Metode Lowry
-
Upload
indah-damayanti -
Category
Documents
-
view
17 -
download
2
description
Transcript of Metode Lowry
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam metode ini terlibat
2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret,
yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I).
Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat-
phosphotungstat (phosphomolybdotungstate), menghasilkan heteropolymolybdenum
blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu,
yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri. Kekuatan
warna biru terutama bergantung pada kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya.
Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret
sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada
konsentrasi 0.01 mg/mL. Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat
kesensitifannya.
Reagen:
1. Reagen pembentuk kompleks: Siapkan segera sebelum digunakan
campuran dari ketiga larutan-larutan berikut dengan perbandingan
100:1:1
Larutan A: 2%b/v Na2CO3 dalam akuades
Larutan B: 1%b/v CuSO4.5H2O dalam akuades
Larutan C: 2%b/v Kalium Natrium tartrat dalam akuades
2. NaOH 2N
3. Reagen Folin-Ciocalteu 1N
Ke dalam labu alas bulat 1500 mL masukkan 100 g sodium tungstate, 25
g sodium molibdate, 700 mL akuades, 50 mL asam phosphate, dan 100
mL HCl. Campuran direfluks selama 10 jam, tambahkan 150 mL lithium
sulfat, 50 mL akuades dan beberapa tetes bromine (Br2). Didihkan
campuran (tanpa pendingin) sekitar 15 menit (hingga kelebihan bromine
habis). Dinginkan, encerkan dengan akuades hingga 1 L, saring (filtrat
berwarna kehijauan). Sebelum digunakan, encerkan 1 bagian filtrat
dengan 5 bagian akuades.
Standard:
Gunakan larutan stok standard protein (misalnya albumin) yang mengandung 4 mg/mL
protein dalam akuades, disimpan pada -20oC. Siapkan larutan standard dengan
pengenceran larutan stok sbb:
Larutan stok (μL)
0 1.25
2.50
6.25
12.5
25.0
62.5
125 250
Akuades (μL)
500
499
498
494
488
475
438
375 250
Konsentrasi Protein (μg/mL)
0 10 20 50 100
200
500
1000
2000
Prosedur:
1. Ambil 1 mL sampel atau standard, tambahkan 1 mL NaOH 2N. Hidrolisis
pada 100oC selama 10 menit pada penangas air.
2. Dinginkan pada suhu ruangan, tambahkan 5 mL reagen pembentuk
kompleks. Biarkan larutan selama 10 menit pada suhu kamar.
3. Tambahkan 0.5 mL reagen Folin-Ciocalteu, homogenkan dengan vortex,
biarkan selam 30-60 menit (jangan sampai lebih dari 60 menit)
4. Baca absorbansi pada 660 nm jika konsentrasi protein di bawah 500
μg/mL atau 550 nm jika konsentrasi protein antara 100 – 2000 μg/mL.
Catatan:
Jika sampel berbentuk endapan, encerkan dulu dengan NaOH 2N.
Reaksi yang terjadi dalam metode Lowry sangat tergantung pada pH. Oleh karena itu
aturlah pH 10 – 10.5
Interferensi:
Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein dengan metode Lowry ini
diantaranya adalah: buffer, asam nuklet, dan gula/karbohidrat, deterjen, gliserol, Tricine,
EDTA, Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril, disulfida, fenolat, asam urat, guanin,
xanthine, magnesium dan kalsium. Interferensi agen-agen ini dapat diminimalkan
dengan menghilangkan interferens tersebut. Sangat dianjurkan untuk menggunakan
blanko untuk mengkoreksi absorbansi. Interferensi yang disebabkan oleh deterjen,
sukrosa dan EDTA dapat dieliminasi dengan penambahan SDS atau melakukan
preparasi sampel dengan pengendapan protein.
Referensi:
Dennison, C., 2002, A Guide to Protein Isolation, Kluwer Academic Publishers, New
York
Lowry, O.H., Rosenbrough, N.J., Farr, A.L. & Randall, R.J., 1951, Protein Measurement
with the Folin Phenol Reagent, J. Biol. Chem, 193: 265-275
Metode Lowry
Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam rangka penentuan
konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret, Lowry, dan lain sebagainya. Masing-
masing metode mempunyai kekurangan dan kelebihan. Pemilihan metode yang
terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran bergantung pada beberapa faktor
seperti misalnya, banyaknya material atau sampel yang tersedia, waktu yang
tersedia untuk melakukan pengukuran, alat spektrofotometri yang tersedia (VIS
atau UV).
Reagen pendeteksi gugus-gugus fenolik seperti reagen folin dan ciocalteu telah
digunakan dalam penentuan konsentrasi protein oleh Lowry (1951) yang
kemudian dikenal dengan metode Lowry. Dalam bentuk yang paling sederhana
reagen folin ciocalteu apat mendeteksi residu tirosin (dalam protein) karena
kandungan fenolik dalam residu tersebut mampu mereduksi fosfotungsat dan
fosfomolibdat, yang merupakan konstituen utama reagen folin ciocalteu,
menjadi tungsten dan molibdenum yang berwarna biru. Hasil reduksi ini
menunjukkan puncak absorbsi yang lebar pada daerah merah. Sensitifitas dari
metode folin ciocalteu ini mengalami perbaikan yang cukup signifikan apabila
digabung dengan ion-ion Cu.
Larutan Lowry ada dua macam yaitu larutan A yang terdiri dari fosfotungstat-
fosfomolibdad (1:1) dan larutan Lowry B yang terdiri dari Na-carbonat 2% dalam
NaOH 0,1 N, kupri sulfat dan Na-K-tartat 2%. Cara penentuannya seperti
berikut: 1 ml larutan protein ditambah 5 ml Lowry B, digojong dan dibiarkan
selama 10 menit. Kemudian ditambah 0,5 ml Lowry A digojong dan dibiarkan
20 menit. Selanjutnya diamati OD-nya.
Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan
terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan
tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-
Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat phosphotungstat
(phosphomolybdotungstate), menghasilkan heteropoly molybdenum blue akibat
reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang
memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri.
Metode Lowry mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (Folin-
Ciocalteauphenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam
protein. Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara 500
– 750 nm, tergantung sensitivitas yang dibutuhkan. Akan muncul puncak kecil
di sekitar 500 nm yang dapat digunakan untuk menentukan protein dengan
konsentrasi tinggi dan sebuah puncak besar disekitar 750 nm yang dapat
digunakan untuk menentukan kadar protein dengan konsentrasi rendah.
Berawal dari pemanfaatan alat spektrofotometer yaitu untuk mengukur jumlah
penyerapan zat suatu senyawa. Penyerapan cahaya pada senyawa larutan
tersebut, dalam spektrofotometri dapat digunakan sebagai dasar atau pedoman
dalam penentuan konsentrasi larutan atau senyawa secara kuantitatif. Dalam
pratikum ini penggunaan KMnO4 bertujuan untuk memudahkan dalam
pengenalan dan latihan awal spektrofotometri. Kekuatan warna biru terutama
bergantung pada kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya. Keuntungan
metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret
Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein dengan metode
Lowry ini, diantaranya buffer, asam nuklet, gula atau karbohidrat, deterjen,
gliserol, Tricine, EDTA, Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril, disulfida,
fenolat, asam urat, guanin, xanthine, magnesium, dan kalsium. Interferensi
agen-agen ini dapat diminimalkan dengan menghilangkan interferens tersebut.
Sangat dianjurkan untuk menggunakan blanko untuk mengkoreksi absorbansi.
Interferensi yang disebabkan oleh deterjen, sukrosa dan EDTA dapat dieliminasi
dengan penambahan SDS atau melakukan preparasi sampel dengan
pengendapan protein.