METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data...

30
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, mencakup semua kecamatan dan desa yang ada yaitu 35 kecamatan dan 425 desa. Penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2005 hingga Desember 2005. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data dikumpulkan dari berbagai sumber antara lain BPS Kabupaten Bogor, Bakosurtanal dan instansi lain yang terkait. Data yang digunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003 serta Kecamatan Dalam Angka tahun 2003 serta data yang berkaitan dengan kondisi fisik wilayah seperti data topografi, ketinggian, atau jenis tanah.. Data lain yang juga digunakan adalah peta- peta, seperti peta administratif, peta jaringan jalan, peta jaringan sungai, peta kawasan hutan, peta landuse, peta kelas kemampuan lahan dan lain-lain. Unit contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah desa. Parameter Yang Digunakan Untuk mengetahui ketertinggalan suatu wilayah, terlebih dahulu harus ditentukan indikator-indikator pembangunan yang menjadi ukuran dari keberhasilan pembangunan atau ketertinggalan suatu wilayah. Indikator yang paling umum digunakan adalah Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Akan tetapi karena data PDRB untuk tingkat kecamatan di Kabupaten Bogor belum tersedia, maka dilakukan pendekatan dengan berbagai indikator lain, antara lain: Jumlah penduduk per km 2 Jumlah tempat pelayanan kesehatan per 1000 penduduk Jumlah sarana pendidikan (SD, SMP, SMA) per 1000 penduduk

Transcript of METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data...

Page 1: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, mencakup semua kecamatan dan

desa yang ada yaitu 35 kecamatan dan 425 desa. Penelitian dilakukan mulai bulan

Juni 2005 hingga Desember 2005.

Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dari berbagai sumber antara lain BPS

Kabupaten Bogor, Bakosurtanal dan instansi lain yang terkait. Data yang digunakan

adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari

pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003 serta Kecamatan Dalam Angka

tahun 2003 serta data yang berkaitan dengan kondisi fisik wilayah seperti data

topografi, ketinggian, atau jenis tanah.. Data lain yang juga digunakan adalah peta-

peta, seperti peta administratif, peta jaringan jalan, peta jaringan sungai, peta kawasan

hutan, peta landuse, peta kelas kemampuan lahan dan lain-lain. Unit contoh yang

digunakan dalam penelitian ini adalah desa.

Parameter Yang Digunakan

Untuk mengetahui ketertinggalan suatu wilayah, terlebih dahulu harus

ditentukan indikator-indikator pembangunan yang menjadi ukuran dari keberhasilan

pembangunan atau ketertinggalan suatu wilayah. Indikator yang paling umum

digunakan adalah Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Akan tetapi karena

data PDRB untuk tingkat kecamatan di Kabupaten Bogor belum tersedia, maka

dilakukan pendekatan dengan berbagai indikator lain, antara lain:

Jumlah penduduk per km2

Jumlah tempat pelayanan kesehatan per 1000 penduduk

Jumlah sarana pendidikan (SD, SMP, SMA) per 1000 penduduk

Page 2: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

24

Proporsi penduduk usia sekolah

Proporsi penduduk usia produktif (15 – 55 tahun)

Jumlah lembaga keuangan per 1000 penduduk

Rasio jalan aspal per luas wilayah

Jumlah kendaraan bermotor (roda dua dan empat) per 1000 penduduk

Pendapatan asli daerah (PAD) per kapita

Jumlah sarana perbelanjaan per 1000 penduduk

Jumlah sarana komunikasi per 1000 penduduk

Jarak terhadap ibukota kecamatan yang membawahi

Jarak terhadap ibukota kabupaten yang membawahi

Untuk selengkapnya, parameter-parameter yang diukur adalah seperti yang

tertera pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1 Parameter-parameter yang diukur

No Bidang Variabel Parameter Sumber 1 Pola

Penganggaran Pembangunan

PAD PAD per kapita PODES 2003

2 Supermarket/Pasar Swalayan/Toserba

Jumlah Supermarket/Pasar Swalayan/Toserba per 1.000 penduduk

3 Jumlah Restoran/Rumah Makan/Kedai Makanan & Minuman

Jumlah Restoran/Rumah Makan/Kedai Makanan & Minuman per 1.000 penduduk

4

Sarana Perekonomian

(Pasar dan Perbelanjaan)

Jumlah Toko/Warung/Kios

Jumlah Toko/Warung/ Kios per 1.000 penduduk

PODES 2003

5 Bank Umum Jumlah Bank umum per 1.000 penduduk

6 Bank Perkreditan Rakyat

Jumlah Bank Perkreditan Rakyat per 1.000 penduduk

7 Koperasi Unit Desa (KUD)

Jumlah Koperasi Unit Desa (KUD) per 1.000 penduduk

8

Sarana Perekonomian

(Lembaga Keuangan)

Koperasi Non-KUD Jumlah Koperasi Non-KUD per 1.000 penduduk

PODES 2003

Page 3: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

25

Tabel 1 Lanjutan

No Bidang Variabel Parameter Sumber 9 Wisata Alam Bahari Wisata Alam Bahari per

1.000 penduduk 10 Wisata Alam Non

Bahari Wisata Alam Non Bahari per 1.000 penduduk

11 Wisata Budaya Wisata Budaya per 1.000 penduduk

12 Wisata Lainnya Wisata Lainnya per 1.000 penduduk

13 Gedung Bioskop Gedung Bioskop per 1.000 penduduk

14

Sarana Pariwisata

Hotel/Penginapan Hotel/Penginapan per 1.000 penduduk

PODES 2003

15 Wartel/kiospon/warpostel/warparpostel

Wartel/kiospon/warpostel/warparpostel per 1 000 penduduk

16 Warung internet Warung internet per 1 000 penduduk

17 Telepon umum Telepon umum per 1 000 penduduk

18 Rumah Tangga yang Memiliki TV

Rumah Tangga yang Memiliki TV per 1.000 penduduk

19 Rumah Tangga yang Berlangganan telepon

Rumah Tangga yang Berlangganan telepon per 1.000 penduduk

20

Sarana Komunikasi

dan Informasi

Jumlah Keluarga yang Menggunakan Listrik PLN (KK)

Jumlah Keluarga yang Menggunakan Listrik PLN (KK) per 1.000 penduduk

PODES 2003

21 Jumlah Dokter Jumlah Dokter per 1.000 penduduk

22 Jumlah Bidan Jumlah Bidan per 1.000 penduduk

23 Jumlah Dukun Bayi Jumlah Dukun Bayi per 1.000 penduduk

24 Jumlah Unit Rumah Sakit Pemerintah

Jumlah Unit Rumah Sakit Pemerintah per 1.000 penduduk

25 Jumlah Unit Puskesmas

Jumlah Unit Puskesmas per 1.000 penduduk

26 Jumlah Unit Puskesmas Pembantu

Jumlah Unit Puskesmas Pembantu per 1.000 penduduk

27 Jumlah Unit Posyandu

Jumlah Unit Posyandu per 1.000 penduduk

28

Sarana dan Tenaga

Kesehatan

Jumlah Praktek Dokter

Jumlah Praktek Dokter per 1.000 penduduk

PODES 2003

Page 4: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

26

Tabel 1 Lanjutan

No Bidang Variabel Parameter Sumber 29 Jumlah Unit

Poliknik Jumlah Unit Poliknik per 1.000 penduduk

30 Sarana dan

Tenaga Kesehatan

Jumlah Unit Apotik dan Toko obat

Jumlah Unit Apotik dan Toko Obat per 1.000 penduduk

PODES 2003

31 Jumlah SD/Madrasah

Jumlah SD/Madrasah per 1.000 penduduk

32 Jumlah SMP/Madrasah

Jumlah SMP/Madrasah per 1.000 penduduk

33 Jumlah SMA/Madrasah

Jumlah SMA/Madrasah per 1.000 penduduk

34 Rasio siswa SD terhadap sekolah

Rasio siswa SD terhadap sekolah

35 Rasio siswa SMP terhadap sekolah

Rasio siswa SMP terhadap sekolah

36 Rasio siswa SMA terhadap sekolah

Rasio siswa SMA terhadap sekolah

37 Rasio guru SD terhadap murid

Rasio guru SD terhadap murid

38 Rasio guru SMP terhadap murid

Rasio guru SMP terhadap murid

39

Pendidikan

Rasio guru SMA terhadap murid

Rasio guru SMA terhadap murid

Kecamatan Dalam Angka 2003

40 Masjid Masjid per 1.000 penduduk 41 Surau/langgar Surau/langgar per 1.000 penduduk 42 Gereja kristen Gereja kristen per 1.000 penduduk 43 Gereja katolik Gereja katolik per 1.000 penduduk 44 Pura Pura per 1.000 penduduk 45 Vihara Vihara per 1.000 penduduk 46

Sarana Peribadatan

Klenteng Klenteng per 1.000 penduduk

PODES 2003

47 Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk per km2

48 Rasio Angkatan kerja

Jumlah Angkatan kerja per jumlah penduduk

49 Rasio keluarga pertanian

Rasio keluarga pertanian per jumlah penduduk

50 Rasio keluarga pra sejahtera

Rasio keluarga pra sejahtera per jumlah penduduk

51

Tata Ruang dan

Lingkungan

Rasio rumah permanen

Rasio rumah permanen per jumlah rumah

PODES 2003

52 Roda 2 Jumlah Roda 2 per 1.000 penduduk 53 Roda 4 Roda 4 per 1.000 penduduk 54 Panjang jalan

aspal Panjang jalan aspal per luas wilayah

55

Transportasi

Panjang jalan aspal

Panjang jalan aspal per luas wilayah

PODES 2003

Page 5: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

27

Tabel 1 Lanjutan

No Bidang Variabel Parameter Sumber 56 Jarak terhadap

ibukota kecamatan Jarak terhadap ibukota kecamatan

57 Jarak terhadap ibukota kabupaten yang membawahi

Jarak terhadap ibukota kabupaten yang membawahi

58 Jarak terhadap ibukota kabupaten lain yang terdekat

Jarak terhadap ibukota kabupaten lain yang terdekat

Podes 2003

59 Jarak sentroid desa Jarak sentroid desa terhadap sentroid Kota Bogor

60 Jarak sentroid desa Jarak sentroid desa terhadap sentroid Ibukota Jakarta

61

Aksesibilitas

Densitas Jalan Densitas jalan per luas wilayah

Peta Topografi

1999

62 Persen lereng rendah Persen luas lahan dengan lereng 0 – 8% terhadap luas wilayah

63 Persen lereng sedang

Persen luas lahan dengan lereng 8 – 25% terhadap luas wilayah

64

Faktor Fisik (Kelerengan)

Persen lereng tinggi Persen luas lahan dengan lereng > 25% terhadap luas wilayah

Peta Topografi

1999

65 Kawasan hutan lindung

Luas kawasan hutan lindung per luas wilayah

66 Kawasan hutan lain Luas kawasan hutan lain per luas wilayah

67

Faktor Fisik (Status

kawasan hutan) Bukan kawasan

hutan Luas bukan kawasan hutan per luas wilayah

68 Faktor Fisik (Sungai)

Densitas sungai Densitas sungai per luas wilayah

Pemda Kab. Bogor

2003

70 Angkatan kerja Proporsi angkatan kerja per jumlah penduduk

71 Kependudukan Keluarga pertanian Proporsi keluarga pertanian per jumlah keluarga (KK)

PODES 2003

Analisa Data

Analisa Hirarki Wilayah

Analisa dilakukan dengan metode skalogram untuk membuktikan adanya

hirarki di wilayah Kabupaten Bogor, khususnya dalam hal sarana infrastruktur.

Data yang digunakan adalah data dari Potensi Desa Tahun 2003 dan data dari

Page 6: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

28

Kecamatan Dalam Angka (KCDA) Tahun 2003. Parameter yang diukur meliputi

bidang pendidikan, kesehatan, transportasi, perekonomian dan aksesibilitas.

Urutan kegiatan pada analisis data dengan metode skalogram antara lain

(Saefulhakim 2004):

1. Melakukan pemilihan terhadap data PODES 2003 dan KCDA 2003 sehingga

hanya tinggal data yang bersifat kuantitatif

2. Melakukan seleksi terhadap data-data kuantitatif tersebut sehingga hanya

yang relevan saja yang digunakan.

3. Melakukan rasionalisasi data

4. Melakukan seleksi terhadap data-data hasil rasionalisasi hingga diperoleh 38

variabel untuk analisa skalogram yang mencirikan tingkat perkembangan desa

di Kabupaten Bogor.

5. Melakukan standardisasi data terhadap 38 variabel tersebut dengan

menggunakan rumus (Statsoft 2004) yang dimodifikasi:

Zij =

dimana:

Zij = nilai baku untuk desa ke-i dan jenis sarana ke-j

Yij = jumlah sarana untuk desa ke-i dan jenis sarana ke-j

minimum Yj = nilai minimum untuk jenis sarana ke-j

St.Dev = nilai standar deviasi

6. Menentukan indeks perkembangan desa (IPD) dan kelas hirarkinya untuk

kemudian diplotkan pada peta.

Dari data yang diukur dibagi ke dalam dua kelompok yaitu yang bisa langsung

dibuat indeks (data jenis dan jumlah sarana) dan yang harus diinverskan terlebih

dahulu (data aksesibilitas atau jarak dari ibukota kecamatan dan ibukota

kabupaten yang membawahi dan jarak dari ibukota kabupaten lain yang terdekat).

Yij – minimum Yj St. Dev

Page 7: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

29

Setelah proses pembakuan kemudian dilakukan penjumlahan nilai baku

tersebut untuk setiap desa. Untuk melihat struktur wilayah dilakukan sortasi data

dimana wilayah yang mempunyai nilai yang paling besar diletakkan di barisan

atas dan fasilitas yang paling banyak berada di kolom paling kiri.

Pada penelitian ini, IPD dikelompokkan ke dalam tiga kelas hirarki, yaitu

hirarki I (tinggi), hirarki II (sedang), dan hirarki III (rendah). Penentuannya

didasarkan pada nilai standar deviasi (St Dev) IPD dan nilai median. Nilai yang

didapat untuk selang hirarki dan digunakan untuk menentukan kelas hirarki dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Nilai Selang Hirarki

No Hirarki Nilai Selang (X) Tingkat Hirarki 1 I X > [median + (2*St Dev IPD)] Tinggi 2 II median < X < (2* St Dev) Sedang 3 III X < median Rendah

∗ Analisa Spasial

Adanya pewilayahan pembangunan di Kabupaten Bogor dimaksudkan

untuk memfokuskan proses pembangunan di masing-masing wilayah. Akan

tetapi hal ini menjadi kendala tersendiri mengingat lokasi dan medannya yang

relatif berbeda antara satu dengan yang lainnya sehingga diperlukan kebijakan

pembangunan yang bersifat spesifik untuk setiap wilayah tersebut. Agar

kebijakan tersebut lebih terarah, maka perlu informasi yang mudah diperoleh dan

tepat. Untuk itu maka salah satu solusinya adalah dengan mengembangkan

sistem informasi geografis untuk wilayah bersangkutan.

Analisa spasial berguna untuk memperoleh data dan informasi yang akurat

mengenai suatu wilayah. Selain itu juga dapat memetakan permasalahan-

permasalahan yang ada untuk dianalisa secara spasial sehingga keterkaitan antar

wilayah dapat dianalisa dengan lebih mudah dan akurat. Sebagai dasar pemetaan,

maka peta dasar yang digunakan adalah peta administratif (skala 1: 25.000) yang

Page 8: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

30

diperoleh dari pemerintah daerah Kabupaten Bogor yang juga akan digunakan

sebagai peta master.

Analisa spasial yang digunakan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada

analisa melalui sisitem informasi geografis berdasarkan data-data peta yang ada

seperti peta jaringan jalan, peta sungai, peta status kawasan hutan, peta

kelerengan dan peta administrasi dan yang berkaitan dengan hiraki wilayah dan

selain itu juga digunakan untuk mengetahui jarak dari masing-masing unit contoh

terhadap pusat (pusat kegiatan ekonomi yaitu Jakarta sebagai pusat pemerintahan

dan ekonomi dan Bogor sebagai kota yang berada di tengah-tengah kebupaten

Bogor).

Untuk melakukan tipologi wilayah di Kabupaten Bogor, dilakukan analisa

gerombol (clutering) dari data-data atribut yang diekstrak dari peta yaitu meliputi

kepadatan penduduk, densitas jalan, densitas sungai, kelerengan, jarak lurus setiap

pusat (centroid) desa terhadap Jakarta dan Kota Bogor dan hutan (status hutan).

Sebelum dilakukan clustering, data-data tersebut lebih dahulu distandardisasi

(standardized) selanjutnya dilakukan analisa gerombol. Hasil dari analisa ini

adalah berupa tipologi wilayah berdasarkan data spasial yang ada dan akan

ditampilkan sebagai data-data spasial berupa peta-peta. Software yang digunakan

untuk melakukan analisa ini adalah ArcView GIS ver. 3.2.

Analisis Komponen Utama

Dalam analisis ini, data yang digunakan adalah data dari PODES 2003

kuantitatif yang melalui proses rasionalisasi dan terdiri dari 71 variabel seperti

yang tercantum pada Tabel 1. Variabel-variabel tersebut adalah variabel yang

dapat mencirikan tipologi wilayah desa-desa di Kabupaten Bogor.

Analisis komponen utama ini dilakukan beberapa kali hingga diperoleh nilai

PC Score terbaik, yaitu: PC Score g\dengan nilai akar ciri (eigenvalues) diatas

70%; jumlah faktor-faktor baru yang diperoleh pada tabel factor loading dibawah

Page 9: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

31

sepuluh; dan korelasi antar variabel-variabel asal dengan faktor-faktor baru pada

factor loading dapat diinterpretasikan secara logis.

Adapun maksud dari analisis komponen utama ini adalah untuk

mengelompokkan variabel-variabel menjadi beberapa kelompok. Ada dua tujuan

dasar dari PCA dan FA, yakni:

(1) Ortogonalisasi Variabel: mentransformasikan suatu struktur data dengan

variabel-variabel yang saling berkorelasi menjadi struktur data baru dengan

variabel-variabel baru (yang disebut sebagai Komponen Utama atau Faktor)

yang tidak saling berkorelasi.

(2) Penyederhanaan Variabel: banyaknya variabel baru yang dihasilkan, jauh

lebih sedikit dari pada variabel asalnya, tapi total kandungan informasinya

(total ragamnya) relatif tidak berubah. (Saefulhakim, 2004).

Cluster Analysis (Analisis Gerombol)

Teknik pewilayahan merupakan salah satu teknik untuk membatasi

wilayah berdasarkan kemiripan karakteristik tertentu dari suatu hamparan

wilayah. Teknik ini dapat mengadopsi konsep wilayah yang telah

berkembang, seperti konsep wilayah nodal atau konsep wilayah homogen.

Secara umum, teknik pewilayahan ini mengadopsi konsep klasifikasi

sebagaimana diadopsi oleh ilmu taksonomi. Sebagaimana telah disampaikan

sebelumnya konsep klasifikasi ini adalah mengelompokkan berbagai unit

pengamatan (spesies hewan, tanaman, tanah, atau wilayah) berdasarkan

kemiripan/ kedekatan karakteristiknya.

Teknik klasifikasi wilayah yang akan digunakan menggunakan bantuan

teknik analisis multivariabel dengan Analisis Gerombol. Secara umum

terdapat dua metode penggerombolan dalam analisis gerombol ini yaitu: (1)

metode berhirarki (hierarchical clustering method) dan (2) metode tak

berhirarki (non hierarchical clustering method).

Page 10: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

32

∑=

p

iYX

1

22/1

( )⎭⎬⎫

⎩⎨⎧ − ji = D

Metode berhirarki dilakukan jika jumlah gerombol yang akan ditentukan

sudah diketahui. Misalnya orde pembangunan wilayah yang secara umum

diketahui berjumlah lima, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan

sangat rendah, atau tiga yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Pengklasifikasian

selanjutnya akan dilakukan berdasarkan jumlah yang kita inginkan tersebut.

Unit-unit analisis yang dikelompokkan akan bergerombol sesuai dengan

kedekatan/ kemiripan karakteristiknya masing-masing.

Sedangkan metode tidak berhirarki dilakukan jika jumlah gerombol

belum diketahui. Penggerombolan selanjutnya dilakukan terhadap seluruh

unit berdasarkan seluruh karakteristik yang diamati. Selanjutnya berdasarkan

kenampakan hasil penggerombolan ditentukan pemotongan seberapa banyak

gerombol yang akan digunakan.

Sebelum melakukan penggabungan data perlu dihitung terlebih dahulu

jarak antara dua data atau jarak antara dua gerombol data dengan ciri yang

serupa. Untuk dapat dilakukan penggerombolan diperlukan suatu skala

pengukuran yang sama. Jika skala data tidak sama maka data perlu

ditransformasikan dalam suatu bentuk skor tertentu yang disebut jarak baku.

Dalam analisis gerombol dikenal terdapat beberapa ukuran jarak antara lain :

jarak mahalanobis, jarak eucledian, jarak kuadrat eucledian, jarak manhattan

(city-block), jarak chebycev, power distance, dan percent disagreement.

Ukuran jarak yang sering digunakan adalah jarak eucledian (Eucledian

distance). Persamaan penghitungan jarak eucledian antara dua titik atau dua

gerombol adalah:

dimana:

Xi = pusat data dari gerombol X

Yi = pusat data dari gerombol Y

Page 11: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

33

Nilai D merupakan jarak antara titik data/gerombol X dan Y. Makin

kecil nilai D makin besar kemiripan data X dan Y. Dalam analisis gerombol

ini tidak dilakukan ortogonalisasi variabel akan tetapi dilakukan standardisasi

data mentah yang ada sebelum dilakukan penggerombolan. Hal ini pengaruh

multikolinearitas sangat kecil sehingga dapat diabaikan apabila data sudah

distandardisasi (Johnson & Wichern 1998).

3. Discriminant Analysis

Analisis diskrimanan merupakan salah satu analisis multivariabel untuk

menentukan variabel mana yang membedakan secara nyata kelompok-

kelompok yang telah ada secara alami. Dengan kata lain analisis diskriminan

digunakan untuk menentukan variabel yang mana yang merupakan penduga

terbaik dari pembagian kelompok-kelompok yang ada.

Penentuan dalam analisis diskriminan ini dapat dinyatakan berbalikan

dengan metode penentuan dalam analisis gerombol (cluster analysis). Jika

analisis gerombol (khususnya gerombol unit) menentukan gerombol dari ciri-

ciri yang diduga mirip, maka analisis diskriminan ini menentukan dengan

kelompok yang sudah tentu yang terbentuk secara alamiah ingin ditentukan

variabel yang mana yang sebenarnya secara nyata membedakan kelompok-

kelompok tersebut.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis diskriminan ini antara

lain:

1. Data contoh merupakan data multivariabel yang menyebar normal.

Walaupun demikian, jika syarat penyebaran normal ini tidak dipenuhi,

perbedaan hasil pengujian tidak ‘fatal’. Artinya hasil pengujian masih

layak untuk dipercaya.

2. Matriks ragam (variances) atau peragam (covariances) variabel antar

kelompok bersifat homogen. Jika terdapat deviasi kecil masih bisa

diterima. Oleh karena itu, akan lebih baik jika sebelum menggunakan

Page 12: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

34

hasil pengujian terlebih dahulu dilihat lagi nilai korelasi dan ragam

variabel dalam setiap kelompoknya.

3. Tidak terdapat korelasi antara nilai tengah variabel antar kelompok

dengan nilai ragam atau standar deviasinya.

4. Variabel yang digunakan tidak bersifat ”redundant”. Jika kondisi ini tidak

terpenuhi maka matrik tersebut disebut singular, yaitu matrik yang tidak

mempunyai determinan. Matriks yang singular tersebut tidak dapat

diinverskan.

5. Nilai toleransi seharusnya tidak mendekati 0. Di dalam analisis

diskriminan akan dilakukan pengujian terhadap kondisi redundant yang

diharapkan tidak terjadi yang disebut dengan pengujian nilai toleransi.

Nilai toleransi ini dihitung dengan persaman 1 - R2 . Jika kondisi

redundat terjadi, maka nilai toleransi akan mendekati 0.

Fungsi yang terbentuk sebenarnya mirip dengan fungsi regresi. Dalam

hal ini variabel bebas (Y) adalah resultan skor klasifikasi. Sedangkan variabel

tak bebasnya (X) adalah variabel-variabel yang digunakan sebagai penduga.

Skor = a + b1X1 + b2X2 + bmXm

Variabel dengan nilai koefisien regresi terbesar merupakan variabel yang

mempunyai peranan terbesar dalam membedakan kelompok-kelompok yang

ada.

Hasil pengolahan statistik ini akan menghasilkan tipologi wilayah yang

kemudian dibuat peta tipologi wilayah yang akan dioverlay dengan data-data

fisik wilayah untuk kemudian dilakukan analisis deskripsi.

4. Analisis Regrasi Berganda (Multiple Regression)

Analisis ini merupakan analisis regresi dimana beberapa variabel

dependent (y1, y2,...,yp) diukur dan diregresikan terhadap variabel

Page 13: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

35

independent (x1,...,xk) Model umum untuk analisis regresi berganda ini

adalah (Srivastava, 2002):

y = ε1x1 + . . . + εkxk + e

dimana y adalah respon atau variabel dependen yang nilainya tergantung dari

k variabel independen x1,...,xk. Diasumsikan bahwa nilai variabel bebas

diketahui dan nilai ε1,..., εk belum diketahui yang dinamakan parameter

regresi. Untuk menghasilkan model yang dapat digunakan sebagai penduga

yang baik maka beberapa asumsi yang harus dipenuhi adalah :

a. E(e) = 0

b. E(e2) = σ2

c. Tidak ada korelasi antar variabel sehingga Kov (yi,yj) = kov(ei,ej) = 0, i ≠ j

Analisis regresi berganda dilakukan untuk merumuskan model

pendugaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan

desa. Data yang diperlukan dalam analisis ini adalah data IPD sebagai

variabel tujuan dan PC Score sebagai variabel penjelas dengan metode

Forward Stepwise..

5. Canonical correlation

Suatu korelasi kanonikal adalah korelasi dari dua set variabel, satu

merupakan variabel bebas dan yang lain adalah variabel dependent. Dalam

analisa korelasi kanonik ini ada beberapa asumsi yang harus diperhatikan.

Pertama adalah distribusi sampel. Tes signifikansi dari korelasi kanonik

didasarkan pada asumsi bahwa distribusi dari variabel pada populasi

menyebar normal. Kedua, ukuran sampel, dimana semakin besar ukuran

sampel maka hasil dari analisa korelasi kanonik akan semakin sempurna.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa untuk interpretasi yang baik, jumlah

sampel hendaknya 20 kali jumlah variabelnya. Ketiga adalah pencilan.

Pencilan ini mempunyai pengaruh terhadap besarnya koefisien korelasi

kanonik. Untuk itu hendaknya pencilan ini dapat diketahui sebelumnya.

Page 14: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

36

Keempat adalah matriks harus mempunyai invers atau bukan matriks singular

(Statsoft 2005). Selain itu, pengukuran dilakukan pada unit sampling yang

sama (Rencher 1996).

Page 15: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

Tabel 2 Jenis data, analisa dan output berdasarkan tujuan yang ingin diperoleh No Tujuan Jenis Data Analisa Output

1 Melakukan tipologi wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan data-data spasial wilayah

Peta kelas lereng, peta landuse, peta jaringan jalan, peta status hutan, peta sungai. Data diambil dari Peta Topografi Tahun 1999 dan Pemda Kabupaten Bogor Tahun 2003.

Clustering terhadap data atribut

Tipologi Wilayah berdasarkan data-data spasial (data atribut)

2 Mengetahui keterkaitan dan perbedaan antar variabel-variabel/ indikator-indikator pembangunan

Data Potensi Desa Kab. Bogor Tahun 2003 dan Kecamatan Dalam Angka 2003

- Factor Analysis - Regrasi Berganda

Hubungan antar variabel/indikator pembangunan

3 Mencari variabel-variabel penentu utama yang menyebabkan terjadinya disparitas wilayah di Kabupaten Bogor

Data Potensi Desa Kab. Bogor Tahun 2003 dan Kecamatan Dalam Angka 2003

Discriminant Analysis Canonical Correlation

Variabel penentu utama yang menyebabkan disparitas wilayah

4 Kontribusi variabel-variabel tersebut terhadap ketertinggalan wilayah tersebut

Data Potensi Desa Kab. Bogor Tahun 2003 dan Kecamatan Dalam Angka 2003

Discriminant Analysis Canonical Correlation

Besarnya kontribusi variabel penentu utama terhadap disparitas wilayah

Page 16: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Umum Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Propinsi Jawa Barat yang berbatasan

langsung dengan Propinsi Banten dan bagian dari wilayah Jabotabek. Secara

geografis, Kabupaten Bogor terletak pada 6º18’10” – 6º47’10” lintang selatan dan

106º23’45” – 107º13’30” bujur timur. Ibukota kabupaten terletak di Cibinong. Luas

wilayah berdasarkan data terakhir adalah 298.027 hektar. Adapun batas-batas

wilayah ini adalah DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bekasi, Kota

Bekasi dan Kota Depok di sebelah utara, Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur

dan Kabupaten Purwakarta di sebelah timur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten

Cianjur di sebelah selatan, Kabupaten Lebak di sebelah barat serta Kota Bogor yang

berada di tengahnya.

Kabupaten Bogor terdiri dari 35 kecamatan dengan 425 desa dan kelurahan,

3.286 RW, 12.535 RT dan 804.455 rumah tangga. Dari jumlah desa tersebut, dapat

diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu desa kota dan desa perdesaan yang

masing-masing berjumlah 200 dan 225 desa. Desa kota mempunyai dua pola

kawasan, yaitu yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang sekitar dan yang tidak

berkaitan dengan pemanfaatan ruang sekitar (cenderung bersifat penduduk komuter)

sedang desa perdesaan mempunyai empat pola kawasan yaitu pemukiman sekitar

sawah beririgasi teknis, pemukiman sekitar hutan, pemukiman sekitar perkebunan

besar dan pemukiman sekitar kebun campuran, tegalan atau sawah tidak beririgasi

teknis.

Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor hingga akhir tahun 2003 tercatat

sebanyak 3.340.151 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.695.001 jiwa dan

perempuan sebanyak 1.645.150 jiwa dan kepadatan penduduk rata-rata sebanyak

1.427 jiwa per km2. Tingkat kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Bogor

sangat bervariasi dari yang relatif rendah yaitu Kecamatan Cariu (329 jiwa per km2)

hingga yang sangat relatif tinggi yaitu Kecamatan Ciomas (6.515 jiwa per km2).

Page 17: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

39

Tabel 4 Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2003

Kode Kecamatan Jumlah

Penduduk (Jiwa)

Luas wilayah (km2)

Kepadatan (Jiwa/km2)

010 Nanggung 72.859 180.25 404020 Leuwiliang 144.727 110.01 1 316030 Pamijahan 113 008 83.74 1 349040 Cibungbulang 106 520 45.77 2 327050 Ciampea 154 593 70.38 2 197060 Dramaga 75 185 28.24 2 662070 Ciomas 99 660 15.30 6 515071 Tamansari 66 743 44.55 1 498080 Cijeruk 127 280 53.14 2 395090 Caringin 95 438 53.40 1 787100 Ciawi 66 677 64.33 1 037110 Cisarua 93 661 85.91 1 090120 Megamendung 78 211 59.88 1 306130 Sukaraja 124 185 42.63 2 913140 Babakan Madang 124 197 87.85 1 414150 Sukamakmur 65 384 164.39 398160 Cariu 91 673 278.25 329170 Jonggol 91 140 154.11 591180 Cileungsi 139 607 81.81 1 707181 Klapanunggal 61 093 67.38 907190 Gunung Putri 126 665 75.90 1 669200 Citeureup 119 730 61.60 1 944210 Cibinong 162 195 42.74 3 795220 Bojonggede 195 828 56.71 3 453230 Kemang 69 713 29.40 2 371231 Rancabungur 41 820 16.09 2 600240 Parung 69 713 25.91 2 691241 Ciseeng 80 492 43.95 1 831250 Gunung Sindur 66 266 48.88 1 356260 Rumpin 97 973 126.75 773270 Cigudeg 103 911 187.92 553271 Sukajaya 50 505 132.71 381280 Jasinga 93 318 187.69 497290 Tenjo 55 467 93.87 591300 Parungpanjang 83 527 78.84 1 059 Kabupaten Bogor 3 408 810 2 980.27 1 144Sumber : BPS 2004 dan hasil olahan

Page 18: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

40

Berdasarkan data jumlah penduduk di atas, jika dikelompokkan ke dalam tiga

wilayah, yaitu barat, tengah dan timur maka kepadatan penduduk rata-ratanya secara

berturut-turut adalah sebagai berikut 1.041 jiw/km2, 2.370 jiw/km2, 934 jiw/km2.

Terlihat bahwa konsentrasi penduduk berada di wilayah tengah sebesar 2.28 kali dari

kepadatan di wilayah barat dan 2.54 kali di wilayah timur.

Tingginya tingkat kepadatan penduduk di wilayah tengah ini selain karena

adanya pusat pemerintahan yang berlokasi di Kecamatan Cibinong juga karena faktor

spasial yang cenderung lebih dekat dengan Kota Bogor dengan aksesibilitas yang

lebih baik dan keadaan dimana Kota Bogor ini juga merupakan titik awal dari pintu

masuk menuju Jakarta melalui Terminal Bis di Baranang Siang ataupun Stasiun

Kereta Api Bogor.

Pengembangan Wilayah

Dalam rangka menurunkan tingkat disparitas antar wilayah, maka

pengembangan wilayah Kabupaten Bogor dibagi dalam tiga wilayah pembangunan

yang merupakan dasar penyusunan agenda pembangunan dan rencana strategis setiap

bidang dan program pembangunan. Maksud dan tujuan perwilayahan pembangunan

adalah untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah secara seimbang antar kawasan

dengan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan berkesinambungan.

Dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah dan perkembangan ekonomi

wilayah, pola interaksi internal dan eksternal yang didukung oleh jaringan

infrastruktur pelayanan baik lokal maupun regional serta kebijakan pengembangan

dan penyebaran penduduk secara seimbang sesuai dengan daya dukung lingkungan,

maka wilayah Kabupaten Bogor dibagi menjadi tiga Wilayah Pembangunan, yaitu:

1. Wilayah Pembangunan Barat yang meliputi sebelas kecamatan, yaitu

Kecamatan Jasinga, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung,

Leuwiliang, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan, dan Kecamatan Rumpin,

dengan luas wilayah sekitar 128.750 Ha.

2. Wilayah Pembangunan Tengah yang meliputi delapan belas kecamatan, yaitu

Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur,

Page 19: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

41

Bojonggede, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Caringin, Ciawi,

Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas, dan kecamatan

Tamansari, dengan luas wilayah sekitar 87.552 Ha.

• Pusat pertumbuhan utama adalah Kota Cibinong, Parung dan Babakan

Madang.

• Pusat pertumbuhan sekunder adalah Kota Ciawi dan Citeureup.

• Pusat pertumbuhan tersier adalah Kota Kemang, Cijeruk, Caringin, Cisarua,

Bojonggede, Gunung Sindur, Megamendung, Dramaga, dan Kecamatan

Ciomas.

• Pusat pertumbuhan lainnya adalah Ciseeng, Sukaraja, Rancabungur, dan

Kota Tamansari. Pusat-pusat pertumbuhan ini merupakan simpul-simpul

jasa distribusi barang dan jasa serta pendorong pengembangan wilayah.

3. Wilayah Pembangunan Timur yang meliputi enam kecamatan, yaitu Kecamatan

Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, dan Kecamatan

Cariu.

• Pusat pertumbuhan utama adalah Kota Cileungsi dan Jonggol.

• Pusat pertumbuhan sekunder adalah Kota Gunung Putri, sedangkan pusat

pengembangan tersier adalah Kota Cariu, Sukamakmur, dan Kota

Klapanunggal.

Wilayah Pembangunan Timur diharapkan dapat berfungsi sebagai daerah

pengembangan industri, permukiman, pariwisata, pertanian, dan pelestarian

sumberdaya air.

• Pusat-pusat pertumbuhan ini merupakan simpul-simpul kegiatan pertanian,

industri, pertambangan, dan pariwisata (agro wisata).

Dalam arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Jawa Barat, arahan yang diberikan

terhadap Kabupaten Bogor berkenaan dengan hal-hal pokok sebagai berikut :

a. Kawasan Lindung

Untuk Kabupaten Bogor dikemukakan arahan berupa terdapatnya bentuk-bentuk

kawasan lindung, yaitu:

Page 20: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

42

Kawasan hutan lindung

Kawasan Cagar Alam

Kawasan Taman Wisata Alam

Kawasan Taman Nasional

Kawasan Cagar Budaya

Kawasan Rawan Bencana

b. Kawasan Budidaya

Untuk Kabupaten Bogor dikemukakan arahan untuk kawasan budidaya adalah

berupa kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu. Arahan

untuk kawasan perdesaan itu sendiri meliputi:

Kawasan pertanian lahan basah

Kawasan pertanian lahan kering

Kawasan tanaman tahunan/perkebunan

Kawasan hutan produksi

Kawasan Pertambangan dan galian

Kawasan pariwisata

Kawasan permukiman pedesaan

Sedangkan arahan untuk Kawasan perkotaan adalah berupa :

Kawasan industri

Kawasan pengembangan perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan

c. Pengembangan sistem Prasarana Wilayah

Pengembangan ini mencakup pengembangan fungsi jalan raya baik jalan arteri

primer, jalan kolektor primer I – III, peningkatan fungsi jalan tol dan

Page 21: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

43

pengembangan terminal serta pengembangan energi listrik yaitu PLTP Gunung

Salak.

Dalam hubungannya dengan pengembangan kawasan Jabotabek, ada tiga fungsi

utama dari wilayah Kabupaten Bogor, yaitu :

1. Penyangga bagi DKI Jakarta, berupa pengembangan pemukiman perkotaan

sebagai bagian dalam sistem metropolitan Jabotabek.

2. Konservasi, berkenaan dengan posisi geografisnya di bagian hulu dalam tata

air untuk wilayah metropolitan Jabotabek

3. Pengembangan pertanian khususnya hortikultura, sehubungan dengan

perkembangan dan keunggulan yang telah ada, yang selanjutnya makin

dipacu.

Tabel 5 Ikhtisar Keterkaitan Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Dengan Wilayah Sekitarnya

Wilayah Sekitar

Keter-kaitan Ruang

Fisik Dasar Pemanfaatan Ruang Aksesibilitas

Fungsi Pengem-bangan

Utara :

• Kab. Tangerang

• DKI Jakarta • Kab. Bekasi • Kota Depok

• Bagian hilir wilayah Bogor

• Hamparan Datar • Batas fisik

sebagian kecil anak-anak sungai

• Pemukiman perkotaan

• Pertanian lahan basah/ sawah

• Pertanian lahan kering

• Jalan raya: − Jalan tol − Arteri − Kolektor − Lokal

• Jalan kereta api

• Perkotaan • Industri/

jasa • Core

metropoli-tan Jabotabek

Timur :

• Kab. Karawang • Kab.

Purwakarta • Kab. Cianjur

• Punggung kompleks Gunung Sanggabuana

• Sungai Ciomas (anak-anak sungai Cibeet) dan Sungai Cibeet)

• Kawasan lindung

• Pertanian lahan kering

• Pertanaian lahan basah

• Jalan lokal dari Cariu ke pangkalan

• Industri • Perkotaan

(Non Contiguo-us) di Kab. Karawang

Page 22: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

44

Tabel 5 Lanjutan

Wilayah Sekitar

Keter-kaitan Ruang

Fisik Dasar Pemanfaatan Ruang Aksesibilitas

Fungsi Pengem-bangan

• Kompleks Gunung Gede/ Pangrango, Salak, Halimun

Selatan :

• Kab. Cianjur • Kab. Sukabumi

Sungai Cibeet

• Kawasan lindung

• Pertanian lembah sungai (tepian Sungai Cibeet)

• Jalan arteri dan KA ke Sukabumi

• Jalan kolektor ke Cianjur (kawasan Puncak)

• Jalan kolektor Cileungsi – Cianjur

• Nanggung – Malasari – Taman Nasional Gunung Halimun (Wilayah Bogor) – Kebun Nirmala (wilayah Taman Nasional) – Cipentung – Parung Kuda

• Pariwisata • Kawasan

lindung • Pertanian

Barat :

• Kab. Lebak

• Kompleks Gunung Halimun

• Sungai Cidurian

• Kawasan lindung

• Hutan produksi • Perkebunan/

pertanian lahan kering

• Pertanian lahan basah (di hilir)

• Jalan kolektor Bogor – Rangkas bitung

• Kawasan lindung

• Pertanian (perkebu-nan lahan basah)

• Hutan Produksi

• Perkotaan baru (Maja)

Page 23: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

45

Tabel 5 Lanjutan

Wilayah Sekitar

Keter-kaitan Ruang

Fisik Dasar Pemanfaatan Ruang Aksesibilitas

Fungsi Pengem-bangan

Tengah

• Kota Bogor

• Hamparan datar • Jalan tol Jagorawi

• Permukiman perkotaan

• Segala arah dan intensif

• Permuki-man perkotaan dan pelayanan

• Fungsi dominan sebagai pusat pelayanan

Sumber : RTRW Kabupaten Bogor, 2001

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor, tujuan pengembangan

wilayah Kabupaten Bogor akan meliputi hal-hal sebagai berikut:

• Memantapkan fungsi lindung yang terletak di dalam wilayah Kabupaten Bogor,

terutama berkenaan dengan hutan lindung dan sempadan sungai maupun kawasan

resapan (recharge area).

• Mengoptimalkan pemanfaatan ruang wilayah, sesuai dengan potensi atau daya

dukung sehingga bentuk-bentuk kegiatan yang memanfaatkan ruang akan

sesuai/seimbang dengan daya dukung ruang tersebut.

• Mengembangkan bagian-bagian wilayah baru dengan pola pemanfaatan ruang

terutama berupa perkebunan dan pertanian lahan basah serta kemungkinan

kegiatan lainnya yang sesuai dengan daya dukung ruang tersebut.

• Mengembangkan prasarana wilayah, terutama jaringan jalan guna merangsang

pengembangan kawasan-kawasan baru, terutama di bagian hilir dan sekaligus

menghubungkannya dengan bagian-bagian wilayah yang relatif lebih

berkembang. Bentuk prasarana wilayah lainnya adalah jaringan irigasi atau

Page 24: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

46

saluran yang akan mendukung upaya intensifikai pertanian sawah dan membuka

kawasan baru di bagian hilir, baik untuk sawah maupun perikanan.

• Mengembangkan serta meningkatkan peranan dan fungsi kota-kota atau pusat-

pusat yang ada guna dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin terhadap

wilayah pelayanannya. Untuk mendukung hal tersebut, dikembangkan fasilitas-

fasilitas pelayanan (sosial, ekonomi, pemerintahan) dan prasarana permukiman

yang dibutuhkan (air minum, drainase, pembuangan air limbah, persampahan,

telekomunikasi dan lain-lainnya).

• Mengembangkan kawasan-kawasan prioritas yang memerlukan penanganan

segera yang dimulai dengan penataan ruang secara lebih rinci, terutama untuk

kawasan-kawasan yang tumbuh cepat (seperti kawasan perkotaan dan kawasan

kegiatan perekonomian/produksi, kawasan penunjang sektor ekonomi, kawasan

tertinggal dan kawasan kritis).

Arahan pengembangan struktur tata ruang Kabupaten Bogor dengan demikian

adalah:

• Merangsang perkembangan ke arah bagian timur dan barat dengan pengembangan

jaringan prasarana transportasi (dalam hal ini jalan raya) yang akan

menghubungkan simpul-simpul atau pusat-pusat di bagian wilayah tengah (dalam

hal ini sumbu wilayah/koridor perkembangan yang ada sekarang dengan sumbu-

sumbu wilayah di bagian Timur dan Barat).

• Memanfaatkan perkembangan di bagian wilayah tengah dengan pemantapan

fungsi kota-kota yang menjadi pusat pelayanan dan pengintensifan produksi.

• Membatasi perkembangan di bagian wilayah hulu karena itu tidak dikembangkan

simpul atau pusat pelayanan. Bagian wilayah ini dilayani oleh simpul-simpul

atau pusat di bagian wilayah Tengah.

Atas dasar arahan tersebut dan penyebarannya secara spasial, maka kota-kota

yang akan menjadi simpul atau pusat berkaitan dengan pengembangan jaringan

transportasi (jalan raya) secara internal adalah:

Page 25: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

47

o Cibinong

o Citeureup

o Cileungsi

o Jonggol

o Cariu

o Dramaga

o Leuwiliang

o Jasinga

o Tenjo

Strategi Pemanfaatan Ruang

Dengan dasar pola pemanfaatan ruang yang ada, karakteristik fisik geografis

serta tujuan dan kebijaksanaan pengembangan wilayah, maka konsep arahan fungsi

dan pemanfaatan ruang dibagi menjadi empat klasifikasi.

Bagian wilayah sebelah selatan, dengan dominasi fungsi lindung, secara

konseptual merupakan kompleks ekologi hulu yang berbatasan dengan Kabupaten

Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Dalam bagian wilayah ini masih dimungkinkan

adanya fungsi budidaya namun dibatasi agar dominasi fungsi lindung dapat

dipertahankan dan dimantapkan. Pengembangan prasarana wilayah, yaitu jalan raya

relatif lebih terbatas dan diharapkan dapat langsung berfungsi ganda baik secara

internal maupun eksternal. Hal ini dimaksudkan agar tidak merangsang

perkembangan (fungsi budidaya) ke bagian wilayah ini.

Bagian wilayah dengan peningkatan pengembangan atau intensifikasi relatif

merupakan sumbu wilayah utama dan cabang yang terletak terutama pada kompleks

ekologi hulu sampai hilir di bagian tengah. Bagian wilayah ini merupakan yang

paling maju dewasa ini dengan berbagai variasi kegiatan dan fungsi. Oleh karena itu

pengembangan di masa yang akan datang sifatnya adalah peningkatan secara umum

Page 26: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

48

bersifat intensifikasi. Pada bagian wilayah ini terletak sebagin besar pusat-pusat atau

kota-kota yang akan memberikan pelayanan kepada wilayah secara keseluruhan serta

mendukung langsung kegiatan produksi utama wilayah, yaitu perkebunan dan

pertanian tanaman pangan. Dengan demikian, peningkatan pengembangan atau

intensifikasi tersebut terutama ditujukan kepada kegiatan perkotaan, produksi

perkebunan dan pertanian tanaman pangan. Pengembangan prasarana diarahkan pada

pengembangan prasarana perkotaan dan prasarana wilayah, berupa jaringan jalan,

lebih banyak bersifat peningkatan dan untuk pelayanan lokal, yaitu dari pusat-pusat

produksi ke simpul-simpul atau kota terdekat. Dengan kata lain, pengembangan

prasarana wilayah lebih bersifat mendukung dalam upaya peningkatan.

Bagian wilayah dengan pengembangan baru atau ekstensifikasi, relatif terletak

pada kompleks ekologi tengah dan hilir di luar sumbu wilayah utama.

Pengembangan pola bagian wilayah ini sifatnya adalah ekstensifikasi dari kegiatan

pada sumbu wilayah, terutama kegiatan perkebunan (karet, teh dan kelapa) dan

pertanian tanaman pangan (sawah) dan palawija serta hortikultura. Ada dua

prasarana utama yang harus dikembangkan, yaitu jaringan jalan dan irigasi (saluran).

Pengembangan jaringan jalan, yang melintasi bagian wilayah ini dan menghubungkan

sumbu wilayah utama dengan bagian wilayah timur dan Barat yang diharapkan

berfungsi merangsang perkembangan kegiatan di bagian wilayah ini. Sementara

pengembangan jaringan irigasi (saluran) dimaksudkan untuk mendukung

pengembangan kegiatan produksi perkebunan dan pertanian tanaman pangan. Pada

masa datang, dalam jangka panjang pada bagian wilayah ini diharapkan muncul

simpul pelayanan baru yang akan mengarah menjadi kota-kota.

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan secara keseluruhan di Kabupaten Bogor dapat dibagi menjadi

9 kelas yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Page 27: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

49

Tabel 6 Pola penggunaan lahan di Kabupaten Bogor

Luas (Ha) Berdasarkan Wilayah Pembangunan No Penggunaan Lahan Barat Tengah Timur 1 Sungai/Danau 4 017 508 8472 Belukar/semak 25 018 4 723 13 4303 Hutan 23 465 9 785 7 8374 Kebun/perkebunan 27 234 17 214 16 5885 Pemukiman 8 623 18 564 7 1006 Rumput/tanah kosong 1 365 2 282 3 5947 Sawah Irigasi 8 375 7 196 14 5278 Sawah tadah hujan 21 937 4 840 10 9769 Tegalan/ladang 9 756 20 939 7 284

Total Luas 129 790 86 051 82 183Sumber : Peta Landuse, Hasil Olahan.

Dari sembilan pola penggunaan lahan tersebut, terlihat bahwa penggunaan lahan

terbesar adalah lahan kering, yaitu kebun/perkebunan seluas 61 036 hektar (20.48%),

belukar/semak seluas 43 171 hektar (19.28%), tegalan/ladang seluas 37 979 hektar

(12.74%) dan sawah tadah hujan seluas 37 753 hektar (12.67%) yang tersebar dari

barat hingga ke timur. Untuk pemukiman, dari luas 34 281 hektar, lebih banyak

terkonsentrasi di wilayah pembangunan tengah (54% dari total luas pemukiman).

Dalam hal kemampuan lahannya, wilayah pertanian di Kabupaten Bogor dapat

dikelompokkan dalam beberapa kelompok berikut:

Lahan kelas I, yaitu lahan-lahan yang mempunyai potensi pengembangan

pertanian secara sangat intensif seluas 10,9%.

Lahan kelas II, yaitu lahan-lahan yang mempunyai potensi untuk pengembangan

pertanian secara intensif seluas 19,6%.

Lahan kelas III, yaitu lahan-lahan yang berpotensi untuk pengembangan pertanian

dengan intensitas terbatas, seluas 20,1%.

Lahan kelas IV dan V, yaitu lahan-lahan yang tidak layak untuk pengembangan

pertanian dan lebih diarahkan untuk tujuan konservasi atau dihutankan seluas

21,31%.

Page 28: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

50

Kondisi Fisik Wilayah

Kabupaten Bogor mempunyai bentuk wilayah yang sangat beragam, mulai

dari daerah pegunungan di bagian selatan yang menjadi sumber mata air bagi daerah

di bawahnya hingga daerah yang relatif datar di bagian utara. Sebagian besar wilayah

di Kabupaten Bogor termasuk pada kelerengan antara 0-8% (meliputi 421 desa),

sedangkan yang termasuk pada kelerengan antara 8-25% meliputi 167 desa dan

kelerengan lebih dari 25% meliputi 69 desa. Luasan masing-masing kelas lereng ini

tersaji pada tabel berikut:

Tabel 7 Luas wilayah pada setiap tingkat kelerengan

Luas (Ha) Berdasarkan Wilayah Pembangunan No Kelas Lereng Barat Tengah Timur 1 0 - 8% 91 504 59 062 53 068 2 8 - 25% 28 003 18 629 24 251 3 > 25% 10 283 8 360 4 864

Jumlah 129 790 86 051 82 183 Sumber : Peta Topografi, Hasil Olahan

Selain kelas lereng, pengaruh topografi juga berdampak pada adanya perbedaan

ketinggian. Bagian selatan relatif lebih tinggi dibanding bagian utara, dengan kisaran

ketinggian antara 0 meter hingga lebih dari 2.000 m di atas permukaan laut. Bagian

yang lebih rendah umumnya berada di sebelah utara dan berangsur-angsur meninggi

ke bagian selatan. Adapun jumlah desa yang tercakup pada masing-masing kelas

ketinggian adalah sebagai berikut:

Tabel 8 Ketinggian dan jumlah desa

No Kelas Ketinggian Jumlah Desa 1 0-50 182 51-75 883 76-100 1684 101-500 2995 501-1000 1806 1001-2000 267 2001-lebih 3Sumber : Hasil olahan, 2005.

Page 29: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

51

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar desa di Kabupaten

Bogor terletak pada ketinggian antara 100 hingga 1.000 meter di atas permukaan laut.

Desa-desa yang berada di ketinggian lebih dari 1.000 meter terletak di sebelah selatan

yang berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur.

Untuk jenis tanah, berdasarkan data yang diperoleh, di Kabupaten Bogor

terdapat 14 jenis tanah (berdasarkan klasifikasi dari Pusat Penelitian Tanah). Untuk

selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 9 Jenis tanah yang ada di Kabupaten Bogor

No Jenis Tanah Luasan (ha) Persentase 1 Alluvial 8 994 3.022 Andosol 3 253 1.093 Assosiasi andosol dan regosol 3 031 1.024 Assosiasi latosol coklat dan latosol

coklat kekuningan 9 491 3.185 Assosiasi latosol coklat dan latosol

coklat kemerahan 28 903 9.706 Assosiasi latosol coklat dan

regosol 15 581 5.237 Assosiasi latosol merah dan latosol

coklat kemerahan 62 829 21.088 Assosiasi podsolik kuning dan

hidromorf kelabu 3 562 1.209 Grumosol 15 774 5.29

10 Kompleks latosol merah kekuningan dan latosol coklat kemerahan dan litosol 44 848 15.05

11 Kompleks podsolik merah kekuningan dan podsolik merah kekuningan 12 501 4.19

12 Latosol 12 528 4.2013 Latosol coklat 26 720 8.9714 Podzolik kuning 11 929 4.0015 Podzolik merah 9 564 3.2116 Podzolik merah kekuningan 21 301 7.1517 Regosol 7 218 2.42

Sumber : Pemda Kabupaten Bogor, 2004 dan Hasil Olahan, 2005.

Page 30: METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian … · adalah data sekunder, yang terdiri dari data sosial ekonomi yang berasal dari pengolahan data Potensi Desa (Podes) tahun 2003

52

Jenis tanah yang dominan berdasarkan tabel di atas adalah jenis asosiasi latosol

merah dan latosol coklat kemerahan yang meliputi areal seluas 62.829 hektar

(21.08%), sedangkan jenis tanah asosiasi andosol dan regosol adalah yang paling

sempit luas cakupannya, hanya meliputi areal seluas 3 031.35 hektar (1.02%).