METODE PEMETAAN
-
Upload
firdaus-matasin -
Category
Documents
-
view
100 -
download
6
description
Transcript of METODE PEMETAAN
-
PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN
TANAH
-
TATAAN GEOLOGI INDONESIA
INDONESIA TERLETAK INTERAKSI DARI 3 LEMPENG (TRIPLE JUNCTION) YANG MEMBENTUK ZONA SUBDUKSI YANG UNIK DI DUNIA, AKIBATNYA;
Indonesia mempunyai 129 gunungapi aktif (terbanyak
di dunia)
Banyak terjadi gempabumi baik di darat maupun di
laut yang bisa memicu tsunami
Banyak terdapat lipatan, patahan, punggungan, bukit
dengan kemiringan sedang hingga terjal kondisi yang
demikian menyebabkan rentan terjadi gerakan tanah/
tanah longsor yang di picu oleh curah hujan atau
gempabumi
LATAR BELAKANG
-
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Pasifik, Eurasia dan Indo-Australia
Dampak Positif:
Tanah subur
Pemandangan Indah
Banyak Kandungan mineral logam,
non logam dan migas
Dampak Negatif:
Rawan bencana alam geologi
seperti gempabumi/tsunami,
letusan gunungapi, tanah
longsor
Tektonik dan Sebaran Gunungapi Indonesia
PASIFIK
EURASIA
INDO - AUSTRALIA
-
PROVINSI Kejadian MD LL RR RH RT BLR BLH LPR JLN SIPJawa Barat 76 27 13 448 61 636 8 2 20 130 6
Jawa Tengah 22 13 3 68 61 693 1 0 0 0 1
Jawa Timur 15 6 0 523 105 18 6 3 35 305 0
DIY 1 5
Banten 1 0 0 12 8 30 0 0 0 0 0
Lampung 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Sumatera Barat 3 11 1 2 2 54 0 0 0 25 25
Riau 1 0 0 0 0 0 0 0 0 48 0
NAD 3 8 1 54 3 33 0 0 0 0 0
Papua 1 11 0 2 3 0 0 0 0 0 0
NTT 4 0 0 90 0 47 0 0 0 0 0
Sulawesi Selatan 2 5 0 300 13 0 0 0 108 0 0
Sulawesi Tengah 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kalimantan Timur 2 2 0 34 0 0 0 0 0 0 0
Maluku 4 4 5 0 2 10 0 0 0 0 0
Sulawesi Utara 1 0 0 14 0 34 0 0 0 0 0
TOTAL 139 88 23 1553 258 1555 15 5 163 508 32
Catatan :
MD : Meninggal Dunia BLR : Bangunan Lain Rusak RH : Rumah Hancur JLN : Jalan
LL : Luka - luka BLH : Bangunan Lain Hancur RT : Rumah Terancam SIP : Saluran Irigasi Putus
RR : Rumah Rusak LPR : Lahan Pertanian Rusak
KEJADIAN GERAKAN TANAH DI TIAP PROVINSI TAHUN 2008
PROVINSI Kejadian MD LL RR RH RT BLR BLH LPR JLN SIP
Jawa Barat 31 5 0 137 7 97 0 0 0 14 0
Jawa Tengah 13 6 0 112 22 334 2 3 0 345 0
Banten 1 92 179 0 250 0 0 0 0 0 0
Sumatera Barat 1 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
Papua 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
NTB 2 0 0 30 0 1 1 0 0 0 0
Sulawesi Selatan 2 1 0 3 0 65 0 0 0 0 0
TOTAL 54 106 181 282 279 497 3 3 0 359 0
KEJADIAN GERAKAN TANAH DI TIAP PROVINSI TAHUN 2009 (Sampai dengan 31 Maret 2009)
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
MITIGASI BENCANA GEOLOGI
-
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
Pemetaan Gerakan Tanah Lama
Distribusi Kejadian Gerakan Tanah
Kemiringan Lereng
Rata-rata Curah Hujan
Tata Guna Lahan
Kondisi Geologi
Mekanika Tanah
Software
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
Sangat jarang
terjadi Gerakan
Tanah
Gerakan tanah bisa
terjadi jika ada
gangguan lereng
Tingkatan Status Kerentanan Gerakan Tanah
Dan Respon Masyarakat Sering terjadi gerakan tanah jika musim hujan
Gerakan tanah lama bisa
aktif kembali
Tidak tinggal
di bantaran sungai
PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH
Gerakan Tanah berpotensi
terjadi jika curah hujan tinggi
dan ada gangguan lereng
Lokasi bangunan
vital & Strategis.
Menengah
Tidak Melakukan
Pemotongan lereng,
Waspada jika curah
hujan tinggi
Jangan tinggal di
lereng terjal
Tidak dibangun permukiman,
bangunan vital strategis, Konservasi Lahan
Waspada, Mengungsi jika Curah Hujan Tinggi
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH PETA PERKIRAAN CURAH HUJAN
Sistem peringatan dini gerakan tanah dilakukan pada awal musim hujan dengan mengirim surat, booklet, dan poster tentang mitigasi bencana gerakan tanah.
Peta perkiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah dibuat dengan cara overlay antara peta zona kerentanan gerakan tanah dan prediksi curah hujan bulanan. Hasilnya berupa 3 tingkatan zona potensi gerakan tanah tinggi, sedang dan rendah yang diinformasikan kepada Pemerintah Daerah.
SISTEM PERINGATAN DINI (EARLY WARNING)
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
Kerjasama dengan BMG (Data prakiraan curah hujan bulanan)
Hasil prakiraan wilayah berpotensi terjadi gerakan tanah yaitu overlay dari peta zona kerentanan gerakan tanah dan prakiraan curah hujan bulanan
Peringatan dini kepada Pemda di seluruh Indonesia setiap awal musim hujan meliputi kabupaten, kecamatan, desa yang rentan terjadi gerakan tanah
Jalur jalan rawan gerakan tanah dikirim setiap awal musim hujan dan hari libur keagamaan
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH INDONESIA
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
MAKSUD DAN TUJUAN PEMETAAN
Untuk memberikan informasi tentang daerah derah yang rentan terhadap bencana alam gerakan tanah dan memperkecil / mengurangi kerusakan prasarana pembangunan serta korban jiwa manusia.
Informasi yang termuat dalam Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah dapat digunakan untuk melengkapi data dasar dalam perencanaan Tata Ruang.
TAHAPAN PENYUSUNAN PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH
1. Pengumpulan data
Data primer;
Data sekunder
2. Analisis laboratorium mekanika tanah
Sifat fisik dasar ; kadar air, berat jenis, berat isi asli, berat isi kering,
berat isijenuh, angka pori, permeabilitas
Sifat mekanika tanah atau batuan; direct shear atau triaxial test -kohesi
dan sudut geser dalam
-
TAHAPAN PENYUSUNAN PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH
3. Penggambaran peta penunjang
1. Peta geologi
2. Peta tataguna lahan
3. Peta satuan kemiringan lereng
4. Peta distribusi kejadian gerakan tanah
5. Peta curah hujan rata -rata tahunan
6. Peta percepatan kegempaan regional
4. Analisis data / Metode
1. Analisis secara langsung
2. Analisis secara tidak langsung
3. Analisis gabungan
-
PETA KERENTANAN GERAKAN TANAH (landslide susceptibility map) Peta kerentanan gerakan tanah adalah sebuah peta yang
menggambarkan tingkat kestabilan lereng pada suatu daerah menjadi kategori stabil sampai tidak stabil . Peta ini menunjukkan tingkat kerentanan suatu daerah untuk terjadi gerakan tanah atau longsoran.
Kerentanan gerakan tanah tergantung juga pada faktor pemicu terjadinya longsoran seperti curah hujan dan kegempaan.
-
PETA BAHAYA LONGSORAN
(landslide hazard map)
Peta bahaya gerakan tanah (landslide hazard map) adalah sebuah peta yang mengindikasikan kemungkinan terjadinya gerakan tanah pada suatu daerah dengan memperhitungkan adanya ancaman . Sebuah peta bahaya gerakan tanah yang ideal tidak hanya memperlihatkan kemungkinan gerakan tanah dapat terjadi pada suatu tempat tertentu, tetapi juga mempunyai kemungkinan gerakan tanah berasal dari tempat yang jauh dan menghantam daerah tersebut . Bahaya gerakan tanah mengacu kepada potensi terjadinya kerusakan akibat gerakan tanah yang meliputi hilangnya nyawa atau korban luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi dan penurunan kualitas lingkungan.
-
PETA RESIKO GERAKAN TANAH (landslide risk map) Peta resiko gerakan tanah (landslide risk map) adalah peta yang menggambarkan besarnya penanggulangan tahunan yang harus disediakan untuk menanggulangi kerusakan akibat gerakan tanah. Peta resiko merupakan penggabungan dari informasi kemungkinan gerakan tanah pada peta bahaya gerakan tanah dengan analisa terhadap keseluruhan konsekuensi yang timbul akibat gerakan tanah. Resiko gerakan tanah mengacu kepada kemungkinan konsekuensi bahaya yang timbul, seperti korban jiwa, korban luka-luka, kerusakan properti dan sistem ekologi atau gangguan perekonomian pada daerah rawan gerakan tanah.
-
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi
Zona ini sering terjadi gerakan tanah, gerakan tanah lama masih dapat aktif kembali, terutama karena curah hujan yang tinggi.
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
Dapat terjadi gerakan tanah berukuran kecil, terutama di tebing pemotongan jalan, tebing sungai, daerah curam dengan batuan dasar kuat dan tanah pelapukan yang tipis. Gerakan tanah lama masih dapat berkembang aktif kembali, terutama pada bagian gawir gerakan tanah yang disebabkan oleh hujan dengan intensitas tinggi.
Zona Kerentanan Gerakan Tanah
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
Jarang terjadi gerakan tanah apabila tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika terdapat gerakan tanah lama. Gerakan tanah dapat juga terjadi dalam skala kecil, terutama pada tebing lembah sungai yang terjal
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah
Daerah ini mempunyai tingkat kecenderungan sangat rendah untuk terkena gerakan tanah. Umumnya merupakan daerah mantap, sangat jarang atau hampir tidak pernah terjadi gerakan tanah.
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
PUBLIKASI PETA
ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH
Skala 1 : 500.000
Peta Provinsi, contoh Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Jawa
Barat.
Skala 1 ; 250.000.
Peta Zona kerentanan gerakan tanah luar P. Jawa, contoh Peta zona
kerentanan gerakan tanah Pulau Lombok.
Skala 1 : 100.000
Contoh Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah L. Cianjur,
-
ANALISIS DATA / METODE PEMETAAN
Pemetaan zona kerentanan gerakan tanah dilakukan dengan pendekatan menggunakan metoda tidak langsung (statistik) dan metoda langsung (pengamatan lapangan), penyelesaian dilakukan dengan menggabungkan kedua metoda tersebut .
Metoda pemetaan tidak langsung dilakukan dengan melakukan tumpang tindih (overlaying) untuk mancari pengeruh faktor -faktor yang terdapat pada peta-peta parameter (peta geologi, kemiringan lereng dan tata guna lahan) terhadap sebaran (distribusi) gerakan tanah, kemudian analisis dilakukan dengan mengunakan GIS (Geografi Informasi Sistem ) menggunakan Software ILWIS (Integrated Land and Water Information System ) versi 2.1 (for Windows), sehingga zonasi kerentanan gerakan tanah dapat ditentukan .
Cara langsung adalah dengan memetakan secara langsung zona kerentanan gerakan tanah di lapangan dengan mempelajari distribusi gerakan tanah, morfologi, geologi, tataguna lahan dan struktur geologi.
Cara gabungan adalah menggabungkan peta zona kerentanan gerakan tanah cara tidak langsung dengan peta zona kerentanan gerakan tanah cara langsung sehingga menghasilkan peta zona kerentanan gerakan tanah final
-
BAGAN ALIR PEMETAAN GERAKAN TANAH
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
Metoda langsung merupakan hasil pemetaan langsung zona kerentanan gerakan tanah di lapangan. Kriteria untuk zona kerentanan gerakan tanah didasarkan pada kondisi lapangan, yaitu :
a. Penelitian gerakan tanah di lapangan, meliputi :
Kejadian gerakan tanah
Morfologi (kemiringan lereng dan bentuk lereng)
Geologi (sifat fisik batuan dan tanah serta ketebalan tanah pelapukan)
Struktur geologi dan kondisi keairan
Kondisi tataguna lahan dan aktivitas manusia
b. Mempelajari sifat fisik dan keteknikan tanah hasil uji laboratorium
(data pemetaan terdahulu)
c. Melakukan analisis balik untuk mendapatkan nilai kuat geser pada saat harga
faktor keamanan (Fs) = 1,2
d. Melakukan analisis kemantapan lereng
e. Menyusun tingkat kerentanan gerakan tanah
-
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
Tingkat kerentanan gerakan tanah, yaitu tingkat yang menggambarkan kecenderungan suatu lereng alam natural slope untuk terkena gerakan tanah. Tingkat kerentanan suatu lereng untuk terjadi gerakan tanah ditunjukkan dalam suatu nilai faktor keamanan yang dikemukakan oleh Ward, (1976),
-
TANAH PELAPUKAN BATUAN KEMIRINGAN LERENG
(KEJADIAN GERAKAN
TANAH)
0-5%
( 0-3 )
5-15%
(3-9 )
15-30%
(9-17 )
30-50%
(17-27 )
50-70%
(27-36 )
>70%
(36-90 )
Tufa dan breksi Gn. Api Muda
dari G. Ambulombo (Qhva)
( Tidak ada kejadian gerakan
tanah )
-- -- - - - -
Breksi aglomerat dan tufa Gn.
Api Muda dari G. Ine Rie
(Qhvl) (3 X kejadian gerakan
tanah)
-- - - 3 - -
Lava dan breksi Gn. Api Tua
(Qtvu) (103 X kejadian
gerakan tanah)
- - 5 35 -53 10-
DISTRIBUSI GERAKAN TANAH
-
TANAH PELAPUKAN BATUAN KEMIRINGAN LERENG
(KEJADIAN GERAKAN
TANAH)
0-5%
( 0-3 )
5-15%
(3-9 )
15-30%
(9-17 )
30-50%
(17-27 )
50-70%
(27-36 )
>70%
(36-90 )
Tufa dan breksi Gn. Api Muda
dari G. Ambulombo (Qhva)
( Tidak ada kejadian gerakan
tanah )
-- -- - - - -
Breksi aglomerat dan tufa Gn.
Api Muda dari G. Ine Rie
(Qhvl) (3 X kejadian gerakan
tanah)
-- - - 3 - -
Lava dan breksi Gn. Api Tua
(Qtvu) (103 X kejadian
gerakan tanah)
- - 5 35 -53 10-
JENIS GERAKAN
TANAH
KEMIRINGAN LERENG
0-5% 5-15% 15-30% 30-50% 50-70% >70%
(0-3 ) (3-9 ) (9-17 ) (17-27 ) (27-36 ) (36-90 )
Longsoran Bahan Rombakan Nendatan
- -
- -
5 -
35
-3
51
2
10
-
-
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
KEMIRINGAN LERENG
TANAH PELAPUKAN 0 5% 5 15% 15-30% 30 70% 50-70% >70%
0 - 3 3 - 9 9-17 17-27 27-36 > 36
Tufa dan breksi Gn. Api Muda dari G. Ambulombo (Qhva)
Breksi aglomerat dan tufa Gn. Api Muda dari G. Ine Rie (Qhvl)
Lava dan breksi Gn. Api Tua (Qtvu)
I
I
I
I
II
I
II/III
II
II
III
II/III
II/III
III/!V
III
III
III/IV
III
III/IV
Keterangan : I. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah
II. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
III. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
IV. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi
TINGKAT KERENTANAN GERAKAN TANAH UNTUK MASING MASING TANAH PELAPUKAN BATUAN PADA KEMIRINGAN LERENG TERTENTU
Tingkat kerentanan gerakan tanah, yaitu tingkat yang menggambarkan kecenderungan suatu lereng alam natural slope untuk terkena gerakan tanah. Berdasarkan pertimbangan pada sudut kemiringan lereng kritis di lapangan maupun hasil analisis, maka kerentanan gerakan tanah pada setiap kisaran kemiringan lereng pada tanah pelapukan batuan dapat ditentukan, seperti terlihat pada Tabel dibawah ini.
-
Peta Zona Kerentanan Gerakan tanah Cara Langsung
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
Metoda Tidak Langsung (Statistik ) Metoda tidak langsung adalah proses pembuatan peta zona kerentanan gerakan tanah didasarkan atas perhitungan kerapatan (density ) gerakan tanah dan nilai bobot (weight value) dari masing-masing unit/klas/tipe pada setiap peta parameter .
Kerapatan (density) adalah pencerminan dari luas kejadian gerakan tanah
pada satu satuan (kelas) perluas dari luas unit (kelas) parameter.
Luas gerakan tanah pada (unit/klas/tipe)
Kerapatan (unit/klas/tipe) = Luas (unit/klas/tipe
Luas gerakan tanah Luas seluruh gerakan pada (unit/klas/tipe) tanah pada peta Nilai bobot = ( unit/klas/tipe ) Jumlah luas (unit/klas/tipe) Luas seluruh daerah peta
-
Tahapan dan prosedur perhitungan adalah sebagai berikut :
1. Tumpang tindih antara peta parameter dan peta sebaran gerakan
tanah.
2. Menghitung luas daerah yang terkena gerakan tanah, dan luas seluruh
peta.
3. Menghitung kerapatan gerakan tanah (dalam persen) pada seluruh
daerah peta.
4. Menghitung kerapatan gerakan tanah (dalam persen) pada setiap
unit/klas/tipe.
5. Menghitung nilai bobot pada tiap kelas unit/klas/tipe.
6. Pemberian nomor (urutan) nilai bobot pada tiap-tiap peta parameter.
7. Membuat tabel klasifikasi untuk mengklasifikasi ulang nilai bobot ber-
dasarkan peta parameter.
8. Menjumlahkan semua nilai bobot dari tiap peta parameter.
9. Mengklasifikasikan angka-angka hasil dari penjumlahan nilai bobot
antara batas atas dan bawah menjadi 4 zona, yaitu : kerentanan
sangat rendah, rendah, menengah dan tinggi.
-
SATUAN BATUAN
LUAS (km
2)
LUAS GERAKAN
TANAH (km2)
DENSITY WEIGHT
Tufa dan breksi Gn. Api Muda dari G. Ambulombo (Qhva)
Breksi aglomerat dan tufa Gn. Api Muda dari G. Ine Rie (Qhvl)
Lava dan breksi Gn. Api Tua (Qtvu)
21,3700
41,6752
492,1822
0,00
0,0925
2,5500
0,0001
0,0052
0,00027
-0,0047
0,0004
0,00005
TATAGUNA
LAHAN
LUAS (km2)
LUAS GERAKAN TANAH (km2)
DENSITY
WEIGHT
Kampung
Persawahan
Tanah kosong
Hutan lindung
Perkebunan
Tegalan
8,3950
9,38316
69,84213
153,98290
164,5692
149,0549
0,00 00
0,00500
0,240144
0,43776
0,777969
1,18321
0,00038
0,0008
0,00347
0,002860,
0,00474
0,00795
0,00449
0,00399
0,00132
-0,00193
-0,00005
-0,00316
-
KEMIRINGAN LERENG (%)
LUAS (km2)
LUAS GERAKAN
TANAH (km2) DENSITY WEIGHT
0 5 (0 - 3 )
5 15 (3 8,5 )
15 30 (8,5 - 17 )
30 50 (17 - 27 )
50 70 (27 - 36 )
> 70 (> 36 )
24,8262
97,7094
187,8854
150,1532
48,9347
45,7182
0,0025
0,1675
0,1675
0,9279
0,3251
0,0725
0,0002
0,0017
0,0050
0,0077
0,0067
0,0016
- 0,0046
- 0,0031
0,0002
0,0029
0,0019
-0,0032
-
TABEL PENGELOMPOKKAN NILAI BOBOT KEDALAM KELAS ZONASI
NILAI BATAS
KELAS
DERAJAT
KERENTANAN
- 0,00270
1
Sangat Rendah
0,00363
2
Rendah
0,01045
3
Menengah
0,02384
4
Tinggi
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
PETA GABUNGAN HASIL PEMETAAN LANGSUNG DENGAN STATISTIK SEBAGAI PETA FINAL
Pembuatan zonasi kerentanan gerakan tanah merupakan tahap akhir dari semua proses yang dilakukan dengan cara melakukan tumpang tindih antara peta zona statistik dengan peta zona pemetaan langsung, hasilnya berupa peta dan tabel gabungan. Peta ini menggambarkan gabungan antara 4 (empat) kelas dari peta zona statistik dan 4 kelas dari hasil pemetaan langsung (Tabel di bawah). Untuk mengelompokkan zona tersebut dalam 4 (empat) kelas, maka pada tabel tersebut ditambah kolom final yang nilainya merupakan kelas rata -rata antara peta statistik dan peta pemetaan langsung, sehingga menjadi 4 kelas. Penggabungan antara peta statistik dan lapangan pada pembuatan peta zona kerentanan gerakan tanah dapat dibuat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
PZ = TG.Final (PG )
PZ = Peta zona kerentanan gerakan tanah akhir
TG = Tabel gabungan
Final = Kolom final tabel gabungan yang menggambarkan kelas rata -rata
PG = Peta gabungan
-
No.
Rec.
PETA
ANALISIS
STATISTIK
PETA
LAPANGAN
Nr.
Pixels
LUAS
(Km) P e t a F i n al
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
686
4578
662
15
9387
100727
18536
245
651
59117
15623
143
67
6902
4729
22
1,716205
11,445540
1,656163
0,037526
234,664831
251,81688
46,34005
0,612931
1,628644
147,79131
39,057435
0,357751
0,167618
17,25462
11,823305
0,055039
1
1
2
2
1
2
3
3
2
2
3
3
1
3
4
4
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
N
US
EN
ER
GI
DA
M BER
E
D AY
AM
IN
RA
L
AIMERRE
2107 - 221
2107 - 241
LETE
2107 - 223
837'30"
845' 00"
852' 30"
900' 00"
12045' 00" 12052' 30"
2107 - 224
2107 - 242 2107 - 331
LOKANGEKO SOA
2107 - 313
12100' 00"
DONAWAEBELA
2107 - 222
BAJAWA MATALOKO
12107' 30"
845' 00"
852' 30"
900' 00"
2107 - 311
RADAMUDE
12045' 00" 12052' 30"
Lokasi Penyelikan
Lokasi Penyelikan
93'5
8"
12119'6"
93'5
8"
12113'56"
12107' 30"12100' 00"837'30"
INDEK LEMBAR PEMETAAN
12113'56"
90'3
8"
12119'6"
90'3
8"
PETA PETUNJUK LOKASI
-6 9' 28"
A. KABUPATEN NGADAa Kecamatan. Ngadabawab. Kecamatan. Aimenac. Kecamatan. Bajawad. Kecamatan. Golawe
b
85
8'5
2" L
S
85
5'2
0"
LS
a
c
1218'53" BT
1218'53" BT
d
PEMBAGIAN ADMINISTRASI
1211134" BT
855'2
0"
LS
85
8'5
2" L
S
1211134" BT 116 21' 47"-11 27' 5"
Zona 2 = 0,10 g
Zona 3 = 0,15 g
Zona 4 = 0,20 g
Zona 5 = 0,25 g
Zona 6= 0,30 g
2
116 21' 47"
4
3
6
4
3
5
126 11'-6 9' 28"
2-11 27' 5"
126 11'
0 - 1000
121 11' 56"
-8 5
8' 47"
4000 - 5000 mm1000 - 2000 2000 - 3000 3000 - 4000
121 11' 56" 121 19'
PETA CURAH HUJAN RATA-RATA TAHUNAN
121 19'
-8 5
8' 47"
-8 5
5' 3
3"
-8 5
5' 3
3"
PETA PERCEPATAN PULAU FLORES DAN SEKITARNYA
-11 27' 5"
116 21' 47"
-6 9' 28"
2003
1983
116 21' 47"
1982 20031987
1975
1989
1992
2004
1982
Magnitude
> 6
5 - 6
< 5
Kedalaman
0 - 33 km
33 - 90 km
> 90 km
PETA EPISENTER PULAU FLORES DAN SEKITARNYA
3
126 11'
-6 9' 28"
126 11'
-11 27' 5"
Wae Wu
Aimere
Leko Gok
o
Keligejo
Wae Lako
sebowuli
Foa
Warupade
Robadora
Pomasule
Paliseso
Paupaga
Ngelu NgeloNgelu NgeloNgelu NgeloNgelu NgeloNgelu NgeloNgelu NgeloNgelu NgeloNgelu NgeloNgelu Ngelo
Teluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk WaiwaeTeluk Waiwae
Pomalewa
Wolo Lega
Wae Koe Wolo Runu
125
0
Ekowolo
Wawowae
Wolo Bawa
1430
Lok
ana
re
Warupele satu
Lok
apo
la
Amere
Tiworiwu
Wolo BogoWarupele dua
Leko
Nag
o
Ngalu RitaNgalu RitaNgalu RitaNgalu RitaNgalu RitaNgalu RitaNgalu RitaNgalu RitaNgalu Rita
DEPARTEMEN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL
BADAN GEOLOGI
PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI
JALAN DIPONEGORO 57 BANDUNG
KEC. BAJAWA
Mari
Bomeri
Bojawa
Beja
Wolo Nariwowo
BAJAWA
Susu
Trikora
Kisanata
Wolo Pipidod0
Ngalisabu
Wolokelo
Borani
Rutojawa
Nenowea
DariwaliMalabhaga
Tiworiwu
Wae T
adu
Watumanu
Delawawi
Garusina
Ngadusawu
Kelitei
Ngalu BurusiNgalu BurusiNgalu BurusiNgalu BurusiNgalu BurusiNgalu BurusiNgalu BurusiNgalu BurusiNgalu Burusi
Sewowoto
Waebela
Ngalu WaeNgalu WaeNgalu WaeNgalu WaeNgalu WaeNgalu WaeNgalu WaeNgalu WaeNgalu Wae
Wae W
oki
Wolo Lele
Mangulewa
Faobata
Ubedolumolo
Naru
Bosiko
Wae B
etu
Nuamuzi
Rakateda Satu
Wolo Kapa
Rakateda Dua
Lokalodo
Wolo Bombara
1428
WolodalaBorobere
Bajawa
KEC. NGADABAWA
InelikaFaupadi
100
0
750
Dadawea
Wolo Tolorojo
Majamala
Sobo
Wolo soge
Wae B
ula
Mangulewa
Watutedo
Wogowela
Loko
bo
ba
Wa
e T
iwu
kale
Dona
KEC. AIMERE
Wolo Pale
Nariwolo
1354
Ratogesa
Weresatu
Radabata
Jadho
Were
Gisil iba
KAB. NGADA
KEC. GOLEWA
Lokaguru
Todabelu
Toda
500
250
250
500
750
100
0
125
0 1500
150
0
Wolo Atagae
1250
Wolo Fela
Keli lnerei
Wolo Bobo
12501500
17502000
L A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B UL A U T S A B U
750
500
1300
Wolo Ngali
1000
NgaluRanoNgaluRanoNgaluRanoNgaluRanoNgaluRanoNgaluRanoNgaluRanoNgaluRanoNgaluRano
Ngalu BobaNgalu BobaNgalu BobaNgalu BobaNgalu BobaNgalu BobaNgalu BobaNgalu BobaNgalu Boba
Ngedhusuba
Wolo lesa
Ngalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu WatumubuNgalu Watumubu
250
Ngedhubasa
Mataloko
Ululanga
Sangadeto
500
Wolo Sasa
Boba
1205
Wolo BeoWolo Roka
KEC. GOWELA
Ngalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu WatuwawiNgalu Watuwawi
Rowa
Solo
Woloroa
Sarasedu
Loko Mataana
KEC. BOAWAE
KETERANGAN
Sungai
Jalan
BATASAN DAN FUNGSI PETA
SIMBOL TOPOGRAFI
SARAN UNTUK PEMAKAI PETA
4. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi
0
3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
2. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
1. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah
terkecuali pada daerah yang tidak luas disekitar tebing sungai.
Garis ketinggian tiap 50 m
SIMBOL GERAKAN TANAH
Longsoran
Gawir longsoran
Nendatan
2,5
2009
5 Km
Ngalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu WolongijuNgalu Wolongiju
Sadha
KuwujawaTakatunga
Malaraja
Laja
Wolo Dagha
Weredua
KezeweaBela
KEC. MAUPONGGO
Wae Luja
Zona kerentanan gerakan tanah yang termuat dalam peta ini bersifat umum, untuk informasi awal tentang daerah
daerah yang mempunyai kemungkinan terjadinya gerakan tanah dan daerah-daerah yang relatif mantap. Perubahan
Oleh : Rachman Sobarna, Yunara D.Triana , M. Iskak
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sering
terjadi gerakan tanah,sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak
akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat.
Kisaran kemiringan lereng mulai landai (5 - 15%) sampai tegak (>70%). Tergantung pada kondisi
sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah. Vegetasi penutup lereng umumnya sangat kurang.
tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat
curah hujan yang tinggi.
Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5-5%) sampai sangat terjal (50-70%). Tergantung pada
kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah pembentuk lereng. Pada lereng terjal umumnya
dibentuk oleh tanah pelapukan yang cukup tipis dan vegetasi penutup baik cukup tipis dan vegetasi
penutup baik, umumnya berupa hutan atau perkebunan.
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini
dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir,
Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 15 %) sampai sangat terjal (50 - 70%).Tergantung
pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah sebagai material pembentuk lereng. Umum-
nya lereng mempunyai vegetasi penutup kurang.
gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin dapat
terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai.
Daaerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini
jarang terjadi gerkan tanah jika tidak mengalami gangguan pada lereng, dan jika tidak terdapat
Merupakan daerah datar sampai landai, dengan kemiringan lereng < 15 dan lereng tidak dibentuk
oleh endapan gerakan tanah, dan timbunan atau lempung yan bersifat mengembang.
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona
ini sangat jarang atau tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun baru,
PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH
DAERAH BAJAWA DAN SEKITARNYA KABUPATEN NGADA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
keadaan dari kondisi saat dipetakan, dapat merubah zona kerentanan gerakan tanah yang termuat dalam peta.
Peta ini memuat informasi tingkat kerentanan (kepekaan) suatu daerah untuk terkena gerakan tanah sehingga dapat
diidentifikasi daerah-daerah yang menghadapi permasalahan gerakan tanah, dan melakukan upaya pencegahan
atau penanggulangan.
Jika akan mengembangkan atau membangun pada daerah berkerentanan menengah diperlukan penyelidikan keman-
tapan lereng secara rinci untuk menghindari terjadinya gerakan tanah.
Pada zona kerentanan gerakan tanah rendah dianjurkan melakukan penyelidikan gerakan tanah jika akan melakukan
penyayatan lereng.
84
4'5
8"
LS
12052'30" BT
12052'30" BT
90
'00
" L
S1217'30" BT
90
'00"
LS
84
5'0
0"
LS
1217'30" BT
Sumber: PVMBG, Badan Geologi
-
Rekomendasi
Jangka Pendek
Jangka Menengah
Jangka Panjang
-
Jangka Pendek Kesiagaan dan kewaspadaan masyarakat menghadapi kemungkinan terjadinya bencana alam tanah longsor,
baik bersifat prefentif maupun reaktif berdasarkan pada prinsip cepat tanggap (early detection ), cepat tindakan (early action ) dan cepat lapor (early warning) baik vertikal maupun horisontal .
Memberitahukan secara lengkap tentang gejala awal tanah longsor, seperti adanya retakan tanah, kepada instansi yang berhubungan langsung dengan penanggulangan bencana. Pada daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah menengah dan tinggi tidak digunakan untuk lahan
pertanian yang banyak memerlukan air . Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai dampak pemanfaatan lahan yang tidak tepat,
seperti pembukaan sawah pada lereng yang terjal, penggundulan hutan dapat memicu terjadinya gerakan tanah/tanah longsor.
Menyebar luaskan informasi mengenai daerah-daerah rawan longsor, sehingga masyarakat waspada jika
terjadi bencana alam gerakan tanah/tanah longsor perlu dilakukan langkah-langkah represif sebagai berikut :
Melaksanakan tindakan/penaggulangan darurat dengan mengutamakan keselamatan manusia dan harta bendanya
Segera membentuk Posko, keamanan, kesehatan, regu penyelamat dan dapur umum, Segera menetapkan program rehabilitasi bidang fisik, sosial dan ekonomi
Pada daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah tinggi, sering terjadi gerakan tanah, agar dihindarkan untuk daerah pengembangan pemukiman, pada daerah tersebut disarankan untuk dijadikan daerah konservasi.
Menghidari penimbunan di atas lereng dan pemotongan tegak pada kaki lereng
-
Jangka Menengah Menyediakan lahan untuk relokasi pemukiman yang berada di daerah rawan bencana tanah longsor, bila daerah tersebut sudah dinyatakan tidak layak huni Memberikan penyuluhan/penerangan tentang kewaspadaan dan kesiagaan dalam menghadapi terjadinya bencana alam gerakan tanah,termasuk upaya menyelamatkan diri dan harta benda. Melakukan pemantauan terhadap gerakan tanah yang aktif terutama pada daerah yang dilalui jalur vital secara ekonomi dan jasa dan daerah padat penduduk, guna mengetahui ancaman bahaya gerakan tanah secara dini . Pada daerah longsor yang masih aktif, perlu dibuat bangunan penambat (tiang, bronjong, tembok penahan dll . ), jika tingkat ancaman bahaya semakin menghawatirkan, dilakukan pemindahan penduduk. Tidak membuat pemukiman pada daerah pada daerah alur maupun sisi luar kelokan sungai, terutama sungai- sungai yang berhulu dari daerah pegunungan yang terjal Membuat perencanaan yang mantap untuk menanggulangi bencana alam yang disebabkan oleh faktor non alam di daerahnya, dengan demikian secara bertahap kejadian bencana alam dapat dikurangi baik kualitas maupun kuantitasnya .
-
Jangka panjang 1. Menghutankan kembali lahan yang gundul (kritis), terutama pada daerah
yang berkemiringan lereng terjal dengan pohon-pohon yang memunyai akar kuat dan dalam sehingga dapat berfungsi sebagai pengikat tanah, untuk mencegah/ mengurangi terjadinya erosi dan gerakan tanah.
2. Dalam pengembangan wilayah perlu memasukan parameter daerah rawan bencana alam sebagai faktor pembatas, sehingga korban akibat bencana dapat ditekan hingga sekecil mungkin atau ditiadakan .
3. Ketidakseimbangan ekosistem sering menimbulkan bencana, oleh karenanya dalam pemanfaatan lahan harus memperhatikan tata guna tanah serta memelihara/memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan hidup di sekitarnya
4. Gerakan tanah yang terjadi di wilayah ini sebagian besar terjadi pada daerah yang mempunyai kemiringan lereng agak terjal hingga terjal, oleh karena itu perlu dihindari pembangunan perumahan pada daerah yang mempunyai kemiringan lereng >30% (17 ). Jika pembangunan terpaksa dilakukan perlu analisis kesetabilan lereng secara rinci pada setiap lokasi tapak (Site Plan).
5. Memasukan wilayah rawan tanah longsor sebagai faktor pembatas dalam penyusunan RUTRK maupun RTRK yang dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda)
6. Melakukan pengawasan/monitoring baik lingkungan alamnya maupun aktivitas
penduduknya, kaitannya dengan ancaman bencana alam gerakan tanah.
-
BEBERAPA CONTOH KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA
-
GERAKAN TANAH YANG DIPICU GEMPABUMI PADANG, (30 SEPTEMBER 2009)
( sumber: PVMBG, Badan Geologi)
-
GERAKAN TANAH DI PERKEBUNAN TEH DEWATA, KAB. BANDUNG (23 FEBRUARI 2010)
( sumber: PVMBG, Badan Geologi)
-
KONDISI DAERAH BENCANA
Secara administratif daerah bencana berada di Desa Tenjolaya, Kec. Pasir Jambu, Kab. Bandung. Jarak lokasi bencana dari Bandung 60 km dan ditempuh dalam waktu 3.5 jam.
Secara geografis lokasi bencana terletak pada koordinat 7 12 53.1 LS dan 107 28 36.3 BT pada ketinggian lebih dari 1300 mdpl.
Lokasi bencana merupakan lereng bagian selatan dari Gunung Waringin dengan morfologi berupa perbukitan bergelombang dengan kemiringan 15 - > 40.
Secara geologi daerah bencana disusun oleh batuan dasar breksi tuf di bagian atas dan breksi andesit di bagian bawah dari G. Kendeng (Koesmono, dkk. 1996). Pada bagian bawah lembah mengalir Sungai Cimeri. Sungai di lokasi longsoran pada daerah berupa perbukitan, memiliki volume yang cukup besar dengan aliran yang deras. Hal ini mengindikasikan bahwa pada daerah ini terdapat banyak mata air
-
LOKASI LONGSORAN
Koesmono, dkk (996)
-
KONDISI GERAKAN TANAH/TANAH LONGSOR Longsoran di G. Waringin, dengan bidang longsor N 20 E ,kemiringan 70 -80, arah longsoran menghadap ke arah N 215E. lebar mencapai 50 m, dan tinggi 75 m sedangkan panjang massa tanah yang longsor mencapai lebih dari 800 meter dan lebar mencapai 80 meter. Koordinat sekitar mahkota 7 107 ketinggian 1379 mdpl , ujung dari massa tanah yang longsor berada pada koordinat 7 BT dengan ketinggian 1300 mdpl.
-
Peta situasi dan penampang gerakan tanah di Kp. Dewata, Desa Tenjolaya, Kec.Pasirjambu, Kab. Bandung (Herry P., dkk)
-
Pada bagian badan longsoran terdapat mata air dan terlihat adanya scarp-scarp baru yang berpotensi untuk meluncur kembali. Longsoran ini terjadi pada tanah hasil pelapukan dari breksi vulkanik pada perbukitan yang masih memilik hutan yang lebat . Jenis longsoran ini adalah sliding yang kemudian berubah menjadi aliran bahan rombakan
Modifikasi dari varnes, 1978
(Unesco Working Party, 1993)
-
MEKANISME GERAKAN TANAH
Gerakan tanah terjadi karena adanya peningkatan kandungan air pada lapisan tanah pelapukan yang bersifat porous seiring dengan curah hujan yang tinggi . Hujan yang turun dengan intensitas tinggi dan lama menimbulkan terjadinya penjenuhan pada tanah pelapukan dan batuan permukaan. Penjenuhan ini mengakibatkan bertambahnya bobot masa tanah dan meningkatnya tekanan pori sehingga tahanan geser menjadi berkurang . Kemiringan lereng yang terjal semakin memperkuat untuk terjadinya keruntuhan . Kontak antara tanah pelapukan yang cukup tebal dengan breksi tufa bertindak menjadi gelincir .
Material longsoran bergerak mengikuti lembah dan menggerus tebing lembah yang dilaluinya sehingga semakin meningkatkan volume material rombakan yang dibawa. Banyaknya volume material rombakan yang kemudian tercampur dengan air sungai yang dilaluinya mengakibatkan viskositas semakin meningkat sehingga aliran bahan rombakan ini menjangkau areal yang cukup jauh dan merusak serta menimbun sarana dan prasarna yang dilaluinya.
-
Gerusan lereng lembah
Perubahan arah flow track material
Mahkota longsoran
Sebaran total bahan rombakan
-
GERAKAN TANAH DI KECAMATAN NANGGUNG, KAB. BOGOR (15 MARET 2010)
( sumber: PVMBG, Badan Geologi)
Gawir longsoran lama
-
GERAKAN TANAH DI KECAMATAN ARJASARI, KAB. BANDUNG (19 MARET 2010)
( sumber: PVMBG, Badan Geologi)
-
GERAKAN TANAH LEGOK HAYAM, KAB. BANDUNG, 21 MARET 2010
( sumber: PVMBG, Badan Geologi)