METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA...
-
Upload
vuongduong -
Category
Documents
-
view
226 -
download
1
Transcript of METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA...
1
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PADA SISWA TUNARUNGU DI SLB NEGERI KECAMATAN
KOWANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
CHIKMATUN FATMAWATI NIM 111 10 148
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
2014
ii
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
Jl.TentaraPelajar 02Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website:www.stainsalatiga.ac.idEmail:[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 5 eksemplar skripsi
Hal : PengajuanSkripsi
Kepada
Yth.Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama
ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswi:
Nama : ChikmatunFatmawati
NIM : 11110148
Jrusan/Progdi : Tarbiyah/ PAI
Judul : Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
Siswa Tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan
Kabupaten Temanggung Tahun 2014
Untuk diajukan dalam sidang munaqasyah.Demikian untuk menjadi periksa.
Wassalamu’alaikum.Wr. Wb.
Salatiga,26 Agustus2014
Pembimbing
Dra. LilikSriyanti, M.Si.
NIP.19660814 199103 2003
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
Jl.TentaraPelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website:www.stainsalatiga.ac.idEmail:[email protected]
SKRIPSI
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA
SISWA TUNARUNGU DI SLB NEGERI KECAMATAN KOWANGAN
KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014
DISUSUN OLEH
CHIKMATUN FATMAWATI
NIM: 11110148
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 19
September 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
KetuaPenguji : AchmadMaimun, M.Ag.
SekretarisPenguji : Drs.DjokoSutopo.
Penguji I : Rasimin, S.Pd.I, M.Pd.
Penguji II : Dra. SitiAdiqoh.M.Si.
Penguji III : Dra. LilikSriyanti, M.Si.
Salatiga,19 September 2014
Ketua STAIN Salatiga
Dr. RahmatHaryadi, M.Pd.
NIP. 19670112 199203 1 005
v
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
Jl.TentaraPelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website:www.stainsalatiga.ac.idEmail:[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Chikmatun Fatmawati
NIM : 111 10 148
Jurusan : Tarbiyah
Progam studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, Agustus 2014
Penulis
ChikmatunFatmawati
NIM. 11110148
vi
MOTO
Aku belajar dari guru
Aku berilmu karena guru
Aku mengerti juga karena guru
Kini aku juga menjadi guru
Kalau mungkin,
Aku pun ingin anak-anakku menjadi guru
vii
PERSEMBAHAN
Atas Rahmad dan Ridho Allah SWT, karya skripsi ini penulis
persembahkan untuk:
Ayahku (SLamet Robani) tercinta dan Ibuku (siti Rofiqoh)
tersayang yang selalu mendo’akan dan memberikan
banyak kasih saying dan banyak berkorban untuk ku
hingga aku seperti sekarang.
Adik-adik kutercinta (Azizi, Qaddafi, Alya Nabilah) dan
seluruh keluarga yang telah mendukungku.
Rochmad Sofari yang akan menjadi pendamping dan
imam dalam hidupku dengan sabar menungguku dan
selalu menemani dan membimbing dalam penulisan,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Bapak/ IbuDosen STAIN Salatiga yang telah mengajar,
mendidik, dam memberikan begitu banyak ilmu kepada
penulis selama dalam perkuliahan .
Teman-temanku angkatan 2010 PAI D.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul
“Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLB
Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung Tahun 2014” dapat
terselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan
yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.
Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.
3. Bapak Rasimin, S.Pd.I ,M.Pd,selaku Ketua Program Studi PAI.
4. Dra. Hj. Lilik Sriyanti,M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik.
6. Ibu Ina Sulanti, selaku Kepala Sekolah SLB Negeri Temanggung yang telah
membina dan memberikan izin penelitian bagi penulis.
ix
7. Ibu Tatik Efiyati, selaku guru Pendidikan Agama Islam SLB Negeri
Temanggung yang telah membina dan memberikan arahan kepada peneliti.
8. Bapakku Slamet Robani dan Ibuku Siti Rofiqoh, yang senantiasa memberikan
do’a restu-Nya bagi keberhasilan studi penulis.
9. Adikku Mu’amar Azizi, Mu’amar Qaddafi, Alya Nabilah yang selalu
memberikan dukungan dan motivasi ketika penulis jenuh.
10. Kekasihku tersayang Rochmad Sofari, terimakasih atas semangat dan
bantuannya.
11. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam
penulisan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, Agustus 2014
Penulis
ChikmatunFatmawati
NIM. 11110148
x
ABSTRAK
Chikmatun Fatmawati (NIM 11110148). Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung. Skripsi.Jurusan Tarbiyah. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra Lilik Sriyanti, M.Si
Kata kunci: model pembelajaran, pendidikan agama Islam, anaktunarungu
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode pembelajaran pendidikan agama Islam yang ada di SLB Negeri Temanggung. Hal ini menjadi penting melihat persoalan yang dihadapi pada anak tunarungu dalam mengikuti pembelajaran mengalami kesulitan disebabkan memiliki inteligensi rendah untuk berfikir secara abstrak. Oleh karena itu, guru dalam penyampaian materi harus menggunakan metode yang dapat diketahui langsung oleh siswanya.
Rumusan masalah pada penelitian tersebut yaitu: 1) Bagaimana metode pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung? 2) Bagaimana karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung? 3) Apa faktor pendukung dan penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung?
Metode yang dilakukan dalam penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Responden adalah Kepala Sekolah, guru PAI, anak tunarungu, dan orangtua anak Tunarungu. Teknik pengumpulan data dengan menggunaka n metode wawancara, metode dokumentasi, dan metode observasi. Data dikumpulkan berdasarkan catatan lapangan dan observasi kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap.
Hasil penelitian yang didapat, serta guru di SLB Negeri Temanggung dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menggunakan metode antara lain metode artikulasi, dan metode latihan. Karakteristik pembelajaran pendidikan agam Islam sama dengan sekolah umum tetapi berbeda pada aplikasi pembelajaran di materi, waktu dan jadwal pembelajaran juga berbeda dengan sekolah umum. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu guru mengajar sesuai dengan profesionalnya, guru selalu menjunjung tinggi etos kerja. Adapun faktor penghambatnya adalah kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah, perhatian yang kurang dari wali murid.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................... i
LOGO ........................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN ........................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v
MOTO ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Fokus Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian .............................................................. 7
E. Penegasan Istilah .................................................................... 8
F. Metode Penelitian 11
G. Sistematika Penulisan ............................................................ 18
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ................... 21
1. Metode ....................................................................... 21
2. Pembelajaran .............................................................. 21
3. Pendidikan Agama Islam ............................................ 32
B. Tunarungu ............................................................................... 42
1. Pengertian Tunarungu................................................. 42
2. Klasifikasi Anak Tunarungu ....................................... 44
3. Karakteristik Anak Tunarungu ................................... 45
4. Perkembangan Anak Tunarungu ................................ 47
5. Faktor-faktor Penyebab Tunarungu ............................ 50
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SLB Negeri Temanggung ......................... 54
1. Letak Sekolah SLB Negeri Temanggung ......................... 54
2. Sejarah Berdirinya SLB Negeri Temanggung .................. 55
3. Identitas Sekolah .............................................................. 55
4. Visi, Misi, dan Tujuan SLB Negeri Temanggung ............ 56
5. Struktur Organisasi ........................................................... 57
6. Keadaan Siswa .................................................................. 59
7. Keadaan Guru ................................................................... 61
8. Pendanaan…. .................................................................... 65
9. Sarana dan Prasarana ........................................................ 65
10. Keunggulan SLBN Temanggung ................................... 67
xiii
11. Partisipasi Lingkungan .................................................. 68
B. Temuan Penelitian ................................................................. 69
1. Profil Responden .............................................................. 69
2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
Siswa Tunarungu di SLBN Temanggung ........................ 74
3. karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada Siswa Tunarungu di SLBN Temanggung ............... 78
4. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri
Temanggung .................................................................... 87
BAB IV ANALISIS
A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Tunarungu di SLBN Temanggung ......................................... 93
B. karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
Siswa Tunarungu di SLBN Temanggung ............................... 95
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunarungu SLBN
Temanggung ........................................................................... 102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 108
B. Saran ....................................................................................... 110
C. Penutup ................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 113
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Verbatim Wawancara
Lampiran 3 Foto
Lampiran 4 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 5 Daftar Nilai SKK
Lampiran 6 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 7 Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang tidak hanya berorientasi kepada dunia ini
saja (yang dilambangkan oleh tanah yang menjadi bahan asal manusia) atau
kepada akhirat saja (yang dilambangkan oleh kata ruh (ciptaan-Nya itu) tetapi
kepada keseimbangan antara keduanya. Hanya dengan agama yang mengajarkan
pemeliharaan keseimbangan antara dunia dan akhirat, manusia yang mempunyai
dua dimensi atau bi-dimensional itu akan mampu menetapkan pilihannya dan
melaksanakan tanggung jawabnya didunia dan di akhirat kelak.
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari kata “instruction”, istilah ini
banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan
siswa sebagai sumber dari kegiatan, pembelajaran merupakan di mana peran guru
lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai
sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa
dalam mempelajari sesuatu (Gagne, 1992:3).
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan,
terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu telah
banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya
mengandung pengertian yang sama.
Dwidjosumarto (1990:1) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau
kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan
2
menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli
adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf
berat sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah
mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat
berfungsi untuk mendengar, baik dengan menggunakan alat bantu maupun tanpa
menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).
Kebutuhan pendidikan bagi anak tunarungu tidaklah dapat dikatakan
kurang karena terbukti bahwa anak tunarungu telah banyak mengikuti pendidikan
sepanjang lembaga pendidikan itu dapat dijangkaunya. Anak tunarungu perlu
mendapat perhatian pada sekolah khusus (SLB).
Semua anak berhak mendapatkan pendidikan, termasuk juga anak
tunarungu. Anak akan mulai belajar dari dalam yang artinya dari keinginan
dirinya, keluarga, dan teman-temannya. Dengan mengamati setiap pembicaraan
orang lain, untuk anak tunarungu hal tersebut dijadikan bahan pembelajaran
tentang berkomunikasi. Ketika anak tersebut ikut untuk berpartisipasi dengan
lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Pendidikan bagi penyandang cacat kelainan atau ketunaan ditetapkan juga
dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 32 yang menyebutkan bahwa: pendidikan khusus (pendidikan luar biasa)
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Tujuannya agar anak-anak
tersebut mampu mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai
3
pribadi maupun anggota masyarakat sehingga mampu hidup mandiri dan
mengadakan interaksi dengan lingkungan sosial disekitarnya.
Sebagai anak cacat mereka membutuhkan pendidikan, pendidikan sudah
menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia. Mendidik anak tunarungu tak
semudah mendidik anak-anak normal. Anak-anak tunarungu mempunyai ciri-ciri
yang khusus, maka dalam program pendidikannya tidak hanya diperlukan
pelayanan secara khusus akan tetapi juga perlu alat-alat yang khusus, guru yang
khusus bahkan kurikulum yang khusus juga.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah disediakan berbagai bentuk
layanan pendidikan (sekolah) bagi mereka. Pada dasarnya sekolah untuk anak
berkelainan sama dengan sekolah anak-anak pada umumnya. Namun karena
kondisi dan karakteristik kelainan anak yang disandang, maka sekolah bagi
mereka dirancang secara khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik
kelainannya. Sekolah untuk anak-anak berkelainan ada beberapa macam, salah
satunya adalah Sekolah Luar Biasa (SLB).
Sekolah Luar Biasa juga terdapat pendidikan umum maupun pendidikan
agama. Dalam penyampaiannya materi pendidikan agama Islam tidak semudah
seperti penyampaian pada anak-anak normal, sebab mereka sulit untuk berfikir
abstrak. Oleh karena itu, guru-guru dalam penyampaian materi-materi tersebut
menggunakan metode yang memudahkan anak dapat mengerti dan memahami apa
yang disampaikan dan dapat diketahui langsung oleh para siswa yang
berkebutuhan khusus seperti tunarungu. Berkenaan hal itu, maka pendidik
4
diharapkan mengetahui langkah-langkah untuk melaksanakan model yang akan
dipakai sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif.
UU No 4 Th 1997 menegaskan bahwa penyandang cacat merupakan
bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan
peran yang sama, mereka juga mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam
segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Pada pasal 6 ayat 1 dijelaskan bahwa setiap penyandang cacat berhak
memperoleh pendidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
Sedangkan, pada ketetapan dalam UU No 4 Th 1997 itu sangat berarti bagi anak
tunarungu karena memberi landasan yang kuat bahwa tunarungu mempunyai hak
yang sama dengan orang yang normal dalam hal perolehan pendidikan dan
pengajaran.
ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya. Tetapi agama untuk ABK juga
bisa dijadikan salah satu alternatif untuk membantu mereka berlatih mandiri dan
tanggung jawab. Namun, juga mengajarkan kepada anak kedisiplinan dan
kesabaran sehingga mereka bisa menjadi makhluk sosial yang peduli terhadap
sesama dan tentunya ruang yang tepat untuk meningkatkan spiritualitas anak
dalam mengenal dan menghayati Penyayang-Nya Semesta Alam.
ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) adalah anak yang memiliki
karakteristik khusus. Keadaan khusus membuat mereka berbeda dengan anak pada
umumnya. Pemberian predikat “berkebutuhan khusus” tentu saja tanpa selalu
menunjukkan pada pengertian lemah mental. Anak yang termasuk berpredikat
5
ABK, antara lain tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan
belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, serta anak dengan gangguan kesehatan.
Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan
penyandang cacat. Pada perkembangannya, ada istilah yang lebih pada konteks
memberdayakan mereka, yaitu difable (different abilities people), dipahami
sebagai orang dengan kemampuan yang berbeda.
Diantara ajaran Islam yang dapat digunakan sebagai terapi terhadap
gangguan kejiwaan untuk mencapai kebahagiaan dan ketentraman jiwa adalah
agama.
Diterangkan dalam Firman Allah SWT:
ومن يبتغ غير اإلسالم دينا فلن يقبل منه وهو في اآلخرة من الخاسرين
Artinya: “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali- kali tidaklah akan diterima (Agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang yang merugi.”(Q.S.Al-Imran:85)
Ayat lain dijelaskan bahwa fungsi mengingat Allah (Dzikrullah) adalah
untuk menentramkan batin atau jiwa manusia seperti tertulis dalam Al-qur’an:
وكيال أرأيت من اتخذ إلهه هواه أفأنت تكون عليه
Artinya: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (Q.S.Al-Furqaan:43).
SLB Negeri Temanggung merupakan salah satu institusi yang memberikan
layanan pendidikan bagi anak penyandang cacat mulai dari anak tunarungu dan
tunagrahita, yang didalamnya terdapat proses belajar mengajar. Dalam proses
6
belajar mengajar membutuhkan komponen pendidikan yang berfungsi untuk
mencapai tujuan pendidikan, adapun salah satu komponen pendidikan adalah
model pembelajaran yang tepat. Metode tersebut merupakan faktor yang penting
dalam keberhasilan pelaksanaan pembelajaran khususnya pendidikan agama Islam
bahkan menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar di SLB
Negeri Temanggung. Hal ini mengubah peneliti dan tertarik untuk mengungkap
lebih lanjut bagaimana usaha yang dilakukan untuk mencapai sebuah
pembelajaran yang efektif untuk anak tunarungu khususnya dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam.
Melihat permasalahan diatas, akhirnya penulis tertarik untuk
membahasnya dengan judul skripsi: “ METODE PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNARUNGU DI SLB
NEGERI KECAMATAN KOWANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG
TAHUN 2014”.
B. Fokus Masalah
Dalam melakukan penelitian ini penulis memberikan fokus masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah metode pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa
tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung
Tahun 2014?
7
2. Bagaimana karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa
tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung
Tahun 2014?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat pembelajaran pendidikan agama
Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan
Kabupaten Temanggung Tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu pada
permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metode pembelajaran pendidikan agama Islam pada
siswa tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Kabupaten
Temanggung Tahun 2014.
2. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam
pada siswa tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan
Kabupaten Temanggung Tahun 2014.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembelajaran
pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB Negeri
Kecamatan Kowangan Kabupaten Temanggung.
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat atau kegunaan daripada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut:
8
1. Secara Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan
khususnya kajian pendidikan dalam bidang PAI dan juga menambah bahan
pustaka bagi perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung, hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan upaya meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan mengetahui tentang pembelajaran pendidikan
agama Islam.
b. Bagi Pembimbing, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
untuk memperbaiki kualitas pembinaan agama dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran.
c. Bagi Lembaga, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana
untuk lebih meningkatkan pembinaan dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam terhadap siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung.
d. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah
pengalaman penelitian dalam penelitian terkait dengan siswa tunarungu
di SLB Negeri Temanggung.
E. Penegasan Istilah
Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan
maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah lain adalah didalam
judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut:
9
1. Metode
Metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan yang didasarkan
pada strategi dan pendekatan tertentu artinya pendekatan dan strategi
mendasari penyusunan suatu metode.
Metode pembelajaran adalah agar guru atau pendidik lebih mudah,
lebih efisian dalam menerapkan suatu pembelajaran sehingga apa yang
menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai secara maksimal.
2. Pembelajaran
Menurut Tohirin (2005:7) bahwa pembelajaran merupakan suatu
upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa ke
arah aktivitas belajar. Di dalam proses pembelajaran, terkandung dua
aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar
(siswa). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru
dengan siswa dan siswa dengan guru.
Menurut penulis yang dimaksud pembelajaran pada penelitian ini
adalah, bagaimana suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik
interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak
langsung. Yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.
3. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam usaha yang lebih khusus ditekankan untuk
mengembangkan fitrah keberagaman peserta didik agar lebih mampu
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
Implementasi dari pengertian ini, pendidikan agama Islam merupakan
10
komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan Islam. Bahkan
tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan agama Islam berfungsi
sebagai jalur pengintegrasian wawasan Islam dengan bidang-bidang studi
yang lain. Implikasi lebih lanjut, pendidikan agama Islam harus sudah
dilaksanakan sejak dini sebelum peserta didik memperoleh pendidikan
atau pengajaran ilmu-ilmu yang lain (Muhaimin, 2001:76).
Jadi yang peneliti maksudkan pembelajaran pendidikan agama
Islam pada penelitian ini adalah, bagaimana cara mengarahkan untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk
kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk
kesalehan sosial.
4. Tunarungu
Tunarungu merupakan suatu keadaan kehilangan pendengaran
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai
rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian
anak tunarungu telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya
itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama.
Mufti Salim (1984:8) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah
anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar
yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau
seluruh alat pendengaran sehingga mengalami hambatan dalam
11
perkembangan bahasanya. Anak tunarungu memerlukan bimbingan dan
pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.
Memperhatikan batasan-batasan di atas, dapatlah ditarik kesimpulan
bahwa tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik
sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang menyebabkan
pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut penulis tunarungu yang dimaksudkan pada penelitian ini
adalah, kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan untuk
mendengar berarti kehilangan kemampuan menyimak secara utuh
peristiwa di sekitarnya.
F. Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan ilmu yang membahas metode ilmiah
dalam proses penelitian (Suprayogo dan Tabroni, 2003:7). Untuk mendapatkan
hasil penelitian yang baik, cermat dan akurat, maka pada penelitian ini akan
digunakan tahap-tahapan sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research)
dalam pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskriptif
analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara,
pengamatan, serta penelaahan dokumen studi dokumenter yang antara satu
dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan (
12
Sukmadinata, 2005:108). Dalam laporan penelitian ini data memungkinkan
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan
dokumen lainnya.
Moloeng (2008:2) menyatakan, bahwa penelitian lapangan (field research)
dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau
sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah
peneliti berangkat ke lapangan mengadakan pengamatan tentang sesuatu
fenomena dalam suatu keadaan alamiah atau in situ.
2. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif sangatlah penting. Karena
peneliti harus melakukan pengamatan sekaligus terjun langsung di lapangan
untuk mendapatkan hasil yang diperlukan untuk menunjang penelitiannya.
Maka, peneliti akan melakukan penelitian langsung di SLB Negeri
Temanggung, dan akan melakukan wawancara dan observasi dengan subjek
penelitian di SLB Negeri Temanggung.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SLB Negeri Temanggung. Adapun
alasan pemilihan tempat penelitian di SLB Negeri Temanggung berkaitan
dengan upaya pengembangan pembelajaran pendidikan agama Islam pada
siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung sangatlah penting. Oleh karena
itu, para guru untuk pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa
tunarungu di SLB Negeri Luar Biasa Temanggung perlu terus dikembangkan.
13
Salah satu diantara Lembaga SLB Negeri Temanggung yang menerapkan
metode pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB
Negeri Temanggung. Lembaga ini merupakan asset yang perlu dilestarikan
dan dijaga kualitasnya, sehingga akan meningkat pula dalam mengembangkan
fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamili).
4. Sumber Data
Sumber data adalah subjek yang akan diteliti. Subjek penelitian adalah
orang atau siapa saja yang menjadi sumber penelitian (Arikunto, 1989:102).
Sumber data dibedakan menjadi dua (2) antara lain:
a. Data Primer
Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata dan
tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari
subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data.
Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari orang-
orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan
bersedia memberi data atau informasi tersebut diperlukan. Sumber
data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan
oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data utama yaitu guru PAI dan siswa tunarungu di SLB Negeri
Temanggung.
14
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data informasi yang diperoleh dari sumber-
sumber lain selain data primer. Diantaranya buku-buku literatur,
internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan
dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
Data tersebut diantaranya buku-buku referensi. Menurut Mestika Zet
(2004:10). Dalam penelitian ini data sekunder yaitu dengan
mewancarai guru pendidikan agama Islam untuk mendapatkan data-
data yang diperlukan seperti dokumen-dokumen tentang siswa
Sekolah Luar Biasa.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metode-metode
berikut:
a. Metode Wawancara
Suprayogo dan Tabroni (2003: 167) menyatakan, metode
wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face).
Sedangkan menurut Surakhmad (1985: 32) wawancara adalah
pengumpulan data dengan proses tanya jawab dengan cara lisan
dimana dua orang atau lebih secara saling berhadapan secara fisik.
Metode wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan
kepada beberapa responden melalui: data tentang metode
pembelajaran pendidikan agama Islam, karakteristik pembelajaran
15
pendidikan agama Islam, faktor pendukung dan penghambat
pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SLB
Negeri Temanggung. Informan dalam wawancara ini adalah Kepala
Sekolah SLB Negeri Temanggung, guru pendidikan agama Islam,
siswa tunarungu, dan orang tua dari siswa tunarungu.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan
cara membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada dan
dipandang relevan. Dalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, peraturan
rapat, catatan seharian dan sebagainya (Arikunto, 1989:131). Metode
ini digunakan untuk memperoleh data sejarah SLB Negeri
Temanggung. Struktur organisasi, keadaan guru dan siswa tunarungu
di SLB Negeri Temanggung, Pembelajaran pendidikan agama Islam
serta macam-macam layanan yang dimiliki SLB Negeri Temanggung
dan data-data dan informasi lain yang menunjang.
c. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengumpulan data dengan pengamatan
langsung kepada objek penelitian (Surakhmad, 1994:164). Metode ini
digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan SLB
Negeri Temanggung baik keadaan bagi siswa tunarungu maupun
gurunya. Pengamatan disini termasuk juga didalamnya peneliti
mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan
16
proposional maupun langsung diperoleh dari mata (Moloeng,
2007:174).
Posisi penelitian di sini adalah sebagai observer participant. Dalam
kaitan ini, peneliti dituntut untuk langsung terjun ke lokasi dimana
penelitian tersebut untuk mengadakan pengamatan dan penelitian
supaya mendapatkan data yang diinginkan.
Melalui metode observasi ini, peneliti bisa mengetahui secara
langsung fenomena yang diteliti, mengenai keadaan guru PAI, siswa
tunarungu, metode pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB
Negeri Temanggung, karakteristik pembelajaran pendidikan agama
Islam di SLB Negeri Temanggung, faktor pendukung dan faktor
penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri
Temanggung.
6. Metode Analisis Data
Menurut Suprayogo dan Tobroni (2003: 19) analisis data adalah rangkaian
kegiatan penelaan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi
data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademisi, dan ilmiah.
Peneliti menggunakan analisis data kualitatif seperti yang dikemukan oleh
Miles dan Huberman (1992: 15-19), yaitu meliputi komponen kegiatan, yakni:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data lapangan berwujud kata-kata dilakukan melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
17
b. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,
perhatian pada penyederhanaan, transformasi data “kasar” yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
c. Penyajian data
Penyajian di sini dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
d. Penarikan kesimpulan / verifikasi
Dalam pandangan ini hanyalah sebagian dari satu kegiatan
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan data
temuannya. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut
yaitu teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan lain (Moloeng, 2009:330). Karena ini
menggunakan beberapa sumber buku metode dan pengecekan sesuai hasil.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Kegiatan administratif yang meliputi, pengajuan ijin operasional untuk
penelitian dari Kepala Sekolah SLB Negeri Temanggung selaku
penanggung jawab, kemudian menyusun pedoman wawancara dalam
melakukan administrasi lainnya.
18
b. Kegiatan lapangan yaitu meliputi:
1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu
SLB Negeri Temanggung.
2) Menemui para siswa tunarungu yang akan dijadikan subjek
penelitian.
3) Melakukan survei langsung ke lapangan dengan melakukan
wawancara kepada para responden atau informan sebagai langkah
pengumpulan data.
4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan
untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan.
5) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan sebagai
deskriptif temuan penelitian.
6) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.
G. Sistematika Penulis
Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam
membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika hasil penelitian kualitatif,
secara garis besar sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal ini, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan
sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar
lampiran.
19
2. Bagian Inti
Pada bagian inti dalam skripsi ini, memuat data:
BAB I : Pendahuluan
Meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode
Penelitian, dan Sistematika Penulis Skripsi.
BAB II : Kajian Pustaka
Berisi Metode Pembelajaran Pendidikan agama Islam, Pendidikan
agama Islam pada Anak Tunarungu (SLB), Anak Tunarungu.
BAB III: Paparan Data Penelitian
Meliputi Gambaran Umum SLB Negeri Temanggung dan
Penerapan Pembelajaran Pendidikan agama Islam pada Anak
Tunarungu di SLB Negeri Temanggung.
BAB IV: Analisis Data Penelitian
Meliputi metode pembelajaran pendidikan agama Islam pada
siswa tunarungu di SLB Negeri Temanggung, karakteristik
pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di
SLB Negeri Temanggung, faktor pendukung dan penghambat
pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di
SLB Negeri Temanggung.
BAB V: Kesimpulan, Saran dan Penutup
yang meliputi Kesimpulan, Saran-saran, dan Penutup.
20
3. Bagian Akhir
Bagian akhir dari skripsi ini, memuat: Daftar Pustaka, Lampiran-
lampiran, dan Daftar Riwayat Hidup Penulis.
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Metode
Metode diartikan sebagai cara memikirkan suatu rencana, atau
rencana penyajian bahan yang menyeluruh dan urutan yang sistematis
pendekatan dan strategi tertentu.
Dari pendapat diatas bisa dijelaskan bahwa metode adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru.
(http://wordpress.com/2014/05/05/pengertian-metode.html, Selasa 23
september 2014).
2. Pembelajaran
Kata pembelajaran berasal dari kata belajar yang berimbuhan
awalan pe- dan akhiran –an. Secara umum dapat diketahui bahwa
pembelajaran berarti sebuah proses belajar dan mengajar. Akan tetapi
banyak ahli yang telah mendefinisikannya dengan lebih sistematis,
baik dari kata pembelajaran itu sendiri atau secara terperinci dari kata
belajar dan mengajar. Untuk lebih mudah dalam memahaminya maka
akan dipaparkan pengertiannya satu persatu.
Definisi belajar telah diungkapkan oleh banyak ahli diantaranya
oleh Crombach dalam bukunya Educational Psycology, menyatakan
“Learning is show by a change in behavior as a result of experience.”
22
(Suryabrata, 2007:231), yang berarti bahwa belajar yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
latihan. Sedangkan menurut dictionary of psychology yang dikutip
dari Muhimmin Syah menyebutkan bahwa belajar memiliki dua
definisi. Pertama: belajar diartikan “the process of acquiring
knowledge”, kedua: belajar diartikan “a relatively permanent change
potentiality which occurs as a result of reinforced practice.”
Pengertian pertama memiliki suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti suatu perubahan
kemampuan untuk beraksi yang relatife langgeng sebagai hasil latihan
yang diperkuat (Sriyanti, 2009:22-33).
Kata belajar memiliki beberapa pengertian sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh Nasution yang dikutip oleh Usman (2002:19) yaitu
sebagai berikut:
a. Mengajar ialah menanamkan pengetahuan kepada murid;
b. Mengajar ialah kebudayan kepada anak; dan
c. Mengajar ialah aktivitas mengorganisasikan atau mengatur
lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan
anak sehingga terjadi proses belajar mengajar.
Senada dengan pengertian tersebut diatas Reflis Kosasi
menjelaskan bahwa mengajar ialah suatu usaha untuk membuat siswa
belajar, yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh guru sehingga
menyebabkan perilaku tingkah laku pada diri anak (Usman, 2002:20-
23
21). Kemudian disimpulkan oleh Usman (2002:21) bahwa mengajar
adalah suatu usaha bagaimana lingkungan dan adanya interaksi subjek
didik (anak) dengan lingkungannya sehingga tercipta kondisi belajar
yang baik.
Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat dipahami bahwa
mengajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang terhadap
peserta didik untuk menghasilkan adanya suatu perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu, dan dari perilaku buruk menjadi baik dalam satu
waktu yang dikondisikan.
Pengertian tersebut di atas sesuai dengan firman Allah SWT dalam
Al Qur’an Surah Al-Kahfi:66, yaitu:
قال له موسى هل أتبعك على أن تعلمن مما علمت رشدا
Artinya: Musa berkata kepadanya : “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadamu (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?” (Q.S. Al-Kahfi:66).
Menurut Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pada firman Allah SWT dan beberapa pengertian
diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berarti sebuah
proses yang berlangsung antara dua belah pihak yaitu penyampai
24
(guru) dan penerima (peserta didik) dalam rangka
mentransformasikan suatu pengetahuan dengan didasari rasa
tanggung jawab.
Dengan dijelaskan definisi belajar, mengajar dan pembelajaran itu
sendiri maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa belajar adalah
usaha untuk mendapatkan sesuatu yang ditandai dengan adanya
suatu perubahan, mengajar adalah usaha seseorang untuk
mempengaruhi orang lain agar memiliki sikap dan pengalaman yang
baru, dan pembelajaran adalah proses antar keduanya (belajar dan
mengajar).
a. Teori Pembelajaran
Teori merupakan sebuah pernyataan ilmiah yang diungkapkan
oleh para ahli dan dapat dipertanggungjawabkan. Pembelajaran
sebenarnya telah muncul sejak manusia itu dilahirkan, sedangkan
munculnya teori pembelajaran adalah belakangan setelah kehidupan
manusia berkembang secara mapan.
Ketika pola pikir manusia semakin maju dan berkembang, maka
teori pembelajaran juga bermunculan secara bertahap dan semakin
sempurna. Akan tetapi bukan berarti teori sebelumnya adalah salah,
karena masing-masing teori memiliki dasar dan pembuktian sendiri-
sendiri.
Secara singkat dibawah ini akan diungkapkan beberapa teori
pembelajaran yang berdasarkan pada bidang psikologi yaitu:
25
1) Teori Kondisioning Klasik oleh Ivan Petrovich Pavlov (1849-
1936)
Teori ini lebih dikenal dengan sebutan nama pencetusnya yaitu
teori Pavlov. Teori ini menyatakan bahwa sikap perilaku seseorang
dapat berupa sebuah respon dari stimulus yang ada, atau dengan
bahasa lain perilaku telah tumbuh dari sebuah kebiasaan yang
sengaja telah dikondisikan.
2) Teori koneksionisme oleh Edward Lee Thorndike (1874-1989)
Menurut Thorndike belajar untuk mengubah sebuah perilaku
tidak cukup dengan adanya stimulus dan respon, akan tetapi
Thorndike telah menghubungkan keduanya karena dapat
menghasilkan adanya hubungan saraf (neural) yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan perilaku. Oleh karena itu teori ini disebut
dengan koneksionisme yang mengacu pada koneksi neural antara
stimulus dan respon (Sriyanti, 2009:63). Bagi Thorndike, bentuk
belajar yang paling mendasar adalah Trial and Eror atau disebut
dengan selection dan connection (Sriyanti, 2009:63).
3) Teori operan kondisioning oleh B. F. Skinner (1904-1990)
Teori yang diungkapkan Skinner sebenarnya tidak lari dari dasar
adanya hubungan antara stimulus dan respon, hanya saja skinner
menambahi bahwa stimulus yang menghasilkan respon positif
hendaknya diberi sebuah pengukuhan (reinforcement). Pengukuhan
26
(reinforcement) adalah metode peningkatan frekuensi atau kekerapan
(berlangsungnya) suatu perilaku (Sriyanti, 2009:83).
Teori-teori tersebut merupakan teori mendasar dari segi psikologi
perspektif behaviorisme (tingkah laku). Dengan dasar teori-teori
tersebut ada beberapa teori yang lebih spesifik mengarah pada proses
pembelajaran disebutkan oleh (Hamalik, 2003:58-64).
Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada
peserta didik di sekolah.
a) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
b) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik
untuk menjadi warga masyarakat yang baik.
c) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa
menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
d) Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada
peserta didik di sekolah.
b. Ciri Pembelajaran
Dilihat dari definisi dan teorinya, pada hakikatnya pembelajaran
dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Pembelajaran yang dibahas
di sini adalah pembelajaran yang berlangsung secara sistematis dan
direncanakan dalam sebuah bangku pendidikan.
27
Pembelajaran sebagai suatu proses belajar dan mengajar secara
terperinci dari segi belajar telah memiliki ciri-ciri tersendiri
sebagaimana diungkapkan oleh Sriyanti mengutip pendapat Baharudin
dan Esa N. W yaitu:
1. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku.
2. Perubahan perilaku dari hasil belajar itu relatif permanen.
3. Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat
berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa
bersifat potensial.
4. Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau
pengalaman.
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan
(Sriyanti, 2009:24)
Dari sini nampak jelas bahwa ciri-ciri orang yang telah belajar
maka akan didapatkan suatu perubahan pada dirinya.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang dilangsungkan dalam ruangan
menurut Hamalik (2003:64-66) adalah sebagai berikut:
a. Rencana,
b. Kesaling ketergantungan (interdependence)
c. Tujuan,
Rencana berarti adanya sebuah kesengajaan penataan terhadap
semua unsur-unsur sistem pembelajaran yang termasuk didalamnya
yaitu penataan ketenangan, material dan prosedur untuk
28
mempermudah dalam melangkah pada hal-hal yang hendak menjadi
tujuan.
Kesaling ketergantungan berarti adanya saling kait mengkait antara
unsur-unsur pembelajaran yang satu dengan yang lainnya dengan
selaras, serasi, dan sistematis. Ini berarti pembelajaran tidak akan
terjadi ketika tidak ada keterpaduan dalam unsur-unsur pembelajaran.
Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik ketika tidak
ditentukan atau memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu dalam
proses pembelajaran tersebut. Maka dengan adanya tujuan atau lebih
mudah mengarah dan dapat menfokuskan pembicaraan dalam
pembahasan materinya, sehingga peserta didik akan lebih mudah
untuk menerima dam memahami.
Berbeda dengan Hamalik, (Djamaroh, 2006:39-42) menyebutkan
ciri-ciri pembelajaran secara lebih terperinci sebagai berikut:
1) Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak
didik dalam suatu perkembangan tertentu, sehingga perhatian
dipusatkan pada anak didik.
2) Prosedur yang direncanakan dan didesain secara sistematik dan
relevan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga
dapat tercapai tujuan yang optimal.
3) Materi sesuai tujuan dengan memperhatikan komponen anak didik
dan komponen-komponen lain serta disiapkan sebelum
berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
29
4) Aktivitas anak didik baik secara fisik maupun mental.
5) Guru sebagai pembimbing harus dapat memotivasi agar terjadi
proses interaksi yang kondusif.
6) Kedisiplinan dalam pelaksanaan prosedur yang telah ditetapkan.
Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran
disiplin.
7) Adanya batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran
8) Evaluasi dalam rangka untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran.
Ciri-ciri ini sifatnya lebih melengkapi, karena ciri-ciri sebelumnya
juga telah tercakup dalam ciri-ciri yang terakhir. Dari ciri-ciri yang
ada menunjukkan bahwa pembelajaran adalah suatu pelaksanaan yang
tertata secara sistematis, dan mengarah dalam mencapai tujuan, yang
mana tujuan utamanya adalah suatu perubahan atas bimbingan dari
seorang guru.
c. Unsur-unsur Pembelajaran
Unsur dapat dikatakan suatu komponen yang harus ada. Unsur
pembelajaran berarti segala sesuatu yang harus ada dalam pelaksanaan
pembelajaran. Sebenarnya unsur pembelajaran juga dapat menjadi ciri
dari pembelajaran, maka isi dari unsur pembelajaran hampir sama
dengan yang disebutkan dalam ciri-ciri pembelajaran. Secara
mendasar unsur yang paling utama adalah guru, siswa dan materi.
30
Menurut (Djamaroh, 2006:41-50) yang termasuk dalam unsur-
unsur pembelajaran adalah:
1. Tujuan pembelajaran;
2. Bahan pelajaran (materi);
3. Kegiatan belajar mengajar;
4. Metode pembelajaran;
5. Alat dan alat bantu pembelajaran;
6. Sumber pelajaran;
7. Evaluasi.
(Slameto, 1991:91-92) menyebutkan unsur-unsur pembelajaran
dengan bahasa yang berbeda, bahwa dalam membuat strategi belajar
mengajar mencakup 8 unsur perencanaan tentang:
a. Komponen-komponen sistem yaitu guru/dosen, siswa/mahasiswa;
b. Jadwal pelaksanaan;
c. Tugas-tugas belajar yang akan dipelajari dan yang telah
diidentifikasikan;
d. Masukan dan karakteristik siswa;
e. Bahan pengait;
f. Metode dan teknik;
g. Media yang digunakan.
Berbeda dengan kedua pendapat diatas menurut (Hamalik,
2003:67-70) membagi unsur pembelajaran sebagai berikut:
1) Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru
31
a) Motivasi membelajarkan siswa.
Yakni seorang guru harus memiliki motivasi yang kuat
untuk mendidiknya siswanya. Sehingga guru harus berjiwa
ikhlas dan berpendidikan dalam rangka menjadikan peserta
didiknya menjadi orang yang berpengetahuan dan kepribadian
yang baik.
b) Kondisi guru siap membelajarkan siswa
Tidaklah cukup dengan motivasi yang tinggi untuk menjadi
guru, akan tetapi juga harus benar-benar mempersiapkan diri
dengan kemampuan dalam proses pembelajaran atau yang
disebut dengan kemampuan professional.
2) Unsur pembelajaran konkruen dengan unsur belajar
a) Motivasi belajar menurut sikap tanggap dari pihak guru serta
kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya
pembelajaran.
b) Sumber-sumber yang digunakan sebagai bahan belajar
diantaranya:
(1) Buku pelajaran;
(2) Pribadi guru;
(3) Sumber masyarakat.
c) Pengadaan alat-alat bantu belajar.
d) Suasana kelas (balajar) yang efektif.
e) Subjek yang belajar.
32
Unsur-unsur ini lebih mengarah pada hal yang bersifat umum
yakni dari segi intern (kepribadian guru) dan juga bersifat ekstern
(abstrak: buku materi, alat bantu, siswa).
Berdasarkan pada beberapa unsur yang telah disebutkan dapat
disimpulkan secara umum unsur-unsur pembelajaran adalah:
a) Guru dan siswa atau pengajar dan yang diajar.
b) Materi yang diajarkan.
c) Metode pembelajaran.
d) Media pembelajaran.
e) Alat bantu (dapat berupa media atau bahan pengait materi).
f) Sumber pelajaran.
g) Tujuan pembelajaran.
h) Evaluasi.
3. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional (Muhaimin, 2002:75-76).
Menurut penulis yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam
berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
33
pendidikan agama Islam adalah upaya yang ditempuh pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah
memudahkan dalam mencapai tujuan utama khususnya pembelajaran
pendidikan agama Islam.
Berdasarkan penegasan istilah yang telah dijabarkan maka maksud
judul diatas adalah upaya merencanakan, melaksanakan dan evaluasi
pembelajaran pendidikan agama Islam dapat diterapkan dengan mudah
khususnya bagi anak tunarungu sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam
baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan yang amat penting itu tujuannya harus diambil dari
pandangan hidup. Jika pandangan hidup (philosophy life) Anda adalah
Islam, maka tujuan pendidikan menurut anda haruslah diambil dari ajaran
Islam (Tafsir, 1991: 46).
Menurut Daradjat (2009: 32) dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam
tujuan itu meliputi:
1) Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai denagn semua
kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.
Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap,
tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan.
34
2) Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan
akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia ini telah berakhir pula.
Pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan,
memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan
pendidikan yang telah dicapai.
Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman
Allah surat Al-Imran ayat 102, yang berbunyi:
حق تقاته وال تموتن إال وأنتم مسلمون يا أيها الذين آمنوا اتقوا هللا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”
3) Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik
diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal.
4) Tujuan Operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai denagn
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu (Daradjat, 2009: 32).
35
c. Faktor pendukung pembelajaran pendidikan Agama Islam
Faktor pendukung dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
dapat dilihat dari segi guru, sumber/ sarana/ fasilitas, dan siswa,
sebagaimana menurut pendapat Zuharini (1992: 121) bahwa faktor
pendukung pembelajaran pendidikan agama Islam adalah sebagai
berikut:
1) Sikap mental guru
Para guru hendaknya menyadari tentang perlunya pembaharuan
strategi belajar mengajar. Sehingga mempunyai kesiapan mental
untuk melaksanakan pendekatan belajar aktif (active learning
strategy) sebagai hasil dari adanya pembahasan pendidikan.
2) Kemampuan guru
Para guru hendaknya mempunyai beberapa kemampuan yang dapat
menunjang keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Seorang guru dituntut untuk mampu menguasai isi pokok
pelajaran pendidikan agama Islam.
3) Penyediaan alat peraga/ media
Dalam kegiatan belajar mengajar alat atau media sangat diperlukan
agar dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Alat atau
media harus diupayakan selengkap mungkin agar segala aktivitas
mengajar dapat dibantu dengan media.
36
4) Kelengkapan kepustakaan
Kepustakaan sebagai kelengkapan dalam menunjang keberhasilan
pegajaran, hendaknya diisi dengan berbagai buku yang relevan
sebagai upaya untuk pengayaan terhadap pengetahuan dan
pengalaman siswa.
d. Kurikulum
1) Pengertian Kurikulum
Dalam proses pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat
akan sulit mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Sebagai alat yang penting untuk mencapai tujuan, kurikulum hendaknya
adaptif terhadap perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan
serta canggihnya teknologi.
Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan. Disamping itu, kurikulum harus bisa memberikan
arahan dan patokan keahlian kepada peserta didik setelah
menyelesaikan suatu program pengajaran pada suatu lembaga (Haryati,
2011:1).
Definisi kurikulum yang akan digunakan yaitu kurikulum yang
dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tersebut.
Kurikulum diartikan 2 macam yaitu:
37
a) Sejumlah materi pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari di
sekolah/perguruan tinggi atau memperoleh ijazah tertentu.
b) Sejumlah materi pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau jurusan (Munardji, 2004:83).
Dinyatakan oleh Nik Hayati (2011:2) bahwa hakikat kurikulum
adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik
yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran
strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat
diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan
mencapai tujuan yang diinginkan.
2) Ciri-ciri Kurikulum dalam Pendidikan Agama Islam
Menurut Al-Syaibani sebagaimana dikutip oleh Nik Haryati
(2011:5), bahwa kurikulum pendidikan Islam seharusnya ciri-ciri
sebagai berikut:
a) Kurikulum pendidikan Islam harus menonjol mata pelajaran Agama
dan akhlak.
b) Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan
menyeluruh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal, dan
rohani.
c) Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara
pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat; jasmani, akal, dan rohani
manusia.
38
d) Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus, yaitu
ukir, pahat, tulis indah, gambar, dan sejenisnya.
Berdasarkan kurikulum pendidikan agama Islam diatas, yang telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan kebudayaan, dalam
pelaksanaan program PAI pada siswa tunarungu kurikulum yang
dipakai di SLB Negeri Temanggung menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan SKKD sebagai pedoman
pengajaran di SLB Negeri Temanggung.
e. Faktor penghambat pembelajaran pendidikan Agama Islam
Sedangkan faktor penghambat dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam menurut pandangan Zuharini (1993) dapat disebutkan
sebagai berikut:
1) Kesulitan dalam menghadapi perbedaan individu peserta didik.
2) Kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan peserta
didik.
3) Kesulitan dalam memilih metode yang sesuai dengan materi
pelajaran.
4) Kesulitan dalam memperoleh sumber dan alat-alat pembelajaran.
5) Kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan pengaturan.
(http://duniainformatikaindonesia.blogspot.com/2014/05/05/faktor-
faktor-pendukung-dan-penghambat.html, Senin 05Mei2014)
39
f. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Umum
Ada tiga faktor yang mempengaruhi penggunaan model
pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu tujuan dan karakteristik
bidang studi pendidikan agama Islam, kendala pembelajaran, serta
karakteristik peserta didik. Pembelajaran agama Islam bertujuan
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
siswa terhadap menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT. Dan yang dimaksud dengan karakteristik bidang
studi pembelajaran Agama Islam adalah aspek-aspek suatu bidang studi
yang terbangun dalam struktur isi dan konstruk/tipe isi bidang studi
pendidikan agama Islam berupa fakta, konsep, dalil/hukum,
prinsip/kaidah, prosedur, dan keimanan yang menjadi landasan dalam
mendeskripsikan strategi pembelajaran (Muhaimin, 2002:150).
Faktor yang kedua yaitu kendala pembelajaran adalah keterbatasan
sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatasan
dana yang tersedia. Sedangkan faktor yang ketiga yaitu karakteristik
peserta didik adalah kualitas perseorangan peserta didik, seperti bakat,
kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar, dan kemungkinan
hasil belajar yang akan dicapai. Jadi ketiga faktor diatas sangat
mempengaruhi dalam pemilihan suatu strategi/metode pembelajaran
agama Islam (Muhaimin, 2002:151).
40
Pembelajaran pendidikan agama Islam tentu saja sangat berbeda
dengan pembelajaran materi-materi lainnya, sebab materi ini mencakup
segala bentuk perubahan, baik kognitif, psikomotorik, maupun efektif,
yang menuntut praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Penanaman kognitif tentang agama Islam, menuntut perubahan
psikomotorik yang harus dilakukan secara fisik maupun mental, dan
perubahan itu menuntut perwujudan sikap yang disebut akhlak.
Sehingga, pengetahuan agama yang ditanamkan kepada peserta didik,
dapat merubah tingkah laku mereka ke arah yang ditentukan dalam
Islam.
Sebagai contoh, misalnya pembelajaran mengenai keyakinan
terhadap adanya Malaikat. Pembelajaran pengetahuan mengenai
Malaikat dan tugas-tugasnya, menuntut keyakinan bahwa para Malaikat
itu ada, dan setelah keyakinan itu tumbuh, maka dituntut pula sikap
yang mengarah kepadanya. Misalnya keyakinan terhadap adanya
Malaikat Raqib dan Atid yang mencatat amal perbuatan manusia, maka
peserta didik diharapkan menyadari bahwa setiap perbuatannya akan
dicatat, sehingga ia tidak akan melakukan perbuatan yang tercela. Oleh
karena itu, dalam pembelajaran agama Islam, guru menjadi figure
central yang sangat menentukan, sebab pembelajaran semacam ini
membutuhkan contoh nyata dalam kehidupan.
Pembelajaran pendidikan agama Islam disekolah-sekolah umum
diberikan sesuai dengan jenjangnya. Materi agama Islam pun
41
disesuaikan dengan jenjang pendidikannya. Materi tersebut antara lain
sejarah Islam, Shalat, Thaharah, Puasa, hafalan surat-surat pendek dan
do’a-do’a sehari, dan Tajwid.
Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, tugas guru sangatlah
berat. Seorang guru dituntut memiliki sifat-sifat tertentu, antara lain:
kesiapan mental dalam menghadapi berbagai kesulitan mengajar,
mampu memegang teguh nilai-nilai kemanusiaan, selalu ingin
meningkatkan prestasi, menguasai teknik-teknik mengaktifkan murid,
dan menjadi teladan bagi murid-murid (Mansyur, dkk., 1982: 10-11).
g. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB
Materi pendidikan agama Islam yang diberikan kepada anak
tunarungu hanya dibatasi pada meteri-materi yang sederhana. Muatan
materinya meliputi Al-Qur’an, Akidah, Akhlak, dan Fiqih. Cara
penyampaian materinya yang berkaitan dengan keseharian suasana
pembiasaan kehidupan Islami seperti doa sehari-hari, surat-surat
pendek, pengenalan huruf Hijaiyah, pengenalan Rukun Iman, Rukun
Islam, Wudhu, Sholat berikut prakteknya, serta memberi contoh yang
baik pada anak didik.
Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam guru mengajar
dengan rasa sabar, berulang-ulang, serta dengan memberikan contoh-
contoh sederhana sehingga siswa dapat sedikit demi sedikit memahami
materi yang diajarkan. Di sini terdapat sesuatu yang khas dalam proses
pembelajaran di SLB (Sekolah Luar Biasa) yaitu walaupun metode
42
yang diterapkan sama dengan sekolah umum, umum dalam
pelaksanaannya terdapat perbedaan dalam sistem menggunakan metode
yang ada.
Jadi, berdasarkan teori di atas, anak-anak tunarungu juga memiliki
hak untuk mendapatkan pengetahuan akademik seperti anak-anak
umumnya dimana kurikulum dan materinya disesuaikan kondisi mereka
dan yang berupa materi-materi sederhana. Sedangkan penyampaian
materinya menggunakan model-model khusus sesuai dengan gangguan
yang dialami siswa.
A. Tunarungu
1. Pengertian Tunarungu
Secara umum tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan
kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat
menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera
pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu telah banyak
dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya
mengandung pengertian yang sama. Di bawah ini dikemukakan
beberapa definisi anak tunarungu oleh beberapa ahli.
Dalam bukunya T. Sutjihati Somantri, Andreas Dwidjosumarto
(1990:1) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang
mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan
dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar
(low of hearing). Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya
43
mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak
berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera
pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi
untuk mendengar, baik dengar maupun tanpa menggunakan alat bantu
dengar (hearing aids).
Mufti Salim (1984:8) menyimpulkan bahwa anak tunarungu
adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya
sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga mengalami
hambatan dalam perkembangan bahasanya. Anak tunarungu
memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai
kehidupan lahir batin yang kelak.
Mencermati berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa ketunarunguan adalah seseorang yang mengalami gangguan
pendengaran yang meliputi seluruh gradasi ringan, sedang, dan sangat
berat yang dalam hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua golongan
yaitu kurang dengar dan tuli, yang menyebabkan terganggunya proses
perolehan informasi atau bahasa sebagai alat komunikasi. Besar kecil
kehilangan pendengaran sangat berpengaruh terhadap kemampuan
komunikasinya dalam kehidupan sehari-hari, terutama bicara yang
jelas dan benar.
44
2. Klasifikasi Anak Tunarungu
Menurut Efendi dalam bukunya “Pengantar Psikopedagogik Anak
Berkelainan” mengemukakan, ada beberapa klasifikasi tunarungu secara
terinci antara lain:
a. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB
(desibell). Ciri anak tunarungu kehilangan pendengaran pada
rentangan yaitu kemampuan mendengar masih baik karena berada di
garis batas antara pendengaran normal dan kekurangan pendengaran
taraf ringan, tidak mengalami kesulitan memahami pembicaraan dan
dapat mengikuti sekolah biasa dengan syarat tempat duduknya perlu
diperhatikan, terutama harus dekat dengan guru.
b. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB
(desibell). Ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut
yaitu dapat mengerti percakapan biasa pada jarak sangat dekat, tidak
mengalami kesulitan untuk mengekspresikan isi hatinya, tidak dapat
menangkap suatu percakapan yang lemah.
c. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60 dB
(desibell). Ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut
yaitu dapat mengerti percakapan keras pada jarak dekat, sering
terjadi mis-understanding terhadap lawan bicaranya jika diajak
bicara, penyandang tunarungu kelompok ini mengalami kelainan
bicara terutama pada huruf konsonan misalnya “K” atau “G”
45
mungkin diucapkan menjadi “T” dan “D”, kesulitan menggunakan
bahasa dengan benar dalam percakapan.
d. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB
(desibell). Ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut
yaitu, kesulitan membedakan suara, tidak memiliki kesadaran bahwa
benda-benda yang ada di sekitarnya memiliki getaran suara.
e. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran 75 dB (desibell). Ciri
anak kehilangan pendengaran pada kelompok ini hanya dapat
mendengar suara keras sekali pada jarak kira-kira 1 inchi (+ 2,54
cm) atau sama sekali tidak mendengar.
3. Karakteristik Anak Tunarungu
Karakteristik anak tunarungu sangat komplek dan berbeda-beda satu
sama lain. Secara kasat mata keadaan anak tunarungu sama seperti anak
normal pada umumnya. Apabila dilihat beberapa karakteristik yang
berbeda.
Karakteristik bahasa dan bicara anak tunarungu yaitu:
a. Miskin kosa kata.
b. Mengalami kesulitan dalam mengerti ungkapan bahasa yang
mengandung arti kiasan dan kata-kata abstrak.
c. Kurang menguasai irama dan gaya bahasa.
d. Sulit memahami kalimat-kalimat yang komplek atau kalimat-
kalimat yang panjang serta bentuk kiasan.
46
Anak tunarungu juga mempunyai beberapa karakteristik, terutama
keterbatasan kosa kata. Hal tersebut yang menyebabkan anak
tunarungu kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Terlebih lagi
permasalahan tentang kejelasan dalam berbicara. Anak tunarungu
biasanya mengalami masalah dalam artikulasi, yaitu mengucapkan
kata-kata yang tidak tahu atau kurang jelas.
Anak tunarungu mempunyai karakteristik yang spesifik bahwa
anak tunarungu mempunyai hambatan dalam perkembangan bahasa
(mendapatkan bahasa). Bahasa sebagai alat komunikasi dengan
orang lain. Sedangkan, anak tunarungu mempunyai permasalahan
dalam wicaranya untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena
wicara sebagai alat yang sangat penting dalam komunikasi. Dalam
berbicara pun harus menggunakan artikulasi yang sangat jelas agar
pesan mudah diterima oleh orang lain, maka dari itu anak harus
dilatih secara berulang-ulang sehingga anak terampil mengucapkan
kata-kata dengan artikulasi yang tepat dan jelas.
Mencermati beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa
seseorang tunarungu memiliki keterbatasan dengan memperoleh
bahasa dan mengalami permasalahan dalam bicaranya. Kurang
berfungsinya indera pendengaran menyebabkan anak tidak dapat
menirukan ucapan kata-kata dengan tepat dan jelas. Oleh sebab itu,
anak tunarungu untuk mendapatkan bahasa atau kosa kata harus
47
melalui proses belajar mengenal kosa kata dan belajar mengucapkan
kata-kata dengan artikulasi yang jelas.
4. Perkembangan Anak Tunarungu
Dalam buku “Psikologi Anak Luar Biasa” karya T. Sutjihati
Somantri, fungsi-fungsi perkembangan anak tunarungu itu ada yang
tertinggal jauh oleh anak normal. Ada pula yang sama atau hampir
sama menyamai anak normal. Dibawah ini akan dipaparkan mengenai
perkembangan pada anak tunarungu, yaitu:
a. Perkembangan Bicara dan Bahasa
Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman.
pendengaran. Akibat terbatasnya ketajaman pendengaran, anak
tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Menurut T. Sutjihati
Somantri (2006:95), anak Tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara
setelah masa meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan
visual. Selanjutnya dalam perkembangan bicara dan bahasa, anak
Tunarungu memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif sesuai
dengan kemampuan dan taraf ketunarunguannya. Bahasa merupakan
alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam mengadakan
hubungan dengan sesamanya.
b. Perkembangan Kognitif Anak Tunarungu
Intelegensi anak Tunarungu secara potensial sama dengan anak
normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh
48
tingkat kemampuan berbahasanya, keterbahasan informasi, dan daya
abstraksi anak. Pekembangan kognitif anak Tunarungu sangat
dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada
bahasa akan menghambat perkembangan inteligensi anak Tunarungu.
Anak tunarungu bukan berasal dari hambatan intelektualnya yang
rendah melainkan secara umum karena inteligensinya tidak mendapat
kesempatan untuk berkembang. Pendapat Fruth yang dikutip oleh Sri
Moerdani (1987:32) mengemukakan bahwa anak Tunarungu
menunjukkan kelemahan dalam memahami konsep berlawanan.
Sedangkan, konsep berlawanan itu sangat tergantung dari pengalaman
bahasa.
c. Perkembangan Emosi Anak Tunarungu
Anak Tunarungu menafsirkan sesuatu secara negative atau salah
dan sering menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu
dapat mengahambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan
sikap menutup diri, bertindak agresif, atau menampakkan kebimbangan
dan keragu-raguan. Emosi anak Tunarungu selalu bergolak di satu
pihak karena kemiskinan bahasanya dan pihak lain karena pengaruh
dari luar yang diterimanya. Anak Tunarungu bila ditegur oleh orang
yang tidak dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.
49
d. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu
Manusia sebagai makhluk sosial selalu memerlukan kebersamaan
dengan orang lain. Demikian pula anak Tunarungu, tidak lepas dari
kebutuhan tersebut. Dengan adanya hambatan dalam perkembangan
sosial ini mengakibatkan pula pertambahan minimnya penguasaan
bahasa dan kecenderungan menyendiri serta memiliki sifat egosentris.
Faktor sosial dan budaya meliputi pengertian yang sangat luas,
yaitu lingkungan hidup di mana anak berinteraksi anatara individu
dengan individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat. Anak
Tunarungu banyak dihinggapi kecemasan karena menghadapi
lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, anak Tunarungu
sering mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan
karena hidup dalam lingkungan yang bermacam-macam.
e. Perkembangan Perilaku Anak Tunarungu
Kepribadian pada dasarnya merupakan keseluruhan sifat dan sikap
pada seseorang yang menentukan cara-cara unik dalam
penyesuaiannya dengan lingkungan. Anak Tunarungu untuk
mengetahui keadaan kepribadiannya, perlu kita perhatikan cara
penyesuaiannya.
Perkembangan kepribadian banyak ditentukan oleh hubungan
antara anak dan orang tua terutama ibunya. Perkembangan
kepribadian terjadi dalam pergaulan atau perluasan pengalaman pada
50
umumnya diarahkan pada faktor anak sendiri. Faktor dalam diri anak
Tunarungu yaitu ketidakmampuan menerima rangsang pendengaran,
kemiskinan berbahasa, ketidaktetapan emosi, dan keterbatasan
inteligensi dihubungkan dengan sikap lingkungan terhadap
menghambat perkembangan kepribadiannya.
5. Faktor-faktor penyebab Tunarungu
Menurut Moores (1978) dalam bukunya Efendi mengidentifikasikan
beberapa penyebab ketunarunguan yang dialami anak dihubungkan dengan
kurun waktu terjadinya yaitu:
a. Ketunarunguan sebelum lahir (prenatal) yaitu ketunarunguan yang
terjadi ketika anak masih berada dalam kandungan ibunya. Kondisi
yang menyebabkan ketunarunguan yang terjadi pada saat anak dalam
kandungan sebagai berikut:
1) Hereditas atau keturunan
Banyak informan yang mengindikasikan terjadinya keadaan
genetis yang berbeda dapat mengarah terjadinya sebuah
ketunarunguan. Perpindahan sifat ini cenderung pada gen-gen yamg
dominan, gen-gen represif, atau jenis kelamin yang berhubungan
dengan gen-gen itu. Anak yang mengalami ketunarunguan karena di
antara anggota keluarganya ada yang mengalami ketunarunguan.
Menurut astimasi Moores (1982) presentase anak yang mengalami
51
ketunarunguan jenis ini sekitar 30%-60%. Ketunarunguan jenis ini
disebut tunarungu genetis.
2) Maternal rubella
Maternal rubella yang dikenal sebagai penyakit cacar air atau
campak. Virus tersebut sangat berbahaya jika menyerang wanita
ketika tiga bulan pertama waktu kehamilan sebab dapat
memengaruhi atau berakibat buruk terhadap anak atau bayi yang
dikandungannya.
3) Pemakaian antibiotik over dosis
Obat-obat antibiotik lainnya yang besar pengaruhnya terhadap
gangguan pendengaran atau tunarungu pada anak semasa dalam
kandungan antara lain: dibydrosterptomycin, neomicin, kanamicin,
dan streptomycin.
4) Toxoemia
Ketika ibu sedang mengandung, karena suatu sebab ibu
menderita keracunan pada darahnya (toxoemia). Kondisi ini dapat
berpengaruh pada rusaknya placenta atau janin yang dikandungnya,
kemungkinan bayi itu lahir akan menderita tunarungu.
b. Ketunarunguan saat lahir (neonatal) yaitu ketunarunguan yang
terjadi saat anak dilahirkan. Ada beberapa kondisi yang
menyebabkan ketunarunguan saat anak dilahirkan sebagai berikut:
52
1. Lahir prematur
Prematur adalah proses lahir bayi yang terlalu dini sehingga
berat badannya atau panjang badannya relatif sehingga di bawah
normal dan jaringan-jaringan tubuhnya sangat lemah, akibatnya
anak lebih mudah terkena axonia (kekurangan oksigen) yang
berpengaruh pada kerusakan inti cochlea (cochlear nuclei).
2. Rhesus factors
Setiap manusia sebenarnya mempunyai jenis darah yang
disebut rhesus (rh). Jenis darah yang ada pada manusia adalah
jenis darah A-B-AB-O. Pada jenis darah tersebut ada rhesus
yang positif dan ada yang negatif.
3. Tang verlossing
Bayi yang dikandung tidak dapat lahir secara wajar, artinya
untuk mengeluarkan bayi dari kandungan mempergunakan
pertolongan atau alat bantu. Untuk mengatasi kondisi yang
demikian, biasanya dokter menggunakan tang dalam membantu
lahir bayi.
c. Ketunarunguan setelah lahir (posnatal) yaitu ketunarunguan yang
terjadi setelah anak dilahirkan oleh ibunya. Ada beberapa kondisi
yang menyebabkan ketunarunguan yang terjadi setelah dilahirkan
sebagai berikut:
53
1) Penyakit meningitis cerebralis
Meningitis cerebralis adalah peradangan yang terjadi pada
selaput otak. Terjadinya ketunarunguan ini karena pada pusat
susunan saraf pendengaran mengalami kelainan akibat dari
peradangan. Jenis ketunarunguan akibat peradangan pada selaput
otak ini biasanya jenis ketunarunguan perseptif.
2) Infeksi
Anak yang terkena infeksi akan menyebabkan anak mengalami
tunarungu perspektif karena virus-virus akan menyerang bagian
rumah siput (cochlea) sehingga mengakibatkan peradangan.
3) Otitis media kronis
Pada penderita secretory otitis akan menderita ketunarunguan
konduktif. Penyakit ini sering terjadi pada masa anak-anak yang
diduga mengalami ototos media.
54
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SLB Negeri Temanggung
SLB Negeri Temanggung adalah sekolah yang memiliki empat jenjang
pendidikan yaitu TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Karena SMPLB
Negeri Temanggung adalah jenjang pendidikan yang bangunannya tidak
berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari SLB Negeri Temanggung, maka
akan disajikan data secara umum SLB Negeri Temanggung, kecuali untuk
data murid akan disajikan khusus hanya pada SLB Negeri Temanggung.
1. Letak Sekolah
SLB Negeri Temanggung menempati bangunan diatas tanah seluas
10.987 M2. Tanah ini statusnya tanah bengkok, sebidang tanah ini
diatasnya berdiri bangunan permanen untuk sekolah TKLB, SDLB,
SMPLB, dan SMALB. Adapun batas-batasnya yaitu:
a. Sebelah utara berbatasan dengan SMPN 2 Temanggung.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk.
c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk.
d. Sebelah barat berbatasan dengan sebidang sawah.
Lokasi SLB Negeri Temanggung terletak di Jl. Gerilya No 25
Kowangan, Kelurahan Kowangan, Kecamatan Temanggung,
Kabupaten Temanggung. (Observasi dan Dokumentasi pada tanggal
15 April 2014).
55
2. Sejarah berdirinya
SLB Negeri Temanggung adalah sekolah yang melayani
pendidikan bagi sekolah berkebutuhan khusus/ luar biasa/ cacat jenis:
Tunanetra (A), Tunarungu (B), Tunagrahita (C), Tunadaksa (D),
Tunalaras (E), Tunaganda (G).
Sekolah ini berada dibawah naungan Departemen Pendidikan
Nasional. Pada awalnya SLB Negeri Temanggung adalah SDLB
Negeri Temanggung (jenjang tingkat SD) yang berdiri tahun 1991
kemudian tahun 2011 dialih fungsikan menjadi SLB Negeri
Temanggung sampai sekarang.
3. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SLB Negeri Temanggung
b. NSS : 101132303083
c. Jenjang : TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB
d. Alamat : Jl. Gerilya No. 25 Kowangan Temanggung
e. Kabupaten : Temanggung
f. Provinsi : Jawa Tengah
g. Kode Pos : 56218
h. Telepon / Fax : (0293) 493942
i. Status Sekolah : Negeri
j. Nama Kepala Sekolah: Ina Sulanti, S. Pd
k. NIP : 1969062 199203 2 006
56
l. Alamat Rumah : Tegalroso RT 04 RW 1 Parakan
Temanggung
m. Telepon : 085291385655
n. Banker : Bank BRI Cabang Temanggung
o. No Rekening : 1012-10-125238-50-9
p. Nama Rekenimg : SDLB Negeri Temanggung
4. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi
SLB Negeri Temanggung memiliki Visi “ Terwujudnya Pelayanan
Prima, Prestasi, Akhlak Mulia, Iman dan Taqwa”.
b. Misi
1) Menumbuhkan semangat pelayanan terhadap seluruh warga
sekolah.
2) Mendorong dan membantu seluruh siswa untuk mengenali
potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara mandiri
dan optimal dan taqwa.
3) Menumbuhkan penghayatan karakter yang mulia sesuai budaya
Bangsa Indonesia. Terwujudnya pelayanan prima, prestasi,
akhlak mulia, Iman.
4) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran Agama sehingga
menjadi sumber kearifan bertindak.
57
c. Tujuan
1) Mewujudkan pelayanan prima untuk anak ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus).
2) Memandirikan anak.
5. Struktur Organisasi
Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur
segala urusan yang mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan kerjasama antar individu dalam sebuah organisasi melalui
adanya struktur organisasi (Dokumentasi pada tanggal 15 April 2014).
Adapun struktur organisasi SLB Negeri Temanggung sebagai berikut:
58
Bagan I
Struktur Organisasi Sekolah
Kepala Sekolah
Ina Sulanti, S.Pd
KETUA KOMITE
SFK Kuntjoro, SH.MM
Unit Perpus
Purwanti, S.Pd
Tata Usaha
Eryanto. M
Koord SMP LB
Sani Susangka, S.Pd.
Koord SD LB
Anan, S.Pd.
Koord TK LB
Sri Khamwati, S.Pd.
Guru Mapel Guru Mapel Guru Mapel
59
6. Keadaan Siswa
Dalam perspektif pembelajaran pendidikan agama Islam, anak
didik merupakan subjek dan objek dalam pendidikan. Aktivitas
pendidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan anak didik. Oleh
karena itu, guru dan anak didik sebagai dwi tunggal artinya keduanya
tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan kependidikan. Ketiadaan salah
satunya menjadi penyebab tidak adanya kegiatan pendidikan, Syaiful
Bahri (2004: 92).
Setiap tahunnya SLB Negeri Temanggung selalu menerima dan
meluluskan siswa. Penerimaan siswa baru setiap tahunnya mengalami
kenaikan dan SLB Negeri Temanggung juga meluluskan siswanya dan
diharapkan setelah lulus siswa itu dapat mandiri dan menghidupi
dirinya tanpa bantuan orang lain dengan bekal keterampilan yang
dimilikinya baik dilingkungan keluarga, dan dilingkungan masyarakat
tanpa merasa minder dengan anak normal (wawancara pada tanggal 15
April 2014).
Agar lebih jelasnya akan disajikan data tentang keadaan siswa SLB
B pada anak tunarungu, dalam tabel sebagai berikut:
60
Tabel I
Keadaan Siswa SMPLB Bagian B Kelas VII B
No Nama Agama Alamat
1. Alfin Nur Fauzi Islam Perum Badran Kranggan Temanggung
2. Dika Hendra Prabowo Islam Mlondong Badran Kranggan Temanggung
3. Himatul Khusnul
Khowatim
Islam Kauman Kaloran Temanggung
4. Nabila Putri Oktaviani Islam Gembong purwodadi Tembarak Temanggung
Tabel II
Keadaan Siswa SMPLB Bagian B Kelas VIII B
No Nama Agama Alamat
1. M. Rizki Andana Islam Dangkel Parakan Temanggung
2. Nanang Rubiyanto Islam Karangmalang Danurejo Kedu
3. Rizki Andarwati Islam Gilingsari Temanggung
4. Rizqi Romadhon Islam Kasihan Mudal Temanggung
Tabel III
Keadaan Siswa SMPLB Bagian B Kelas IX B
No Nama Agama Alamat
1. Evi Widiyarti Islam Ngropoh Kesur Kranggan Temanggung
2. Destia Inggarjati Islam Butuh Temanggung
Keterangan: Dokumentasi 15 April 2014
61
7. Keadaan Guru
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual
maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah. Di pundaknya
terletak tugas dan tanggung jawab yang berat dalam upaya
mengantarkan anak didik ke tujuan pendidikan yang dicita-citakan,
yaitu untuk mencerdaskan kehidupan anak didik (Syaiful Bahri,
2004:87).
Tenaga pengajar atau guru yang bertugas di SLB Negeri
Temanggung pada tahun 2014/2015 seluruhnya ada 34 orang yang
terdiri dari 16 PNS, 16 Guru Wiyata Bakti, 1 orang Cleaning Service,
dan 1 orang penjaga. Guru yang mengajar di SLB Negeri Temanggung
tersebut berasal dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan
berpendidikan S1, SGPLB, 1 Lulusan SMK, dan 2 Lulusan SMP.
Sedangkan untuk guru yang mengajar khusus di SLB B berjumlah 8
orang.
Guru-guru di SLB Negeri Temanggung mendapatkan tugas dan
tanggung jawab mengampu mata pelajaran sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidikan guru
yang ada di SLB Negeri Temanggung tidak pernah mengeluh,
menjalankan tugasnya dengan penuh semangat, sabar dan ikhlas dalam
membimbing anak yang berkebutuhan khusus mulai dari anak
62
tunarungu sampai dengan anak yang mengalami keterbelakangan
mental, dan anak autis.
Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan daftar tabel tenaga
pengajar di SLB Negeri Temanggung sebagai berikut:
Tabel VI
Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Temanggung
No Nama Pendidikan Jabatan Mengajar Kelas
1. Ina Sulanti S, Pd S1 PLB Kepala
Sekolah
Kepala Sekolah
B.D4,5,6
2. Sukirno, S. Pd S1 PLB Guru C.D3
3. Heri Triyanti SGPLB / D Guru C D4
4. Sugeng SGPLB / A Guru C1 D5
5. Tanti Sugiawati S. Pd S1 PLB Guru B D1
6. Suharyati SGPLB / C Guru C1 D1
7. Teguh Dremi S, Pd S1 / BK Guru B D1
8. Widada S, Pd S1 PLB Guru C1 D5
9. Sumaryana S, Pd S1 PLB Guru C1 D6
10. Anan S, Pd S1. B.IND Guru C1 D4
11. Munawar S, Pd S1 / BK Guru C1 D2
12 Wiwin Ernawati S, Pd S1 PLB Guru C D5
13. Drs. Waluya S1 PLB Guru Olahraga
14. Sri Idawati S, Pd S1 PLB Guru C D6
63
15. Indarti S, Pd S1 PLB Guru B D6
16. Menuk Agustini S, Pd S1 PLB Guru B D3
17. Tatik Efiyati S, Ag S1. Agama Guru Guru PAI
18. Fitri Nur Rochmah S, Pd S1 PLB Guru C D2
19. Dewi Kurniawati S1 Agama Guru D D5
20. Eryanto Murtadlo SMK TU TU
21. Sri Khamwati S1 PLB Guru TKLB
22. Purwanti Puji Astuti S, Pd S1 PLB Guru B D5
23. Sani Susangka S, Pd S1 PLB Guru SMPLB/ VII
24. Dian Puspita Sari S, Pd S1 BK,
Psikologi
Guru C D1
25. Dewi Pramudya Wardani S, Pd S1 PLB Guru SMPLB / IX
26. Yuni Prasetyo S, Pd S1 Guru Mapel Kesenian
27. Parmini S, Pd Guru SMPLB
28. Sopiah S, Pd Guru SMPLB
29. Susanti S, Pd Guru SMPLB
30. Ismi S, Pd Guru SMPLB
31. Sri Idawati S, Pd Guru SMPLB
32. Tanti Sugiyanti S, Pd Guru SMPLB
33. Sri Sujatmi SMP Cleaning
Service
Cleaning Service
34. Sodikin SMP Penjaga Penjaga
64
Tabel V
Keadaan Tenaga Pengajar di SMPLB Negeri Temanggung
No Nama Pendidikan Jabatan Mengajar Kelas
1. Dewi Pramudya
S,Pd
S1 PLB Guru SMPLB / VIIIB
2. Sani Susangka S.
Pd
S1 PLB Gutu SMPLB / VIII
3. Tatik Efiyati S, Ag S1 AGAMA Guru Guru PAI
4. Parmini S, Pd S1 PLB Guru SMPLB/VIIIB
5. Sopiah S,Pd S1 PLB Guru SMPLB/VIIIB
6. Susanti S, Pd S1 PLB Guru SMPLB/VIII
7. Ismi S, Pd S1 PLB Guru SMPLB/VIII
8. Drs. Waluya S1 PLB Guru
Olahraga
SMPLB/VIIIB
Keterangan: Dokumen 15 April 2014
Berdasarkan wawancara (tanggal 15 April 2014) dengan kepala sekolah
dan beberapa guru yang ada di SLB Negeri Temanggung ini merupakan sebuah
perjuangan, karena guru-guru yang mengajar di SLB Negeri Temanggung
berusaha menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan misi sekolah
serta kesadaran dan ketaatan mereka akan tugas sebagai guru yaitu dengan cara
mengembangkan dan memajukan SLB Negeri Temanggung.
65
8. Pendanaan
Pendanaan adalah hal yang tidak dapat lagi ditawar demi
kelangsungan suatu lembaga pendidikan. Dengan adanya pendanaan
suatu lembaga pendidikan akan lebih maju. Dari hasil penelitian
tentang pendanaan yang ada di SLB Negeri Temanggung dapat dilihat
dari wawancara seperti di bawah ini:
“Kalau masalah pendanaan di SLB Negeri Temanggung dikatakan cukup baik atau memadai karena pendanaan ini berasal dari bantuan BOS (Bantuan Operasional Sekolah), dan Beasiswa dari Komite sekolah. Setiap tahun SLB Negeri Temanggung mendapat bantuan dari pemerintah pusat tetapi tidak tentu jumlahnya. Kemudian pendanaan itu kami gunakan untuk melengkapi sarana dan prasarana, penggaji guru, dan alat atau pelengkap sekolah serta kebutuhan lainnya” (Wawancara pada tanggal 13 Mei 2014).
9. Sarana dan Prasarana
Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah,
diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung keberhasilan belajar
mengajar. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, ruang
guru, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang
dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran.
Walaupun masih ada sarana dan prasarana yang kurang seperti
media pembelajaran berupa gambar orang wudhu, gambar cara orang
sholat, dan di SLB Negeri Temanggung ruang terapi sudah komplit
namun, untuk tenaga kerja terapisnya yang belum ada, tetapi tidak
66
menjadikan guru di SLB Negeri Temanggung malas untuk mengajar
tetapi tetap menjalankan tugas sebagai pendidik sebagaimana
mestinya, sarana dan prasarana yang ada di SLB Negeri Temanggung,
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel VI
Sarana dan Prasarana SLB Negeri Temanggung
No Nama Barang Keterangan Jumlah
Ada Tidak
1. Rumah Dinas Kepala Sekolah _ _
2. Rumah Dinas Guru _ _
3. Rumah Dinas Penjaga _ 1
4. Ruang Kepala Sekolah _ 1
5. Ruang Guru _
6. Ruang TU _ 1
7. Ruang Komputer _ 1
8. Ruang Kelas _ 8
9. Ruang Tunggu _ _
10. Mushola _ 1
11. Ruang Kamar Mandi _ 4
12. Ruang Perpustakaan _ 1
13. Ruang Musik _ 1
14. Ruang BK _ 1
67
15. Ruang Bengkel _ 1
16. Ruang Laboratorium _ 1
17. Ruang Terapi _ 1
18. Kantin _ 3
19. Almari Perpustakaan _ 5
20. Unit Alat Perbengkelan _ 1
21. Unit Kedokteran _ _
22. Unit Alat Boga _ _
23. Unit Kecantikan/TataRias _ _
24. Ruang Konsultasi _ 1
25. Ruang UKS _ 1
26. Gedung _ 1
27. Lapangan _ 1
28. Dapur _ 1
Keterangan: Dokumen tanggal 13 Mei 2014
10. Keunggulan SLB Negeri Temanggung
Selain hasil belajar secara akademik, SLB Negeri Temanggung
juga memiliki keunggulan dan prestasi di luar akademik, diantaranya:
1. Juara I Kuda Lumping, Disabilitas tingkat Internasional.
2. Juara I Modeling Hari Autis tingkat Internasional.
3. Juara I Grup Band tingkat Karisedenan.
4. Juara II Baca Puisi tingkat Bakor Wil.
5. Juara III Melukis tingkat Nasional.
68
Berdasarkan hasil penelitian mengenai beberapa keunggulan dari
SLB Negeri Temanggung dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai
berikut:
“Murid-murid di sini sering sekali lomba diberbagai daerah, mulai tingkat kota hingga tingkat nasional, salah satu kejuaraan di tahun 2014 adalah juara 1 lomba lari maraton, pada waktu itu delegasinya dari ketunaan tunagrahita” (Wawancara pada tanggal 13 Mei 2014)
11. Partisipasi Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekeliling peserta
didik. Faktor lingkungan mempunyai peranan penting dalam
mempengaruhi keberhasilan peserta didik, baik pengaruh yang positif
maupun yang negatif (Sudarno Shobron, 2004: 245).
Pengaruh lingkungan terhadap peserta didik hanya merupakan
pengaruh belaka, tidak ada unsur tanggung jawab di dalamnya. Peserta
didik akan beruntung apabila kebutuhan mendapat pengaruh yang baik
dari lingkungannya, dan sebaliknya akan rugi apabila kebetulan
mendapatkan pengaruh yang kurang baik.
Lingkungan disekitar SLB Negeri Temanggung khususnya, dan
masyarakat kota Temanggung pada umumnya sangat mendukung
keberadaan sekolah tersebut. Sebagaimana pernyataan KS berikut:
“Warga banyak berpartisipasi dalam berbagai kegiatan walau tidak maksimal, bentuk kerjasamanya mereka juga ikut menyumbang dari segi pikiran maupun finansial. Masyarakat setempat juga ada yang menjadi salah satu anggota komite sekolah”.(Wawancara pada tanggal 13 Mei 2014).
69
B. Temuan Penelitian
1. Profil Responden
Berdasarkan jumlah beberapa informan yang diteliti oleh peneliti
yang berada di SLB Negeri Temanggung. Masing-masing informan
terdiri dari siswa dan siswi yang mengalami ketunarunguan, teman
dekat siswa tunarungu, orang tua siswa tunarungu, dan guru siswa
tunarungu yang bersangkutan. Berikut ini penjelasan mengenai profil
masing-masing informan, yaitu sebagai berikut:
a) EW (14 tahun)
EW adalah seorang perempuan, siswi yang duduk di bangku kelas
IX bagian B. EW adalah salah satu siswi yang mengalami
ketunarunguan sejak lahir. EW hidup dalam kondisi serba cukup.
Ibunya adalah seorang guru SD dan Ayahnya seorang pegawai di
kelurahan daerah Kranggan Temanggung. Sejak EW mengalami
ketunarunguan, EW tidak pernah putus asa untuk belajar. Dalam
belajar di sekolah EW telah menggeluti apa yang EW pandaikan
dalam kelebihan EW. EW salah satu siswi yang pandai dalam
keterampilan membuat karya tangan seperti melukis atau membuat
anyaman.
Walaupun EW mempunyai kekurangan di bagian telinga yang
mengalami ketunarunguan, namun EW selalu di dorong oleh kedua
orang tuanya untuk lebih semangat dalam hidupnya sehari-hari.
Setelah pulang sekolah kata ibunya EW juga tidak lupa untuk
70
membantu ibunya seperti mencuci piring, menyapu, atau membantu
ibunya untuk memasak. EW tidak pernah malu sama teman yang
lainnya, walaupun pendengaran EW sangat terganggu dan telinganya
tidak berfungsi untuk mendengarkan pembicaraan orang lain.
Teman bermainnya EW di rumah tidak pernah mengejeknya kalau
EW adalah seorang yang mengalami kecacatan dibagian telinganya.
EW termasuk orang yang sangat tegar kata teman-temannya dan
tetangga EW. Selain pendengaran EW terganggu, dalam bicaranya
EW juga terganggu atau dalam jawanya “gaguk” atau tidak bisa
bicara. Jadi, saat berkomunikasi dengan EW harus menggunakan
bahasa isyarat. Menurut guru yang mengampu anak tunarungu, EW
termasuk anak yang aktif dalam kelasnya. Walaupun EW kadang
sering punya rasa malas untuk belajar.
b) DS ( 14 tahun)
DS adalah seorang perempuan yang tinggal di sebuah perkotaan di
Temanggung. DS sekarang ini siswi yang duduk di bangku kelas IX
bagian B. DS adalah teman dekat dari EW. Mereka teman 1 kelas,
kemana-mana mereka selalu berdua seperti anak kembar. DS adalah
anak yang mengalami ketunarunguan seperti EW. DS anak yang
manja, kebutuhan apapun selalu terpenuhi. Ibunya berprofesi sebagai
guru SD dan Ayahnya adalah seorang PNS.
DS anak yang sangat cerdas, di sekolah DS terkenal pintarnya.
Walaupun DS mengalami ketunarunguan seperti EW teman dekat DS.
71
Saat saya mewancarai DS kalau pulang sekolah kegiatannya apa?
“DS, menjawab.. ya banyak Mbak.. kadang kalau Ibu belum pulang
mengajar saya bersih-bersih rumah, nanati kalau Ibu sudah pulang
gantian saya kalau sore mengaji” walaupun DS anak yang manja
namun, DS adalah anak yang rajin. DS tidak pernah berputus asa
dalam menjalani kehidupannya yang secara fisik serba kekurangan.
Selain mengalami ketunarunguan DS juga mengalami tidak bisa
berbicara dengan lancar. Sehingga, menimbulkan kebisuan, namun DS
tetap semangat dan tidak merasa malu dengan teman sebayanya yang
normal. DS mengalami ketunarunguan juga sejak lahir, itu
dikarenakan Ibunya terlalu stress waktu mengandung DS. Kata guru-
guru di SLB Negeri Temanggung kadang DS itu merasa bosan untuk
sekolah, kadang semangat. Memang anak yang mengalami ketunaan
seperti tunarungu memang seperti itu.
c) AN (13 tahun)
AN adalah seorang laki-laki yang tinggal di daerah perumahan
Temanggung, AN sekarang ini duduk di kelas VIII bagian B juga.
AN juga mengalami ketunarunguan, AN mengalami ketunarunguan
sejak AN menginjak di bangku SD. AN mengalami kecelakaan yang
mengakibatkan kendang telinganya rusak dan mengakibatkan
ketunarunguan. Sejak itu dalam bicaranya juga terganggu dan agak
lambat dalam berkomunikasi.
72
Sehingga saat berkomunikasi dengan AN harus sedikit
menggunakan bahasa isyarat. Kalau bicara dengan AN harus sekeras
mungkin dan harus “dijawil” saat memanggilnya. Kalau tidak
“dijawil” AN tidak akan mendengarkan. Dalam pembelajaran di
sekolah AN sedikit “lelet”, kadang tidak bisa mengikuti apa yang
diajarkan oleh gurunya. Kata orang tuanya AN kalau dirumah sedikit
pemalas, semenjak mengalami ketunarunguan.
d) NP (13 tahun)
NP adalah siswi yang mengalami ketunarunguan, NP sekarang
duduk di kelas VIII bagian B. NP mengalami ketunarunguan sejak
NP lahir. Ibu NP adalah seorang guru SD dan Ayahnya juga seorang
guru SD. Semenjak NP menginjak besar telinganya dibantu dengan
alat bantu pendengaran agar telinga NP dapat berfungsi secara
normal. Namun, tetap saja tidak ada pengaruhnya sedikit pun. NP
juga mengalami cacat dalam berbicara, tetapi NP tidak sama dengan
teman yang lainnya. NP walaupun mengalami gangguan
ditelinganya tapi dalam berbicaranya lumayan jelas dan dapat
dimengerti oleh orang lain. NP adalah siswi yang cerdas, waktu
dalam pembelajaran NP adalah murid yang paling “mudengan”. NP
beda dengan yang lainnya, kalau NP waktu ditanya oleh gurunya,
NP langsung menangkap apa yang ditanyakan oleh gurunya.
NP adalah anak yang termasuk tegar kata orang tuanya dan guru di
SLB Negeri Temnaggung. Waktu NP sedang santai, saya tanyai
73
tentang kegiatan di rumah, ternyata NP anaknya rajin sekali.
Sepulang sekolah kalau ada pekerjaan di rumah, NP langsung
mengerjakannya. Setelah pekerjaan di rumah selesai NP meluangkan
waktu sedikit untuk belajar sebelum NP berangkat untuk mengaji di
sore hari. Kata orang tuanya waktu bulan puasa NP juga
menjalankan kewajibannya menjadi seorang muslim.
e) RR (13 tahun)
RR merupakan salah satu siswa yang mengalami kecacatan di
bagian telinga, sehingga RR mengalami ketunarunguan. RR sekolah
di SLB Negeri Temanggung di bagian B duduk di kelas VII. RR juga
mengalami gangguan dalam berbicara, sejak RR masih kecil sudah
mengalami ketunaan. Namun, RR tidak merasa malu, karena semua
ini adalah pemberian dari Tuhan. Jadi, RR tetap semangat dalam
menjalankan kehidupan ini. RR mempunyai salah satu keterampilan
berupa seni musik yaitu main gitar. RR pandai memainkan gitar
sejak RR masih duduk di bangku SD.
f) NR (12 tahun)
NR adalah teman dekatnya RR sejak duduk di bangku SD sampai
sekarang duduk di bangku SLB Negeri Temanggung. NR adalah
seorang siswa yang mengalami ketunarunguan sejak kecil. Orang tua
NR adalah seorang petani tembakau yang lumayan sukses.
Walaupun orang tua NR mempunyai anak yang serba kekurangan
dalam fisiknya, namun orang tua NR tidak pernah putus asa dalam
74
membiayai sekolah NR, sebaliknya dengan NR. NR dengan teman
yang lainnya sama-sama bisa menjalankan aktivitasnya sehari-hari,
walaupun NR mengalami ketunarunguan dan mengalami tunawicara
dalam berkomunikasi.
g) SN (12 tahun)
SN merupakan siswi yang mengalami tunarungu, dan mengalami
ketunawicara. Akibat dari tunarungu SN juga terganggu dalam
bicaranya. Sehingga, SN sangat sulit untuk untuk mengucapkan
kata-kata yang sempurna seperti teman yang lainnya. SN hidup
dalam serba kecukupan, SN adalah anak tunggal yang tidak
mempunyai saudara. SN tinggal di sebuah desa lereng gunung
Sindoro, dalam kehidupan SN kalau dirumah sering membantu orang
tuanya untuk berkebun tembakau.
Namun, SN tidak malu dalam menjalankan segala hal yang SN
punyai. Walaupun SN tidak sesempurna dengan teman yang lainnya.
Kata guru SLB Negeri Temanggung SN termasuk anak rajin dan
penurut dengan gurunya. SN tidak pernah membantah kalau disuruh
gurunya atau orang tuanya untuk mengerjakan hal apapun. SN
sekarang duduk di bangku kelas VII bagian B.
2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Tunarungu di SLB Negeri Temanggung
Berbicara masalah metode mengajar, dalam kurikulum SLB Negeri
Temanggung bidang studi pendidikan agama Islam disebutkan: metode
75
ceramah, metode artikulasi, dan metode latihan. Dari metode-metode
semuanya diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama
Islam dan disesuaikan dengan keadaan siswa yang mengalami
ketunarunguan.
Untuk lebih jelasnya dijelaskan masing-masing metode yang
diterapkan oleh guru pendidikan agama Islam dalam mengajar, yaitu:
a. Metode Artikulasi
Metode artikulasi merupakan ucapan atau suara yang dihasilkan
oleh perangkat alat ucap yang melibatkan gerakan otot-otot dari
langit-langit rahang, lidah, dan bibir sehingga menghasilkan suatu
bunyi bahasa yang dapat dibedakan dengan jelas. Mengucapkan kata-
kata memerlukan artikulasi yang jelas agar orang lain mudah
memahami ucapan yang dikeluarkan anak tunarungu. Maka dari itu,
anak harus dilatih mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang jelas
secara berulang sehingga anak terampil atau terbiasa mengucapkan
kata-kata dengan artikulasi yang tepat dan jelas.
1) Penyebab gangguan Artikulasi
Penyebab gangguan artikulasi menurut (Efendi, 1993:45) sebagai
berikut:
a) Faktor Organik
(1) Hilangnya ketajaman indra pendengaran (tunarungu)
(2) Bentuk konstitusib fisik pada bagian mulut dan wajah
(oral-facial) kurang atau tidak sempurna (abnormal).
76
(3) Buruknya koordinasi dari otot-otot bicara.
(4) Tinggi atau sempitnya langit-langit sehingga menyebabkan
kesukaran bagi lidah untuk bergerak.
b) Faktor Fungsional
(1) Metode pengajaran yang tidak konsisten atau salah dari
orangtua dalam membicarakan stimulasi bicara pada anak.
(2) Buruknya model bicara yang diterapkan di lingkunagan
rumah, lingkungan sekitar dan lingkungan sekolah.
2) Klasifikasi gangguan Artikulasi
Menurut Efendi (1993) klasifikasi gangguan artikulasi antara lain:
a) Omissi, yaitu pengurangan huruf konsonan pada kata-kata
tertentu pada setiap upayanya karena kesulitan atau ketidak
mampuan untuk memproduksi suara konsonan tersebut.
b) Subtitusi, yaitu penggantian ucapan yang benar menjadi salah,
meskipun sebenarnya tahu tentang laval suara yang benar atau
tepat. Contoh: kata “rumah” menjadi “yumah”.
c) Distursi, yaitu mencoba mendekati ucapan yang benar tapi
malah salah atau kacau. Contoh: kata “saya” yang
diartikulasikan menyerupai huruf konsonan “z” pada huruf ”s”.
d) Addisi, yaitu penambahan huruf-huruf konsonan atau suku kata
yang sebenarnya tidak perlu pada kata-kata tertentu disetiap
ucapan atau bicaranya. Contoh: kata “Bandung” diucapkan
“Mbandung”.
77
Dari hasil wawancara mengenai metode pembelajaran pendidikan
agama Islam di SLB Negeri Temanggung dapat di lihat dari
wawancara dengan guru pendidikan Agama Islam yaitu Ibu Evi guru
PAI siswa tunarungu:
“gini Mbak.. saat saya mengajar anak-anak dengan menggunakan bahasa isyarat , bicaranya disambung dengan menggunakan anggota badan.. kalau tidak menggunakan cara tersebut anak-anak tidak akan mengerti apa maksud saya saat mengajar dan tidak akan mudeng atau bias dengan pelajaran yang saya sampaikan Mbak.. Ya memang seperti itu Mbak keadaan siswa tunarungu di sini.. Kadang saya ini sudah menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan bahasa badang, kadang masih banyak yang tidak mudeng-mudeng Mbak.. terkadang bikin saya emosi Mbak.. Ini mulut dan badan saya sering cepat capek banget Mbak.. Apalagi kalau waktu diterangkan gag menggatekkan saya.. waahh bikin saya gregetan.. kadang saya “jiwit atau jewer” Mbak. Makanya saya di sini saat menerangkan menggunakan metode artikulasi untuk membantu saya sat mengajar”.(wawancara pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 08.00 di ruang masjid) b. Metode Latihan
Metode latihan merupakan cara guru menyampaikan materi kepada
siswa untuk latihan sendiri (dalam hal ini biasanya siswa ditekankan
kepada latihan menulis, membaca). Biasanya latihan menulis untuk
dibuat PR, seperti menulis surat-surat pendek.
Namun dalam pembelajaran pendidikan agama Islam tentunya ada
kekurangan dan kelebihan dari metode yang digunakan. Begitu juga
pada metode latihan memiliki kelebihan diantaranya: dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kreatifitasnya sesuai dengan daya dan kemampuannya. Sedangkan
kelemahan dari metode latihan diantaranya: kadangkala siswa diminta
78
untuk latihan menulis tetapi siswa justru menggunakan untuk
kesempatan bermain bersama dengan temannya.
“Bu EV, memaparkan dalam mengajarnya menggunakan metode latihan, agar anak tersebut itu Mbak bias menyesuaikan anak yang lainnya, kadang anak tersebut cenderung tidak bisa apa-apa dengan cara belajarnya mereka,, nhaa.. maka dari itu saya kasih metode untuk latihan. Kadang kalau dikasih pekerjaan rumah mereka senang sekali karena disekolah, anggapnya mereka itu sekolah tempat untuk bermain saja,, bukan untuk belajar. Namun, juga ada baiknya kalau saya kasih latihan pekerjaan rumah,, agar mereka itu setelah pulang sekolah tidak pada bermain, namun waktunya untuk belajar. Kadang saya kasih ancaman kalau tidak mau mengerjakan besok gag saya naikkan kelas, kan anak-anak tersebut jadi semangat Mbak” (wawancara pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 08.00 di ruang masjid).
3. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Tunarungu di SLB Negeri Temanggung
Karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPLB
Temanggung hampir sama dengan sekolah regular, kurikulumnya relatif
sama dengan kurikulum di sekolah umum, hanya dibatasi pada jumlah
materinya. Materi yang diajarkan di SLB Negeri Temanggung
ditentukan sendiri oleh sekolah dengan kurikulum yang dibuat. Materi
yang diberikan adalah materi sederhana yang berkaitan dengan
kehidupan Islami (wawancara pada tanggal 11 Agustus 2014).
Kegiatan pembelajaran di SLB Negeri Temanggung, dalam hal
penataan ruang kelasnya dijadikan satu antara SD, SMP, dan SMA.
Dikarenakan jumlah siswanya sangat sedikit, namun antara tunarungu
dengan ketunaan yang lainnya dipisah.
79
a. Tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam
Tujuan penbelajaran adalah faktor yang penting, karena merupakan
arah yang akan dicapai oleh pendidikan. Tanpa tujuan yang jelas, maka
arah pendidikan menjadi kabur. Berdasarkan hasil interview dengan
beberapa orang guru bahwa tujuan pembelajaran pendidikan agama
Islam di SLB Negeri Temanggung adalah sebagai berikut:
1) Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah.
Menurut Ibu Kepala Sekolah:
“Kalau soal memberikan bekal kepada siswa disini ya Mbak…ya...setelah anak ini keluar atau sudah menyelesaikan belajarnya dari SLB Negeri Temanggung ini Mbak…besoknya anak ini agar menjadi anak yang taat kepada Allah ya Mbak tentunya, seperti member arahan untuk sholat 5 waktu, melaksanakan puasa, setiap paginya diajarkan untuk sholat dhuha, diajarkan sopan santun dengan yang lebih tua, gitu Mbak…”
Kemudian disambung dengan Ibu DS:
“O iya Mbak… anak-anak disini juga diajarkan tutur kata yang baik, kalau pas waktu mau sholat to… Mbak anak-anak pada semangat Mbak..mereka itu tahu kalau waktu jam segini itu waktunya untuk sholat”
2) Memberikan bekal budi pekerti (akhlak) agar siswa dapat
disiplin dan hidup mandiri.
Kemudian kata Bu MA menyambung tentang jawaban yang
kedua:
“Kalau soal budi pekerti (akhlak) Alhamdulillah Mbak,, anak-anak disini sudah bisa menyesuaikan sama dengan anak yang lainnya. Mereka juga mengerti kalau saya lulus dari sekolah ini
80
saya harus bisa mandiri sama dengan anak-anak yang lainnya,, begitu Mbak kata mereka..”
3) Tercapainya kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
Wawancara dengan Bu IS mengatakan bahwa:
“siswa akan tercapai kreativitasnya dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing, contohnya Mbak,,, ada siswa yang pandainya menyanyi, ya… mereka teruskan bakatnya agar bisa menjadi penyanyi yang baik, ada juga yang pandainya memainkan musik, pandai menari, dan lainnya Mbak.. saya juga bangga dengan mereka Mbak… walaupun mereka itu dalam keadaan fisiknya tidak sesempurna manusia yang lain mempunyai fisik tubuh yang lengkap”.
b. Materi yang diajarkan
Materi dan metode termasuk bagian dari alat-alat pendidikan yang
pokok. Materi adalah bahan-bahan yang harus diberikan atau disajikan
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Shobron,
2004:243).
SLB Negeri Temanggung menggunakan penyesuaian materi dari
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Biasa yang kemudian digunakan di SLB Negeri Temanggung sebagai
acuan dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan
Kompetensi dan Kompetensi Dasar peserta didik. Materi yang
diberikan di SLB Negeri Temanggung berdasarkan sistem semester.
Materi pembelajaran pendidikan agama Islam yang disampaikan
meliputi: Al-qur’an, Aqidah, Akhlak, serta fiqh dan materi tersebut
disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Dalam proses pembelajaran
81
pendidikan agama Islam, guru lebih menekankan pada materi akhlak
dan fiqh karena dengan menekankan materi akhlak dan fiqh
diharapkan siswa nantinya dapat berakhlak dan bertingkah laku baik
kepada orang tua, guru, dan teman, baik dilingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat, serta dapat melaksanakan sholat dalam
kehidupan sehari-hari dan menjalan kewajiban berpuasa pada bulan
romadhon maupun puasa sunah, sehingga anak tunarungu
mendapatkan materi yang bersifat konkret dan praktis.
Dari hasil penelitian mengenai pelaksanaan kurikulum
pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Temanggung
dapat di lihat dari hasil wawancara seperti yang akan dijelaskan
“Berdasarkan pada kurikulum pendidikan agama Islam yang telah ditetapkan oleh Departemen pendidikan dalam pelaksanaan program PAI pada siswa tunarungu jenis kurikulum yang diajarkan di SLB Negeri Temanggungbaik di TKLB, SDLB, SMPLB, hingga SMALB semuanya masih relatif sama dengan kurikulum yang ada di sekolah umum yaitu masih menggunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pedoman pengajaran di SLB” (Wawancara pada tanggal 13 Mei 2014). SLB Negeri Temanggung menggunakan penyesuaian materi dari
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Biasa yang kemudian digunakan SLB Negeri Temanggung sebagai
acuan dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar peserta didik. Materi yang
diberikan di SLB Negeri Temanggung berdasarkan sistem semester.
Adapun materi pembelajaran pendidikan agama Islam kelas 1-3 SLB
bagian B sebagai berikut:
82
a. Kelas VII B
1) Al-qur’an
b) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat Al-
fatikhah
c) Semester genap meliputi menirukan Al-qur’an surat Al-
ikhlas.
2) Aqidah
a) Semester ganjil meliputi menunjukkan ciptaan Allah SWT,
menghafal enam rukun iman
b) Semester genap meliptuti mencontoh bacaan syahadat
tauhid dan syahadat rosul.
3) Akhlak
a) Semester ganjil meliputi membiasakan perilaku terpuji
seperti menunjukkan perilaku jujur.
b) Semester genap meliputi menampilkan perilaku hormat
kepada orang tua dan guru.
4) Fiqh
a) Semester ganjil meliputi menyebutkan pengertian bersuci
83
b) Semester genap meliputi mencontoh tata cara bersuci dan
berwudlu dengan tertib.
b. Kelas VIII B
1. Al-qur’an
a) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat An-nasr
b) Semester genap meliputi menirukan dan melafalkan bacaan
Al-qur’an dan An-nas.
2. Aqidah
a) Semester ganjil meliputi menirukan dari bacaan lima
asmaul husna
b) Semester genap meliputi melafalkan dan menyebutkan dari
asmaul husna
3. Akhlak
a) Semester ganjil meliputi menunjukkan perilaku rendah hati
dan memberi contoh perilaku hidup sederhana
b) Semester genap meliputi mencontoh perilaku sopan kepada
teman di kelas.
4. Fiqh
84
a) Semester ganjil meliputi mencontoh tata cara wudlu dan
melafalkan bacaan sholat
b) Semester genap meliputi mencontoh gerakan sholat secara
tertib.
c. Kelas IX B
1. Al-qur’an
a) Semester ganjil meliputi melafalkan huruf-huruf Al-qur’an
dari alif s/d ya’ dengan benar
b) Semester genap meliputi melafalkan sendiri huruf Al-
qur’an denagn lancar
2. Aqidah
a) Semester ganjil meliputi menyebutkan tiga sifat wajib
Allah dengan lancar
b) Semester genap meliputi menyebutkan dengan lafal yang
benar sifat mustahil Allah.
3. Akhlak
a) Semester ganjil meliputi menampilkan perilaku tekun dan
perilaku hemat
85
b) Semester genap meliputi menampilkan dan menunjukkan
perilaku setia kawan dirumah dan perilaku di sekolah dan
masyarakat.
4. Fiqh
a) Semester ganjil meliputi melafalkan dan menunjukkan
keserasian gerakan dengan bacaan sholat
b) Semester genap meliputi mengucapkan dan menunjukkan
kembali tata cara sholat fardlu.
(Dokumen pada tanggal 11 Agustus 2014)
b. Waktu, Jadwal, dan kegiatan Pembelajaran Pendidikan agama
Islam
Pembelajaran pendidikan agama Islam untuk jenjang
SMPLB Negeri Temanggung bagian B dari kelas 1-3 SLB Negeri
Temanggung dilaksanakan hanya 1 kali dalam satu minggu yaitu
pada hari Selasa. Waktu pelaksanaannya pada pagi hari mulai dari
jam 08.00-11.00. Untuk lebih jelasnya, penulis akan sajikan jadwal
mata pelajaran pendidikan agama Islam dalam tabel sebagai
berikut:
86
Tabel VII
Jadwal mata pelajaran pendidikan agama Islam SLB bagian B
Hari Kelas Jam Guru
1. Selasa IX B 08.00-09.00 Tatik Efiyati S, Ag
2. Selasa VII B 09.00-10.00 Tatik Efiyati S, Ag
3. Selasa VIII B 10.00-11.00 Tatik Efiyati S, Ag
Keterangan: (Dokumen dan wawancara pada tanggal 11 Agustus 2014)
c. Sarana pembelajaran pendidikan agama Islam
Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah,
diperlukan sarana yang mendukung keberhasilan belajar mengajar.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas,
ruang guru, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
Menurut EM selaku TU SLB Negeri Temanggung mengatakan:
“Kalau untuk sarana, disini Alhamdulillah sudah cukup Mbak.. tapi untuk tenaga terapisnya kok masih belum ada Mbak.. kami disini sedang membutuhkan tenaga itu Mbak, tapi sampai sekarang belum ada yang mendaftarkan diri untuk tenaga terapis di SLB Negeri Temanggung ini”.(wawancara pada tanggal 11 Agustus 2014 diruang TU SLB Negeri Temanggung). Walaupun masih ada sarana yang kurang seperti media
pembelajaran berupa orang wudhu, gambar cara melaksanakan
sholat, dan SLB Negeri Temnaggung ruang terapi sudah komplit
namun, untuk tenaga terapisnya yang belum ada, tetapi tidak
87
menjadikan guru di SLB Negeri Temanggung malas untuk
mengajar tetapi tetap menjalankan tugas sebagai pendidik
sebagaimana mestinya.
4. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam
Adapun faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perkembangan
pembelajaran pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Temanggung yaitu
sebagai berikut:
a. Faktor pendukung
1) Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh
rasa sabar dan ikhlas.
Maksud dari guru penuh rasa sabar dan ikhlas di sini gini Mbak;
“Guru di SLB Negeri Temanggung ini Mbak, selain mengajar dengan rasa sabar, kami juga mengajarnya dengan rasa yang ikhlas Mbak,, di sini kami semua tidak mengharapkan imbalan berupa uang atau berupa materi yang lainnya Mbak. Kami semua ikhlas Mbak,, ya… kadang “maaf ya Mbak, honor kami sangat kurang sekali, “ Mbak tau sendiri to.. mengajar anak waras atau yang tidak perbedannya sangat jauh sekali Mbak,, kadang ada yang gag kuat selalu mengucap yang tidak-tidak. Tapi, Alhamdulillah di sini kami semua sangat ikhlas dengan semua ini. Kami mengajar tidak mengharapkan apa-apa selain yang kami harapkan anak-anak disini bias belajar dengan baik sama dengan anak yang lainnya yang sekolah di tempat yang layak. Kami semua dengan rasa kesabaran menghadapi anak-anak di sini Mbak. Kami semua tidak pernah mengeluh, kok anak ini gini ya.. kok anak itu gitu ya.. kami semua bisa memaklumi lah Mbak. Kami semua sangat prihatin sekali Mbak melihat anak-anak seperti itu”. (wawancara pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 10.00 di ruang Kepala Sekolah).
88
Guru di SLB Negeri Temanggung mengajar sesuai dengan
lulusan kependidikannya. Sebagian besar dari guru di SLB Negeri
Temanggung sudah berlatar belakang pendidikan dari PLB.
Menjadi guru di SLB Negeri Temanggung, bukanlah pekerjaan
mudah. Didalamnya dituntut pengabdian dan dan juga ketekunan.
Harus ada pula keikhlasan dan dan kesabaran dalam
menyampaikan pelajaran. Sebab, sejatinya guru bukan hanya
mendidik tetapi juga mengajarkan. Hanya orang-orang tertentu saja
yang mampu menjalankannya.
2) Guru selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan
visi dan misi sekolah.
Guru di SLB Negeri Temanggung selalu menjunjung tinggi
etos kerja terutama ketaatan dan kesadaran guru akan tanggung
jawab sebagai pendidik. Guru di sekolah tersebut berbeda
dengan sekolah anak normal yang hanya sekedar mengajar saja,
melainkan di SLB Negeri Temanggung, guru menjadi tumpuan
bagi para siswa.
Guru di SLB Negeri Temanggung tersebut, selain menjadi
tenaga pendidik dalam mengajar juga sebagai orang tua, karena
anak tunarungu perlu mendapatkan bimbingan dan arahan.
Salah satu contoh konkret adalah ketika siswanya malas masuk
sekolah. Selain itu guru di SLB Negeri Temanggung selain
89
berperan sebagai orang tua juga berperan sebagai kakak
bermain bersama didalam proses pembelajaran.
3) SLB Negeri Temnaggung keberadaannya didukung oleh
masyarakat setempat, pemerintah dan Direktorat PLB.
Pemerintah pada saat itu belum memiliki lembaga
pendidikan resmi bagi anak cacat dan masih bergantung pada
lembaga umum, sehingga konsentrasi terhadap pendidikan dan
pemberdayaan dalam mengatur anak cacat masih kurang.
Namun seiring berjalan waktu pemerintah mempunyai
peraturan sendiri dan mempunyai lembaga resmi yang
mengatur dan mengayomi anak-anak penyandang cacat, guna
membekali pendidikan mereka. Sehingga dengan adanya hal
tersebut dapat menjadi pendukung untuk meningkatkan
pendidikan bagi anak cacat, terutama membekali kemandirian
dan ketrampilan anak.
4) Partisipasi lingkungan yang mendukung.
Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam
membangun proses pembelajaran di sekolah, terutama dalam
memciptakan iklim positif bagi kemampuan siswa dan guru.
Bagi kemajuan siswa, lingkungan turut mengundang siswa
untuk berperan aktif dalam kegiatan, terutama perlombaan-
perlombaan. Kemudian bagi guru, lingkungan selaku
mengadakan silaturahmi, sehingga terjalin kerja sama yang
90
bagus dalam meningkatkan pendidikan tersebut. Selain itu
lingkungan juga ikut berperan membantu sekolah untuk
memenuhi kebutuhan finansial, ketika sekolah akan
mengadakan kegiatan
b. Faktor penghambat
1) Kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah.
Melihat kondisi anak yang berkebutuhan khusus atau anak
tunarungu, terutama pada awal masuk belajar setelah liburan
sekolah, sebagian anak malas untuk belajar kembali.
“Kadang kami ada guru yang nyamperi dirumah Mbak, agar anak tersebut mau untuk belajar kembali, dan kembali kesekolah. Anak kan kalau sehabis libur panjang, mereka males-malesan untuk masuk sekolah Mbak, mereka pengennya dirumah untuk bermain terus. Kadang saya “reh-reh”dalam bahasa jawanya itu Mbak… nanti di sekolah ibu kasih jajan yang banyak, tapi sekarang kamu ibu kesekolah lagi yukkss.. belajar dengan teman-teman yang lainnya. Nhaa.. kalau udah digituin baru mau Mbak ke sekolah lagi…(kadang sog nganti ngelus dodo Mbak saya ini)”(wawancara pada tanggal 15 April 2014 di ruang kelas).
2) Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang
tunarungu.
Kurangnya perhatian dari wali murid terhadap siswa
menjadikan terhambatnya siswa dalam perkembangannya,
meskipun dari pihak sekolah sudah semaksimal mungkin
memberikan pelayanan dan pembelajaran. Sehingga keadaan
tersebut menjadikan tidak seimbang, dikarenakan kurangnya
kerja sama antara pihak sekolah dan wali murid. Sebagai
91
contoh, dalam lingkungan keluarga orang tua wali kurang
memperhatikan anak tunarungu dalam segi makanan dan
pergaulan sehari-hari, bahkan sekolah hanya dijadikan sebagai
tempat penitipan bagi anaknya, karena mereka masih merasa
malu memiliki anak yang cacat.
Bu EV mengatakan tentang kurang perhatiannya orang tua
terhadap anaknya:
“Nha.. itu Mbak njenengan lihat sendiri to.. orang tua mereka saat menunggu anaknya belajar di sekolah ini,, mereka tidak memperhatikan kalau anaknya sedang belajar, kadang diganggu ketenangan anak tersebut,, kadang diganggu “di imin-imini jajan”, ini itu tempat belajar bukan untuk tempat berbelanja, orang tua mereka pada sibuk belanja di area sekolah kan Mbak,, saya itu nganti pusing Mbak,, menegur ibu-ibu yang seperti itu kadang saya ini merasa malu sendiri, lama-lama ini sekolah bias jadi pasar Mbak kalau seperti”. Bu DW juga mengatakan sama dengan sependapat Bu EV: Pernah saya tegur gini Mbak, “bu kalau njenengan seperti ini apa dirumah njenengan itu tidak memperhatikan tingkah laku putra-putri njenengan bu, perkembangan mereka itu bagaimana kalau dirumah setelah pulang sekolah. Ya.. jawabnya dengan se-ententengnya mereka.. ya nanti anak itu kan tau sendiri bu bagaimana kalau sepulang sekolah itu”. Masya Allah Mbak Mbak…(wawancara pada tanggal 15 April 2014 pukul 08.00 di ruang kelas 4 dan 5)”
3) Kurangnya guru PAI
Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Temanggung,
merupakan salah satu penghambat dalam proses pembelajaran.
Dikarenakan guru agama Islam hanya ada 2 orang guru, yang
satu memgampu mata pelajaran agama Islam pada jenjang
92
SDLB, dan yang satunya lagi mengampu mata pelajaran agama
Islam jenjang SMPLB.
Menurut jawaban dari Pak KN dan Bu EV hampir sama
tentang kurangnya guru PAI :
“Disini guru pendidikan agama Islam sangat terbatas masih kurang sekali Mbak, soalnya di sini guru pendidikan agama Islam masih guru agama dari lulusan umum, masih belum ada yang lulusan dari PLB. Ya jadi guru agama tunarungu dengan yang lainnya masih sama Mbak,, masih di doubel-doubel. Di sini sangat masih kekurangan guru Mbak,, kalau Mbak’e mau ngajar disini saja Mbak,, hehe sambil guyonan ya Mbak.. Di SLB Negeri Temanggung ini semuanya sudah lulusan dari PLB tapi kenapa yang guru PAI kok masih belum ada yang dari PLB, kebanyakan masih dari umum. Masih belum banyak yang minat ngajar di SLB ini Mbak, memnag sangat berat Mbak ngajar disini itu, sangat luar biasa sekali Mbak, (wawancara pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 10.00 di ruang Kepala Sekolah).
4) Kurangnya tenaga terapis dan guru khusus PLB
Dari hasil wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah pada tanggal
13 Mei 2014 pada pukul 09.00 di ruang Kepala Sekolah:
“Di SLB Negeri Temanggung masih sangat kekurangan tenaga terapis dan guru khusus dari PLB, dan untuk tenaga terapisnya sampai sekarang belum ada yang daftar di SLB Negeri Temanggung ini. Jadi, kami sangat kesulitan waktu melaksanakn terapi untuk anak-anak yang mengalami ketunaan”.
5) Masih belum seimbang antara guru dengan siswa.
Menurut guru-guru di SLB Negeri Temanggung :
“Antara guru dengan siswa masih belum seimbang, setiap tahun siswanya semakin bertambah namun, gurunya semakin sedikit. Seharusnya murid bertambah, gurunya juga bertambah. Namun hal ini palah sebaliknya. Saat ini SLB Negeri Temanggung sedang melaksanakan renovasi gedung-gedung yang sudah tidak layak dipakai lagi”.
93
BAB IV
ANALISIS
Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka
pada bab ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan
dianalisis adalah melaksanakan metode pembelajaran pendidikan agama
Islam di SLB Negeri Temanggung, karakteristik pembelajaran pendidikan
agama Islam pada di SLB Negeri Temanggung, serta faktor pendukung
dan penghambat di SLB Negeri Temanggung. Analisis ini didasarkan pada
data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang merupakan hasil
penelitian yang merupakan bukti dan kenyataan yang ada di SLB Negeri
Temanggung.
A. Metode yang digunakan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SLB Negeri Temnaggung
Berbicara masalah metode mengajar, dalam kurikulum SLB Negeri
Temanggung bidang studi pendidikan agama Islam disebutkan: metode
artikulasi, dan metode latihan. Dari metode-metode semuanya diterapkan
dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dan disesuaikan
dengan keadaan siswa yang mengalami ketunarunguan.
Untuk lebih jelasnya dijelaskan masing-masing metode yang
diterapkan oleh guru pendidikan agama Islam dalam mengajar, yaitu:
1. Metode Artikulasi
Metode artikulasi merupakan ucapan atau suara yang dihasilkan
oleh perangkat alat ucap yang melibatkan gerakan otot-otot dari
94
langit-langit rahang, lidah, dan bibir sehingga menghasilkan suatu
bunyi bahasa yang dapat dibedakan dengan jelas. Mengucapkan kata-
kata memerlukan artikulasi yang jelas agar orang lain mudah
memahami ucapan yang dikeluarkan anak tunarungu. Maka dari itu,
anak harus dilatih mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang jelas
secara berulang sehingga anak terampil atau terbiasa mengucapkan
kata-kata dengan artikulasi yang tepat dan jelas.
Peneliti menemukan pada saat wawancara langsung dengan guru
PAI pada siswa tunarungu bahwa, saat mengajar anak tunarungu harus
menggunakan metode artikulasi, karena kalau tidak menggunakan
metode tersebut, anak-anak tidak akan mengerti dengan penjelasan
dari gurunya. Saat menggunakan metode artikulasi harus benar-benar
jelas agar anak-anak tidak kebingungan. Memang harus penuh dengan
tenaga untuk mengajar anak tunarungu, apalagi dengan menggunakan
metode artikulasi. Saat bicara rahang-rahang mulut harus peka dan
jelas.
2. Metode Latihan
Metode latihan merupakan cara guru menyampaikan materi kepada
siswa untuk latihan sendiri (dalam hal ini biasanya siswa ditekankan
kepada latihan menulis, membaca). Biasanya latihan menulis untuk
dibuat PR, seperti menulis surat-surat pendek.
Namun dalam pembelajaran pendidikan agama Islam tentunya ada
kekurangan dan kelebihan dari metode yang digunakan. Begitu juga
95
pada metode latihan memiliki kelebihan diantaranya: dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kreatifitasnya sesuai dengan daya dan kemampuannya. Sedangkan
kelemahan dari metode latihan diantaranya: kadangkala siswa diminta
untuk latihan menulis tetapi siswa justru menggunakan untuk
kesempatan bermain bersama dengan temannya.
Bu EV, memaparkan dalam mengajarnya menggunakan metode
latihan, agar anak tersebut itu bisa menyesuaikan dengan anak yang
lainnya, kadang anak tersebut cenderung tidak bisa apa-apa dengan
cara belajarnya mereka, maka dari itu dalam pembelajaran ini harus
menggunakan metode latihan. Kadang kalau dikasih pekerjaan rumah
mereka senang sekali. Karena disekolah, anggapnya mereka itu
sekolah tempat untuk bermain saja,, bukan untuk belajar. Namun, juga
ada baiknya kalau dikasih latihan pekerjaan rumah,, agar mereka itu
setelah pulang sekolah tidak pada bermain, namun waktunya untuk
belajar. Kadang anak-anak kasih ancaman kalau tidak mau
mengerjakan PR besok tidak akan naik kelas.
B. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Tunarungu di SLB Negeri Temanggung.
Kegiatan pembelajaran di SLB Negeri Temanggung, dalam hal
penataan ruang kelasnya dijadikan satu antara SD, SMP, dan SMA.
Dikarenakan jumlah siswanya sangat sedikit, namun antara tunarungu
dengan ketunaan yang lainnya dipisah.
96
1. Tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam
Tujuan penbelajaran adalah faktor yang penting, karena merupakan
arah yang diakan dicapai oleh pendidikan. Tanpa tujuan yang jelas,
maka arah pendidikan menjadi kabur. Berdasarkan hasil interview
dengan beberapa orang guru bahwa tujuan pembelajaran pendidikan
agama Islam di SLB Negeri Temanggung adalah sebagai berikut:
a) Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah.
Dari hasil wawancara yang penulis dapatkan ada beberapa
jawaban Responden mengenai memberikan bekal kepada siswa
agar menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
adalah agar anak-anak besok sehabis lulus dari sini agar menjadi
anak yang berguna, mengerti tentang agama, mengerti tentang
bahayanya tidak menjalankan sholat 5 waktu, bahayanya
membantah kepada kedua orang tua.
Allah sendiri menggariskan sedemikian jelas dalam Q.S Al-
Baqarah: 1-5 yang artinya: “Alif laam miim. Kitab (Al-qur’an) ini
tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang kami anugerahkan
kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab Allah (Al-
qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
97
(kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapatkan
petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang
beruntung”.
b) Memberikan bekal budi pekerti (akhlak) agar siswa dapat disiplin
dan hidup mandiri.
Kemudian kata Bu MA menyambung tentang jawaban yang kedua:
“Kalau soal budi pekerti (akhlak) Alhamdulillah Mbak,, anak-anak disini sudah bisa menyesuaikan sama dengan anak yang lainnya. Mereka juga mengerti kalau saya lulus dari sekolah ini saya harus bisa mandiri sama dengan anak-anak yang lainnya,, begitu Mbak kata mereka..”
c) Tercapainya kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
Dari hasil wawancara dengan Bu IS mengatakan bahwa:
“siswa akan tercapai kreativitasnya dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing, contohnya Mbak,,, ada siswa yang pandainya menyanyi, ya… mereka teruskan bakatnya agar bisa menjadi penyanyi yang baik, ada juga yang pandainya memainkan musik, pandai menari, dan lainnya Mbak.. saya juga bangga dengan mereka Mbak… walaupun mereka itu dalam keadaan fisiknya tidak sesempurna manusia yang lain mempunyai fisik tubuh yang lengkap”.
2. Materi yang diajarkan
Materi dan metode termasuk bagian dari alat-alat pendidikan yang
pokok. Materi adalah bahan-bahan yang harus diberikan atau disajikan
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Shobron,
2004:243).
98
SLB Negeri Temanggung menggunakan penyesuaian materi dari
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Biasa yang kemudian digunakan di SLB Negeri Temanggung sebagai
acuan dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan
Kompetensi dan Kompetensi Dasar peserta didik. Materi yang
diberikan di SLB Negeri Temanggung berdasarkan sistem semester.
Materi pembelajaran pendidikan Agama Islam yang disampaikan
meliputi: Al-qur’an, Aqidah, Akhlak, serta fiqh dan materi tersebut
disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Islam, guru lebih menekankan pada materi akhlak
dan fiqh karena dengan menekankan materi akhlak dan fiqh
diharapkan siswa nantinya dapat berakhlak dan bertingkah laku baik
kepada orang tua, guru, dan teman, baik dilingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat, serta dapat melaksanakan sholat dalam
kehidupan sehari-hari dan menjalan kewajiban berpuasa pada bulan
romadhon maupun puasa sunah, sehingga anak tunarungu
mendapatkan materi yang bersifat konkret dan praktis.
Dari hasil penelitian mengenai pelaksanaan kurikulum
pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Temanggung
dapat di lihat dari hasil wawancara seperti yang akan dijelaskan
Berdasarkan pada kurikulum pendidikan agama Islam yang telah
ditetapkan oleh Departemen pendidikan dalam pelaksanaan program
PAI pada siswa tunarungu jenis kurikulum yang diajarkan di SLB
99
Negeri Temanggung baik di TKLB, SDLB, SMPLB, hingga SMALB
semuanya masih relatif sama dengan kurikulum yang ada di sekolah
umum yaitu masih menggunakan kurikulum Timgkat Satuan
Pendidikan (KTSP) sebagai pedoman pengajaran di SLB Negeri
Temanggung.
3. Waktu, Jadwal, dan kegiatan Pembelajaran Pendidikan agama Islam
Pembelajaran pendidikan agama Islam untuk jejang SLB Negeri
Temanggung bagian B dari kelas 1-3 SLB Negeri Temanggung
dilaksanakan hanya 1 kali dalam satu minggu yaitu pada hari Selasa.
Waktu pelaksanaannya pada pagi hari mulai dari jam 08.00-11.00.
untuk lebih jelasnya, penulis akan sajikan jadwal mata pelajaran
pendidikan agama Islam dalam tabel sebagai berikut:
Tabel VII
Jadwal mata pelajaran pendidikan agama Islam SLB bagian B
No Hari Kelas Jam Guru
1. Selasa IX B 08.00-09.00 Tatik Efiyati S, Ag
2. Selasa VII B 09.00-10.00 Tatik Efiyati S, Ag
3. Selasa VIII B 10.00-11.00 Tatik Efiyati S, Ag
4. Sarana pembelajaran pendidikan agama Islam
Untuk memeperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah,
diperlukan sarana yang mendukung keberhasilan belajar mengajar.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
100
langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, ruang
guru, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
Walaupun masih ada sarana yang kurang seperti media
pembelajaran berupa orang wudhu, gambar cara melaksanakan sholat,
dan SLB Negeri Temanggung ruang terapi sudah komplit namun, untuk
tenaga terapisnya yang belum ada, tetapi tidak menjadikan guru di SLB
Negeri Temanggung malas untuk mengajar tetapi tetap menjalankan
tugas sebagai pendidik sebagaimana mestinya.
5. Profil guru SLB Negeri Temanggung
a. EV (39 tahun)
EV adalah seorang perempuan kelahiran Temanggung, EV
adalah seorang guru PAI di SLB Negeri Temanggung. Pendidikan
terakhir EV adalah S1 Agama dari Universitas Cokroaminoto
Jogjakarta. EV lulus sekitar tahun 1989, kemudian EV mengabdi di
SLB Negeri Temanggung pada tahun 2001 sampai sekarang. EV
mengabdi sebagai guru agama umum, namun EV mengabdi di
SMP bagian B yaitu siswa tunarungu. Walaupun EV bukan lulusan
dari S1 PLB namun, EV tetap bisa menyesuaikan dengan murid-
murid tunarungu dan bisa untuk mengajarnya sesuai dengan
kemampuan anak tunarungu. EV bisa mengabdi di SMP Negeri
Luar Biasa Temanggung bagian B untuk mengabdi pada anak
tunarungu karena untuk guru PAInya sangat kekurangan. Jadi, EV
101
sangat beruntung bisa masuk di SLB untuk mengajar PAI,
walaupun EV bukan lulusan dari PLB tapi lulusan dari PAI umum.
b. DP (25 tahun)
DP adalah seorang guru di SLB Negeri Temanggung kelahiran
Temanggung. DP masuk di SLB Negeri Temanggung sekitar pada
tahun 2012 sampai sekarang. Ijasah terakhir DP adalah S1 PLB
lulus tahun 2011. DP mengambil jurusan PLB karena DP sangat
berminat sekali untuk mengabdi pada siswa ketunaan. Untuk
mengabdi pada siswa ketunaan tidaklah mudah. Kata DP waktu
saya mewawancarai, kata DP untuk mengajar pada siswa ketunaan
tidaklah sama dengan mengajar siswa yang normal. Mengajar anak
ketunaan bebannya sangat besar sekali. Harus penuh dengan tenaga
yang ekstra dan penuh kesabaran yang tinggi.
c. SS (25 tahun)
SS adalah termasuk guru di SLB Negeri Temanggung bagian
B atau anak tunarungu juga. SS lahir di daerah Temanggung dekat
SS mengabdi di SLB Negeri Temanggung. SS lulusan dari S1 PLB,
lulus sekitar tahun 2012 kemudian mengabdi tahun 2012 sampai
sekarang. Menurut SS mengajar pada anak tunarungu harus penuh
dengan kesabaran, memang beda sekali mengajar antara anak yang
mempunyai kecacatan dengan anak yang normal. Tanggung
jawabnya besar sekali, jadi mengajar pada anak tunarungu
102
metodenya harus benar-benar sesuai dengan kemampuan anak
tersebut.
d. MA (49 tahun)
MA adalah seorang perempuan sebaya kelahiran Magelang, MA
adalah guru di SMP Negeri Luar Biasa bagian B juga. MA lulus
sebagai mahasiswa S1 PLB pada tahun 2011 kemudian mengabdi
di SLB Negeri Temanggung sekitar pada tahun 1997 sampai
sekarang, MA adalah senior dari guru-guru yang lainnya. MA guru
yang sangat tegas dan termasuk guru yang lumayan keras. Ketika
ada murid yang memperhatikan pasti langsung “di jiwet” cara
jawanya. MA melakukan kebiasaan itu agar anak-anak itu bisa
menghormati dengan gurunya yang mengajar, dan menghormati
dengan yang lebih tua.
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLB Negeri Temanggung
Semua insan yang hidup didunia pasti tidak akan luput dari yang
namanya persoalan atau masalah. Dan masalah tersebut bisa menjadikan
pola pikir manusia tambah dewasa, karena dengan adanya masalah
seseorang akan lebih menggunakan otak untuk berfikir dan mencari jalan
yang benar-benar logis. Sama halnya dengan seorang guru yang mengajar
pasti ada penghambatnya dalam mengajar.
Yang dimaksud hambatan atau kendala adalah hambatan atau
kesulitan yang dihadapi oleh siswanya dalam pembelajaran di dalam kelas,
103
misalnya dalam mengenai hafalan, berbicara pada seorang guru atau
temannya, dalam menanggapi pembelajaran, anak tersebut merasa lebih
lemah, karena pola pikirnya yang tidak bias melampaui batas maksimal.
Sehingga dalam cara menyampaiannya pembelajaran harus dengan rasa
sabar dan penuh ketelitian. Hal tersebut sama halnya yang dirasakan oleh
HK, NP, dan AN.
1. Faktor Penghambat Pembelajaran pendidikan agama Islam pada
Siswa Tunarungu di SLB Negeri Temanggung
a. Kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah.
Melihat kondisi anak yang berkebutuhan khusus atau anak
tunarungu, terutama pada awal masuk belajar setelah liburan sekolah,
sebagian anak malas untuk belajar kembali, sehingga guru satu persatu
mendatangi siswa ke rumah orang tua wali murid dan mengajak siswa
untuk kembali belajar di sekolah.
b. Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang
tunarungu.
Kurangnya perhatian dari wali murid terhadap siswa menjadikan
terhambatnya siswa dalam perkembangannya, meskipun dari pihak
sekolah sudah semaksimal mungkin memberikan pelayanan dan
pembelajaran. Sehingga keadaan tersebut menjadikan tidak seimbang,
dikarenakan kurangnya kerja sama antara pihak sekolah dan wali
murid. Sebagai contoh, dalam lingkungan keluarga orang tua wali
kurang memperhatikan anak tunarungu dalam segi makanan dan
104
pergaulan sehari-hari, bahkan sekolah hanya dijadikan sebagai tempat
penitipan bagi anaknya, karena mereka masih merasa malu memiliki
anak yang cacat.
Perhatian yang kurang dari orang tua sangatlah menjadikan beban
untuk anak yang mengalami ketunarunguan. Waktu saya mewancarai
salah satu guru di SLB Negeri Temanggung mengatakan, kadang
sekolah ini dijadikan tempat untuk berbelanja. Terkadang depan area
kelas ini seperti pasar, sangat ramai sekali. Sehingga, menjadikan
anak-anak kesulitan dalam belajar karena ulah dari orang tua anak-
anak.
c. Kurangnya guru PAI
Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Temanggung,
merupakan salah satu penghambat dalam proses pembelajaran.
Dikarenakan guru agama Islam hanya ada 2 orang guru, yang satu
memgampu mata pelajaran agama Islam pada jenjang SDLB, dan
yang satunya lagi mengampu mata pelajaran agama Islam jenjang
SMPLB. Terkadang SLB Negeri Temanggung ini mengalami
kesulitan untuk mengajar terutama mata pelajaran pendidikan agama
Islam, karena kekurangan guru khusus agama yang dari PLB.
d. Kurangnya tenaga terapis dan guru khusus PLB
Adapun hambatan kurangnya guru khusus PLB, itu menjadikan
guru yang lainnya merasa keberatan, karena untuk mengajar khusus
PLB guru yang lainnya di ikut sertakan untuk mengampunya.
105
Ditambahnya kurangnya tenaga terapis khusus untuk anak PLB, itu
masih kekurangan.
e. Masih belum seimbang antara guru dengan siswa.
Maksudnya adalah, antara guru dengan siswa belum bisa
seimbang. Siswanya tiap tahun meningkat namun gurunya semakin
sedikit. Apalagi guru khusus PLB sangat kurang sekali. Sehingga,
menjadikan siswanya terkatung-katung karena kekurangan guru
pengajar.
2. Faktor Pendukung Pembelajaran Pendidikan agama Islam pada
Siswa Tunarungu di SLB Negeri Temanggung
Maksudnya disini adalah apabila seorang guru yang mampu
menghadapi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
perkembangan pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri
Temanggung, maka akan berimbas baik bagi siswanya. Adapun faktor-
faktornya yaitu sebagai berikut:
a. Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh rasa
sabar dan ikhlas.
Guru di SLB Negeri Temanggung mengajar sesuai dengan lulusan
kependidikannya. Sebagian besar dari guru di SLB Negeri Temanggung
sudah berlatar belakang pendidikan dari PLB.
Menjadi guru di SLB Negeri Temanggung, bukanlah pekerjaan
mudah. Didalamnya dituntut pengabdian dan dan juga ketekunan. Harus
ada pula keikhlasan dan dan kesabarab dalam menyampaikan pelajaran.
106
Sebab, sejatinya guru bukan hanya mendidik tetapi juga mengajarkan.
Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya.
Dengan rasa sabar dan ikhlas disini maksudnya, sabar dalam
menghadapi anak yang mengalami ketunarunguan, sebagai guru harus
sabar dalam mengampu anak-anak tersebut. Guru harus ikhlas dengan
apa yang didapati dari mengajar di SLB ini, baik itu yang berupa materi
atau non materi.
b. Guru selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi
dan misi sekolah.
Guru di SLB Negeri Temanggung selalu menjunjung tinggi etos
kerja terutama ketaatan dan kesadaran guru akan tanggung jawab
sebagai pendidik. Guru di sekolah tersebut berbeda dengan sekolah
anak normal yang hanya sekedar mengajar saja, melainkan di SLB
Negeri Temanggung, guru menjadi tumpuan bagi para siswa.
Guru di SLB Negeri Temanggung tersebut, selain menjadi tenaga
pendidik dalam mengajar juga sebagai orang tua, karena anak
tunarungu perlu mendapatkan bimbingan dan arahan. Salah satu contoh
konkret adalah ketika siswanya malas masuk sekolah. Selain itu guru di
SLB Negeri Temanggung selain berperan sebagai orang tua juga
berperan sebagai kakak bermain bersama didalam proses pembelajaran.
c. SLB Negeri Temanggung keberadaannya didukung oleh
masyarakat setempat, pemerintah dan Direktorat PLB.
107
Pemerintah pada saat itu belum memiliki lembaga pendidikan
resmi bagi anak cacat dan masih bergantung pada lembaga umum,
sehingga konsentrasi terhadap pendidikan dan pemberdayaan dalam
mengatur anak cacat masih kurang.
Namun seiring berjalan waktu pemerintah mempunyai peraturan
sendiri dan mempunyai lembaga resmi yang mengatur dan mengayomi
anak-anak penyandang cacat, guna membekali pendidikan mereka.
Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat menjadi pendukung untuk
meningkatkan pendidikan bagi anak cacat, terutama membekali
kemandirian dan ketrampilan anak.
d. Partisipasi lingkungan yang mendukung.
Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam
membangun proses pembelajaran di sekolah, terutama dalam
memciptakan iklim positif bagi kemampuan siswa dan guru. Bagi
kemajuan siswa, lingkungan turut mengundang siswa untuk berperan
aktif dalam kegiatan, terutama perlombaan-perlombaan. Kemudian bagi
guru, lingkungan selaku mengadakan silaturahmi, sehingga terjalin
kerja sama yang bagus dalam meningkatkan pendidikan tersebut. Selain
itu lingkungan juga ikut berperan membantu sekolah untuk memenuhi
kebutuhan finansial, ketika sekolah akan mengadakan kegiatan.
108
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan dan analisis mulai dari bab I samapai
denagn bab IV, guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian
yang dilakukan, maka ada beberapa hal yang menjadi titik tekan sebagai
kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu:
1. Metode pembelajaran agama Islam yang digunakan di SLB Negeri
Temanggung antara lain: metode artikulasi, dan metode latihan. Anak
tunarungu biasanya mengalami masalah dalam artikulasi, yaitu
mengucapkan kata-kata yang tidak tahu atau kurang jelas. Anak
tunarungu mempunyai karakteristik yang spesifik bahwa anak
tunarungu mempunyai hambatan dalam perkembangan bahasa
(mendapatkan bahasa). Bahasa sebagai alat komunikasi dengan orang
lain. Sedangkan, anak tunarungu mempunyai permasalahan dalam
wicaranya untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena wicara
sebagai alat yang sangat penting dalam komunikasi. Dalam berbicara
pun harus menggunakan artikulasi yang sangat jelas agar pesan mudah
diterima oleh orang lain, maka dari itu anak harus dilatih secara
berulang-ulang sehingga anak terampil mengucapkan kata-kata dengan
artikulasi yang jelas dan tepat. Selain menggunakan metode artikulasi
anak tunarungu juga menggunakan 2 bahasa yaitu menggunakan
bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Selama ini dengan metode tersebut
109
pembelajaran berjalan efektif. Sedangkan guru mengajar dengan rasa
sabar dan ikhlas, mengulang-ulang materi, serta pemberian contoh-
contoh yang sederhana kepada peserta didik agar bisa memahami
materi yang diajarkan. Dalam hal ini guru menggunakan media papan
tulis agar lebih mudah menerapkan metode tersebut.
2. Karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa
tunarungu adalah anak tunarungu mengalami mudah tersinggung,
miskin bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain, cenderung
tidak bisa diam atau cerewet tapi tidak bermakna, materi yang
diajarkan tidak sepenuhnya seperti di sekolah umum lainnya,
materinya sangat terbatas disesuaikan dengan kondisi siswanya,
suasana dalam kegiatan belajar mengajar siswa tidak aktif.
3. Faktor penghambat dan pendukung pembelajaran pendidikan agama
Islam di SLB Negeri Temanggung
Pada penelitian ini, peneliti menemukan adanya lima
penghambat yaitu yang pertama kurangnya kedisiplinan siswa dalam
masuk sekolah, kedua perhatian yang kurang dari wali murid terhadap
anaknya yang tunarungu, ketiga kurangnya guru pendidikan agama
Islam (PAI), keempat kurangnya guru khusus besiknya PLB, dan yang
kelima masih belum seimbang antara guru dengan siswanya.
Kemudian peneliti menemukan pelaksanakan pendukung dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu yang pertama guru
mengajar sesuai dengan profesionalnya denagn penuh rasa sabar dan
110
ikhlas. Maksud dari sabar tersebut adalah semua guru selalu sabar
dalam mengampu siswa-siswinya yang kurang semaksimal mungkin
dalam menanggapi pembelajaran dalam kelas, dan ikhlas yang
dimaksud disitu adalah ikhlas dalam megajar secara materi atau dalam
soal donator yang masih kurang. Yang kedua guru selalu menjunjung
tinggi etos kerjadalam mewujudkan visi dan misi sekolah, dan yang
ketiga partisipasi lingkungan yang sangat mendukung.
B. Saran
Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini
yaitu mengenai model pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa
tunarungu, maka peneliti hendak menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Bagi siswa tunarungu diharapkan di SLB Negeri Temanggung,
setelah mendapatkan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam
agar meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Agar siswa dapat lebih
disiplin dan hidup mandiri sehingga tidak mengandalkan dari orang
lain.
2. Bagi guru
Bagi guru di SLB Negeri Temanggung
a. Meningkatkan kualitas guru untuk mengetahui potensi siswa
b. Melakukan persiapan sebelum mengajar dan mampu menguasai
kelas
111
c. Mengembangkan minat bakat siswa sesuai keahlian atau
keterampilannya dengan ekstrakurikuler dengan mengikut sertakan
dalam perlombaan.
3. Bagi pengurus SLB Negeri Temanggung
a. Untuk melengkapi sarana dan prasarana SLB Negeri Temanggung
agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar.
b. Mengusahakan pendanaan dengan membuka jaringan terhadap
instansi yang terkait.
c. Meningkatkan kualitas personal dalam memajukan sekolah dengan
manajemen yang baik
d. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan wali
murid.
4. Bagi masyarakat Kowangan Temanggung
a. Kesadaran masyarakat agar lebih peduli untuk meningkatkan
kemajuan bersama.
b. Memperbanyak si ze2laturrahmi tidak hanya pada waktu acara
resmi, melainkan waktu luangnya dijadikan ajang penguatan
emosional.
c. Ikut menciptakan lingkungan positif dalam mendukung proses
pembelajaran dan mengembangkan kreatifitas siswa.
C. Penutup
Alkhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat Illahi
Robbi Sang Maha Pengatur dan Pencipta Alam Semesta, yang telah
112
memberikan hidayah dan taufiq-Nya. Sehingga penulis telah dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ METODE PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNARUNGU DI SLB
NEGERI TEMANGGUNG “ yang masih jauh lebih sempurna. Maka
untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis menerima masukan, kritik, dan
saran. Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dari dosen
pembimbing tentu penulis akan mengalami kesulitan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh sebab itu, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih,
semoga segala amal kebaikannya dibalas oleh Allah SWT.
Akhir penulisan ini penulis berharap dengan keridhoan Allah
SWT. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat, terutama terhadap penulis
sendiri dan para pembaca yang budiman pada umumnya. Amin…
113
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Bina aksara
Daymon, Christine. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Publik Relation
dan Marketing Communication. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Effendi, Muhammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Jakarta: Bumi Aksara
Moloeng, J.lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Somantri, H.T.Sutjihati, 1990. Psikologi Anak Luar Biasa: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito
Sukmadinata, Saudih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi, 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sriyanti, Lilik, Muna Erawati, dan Suwardi. 2009. Teori-teori Pembelajaran.
Salatiga: STAIN Salatiga
Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Press
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
114
Djamaroh, Syaiful Bahari. 2006. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
. 2004. Pola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam
Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: PT. Rineke Cipta
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS).
Jakarta: Bumi Aksara.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendididkan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Mansyur, dkk. 1982. Metodologi Pendidikan Agama. Jakarta: CV. Forum.
Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV. Alfabeta.
http://wordpres.com/2014/05/05/pengertian-metode.html
http://duniainformatikaindonesia.blogspot.com/2014/05/05/faktor-faktor-
pendukung-dan-penghambat.html.
Haryati, Nik. 2011. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Alfabeta.
Munardji. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Ilmu
1
2
3