METO - Staff Site Universitas Negeri...

75
PENELITIAN MELIBATKAN MAHASISWA LAPORAN KENDALA-KENDALA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN IPS DI KOTA YOGYAKARTA OLEH: TAAT WULANDARI SUGIHARYANTO SUPARMINI i

Transcript of METO - Staff Site Universitas Negeri...

Page 1: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

PENELITIAN MELIBATKAN MAHASISWA

LAPORAN

KENDALA-KENDALA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

PADA MATA PELAJARAN IPS DI KOTA YOGYAKARTA

OLEH:

TAAT WULANDARI

SUGIHARYANTO

SUPARMINI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014

i

Page 2: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi pendidikan di Indonesia banyak disoroti oleh banyak pakar dan

pemerhati pendidikan. Hasil sorotan mengungkapkan bahwa masih menunjukkan

perkembangan yang kurang memuaskan. Berdasarkan hasil dari TIMMS dan

PIRLS (2003), TIMMS (Trends in International Mathematics and Science Study )

Tahun 2003 mengungkapkan bahwa Indonesia berada pada posisi di bawah

Malaysia dan Singapura. Jumlah jam pengajaran matematika di kelas 8 di

Indonesia paling banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura. Data ini

menunjukkan bahwa banyaknya jumlah jam pengajaran di kelas matematika tidak

berbanding lurus dengan tingginya prestasi.

Kondisi yang sama juga ditunjukkan pada hasil UKA (Uji Kompetensi

Awal) pada tahun 2012, yakni dalam hal hubungan pengetahuan guru dengan

proses pembelajaran siswa; hubungan teknik bertanya guru dengan hasil belajar

siswa; dan waktu yang dihabiskan pada pendekatan terhadap pertanyaan yang

berbeda, masih rendah. Kesimpulan dari hasil UKA yaitu bahwa para siswa dari

guru yang tersertifikasi tidak memiliki hasil belajar yang lebih baik dibandingkan

dengan siswa dari guru yang memiliki sertifikasi. Artinya untuk meningkatkan

prestasi atau hasil belajar siswa tidak cukup dengan usaha menyediakan guru yang

memiliki sertifikasi. Ternyata kualitas guru tidak bisa ditingkatkan hanya dengan

memberikan sertifikasi kepada guru, buktinya hasil proses pembelajaran masih

tetap rendah. Demikian pula dengan praktek pembelajaran yang dilakukan oleh

guru bersertifikasi dengan yang tidak, praktek-praktek pembelajaran pun tidak

jauh berbeda. Perbedaan terdapat pada tingkat pendidikan guru. Guru yang

memiliki pendidikan sarjana memiliki cara mengajar yang berbeda dan interaksi

guru dengan siswa jauh lebih tinggi.

Kesimpulan yang lain yakni bahwa pendekatan belajar yang satu arah

memberikan hasil yang negatif terhadap hasil belajar. Pendekatan pembelajaran

dengan teknik lain seperti investigasi, pembelajaran berbasis masalah dan kerja

praktek memberikan hubungan yang positif terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa pihak, maka

pemerintah melakukan berbagai upaya mengatasi permasalahan tersebut di atas,

salah satunya adalah dengan menyusun kurikulum yang dapat mengatasi

2

2

Page 3: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

kesenjangan dalam aspek latar belakang pendidikan guru, pendekatan mengajar

guru, dan sebagainya, yakni kurikulum 2013.

Satu hal baru tentu akan diikuti dengan beberapa persoalan. Pelaksanaan

terbatas kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang sudah ditentukan di masing-

masing daerah kabupaten/kota menarik untuk diteliti. Peneliti berpandangan

bahwa akan terdapat beberapa masalah dalam implementasi kurikulum 2013. Oleh

karena itu, penelitian yang melibatkan mahasiswa ini memiliki fokus pada

kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum 2013 pada

pembelajaran IPS.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan

perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPS di Kota

Yogyakarta?

2. Apa saja kendala-kendala yang muncul dalam implementasi kurikulum 2013

pada pembelajaran IPS di Kota Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menemukan gambaran secara pelaksanaan kurikulum 2013 pada

pembelajaran IPS di Kota Yogyakarta.

2. Untuk menemukan kendala-kendala yang muncul dalam implementasi

kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPS di Kota Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberi sumbangan yang berarti bagi pengayaan impementasi pada mata

pelajaran IPS.

2. Memberi kontribusi nyata bagi para pihak yang terlibat dalam implementasi

kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPS di Kota Yogyakarta.

3

3

Page 4: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan

pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas

materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin

yang tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

yang diterapkan sejak 2006 lalu. Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib

diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan

atau jenjang pendidikan.Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik

dipilih sesuai dengan pilihan mereka.Kedua kelompok mata pelajaran tersebut

(wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan

menengah (SMA dan SMK) sementara itu mengingat usia dan perkembangan

psikologis peserta didik usia 7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum

diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.

Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah. George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa :“ A Curriculun is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school”. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum … to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : “ …the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of school.

Said Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah

kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan

dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu :

(1) Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana

tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu

ide, (3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah

kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis,

dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana

4

4

Page 5: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

tertulis. (4) Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari

kurikulum sebagai suatu keguatan. Merujuk pada dimensi pengertian yang

terakhir, maka dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengertian Kurikulum dihubungkan dengan dimensi ide. Pengertian

kurikulum sebagai dimensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya

mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan

dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya.

b. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi rencana. Makna dari

dimensi kurikulum iniadalah sebagai seperangkat rencana da cara

mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang

digunakan untuk pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran guna

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

c. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktifitas. Pengertian

kurikulum sebagai dimensi aktifitas memandang kurikulum merupakan segala

aktifitas dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.

d. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi hasil. Definisi kurikulum

sebagai dimensi hasil memandang kurikulum itu sangat memperhatikan hasil

yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan

dan menjadi tujuan dari kurikulum tersebut.

B. Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum senantiasa berubah. Perubahan ini diutamakan dalam rangka

untuk menyesuaikan perkembangan tantangan dinamika masyarakat.

Diberlakukannya satu kurikulum baru terasa sebagai sebuah beban sekaligus

tanggungjawab bagi mereka yang terkait sebagai pelaksana kurikulum. Tidak

mustahil di dalam pelaksanaannya banyak komentar, keluham kebingungan dan

protes dari masyarakat pelaksana kurikulum, dalam hal ini guru-guru. Namun,

semua hal jika dilihat lebih objektif akan terasa manfaatnya jika dilaksanakan

dengan benar sesuai prosedur yang sudah diatur. Kurikulum KBK tentu tidak

akan cocok diterapkan di tahun 2013 yang semua berbau teknologi. Di beberapa

daerah, siswa lebih peka teknologi dibandingkan dengan guru. Hal ini tentu jadi

pokok permasalahan yang kemudian disimpulkan bahwa dunia pendidikan

benar-benar butuh penyegaran.

5

5

Page 6: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

Kurikulum 2013 lebih menekankan pada tiga ranah yang perlu dinilai, jika

sudah dilaksanakan Kurikulum 2013 kemudian ketiga ranah tersebut yang

digarisbawahi maka Ujian Nasional sudah bukan lagi acuan kelulusan.

Kurikulum 2013 lebih menekankan penilaian pada sikap, pengetahuan dan

keterampilan. Sikap menjadi penilaian paling utama sebelum menilai kedua hal

setelah itu. Dalam Kurikulum 2013 sikap tertuang dalam Kompetensi Inti (KI)

satu sampai empat, dan termuat juga dalam Kompetensi Dasar (KD) satu dan

dua. Pengetahuan baru dimulai pdaa KD tiga dan keterampilan di KD empat.

Dengan demikian, penilaian siswa seluruhnya diserahkan pada sikap bukan

hanya pada kognitif semata seperti pelaksanaan UN selama ini. Kurikulum 2013

akan sangat bertentangan dengan UN jika UN masih dilaksanakan. Alasannya,

tentu saja UN hanya menilai pengetahuan siswa melalui angka-angka tanpa

melihat sikap yang tidak bisa dinilai semudah menorehkan angka-angka.

Dalam Kurikulum 2013 dikenal dengan pendekatan scientific. Pendekatan

ini lebih menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pendekatan

ini paling tidak dilaksanakan dengan melibatkan tiga model pembelajaran, di

antaranya problem based learning, project based learning dan discovery

learning. Ketiga model ini akan menunjang how to do yang dielu-elukan dalam

Kurikulum 2013.

Pada dasarnya, ketiga model pembelajaran yang diharapkan terlaksana

dalam Kurikulum 2013 tersebut, sudah dijalankan sebagian guru dalam

pembelajaran selama ini. Model pembelajaran tersebut pun bukan lagi model

lama yang mesti dipelajari guru. Kemudian muncul anggapan bahwa

pembelajaran yang terjadi tidak bisa menghadirkan suasana nyaman pada siswa,

hak itu kembali pada proses pembelajaran. Jangan pernah lupa; bahwa siswa

punya tingkatan tersendiri dalam diri mereka. Ada yang diam. Ada yang aktif.

Ada yang bandel. Ada yang malas. Soal kebodohan yang kata yang sama makna

dengannya itu tidaklah ada dalam kamus pendidikan. Bodoh hanya milik orang-

orang malas belajar dan membuang waktu percuma dengan berbagai masalah

yang semakin terlarut dalam waktu. Maka, pelaksanaan Kurikulum 2013 pun

akan mengalami hal yang serupa di kurikulum terdahulu jika paradigma

masyarakat kita khususnya pelajar masih beranggapan bahwa guru adalah

segala. Proses pembelajaran bukanlah mau guru dan mau kurikulum, guru

hanya merencanakan dengan membuat skenario, kemudian guru menjadi

6

6

Page 7: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

sutradara, tinggal siswa-siswi yang berperan sesuai karakter yang sudah

ditentukan. Hal yang mudah, dan sudah dilakukan selama ini bukan hanya di

Kurikulum 2013 semata.

Lantas? Kenapa Kurikulum 2013 dijadikan patokan majunya pendidikan

untuk bertahun ke depan? Hal ini tidaklah serta merta terletak pada kurikulum

semata, kurikulum hanya jembatan menuju sukses dalam gelap. Pelaksanaannya

kembali pada keadaan dan situasi sosial yang mendukung. Siswa di Ibu Kota

akan sangat jauh berbeda kesadaran akan pendidikan dengan siswa di pedesaan.

Siswa di pedesaan akan sangat jauh tertinggal dalam keinginan belajar

dibandingkan siswa di Ibu Kota. Hal ini semestinya juga dilihat oleh pemangku

kebijakan terhadap gubahan Kurikulum, tidak langsung diubah tanpa menikmati

sendiri proses yang selama ini terjadi di daerah terpencil.

Kurikulum 2013 akan diterapkan pemerintah secara universal dalam waktu

dekat. Terdapat beberapa sekolah yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013

dimulai dengan kelas sepuluh untuk tingkat SMA. Pada kurikulum 2013 tidak

lagi dikenal dengan jurusan (dahulu IPA dan IPS), melainkan peminatan. Siswa

yang masuk di SMA berkurikulum ini akan ikut tes dengan psikolog untuk

menentukan minat dan bakatnya. Siswa yang lebih suka mengarang tentu akan

sulit berinteraksi dengan pelajaran Matematika. Siswa yang cepat dalam

berhitung tentu akan mudah mempelajari Fisika atau Kimia. Siswa yang senang

interaksi dengan banyak orang tentu akan mudah menalar teori-teori dalam

Sosiologi. Tes minat ini akan menentukan siswa akan masuk ke kelas eksak atau

noneksak. Selain kelas minat, siswa juga bisa memilih pelajaran lintas minat

sesuai ketentuan. Pelajaran lintas minat ini bisa mendukung pelajaran-pelajaran

lain yang diajarkan di sekolah. Kecuali pelajaran wajib seperti Matematika

(untuk IPA dan IPS berbeda materi ajar), bahasa Indonesia maupun

Kewarganegaraan, siswa tidak punya alasan untuk meninggalkannya.

Dalam Kurikulum 2013 dikenal dengan pendekatan scientific. Pendekatan ini

lebih menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pendekatan ini

paling tidak dilaksanakan dengan melibatkan tiga model pembelajaran, di

antaranya problem based learning, project based learning dan discovery

learning. Ketiga model ini akan menunjang how to do yang dielu-elukan dalam

Kurikulum 2013.

7

7

Page 8: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

Pada dasarnya, ketiga model pembelajaran yang diharapkan terlaksana dalam

Kurikulum 2013 tersebut, sudah dijalankan sebagian guru dalam pembelajaran

selama ini. Model pembelajaran tersebut pun bukan lagi model lama yang mesti

dipelajari guru. Kemudian muncul anggapan bahwa pembelajaran yang terjadi

tidak bisa menghadirkan suasana nyaman pada siswa, hak itu kembali pada

proses pembelajaran. Jangan pernah lupa; bahwa siswa punya tingkatan

tersendiri dalam diri mereka. Ada yang diam. Ada yang aktif. Ada yang bandel.

Ada yang malas. Soal kebodohan yang kata yang sama makna dengannya itu

tidaklah ada dalam kamus pendidikan. Bodoh hanya milik orang-orang malas

belajar dan membuang waktu percuma dengan berbagai masalah yang semakin

terlarut dalam waktu. Maka, pelaksanaan Kurikulum 2013 pun akan mengalami

hal yang serupa di kurikulum terdahulu jika paradigma masyarakat kita

khususnya pelajar masih beranggapan bahwa guru adalah segala. Proses

pembelajaran bukanlah mau guru dan mau kurikulum, guru hanya

merencanakan dengan membuat skenario, kemudian guru menjadi sutradara,

tinggal siswa-siswi yang berperan sesuai karakter yang sudah ditentukan. Hal

yang mudah, dan sudah dilakukan selama ini bukan hanya di Kurikulum 2013

semata.

Lantas? Kenapa Kurikulum 2013 dijadikan patokan majunya pendidikan

untuk bertahun ke depan? Hal ini tidaklah serta merta terletak pada kurikulum

semata, kurikulum hanya jembatan menuju sukses dalam gelap. Pelaksanaannya

kembali pada keadaan dan situasi sosial yang mendukung. Siswa di Ibu Kota

akan sangat jauh berbeda kesadaran akan pendidikan dengan siswa di pedesaan.

Siswa di pedesaan akan sangat jauh tertinggal dalam keinginan belajar

dibandingkan siswa di Ibu Kota. Hal ini semestinya juga dilihat oleh pemangku

kebijakan terhadap gubahan Kurikulum, tidak langsung diubah tanpa menikmati

sendiri proses yang selama ini terjadi di daerah terpencil.

Kurikulum 2013 akan diterapkan pemerintah secara universal dalam waktu

dekat. Terdapat beberapa sekolah yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013

dimulai dengan kelas sepuluh untuk tingkat SMA. Pada kurikulum 2013 tidak

lagi dikenal dengan jurusan (dahulu IPA dan IPS), melainkan peminatan. Siswa

yang masuk di SMA berkurikulum ini akan ikut tes dengan psikolog untuk

menentukan minat dan bakatnya. Siswa yang lebih suka mengarang tentu akan

sulit berinteraksi dengan pelajaran Matematika. Siswa yang cepat dalam

8

8

Page 9: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

berhitung tentu akan mudah mempelajari Fisika atau Kimia. Siswa yang senang

interaksi dengan banyak orang tentu akan mudah menalar teori-teori dalam

Sosiologi. Tes minat ini akan menentukan siswa akan masuk ke kelas eksak atau

noneksak. Selain kelas minat, siswa juga bisa memilih pelajaran lintas minat

sesuai ketentuan. Pelajaran lintas minat ini bisa mendukung pelajaran-pelajaran

lain yang diajarkan di sekolah. Kecuali pelajaran wajib seperti Matematika

(untuk IPA dan IPS berbeda materi ajar), bahasa Indonesia maupun

Kewarganegaraan, siswa tidak punya alasan untuk meninggalkannya.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 seperti yang sudah dikatakan di atas,

dilaksanakan melalui Pendekatan Scientific. Pada pelaksanaannya pendekatan

ini menekankan pada lima aspek penting, yaitu mengamati, menanya, mencoba,

menalar dan komunikasi. Lima aspek ini harus benar-benar terlihat pada

pelaksanaan pembelajaran di lapangan. Pertama, Mengamati yakni

Pembelajaran selama ini cenderung dilakukan dengan metode ceramah. Tidak

ada yang salah dengan metode ini, metode ceramah merupakan dasar

melaksanakan setiap kegiatan. Pada Kurikulum 2013 metode ceramah tidak

dilupakan, hanya saja dikurangi takarannya. Siswa dituntut lebih aktif dalam

segala masalah.

Proses mengamati dilakukan siswa terhadap masalah yang diajarkan. Jika

pelajaran Fisika, Kimia atau Biologi rasanya tidak ada masalah dalam proses

mengamati. Kendalanya tentu pada pelajaran lain yang kurang alat dan bahan

sehingga guru dituntut harus benar-benar paham materi sebelum menghadirkan

siswa ke dunia nyata dengan mengamati sendiri fenomena yang terjadi. Proses

mengamati ini sangatlah penting, di mana siswa menghadirkan angan menjadi

nyata. Siswa tidak lagi mengkhayal dalam setiap pembelajaran, siswa sudah

melihat langsung proses percobaan yang dituntun guru sebelum mencoba.

Kedua, Menanya yaitu proses bertanya sudah bukan lagi barang baru. Siswa

yang tidak berani bertanya selama sekolah akan terus diam terpaku sampai

lulus. Siswa yang aktif bertanya akan terus menanyakan masalah yang tidak

diketahuinya. Siswa yang aktif inilah yang dituntut dalam Kurikulum 2013.

Siswa harus bertanya! Bagaimana siswa harus bertanya? Hal ini dilakukan guru

dengan membuka pembelajaran dengan menimbulkan masalah. Jika selama ini

proses pembelajaran dimulai dengan pertanyaan apakah, di Kurikulum 2013

yang sangat berperan adalah pertanyaan mengapa dan bagaimana. Dengan

9

9

Page 10: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

demikian secara tidak langsung siswa sudah digiring untuk menelaah dan

mencari-cari serta menanyakan semua permasalahan yang menganjal. Proses

bertanya tidak harus membuka sesi pertanyaan. Siswa berhak bertanya apa pun

masalah yang tidak diketahuinya agar jelas penjelasannya. Pertanyaan siswa

akan mengukur sejauh mana kemampuan mereka menyerap materi yang

diajarkan.

Ketiga, Mencoba yaitu pelaksanaan Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk

mencoba sendiri, ikut terlibat langsung dalam masalah yang dihadirkan guru.

Jika dalam pembelajaran IPA guru memberi penuntun pelaksanaan percobaan

lalu siswa melaksanakan percobaan tersebut. Dalam pelajaran lain, misalnya

pembelajaran agama, siswa akan mencoba melaksanakan yang diamati.

Misalnya, dalam melaksanakan shalat; semua proses pelaksanaan shalat siswa

amati kemudian mencoba melaksanakan shalat, dan contoh-contoh lain.

Mencoba akan membuat siswa sadar bahwa materi ajar penting dalam

kehidupan mereka sehari-hari bukan lagi mengejar nilai. Siswa yang mencoba

akan paham bahwa materi yang diajarkan guru berguna untuk mereka.

Keempat, Menalar yakni bagian ini yang paling sulit untuk sebagian siswa.

Siswa dituntut untuk dapat memahami dengan benar pokok materi yang

diajarkan guru. Pemahaman siswa tidak setengah-setengah yang kemudian

menimbulkan keraguan dalam diri mereka. Proses penalaran inilah yang

kemudian membuat siswa mencerna dengan baik, memilah baik buruk, lalu

mendapatkan kesimpulan. Tidak mudah menalar suatu materi ajar apabila

pelajaran yang diajarkan memberatkan mereka. Namun, siswa akan mudah

mencerna pembelajaran jika siswa mampu konsentrasi terhadap pembelajaran

yang sedang berlangsung.

Kelima, komunikasi yaitu hal terakhir yang diharuskan ada dalam

Kurikulum 2013 adalah mengkomunikasikan semua permasalahan. Dalam hal

percobaan IPA siswa bisa mempresentasikan hasil kerja mereka. Dalam hal

agama, siswa bisa maju ke depan kelas mempraktekkan tata cara shalat dan lain-

lain. Sehingga siswa mampu memahami dan menjalankan materi ajar dengan

benar dalam kehidupan sehari-hari. Kelima aspek dalam pelaksanaan

Kurikulum 2013 sangat berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya, kelima aspek

ini sudah pernah dilakukan oleh sebagian guru.

10

10

Page 11: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

Namun pendalamannya dilakukan kembali di Kurikulum 2013 untuk

menyegarkan semangat pendidikan Indonesia yang semakin loyo. Kurikulum

boleh berganti setiap tahun karena masa juga terus berganti semakin canggih.

Yang tidak boleh berganti tentu saja semangat kerja guru serta penghargaan

pemerintah atas jerih payah guru dalam mendidik. Jangan pula nilai akhir UN

dijadikan patokan keberhasilan seorang siswa. Hasil belajar 3 tahun jadi

penilaian 2 jam. Bagaimana menilai hal ini? Kurikulum 2013 akan terlaksana,

tepat atau tidak, merata atau hanya di kota saja, semua tergantung kepentingan

pemerintah terhadap pendidikan kita. Kurikulum 2013 akan berhenti di kursi

emasnya jika tidak disosialisasikan sampai ke pelosok oleh pihak berwenang

seperti KTSP.

11

11

Page 12: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian mengambil tempat di sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 di

Kota Yogyakarta, yakni SMP N 5 Yogyakarta, SMP N 8 Yogyakarta, SMP N 15

Yogyakarta, SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur I

Yogyakarta, dan SMP IT Abu Bakar Yogyakarta.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini yakni guru IPS di Kota Yogyakarta yang telah menerapkan

kurikulum 2013. Pada pelaksanaan terbatas tahun 2013 di tingkat SMP di Kota

Yogyakarta meliputi 6 SMP

D. Sumber Data

Sumber data yakni guru-guru IPS dari Sekolah Menengah Pertama yang telah

menerapkan kurikulum 2013 yang berjumlah 12 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

Angket.

F. Validitas dan Reliabilitas

Validitas angket diperoleh melalui validitas isi (content Validity). Butir-butir

pernyataan di dalam angket dikonsultasikan dengan ahlinya. Penelitian ini

menggunakan angket yang diadaptasi dari instrumen pendampingan kurikulum

2013 untuk SMP dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar, Direktorat Pembinaan SMP 2013. Reliabilitas angket

menggunakan koefisien Alpha dari Cronbach (Husaini Usman & Purnomo

Setiady Akbar, 2003: 291)

G. Teknik Analisis

Analisis data menggunakan tekni analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya (Sugiyono, 2011:

207)

12

12

Page 13: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

1. Profil Sekolah

Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kendala-

kendala implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPS di Kota

Yogyakarta. Di Kota Yogyakarta, pada tahun 2013 dilaksanakan secara

terbatas di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta, SMP N 5 Yogyakarta, SMP N

8 Yogyakarta, SMP IT Abu Bakar Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta, dan SMP N 15 Yogyakarta. Profil masing-masing sekolah

tersebut sebagai berikut:

a. SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta

Sejarah SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta, yang dulu menempati

gedung Jalan Sultan Agung 14 (Jl Bintaran Lor 14). Sebagai embrio

berdirinya sekolah ini dimulai dari peristiwa tahun 1937, waktu itu

pertama kali di gedung Jalan Sultan Agung 14 dijadikan tempat

pendidikan yang diberi nama oleh Muhammadiyah INHEEMSE MULO

MUHAMMADIYAH  bersubsidi di bawah asuhan Bapak Pinandoyuo

dibantu oleh Bapak H Abdulgani Dwidjosuparto, sekolah ini merupakan

sekolah MULO Bumi Putera yang pertama di seluruh tanah air yang

menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa

pengantar.

Waktu itu Muhammadiyah memang sudah memiliki sekolah-sekolah

Mulo, AMS, dan Mulo HIK di beberapa tempat, tetapi itu semua

menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya. Maka boleh

dikatakan bahwa Iheemse Muhammadiya merupakan perintis SMP yang

kita kenal dalam negara kita ini. Dengan kata lain INHEEMSE MULO

MUHAMMADIYAH di Jalan Sultan Agung 14 Yogyakarta merupakan

cikal bakal berdirinya SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta sekarang ini.

b. SMP N 5 Yogyakarta

1) Lokasi Sekolah

13

13

Page 14: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

SMP Negeri 5 Yogyakarta terletak di Jalan Wardani 1

Yogyakarta, Kelurahan Kotabaru, Kecamatan Gondokusuman,

Kabupaten/Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

Kode area 55224. Lokasinya dapat dikategorikan di pusat kota, yang

sangat strategis untuk berbagai macam kepentingan. Sebelah kiri

bangunan komplek sekolah merupakan gedung Telkom. Di seberang

gedung sekolah berdiri bangunan yakni Stadion Kridosono. Sekolah

ini juga berdekatan dengan, Toko Buku Gramedia, SMA N 3

Yogyakarta dan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Tepat di depan gedung

sekolah terdapat halte bis Transjogja, semakin memudahkan akses ke

sekolah ini dengan bagi siswa yang berangkat naik bis. Letaknya

yang di pusat kota dan identik dengan penyebab kemacetan tidak

tampak di SMP N 5 Yogyakarta. Hal ini disebabkan karena jalan di

depannya sangat luas sehingga memungkinkan kendaraan berjalan

lancar.

Dilihat dari depan, seolah-olah sekolah ini tidak luas. Namun,

begitu masuk ke dalam komplek sekolah, kira-kira butuh waktu satu

jam lebih untuk keliling melihat seluruh ruang-ruang di sekolah.

Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau melalui berbagai alat

transportasi, menambah daya tarik mereka untuk bersekolah di SMP

N 5 Yk. Siswa SD dengan nilai ujian akhir tinggi, lebih memilih

mendaftar di sini, karena SMP ini termasuk SMP favorit sampai

sekarang.

2) Sejarah Sekolah

14

14

Page 15: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Yogyakarta

awalnya bernama Sekolah Menengah Pertama Puteri (SMPP), yang

didirikan pada sekitar tahun 1944-1945 (zaman sebelum clash II),

dengan lokasi pertama didirikan di Jalan Sabirin Yogyakarta

(sekarang merupakan lokasi SMU Stella Duce) dan dipimpin oleh Bp.

Markoes Suparto. Estafet pimpinan sekolah ilanjutkan oleh Bp.

Samadi, kemudian dipercayakan kepada Bp. Dwijohudoyo. Selama

kepemimpinan Bp. Dwijo, SMPP mengalami kesulitan mendapatkan

lokasi kegiatan yang sesuai dengan laju perkembangan dan kiprah

pengabdiannya. Tempat kegiatan terpaksa berpindah-pindah beberapa

kali, yakni: dari Jalan Sabirin ke Jalan Kaliurang (sekarang lokasi

SMU 6 Yogyakarta) kemudian pindah ke Dagen (sekarang lokasi

SMEA Negeri 3) dan akhirnya pindah ke bekas asrama MILITER

ACADEMY (cikal bakal AKABRI), yang sebelumnya sebagai

asrama tentara Dai Nippon di Jalan Djuwadi 4 Yogyakarta.

Bp. R. Soemadi Gondoatmojo merupakan estafet

kepemimpinan setelah Bp. Dwijo. Di bawah kepemimpinan beliau,

SMPP semakin meningkat kiprah baktinya dan pada tanggal 23 Juli

1951 pemerintah menambah lingkup siswanya yang semula hanya

siswa putri menjadi siswa putra dan putri, dengan nama SMP Negeri

V Yogyakarta. Sampai dengan tahun 1959, SMP Negeri V tetap di

bawah kepemimpinan Bp. Soemadi. Beliau kemudian diangkat

sebagai pengawas, akhirnya dIgantikan oleh Bp. Hadi Sajogo dan

kemudian pada 28 Juni 1971, beliau menyerahkan kepemipinan

kepada Bp. Drs. Soerjadi. Pada tanggal 17 Juli 1974, di saat SMP

15

15

Page 16: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

Negeri V yang berlokasi di Jalan Wardani 1 dan dipimpin oleh Bp. R.

D. Soeprapto, SMP Negeri IV diintegrasikan “Manunggal” dengan

SMP Negeri V Yogyakarta yang kemudian beralamatkan di Jalan

Wardani 1 Yogyakarta. SMP Negeri 5 terus melaju, berbenah diri

melengkapi dan menyempurnakan sarana dan prasaranan

pendidikannya (aula, kamar manadi/kamar kecil guru dan siswa

dibangun serta ditingkatkan kualitasnya).

Bp. Soerjadi mengakhiri masa bhaktinya di SMP Negeri 5

Yogyakarta dan dIgantikan oleh BP. Soegijarno, BA. Nama Panca

Wiyata Bhakti Karana (PAWITIKRA) sebuah nama yang

dikumandangkan pada masa juang angkatan ’66 (kegiatan Komando

Pelajar Serba Guna KOJARSENA) dari Mars SMP Negeri 5

Yogyakarta, yang dipersembahkan Bp. Dr. Damodara (ex. SMP N 5

Yk) kembali bergema sebagai nama kebanggaan Keluarga SMP

Negeri 5 Yogykarta. Lambang Pawitikra dirancang oleh Bapak

Tukidjan, guru SLTP N 5 Yogyakarta, sedangkan Perancang Surya

Sangkala yakni Bapak Slamet Haryadi, B.A., guru SLTP N

5Yogyakarta. Lambang tersebut diresmikan pada tanggal 23 Juli 1998

bertepatan dengan HUT Ke-47 SLTP N 5 Yogyakarta.

Pawitikra memiliki kebulatan arti lambang, yakni dengan

rahmat Tuhan Yang Maha Esa, pada tanggal 23 Juli 1951, di

Yogyakarta diresmikan oleh Pemerintah Republik Indonesia

(Depdikbud) Lembaga Pendidikan Formal SLTP N 5

Yogyakarta/Panca Wiyata Bhakti Karana (Pawitikra) sebagai wujud

pengemban amanat cita-cita perjuangan bangsa Indonesia untuk

16

16

Page 17: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang mempunyai tugas utama

mendidik generasi muda Indonesia, sesuai tujuan pendidikan

nasional, bertaqwa, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur,

berkepribadian, berani, ikhlas, dan sabar untuk membuka tabir alam

semesta dengan tekun mempelajari keimanan, ketaqwaan, Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi.

Gelar sekolah favorit yang dinyatakan oleh masyarakat tidak

disanggah lagi, karena kepercayaan mereka atas dasar tinjauan

prestasi-prestasi yang ditampilkannya. Demikian pula, Depdikbud

Propinsi DIY dapat menerima kenyataan itu, dan menyatakan SMP

Negeri 5 Yogyakarta sebagai sekolah percontohan atau sekolah

model. Hal tersebut dikarenakan SMP Negeri 5 Yogyakarta

terpandang dan dapat melaksanakan tugas kependidikan dengan baik,

meliputi: pengembangan kurikulum, pembinaan kesiswaan,

pelaksanaan administrasi, hubungan masyarakat dan kerjasamanya

dengan BP3 serta memperhatikan pengembangan sarana

pendidikannya.

Penerimaan murid baru dengan seleksi peringkat Nilai Ebtanas

Murni (NEM) semakin memperkokoh SMP Negeri 5 Yogyakarta

sebagai wahana pendidikan anak yang bermutu tinggi, karena siswa

SD yang memiliki NEM diatas rata-rata cenderung berkeinginan

masuk di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Pada 16 Februari 1989, Bp.

Soegijarno, BA, menyerahkan kepemimpinan SMP Negeri 5

Yogyakarta kepada mantan guru SMP Negeri 5 Yogyakarta, yakni:

17

17

Page 18: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

BP. Bisohardjo, BA., untuk selanjutnya BP. Soegijarno, BA

melaksanakan tugas sebagai pengawas.

SMP Negeri 5 Yogyakarta selanjutnya terus berbenah diri

dengan tekad mendidik siswanya agar tetap mewarisi pendahulunya,

memiliki semangat kebangsaan, jiwa patriot dan cinta tanah air yang

kemudian hari meneruskan perjuangan sebagai insan pembangunan

yang taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terampil, cerdas, tinggi

budi pekertinya dan kuat kepribadiannya, tangguh, tanggon, dan

trengginas sebagai insan yang sanggup membangun dirinya dan ikut

bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negaranya.

Pembangunan dan penataan sarana pendidikan dilakukan

dengan melibatkan peran serta BP3 SMP Negeri 5 Yogyakarta seperti

pembangunan ruang guru dan ruang perpustakaan di lantai atasnya.

Kepemimpinan BP. Bisohardjo, BA berakhirpada 8 Agustus 1992,

karena pemerintah memberikan kepercayaan kepada beliau untuk

mengemban tugas sebagai pengawas pada bidang Dikmenum Kanwil

Depdikbud Propinsi DIY dan sebagai penggantinya dipercayakan

kepada BP. Drs. Suradji.

Dengan penuh kearifan dan sifat khas kebapakannya, Bp. Drs.

Suradji terus berupaya meningkatkan kualitas SMP Negeri 5

Yogyakarta. Penataan khususnya pengelolaan sekolah mendapat

perhatian khusus, dengan harapan mekanisme kerja semua fihak yang

terkait dalam pengelolaan sekolah berjalan baik, benar, tertib dan

lancar. Upaya peningkatan mutu akademis ditingkatkan melalui

Program Persiapan Ebtanas yang disebut Gladi Widyatama.

18

18

Page 19: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

Prestasi siswa terus digalang dan sejalan dengan itu, prestasi

guru juga mendapat prioritas peningkatan kesempatan-kesempatan

meningkatkan diri bagi guru terbuka lebar sejalan dengan gencarnya

pemerintah menggelar pembangunan peningkatan kualitas sumber

daya manusia. Kewibawaan kepemimpinan tertuang dengan sifat dan

sikap kebersamaan dalam kesatuan, ditegaskan dalam kepatuhan

melaksanakan hasil kemufakatan. Bangunan monumental yang

menanda saat kepemimpinan beliau yakni peningkatan kualitas kamar

kecil bagi siswa dan ruang multimedia di lantai atas ruang

laboratorium biologi yang merupakan bantuan/paket dari pemerintah

yang dalam hal ini terlaksana penyelesaiannya di saat beliau alih

tugas sebagai pengawas pada September 1994.

Estafet kepemimpinan SMP Negeri 5 Yogyakarta dari Bp. Drs.

Soeradji diserahkan kepada Bp. Drs. Soenarto. Setelah mempelajari

seluk beluk medan kerjanya, Bp. Drs. Soenarto tetap berkeyakinan

bahwa prestasi tinggi yang dicapai SMP Negeri 5 Yogyakarta

belumlah sebagai puncak prestasi. Keyakinan ini sangat berpengaruh

bagi langkah lanjut pembangunan dan pengembangan SMP Negeri 5

Yogyakarta untuk menuju puncak prestasi.

Prestasi akademik terus meningkat dan tantangan semakin berat

setelah SMP Negeri 5 Yogyakarta dinyatakan sebagai pemegang

peringkat tingkat I Tingkat Nasional pada Ebtanas 1994/1995. Untuk

mempertahankan predikat tersebut program peningkatan mutu

akademik adalah jawabannya, yaitu Bina Widyatama sebagai wahana

peningkatan prestasi belajar siswa khususnya perbaikan mulai

19

19

Page 20: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

diintensifkan, dan Gala Widyatama sebagai wahana peningkatan

prestasi belajar siswa dengan cara penambahan jam belajar mulai

dilaksanakan. Pembinaan kesiswaan melalui kegiatan ekstrakurikuler

tetap menjadi andalan pembinaan kualitas siswa.

Pada 3 April 1997, pemerintah melakukan penataan sekolah,

khususnya dalam hal nama sekolah dan perangkat administrasinya:

SMP N 5 Yogyakarta berganti SLTP Negeri 5 Yogyakarta. Nama

SLTP Negeri 5 Yogyakarta yang baru adalah semangat baru untuk

mensukseskan amanat bangsa, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa

Indonesia.

Akhirnya pada 6 Agustus 1998, dengan SK No.357/113.III/KP

IV/1998 jabatan kepala sekolah diserahkan kepada Ibu Surtiyati,S.

Pd. Pada kepemimpinan beliau terbangunlah laboratorium komputer,

ruang BK, dan terciptalah Visi dan Misi SLTP Negeri 5 Yogyakarta.

Gala dan Gladi Widyatama berjalan terus. Semula pelaksanaannya

dalam kelas yang sama, mulai Cawu III tahun pelajaran 2000/2001

setiap minggu ruangnya selalu berubah berdasarkan peringkat yang

diperoleh siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi siswa

memperoleh peringkat tinggi. Berbagai kiat dan terobosan baru akan

terus dicurahkan untuk menjawab tantangan zaman. Pengganti Ibu

Surtiyati, S. Pd. Yakni Drs. Soeparno, M. Pd., kemudian beliau

digantikan oleh Drs. Martoyo sampai saat ini SMP Negeri 5

Yogyakarta dipimpin oleh beliau.

3) Sarana Prasarana

20

20

Page 21: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

Komplek gedung SMP N 5 Yogyakarta menempati areal seluas

14.852 m2, dengan luas bangunan 5.040 m2. Status tanah yakni Hak

Guna Bangunan (HGB). Pada waktu penelitian dilaksanakan dan

laporan disusun, sebagai kepala sekolah yaitu Drs. Suparno, M. Pd,

yang diangkat berdasarkan No.SK kepala Sekolah

05/KPTS/BAPERJAKAT tgl.25 Mei 2005.

Seperti halnya sekolah-sekolah lain yang ada di Yogyakarta dan

menempati komplek bangunan eks kolonial Belanda, maka bangunan-

bangunan yang ada di sekolah ini pun khas karakteristik style kolonial

Belanda, kecuali bangunan-bangunan tambahan, seperti mushola, yang

tidak nampak style kolonial Belanda. Ruangan dilengkapi jendela dan

pintu dengan ukuran besar serta tinggi.

Keliling tanah seluruhnya 540m2, yang sudah dipagar secara

permanen (termasuk pagar hidup). Areal sekolah ini digunakan untuk

bangunan seluas 5.040 m2, halaman 6.257 m2, lapangan olah raga

1.237 m2, dan lain-lain 2.318 m2. Sebagai sekolah bertaraf

internasional, sarana maupun prasarana sekolah ini sangat lengkap.

Bagian depan kompleks sekolah diberi pagar tembok dengan tiga pintu

gerbang, yakni bagian barat, tengah, dan bagian timur. Pintu gerbang

bagian tengah dan timur jarang sekali dibuka, hanya pintu gerbang

bagian barat yang menjadi akses masuk dan keluar seluruh siswa, guru,

karyawan, dan tamu.

SMP N 5 Yogyakarta menghadap ke Selatan, sehingga jika

masuk melalui pintu gerbang bagian barat langsung maka akan terlihat

pos satpam, yang bertugas sebagai penjaga keamanan sekolah dan

21

21

Page 22: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

setiap tamu yang dating wajib melapor ke petugas, kemudian tamu

akan diberi kartu pengenal bertuliskan ‘visitor’, seterusnya dibolehkan

masuk. Untuk masuk ke bagian dalam komplek sekolah juga terdapat

tiga akses, yakni bagian barat, tengah, dan timur. Masuk melalui

bagian barat, yakni melalui pos satpam, kemudian lewat pagar besi,

dan masuk ke tempat parkir kendaraan bermotor guru dan karyawan,

serta terdapat ruang TU, ruang kepala TU, dan ruang kepala sekolah.

Komplek gedung di bagian barat dekat area parkir terdapat

beberapa ruang, yakni ruang/loket tempat siswa membayar iuran

komite, ruang pertemuan, ruang waka (wakil kepala) dan staf humas,

ruang waka dan staf sarana prasarana, serta ruang waka dan staf

akademik. Masing-masing ruang di komplek SMP Negeri 5

Yogyakarta ditunjukkan dengan papan nama yang digantung di bagian

atas pintu. Papan nama tersebut terbuat dari bahan kayu dan tulisan

yang menggunakan tiga bahasa. Tulisan baris paling atas menggunakan

Bahasa Indonesia, baris kedua menggunakan Bahasa Inggris, dan baris

ketiga menggunakan huruf Jawa.

Akses masuk komplek sekolah bagian tengah yakni jalan lurus

yang seolah-olah membelah komplek gedung sekolah menjadi dua

bagian. Akses masuk bagian timur digunakan untuk lalu lintas menuju

ruang kelas juga kantin sekolah. Ruang-ruang yang digunakan sebagai

tempat untuk pembelajaran tidak terdiri dari satu bangunan, melainkan

beberapa bangunan yang berdiri sendiri. Gedung satu dengan gedung

yang lain dihubungan dengan selasar-selasar. Selasar-selasar ini juga

berfungsi sebagai media untuk menempelkan motto dan semboyan-

22

22

Page 23: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

semboyan sekolah. Hampir seluruh bagian dari bangunan gedung

penuh dengan motto dan semboyan sekolah. Gambar hasil lukisan

(mural) siswa merata di seluruh tembok pagar sekolah. Hasil karya

siswa berupa lukisan, tulisan motto dan semboyan sekolah, lukisan di

media gerabah, gambar di media logam (seni kriya), tersebar di seluruh

dinding sekolah.

SMP Negeri 5 Yogyakarta memiliki ruang kelas atau ruang teori

sebanyak 29 kelas dengan total luasnya 1932 m2. Laboratorium IPA 1

ruang luasnya 150 m2; laboratorium biologi 1 ruang dengan luas 128

m2; laboratorium fisika 1 ruang dengan luas 128 m2; laboratorium

bahasa 2 ruang dengan luas 198 m2; laboratorium komputer 2 ruang

dengan luas 216 m2; perpustakaan 1 ruang dengan luas 180 m2; 3 ruang

keterampilan seluas 270 m2; 1 ruang serba guna seluas 540 m2; 2 ruang

UKS seluas 62 m2; 1 ruang praktik kerja PTD seluas 100 m2; 1 ruang

rapat kecil seluas 42 m2; 1 ruang musik seluas 50 m2; 1 ruang

koperasi/toko seluas 20 m2; 1 ruang BP/BK seluas 100 m2; 1 ruang

kepala sekolah dengan luas 50 m2; 1 ruang guru dengan luas 180 m2; 1

ruang TU seluas 68 m2; 1 ruang OSIS dengan luas 49 m2; 2 kamar

mandi/WC guru seluas 12 m2; 21 kamar mandi/WC siswa seluas 105

m2; 3 gudang seluas 105 m2; 1 ruang ibadah seluas 168 m2; dan 3

rumah penjaga sekolah seluas 105 m2.

Seluruh ruang tersebut di atas dapat dikelompokkan sebagai

sarana penunjang pendidikan, yang meliputi: ruang kelas, ruang lab.

IPS, lab. Komputer, lab. Bahasa, perpustakaan, ruang kesenian, ruang

olah raga, dan ruang keterampilan. Sarana ruang administrasi, meliputi:

23

23

Page 24: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

ruang kepala sekolah, ruang TU, Ruang guru, dan ruang reproduksi.

Dan, sarana ruang penunjang, seperti: ruang ibadah, UKS, koperasi,

kamar mandi/WC, ruang serba guna, dan ruang bimbingan.

Prasarana pendukung sekolah ini juga sangat memadai, seperti:

sudah ada jaringan telepon, jaringan air, jaringan listrik, dan jaringan

internet. Untuk kegiatan upacara bendera, sudah ada lapangan upacara

dan tiang bendera. Infrastruktur lain yang dimiliki oleh SMP ini, antara

lain: menara air, bak air, bak sampah, dan ada pula selasar. Demi

kemanan seluruh gedung dan fasilitasnya, sekolah ini juga sudah

dikelilingi dengan pagar bumi. Melengkapi jaminan keamanan demi

kenyamanan warga sekolah, kamera CCTV dipasang di beberapa titik,

sehingga segala peristiwa di sekolah dapat direkam dan dipantau oleh

petugas keamanan.

Ruang-ruang kelas dilengkapi dengan perabot pendidikan , yakni

meja siswa, kursi siswa, papan tulis, white board, dan papan pajangan.

Setiap kelas juga dilengkapi dengan beberapa alat bantu pembelajaran,

seperti: komputer untuk KBM dan LCD projector. Ada juga kipas angin

di setiap ruang kelas. Laboratorium tentu saja sudah lengkap dengan

peralatan sesuai laboratorium mata pelajarannya.

Sekolah dilengkapi pula dengan kantin. Kantin terletak di sisi

paling timur dari kompleks sekolah. Kantin di SMP N 5 Yogyakarta

mempunyai desain yang berbeda dengan kantin di sekolah-sekolah lain.

Ruangannya terbuka dan sangat luas. Tidak terlepas dari sekolah yang

bertaraf internasional, status bertaraf internasional ini diperlihatkan pula

pada kantin sekolah.

24

24

Page 25: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

Makanan yang dijual pun merupakan makanan dari beberapa

negara, seperti: ada Korean food (Dae Jang Geum), salah satu yang

dijual adalah Dolsot Bibim Bab; ada pula Japanese food, Italian food

(Spaghetti, Fruit Salad, Bolognaise); kemudian paling ujung Utara

menjual masakan nusantara (soto betawi, lotek, gado-gado, dsb);

masakan Jawa; serta beberapa masakan lain. Konsep kantin yang

demikian sebagai wujud sekolah internasional yang menjadi predikat

SMP Negeri 5 Yogyakarta.

4) Keadaaan Kelas

SMP Negeri 5 Yogyakarta memiliki jumlah kelas yang sangat

banyak, yakni 29 ruang. Ruang kelas memiliki style kolonial, mengingat

sekolah dibangun pada masa kolonial. Seperti diketahui, pada awal abad

ke-19 sampai dengan tahun 1920-an, arsitektur kolonial Belanda

berkembang di Indonesia, banyak pengaruh Eropa dan terjadi

percampuran bentuk Arsitektur Barat dan tradisional, termasuk pada

penggunaan elemen bangunan dan detail ragam hiasnya pada seni

bangunan.

Bentuk arsitektur kolonial Belanda di Indonesia sesudah tahun

1900-an merupakan bentuk yang spesifik. Bentuk tersebut merupakan

hasil kompromi dari arsitektur modern yang berkembang di Belanda

pada jaman yang bersamaan dengan iklim tropis basah Indonesia. Ada

juga beberapa bangunan arsitektur kolonial Belanda yang mengambil

elemen-elemen tradisional setempat, yang kemudian diterapkan ke

dalam bentuk arsitekturnya. Hasil keseluruhan dari arsitektur kolonial

25

25

Page 26: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

Belanda di Indonesia tersebut adalah suatu bentuk yang khas yang

berlainan dengan arsitektur modern yang ada di Belanda sendiri.

Arsitektur bangunan merupakan perpaduan gaya kolonial yang

disesuaikan dengan kondisi lingkungan tropis. Atap yang tinggi dengan

kemiringan tajam dan dihiasi dengan menara kecil yang berfungsi

sebagai ventilasi udara untuk ruang bawah atap. Jendela tinggi dan lebar

terbuat dari kayu dan berdaun pintu dua model kupu-kupu.

Kelas memiliki jendela dan pintu yang lebar dan tinggi. Daun

jendela dan daun pintu terdapat ruas-ruas yang berongga, sehingga ruang

kelas tidak perlu AC. Handinoto dalam Wiyatiningsih (2000),

penyesuaian bentuk bangunan indis terhadap kondisi iklim tropis basah

dIgambarkan dengan ciri-ciri pokok bentuk plafon tinggi, overstek yang

cukup lebar, adanya beranda-beranda yang cukup dalam, baik di depan

atau di belakang rumah. Plafon yang tinggi akan mempunyai volume

ruang yang lebih besar, sehingga kemungkinan terjadi panas dalam

ruangan akibat radiasi dapat diperkecil. Overstek yang cukup lebar dapat

dipakai untuk menahan tampias air hujan, dan juga untuk pembayangan

terhadap tembok yang terkena sinar matahari langsung. Beranda depan

dan belakang merupakan adaptasi terhadap arsitektur tradisional Jawa.

Ruang kelas memuat kurang lebih 40 orang siswa. Terdapat

bangku-bangku yang dirancang satu bangku untuk dua orang. Daun

pintu dan daun jendela yang memiliki celah, menyebabkan di setiap

kelas tidak ada AC, hanya kipas angin di tengah ruang kelas bagian atas.

Setiap ruang kelas terdapat tIga macam bendera, yakni bandera merah

26

26

Page 27: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

putih, bendera OSIS, dan bendera Pawitikra. Ketiga bendera ini

diletakkan di salah satu sudut kelas bagian depan.

Pada dinding kelas terdapat satu set simbol negara, yakni gambar

presiden dan wakil presiden RI, serta lambang burung garuda. Dalam

tiap kelas terdapat satu buah papan tulis, white board, papan bank data

kelas, serta meja dan kursi guru. Sebagai sekolah bertaraf internasional,

setiap kelas juga dilengkapi dengan LCD, layar LCD, dan sound system.

Dinding pada setiap kelas juga dipakai untuk memajang hasil karya

siswa. Ruang kelas juga dilengkapi dengan loker. Kondisi seperti di atas

ditemukan di seluruh ruang kelas umum. Ruang kelas khusus merupakan

ruang kelas agama maupun ruang kelas lain seperti: ruang kelas

keterampilan, ruang UKS, dan sebagainya.

Sarana lainnya yakni ruang agama. Ruang agama meliputi: ruang

agama Kristen Katholik, ruang agama Kristen Protestan, dan ruang

agama Hindu. Ruang agama luasnya tidak sama dengan ruang kelas

pada umumnya. Ukurannya relatif lebih kecil karena siswa yang

beragama di luar Islam jumlahnya juga sangat sedikit. Pada waktu

pengamatan hari Sabtu, 28 Juli 2012, bertepatan sedang berlangsung

pelajaran agama Katholik, jumlah siswa hanya 7 orang dan puteri

semua.

Kelas agama Kristen dilengkapi dengan hiasan yang menunjukkan

ciri khasnya, seperti: lambang salib, gambar Yesus, Bunda Maria, ada

pula lambang burung garuda, dan beberapa tulisan dari Kitab Suci. Di

ruang agama Hindu, hiasan yang dipajang juga mewakili kekhasan

Hindu, seperti: gambar Siva, dewa-dewa Trimurti, kalender Hindu, dan

27

27

Page 28: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

sebagainya. Ruang agama Hindu terletak di dekat deretan ruang kelas

VII, bagian timur dari komplek gedung sekolah dan luasnya relatif lebih

kecil dibandingkan dengan ruang agama Kristen maupun Katolik,

mengingat siswa beragama Hindu hanya satu atau dua orang.

5) Kultur Sekolah

SMP Negeri 5 Yogykarta memiliki motto ‘Think Globally,

Consistent to Perform Nationally’. Berpikir global menjadi suatu hal

yang vital dalam era globalisasi seperti saat ini, supaya siswa tidak

tertinggal dengan derap kemajuan zaman. Di satu sisi, siswa diharapkan

tidak meninggalkan budaya lokal dan kebangsaan Indonesia. Motto

tersebut kemudian diwujudkan dalam visi dan misi sekolah. Visi SMP

Negeri 5 Yogyakarta, yakni ‘Mengukir Prestasi Tinggi, Piawai

Mengasah Budi Pekerti, dan Unggul dalam Era Globalisasi’.

Misi SMP Negeri 5 Yogyakarta, yakni: menciptakan iklim

pembelajaran yang kondusif; menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran;

melaksanakan ‘kurikulum plus’; mencetak manusia berdaya apresiasi

seni tinggi; mencetak sumber daya manusia yang berdaya guna melalui

IPTEK; melaksanakan pembelajaran/bimbingan yang efektif;

menyuasanakan kondisi bersaing sehat; mengoptimalkan pencapaian

prestasi akademik/non-akademik; merealisasikan pencapaian berbagai

target; membangun spirit dan mentalitas keunggulan; melaksanakan

kegiatan yang bernuansa agamis; dan mengamalkan ajaran agama,

sebagai cermin perilaku keluhuran budi pekerti.

Visi dan misi sekolah diwujudkan dalam kehidupan sekolah

sehari-hari serta kegiatan-kegiatan sekolah. Kehidupan sekolah dimulai

28

28

Page 29: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

pada pukul 07.00 wib sampai pukul 12.50 wib, untuk hari Senin. Hari

Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu mulai pukul 07.00 wib sampai pukul

13.20 wib. Hari Jumat, masuk dari pukul 07.00 wib sampai pukul 11.30

wib. Setiap pagi hari guru-guru sudah berdiri di halaman depan, di dekat

pintu gerbang untuk menyambut anak didiknya dengan bersalaman.

Tidak semua guru menyambut kedatangan siswa dengan bersalaman,

akan tetapi sudah menunjukkan upaya membangun kehidupan sekolah

untuk saling menghormati. Bersalaman menjadi kebiasaan pula di SMP

Negeri 5 Yogyakarta. Siswa bersalaman dengan guru setiap kali

bertemu. Paling tidak selama beberapa hari melakukan pengamatan,

terdapat kebiasaan yang sama.

Jam 07.00 wib bel berbunyi dan seluruh siswa masuk ke ruang

kelas masing-masing. Sebelum pelajaran di mulai, selama 15 menit ada

pendalaman keagamaan dengan mengaji bersama. Siswa di sekolah ini

beragam pula agamanya. Pada saat penelitian tilakukan pada Juli 2012-

Februari 2013 mayoritas siswa beragama Islam sebanyak 776 orang.

Siswa yang beragama Protestan sejumlah 44 orang, Katolik sebanyak 41

orang, dan siswa yang beragama Hindu sebanyak 3 orang. Kegiatan

mengaji ini dilakukan di dalam kelas bagi yang beragama Islam,

sedangkan siswa yang beragama Protestan, Katolik, dan Hindu berada di

ruang agama masing-masing. Untuk yang beragama Islam, mereka

mengaji dengan cara dipandu dari sentral, yakni melalui pengeras suara.

Hal ini dilakukan karena mayoritas siswa beragama Islam. Seperti

dinyatakan oleh Ev: “…..Sebetulnya itu istilahnya pendalaman agama.

Cuma karena mayoritas Islam, jadi yang disuarakan ke kelas-kelas pake

29

29

Page 30: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

pengeras itu yang Islam, sedangkan yang lain, karena jumlahnya

sedikit, dikumpulkan di ruang agama masing-masing…”.

Sebagai sekolah favorit di Yogyakarta, SMP N 5 Yogyakarta

terbukti tidak hanya unggul dalam menghasilkan lulusan yang

berprestasi secara akademik, namun juga prestasi non-akademik.

Apabila masuk dari gerbang komplek gedung paling depan, maka tamu

akan langsung melihat dua buah etalase kaca besar. Di dalam etalase

kaca tersebut terdapat ratusan piala kejuaraan. Etalase kaca tempat

menyimpan piala bukti prestasi SMP N 5 Yogyakarta, terdapat pula di

lorong setelah ruang guru, satu komplek dengan deretan ruang kelas

VIII SBI 9, VIII SBI 8, VIII SBI 7, lorong, kemudian ruang kelas VIII

SBI 6, VIII SBI 5, dan VIII SBI 4. Etalase tersebut diberi nama “Galeri

Piala 3 dan Galeri Piala 4”.

“Galeri Piala 1 dan Galeri Piala 2” terdapat di dekat ruang piket

guru, setelah gerbang masuk bagian tengah komplek gedung paling

depan, yakni di tengah deretan ruang kelas IX SBI 4, IX SBI 5, IX SBI

6, IX SBI 7, dan IX SBI 8. Masing-masing komplek bangunan paling

depan, yakni di sebelah kanan dan kiri tempat piket, dilengkapi dengan

satu buah televisi dan beberapa papan pengumuman.

Prestasi non-akademik yang diraih sekolah ini, seperti: juara I

speech contest, juara I basket putra, juara I renang, juara I seni kriya,

juara I musik tradisi, juara I tari, juara I vocal group, juara I tae kwon

do, juara 2 dan 3 roket air, juara 2 LBB, juara dalam pidato agama, juara

nasyid, juara khutbah, juara cerita sejarah, juara karya iptek, juara desain

batik, juara I tonti putra dan tonti putri, juara I penyiar, dan masih

30

30

Page 31: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

banyak kategori bidang lain. Prestasi akademik diantaranya: juara

matematika, bahasa Inggris, biologi, Olimpiade Sains Nasional (OSN)

biologi, fisika, IPS, olimpiade kebumian, dan pada mata pelajaran

lainnya.

Harmoni berusaha diwujudkan di SMP Negeri 5 Yogyakarta,

Harmoni diantara seluruh warga sekolah yang beraneka ragam kultural.

SMP Negeri 5 Yogyakarta memiliki siswa yang beragam agama (Islam,

Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Hindu), beragam status ekonomi

(kaya dan miskin), ada yang Jawa, etnis Cina, Manado, Kalimantan, dan

sebagainya.

Semboyan untuk mengutamakan harmoni dituangkan dalam

beberapa hal, seperti: pembagian kelas di awal yakni di kelas VII dengan

memperhatikan keseimbangan jumlah siswa laki-laki dan perempuan.

Pengejawantahan harmoni yang lain yaitu tampak tertuang dari mural

(lukisan pada tembok-tembok), hasil karya siswa, maupun integrasi

dalam mata pelajaran.

SMP Negeri 5 Yogyakarta merupakan sekolah yang dapat

dikatakan penuh dengan mural. Mural hampir terdapat di seluruh

tembok pagar sekolah bagian dalam. Tembok di dekat ruang parkir

kendaraan guru dan karyawan tampak indah dengan lukisan siswa yang

berisi banyak pesan-pesan positif, seperti: lukisan yang berisi pesan

untuk menjaga persatuan NKRI karya siswa kelas VII SBI 4, lukisan

peta wilayah Indonesia dengan gembar kepala orang dengan berbagai

ciri tertentu (ada yang pakai jilbab, ada yang matanya sipit, ada yang

berambut keriting, dan sebagainya), dan pesan untuk tidak membeda-

31

31

Page 32: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

bedakan hak memperoleh pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia

secara eksplisit tampak pada lukisan yang bertuliskan ‘education 4 all’,

serta masih banyak lagi lukisan-lukisan dengan membawa pesan-pesan

positif.

Pada seluruh tembok-tembok dan kayu untuk atap selasar

merupakan tempat yang strategis ‘eye catching’ bagi siapa saja yang

melewatinya untuk memudahkan semua warga sekolah

mendarahdagingkan visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai sekolah.

Upaya untuk menyadarkan akan keragaman tercermin dalam

ungkapan/semboyan yang dipakukan pada kayu selasar menuju komplek

ruang kelas VII SBI I, VII SBI 2, VII SBI 3, dan VII SBI 4, yakni

“Unity in Diversity”.

Hasil karya siswa berupa seni melukis di pot bunga tidak lepas

sebagai media untuk menanamkan kesadaran akan keragaman pula. Di

antara banyak lukisan di pot bunga terdapat lukisan kepala dengan wajah

yang menunjukkan wajah khas karakteristik ras tertentu dengan tulisan

‘People Living Life in Diversity’. Pada selasar menuju ruang kelas IX

SBI 2, IX SBI 1, VIII SBI 3, ruang kesiswaan, VIII SBI 2, dan ruang

kelas VIII Aksel 2, ditempel papan yang bertuliskan ‘One for all, all for

one’.

Semua warga sekolah diajak pula untuk senantiasa menjaga

kebersihan, seperti semboyan di papan kayu dekat ruang kelas VII SBI,

yakni: ‘Bersih itu Sebagian dari Iman’. Terdapat papan kayu yang

dihiasi dengan tulisan ‘AKAN KUCIPTAKAN SUASANA SEKOLAH

INI…..PENUH RASA KEKELUARGAAN. TERJAMIN

32

32

Page 33: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

KETERTIBAN DAN KEAMANANNYA. TERJAGA KEBERSIHAN

DAN KEINDAHANNYA’. Kekeluargaan yang ingin diciptakan juga

ditanamkan melalui semboyan ‘Class Our Friendship’. Semboyan

tentang perdamaian juga terlihat jelas pada lukisan siswa kelas 7 SBI.II,

yang dipasang pada kayu untu selasar menuju ruang layanan SBI.

Lukisan tersebut berisi semboyan: “Perdamaian adalah ketika….cinta

hidup tawa”.

Motto untuk tidak hanya menilai seseorang dari luarnya saja,

yang akan mengakibatkan prasangka negatif tampak poster di atas

gawang kayu menuju aula yang bertuliskan: ‘Don’t Look Outside, but

Inside’. Sesuai dengan motto sekolah, yakni: ‘Think Globally, Consistent

to Perform Nationally’, salah satunya tampak pula pada tulisan di

dinding ruang TU bagian luar ‘Tarian dan lagu daerah adalah cermin

kekayaan budaya Indonesia. Apakah yang sudah kamu perbuat untuk

mereka?’.

Harmoni dalam konteks ini dimaknai sebagai keseimbangan dan

keselarasan antara antara budaya lokal dengan budaya asing

(internasional). Batik, karawitan, dan seni kriya merupakan tIga diantara

budaya lokal yang tetap dilestarikan dan diajarkan kepada siswa. Batik,

di SMP Negeri 5 Yogyakarta menjadi mata pelajaran wajib, sedangkan

seni kriya dan seni karawitan menjadi mata pelajaran tambahan (ekstra

kurikuler), serta merupakan pilihan siswa yang berminat saja.

c. SMP N 8 Yogykarta

Sejarah SMP N 8 Yogyakarta diawali pada tahun 1954 di atas tanah

berukuran 9567m2. Sekolah ini pada mulanya merupakan tempat

penyelenggaraan pendidikan SGP (Sekolah Guru Pertama). Pada tahun

33

33

Page 34: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

1956, SGP ini berubah SGB II (Sekolah Guru Biasa), dan pada saat itu

dipimpin oleh Bapak Samidjo Hadi Supatmo, BA. Lalu pada tanggal 1

Agustus 1960, gedung SGB II diubah menjadi gedung SMP N 8

Yogyakarta.

Sampai saat ini, SMP N 8 Yogyakarta sudah mengalami

perkembangan yang sangat signifikan bagi seluruh civitas akademika di

lingkungan SMP N 8 Yogyakarta. Beberapa infrastruktur dibangun,

diantaranya adalah masjid. Sekolah ini juga memperoleh status akreditasi

‘amat baik’. Pada tahun 2008, SMP ini memulai program RSBI yang

diterapkan khusus untuk dua kelas, yaitu kelas VII 9 dan kelas VII 10.

d. SMP IT Abu Bakar Yogyakarta

SMP IT Abu Bakar Yogyakarta adalah Lembaga Pendidikan Islam

dibawah naungan Konsorsium Yayasan MULIA, yang muncul sebagai

alternatif solusi dari keresahan sebagian masyarakat muslim yang

menginginkan adanya institusi pendidikan islam yang berkomitmen

mengamalkan nilai-nilai islam dalam sistemnya, dan bertujuan agar siswa-

siswinya mempunyai kompetensi seimbang antara ilmu kauniyah dan

qauliyyah, antara fikriyah, ruhiyah dan jasadiyah sehingga mampu melahirkan

generasi muda muslim yang berilmu, berwawasan luas dan bermanfaat bagi

umat.

Dengan berbekal semangat perubahan dan niat yang sungguh-sungguh,

maka pada tahun 2001/2002 lahirlah SMP Islam Terpadu Pertama di

Yogyakarta dengan nama SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta Islamic

Boarding and Full Day School. Enam tahun sudah SMP IT Abu Bakar

Yogyakarta telah berkiprah di dunia pendidikan, dan telah mampu meluluskan

siswa-siswinya dengan hasil yang memuaskan, baik dari kompetensi

akademik maupun non akademik, meski harus banyak berbenah diri belajar

dan terus belajar dari kekurangan-kekurangan yang ada. Membimbing

Sepenuh Hati Agar Sholih dan Berprestasi adalah Motto kami, pendidikan

akhlaq, bahasa (Inggris dan Arab) serta Al-Qur’an merupakan program

uggulan kami. Semua ini kami upayakan agar SMP IT Abu Bakar Yogyakarta

mampu mencetak generasi yang siap mengambil peran-peran strategis dimasa

yang akan datang. Visi sekolah yaitu Melahirkan generasi muslim yang

berpribadi Qur’ani unggul dalam Bahasa, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Dan misi sekolah yakni:

34

34

Page 35: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

1. Meningkatkan kualitas pembelajaran Ulumul Qur’an.

2. Menyelenggarakan program pembinaan pribadi Qur’ani secara intensif.

3. Meningkatkan program pembinaan dan pembiasaan berbahasa Arab &

Inggris.

4. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan menyenangkan.

Lima belas tahun yang lalu di Yogyakarta muncul lembaga pendidikan

Islam  yang menamakan diri  Sekolah Islam Terpadu (selanjutnya disingkat

SIT) ditambah dengan namafull day school dan boarding school. SIT ini

berdiri sejak dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah Menengah

Atas. Siswa-siswa sekolah ini berada di sekolah sejak pagi sampai sore,

bahkan sebagian tinggal di asrama. Berturut-turut berdiri Taman Kanak- Islam

Terpadu (TKIT) Muadz Bin Jabal 1993/1994, Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT) Lukman Hakim 1995/1996, Sekolah Menengah Pertama Islam

Terpadu (SMPIT) Abu Bakar 2001/2002. Sekolah Menengah Atas Islam

Terpadu (SMAIT) Abu Bakar 2004/2005. Informasi yang ada menunjukkan

bahwa peminat SIT  cukup banyak Di beberapa tempat peminatnya melebihi

sekolah-sekolah konvensional.

e. SMP N 15 Yogyakarta

SMP N 15 Yogyakarta sudah ada sejak sebelum kemerdekaan.

Sekolah ini merupakan sekolah teknik atau AMBA School. Sekitar tahun

1975, dengan adanya penataan sekolah, di DIY banyakSekolah Teknik

(ST) yang beralih fungsi menjadi SMP. Berdasarkan SK Mendikbud RI

No. 0259/o/1994 tanggal 5 Oktober 1994 tentang alih fungsi ST/SKKP

menjadi SMP, maka ST 8 beralih fungsi menjadi SMP N 19 Yogyakarta.

Pada tahun 1997 SMP N 19 berubah menjadi SLTP N 15 Yogyakarta.

Sekolah yang terletak di Jalan Tegal Lempuyangan No. 61,

Kecamatan Danurejan, Kabupaten/Kota Yogyakarta ini terus berbenah.

Terlebih setelah terjadinya bencana gempa bumi meluluhlantakkan semua

bangunan yang ada. Kini sekolah ini terus mengembangkan sarana

prasaranya dan prestasinya, sehingga memperoleh status akreditasi A

(Amat Baik).

35

35

Page 36: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

2. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan

Komponen implementasi kurikulum 2013 yang diungkap dalam penelitian

ini meliputi: pemahaman guru terhadap buku pedoman guru dan buku teks

pelajaran; pemahaman guru terhadap proses dan penilaian pembelajaran,

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan

pelaksanaan penilaian pembelajaran. Responden dalam penelitian ini terdiri

dari 12 orang guru IPS yang telah melaksanakan kurikulum 2013. Komponen-

komponen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pemahaman Guru terhadap Buku Pedoman Guru dan Buku Teks Pelajaran

Pada komponen ini semua guru sudah memahami buku pedoman guru

dan buku teks pelajaran. Guru sudah memahami isi buku panduan guru dan

memahami hubungan fungsional buku guru dengan proses pembelajaran dan

buku siswa. Terhadap buku siswa, semua responden sudah memahmi

substansi buku teks pelajaran, memahami hubungan aktivitas, sumber,

media/alat pembelajaran/penilaian dalam buku siswa dengan kompetensi

yang dikembangkan.

b. Pemahaman guru terhadap Proses dan Penilaian Pembelajaran

Pemahaman konsep pembelajaran saintifik juga sudah dipahami oleh

semua responden, begitu pula dengan penerapan pembelajaran dengan

metode saintifik. Semua responden juga memahami konsep penilaian.

Namun, untuk penerapan konsep penilaian, terdapat 1 responden yang tidak

paham.

c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Berkaitan dengan penyusunan RPP, semua responden sudah memiliki

pemahaman yang bagus. Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan RPP

seperti: bagaimana menuliskan identitas dengan lengkap, menyusun

indikator dengan layak, menyusun tujuan pembelajaran, memilih materi ajar

yang sesuai, memilih dan menggunakan sumber belajar secara optimal,

merancang kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, serta

merancang kegiatan penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Untuk

komponen memilih dan memanfaatkan media pembelajaran secara optimal,

masih terdapat 1 responden yang tidak paham.

d. Pelaksanaan Pembelajaran

36

36

Page 37: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang dikehendaki dalam

kurikulum 2013 seperti melakukan apersepsi, motivasi, penyampaian tujuan,

sudah dipahami oleh 12 responden. Komponen menguasai materi pelajaran

juga sudah dipahami oleh 11 responden. Hanya terdapat 1 responden yang

belum memahaminya. Ke-12 responden juga sudah melaksanakan

pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Komponen pelaksanaan pembelajaran dimana guru harus menerapkan

pembelajaran terpadu intra-mata pelajaran IPS/IPA (untuk mata pelajaran

yang relevan) sudah dipahami oleh 11 guru IPS. Terdapat 1 orang guru yang

tidak memahami pembelajaran terpadu intra-mata pelajaran. Komponen lain

seperti memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran, pelibatan

peserta didik dalam pembelajaran, penggunaan bahasa yang tepat dan benar

dalam pembelajaran, serta menerapkan langkah menutup pembelajaran,

sudah dipahami oleh semua responden (12).

e. Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa ke-12

responden sudah melakukan penilaian kompetensi sikap, melakukan

penilaian kompetensi pengetahuan, dan melakukan penilaian kompetensi

keterampilan. 11 responden sudah memahami akan memfasilitasi penilaian

oleh siswa, terdapat 1 orang responden yang tidak memahami komponen

memfasilitasi penilaian oleh siswa.

3. Kendala-Kendala Implementasi Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran IPS

Penelitian ini juga bertujuan untuk menggali kendala-kendala

implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPS. Kendala dalam hal ini

dilihat di 5 komponen implementasi pelaksanaan kurikulum 2013. Secara

umum kendala yang diperoleh meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Terkait dengan pemahaman guru terhadap buku pedoman guru dan buku

teks pelajaran

Pada komponen ini kendala yang muncul yaitu berkenaan dengan

komponen memahami isi buku panduan guru. Isi buku panduan guru tidak

cocok dengan silabus. Guru menjumpai kendala dalam hal memahami

konsep pembelajaran saintifik, terkadang saat menemui kelas yang kurang

37

37

Page 38: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

aktif. Dalam memahami konsep penilaian, guru masih merasa kesulitan

yang dikarenakan bentuk penilaian sangat banyak.

Kendala lain yakni berkaitan dengan memahami substansi buku teks

pelajaran. Guru merasa uraian materi kurang mendalam, sehingga guru aktif

mengembangkan materi sendiri. 1 orang responden (EN) melihat materi

yang diajarkan diulang-ulang. Materi yang sudah diajarkan di kelas VII

diajarkan lagi di kelas VIII.

b. Terkait dengan pemahaman guru terhadap proses dan penilaian

pembelajaran

Pada komponen ini, di 6 sekolah tempat penelitian, guru tidak

mengalami kesulitan. Komponen ini yakni pemahaman guru tentang

pendekatan pembelajaran saintifik (pendekatan berbasis proses keilmuan)

dan penilaian.

c. Terkait dengan penyusunan rencana pembelajaran

Komponen merancang kegiatan pembelajaran dengan pendekatan

saintifik, 1 orang responden mengalami kesulitan karena untuk merancang

membutuhkan waktu dan pemikiran, pekerjaan yang berlipat ganda. Terkait

dengan komponen materi ajar yakni memilih materi ajar yang sesuai,

responden (EN) melihat materi sudah disesuaikan dengan silabus, sehingga

tidak bisa memilih. Demikian juga dengan komponen merancang kegiatan

penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan, 2 orang responden merasa

rumit di dalam merancang penilaian karena terlalu banyak yang

ditagih/diminta.

Terkait dengan komponen memilih dan memanfaatkan media

pembelajaran secara optimal, 3 orang responden (NR, RN & YK) merasa

belum optimal. Ketika komponen memilih dan menggunakan sumber belajar

secara optimal, guru menjumpai kesulitan ketika sumber belajar yang

berbasis IT tidak cukup memadai,jadi fasilitas kurang lengkap, sehingga

belum optimal pelaksanaannya.

d. Terkait dengan pelaksanaan pembelajaran

Pada komponen kegiatan inti, guru harus menerapkan strategi

pembelajaran yang mendidik. Kendala yang dijumpai oleh guru (AF) adalah

38

38

Page 39: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

dalam memilih variasi strategi sesuai dengan tema pembelajaran, dalam hal

sumber belajar, guru paling sering menggunakan video pembelajaran.

Dalam hal pelibatan peserta didik dalam pembelajaran, kendalanya yaitu

keaktifan siswa hanya meliputi dua hal, yakni dalam hal diskusi dan

mengungkapkan pendapat saat presentasi materi.

2 orang responden menghadapi kendala dalam komponen menguasai

materi pelajaran. Responden (SM dan YK) kurang mampu menguasai

materi IPS karena latar belakang pendidikannya bukan dari IPS melainkan

dari pendidikan sejarah. 1 orang responden mengatakan keterpaduan dalam

pembelajaran IPS menjadi kendala karena tuntutan keterpaduan itu

menuntut guru harus banyak belajar. 1 orang guru (YK) merasa belum

maksimal dalam menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik.

Dalam hal komponen menerapkan strategi pembelajaran saintifik, 1

orang responden (NR) menjumpai kesulitan karena setelah dicoba

mengaplikasikan dalam pembelajaran IPS. Hal ini menurutnya karena guru

tidak bisa menentukan kegiatan mencoba yang sesuai dengan materi IPS.

Untuk komponen memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran,

1 orang responden (YK) juga belum optimal (belum semua sumber belajar

digunakan). Selain itu, muncul di awal pelaksanaan yakni buku siswa belum

ada padahal KBM sudah berlangsung satu bulan lebih.

e. Terkait dengan penilaian pembelajaran

Teknik penilaian dalam kurikulum 2013 melibatkan teknik yang

banyak, meskipun demikian responden (AF dan LW) sudah membuat

rancangan penilaiannya, walaupun dalam pelaksanaannya belum optimal. 1

orang responden mengatakan kesulitan dalam komponen melakukan

penilaian kompetensi sikap. Ia merasa kesulitan dalam menilai sikap dan

spiritual karena sikap dan spiritual susah diamati dan kesulitan menilai

dengan pengamatan karena tidak dapat hafal nama semua siswa.

Terkait dengan penilaian pembelajaran, dalam menggunakan penilaian

antarteman, kurang mampu mencerminkan keadaan yang sebenarnya,

karena siswa cenderung tidak jujur dalam menilai temannya karena ada

perasaan tidak enak. 3 orang responden (NR, RN & SI) menghadapi

kesulitan dalam melakukan penilaian karena belum mampu membedakan

dan memahami penilaian proyek, portofolio dan tugas biasa. Kendala lain

39

39

Page 40: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

yang dijumpai oleh guru yakni terkait dengan perangkat penilaian yang

sangat banyak, sehingga akan menghabiskan waktu jika dilaksanakan tiap

pelajaran. Banyaknya perangkat penilaian ini mengakibatkan guru merasa

kewalahan untuk menilai siswa satu per satu.

40

40

Page 41: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari data penelitian yang diperoleh tentang implementasi kurikulum 2013

pada mata pelajaran IPS di Kota Yogyakarta, maka dapat disimpulkan:

1. Pelaksanaan kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPS di Kota Yogyakarta

berjalan dengan baik, yakni guru-guru IPS di Kota Yogyakarta telah

memahami beberapa komponen implementasi kurikulum 2013. Hal ini

dibuktikan dari angket dimana 12 responden, semua memberikan jawaban Ya.

Komponen-komponen yang dilihat implementasinya yakni meliputi:

pemahaman guru terhadap buku pedoman guru dan buku teks pelajaran;

pemahaman guru terhadap proses dan penilaian pembelajaran; penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran; pelaksanaan pembelajaran; dan penilaian

pembelajaran.

2. Kendala-kendala yang muncul dalam implementasi kurikulum 2013 pada mata

pelajaran IPS yakni dalam komponen pelaksanaan pembelajaran dan penilaian.

Kendala tersebut tidak dihadapi oleh semua responden (12 orang) melainkan

hanya 2 orang guru IPS saja. Secara umum, dapat dikatakan implementasi

kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPS di Kota Yogyakarta tidak ada kendala

yang berarti. Dalam hal pelaksanaan pembelajaran, kendala yang dihadapi oleh

satu orang guru yakni dalam hal penguasaan materi pelajaran. Kendala ini

disebabkan karena latar belakang pendidikannya bukan IPS melainkan

pendidikan sejarah. Kondisi ini mengakibatkan guru tersebut mengalami

kesulitan menerapkan komponen pembelajaran terpadu. Selain itu, kendala

yang terkait dengan memanfaatkan media pembelajaran.

Dalam hal penilaian kendala yang muncul yakni terkait dengan

penerapan konsep dasar penilaian. Penilaian dalam kurikulum 2013 harus

memunculkan penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kendala ini

bersumber dari banyaknya teknik penilaian dan guru mengalami kesulitan

karena tidak hapal siswa satu per satu. Kendala lain terkait dengan teknik

penilaian diri dan antarteman. Terkadang siswa ketika memberikan penilaian

diri dan antarteman tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Siswa masih

merasa tidak percaya diri jika menilai teman apabila nilai tersebut kurang baik.

41

41

Page 42: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dari hasil penelitian ini dapat

memberikan saran sebagai berikut:

1. Implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPS di Kota Yogyakarta

sudah baik. Semua responden sudah memahami beberapa komponen dalam

implementasi kurikulum 2013, sehingga alangkah baiknya jika pemahaman

tersebut terus dipertahankan dan ditingkatkan pemahamannya terutama dalam

penguasaan materi, penerapan pembelajaran terpadu, pemanfaatan media

pembelajaran secara optimal, dan lebih menguasai konsep dasar penilaian.

2. Diantara responden masih mengalami kesulitan dalam memilih teknik

penilaian mana yang cocok untuk menilai kompetensi sikap, sebaiknya guru

hanya menggunakan teknik penilaian tertentu yang cocok dengan sikap yang

akan dinilai. Tidak semua teknik penilaian digunakan untuk menilai satu

kompetensi sikap.

42

42

Page 43: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

DAFTAR PUSTAKA

Agus Salim. 2006. Teori dan paradigma penelitian sosial.Yogyakarta: Tiara Wacana.

Cohen, Louis, Manion, Lawrence, & Morrison, Keith. 2000. Research methods in

education. London: RoutledgeFalmer.

Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar. 2003. Pengantar statistika. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sugiyono. 2011. Metode penelitian pendidikan. Bandung: ALFABETA.

43

43

Page 44: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

Lampiran 1. Angket Penelitian

`ANGKET PENELITIAN

Nama : ………………………………Nama Sekolah : ………………………………Mata Pelajaran: IPS

Kepada Yth. Bapak/Ibu guru pengampu mata pelajaran IPS. Dalam rangka penelitian Kami dengan judul “Kendala-kendala implementasi kurikulum 2013 dalam mata pelajaran IPS pada SMP di Kota Yogyakarta”, Kami mohon bantuan dan kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu guru agar berkenan mengisi angket terbuka dari Kami. Hasil penelitian diharapkan dapat memetakan kendala-kendala yang muncul dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Apa yang Bapak/Ibu tuangkan dalam angkat penelitian Kami tidak akan berdampak apapun terhadap Bapak/Ibu guru, namun kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi angket penelitian ini sedikit banyak akan berdampak pada peningkatan pelaksanaan kurikulum 2013 dengan berangkat dari isian masukan/kendala Bapak/Ibu .

Petunjuk Pengisian:1. Angket ini menggali informasi dari Bapak/Ibu guru tentang pemahaman kurikulum

2013 yang meliputi: buku pegangan guru, buku pegangan siswa, RPP, Proses pembelajaran dan Penilaian.

2. Kondisi Bapak/Ibu tentang lima hal tersebut di atas dapat diwujudkan dengan memberi tanda checklist (V) pada salah satu kolom YA atau TIDAK.

3. Bapak/Ibu guru kami mohon untuk memberikan keterangan yang berupa kendala-kendala pelaksanaan atau saran terkait kelima hal di atas.

Hormat Kami,An.Tim Peneliti

Dr. Taat Wulandari.,dkk

NO KOMPONEN INDIKATOR KONDISI KETERANGAN/SARAN/KENDALAYA TIDAK

44

44

Page 45: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

1 Buku Panduan Guru

Memahami isi buku panduan guruMemahami hubungan fungsional buku guru dengan proses pembelajaran dan buku siswa

2 Buku siswa Memahami substansi buku teks pelajaranMemahami hubungan aktivitas, sumber, media/alat pembelajaran/penilaian dalam buku siswa dengan kompetensi yang dikembangkan

3 Pendekatan pembelajaran saintifik (pendekatan berbasis proses keilmuan)

Memahami konsep pembelajaran saintifikMenerapkan pembelajaran dengan metode saintifik

4 Penilaian Memahami konsep penilaianMenerapkan konsep penilaian

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN1 Identitas mata

pelajaranMenuliskan identitas dengan lengkap

2 indikator Menyusun indikator dengan layak

3 Tujuan pembelajaran

Menyusun tujuan pembelajaran

4 Materi ajar Memilih materi ajar yang sesuai

5 Sumber belajar Memilih dan menggunakan sumber belajar secara optimal

6 Media pembelajaran

Memilih dan memanfaatkan media pembelajaran

45

45

Page 46: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

secara optimal7 Kegiatan

pembelajaranMerancang kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik

8 Penilaian Merancang kegiatan penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN1 Kegiatan

pendahuluanMelakukan apersepsi, motivasi, penyampaian tujuan

2 Kegiatan inti Menguasai materi pelajaranMenerapkan strategi pembelajaran yang mendidikMenerapkan pendekatan pembelajaran saintifikMenerapkan pembelajaran Terpadu Intra-mata pelajaran IPS/IPA (hanya untuk mata pelajaran yang relevan)Memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaranPelibatan peserta didik dalam pembelajaranMenggunakan bahasa yang tepat dan benar dalam pembelajaran

3 Penutup pembelajaran

Menerapkan langkah menutup pelajaran

PENILAIAN PEMBELAJARAN1 Penilaian oleh Melakukan

46

46

Page 47: METO - Staff Site Universitas Negeri Yogyakartastaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/sugih... · Web viewPrestasi akademik diantaranya: juara matematika, bahasa Inggris,

guru penilaian kompetensi sikapMelakukan penilaian kompetensi pengetahuanMelakukan penilaian kompetensi keterampilan

2 Penilaian oleh siswa

Memfasilitasi penilaian oleh siswa

47

47