Metode Fiqh al-Hadis dalam Websitee-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6527/1/Metode Fiqh...
Transcript of Metode Fiqh al-Hadis dalam Websitee-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6527/1/Metode Fiqh...
-
Metode Fiqh al-Hadis dalam Website
bincangsyariah.com dan Kontribusinya Terhadap
Wacana Islam Moderat
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Oleh :
Ria Candra Widayaningsih
53030150007
PROGRAM STUDI ILMU HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
https://bincangsyariah.com/
-
iii
-
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
ُيسًْراَّاْلُعسْرَََِّّمعَََِّّإن َّ
Sesungguhnya bersama kesulitan
terdapat kemudahan.
(QS. Al-Insyirāh [94]: 6)
PERSEMBAHAN
Untuk orang tuaku,
para dosenku, saudaraku,
dan sahabat-sahabat seerjuanganku.
-
vi
ABSTRAK
Penelitian terhadap hadis sangat diperlukan, karena hadis sampai kepada
umat Islam melalui jalur periwayatan yang panjang. Wajar apabila terdapat
perbedaan pemahaman hadis Nabi Saw. Hadis tidak bertambah julmlahnya
setelah wafatnya Rasulullah Saw. Sedangkan permasalahan yang dihadapi
oleh umat Islam terus berkembang sehubungan dengan perkembangan
zaman. Maka dari itu, dalam memahami hadis diperlukan metode
pemahaman yang tepat melalui pendekatan yang komprehensif, baik tekstual
maupun kontekstual.
Perkembangan teknologi khususnya internet sangat mempengaruhi pola fikir
manusia pada umumnya, salah satunya adalah website. Website
menyediakan informasi tidak terbatas dan dapat diakses secara online
kemanapun dan di manapun. Media masa menjadi perhatian utama
masyarakat untuk menyediakan informasi. Di era modern ini, website dinilai
sebagai media dakwah yang efektif dan efisien yang memiliki nilai plus di
mata masyarakat di era kekinian untuk mengakses informasi secara online
baik dibidang agama maupun dibidang ilmu lainnya. Melihat realitas
tersebut, bukan berarti website tidak memiliki kekurangan, mudahnya cara
membuat website seakan kualitas isinya perlu diuji.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
wacana, sehingga analisis wacana akan digunakan untuk mengungap metode
fiqh al-hadis dalam website bincangsyariah.com hingga kontribusinya
terhadap wacana Islam moderat.
Hasil penelitian ini bahwa situs bincangsyariah.com merupakan media
alternatif yang tepat untuk menyebarakan pesan-pesan ajaran Islam yang
dikemas oleh orang yang mempunyai pengalaman pendidikan sesuai disiplin
ilmu yang dimilikinya. Pembahasan-pembahasan yang disajikan sangat
relevan dengan kebutuhan umat yang mencari solusi tentang permasalahan
hukum yang sedang berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Dalam
http://bincangsyariah.com/http://bincangsyariah.com/
-
vii
menganalisis sebuah permasalahan website ini menyertakan ayat-ayat al-
Qur’an, hadis, serta pendapat ulama. Penjelasan yang disertakan tidak hanya
berpatokan pada satu pendapat saja, sehingga bisa memberikan wawasan
bagi para pembacanya untuk open minded. Selain itu, pada kajian hadis di
website bincangsyariah.com memiliki penjelasan yang cukup memadai dan
update.
Kata kunci: Pemahaman, Hadis, bincangsyariah.com.
http://bincangsyariah.com/
-
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berbagai nikmat
dan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “METODE FIQH AL-HADIS DALAM WEBSITE
bincangsyariah.com DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP WACANA
ISLAM MODERAT”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Strata I (S1) pada Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu penulis curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan ummatnya yang selalu setia
pada syafaatnya hingga akhir zaman. Terima kasih penulis haturkan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Atas
bantuan baik itu berupa dukungan, tenaga, maupun waktu dan materi. Tiada
kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih penulis selain
“Jazakumullah Khairan Katsiran” semoga kebaikan dari semua pihak
dibalas Allah SWT dengan berlipat ganda. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Zakiyuddin , M. Ag, selaku Rektor IAIN Salatiga beserta
seluruh jajarannya.
2. Dr. Benny Ridwan, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,
Adab dan Humaniora (FUADAH).
3. Miftahur Rif’ah Mahmud, M.Ag. selaku Kepala Program Studi Ilmu
Hadis dan Dr. M. Rikza Muqtada, M. Hum. selaku Sekretaris
Program Studi Ilmu Hadis yang telah memberikan pengarahan dan
masukan serta motivasi kepada penulis.
4. Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A, selaku Dosen pembimbing skripsi
yang selalu sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing
penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Segenap dosen yang telah membimbing penulis dalam memahami
ilmu selama perkuliahan.
https://bincangsyariah.com/
-
ix
6. Bapak dan Ibu tercinta, Daryono dan Sri Atin. Adikku Niken Riri
Dwi Astuti yang tiada henti-hentinya memberikan support serta do’a
disetiap langkahku
7. Teman-teman seperjuangan Ilmu Hadis, Puji Rahayu, Rimanur
Sakdiyah, Amalia Putri, Ita Fatmawati, Mariyatul Kibtiyah,
Khafidatul Baroroh, Helfiani, Wasoni, M. Isyroh Fuadi, Musholihan
Afton, M. Khoirul Umam, yang turut bersama mengenyam bangku
perkuliahan.
8. Sahabat-sahabatku, yang selalu memberikan dukungan dalam proses
pembuatan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak mungkin penulis menyebutkan satu persatu
yang secara langsung atau tidak langsung telah berkontribusi dalam
penulisan skripsi ini.
Jazakumullah bi ahsanil jaza’ terimakasih atas dukungan semuanya.
Semoga Allah memberikan ganjaran yang berlipat ganda atas segala jasa-
jasanya.
Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat umumnya pada para pembaca dan terkhusus kepada
penulis sendiri.
Salatiga, Maret 2019
Penulis,
Ria Candra Widayaningsih
-
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi
ini berpedoman padaSurat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan
0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ba’ B Be ta’ T Te ṡa ṡ es (dengan titik di atas) Jim j Je
ḥa’ ḥ ha (dengan titik di bawah(
kha’ kh ka dan ha Dal d De Żal ż zet (dengan titik di atas) ra’ r Er Zal z Zet Sin s Es Syin sy es dan ye ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)
-
xi
ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)
ṭa’ ṭ te (dengan titik di bawah)
ẓa’ ẓ zet (dengan titik di bawah)
‘ain ‘ koma terbalik (di atas) Gain g Ge fa’ f Ef Qaf q Qi Kaf k Ka Lam l El Mim m Em Nun n En Wawu w We ha’ h Ha hamzah ` Apostrof ya’ y Ye
B. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah Ditulis Rangkap
Ditulis Muta’addidah
Ditulis ‘iddah
-
xii
C. Ta’ Marbuṭah di akhir kata ditulis h
a. Bila dimatikan ditulis h
Ditulis Ḥikmah
Ditulis Jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya)
b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis h.
Ditulis Karâmah al-auliyā`
c. Bila Ta’ Marbuṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah
ditulis t.
Ditulis Zakat al-fiṭrah
D. Vokal Pendek
Fatḥah Ditulis A
Kasrah Ditulis I
Ḍammah Ditulis U
-
xiii
E. Vokal Panjang
Fathah bertemu Alif Ditulis Jahiliyyah
Fatḥah bertemu Alif
Layyinah Ditulis Tansa
Kasrah bertemu ya’ mati Ditulis Karīm
Ḍammah bertemu wawu
mati Ditulis Furūḍ
F. Vokal Rangkap
Fatḥah bertemu Ya’ Mati Ditulis Bainakum
Fatḥah bertemu Wawu Mati Ditulis Qaul
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan
dengan apostrof
Ditulis A`antum
Ditulis U’iddat
Ditulis La’in syakartum
-
xiv
H. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun
Syamsyiyyah ditulis dengan menggunkan “al”
Ditulis Al-Qur`ān
Ditulis Al-Qiyās
Ditulis Al-Samā`
Ditulis Al-Syams
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut
bunyi atau pengucapannya
Ditulis Żawi al-furūḍ
Ditulis Ahl al-sunnah
-
xv
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Tulisan ................................................................. ii
Persetujuan Pembimbing ....................................................................... iii
Pengesahan Kelulusan ........................................................................... iv
Motto dan Persembahan ........................................................................ v
Abstrak ................................................................................................... vi
Kata Pengantar ..................................................................................... viii
Pedoman Transliterasi ........................................................................... x
Daftar Isi ................................................................................................ xv
Daftar Gambar ........................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................... 5
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian ............................. 5
D. Tinjauan Pustaka ........................................................ 6
E. Kerangka Teori ........................................................... 9
F. Metode Penelitian ....................................................... 14
-
xvi
G. Sistematika Pembahasan ............................................ 16
BAB II GAMBARAN UMUM WEBSITE BINCANG
SYARIAH ........................................................................ 18
A. Profil Website bincangsyariah.com ............................ 18
1. Struktur Redaksi ..................................................... 19
2. Konten ..................................................................... 20
B. Tema dan Bahasan ...................................................... 23
1. Kalam .................................................................... 23
2. Khazanah ............................................................... 25
3. Wawancara ............................................................ 29
4. Nisa ....................................................................... 32
5. Ubudiyah ............................................................... 34
6. Zikir dan Do’a ....................................................... 36
BAB III METODE FIQH AL-HADIS DALAM WEBSITE
BINCANG SYARIAH .................................................. 39
A. Metode Pengambilan Hadis ........................................ 39
B. Metode Kritik Hadis .................................................... 40
C. Metode Pemaknaan Hadis ........................................... 42
-
xvii
BAB IV KONTRIBUSI PENGGUNAAN HADIS TERHADAP
WACANA ISLAM MODERAT .................................. 49
A. Moderasi Islam Dalam Masyarakat Multikultural ...... 49
B. Kontribusi Bincangsyariah.Com Terhadap Wacana Islam
Moderat ...................................................................... 51
BAB V PENUTUP ...................................................................... 56
A. Kesimpulan ................................................................. 56
B. Saran ........................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................ 62
-
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Halaman Bincang Syariah Channel, 22
Gambar 2.2 Halaman Beranda, 22
Gambar 2.3 Halaman Kolom Kalam, 25
Gambar 2.4 Halaman Kolom Khazanah, 29
Gambar 2.5 Halaman Kolom Wawancara, 32
Gambar 2.6 Halaman Kolom Nisa, 34
Gambar 2.7 Halaman Kolom Ubudiyah, 36
Gambar 2.8 Halaman Kolom Zikir dan Do’a, 38
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis1 sebagai sebuah bidang keilmuan telah dibahas oleh ulama
klasik sekitar abad ke dua dan sesudahnya. Mereka berupaya menciptakan
kaidah-kaidah dalam upaya membendung kegiatan pemalsuan. Di samping
itu, ulama juga banyak membukukan berbagai hadis dalam sebuah kitab.
Tradisi semacam ini terus berkembang sampai pada akhirnya terjadi
kejenuhan. Kegiatan semacam ini mandeg seiring dengan dibukukannya
beberapa kitab hadis dan dianggap sebagai rujukan utama.2 Hadis
berkembang pesat sejak diwahyukan oleh Rasulullah Saw. dan dikukuhkan
oleh sahabatnya.3 Perkembangan tersebut tidak hanya terjadi di wilayah
Hijaz, tempat di mana Rasulullah Saw. mengemban misi risalah kenabian,
namun telah berkembang jauh ke wilayah lain.4 Adanya perkembangan
tersebut seiring dengan kebutuhan masyarakat Islam terhadap hadis sebagai
pedoman kehidupan keseharian di samping al-Qur’an.5
Pada tahap awal kehadirannya, kajian hadis dilakukan di ruang
publik secara langsung. Di mana Nabi Saw. dan para sahabat bertatap
muka. Sehingga para sahabat pada gilirannya menyampaikan hadis yang
sudah diterimanya kepada para muridnya. Dan begitulah seterusnya. Dalam
1 Menurut ahli hadis (muhadditsin), kata hadis berarti makna atau sesuatu yang
dinisbahkan kepada Nabi Saw., baik berupa prilaku, perkataan, persetujuan beliau akan
tindakan sahabat, atau deskripsi tentang sifat dan karakternya. M. Mustafa ‘Azami,
Metodologi Kritik Hadis, terj. A. Yamin (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996), 19. Hadis
merupakan sesuatu yang diwahyukan oleh Nabi Muhammad Saw. yang terdiri atas
perkataan, prilaku, dan taqrir Nabi Muhammad Saw. dalam membina masyarakat Islam. M.
Alfatih Suryadilaga, Studi Kitab Hadis (Yogyakarta: TH-Press dan Teras, 2003), 153. 2 M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis: Dari Teks ke Konteks
(Yogyakarta: TH-Press dan Teras, 2009), 9. 3 M. Alfatih Suryadilaga, Studi Kitab Hadis..., 5. 4 Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah Perkembangan Hadis (Jakarta: Bulan Bintang,
1973), 43-68. 5 M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis..., 66.
-
2
kajian hadis konvensional, relasi antara teks dan author menjadi tema
pokok yang mendapat porsi perhatian yang dominan. Begitu sebuah teks
hadis muncul, maka para ulama hadis segera memverifikasinya, apakah
sang pengarang (author) dari teks itu benar-benar Nabi atau orang lain. Bila
hasil verifikasi menunjukkan bahwa teks itu benar-benar dari Nabi,
kemudian mereka melabelinya dengan label hadis shahih, untuk kemudian
dikumpulkan dalam kitab-kitab hadis kanonik, terutama al-kutub al-tis’ah.
Namun bila ternyata itu bukan berasal dari Nabi, maka mereka melabelinya
dengan label hadis dhaif, atau bahkan maudhu’ (palsu). Bila masih
meragukan, maka dilabeli sebagai hadis hasan, yang bila mencapai
akumulasi tertentu dapat dianggap sebagai hadis shahih li ghairihi.6
Terdapat perkembangan kajian hadis dalam masa kekinian
sebagaimana dikaji oleh para ahli hadis kekinian. Perkembanngan tersebut
sebagaimana ditulis oleh Yunus Yussof, Roslan Ismail, Zainuddin Hasan,
Adobting Hadith Verification techniqques to Digital Evidence
Autentification.7 Eksistensi ajaran-ajaran Nabi bukan hanya tersimpan teks-
teks kitab klasik, tetapi masuk disetiap lini kehidupan umat Islam. Hasil
ulama mutaqaddimin dapat diakses melalui teknologi. Adapun sekarang,
kajian hadis dapat menyusup dalam bentuk booklet-booklet, rubrik-rubrik
tertentu di media masa, internet, HP, atau bahkan sosok pribadi yang
dianggap sebagai representasi pewaris misi Nabi.8
Pemahaman hadis dalam konteks yang lebih luas perlu dilakukan
untuk mendapatkan pemahaman yang proporsional dalam konteks
kekinian. Sikap moderat dalam pemahaman keilmuan keagamaan adalah
sikap jalan tengah yang dengan jelas mengolaborasikan pemikiran-
pemikiran keagamaan yang berpijak teguh pada al-Qur’an dan hadis
6 Saifuddin Zuhri dan Ali Imron, Model-Model Penelitian Hadis Kontemporer
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), xvii. 7 M. Alfatih Suryadilaga, “Kajian Hadis Di Era Global,” Jurnal Esensia 15, No. 2,
199, (September 2014), 199-212. 8 Saifuddin Zuhri dan Ali Imron, Model-Model Penelitian..., xx.
-
3
dengan menetapkan ijma’ para ulama Salafush Shalih dan para
mujahiddin, menghormati, mengkaji, dan membedah turats sebagai
khazanah kekayaan peradaban keilmuan Islam serta konsisten dengan
meneguhkan adanya ijtihad terhadap persoalan-persoalan manusia dan
kemanusiaan yang terkini, selalu menjalankan sunnah Rasulullah Saw. dan
menjauhi segala yang dilarang, melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar.
Implementasi nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin
adalah bagaimana Islam hadir menciptakan harmoni dalam sikap
membangun toleransi positif bagi semua kelompok agama dan aliran
kepercayaan, sebagaimana semangat dalam Q.S. al-Kafirun ayat 1-6, di
mana kita sebagai umat Islam tahu bahwa di sekeliling kita ada keyakinan
dan kepercayaan atau iman lain, kita dituntut untuk memahami dan
menghormati dengan pemahaman dan penghormatan yang wajar
sebagaimana mereka lakukan pada kita.9
Tidak dapat dipungkiri bahwa seiring dengan berkembangnya
zaman kajian keilmuan hadis dan bahkan yang lainnya dalam Islam
semakin modern dan berkembang dengan pesat, sehingga antara guru dan
murid tidak harus bertatap muka lagi. seperti halnya mempelajari hadis
yang telah tersedia di media online, seperti website.
Website merupakan kumpulan dari beberapa halaman web di mana
informasi dalam bentuk teks, gambar, suara, dan lain-lain disajikan dalam
bentuk hypertext serta dapat di akses melalui perangkat lunak yang sering
disebut dengan browser. Website menyediakan informasi tidak terbatas dan
dapat diakses secara online kapanpun dan di manapun. Media masa
menjadi perhatian utama masyarakat untuk menyediakan informasi.
Di era modern ini, website dinilai sebagai media dakwah yang
efektif dan efisien yang memiliki nilai plus di mata masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, pasti menjadi alternatif bagi masyarakat di era
9 Alamul Huda, “Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, dan Moderat
Islam di Era Modern”, Jurnal de Jure 2, No. 2, 199, (Desember 2010), 179-194.
-
4
kekinian untuk mengakses informasi secara online baik dibidang agama
maupun dibidang ilmu lainnya. Dengan demikian bukan berarti website
tidak memiliki kelemahan. Cara yang mudah untuk membuat website,
menjadikannya disalahgunakan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan
instansi maupun pribadi. Sehingga keabsahan dari informasi yang
disediakan masih dipertanyakan.
Website sangat menjanjikan untuk membawa kepemahaman yang
lebih baik berkaitan dengan permasalahan-permasalahan sosial paling
mendasar yang berhubungan dengan penyebaran ide-ide serta prilaku
tertentu dalam kebudayaan. Mengingat pentingnya peran hadis Nabi Saw.
dalam kehidupan umat Islam. Dengan demikian diperlukan kejelasan
terkait pengguanaan hadis di internet.
Bincangsyariah.com merupakan bagian dari Yayasan Pengkaji
Hadis el-Bukhari. Website yang diluncurkan guna merespon wacana
keislaman yang berkembang ditengah masyarakat, khususnya media sosial.
Dalam menganalisis sebuah permasalahan, website ini selalu menyertakan
ayat al-Qur’an, hadis, dan pendapat ulama. Di samping itu, pada kajian
hadis di website bincangsyariah.com memiliki penjelasan yang cukup
memadai serta data yang update sehingga menurut peneliti website
bincangsyariah.com ini cukup mumpuni sebagai obyek kajian penelitian
karya ilmiah dalam bidang hadis khususnya.
Melalui penelitian ini, peneliti berusaha menggali informasi
mengenai penggunaan hadis di internet, fokuskan kajian pada website
bincangsyariah.com. Dalam hal ini, peneliti berupaya menelusuri
mengungkap metode fiqh al-hadis dalam website bincangsyariah.com
hingga kontribusinya terhadap wacana Islam moderat.
https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/
-
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang diajukan
dalam penelitian ini adalah
1. Apa tema dan bahasan dalam website bincangsyariah.com?
2. Bagaimana metode fiqh al-hadis yang diterapkan dalam website
bincangsyariah.com?
3. Apa kontribusi website bincangsyariah.com terhadap wacana Islam
moderat?
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah :
1. Mengetahui tema dan bahasan dalam website bincangsyariah.com.
2. Mengetahui metode fiqh al-hadis yang diterapkan dalam website
bincangsyariah.com.
3. Mengetahui kontribusi website bincangsyariah.com terhadap wacana
Islam moderat.
Sedangkan signifikansi penelitian ini adalah:
1. Memberikan wawasan keislaman terutama dalam bidang Hadis serta
mampu memahami konteks keberadaannya.
2. Memberikan gambaran bagaimana penyajian hadis dalam website
bincangsyariah.com, sehingga fokus yang dibahas adalah metode
fiqh al-hadis yang diterapkan dalam website tersebut.
3. Memberikan penjelasan tentang hubungan antara teks yang disajikan
dalam website dan masyarakat yang berfokus pada kontribusinya
terhadap wacana Islam moderat.
https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/
-
6
D. Tinjauan Pustaka
Penggunaan hadis di internet atau media masa bukan merupakan
perkara yang baru lagi. Tulisan mengenai hal tersebut pun sudah banyak
ditemukan. Tulisan dengan judul Model-Model Kajian Hadis Kontemporer
karya Saifuddin Zuhri Qudsy dan Ali Imron, dalam buku tersebut terdapat
bab dengan judul “Model Penelitian Hadis di Media Masa: kekerasan
verbal di media sosial akibat pluralitas interpretasi hadis-hadis hisab
rukyat”. Fokus kajian dalam penelitian tersebut ialah bagaimanakah
bentuk-bentuk kekerasan verbal media masa pada kasus lebaran Idul Fitri
tahun 2011. Adapun metode yang dipakai adalah content analysis (analisis
isi). Sumber kajiannya media online di Indonesia seperti: rakyat merdeka
online ( www.rmol.co), detik.com ( news.detik.com), oke zone (
www.okezone.com), website resmi Muhammadiyyah dan website resmi
NU. Dari sini tampak bahwa media online di luar NU dan Muhammadiyah
justru mendominasi aksi-aksi kekerasan verbal tersebut. Tampaknya NU
dan Muhammadiyah sudah memiliki system filter yang cukup untuk
menyaring kata-kata dalam berita-berita yang mereka muat.10
M. Alfatih Suryadilaga dalam karyanya Kajian Hadis di Era Global
menyatakan bahwa perkembangan studi hadis di masa kini menandakan
akan kebangkitan ketiga dalam kajian hadis. Di mana kebangkitan yang ada
dalam literatur studi hadis adalah adanya kajian yang mengintegrasikan
dengan kajian barat dan kehadiran kajian-kajian yang menyegarkan.
Dengan demikian, artikel ini berupaya mengkaji perkembangan studi hadis
di era globalisasi, sehingga yang lebih ditekankan adalah ragam studi hadis
di era kekinian.11
Selanjutnya Ishak Suliaman dengan karyanya yang berjudul
Autoriti Hadis Di Internet. Tulisan ini memfokuskan kajian terhadap aspek
sistem dan penkhidmatan perisian laman web. Di samping itu penilaian
10 Saifuddin Zuhri dan Ali Imron, Model-Model Penelitian..., 1-4. 11 M. Alfatih Suryadilaga, “Kajian Hadis Di Era..., 199-212.
http://www.rmol.co/http://news.detik.com/http://www.okezone.com/http://www.okezone.com/
-
7
semula dilakukan terhadap aspek pemakaian hadis berdasarkan ketepatan
teks dan baris matan, ketepatan teks dan baris sanad, kedudukan hadis di
dalam kitab dan bab, rawi al-A’la dan Muhaddith berlandaskan
perbahasaan ulama berkenaan dengan hadis al-Musahhaf. Analisis terhadap
aspek keselamatan akses dan isu-isu dalam perbahasaan hadis al-Musahhaf
menjadi tujuan utama dalam memastikan autoriti hadis dapat dinukilkan
secara baik di alam siber. Melalui aspek berkenaan dapat disimpulkan tahap
keautoritian hadis di internet.12
Shahril Nizam Zulkipli dengan tesisnya yang berjudul
Pemeliharaan Hadis di Internet: Kajian Terhadap Laman Web al-Durar
al-Saniyyah dan Islamweb. Objektifitas kajian ini ialah menganalisis aspek
pemeliharaan hadis di internet dengan memfokuskan terhadap dua laman
web yaitu al-Durar al-Saniyyah dan Islamweb. Hasil kajian mendapati
bahwa terdapat 199 teks hadis (99,5%) dari 200 teks hadis sebagai sampel
dari dua laman tersebut telah dinukilkan kedalam bentuk digital secara
tepat dan berautoriti sebagaimana yang terdapat di dalam kitab hadis
bercetak.13
Siti Zakiyatul Humairoh melalui tulisannya yang berjudul Kajian
Syarah Hadis Di www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-
sholihin.html. Sumber kajian penelitian ini adalah website
www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.html sebagai situs
kajian online yang ada di Brunei Darussalam, yang mana situs ini dibuat
agar penduduk Brunei dapat mendalami agama Islam sesuai dengan aliran
ahlu as-Sunnah wa al-Jama’ah. Dengan fokus kajian menelusuri metode
yang digunakan dalam kajian syarah hadis di website tersebut. Hasil
penelitian ini mendapati bahwa kajian syarah hadis kitab Riyadhus Shalihin
pada www.majlisuzzikr.com yang dipimpin oleh Syaikh Al-Mahdaly
12 Suliaman Ishak bin HJ, Autoriti Hadis di Internet (Malaysia: University of
Malaya Press, 2013). 13 Shahril Nizam Zulkipli, “Pemeliharaan Hadis di Internet: Kajian Terhadap
Laman Web al-Durar al-Saniyyah dan Islamweb”, Master Thesis (Malaysia: University of
Malaya, 2012).
http://www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.htmlhttp://www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.htmlhttp://www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.htmlhttp://www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.htmlhttp://www.majlisuzzikr.com/
-
8
menggunakan metode tahlili (analitis) yaitu mensyarah hadis kata-perkata
dan menjelaskannya sesuai kalimat demi kalimat serta menggunakan al-
Qur’an sebagai dalil penguat dan memunasabahkan pendekatan bahasa
dalam menelaskan hadis-hadis dalam kitab Riyadhus Shalihin.14
Tesis yang disusun oleh Ahmad Faruk (UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta), dengan judul Kualitas Kajian Hadis Di Website: Studi
Terhadap Kajian-Kajian Hadis Di Website https://muslim.or.id. Sumber
kajian penelitiannya adalah website https://muslim.or.id sebagai salah satu
website yang digunakan sebagai media dakwah di Indonesia. Sedangkan
fokus kajian pelitian ialah menguji validitas kutipan teks hadisnya serta
melihat ragam pemahaman teks hadis di website tersebut. Hasil kajian ini
bahwa kutipan teks-teks hadis yang ada dalam website muslim.or.id bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Kutipan teks hadis yang diambil
dari kitab-kitab hadis didominasi dari kitab-kitab induk kutub al-tis’ah, di
mana Shahih Bukhari dan Shahih Muslim menjadi dominasi rujukan teks
hadis. Untuk keterangan yang kaitannya dengan sumber periwayatan tidak
semua teks hadis diberi keterangan. Sedangkan model pemahaman dalam
website tersebut adalah tekstual dan kontekstual.15
Walaupun demikian banyaknya tulisan yang membahas tentang
penggunaan hadis di internet, namun belum ada yang membahas secara
rinci pada metode pemahaman fiqh al-hadis dalam website
bincangsyariah.com hingga kontribusinya terhadap wacana Islam moderat.
14 Siti Zakiyatul Humairoh, Kajian Syarah Hadis Di
www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.html, 1-20. 15 Ahmad Faruk, “Kualitas Kajian Hadis Di Website: Studi Terhadap Kajian Hadis
Di Website https://muslim.or.id”, Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga, 2016), vi.
https://muslim.or.id/https://muslim.or.id/http://muslim.or.id/https://bincangsyariah.com/http://www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.htmlhttp://www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.htmlhttps://muslim.or.id/
-
9
E. Kerangka Teoretik
Sebagai sumber hukum Islam ke dua setelah al-Qur’an, hadis
tidaklah sebagaimana al-Qur’an adanya, kecuali hadis-hadis yang
mutawātir, keberadaan hadis sebagai sumber hukum selalu dipertanyakan.
Terlebih lagi jika hadis tersebut tidaklah relevan dengan permasalahan. Ada
empat unsur mendasar yang perlu di pelajari terkait dengan hadis-hadis
Nabi Saw, yaitu historisitas, ontentisitas, otoritas, dan interpretasi.16
Hadis Nabi Saw mengandung sifat universal temporal dan lokal.
Untuk itulah, mungkin saja suatu hadis lebih tepat dipahami secara tersurat
(tekstual). Sedangkan hadis tertentu dipahami secara tersirat (kontekstual).
Pemahaman hadis secara tekstual bila hadis yang bersangkutan, yaitu
terkait sekitar persoalan hadis tersebut dari latar belakang terjadinya dan
tetap menuntut pemahaman sesuai kehendak teks tersebut. Sedangkan
pemahaman kontekstual dilakukan dibalik teks suatu hadis, adanya
petunjuk yang kuat yang seharusnya hadis dipahami dan diterapkan tidak
sebagaimana yang tersurat. Untuk melakukan pilihan pemahaman yang
dinilai tepat, diperlukan kegiatan pencarian indikasi yang relevan dengan
matan hadis yang bersangkutan dilihat dari segi-segi yang berhubungan
dengannya. Untuk mendapatkan suatu indikasi, diperlukan kegiatan ijtihad
dan kegiatan tersebut dilakukan ketika sudah jelas kualitas sanad hadis
yang bersangkutan.17
Apa bila perbedaan dalam Islam, yang pada dasarnya berangkat
dari perbedaan pemahaman dan penafsiran atas teks al-Qur’an dan hadis,
mengakibatkan ketidakharmonisan dalam bermasyarakat dan bernegara.
Kehadiran Islam sebagai agama adalah untuk menarik manusia dari sikap
ekstrim yang berlebihan dan memposisikannya pada posisi yang seimbang.
Konsekuensi dari moderasi Islam sebagai agama, maka tidak
satupun unsur atau hakikat yang dirugikan. Di mana moderasi Islam adalah
16 Nur Sulaiman, Antologi Ilmu Hadis (Jakarta: Gaung Persada Pres, 2009), 86. 17 Ahmad Faruk, Kualitas Kajian Hadis ..., 15-16.
-
10
sebuah pandangan atau sikap yang berusaha mengambil posisi tengah dari
dua sikap yang bersebrangan dan berlebihan sehingga salah satu dari kedua
sikap yang dimaksud tidak mendominasi dalam pikiran dan sikap
seseorang.18
Menurut Muchlis Hanafi, sikap moderat dalam beragama, terutama
dalam memahami dan mengamalkan teks-teks keagamaan, ditandai dengan
beberapa ciri, yaitu Pertama, memahami realitas (fiqh al-waqi’) di mana
kehidupan manusia selalu berubah dan berkembang tiada batas, sementara
teks-teks keagamaan terbatas. Oleh karena itu, ajaran Islam berisikan
ketentuan-ketentuan yang tsawabit (tetap), dan hal-hal yang dimungkinkan
untuk berubah sesuai dengan perkembangan ruang dan waktu
(mutaghayyirat). Kedua, memahami fiqh prioritas (fiqh al-awlawiyyat)
yaitu Sikap moderat menurut seseorang untuk tidak mendahulukan dan
mementingkan hal-hal yang bersifat sunnah dan meninggalkan yang wajib.
Ketiga, memahami sunnatullah dalam penciptaan di mana sunnatullah
yang dimasud adalah graduasi atau penahapan (tadarruj) dalam segala
ketentuan hukum alam dan agama.
Keempat, memberikan kemudahan kepada orang lain dalam
beragama, hal ini tidak berarti bahwa sikap moderat mengorbankan teks-
teks keagamaan dengan mencari yang termudah bagi masyarakat, tetapi
dengan mencermati teks-teks itu dan memahaminya secara mendalam
untuk menemukan kemudahan yang diberikan oleh agama. Kelima,
memahami teks-teks agama secara komprehensif yaitu syariat Islam akan
dapat dipahami dengan baik manakala sumber-sumber ajarannya (al-Qur’an
dan Hadis) dipahami secara komprehensif, tidak parsial (sepotong-potong).
Keenam, terbuka dengan dunia luar, mengedepankan dialog dan
bersikap toleran di mana sikap moderat Islam ditunjukkan melalui
keterbukaan dengan pihak-pihak lain yang berbeda pandangan. Sikap ini
18 Asep Abdurrohman, “Eksistensi Islam Moderat Dalam Perspektif Islam”, Jurnal
Rausyan Fikr 14, No. 1, 36-37, (Maret 2018), 29-41.
-
11
didasari pada kenyataan bahwa perbedaan di kalangan umat manusia adalah
sebuah keniscayaan. Keterbukaan dengan sesama mendorong seorang
Muslim moderat untuk melakukan kerjasama dalam mengatasi persoalan-
persoalan bersama dalam kehidupan. Prinsipnya adalah, bekerjasama dalam
hal-hal yang menjadi kesepakatan untuk diselesaikan secara bersama, dan
bersikap toleran terhadap perbedaan yang ada.19
Seiring perkembangan zaman, kini kajian hadis semakin
berkembang pula. Sehingga saat ini tatap muka antara guru dan murid pun
tidak harus dilakukan. Seperti mengkaji hadis melalui media online,
misalnya website.
Website merupakan kumpulan halaman yang terdiri dari teks,
gambar, suara, dan animasi yang disediakan melalui jalur internet, sehingga
menjadi media informasi yang menarik untuk dikunjungi.20 Layanan
website merupakan layanan yang populer dikalangan pengguna internet.
Setiap dokumen yang ditulis menggunakan suatu format standar yang
disebut HTML (HyperText Markup Language). Dokumen yang ditransfer
antar server web (web server) menggunakan suatu protocol yang disebut
HTTP (HyperText Transfer Protocol).21 Website dapat diakses dari seluruh
dunia, oleh karena itu website memiliki beberapa manfaat, diantaranya bagi
para pebisnis, website dapat membantu mereka untuk menambah
penghasilan dengan cara menjual produk-produk melalui website. Bagi
para pelajar, website dapat membantu menemukan berbagai macam
pengetahuan yang mereka butuhkan. Situs web juga dapat memiliki fungsi
19 Muchlis M.Hanafi, Moderasi Islam: Menangkal Radikalisasi Berbasis Agama
(Ciputat: Ikatan Alumni al-Azhar dan Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), 2013), 21-28. 20 Heni A. Puspitasari, Membangun Website Interaktif dengan Adobe Creative
Suite 5: Tingkat Dasar (Yogyakarta: Skripta Media Creative, 2010), 1. 21 Aji Supriyanto, Pengantar Teknologi Informasi (Jakarta: Salemba Infotek,
2005), 340.
-
12
entertaiment/hiburan, di mana penggunaan animasi, gambar dan elemen
bergerak dapat meningkatkan mutu presentasi desainnya.22
Bincangsyariah.com merupakan salah satu website yang memuat
kajian hadis di dalamnya. Sehingga dapat mempermudah masyarakat untuk
mengakses pemahaman keagamaan melalui internet.
Usaha memahami hadis Nabi merupakan persoalan yang urgent
dan cukup mendasar bagi umat Islam. Hal ini karena hadis sebagai sumber
hukum Islam yang kedua setelah al-Qur’an yang diharapkan mampu
menjawab segala pertanyaan umat Islam. Tujuan pemahaman hadis tidak
hanya sebatas mengkomunikasikan dengan realitas zaman, tetapi juga
mengembangkan makna-makna sejauh yang dapat dijangkau oleh redaksi
hadis. Karena itu, memanfaatkan berbagai teori dari berbagai disiplin ilmu
merupakan langkah positif dan maju dalam memahami kembali hadis-hadis
Nabi Saw.
Dalam dunia modern, Perkembangan ilmu-ilmu sosial, seperti
sosiologi, antropologi, psikologi, sejarah, serta filsafat sangat membantu
dalam memahami kembali hadis-hadis Nabi ini. Fiqh al-Hadis, sebagai
salah satu aspek ilmu hadis yang mempelajari metode dan pendekatan
dalam memahami hadis-hadis Nabi Saw. Sangat penting dalam antisipasi
terhadap penolakan hadis-hadis yang secara validitas dapat diyakini sebagai
riwayat yang berasal dari Nabi Saw. Di samping itu, juga tujuan agar umat
tidak salah dalam menerapkan hadis Nabi Saw.23
Berkaitan dengan memahami makna hadis dan menemukan
signifikansi kontekstualnya, Yusuf Al-Qardhawi memberikan delapan
prinsip pemahaman terhadap hadis Nabi Saw, yaitu Pertama, memadukan
al-Sunnah sesuai dengan petunjuk al-Qur’an. Kedua, memadukan beberapa
hadis yang mengemukakan satu topik. Ketiga, penggabungan atau
22 Muhammad Hilmi Nasruri dan Java Creativity, Membangun Website Super
Canggih dengan Jomla 3 (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013), 2. 23 Maizuddin, Metodologi Pemahaman Hadis (Padang: Hayfa Press, 2008), 23.
-
13
pentarjihan antara hadis-hadis yang (tampaknya) bertentangan. Keempat,
memahami hadis dengan mempertimbangkan latar belakang, situasi dan
kondisinya ketika diucapkan, serta tujuannya. Kelima, memisahkan antara
sarana yang berubah-ubah dan tujuan yang bersifat tetap dalam setiap
hadis. Keenam, membedakan antara ungkapan yang bermakna sebenarnya
dan yang bersifat majaz dalam memahami hadis. Ketujuh, membedakan
antara yang ghaib dan yang nyata. Kedelapan, memastikan makna
peristilahan dalam hadis.24
Untuk menggali informasi terkait penggunaan hadis di internet
diperlukan seperangkat metodologi. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode analisis wacana (discourse analysis), yakni
mengungkapkan metode pemahaman hadis yang diterapkan dalam website
bincangsyariah.com hingga kontribusinya terhadap wacana Islam moderat.
Dalam teori wacana, teks-teks yang dianggap kompleks dan
beraturan sesuai norma atau standar justru mengorganisasikan kenyataan
yang tak beraturan. Norma atau standar yang digunakan untuk mengatur
perilaku-perilaku manusia sering kali menampilkan kategori-kategori
politik, sosial, atau hubungan sosial-politik lainnya.25 Norma atau standar
inilah, khususnya sintaksis dan semantik, yang menentukan nilai suatu
wacana. Lebih sederhana, Lubis mendefinisikan wacana/diskursus sebagai
kumpulan pernyataan-pernyataan yang ditulis, diucapkan atau
dikomunikasikan dengan menggunakan tanda-tanda.26
Nunan menyatakan bahwa analisis wacana adalah studi mengenai
penggunaan bahasa yang memiliki tujuan untuk menunjukkan dan
menginterpretasikan adanya hubungan antara tatanan atau pola-pola
24 Siti Fatimah, “Metode Memahami Hadis Nabi Dengan Mempertimbangkan
Asbabul Wurud: Studi Komparasi Pemikiran Yusuf al-Qardhawi dan M. Syuhudi Ismail”,
Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), 29-36. 25 Yudi Latif dkk. Bahasa dan Kekuasaan (Bandung: Mizan, 1996), 81. 26 Akhyar Lubis .Masih Adakah Tempat Berpijak Bagi Ilmuwan (Bogor:
Akademia, 2004), 149.
https://bincangsyariah.com/
-
14
dengan tujuan yang diekspresikan melalui unit kebahasaan tersebut.
Analisis wacana model Nunan ini dilakukan melalui pembedahan dan
pencermatan secara mendetil elemen-elemen linguistik seperti kohesi,
elipsis, konjungsi, struktur informasi, tema dsb. untuk menunjukkan makna
yang tidak tampak pada permukaan sebuah wacana.27
F. Metode Penelitian
Agar suatu penelitian lebih terarah dan sistematis, tentunya
diperlukan suatu metode yang jelas, begitu juga penelitian ini, tentunya
juga penyusun gunakan untuk memaparkan, mengkaji, serta menganalisis
data-data yang ada untuk diteliti. Metode penelitian meliputi; jenis dan
pendekatan penelitian, kebutuhan dan sumber data, teknik pengumpulan
data, analisis data, pemeriksaan keabsahan data.
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode wacana, sehingga analisis wacana akan
digunakan dalam penelitian untuk mengungkap metode fiqh al-hadis
dalam website bincangsyariah.com hingga kontribusinya terhadap
wacana Islam moderat.
2. Kebutuhan dan Data Sumber
Penulisan ini merupakan penulisan kepustakaan, karenanya data
yang digunakan adalah buku atau tulisan terkait penelitian hadis di
internet. Selain itu penulis juga melakukan pengumpulan data dengan
jalan mempelajari literatur dari buku-buku lain yang mendukung
pendalaman analisis. Secara garis besar sumber data terbagi menjadi
dua, yaitu:
27David Nunan. Introducing Discourse Analysis (London: Penguin Book, 1993)
https://bincangsyariah.com/
-
15
a. Sumber pilihan (primer)
Sumber data primer merupakan sumber pokok penelitian, pada
penelitian ini sebagai sumber data pokok adalah website
bincangsyariah.com. Website yang cukup aktif membahas wacana
keislaman yang berkembang di tengah masyarakat, khususnya media
sosial.
b. Sumber tambahan (sekunder)
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber
yang sudah ada, atau data yang diperoleh dari tangan kedua, dari
sumber tidak langsung/pendukung. Dalam penelitian ini data
sekundernya adalah buku-buku, artikel, jurnal, dan bahan-bahan
kepustakaan lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data
primer untuk keperluan peneliti, pada penggunaan hadis di website
bincangsyariah.com ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data secara observasi (pengamatan) dari tema-tema dan bahasan yang
terdapat dalam website tersebut. Seperti, kalam, khazanah, nisa,
ubuddiyah, zikir dan do’a, dan lain-lain. Pada kajian ini, peneliti
mengamati setiap gejala pada objek yang tampak pada sampel-sampel
yang telah ditentukan. Kemudian menggunakan data sekunder, seperti
buku-buku, artikel, jurnal, dan bahan-bahan kepustakaan lain yang ada
relevansinya dengan penelitian ini.
4. Analisis data
Penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content
analysis). Analisis ini adalah suatu teknik penelitian untuk membuat
kesimpulan-kesimpulan (iterferensi) yang dapat ditiru (replicable) dan
dengan data yang valid, dengan memperhatikan konteksnya. Analisis
isi yang dihadapkan pada data kualitatif maka ia termasuk dalam
https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/
-
16
analisis wacana. Metode ini dimaksudkan untuk menganalisis seluruh
pembahasan megenai latar belakang penggunaan hadis dalam website
bincangsyariah.com hingga kontribusinya terhadap wacana Islam
moderat. Secara lebih mendalam yang dalam penelitian ini, penulis
merumuskan dari tahapan merumuskan masalah, membuat kerangka
berfikir, membuat metode operasionalisasi konsep, menentukan metode
pengumpulan data, pengumpulan metode analisis data yang kemudian
sampai pada tahap interpretasi makna.
5. Pengecekan Keabsahan Data
Uji kredibilitas data, dibutuhkan untuk memastikan keabsahan
data penelitian. Dalam hal ini, penulis mendiskusikan dengan teman
sejawat yang lebih mengetahui tentang topik yang diangkat penulis
dalam meneliti.
G. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian akan disajikan dalam sistematika sebagai berikut :
Pertama, Bab ini memberikan gambaran latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ulasan beberapa
penelitian yang telah dilakukan terhadapnya, kerangka teoritik, metode
penelitian, dan sistematika penelitian.
Kedua, Berisi tentang konteks umum seputar tema dan bahasan
dalam website bincangsyariah.com. Pada bagian ini peneliti memaparkan
gambaran umum seputar website bincangsyariah.com dan kajian-kajian
hadis di dalamnya.
Ketiga, Analisis metode fiqh al-hadis yang diterapkan dalam
website bincangsyariah.com. Di sini peneliti akan memaparkan metode
penulisan, struktur sistematika, serta argumen-argumen terkait validitas
kutipan teks hadis yang digunakan dalam website tersebut.
https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/
-
17
Keempat, Konteks pemaknaan hadis-hadis dalam website
bincangsyariah.com, dan relasinya dengan kehidupan sosial masyarakat,
sehinggga dapat diketahui kontribusinya terhadap wacana Islam moderat.
Kelima, berisi penarikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari
rumusan masalah yang diajukan, kritik dan saran untuk penelitian berlanjut.
-
18
BAB II
GAMBARAN UMUM WEBSITE BINCANG SYARIAH
A. Profil Website bincangsyariah.com
Bincangsyariah.com adalah website keIslaman yang dikembangkan
oleh Yayasan Pengkajian Hadits el-Bukhori. Website ini berisi tentang
praktik ibadah, sejarah Islam, persoalan-persoalan hukum Islam, akidah,
zikir dan doa. Website ini diluncurkan untuk merespon wacana keislaman
yang berkembang di tengah masyarakat, khususnya media sosial. Di
samping itu, juga menggulirkan wacana keislaman agar kajian Islam selalu
berkembang dan semakin dinamis. Isu yang dibincang dalam website ini
selalu berpijak pada prinsip ilmiah dan mengikuti logika ilmu Islam. Dalam
menganalisa sebuah permasalahan, para redaktur selalu berpedoman
kepada al-Quran, Hadis, dan pendapat ulama yang otoritatif. Ketiga
panduan ini tidak diterjemahkan begitu saja, tetapi kami baca melalui
pendekatan normatif ataupun empiris.28
El-Bukhari Institute (eBI) adalah lembaga non pemerintah dalam
bentuk badan hukum yayasan yang berusaha mengenalkan hadis ke publik
serta mengampanyekan Islam moderat melalui hadis-hadis Nabi saw.
Berdirinya lembaga ini dilatar belakangi oleh kondisi kajian hadis yang
sangat lemah. Di tengah lemahnya kajian tersebut diperparah dengan
sedikitnya lembaga yang konsen untuk mengkaji hadis. Padahal kebutuhan
masyarakat akan kajian hadis perlu untuk dipenuhi, sebab sebagian besar
aktifitas keagamaan masyarakat muslim dijelaskan dalam hadis.
28 El-Bukhari Institute, Company Profile Bincang Syariah: Situs Islam Terbaik di
Indonesia, 1.
-
19
Problem lain adalah semakin luasnya penyebaran hadis-hadis palsu
dalam dakwah-dakwah maupun dalam pertemuan ilmiah lainnya. Bisa jadi
hal itu terjadi tanpa disadari oleh yang menyampaikan atau faktor ketidak
tahuan si penyampai.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut el-Bukhari Institute didirikan
pada tanggal 30 November 2013. Untuk itu, eBI selalu aktif melakukan
kajian, penelitian, pelatihan, dan publikasi yang terkait dengan hadis.
Tujuan utama pendirian lembaga ini ialah agar masyarakat menyadari akan
pentingnya hadis dan mengetahui bagaimana mengamalkannya dalam
konteks saat ini. Selain itu, lembaga ini juga merupakan wadah para
akademisi, peneliti atau santri, atau siapa saja yang ingin mengkaji hadis
dan mempublikasikan karyanya.
Setelah berjalan dua tahun, tepatnya pada akhir tahun 2015 eBI
mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum atas nama Yayasan
Pengkajian Hadis el-Bukhori berdasarkan Akta Notaris Nomor 06 tanggal
12 Januari 2015 oleh Notaris Musa Muamarta, S.H. disahkan oleh
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan Nomor AHU-
000060.AH.01.12 TAHUN 2015 TANGGAL 20 JANUARI 2015.29
1. Struktur Redaksi
Pengurus merupakan anak muda dengan latar belakang
pendidikan formal yang berbeda tetapi memiliki satu kepentingan yang
sama, yaitu pengebangan hadis. Untuk itu banyak isu-isu yang
bermacam-macam dianalisis dari sudut pandang hadis. Dalam bidang
penulisan, pengurusnya telah banyak mempublikasikan artikel di
berbagai media cetak maupun online seperti buku, surat kabar, majalah,
journal, dan website resmi lembaga-lembaga lainnya.30 Berikut adalah
susunan redaksi dari bincang syariah:31
29 El-Bukhari Institute, Company Profile, 5. 30 El-Bukhari Institute, Company Profile, 16. 31 El-Bukhari Institute, Company Profile Bincang..., 5-6.
-
20
Penanggungjawab
Abdul Karim Munthe
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Konten Manajer
Hengki Ferdiansyah
Alumnus Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pemipin Redaksi
Ibnu Kharish
Alumnus Magister Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Redatur Pelaksana
Muhammad Masrur Irsyadi
Alumnus Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hiayatullah Jakarta
Social Media
Ibnu Hayyan
Alunus Pesantren Al-Kholidin
Editor Video
Moh Juriyanto
Alumnus International Institute for Hadith Sciences Darus Sunnah
dai Papua tahun 2015-2017
Neneng Maghfiro
Alumnus UIN Syarif Hiayatullah
Annisa Nurul Khasanah
Alumnus UIN Syarif Hiayatullah
2. Konten
Desiminasi konten utamanya dilakukan melalui website.
bincangsyariah.com saat ini berada di posisi 6.283 Indonesia dan
489,945 ranking dunia (13 Desember 2018). Saat ini rata-rata
pengunjung website adalah di atas 14.000 ribu per hari, google
-
21
analitycs 9.000. Sumber pembaca website saat ini terbesar organic
search (40.6%), direct (37,2%), Social (16,5%), Refferal (5.7%).32
a. Artikel
Saat ini jumlah artikel yang diupload setiap hari minimal 12
tulisan. Total naskah yang telah diterbitkan lebih dari 2.500 artikel.
Salah satu yang membedakan artikel yang dipublis di Bincang
Syariah adalah pendekatan yang digunakan. Al-Qur’an dan Hadis
sebagai sumber utama dan juga menggunakan metodologi ulama
salaf sekaligus mengakomodir perkembangan ilmu pengetahuan
modern.
Kontributor website ini adalah para alumni dari pondok
pesantren dan perguruan tinggi baik dari tingkat sarjana, magister
bahkan doktor. Sehingga kualitas tulisan dapat
dipertanggungjawabkan secara akedemik dan agama.33
b. Video
Saat ini jumlah video yang diterbitkan perharinya minimal 2
video. Total video yang telah diproduksi oleh Bincang Syaria lebih
dari 500 video. Jenis video yang diproduksi adalah video grafis,
vlog, monolog, Q n A dan documentary video.
32 El-Bukhari Institute, Company Profile Bincang..., 3-4. 33 El-Bukhari Institute, Company Profile Bincang..., 2.
-
22
Gambar 2.1. Halaman Bincang Syariah Channel
c. Infografis
Artikel yang telah ditulis akan didampingi dengan infografis
dan quote. Tujuannya untuk memudahkan pembaca membaca secara
cepat informasi yang disampaikan. Selain di website infografis juga
disebar di media-media sosial.
Gambar 2.2. Halaman Beranda
-
23
B. Tema dan Bahasan Dalam Website
Di dalam website bincangsyariah.com terdapat banyak artikel yang
berkaitan dengan persoalan di tengah masyarakat. Artikel tersebut
diklasifiasikasikan dalam beberapa tema, di antaranya sebagai berikut:
1. Kalam
Perkara-perakara yang berkaitan dengan keyakinan terhadap
Allah Swt. dan sifat-sifatNya serta relasi sosial masuk dalam klasifikasi
tema kalam. Muamalah atau relasi sosial dalam arti luas adalah aturan-
aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam
hubungan tertentu. Hal tersebut agar terlahir jiwa-jiwa yang peduli atas
kemanusiaan serta menambah wawasan mengenai sifat-sifat Allah Swt.
Etika menjadi sasaran utama dengan tujuan untuk membina masyarakat
yang ber-akhlaqul karimah. Salah satu contoh artikel dalam kolom
kalam adalah sebagai berikut:
Dalam Hadis, Empat Orang Ini Disunahkan Untuk
Diucapkan Salam Lebih Dahulu
Nabi Muhammad saw memberikan kriteria orang-orang yang
diutamakan untuk diucapkan salam lebih dahulu. Rasulullah saw bersabda,
أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا عليه قال: ))يسلم عن
–الراكب على الماشي, والماشي على القا عد, والقليل على الكثير
متفق عليه. وفي رواية للبخاري, والصغير على الكبير
Dari Abu Hurairah, ra sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:
“orang yang sedang berkendara disunahkan mengucapkan salam
terlebih dahulu kepada orang yang berjalan kaki, sedangkan orang
yang berjalan kaki disunahkan mengucapakan salam terlebih
dahulu kepada orang yang duduk, dan orang yang populasinya
-
24
sedikit disunahkan mengucapkan salam terlebih dahulu kepada orang banyak” (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam riwayat Imam Bukhari terdapat tambahan redaksi
bahwasanya “anak kecil juga disunahkan mengucapakan salam terlebih dahulu kepada orang dewasa.”
Melihat hadis di atas, seolah orang yang menjadi objek
pengucapan salam itu tidak memiliki kesunahan untuk memulai
salam, padahal pada sejatinya tidak demikian. Boleh saja dalam satu
kesempatan keempat objek di atas harus mengucapkan salam
terlebih dahulu manakala orang yang berkendara, orang berjalan
kaki, orang yang jumlahnya sedikit dan anak kecil itu, sedang dalam keadaan lupa atau ada kesibukan lain.
Hemat penulis, hadis di atas merupakan sebuah adab atau
tatakrama sosial yang diajarkan Rasulullah ketika bertemu dengan
orang-orang yang dalam keadaan tertentu seperti halnya sabda Rasul
di atas. Bukan lantas ketika bertemu dengan orang-orang yang
seperti di atas justru kita malah egois dan menganggap mereka yang
berhak mengucapkan salam terlebih dahulu. Itu tidak benar. Satu sisi
kita harus menoleh kembali bahwasanya manusia yang paling utama
di sisi Allah adalah orang terlebih dahulu memulai salam kepada
mereka.
Menurut Imam Muhallab yang dikutip dari kitab Nuzhatul
Muttaqin Syarah Riyadus Shalihin menjelaskan bahwasanya kenapa
Nabi Muhammad saw mengajarkan kita demikian (kesunahan empat
orang mengucapakan salam terlebih dahulu): Petama, orang yang
berkendara disunahkan mengucapkan salam terlebih dahulu kepada
orang yang berjalan kaki agar supaya dirinya tidak merasa congkak
dan sombong dengan berkendaranya itu. Kedua, orang yang berjalan
kaki disamakan dengan orang yang mau masuk ke dalam sebuah
ruangan. Sehingga orang yang berjalan kaki disunahkan
-
25
mengucapkan salam terlebih dahulu kepada orang yang duduk. Baik
duduk di pinggir atau duduk di satu majlis. Ketiga, orang yang
sedikit dianjurkan memulai salam terlebih dahulu kepada orang
banyak untuk menjaga hak-hak mereka karena hak-hak mereka lebih
agung dan lebih mulia secara kuantitas. Hal ini biasanya terjadi
kepada seorang mubaligh atau pendakwah. Keempat, anak kecil
diperintahkan untuk selalu menghormati dan merendahkan diri
(tawaduk) di hadapan orang tua. Sehingga disunahkan mengucapkan
salam terlebih dahulu ketika bertemu dengan orang tua.34
Gambar 2.3. Halaman Kolom Kalam
2. Khazanah
Khazanah berisi artikel yang berhubungan dengan kisah-kisah
dan sejarah Islam. Hal tersebut guna memupuk rasa kecintaan dan
kekaguman terhadap islam dan kebudayaannya serta meluaskan
cakrawala pandangan dan pengetahuan terhadap makna islam bagi
kepentingan kebudayaan umat manusia. Salah satu contoh artikel dalam
kolom khazanah adalah sebagai berikut:
34 https://bincangsyariah.com/kalam/dalam-hadis-empat-orang-ini-disunahkan-
untuk-diucapkan-salam-lebih-dahulu/ diakses pada 17 Desember 2018.
https://bincangsyariah.com/kalam/dalam-hadis-empat-orang-ini-disunahkan-untuk-diucapkan-salam-lebih-dahulu/https://bincangsyariah.com/kalam/dalam-hadis-empat-orang-ini-disunahkan-untuk-diucapkan-salam-lebih-dahulu/
-
26
Mengenal Kitab “Al-Mandzumah Al-Baiquniyyah”: Kitab Ilmu
Hadis Bagi Pemula
Salah satu kitab yang disusun dengan sangat sederhana untuk
menjelaskan tentang ilmu hadis adalah al-Mandzumah al-
Baiquniyyah, di dalamnya berisi syair yang terdiri dari 34 bait.
Meskipun minim keterangan, namun hampir seluruh pembahasan mengenai ilmu hadis dibahas di dalamnya.
Kitab al-Mandzumah al-Baiquniyyah disusun oleh Thaha
atau ‘Amr bin Muhammad bin Futuh al-Dimasyqi al-Syafi’i al-Baiquni. Beliau hidup sekitar tahun 1080 H.
Tercatat dalam Mukadimah al-Mandzumah al-Baiquniyyah, pengarang dalam bait pertama kitabnya menuliskan,
ٍد َخِير نبْي أُرِسال أبدأُ بالحمِد ُمَصل ِياً على # ُمحمَّ
Aku memulai dengan mengucap puji dan salawat dan keselamatan
Kepada Muhammad sebaik-baik Nabi yang diutus
Penjelasan
Mengucapkan hamdalah dan bersalawat merupakan
kebiasaan para ulama dalam memulai tulisan mereka. Hamdalah
ditujukan kepada Allah Swt atas segala nikmat dan karunia-Nya
kepada manusia, dan salawat ditujukan kepada Nabi Muhammad
saw, sebagai bentuk doa kepada beliau agar selalu diberikan
keselamatan. Dalam bait tersebut, Imam al-Baiquni juga memuji
-
27
Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik utusan yang diutus untuk
umat manusia.
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw menyebutkan tentang
keutamaan memulai sesuatu dengan hamdalah.
ِ ، فَُهَو أَْقَطعُ ُكلُّ أَْمٍر ِذي بَاٍل الَ يُْبدَأُ فِيهِ بَِحْمِد َّللاَّ
“Setiap perbuatan yang baik yang tidak dimulai dengan
membaca hamdalah, maka akan terputus (keberkahannya).” (HR. Ibn Hibban)
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda berkaitan dengan
keutamaan salawat:
ُ َعلَْيِه بَِها َعْشًراَمْن َصلَّى عَ لَىَّ َصالَةً َصلَّى َّللاَّ
“Barangsiapa yang berselawat kepadaku sekali saja, maka
Allah akan membalas salawat tersebut dengan sepuluh kali lipat..” (HR. Muslim)
Ada perbedaan naskah tentang penyebutan bismillah dalam
al-Mandzumah al-Baiquniyyah, ada yang menyebutkan ada dan ada juga yang mengatakan tidak ada.
Bait selanjutnya berbunyi,
وِذي ِمَن أقَساِم الحديث عدَّة # وُكلُّ واحٍد أتى وحدَّه
Hadis itu terdiri dari berbagai macam bagian yang sangat banyak
-
28
Satu persatunya akan dijelaskan pengertiannya
Penjelasan
Dalam bait tersebut Imam al-Baiquni menyebut bahwa hadis
terdiri dari banyak cabang. Beberapa kitab syarah menyebut bahwa
al-Baiquni dalam kitab ini hanya menyebut 32 pembagian hadis saja,
padahal menurut Ibnu Shalah hadis terbagi ke dalam 63-69 macam
bagian. Namun dari sekian banyak macam hadis, seluruhnya dapat
dikelompokkan ke dalam 3 macam hadis saja. Pertama, adalah hadis sahih, kedua hasan. dan ketiga adalah hadis daif.
Hadis adalah setiap informasi yang disandarkan kepada Nabi
saw. Informasi tersebut bisa dalam bentuk perkataan, perbuatan,
ikrar atau sifat. Hadis bisa diklasifikasikan atau dilihat dari sisi yang
berbeda. Yang pertama adalah dari sisi diterima atau ditolak. Kedua
dari sisi bagaimana dia disandarkan dan ketiga dari sisi banyaknya jumlah jalur yang dimiliki.
Masing-masing dari setiap sisi tersebut memiliki macam dan
istilahnya tersendiri. Kata Haddah dalam bait di atas menunjukkan
bahwa Imam al-Baiquni akan memberikan penjelasan atau
pengertian dari masing-masing macam-macam hadis tersebut dalam
bait-baitnya selanjutnya.
*Artikel ini ditulis untuk bahan diskusi Kajian Sekolah Hadis Online Yayasan Pengkajian Hadis El-Bukhari Institute.35
35 https://bincangsyariah.com/khazanah/mengenal-kitab-al-mandzumah-al-
baiquniyyah-kitab-ilmu-hadis-bagi-pemula/ diakses pada 17 Desember 2018.
https://bincangsyariah.com/khazanah/mengenal-kitab-al-mandzumah-al-baiquniyyah-kitab-ilmu-hadis-bagi-pemula/https://bincangsyariah.com/khazanah/mengenal-kitab-al-mandzumah-al-baiquniyyah-kitab-ilmu-hadis-bagi-pemula/
-
29
Gambar 2.4. Halaman Kolom Khazanah
3. Wawancara
Selain itu dalam website ini terdapat kolom wawancara yang
merupakan hasil tanya jawab dengan tokoh yang relefan dengan
persoalan yang dibahas. Hal tersebut bermasud untuk menghindari
kesalahan informasi/ data yang simpang siur, memperoleh informasi
secara komprehensif, akurat, jujur, dan mendalam, mendapatkan
informasi dan data yang objektif dan berimbang, serta menggali
kemunkinan adanya perspektif baru atas suatu masalah. Salah satu
contoh artikel dalam kolom wawancara adalah sebagai berikut:
Imunisasi Difteri Mengandung Babi, Bagaimana Hukumnya?
Sebenarnya bagaimana hukum menggunakan vaksin yang
mengandung babi tersebut dalam hukum islam? Apakah kebolehan
tersebut bersifat selamanya atau temporal, hingga vaksin yang bebas
babi ditemukan saja? Dikatakan dalam hadis bahwa tahnik saja
sudah cukup sehingga tidak perlu vaksin, apa benar demikian?
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai persoalan tersebut
reporter bincangsyariah.com, Fahmi Suhudi, mewawancarai Prof.
Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA, Rektor Institute Ilmu Alquran
-
30
(IIQ) jakarta di kantornya baru-baru ini. Ilmuwan Perbandingan
Mazhab Fiikih yang saat ini juga menjabat sebagai Pembantu Dekan
I di Fakultas Syariah dah Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut juga tercatat masih aktif sebagai
anggota Komisi Fatwa MUI sejak tahun 1987 sampai saat ini.
Sebenarnya bagaimana hukum imunisasi bagi bayi, Prof?
Hukum imunisasi, kalau karena hal itu (tidak imunisasi)
mendatangkan bahaya bagi dirinya. Baik minimal dengan alasan lil
hajat (karena kebutuhan) atau li al-dharurah (karena darurat) maka
dia harus imunisasi. Karena (kalau tidak dilakukan) nanti efeknya bisa mengakibatkan lumpuh bahkan mengakibatkan kematian.
Dan Majelis Ulama Indonesia sudah mengeluarkan fatwa ini
atas permintaan dari Kementerian Kesehatan. Fatwanya itu adalah
membolehkan imunisasi karena li al-dharurah. Sebab dalam vaksin
itu masih ada unsur babinya. Tetapi dalam keadaan darurat
dibolehkan. Hanya saja pemerintah tetap berusaha membuat
vaksinasi atau bahan untuk imunisasi yang halal.
Ada yang membandingkan lebih memilih untuk ditahnik daripada divaksin?
Ya bisa saja. Tahnik kan disunahkan. Tapi Tahnik hanya
mengeluarkan lendir. kalau vaksin kan untuk macam-macam
penyakit apakah untuk campak, cacar, peradangan otak dan
tenggorokan dan sebagainya. Itu vaksin DPT (Difteri, Peradangan
dan Tenggorokan) ada jenis-jenisnya sekarang semakin maju Ipktek
semakin canggih juga tentu cara pengobatannya.
Hanya saja dalam hal ini islam tidak melarang kemajuan
Iptek, tapi harus disesuaikan dengan hukum Islam. Kalau tidak
sesuai dilihat dulu apakah itu li al-dharurah atau minimal lil hajat,
maka itu (vaksin) dibolehkan karena al-hajat tanzilu manzilata al-dharurah terkadang kebutuhan itu bisa menduduki posisi darurat.
-
31
Penyakit (difteri) itu tidak terbatas usia, ada yang terkena
waktu masih kecil ada juga yang dewasa baru kena, jadi untuk
menjaga-jaga ya dilaksanakan saja (imunasasi itu). Karena kita kan
disuruh Nabi berobat, tadaawau, berobatlah kamu. Tapi disuruh
berobat dengan yang halal. Kecuali dalam keadaan darurat seperti ini.
Dan daruratnya ini sementara sebenarnya, fatwa ini sudah
dikeluarkan lama, pemerintah kita dalam hal ini Kemenkes sampai
sekarang belum menemukan cara membuat obat vaksin yang halal
100 persen belum ada. Selama belum ditemukan boleh pakai vaksin ini.
Jadi vaksin dan tahnik itu beda, Prof?
Ya beda tahnik itu hanya membersihkan lendir dari rongga
mulut hingga leher, lendir-lendir saja. Dan zaman itu mungkin
belum ada penyakit-penyakit seperti yang sekarang ini terjadi. Karena makanan sekarang kan beda, banyak instan-instan.
Seperti vaksin jamaah haji juga ya, Prof?
Oh iya, itu kan (tentang vaksin jemah haji) ada fatwa MUI.
Kalau dalam fatwa MUI, pertama karena belum ditemukan ada
vaksin yang halal maka dibolehkan karena darurat. Karena
pemerintah Saudi juga tidak mau menerima orang yang belum
divaksin dan itu harus ada buku keterangan dokternya baru
dibolehkan. Tetapi hanya bagi orang yang haji pertama, kalau haji
kedua tidak perlu. Maksudnya tidak boleh dan haram bagi dia
melakukan vaksin miningitis. Karena sekarang pun sudah ditemukan
ada yang halal dari China dan Italia dan yang dari Belgia itu yang
-
32
ditemukan ada unsur babinya tapi tidak tahu apa sekarang sudah diganti atau belum.36
Gambar 2.5. Halaman Kolom Wawancara
4. Nisa
Hal-hal yang berkaitan dengan perempuan, baik dalam ativitas
sehari-hari ataupun ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengannya.
Salah satu contoh artikel dalam kolom nisa adalah sebagai berikut:
Bolehkah Melakukan Sulam Alis dalam Islam?
Dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Muslim :
عن إبراهيم عن علقمة عن عبد هللا قال لعن هللا الواشمات
والمستوشمات والنامصات والمتنمصات والمتفلجات للحسن
المغيرات خلق هللا
36 https://bincangsyariah.com/wawancara/imunisasi-difteri-mengandung-babi-
bagaimana-hukumnya/ pada 17 Desember 2018.
https://bincangsyariah.com/wawancara/imunisasi-difteri-mengandung-babi-bagaimana-hukumnya/https://bincangsyariah.com/wawancara/imunisasi-difteri-mengandung-babi-bagaimana-hukumnya/
-
33
Artinya: dari Ibrahim bin Alqomah dari Abdillah Ra. berkata
Allah melaknat wanita yang memasang tato, orang yang
meminta ditato, yang menghilangkan rambut dari wajahnya,
yang meminta dihilangkan rambut wajahnya dan yang mengikir giginya untuk memperindah dan mengubah ciptaan Allah.
Dalam kitab Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi
menjelaskan bahwa al-Waasyimah yang merupakan bentuk fail
(subjek) berasal dari kata wasyama yang bermakna memasukkan
jarum ke dalam salah satu anggota tubuh untuk ditanamkan warna
kemudian warnanya berubah menjadi biru yang dalam praktik kita
kenali adalah tato. Sulam alis pun demikian, meski tidak sampai ke lapisan terdalam.
Praktik sulam alis selain masuk kategori mentato (al-wasym)
ia juga masuk praktik an-nashimah, yaitu pelaku pencukur rambut
wajah. Imam Nawawi menjelaskan dalam kitab yang sama bahwa
keharaman mencukur rambut di wajah adalah pada alis dan rambut
pinggir wajah (wa anna an-nahya innamaa huwa fii al-hawaajib wa
maa fii ath-rofi al-wajh). Namun jika seorang perempuan yang
tumbuh kumis dan jenggot maka diperbolehkan bahkan disunahkan untuk menghilangkannya.
Hal yang dipermasalahkan dalam praktik sulam alis adalah
karena menyerupai tato, menyakitkan, dan merubah ciptaan Allah.
Hadis di atas juga menerangkan keharaman melakukan praktik yang
telah disebutkan disebabkan tujunnya yaitu mengubah ciptaan Allah.37
37 https://bincangsyariah.com/nisa/bolehkah-melakukan-sulam-alis-dalam-islam/
diakses pada 17 Desember 2018.
https://bincangsyariah.com/nisa/bolehkah-melakukan-sulam-alis-dalam-islam/
-
34
Gambar 2.6. Halaman Kolom Nisa
5. Ubuiyah
Banyak persoalan yang timbul di tengah masyarakat terkait
dengan praktik ibadah. Sebagaimana telah diketahui, bahwa ubudiyah
merupakan hal penting dalam perjalanan hidup setiap individu. Karena
itu, sengaja memasukkan banyak artikel mengenai tata cara beribadah
serta ketentuannya. Tujuan utamanya adalah agar masyarakat berhati-
hati dalam urusan ibadah supaya bisa diterima oleh Allah Swt serta tidak
mudah melakukan klaim kebenaran. Salah satu contoh artikel dalam
kolom ubuiyah adalah sebagai berikut:
Meniatkan Pahala Haji dan Umrah Untuk Mertua
Mengenai boleh-nya taukil haji dan umrah dalam kondisi
tertentu ini telah diperkuat dengan adanya hadis yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw sebagaimana berikut :
َ رسول هللا إِنَّ أَبِْي َشْيٌخ َكبِْيٌر الَ يَْستَ ِطْيُع اَْلَحجَّ َو الَ اْلعُْمَرةَ َو الَ يا
الظَّْعَن : قَالَ
-
35
“Wahai Rasulullah, ayahku sudah sangat tua, tidak mampu
haji, umrah, dan perjalanan.Beliau menjawab, “Hajikanlah ayahmu dan umrahkanlah.” [HR. Ibnu Majah]
Pada hadis lain terdapat keterangan bahwa Nabi Muhammad
Saw mengizinkan haji dan umrah untuk orang yang meninggal ketika bernadzar, sebagaimana berikut ;
أتى رجل النبي صلى هللا عليه وسلم فقال له إن أختي نذرت أن
لو كان عليها دين تحج وإنها ماتت فقال النبي صلى هللا عليه وسلم
أكنت قاضيه قال نعم قال فاقض هللا فهو أحق بالقضاء
Seorang lelaki mendatangi Nabi Saw, lalu
berkata,“Sesungguhnya saudara perempuanku bernadzar
melaksanakan haji, tetapi ia meninggal dunia”. Nabi Saw
berkata, “Andaikata ia mempunyai hutang, bukankah
engkau akan membayarnya“Iya”. Jawabnya. Beliau
kemudian bersabda, ”Maka bayarlah hutang haji itu kepada
Allah, sebab Allah lebih berhak untuk dibayar” (HR. Bukhari)
Dua hadis tersebut telah jelas menyampaikan boleh-nya
melakukan haji untuk orang lain dengan praktik wakalah. Baik yang
melakukan adalah orang yang memiliki hubungan kerabat atau pun
tidak. Karena dalam persoalan wakalah yang dipentingkan adalah
terpenuhinya syarat bahwa orang yang mewakili sudah pernah
melakukan ibadah haji dan umrah. Dan orang yang mewakilkan
adalah orang yang tidak mampu untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah sendiri.
Berdasarkan hadis tersebut mayoritas ulama
memperbolehkan paraktik ini. Sehingga pahala haji dan umrah
untuk mertua termasuk praktik taukil fi al-hajji wa al-umrah dan
-
36
pahalanya akan sampai kepada orang yang diniatkan. Dengan syarat,
praktik yang dilakukan telah memenuhi ketentuan, yaitu
dilaksanakan oleh orang yang sudah melaksanakan haji dan umrah.
Dan, yang bersangkutan (orang yang diwakili) tidak mampu
melaksanakan sendiri karena usia yang sangat tua, sakit yang tidak
bisa sembuh, atau yang bersangkutan sudah meninggal dunia. Wallahu ‘Alam38
Gambar 2.7. Halaman Kolom Ubudiyah
6. Zikir dan Do’a
Tema zikir dan do’a memuat kumpulan do’a dan zikir yang
berhubungan dengan aktivitas sehari-hari. Salah satu contoh artikel
dalam kolom zikir dan do’a adalah sebagai berikut:
Doa Ketika Mendapatkan Tawaran Baik dari Orang Lain
Ketika kita mendapatkan tawaran baik dari orang lain,
seperti berupa pekerjaan, tawaran jodoh, atau lainnya, selain
mengucapkan terima kasih, kita dianjurkan untuk mendoakan orang tersebut dengan mengucapkan doa berikut;
38 https://bincangsyariah.com/ubudiyah/meniatkan-pahala-haji-dan-umrah-
untuk-mertua/ diakses pada 17 Desember 2018.
https://bincangsyariah.com/ubudiyah/meniatkan-pahala-haji-dan-umrah-untuk-mertua/https://bincangsyariah.com/ubudiyah/meniatkan-pahala-haji-dan-umrah-untuk-mertua/
-
37
بَاَرَك هللاُ لََك فِي أَْهِلَك َوَماِلكَ
Barakallahu laka fi ahlika wa malika
“Semoga Allah memberikan keberkahan padamu, dalam keluargamu dan hartamu.”
Doa ini berdasarkan hadis riwayat Imam Bukhari dari Anas bin Malik, dia berkisah:
لما قدموا المدينة نزل عبد الرحمن بن عوف على سعد بن الربيع
فقال : أقاسمك مالي وأنزل لك عن إحدى امرأتي ، قال : بارك هللا
لك في أهلك ومالك
“Ketika mereka (sahabat Muhajirin) datang ke Madinah,
Abdurrahman bin Auf menemui Sa’ad bin Rabi‘. Kemudian
Sa’ad bin Rabi’ berkata, ‘Bersediakah kamu bila aku berikan
sebagian hartaku dan aku berikan salah seorang istriku?’ Lalu
Abdurrahman bin Auf menjawab, ‘Barakallahu laka fi ahlika wa
malika (Semoga Allah memberkatimu pada keluarga dan hartamu).’”39
39 https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-ketika-mendapatkan-tawaran-
baik-dari-orang-lain/ diakses pada 17 Desember 2018.
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-ketika-mendapatkan-tawaran-baik-dari-orang-lain/https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-ketika-mendapatkan-tawaran-baik-dari-orang-lain/
-
38
Gambar 2.8. Halaman Kolom Zikir dan Do’a
-
39
BAB III
METODE FIQH AL-HADIS DALAM BINCANG SYARIAH
A. Metode Pengambilan Hadis
Kutipan teks-teks hadis yang ada dalam website
bincangsyariah.com bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Kutipan
teks hadis yang diambil dari kitab-kitab hadis didominasi dari kitab-kitab
induk kutub al-tis’ah dengan kategori Shahih al-Buhari karya Imam al-
Bukhari dan Shahih Muslim Karya Imam Muslim yang mendominasi
rujukan sumber teks hadis sedangkan kitab-kitab lainnya lebih sedikit.
Untuk keterangan yang berkaitan dengan sumber periwayatan tidak
semua teks hadis diberi keterangan. Selain itu, hadis yang dikutip dalam
sebagian kajian pokok redaksinya tidak semuanya ditulis secara lengkap
beserta sanadnya. Tetapi, hanya menyajikan teks matan secara tematik
beserta mukharrijnya.
Hadis-hadis yang dikutip secara tematik sesuai dengan tema
bahasan dalam sebuah artikel yang dimuat. Teks hadis tidak disajikan
sendiri, namun beserta dengan penjelasan syarah, ayat, ataupun hadis lain
yang berkaitan dengannya untuk memberikan gambaran yang utuh.
Permuatan hadis secara lengkap dengan sanadnya kemungkinan
besar tidak dilakukan, kecuali jika sanad tersebut memiliki kaitan dengan
pembahasan sebuah hadis. Hal tersebut dimaksudkan agar lebih praktis dan
mudah dipahami pembaca. Namun, jika artikel tersebut mencoba mengulas
hadis beserta perbedaan riwayatnya, maka kemungkinan besar dimuat.
Berkaitan dengan pemilihan hadis tim redaksi berprinsip bahwa,
jika hadis yang dikutip diterima, selama disebutkan dari mana sumbernya.
Selama sebuah penjelasan keagamaan ada rujukan yang digunakan, dan
tidak harus kitab hadis (semisal fikih), maka diterima. Mengingat dalam
pemuatan konten juga menyesuaikan agar tidak terlalu sulit dicerna
-
40
masyarakat pada umumnya yang kebanyakan mengakses
pengetahuan/pemahaman keagamaan lewat internet.
Seperti dalam artikel yang berjudul “Meniatkan Haji dan Umrah
Untuk Mertua”, dalam artikel tersebut hadis mengenai boleh tidaknya
meniatkan haji dan umrah untuk mertua tidak disajikan begitu saja, namun
setelah sebuah hadis ditampilkan disertai dengan hadis lain yang memiliki
keterkaitan pembahasan dan lebih lengkap sebagai penguat maupun
penjelas, kemudian redaktur memberikan penjelasan sebagai kesimpulan
dari sebuah pembahasan tersebut.
Berdasarkan hadis-hadis yang ditampilkan dalam artiket tersebut
bahwa mayoritas ulama memperbolehkan praktik ini. Penyajian kesimpulan
semacam ini dapat mempermudah masyarakat yang pada umumnya
mengakses pemahaman atau pengetahuan keagamaan melalui internet
untuk memahami inti atau hasil dari sebuah artikel tersebut.
Hal tersebut berdasarkan pada salah satu prinsip Yusuf al-
Qardhawi dalam memahami hadis yang telah penulis sebutkan dalam
kerangka teoritik yaitu memadukan beberapa hadis yang mengemukakan
satu topik atau tema tertentu. Dengan cara ini, suatu hadis dapat dipahami
dan dimengerti maksudnya dengan lebih jelas dan tidak dipertentangkan
antara hadis yang satu dengan hadis yang lainnya.
B. Metode Kritik Hadis
Kritik terhadap matan hadis dilakukan dengan berbagai alat uji.
Hadis diuji dengan ajaran terkandung dalam nash al-Qur’an. Terutama
hadis-hadis yang bermuatan akidah, informasi alam ghaib dan ritual. Hal
ini penting karena tugas utama hadis adalah menjelaskan al-Qur’an, dan
hadis merupakan “tuntunan praktis” dalam mengamalkannya. Hadis juga
diuji dengan sesama hadis. Bila sebuah hadis bertentangan dengan hadis
-
41
lain, maka hadis yang periwayatannya lebih unggul dimenangkan. Hadis
yang kalah disebut syadz.
Sedangkan hadis yang memuat informasi pengetahuan perlu diuji
dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya, bila informasi sebuah hadis berisi
data sejarah, ia diuji dengan fakta sejarah dengan otoritas kebenaran
lainnya. Bahkan hadis diuji dengan ilmu bahasa yaitu apakah redaksi hadis
yang diriwayatkan itu pantas diucapan oleh seorang Rasul yang fasih
berbahasa Arab. Uji hadis berarti menguji para periwayat, bukan menguji
kebenaran Rasulullah. Sebuah hadis yang “lulus tes” diyakini otentik dari
sumbernya yaitu Rasulullah.40
Kita perlu melihat hadis-hadis yang relevan dengan hadis yang
sedang kita kaji. Ada kemungkinan, hadis itu saling mendukung, tetapi ada
pula kemunginan hadis itu saling bertentangan. Dengan asumsi bahwa
Rasulullah itu konsisten dalam bersikap, berprilaku dan berbicara.
Tentunya mustahil hadis itu vis a vis saling bertentangan. Itu sebabnya para
ulama menunjuan solusi atas hadis yang bertentangan.41
Setiap hadis yang hendak dijadikan sebagai sumber ajaran harus
melewati dua tahap pengujian, yaitu kritik hadis (naqd al-hadis) dan
pemahaman hadis (fiqh al-hadis). Kajian pertama mengarah kepada
problem otentisitas hadis dengan sasaran akhir berupa pengetahuan tentang
kualitas sebuah hadis.42
Dalam website bincangsyariah.com tidak mencantuman keterangan
kritik terhadap hadis yang disertakan untuk menjelasan suatu persoalan.
Namun sebelum hadis dipilih sebagai dalil terhadap suatu persoalan, para
kontributor telah melakukan cek dan recek terhadap hadis yang bersangutan
sehingga layak untuk ditampilkan dalam website. Beberapa hadis
40 Muh. Zuhri, Telaah Matan Hadis: Sebuah Tawaran Metodologis (Yogyakarta:
Lembaga Studi Filsafat Islam, 2003), 53. 41 Muh. Zuhri, Telaah Matan Hadis:..., 70. 42 Hedhri Nadhiran, “Epistemologi Kritik Hadis,” JIA 18, No. 2, 51, (Desember
2017), 39-63.
-
42
dijelaskan dengan membangun argumentasi dengan pemaknaan syarah
hadis atau pendapat ulama yang bersangkutan.43 Dengan berprinsip bahwa
selama hadis yang dikutip disebutkan sumbernya secara jelas. Penjelasan
keagamaan ada rujukan yang digunakan dan tidak harus kitab hadis semisal
kitab fikih, syarah hadis, tasawuf yang jelas, bahkan jika ada rujukan
kontemporer maka diterima.
Seperti salah satu artikel dari kolom kalam yang berjudul “Dalam
Hadis, Empat orang Ini Disunnahkan Untuk Diucapkan Salam Terlebih
Dahulu”. Dalam artikel terebut hadis mengenai kriteria orang-orang yang
diutamakan untuk diucapkan salam terlebih dahulu ditampilkan. Kemudian
redaktur memberikan kesimpulan yang diikuti dengan pendapat ulama yang
menjelaskan lebih rinci terkait hal tersebut.
Dalam artikel tersebut redaktur tidak menyertakan kritik terhadap
hadis yang ditampilkan, hanya saja mereka memberikan argumentasi
sebagai saran bahwa hadis yang tersebut merupakan sebuah adab atau
tatakrama sosial yang diajarkan oleh Rasulullah ketika bertemu dengan
orang-orang yang dalam keadaan tertentu seperti isi dalam hadis tersebut.
Bukan lantas ketika bertemu dengan orang-orang yang seperti di atas justru
kita malah egois dan menganggap mereka yang berhak mengungkapkan
salam terlebih dahulu. Itu tidak benar, dalam satu sisi kita harus menoleh
kembali bahwasanya manusia yang paling utama di sisi Allah adalah orang
yang terlebih dahulu memulai salam kepada mereka. Hal tersebut
disampaikan agat terbentuk keharmonisan hubungan terhadap sesama
manusia.
C. Metode Pemahaman Hadis
Usaha memahami hadis Nabi Saw. merupakan sesuatu persoalan
yang sangat urgent dan cukup mendasar bagi umat Islam. Hal ini karena
-
43
hadis sebagai sumber hukum Islam ke dua setelah al-Qur’an, yang
diharapkan mampu menjawab segala pertanyaan umat Islam. Persoalan ini
menjadi lebih kompleks, karena keberadaan hadis itu sendiri dalam banyak
aspeknya berbeda dengan al-Qur’an. Hadis mengandung ajaran yang
bersifat universal, temporal, dan lokal.44 Mengingat pekembangan zaman
yang sudah semakin pesat dan maju sehingga bermunculan berbagai
problem di dalam kehidupan manusia pada umumnya serta umat Islam
pada khususnya.
Dalam memahami pesan Nabi Saw. tentu yang dilihat adalah
matan (teks) hadis tersebut. Matan hadis merupakan informasi yang datang
dari Rasulullah Saw. terhadap sesuatu yang menjadi inti dari sebuah hadis
karena dari matan inilah ajaran Nabi Saw. Matan harus memiliki kriteria,
tidak bertentangan dengan al-Qur’an atau hadis yang diriwayatkan secara
mutawwatir.45
Pemahaman dan penerapan hadis secara tekstual dilakukan bila
hadis yang bersangkutan setelah dihubungkan dengan segi-segi yang
berkaitan dengannya, misalnya latar belakang terjadinya, tetap menuntut
pemahaman sesuai dengan apa yang tertulis dalam teks hadis yang
bersangkutan. Sedangkan penerapan hadis secara kontestual dilakukan bila
“dibalik” teks suatu hadis ada petunjuk yang kuat yang mengharuskan
hadis tersebut dipahami dan diterapkan tidak sebagaimana maknanya yang
tersurat.46
Pemahaman kontekstual berarti pemahaman yang tidak bertumpu
pada makna teks hadis semata melainkan mengaitkannya dengan hal-hal di
luar teks, seperti keadaan yang mengucapkannya, yakni Nabi Saw. kondisi
44 M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual (Jakarta: Bulan
Bintang, 2009), 4. 45 Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metode Penelitian Hadis
(Yogyakarta: TH Press, 2009), 137. 46 M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang..., 6.
-
44
ketika teks diucapkan Nabi Saw. serta kondisi waktu memahaminya.47
Pendekatan yang dapat digunakan dalam teknik interpretasi ini adalah
pendekatan historis, sosiologis, filosofis yang bersifat interdisipliner.48
Pemahaman intertekstual adalah pemahaman terhadap matan hadis
dengan memperhatikan sistematika matan hadis yang bersangkutan atau
hadis lain yang semakna serta ayat-ayat al-Qur’an yang terkait. Ambo Asse
menamai teknik interpretasi ini dengan interpretasi antarteks. Hal yang
perlu diperhatikan dalam teknik ini adalah hubungan antara teks-teks hadis
yang lain, baik yang be