METODE ANALISIS HASIL KALIBRASI DEW POINTppi.kim.lipi.go.id/download/prosiding/2016/41. Metode...
Transcript of METODE ANALISIS HASIL KALIBRASI DEW POINTppi.kim.lipi.go.id/download/prosiding/2016/41. Metode...
METODE ANALISIS HASIL KALIBRASI DEW POINT
Melati Azizka Fajria, Arfan Sindhu Tistomo
Pusat Penelitian Metrologi LIPI
Kompleks PUSPIPTEK Gedung 420, Setu, Tangerang Selatan, 15314
INTISARI
Dalam memenuhi standar yang ditetapkan oleh ISO/IEC 17025 untuk menjaga kualitas mutu hasil kalibrasi pada lingkup higrometri, dilakukan validasi metode perhitungan nilai temperatur dew point. Persamaan Hardi, persamaan yang digunakan saat ini, dibandingkan dengan persamaan Sonntag. Kedua persamaan ini merupakan persamaan Wexler yang disempurnakan sesuai dengan ITS-90. Dan telah digunakan oleh banyak NMI. Sebagai hasilnya, perbandingan ini menunjukkan perbedaan yang tidak berarti karena perbedaan nilai terjadi pada digit ke-7 sementara menurut GUM, ketidakpastian harus dinyatakan maksimum dengan 2 angka penting. Sehingga, perbedaan yang ada tidak mempengaruhi ketidakpastian bentangan yang didapatkan. Nilai ketidakpastian bentangan yang didapatkan (menggunakan kedua koefisien) pada rentangukur -20 oC ~ 55 oC memiiki nilai 0,053 oC. Dengan demikian, perhitungan ketidakpastian yang digunakan pada Puslit Metrologi dapat dikatakan valid.
Kata Kunci : Ketidakpastian, dew point, Sonntag, Hardy
ABSTRACT
To maintain the quality of hygrometry calibration results as defined in ISO/IEC 17025, the calculation of measurement uncertainty of dew point temperatur generated by two pressure
s equation, the current used equation, was compared
related to ITS-90 and have been used by NMIs. As the results, the comparison said that the two because the difference value is in 7 digits number
while according GUM the uncertainty should be expressed by maximum 2 significat digits number. Therfore,
53oC at the range of -20o C 55oC. Thus, the uncertainty calculation in Puslit Metrologi is valid.
Keywords:uncertainty, dew point, Sonntag, Hardy
1. PENDAHULUAN
Mengacu pada ISO/IEC 17025 yang merupakan pedoman laboratorium pengujian
dan kalibrasi dalam mengoprasikan sistem manajemen mutu, Pusat Penelitian (Puslit)
Metrologi LIPI memiliki kewajiban mempertanggungjawabakan hasil pengukuran dan
kalibrasi yang dilakukan[1]. Lingkup kalibrasi dew point higrometer merupakan salah
satu lingkup yang memerlukan analisa matematika yang cukup kompleks. Oleh karena
itu, terdapat resiko kesalahan perhitungan. Rekomendasi validasi perhitungan
ketidakpastian diutarakan oleh asesor pada kegiatan asesmen di tahun 2014.
Perhitungan tekanan jenuh uap air merupakan dasar perhitungan suhu dew point.
Sementara formulasi yang ada untuk menentukan tekanan jenuh uap air beragam.Sejauh
pengalaman penulis, ada dua formulasi yang popular digunakan oleh NMI di dunia, yaitu
persamaan Sonntag dan persamaan Hardy. Kedua persamaan ini boleh dibilang
persamaan baku, karena direkomendasikan oleh BIPM [2]. Walaupun keduanya
merupakan pembaharuan dari persamaan Wexler (berdasarkan skala suhu International
Practical Temperatur Scale IPTS 68) namun terdapat perbedaaan di dalam koefisen
persamaan polinomialnya. Dalam keseharian, penulis menggunakan persamaan Hardy
sehingga hasil dari persamaan tersebut kemudian akan di validasi dengan persamaan
Sonntag. Tujuan validasi ini adalah untuk meyakinkan bahwa proses perhitungan sudah
tepat, oleh karena itu diharapkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Selain itu,
interpolasi Lagrange diterapkan untuk menentukan ketidakpastian pada setiap titik ukur.
Dengan metode ini diharapkan ada peningkatan CMC (Calibration Measurement
Capabilities) pengukuran dan kalibrasi dew point karena selama ini nilai ketidakpastian
tiap titik ukur ditentukan dari ketidakpastian terbesar dalam rentang pengukuran.
2. TEORI DASAR
2.1 Intepolasi Lagrange
Interpolasi merupakan salah satu pendekatan untuk mengetahui suatu nilai dari titik
ukur dengan menggunakan persamaan dari data referensi yang tersedia.Salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan dalam menentukan suatu persamaan polinomial untuk
mendapatkan nilai titik ukur yang diinginkan adalah dengan menggunakan interpolasi
Lagrange. Interpolasi Lagrange dapat memberikan nilai pendekatan yang baik hingga
polinomial orde tinggi [3,4].
Fungsi interpolasi Lagrange didefinisikan dengan persamaan:
..........................................................................................1
dimana nilai Li(x) adalah
..........................................................................................2
dengan nilai Li(x) memenuhi sifat sebagai berikut :
.....................................................................................3
2.2 Menentukan Tekanan Jenuh Uap Air
Persamaan tekanan jenuh uap air diperkenalkan oleh Wexler sebagaimana
tercantum pada IPTS 68 [5,6]. sebagaimana disajikan pada persamaan 4.
.........................................................................4
dimana T adalah suhu dalam Kelvin dan adalah nilai koefisien. Pada ITS-90, nilai
koefien dari persamaan Waxler dijabarkan oleh Sonntag dan Hardy. Tabel 1 merupakan
nilai koefisien yang digunakan oleh Sonntag dan Hardy dalam menghitung tekanan jenuh
uap air pada range kondisi suhu air dan es.
Tabel 1 Koefisien pada range kondisi suhu air dan es
2.3 Menentukan Enhancement Factor pada Tekanan Jenuh Uap Air
Persamaan Greenspan yang digunakan untuk menghitung enhancement factor
adalah sebagai berikut[7] :
................................................................5
dengan
................................................................................................6
......................................................................................7
dimana f(t,P) merupakan persamaan enhancement factor, es adalah tekanan jenuh uap air,
dan T merupakan besarnya suhu dalam kelvin. Nilai koefisien Ai dan Biterbagi dalam
tiga kondisi pada rentang suhu -100oC sampai dengan 100oC yaitu kondisi terhadap es (-
100oC < t < 0,01oC), terhadap supercooling air ( -50oC < t< 0,01oC) dan terhadap air
(0,01oC < t < 100oC). Ketiga kondisi tersebut terjadi pada tekanan 1 - 20 bar.Pada ITS-90
nilai koefisien Ai dan Bi dari persamaan enhancement factor yang dijabarkan oleh Hardy
tertera pada Tabel 2 [2].
Tabel 2. Koefisien Ai dan Bi pada persamaan enhancement factor
2.4 Perhitungan Suhu Dew Point
Pada sistem kalibrasi dew point menggunakan humidity generator system, besarnya
fraksi mol yang terjadi pada saturator (x0s) sama besarnya dengan yang terjadi pada
chamber (x0c). Besarnya nilai fraksi mol pada chamber (x0c) dan saturator (x0s) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan 8 dan persamaan 9 [2]
................................................................................................8
................................................................................................9
Karena besarnya nilai fraksi mol yang terjadi pada saturator sama dengan chamber,
maka persamaan 8 dan persamaan 9 dapat di subtitusi sehingga didapatkan persamaan
baru untuk mendapatkan nilai tekanan jenuh uap air pada suhu dew point [8].
.............................................................................................................10
....................................................................................11
..................................................................................12
dimana f(Ps,Ts) adalah besarnya nilai enhancement factor dalam kondisi non-ideal dari
tekanan uap air pada tekanan saturator Ps dan suhu Ts dan f(Ps,Td) adalah besarnya nilai
enhancement factordalam kondisi non-ideal dari tekanan uap air pada chamber pada
tekanan Pc dan suhu Td. Pada perhitungan f(Ps,Td) , dilakukan penyederhanaan untuk
besarnya nilai yang digunakan. Besarnya nilai enhancement factor yang digunakan oleh
lingkup higrometri sebesar 1,004 9. Nilai e(Td) dan e(Ts) adalah besarnya nilai tekanan
jenuh uap air ketika berada pada fase air atau fase es pada kondisi suhu dew point dan
suhu saturator.
Selanjutnya besar nilai suhu dew point dalam pengukuran yang dilakukan padatest
chamber menggunakan two-pressure humidity generator dapat dihitung dengan
melakukan iterasi dari persamaan 12. Model iterasi yang digunakan adalah iterasi
Newton-Raphson. Pada iterasi Newton-Raphon, estimasi nilai awal dari suhu dew point
digunakan untuk menghitung sejumlah n iterasi sehingga didapatkan solusi akhir dari
persamaan atau iterasi akan terus dilakukan hingga mencapai nilai limit yang diinginkan.
Persamaan umum iterasi Newton-Raphson dijabarkan pada persamaan 13[10]
...........................................................................................13
memiliki formulasi yang sama dengan persamaan 4 dan digunakan untuk
menghitung besarnya tekanan jenuh uap air pada suhu td.
2.5 Perhitungan Ketidakpastian Gabungan Dew Point
Ketidakapstian gabungan temperatur dew point didapatkan dengan memasukkan
berbagai sumber ketidakpastian yang berpengaruh dalam pengukuran temperatur dew
point antara lain tekanan chamber, tekanan saturator, enhachement factor, dan tekanan
jenuh uap air. Keseluruhan komponen ketidakpastian tersebut diformulasikan
menggunakan Persamaan 14 [11]
............14
Dimana ur merupakan nilai ketidakpastian relatif dari masing-masing komponen yang
mempengaruhi nilai perhitungan ketidakpastian.
3. METODE
Kalibrasi temperaturdew point darichilled mirror tipe 373 fabrikasi dari RH system
dilakukan dengan menggunakan two-pressure 2500 humidity generator buatan Thunder
Scientific. Perhitungan nilai dew point dilakukan dengan melakukan pengukuran tekanan
saturator, tekanan chamber dan temperatur saturator yang diambil pada 14 titik set point
untuk dew point pada rentang (-20o) 55oC .
Salah satu penyumbang nilai ketidakpastian adalah ketidakpastian yang bersumber
dari sertifikat kalibrasi. Interpolasi Lagrange diterapkan untuk menentukan
ketidakpastian sertifikat pada setiap titik ukur. Pada kasus ini, sertifikat kalibrasi untuk
tekanan chamber akan dievaluasi menggunakan interpolasi Lagrange. Persamaan 1
digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai ketidakpastian sertifikat tekanan chamber
pada setiap titik ukur.
Perhitungan tekanan jenuh uap air (e(ts)) merupakan dasar perhitungan untuk
mencari besarnya suhu dew point. Besarnya nilai tekanan jenuh uap air didapatkan
dengan menggunakan persamaan 4. Pada persamaan ini terdapat koefisien ai, dimana
koefisien tersebut dapat menggunakan koefisien dari Sonntag maupun Hardy
sebagaimana dijabarkan pada Tabel 1.
Selanjutnya besarnya nilai tekanan jenuh uap air pada temperatur saturator (e(ts))
digunakan untuk menghitung besarnya nilai enhacement factor (f(ts,Ps)) menggunakan
persamaan Greenspan, sebagaimana dijabarkan pada persamaan 5. Pada perhitungan
nilai enhancement factor, terdapat dua nilai tekanan jenuh uap air yang digunakan yaitu
tekanan jenuh uap air yang didapatkan dari persamaan dengan kooefisien Sonntag dan
yang lainnya berasal dari persamaan dengan koefisien Hardy.
Setelah nilai e(ts) dan f(ts,Ps) diketahui, dilakukan perhitungan untuk mencari
besarnya nilai tekanan jenuh uap air pada temperatur dew point (e(td)) selama
pengukuran dengan menggunakan persamaan 12. Besarnya nilai temperatur dew point
(td) dalam suatu pengukuran test chamber menggunakan two-pressure humidity
generator dihitung dengan melakukan iterasi Newton-Raphson.
Perhitungan ketidakpastian gabungan dari dew point didapatkan dengan
menggunakan persamaan 14. Nilai ketidakpastian gabungan berasal dari ketidakpastian
relative yang bersumber pada ketidakpastian relative dari tekanan chamber (UrPc),
tekanan saturator(UrPs), tekanan jenuh uap air pada suhu saturator(Ur e(ts)),enhancement
factor pada tekanan dan suhu saturator (Ur f(Ps,ts)), dan enhancement factor pada tekanan
chamber dengan temperatur dewpoint (Ur f(Pc,td))
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada analisis ketidakpastian temperatur dew point (td) didapatkan beberapa data
primer yang digunakan untuk melakukan perhitungan analisis ketidakpastian. Data
primer yang diukur untuk mendapatkan besarnya nilai td, antara lain tekanan saturator
(Ps) yang didapat dari sensor tekanan di ruang saturator, tekanan chamber (Pc) yang
didapat dari sensor tekanan di ruang chamber dan temperatur saturator (ts) yang didapat
dari sensor RTD di ruang saturator. Masing masing data primer tersebut memberikan
sumbangan komponen ketidakpastian dalam analisis perhitungan ketidakpastian
temperatur dew point. Komponen ketidakpastian yang disumbangkan dari ketiga data
primer tersebut antara lain ketidakpastian tipe A yaitu pengulangan pengambilan data
sebanyak 10 kali dengan interval 30 detik dan ketidakpastian tipe B yang terdiri dari
ketidakpastian sertifikat kalibrasi, resolusi (daya baca), drift (didapat dari perbedaan
koreksi sertifikat kalibrasi sensor) dan stabilitas alat.
Tabel 3. Nilai ketidakpastian sertifikat Pc
Salah satu yang menjadi bahan evaluasi adalah ketidakpastian sertifikat.
Berdasarkan ISO GUM, nilai ketidakpastian yang bersumber dari sertifikat diambil dari
nilai ketidakpastian terbesar pada sertifikat alat. Nilai tersebut dapat diperkecil dengan
menggunakan suatu pendekatan agar mendapakan nilai ketidakpastian yang sebenarnya
pada setiap titik pengukuran. Interpolasi Lagrange digunakan untuk mencari besarnya
ketidakpastian sertifikat yang disumbangkan oleh Pc. Nilai yang tertera pada Tabel 3
merupakan perbandingan besarnya ketidakpastian sertifikat ketika menggunakan
setengah nilai terbesar dan menggunakan interpolasi Lagrange. Besarnya nilai
ketidakpastian sertifikat yang didapatkan ketika menggunakan interpolasi Lagrange
memiliki nilai yang berbeda pada setiap titik dengan besar nilai yang lebih kecil. Nilai
tersebut tentu saja mempengaruhi besarnya nilai ketidakpastian total dari Pc.
Analisis suhu dew point diawali dengan perhitungan tekanan jenuh uap air pada
suhu ts menggunakan persamaan Waxler sebagaimana dijabarkan pada persamaan
(4).Kemudian dilakukan variasi perhitungan dengan menggunakan konstanta yang
diajabarkan oleh Sonntag dan Hardy.Gambar 1 merupakan ilustrasi kondisi dari besarnya
selisih nilai tekanan jenuh uap air menggunakan koefisien Sonntag dan Hardy terhadap
temperatur. Gambar 1 memberikan suatu gambaran bahwa semakin tinggi nilai set point
yang digunakan, maka akan didapatkan selisih besarnya tekanan jenuh uap air pada
temperatur saturator juga semakin tinggi.
-25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
0.000
0.015
0.030
0.045
0.060
0.075
0.090
0.105
0.120
0.135
0.150
0.165
0.180
0.195
Set point (oCDP)
Gambar 1.Grafik hubungan antara temperatur set point dengan selisih tekanan jenuh uap air pada temperaturts
Pada penelitian sebelumnya dilakukan perhitungan terhadap tekanan jenuh uap air
pada range temperatur set point (-10o) 90oC menggunakan beberapa konstanta
formulasi, antara lain Waxler, Magnus, Sonntag, Hardy, Huang dan IAPWS (2). Hasil
penelitian tersebut membandingkan besarnya perbedaan ketidakpastian relatif yang
didapatkan dengan menggunakan formulasi Sonntag terhadap formulasi lain. Mengacu
pada penelitian tersebut, besarnya perbedaan tekanan jenuh uap air menggunakan
konstanta formulasi Sonntag terhadap Hardy disajikan pada Gambar 2.
Pola yang didapatkan pada penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya.
Besarnya perbedaan ketidakpastian relatif menunjukkan nilai yang relatif kecil, yaitu <
0,01 .
-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60
-2.00E-008
0.00E+000
2.00E-008
4.00E-008
6.00E-008
8.00E-008
Set point (oCDP)
Gambar 2.Perbedaan nilai ketidakpastian relatif tekanan jenuh uap air pada Ts konstanta formulasi Sonntag terhadap Hardy
Perbedaan ketidakpastian relatif pada kondisi temperatur dew point di bawah 0 oC
memberikan nilai yang lebih tinggi dibandingkan kondisi temperatur di atas 0
oC.Besarnya nilai ketidakpastian gabungan dari temperatur dew point didapatkan dari
perhitungan menggunakan persamaan 13. Tabel 2 dan Tabel 3 menyajikan besarnya
masing-masing komponen ketidakpastian relatif pengukuran dew point dengan
menggunakan 2-pressure humidity generator. Tabel 2 merupakan hasil perhitungan
menggunakan koefisien Hardy , sedangkan Tabel 3 menggunakan koefisien Sonntag.
Pada tabel terlihat bahwa ketidakpastian relatif dari tekanan jenuh uap air memberikan
kontribusi terbesar dalam perhitungan ketidakpastian gabungan temperaturdew point.
Jika dibandingkan dengan komponen ketidakpastian yang lain, ketidakpastian relative
yang bersumber dari temperatur dew point memiliki nilai yang lebih besar. Besarnya
nilai ketidakpastian relatif yang bersumber dari tekanan jenuh uap air memiliki nilai
hingga > 0,001.
Ketidakpastian bentangan yang didapatkan dari pengukuran ini memiliki nilai yang
semakin besar seiring dengan semakin tingginya set point yang digunakan. Nilai
ketidakpastian bentangan yang didapatkan dari perhitungan menggunakan koefisien
Sonntag dan Hardy untuk temperaturdew point pada range nilai (-20o) 55oC bernilai ~
0.053oC
Penggunaan koefisien Hardy dan Sonntag menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
signifikan pada hasil perhitungan ketidakpastian gabungan yang didapatkan. Dari tabel
terlihat nilai tekanan jenuh uap air akibat perhitungan baru akan menunjukkan perbedaan
nilai pada digit ke tujuh setelah koma. Pada prosesnya,angka tersebut tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai ketidakpastian dari temperatur dew point. Hal tersebut
dikarenakan penunjukkan alat yang digunakan memiliki resolusi penunjukan hanya
sampai 0,01oC.
5. KESIMPULAN
Hasil perhitungan memberikan gambaran bahwa perhitungan tekanan jenuh uap air
menggunakan persamaan Waxler dengan koefisien Hardy maupun Sonntag tidak
memberikan perbedaan hasil yang signifikan. Perbedaan nilai yang didapatkan dari
perhitungan dengan menggunakan koefisien tersebut baru didapati pada pada 7
signifikan angka digit decimal, sedangkan CMC yang dimiliki oleh Puslit Metrologi LIPI
ada pada 2 signifikan angka digit decimal. Nilai ketidakpastian bentangan yang
didapatkan baik menggunakan koefisien Sonntag maupun Hardy pada rentang ukur -20 oC ~ 55 oC memiiki nilai 0,053 oC. Dengan demikian, perhitungan ketidakpastian yang
digunakan pada Puslit Metrologi dapat dikatakan valid.
6. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya dedikasikan kepada
seluruh personel laboratorium suhu di Pusat Penelitian Metrologi LIPI atas bantuan dan
fasilitas yang diberikan sehingga karya tulis ini bisa terselesaikan dengan baik.
7. DAFTAR PUSTAKA
[1] LIPI. Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 1. s.l. :
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2014.
[2] Nielsen, Jan, et al. Uncertainty in the Generation of Humidity. s.l. : BIPM.
[3]. Nicholas, J V and White, D R. Uncertainty in Measurement. Traceble
Temperatur. s.l. : Jhon Wiley&Sons Ltd, 2001, pp. 37-94.
[4] Sahid. Interpolasi. Pengantar Komputasi Numerik. Yogyakarta : CV. Andi Offset,
2005, pp. 197 - 298.
[5] ITS-90 Formulation fo Vapor Pressure, Frostpoin Temperatur, and Enhacement
Factors in The Range-100 to +100C. Hardy, Bob. Teddington : s.n., 1998. Third
International Symposium on Humidity & Moisture.
[6] Orlando, A F, Brionizio, J D and Lima, L A. Calculation of Humidity
Parameters And Uncertainties Using Different Formulations And Software. s.l. :
http://www.inmetro.gov.br, 2004.
[7] A Correlation for The Second Interaction Virial Coefficients and Enhacement
Factors for Moist Air. Hyland, R W. 1975, Journal of reaserch of NBS, Vol.
79A, pp. 551-560.
[8] Tistomo, Arfan Sindhu. Technical Quality Document : Calibration of Dew/Frost
Point Mter. Tangerang : Puslit Metrologi LIPI, 2014.
[9] . Auxiliary Techinical Quality Document : Uncertainty Alanysis and CMC for
Thermohygrometer. Tangerang : Pusat Penelitian Metrologi LIPI, 2014.
[10] Measurement Uncertainty of Dew-Point Temperatur in Two-Pressure Humidity
Generator. Martins, L L, et al. 2012, Springer, Vol. 33, pp. 1568-1582.
[11] Huang, H Peter. Determining Uncertainty of Relative Humidity Dew/Frost-
Point Temperatur and Mixing Ration in a Humidity Standard Generator.
Maryland : National Institute of Standards and Technologu, 2000.
HASIL DISKUSI
Tidak ada diskusi