Metode-metode Desain Regeneratif
description
Transcript of Metode-metode Desain Regeneratif
[Date]
Metode-metode Desain Regeneratif Anam M. Alhabsyi
Revelopment LUMBUNG NUSWANTARA
1
Metode-metode Desain Regeneratif
Sebuah rancangan atau desain semestinya dilakukan menyeluruh, sehingga memudahkan implementasi, meringankan pekerjaan, dan menghemat waktu, tenaga serta uang.
Dalam desain regeneratif, banyak metode maupun strategi pendekatan yang dapat diterapkan dalam proses desain, tergantung dari kondisi yang ada dan kebutuhan kita. Kita dapat memulai desain dengan menentukan tujuan (goal setting), mengapa kita melakukan perancangan. Kemudian melakukan pengamatan dan mencoba membangun koneksi antara tujuan yang telah ditetapkan dengan lanskap yang ada. Koneksi ini menjawab pertanyaan: “Apa
yang bisa saya lakukan di atas tanah ini, sehingga memberi manfaat bagi saya, keluarga, masyarakat dan seluruh alam lainnya?”
Desain berasal dari gagasan-gagasan dan konsep-konsep, diperkaya dengan materi-materi, teknik-teknik dan strategi-strategi. Sebagaimana tubuh manusia secara keseluruhan, yang terdiri dari otak, tulang, darah, hati, jantung, paru-paru, membentuk satu kesatuan sistemik. Setiap bagian atau elemen berfungsi dengan keterkaitan dengan bagian atau elemen lainnya, berhubungan satu dengan yang lain secara menyeluruh. Desain regeneratif adalah pendekatan desain sistemik yang mencoba menyatukan (integrate), merangkai (fabricate) komponen-komponen alam, dalam ruang (spatial), waktu (temporal), dan sosial dilandasi adab (ethical) untuk mencapai keutuhan (holistical) yang berkelanjutan atau lestari atau langgeng. Untuk melakukannya kita tidak berfokus pada komponen-komponen secara terpisah-pisah, tetapi berkonsentrasi pada hubungan-hubungan dan koneksi-koneksi di antara komponen-komponen tersebut, dan bagaimana mereka berfungsi untuk mendukung (assist) satu sama lain.
Suatu elemen dalam sebuah rancangan—tanaman, jalanan, atau sebuah rumah kaca dan bangunan lainnya—adalah dikerangkakan dalam keterkaitannya dengan elemen-elemen yang lainnya. Sebuah tata perancangan yang ekologis akan lebih berguna jika menangkap dan mengembangkan interkoneksitas yang dinamis. Sebagai contoh, jika satu tanaman menjadi magnet bagi kutu, maka seorang desainer yang baik akan mencari dan menemukan kondisi yang mematahkan semangat kutu untuk bertelur. Misalnya, daripada hanya satu jenis tanaman brokoli, kita dapat menggunakan pola penanaman yang berbeda, menyebarkan pola tanam dan menghamburkannya bersama dengan tanaman-tanaman lain, sehingga kutu kesulitan untuk mencapai brokoli tersebut.
2
Sebuah ekosistem akan menyediakan kebutuhannya dari dalam diri mereka sendiri, sebagai rangkaian koneksitas yang lengkap (complete loop). Tidak ada seorang pun yang mengangkut satu truk besar penuh dengan pupuk ke dalam hutan; dan tidak ada seorang pun yang memungut sampah dari hutan untuk dibuang keluar. Hutan memelihara diri mereka sendiri secara internal, memproduksi pupuk dan kesuburan dengan mendaur ulang limbah daun dan ranting, juga binatang yang mati. Dengan perkataan lain, input ke dalam hutan dan output dari hutan senantiasa seimbang, tidak meninggalkan sampah. Malah bahkan berkembang. Di dalam ekologi hutan hujan (rainforest) kanopi pepohonan bekerja sama dengan akar untuk membuat hujan yang diperlukan untuk membuat sirkulasi air yang permanen dan berkelanjutan. Hutan merupakan model kehidupan yang mesti kita tiru dalam desain.
Setiap desain lanskap memiliki dua “pengguna” dengan kebutuhan mereka masing-masing: pertama manusia dan kedua, kebutuhan ekologi tempat atau tanah itu sendiri. Ketika kita memaksakan sebuah rancangan yang tidak memungkinkan ditopang oleh alam, kita sedang merancang sebuah perang
melawan alam. Rancangan yang melawan alam akan menghabiskan tenaga kerja, energi, sumberdaya dan uang dalam jumlah berlipat agar desain tersebut tetap dapat bekerja. Semua input berskala besar tersebut sangat bertentangan dengan desain yang ekologis. Alam tidak bekerja dengan cara demikian. Apabila kita sejenak untuk merenung dan memperhatikan, kita akan melihat dengan jelas bagaimana alam mengajarkan kepada kita desain yang tidak cocok. Dengan pranoto mongso (kalender musim tahunan) yang disusun petani tradisional selama berabad-abad, mengamati siklus iklim, pertumbuhan jamur,
atau fenomena alam lainnya, alam akan menunjukkan betapa melawan alam akan menjadi tanda kekalahan sebuah desain.
Desain dilakukan dengan langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah desain yang dikenal dalam desain regeneratif ada beberapa metode misalnya SADIMET, OBREDIM(ET), CEAP, dll. Kita dapat menyederhanakan langkah-langkah desain sebagai SADAR-IREVO (Survei – Analisis – Desain – Rencana – Implementasi – Rawat – Evaluasi – Oprek). Metode SADAR adalah metode perancangan sedangkan langkah PREVO merupakan langkah manajemen atau pengelolaan.
3
Survei
Survei merupakan langkah pengamatan (observasi) untuk pengumpulan dua jenis informasi; apa yang ada (sumberdaya dll) di lokasi dan apa yang mungkin (sumber daya yang potensial).
Untuk memulai proses pertama adalah dengan membuat peta. Pemetaan yang dibuat adalah peta terhadap yang existing, yang apa adanya. Peta tidaklah harus cantik, bisa bersifat skematik tetapi harus menggambarkan realitas secara terinci, termasuk bangunan, jalanan termasuk jalan setapak; pepohonan yang sudah ada di lokasi dan beberapa tanaman yang dianggap penting; lereng, kemiringan dan fitur lahan lainnya yang telah ada; drainase, saluran irigasi
dan sumber air; jenis tanah dan kondisi tanah (liat atau berpasir, lembek atau kering, dst); kemudian skala dan jarak antar bagian. Kita bisa menggunakan perangkat lunak (komputer) dan foto satelit yang membantu kita dalam pengkajian.
Peta bisa berupa peta overlay (peta berlapis), yang menggambarkan secara terinci beberapa sektor seperti aliran dan saluran air, pencahayaan matahari, pepohonan dan vegetasi serta ketinggiannya, dll.
Desain Cradle to Cradle
Analisis AMDALAnalisis SEA( )Strategic Environmental Assessment
Keyline & Keypoint
Scale of Permanence
4
Setiap kali kita menyiapkan sebuah peta, kita akan semakin sensitif melihat detail yang semula tidak disadari. Pembuatan peta menjadikan kita semakin dekat dengan tempat. Kemiringan, pandangan, jarak, kehangatan atau kesejukan, sentuhan mentari dan bayangan, semua begitu jelas terasa manakala kita berjalan berkeliling mengitari lokasi dan membuat sketsa, melihat dan merasakan sekaligus. Pengetahuan yang terkumpul di kepala kita dengan sendirinya menunggu untuk dielaborasi. Lanskap dipandang sebagai keseluruhan, holistik, digambarkan pertama di dalam kesadaran. Rasa yang melintasi kesadaran, semuanya tersimbolisasi ke dalam coretan di atas kertas yang menghubungkan antara imajinasi dengan kenyataan.
Pengamatan lebih dari sekedar mengidentifikasi obyek di lokasi. Observasi, adalah membenamkan diri ke dalam tempat tersebut. Apa saja yang hidup di sana? Kapan biasanya berbagai macam burung dan binatang lain, seperti ular atau biawak atau monyet, datang dan pergi? Apa saja yang mereka makan atau yang mereka manfaatkan dari tempat tersebut? Interaksi apa saja yang terjadi antara tanaman, binatang dan manusia yang tinggal di sana? Langkah pertama
dalam pengamatan adalah membuat daftar pengamatan. Tidak perlu kita memposisikan diri menjadi seorang profesional lapangan atau ahli geografi. Buatlah daftar pengamatan, catat apa yang anda lihat, gunakan dan kembangkan daftar periksa (checklist). Nanti, kita dapat meneliti dan mengkaji ulang catatan pengamatan di buku dan poles lagi dengan kerja lapangan lebih lanjut. Atau sederhananya dapat digunakan daftar berikut ini:
1. Matahari dan Naungan
Tanaman memerlukan sinar matahari dengan kuantitas yang berbeda. Ada yang memerlukan cahaya langsung ada yang memerlukan naungan. Pengamatan waktu paparan matahari dan orientasinya membantu kita dalam menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam dan di lokasi mana. Juga membantu orientasi bedengan terhadap gerak (orbit) sinar matahari, agar dapat maksimal memanfaatkan energi matahari. Demikian pula dalam hal ternak dalam kebutuhan mereka akan sinar matahari.
Amatilah matahari ketika terbit dan ketika terbenam. Sehingga kita dapat mencatat insentitas paparan cahaya matahari ke lahan. Misalnya bila banyak pepohonan (tetangga) menghalangi sinar matahari, tentulah berdampak pada kebun kita.
2. Angin
Angin sangat signifikan bagi pertumbuhan tanaman. Juga mempengaruhi penguapan air dari tanah dan dari tanaman, yang akhirnya berdampak pula pada erosi dan kerusakan tanaman. Dengan mengamati bagaimana angin bekerja pada suatu lahan, kita dapat merancang pohon pemecah angin untuk melindungi tanaman, ternak dan bangunan yang rentan terhadap angin.
3. Suhu Udara
5
Suhu udara berdampak pada pertumbuhan tanaman dan kelembaban tanah. Suhu yang sangat panas akan air dalam tanah cepat menguap ke udara, sehingga tanah cepat kering. Catatlah perubahan suhu pada permukaan tanah baik di siang hari maupun di malam hari, selama beberapa waktu, terutama pada perbedaan musim dan pergantiannya. Karena suhu udara selalu berubah karena pergantian waktu atau juga pengaruh lainnya (iklim mikro).
4. Iklim Mikro
Iklim mikro adalah tempat atau lokasi kebun di mana topografi, bahan-bahan, elemen-elemen dan air serta alirannya menciptakan variasi suhu tersendiri. Iklim mikro akan membuka ceruk untuk menumbuhkan beberapa jenis tanaman yang dapat bertahan hidup dalam kondisi spesifik tersebut. Kita dapat merancang desain untuk memodifikasi iklim mikro yang dapat memberikan manfaat bagi kita, seperti penempatan batu untuk menyimpan dan mengalirkan panas, atau menanam tanaman tinggi untuk memberikan naungan bagi tanaman di bawahnya.
5. Kelembaban
Kelembaban membawa kesejukan merupakan kunci dalam penanaman tumbuhan, dan semakin kita dapat memanen dari cuaca, dan mengurangi ketergantungan kita akan suplai air ke dalam sistem, maka semakin baik. Amatilah pola air hujan sepanjang musim (kita dapat juga mengakses informasi curah hujan dari BMKG). Lakukan analisis terhadap pola aliran air di kala hujan atau tidak, dan perhatikanlah bagaimana air meresap ke dalam tanah, untuk menguji tanah dan drainasenya.
6. Tanah
Perhatikanlah tanah, tekstur dan strukturnya, kelembaban dan drainasenya, keasaman dan bahan organiknya. Memahami tanah merupakan dasar dalam pengamatan dan desain permakultur, maka pahamilah tanah di mana kita akan mendesain. Perhatikan apakah tanah cukup gembur atau keras partikel-partikelnya. Tekstur ini juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah tanah terlalu liat atau terlalu pasir, yang keduanya memiliki pengaruh berbeda dalam hal mempertahankan kelembaban.
7. Aliran Air
Bagaimana aliran air di kala musim hujan dibanding musim panas? Bagaimana ia melintasi lahan? Apakah selokan, saluran drainase, sengkedan bekerja mengarahkan aliran air secara baik? Di manakah air terkumpul atau membanjir? Apakah ada mata air yang muncul dari tanah di musim hujan? Amatilah bagaimana air mengalir jatuh ke lahan dan melintasi lahan dari ujung ke ujung. Dengan pengamatan ini kita dapat mendesain aliran air – dengan mengalihkan aliran, mengeringkan dengan drainase, membasahi bagian yang kering, dll – atau melambatkan aliran sedemikian rupa sehingga meresap ke dalam tanah, dengan membangun sengkedan-sengkedan misalnya.
8. Pemandangan
6
Kebun permakultur bekerja dengan harmoni alam, termasuk aspek keindahan. Pandangan terhadap kebun dan dari kebun perlu diperhatikan. Karena keindahan juga terapi bagi kita untuk mensyukuri dan menambah rasa cinta. Pada akhirnya juga akan berdampak pada kebun yang kita rawat.
9. Tetangga
Amati beberapa aspek dari tetangga, mulai dari sektor-sektor seperti angin dan cahaya matahari, juga gaya hidup, dalam mengelola sampah dll yang dapat mempengaruhi kebun kita. Bisa saja mereka melakukan aktivitas yang membahayakan kebun kita, misalnya meracuni aliran air dengan pestisida yang akan melalui kebun. Atau bisa saja membuat kebisingan dengan penggergajian kayu atau yang lain. Kita mesti mempertimbangkan apakah membiarkan aliran tersebut masuk atau malah membentengi diri daripadanya, karena kedua keputusan tersebut mempengaruhi desain kebun kita.
10. Kebijakan dan Aturan Pemerintah
Seiring otonomi, termasuk otonomi desa, kita perlu mempelajari dan mengetahui kebijakan dan perencanaan desa, kabupaten bahkan kebijakan nasional. Amatilah dan pelajarilah kebijakan-kebijakan serta aturan-aturan, terutama berkaitan dengan penggunaan pupuk, bibit transgenik, dll. Mungkin saja kita bahkan dapat memanfaatkan apabila ada kebijakan positif yang mendukung, meskipun seringkali sebaliknya.
11. Bangunan dan Struktur
Bangunan buatan manusia dapat mempengaruhi pertumbuhan dan membuat
iklim mikro. Rumah, kandang, pagar, dapat mempengaruhi paparan sinar matahari atau dapat menjadi pantulan. Akibatnya juga perubahan suhu, panas, alirannya juga terpengaruh. Kita mesti merancang dengan baik bagaimana area yang teduh dan memerlukan cahaya matahari bisa mendapatkan manfaat dengan membuat pantulan, dll.
12. Jenis-jenis tanaman dan binatang
Sebelum memulai menanam di kebun, amatilah tanaman yang biasa tumbuh. Banyak sekali tanaman yang tumbuh dengan sendirinya, seperti bayam atau berbagai jenis rumput yang bisa dimakan, menjadi tanaman natif. Amatilah dan gunakanlah dalam sistem. Tanaman yang sekiranya dapat bertahan tentu memiliki alasan tertentu (mengapa tetap bisa bertahan). Kita juga harus mengetahui mana tanaman yang memang natif, aseli lokal, dan mana yang dibawa melalui bibit atau benih dari luar (kita mungkin perlu mempertahankan tanaman natif di dalam desain)?
Lihatlah kehidupan liar setempat, mulai dari serangga (belalang, jangkrik, belalang sembah, kepik), bekicot, kepiting, lipan, kaki seribu, tawon, lebah, lalat, beraneka jenis-jenisnya sampai binatang seperti kodok, musang atau ular, dll. Mereka hadir dengan suatu alasan, misalnya adalah ketersediaan pangan. Apabila ada spesies yang tidak diinginkan atau diinginkan, kita mesti desain dengan seksama.
7
13. Sumberdaya Lokal
Pertimbangkan sumberdaya lokal yang dapat dimanfaatkan dan dikerjasamakan dengan kebun. Mulai dari penyedia bibit, penjual pupuk sampai warung makan yang memiliki sisa makanan, tukang sayur yang memberikan sisa dagangan, dll. Juga peternak yang memiliki pupuk kandang bagi kompos kita, atau ampas kayu di penggergajian yang dapat kita kompos atau untuk mulsa.
Memang seringkali sulit memisahkan antara pengamatan dengan analisis. Kita seringkali melakukan dua hal tersebut sekaligus, misalnya “daun tanaman ini berubah menjadi kuning” dengan tambahan analisis “karena membutuhkan lebih banyak nitrogen.” Dalam tahap awal dari pengamatan, adalah sangat penting untuk melihat atau mengamati dengan kacamata atau cara pandang anak-anak, yang hanya mengagumi, ingin mencari tahu dan bertanya-tanya tanpa terburu-buru memberikan penilaian dan analisis. Analisis menghubungkan antara proses berpikir dengan persepsi dan pengetahuan
sebelumnya, sehingga justru mengurangi kemungkinan-kemungkinan alternatif. Ketika kita melompat dari pengamatan “daun kuning” ke dalam analisis “kekurangan nitrogen,” kita telah mempersempit kemungkinan penyebab lainnya dan lebih menyempitkan lagi solusinya, menjadi hanya satu kelas solusi: Tanaman ini memerlukan pupuk (Urea atau NPK). Akan tetapi dengan tetap sabar dengan menyukupkan diri pada observasi sederhana bahwa “daun tanaman ini berubah menjadi kuning.” Maka kita membuka kemungkinan-kemungkinan berbagai pilihan solusi.
Kemudian, pengamatan lebih lanjut, lebih mendalam dan lebih seksama akan memberikan informasi lanjutan, dan kita bisa bertanya:
Apakah kita akan membiarkannya secara alami?
Apakah kita pangkas saja daunnya?
Apakah perlu ditanam tanaman lain yang menemaninya sebagai
companion plants yang akan membantunya?
Apakah memang tanaman tersebut tidak cocok ditanam di tempat
tersebut?
Tanaman apa yang lebih cocok di tempat tersebut?
Berapa banyak tanah mesti diperbaiki dengan kompos?
Atau mungkin tanaman ini perlu mulsa?
Ingat bahwa kita mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang membuka kemungkinan-kemungkinan, tidak berpretensi memberikan solusi pada tahap ini. Kita sekedar mencoba memahami keadaan yang ada dengan pengamatan.
Senantiasa catat dan ikuti pengamatan ini. Cara mudah melakukan pencatatan di antaranya adalah:
Poin-poin (bullet pointers)
Garis waktu (timeline)
Peta pikiran (mindmap)
8
Diagram alir (flow chart)
Gambar sketsa (sketching)
Rekaman video
Foto-foto
atau dengan metode pencatatan yang mana saja yang sesuai
Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam membuat catatan. Kita juga bisa merekam dengan video atau dengan fotografi kemudian memberikan penjelasan dengan suara. Pilihlah metode yang paling mudah untuk anda bekerja.
Membuat Peta
Menggambar atau membuat peta lahan adalah cara yang efektif untuk melihat di manakah letak segala sesuatunya pada satu gambar. Peta akan tampak seperti Anda melihat dari atas ke bawah, ke permukaan tanah, seperti seekor elang yang terbang melihat ke bawah dari angkasa.
Membuat peta tidak terbatas hanya di atas lembaran kertas. Kitaa bisa membuat peta tiga dimensi dengan pasir atau tanah, seperti membuat maket, menggunakan model-model yang mewakili bagian utama dari lahan. Metode ini lebih menyenangkan. Anda bisa membuat lereng gunung dan sungai-sungai, bahkan percobaan dengan aliran air dengan menggunakan air sungguhan.
Sebuah peta profil atau peta irisan penampang adalah cara lain untuk melihat lahan, ini sangat berguna untuk melihat lahan miring atau bagian tertentu dari lahan. Ini seperti memotong seiris kue kemudian melihat irisan itu dari sisi samping. Permukaan lahan, termasuk bangunan dan pohon, adalah bagian atas dari kue, dengan akar-akar pohon yang tumbuh masuk ke dalam kue tersebut.
Semua bagian yang berbeda dari peta itu haruslah digambar dengan ‘skala’. Ini berarti bahwa perbandingan ukuran bagian-bagian itu sama seperti keadaan sebenarnya. Kita bisa menggunakan meteran untuk mengukur lahan dan membuat skala perbandingan pada peta.
Cara menentukan “standar” juga dapat dilakukan tanpa menggunakan alat misalnya:
1. Menggunakan langkah kaki, Ukurlah tiap-tiap bagian dengan ukuran langkah yang sama.
2. Menghitung jumlah langkah untuk setiap pengukuran. 3. Membandingkan jarak pada berbagai bagian. Dinding dengan ukuran 20
langkah harus digambarkan dua kali lipat panjangnya dari yang 10 langkah. Sebuah bedeng kebun dengan ukuran 25 langkah panjangnya, harus digambarkan lima kali lipat panjangnya dari yang lima langkah.
4. Gambarkan bentuknya dan tulislah ukurannya di sebelah gambar itu.
9
Peta yang akurat akan membantu membuat desain yang lebih baik. Tunjukkan di mana bagian tanah yang datar, agak miring atau kemiringan sangat tajam. Teknik dan strategi yang berbeda akan digunakan untuk masing-masing bagian sehingga penting untuk menunjukkan perbedaan-perbedaannya. Tebing-tebing sungai, gua-gua dan bentuk- bentuk lahan yang tidak biasapun harus dicatat.
Peta-peta perlu mencakup:
• Bangunan-bangunan yang telah ada.
• Tanaman yang telah ada.
• Ternak dan kandang yang telah ada.
• Sungai, mata air alami, kolam dan aliran air.
• Jalan dan gang.
• Tanah datar, tanah yang agak miring dan tanah yang sangat miring.
• Pipa, untuk air dan listrik.
• Perbatasan dan pagar-pagar.
• Tanah atau lahan-lahan yang keramat.
• Lahan yang dinyatakan ekstrim dan bermasalah, misalnya erosi, dataran banjir, tanah berbatu.
• Bangunan yang akan dibuat.
• Rencana tanaman dan masa depan untuk kebun.
• Ternak dan kandang ternak yang akan dibuat.
• Dan jangan lupa, sebuah ‘kunci peta’ yang menggambarkan ‘tanda’ pada peta.
Setiap bagian yang ditampilkan di peta diberi huruf atau simbol. ‘Kunci peta’ merupakan bagian dari peta di mana semua huruf atau simbol diartikan. ‘Kunci peta’ berperan seperti kunci dalam kehidupan nyata; dia membuka pintu untuk memahami informasi yang ada dalam peta.
Untuk membuat peta mudah dibaca, gunakan warna yang berbeda untuk tiap- tiap bagiannya. Sebagai contoh, gunakan warna kuning untuk air, biru untuk pepohonan, hijau untuk bangunan, merah muda untuk jalan, dan lain-lain.
Warna yang berbeda juga bisa berguna untuk memisahkan antara bagian yang sudah ada dengan yang direncanakan, misalnya menggunakan hitam untuk bagian yang sudah ada dan merah untuk yang direncanakan.
Peta Kontur dan Topografi
Topografi atau bentuk permukaan tanah, seringkali merupakan bentuk yang terberi. Tetapi terkadang kita juga mendapati sebuah lanskap yang telah
10
diubah dengan kriya lahan, sehingga garis konturnya telah mengalami penyesuaian.
Topografi memiliki pengaruh signifikan dalam iklim mikro, pola irigasi dan drainase, kedalaman dan karakteristik tanah, akses dan pemandangan yang didapat dari tempat tersebut. Untuk memahami pengaruh dari topografi terhadap lahan, fitur topografis yang harus dicatat dan dipetakan adalah:
Tangkapan sinar matahari dan bayangan di lahan miring/lereng
Tebing atau bebatuan
Garis aliran drainase
Dataran kasar
Pemandangan yang bagus atau kurang
Kecuraman bukit, gradien dan akses
Kawasan yang lunak, rawan longso
Mengetahui jalan akses dari dan ke kebun
Survei kehidupan liar, biawak, kadal, musang, ular, monyet, burung-
burung, kelelawar, dll
Survei jenis dan karakteristik tanah
Survei tanaman yang telah tumbuh, jenis, intensitas, dll
Tentu saja lahan yang tidak luas lebih mudah dipetakan, sedangkan lahan yang berhektar-hektar memerlukan waktu yang lebih panjang, bisa berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Lahan yang bervariasi, dengan lereng, tebing curam, berbatu dan tebing yang rawan longsor, justru sangat menarik, terutama dalam desain lahan miring. Kemiringan dianggap sebagai sebuah aspek/orientasi dalam rancangan, baik dia menghadap Utara, Selatan, Timur maupun Barat, dan gradien (curam, landai maupun sedang). Kemudian juga kemiringan yang rawan longsor,
terutama karena misalnya pepohonan di sana telah ditebang habis.
Peta Penampang
Tambahkan peta penampang yang digunakan untuk membantu peta dua dimensi menjadi tiga dimensi. Peta penampang akan menampakkan ketinggian tanah, bedengan, ketinggian tanaman dan bangunan, juga kedalaman akar dll dapat dikaji dan dirancang.
Dengan adanya penampang kita mendapatkan sudut pandang lain dalam desain berupa ketinggian tanaman, bangunan, teralis, dll.
11
12
Analisis
Analisis Sektor
Sektor-sektor berhubungan dengan faktor-faktor alam, seperti elemen matahari dan bulan, pencahayaannya, angin antara musim dan kekuatannya, hujan, sebaran api atau potensi kebakaran, dan aliran air (termasuk potensi banjir musiman jika ada), kemiringan, jenis tanah atau lahan keramat atau bernilai historis. Semua hal ini bersumber dari “luar” sistem dan melewati sistem. Untuk itu kita perlu merancang diagram sektor berdasarkan pada kondisi nyata dari lanskap.
Pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman pengaruh faktor-faktor alam menuntun kepada perencanaan yang akan:
• Membantu memaksimalkan energi dalam sistem.
• Mengurangi kekeliruan yang dibuat, contohnya: penanaman tanaman atau pepohonan yang akan hanyut setelah hujan lebat atau banjir.
• Membuat pertanian lebih tahan dan mampu menghadapi bencana (resilience) dan kondisi ekstrim, seperti kebakaran, banjir atau erosi.
Beberapa faktor-faktor yang perlu kita perhatikan ketika membuat sketsa rencana di antaranya:
Sektor rawan kebakaran
Terpaan angin dingin dan merusak
Terpaan angin panas, bergaram atau berdebu
Pemandangan yang tidak diinginkan
Sudut pencahayaan matahari di musim hujan atau di musim kemarau
Refleksi dari kolam air
Area rawan banjir
13
Matahari
Arah (pencahayaan) matahari adalah penting. Dengan mengamati garis edarnya pada siang hari kita akan menemukan di mana daerah yang paling banyak (terik) dan paling sedikit (teduh) terkena sinar matahari. Ingat bahwa hal ini bisa berubah dari musim hujan (sudut tertinggi di langit) ke musim kemarau (sudut terendah di langit), juga faktor-faktor seperti hujan atau mendung. Perlu diingat pula perbedaan pencahayaan matahari antara pagi, siang dan sore hari. Kita dapat menghitung jumlah jam paparan sinar matahari pada lahan, dan juga dihitung intensitasnya, sesuai musim
dan ada atau tidak adanya penghalang (seperti mendung).
Kita dapat menggunakan terlebih dulu daerah yang terkena sinar matahari lebih banyak untuk menanam tanaman budidaya yang paling bernilai. Untuk pekerjaan penghijauan juga
penting untuk membentuk terlebih dahulu daerah yang paling terik. Daerah yang agak teduh lebih sesuai digunakan untuk memelihara hewan. Beberapa
jenis tanaman seperti kopi dan vanili, tumbuh lebih baik di daerah yang agak teduh.
Angin dan Pemecah Angin
Kita bisa bertanya, dari manakah angin itu biasanya datang dan seberapa kencang? Tanamlah tanaman penahan angin pada daerah yang sesuai untuk melindungi tanaman, hewan, kolam, dan lingkungan rumah. Tanamlah hanya pohon yang kuat dan tahan di daerah sangat terik, sebab angin dan matahari akan mengeringkan dan merusak banyak pohon. Angin juga bisa mengganggu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan penggunaan air.
naungan
sinar
14
Kita juga perlu mengamati dan menganalisis paparan pola gerak angin secara global, terhadap lanskap atau jenis angin yang cukup merusak, seperti angin puting beliung atau badai, pada musim-musim tertentu.
Sumber Air, Aliran Air dan Potensi Banjir
Dari manakah aliran air berasal, dan ke manakah air akan mengalir bila melalui lahan? Apakah ada sumber mata air? Apakah ada daerah yang mengalami erosi secara berkala atau berpotensi erosi? Aliran air alami dan mata air penting untuk dilindungi dengan menanam tanaman atau pohon yang dapat mencegah erosi. Pemeliharaan titik-titik pengumpulan air, parit dan saluran irigasi dapat dibangun untuk mengalirkan air.
Potensi erosi dapat diatasi dengan menggunakan sengkedan dan penanaman pohon. Ini juga mencegah potensi longsor dan erosi skala luas yang jika tidak ditindak-lanjuti akan menjadi masalah yang besar. Ingat bahwa setiap kali
terjadi erosi, lapisan tanah yang subur hilang dan peluang untuk terjadi longsor meningkat terus. Erosi juga akan menyebabkan masalah bagi sungai dan laut.
Massa air yang besar seperti lautan dan danau sangat mempengaruhi suhu daratan. Massa air sebuah kolam dapat menghangatkan dan mendinginkan wilayah sekitar kolam dengan perlahan. Air tanah juga mengubah suhu sekitar melalui penguapan. Selama penguapan, energi ditarik dari udara sekitar, dan ketika suhu menurun, kelembaban meningkat. Jadi sebuah telaga kecil, kolam atau empang secara efektif menjadi moderator suhu, terutama pada musim
kering. Kita dapat mendesain air mancur, sebagai contoh, untuk membantu penguapan dan mendinginkan lingkungan.
Pantulan cahaya dari permukaan air juga bisa dimanfaatkan dalam desain. Meskipun difusi pantulan dari permukaan air mungkin hanya rendah, dapat digunakan sebagai pemantul cahaya matahari untuk area yang memerlukan cahaya matahari tetapi terlalu teduh karena pepohonan. Beberapa rancangan malah menggunakan cermin untuk memantulkan cahaya matahari.
Adakah bagian di lahan yang mengalami banjir ketika terjadi hujan deras? Di manakah tempat yang mana selalu basah secara alami dan tempat-tempat air mengalir berlebihan? Amati darimana asal air dan lindungi tempat ini dari erosi dan longsor. Cara terbaik untuk mengurangi banjir dan mengurangi jumlah aliran air di permukaan adalah dengan sengkedan, terasering dan penghijauan untuk menyimpan sebanyak mungkin air.
Manfaatkan daerah-daerah yang basah dan becek secara alami dan rentan banjir untuk ditanami tanaman yang cocok, contohnya: tanaman padi, kangkung, genjer dan talas. Bebek, ikan, kepiting sungai dan udang air tawar dapat juga dikembangkan. Dengan cara ini, air dapat disimpan dan dimanfaatkan sehingga kelebihan air dapat diatur.
15
Potensi Kebakaran
Selain potensi banjir di musim hujan, potensi kebakaran di musim kemarau perlu kita perhatikan. Kita mesti menjawab pertanyaan dari manakah arah api biasanya berasal? Biasanya api akan bergerak paling cepat menaiki lereng, dan dari arah angin datang. Kita perlu menanam tanaman penahan api, bisa berupa dua atau tiga baris tanaman yang tahan api dalam suatu alur yang panjang dengan celah yang bersih pada kedua sisinya (seperti tembok atau pagar), yang akan membantu mengurangi atau menghentikan penyebaran api. Tanaman tahan api ini berupa pisang, pepaya, aren, kaktus, salak, dan lain-lain. Tanaman-tanaman jenis ini harus ditanam di wilayah-wilayah sumber munculnya api. Penahan api juga dapat bersifat multi-fungsi karena juga dapat menyediakan makanan, kayu dan sumberdaya lainnya.
Penahan api sangat penting untuk membantu melindungi bangunan, kandang hewan, bedeng sayuran dan tempat-tempat pertanian intensif lainnya.
Penting juga untuk melakukan dialog dengan para tetangga tentang bahaya
kebakaran dan melakukan kerjasama dengan mereka. Melakukan pertemuan masyarakat tentang bagaimana menanggulangi kebakaran dan mencari solusi alternatif terhadap kebakaran.
Karakteristik Tanah
16
Setiap daerah memiliki kekhasan tanah, seperti tanah berpasir, tanah padas berbatu, tanah lempung, dll. Apakah ada jenis tanah yang berbeda di lahan pertanian? Apakah ada perbedaan tebal humus tanah? Tempat-tempat yang berbatu, berlumpur atau banyak mengandung garam, harus diperhatikan dan diperlakukan secara berbeda. Lakukan pengujian untuk mengetahui struktur, tekstur, keasaman tanah. Secara esensial tanah dapat diperbaiki dan diubah menjadi tanah sehat. Gunakan pohon-pohon perintis yang tahan pada tanah-tanah berbatu dan terlalu bergaram, pada awal suksesi.
Tanah/Lahan Bersejarah
Pertanyaan: Apakah ada tanah-tanah yang dipercaya masyarakat berkaitan kisah sejarah tertentu, atau legenda, yang akan mempengaruhi apa yang akan dikerjakan di atas lahan itu? Berdiskusilah dengan kepala kampung dan ketua adat setempat tentang bagaimana cara memanfaatkan lahan tersebut, membebaskan lahan tersebut (misalnya melalui upacara) atau haruskah
dibiarkan begitu saja tanpa digarap.
Faktor historisitas tanah sangat penting dalam konteks budaya Nuswantara, di mana ada kaitan antara tanah yang dipijak dengan inti bumi, dan kaidah-kaidah spiritualitas yang merupakan bawaan dan menjadi budaya setempat. Setiap jengkal tanah adalah keramat dan memiliki ceritanya sendiri yang harus didalami sebelum kita meresponnya ke dalam desain. Jadi selain faktor-faktor alamiah yang permanen juga historisitas adalah bagian yang permanen tersebut.
Struktur dan Bangunan
Yang dimaksud struktur di sini adalah lingkungan dan bangunan buatan manusia, termasuk rumah, teralis, tanggul, rumah kaca, gubuk (gazebo), rumah tinggal, pagar, tembok, dll dapat mempengaruhi iklim mikro dalam skala kecil dengan mengubah kecepatan angin dan suhu udara.
Rumah kaca merupakan bangunan yang sangat bermanfaat bagi iklim mikro untuk merekayasa suhu sekitar, memudahkan pertumbuhan pelbagai jenis tanaman. Rumah kaca yang dibangun berdempetan dengan rumah tinggal dapat menambahkan suhu udara dan menghangatkan rumah. Tanggul air juga mempengaruhi iklim mikro dengan pelbagai cara.
Aspek, Orientasi, Topografi, Kemiringan/Lereng dan Keyline
Sebelum kita membuat peta, kita perlu melihat lanskap in profile, yang memperhatikan ketinggian relatif satu elemen terhadap elemen yang lain dan memutuskan peletakan elemen di dalam lanskap yang tidak datar, seperti bendungan, tangki air, sumur (di atas rumah atau air terjun); merencanakan
17
akses jalan, drainase, pengalihan aliran banjir; peletakan aliran air limbah atau unit instalasi biogas dan seterusnya.
Aspek merujuk pada bagaimana kemiringan berorientasi dalam kaitannya dengan matahari, dan mempengaruhi kondisi tempat sebagai akibat dari paparan cahaya matahari yang mereka terima. Kemiringan yang menghadap matahari (menghadap ke Timur atau ke Barat) berbeda dengan yang menghadap Utara atau Selatan, terutama jumlah paparan matahari dan intensitas cahaya matahari berdasarkan waktu (jam).
Pengaruh aspek pada tanaman menentukan kumpulan tanaman pada kemiringan. Penggunaan aspek pada kemiringan, terutama dengan pencahayaan matahari yang baik adalah pengaruhya terhadap kemasakan buah, menghangatkan rumah, dan seleksi tanaman “marginal”, terutama untuk iklim subtropis yang menanam tanaman-tanaman tropis.
Aspek menentukan orientasi, misalnya rumah di mana sebaiknya menghadap. Rumah yang menghadap ke Timur untuk menangkap energi matahari pagi
sangatlah baik.
Topografi juga akan menunjukkan beberapa kontur yang sering disebut keyline. Garis kunci ini merupakan pusat kesuburan, sering pula disebut Balong. Dengan mengetahui garis kunci ini kita dapat menentukan titik kesuburan atau titik kunci (keypoint) sebagai pusat interaksi desain.
Iklim Mikro
Menganalisis iklim mikro merupakan latihan yang menarik. Kita dapat mengamati berbagai ragam iklim-iklim mikro terbentuk, lihatlah area-area yang berbeda pada lahan, dan cobalah tutup mata kita. Gunakan semua indera dan perasaan. Kulit dan peraba digunakan untuk merasakan perubahan suhu dan gerak udara. Rasakan tanah di bawah kaki, kelembabannya, teksturnya, mulsa dan suhu permukaan tanah. Coba amati, dengan berjingkat, jongkok atau berdiri. Tanaman bisa lebih pendek daripada kita. Informasi yang didapatkan akan berguna bagaimana caranya memanfaatkan area tersebut dan bagaimana meningkatkan atau memodifikasi area tersebut jika diperlukan. Pemandangan
Setiap kebun dan hutan menawarkan panorama. Beberapa lanskap memberikan panorama yang indah, misalnya di lereng yang menghadap horison atau lembah, yang menjadi elemen fungsional yang dapat diletakkan dalam desain. Namun pemandangan juga bisa berupa akibat dari desain, artinya kita merancang untuk dapat memanen panorama. Pemandangan yang kurang nyaman seperti garasi yang berantakan, atau penempatan yang keliru sehingga misalnya pantulan sinar matahari yang menyilaukan, sehingga muncul kesan sebagai sektor yang jelek, haruslah diantisipasi, misalnya harus ditutupi dengan kelambu atau tanaman atau bangunan lain. Pertimbangan
18
estetik dari pemandangan di dalam desain perlu menjadi pertimbangan penting. McKenzie menempatkan keindahan ini sebagai bagian dari prinsip permakultur.
Binatang Liar
Setiap kebun sangat mungkin didatangi oleh binatang liar, termasuk binatang buas, misalnya saja biawak, musang, ular, gerombolan monyet, babi hutan, gajah, burung atau mungkin harimau. Kehidupan liar dapat diterima atau tidak diinginkan oleh bangunan maupun tanaman. Beberapa jenis tanaman ditempatkan untuk mengurangi akses binatang liar yang tidak diinginkan, seperti Serai (Lemongrass) yang dapat menghalangi akses jalan ular. Hilangnya habitat hutan juga dapat menjadi menyebab serbuan binatang liar, terutama pada musim-musim tertentu, misalnya saja gerombolan monyet.
Dengan analisis sektor sebagaimana dibahas di atas, bagian-bagian dari desain dapat berinteraksi dengan tiga cara.
(1) memagari atau menghalangi saluran-saluran masuk sektor, misalnya dengan pemecah angin atau pohon peneduh;
(2) membangun saluran atau mengumpulkan energi untuk digunakan, misalnya generator angin atau rumah kaca;
(3) membuka sektor untuk digunakan sebanyak mungkin energi atau
pemandangan dengan menghilangkan apapun yang menghalangi sektor, termasuk tanaman, pagar, atau berbagai hal yang dianggap menjadi pencegah.
Analisis SWOC
SWOC merupakan tools yang dapat digunakan untuk mengkonsolidasi dan mempermudah pendalaman analisis sehingga informasi yang diperoleh pada langkah-langkah observasi dan survei serta analisis disajikan dengan “teratur” dan mudah dimengerti serta dipahami.
SWOC secara esensial sama dengan SWOT yang biasa digunakan oleh bisnis. Kedua komponen awal – Strengths atau Kekuatan dan Weaknesses atau Kelemahan - yang merupakan analisis internal, merupakan karakteristik dari desain yang diinginkan (misalnya kebun hutan, kebun mandala, dll), sedangkan komponen berikutnya – Opportunities atau Kesempatan dan Challenges atau Tantangan berkaitan dengan harapan dan kekhawatiran dari luar yang dapat berpengaruh.
19
Pertanyaan Kunci dalam Analisis SWOC
Kekuatan
Apa keunggulan dari tempat dan desain?
Kelemahan
Apa kekurangan dari tempat dan desain?
Kesempatan
Apa hasil dan manfaat apabila desain diterapkan?
Mengapa kita melakukan ini?
Tantangan
Apa kewajiban, kesulitan dan ancaman yang bisa muncul jika kita memutuskan
melakukan ini?
Analisis Elemen atau Analisis Input-Output
Bagaimana semua elemen itu bisa bekerja-sama dan bekerja bersama? Sebuah tabel sederhana ‘Kebutuhan, Hasil Produk dan Perilaku serta Karakteristik
Intrinsik’ merupakan cara yang sangat mudah dan sangat penting untuk memahami: “Apa yang kita butuhkan untuk suatu elemen? Produk apa yang bisa diberikan suatu elemen? Apa karakteristik dan perilaku elemen?”
Sebagai contoh, jika Anda memelihara ayam, maka kita dapat menganalisis elemen-elemen ayam sehingga kita memperoleh banyak manfaat, bukan sekedar daging.
Analisis Elemen sering disebut pula sebagai Analisis Input-Output. Istilah analisis input-output terkesan hanya membahas mengenai kebutuhan dan hasil dari satu obyek elemen. Selain obyek, analisis elemen juga menganalisis kegiatan dari obyek, seperti kebiasaan dan perilaku, juga karakter bawaan lainnya. Pada akhirnya analisis obyek ini semestinya membahas aktivitas atau
20
kegiatan apa saja dari obyek elemen sehingga memerlukan input dan menghasilkan output, beserta kebiasaan-kebiasaan, perilaku-perikaku dan karakter-karakter yang ada.
Dengan demikian, dalam analisis, kita bisa mengembangkan tabel ‘Kebutuhan, Produk dan Perilaku serta Karakteristik Intrinsik’ untuk menghubungkan berbagai elemen dalam sistem itu dan mengurangi jumlah pengeluaran.
Misalnya, pakan ayam dapat berasal dari:
• Sisa makanan rumah setelah kita memasak (produk dari kebun melalui rumah).
• Gulma (produk dari kebun).
• Pemangkasan dari pepohonan (produk dari kebun).
• Makanan yang sudah basi (produk dari kebun melalui rumah).
• Tanaman yang terserang penyakit (produk dari kebun, memberikannya kepada ayam akan menghentikan penyebaran penyakit).
• Serangga dan kutu (produk dari bangunan lahan pekarangan ayam).
Produk dari ayam dan perilaku ayam kemudian dapat memenuhi kebutuhan dalam sistem-sistem lain, misalnya:
• Telur, daging, uang (jika dijual).
• Bulu (kerajinan, bahan-bahan tempat tidur).
• Kotoran ayam (diperlukan untuk pupuk kandang untuk kebun).
• Kerja (diperlukan sebagai pengendali gulma dan ‘traktor ayam’).
Dalam analisis elemen; setiap tanaman, bangunan, atau elemen-elemen lainnya yang ada di dalam sebuah desain, idealnya kebutuhannya dipenuhi oleh elemen lain, dan memberikan hasil faedah yang juga digunakan bagi elemen lainnya.
Salah satu manfaat dari analisis elemen ini adalah bahwa beberapa koneksi inheren saling memberi manfaat tercipta. Sebagai contoh, mengetahui bahwa tetangga memiliki pohon nangka bisa berarti anda perlu menanam sendiri dengan varietas berbeda, atau sama untuk diri sendiri, yang akan membantu kita dalam proses penyerbukan silang. Dan mungkin pula anda tidak perlu menanam sendiri. Tetapi menanam buah lain di mana anda bisa berbagi panen anda demikian pula tetangga kita, sehingga tercipta koneksi sosial juga! Sekali suatu analisis elemen ini dibuat, kita akan membaca keterkaitan penting yang menjadi celah di mana kita dapat mendesainnya. Jika anda memiliki sebuah kolam, tetapi tidak memiliki sumber air, mungkin anda dapat merancang tangkapan air hujan. Teknik akan memberitahu anda celah elemen dan akan ditempatkan di mana di dalam desain.
21
Lembaran PASTE (Plants, Animal, Structure, Tools, Events) atau TABIB AKI (Tanaman, Binatang, Bangunan, Alat dan Kegiatan) Lembaran PASTE adalah mendaftar elemen desain. Kita dapat melakukan daftar PASTE dahulu sebelum melakukan analisis, dan bisa pula sebaliknya. Setidaknya PASTE merupakan tools yang membantu kita dalam mendata semua elemen-elemen yang ada di dalam desain. Berikut ini adalah contoh PASTE
Tabel PASTE (Plants, Animals, Structures, Tools, Events)
Plants Tanaman
Animals Ternak
Structures Bangunan
Tools Peralatan
Events Kegiatan
Perenial
(mangga, rambutan, dll)
Annual
Berbagai
jenis sayuran umur pendek
Ayam
Bebek - Itik
Kelinci
Lebah
Kambing
Biogas
Rumah
kaca
Kandang
ayam
Gudang
Lumbung
Traktor
Cangkul
Kelas
Berkebun
Terapi
Berkebun
Pelatihan
kompos
Desain
Metode Desain Cradle to Cradle
Desain Cradle to Cradle kadang disebut sebagai regenerative design pula. Metodologi desain ini mirip permakultur dengan menggunakan pendekatan biomimetic dalam desain produk dan sistem. Aplikasi metodologi ini bisa dilakukan di dunia industri yang berkesadaran hingga tata kota dan lingkungan. Permodelannya adalah bagaimana desain (industri manufaktur, perkotaan dan wilayah, produk dan jasa memperkaya ekosistem dan metabolisme biologis bumi. Ringkasnya, ini merupakan pendekatan dan kerangka kerja holistik yang efisien dan bebas sampah. Metode desain ini dikembangkan oleh William McDonough dan Michael Braungart berdasarkan pendekatan Walter R. Stahel pada tahun 1970an. Model ini telah dikembangkan lebih lanjut sebagai “pengembangan siklus hidup” pada tahun 1990an. Dan saat ini mereka telah mengembangkan metodenya menjadi Upcycle dan memiliki badan sertifikasi standar yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks.
Berikut ini bagan metodologinya
22
Metodologi ini memiliki lima kriteria seperti prinsip permakultur di antaranya:
1. Semua energi yang digunakan dalam sistem bersifat terbarui. Misalnya penggunaan panel surya dengan bahan panel yang berusia panjang. Berarti sistem juga menyediakan konservasi energi.
2. Penjagaan air, di mana semua output air yang telah digunakan atau belum digunakan dalam kondisi bersih dan aman. Berarti di dalam desain harus ada konservasi air.
3. Tanggung jawab sosial ditunjukkan dengan adanya perbaikan kondisi masyarakat sekitar baik perubahan perilaku maupun peningkatan derajat masyarakat.
4. Penggunaan ulang bahan baik melalui daur ulang maupun dekomposisi (upcycle bukan downcycle), misalnya bahan yang dapat dikompos.
5. Bahan bersifat toyib dalam arti aman, tidak berbahaya, menyehatkan manusia dan lingkungan sekitar.
Metodologi ini dapat memperkaya desain sistem regeneratif.
Perencanaan Zona
Perencanaan zona berarti meletakkan elemen pada lokasi yang tepat. Meletakkan elemen pada lokasi yang tepat dalam pengertian memberikan manfaat bagi elemen lain, menjalin koneksi dengan elemen lain, dan diukur
23
berdasarkan seberapa banyak saling memberikan fungsi dan manfaat terhadap elemen lain atau seberapa sering kita memerlukan manfaat dari elemen tersebut. Area-area yang didatangi setiap hari (seperti rumah kaca pembibitan, kandang ayam, kebun bumbu dan sayur pekarangan) diletakkan di lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal. Sedangkan tempat yang jarang didatangi, atau setidaknya tidak setiap hari didatangi (area penggembalaan ternak, kebun buah-buahan, pohon-pohon kayu) diletakkan jauh dari tempat tinggal.
Untuk meletakkan elemen ke dalam zona, mulailah dari pusat kegiatan, biasanya adalah rumah tempat tinggal, meskipun bisa juga berupa rumah lumbung, rumah pembibitan, atau dalam skala besar, daerah pemukiman atau desa (Zona 0 majemuk).
Zonasi ditentukan oleh (1) jumlah waktu (durasi) yang anda perlukan untuk mengunjungi elemen tersebut (tanaman, ternak, bangunan) untuk dipelihara atau dipanen; dan (2) jumlah waktu yang diperlukan elemen tersebut supaya didatangi (jarak). Misalnya: dalam hitungan tahunan, mungkin kita dapat
mendatangi kandang ayam untuk:
Memberi makan 360 kali
Mengambil telur 350 kali
Mengambil kotoran ayam 20 kali
Memotong ayam 5 kali
Lain-lain 20 kali
Dengan total kunjungan yang ada setiap tahun (sebagaimana disebutkan di atas); bandingkan dengan keperluan anda mengunjungi pohon durian dua kali setahun untuk memanen durian jatuh pada musimnya. Semakin sering kita mengunjungi elemen tersebut sebaiknya elemen tersebut diletakkan semakin dekat dengan lokasi keseharian kita. Komponen tersebut memerlukan perhatian dan pemantauan berkala, kunjungan rutin, input kerja dan bahkan manajemen teknis yang kompleks sehingga sudah sewajarnya elemen tersebut diletakkan berdekatan dengan pusat kegiatan kita sehingga meringankan beban tugas dan tidak banyak membuang waktu kita, serta lebih efisien energi.
Zona juga bisa digunakan sebagai sarana untuk memperbanyak dan memperluas tepian, sehingga batasan zona bisa menjadi tempat-tempat produktif. Dan zona dapat digunakan untuk membuat tema desain. Tema seperti kebun rumah berbeda dengan tema hutan kebun, sehingga dapat diletakkan di zona berbeda. Tema ternak gembalaan berbeda dengan tema pengolahan energi biogas, dan seterusnya.
24
Perhatikan tabel berikut ini sebagai ilustrasi perancangan zona:
Faktor
atau
Strategi
Zona I Zona II Zona III Zona IV Zona V
Paling
intensif dan
sering
dimanfaatkan
. Zona
pekarangan
Semi intensif.
Zona
produktif
domestik
Metode
ekstensif &
kurang
intensif.
Zona kebun
(tegal)
Perawatan
minimal,
Zona
gembala
Tidak
dikelola.
Zona hutan
(alas)
Fungsi:
Desain
utama
untuk
Mikro Iklim
rumah,
pekarangan
(home garden)
kebun
bumbu,
kebutuhan
sehari-hari,
ruang sosial,
pembibitan
Produksi
pangan
keluarga
besar, ternak
kecil, hutan
pangan,
pohon buah-
buahan, hasil
panen yang
dapat dijual,
pembibitan,
burung-
burung,
habitat
serangga
Pohon-
pohon,
penggembala
an ternak,
Tanaman
tahunan
(perenial),
musiman
atau bulanan
(annual) yang
bisa dijual,
kayu bakar,
padang
rumput
Mengumpulk
an makanan,
padang
rumput, area
merumput,
penggembala
an ternak
besar,
tanaman
hutan,
berburu
Sumber
plasma
nutfah,
sumber
inspirasi,
ruang nyepi
& meditasi,
kayu bakar,
Bangunan
dan
Struktur
Rumah,
pembibitan,
rumah kaca,
gudang
campuran,
peralatan,
pot, dll, teras,
gudang kayu
bakar,
warung,
rumah tamu
(paviliun)
Rumah kaca,
lumbung,
kandang
ayam petelur,
gudang
peralatan,
warung,
gudang kayu
bakar, area
pengomposa
n, traktor
ayam
Gudang
makanan
ternak,
Penampunga
n lapangan,
lumbung
Pohon
sebagai
deposit kayu
dan tanaman
pagar dan
juga sebagai
ramban
pakan ternak
Area
pemasangan
tenda
Penempat
an
tanaman
Lapisan
mulsa utuh,
sayuran,
temu2an,
bumbu, jamu,
pohon kerdil,
perdu,
rerumputan,
mikroiklim
kecil
Pembuatan
mulsa kasar,
pohon
pelindung,
Buah-buahan
kecil & besar,
kacang2an,
pemecah
angin, sabuk
pelindung
(dari angin/
kebakaran),
tanaman
multifungsi
Pengkondisia
n tanah dan
mulsa hijau,
tanaman
musiman &
tahunan,
pohon legum,
padi,
sorghum,
jewawut,
umbi2an,
pohon buah
besar,
tanaman
ramban,
rumput gajah,
dll
Pengkondisia
n tanah,
pohon kayu,
pohon
natif/asli,
padang
rumput
Jejamuran,
pohon-pohon
liar, hutan
25
Teknik
Garapan &
panen
Sering
didangir dan
dimulsa,
Penanaman
rapat,
Bedengan
tinggi, sekilan
& biointensif,
pagar,
dinding,
rambatan,
estetika &
persemaian
Dirawat
seminggu
sekali,
Tanaman
penutup
tanah (cover
crop), Mulsa
kasar,
piramida dan
dinding pagar
pembatas,
pemangkasan
musiman
Tanaman
peneduh,
tidak atau
jarang
dipangkas,
pagar alami
yang bisa
dipindah2,
pemangkasan
untuk pakan
ternak
Sumber bibit,
varietas
langka dan
terseleksi
Tidak
dikelola dan
alamiah
Pemilihan
pohon dan
tanaman
Tanaman
kerdil
pilihan,
perdu
Varietas
rimbunan
Bibit pilihan
untuk
rimbunan
berikutnya
Varietas
langka dan
khusus, atau
dikelola
dengan
rambahan
Sumber bibit
unggul
Sumber
air
Kolam air
hujan, sumur
bor, sumur,
retikulasi,
penampunga
n air hujan
Sendang
(kolam mata
air), balong,
kendali
kebakaran,
sumur,
kolam.
Tangkapan
air hujan
besar, air
limbah,
irigasi,
galengan,
sengkedan
Penyimpanan
air tanah,
bendungan
sungai,
galengan,
sengkedan,
irigasi
Bendungan,
sungai,
pompa,
tenaga angin,
sumurbor,
sungai irigasi
Danau, air
tanah, dll
Hewan/
Ternak
Kelinci,
marmut,
ayam, hewan
rumah
(kucing, dll)
Cacing,
ayam, bebek,
marmut,
ikan, ayam
petelur, dll
Kambing,
sapi, kerbau,
kuda, biri-
biri, bebek,
kalkun, dll
Sapi yang
dilepas tanpa
kandang
Binatang liar
Tabel: Beberapa faktor yang berubah bersamaan dengan perubahan zona di dalam perencanaan zona seiring semakin jauhnya jarak
Zona 0 adalah pusat semua kegiatan (rumah, pemukiman/desa, lumbung, gudang). Zona 0 adalah diri, yang juga sedang memperbaiki diri dan berproses menyatu dengan alam. Rumah yang dirancang secara ekologis dan selaras alam.
Zona I adalah yang berdekatan dengan rumah. Zona yang paling intensif digunakan, dikelola, dikunjungi dan dikontrol. Zona ini meliputi kebun pekarangan (pagar atau karang), seperti kebun bumbu (herbal) di belakang dapur, kebun sayuran di bedengan permanen sebelah rumah, rumah pembibitan, pagar hidup dan tanaman pagar (teh-tehan yang juga bisa menjadi
26
pembatas zona), garasi dan gudang (minyak, kayu, dll), bengkel kerja, ternak kecil (ayam, kelinci), bak pengomposan, timbunan mulsa, area pengeringan padi, tempat menjemur hasil panen, dll. Tidak ada ternak besar di Zona I, dan mungkin hanya sedikit pohon besar (misalnya untuk keperluan naungan). Pohon kecil yang sering dikunjungi dan esensial bagi rumah dapat ditempatkan di zona ini, misalnya pohon jeruk lemon, pohon daun salam atau kare yang selalu dipangkas, pohon turi atau petai cina, dll.
Zona II masih merupakan zona yang intensif dikelola, meskipun tidak seintensif Zona I, dengan tanaman yang lebih padat (perdu besar, pohon buah musiman, buah merambat, pohon pemecah angin, bambu, kelapa, dll). Juga pertanian produktif seperti sawah padi (zona bulak), kebun ladang (kebon atau tegal). Struktur seperti teras, teralis besi rambatan kecipir dan kolam dapat digunakan sebagai pembatas zona dan menambah tepian. Banyak pohon besar, pohon tahunan (perennial), dengan lapisan daun yang kompleks sumber mulsa, dengan tumbuhan bawah tanah (umbi-umbian), tanaman merambat, juga buah-buahan musiman (mangga, rambutan, sukun, kedondong, belimbing,
durian, sirsak, kelengkeng, matoa, jambu, srikaya, duku, dll) atau tanaman buah sepanjang musim (nangka, pepaya, pisang, kelapa, dll). Tanaman dan ternak (seperti ayam) yang memerlukan perhatian dapat ditempatkan di zona ini, dan air cukup tersedia (ada saluran irigasi atau pipa air). Ternak yang memproduksi telur (seperti kolam untuk bebek atau kandang ayam) dapat ditempat di zona ini. Kelinci, lebah dapat juga dirancang di zona ini. Zona ini juga bisa ditempatkan tempat pembuatan kompos untuk memudahkan akses, baik suplai, pembuatan dan pengangkutan. Kandang ternak seperti kambing
dan sapi dapat ditempatkan di zona ini, terutama yang diambil susunya, tapi tidak untuk area penggembalaannya.
Zona III meliputi pohon-pohon buah yang tidak pernah dipangkas dan tidak pernah dimulsa, padang rumput luas untuk penggembalaan sapi dan kambing, dan pohon ramban bagi kambing, kubangan lumpur bagi kerbau, pohon-pohon kayu, bambu, kelapa, palem, aren, dll. Jangan menempatkan kelapa di dekat rumah. Air hanya tersedia untuk beberapa pepohonan, meski demikian ada aliran air untuk minuman ternak. Ternak di zona ini di antaranya sapi, kerbau, kambing, beberapa jenis burung yang diternak, seperti ayam alas, puyuh dan dara. Tanaman pemecah angin, semak belukar yang bisa diramban, pohon kayu, pohon tinggi (trembesi, pohon asam) atau untuk makanan ternak (lamtoro, kelor, turi, waru, dadap, kantil, kamboja, nangka), juga bambu dan kelapa.
Zona IV adalah hutan (alas) yaitu zona semi terkelola dan semi liar, digunakan untuk mengumpulkan makanan, mengumpulkan benih dan bibit, makanan keras, pohon yang tidak perlu dipangkas, pohon kayu dan kehidupan liaran serta berada dalam tata kelola hutan, termasuk hutan lindung. Kayu merupakan salah satu produk yang dihasilkan dengan penebangan yang bijaksana. Dan produk-produk nonkayu, seperti getah karet atau pinus, dan
27
tanaman lain (dan termasuk binatang liar) dimungkinkan didapatkan dari zona ini.
Zona V merupakan zona hutan alam (natural forest) atau hutan lindung yang sama sekali liar, tidak terkelola, alamiah, ataupun dikelola dengan pendekatan sistem hutan liar alami. Pada titik inilah batas desain kita. Di Zona V, kita hanya mengamati (iqro’ atau tadabbur dan observation) dan belajar. Hutan hujan (rainforest) di negara-negara tropis, seperti di Nuswantara, merupakan tempat belajar terbaik, tempat esensial untuk mengamati dan mempelajari karya alamiah. Di sini kita hanyalah “pengunjung” dan bukan “pengelola”.
Zona merupakan cara yang mudah dan cukup memberikan gambaran tata kelola lanskap dengan pertimbangan jarak tempuh dan intensitas pemeliharaan; namun demikian dalam prakteknya, batas tepian zona akan kabur antara zona satu dengan yang lainnya. Bentuk permukaan tanah dan akses ke lokasi bisa menjadi batasan zona. Batasan zona bisa saja dinamis
apabila terjadi perubahan desain. Terkadang area yang kurang sering digunakan (seperti Zona V) bisa berada berdekatan dengan zona yang sangat sering digunakan (seperti Zona I); sebagai contoh sebuah hutan yang bertebing yang persis berada di belakang rumah.
Faktanya kita dapat membawa pembatas Zona V persis di depan pintu belakang sebagai koridor ke kehidupan liar, burung-burung, dan alam terbuka. Kita bisa juga memperluas Zona I bersamaan dengan jalan setapak yang sering dilewati dan digunakan (jalan tembus melingkar yang membawa
kita dari rumah ke lumbung, melewati kandang ayam, ke kebun, berdekatan dengan gudang kayu dan kembali ke rumah).
Lihat gambar contoh
28
Pola zonasi bisa saja berubah apabila kita bekerja dengan dua atau lebih pusat aktivitas, katakanlah antara rumah dengan rumah paviliun, atau antara rumah dengan lumbung, atau, dalam skala besar, antara gedung pendopo (community center) di sebuah desa. Dalam kasus ini kita harus bekerja hati-hati dalam menghubungkan antara pelbagai pusat, yang memuat di antaranya jalan akses, air, dan suplai energi, selokan, dan pagar penghubung. David Holmgren menyebutnya sebagai “analisis jejaring kerja”, di mana kita merencanakan dengan lebih kompleks lanskap yang ada dan membuat kesalingterkaitan antara jalan, pipa-pipa saluran air, saluran selokan, kabel-kabel listrik, kabel komunikasi, pemecah angin dan seterusnya untuk memberikan manfaat lebih dari satu pusat atau Zona 0. Jadi zona 0 tidak melulu satu, kita bisa merancang zona 0 majemuk, sehingga kita juga bisa mendapatkan lebih banyak zona 1.
29
30
31
32
Zonasi membantu kita meletakkan bagian-bagian desain dan elemen-elemen dalam kebermanfaatan dengan yang lain dan bagi dirinya (bagian atau elemen tersebut) pula. Desain elemen perlu dirangkai dengan rangkaian yang tepat dengan dua faktor: kekuatan (sektor) yang datang dari luar, seperti matahari, angin dan air, dan dari dalam (elemen). Sekali lagi, permakultur memberikan sebuah perangkat yang berdayaguna-kerja dengan meletakkan setiap bagian dengan sektor yang spesifik. Sebagai contoh, angin yang melewati suatu tempat biasanya berasal dari arah tertentu (arah angin dan kecepatannya biasanya berkaitan dengan musim). Dengan pengamatan ini, elemen yang dapat memberikan manfaat bagi elemen di sebelahnya dengan memperhatikan faktor angin tersebut sebagai sektor yang mempengaruhi dan
33
memanfaatkanya atau menolaknya atau membiarkannya berlalu sehingga mempengaruhi desain.
Rangkaian Acak Elemen-elemen Kegiatan ini sekaligus sebagai kesimpulan dari perencanaan zona dan sektor, yaitu bagaimana mengorganisasi elemen-elemen dalam desain dengan memperhatikan seberapa sering mereka digunakan dan memerlukan perhatian, bagaimana sektor-sektor mendukung secara maksimal elemen-elemen agar berinteraksi dan membentuk rangkaian manfaat. Menggunakan analisis zona dan sektor bersamaan, kita akan dapat membuat koneksi-koneksi terbaik di dalam desain.
Sekali kita mengetahui tanaman apa dan atau bangunan apa yang kita perlukan dalam desain, kita dapat menggunakan metode zona-dan-sektor untuk mengorganisasikan mereka. Menggunakan peta dasar dan kemudian membuat sketsa gagasan ke atas kertas (atau media lain), kita dapat merangkai
bagian-bagian dari desain untuk membangun koneksitas erat antara satu dengan yang lain dalam zona dan sektor masing-masing.
Ada teknik dari desain koneksi yaitu yang disebut teknik perangkaian acak (random assembly) untuk memecah “kekakuan” dan membangitkan kreativitas. Berikut ini sebagai contoh daftar elemen desain untuk latihan:
• pohon buah
• tanaman pagar
• teralis
• rumah kaca
• kolam
• tempat pengomposan
Daftar bisa kita tambahkan sampai semua elemen utama masuk di dalam daftar. Kemudian daftar yang ada diperbanyak tiga kali (3x) setiap elemen (bisa membuat tiga kolom dengan isi daftar yang sama, atau di lembaran2 kertas kecil) dan menyiapkan kolom berikutnya dengan daftar kata yang membangun atau menunjukkan koneksi. Berikut ini kata-kata penghubung yang digunakan sebagai koneksi:
• di sekitar
• di dalam
• menghadap
• antara
• di samping
• ke dalam
• sebelum
• berubah menjadi
• jauh dari
• melintasi
• bergantung pada
• menempel di
• pada
• menyeberangi
• di bawah
• daripada
• dekat
• tersebar
34
• sesudah
• dan
• di seluruh
• sebelah utara (atau selatan, timur, barat) dari
Buatlah dua salinan (2x) dari daftar kata hubung ini, dengan kata-kata setiap daftar dirangkai dalam satu kolom. Kemudian potong lima kolom tersebut (tiga kolom daftar elemen, dua kolom kata hubung) kemudian letakkan dalam barisan satu sama lain, bergantian antara elemen dengan kata hubung. Kemudian putar daftar tersebut dan baca secara horisontal untuk mencari inspirasi peletakan elemen-elemen, misalnya:
“Rambatan markisa melintasi rumah kaca di atas kolam, tempat pengomposan dekat gudang alat di belakang tanaman pagar.”
Strategi ini membuat kita berpikir dalam kerangka koneksi antara elemen-elemen desain. Kadang, penempatan terasa tidak masuk akal:
“Kolam digantungkan pada ayam antara tanaman pagar.”
Tetapi seringkali kombinasi terjadi yang akan mengguncang kreativitas, mendorong kita untuk berpikir ke arah yang berbeda. Terkadang dengan mengkontemplasikan sebuah kombinasi yang menggelikan atau aneh, memikirkan mengenai kemungkinan apa yang akan terjadi jika diterapkan, kita bisa saja mendapatkan solusi baru terhadap masalah desain. Sistem memberikan kesempatan pada kita untuk menahan penilaian dan membebaskan kita untuk mencoba berinovasi.
Untuk menyimpulkan metode ini: Analisis elemen membantu merangkai elemen-elemen desain ke dalam relasi yang saling memberi manfaat satu dengan yang lain, dengan menggunakan zona dan sektor. Zona membantu kita menempatkan elemen-elemen tersebut di tempat terbaik manfaatnya bagi manusia. Dan analisis sektor menempatkan bagian-bagian desain untuk dapat menggunakan energi atau menahan energi di lokasi terbaik. Dan rangkaian acak (random assembly) akan membantu kita mendorong kreativitas dan membongkar batas kemampuan kita serta koneksi yang tidak terduga, yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.
Perencanaan Aksi
Sekarang saatnya kita membuat rencana aksi. Sketsalah beberapa bedengan, pohon, tanaman, dinding, teras, dek dan pagar, juga elemen-elemen lain yang akan ada dalam desain. Awalnya jangan terlalu detail, hanya gambaran kasar seperti lingkaran atau gambar rangka sebagai garis besar dari komponen-komponen utama, menunjukkan tempat dan keterkaitannya (sering disebut sebagai diagram balon [bubble diagram]). Perbaikilah koneksi-koneksi di antara komponen-komponen. Kemudian buatlah sketsa akses dan rute (jalan setapak, jalan batu atau jalan besar) ke dalam elemen-elemen yang memerlukan akses dan jalan. Cobalah meminimalkan jumlah jalanan akses. Hal ini berarti
35
mencoba merangkai ulang komponen-komponen—mencoba untuk menjaga dan melindungi relasi-relasi antar elemen— sampai jalanan menjadi elemen efektif dan bukan hanya mengambil tempat, dengan pemanfaatan ruang yang minimal. Langkah ini sedikit rumit, tetapi perhatian yang diberikan di sini akan bermanfaat dalam jangka panjang, mengurangi kerja kita dan membuat layout menjadi lebih harmonis. Sangat baik untuk selalu mengingat dan meninjau kembali gagasan yang telah dituangkan sebagai “visi”, agar langkah yang kita tempuh tetap berada pada gambaran besar yang kita imajinasikan. Senantiasa mengevaluasi terus menerus dengan memberikan pertimbangan pada pengamatan dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sekali sebuah layout diperbaiki dalam sketsa kasar, desainer dengan kecakapan dan waktu dapat membantu untuk membuat gambar yang lebih formal dan rencana yang lebih terbaca. Apakah gambar desain memiliki kualitas laiknya profesional ataupun tidak itu tergantung pada kemampuan pembuat gambar. Seringkali sebuah sketsa sederhana, asalkan jelas, mencakup jarak, skala, dan memiliki penjelasan terperinci sehingga dapat diimplementasikan menjadi
cukup. Sebuah dokumentasi mendetil dari desain sangatlah penting. Jangan menggantungkan hanya pada ingatan tanpa tulisan. Kita akan kesulitan sendiri dan kebingungan bila gambarannya tidak sesuai kenyataan dan kemudian lalai atau lupa ketika pohon tertentu akan diletakkan di mana, dan akan sangat mahal apabila sudah ditanam di tempat yang tidak seharusnya. Tanpa peta dan catatan, hal demikian sangat mungkin terjadi.
Tahap ini merupakan tahap terbaik untuk menggunakan skema warna dan beberapa cara yang estetik dan indah. Meskipun proses desain yang
digambarkan di sini memuat prioritas pada kesadaran ekologis, sekali tanaman, bangunan, atau elemen desain lainnya di tempat yang tepat dengan relasi yang baik, kita akan dapat menyeleksi varietas yang daun dan warnanya selaras.
Peta Overlay Hamparkan kertas kalkir atau kertas transparan di atas peta dasar yang dibuat dan analisis sektor (yang telah memberikan informasi mengenai tanah, iklim mikro dll). Kita akan memulai langkah membuat gambar plot-plot pada peta. Peta topografis, kadastral dan aerial akan sangat bermanfaat terutama bila kita memiliki area yang lumayan luas. Peta topografis, sekilas, memberikan pilihan-pilihan lain yang tidak dapat dilihat hanya dari peta dua dimensi atau dilihat langsung pada lahan. Kondisi-kondisi dan detail lain bisa saja berubah karena salah satunya sebagai pengaruh dari luar, misalnya adalah polusi. Garis-garis kontur juga membantu kita melihat perbedaan ketinggian permukaan tanah. Perencanaan berkaitan dengan menaikkan atau meratakan lahan haruslah dilakukan dengan hati-hati, mempertimbangkan kajian kemiringan dan aspek di mana udara bergerak dan mengalir, yang juga mempengaruhi aliran energi.
36
Jadwal Buatlah rencana ke dalam urutan kerangka kerja logis dan beberapa rencana aksi. Letakkan rencana aksi ke dalam jadwal kerja. Ingatlah untuk memperhatikan musim, anggaran, tenaga kerja, pertumbuhan dan usia tanaman, dll. Sebuah rencana aksi dan rencana jangka pendek yang terinci yang digabungkan menjadi sebuah kerangka kerja jangka panjang.
Anggaran Biaya Kita juga mesti membuat rancangan biaya yang bisa terjadi, dan memperhatikan sumber daya keuangan yang ada saat ini, termasuk keuangan mitra kerja atau klien. Kita membuat estimasi dan meletakkan dalam tabel anggaran dan juga merancang bagaimana kita dapat mendapatkan input jika ternyata anggaran diperkirakan defisit, atau memiliki rencana untuk mensubstitusi sumber daya uang. Mari kita bekerja dengan kemampuan keuangan yang ada. Rencana aksi harus memuat siapa melakukan apa, kapan dan bagaimana, serta ukuran keberhasilannya. Jangan lupa pendanaan merupakan hal penting yang harus aman.
37
Contoh Rencana Aksi
Kegiatan Pen.
Jawab
Jadwal Anggaran Indikator
Capaian
Tindak Lanjut
Kriya lahan
Plot A
Marto Dari
tanggal
Sumber
luar
Apakah
mencapai yang
diharapkan
Apa yang akan
dilakukan
selanjutnya
Penanaman
perenial Plot A
Zona 1
Koord
Relawa
n
Sampai
tanggal
Sumber
aman
Apakah tidak
mencapai
Antisipasi
Persemaian Koord
Kebun
Sedang
mencari
Dst... Dll Dst.
Langkah berikutnya merupakan sebuah siklus pasca desain, yaitu mulai dari Implementasi hingga Re-Implementasi. Tahap-tahap ini disebut TREVO, Penerapan – Perawatan – Evaluasi dan – Oprek/Tweak.
Penerapan atau Implementasi
Menerapkan sebuah desain merupakan tindakan krusial – dan memerlukan perencanaan tersendiri, semacam rencana aksi, tahap-tahap dan jadwal kerja. Sebuah jadwal kerja yang tertata rapi, menggunakan rencana penanaman yang jelas dapat dicapai dan membantu para pekerja mendapatkan kecakapan baru. Sebuah perencanaan dan jadwal kerja yang kurang rapi akan menjadikan para
38
relawan pergi meninggalkan tempat tersebut dan memerlukan kerja tambahan untuk membersihkan dan kadang mengulangi proses, sehingga pencapaian tujuan lebih lambat berjalan. Dalam hal permakultur, karena kita bekerja dengan tanaman dan hewan, hal ini dapat berakibat fatal.
Kita memerlukan pengetahuan untuk mengetahui apa yang diperlukan, apa yang menjadi prioritas, apa yang mendesak dilakukan, kapan, bagaimana dan di mana. Kita dapat membuat kerangka kerja (framework) dan rencana-jadwal aksi (action plan and schedule). Kita mungkin saja perlu untuk mendesain ulang, sehingga rencana implementasi adalah bagaimana meletakkan semua hal secara mendetail.
• Membuat rencana, pola dan jadwal penanaman
• Tahap-tahap dan penjadwalan, termasuk jadwal perawatan
Langkah ini merupakan fase terakhir di mana kita mulai membumikan rancangan kita dan ini bagaikan memulai sebuah instalasi lanskap baru. Semua detail bisa saja kita temukan pada desain yang digambar, semua ditantang dengan kenyataan. Lakukan langkah-langkah ini dalam implementasi:
• Lakukan perataan atau pembentukan lanskap (earthmoving) utama. Buat
tingkatan-tingkatan lanskap dengan kontur kasar, jika diperlukan. Gali sengkedan dan galengan, lubang penampungan dan saluran air (swales), kolam, dan saluran drainase. Instalasikan saluran-saluran dan pipa irigasi bawah tanah serta kabel-kabel. Kemudian parit-parit yang diuruk.
• Tambahkan tanah endapan dan kompos. Pemulsaan dan pembentukan bedengan pada zona 1 dapat dilakukan kemudian saja.
• Selesaikan semua kerja berat, di mana desainer menggunakan atau memerlukan kayu, batu, semen dan elemen-elemen konstruksi bangunan: dinding, gudang, jalan, pagar, dll.
• Buatlah penyesuaian akhir untuk meningkatkan kontur dengan sapu dan
sekop.
• Gelarlah lapisan-lapisan mulsa (akan dibahas dalam Modul Tanah).
• Tanam tanaman-tanaman besar, seperti pepohonan kayu, pohon-pohon buah, dan rerimbunan utama.
• Tanam tanaman penutup tanah (ground covers), tanaman non kayu,
rerumputan dan tanaman penutup.
• Sesuaikan dan tambahkan mulsa dan sistem irigasi yang fine-tune, jika ada.
• Selalu siram tanaman dan olahlah mereka dengan mengunjungi dan menyayangi, terutama yang memerlukan perhatian ekstra.
Dan ingatlah bahwa orang, tanaman, binatang dan lanskap selalu mengalami perubahan (constantly changing) dan penuh dengan kejutan-kejutan. Desain dan implementasinya mungkin saja akan mendapatkan umpan balik yang tidak
39
diduga ketika sekop dan cangkul diayun menyentuh tanah. Jangan terlalu kaku dan rigid, siaplah menengok kembali setiap langkah dari paling awal proses, dan bekerja ulang beberapa aspek dari desain sehingga betul-betul sesuai dengan perubahan situasi dan lingkungan.
Di kebun, kita bekerja dengan makhluq hidup, bukan sekedar bentuk dan warna. Makhluk-makhluk ini tumbuh, berkembang biak, memberikan benih baru, dan berlipat ganda dan pada saatnya juga akan mati. Tanaman, serangga, burung-burung, dan semuanya yang terkait dalam sebuah tenunan yang kuat dan memasuki kehidupan satu sama lain, menciptakan dan berbagi makanan, tempat berteduh, serbuk sari, bibit masa depan, humus, tempat bertengger, liang, sarang—sebuah karunia yang berharga dan beranekaragam. Kita masuk ke dalam dunia yang saling bertautan dan senantiasa bersilaturahmi. Alam membawa sebuah buku instruksi dari atas, sebuah dunia yang abadi, yang berkelanjutan—sekarang menjadi tugas kita untuk membaca buku itu dan menjaganya, dengan menerapkannya.
Desain memungkinkan kita untuk menyampur apa yang kita amati dengan apa yang kita doakan dan menjadi harapan kita. Inilah jalan mimpi kita dapat maujud, dipahat oleh batas kemampuan kita, anggaran dan bahan-bahan material. Sebuah desain permakultur adalah sebuah desain yang menawarkan sebuah cara mengharmonisasi manusia dengan lanskap yang hidup, sebuah harmoni seringkali absen dari tempat kita tinggal sekarang ini. Dengan membuat koneksi dengan kebun dengan semua bagian dari alam, kita dapat membawa keindahan dan keberkahan ke dalam lingkungan kita, berbagi kekayaan dari spesies dan regenerasi keutuhan dan keanekaragaman hidup
yang saat ini berada di ambang kemusnahan.
Sekarang kita memiliki gambaran mengenai sebuah permakultur dan desain ekologis. Sekarang kita perlu menengok lebih mendalam setiap bagian tatanan desain, setahap demi setahap.
Perawatan
Tidak ada gunanya menanam 1,000 pohon dan sebagian besar mati beberapa tahun kemudian. Perawatan yang baik akan memastikan bahwa desain berjalan dengan baik, dan menyelamatkan investasi waktu, uang dan tenaga.
• Rencana manajemen perawatan
• Kalender dan jam kerja
• Ambil panen dan manfaat!
Aspek lain yang sedikit berbeda dalam perawatan adalah pemantauan (monitoring) terus menerus. Kita dapat berarti menggunakan energi pemantauan rutin, misalnya setiap bulan, atau menggunakan beberapa elemen yang membantu sebagai indikator pemantauan. Kita juga dapat mengidentifikasi aspek-aspek apa saja yang perlu dipantau secara rutin akan
40
memastikan sistem yang kita rancang bekerja sebagaimana mestinya secara efisien.
Perlu dicatat kita bekerja dengan tanaman dan binatang yang terus menerus berubah, bertumbuh dan berkembang. Dalam konteks ini juga adalah sebuah proses belajar yang terus menerus. Perawatan bukan sekedar memastikan segala sesuatu bekerja tetapi juga mempelajari yang tidak bekerja, karena masalah adalah solusi.
Salah satu tujuan penting perawatan adalah memastikan terciptanya “ekologi” di antaranya iklim mikro yang permanen dalam sistem. Untuk itu perawatan semestinya menjadi sarana pemantauan dan belajar dengan ekologi sebagai indikator.
Evaluasi
Evaluasi desain akan memberikan informasi pada kita apa yang berhasil kita peroleh, dan bagaimana kita memperbaiki dan meningkatkan desain. Jika kita mendesain untuk diri kita sendiri, ini merupakan langkah untuk me-review seberapa jauh yang telah dihasilkan dan membantu kita mengidentifikasi langkah-langkah selanjutnya dalam desain.
Metode-metode yang dapat digunakan dalam evaluasi termasuk:
• PMI (Plus, Minus and Interesting). PMI merupakan sebuah
perangkat evaluasi yang menyeimbangkan suatu isu atau tema. Semua poin diterima apa adanya dan dapat berarti saling berlawanan - akan tampak seperti positif (plus) tetapi dalam pandangan lain seperti negative (minus), keduanya diterima dan menarik.
• Evaluasi juga bisa menggunakan peta pikiran (mind map), sebagaimana dilakukan Wolf White, untuk melihat semuanya sebagai hasil yang menarik dan mendorong pada peningkatan produktivitas, kreativitas dan kerjasama.
• Kuisioner dan wawancara
• FGD (Kelompok Diskusi Terarah) para pelaku dan pengamat
Evaluasi sebaiknya dilakukan rutin meski tidak harus sering. Misalnya saja evaluasi dilakukan setahun sekali atau dua tahun sekali. Semua pihak dapat dilibatkan dalam sebuah diskusi kelompok terarah, mengisi kuisioner, dan melakukan analisis bersama, kemudian memberikan hasil evaluasi (presentasi) dan beberapa rekomendasi.
41
Tweak (Dioprek)
Setelah kita melihat evaluasi kita mencoba mencari celah (niche) untuk
meningkatkan produktivitas, seperti menambah tepian, atau menata elemen-
elemen, memperluas panen (extending yields), penyesuaian jadwal kerja,
termasuk dalam perawatan.Terkadang beberapa elemen memerlukan
perbaikan karena beberapa faktor, seperti bagian yang aus.Terkadang pula
memerlukan redesain baik skala besar maupun skala kecil. Di sini kita
mencoba men-tweak sistem agar bekerja lebih optimal, dalam menerapkan
prinsip-prinsip permakultur. Optimal dalam menangkap energi dan
menyimpannya, optimal mendapatkan manfaat dari tepian, optimal iklim
mikro yang terbentuk dan ekologi yang paripurna.
Dalam evaluasi mungkin juga merekomendasikan sebuah langkah desain
ulang (redesign). Perancangan ulang adalah tweak pada “pusat” sistem untuk
bekerja lebih optimal dan memperbaiki sistem. Ibarat sebuah mesin, ini
semacam turun mesin (overhaul).
Selain optimalisasi juga penting untuk men-tweak sistem agar bekerja lebih
efisien dan memperbaiki bagian-bagian sistem yang kurang “match” dalam
sinergi dan membangun koneksi. Kita mesti melihat masalahnya, dan dari
masalah akan ditemukan solusinya. Karena alam pada dasarnya bekerja
dengan “logika”nya yang perlu kita pelajari.