metode penelitian

download metode penelitian

of 5

description

penelitian penting

Transcript of metode penelitian

  • PANITIA UJIAN KOMPREHENSIF TAHUN AJARAN 2014/2015 PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN S2

    PetunjukBerikut ini terdapat sejumlah persoalan yang harus Saudara bahas secara komprehensif dengan memperhatikan beberapa rujukan. Pergunakan bahasa keilmuan dengan gramatika yang baik. Jawaban ditulis secara jelas dan rapi.

    Mata Uji Kepengawasan Sekolah1. Pengawas sekolah atau pengawas satuan pendidikan adalah seseorang melaksanakan tugas supervisi, bukan melaksanakan inspeksi, juga bukan seseorang yang melaksanakan kontrol.a. Mengapa pengawas disebut sebagai supervisor pendidikan, bukan sebagai inspektor dan bukan sebagai pengontrol.b. Ada dua jenis supervisi yang terkait dengan tugas pengawas sekolah sebagai supervisor pendidikan, sebutkan dan uraikan jawaban saudara dengan jelas.c. Jelaskan pula, kedudukan dan fungsi supervisi klinis sebagai bagian dari supervisi pendidikan.Jawaban 1a

    Istilah Supervisi yang kita kenal dan gunaka sehari-hari dalam bahasa kita, sebenarnya berasal dari bahasa Inggeris Supervision. Perkataan Supervision secara etimologis terdiri dari kata Super an kata Vision (Visi). Kata Super mempunyai arti yang sama dengan kata atas atau di atas, sedangkan kata Vision (visi) mempunyai arti yang sama dengan kata lihat, atau tilik, atau amati (awasi). Jadi supervisi berarti lihat dari atas, atau tilik dari atas, atau amati dari atas, atau awasi dari atas.

    Orang yang melakukan kegiatan supervisi ini disebut supervisor, yaitu orang mempunyai posisi atau kedudukan di atas atau lebih daripada orang-orang yang disupervisi. Kelebihan mana tidak hanya karena posisi atau kedudukan yang ditempati lebih tinggi daripada orang yang disupervisi tetapi juga karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya atau ketrampilannya, kepemimpinannya, dan juga karena sifat-sifat kepribadiannyayang lebih menonjol sehingga disukai dan menarik simpati sebagai orang yang paling tepat untuk pekerjaan sebagai supervisor tersebut.

    Pengertian tersebut di atas membawa konsekuensi disamakannya pengertian supervisi (supervision) dengan pengawasan dalam pengertian lain, berupa inspeksi sebagai kegiatan kontrol yang otoriter. Orang yang melakukan pekerjaan inspeksi itu disebut Inspecteur (Belanda) yang bertugas mengadakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap tugas-tugas yang telah ditetapkan oleh atasan yang berwewenang (pimpinan). Inspeksi adalah kegiatan pengawasan untuk memeriksa atau menyelidiki bawahannya dalam melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan, atau diinstruksikan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh atasan. Kelalaian, kesalahan dan ketidak patuhan dalam menjalankan instruksi atau perintah yang telah ditetapkan, dipandang perlu mendapat hukuman administratif, yang biasanya dalam bentuk penundaan, kenaikan pangkat, pemindahan bahkan penahanan gaji dsb. Kegiatan inspeksi semacam itu didasarkan pada pandangan bahwa setiap instruksi atau perintah untuk suatu pekerjaan serta peraturan-peraturan yang dibuat oleh atasan adalah merupakan keputusan yang terbaik, karena itu perlu ditaati dan harus dilaksanakan tanpa alasan apapun untuk tidak mengerjakannya.

    Pengawasan (kontrol) terhadap pekerjaan mengajar guru-guru adalah atas pandangan yang ekstrim dan otoriter, sehingga akibatnya inisiatif dan kreativitas guru-guru tidak dapat berkembang (mematikan).

    Pengertian supervisi berupa inspeksi tidak tepat mengenai sasaran yang sesungguhnya dari pengertian yang menunjukkan pada hakekat supervisi. Pada dasarnya supervisi pendidikan adalah kegiatan yang menunjukkan arti pelayanan yang disediakan oleh pimpinan (supervisor) dalam membimbing atau membina guru-guru agar mereka mampu meningkatkan efektivitas PBM yang lebih baik di sekolah. Karena itu, supervisi tidak dapat diartikan atau disamakan dengan pengertian inspeksi yang otoriter, karena supervisi lebih cenderung demokratis dalam usaha membi

  • na dan mengembangkan kemampuan profesional guru-guru dalam proses belajar mengajarnya di sekolah.Sejak adanya kebijaksanaan mengenai perubahan kurikulum tahun 1968 dengan kurikulum yang dibakukan tahun 1975 dan 1976, saat itu pula istilah inspeksi dan inspektur cenderung tidak digunakan lagi di lingkungan pendidikan dan persekolahan. Para petugas (Penilik, Pengawas dan Kepala Sekolah) nampaknya tidak senang menggunakan istilah tersebut, karena mereka menganggap inspeksi terlalu bersifat kolonial dan otoriter, yang tidak layak lagi dilaksanakan dalam situasi demokratisasi dalam dunia pendidikan modern dewasa ini.Disadari atau tidak, dalam kenyataannya inspeksi masih diperlukan dalam pelaksanaan supervisi pendidikan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan guru dan kemudian berusaha untuk memperbaikinya. Demikian pula dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, contoh yang dapat kita ambil untuk membuktikan uraian tersebut di atas. Misalnya seorang Penilik, Pengawas atau Kepala Sekolah sering mengatakan bahwa ia akan mengadakan supervisi, namun yang dilaksanakan ialah mengadakan pemeriksaan tentang kehadiran guru, pemeriksaan satuan pelajaran (SAP), pengecekan tugas-tugas guru dalam PBM, pemeriksaan tentang cara guru menyusun alat-alat tes dan penggunaannya, pemeriksaan terhadap target pencapaian kurikulum, dan lain sebagainya, yang pada dasarnya kegiatan tersebut lebih tepat kita sebut sebagai kegiatan inspeksi.Kalau inspeksi diartikan sebagai pengawasan atau pemeriksaan (kontrol) memang benar dan dapat dipertanggungjawabkan, sebab sejak dahulu (di pusat maupun daerah) pelaksanaan inspeksi tidak semata-mata mengadakan pemeriksaan saja, tetapi meliputi pula usaha-usaha pembinaan dan pengembangan. Kita dapat saja menerima alasan bahwa inspeksi mempunyai arti yang mencakup di dalamnya kegiatan-kegiatan pengawasan atau pemeriksaan, tetapi sama sekali tidak beralasan untuk menganggap bahwa inspeksi itu sifatnya kolonial atau otoriter yang hanya mencari-cari kesalahan saja. Melaksanakan suatu usaha yang sudah direncanakan dengan seksama dan teliti tanpa ada pengawasan atau pemeriksaan, apa yang sudah dilaksanakan dan apa yang belum, apa yang sudah berjalan baik dan apa yang masih perlu ditingkatkan, tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Karena itu, dalam setiap usaha selalu diperlukan suatu saat dimana kita mengadakan pemeriksaan mengenai jalannya usaha itu. Pengawasan (kontrol) atau pemeriksaan tidak dapat dihubung-hubungkan dengan kolonial, demokrasi atau otoriter, baik di lingkungan masyarakat yang demokratis, otokratis ataupun liberal, kontrol atau pemeriksaan selalu diperlukan. Demikian pula dalam supervisi pendidikan. Efektivitas dan efisiensi kerja dapat dinilai atau ditentukan keberhasilannya harus diawali/ dimulai dengan pemeriksaan terlebih dahulu. Misalnya, seorang guru yang ingin diketahui kemampuannya dalam melaksanakan kurikulum sesuai dengan petunjuk (pedoman) kurikulum yaitu apakah GBPP diikuti dan PPSI diterapkan, maka akan diadakan pemeriksaan terhadap : Satuan pelajaran yang disusun guru, penampilan guru di kelas, serta hasil belajar murid-murid yang mengikuti kgiatan belajar mengajar dari guru tersebut. Dari hasil pemeriksaan itu akan diperoleh data-data tentang : Keteraturan, kelengkapan dan kematangan penyusunan Satuan Pelajaran yang dibuat guru; interaksi belajar mengajar antara guru dan murid; cara guru membimbing murid; ketrampilan menggunakan alat-alat pelajaran; ketrampilan dalam mengharapkan metode mengajar; strategi belajar mengajar dan hasil tes terhadap murid mengenai penguasaan materi yang telah diajarkan. Berdasarkan uraian di atas, maka pemeriksaan (inspeksi) perlu dilaksanakan dalam rangka supervisi pendidikan dan pula dalam rangka administrasi pendidikan. Karena itu, jangan kita salah tafsirkan istilah inspeksi dengan mengaitkan sikap atau perilaku petugas/pelaksana tugas inspeksi itu. Kalau ada yang mengatakan bahwa inspeksi bersifat kolonial atau otoriter, mencari-cari kesalahan bahannya (guru-guru) dan sebagainya, sebenarnya bukanlah inspeksi yang bersifat demikian, tetapi orang yang melaksanakan inpseksi itulah yang bersifat otoriter, pelaksana dari inspeksi itu yang bersifat kolonial atau orang yang melaksanakan inspeksi itulah yang selalu mencari-cari kesalahan bawahannya. Inspeksi dalam rangka supervisi pendidikan dalam pemeriksaannya bersifat obyektif dan faktual sesuai dengan kenyataan yang riil. Artinya, kriteria (ukuran) yang dipakai tidak didasarkan atas kehendak supervisor atau inspektur dan juga tidak didasarkan atas anggapan ata

  • u kepentingan pribadi, tetapi didasarkan atas ketentuan-ketentuan yang telah digariskan atau ditetapkan oleh berwewenang (atasan).Sebagai bahan komparasi dan untuk kepentingan teoritis, dapat dikemukakan beberapa persamaan dan perbedaan antara inspeksi dan supervisi sesuai dengan arti dan maksud yang sebenarnya. Pada garis besarnya perbedaan yang jelas nampak dalam tujuan, sasaran serta fungsinya masing-masing, sedangkan persamaan hanya nampak dalam teknik pelaksanaannya.I n s p e k s i S u p e r v i s iPerbedaannya1)

    2)

    3)

    4)

    5)

    Bertujuan memeriksa sampai seberapa jauh rencana jauh rencana telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan.

    Sebagai hasil inspeksi disusun suatu laporan mengenai kema-juan usaha dan keadaan semua unsur-unsurnya. Jika unsur-unsur itu adalah guru/pegawai, maka laporan h

  • asil inspeksi itu lazimnya disebut konduite.

    Sasaran inspeksi diarahkan kepada semua unsur dalam administrasi (guru, murid, pegawai, ruang belajar, alat/ fasilitas, dsb).Fungsi inspeksi:a. Memeriksa; apakah segala sesuatu telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan.b. Memvonis; mengadakan keputusan hasil penilaian sepihak dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya si inspektur.c. Membetulkan ; apa yang tidak sesuai dibetulkan/ dikoreksi menurut keten-tuan yang seharusnya.d. Mengarahkan ; menjelas-kan peraturan yang perlu diperhatikan sebagai pedo-man kerja, dan memberi-kan instruksi-instruksi yang perlu untuk menjamin pe-laksanaan peraturan-pera-turan itu.

    Persamaannya terletak pada teknik pelaksanaannya:a. Observasi kelasb. Pertemuan pribadic. Studi dokumend. Rapat staf.

    1)

    2)

    3)

    4)

    5)Bertujuan untuk menemukan/ meng-identifikasi kemampuan/ketidak mam-puan

    guru dan personil lainnya, untuk kemudian memberikan bantuan/pela-yanan kepada mereka untuk mening-katkan kemampuan/keahliannya.

    Sebagai hasil supervisi diperoleh guru dan personil lainnya yang lebih mampu dalam profesinya.

    Sasaran supervisi sebagai usaha peningkatan kemampuan profesi, hanya ditujukan k

  • epada guru atau personil pendidikan lainnya.

    Fungsi supervisi:a. Meneliti; mengumpulkan data secara obyektif tanpa dilatarbela-kangi oleh ukuranketentuan me-ngenai apa yang benar dan apa yang salah.b. Menilai; berdasarkan data yang dikumpulkan, menentukan ber-sama secara kooperatif apa yang baik dan apa yang kurang (lemah).c. Meningkatkan; bersama-sama berusaha menemukan cara-cara untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan.d. Membantu; dengan berbagai saran, nasihat dan informasi, guru diberi dorongan dan bantuan dalam usaha meningkatkan ke-mampuan dirinya.

    Persamaannya terletak pada teknik pelaksanaannya:a. Observasi kelasb. Pertemuan pribadic. Studi dokumend. Rapat staf.