Metode Penentuan Durasi Proyek, CPM - PERT - PDM

45
LAPORAN 2 MANAJEMEN KONSTRUKSI 2 PEMICU 2 Anggota Kelompok I : 1. Dicky Dharmawan (4112010010) 2. Ichsan Gaffar Faisal (4112010017) 3. Rafly Dwi Wijayanto (4112010020) 4. Zatiyah Nafisah (4112010020) POLITEKNIK NEGERI JAKARTA `

description

Tugas Pemicu II

Transcript of Metode Penentuan Durasi Proyek, CPM - PERT - PDM

LAPORAN 2 MANAJEMEN KONSTRUKSI 2PEMICU 2

Anggota Kelompok I :1. Dicky Dharmawan(4112010010)2. Ichsan Gaffar Faisal(4112010017)3. Rafly Dwi Wijayanto(4112010020)4. Zatiyah Nafisah(4112010020)

POLITEKNIK NEGERI JAKARTAJURUSAN TEKNIK SIPIILPROGRAM STUDI PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATANMARET, 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Tugas Manajemen Konstruksi mengenai Permasalahan Pemicu 1 tepat pada waktunya.Pada Tugas Manajemen Konstruksi ini berisi tentang perencanaan dan penjadwalan jalan lingkar Surakarta-Kartasura mulai dari perencanaan, penjadwalan, serta perencanaan sumber daya yang disajikan secara sistematis dan disertai dengan gambar-gambar yang relevan, sehingga mempermudah pembaca untuk mempelajarinya.Dalam pembuatan tugas ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik material maupun spiritual serta bimbingan dari berbagai pihak dan untuk itu dengan segala kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terimakasih kepada:1. Ibu Fajar Susilowati, selaku dosen kami yang telah memberi banyak kritik dan saran terhadap proses penyusunan tugas ini,2. Rekan kelompok I yang telah bekerja sama dengan baik, serta3. Teman teman Kelas 3 Perancangan Jalan dan Jembatan, yang telah ikut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini juga membantu menyelesaikannya.Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, 6 Maret 2015

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang MasalahProyek konstruksi berkembang semakin besar dan rumit dewasa ini baik dari segi fisik maupun biaya. Pada prakteknya suatu proyek mempunyai keterbatasan akan sumber daya, baik berupa manusia, material, biaya ataupun alat. Hal ini membutuhkan suatu manajemen proyek mulai dari fase awal proyek hingga fase penyelesaian proyek. Dengan meningkatnya tingkat kompleksitas proyek dan semakin langkanya sumber daya maka dibutuhkan juga peningkatan sistem pengelolaan proyek yang baik dan terintegrasi.Sebuah proyek dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas dan sasarannya telah digariskan dengan jelas. Dalam pelaksanaan sebuah proyek, dapat kita temukan kegiatan-kegiatan yang sangat kompleks dan penting. Untuk mengatur dan mengelola kegiatan-kegiatan itu perlu adanya suatu manajemen proyek yang baik, termasuk kegiatan jasa konstruksi. Manajemen proyek diterapkan pada seluruh tahapan proyek. Mulai dari perencanaan, pengadaan barang, material dan pelaksanaan guna mencapai tujuan yang sesuai dengan tahapan proyeknya. Usaha pengelolaan dalam manajemen konstruksi yang sering dilakukan adalah penjadwalan kegiatan proyek secara sistematis. Penyusunan jadwal kegiatan dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan cara bagan balok (bar chart) dan jaringan kerja (Network Planning). Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Jaringan kerja dipandang sebagai langkah penyempurnaan dari metode bagan balok. Penerapan penjadwalan dengan jaringan kerja akan lebih mudah dalam memperkirakan kurun waktu penyelesaian proyek. Metode jaringan kerja dibagi menjadi tiga cara/metode yaitu Critical Path Methode (CPM) atau Metode Jaringan Kritis, Project Evaluation and Review Techniquem (PERT) atau Teknik Pengamatan dan Evaluasi Proyek dan Preseden Diagram Method (PDM) atau Metode Diagram Preseden. Ketiga metode ini mempunyai perbedaan dimana metode CPM menggunakan satu angka penentu waktu, metode PERT menggunakan tiga angka kemungkinan waktu, sedangkan metode PDM menggunakan satu angka penentu waktu yang dilengkapi dengan konstrain (batasan). Perbedaan pada angka penentu akan berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek nantinya. Mengacu pada perbedaan tadi, laporan ini berusaha untuk mempelajari ketiga metode tersebut sehingga pada akhirnya diperoleh waktu penyelesaian proyek paling pendek pada proyek jasa konstruksi yang akan dikerjakan.

1.2. Tujuan MasalahTujuan dari Pemicu 2 sebagai berikut : a. Memahami konsep dasar penjadwalan proyek dengan metode CPM-PERT-PDM. b. Mampu mengestimasi durasi kegiatan CPM-PERT-PDM. c. Memahami konsep Forward Calculation, Backward Calculation, Float, lintasan kritis dalam CPM. d. Memahami konsep analisa probabilitas dalam metode PERT. e. Memahami perhitungan waktu kegiatan efektif, Forward Calculatin, Backward Calculation, Float, lintasan kritis dalam PERT. f. Mengetahui constraint antar pekerjaan PDM. g. Memahami konsep Lead Time & Lag Time, Forward Calculation, Backward Calculation, Float, lintasan kritis dalam PDM.

1.3. Rumusan MasalahBatasan masalah Pemicu 2 sebagai berikut : 1. Pendahuluan CPM-PERT-PDM. 2. Langkah perhitungan durasi dengan metode CPM-PERT_PDM3. Estimasi durasi kegiatan CPM-PERT-PDM. 4. Analisis probabilitas PERT. 5. Constraint antar pekerjaan PDM. 6. Lead time and lag time PDM. 7. Forward calculation, backward calculation, float, lintasan kritis dalam CPM-PERT- PDM.

BAB IILEMBAR TUGAS MANDIRI (LTM)

2.1 KONSEP DASAR PENJADWALAN PROYEK DENGAN METODE CPM2.1.1 Pengertian CPM (critical path method )CPM (critical path method ) atau Metode Jalur Kritismerupakan model kegiatan proyek yang digambarkan dalam bentuk jaringan. Kegiatan yang digambarkan sebagai titik pada jaringan dan peristiwa yang menandakan awal atau akhir dari kegiatan digambarkan sebagai busur atau garis antara titik. CPM (critical path method ) atau Metode Jalur Kritis adalah suatu rangkaian item pekerjaan dalam suatu proyek yang menjadi bagian kritis atas terselesainya proyek secara bagian kritis atas terselesainya proyek secara keseluruhan.2.1.2 Manfaat CPM (critical path method ) Memberikan tampilan grafis dari alur kegiatan sebuah proyek, Memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek, Menunjukkan alur kegiatan mana saja yang penting diperhatikan dalam menjaga jadwal penyelesaian proyek, Menyelesaikan proyek dengan cepat, Mengkomunikasikan proyek secara efektif

2.1.3 Diagram Jaringan CPMDalam diagram jaringan CPM, dikenal beberapa simbol diagram yang digunakan untuk mendeskripsikan urutan, waktu pelaksanaan dan jenis kegiatan pada suatu proyek. Beberapa simbol tersebut antara lain :1. Anak panah (arrow) Menyatakan kegiatan (panjang panah tidak mempunyai arti khusus) Pangkal dan ujung panah menerangkan kegiatan mulai dan berakhir Kegiatan harus berlangsung terus dalam jangka waktu tertentu dengan pemakaian sejumlah sumber (manusia, alat, bahan dan dana) Pada umumnya kegiatan diberi kode huruf a, b, c dst.

Gambar anak panah (arrow)

2. Simpul (node) Menyatakan suatu kejadian kejadian atau peristiwa Kejadian diartika sebagai awal atau akhir dari satu atau beberapa kegiatan Umumnya kejadian diberi kode dengan angka 1, 2, 3, dst, yang disebut nomor kejadian.

Gambar simpul (node)

3. Anak panah putus-putus Menyatakan kegiatan semu (dummy) Dummy sebagai pemberitahuan bahwa terjadi perpindahan satu kejadian ke kejadian lain pada saat yang sama Dummy tidak memerlukan waktu dan tidak menghabiskan sumber.

Gambar anak panah putus-putus

Gambar contoh diagram jaringan CPM

2.2 LANGKAH PERHITUNGAN CPMKonsep ini tentu saja dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi proyek yang ada. Langkah standar dalam penentuan CPM adalah sebagai berikut:a. Membagi seluruh pekerjaan menjadi beberapa kelompok pekerjaan yang dapat dikatakan sejenis.b. Menentukan durasi penyelesaian pekerjaan masing-masingc. Menentukan keterkaitan antara kelompok-kelompok pekerjaan tersebut.d. Menentukan durasi total pekerjaan dengan perhitungan maju atau perhitungan mundure. Membandingkan durasi total pekerjaan dengan waktu yang dibutuhkan.

2.3 ESTIMASI DURASI KEGIATAN CPMDurasi (kurun waktu) kegiatan dalam metode jaringan kerja adalah lama waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dari awal sampai akhir. Perhitungan durasi pada metode CPM digunakan untuk memperkirakan (estimasi) waktu penyelesaian aktivitas, yaitu dengan cara Single Duration Estimate. Cara ini dilakukan apabila durasi dapat diketahui dengan akurat dan tidak terlalu berfluktuasi.

Rumus yang digunakan untuk menghitung durasi kegiatan adalah: = . ..(Soeharto, 1995) Keterangan : D = Durasi kegiatan V = Volume kegiatan Pr = Produktivitas kerja rata-rata N = Jumlah tenaga kerja dan peralatan

2.4 PENDAHULUAN PERTPERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada di dalam suatu proyek. PERT yang memiliki kepanjangan Program Evalution Review Technique adalah suatu metodologi yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1950 untuk mengatur program misil. Sedangkan terdapat metodologi yang sama pada waktu bersamaan yang dikembangkan oleh sector swasta yang dinamakan CPM atau Critical Path Method.

Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri dari beberapa titik (nodes) yang merepresentasikan kejadian (event) atau suatu titik tempuh (milestone). Titik-titik tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis yang memilikiarah) yang merepresentasikan suatu pekerjaan (task) dalam sebuah proyek. Arah dari vector atau garis menunjukan suatu urutan pekerjaan.

Analogi Dalam PERT

Dari gambar diatas dapat diamati bahwa setiap arah panah akan menunjukan suatu urutan pengerjaan. Seperti pekerjaan 1 dilakukan terlebih dahulu (start), kemudian bisa dilanjutkan oleh pekerjaan 2, 3, 4, setelah itu pekerjaan 5,6. Titik 7 adalah titik finish dimana pekerjaan terakhir dilakukan dan merupakan akhir dari sebuah proyek. Selain menunjukkan suatu urutan pengerjaan diagram PERT juga menunjukan suatu keterikatan antar pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan. Keterikatan itu dapat dilihat dengan contoh pekerjaan 2, 3, 4 hanya dapat dilakukan jika pekerjaan 1 sudah selesai dilakukan.

Sebuah pekerjaan yang dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan lain disebut juga sebagai pekerjaan pararel (pararel taskatau concurrent task). Selain itu terdapat juga sebuah aktivitas yang diwakili oleh garis putus-putus yang disebut dengan dummy activities. Dari sebuah diagram PERT dapat digunakan untuk mengetahui suatu urutan aktivitas kritis atau aktivitas yang harus dilakukan sebagai prioritas utama (critical path), penjadwalan dengan aktivitas lain, dan jumlah pekerja yang dibutuhkan.

Sebelumnya disebutkan bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian proyek telah ditemukan metode selain CPM, suatu metode yang dikenal sebagai PERT. Bila CPM memperkirakan waktu komponen kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik satu angka yang mencerminkan adanya kepastian, maka PERT direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan. Situasi ini, misalnya dijumpai pada proyek penelitian dan pengembangan sampai menjadi produk yang sama sekali baru. PERT memakai pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan tergantung pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi rentang (range), yaitu dengan memakai tiga angka estimasi. PERT juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba "mengukur" ketidakpastian tersebut secara kuantitatif seperti "deviasi standar" dan varians. Dengan demikian, metode ini memiliki cara yang spesifik untuk menghadapi hal tersebut yang memang hampir selalu terjadi pada kenyataannya dan mengakomodasinya dalam berbagai bentuk perhitungan.

2.5 LANGKAH PERHITUNGAN PERTa) Mengidentifikasi aktivitas (activity) dan titik tempuhnya (milestone).Sebuah aktivitas adalah pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Titik tempuh (milestone) adalah penanda kejadian pada awal dan akhir satu atau lebih aktivitas. Untuk mengidentifikasi aktivitas dan titik tempuh dapat menggunakan suatu tabel agar lebih mudah dalam memahami dan menambahkan informasi lain seperti urutan dan durasi.

b) Menetapkan urutan pengerjaan dari aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan.Langkah ini bisa dilakukan bersamaan dengan identifikasi aktivitas. Dalam menentukan urutan pengerjaan bisa diperlukan analisa yang lebih dalam untuk setiap pekerjaan.

c) Membuat suatu diagram jaringan (network diagram).Setelah mendapatkan urutan pengerjaan suatu pekerjaan maka suatu diagram dapat dibuat. Diagram akan menunjukan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan berurutan (serial) atau secara bersamaan (pararell). Pada diagram PERT bisaanya suatu pekerjaan dilambangkan dengan symbol lingkaran dan titik tempuh dilambangkan dengan simbol panah.

d) Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas.Dalam menentukan waktu dapat menggunakan satuan unit waktu yang sesuai misal jam, hari, minggu, bulan, dan tahun.

e) Menetapkan suatu jalur kritis (critical path).Suatu jalur kritis bisa didapatkan dengan menambah waktu suatu aktivitas pada tiap urutan pekerjaan dan menetapkan jalur terpanjang pada tiap proyek. Bisaanya sebuah jalur kritis terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa ditunda waktu pengerjaannya. Dalam setiap urutan pekerjaan terdapat suatu penanda waktu yang dapat membantu dalam menetapkan jalur kritis, yaitu : ES Early Start EF Early Finish LS Latest Start LF Latest FinishDengan mengguna kan empat komponen penanda waktu tersebut bisa didapatkan suatu jalur kritis sesuai dengan diagram.

f) Melakukan pembaharuan diagram PERT sesuai dengan kemajuan proyek.Sesuai dengan berjalannya proyek dalam waktu nyata. Waktu perencanaan sesuai dengan diagram PERT dapat diperbaiki sesuai dengan waktu nyata. Sebuah diagram PERT mungkin bisa digunakan untuk merefleksikan situasi baru yang belum pernah diketahui sebelumnya.

2.6 ESTIMASI DURASI KEGIATAN PERTDalam visualisasi penyajiannya, PERT sama halnya dengan CPM, yaitu menggunakan diagram anak panah (activity on arrow) untuk menggambarkan kegiatan proyek. Demikian pula pengertian dan perhitungan mengenai kegiatan kritis, jalur kritis dan float yang dalam PERT disebut SLACK. Salah satu perbedaan yang substansial adalah dalam estimasi kurun waktu kegiatan, di mana PERT menggunakan tiga angka estimasi, yaitu, a, b, dan m yang mempunyai arti sebagai berikut: a = kurun waktu optimistik (optimistic duration time)Waktu tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan bila segala sesuatunya berjalan mulus. Waktu demikian diungguli hanya sekali dalam seratus kali bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. m = kurun waktu paling mungkin (most likely time)Kurun waktu yang paling sering terjadi dibanding dengan yang lain bila kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. b = kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time)Waktu yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, yaitu bila segala sesuatunya serba tidak baik. Waktu demikian dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.

2.7 TEORI PROBABILITAS Teori probabilitas dengan kurva distribusinya akan menjelaskan arti tiga angka tersebut khususnya dan latar belakang dasar pemikiran metode PERT pada umumnya. Pada dasamya teori probabilitas bermaksud mengkaji dan mengukur ketidakpastian (uncertainty) serta mencoba menjelaskan secara kuantitatif. Diumpamakan satu kegiatan dikerjakan secara berulang-ulang dengan kondisi yang dianggap sama. seperti pada Gambar 2.10 . Sumbu horisontal menunjukkan waktu selesainya kegiatan. Sumbu vertikal menunjukkan berapa kali (frekuensi) kegiatan selesai p ada kurun waktu yang bersangkutan.

2.7.1 Kurva Distribusi dan Variabel a, b, dan m Dari kurva distribusi dapat dijelaskan arti dari a, b, dan m. Kurun waktu yang menghasilkan puncak kurva adalah m, yaitu kurun waktu yang paling banyak terjadi atau juga disebut the most likely time. Adapun angka a dan b terletak (hampir) di ujung kiri dan kanan dari kurva distribusi, yang menandai batas lebar rentang waktu kegiatan. Kurva distribusi kegiatan seperti di atas pada umumnya berbentuk asimetris dan disebut Kurva.

2.7.2 Kurva distribusi dan kurun waktu yang diharapkan ( te) Setelah menentukan estimasi angka-angka a, m, dan b, maka tindak selanjutnya adalah merumuskan hubungan ketiga angka tersebut menjadi satu angka, yang disebut te atau kurun waktu yang diharapkan (expected duration time). Angka te adalah angka rata-rata kalau kegiatan tersebut dikerjakan berulang ulang dalam jumlah yang besar. Seperti telah dijelaskan di muka, bila kurun waktu sesungguhnya bagi setiap pengulangan dan jumlah frekuensinya dicatat secara sistematis akan diperoleh kurva "beta distribusi".

2.7.3 Estimasi Angka-angka a, b, dan m Sama halnya dengan CPM, maka mengingat besarnya pengaruh angka-angka a, b, dan m dalam metode PERT, maka beberapa hal perlu diperhatikan dalam estimasi besarnya angka-angka tersebut. Di antaranya: Estimator perlu mengetahui fungsi dari a, b, clan m dalam hubungannya dengan perhitungan-perhitungan dan pengaruhnya terhadap metode PERT secara keseluruhan. Bila tidak, dikhawatirkan akan mengambil angka estimasi kurun waktu yang tidak sesuai atau tidak membawakan pengertian yang dimaksud. Di dalam proses estimasi angka-angka a, b, dan m bagi masing-masing kegiatan, j angan sampai dipengaruhi atau dihubungkan dengan target kurun waktu penyelesaian proyek. Bila tersedia data-data pengalaman masa lalu (historical record), maka data demikian akan berguna untuk bahan pembanding dan banyak membantu mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan. Dengan syarat data-data tersebut cukup banyak secara kuantitatif dan kondisi kedua peristiwa yang bersangkutan tidak banyak berbeda.

2.8 FORWARD, BACKWARD, FLOAT DAN LINTASAN KRITIS METODE CPM & PERTPada metode jaringan kerja dikenal adanya jalur kritis, yaitu rangkaian kegiatan kritis dari kegiatan pertama sampai kegiatan akhir. Jalur kritis penting artinya bagi para pelaksana proyek karena jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang pelaksanaannya harus tepat waktu jika tidak akan menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan.Untuk mengidentifikasi jalur kritis dan float metode CPM dan PERT sama-sama menggunakan Forward Calculation (Hitungan Maju) dan Backward Calculation (Hitungan mundur) karena keduanya termasuk klasifikasi diagram AOA (activity on arrow).2.8.1 Perhitungan Maju (Forward Calculation)Aturan yang berlaku sebagai berikut:a. Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan yang mendahuluinya telah selesai.b. Waktu paling awal suatu kegiatan = 0c. Waktu selesai paling awal suatu kegiatan adalah sama dengan waktu mulai paling awal, ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan. EF = ES +Dd. Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan pendahulunya, maka ES-nya adalah EF terbesar dari kegiatan-kegiatan tersebut.Contoh perhitungan maju:

Bila hasil perhitungan di atas dalam suatu format akan dihasilkan tabulasi sebagai berikut:

2.8.2 Perhitungan Mundur (Backward Calculation)Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau tanggal paling akhir kita masih dapat memulai dan mengakhiri kegiatan tanpa menunda kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, yang telah dihasilkan dari perhitungan maju. Aturan yang berlaku sebagai berikut:a. Hitungan mundur dimulai dari ujung kanan, yaitu dari hasil terakhir penyelesaian proyek suatu jaringan kerja.b. Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan adalah sama dengan waktu selesai paling akhir, dikurangi kurun waktu/durasi kegiatan yang bersangkutan.LS = LF Dc. Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan berikutnya, maka waktu paling akhir (LF) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu mulai paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.Contoh perhitungan mundur:

Bila hasil perhitungan di atas dibuat dalam suatu format akan dihasilkan tabulasi sebagai berikut:

2.8.3 FloatFloat merupakan suatu perhitungan yang menunjukkan fleksibilitas suatu kegiatan untuk dapat mulai dan selesai lebih lambat walaupun tetap dalam waktu yang diizinkan tanpa mengubah durasi atau kurun waktu proyek. Float terdiri dari Total Float dan Free Float. Perbedaannya adalah jika float bebas dimiliki oleh satu kegiatan tertentu, sedangkan float total dimiliki oleh kegiatan-kegiatan yang berada di jalur yang bersangkutan.Rumus Total Float (TF): TF = LF EF = LS ES.Rumus Free Float (FF) : FF(1-2) = ES(2-3) EF(1-2) [ 1,2,3 node]

2.8.4 Lintasan KritisSyarat yang menunjukan bahwa suatu kegiatan kritis berada di jalur kritis adalah kegiatan tersebut memiliki:a. LF EF = 0 b. LS ES = 0Keterangan : ES (early start): waktu paling awal sebuah kegiatan dapat dimulai setelah kegiatan sebelumnya selesai. LS (late start): waktu paling akhir sebuah kegiatan dapat diselesaikan tanpa memperlambat penyelesaian jadwal proyek. EF (early finish): waktu paling awal sebuah kegiatan dapat diselesaikan jika dimulai pada waktu paling awalnya dan diselesaikan sesuai dengan durasinya. LF (late finish): waktu paling akhir sebuah kegiatan dapat dimulai tanpa memperlambat penyelesaian proyek. D : Durasi

2.9 KONSEP PENJADWALAN PROYEK DENGAN METODE PDMMetode preseden diagram (PDM) adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON. Dalam metode ini, kegiatan dituliskan dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan antar kegiatan kegiatan yang bersangkutan. Metode penjadwalan PDM ini dapat menumpah-tindihkan suatu kegiatan tanpa memerlukan garis dummy yang rumit. Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk kotak segiempat. Dalam PDM, kotak tersebut menandai suatu kegiatan, dengan demikian harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Setiap node mempunyai dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan peristiwa akhir.

2.10 MENGETAHUI CONSTRAINT ANTAR PEKERJAAN, LAG TIME DAN LEAD TIMETelah di singgung bahwa anak panah pada PDM hanya sebagai penghubung atau hanya memberikan keterangan hubungan antar-kegiatan, dan bukan menyatakan waktu kegiatan. Karena pada PDM tidak terbatas pada aturan dasar jaringan kerja CPM, maka hubungan antar kegiatan berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antarkegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat memiliki dua node atau hanya dapat menghubungkan dua node.Karena setiap node memiliki dua ujung, yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung akhir atau selesai = ( F ) , maka ada 4 macam konstrain, yaitu awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF) dan akhir ke awal (FS). Pada garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului (lead) atau terlambat tertunda (lag).

2.10.1 Konstrain Selesai ke Mulai FS Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FS(i-j) = a yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai. Proyek selalu menginginkan besar angka a sama dengan 0 kecuali bila d ij umpai hal-hal tertentu, misalnya:

Akibat iklim yang tak dapat dicegah. Proses kimia atau fisika seperti waktu pengeringan adukan semen. Mengurus perijinan

2.10.2 Konstrain Mulai ke Mulai - SSMemberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Atau SS(i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Konstrain semacam ini terj adi bila sebelum kegiatan terdahulu selesai 100 persen, maka kegiatan (j) boleh mulai. Atau kegiatan (j) boleh mulai setelah bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai. Besar angka b tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan terdahulu, karena per definisi b adalah sebagian dari kurun waktu kegiatan terdahulu. Jadi, di sini terjadi kegiatan tumpang tindih.

2.10.3 Konstrain Selesai ke Selesai - FFMemberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Atau FF(i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Konstrain semacam ini mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai 100%, sebelum kegiatan yang terdahulu telah sekian (= c) hari selesai.

2.10.4 Konstrain Mulai ke Selesai - SFMenjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF(i-j)= d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi, dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan.

2.11 MENGETAHUI MENGHITUNG ESTIMASI KEGIATAN DENGAN METODE PDMIlustrasi di bawah ini memberikan petunjuk bagaimana mempergunakan rumus-rumus di atas, guna menyusun jaringan PDM dari suatu informasi tertentu yang telah diketahui. Misalnya, sebagai berikut: Proyek terdiri dari enam kegiatan A,B,C,D,E, dan F dengan nomor urut 1,2,3,4,5, dan 6. Kurun waktu kegiatan tercantum pada Tabel 13-16. Telah diketahui pula konstrain antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan.

Diminta menyusun jaringan PDM, menentukan j alur kritis dan kurun waktu penyelesaian proyek. Untuk menjawab soal di atas, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:1 . Membuat denah node sesuai dengan jumlah kegiatan. Jadi, dalam hal ini akan terdapat enam node, dengan kurun waktu yang bersangkutan.

2. Menghubungkan node-node tersebut dengan anak p anah sesuai dengan ketergantungan dan konstrain.

3. Menyelesaikan diagram PDM dengan melengkapi atribut dan simbol yang diperlukan.4. Menghitung ES, EF, LS, dan LF untuk mengidentifikasi kegiatan kritis, j alur kritis, float, dan waktu penyelesaian proyek.

Perincian langkah-langkah di atas adalahsebagai berikut:1 . Membuat denah node sesuai jumlah kegiatan seperti diperlihatkan pada Gambar 13-28.2. Menentukan urutan kegiatan, konstrain, dan melengkapinya dengan atribut seperti diperlihatkan pada Gambar 13-29.

Langkah berikutnya menghitung ES, LS, EF, dan LF sebagai berikut:

`Hitungan Maju Kegiatan ADianggap mulai awal = 0ES(l ) = 0EF(l ) = ES(l) + D(A) = 0 + 5 = 5 Kegiatan BES(2) = ES(l ) + SS(l-2) = 0 + 3 = 3EF(2) = ES(2) + D(B) = 3 + 6 = 9 Kegiatan C ES(3) = EF(2) + FF(2-3) - D(C)= 9 + 2 - 6 = 5ES(3) = EF(1) + FS (1-3) = 5 + 2 = 7Pilih yang terbesar, maka ES(3) = 7EF(3) = ES(3) + D(C) = 7 + 6 = 13 Kegiatan DES(4) = ES(2) + SF(2-4) - D(D)= 3 + 11 - 7 = 7EF(4) = ES(4) + D(D) = 7 + 7 = 14 Kegiatan EES(5) = ES(4) + SS(4-5) = 7 + 4 = 11ES(5) = EF(2) + FS(2-5) = 9 + 1 = 10ES(5) = ES(3) + SF(3-5) - D(E)= 7 + 9 - 6 = 10Pilih yang terbesar, maka ES(5) = 11EF(5) = ES(5) + D(E) = 11 + 6 = 17 Kegiatan FES(6) = ES(5) + SS(5-6) = 1 1 + 5 = 16EF(6) = ES(6) + D(F) = 16 + 8 = 24

Hitungan Mundur Dimulai dari kegiatan terakhir FLF(6) adalah sama dengan EF(6) = 24 (titikakhir proyek) Kegiatan ELF(5) = LS(6) - SS(5-6) + D(E) = 16 - 5 + 6 = 17LS(5) = LF(5) - D(E) = 1 7 - 6 = 11 Kegiatan DLF(4) = LS(5) - SS(4-5) +D(D)= 1 1 - 4 + 7 = 14LS(4) = LF(4) - D(D) = 14 - 7 = 7 Kegiatan CLF(3) = LF(5) - SF(3-5) + D(C)= 17 - 9 + 6 = 14Pilih yang terbesar, maka ES(5) = 14LS(3) = LF(3) - D(C) = 14 - 6 = 8 Kegiatan BLF(2) = LF(3) - FF(2-3) = 14 - 2 = 1 2LF(2) = LS(5) - FS(2-5)

= 1 1 - 1 = 1 0LF(2) = LF(4) - SF(2-4) + D(B)= 14 - 11 + 6 = 9Dipakai angka terkecil yaitu LF(2) = 9LS(2) = LF(2) - D(B) = 9 - 6 = 3

Kegiatan ALF(1) = L5(2) - 55(1-2) + D(A)= 3 - 3 + 5 = 5LF(1) = L5(3) - F5(1-3) = 8 - 2 = 6Dipakai angka terkecil yaitu LF(1) = 5L5(1) = LF(1) - D(A) = 5 - 5 = 0

2.12 PERHITUNGAN MAJU (FORWARD CALCULATION), PERHITUNGAN MUNDUR (BACKWARD CALCULATION) & LINTASAN KRITISSama halnya dengan metode jaringan kerja AOA, pada Presedence Diagramming Method (PDM) dikenal juga perhitungan maju dan mundur untuk menghitung lamanya atau waktu kerja proyek.1. Perhitungan MajuAturan yang berlaku sebagai berikut:a. Aktivitas pertama yang dibuat ES-nya adalah nol.b. EF = ES + Dc. Nilai ES pada kegiatan berikutnya didapatkan dengan menambahkan lag pada anak panah dengan nilai EF pada kegiatan sebelumnya sesuai dengan hubungan logis diantara kegiatan tersebut.Contoh perhitungan maju:Aktivitas

ESDEF

LSTFLF

D

16824

H

24620

FS dengan lag nol

2. Perhitungan MundurAturan yang berlaku sebagai berikut:Perhitungan mundur diselesaikan dengan menghitung durasi dari kanan ke kiri diagram.Aturan yang berlaku sebagai berikut:a. Nilai terbesar yang mungkin terjadi untuk LS atau LF adalah nilai durasi proyek.b. LS = LF D.c. Nilai LF pada kegiatan sebelum didapat dari nilai LS dikurangi lag pada anak panah pada kegiatan sesudah.

D

16824

1626

H

24620

2632

3. Lintasan Kritisa. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama; ES = LSb. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama; EF = LDc. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling akhir dengan waktu mulai paling awal; LF ES = Dd. Bila hanya sebagian dari kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut secara utuh dianggap kritis.

BAB IIIPEMBAHASAN PEMICU II

1. Menentukan durasi perkegiatan dengan menggunakan bobot berdasarkan harga satuan yang dibandingkan dengan total hari durasi proyek

2. Menentukan Diagram Jaringan CPM dengan logis

3. Membuat Tabulasi Perhitungan CPM untuk melihat Durasi Total Proyek, Float serta Jalur Kritis Proyek

FS = 4SS = 60FF =50SS = 9SS = 220FS = 3F3503353E29749346D237105342C22812240B8235243A055

4. Menentukan Diagram Jaringan beserta constraint PDM dengan Logis

5. Membuat Tabulasi Perhitungan CPM untuk melihat Durasi Total Proyek

BAB IVDAFTAR PUSTAKA

Widiasanti, Irika, Lenggogeni. (2013). Manajemen Konstruksi, Bandung; Remaja Rasdakarya Soeharto, Iman. (1999). Manajemen Proyek, Jakarta ; Erlangga http://kamuzsipil.blogspot.com/2012/10/program-evaluation-review-technique-pert.html http://heruzi.wordpress.com//2012/06/25/cpm-dan-pert/