metode gravitasi -tebe3

28
UNIVERSITAS INDONESIA Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat LAPORAN METODE GAYA BERAT Tubagus Fatwa Perkasa 0806452671 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI GEOFISIKA, DEPARTEMEN FISIKA DEPOK APRIL 2012

Transcript of metode gravitasi -tebe3

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    Pengolahan dan Pemodelan Serta

    Interpretasi Metode Gaya Berat LAPORAN METODE GAYA BERAT

    Tubagus Fatwa Perkasa

    0806452671

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    PROGRAM STUDI GEOFISIKA, DEPARTEMEN FISIKA

    DEPOK

    APRIL 2012

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 1

    BAB I

    TINJAUAN PUSTAKA

    Metode gaya berat adalah salah satu metode eksplorasi geofisika yang

    digunakan untuk menentukan struktur bawah permukaan berdasarkan nilai kontras

    densitas antar batuan dengan mengukur variasi medan gravitasi bumi di setiap

    tempat. Nilai gravitasi bumi di setiap tempat adalah bervariasi dan dipengaruhi

    oleh beberapa faktor, yaitu posisi dari benda anomali di bawah permukaan,

    ukuran dari benda-benda anomali, dan ketidakteraturan densitas batuan di bawah

    permukaan. Oleh karena itu, metode gaya berat umumnya mempelajari perbedaan

    dari medan gravitasi di setiap titik obesrvasi relatif terhadap titik observasi

    lainnya.

    Metode gaya berat memiliki kemampuan dalam membedakan rapat massa

    atau densitas batuan di bawah permukaan antara densitas batuan anomali terhadap

    densitas lingkungan di sekitar benda anomali, maka metode ini sangat efektif

    dalam menentukan struktur di bawah permukaan.

    1.1 Prinsip Dasar Metode Gaya Berat

    Hukum Newton : Gaya tarik menarik antara dua partikel massa

    Prinsip dasar mengenai metode gaya berat berasal dari persamaan hukum

    Newton tentang gravitasi bumi yang menjelaskan adanya gaya tarik-menarik

    antara dua partikel massa yang berjarak r dengan persamaan sebagai berikut :

    . (1)

    Dimana : satuan vektor dari massa m1 ke m2 dan : konstanta gaya berat (6.67 x

    10-11

    m3.kg-

    1.s-

    2 ).

    Berdasarkan teori, bumi dianggap berbentuk bulat, homogen, dan tidak

    berotasi sehingga memiliki massa sebesar M dan jarak radius dari dua partikel

    massa sebesar R, maka akan menimbulkan suatu gaya tarik pada benda bermassa

    m di permukaan bumi sebesar:

    ................ (2)

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 2

    Dimana g : percepatan gaya berat tegak lurus permukaan bumi (vertikal).

    Pada kondisi bumi homogen dan bentuk bumi yang bulat sempurna, gaya-gaya

    yang bekerja pada suatu benda di seluruh permukaan bumi akan bernilai sama

    sehingga menghasilkan percepatan gravitasi yang bernilai konstan, yaitu 9.80

    m/det2 (Rosid, 2005).

    Namun, kenyataan sebenarnya, bentuk dan ukuran bumi tidak bulat

    sempurna, melainkan bentuk bumi mendekati bentuk sferoid, yaitu bentuk bumi

    yang agak pepat pada kutubnya, relief permukaannya tidak rata, berotasi dan

    berevolusi dalam sistem matahari, serta tidak homogen (pada kulit bumi terdapat

    variasi densitas batuan) sehingga nilai percepatan gravitasi bumi tidak bernilai

    konstan, melainkan terdapat variasi terhadap nilai percepatan gravitasi. Oleh

    karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai gaya berat pada setiap

    titik di permukaan bumi, yaitu pengaruh lintang, ketinggian, topografi, pasang

    surut, dan variasi densitas batuan bawah permukaan.

    Nilai rata-rata gaya berat di permukaan bumi adalah 9.80 m/det2, dan

    satuan yang biasa digunakan dalam gaya berat adalah miliGal (1 mGal=10-3

    Gal=10-3

    cm/det2). 1 mGal juga senilai dengan 10 gu (gravity units). Variasi gaya

    berat yang disebabkan oleh perbedaaan densitas bawah permukaan adalah sekitar

    1 mGal (100 m/det2).

    1.2. Potensial Gaya Berat

    Medan gravitasi merupakan medan yang bersifat konservatif, artinya usaha atau

    kerja yang dilakukan dalam suatu medan gaya berat tidak bergantung pada

    lintasan yang ditempuh, melainkan hanya bergantung pada posisi awal dan akhir

    (Retnowati, 2006).

    Persamaan medan potensial gravitasi dapat dituliskan sebagai berikut :

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 3

    Potensial total dari massa m :

    . (3)

    1.3. Faktor Koreksi Metode Gaya Berat

    Faktor koreksi ini dilakukan terkait perubahan yang terjadi pada bentuk dan

    ukuran bumi akibat bumi berotasi pada sumbu putarnya sehingga asumsi secara teoritik

    yang menganggap bumi berbentuk seperti bola (spheroid) ternyata mengalami perubahan

    dimana bentuk dan ukuran bumi tidak bulat sempurna, melainkan bumi berbentuk seperti

    ellips yang disebabkan adanya gaya sentrifugal sebagai hasil dari gerak rotasi bumi yang

    arahnya mengarah ke luar bumi sehingga menyebabkan perbedaan pada jari-jari bumi,

    baik jari-jari bumi di ekuator, maupun jari-jari bumi di kutub. Perbedaan terhadap jari-jari

    bumi di ekuator dan kutub adalah sebesar 21 km.

    Gambar 1. Bumi berbentuk ellips akibat gaya sentrifugal

    Perbedaan ini dapat memberikan pengaruh terhadap nilai gravitasi bumi di

    ekuator ataupun di kutub dimana nilai gravitasi di ekuator lebih kecil dibandingkan nilai

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 4

    gravitasi di kutub (terkait

    ), sehingga pengaruh nilai

    gravitasi di kutub sebesar 6.63 gal.

    Selain itu, koreksi ini dilakukan karena terkait adanya distribusi massa bumi yang

    tidak homogen. Hal ini disebabkan karena adanya gaya sentrifugal sebagai hasil gerak

    rotasi menyebabkan terjadinya tarikan massa bumi dimana massa terbesar berada di

    ekuator, maka akibat perbedaan massa ini dapat memberikan pengaruh terhadap nilai

    gravitasi, yaitu nilai gravitasi di ekuator lebih besar dibandingkan dengan nilai gravitasi

    di kutub (terkait ), sehingga pengaruh nilai gravitasi

    di kutub sebesar -4.85 gal.

    Koreksi ini juga dilakukan karena terkait adanya pengaruh percepatan sentifugal

    di ekuator, sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap nilai gravitasi. Hal ini

    disebabkan karena adanya efek rotasi yang menyebabkan adanya percepatan sentrifugal

    sehingga hasil resultan gaya-gaya yang bekerja di ekuator berasal dari gravitasi yang

    terukur dan pengaruh gravitasi akibat adanya percepatan sentrifugal. Sedangkan, di kutub

    tidak terdapat percepatan sentrifugal sehingga resultan gaya-gaya yang bekerja hanya

    berasal dari gravitasi yang terukur. Oleh karena itu, nilai gravitasi di ekuator lebih kecil

    dibandingkan nilai gravitasi di kutub dan pengaruh nilai gravitasi di kutub sebesar 3.39

    gal. Total perbedaan nilai gravitasi di kutub dan ekuator adalah sebesar :

    ..(4)

    Tujuan dilakukan koreksi-koreksi dalam metode gaya berat adalah mendapatkan

    nilai gravitasi absolut di setiap titik pengukuran, kemudian nilai gravitasi absolut inilah

    yang digunakan dalam prosesing data metode gaya berat. Terdapat beberapa faktor-faktor

    koreksi dalam metode gaya berat, antara lain :

    1.3.1. Koreksi Pembacaan Alat

    Koreksi ini dilakukan untuk mengkonversi nilai bacaan alat ke dalam satuan

    mGal. Nilai konversi dapat didapatkan dari literatur masing-masing alat, sehingga

    besarnya konversi pada alat yang dipakai adalah:

    ( )

    1.3.2. Koreksi Pasang Surut

    Koreksi Pasang Surut (tidal correction) merupakan faktor koreksi yang

    bergantung terhadap waktu. Koreksi ini disebabkan pengaruh gaya tarik yang dialami

    bumi akibat massa bulan dan matahari. Gravitasi bulan akan menarik air di samudra ke

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 5

    arah gravitasi bulan sehingga menyebabkan terbentuknya tonjolan air yang berada pada

    sisi bumi yang dekat dengan bulan dan pada sisi bumi yang berlawanan. Tonjolan air

    tersebut akan mengikuti pergerakan bulan mengelilingi bumi sehingga terjadinya pasang.

    Harganya berubah-ubah setiap waktu secara periodik bergantung dari kedudukan benda-

    benda langit tersebut. Data koreksi pasang surut harus tersedia secara harian dan langsung

    dikoreksikan terhadap hasil bacaan yang telah dikonversi ke miligal. Koreksi pasang

    surut dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

    [ (

    ) (

    ) ]

    Dimana : lintang, : deklinasi, t : sudut waktu bulan, c: jarak rata-rata ke bulan.

    1.3.3. Koreksi Drift

    Koreksi Apungan (Drift) juga merupakan faktor koreksi yang bergantung

    terhadap waktu. Koreksi ini dilakukan dengan menganggap perubahan alat linier terhadap

    waktu. Koreksi ini langsung dihitung pada setiap pengukuran poligon tertutup (looping)

    dengan koreksi apungan tidak lebih besar dari pada 0.1 mgal. Tujuan dilakukan sistem

    looping adalah untuk koreksi apungan yang disebabkan terjadinya penyimpangan

    terhadap karakteristik pegas akibat guncangan sehingga terjadi perubahan terhadap

    pembacaan alat ukur. Sistem looping dimulai dari suatu titik tertentu (Base Camp

    open) dan berakhir di titik yang sama (Base Camp close). Penentuan titik base camp

    sebaiknya dipilih tempat atau lokasi yang nilai gravitasi relatifnya stabil dan memiliki

    akses jalan yang baik. Besar koreksi apungan dengan sistem pengukuran metode poligon

    tertutup/looping adalah:

    Gambar 2. Sistem Looping

    Koreksi drift Base Camp relatif terhadap Base Stasiun :

    Base

    Station

    Base

    Camp 2

    Base

    Camp 1

    Titik Station

    Pengukuran

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 6

    . (5)

    Dengan i= 1, 2,3,n, merupakan jumlah titik Base Camp, sedangkan j=1,2, merupakan

    kondisi open dengan angka 1 dan close dengan angka 2.

    Koreksi drift Stasion relatif terhadap Base Camp :

    ..(6)

    dengan i= 1, 2,3,n, merupakan jumlah titik Base Camp, sedangkan j=1,2, merupakan

    kondisi open dengan angka 1 dan close dengan angka 2. Selain itu, t merupakan

    waktu pengukutan di titik tertentu (jam), g merupakan harga gaya berat di titik tertentu

    (mgal), BS2 merupakan titik Base Station tutup, BS1 merupakan titik Base Station

    buka.

    ..(7)

    1.3.4. Koreksi Ketinggian

    Koreksi ini dihitung berdasarkan perbedaan ketinggian titik pada awal dan akhir

    pengukuran titik basis (base station) yang terbaca dalam altimeter. Bila bacaan awal

    ketinggian di titik basis terbaca h1 pada waktu T1, dan hN adalah bacaan akhir di titik basis

    pada waktu TN, sedangkan hN adalah bacaan ketinggian di suatu titik pada waktu Tn,

    maka ketinggian titik amat h (hn terkoreksi) dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai

    berikut:

    (

    ) ..(8)

    1.3.5. Koreksi Gaya Berat Normal

    Koreksi gaya berat normal merupakan faktor koreksi yang tergantung terhadap

    topografi. Nilai gaya berat normal dihitung dengan menggunakan formula gaya berat

    yang mengacu kepada International Association of Geodesy (1967):

    g = 978.0318 (1 + 0.0053024 sin2 () 0.0000058 sin2 (2)). (9)

    Dengan g : Gaya Berat normal ( mgals ) dan : Latitude atau nilai lintang titik ukur

    (derajat).

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 7

    Koreksi ini dilakukan karena berkaitan dengan nilai gravitasi yang terukur di permukaan

    dimana nilai gravitasi tersebut berasal dari nilai gravitasi yang disebabkan material yang

    ada di mantel, inti, dan kerak bumi. Sedangkan, dalam eksplorasi gaya berat target

    utamanya hanya berasal dari material yang ada di kerak bumi saja, sehingga diperlukan

    koreksi untuk mereduksi pengaruh material yang ada di mantel dan inti bumi. Persamaan

    anomali lintang adalah :

    .(10)

    1.3.6. Koreksi Free Air

    Koreksi udara bebas atau Free Air Correction (FAC) merupakan koreksi yang

    dilakukan karena adanya pengaruh topografi di titik pengukuran. Koreksi ini sangat

    penting dilakukan dalam eksplorasi gaya berat karena bertujuan untuk mengembalikan

    hasil pengukuran (adanya efek topografi) ke bidang datum atau referensi, yaitu geoid

    sebagai standar pengukuran ketinggian metode gaya berat. Pengaruh koreksi free air

    terhadap nilai Gobs adalah :

    Jika lokasi titik pengukuran dilakukan di bukit, maka pengaruh koreksi free air

    terhadap nilai Gobs harus ditambahkan. Hal ini disebabkan jarak dari bidang

    referensi (geoid) ke pusat bumi relatif lebih besar (R>), sehingga nilai gravitasi

    yang terukur di permukaan relatif kecil karena terkait faktor jari-jari,

    , maka koreksi free air harus ditambahkan terhadap nilai Gobs.

    Sebaliknya, jika lokasi titik pengukuran berada di lembah, maka pengaruh

    koreksi free air terhadap nilai Gobs harus dikurangkan. Hal ini disebabkan jarak

    dari bidang referensi (geoid) ke pusat bumi relatif lebih kecil (R

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 8

    ..(11)

    Dimana FAC : koreksi udara bebas (mgal) dan H : elevasi (meter). Persamaan

    anomali free air adalah :

    ..(12)

    Persamaan free air untuk model bumi yang berbentuk ellipsoid :

    Dimana, : lintang

    1.3.7. Koreksi Bougeur

    Koreksi ini memperhitungkan adanya massa yang mengisi antara bidang acuan

    dan ketinggian. Koreksi Bouguer menggunakan asumsi, bahwa lempeng tak berhingga

    dengan formula lempeng Bouguer tak berhingga, atau lempeng berhingga dalam jarak

    minimal 60 km dengan formula lempeng bumi sperik. Formulasi dengan koreksi Bouguer

    digunakan dengan menganggap massa yang mengisi bidang berbentuk silinder, sehingga

    menggunakan volume silinder dan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

    = 0.04193 h

    (mgal).(13)

    Dimana KB : koreksi Bouguer (mgal), G :

    konstanta gravitasi = 6.673 x 10 -11 ( m3 kg-

    1det-2 ), : rapat massa batuan (gram/cm3),

    dan h : Tebal lempeng massa (meter).

    Pengaruh koreksi Bougeur terhadap nilai Gobs

    h

    Bukit

    R

    Pusat

    Bumi

    Lembah

    Bidang

    Referensi

    (Geoid)

    h

    Bukit

    R Lembah

    Bidang

    Referensi

    (Geoid)

    Massa Bukit

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 9

    adalah :

    Jika lokasi titik pengukuran dilakukan di bukit (di atas titik datum), maka

    pengaruh koreksi Bougeur terhadap nilai Gobs harus dikurangkan. Hal ini

    disebabkan karena di titik pengukuran terdapat pengaruh massa bukit sehingga

    memberikan pengaruh terhadap nilai gravitasi di titik tersebut dimana nilai

    gravitasi yang terukur lebih besar (terkait faktor massa, ), maka

    koreksi bougeur harus dikurangkan terhadap nilai Gobs.

    Sebaliknya, jika lokasi titik pengukuran dilakukan di lembah (di bawah titik

    datum), maka pengaruh koreksi Bougeur terhadap nilai Gobs harus ditambahkan.

    Hal ini disebabkan karena di titik pengukuran tidak terdapat pengaruh massa

    lembah atau adanya massa yang hilang di lembah sehingga memberikan

    pengaruh terhadap nilai gravitasi di titik tersebut dimana nilai gravitasi yang

    terukur lebih kecil (terkait faktor massa, ), maka koreksi bougeur

    harus ditambahkan terhadap nilai Gobs. Persamaan anomali bougeur adalah :

    (14)

    1.3.8. Koreksi Medan (Terrain)

    Koreksi ini diperhitungkan karena kondisi medan/topografi yang tidak rata. Data

    terrain detil (skala lebih besar daripada 1:25.000) harus disediakan dalam bentuk digital,

    jika tidak tersedia, maka harus dilakukan pendigitan terhadap peta topografi skala detil.

    Ukuran mesh untuk gridding terrain

    detil minimal 50 m x 50 m untuk zona

    sampai 4 km dan minimal gtopo30

    (30 x 30) untuk zona jauh dan koreksi

    terrain dihitung secara digital. Koreksi

    terrain dilakukan karena adanya efek

    tarikan massa antara alat pegas terhadap

    massa batuan di sekitar titik ukur.

    Pengaruh koreksi Terrain terhadap nilai Gobs adalah :

    Jika di sekitar lokasi titik pengukuran terdapat massa bukit, maka akan terjadi

    tarikan massa antara pegas terhadap massa bukit di sekitar titik pengukuran. Hal

    ini menyebabkan penyimpangan pada pegas dimana simpangan pada pegas

    mengecil sehingga menyebabkan nilai gravitasi yang terukur mengecil, maka

    koreksi terrain harus ditambahkan terhadap nilai Gobs.

    Ke atas Lokasi titik

    ukur

    Pegas

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 10

    Sebaliknya, jika di sekitar lokasi titik pengukuran tidak terdapat massa batuan

    atau terdapat lembah, maka menyebabkan penyimpangan pada pegas dimana

    simpangan pada pegas mengecil sehingga menyebabkan nilai gravitasi yang

    terukur mengecil, maka koreksi terrain harus ditambahkan terhadap nilai Gobs.

    Persamaan anomali bougeur adalah :

    (15)

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 11

    BAB II

    PENGOLAHAN DATA

    2.1. Pengolahan Data Dengan Ms. Excel

    Pengolahan data dengan menggunakan Ms. Excel dilakukan untuk

    mendapatkan nilai Gobs dengan melakukan koreksi drift terhadap nilai Base

    Camp relatif Base Station dan Station relatif Bace Camp serta nilai anomali

    Bougeur dengan melakukan koreksi-koreksi gaya berat, seperti koreksi lintang,

    free air, bougeur, dan terrain.

    2.1.1 Cara untuk memperoleh nilai Gobs :

    Mengkonversi nilai bacaan alat ke dalam satuan mGal.

    Mengkonversi nilai latitude (UTM) ke dalam derajat

    Melakukan konversi waktu pengamatan dalam orde jam

    Menentukan T (BS) dengan formulasi :

    Menentukan G read (BS) dengan formulasi :

    Menentukan T (BC BS) dengan formulasi :

    dengan i= 1, 2,3,n, merupakan jumlah titik Base Camp, sedangkan j=1,2,

    merupakan kondisi open dengan angka 1 dan close dengan angka 2.

    Menentukan Drift (BC BS) dengan formulasi :

    Menentukan nilai G read pada Base Camp dengan formulasi :

    dengan i= 1, 2,3,n, merupakan jumlah titik Base Camp, sedangkan j=1,2,

    merupakan kondisi open dengan angka 1 dan close dengan angka 2.

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 12

    Menentukan T (BC) dengan formulasi :

    Menentukan G read (BC) dengan formulasi :

    Menentukan T (Station BC) dengan formulasi :

    Menentukan Drift (Station BC) dengan formulasi :

    dengan i= 1, 2,3,n, merupakan jumlah titik Base Camp, sedangkan j=1,2,

    merupakan kondisi open dengan angka 1 dan close dengan angka 2.

    Menentukan nilai G read pada Station dengan formulasi :

    Menentukan nilai G read pada Base Camp dan Station dengan formulasi:

    Menentukan nilai Gobs dengan formulasi :

    2.1.2 Cara untuk memperoleh nilai anomali bougeur :

    Menentukan koreksi lintang dengan formulasi :

    Menentukan koreksi free air dengan formulasi :

    Menentukan koreksi bougeur dengan formulasi menggunakan metode

    parasnis :

    Menentukan nilai anomali bougeur dengan formulasi

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 13

    Memasukan parameter X,Y,dan Z sebagai input dalam software Sufer9.

    Parameter X merupakan nilai koordinat longitude, parameter Y merupakan

    nilai koordinat latitude, sedangkan parameter Z merupakan nilai topografi,

    Gobs, anomali free air, koreksi free air, dan anomali bougeur.

    2.2 Pengolahan Data Dengan Software Surfer 9

    Pengolahan data secara 2D dapat dilakukan dengan menggunakan

    software Surfer 9. Cara pengolahan data ini menggunakan input data berupa X, Y,

    dan Z. Terdapat beberapa tahapan dalam menjalankan program Surfer9, antara

    lain :

    Sebelum menjalankan software Surfer9 pada komputer/ laptop, maka

    harus dipastikan terlebih dahulu bahwa program Surfer9 telah ter-install di

    dalam laptop/ komputer.

    Selanjutnya, mengaktifkan program Surfer9 pada komputer/laptop dengan

    cara membuka piranti lunak/ software Surfer9.

    Untuk pengolahan data gaya berat :

    Cara memasukkan input data

    Data X, Y, dan Z merupakan sebuah data awal dalam prosesing

    menggunakan Surfer9. Data ini berupa data tabular berekstensi (*.dat) yang

    berada pada worksheet yang serupa dengan worksheet pada MS Excel. Surfer9

    akan membaca kolom data X, Y, dan Z dari arah kiri ke kanan, dari baris paling

    atas. Langkah-langkah dalam memasukkan input data adalah sebagai berikut :

    a. Sebelum memasukkan input data ke dalam worksheet Surfer9, terlebih

    dahulu kita lakukan pengolahan data di dalam MS Excel untuk

    mencari parameter X,Y, dan Z. Parameter X merupakan nilai koordinat

    longitude, parameter Y merupakan nilai koordinat latitude, sedangkan

    parameter Z merupakan nilai topografi, Gobs, anomali free air, koreksi

    free air, dan anomali bougeur.

    b. Kemudian, hasil parameter X,Y, dan Z pada MS Excel di-copy ke

    dalam worksheet pada Surfer9, dengan cara memilih menu File

    New Worksheet, maka akan muncul lembar worksheet kosong

    seperti tampilan worksheet di MS Excel. Data yang telah di-copy

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 14

    sebelumnya dapat dipindahkan ke dalam worksheet Surfer9 dengan

    memilih paste untuk memasukkan parameter input yang kita buat di

    MS Excel sebelumnya, kemudian kita dapat menyimpan data yang

    telah dimasukkan dalam lembar worksheet dimana data tersebut akan

    disimpan dalam bentuk format Ascii dengan ekstensi (*.dat) dan

    (*.bln), dengan memilih menu File Save As menentukan nama

    file yang diinginkan OK.

    Cara membuat gridding data

    Surfer melakukan pembuatan kontur dengan menggunakan file grid

    sebagai dasar interpolasi atau ekstrapolasi. Data yang dimasukkan sebelumnya

    merupakan data mentah dan secara spasial data XYZ tersebut merupakan data

    yang tidak teratur yang berkaitan dengan posisi titik pengukuran saat

    pengambilan data di lapangan sehingga memungkinkan adanya tempat-tempat

    yang tidak terukur. Oleh karena itu, sangat sulit untuk mengambil data ke seluruh

    wilayah dengan posisi yang teratur dengan jarak yang tetap.

    Proses interpolasi dan ekstrapolasi dilakukan untuk mengurangi

    kemungkinan kesalahan yang ada akibat ketiadaan data pada suatu bagian

    tertentu, khususnya pada proses pemetaan kontur. Kedua proses ini seakan

    menambah jumlah titik dari jumlah data yang ada dimana penambahan ini

    dilakukan secara teratur ke seluruh bagian wilayah pemetaan dengan jarak yang

    tetap. Bagian yang kosong tersebut akan ditambah dengan titik-titik imajiner yang

    memiliki nilai Z tertentu. Pengaturan posisi titik dan nilai Z dihitung secara

    matematis oleh surfer dengan penggunaan metode algoritma tertentu. Grid

    merupakan jaringan titik segi empat yang tersebar secara teratur ke seluruh area

    pemetaan dan grid dibentuk berdasarkan data XYZ dengan metode algoritma

    tertentu. Setiap metode grid akan menghasilkan perhitungan grid yang berbeda-

    beda. Perbedaan ini akan berpengaruh terhadap pola garis kontur yang dibentuk

    file grid. Grid dapat disimpan dalam file grid dengan ekstensi (*.grid). Berikut

    jenis-jenis metode algoritma dalam grid pada Surfer9, antara lain :

    Inverse Distance to Power metode yang cenderung membentuk

    pola mata sapipada kontur-kontur yang kosentris melingkarpada

    titik-titik data.

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 15

    Kringing merupakan metode yang efektif dan fleksibel karena dapat

    digunakan dalam tipe data apapun. Kelemahannya hanya pada data

    yang berkapasitas besar, maka metode ini berjalan agak lambat.

    Minimum Curvature metode yang melakukan generalisasi

    permukaan secara halus. Kelebihannya, metode ini dapat berjalan

    cepat untuk berbagai data.

    Nearest Neighbor metode yang efektif untuk data XYZ yang

    tersebar secara merata ke seluruh wilayah pemetaan.

    Polynomial Regression metode ini tidak memunculkan detail dari

    topografi, hanya untuk pola topografi untuk wilayah yang luas dan

    termasuk metode yang cepat untuk berbagai data.

    Radial Bias Function merupakan merode yang terbaik dan hampir

    sama dengan dengan metode kringing dimana dapat digunakan untuk

    beberapa jenis data dan memiliki fleksibilitas yang tinggi.

    Triangulation with Linier Interpolation metode ini dapat digunakan

    dalam analisa patahan dengan data yang cukup dan menyebar secara

    merata. Kelemahannya, metode ini membutuhkan data yang banyak,

    jika datanya hanya sedikit, maka akan membentuk permukaan segitiga

    di antara-data tersebut.

    Langkah-langkah dalam pembuatan grid, antara lain :

    a. Terlebih dahulu, kita menampilkan data XYZ dalam peta kontur,

    dengan memilih menu File New Plot.

    b. Setelah itu, pembuatan file grid dari data XYZ dilakukan dengan cara

    memilih menu Grid Data Open data (dengan memilih file

    XYZ yang diinginkan dengan ekstensi (*.bln), selanjutnya Surfer9

    akan menampilkan kotak dialog Scattered Data Interpolation. Pada

    dialog ini kita dapat mengatur metode grid yang digunakan pada

    pilihan pilihan gridding method (dalam prosesing ini digunakan

    metode kringing) dan berbagai parameter lainnya, lalu OK, maka akan

    muncul perintah untuk menyimpan file grid tersebut dalam ekstensi

    (*.grid).

    Cara membuat peta kontur

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 16

    Peta kontur merupakan salah satu bentuk peta yang dihasilkan oleh

    Surfer9 dalam bentuk 2 dimensi. Peta kontur ini dapat dibuat pada lembar plot.

    Kontur dapat dihasilkan dari interpolasi dan ekstrapolasi grid. Langkah-langkah

    dalam pembuatan peta kontur adalah sebagai berikut :

    a. Dalam pembuatan peta kontur kita menggunakan hasil dari file grid

    (*.grid).

    b. Kemudian memilih menu Map pada toolbar NEW Contour

    Map Open data (dengan memilih file grid yang ingin

    dikonturkan dengan ekstensi (*.grid) OK, maka akan muncul

    tampilan peta kontur.

    c. Untuk memperjelas penyajian tampilan dari peta kontur, dapat

    diberikan tambahan informasi, seperti label pada garis kontur,

    keterangan ketinggian, blok warna, spektrum warna antarkontur,

    mode penghalusan, atribut garis kontur label koordinat, skala peta

    kontur, dan sebagainya yang bertujuan untuk mempermudah pemakai

    dalam membaca atau memanfaatkan peta kontur tersebut. Dari hasil

    prosesing data dengan software Surfer 9 akan diperoleh beberapa peta

    kontur, seperti Topography Map, Gobs Map, Free Air Anomaly Map,

    Free Air Correction Map, dan Bougeur Anomaly Map.

    d. Peta anomali bougeur terdiri dari peta regional dan peta residual atau

    lokal, sehingga untuk melakukan separasi terhadap peta anomali

    bougeur menjadi anomali residual dan lokal dapat dilakukan dengan

    proses filter menggunakan moving average dengan cara memilih

    menu Grid Filter Open data (dengan memilih file grid yang

    ingin dilakukan separasi dengan ekstensi (*.grid), yaitu file grid

    Bougeur Anomaly) kemudian akan muncul tabel digital filtering.

    Pada tabel ini terdapat keterangan output grid file, maka kita dapat

    menuliskannya dengan residual.grid sebagai output dari hasil separasi

    untuk mendapatkan anomali residual. Pada proses separasi ini kita

    menggunakan proses low pass filter 3 (3x3), yang berarti melakukan

    perata-rataan terhadap jumlah station pengukuran dalam skala 3x3.

    Selain itu, pada keterangan number of passes dapat diisikan dengan

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 17

    1000 yang bertujuan untuk memperoleh data regional yang smooth

    atau tidak terdapat closer yang menandakan adanya pengaruh

    benda-benda lokal. Kelemahan dari metode ini adalah terdapat

    keambiguan karena banyaknya hasil variasi dari proses moving

    average.

    e. Sedangkan, untuk mendapatkan anomali lokal atau residual dapat

    dilakukan dengan memilih menu Grid Math Open data

    (dengan memilih file grid yang ingin dilakukan separasi dengan

    ekstensi (*.grid), yaitu file grid Bougeur Anomaly), kemudian akan

    muncul tabel Grid Math. Pada tabel tersebut terdapat keterangan

    input grid file, maka kita dapat memasukkan input data berupa

    regional.grid. Sedangkan, pada keterangan output grid file kita

    dapat menuliskan lokal.grid, kemudian kita dapat memasukkan

    formulasi untuk mendapatkan anomali lokal, yaitu :

    Setelah itu, akan diperoleh file grid berupa lokal.grid, maka kita dapat

    membuat peta kontur anomali lokal dengan memilih menu Map

    New Countour Map Open data (dengan memilih file grid

    yang ingin dibuat kontur dengan ekstensi (*.grid), yaitu file grid

    Lokal Anomaly), maka akan diperoleh peta anomali lokal.

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 18

    BAB III

    HASIL DAN ANALISA DATA

    Hasil Peta Kontur Dengan Prosesing Surfer :

    Peta Gobs merupakan peta yang diperoleh dari input data berupa nilai

    longitude (X), nilai latitude (Y), dan nilai Gobs (Z). Dalam peta Gobs, data-data

    lapangan yang diperoleh belum dikoreksi oleh koreksi-koreksi dalam metode gaya

    berat, seperti koreksi lintang, free air, bougeur, dan terrain. Data-data tersebut

    masih merupakan data alami yang diperoleh di lapangan dan data tersebut hanya

    dikoreksi oleh koreksi drift sebagai koreksi apungan terhadap pembacaan gread

    (BC relatif BS dan Station relatif BC).

    Sebaran Titik Ukur

    Sebaran Titik Ukur

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 19

    Selain itu, terdapat pula peta topografi yang menyatakan bahwa

    pengukuran di area ini berada di dataran tinggi yang dapat diamati berdasarkan

    nilai topografinya, yaitu berkisar antara 700-2500 meter di atas permukaan laut.

    Daerah bewarna biru tua merupakan daerah yang relatif dangkal dengan topografi

    sekitar 700 m dpl. Sedangkan, Daerah bewarna hitam memiliki topografi yang

    relatif tinggi sekitar 2500 m dpl. Dari kontras topografi tersebut dapat diketahui

    bawah daerah dengan topografi yang tinggi umumnya memiliki densitas yang

    rendah dibandingkan pada daerah dengan topografi yang relatif dangkal dimana

    umumnya memiliki densitas yang tinggi. Dari hasil peta topografi juga terlihat

    bahwa sebaran titik ukur lebih dominan berada pada topografi yang tidak terlalu

    tinggi (h < 1000 m), sedangkan untuk daerah dengan topografi tinggi (h > 1500

    m) sebaran titik ukur tidak terlalu dominan. Hal ini kemungkinan disebabkan

    kondisi medan pengukuran yang sangat sulit sehingga akses jalan untuk

    melakukan pengukuran juga sulit (diperkirakan merupakan puncak dari

    pegunungan). Selain itu, diperkirakan daerah manifestasi kemungkinan berada di

    ketinggian yang relatif rendah (h < 1500 m) karena sebaran titik ukur lebih

    dominan pada topografi tersebut.

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 20

    Peta koreksi free air merupakan peta yang diperoleh dari input data berupa

    nilai longitude (X), latitude (Y), dan koreksi free air (Z). Peta ini menunjukkan

    bahwa data pengukuran di lapangan atau data observasi mengalami koreksi free

    air yang bertujuan untuk mengembalikan nilai gravitasi yang terukur di lapangan

    ke bidang datum atau referensi (geoid) karena adanya efek topografi di titik

    pengukuran. Secara teoritis, nilai gravitasi akan berkurang terhadap penambahan

    ketinggian dari bidang referensi (geoid). Sedangkan, pada peta anomali free air

    menggunakan input data berupa longitude (X), latitude (Y), dan anomali free air

    (Z). Pada peta anomali free air menunjukkan bahwa nilai gravitasi Gobs telah

    dikoreksi oleh koreksi free air, sehingga dapat diamati jarak kontur lebih

    renggang dibandingkan kontur koreksi free air. Berdasarkan bentuk kontur,

    kontur pada anomali free air hampir mirip dengan bentuk kontur pada topografi.

    Hal ini disebabkan karena semua titik pengamatan di permukaan dikembalikkan

    pada bidang referensi yang sama, yaitu geoid.

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 21

    Peta anomali Bougeur merupakan peta yang diperoleh dari input data

    berupa nilai longitude (X), latitude (Y), dan anomali bougeur (Z). Pada peta

    anomali bougeur menunjukkan bahwa data-data yang terukur di lapangan telah

    dikoreksi oleh koreksi-koreksi dalam gaya berat, seperti koreksi lintang, free air,

    dan bougeur. Koreksi bougeur dilakukan karena adanya pengaruh tarikan massa

    terhadap pegas di sekitar titik pengukuran. Koreksi ini dilakukan dengan

    menggunakan metode parasnis, yaitu menentukan nilai densitas rata-rata di luasan

    area pengukuran dan diperoleh nilai densitas rata-rata sebesar 2.18 gr/cm3 dengan

    interval nilai anomali bougeur sekitar 254 296 mgal.

    Dari hasil kontur tersebut akan diamati adanya pengaruh dari benda-benda

    yang bersifat lokal (ditandai dengan adanya closer atau kontur dengan bentuk

    bulat kecil) dan pengaruh benda-benda yang bersifat regional. Oleh karena itu,

    diperlukan proses separasi dengan filter low pass sehingga akan diperoleh kontur

    anomali regional dan menentukan selisih antara anomali bougeur terhadap

    anomali regional sehingga akan diperoleh anomali lokal.

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 22

    Peta anomali regional diperoleh dengan melakukan filter menggunakan Low Pass

    Filter terhadap peta anomali bougeur. Dari hasil peta kontur anomali regional

    terlihat bahwa bentuk kontur terlihat smooth atau tidak adanya pengaruh dari

    benda-benda lokal (yang ditandai dengan tidak adanya closer pada peta kontur).

    Hal ini disebabkan karena menggunakan nilai filter yang semakin besar (dalam

    prosesing ini menggunakan nilai filter 1000), sehingga bentuk kontur akan

    semakin bersifat regional. Dengan mengamati kontur anomali regional ini, maka

    kita dapat mengetahui bahwa lapisan batuan di kontur tersebut bersifat dalam dan

    homogen, sehingga menyebabkan kontur yang dihasilkan lebih smooth

    dibandingkan dengan kontur anomali lokal yang bersifat dangkal dan heterogen,

    sehingga bentuk konturnya tidak smooth, melainkan berbentuk closer atau

    berbentuk bulatan-bulatan kecil karena lebih variatif (heterogen).

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 23

    Peta anomali residual diperoleh dengan selisih antara anomali bougeur terhadap

    anomali regional. Pada peta anomali residual terlihat bentuk kontur yang tidak

    smooth, melainkan membentuk bulatan-bulatan kecil di peta konturnya. Hal ini

    menunjukkan adanya pengaruh benda-benda yang bersifat dangkal dan heterogen.

    Dari peta anomali residual terlihat adanya kontas densitas, yaitu densitas negatif

    mengarah ke arah Timur Laut yang ditandai dengan warna hijau hingga warna

    biru tua (dengan topografi yang relatif tinggi (h > 1500 m)) dan densitas negatif

    mengarah ke arah Barat Daya yang ditandai dengan warna kuning hingga warna

    hitam (dengan topografi yang relatif rendah (h < 1500 m)). Dengan adanya

    kontras densitas tersebut, saya mencoba untuk melakukan slicing terhadap

    lintasan A-A karena dengan adanya anomali densitas (-) dan (+) menandakan

    adanya sesuatu yang kemungkinan merupakan patahan atau dapat diperkirakan

    juga bahwa anomali densitas (-) menandakan adanya magma yang mendekat ke

    permukaan sehingga menyebabkan batuan di bawah tidak dapat menopang batuan

    di atasnya, maka densitasnya relatif rendah. Namun, untuk membuktikan hipotesa

    tersebut diperlukan proses forward modeling gaya berat dengan menggunakan

    software Grav2dc.

    Pemodelan dengan menggunakan software Grav2dc menggunakan input data

    berupa nilai anomali gravitasi residual yang telah di-slicing (A-A). Penentuan

    Zona interest

    Puncak

    Gunung

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 24

    lintasan slicing ini dilakukan dengan mengamati kontras densitas yang terjadi dan

    diperkirakan adanya sesuatu yang terjadi di antara kontras densitas tersebut.

    Dalam pemodelan Grav2dv digunakan nilai kontras densitas terhadap nilai

    densitas rata-rata yang diperoleh sebelumnya dengan menggunakan metode

    parasnis. Dalam prosesing ini diperoleh nilai densitas rata-rata sekitar 2.18 gr/cm3.

    Dalam melakukan forward modeling metode gaya berat harus diperhatikan

    penentuan nilai kontras densitas sehingga akan dihasilkan tren kurva hasil

    modeling yang mendekati tren kurva sebenarnya hasil slicing (A-A). Jika kurva

    dari hasil model telah mendekati atau sama dengan tren kurva hasil slicing, maka

    pemodelan yang kita lakukan telah mendekati struktur bawah permukaan

    sebenarnya di lapangan. Namun, dari hasil pemodelan ini tentunya akan

    menghasilkan keambiguan karena kemungkinan saja setiap interpreter

    mendapatkan tren kurva yang sama (tren kurva modeling sesuai dengan tren kurva

    hasil slicing), namun dengan model bawah permukaan yang berbeda. Oleh karena

    itu, diperlukan data pendukung, seperti data geologi atau data sumur untuk

    meyakinkan hasil pemodelan yang dibuat.

    Struktur

    Antiklin

    Struktur

    Graben Ignous

    Rock

    Intrusi Batuan

    Beku (Gabbro) Shale

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 25

    Apabila diamati dari gambar diatas terlihat adanya 2 garis, yaitu garis putus-putus

    (berwarna hijau) merupakan kurva hasil slicing (menunjukan struktur bawah

    permukaan sebenarnya) dan garis lurus (berwarna hitam) merupakan kurva hasil

    pemodelan forward modeling. Dalam modeling ini terdapat beberapa interpretasi,

    antara lain :

    Adanya lapisan bedrock yang merupakan lapisan batuan beku (ditandai

    dengan warna merah) dimana nilai densitasnya relatif tinggi, yaitu 3.1 gr/

    cm3. Jika diamati berdasarkan tabel literatur, maka nilai densitas tersebut

    merupakan batuan beku basalt, karena batuan beku yang terbentuk terlebih

    dahulu adalah basalt. Terbentuknya basalt berkaitan dengan adanya heat

    source yang terletak hingga kedalaman lebih dari 3000 m di bawah

    permukaan laut pada survei panas bumi. Selain itu, di bagian atas terlihat

    juga adanya batuan beku dengan nilai densitas yang relatif besar sekitar 3

    gr/cm3. Diperkirakan terjadinya intrusi batuan beku gabbro sehingga

    seolah-olah terdapat suatu antiklin. Hal ini dapat diamati dari hasil tren

    kurva pemodelan ataupun hasil slicing dimana terdapat tonjolan

    menyerupai struktur antiklin.

    Kemudian, pada jarak distance kecil dari 800 menunjukkan nilai densitas

    yang relatif rendah (menuju titik A) dengan topografi tinggi yang

    disebabkan berdekatan dengan puncak gunung, dimana batuan di area

    tersebut terpanasi oleh magma yang mendekati permukaan sehingga

    menyebabkan batuan tersebut terpanasi dan tidak mampu menopang massa

    batuan di atasnya, maka akan terjadi kekosongan massa batuan dan

    terbentuknya struktur graben. Hasil ini diperkuat dengan hasil slicing

    lainnya yang mengarah ke arah Barat Daya (dengan topografi relatif

    rendah) dan ditemukaan adanya kontras densitas yang tinggi yang

    diperkirakan adalah batuan beku. Semakin ke arah Barat Daya, maka akan

    semakin terlihat adanya struktur graben

    Selain itu, pada jarak distance 800-2400 ditemukan nilai densitas sekitar

    2.3 gr/cm3. Diperkiran terdapat batuan shale dengan range 1.2-2.4 gr/cm

    3.

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 26

    BAB IV

    KESIMPULAN

    1. Berdasarkan data topografi bahwa pengukuran dilakukan di dataran tinggi

    (h>1500 m) dengan nilai sebaran titik ukur lebih dominan ke arah Barat

    Daya dan lebih sedikit ke arah Timur Laut. Diperkirakan daerah

    manifestasi berada di sebelah Barat Daya dengan sebaran titik ukur yang

    dominan.

    2. Diperoleh nilai rata-rata densitas dari luasan area pengukuran dengan

    metode parasnis sebesar 2.18 gr/cm3

    3. Dalam melakukan slicing data dipilih daerah yang memiliki kontras

    anomali densitas dimana dengan adanya anomali densitas (-) dan (+)

    menandakan adanya sesuatu yang kemungkinan merupakan patahan.

    4. Hasil pemodelan menunjukkan adanya litologi batuan beku basalt (3.1

    gr/cm3), intrusi batuan beku gabbro (3 gr/cm

    3), shale (2.3 gr/cm

    3).

    5. Terdapat intrusi batuan beku gabbro yang ditandai dengan seolah-olah

    terdapat struktur antiklin pada hasil kurva pemodelan.

    6. Adanya struktur graben pada titik A yang ditandai dengan densitas rendah

    dan lebih jelas terlihat jika dilakukan slicing ke arah Barat Daya (ke arah

    topografi rendah).

    7. Sumber termal diperkirakan berasal dari batuan pluton pada kedalaman

    lebih dari 3000 meter

    8. Litologi batuan di daerah penyelidikan didominasi oleh batuan beku

    intrusi, clay dan lempung.

  • Pengolahan dan Pemodelan Serta Interpretasi Metode Gaya Berat

    TUBAGUS FATWA P ([email protected]) 27

    BAB V

    DAFTAR PUSTAKA

    Rosid, Syamsu. Buku Pegangan Kuliah Metode Gravitasi. 2001. Depok:

    Universitas Indonesia

    Telford, W.M, Geldart, L.P, and Sheriff, R.E. 1990. Applied Geophysics 2nd

    edition. Cambridge: Cambridge University Press.

    Tim Penyusunan Pedoman Teknis, PMG. 2006. Konsep Pedoman Teknis Tata

    Cara Pengambilan Dan Pengolahan Data Gaya Beratuntuk Eksplorasi Panas

    Bumi. Bandung: Pusat Sumber Daya Geologi.