Metode Fiqh al-Hadis dalam Websitee-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6527/1/Metode Fiqh...

81
Metode Fiqh al-Hadis dalam Website bincangsyariah.com dan Kontribusinya Terhadap Wacana Islam Moderat SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh : Ria Candra Widayaningsih 53030150007 PROGRAM STUDI ILMU HADIS FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Transcript of Metode Fiqh al-Hadis dalam Websitee-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6527/1/Metode Fiqh...

  • Metode Fiqh al-Hadis dalam Website

    bincangsyariah.com dan Kontribusinya Terhadap

    Wacana Islam Moderat

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

    Oleh :

    Ria Candra Widayaningsih

    53030150007

    PROGRAM STUDI ILMU HADIS

    FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2019

    https://bincangsyariah.com/

  • iii

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    ُيسًْراَّاْلُعسْرَََِّّمعَََِّّإن َّ

    Sesungguhnya bersama kesulitan

    terdapat kemudahan.

    (QS. Al-Insyirāh [94]: 6)

    PERSEMBAHAN

    Untuk orang tuaku,

    para dosenku, saudaraku,

    dan sahabat-sahabat seerjuanganku.

  • vi

    ABSTRAK

    Penelitian terhadap hadis sangat diperlukan, karena hadis sampai kepada

    umat Islam melalui jalur periwayatan yang panjang. Wajar apabila terdapat

    perbedaan pemahaman hadis Nabi Saw. Hadis tidak bertambah julmlahnya

    setelah wafatnya Rasulullah Saw. Sedangkan permasalahan yang dihadapi

    oleh umat Islam terus berkembang sehubungan dengan perkembangan

    zaman. Maka dari itu, dalam memahami hadis diperlukan metode

    pemahaman yang tepat melalui pendekatan yang komprehensif, baik tekstual

    maupun kontekstual.

    Perkembangan teknologi khususnya internet sangat mempengaruhi pola fikir

    manusia pada umumnya, salah satunya adalah website. Website

    menyediakan informasi tidak terbatas dan dapat diakses secara online

    kemanapun dan di manapun. Media masa menjadi perhatian utama

    masyarakat untuk menyediakan informasi. Di era modern ini, website dinilai

    sebagai media dakwah yang efektif dan efisien yang memiliki nilai plus di

    mata masyarakat di era kekinian untuk mengakses informasi secara online

    baik dibidang agama maupun dibidang ilmu lainnya. Melihat realitas

    tersebut, bukan berarti website tidak memiliki kekurangan, mudahnya cara

    membuat website seakan kualitas isinya perlu diuji.

    Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

    wacana, sehingga analisis wacana akan digunakan untuk mengungap metode

    fiqh al-hadis dalam website bincangsyariah.com hingga kontribusinya

    terhadap wacana Islam moderat.

    Hasil penelitian ini bahwa situs bincangsyariah.com merupakan media

    alternatif yang tepat untuk menyebarakan pesan-pesan ajaran Islam yang

    dikemas oleh orang yang mempunyai pengalaman pendidikan sesuai disiplin

    ilmu yang dimilikinya. Pembahasan-pembahasan yang disajikan sangat

    relevan dengan kebutuhan umat yang mencari solusi tentang permasalahan

    hukum yang sedang berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Dalam

    http://bincangsyariah.com/http://bincangsyariah.com/

  • vii

    menganalisis sebuah permasalahan website ini menyertakan ayat-ayat al-

    Qur’an, hadis, serta pendapat ulama. Penjelasan yang disertakan tidak hanya

    berpatokan pada satu pendapat saja, sehingga bisa memberikan wawasan

    bagi para pembacanya untuk open minded. Selain itu, pada kajian hadis di

    website bincangsyariah.com memiliki penjelasan yang cukup memadai dan

    update.

    Kata kunci: Pemahaman, Hadis, bincangsyariah.com.

    http://bincangsyariah.com/

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berbagai nikmat

    dan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

    ini yang berjudul “METODE FIQH AL-HADIS DALAM WEBSITE

    bincangsyariah.com DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP WACANA

    ISLAM MODERAT”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

    mendapatkan gelar Sarjana Strata I (S1) pada Institut Agama Islam Negeri

    (IAIN) Salatiga.

    Shalawat serta salam tidak lupa selalu penulis curahkan kepada Nabi

    Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan ummatnya yang selalu setia

    pada syafaatnya hingga akhir zaman. Terima kasih penulis haturkan kepada

    semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Atas

    bantuan baik itu berupa dukungan, tenaga, maupun waktu dan materi. Tiada

    kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih penulis selain

    “Jazakumullah Khairan Katsiran” semoga kebaikan dari semua pihak

    dibalas Allah SWT dengan berlipat ganda. Ucapan terima kasih penulis

    sampaikan kepada yang terhormat:

    1. Prof. Dr. Zakiyuddin , M. Ag, selaku Rektor IAIN Salatiga beserta

    seluruh jajarannya.

    2. Dr. Benny Ridwan, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,

    Adab dan Humaniora (FUADAH).

    3. Miftahur Rif’ah Mahmud, M.Ag. selaku Kepala Program Studi Ilmu

    Hadis dan Dr. M. Rikza Muqtada, M. Hum. selaku Sekretaris

    Program Studi Ilmu Hadis yang telah memberikan pengarahan dan

    masukan serta motivasi kepada penulis.

    4. Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A, selaku Dosen pembimbing skripsi

    yang selalu sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing

    penulis dalam penulisan skripsi ini.

    5. Segenap dosen yang telah membimbing penulis dalam memahami

    ilmu selama perkuliahan.

    https://bincangsyariah.com/

  • ix

    6. Bapak dan Ibu tercinta, Daryono dan Sri Atin. Adikku Niken Riri

    Dwi Astuti yang tiada henti-hentinya memberikan support serta do’a

    disetiap langkahku

    7. Teman-teman seperjuangan Ilmu Hadis, Puji Rahayu, Rimanur

    Sakdiyah, Amalia Putri, Ita Fatmawati, Mariyatul Kibtiyah,

    Khafidatul Baroroh, Helfiani, Wasoni, M. Isyroh Fuadi, Musholihan

    Afton, M. Khoirul Umam, yang turut bersama mengenyam bangku

    perkuliahan.

    8. Sahabat-sahabatku, yang selalu memberikan dukungan dalam proses

    pembuatan skripsi ini.

    9. Semua pihak yang tidak mungkin penulis menyebutkan satu persatu

    yang secara langsung atau tidak langsung telah berkontribusi dalam

    penulisan skripsi ini.

    Jazakumullah bi ahsanil jaza’ terimakasih atas dukungan semuanya.

    Semoga Allah memberikan ganjaran yang berlipat ganda atas segala jasa-

    jasanya.

    Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga skripsi

    ini dapat bermanfaat umumnya pada para pembaca dan terkhusus kepada

    penulis sendiri.

    Salatiga, Maret 2019

    Penulis,

    Ria Candra Widayaningsih

  • x

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

    Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi

    ini berpedoman padaSurat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan

    0543b/U/1987.

    A. Konsonan Tunggal

    Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

    Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ba’ B Be ta’ T Te ṡa ṡ es (dengan titik di atas) Jim j Je

    ḥa’ ḥ ha (dengan titik di bawah(

    kha’ kh ka dan ha Dal d De Żal ż zet (dengan titik di atas) ra’ r Er Zal z Zet Sin s Es Syin sy es dan ye ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

  • xi

    ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

    ṭa’ ṭ te (dengan titik di bawah)

    ẓa’ ẓ zet (dengan titik di bawah)

    ‘ain ‘ koma terbalik (di atas) Gain g Ge fa’ f Ef Qaf q Qi Kaf k Ka Lam l El Mim m Em Nun n En Wawu w We ha’ h Ha hamzah ` Apostrof ya’ y Ye

    B. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah Ditulis Rangkap

    Ditulis Muta’addidah

    Ditulis ‘iddah

  • xii

    C. Ta’ Marbuṭah di akhir kata ditulis h

    a. Bila dimatikan ditulis h

    Ditulis Ḥikmah

    Ditulis Jizyah

    (ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam

    bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila

    dikehendaki lafal aslinya)

    b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka

    ditulis h.

    Ditulis Karâmah al-auliyā`

    c. Bila Ta’ Marbuṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah

    ditulis t.

    Ditulis Zakat al-fiṭrah

    D. Vokal Pendek

    Fatḥah Ditulis A

    Kasrah Ditulis I

    Ḍammah Ditulis U

  • xiii

    E. Vokal Panjang

    Fathah bertemu Alif Ditulis Jahiliyyah

    Fatḥah bertemu Alif

    Layyinah Ditulis Tansa

    Kasrah bertemu ya’ mati Ditulis Karīm

    Ḍammah bertemu wawu

    mati Ditulis Furūḍ

    F. Vokal Rangkap

    Fatḥah bertemu Ya’ Mati Ditulis Bainakum

    Fatḥah bertemu Wawu Mati Ditulis Qaul

    G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan

    dengan apostrof

    Ditulis A`antum

    Ditulis U’iddat

    Ditulis La’in syakartum

  • xiv

    H. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun

    Syamsyiyyah ditulis dengan menggunkan “al”

    Ditulis Al-Qur`ān

    Ditulis Al-Qiyās

    Ditulis Al-Samā`

    Ditulis Al-Syams

    I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut

    bunyi atau pengucapannya

    Ditulis Żawi al-furūḍ

    Ditulis Ahl al-sunnah

  • xv

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ....................................................................................... i

    Pernyataan Keaslian Tulisan ................................................................. ii

    Persetujuan Pembimbing ....................................................................... iii

    Pengesahan Kelulusan ........................................................................... iv

    Motto dan Persembahan ........................................................................ v

    Abstrak ................................................................................................... vi

    Kata Pengantar ..................................................................................... viii

    Pedoman Transliterasi ........................................................................... x

    Daftar Isi ................................................................................................ xv

    Daftar Gambar ........................................................................................ xviii

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1

    A. Latar Belakang ........................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................... 5

    C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian ............................. 5

    D. Tinjauan Pustaka ........................................................ 6

    E. Kerangka Teori ........................................................... 9

    F. Metode Penelitian ....................................................... 14

  • xvi

    G. Sistematika Pembahasan ............................................ 16

    BAB II GAMBARAN UMUM WEBSITE BINCANG

    SYARIAH ........................................................................ 18

    A. Profil Website bincangsyariah.com ............................ 18

    1. Struktur Redaksi ..................................................... 19

    2. Konten ..................................................................... 20

    B. Tema dan Bahasan ...................................................... 23

    1. Kalam .................................................................... 23

    2. Khazanah ............................................................... 25

    3. Wawancara ............................................................ 29

    4. Nisa ....................................................................... 32

    5. Ubudiyah ............................................................... 34

    6. Zikir dan Do’a ....................................................... 36

    BAB III METODE FIQH AL-HADIS DALAM WEBSITE

    BINCANG SYARIAH .................................................. 39

    A. Metode Pengambilan Hadis ........................................ 39

    B. Metode Kritik Hadis .................................................... 40

    C. Metode Pemaknaan Hadis ........................................... 42

  • xvii

    BAB IV KONTRIBUSI PENGGUNAAN HADIS TERHADAP

    WACANA ISLAM MODERAT .................................. 49

    A. Moderasi Islam Dalam Masyarakat Multikultural ...... 49

    B. Kontribusi Bincangsyariah.Com Terhadap Wacana Islam

    Moderat ...................................................................... 51

    BAB V PENUTUP ...................................................................... 56

    A. Kesimpulan ................................................................. 56

    B. Saran ........................................................................... 57

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 58

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................ 62

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Halaman Bincang Syariah Channel, 22

    Gambar 2.2 Halaman Beranda, 22

    Gambar 2.3 Halaman Kolom Kalam, 25

    Gambar 2.4 Halaman Kolom Khazanah, 29

    Gambar 2.5 Halaman Kolom Wawancara, 32

    Gambar 2.6 Halaman Kolom Nisa, 34

    Gambar 2.7 Halaman Kolom Ubudiyah, 36

    Gambar 2.8 Halaman Kolom Zikir dan Do’a, 38

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Hadis1 sebagai sebuah bidang keilmuan telah dibahas oleh ulama

    klasik sekitar abad ke dua dan sesudahnya. Mereka berupaya menciptakan

    kaidah-kaidah dalam upaya membendung kegiatan pemalsuan. Di samping

    itu, ulama juga banyak membukukan berbagai hadis dalam sebuah kitab.

    Tradisi semacam ini terus berkembang sampai pada akhirnya terjadi

    kejenuhan. Kegiatan semacam ini mandeg seiring dengan dibukukannya

    beberapa kitab hadis dan dianggap sebagai rujukan utama.2 Hadis

    berkembang pesat sejak diwahyukan oleh Rasulullah Saw. dan dikukuhkan

    oleh sahabatnya.3 Perkembangan tersebut tidak hanya terjadi di wilayah

    Hijaz, tempat di mana Rasulullah Saw. mengemban misi risalah kenabian,

    namun telah berkembang jauh ke wilayah lain.4 Adanya perkembangan

    tersebut seiring dengan kebutuhan masyarakat Islam terhadap hadis sebagai

    pedoman kehidupan keseharian di samping al-Qur’an.5

    Pada tahap awal kehadirannya, kajian hadis dilakukan di ruang

    publik secara langsung. Di mana Nabi Saw. dan para sahabat bertatap

    muka. Sehingga para sahabat pada gilirannya menyampaikan hadis yang

    sudah diterimanya kepada para muridnya. Dan begitulah seterusnya. Dalam

    1 Menurut ahli hadis (muhadditsin), kata hadis berarti makna atau sesuatu yang

    dinisbahkan kepada Nabi Saw., baik berupa prilaku, perkataan, persetujuan beliau akan

    tindakan sahabat, atau deskripsi tentang sifat dan karakternya. M. Mustafa ‘Azami,

    Metodologi Kritik Hadis, terj. A. Yamin (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996), 19. Hadis

    merupakan sesuatu yang diwahyukan oleh Nabi Muhammad Saw. yang terdiri atas

    perkataan, prilaku, dan taqrir Nabi Muhammad Saw. dalam membina masyarakat Islam. M.

    Alfatih Suryadilaga, Studi Kitab Hadis (Yogyakarta: TH-Press dan Teras, 2003), 153. 2 M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis: Dari Teks ke Konteks

    (Yogyakarta: TH-Press dan Teras, 2009), 9. 3 M. Alfatih Suryadilaga, Studi Kitab Hadis..., 5. 4 Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah Perkembangan Hadis (Jakarta: Bulan Bintang,

    1973), 43-68. 5 M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis..., 66.

  • 2

    kajian hadis konvensional, relasi antara teks dan author menjadi tema

    pokok yang mendapat porsi perhatian yang dominan. Begitu sebuah teks

    hadis muncul, maka para ulama hadis segera memverifikasinya, apakah

    sang pengarang (author) dari teks itu benar-benar Nabi atau orang lain. Bila

    hasil verifikasi menunjukkan bahwa teks itu benar-benar dari Nabi,

    kemudian mereka melabelinya dengan label hadis shahih, untuk kemudian

    dikumpulkan dalam kitab-kitab hadis kanonik, terutama al-kutub al-tis’ah.

    Namun bila ternyata itu bukan berasal dari Nabi, maka mereka melabelinya

    dengan label hadis dhaif, atau bahkan maudhu’ (palsu). Bila masih

    meragukan, maka dilabeli sebagai hadis hasan, yang bila mencapai

    akumulasi tertentu dapat dianggap sebagai hadis shahih li ghairihi.6

    Terdapat perkembangan kajian hadis dalam masa kekinian

    sebagaimana dikaji oleh para ahli hadis kekinian. Perkembanngan tersebut

    sebagaimana ditulis oleh Yunus Yussof, Roslan Ismail, Zainuddin Hasan,

    Adobting Hadith Verification techniqques to Digital Evidence

    Autentification.7 Eksistensi ajaran-ajaran Nabi bukan hanya tersimpan teks-

    teks kitab klasik, tetapi masuk disetiap lini kehidupan umat Islam. Hasil

    ulama mutaqaddimin dapat diakses melalui teknologi. Adapun sekarang,

    kajian hadis dapat menyusup dalam bentuk booklet-booklet, rubrik-rubrik

    tertentu di media masa, internet, HP, atau bahkan sosok pribadi yang

    dianggap sebagai representasi pewaris misi Nabi.8

    Pemahaman hadis dalam konteks yang lebih luas perlu dilakukan

    untuk mendapatkan pemahaman yang proporsional dalam konteks

    kekinian. Sikap moderat dalam pemahaman keilmuan keagamaan adalah

    sikap jalan tengah yang dengan jelas mengolaborasikan pemikiran-

    pemikiran keagamaan yang berpijak teguh pada al-Qur’an dan hadis

    6 Saifuddin Zuhri dan Ali Imron, Model-Model Penelitian Hadis Kontemporer

    (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), xvii. 7 M. Alfatih Suryadilaga, “Kajian Hadis Di Era Global,” Jurnal Esensia 15, No. 2,

    199, (September 2014), 199-212. 8 Saifuddin Zuhri dan Ali Imron, Model-Model Penelitian..., xx.

  • 3

    dengan menetapkan ijma’ para ulama Salafush Shalih dan para

    mujahiddin, menghormati, mengkaji, dan membedah turats sebagai

    khazanah kekayaan peradaban keilmuan Islam serta konsisten dengan

    meneguhkan adanya ijtihad terhadap persoalan-persoalan manusia dan

    kemanusiaan yang terkini, selalu menjalankan sunnah Rasulullah Saw. dan

    menjauhi segala yang dilarang, melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar.

    Implementasi nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin

    adalah bagaimana Islam hadir menciptakan harmoni dalam sikap

    membangun toleransi positif bagi semua kelompok agama dan aliran

    kepercayaan, sebagaimana semangat dalam Q.S. al-Kafirun ayat 1-6, di

    mana kita sebagai umat Islam tahu bahwa di sekeliling kita ada keyakinan

    dan kepercayaan atau iman lain, kita dituntut untuk memahami dan

    menghormati dengan pemahaman dan penghormatan yang wajar

    sebagaimana mereka lakukan pada kita.9

    Tidak dapat dipungkiri bahwa seiring dengan berkembangnya

    zaman kajian keilmuan hadis dan bahkan yang lainnya dalam Islam

    semakin modern dan berkembang dengan pesat, sehingga antara guru dan

    murid tidak harus bertatap muka lagi. seperti halnya mempelajari hadis

    yang telah tersedia di media online, seperti website.

    Website merupakan kumpulan dari beberapa halaman web di mana

    informasi dalam bentuk teks, gambar, suara, dan lain-lain disajikan dalam

    bentuk hypertext serta dapat di akses melalui perangkat lunak yang sering

    disebut dengan browser. Website menyediakan informasi tidak terbatas dan

    dapat diakses secara online kapanpun dan di manapun. Media masa

    menjadi perhatian utama masyarakat untuk menyediakan informasi.

    Di era modern ini, website dinilai sebagai media dakwah yang

    efektif dan efisien yang memiliki nilai plus di mata masyarakat.

    Berdasarkan hal tersebut, pasti menjadi alternatif bagi masyarakat di era

    9 Alamul Huda, “Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, dan Moderat

    Islam di Era Modern”, Jurnal de Jure 2, No. 2, 199, (Desember 2010), 179-194.

  • 4

    kekinian untuk mengakses informasi secara online baik dibidang agama

    maupun dibidang ilmu lainnya. Dengan demikian bukan berarti website

    tidak memiliki kelemahan. Cara yang mudah untuk membuat website,

    menjadikannya disalahgunakan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan

    instansi maupun pribadi. Sehingga keabsahan dari informasi yang

    disediakan masih dipertanyakan.

    Website sangat menjanjikan untuk membawa kepemahaman yang

    lebih baik berkaitan dengan permasalahan-permasalahan sosial paling

    mendasar yang berhubungan dengan penyebaran ide-ide serta prilaku

    tertentu dalam kebudayaan. Mengingat pentingnya peran hadis Nabi Saw.

    dalam kehidupan umat Islam. Dengan demikian diperlukan kejelasan

    terkait pengguanaan hadis di internet.

    Bincangsyariah.com merupakan bagian dari Yayasan Pengkaji

    Hadis el-Bukhari. Website yang diluncurkan guna merespon wacana

    keislaman yang berkembang ditengah masyarakat, khususnya media sosial.

    Dalam menganalisis sebuah permasalahan, website ini selalu menyertakan

    ayat al-Qur’an, hadis, dan pendapat ulama. Di samping itu, pada kajian

    hadis di website bincangsyariah.com memiliki penjelasan yang cukup

    memadai serta data yang update sehingga menurut peneliti website

    bincangsyariah.com ini cukup mumpuni sebagai obyek kajian penelitian

    karya ilmiah dalam bidang hadis khususnya.

    Melalui penelitian ini, peneliti berusaha menggali informasi

    mengenai penggunaan hadis di internet, fokuskan kajian pada website

    bincangsyariah.com. Dalam hal ini, peneliti berupaya menelusuri

    mengungkap metode fiqh al-hadis dalam website bincangsyariah.com

    hingga kontribusinya terhadap wacana Islam moderat.

    https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/

  • 5

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang diajukan

    dalam penelitian ini adalah

    1. Apa tema dan bahasan dalam website bincangsyariah.com?

    2. Bagaimana metode fiqh al-hadis yang diterapkan dalam website

    bincangsyariah.com?

    3. Apa kontribusi website bincangsyariah.com terhadap wacana Islam

    moderat?

    C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

    Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini

    adalah :

    1. Mengetahui tema dan bahasan dalam website bincangsyariah.com.

    2. Mengetahui metode fiqh al-hadis yang diterapkan dalam website

    bincangsyariah.com.

    3. Mengetahui kontribusi website bincangsyariah.com terhadap wacana

    Islam moderat.

    Sedangkan signifikansi penelitian ini adalah:

    1. Memberikan wawasan keislaman terutama dalam bidang Hadis serta

    mampu memahami konteks keberadaannya.

    2. Memberikan gambaran bagaimana penyajian hadis dalam website

    bincangsyariah.com, sehingga fokus yang dibahas adalah metode

    fiqh al-hadis yang diterapkan dalam website tersebut.

    3. Memberikan penjelasan tentang hubungan antara teks yang disajikan

    dalam website dan masyarakat yang berfokus pada kontribusinya

    terhadap wacana Islam moderat.

    https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/

  • 6

    D. Tinjauan Pustaka

    Penggunaan hadis di internet atau media masa bukan merupakan

    perkara yang baru lagi. Tulisan mengenai hal tersebut pun sudah banyak

    ditemukan. Tulisan dengan judul Model-Model Kajian Hadis Kontemporer

    karya Saifuddin Zuhri Qudsy dan Ali Imron, dalam buku tersebut terdapat

    bab dengan judul “Model Penelitian Hadis di Media Masa: kekerasan

    verbal di media sosial akibat pluralitas interpretasi hadis-hadis hisab

    rukyat”. Fokus kajian dalam penelitian tersebut ialah bagaimanakah

    bentuk-bentuk kekerasan verbal media masa pada kasus lebaran Idul Fitri

    tahun 2011. Adapun metode yang dipakai adalah content analysis (analisis

    isi). Sumber kajiannya media online di Indonesia seperti: rakyat merdeka

    online ( www.rmol.co), detik.com ( news.detik.com), oke zone (

    www.okezone.com), website resmi Muhammadiyyah dan website resmi

    NU. Dari sini tampak bahwa media online di luar NU dan Muhammadiyah

    justru mendominasi aksi-aksi kekerasan verbal tersebut. Tampaknya NU

    dan Muhammadiyah sudah memiliki system filter yang cukup untuk

    menyaring kata-kata dalam berita-berita yang mereka muat.10

    M. Alfatih Suryadilaga dalam karyanya Kajian Hadis di Era Global

    menyatakan bahwa perkembangan studi hadis di masa kini menandakan

    akan kebangkitan ketiga dalam kajian hadis. Di mana kebangkitan yang ada

    dalam literatur studi hadis adalah adanya kajian yang mengintegrasikan

    dengan kajian barat dan kehadiran kajian-kajian yang menyegarkan.

    Dengan demikian, artikel ini berupaya mengkaji perkembangan studi hadis

    di era globalisasi, sehingga yang lebih ditekankan adalah ragam studi hadis

    di era kekinian.11

    Selanjutnya Ishak Suliaman dengan karyanya yang berjudul

    Autoriti Hadis Di Internet. Tulisan ini memfokuskan kajian terhadap aspek

    sistem dan penkhidmatan perisian laman web. Di samping itu penilaian

    10 Saifuddin Zuhri dan Ali Imron, Model-Model Penelitian..., 1-4. 11 M. Alfatih Suryadilaga, “Kajian Hadis Di Era..., 199-212.

    http://www.rmol.co/http://news.detik.com/http://www.okezone.com/http://www.okezone.com/

  • 7

    semula dilakukan terhadap aspek pemakaian hadis berdasarkan ketepatan

    teks dan baris matan, ketepatan teks dan baris sanad, kedudukan hadis di

    dalam kitab dan bab, rawi al-A’la dan Muhaddith berlandaskan

    perbahasaan ulama berkenaan dengan hadis al-Musahhaf. Analisis terhadap

    aspek keselamatan akses dan isu-isu dalam perbahasaan hadis al-Musahhaf

    menjadi tujuan utama dalam memastikan autoriti hadis dapat dinukilkan

    secara baik di alam siber. Melalui aspek berkenaan dapat disimpulkan tahap

    keautoritian hadis di internet.12

    Shahril Nizam Zulkipli dengan tesisnya yang berjudul

    Pemeliharaan Hadis di Internet: Kajian Terhadap Laman Web al-Durar

    al-Saniyyah dan Islamweb. Objektifitas kajian ini ialah menganalisis aspek

    pemeliharaan hadis di internet dengan memfokuskan terhadap dua laman

    web yaitu al-Durar al-Saniyyah dan Islamweb. Hasil kajian mendapati

    bahwa terdapat 199 teks hadis (99,5%) dari 200 teks hadis sebagai sampel

    dari dua laman tersebut telah dinukilkan kedalam bentuk digital secara

    tepat dan berautoriti sebagaimana yang terdapat di dalam kitab hadis

    bercetak.13

    Siti Zakiyatul Humairoh melalui tulisannya yang berjudul Kajian

    Syarah Hadis Di www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-

    sholihin.html. Sumber kajian penelitian ini adalah website

    www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.html sebagai situs

    kajian online yang ada di Brunei Darussalam, yang mana situs ini dibuat

    agar penduduk Brunei dapat mendalami agama Islam sesuai dengan aliran

    ahlu as-Sunnah wa al-Jama’ah. Dengan fokus kajian menelusuri metode

    yang digunakan dalam kajian syarah hadis di website tersebut. Hasil

    penelitian ini mendapati bahwa kajian syarah hadis kitab Riyadhus Shalihin

    pada www.majlisuzzikr.com yang dipimpin oleh Syaikh Al-Mahdaly

    12 Suliaman Ishak bin HJ, Autoriti Hadis di Internet (Malaysia: University of

    Malaya Press, 2013). 13 Shahril Nizam Zulkipli, “Pemeliharaan Hadis di Internet: Kajian Terhadap

    Laman Web al-Durar al-Saniyyah dan Islamweb”, Master Thesis (Malaysia: University of

    Malaya, 2012).

    http://www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.htmlhttp://www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.htmlhttp://www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.htmlhttp://www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.htmlhttp://www.majlisuzzikr.com/

  • 8

    menggunakan metode tahlili (analitis) yaitu mensyarah hadis kata-perkata

    dan menjelaskannya sesuai kalimat demi kalimat serta menggunakan al-

    Qur’an sebagai dalil penguat dan memunasabahkan pendekatan bahasa

    dalam menelaskan hadis-hadis dalam kitab Riyadhus Shalihin.14

    Tesis yang disusun oleh Ahmad Faruk (UIN Sunan Kalijaga

    Yogyakarta), dengan judul Kualitas Kajian Hadis Di Website: Studi

    Terhadap Kajian-Kajian Hadis Di Website https://muslim.or.id. Sumber

    kajian penelitiannya adalah website https://muslim.or.id sebagai salah satu

    website yang digunakan sebagai media dakwah di Indonesia. Sedangkan

    fokus kajian pelitian ialah menguji validitas kutipan teks hadisnya serta

    melihat ragam pemahaman teks hadis di website tersebut. Hasil kajian ini

    bahwa kutipan teks-teks hadis yang ada dalam website muslim.or.id bisa

    dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Kutipan teks hadis yang diambil

    dari kitab-kitab hadis didominasi dari kitab-kitab induk kutub al-tis’ah, di

    mana Shahih Bukhari dan Shahih Muslim menjadi dominasi rujukan teks

    hadis. Untuk keterangan yang kaitannya dengan sumber periwayatan tidak

    semua teks hadis diberi keterangan. Sedangkan model pemahaman dalam

    website tersebut adalah tekstual dan kontekstual.15

    Walaupun demikian banyaknya tulisan yang membahas tentang

    penggunaan hadis di internet, namun belum ada yang membahas secara

    rinci pada metode pemahaman fiqh al-hadis dalam website

    bincangsyariah.com hingga kontribusinya terhadap wacana Islam moderat.

    14 Siti Zakiyatul Humairoh, Kajian Syarah Hadis Di

    www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.html, 1-20. 15 Ahmad Faruk, “Kualitas Kajian Hadis Di Website: Studi Terhadap Kajian Hadis

    Di Website https://muslim.or.id”, Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan

    Kalijaga, 2016), vi.

    https://muslim.or.id/https://muslim.or.id/http://muslim.or.id/https://bincangsyariah.com/http://www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.htmlhttp://www.majlisuzzkr.com/pengajian-kitab-riyadhus-sholihin.htmlhttps://muslim.or.id/

  • 9

    E. Kerangka Teoretik

    Sebagai sumber hukum Islam ke dua setelah al-Qur’an, hadis

    tidaklah sebagaimana al-Qur’an adanya, kecuali hadis-hadis yang

    mutawātir, keberadaan hadis sebagai sumber hukum selalu dipertanyakan.

    Terlebih lagi jika hadis tersebut tidaklah relevan dengan permasalahan. Ada

    empat unsur mendasar yang perlu di pelajari terkait dengan hadis-hadis

    Nabi Saw, yaitu historisitas, ontentisitas, otoritas, dan interpretasi.16

    Hadis Nabi Saw mengandung sifat universal temporal dan lokal.

    Untuk itulah, mungkin saja suatu hadis lebih tepat dipahami secara tersurat

    (tekstual). Sedangkan hadis tertentu dipahami secara tersirat (kontekstual).

    Pemahaman hadis secara tekstual bila hadis yang bersangkutan, yaitu

    terkait sekitar persoalan hadis tersebut dari latar belakang terjadinya dan

    tetap menuntut pemahaman sesuai kehendak teks tersebut. Sedangkan

    pemahaman kontekstual dilakukan dibalik teks suatu hadis, adanya

    petunjuk yang kuat yang seharusnya hadis dipahami dan diterapkan tidak

    sebagaimana yang tersurat. Untuk melakukan pilihan pemahaman yang

    dinilai tepat, diperlukan kegiatan pencarian indikasi yang relevan dengan

    matan hadis yang bersangkutan dilihat dari segi-segi yang berhubungan

    dengannya. Untuk mendapatkan suatu indikasi, diperlukan kegiatan ijtihad

    dan kegiatan tersebut dilakukan ketika sudah jelas kualitas sanad hadis

    yang bersangkutan.17

    Apa bila perbedaan dalam Islam, yang pada dasarnya berangkat

    dari perbedaan pemahaman dan penafsiran atas teks al-Qur’an dan hadis,

    mengakibatkan ketidakharmonisan dalam bermasyarakat dan bernegara.

    Kehadiran Islam sebagai agama adalah untuk menarik manusia dari sikap

    ekstrim yang berlebihan dan memposisikannya pada posisi yang seimbang.

    Konsekuensi dari moderasi Islam sebagai agama, maka tidak

    satupun unsur atau hakikat yang dirugikan. Di mana moderasi Islam adalah

    16 Nur Sulaiman, Antologi Ilmu Hadis (Jakarta: Gaung Persada Pres, 2009), 86. 17 Ahmad Faruk, Kualitas Kajian Hadis ..., 15-16.

  • 10

    sebuah pandangan atau sikap yang berusaha mengambil posisi tengah dari

    dua sikap yang bersebrangan dan berlebihan sehingga salah satu dari kedua

    sikap yang dimaksud tidak mendominasi dalam pikiran dan sikap

    seseorang.18

    Menurut Muchlis Hanafi, sikap moderat dalam beragama, terutama

    dalam memahami dan mengamalkan teks-teks keagamaan, ditandai dengan

    beberapa ciri, yaitu Pertama, memahami realitas (fiqh al-waqi’) di mana

    kehidupan manusia selalu berubah dan berkembang tiada batas, sementara

    teks-teks keagamaan terbatas. Oleh karena itu, ajaran Islam berisikan

    ketentuan-ketentuan yang tsawabit (tetap), dan hal-hal yang dimungkinkan

    untuk berubah sesuai dengan perkembangan ruang dan waktu

    (mutaghayyirat). Kedua, memahami fiqh prioritas (fiqh al-awlawiyyat)

    yaitu Sikap moderat menurut seseorang untuk tidak mendahulukan dan

    mementingkan hal-hal yang bersifat sunnah dan meninggalkan yang wajib.

    Ketiga, memahami sunnatullah dalam penciptaan di mana sunnatullah

    yang dimasud adalah graduasi atau penahapan (tadarruj) dalam segala

    ketentuan hukum alam dan agama.

    Keempat, memberikan kemudahan kepada orang lain dalam

    beragama, hal ini tidak berarti bahwa sikap moderat mengorbankan teks-

    teks keagamaan dengan mencari yang termudah bagi masyarakat, tetapi

    dengan mencermati teks-teks itu dan memahaminya secara mendalam

    untuk menemukan kemudahan yang diberikan oleh agama. Kelima,

    memahami teks-teks agama secara komprehensif yaitu syariat Islam akan

    dapat dipahami dengan baik manakala sumber-sumber ajarannya (al-Qur’an

    dan Hadis) dipahami secara komprehensif, tidak parsial (sepotong-potong).

    Keenam, terbuka dengan dunia luar, mengedepankan dialog dan

    bersikap toleran di mana sikap moderat Islam ditunjukkan melalui

    keterbukaan dengan pihak-pihak lain yang berbeda pandangan. Sikap ini

    18 Asep Abdurrohman, “Eksistensi Islam Moderat Dalam Perspektif Islam”, Jurnal

    Rausyan Fikr 14, No. 1, 36-37, (Maret 2018), 29-41.

  • 11

    didasari pada kenyataan bahwa perbedaan di kalangan umat manusia adalah

    sebuah keniscayaan. Keterbukaan dengan sesama mendorong seorang

    Muslim moderat untuk melakukan kerjasama dalam mengatasi persoalan-

    persoalan bersama dalam kehidupan. Prinsipnya adalah, bekerjasama dalam

    hal-hal yang menjadi kesepakatan untuk diselesaikan secara bersama, dan

    bersikap toleran terhadap perbedaan yang ada.19

    Seiring perkembangan zaman, kini kajian hadis semakin

    berkembang pula. Sehingga saat ini tatap muka antara guru dan murid pun

    tidak harus dilakukan. Seperti mengkaji hadis melalui media online,

    misalnya website.

    Website merupakan kumpulan halaman yang terdiri dari teks,

    gambar, suara, dan animasi yang disediakan melalui jalur internet, sehingga

    menjadi media informasi yang menarik untuk dikunjungi.20 Layanan

    website merupakan layanan yang populer dikalangan pengguna internet.

    Setiap dokumen yang ditulis menggunakan suatu format standar yang

    disebut HTML (HyperText Markup Language). Dokumen yang ditransfer

    antar server web (web server) menggunakan suatu protocol yang disebut

    HTTP (HyperText Transfer Protocol).21 Website dapat diakses dari seluruh

    dunia, oleh karena itu website memiliki beberapa manfaat, diantaranya bagi

    para pebisnis, website dapat membantu mereka untuk menambah

    penghasilan dengan cara menjual produk-produk melalui website. Bagi

    para pelajar, website dapat membantu menemukan berbagai macam

    pengetahuan yang mereka butuhkan. Situs web juga dapat memiliki fungsi

    19 Muchlis M.Hanafi, Moderasi Islam: Menangkal Radikalisasi Berbasis Agama

    (Ciputat: Ikatan Alumni al-Azhar dan Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), 2013), 21-28. 20 Heni A. Puspitasari, Membangun Website Interaktif dengan Adobe Creative

    Suite 5: Tingkat Dasar (Yogyakarta: Skripta Media Creative, 2010), 1. 21 Aji Supriyanto, Pengantar Teknologi Informasi (Jakarta: Salemba Infotek,

    2005), 340.

  • 12

    entertaiment/hiburan, di mana penggunaan animasi, gambar dan elemen

    bergerak dapat meningkatkan mutu presentasi desainnya.22

    Bincangsyariah.com merupakan salah satu website yang memuat

    kajian hadis di dalamnya. Sehingga dapat mempermudah masyarakat untuk

    mengakses pemahaman keagamaan melalui internet.

    Usaha memahami hadis Nabi merupakan persoalan yang urgent

    dan cukup mendasar bagi umat Islam. Hal ini karena hadis sebagai sumber

    hukum Islam yang kedua setelah al-Qur’an yang diharapkan mampu

    menjawab segala pertanyaan umat Islam. Tujuan pemahaman hadis tidak

    hanya sebatas mengkomunikasikan dengan realitas zaman, tetapi juga

    mengembangkan makna-makna sejauh yang dapat dijangkau oleh redaksi

    hadis. Karena itu, memanfaatkan berbagai teori dari berbagai disiplin ilmu

    merupakan langkah positif dan maju dalam memahami kembali hadis-hadis

    Nabi Saw.

    Dalam dunia modern, Perkembangan ilmu-ilmu sosial, seperti

    sosiologi, antropologi, psikologi, sejarah, serta filsafat sangat membantu

    dalam memahami kembali hadis-hadis Nabi ini. Fiqh al-Hadis, sebagai

    salah satu aspek ilmu hadis yang mempelajari metode dan pendekatan

    dalam memahami hadis-hadis Nabi Saw. Sangat penting dalam antisipasi

    terhadap penolakan hadis-hadis yang secara validitas dapat diyakini sebagai

    riwayat yang berasal dari Nabi Saw. Di samping itu, juga tujuan agar umat

    tidak salah dalam menerapkan hadis Nabi Saw.23

    Berkaitan dengan memahami makna hadis dan menemukan

    signifikansi kontekstualnya, Yusuf Al-Qardhawi memberikan delapan

    prinsip pemahaman terhadap hadis Nabi Saw, yaitu Pertama, memadukan

    al-Sunnah sesuai dengan petunjuk al-Qur’an. Kedua, memadukan beberapa

    hadis yang mengemukakan satu topik. Ketiga, penggabungan atau

    22 Muhammad Hilmi Nasruri dan Java Creativity, Membangun Website Super

    Canggih dengan Jomla 3 (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013), 2. 23 Maizuddin, Metodologi Pemahaman Hadis (Padang: Hayfa Press, 2008), 23.

  • 13

    pentarjihan antara hadis-hadis yang (tampaknya) bertentangan. Keempat,

    memahami hadis dengan mempertimbangkan latar belakang, situasi dan

    kondisinya ketika diucapkan, serta tujuannya. Kelima, memisahkan antara

    sarana yang berubah-ubah dan tujuan yang bersifat tetap dalam setiap

    hadis. Keenam, membedakan antara ungkapan yang bermakna sebenarnya

    dan yang bersifat majaz dalam memahami hadis. Ketujuh, membedakan

    antara yang ghaib dan yang nyata. Kedelapan, memastikan makna

    peristilahan dalam hadis.24

    Untuk menggali informasi terkait penggunaan hadis di internet

    diperlukan seperangkat metodologi. Adapun metode yang digunakan dalam

    penelitian ini yaitu metode analisis wacana (discourse analysis), yakni

    mengungkapkan metode pemahaman hadis yang diterapkan dalam website

    bincangsyariah.com hingga kontribusinya terhadap wacana Islam moderat.

    Dalam teori wacana, teks-teks yang dianggap kompleks dan

    beraturan sesuai norma atau standar justru mengorganisasikan kenyataan

    yang tak beraturan. Norma atau standar yang digunakan untuk mengatur

    perilaku-perilaku manusia sering kali menampilkan kategori-kategori

    politik, sosial, atau hubungan sosial-politik lainnya.25 Norma atau standar

    inilah, khususnya sintaksis dan semantik, yang menentukan nilai suatu

    wacana. Lebih sederhana, Lubis mendefinisikan wacana/diskursus sebagai

    kumpulan pernyataan-pernyataan yang ditulis, diucapkan atau

    dikomunikasikan dengan menggunakan tanda-tanda.26

    Nunan menyatakan bahwa analisis wacana adalah studi mengenai

    penggunaan bahasa yang memiliki tujuan untuk menunjukkan dan

    menginterpretasikan adanya hubungan antara tatanan atau pola-pola

    24 Siti Fatimah, “Metode Memahami Hadis Nabi Dengan Mempertimbangkan

    Asbabul Wurud: Studi Komparasi Pemikiran Yusuf al-Qardhawi dan M. Syuhudi Ismail”,

    Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), 29-36. 25 Yudi Latif dkk. Bahasa dan Kekuasaan (Bandung: Mizan, 1996), 81. 26 Akhyar Lubis .Masih Adakah Tempat Berpijak Bagi Ilmuwan (Bogor:

    Akademia, 2004), 149.

    https://bincangsyariah.com/

  • 14

    dengan tujuan yang diekspresikan melalui unit kebahasaan tersebut.

    Analisis wacana model Nunan ini dilakukan melalui pembedahan dan

    pencermatan secara mendetil elemen-elemen linguistik seperti kohesi,

    elipsis, konjungsi, struktur informasi, tema dsb. untuk menunjukkan makna

    yang tidak tampak pada permukaan sebuah wacana.27

    F. Metode Penelitian

    Agar suatu penelitian lebih terarah dan sistematis, tentunya

    diperlukan suatu metode yang jelas, begitu juga penelitian ini, tentunya

    juga penyusun gunakan untuk memaparkan, mengkaji, serta menganalisis

    data-data yang ada untuk diteliti. Metode penelitian meliputi; jenis dan

    pendekatan penelitian, kebutuhan dan sumber data, teknik pengumpulan

    data, analisis data, pemeriksaan keabsahan data.

    1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

    Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan

    menggunakan metode wacana, sehingga analisis wacana akan

    digunakan dalam penelitian untuk mengungkap metode fiqh al-hadis

    dalam website bincangsyariah.com hingga kontribusinya terhadap

    wacana Islam moderat.

    2. Kebutuhan dan Data Sumber

    Penulisan ini merupakan penulisan kepustakaan, karenanya data

    yang digunakan adalah buku atau tulisan terkait penelitian hadis di

    internet. Selain itu penulis juga melakukan pengumpulan data dengan

    jalan mempelajari literatur dari buku-buku lain yang mendukung

    pendalaman analisis. Secara garis besar sumber data terbagi menjadi

    dua, yaitu:

    27David Nunan. Introducing Discourse Analysis (London: Penguin Book, 1993)

    https://bincangsyariah.com/

  • 15

    a. Sumber pilihan (primer)

    Sumber data primer merupakan sumber pokok penelitian, pada

    penelitian ini sebagai sumber data pokok adalah website

    bincangsyariah.com. Website yang cukup aktif membahas wacana

    keislaman yang berkembang di tengah masyarakat, khususnya media

    sosial.

    b. Sumber tambahan (sekunder)

    Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber

    yang sudah ada, atau data yang diperoleh dari tangan kedua, dari

    sumber tidak langsung/pendukung. Dalam penelitian ini data

    sekundernya adalah buku-buku, artikel, jurnal, dan bahan-bahan

    kepustakaan lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data

    primer untuk keperluan peneliti, pada penggunaan hadis di website

    bincangsyariah.com ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan

    data secara observasi (pengamatan) dari tema-tema dan bahasan yang

    terdapat dalam website tersebut. Seperti, kalam, khazanah, nisa,

    ubuddiyah, zikir dan do’a, dan lain-lain. Pada kajian ini, peneliti

    mengamati setiap gejala pada objek yang tampak pada sampel-sampel

    yang telah ditentukan. Kemudian menggunakan data sekunder, seperti

    buku-buku, artikel, jurnal, dan bahan-bahan kepustakaan lain yang ada

    relevansinya dengan penelitian ini.

    4. Analisis data

    Penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content

    analysis). Analisis ini adalah suatu teknik penelitian untuk membuat

    kesimpulan-kesimpulan (iterferensi) yang dapat ditiru (replicable) dan

    dengan data yang valid, dengan memperhatikan konteksnya. Analisis

    isi yang dihadapkan pada data kualitatif maka ia termasuk dalam

    https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/

  • 16

    analisis wacana. Metode ini dimaksudkan untuk menganalisis seluruh

    pembahasan megenai latar belakang penggunaan hadis dalam website

    bincangsyariah.com hingga kontribusinya terhadap wacana Islam

    moderat. Secara lebih mendalam yang dalam penelitian ini, penulis

    merumuskan dari tahapan merumuskan masalah, membuat kerangka

    berfikir, membuat metode operasionalisasi konsep, menentukan metode

    pengumpulan data, pengumpulan metode analisis data yang kemudian

    sampai pada tahap interpretasi makna.

    5. Pengecekan Keabsahan Data

    Uji kredibilitas data, dibutuhkan untuk memastikan keabsahan

    data penelitian. Dalam hal ini, penulis mendiskusikan dengan teman

    sejawat yang lebih mengetahui tentang topik yang diangkat penulis

    dalam meneliti.

    G. Sistematika Penulisan

    Hasil penelitian akan disajikan dalam sistematika sebagai berikut :

    Pertama, Bab ini memberikan gambaran latar belakang penelitian,

    rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ulasan beberapa

    penelitian yang telah dilakukan terhadapnya, kerangka teoritik, metode

    penelitian, dan sistematika penelitian.

    Kedua, Berisi tentang konteks umum seputar tema dan bahasan

    dalam website bincangsyariah.com. Pada bagian ini peneliti memaparkan

    gambaran umum seputar website bincangsyariah.com dan kajian-kajian

    hadis di dalamnya.

    Ketiga, Analisis metode fiqh al-hadis yang diterapkan dalam

    website bincangsyariah.com. Di sini peneliti akan memaparkan metode

    penulisan, struktur sistematika, serta argumen-argumen terkait validitas

    kutipan teks hadis yang digunakan dalam website tersebut.

    https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/https://bincangsyariah.com/

  • 17

    Keempat, Konteks pemaknaan hadis-hadis dalam website

    bincangsyariah.com, dan relasinya dengan kehidupan sosial masyarakat,

    sehinggga dapat diketahui kontribusinya terhadap wacana Islam moderat.

    Kelima, berisi penarikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari

    rumusan masalah yang diajukan, kritik dan saran untuk penelitian berlanjut.

  • 18

    BAB II

    GAMBARAN UMUM WEBSITE BINCANG SYARIAH

    A. Profil Website bincangsyariah.com

    Bincangsyariah.com adalah website keIslaman yang dikembangkan

    oleh Yayasan Pengkajian Hadits el-Bukhori. Website ini berisi tentang

    praktik ibadah, sejarah Islam, persoalan-persoalan hukum Islam, akidah,

    zikir dan doa. Website ini diluncurkan untuk merespon wacana keislaman

    yang berkembang di tengah masyarakat, khususnya media sosial. Di

    samping itu, juga menggulirkan wacana keislaman agar kajian Islam selalu

    berkembang dan semakin dinamis. Isu yang dibincang dalam website ini

    selalu berpijak pada prinsip ilmiah dan mengikuti logika ilmu Islam. Dalam

    menganalisa sebuah permasalahan, para redaktur selalu berpedoman

    kepada al-Quran, Hadis, dan pendapat ulama yang otoritatif. Ketiga

    panduan ini tidak diterjemahkan begitu saja, tetapi kami baca melalui

    pendekatan normatif ataupun empiris.28

    El-Bukhari Institute (eBI) adalah lembaga non pemerintah dalam

    bentuk badan hukum yayasan yang berusaha mengenalkan hadis ke publik

    serta mengampanyekan Islam moderat melalui hadis-hadis Nabi saw.

    Berdirinya lembaga ini dilatar belakangi oleh kondisi kajian hadis yang

    sangat lemah. Di tengah lemahnya kajian tersebut diperparah dengan

    sedikitnya lembaga yang konsen untuk mengkaji hadis. Padahal kebutuhan

    masyarakat akan kajian hadis perlu untuk dipenuhi, sebab sebagian besar

    aktifitas keagamaan masyarakat muslim dijelaskan dalam hadis.

    28 El-Bukhari Institute, Company Profile Bincang Syariah: Situs Islam Terbaik di

    Indonesia, 1.

  • 19

    Problem lain adalah semakin luasnya penyebaran hadis-hadis palsu

    dalam dakwah-dakwah maupun dalam pertemuan ilmiah lainnya. Bisa jadi

    hal itu terjadi tanpa disadari oleh yang menyampaikan atau faktor ketidak

    tahuan si penyampai.

    Untuk memenuhi kebutuhan tersebut el-Bukhari Institute didirikan

    pada tanggal 30 November 2013. Untuk itu, eBI selalu aktif melakukan

    kajian, penelitian, pelatihan, dan publikasi yang terkait dengan hadis.

    Tujuan utama pendirian lembaga ini ialah agar masyarakat menyadari akan

    pentingnya hadis dan mengetahui bagaimana mengamalkannya dalam

    konteks saat ini. Selain itu, lembaga ini juga merupakan wadah para

    akademisi, peneliti atau santri, atau siapa saja yang ingin mengkaji hadis

    dan mempublikasikan karyanya.

    Setelah berjalan dua tahun, tepatnya pada akhir tahun 2015 eBI

    mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum atas nama Yayasan

    Pengkajian Hadis el-Bukhori berdasarkan Akta Notaris Nomor 06 tanggal

    12 Januari 2015 oleh Notaris Musa Muamarta, S.H. disahkan oleh

    Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan Nomor AHU-

    000060.AH.01.12 TAHUN 2015 TANGGAL 20 JANUARI 2015.29

    1. Struktur Redaksi

    Pengurus merupakan anak muda dengan latar belakang

    pendidikan formal yang berbeda tetapi memiliki satu kepentingan yang

    sama, yaitu pengebangan hadis. Untuk itu banyak isu-isu yang

    bermacam-macam dianalisis dari sudut pandang hadis. Dalam bidang

    penulisan, pengurusnya telah banyak mempublikasikan artikel di

    berbagai media cetak maupun online seperti buku, surat kabar, majalah,

    journal, dan website resmi lembaga-lembaga lainnya.30 Berikut adalah

    susunan redaksi dari bincang syariah:31

    29 El-Bukhari Institute, Company Profile, 5. 30 El-Bukhari Institute, Company Profile, 16. 31 El-Bukhari Institute, Company Profile Bincang..., 5-6.

  • 20

    Penanggungjawab

    Abdul Karim Munthe

    Alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia

    Konten Manajer

    Hengki Ferdiansyah

    Alumnus Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Pemipin Redaksi

    Ibnu Kharish

    Alumnus Magister Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta

    Redatur Pelaksana

    Muhammad Masrur Irsyadi

    Alumnus Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hiayatullah Jakarta

    Social Media

    Ibnu Hayyan

    Alunus Pesantren Al-Kholidin

    Editor Video

    Moh Juriyanto

    Alumnus International Institute for Hadith Sciences Darus Sunnah

    dai Papua tahun 2015-2017

    Neneng Maghfiro

    Alumnus UIN Syarif Hiayatullah

    Annisa Nurul Khasanah

    Alumnus UIN Syarif Hiayatullah

    2. Konten

    Desiminasi konten utamanya dilakukan melalui website.

    bincangsyariah.com saat ini berada di posisi 6.283 Indonesia dan

    489,945 ranking dunia (13 Desember 2018). Saat ini rata-rata

    pengunjung website adalah di atas 14.000 ribu per hari, google

  • 21

    analitycs 9.000. Sumber pembaca website saat ini terbesar organic

    search (40.6%), direct (37,2%), Social (16,5%), Refferal (5.7%).32

    a. Artikel

    Saat ini jumlah artikel yang diupload setiap hari minimal 12

    tulisan. Total naskah yang telah diterbitkan lebih dari 2.500 artikel.

    Salah satu yang membedakan artikel yang dipublis di Bincang

    Syariah adalah pendekatan yang digunakan. Al-Qur’an dan Hadis

    sebagai sumber utama dan juga menggunakan metodologi ulama

    salaf sekaligus mengakomodir perkembangan ilmu pengetahuan

    modern.

    Kontributor website ini adalah para alumni dari pondok

    pesantren dan perguruan tinggi baik dari tingkat sarjana, magister

    bahkan doktor. Sehingga kualitas tulisan dapat

    dipertanggungjawabkan secara akedemik dan agama.33

    b. Video

    Saat ini jumlah video yang diterbitkan perharinya minimal 2

    video. Total video yang telah diproduksi oleh Bincang Syaria lebih

    dari 500 video. Jenis video yang diproduksi adalah video grafis,

    vlog, monolog, Q n A dan documentary video.

    32 El-Bukhari Institute, Company Profile Bincang..., 3-4. 33 El-Bukhari Institute, Company Profile Bincang..., 2.

  • 22

    Gambar 2.1. Halaman Bincang Syariah Channel

    c. Infografis

    Artikel yang telah ditulis akan didampingi dengan infografis

    dan quote. Tujuannya untuk memudahkan pembaca membaca secara

    cepat informasi yang disampaikan. Selain di website infografis juga

    disebar di media-media sosial.

    Gambar 2.2. Halaman Beranda

  • 23

    B. Tema dan Bahasan Dalam Website

    Di dalam website bincangsyariah.com terdapat banyak artikel yang

    berkaitan dengan persoalan di tengah masyarakat. Artikel tersebut

    diklasifiasikasikan dalam beberapa tema, di antaranya sebagai berikut:

    1. Kalam

    Perkara-perakara yang berkaitan dengan keyakinan terhadap

    Allah Swt. dan sifat-sifatNya serta relasi sosial masuk dalam klasifikasi

    tema kalam. Muamalah atau relasi sosial dalam arti luas adalah aturan-

    aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam

    hubungan tertentu. Hal tersebut agar terlahir jiwa-jiwa yang peduli atas

    kemanusiaan serta menambah wawasan mengenai sifat-sifat Allah Swt.

    Etika menjadi sasaran utama dengan tujuan untuk membina masyarakat

    yang ber-akhlaqul karimah. Salah satu contoh artikel dalam kolom

    kalam adalah sebagai berikut:

    Dalam Hadis, Empat Orang Ini Disunahkan Untuk

    Diucapkan Salam Lebih Dahulu

    Nabi Muhammad saw memberikan kriteria orang-orang yang

    diutamakan untuk diucapkan salam lebih dahulu. Rasulullah saw bersabda,

    أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا عليه قال: ))يسلم عن

    –الراكب على الماشي, والماشي على القا عد, والقليل على الكثير

    متفق عليه. وفي رواية للبخاري, والصغير على الكبير

    Dari Abu Hurairah, ra sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:

    “orang yang sedang berkendara disunahkan mengucapkan salam

    terlebih dahulu kepada orang yang berjalan kaki, sedangkan orang

    yang berjalan kaki disunahkan mengucapakan salam terlebih

    dahulu kepada orang yang duduk, dan orang yang populasinya

  • 24

    sedikit disunahkan mengucapkan salam terlebih dahulu kepada orang banyak” (HR. Bukhari-Muslim).

    Dalam riwayat Imam Bukhari terdapat tambahan redaksi

    bahwasanya “anak kecil juga disunahkan mengucapakan salam terlebih dahulu kepada orang dewasa.”

    Melihat hadis di atas, seolah orang yang menjadi objek

    pengucapan salam itu tidak memiliki kesunahan untuk memulai

    salam, padahal pada sejatinya tidak demikian. Boleh saja dalam satu

    kesempatan keempat objek di atas harus mengucapkan salam

    terlebih dahulu manakala orang yang berkendara, orang berjalan

    kaki, orang yang jumlahnya sedikit dan anak kecil itu, sedang dalam keadaan lupa atau ada kesibukan lain.

    Hemat penulis, hadis di atas merupakan sebuah adab atau

    tatakrama sosial yang diajarkan Rasulullah ketika bertemu dengan

    orang-orang yang dalam keadaan tertentu seperti halnya sabda Rasul

    di atas. Bukan lantas ketika bertemu dengan orang-orang yang

    seperti di atas justru kita malah egois dan menganggap mereka yang

    berhak mengucapkan salam terlebih dahulu. Itu tidak benar. Satu sisi

    kita harus menoleh kembali bahwasanya manusia yang paling utama

    di sisi Allah adalah orang terlebih dahulu memulai salam kepada

    mereka.

    Menurut Imam Muhallab yang dikutip dari kitab Nuzhatul

    Muttaqin Syarah Riyadus Shalihin menjelaskan bahwasanya kenapa

    Nabi Muhammad saw mengajarkan kita demikian (kesunahan empat

    orang mengucapakan salam terlebih dahulu): Petama, orang yang

    berkendara disunahkan mengucapkan salam terlebih dahulu kepada

    orang yang berjalan kaki agar supaya dirinya tidak merasa congkak

    dan sombong dengan berkendaranya itu. Kedua, orang yang berjalan

    kaki disamakan dengan orang yang mau masuk ke dalam sebuah

    ruangan. Sehingga orang yang berjalan kaki disunahkan

  • 25

    mengucapkan salam terlebih dahulu kepada orang yang duduk. Baik

    duduk di pinggir atau duduk di satu majlis. Ketiga, orang yang

    sedikit dianjurkan memulai salam terlebih dahulu kepada orang

    banyak untuk menjaga hak-hak mereka karena hak-hak mereka lebih

    agung dan lebih mulia secara kuantitas. Hal ini biasanya terjadi

    kepada seorang mubaligh atau pendakwah. Keempat, anak kecil

    diperintahkan untuk selalu menghormati dan merendahkan diri

    (tawaduk) di hadapan orang tua. Sehingga disunahkan mengucapkan

    salam terlebih dahulu ketika bertemu dengan orang tua.34

    Gambar 2.3. Halaman Kolom Kalam

    2. Khazanah

    Khazanah berisi artikel yang berhubungan dengan kisah-kisah

    dan sejarah Islam. Hal tersebut guna memupuk rasa kecintaan dan

    kekaguman terhadap islam dan kebudayaannya serta meluaskan

    cakrawala pandangan dan pengetahuan terhadap makna islam bagi

    kepentingan kebudayaan umat manusia. Salah satu contoh artikel dalam

    kolom khazanah adalah sebagai berikut:

    34 https://bincangsyariah.com/kalam/dalam-hadis-empat-orang-ini-disunahkan-

    untuk-diucapkan-salam-lebih-dahulu/ diakses pada 17 Desember 2018.

    https://bincangsyariah.com/kalam/dalam-hadis-empat-orang-ini-disunahkan-untuk-diucapkan-salam-lebih-dahulu/https://bincangsyariah.com/kalam/dalam-hadis-empat-orang-ini-disunahkan-untuk-diucapkan-salam-lebih-dahulu/

  • 26

    Mengenal Kitab “Al-Mandzumah Al-Baiquniyyah”: Kitab Ilmu

    Hadis Bagi Pemula

    Salah satu kitab yang disusun dengan sangat sederhana untuk

    menjelaskan tentang ilmu hadis adalah al-Mandzumah al-

    Baiquniyyah, di dalamnya berisi syair yang terdiri dari 34 bait.

    Meskipun minim keterangan, namun hampir seluruh pembahasan mengenai ilmu hadis dibahas di dalamnya.

    Kitab al-Mandzumah al-Baiquniyyah disusun oleh Thaha

    atau ‘Amr bin Muhammad bin Futuh al-Dimasyqi al-Syafi’i al-Baiquni. Beliau hidup sekitar tahun 1080 H.

    Tercatat dalam Mukadimah al-Mandzumah al-Baiquniyyah, pengarang dalam bait pertama kitabnya menuliskan,

    ٍد َخِير نبْي أُرِسال أبدأُ بالحمِد ُمَصل ِياً على # ُمحمَّ

    Aku memulai dengan mengucap puji dan salawat dan keselamatan

    Kepada Muhammad sebaik-baik Nabi yang diutus

    Penjelasan

    Mengucapkan hamdalah dan bersalawat merupakan

    kebiasaan para ulama dalam memulai tulisan mereka. Hamdalah

    ditujukan kepada Allah Swt atas segala nikmat dan karunia-Nya

    kepada manusia, dan salawat ditujukan kepada Nabi Muhammad

    saw, sebagai bentuk doa kepada beliau agar selalu diberikan

    keselamatan. Dalam bait tersebut, Imam al-Baiquni juga memuji

  • 27

    Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik utusan yang diutus untuk

    umat manusia.

    Dalam sebuah hadis Rasulullah saw menyebutkan tentang

    keutamaan memulai sesuatu dengan hamdalah.

    ِ ، فَُهَو أَْقَطعُ ُكلُّ أَْمٍر ِذي بَاٍل الَ يُْبدَأُ فِيهِ بَِحْمِد َّللاَّ

    “Setiap perbuatan yang baik yang tidak dimulai dengan

    membaca hamdalah, maka akan terputus (keberkahannya).” (HR. Ibn Hibban)

    Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda berkaitan dengan

    keutamaan salawat:

    ُ َعلَْيِه بَِها َعْشًراَمْن َصلَّى عَ لَىَّ َصالَةً َصلَّى َّللاَّ

    “Barangsiapa yang berselawat kepadaku sekali saja, maka

    Allah akan membalas salawat tersebut dengan sepuluh kali lipat..” (HR. Muslim)

    Ada perbedaan naskah tentang penyebutan bismillah dalam

    al-Mandzumah al-Baiquniyyah, ada yang menyebutkan ada dan ada juga yang mengatakan tidak ada.

    Bait selanjutnya berbunyi,

    وِذي ِمَن أقَساِم الحديث عدَّة # وُكلُّ واحٍد أتى وحدَّه

    Hadis itu terdiri dari berbagai macam bagian yang sangat banyak

  • 28

    Satu persatunya akan dijelaskan pengertiannya

    Penjelasan

    Dalam bait tersebut Imam al-Baiquni menyebut bahwa hadis

    terdiri dari banyak cabang. Beberapa kitab syarah menyebut bahwa

    al-Baiquni dalam kitab ini hanya menyebut 32 pembagian hadis saja,

    padahal menurut Ibnu Shalah hadis terbagi ke dalam 63-69 macam

    bagian. Namun dari sekian banyak macam hadis, seluruhnya dapat

    dikelompokkan ke dalam 3 macam hadis saja. Pertama, adalah hadis sahih, kedua hasan. dan ketiga adalah hadis daif.

    Hadis adalah setiap informasi yang disandarkan kepada Nabi

    saw. Informasi tersebut bisa dalam bentuk perkataan, perbuatan,

    ikrar atau sifat. Hadis bisa diklasifikasikan atau dilihat dari sisi yang

    berbeda. Yang pertama adalah dari sisi diterima atau ditolak. Kedua

    dari sisi bagaimana dia disandarkan dan ketiga dari sisi banyaknya jumlah jalur yang dimiliki.

    Masing-masing dari setiap sisi tersebut memiliki macam dan

    istilahnya tersendiri. Kata Haddah dalam bait di atas menunjukkan

    bahwa Imam al-Baiquni akan memberikan penjelasan atau

    pengertian dari masing-masing macam-macam hadis tersebut dalam

    bait-baitnya selanjutnya.

    *Artikel ini ditulis untuk bahan diskusi Kajian Sekolah Hadis Online Yayasan Pengkajian Hadis El-Bukhari Institute.35

    35 https://bincangsyariah.com/khazanah/mengenal-kitab-al-mandzumah-al-

    baiquniyyah-kitab-ilmu-hadis-bagi-pemula/ diakses pada 17 Desember 2018.

    https://bincangsyariah.com/khazanah/mengenal-kitab-al-mandzumah-al-baiquniyyah-kitab-ilmu-hadis-bagi-pemula/https://bincangsyariah.com/khazanah/mengenal-kitab-al-mandzumah-al-baiquniyyah-kitab-ilmu-hadis-bagi-pemula/

  • 29

    Gambar 2.4. Halaman Kolom Khazanah

    3. Wawancara

    Selain itu dalam website ini terdapat kolom wawancara yang

    merupakan hasil tanya jawab dengan tokoh yang relefan dengan

    persoalan yang dibahas. Hal tersebut bermasud untuk menghindari

    kesalahan informasi/ data yang simpang siur, memperoleh informasi

    secara komprehensif, akurat, jujur, dan mendalam, mendapatkan

    informasi dan data yang objektif dan berimbang, serta menggali

    kemunkinan adanya perspektif baru atas suatu masalah. Salah satu

    contoh artikel dalam kolom wawancara adalah sebagai berikut:

    Imunisasi Difteri Mengandung Babi, Bagaimana Hukumnya?

    Sebenarnya bagaimana hukum menggunakan vaksin yang

    mengandung babi tersebut dalam hukum islam? Apakah kebolehan

    tersebut bersifat selamanya atau temporal, hingga vaksin yang bebas

    babi ditemukan saja? Dikatakan dalam hadis bahwa tahnik saja

    sudah cukup sehingga tidak perlu vaksin, apa benar demikian?

    Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai persoalan tersebut

    reporter bincangsyariah.com, Fahmi Suhudi, mewawancarai Prof.

    Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA, Rektor Institute Ilmu Alquran

  • 30

    (IIQ) jakarta di kantornya baru-baru ini. Ilmuwan Perbandingan

    Mazhab Fiikih yang saat ini juga menjabat sebagai Pembantu Dekan

    I di Fakultas Syariah dah Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut juga tercatat masih aktif sebagai

    anggota Komisi Fatwa MUI sejak tahun 1987 sampai saat ini.

    Sebenarnya bagaimana hukum imunisasi bagi bayi, Prof?

    Hukum imunisasi, kalau karena hal itu (tidak imunisasi)

    mendatangkan bahaya bagi dirinya. Baik minimal dengan alasan lil

    hajat (karena kebutuhan) atau li al-dharurah (karena darurat) maka

    dia harus imunisasi. Karena (kalau tidak dilakukan) nanti efeknya bisa mengakibatkan lumpuh bahkan mengakibatkan kematian.

    Dan Majelis Ulama Indonesia sudah mengeluarkan fatwa ini

    atas permintaan dari Kementerian Kesehatan. Fatwanya itu adalah

    membolehkan imunisasi karena li al-dharurah. Sebab dalam vaksin

    itu masih ada unsur babinya. Tetapi dalam keadaan darurat

    dibolehkan. Hanya saja pemerintah tetap berusaha membuat

    vaksinasi atau bahan untuk imunisasi yang halal.

    Ada yang membandingkan lebih memilih untuk ditahnik daripada divaksin?

    Ya bisa saja. Tahnik kan disunahkan. Tapi Tahnik hanya

    mengeluarkan lendir. kalau vaksin kan untuk macam-macam

    penyakit apakah untuk campak, cacar, peradangan otak dan

    tenggorokan dan sebagainya. Itu vaksin DPT (Difteri, Peradangan

    dan Tenggorokan) ada jenis-jenisnya sekarang semakin maju Ipktek

    semakin canggih juga tentu cara pengobatannya.

    Hanya saja dalam hal ini islam tidak melarang kemajuan

    Iptek, tapi harus disesuaikan dengan hukum Islam. Kalau tidak

    sesuai dilihat dulu apakah itu li al-dharurah atau minimal lil hajat,

    maka itu (vaksin) dibolehkan karena al-hajat tanzilu manzilata al-dharurah terkadang kebutuhan itu bisa menduduki posisi darurat.

  • 31

    Penyakit (difteri) itu tidak terbatas usia, ada yang terkena

    waktu masih kecil ada juga yang dewasa baru kena, jadi untuk

    menjaga-jaga ya dilaksanakan saja (imunasasi itu). Karena kita kan

    disuruh Nabi berobat, tadaawau, berobatlah kamu. Tapi disuruh

    berobat dengan yang halal. Kecuali dalam keadaan darurat seperti ini.

    Dan daruratnya ini sementara sebenarnya, fatwa ini sudah

    dikeluarkan lama, pemerintah kita dalam hal ini Kemenkes sampai

    sekarang belum menemukan cara membuat obat vaksin yang halal

    100 persen belum ada. Selama belum ditemukan boleh pakai vaksin ini.

    Jadi vaksin dan tahnik itu beda, Prof?

    Ya beda tahnik itu hanya membersihkan lendir dari rongga

    mulut hingga leher, lendir-lendir saja. Dan zaman itu mungkin

    belum ada penyakit-penyakit seperti yang sekarang ini terjadi. Karena makanan sekarang kan beda, banyak instan-instan.

    Seperti vaksin jamaah haji juga ya, Prof?

    Oh iya, itu kan (tentang vaksin jemah haji) ada fatwa MUI.

    Kalau dalam fatwa MUI, pertama karena belum ditemukan ada

    vaksin yang halal maka dibolehkan karena darurat. Karena

    pemerintah Saudi juga tidak mau menerima orang yang belum

    divaksin dan itu harus ada buku keterangan dokternya baru

    dibolehkan. Tetapi hanya bagi orang yang haji pertama, kalau haji

    kedua tidak perlu. Maksudnya tidak boleh dan haram bagi dia

    melakukan vaksin miningitis. Karena sekarang pun sudah ditemukan

    ada yang halal dari China dan Italia dan yang dari Belgia itu yang

  • 32

    ditemukan ada unsur babinya tapi tidak tahu apa sekarang sudah diganti atau belum.36

    Gambar 2.5. Halaman Kolom Wawancara

    4. Nisa

    Hal-hal yang berkaitan dengan perempuan, baik dalam ativitas

    sehari-hari ataupun ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengannya.

    Salah satu contoh artikel dalam kolom nisa adalah sebagai berikut:

    Bolehkah Melakukan Sulam Alis dalam Islam?

    Dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Muslim :

    عن إبراهيم عن علقمة عن عبد هللا قال لعن هللا الواشمات

    والمستوشمات والنامصات والمتنمصات والمتفلجات للحسن

    المغيرات خلق هللا

    36 https://bincangsyariah.com/wawancara/imunisasi-difteri-mengandung-babi-

    bagaimana-hukumnya/ pada 17 Desember 2018.

    https://bincangsyariah.com/wawancara/imunisasi-difteri-mengandung-babi-bagaimana-hukumnya/https://bincangsyariah.com/wawancara/imunisasi-difteri-mengandung-babi-bagaimana-hukumnya/

  • 33

    Artinya: dari Ibrahim bin Alqomah dari Abdillah Ra. berkata

    Allah melaknat wanita yang memasang tato, orang yang

    meminta ditato, yang menghilangkan rambut dari wajahnya,

    yang meminta dihilangkan rambut wajahnya dan yang mengikir giginya untuk memperindah dan mengubah ciptaan Allah.

    Dalam kitab Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi

    menjelaskan bahwa al-Waasyimah yang merupakan bentuk fail

    (subjek) berasal dari kata wasyama yang bermakna memasukkan

    jarum ke dalam salah satu anggota tubuh untuk ditanamkan warna

    kemudian warnanya berubah menjadi biru yang dalam praktik kita

    kenali adalah tato. Sulam alis pun demikian, meski tidak sampai ke lapisan terdalam.

    Praktik sulam alis selain masuk kategori mentato (al-wasym)

    ia juga masuk praktik an-nashimah, yaitu pelaku pencukur rambut

    wajah. Imam Nawawi menjelaskan dalam kitab yang sama bahwa

    keharaman mencukur rambut di wajah adalah pada alis dan rambut

    pinggir wajah (wa anna an-nahya innamaa huwa fii al-hawaajib wa

    maa fii ath-rofi al-wajh). Namun jika seorang perempuan yang

    tumbuh kumis dan jenggot maka diperbolehkan bahkan disunahkan untuk menghilangkannya.

    Hal yang dipermasalahkan dalam praktik sulam alis adalah

    karena menyerupai tato, menyakitkan, dan merubah ciptaan Allah.

    Hadis di atas juga menerangkan keharaman melakukan praktik yang

    telah disebutkan disebabkan tujunnya yaitu mengubah ciptaan Allah.37

    37 https://bincangsyariah.com/nisa/bolehkah-melakukan-sulam-alis-dalam-islam/

    diakses pada 17 Desember 2018.

    https://bincangsyariah.com/nisa/bolehkah-melakukan-sulam-alis-dalam-islam/

  • 34

    Gambar 2.6. Halaman Kolom Nisa

    5. Ubuiyah

    Banyak persoalan yang timbul di tengah masyarakat terkait

    dengan praktik ibadah. Sebagaimana telah diketahui, bahwa ubudiyah

    merupakan hal penting dalam perjalanan hidup setiap individu. Karena

    itu, sengaja memasukkan banyak artikel mengenai tata cara beribadah

    serta ketentuannya. Tujuan utamanya adalah agar masyarakat berhati-

    hati dalam urusan ibadah supaya bisa diterima oleh Allah Swt serta tidak

    mudah melakukan klaim kebenaran. Salah satu contoh artikel dalam

    kolom ubuiyah adalah sebagai berikut:

    Meniatkan Pahala Haji dan Umrah Untuk Mertua

    Mengenai boleh-nya taukil haji dan umrah dalam kondisi

    tertentu ini telah diperkuat dengan adanya hadis yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw sebagaimana berikut :

    َ رسول هللا إِنَّ أَبِْي َشْيٌخ َكبِْيٌر الَ يَْستَ ِطْيُع اَْلَحجَّ َو الَ اْلعُْمَرةَ َو الَ يا

    الظَّْعَن : قَالَ

  • 35

    “Wahai Rasulullah, ayahku sudah sangat tua, tidak mampu

    haji, umrah, dan perjalanan.Beliau menjawab, “Hajikanlah ayahmu dan umrahkanlah.” [HR. Ibnu Majah]

    Pada hadis lain terdapat keterangan bahwa Nabi Muhammad

    Saw mengizinkan haji dan umrah untuk orang yang meninggal ketika bernadzar, sebagaimana berikut ;

    أتى رجل النبي صلى هللا عليه وسلم فقال له إن أختي نذرت أن

    لو كان عليها دين تحج وإنها ماتت فقال النبي صلى هللا عليه وسلم

    أكنت قاضيه قال نعم قال فاقض هللا فهو أحق بالقضاء

    Seorang lelaki mendatangi Nabi Saw, lalu

    berkata,“Sesungguhnya saudara perempuanku bernadzar

    melaksanakan haji, tetapi ia meninggal dunia”. Nabi Saw

    berkata, “Andaikata ia mempunyai hutang, bukankah

    engkau akan membayarnya“Iya”. Jawabnya. Beliau

    kemudian bersabda, ”Maka bayarlah hutang haji itu kepada

    Allah, sebab Allah lebih berhak untuk dibayar” (HR. Bukhari)

    Dua hadis tersebut telah jelas menyampaikan boleh-nya

    melakukan haji untuk orang lain dengan praktik wakalah. Baik yang

    melakukan adalah orang yang memiliki hubungan kerabat atau pun

    tidak. Karena dalam persoalan wakalah yang dipentingkan adalah

    terpenuhinya syarat bahwa orang yang mewakili sudah pernah

    melakukan ibadah haji dan umrah. Dan orang yang mewakilkan

    adalah orang yang tidak mampu untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah sendiri.

    Berdasarkan hadis tersebut mayoritas ulama

    memperbolehkan paraktik ini. Sehingga pahala haji dan umrah

    untuk mertua termasuk praktik taukil fi al-hajji wa al-umrah dan

  • 36

    pahalanya akan sampai kepada orang yang diniatkan. Dengan syarat,

    praktik yang dilakukan telah memenuhi ketentuan, yaitu

    dilaksanakan oleh orang yang sudah melaksanakan haji dan umrah.

    Dan, yang bersangkutan (orang yang diwakili) tidak mampu

    melaksanakan sendiri karena usia yang sangat tua, sakit yang tidak

    bisa sembuh, atau yang bersangkutan sudah meninggal dunia. Wallahu ‘Alam38

    Gambar 2.7. Halaman Kolom Ubudiyah

    6. Zikir dan Do’a

    Tema zikir dan do’a memuat kumpulan do’a dan zikir yang

    berhubungan dengan aktivitas sehari-hari. Salah satu contoh artikel

    dalam kolom zikir dan do’a adalah sebagai berikut:

    Doa Ketika Mendapatkan Tawaran Baik dari Orang Lain

    Ketika kita mendapatkan tawaran baik dari orang lain,

    seperti berupa pekerjaan, tawaran jodoh, atau lainnya, selain

    mengucapkan terima kasih, kita dianjurkan untuk mendoakan orang tersebut dengan mengucapkan doa berikut;

    38 https://bincangsyariah.com/ubudiyah/meniatkan-pahala-haji-dan-umrah-

    untuk-mertua/ diakses pada 17 Desember 2018.

    https://bincangsyariah.com/ubudiyah/meniatkan-pahala-haji-dan-umrah-untuk-mertua/https://bincangsyariah.com/ubudiyah/meniatkan-pahala-haji-dan-umrah-untuk-mertua/

  • 37

    بَاَرَك هللاُ لََك فِي أَْهِلَك َوَماِلكَ

    Barakallahu laka fi ahlika wa malika

    “Semoga Allah memberikan keberkahan padamu, dalam keluargamu dan hartamu.”

    Doa ini berdasarkan hadis riwayat Imam Bukhari dari Anas bin Malik, dia berkisah:

    لما قدموا المدينة نزل عبد الرحمن بن عوف على سعد بن الربيع

    فقال : أقاسمك مالي وأنزل لك عن إحدى امرأتي ، قال : بارك هللا

    لك في أهلك ومالك

    “Ketika mereka (sahabat Muhajirin) datang ke Madinah,

    Abdurrahman bin Auf menemui Sa’ad bin Rabi‘. Kemudian

    Sa’ad bin Rabi’ berkata, ‘Bersediakah kamu bila aku berikan

    sebagian hartaku dan aku berikan salah seorang istriku?’ Lalu

    Abdurrahman bin Auf menjawab, ‘Barakallahu laka fi ahlika wa

    malika (Semoga Allah memberkatimu pada keluarga dan hartamu).’”39

    39 https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-ketika-mendapatkan-tawaran-

    baik-dari-orang-lain/ diakses pada 17 Desember 2018.

    https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-ketika-mendapatkan-tawaran-baik-dari-orang-lain/https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-ketika-mendapatkan-tawaran-baik-dari-orang-lain/

  • 38

    Gambar 2.8. Halaman Kolom Zikir dan Do’a

  • 39

    BAB III

    METODE FIQH AL-HADIS DALAM BINCANG SYARIAH

    A. Metode Pengambilan Hadis

    Kutipan teks-teks hadis yang ada dalam website

    bincangsyariah.com bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Kutipan

    teks hadis yang diambil dari kitab-kitab hadis didominasi dari kitab-kitab

    induk kutub al-tis’ah dengan kategori Shahih al-Buhari karya Imam al-

    Bukhari dan Shahih Muslim Karya Imam Muslim yang mendominasi

    rujukan sumber teks hadis sedangkan kitab-kitab lainnya lebih sedikit.

    Untuk keterangan yang berkaitan dengan sumber periwayatan tidak

    semua teks hadis diberi keterangan. Selain itu, hadis yang dikutip dalam

    sebagian kajian pokok redaksinya tidak semuanya ditulis secara lengkap

    beserta sanadnya. Tetapi, hanya menyajikan teks matan secara tematik

    beserta mukharrijnya.

    Hadis-hadis yang dikutip secara tematik sesuai dengan tema

    bahasan dalam sebuah artikel yang dimuat. Teks hadis tidak disajikan

    sendiri, namun beserta dengan penjelasan syarah, ayat, ataupun hadis lain

    yang berkaitan dengannya untuk memberikan gambaran yang utuh.

    Permuatan hadis secara lengkap dengan sanadnya kemungkinan

    besar tidak dilakukan, kecuali jika sanad tersebut memiliki kaitan dengan

    pembahasan sebuah hadis. Hal tersebut dimaksudkan agar lebih praktis dan

    mudah dipahami pembaca. Namun, jika artikel tersebut mencoba mengulas

    hadis beserta perbedaan riwayatnya, maka kemungkinan besar dimuat.

    Berkaitan dengan pemilihan hadis tim redaksi berprinsip bahwa,

    jika hadis yang dikutip diterima, selama disebutkan dari mana sumbernya.

    Selama sebuah penjelasan keagamaan ada rujukan yang digunakan, dan

    tidak harus kitab hadis (semisal fikih), maka diterima. Mengingat dalam

    pemuatan konten juga menyesuaikan agar tidak terlalu sulit dicerna

  • 40

    masyarakat pada umumnya yang kebanyakan mengakses

    pengetahuan/pemahaman keagamaan lewat internet.

    Seperti dalam artikel yang berjudul “Meniatkan Haji dan Umrah

    Untuk Mertua”, dalam artikel tersebut hadis mengenai boleh tidaknya

    meniatkan haji dan umrah untuk mertua tidak disajikan begitu saja, namun

    setelah sebuah hadis ditampilkan disertai dengan hadis lain yang memiliki

    keterkaitan pembahasan dan lebih lengkap sebagai penguat maupun

    penjelas, kemudian redaktur memberikan penjelasan sebagai kesimpulan

    dari sebuah pembahasan tersebut.

    Berdasarkan hadis-hadis yang ditampilkan dalam artiket tersebut

    bahwa mayoritas ulama memperbolehkan praktik ini. Penyajian kesimpulan

    semacam ini dapat mempermudah masyarakat yang pada umumnya

    mengakses pemahaman atau pengetahuan keagamaan melalui internet

    untuk memahami inti atau hasil dari sebuah artikel tersebut.

    Hal tersebut berdasarkan pada salah satu prinsip Yusuf al-

    Qardhawi dalam memahami hadis yang telah penulis sebutkan dalam

    kerangka teoritik yaitu memadukan beberapa hadis yang mengemukakan

    satu topik atau tema tertentu. Dengan cara ini, suatu hadis dapat dipahami

    dan dimengerti maksudnya dengan lebih jelas dan tidak dipertentangkan

    antara hadis yang satu dengan hadis yang lainnya.

    B. Metode Kritik Hadis

    Kritik terhadap matan hadis dilakukan dengan berbagai alat uji.

    Hadis diuji dengan ajaran terkandung dalam nash al-Qur’an. Terutama

    hadis-hadis yang bermuatan akidah, informasi alam ghaib dan ritual. Hal

    ini penting karena tugas utama hadis adalah menjelaskan al-Qur’an, dan

    hadis merupakan “tuntunan praktis” dalam mengamalkannya. Hadis juga

    diuji dengan sesama hadis. Bila sebuah hadis bertentangan dengan hadis

  • 41

    lain, maka hadis yang periwayatannya lebih unggul dimenangkan. Hadis

    yang kalah disebut syadz.

    Sedangkan hadis yang memuat informasi pengetahuan perlu diuji

    dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya, bila informasi sebuah hadis berisi

    data sejarah, ia diuji dengan fakta sejarah dengan otoritas kebenaran

    lainnya. Bahkan hadis diuji dengan ilmu bahasa yaitu apakah redaksi hadis

    yang diriwayatkan itu pantas diucapan oleh seorang Rasul yang fasih

    berbahasa Arab. Uji hadis berarti menguji para periwayat, bukan menguji

    kebenaran Rasulullah. Sebuah hadis yang “lulus tes” diyakini otentik dari

    sumbernya yaitu Rasulullah.40

    Kita perlu melihat hadis-hadis yang relevan dengan hadis yang

    sedang kita kaji. Ada kemungkinan, hadis itu saling mendukung, tetapi ada

    pula kemunginan hadis itu saling bertentangan. Dengan asumsi bahwa

    Rasulullah itu konsisten dalam bersikap, berprilaku dan berbicara.

    Tentunya mustahil hadis itu vis a vis saling bertentangan. Itu sebabnya para

    ulama menunjuan solusi atas hadis yang bertentangan.41

    Setiap hadis yang hendak dijadikan sebagai sumber ajaran harus

    melewati dua tahap pengujian, yaitu kritik hadis (naqd al-hadis) dan

    pemahaman hadis (fiqh al-hadis). Kajian pertama mengarah kepada

    problem otentisitas hadis dengan sasaran akhir berupa pengetahuan tentang

    kualitas sebuah hadis.42

    Dalam website bincangsyariah.com tidak mencantuman keterangan

    kritik terhadap hadis yang disertakan untuk menjelasan suatu persoalan.

    Namun sebelum hadis dipilih sebagai dalil terhadap suatu persoalan, para

    kontributor telah melakukan cek dan recek terhadap hadis yang bersangutan

    sehingga layak untuk ditampilkan dalam website. Beberapa hadis

    40 Muh. Zuhri, Telaah Matan Hadis: Sebuah Tawaran Metodologis (Yogyakarta:

    Lembaga Studi Filsafat Islam, 2003), 53. 41 Muh. Zuhri, Telaah Matan Hadis:..., 70. 42 Hedhri Nadhiran, “Epistemologi Kritik Hadis,” JIA 18, No. 2, 51, (Desember

    2017), 39-63.

  • 42

    dijelaskan dengan membangun argumentasi dengan pemaknaan syarah

    hadis atau pendapat ulama yang bersangkutan.43 Dengan berprinsip bahwa

    selama hadis yang dikutip disebutkan sumbernya secara jelas. Penjelasan

    keagamaan ada rujukan yang digunakan dan tidak harus kitab hadis semisal

    kitab fikih, syarah hadis, tasawuf yang jelas, bahkan jika ada rujukan

    kontemporer maka diterima.

    Seperti salah satu artikel dari kolom kalam yang berjudul “Dalam

    Hadis, Empat orang Ini Disunnahkan Untuk Diucapkan Salam Terlebih

    Dahulu”. Dalam artikel terebut hadis mengenai kriteria orang-orang yang

    diutamakan untuk diucapkan salam terlebih dahulu ditampilkan. Kemudian

    redaktur memberikan kesimpulan yang diikuti dengan pendapat ulama yang

    menjelaskan lebih rinci terkait hal tersebut.

    Dalam artikel tersebut redaktur tidak menyertakan kritik terhadap

    hadis yang ditampilkan, hanya saja mereka memberikan argumentasi

    sebagai saran bahwa hadis yang tersebut merupakan sebuah adab atau

    tatakrama sosial yang diajarkan oleh Rasulullah ketika bertemu dengan

    orang-orang yang dalam keadaan tertentu seperti isi dalam hadis tersebut.

    Bukan lantas ketika bertemu dengan orang-orang yang seperti di atas justru

    kita malah egois dan menganggap mereka yang berhak mengungkapkan

    salam terlebih dahulu. Itu tidak benar, dalam satu sisi kita harus menoleh

    kembali bahwasanya manusia yang paling utama di sisi Allah adalah orang

    yang terlebih dahulu memulai salam kepada mereka. Hal tersebut

    disampaikan agat terbentuk keharmonisan hubungan terhadap sesama

    manusia.

    C. Metode Pemahaman Hadis

    Usaha memahami hadis Nabi Saw. merupakan sesuatu persoalan

    yang sangat urgent dan cukup mendasar bagi umat Islam. Hal ini karena

  • 43

    hadis sebagai sumber hukum Islam ke dua setelah al-Qur’an, yang

    diharapkan mampu menjawab segala pertanyaan umat Islam. Persoalan ini

    menjadi lebih kompleks, karena keberadaan hadis itu sendiri dalam banyak

    aspeknya berbeda dengan al-Qur’an. Hadis mengandung ajaran yang

    bersifat universal, temporal, dan lokal.44 Mengingat pekembangan zaman

    yang sudah semakin pesat dan maju sehingga bermunculan berbagai

    problem di dalam kehidupan manusia pada umumnya serta umat Islam

    pada khususnya.

    Dalam memahami pesan Nabi Saw. tentu yang dilihat adalah

    matan (teks) hadis tersebut. Matan hadis merupakan informasi yang datang

    dari Rasulullah Saw. terhadap sesuatu yang menjadi inti dari sebuah hadis

    karena dari matan inilah ajaran Nabi Saw. Matan harus memiliki kriteria,

    tidak bertentangan dengan al-Qur’an atau hadis yang diriwayatkan secara

    mutawwatir.45

    Pemahaman dan penerapan hadis secara tekstual dilakukan bila

    hadis yang bersangkutan setelah dihubungkan dengan segi-segi yang

    berkaitan dengannya, misalnya latar belakang terjadinya, tetap menuntut

    pemahaman sesuai dengan apa yang tertulis dalam teks hadis yang

    bersangkutan. Sedangkan penerapan hadis secara kontestual dilakukan bila

    “dibalik” teks suatu hadis ada petunjuk yang kuat yang mengharuskan

    hadis tersebut dipahami dan diterapkan tidak sebagaimana maknanya yang

    tersurat.46

    Pemahaman kontekstual berarti pemahaman yang tidak bertumpu

    pada makna teks hadis semata melainkan mengaitkannya dengan hal-hal di

    luar teks, seperti keadaan yang mengucapkannya, yakni Nabi Saw. kondisi

    44 M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual (Jakarta: Bulan

    Bintang, 2009), 4. 45 Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metode Penelitian Hadis

    (Yogyakarta: TH Press, 2009), 137. 46 M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang..., 6.

  • 44

    ketika teks diucapkan Nabi Saw. serta kondisi waktu memahaminya.47

    Pendekatan yang dapat digunakan dalam teknik interpretasi ini adalah

    pendekatan historis, sosiologis, filosofis yang bersifat interdisipliner.48

    Pemahaman intertekstual adalah pemahaman terhadap matan hadis

    dengan memperhatikan sistematika matan hadis yang bersangkutan atau

    hadis lain yang semakna serta ayat-ayat al-Qur’an yang terkait. Ambo Asse

    menamai teknik interpretasi ini dengan interpretasi antarteks. Hal yang

    perlu diperhatikan dalam teknik ini adalah hubungan antara teks-teks hadis

    yang lain, baik yang be