

    disusun menjadi tulisan atau karangan, didukung oleh komponen pembelajaran dan

    suasana kelas yang demokratis.

    5. Simpulan

    Berdasarkan hasil temuan, pembahasan, dan analisis data, dapat diambil

    simpulan sebagai berikut.

    5.1. Simpulan Umum

    Pelaksanaan pembelajaran menulis berdasarkan model sinektik dirancang

    berdasarkan model personal, yaitu suatu model pembelajaran yang menekankan

    kepada proses mengembangkan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan

    kehidupan emosional. Model sinektik sendiri memfasilitasi siswa mengembangkan

    16

  • 8/7/2019 metode sinektik

    17/34

    tiga aspek utama yang dimiliki siswa yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor secara

    serempak.

    Model pembelajaran ini terdiri atas 7 tahap yaitu input substantif, analogi

    langsung, analogi personal, membandingkan analogi, menjelaskan berbagai

    perbedaan, eksplorasi, dan memunculkan analogi baru.

    Pembelajaran bahasa untuk mengembangkan keterampilan menulis

    dilaksanakan dengan tahap-tahap berikut.

    1) Input substantif: guru membagikan bacaan kepada siswa.

    2) Analogi langsung: guru menjelaskan tentang bacaan kepada siswa.

    3) Analogi personal: siswa membuat karangan sendiri berdasarkan bacaan.

    4) Membandingkan analogi: siswa diskusi dengan teman dengan cara kelompok.

    5) Menjelaskan berbagai perbedaan: siswa mengadakan diskusi kelas.

    6) Eksplorasi: siswa diskusi dengan teman dengan cara kelompok.

    7) Memunculkan analogi baru: siswa memberikan karangan yang sudah direvisi.

    Berdasarkan hasil analisis proses belajar model sinektik dan penilaiannya,

    penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

    1) Pertemuan I

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sikap siswa pada

    umumnya positif. Mereka senang ketika diberitahu bahwa karangannya akan dinilai

    dan dipajang bagi yang mendapat penilaian yang baik. Pembagian cerpen kepada

    siswa disambut dengan antusias. Siswa segera membaca cerpen yang diberikan guru

    dan mendengarkan penjelasan-penjelasan yang diberikan guru selanjutnya.

    17

  • 8/7/2019 metode sinektik

    18/34

    2) Pertemuan II

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa siswa mulai menulis

    gagasan-gagasan di kertas buram sambil berdiskusi dengan teman sebangkunya dan

    sekali-kali bertanya pada guru tentang apa yang belum dipahaminya.

    3) Pertemuan III

    Hasil observasi mengidentifikasikan bahwa siswa mulai mengembangkan

    gagasan-gagasan di kertas buram menjadi beberapa kalimat. Beberapa siswa

    mengaku kesulitan untuk mengembangkan kerangka karangannya. Namun setelah

    gurunya membantu dengan memberikan kalimat pertama pada lembar karangannya,

    mereka mulai berkonsentrasi.

    4) Pertemuan IV

    Hasil observasi mengidentifikasikan bahwa siswa sudah dapat

    mengembangkan beberapa kalimat menjadi karangan. Mereka tidak takut

    karangannya akan dinilai, dan senang pula bisa membaca karangan teman-temannya.

    Mereka rata-rata menginginkan karangannya di pajang di kelasnya.

    5) Pertemuan V

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa siswa memperbaiki

    draf karangannya. Sungguh mengharukan, siswa saling membaca draf karangan dan

    memberi saran perbaikan secara berpasangan. Awalnya mereka berpasangan dengan

    teman sebangkunya, tetapi kemudian terjadi saling intip, bergerak menemui teman

    lainnya, berbeda pendapat, dan meminta penjelasan guru.

    18

  • 8/7/2019 metode sinektik

    19/34

    6) Pertemuan VI

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa proses pada

    pertemuan V terjadi juga pada pertemuan VI yaitu pada waktu kegiatan mengedit

    karangan.

    7) Pertemuan VII

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa siswa saling

    membaca karangan teman dalam kelompok kecil (4-5 orang), kemudian memberikan

    umpan balik terhadap tulisan-tulisan tersebut, kemudian dilanjutkan membaca tulisan

    setiap kelompok dan memberikan umpan balik terhadap kelompok lain. Dalam tahap

    umpan balik ini, guru dapat memanggil siswa dan membicarakan konsep mereka

    yang sekarang maupun karangan mereka sebelumnya. Setelah itu, mereka siap untuk

    membuat naskah akhir.

    8) Pertemuan V

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa siswa pada tahap ini

    telah siap untuk menulis naskah, dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk revisi.

    Pada tahap ini mereka diminta untuk betul-betul memperhatikan tujuan dari karangan

    mereka dan memperhatikan para calon pembaca yang akan membaca tulisan mereka.

    Setelah naskah akhir selesai dan direvisi, para siswa bekerja berpasangan-pasangan

    untuk menyunting pekerjaan mereka. Tahap ini bertujuan untuk memberikan

    kesempatan kepada siswa untuk mengetahui kesalahan-kesalahan tersebut setidak-

    tidaknya mereka menyadari sendiri kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya itu

    untuk dijadikan sebagai pengalaman.

    19

  • 8/7/2019 metode sinektik

    20/34

    9) Pertemuan IX

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa siswa pada tahap ini

    saling membaca draf karangan dan mengedit karangan hasil perbaikannya. Pertama

    mereka berpasangan dengan teman sebangkunya, kemudian bergerak menemui

    teman-teman lainnya. Siswa juga memperbaiki karangannya sekali lagi dengan

    menulisnya pada lembar karangan yang disediakan dan menyimpan karangan jadi

    pada map masing-masing.

    10) Pertemuan X

    Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa siswa pada kegiatan

    memilih dan memajang karangan, situasi kelas terlihat ramai. Pertama mereka saling

    membaca karangan teman dalam kelompok kecil (4-5 orang), kemudian memilih satu

    karangan terbaik dikelompoknya. Setiap kelompok ramai mendiskusikan pilihannya

    dengan kriteria masing-masing. Dalam diskusi kelas. siswa yang karangannya

    diunggulkan diminta membacakan karangan di depan kelas. Siswa yang lain

    menilainya. Para siswa tampak terbiasa mengikuti proses pembelajaran seperti itu.

    Berikut adalah catatan yang berhubungan dengan kriteria karangan yang baik

    menurut siswa yaitu: karangan tersebut baik, setiap kalimat dimulai dengan huruf

    besar dan diakhiri dengan tanda baca yang tepat, awal paragraf ditulis agak menjorok

    ke dalam, dan dibacanya lancar.

    20

  • 8/7/2019 metode sinektik

    21/34

    5.2 SIMPULAN Dalam MENJAWAB PERTANYAAN PENELITIAN

    Berdasarkan hasil analisis dari pengembalian instrumen penelitian pada

    penelitian dapat disimpulkan jawaban terhadap pertanyaan penelitian seperti berikut

    ini.

    1) Untuk pertanyaan apakah proses belajar mengajar dengan menggunakan model

    sinektik dapat meningkatkan keterlibatan atau aktivitas siswa kelas I SMPN 13

    Palembang dalam keterampilan menulis dapat disimpulkan bahwa model sinektik

    dapat meningkatkan keterlibatan atau aktivitas siswa kelas I SMPN 13 Palembang

    dalam keterampilan menulis. Hal ini tampak dari data bahwa siswa kelompok

    eksperimen yang tadinya dari angket hanya 67,45% yang menjawab YA

    mempunyai peningkatan gain keterampilan menulis dengan rata-rata 11,38

    dibandingkan dengan kelompok kontrol dari jawaban YA 72,16% hanya

    meningkat gainnya sebesar 9,09. Berdasarkan uji lebih lanjut ditemukan bahwa

    perbedaan ini signifikan sampai tingkat kepercayaan 95% (yaitu dengan nilai t =

    3,345)

    2) Untuk pertanyaan mengenai aspek-aspek karangan yang dapat ditingkatkan

    melalui penerapan model sinektik dapat dijawab bahwa semua aspek dapat

    ditingkatkan, dan terjadi perbedaan signifikan pada aspek-aspek isi karangan dan

    pengorganisasian ide dengan nilai t = 3,32 dan 3,30 yang signifikan sampai taraf

    95%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengajaran dengan model sinektik dapat

    meningkatkan semua aspek, terutama aspek isi karangan dan aspek

    pengorganisasian ide. Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa siswa yang belajar

    21

  • 8/7/2019 metode sinektik

    22/34

    dengan model sinektik meningkat daya imajinasinya sehingga lebih mampu

    mengorganisasi ide dan berimajinasi untuk isi karangan.

    3) Untuk pertanyaan aspek-aspek karangan yang berpengaruh terhadap peningkatan

    kreativitas siswa dalam menulis setelah menggunakan model pembelajaran

    sinektik dapat disimpulkan dari hasil uji berikut. Melalui analisis dengan regresi

    sederhana untuk model pertama yang menguji pengaruh aspek Isi Karangan

    terhadap peningkatan kreativitas siswa dalam menulis karangan setelah mengikuti

    pembelajaran dengan model sinektik, ternyata diperoleh harga koefisien Beta (R

    hitung) hanya sebesar -0,017, dengan taraf signifikansi 0,917. Ini berarti

    pengaruhnya terhadap peningkatan kreativitas siswa dalam menulis karangan

    melalui model pembelajaran sinektik tidak signifikan atau tidak ada. Pengujian

    pengaruh Aspek Pengorganisasian Ide terhadap aktivitas siswa diperoleh harga

    koefisien sebesar 0.351, dengan taraf signifikansi 0.086. Dalam hal ini

    walaupun tidak signifikan sampai taraf 95%, tapi dapat kita katakan bahwa

    pengaruhnya dapat dipercaya sampai 91,4%. Pengujian pengaruh Aspek

    Pemilihan Kata terhadap diperoleh harga koefisien sebesar -0.091, dengan taraf

    signifikansi 0,682 atau tidak terdapat pengaruhnya terhadap aktivitas siswa.

    Pengujian pengaruh Aspek Tata Bahasa terhadap diperoleh harga koefisien

    sebesar 0,442, dan taraf signifikansi 0,028. Ini berarti terdapat pengaruh aspek

    tata bahasa terhadap aktivitas siswa melalui model pembelajaran sinektik.

    Pengujian pengaruh Aspek Mekanika Penulisan terhadap diperoleh harga

    22

  • 8/7/2019 metode sinektik

    23/34

    koefisien sebesar 0,307, dengan taraf signifikansi 0,018. Dalam hal ini dapat

    dikatakan terdapat pengaruh aspek mekanika penulisan terhadap peningkatan

    kreativitas siswa dalam menulis karangan melalui model pembelajaran sinektik.

    Kesimpulannya bahwa dari kelima aspek karangan yang mampu mempengaruhi

    aktivitas atau keterlibatan siswa dalam menulis karangan melalui pembelajaran

    dengan menggunakan model sinektik ada dua aspek yang lebih signifikan

    memberikan pengaruh yang berarti, yaitu aspektata bahasa dan aspek mekanika

    penulisan. Adapun aspek yang lainnya masih belum signifikan sampai tingkat

    kepercayaan 95% (Perlu menjadi perhatian bahwa aspek pengorganisasian ide

    memberi pengaruh sampai 91%).

    4) Untuk pertanyaan apakah model sinektik lebih efektif daripada model

    konvensional dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran menulis di

    SMPN 13 Palembang dapat disimpulkan dari hasil uji t hasil tes instrumen hasil

    belajar berkaitan dengan skor total keterampilan menulis siswa dalam menulis

    karangan, dimana didapatkan bahwa gain skor total keterampilan menulis kelompok

    eksperimen (13,29) lebih tinggi dari pada kelompok kontrol (9,09). Berdasarkan uji

    lebih lanjut ditemukan bahwa perbedaan ini signifikan sampai tingkat kepercayaan

    95% (yaitu dengan nilai t = 3,345 dan taraf signifikansi 0,001). Dalam hal ini dapat

    kita simpulkan bahwa model sinektik lebih efektif dibandingkan model konvensional

    untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Dari kedua analisis yang dilakukan

    tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar menulis dengan

    23

  • 8/7/2019 metode sinektik

    24/34

    menggunakan model sinektik mampu memberikan tingkat keefektifan yang lebih

    tinggi daripada proses pembelajaran dengan menggunakan model konvensional di

    SMP 13 Palembang. Selain itu, berkaitan dengan kualitas pembelajaran menulis dapat

    juga disimpulkan:

    1) Model sinektik dalam pembelajaran menulis mempunyai keunggulan dalam

    mengembangkan dua ranah taksonomi yaitu kognitif dan afektif/emosional.

    Model ini tidak hanya mengasah aspek kognitif, tetapi juga menajamkan aspek

    afektif/emosional siswa. Artinya model ini mendukung tujuan pembelajaran

    menulis berdasarkan kurikulum 1994 yang telah disesuaikan dengan suplemen

    GBPP 1999 yakni meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir, bernalar, dan

    memperluas wawasan, dan sesuai juga dengan KBK.

    2) Model sinektik dalam pembelajaran menulis tidak luput dari kelemahan juga.

    Secara umum, model ini menghabiskan waktu cukup lama karena siswa harus

    merespons tahap demi tahap sampai tujuh tahap sehingga membuahkan hasil yang

    optimal. Secara spesifik, model ini memfasilitasi respons siswa dengan

    pertanyaan pemandu sampai tahap terakhir tahap ketujuh yaitu memunculkan

    analogi baru sehingga seluruh tahap-tahap sinektik dapat dilakukan oleh siswa.

    3) Hasil penilaian pembelajaran menulis dengan menggunakan model sinektik

    ditinjau dari tes mengarang dan tes pengetahuan menulis cukup berhasil. Hal

    tersebut dilihat dari nilai tes mengarang dan tes pengetahuan menulis yang

    mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Aspek kebahasaan siswa dapat

    dijelaskan bahwa rata-rata siswa mampu membuat kalimat tunggal dan kalimat

    24

  • 8/7/2019 metode sinektik

    25/34

    majemuk. Kemampuan menulis kalimat sudah cukup baik yaitu hadirnya subjek,

    predikat, dan objek di tempat yang sesuai.

    4. Bentuk tes yang digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran menulis adalah tes

    objektif pilihan ganda biasa dengan empat pilihan yang digunakan untuk

    mengevaluasi tes pengetahuan menulis siswa dan untuk mengevaluasi tes

    mengarang digunakan penilaian hasil karangan yang bersifat analitis yang

    meliputi aspek logika dan aspek linguistik. Aspek logika meliputi isi dan

    pengorganisasian karangan dan aspek linguistik meliputi pemilihan kata,

    pengkalimatan, dan mekanika penulisan. Angket berupa penilaian terhadap diri

    sendiri digunakan untuk melengkapi data pada pelaksanaan perlakuan.

    5.3. Implikasi

    Bertolak dari berbagai temuan yang diperoleh sejak proses hingga hasil akhir

    penelitian ini dapat dikemukakan implikasi teoretis dan praktis berikut.

    1) Wujud implikasi teoretis dari studi ini adalah pembelajaran bahasa untuk

    mengembangkan keterampilan menulis siswa SMP akan efektif bila respons siswa

    difasilitasi dengan pertanyaan-pertanyaan pemandu sehingga dapat menggiring

    siswa pada pembelajaran menulis yang kreatif di mana siswa mampu berpikir

    kreatif dan mampu terlibat secara psikologis dengan tulisan yang sedang

    dibuatnya. Dengan cara demikian, tulisan yang dibuatnya bermakna di dalam diri

    siswa dan membangkitkan kreativitas. Dalam proses menulis, pengembangan

    dimensi kreativitas ini sangat penting dan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara

    atau metode, salah satu caranya melalui sinektik.

    25

  • 8/7/2019 metode sinektik

    26/34

    Model sinektik ini mendukung pembelajaran menulis yang selama ini

    diterapkan di berbagai jenjang pendidikan. Adalah hal yang sia-sia mengharapkan

    siswa mampu menulis secara kreatif tanpa melibatkan perasaan dan pikiran siswa

    dalam proses penulisan karena hal ini merupakan syarat penting pengembangan

    kreativitas itu sendiri. Dengan demikian, pembelajaran dan pendidikan tidak hanya

    mengeksploitasi siswa untuk menguasai tujuan pembelajaran semata tetapi proses

    pembelajaran dan pendidikan dapat mencuat ke permukaan sesuai dengan tujuan

    kurikulum 1994 dan kurikulum yang berbasis kompetensi.

    2) Implikasi Praktis. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan

    pembelajaran menulis di seluruh jenjang pendidikan. Sudah saatnya bagi guru-

    guru untuk menjadi agen pembaharuan (innovator) dalam pembelajaran menulis

    sehingga pembelajaran menulis mampu mengembangkan keterampilan berbahasa

    siswa. Untuk siswa sekolah menengah pertama, materi ajar yang dibutuhkan

    adalah bacaan yang mudah dipahami, mengandung kegiatan sehari-hari dan yang

    dapat membangkitkan kreativitas siswa dalam menulis sehingga mereka dapat

    merespons dengan menggunakan tahap-tahap yang berhubungan dengan itu seperti

    tahap-tahap sinektik.

    Untuk jenjang perguruan tinggi, bentuk pertanyaan pemandu harus lebih

    disederhanakan lagi sedangkan bacaan sebagai materi ajar dapat menyeleksi bacaan-

    bacaan yang tepat dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi.

    26

  • 8/7/2019 metode sinektik

    27/34

    5.4 Saran

    Meningkatnya kemampuan menulis siswa dengan mengimplementasikan

    model sinektik dalam pembelajaran bahasa membuktikan bahwa model tersebut

    disamping mempunyai kelebihan juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang sudah

    pasti tidak dapat dihindari.

    Harapan yang ingin dicapai dengan mencuatnya model pembelajaran menulis

    ini adalah terciptanya masyarakat literat yang bermoral baik sejak dini yaitu

    tumbuhnya minat baca dan meningkatnya kesadaran pentingnya mengekspresikan

    hasil bacaan ke dalam kegiatan menulis. Kegiatan tulis-menulis inilah yang menjadi

    cikal bakal munculnya penulis-penulis andal dan bermoral baik yang dapat

    mengkomunikasikan ilmu di bidangnya masing-masing. Dengan demikian, secara

    makro masyarakat Indonesia mampu mengemukakan ilmu di bidangnya baik secara

    lisan maupun tulisan.

    Untuk mewujudkan harapan di atas, berikut ini dikemukakan saran untuk

    penerapan model dan penelitian lanjutan.

    1) Saran untuk Penerapan Model

    Bila ditinjau dari keunggulan model pembelajaran menulis yang berbasis

    sinektik maka perlu diupayakan penyebarluasan penerapan model di berbagai jenjang

    pendidikan. Para pembuat kurikulum, penyusun buku ajar, pekerja bahasa dan sastra

    (penulis ilmiah dan cerita), pemilik stasiun TV, dan guru dapat mempelajari model

    tersebut berawal dari asumsi-asumsi, landasan teoretis model, dan langkah-langkah

    pembelajaran.

    27

  • 8/7/2019 metode sinektik

    28/34

    Bagi pembuat kurikulum, tujuan pembelajaran bahasa khususnya menulis

    berdasarkan kurikulum 1994 yang telah disesuaikan dengan suplemen GBPP 1999

    dan KBK sudah sangat jelas untuk dipahami. Sayangnya, implementasi KBK untuk

    pembelajaran bahasa khususnya menulis belum terakomodir dengan baik sehingga

    kurikulum yang telah dirancang dengan baik tersebut baru sebatas wacana karena

    materi pokok pembelajaran bahasa khususnya menulis masih dalam taraf abstraksi

    sehingga para guru di lapangan menghadapi kesulitan menerjemahkan sinyal-sinyal

    yang secara eksplisit tertuang dengan jelas di dalam kurikulum. Untuk itu, tujuan

    pembelajaran bahasa khususnya menulis yang sudah sesuai dengan harapan yaitu

    mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam

    berbagai ragam tulisan maka perlu ditambahkan ke dalam kurikulum tersebut sebuah

    pernyataan yang disertai dengan penjelasan pembelajaran menulis yang kreatif

    dengan berorientasi pada sinektik yang melibatkan dua ranah taksonomi sehingga

    terwujud aspek kognitif dan afektif/emosional yang terasah tajam dan seimbang.

    Bagi penyusun buku ajar, mengingat karya sastra khususnya cerpen hanya

    mendapat porsi yang sedikit dalam buku ajar bahasa Indonesia, cerita-cerita yang

    ditampilkan dalam buku ajar untuk SMP khususnya diupayakan cerita-cerita yang

    dialognya bersifat alamiah, sesuai dengan usia mereka, alur ceritanya yang akrab

    dengan keseharian mereka, dan yang dapat membangkitkan kreativitas menulis

    mereka. Dengan demikian, para penyusun buku turut mendukung tujuan

    pembelajaran bahasa khususnya menulis berdasarkan kurikulum 1994 dan KBK yaitu

    mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam

    28

  • 8/7/2019 metode sinektik

    29/34

    berbagai ragam tulisan siswa. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, penyusun buku

    dapat menjadikan pedoman berikut ini sebagai panduan menyusun pertanyaan untuk

    cerita-cerita yang sudah diadopsi dari berbagai sumber.

    a. Aspek kognitif mencakup tahap penggambaran, penafsiran, penyimpulan, dan

    perenungan.

    b. Aspek afektif/emosional mencakup intrapersonal/hubungan diri sendiri,

    interpersonal/orang lain, lingkungan, dan si alamat.

    Bagi para pekerja bahasa, sastra, dan penulis cerita anak. Berdasarkan hasil

    penelitian ini diharapkan buku-buku bahasa dan sastra yang layak dikonsumsi oleh

    siswa SMP sesuai dengan latar belakang keseharian siswa, dialog-dialog sesuai

    dengan usia mereka, alur cerita sesuai dengan tahap perkembangan kognitif dan

    emosi mereka, dan juga yang dapat membangkitkan kreativitas siswa dalam menulis.

    Untuk pekerja bahasa, sastra dan penulis cerita di media cetak, harapan-harapan di

    atas sudah terakomodir dengan baik. Sayangnya, ditemukan oknum pekerja bahasa,

    sastra dan penulis cerita anak dan remaja untuk media elektronik (televisi) lebih

    mementingkan nilai komersial yang mengeruk keuntungan besar ketimbang nilai-

    nilai agama, moral dan budaya. Hal ini terindikasi dengan adanya cerita anak dan

    remaja dengan latar cerita dan alur cerita yang banyak menyimpang dari norma-

    norma tersebut sehingga meracuni moral anak dan remaja, misal: film yang berjudul

    Buruan Cium Gue yang sempat ditayangkan di bioskop di Indonesia. Sia-sialah

    usaha pemerintah melalui Depdiknas dengan KBKnya bila cerita-cerita anak dan

    29

  • 8/7/2019 metode sinektik

    30/34

    remaja dalam media elektronik berseberangan dengan cerita-cerita anak dan remaja

    dalam media cetak.

    Bila ditilik dari perspektif kepentingan, rekomendasi untuk pekerja bahasa,

    sastra dan penulis cerita anak dan remaja di media elektronik berhubungan dengan

    para pemilik stasiun televisi swasta. Bahwa untuk kepentingan perkembangan moral

    anak, pemilik stasiun televisi perlu mempertimbangkan tayangan-tayangan cerita

    anak dan remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Sudah saatnya

    membangun Indonesia yang terpuruk dan krisis moral lewat media elektronik karena

    media tersebut pada kenyataannya lebih disenangi dan diakrabi oleh anak dan remaja.

    Bagi para guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan

    pembelajaran bahasa yang mampu meningkatkan keterampilan menulis siswa

    disamping mencerdaskan moral mereka. Guru dapat menyeleksi buku-buku bahasa

    dan sastra anak dan remaja dari berbagai sumber sebagai bahan ajar dengan

    mengutamakan latar cerita dan alur cerita yang sesuai dengan keseharian siswa, dan

    yang dapat memancing kreativitas siswa dalam menulis.

    2) Saran untuk Penelitian Lanjutan

    Model sinektik dan kolaborasi merupakan gabungan dua metode yang berbeda

    yang membutuhkan banyak waktu dalam penerapannya. Gabungan dua metode ini

    dinamakan Sinekborasi. Dalam rangka mengembangkan keterampilan menulis

    siswa, para peneliti yang berminat menekuni masalah peningkatan keterampilan

    berbahasa khususnya menulis dapat mengembangkan penelitian ini dengan metode

    30

  • 8/7/2019 metode sinektik

    31/34

    penelitian tindakan kelas yang bernuansa kualitatif karena tes mengarang dan tes

    pengetahuan menulis dapat ditinjau dari dua perspektif yaitu penelitian yang

    menganalisis aspek kebahasaan dan aspek substansi berupa respons siswa itu sendiri

    (kognitf dan afektif/emosional).

    Penelitian replikasi (perluasan) yang menyangkut variabel penelitian dan

    subjek penelitian baik pada tingkat pendidikan yang sama maupun sekolah menengah

    atas atau pendidikan tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

    komparatif.

    Penelitian dengan latar eksperimen semu pun masih dapat diujicobakan

    dengan sedikit modifikasi. Untuk tingkat SMA, tahap-tahap dalam sinektik dan

    kolaborasi dapat ditingkatkan melalui pertanyaan-pertanyaan pemandu yang dapat

    mengiring siswa menulis secara kreatif. Begitu juga penelitian yang sama dapat

    dilakukan pada mahasiswa.

    Hal lain yang dapat dilakukan adalah penelitian terhadap variabel yang

    berbeda untuk menciptakan suatu model pembelajaran bahasa khususnya menulis.

    Model ini dapat juga meningkatkan keterampilan berbahasa lainnya seperti

    keterampilan membaca, berbicara, dan menyimak dengan tidak menghilangkan salah

    satu perangkat dari sinektik dan kolaborasi yang diangkat di dalam penelitian ini

    31

  • 8/7/2019 metode sinektik

    32/34

    DAFTAR PUSTAKA

    Akhadiah, S., Arsjad, M.G., dan Riwan, S.H., (1988). Pembinaan Kemampuan

    Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

    Akhadiah, M.K., S. (1998). Pengembangan Kemampuan Bernalar, Kreativitas, dan

    Budaya tulis Melalui Jalur Pendidikan dalam Rangka Peningkatan Sumber

    Daya Manusia. Bahasa Menjelang Tahun 2002: Risalah Kongres Bahasa

    Indonesia VI. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

    Alderson, J.C., Alan B. [ed.]. (1992). Evaluating Second Language Education.

    Cambridge: Cambridge University.

    Alwasilah, A.C. (1999). Respon Penulis Terhadap Koreksi Pembaca: Studi Kasus

    Tulisan Mahasiswa Pascasarjana IKIP Bandung. Bandung: Lembaga

    Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia.

    Alwasilah, A.C. (2001). Membangun Kota Berbudaya Literat. Artikel dalam Media

    Indonesia. Jakarta, Sabtu 6 Januari 2001.

    Alwi, H., Dardjowidjoyo, S., Lapoliwa, H., dan Moeliono, A.M. (1998). Tata Bahasa

    Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

    Baynham, M. (1995). Literacy Practices: Investigation Literacy in Social Context.

    New York: Longman Group Limited.

    Dahlan, M. D. (1990). Model-model Mengajar. Bandung: Diponegoro.

    32

  • 8/7/2019 metode sinektik

    33/34

  • 8/7/2019 metode sinektik

    34/34

    Joyce, B. dan Weil, M. (1996). Models of Teaching. Second Edition. Englewood New

    Jersey: Prentice-Hall,Inc.

    Joyce, B. dan Weil, M. dan Calhoun, E. (2000). Models of Teaching. Boston-London:

    Allyn and Bacon.

    Munandar, S.C.U. (1985). Pengembangan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

    Jakarta: Gramedia.

    Munandar, S.C.U. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak. Jakarta:

    Gramedia.

    Munandar, S.C.U. (1992). Mengembangkan Anak Berbakat. Jakarta: Depdikbud.

    Munandar, S.C.U. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan

    Potensi Kreativitas dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka.

    Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

    Supriadi, D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK.

    Bandung: Alfabeta.

    Tilaar, H.A.R. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam

    Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.

    Wilkinson, A (1983). Assesing Language Development: The Credition Project.

    dalam Learning to Write First Language. London and Newyork: Longman.