METO BAB I & II

77
Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan Gedung BAB I 1.1 U m u m Beton merupakan pencampuran bahan – bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat kasar dan halus, disebut sebagai bahan susun kasar campuran yang merupakan komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan ( durability ) beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur dan kondisi perawatan pengerasannya. 1.2 Tujuan Tujuan umum dari perencanaan dan pengawasan struktur pada dasarnya harus memperhitungkan daya tahan dan nilai ekonomi yang meliputi daya-layan, kekuatan yang cukup, fungsi, estetika dan ekonomi. Daya – layan Supaya dapat memberikan daya-layan yang baik, struktur beton harus mempunyai defleksi dan deformasi yang tidak terlalu besar pada kondisi beban kerja. Defleksi yang besar dapat menimbulkan retak – retak pada dinding dan elemen – elemen nonstruktur lainnya. Retak pada bahan tarik harus sekecil-kecilnya, terutama untuk struktur penampung air dan basement, sehingga kebocoran dapat dicegah. Kekuatan yang cukup Kekuatan yang dimaksudkan agar bangunan dapat menahan beban puncak selama usia bangunan. Sebagaimana diketahui bahwa kekuatan elemen – elemen struktur, misalnya balok dibatasi CV. MANDIRI JAYA 1 PENDAHULUAN

description

METO BAB I & II

Transcript of METO BAB I & II

BAB I

Metodologi Perencanan dan Pengawasan Bangunan GedungBAB I

PENDAHULUAN

0. U m u m

Beton merupakan pencampuran bahan bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat kasar dan halus, disebut sebagai bahan susun kasar campuran yang merupakan komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan ( durability ) beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur dan kondisi perawatan pengerasannya.

0. Tujuan

Tujuan umum dari perencanaan dan pengawasan struktur pada dasarnya harus memperhitungkan daya tahan dan nilai ekonomi yang meliputi daya-layan, kekuatan yang cukup, fungsi, estetika dan ekonomi.1. Daya layanSupaya dapat memberikan daya-layan yang baik, struktur beton harus mempunyai defleksi dan deformasi yang tidak terlalu besar pada kondisi beban kerja. Defleksi yang besar dapat menimbulkan retak retak pada dinding dan elemen elemen nonstruktur lainnya. Retak pada bahan tarik harus sekecil-kecilnya, terutama untuk struktur penampung air dan basement, sehingga kebocoran dapat dicegah.

1. Kekuatan yang cukupKekuatan yang dimaksudkan agar bangunan dapat menahan beban puncak selama usia bangunan. Sebagaimana diketahui bahwa kekuatan elemen elemen struktur, misalnya balok dibatasi oleh kapasitas penampang kritis dalam menahan momen maksimum. Sedangkan kapasitas penampang dipengaruhi oleh panjang penyaluran, dan detail penjangkaran tulangan dan jenis material. Unsur yang juga berkaitan dengan kekuatan struktur adalah daktilitas.

1. FungsiDalam hal ini, unsur estetika dan pemanfaatan bangunan harus dipenuhi. Karena suatu bangunan dapat dikatakan berfungsi baik selain dari segi kekuatan bila mendatangkan kenyamanan bagi setiap orang atau penghuni dalam beraktivitas. Selain itu, harus diperhatikan perubahan pemanfaatan (penggunaan) selama usia bangunan, dan cara mengadaptasi perubahan tersebut. Secara eksterm dapat dikatakan bahwa bila suatu proyek tidak dapat berfungsi dengan baik, berarti perencana lalai dalam mempertahankan fungsi fungsi bangunan.

1. EstetikaEstetika merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi keberhasilan karya arsitektur, meskipun sampai taraf tertentu estetika merupakan kebijaksanaan (jugdement ), oleh karena itu bersifat subjektif. Estetika dapat dikatakan sebagai kombinasi antara tujuan bangunan dan lokasi proyek didalam lingkungannya. Estetika dapat menciptakan kesan tertentu yang positif bagi pemilik bangunan, pemakai, dan atau penyewa. Tetapi, sering kali bertentangan dengan persyaratan struktur.

1. EkonomiPendekatan yang lebih mutakhir adalah meninjau proses proses dalam konteks siklus pembangunan gedung tersebut. Dalam hal ini, proses pembangunan tidaklah berakhir dengan serah terima proyek kepada klien, tetapi juga mencakup aspek pengguanaan, pemeliharaan, pembongkaran di masa datang, dan pembangunan kembali, termasuk aspek efisiensi energi. Sasaran ekonomi dapat dicapai dengan membandingkan biaya keseluruhan dari desain tersebut.

0. Tinjauan Umum

a. Pengawasan LapanganPada dasarnya seorang owner menginginkan agar hasil yang diperoleh dapat mencapai standar yang sebaik-baiknya, yang tentu akan memberikan kepuasan baginya. Sedangkan pelaksana merupakan suatu badan komersil yang bekerja dengan harapan dapat mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam hal ini sangatlah penting keberadaan konsultan pengawas, karena dalam proses pelaksanaan pekerjaan dapat mengarahkan kesalahan yang ada kepada hasil dan kualitas pekerjaan yang lebih baik dan benar berdasarkan desain struktur dan rencana kerja.Hal hal yang harus dilakukan dan diperhatikan dalam proses pengawasan adalah :1. Mengawasi jalannya pekerjaan, menjaga kuantitas dan kualitas serta memperhatikan jangka waktu pelaksanaan dan anggaran biaya.1. Mengawasi dan meneliti bahan bangunan serta penyesuaian yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan.1. Menyusun berita acara / laporan realisasi kemajuan pekerjaan.1. Mengawasi dan mencatat pekerjaan yang kurang atau pekerjaan tambahan dilapangan.1. Memberikan petunjuk kepada pelaksana dalam teknis pelaksanaan agar tidak menyimpang dari anwijzing.1. Menyelenggarakan bimbingan dan mengadakan pengawasan terutama dalam pelaksanaan pekerjaan.1. Menyelenggarakan surat surat berupa teguran dan himbauan yang bersangkutan dengan kontraktor dalam pembenahan masalah dilokasi proyek.1. Meninjau perkembangan dan memeriksa tanda tanda pembayaran dari pekerjaan.1. Membuat gambar gambar tambahan yang masih diperlukan untuk menjelaskan apa yang sudah dinyatakan dalam gambar gambar detail.1. Memeriksa kalau perlu memperbaiki gambar gambar kerja yang dibuat oleh perencana dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan.1. Mencatat atau membuat laporan harian / mingguan / bulanan dimana di dalamnya dicatat pekerjaan pekerjaan tambahan atau kurang dalam menyelesaikan keuangan yang timbul karenanya.1. Menguji pekerjaan yang diserahkan dan menyediakan gambar gambar yang mungkin diperlukan.1. Memeriksa pelaksanaan pekerjaan.

b. Spesifikasi pekerjaan konstruksi gedung.Spesifikasi proyek yang dilakukan pada perencanaan gedung adalah :1. Pekerjaan pesiapan2. Pekerjaan tanah dan struktur bawah :1. Pekerjaan Pemancangan1. Pekerjaan tanah Galian tanah Urugan tanah Buang sisa tanah galian

1. Pekerjaan pasangan dan Pile cap Urugan pasir padat bawah pondasi menerus Pasangan batu kosong Pasangan batu kali Lantai kerja Poer beton Balok kopel beton Sheet pile pengaman galian Bobok kepala tiang bored pile

1. Pekerjaan basement Begisting dari pasangan bata Plesteran dinding Water proofing penutup screed ( di luar STP) Pasangan water stop Dinding beton tebal 30 cm Lantai beton tebal 30 cm Kolom beton Beton pit lift tebal 30 cm Tangga beton Dinding beton Ramp Kamprot plester + kawat ayam pada dinding soldier.

3. Pekerjaan struktur atas dan kap Kolom beton Balok beton Plat lantai beton Dinding + plestreran Tangga beton Rinkbalk beton

0. Pedoman perencanaan stuktur beton untuk bangunan gedung0. Ruang lingkupPedoman ini meliputi persyaratan persyaratan umum serta ketentuan teknis perencanaan dan pelaksanaan struktur beton untuk bangunan gedung atau struktur bangunan lain yang mempunyai kesamaan karekter dengan struktur bangunan gedung.

0. Acuan normatifKecuali ditentukan lain dalam persyaratan persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :1. RSNI Tahun 2003, Tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan gedung.1. SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji di lapangan.1. SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.1. SNI 03-3403-1994, Metode pengujian kuat tekan beton inti.1. SNI 03-2834-1992, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.1. SNI 03-2492-1991, Metode pembuatan dan perawatan benda uji baton di laboratorium.1. SNI 03-2496-1991, Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton.1. SNI 03-2458-1991, Metode pengujian pengambilan contoh untuk campuran beton segar.1. SNI 03-1726-1989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung.1. SNI 03-1727-1989, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung.1. ASTM A 617M, Standar spesifikasi untuk serat baja ulir dan polos untuk beton.1. ASTM A 706M, Standar spesifikasi untuk serat baja ulir dan polos paduan rendah untuk beton prategang.1. ASTM C 33, Standar spesifikasi agregat untuk beton.1. ASTM C 39-93a, Standar metode uji untuk kuat tekan benda uji silinder beton.1. ASTM C 494, Standar spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton.

PRINSIP PRINSIP PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNGBAB II

2.1 UmumDalam perencanaan bangunan, baik itu sebagai rumah tinggal, perkantoran, perbelanjaan, sekolah, rumah sakit ataupun bangunan dengan fungsi yang lain, memerlukan suatu konstruksi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Konstruksi harus mampu menahan beban vertikal maupun horisontal. Elemen elemen dari struktur harus mampu memberikan respons terhadap semua hal hal di atas. Setiap bagian dari elemen harus mempunyai satu kesatuan dengan bagian lainnya agar dapat menerima dan menahan beban beban di atas dan meneruskannya dengan aman ke permukaan tanah.

2.2 Beban beban yang bekerjaBeban yang ditinjau dalam perencanaan ini meliputi :1. Beban vertikalTerdiri dari beban mati + beban hidup yang sesuai dengan PPIUG 19831. Beban horizontalTediri dari beban gempa dan beban angin.

2.3 Analisa dan perencanaan superstruktur2.3.1 Perencanaan atap.Rangka atap bertumpu pada kolom. Analisa gaya gaya batang akibat beban mati, beban hidup dan beban angin dilakukkan dengan menggunakan program SAP 2000 v8.02 dan untuk perhitungan desain stabilitas batang mengacu pada peraturan American Institute of Steel Construction ( AISC ) dan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia ( PPBBI ).Suatu perencanaan konstruksi atap atau konstruksi kap terdiri atas :1. Rasuk kap atau dengan singkat rasuk, yaitu konstruksi datar secara tegak, yang tegak lurus pada arah sumbu dari pekerjaan bangunan itu mendukung atap yang sebenarnya.1. Gordeng, yaitu gelagar yang sejajar dengan sumbu konstruksi kap yang mendukung bidang atap. 1. Separ atau sepur, yaitu balok yang dipasang terletak pada gordeng tegak lurus pada sumbu memanjang dari konstruksi atap.

Batang tarikPerencanaan batang tarik merupakan salah satu masalah teknik struktur yang paling sederhana dan bersifat langsung. Karena stabilitas bukan merupakan hal utama, perencanaan batang tarik pada hakekatnya menentukan luas penampang lintang batang yang cukup untuk menahan beban ( yang diberikan ) dengan faktor keamanan yang memadai terhadap keruntuhan.Prosedur perencanaan yang umum sebenarnya berdasarkan kekuatan batas ( ultimate ). Batang tarik tanpa lubang ( seperti yang disambung dengan las ) akan mencapai kekuatan batas bila serat penampang lintang batang meleleh, dengan kata lain distribusi tegangan tarik bersifat merata pada kekuatan batas. Kekuatan bisa dinyatakan sebagai Tu = FyAg Untuk batang tarik yang berlubang seperti akibat lubang paku keling atau baut, atau untuk batang berulir, luas penampang lintang yang diredusir ( yang disebut luas netto ) digunakan dalam perhitungan. Kekuatan batang tarik yang berlubang atau berulir bisa dituliskan sebagai Tu = FyAn

T = = FtAnDimana, Tu = Kekuatan batasFy = Tegangan lelehAg = Luas brutoAn = Luas nettoFS = Faktor keamananFt = Tegangan ijinHarga FS yang sesuai bisa ditentukan dengan teori, kemungkinan atau dari pengalaman sebelumnya. Yang terakhir telah biasa dipakai dalam perencanaan struktur baja diman FS dasar untuk ragam keruntuhan yang daktil ditetapkan sebesar 1.67 oleh spesifikasi AISC. Sehingga dari persamaan diatas didapat tegangan ijin Ft ialah Fy/1.67 atau 0.60 FyDalam perencanaan batang tarik yang harus diperhatikan adalah mengenai keruntuhan ( retak ) pada batang, karena apabila pada suatu batang terdapat lebih dari suatu lubang dan lubang lubang tersebut tidak terletak pada suatu garis satu garis yang tegak lurus arah pembebanan, aka banyaknya garis keruntuhan yang potensial akan lebih dari satu. Dimana garis keruntuhan yang menentukan adalah garis yang menghasilkan luas netto terkecil.

Ap p

A

TTgT

CB

Bps

Gambar 3. 1 Garis keruntuhan pada penampang netto

Batang tekanKalau sebuah batang dibebani pada tekanan maka akan menyebabkan sumbu batang dan garis tekan tidak pernah berimpitan sama sekali, dimana akan terdapat juga suatu momen lengkung. Setiap batang dapat ditunjukkan suatu beban kritis , dimana tidak mungkin terdapat kesetimbangan. Beban ini disebut dengan beban tekuk

k = Dimana, k = kekuatan tekuk Pk = beban tekuk F = luas penampangSemakin besar beban tekuk akan menyababkan garis tekan menyimpang dari sumbu batang dan penyimpangan ini akan bertambah sangat cepat, sehingga hal ini menyebabkan batang itu menekuk. kekuatan tekuk ternyata bergantung kepada panjangnya tekuk dari batang dan momen kelambaman minimal.

imin = Dimana, imin = jari jari kelambaman minimal Imin = momen kelambaman minimal

Dan kelangsingan dari batang tekuk

= Lk = panjang batang tekuk

Oleh karena tekanan dan sumbu batang pada sebuah batang tekan yang dilakukkan tidak akan berimpitan seluruhnya, maka sangat penting untuk mengambil kelangsingan tidak lebih dari = 250, sedangkan harga harga untuk > 200 masih dapat dipakai hanya untuk batang batang tekan dalam hubungan angin atau untuk batang batang dalam apa yang dinamakan hubungan tekuk, dimana hanya bekerja gaya-gaya, kalau konstruksi itu benar benar menekuk.Batang tekan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga terjamin stabilitasnya ( tidak ada bahaya tekuk).

Dimana, N = gaya tekan pada batang A = luas penampang batang

= tegangan dasar (tegangan ijin)

= factor tekuk yang tergantung dari kelangsingan () dan jenis bajanya.(harga terdapat pada table 2, 3, 4, dan 5 PPBBI 84 halaman 11).

GordingDalam merencanakan gording, biasanya berupa sik atau channel. Untuk gording berupa sin, digunakan rumus pendekatan untuk menentukan ukuran profil :0. Ukuran siku pada bidang tegak lurus atap L/450. Ukuran siku pada bidang /atap L/600. Momen maksimum pada gording = Dimana, W = beban total pada gording ( termasuk angin ) L = bentang gordingUntuk penempatan gording, as gording melalui titik pertemuan batang batang. Atau kadang-kadang, titik atas gording berada pada garis vertikal yang melalui titik pertemuan.Dalam perencanaan gording harus diperhatikan :0. Jarak gording yang dianjurkan.Pada tepi atas dan tepi bawah atap, jarak gording diambil setengah dari pada berikut :Tabel 3.1. Tipe dan jarak gording maksimumTipeJarak gording maksimum

SWG 22SWG 24SWG 26SWG 282,1 m1,8 m1,4 m1,0 m

1. Sudut kemiringan minimumTabel 3.2. Sudut kemiringan minimumLebar bentangan1 sisi atap10 m20 m30 m40 m

Sudut kemiringanminimum3457

Pada sumbu Y adalah sumbu lemah , sehingga akibat uraian gaya dalam arah sumbu Y, maka gording akan melendut besar. Untuk memperkecil lendutan arah Y, perlu dipasang trekstang baja penampang bulat ( berulir atau tidak ), yang menghubungkan gording satu dengan yang lain. Antara gording teratas yang berada pada satu sisi atap dengan gording teratas yang berada pada sisi lain atap, dihubungkan juga oleh trekstang.Biasanya jarak-jarak lubang pada gording ( untuk dilalui oleh trekstang ) diambil maksimum 7,5 cm.

SambunganDalam konstruksi rangka-batang, batang-batang tarik dan desak bertemu pada suatu titik yang dapat dihubungkan secara terpisah dengan alat-alat sambung pada plat buhul atau bila dipakai las, las memungkinkan menghubungkan batang-batang ini secara langsung tanpa pemakaian plat tambahan.Suatu sambungan dikatakan dibebani secara konsentris bila resultan gaya (aksial) melalui sentroid kelompok alat sambung atau susunan las.1. Sambungan baut dan paku kelingKarena tarikan awal yang ditimbulkan oleh paku keling dan baut hitam adalah tidak tentu dan mungkin sangat kecil, maka dianggap tidak ada tahanan geser pada bidang-bidang kontak, dan slip dapat terjadi pada beban-beban geser yang rendah. Ini membawa paku keling atau baut pada system dukung.Paku keling dan baut hitam cocok untuk sambungan sambungan tipe tarik untuk beban-beban statis dan tegangan untuk paku keling berdasarkan luas tampang kotor dengan diameter nominal, dan untuk baut berdasarkan luas yang ditentukan oleh diameter maksimum bagian berulir.Tegangan tegangan yang diizinkan dalam menghitung kekuatan baut, menurut PPBBI Pasal 8.2.1 adalah sebagai berikut :

Tegangan geser yang diizinkan : = 0,6 .

Tegangan tarik yang diizinkan : ta = 0,7 .Kombinasi tegangan geser dan tegangan tarik yang diizinkan :

= Tegangan tumpu yang diizinkan :

tu = 1,5 untuk s1 2a ...(1)

tu = 1,2 untuk1,5 d s1 2d.(2)Dimana :s1 = jarak dari sumbu baut yang paling luar ke tepi bagian yang disambung.d = diameter

s1 = tegangan dasar ( / 1,5 ), dimana persamaan (1) menggunakan tegangan dasar dari bahan baut, sedangkan persamaan (2) menggunakan tegangan dasar bahan yang disambung. Dan tegangan tegangan yang diizinkn dalam menghitung kekuatan paku keling, menurut PPBBI Pasal 8.3.1 adalah :

Tegangan geser yang diizinkan : = 0,8 .

Tegangan tarik yang diizinkan : ta = 0,8 .Kombinasi tegangan geser dan tegangan tarik yang diizinkan :

= Tegangan tumpu yang diizinkan :

tu = 2 untuk s1 2d ...(1)

tu = 1,2 untuk1,5 d s1 2d.(2)s1 =

d =

=jarak dari paku keling yang paling luar ke tepi bagian yang disambungdiameter

tegangan dasar ( / 1,5 ), dimana persamaan (1) menggunakan tegangan dasar dari bahan baut, sedangkan persamaan (2) menggunakan tegangan dasar bahan yang disambung.

1. Sambungan lasSambungan las terdiri dari lima jenis dasar las dengan pelbagai macam variasi dan kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah sambungan sebidang (butt), lewatan(lap), tegak(T), sudut, dan sisi.

2.3.2Perencanaan kubahTegangan tegangan yang timbul pada suatu kubah cangkang dianalisis dengan teori membran dari cangkang. Kubah diberi ciri oleh tiga parameter geometric yang dinyatakan dengan :R= jari jari kubah= sudut antara garis normal dan sumbu vertikal, dan= sudut horizontalGaya membrane pada setiap titik pada kubah meliputi gaya gaya meridional N dan gaya keliling N yang konstan untuk semua nilai , dengan sesuatu nilai tertentu. Komponen komponen gaya dapat dihitung dengan :N = g/R ( 1 + cos )N= Qr/2Dimana g adalah bobot mati cangkang perluas satuan permukaan dan q adalah beban terpasang per luas satuan pada denah.

N = g/R .cos -

N= Cangkang bulat didesain dengan suatu tinggi ( rise) sebesar seperdelapan diameter dasar yang sesuai dengan suatu nilai = 284. Karena cangkang ini dangkal, beban beban mati dan hidup dapat dianggap terbagi secara merata diatas bidang permukaan. Untuk nilai yang kurang dari 45, gaya keliling bersifat tekan sedangkan gaya meridional bersifat tekan untuk semua nilai .

qlNNqdPenampang

RkubahRdasar(Rd)

NDenahGambar 3.2 Gaya gaya Membran pada Cangkang Bulat

Kubah dangkal meneruskan desakan yang besar ke tumpuan dinding dan dengan demikian balok cincin diberikan pada dasar kubah.Tarikan melingkar pada balok cincin ditentukan dengan :N= ( W/2) cos Dimana W adalah beban total pada kubah yang dinyatakn sebagaiW= 2R2wd( 1 cos )Dan Wd= beban total ( B.M + B.H ) per luas satuan permukaan= sudut semi-sentralkalau,Pe =gaya prategang efektif yang diperlukan untuk melawan tarikan melingkar.= faktor kehilanganfct=tegangan tekan yang diperkenankan pada beton pada saat transferAc= luas beton pada balok cincinMaka,

Ac=

2.3.3Perencanaan balok Balok pada bagian atap menerima langsung beban beban dari pelat atap, berat balok sendiri dan meneruskannya ke kolom. Balok lantai selain memikul beban lantai dan berat sendiri balok, masih harus pula memikul beban yang disebabkan oleh tembok yang berada di atasnya, untuk selanjutnya diteruskan kebagian balok yang berada di bawahnya.Untuk perhitungan tebal pelindung / selimut beton menurut SK SNI 1991 pasal 3.16.7 untuk balok adalah 40 mm. Sedangkan untuk perencanaan lebar balok berdasarkan hubungannya dengan dmin yang ekonomis, yaitu hmin selimut beton. Dimana , h min = ( 1,5 s/d 2,0 )b. Untuk komponen struktur satu arah yang tidak menahan atau bersatu dengan suatu partisi atau konstruksi lain yang dapat rusak akibat lendutan yang besar, dapat memakai persyaratan dalam table 3.1. persyaratan ini merupakan batasan minimum dari dimensi komponen struktur, kecuali bila perhitungan lendutan menunjukan bahwa ketebalan ( tinggi ) yang lebih kecil dapat digunakan tanpa menimbulkan pengaruh yang merugikan. Dalam hal ini lendutan harus dihitung berdasarkan metode atau formula standar untuk lendutan elastis, dengan memperhitungkan pengaruh retak dan tulangan terhadap kekakuan komponen struktur.

Tabel 3.1. tebal minimum pratekan atau pelat satu arah bila lendutan tidak dihitungTebal minimum, h

Komponen strukturDua tumpuanSatu ujung menerus

Kedua ujung meneruskantilever

Komponen tidak mendukung atau menyatu denganpartisi atau konstruksi lain yang akan rusak karenaLendutan yang besar

Pelat solit satu arahL/20L/24L/28L/10

Balok atau pelat jalur satu arahL/16L/18.5L/21L/8

Sumber : SK SNI T-15-1991-03 tabel 3.2.5(a)

Nilai kelangsingan tersebut berlaku untuk beton normal dan tulangan dengan fy = 400 Mpa ( 4000 kg/cm2). Untuk fy yang lain dapat digunakan faktor pengali yang akan menghasilkan nilai apapun.

Analisa dan Desain BalokDiagram regangan dan blok tegangan akibat momen lentur suatu penampang balok T dan L dapat dilihat sebagai berikut :Dalam memikul beban, maka balok yang berbentuk huruf T dan L diatas terdapat dua kemungkinan sifatnya, yaitu :2. Bila sumbu netral lebih kecil atau sama dengan tebal slab t, balok dapat dianalisis sebagai balok biasa dengan lebar balok sama dengan lebar flens efektif be.2. Bila letak sumbu netral jauh dibadan balok, a t, analisis harus dilakukan dengan memperhatikan daerah tekan, bentuk penampang T.Untuk kasus (1) : a t dan c 1t

bwbeAss y ( d hf/2)CfCw (d a/2)Tegangan padaFlens Mn1Tegangan pada Flens Mn2c = 0.0030.85 fc0.85 fc

Gambar 3.3 Ukuran penampang, distribusi regangan dan gaya internal

Keseimbangan gaya internal, C = T0.85.fc.a.b = As.fy

Ea =

E .dBila = dan = Maka, momen nominal penampang :Mn = As.fy.(d a/2)Karena dalam kasus ini a t. penampang dianggap sebagai balok biasa ( berpenampang segiempat).

Mn ada= 0,85. fc. be.t.Setelah Mu dihitung dengan analisis struktur yang sesuai, kemudian tetapkan :

Mn perlu = Bila Mn ada Mn perlu , maka digunakan desain balok biasa.Koefisien perlawanan Rn, dimana :Rn = . fc . (1 0,59. )Untuk menjamin penampang yang perkuatan kurang ( underreinforced ), menetapkan batasan sebagai :maks = 0,75 b

dengan

b = 1 . . Bila b , penampang tersebut adalah perkuatan berlebihan ( overrinforced). Umumnya tidaklah ekonomis mendesain balok dengan penampang yang kecil, tetapi membutuhkan baja tulangan yang lebih banyak. Tetapi, rasio tulangan tadi tidak boleh lebih kecil dari :

min = Dengan fy dalam satuan Mpa.Batasan minimum ini berlaku untuk tulangan positif atau momen positif ( SNI 1991 Pasal 3.3.5 ), kecuali bila luas baja tulangan minimum yang dipasang lebih besar daripada satu pertiga luas yang dibutuhkan menurut anlisis.As = . Bw.dUntuk kasus (2) : a t dan c 1tBagian Flens Mn = Asf.fy.(d t/2)Dengan Asf adalah luas tulangan yang pada kondisi tegangan leleh fy akan mengimbangi gaya tekan pada bagian flens gantung yang bertegangan 0,85fc.Bagian WebLuas tulangan sisanya, As Asf, pada kondisi tegangan leleh fy akan diimbangi oleh bagian balok segiempat.Mn = Asf.fy.(d t) + (As Asf).fy.(d a/2)Harga momen ini harus dikalikan factor reduksi 0,8 untuk mendapatkan kekuatan lentur rencana atau momen ultimit. Untuk menjamin daktilitas yang baik, keruntuhan tarik lebih dikehendaki.Perencanaan Geser Kekuatan geser beton dengan atau tanpa tulangan adalah sama, yaitu merupakan nilai gaya geser yang menyebabkan keretakan miring. Dalam hal ini, tulangan geser dianggap hanya menahan kelebihan gaya geser dari yang dapat ditahan oleh beton tanpa tulangan.Langkah langkah perencanaan penampang terhadap gaya geser adalah :1. Hitung gaya gese terfaktor Vu pada penampang penampang kritis di sepanjang batang / elemen.1. Untuk suatu penampang kritis, hitung kekuatan geser beton Vc

Vc = bw.d.1. Hitung gaya geser nominal Vn = 1. Bila (Vn Vc) bw.d ,ukuran balok diperbesar

Bila (Vn Vc) bw.d ,tentukan jumlah tulangan geser untuk menahan kelebihan tegangan.Bila Vu Vc, gunakan tulangan geser minimum Vu = VnDimana, Vu = gaya geser terfaktor yang bekerja pada penampang yang ditinjau Vn = kuat geser nominal = Vc + Vs Vc = kekuatan geser nominal yang diberikan oleh beton Vs = kekuatan geser nominal yang diberikan oleh tulangan badanBila Vu Vc,hitung tulangan geser struktural dengan tulangan geser

Av = 5) Untuk kondisi tersebut diatas, berlaku ketentuan sebagai berikut :1. Jika Vu Vc, perlu tulangan badan/sengkang dengan gaya yang harus ditahan oleh sengkang sebesar :

Vs =

Untuk sengkang vertikal, Vs =

Av =

Untuk sengkang miring, Vs =

Av = Untuk tulangan miring, Vs = Av.fy.sin Khusus untuk tulangan miring, harga Vs harus lebih kecil dari :

bW.ddengan : s = jarak sengkang = sudut kemiringan sengkang

Nilai Vs dari kedua persamaan di atas, harus lebih kecil dari :

bW.d1. Jika Vu Vc, dan jika Vu Vc, secara teoritis tidak perlu tulangan badan, tetapi hanya disarankan sengkang minimum. 1. Jika Vu Vc, tidak memerlukan sengkang. Tulangan geser minimum :

Minimum Av = Berdasarkan SNI 1991 pasal 3.4.5 butir 4, jarak tulangan geser harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:1. Jarak tulangan geser yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur tidak boleh melebihi d atau 600 mmS maks = d atau S maks = 600 mm.1. Sengkang miring dan tulangan longitudinal yang dibengkokkan harus dipasang dengan jarak sedemikian rupa sehingga setiap garis miring 45, yang ditarik dari tengah tinggi komponen d ke tulangan longitudinal, harus memotong setidak-tidaknya satu tulangan geser.1. Bila Vs > , jarak sengkang dari ketentuan diatas harus dibuat dua kali lebih rapat.

2.3.4Perencanaan pelat lantaiMenurut SK SNI T-15-1991-03 hal. 18: tebal dari plat yang menghubungkan tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi:

h = tetapi tidak boleh kurang dari:

hmin = dan tidak perlu lebih dari:

hmaks = .Dalam segala hal, tebal minimum plat tidak boleh kurang dari harga berikut:Untuk m < 2,0 . 120 mmUntuk m 2,0 . 90 mmMenurut SK SNI 1991 mengizinkan pengikutan pada setiap sisi dari badan balok untuk bekerja sebagai bagian dari balok. Lebar bagian slab yang dianggap bekerjasama dengan balok membentuk penampang balok berflens, harus memenuhi persyaratan berikut ( SNI Pasal 3.1.10 ) :Balok TLebar balok efektif be 16t + bW be Ln + bW be L Balok LLebar efektif be 16t + bW be 0.5.Ln + bW be 1/12 L + bW Untuk balok tunggal yang flensnya diperlukan hanya untuk menambah daerah tekan, tebal flens ini tidak boleh kurang dari kali lebar badan balok , dan lebar efektif flens tidak lebih dari 4 kali lebar badan balok.T 0.5.bw dan be 4.bw

Momen inersia dari penampang balok dengan flens terhadap sumbu pusat adalah: Ib = Dimana : K = suatu ketetapan tanpa dimensi sebagai fungsi dari

dan

= dimana, h = tinggi total balok t = tebal total pelat be = lebar efektif flensbw = lebar badan balok

Momen inersia tiap panel / pelat adalah Is = Rasio kekakuan lentur balok ( Ecb . Ib ) terhadap kekakuan lentur portal ( Ecs . Is ) dengan lebar yang dibatasi dalam arah lateral oleh sumbu-sumbu dari panel yang berbatasan ( bila ada ) pada tiap sisi balok, yaitu:

= ; Ecb = modulus elastisitas balok beton Ecs = modulus elastisitas pelat beton dianggap Ecb = Ecs.Dan nilai rata-rata dari untuk semua balok dari suatu panel :

m =

perbandingan dari bentang panjang dan bentang pendek = dimana, LL = panjang bersih bentang terpanjang dari panel

Ls = panjang bersih bentang terpendek dari panel

Tebal pelat direncanakan, kemudian dikontrol dimana:hmin h hmaksUntuk memungkinkan penentuan nilai momen-momen dari masing-masing arah pelat diberikan table koefisien momen lentur. Setiap panel pelat dianalisis tersendiri berdasarkan kondisi tumpuan bagian tepinya. Tepi-tepi ini dapat dianggap terletak bebas, terjepit penuh, atau terjepit elastis. Jepitan penuh terjadi bila penampang pelat diatas tumpuan tersebut tidak dapat berputar sudut akibat pembebanan pada pelat. Hal ini terjadi, misalnya apabila bagian tepi pelat menjadi satu kesatuan monolit dengan balok pemikul yang relatif sangat kaku, atau apabila penampang pelat dii atas tumpuan itu merupakan bidang simetri terhadap pembebanan dan terhadap dimensi pelat. Jepitan elastis terjadi bila bagian pelat tersebut menjadi satu kesatuan monolit dengan balok yang relatif tidak terlalu kaku dan sesuai dengan kekakuannya memungkinkan pelat tersebut untuk berputar sudut pada tumpuannya. Sedangkan, tepi tepi pelat yang menumpu atau tertanam di dalam tembok bata, harus dianggap sebagai tepi yang terletak yang bebas.Untuk analisis momen pelat digunakan metode Tabel Marcus.

2.3.5Perencanaan kolomSebagai bagian dari suatu kerangka bangunan, kolom menempati posisi penting di dalam sistem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas total keseluruhan struktur bangunan. SK SNI T15-1991-03 memberikan defenisi, kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Untuk menaksir perencanaan kolom, ditinjau kolom yang dianggap memikul kolom beban gravitasi terbesar. Beban yang dipikul menurut PPIUG 1983 hal 11,12,dan 17 adakah sebagai berikut :Berat beban hidup untuk gedung pertemuan..250Kg/m2

Berat volume beton bertulang2400Kg/m2

Berat plafond + ducting..11Kg/m2

Berat penutup lantai ( finishing lantai ) 24Kg/m2

Berat dinding pasangan batu merah( bata )..250Kg/m2

Kontrol pembebanan :Menurut SNI 1991 Pasal 3.2.2.1, kuat perlu untuk menahan beban mati DL dan beban hidup LL paling tidak harus sama dengan :U = 1,2 DL + 1,6 LLMenurut SNI 1991 Pasal 3.3.3.5.1, kuat tekan rancang komponen struktur tidak boleh lebih dari :Pnmaks = 0,85 ((0.85fc(Ag Ast)) + fy.Ast)Dimana, = factor reduksi = 0,65 .SNI 1991 hal. 15

f,c= kuat tekan beton yang diisyaratkan

fy= tegangan leleh yang diisyaratkan

Ag= luas penampang bruto

Ast= luas tulangan = t.Ag

t= rasio tulangan untuk luas total tulangan, Ast/(bh) = 0.02

Syarat :U Pnmaks Dalam analisis, kolom ujung atas ( kepala ) dan kolom ujung bawah ditahan terhadap goyangan atau biasa disebut braced frame. Bila dalam suatu bangunan selain portal terdapat dinding dinding atau struktur inti terhadap gerak transverse relatif tinggi dibanding dengan portal, maka struktur demikian dikatakan struktur dengan pengaku ( braced frame ).

Beban kritis atau beban tekukBeban kritis atau beban tekuk pada sebuah kolom adalah :

Pc = Dengan,Pc=Beban tekuk

EI=Kekakuan kolom

l c=Panjang tekuk = k.lu

lu=Panjang kolom yang tidak ditopang, dimana harus ditetapkan sebagai panjang antara muka lantai /balok dengan bagian bawah dan kolom bagian atas atau muka lantai / balok bagian dan kolom bagian bawah.

k=Suatu factor dimana untuk struktur kolom dengan pengaku 1, bergantung pada tingkat jepitan kolom pada sambungan balok.Nilai k = 1 harus ditetapkan, bila melalui suatu perhitungan tidak menghasilkan nilai yang lain. Pada grafik alignment ( diagram nomogram) dimana factor k merupakan fungsi dari .

=Kekakuan relatif =

Untuk struktur pengaku, pebandingan kekakuan balok terhadap kolom lebih dipentingkan daripada keseluruhan kekakuann yang sebenarnya. Dengan demikian, untuk struktur dengan pengaku dianggap sebagai berikut :Untuk kolom

Eik = Dengan ,Ec= modulus elastisitas beton,menurut SNI Pasal 3.1.5.1

= 4700 Mpa

Ig= momen inersia penampang beton utuh dan diandaikan tak bertulang, untuk kolom berpenampang persegi

=

d= Adalah faktor yang menunjukkan hubungan antara beban mati ( sendiri ) dan beban keseluruhan

Beban mati selalu ada dan permanen. Beban permanen menimbulkan gejala rangkak yang akan mengakibatkan kekakuan EI menurun. Kolom yang umumnya dibebani beban mati relatif besar mempunyai EI relatif kecil, dibanding dengan kolom yang terutama diberi beban hidup.

Bila d semakin meningkat, maka EI akan menurun. Dalam bentuk rumus,

d =

Untuk balok bertulangan ( tarik lentur ) tunggal bentuk pendekatan yang aman adalah EI = Memperkenankan pengabaian hitungan kelangsingan, bila persyaratan dibawah ini memadai, yaitu

34 12.Dengan, r = Radius girasi dalam arah lentur dan boleh dianggap sebesar r = 0,3h ( penampang persegi )

Pada sumbu vertikal dinyatakan nilai . Nilai ini adalah suatu besaran yang tidak berdimensi, dan ditentukan baik oleh faktor beban aksial maupun mutu beton serta ukuran penampang.

Pada sumbu horizontal dinyatakan nilai . , inipun merupakan suatu besaran yang tidak berdimensi. Dalam et, telah diperhitungkan eksentrisitas e = Bila dari suatu perhitungan ditunjukkan bahwa pada kedua ujung kolom tidak terdapat momen, atau eksentrisitas yang didapat kurang dari (15 0.03h)mm, maka untuk M2 harus didasarkan pada suatu eksentrisitas minimum sebesar(15 0.03h).Besaran pada kedua sumbu dapat dihitung dan ditentukan, kemudian suatu nilai r dapat dibaca. Penulangan yang diperlukan adalah .r, dengan bergantung pada mutu beton sesuai yang ditunjukkan pada grafik dalam. Untuk kolom yang diperkenankan menganggap faktor reduksi kekuatan = 0,65 untuk harga Pu 0.10.Agr.fc, sedangkan untuk harga Pu = 0 nilai ditingkatkan secara linear menjadi = 0,80.

6.Perencanaan portalDi dalam perencanaan konstruksi, Analisa momen lentur portal akibat beban beban vertikal dapat dilakukan dengan metode analisa gempa respon spektrum yang sepenuhnya dianalisis oleh program SAP2000 dengan hanya menginput grafik percepatan terhadap waktu pada pembagian wilayah/zone gempa di Indonesia.

7. Perencanaan tangga Direncanakan sebagai konstruksi tangga melayang ( free standing stairs). Anggapan anggapan yang digunakan yaitu tumpuan bawah dari pelat tangga dianggap terjepit dan tumpuan bagian atas adalah sendi. Pelat tangga pada bagian atas menumpu pada balok bordes membagi beda elevasi lantai atas 2 bagian yang sama. Didalam bordes dianggap ada balok yang berfungsi menahan momen puntir yang terjadi.

2.4 Analisa dan Perencanaan Substruktura. Pemilihan jenis pondasiDalam merencanakan suatu bangunan, gedung, jembatan, jalan raya dan pelabuhan serta bangunan sipil lainnya, diinginkan suatu bangunan yang ekonomis yaitu, : bangunan-bangunan dengan biaya yang minimum tetapi cukup kuat dan tahan lama sesuai dengan fungsi bangunan itu sendiri. Untuk memenuhi keadaan diatas perlu adanya pengetahuan tentang ilmu keteknikan, hampir disetiap bangunan bangunan sipil terdiri atas 2 bagian utama, yaitu : Superstruktur meliputi, bangunan sebelah atas dari muka tanah. Substruktur meliputi, bangunan yang terletak dibawah muka tanah yang menunjang berdirinya bangunan atas, yang selanjutnya akan diuraikan pada pembahasan tentang pondasi.Dalam memilih pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan dilapangan memungkinkan diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya. Bila keadaan tersebut turut dipertimbangkan, maka dalam menentukan jenis pondasi yang akan digunakan perlu diperhatikan batasan batasan sebagai berikut : Keadaan tanah dasar pondasi Batasan batasan akibat dari beban bangunan atas Batasan batasan dengan keadaan sekitarnya Waktu dan biaya pekerjaan Keadaan tanah dasar pondasiKeadaan tanah dasar pondasi merupakan factor utama yang harus diperhatikann dalam menentukan jenis pondasi yang akan digunakan. Misalnya, jika tanah harus berada dekat permukaan tanah dan mampu memikul beban beban yang terjadi maka pondasi dapat langsung dibangun di atas tanah tersebut. Tetapi apabila kondisi tanah yang tidak memungkinkan untuk menahan gaya gaya yang terjadi akibat beban, misalnya ; terjadi penurunan yang besar maka diperlukan suatu konstruksi seperti tiang pancang atau kaison untuk meneruskan gaya tersebut ke lapisan tanah yang lebih dalam dan mampu memikul gaya gaya yang terjadi sepenuhnya. Batasan batasan akibat dari beban bangunan atas, yaitu :1. Kondisi beban, mis : besar penyebaran dam arahnya1. Sifat dinamis bangunan atas, mis : kekakuannya1. Fungsi dari bangunan tersebut, mis : bangunan yang direncanakan tidak memperbolehkan terjadinya penurunan, maka seringkali biya pembuatan pondasinya menjadi amat tinggi, tergantung pada jenis pondasi yang digunakan Batasan batasan dengan keadaan sekitarnyaPada situasi dimana kondisi lingkungan tidak memungkinkan pelaksanaan salah satu jenis pondasi. Khususnya bila pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan di dalam kota dapat mengganggu ketertiban umum. Waktu dan biaya pekerjaan Pembatasan waktu yang diberikan dalm mengerjakan suatu bangunan dituangkan dalam time schedule. Oleh sebab itu, jenis pondasi yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan waktu yang ditentukan. Demikan pula dengan biaya pekerjaan. Berdasarkan batasan batasan diatas dan kedalaman tanah dasar maka pondasi dapat dibedakan atas dua jenis :a. Pondasi dangkal, digunakan apabila keadaaan tanah dasarnya dapat menahan beban-beban yang terjadi pada bangunan atas dan letaknya tidak dalamD B , D 5Bb. Pondasi dalam, digunakan apabila keadaaan tanah dasar didekat permukaan tidak memenuhi persyaratan dan tanah dasar dengan kualitas yang baik terletak jauh dari permukaan tanahPenggunaan pondasi dalam dilaksanakan, walaupun keadaan tanah dasar didekat permukaan tanah cukup memenuhi , tetapi ditinjau dari segi fungsi bangunan tersebut untuk melayani masyarakat umum, misalnya : rumah sakit, perpustakaan ,dll.D 4 s/d 5b

b.Penyelidikan tanahPenyelidikan kondisi bawah tanah di tempat merupakan pra syarat bagi perencanaan elemen bangunan bawah ( substructure). Selain itu, informasi yang memadai diperlukan untuk pengkajian kemungkinan ( feasibility) dan ekonomi dari proyek yang di usulkan.Elemen elemen penyelidikan lapangan sangat bergantung pada jenis proyek tetapi umumnya harus memberikan :1. Informasi untuk menentukan jenis pondasi yang diperlukan ( dangkal atau dalam )1. Informasi yang memungkinkan konbsultan geoteknik membuat rekomendasi mengenai kapasitas beban yang diijinkan pada elemen pondasi atau tanah ( atau tanah ).1. Data / pengujian laboratorium yang memadai untuk menaksir penurunan ( settlement )1. Letak muka air tanah ( atau penentuan apakah muka air tanah berada dalam daerah konstruksi )1. Informasi untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah penggalian ( papan turap dan pengeluaran air )1. Identifikasi masalah yang potensial ( penurunan , retak-retak, dan lain sebagainya)1. Identifikasi masalah lingkungan dan pemecahannya.Agar bangunan dapat berdiri dengan stabil dan tidak timbul penurunan (settlement) yang terlalu besar, maka pondasi bangunan harus mencapai lapisan tanah yang cukup padat, untuk mengetahui letak/kedalaman lapisan tanah padat dan kapasitas daya dukung tanah ( bearing capacity) yang di izinkan, maka perlu dilakukan penyelidikn tanah yang mencakup penyelidikan dilapangan (lokasi rencana bangunan) dan penelitian di laboratorium.Penyelidiakn lapangan yang paling umum dilaksanakan adalah :1. Pemboran ( Driling ) 1. Pengambilan Contoh Bahan Tanah ( Soil Sampling )1. Pengujian Penetrasi ( Penetration Test )

1). Pemboran ( Drilling )Pemboran merupakan bagian yang penting dari penyelidikan tanah, dari pemboran dapat diketahui lapisan lapisan tanah dibawah lokasi rencana bangunan, dan dari lubang bor ( boreholes ) dapat diperoleh contoh contoh tanah yang diperlukan untuk penyelidikan tanah selanjutnya di Laboratorium Mekanika Tanah.2). Pengambilan Contoh Bahan Tanahpengambilan contoh bahan dilaksanakan untuk mendapatkan contoh tanah tidak terusik ( undisturbed soil sample ) dan contoh tanah terusik ( disturbed soil sample )1. Contoh tanah tidak terusikContoh tanah tidak terusik adalah contoh tanah yang masih menunjukkan sifat asli ( alamiah dari tanah di tempat asalnya), jadi belum mngalami perubahan struktur, kepadatan/ikatan antar butir tanah, kadar air atau susunan kimianya.Contoh tanah tidak terusik dari tanah kohesif sangat berguna untuk penelitian kekuatan ( kuat geser dan kohesi ), kompresibilitas dan permeabilitas, tiga sifat teknik yang penting untuk perencanaan pondasi.1. Contoh tanah terusikContoh tanah terusik adalah contoh tanah yang diambil tanpa usaha mempertahankan sifat sifat asli tanah, dan biasa hanya digunakan untuk penelitian / analisa distribusi ukuran butiran, batas Atterberg ( batas cair dan index plastisitas), klasifiakasi tanah dan pengujian tanah di laboratorium.

1. Pengujian penetrasiPengujian penetrasi yang dilaksanakan dapat dibagi menjadi pengujian Penetrasi Statis dan Pengujian Penetrasi Dinamis.2. Pengujian Penetrasi StatisPengujian penetrasi statis yang umum dilaksanakan di Indonesia dengan menggunakan alat sondir ( Dutch Static Penetrometer ), cara kerjanya ialah ujung alat sondir yang berupa konus ditekan masuk kedalam tanah, gaya yang digunakan untuk menekan konus sondir ke bawah diukur dengan suatu alat pengukur tekanan ( manometer gauge ) yang menunjukkan nilai tahanan konus dalam kg/cm2, nilai tahanan konus sondir yang terbaca pada lapisan tanah yang dijumpai.2. Pengujian Penetrasi DinamisPengujian penetrasi dinamis banyak dikerjakan di Amerika Serikat dan terkenal dengan sebutan SPT (Standar Penetration Test), prinsip cara kerjanya ialah tabung silinder contoh standar ( standard split spoon sampler ) dipukul masuk kedalam tanah dengan menggunakan alat penumbuk seberat 140 pound ( 63,5 kg ) yang dijatuhkan dari ketinggian 30 inch ( 76 cm ), dan dihitung banyak pukulan yang diperlukan untuk menumbuk masuk tabung silinder sedalam 1 foot ( 30,5 cm ) yang ditentukan sebagai nilai N dengan satuan pukulan /kaki ( blows per foot )

Faktor utama dalam perencanaan pondasiAda 2 (dua) hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan pondasi : Daya dukung tanah dibawah pondasiDaya dukung tanah adalah tegangan maksimum yang dapat dipikul oleh tanah tanah tersebut tanpa terjadinya kelongsoran. Bila beban diatas pondasi ditambah sedikit demi sedikit maka pondasi akan turun, yang akhirnya terjadi kelongsoran. Besarnya beban ini disebut beban longsor dan tegangan yang terjadi akibat beban longsor disebut beban longsor dan tegangan yang terjadi akibat beban longsor disebut daya dukung keseimbangan dari tanah ( ultimate bearing capacity) dan keadaan tanah pada saat air berada pada kondisi plastis. Daya dukung tanah yang diizinkan :

Daya dukung tanah keseimbangan dapat ditentukan dengan beberapa metode. Salah satu diantaranya dikembangkan oleh Karl Terzaghi dengan anggapan bahwa : dasar pondasi kasartidak ada gerakan mendatar ( kekuatan geser tanah yang terletak diatas dasar pondasi tidak diperhitungkan), tanah merupakan bagian dari pondasi. Penurunan pondasiDalam hal ini penurunan pondasi sudah tidak diperhitungkan karena tanah sudah mengalami pemadatan akibat bangunan sebelumnya

2.4.1 Pengertian pondasi telapakPondasi telapak yang memiliki beban sebuah kolom tunggal dinamakan pondasi telapak sebar, karena fungsinya adalah untuk menyebarkan beban kolom secara lateral kepada tanah, supaya intensitas tegangan di turunkan ke suatu nilai yang dapat dipikul oleh tanah dengan aman.Pondasi telapak umumnya dibangun diatas tanah pendukung pondasi dengan membuat suatu tumpuan yang bentuk dan ukurannya (dimensinya) sesuai dengan beban bangunan dan daya dukung tanah pondasi itu. Pondasi itu bersatu dengan bagian utama bangunan sehingga merupakan suatu kesatuan konstruksi yang monolit.Pondasi telapak direncanakan untuk menahan beban mati penuh yang dihantarkan oleh kolom. Kontribusi beban hidup dapat merupakan baik jumlah penuh untuk bertingkat satu atau bertingkat dua maupun sebuah nilai terduksi, seperti yang diperbolehkan oleh peraturan bangunan setempat untuk konstruksi bertingkat banyak.Mekanisme pendukung pondasi langsung, berdasarkan pada prinsip bahwa beban vertikal dan momen yang bekerja pada pondasi, sebagian besar ditahan oleh daya dukung ( bearing capacity) tanah pondasi pada dasar pondasi, dan beban mendatar sebagian besar oleh hambatan geser ( sliding resistance ) dari dasar pondasi. Jika pondasi ini tertanam dalam, geseran atau tekanan tanah di muka pondasi juga ikut menahan beban, tetapi bila pondsi ini tertanam dangkal, gaya penahan ini umumnya kecil dan tanah di muka pondasi kadang kadang akan mengalami pengikisan dan pengaruh cuaca, sehingga dalam perencanaan, gaya penahan ini diabaikan.

2.4.2 Dasar pertimbangan pemilihan pondasiBasarnya hambatan konus pada kedalaman tanah tertentu, daya dukung tanah dapat diperoleh dan jenis pondasi yang digunakan dapat di tentukan.Berdasarkan analisa penyelidikan tanah dan beban beban yang terjadi pada bangunan, maka pondasi yang digunakan adalah pondasi telapak.

2.4.3 Dasar dasar perencanaan pondasi telapakPondasi telapak harus direncanakan sedemikian rupa sehingga keadaan keadaan berikut ini dapat dipenuhi.1. Struktur secara keseluruhan adalah stabil dalam arah vertikal, arah mendatar dan terhadap guling.1. Pergeseran bangunan,( besarnya penurunan, sudut kemiringan dan pergeseran mendatar ), harus lebih kecil dari nilai yang diizinkan bagi bangunan atas. Pada pondasi telapak biasa, pergeseran ini tidak dihitung.1. Bagian bagian pondasi harus memiliki harus memiliki kekuatan yang diperlukan.

PembebananBeban yang terjadi pada bangunan atas, yang dilimpahkan pada pondasi meliputi : 0. Beban matiSemua beban yang berasal dari berat bangunan dan/atau unsur bangunan, termasuk segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengan konstruksi.0. Beban hidupSemua beban yang tidak tetap yang akan membebani bangunan dan/atau unsur bangunan tidak termasuk beban angin, beban gempa dan pengaruh pengaruh khusus, mis : akibat selisih suhu, penurunan pondasi dll. Semua beban pada bangunan dan atau unsur bangunan yang disebabkan oleh pengaruh gempa.Pondasi telapak harus direncanakan sedemikian rupa sehingga keadaan-keadaan berikut ini dapat dipenuhi.1. Kekuatan tanah dan tegangan tanah dibawah pondasi1. Kekuatan geser1. Penulangan lentur yang disediakan1. Pnjangkaran kedalam pondasi, atau pemindahan beban dari kolom ke pondasi1. Penjaluran tulangan

4. Kekuatan dan Tegangan TanahKarakteristik tanah untuk setiap daerah sangat bervariasi, tergantung pada jenis geologi, proses sedimentasi, pola transportasi, dan sebagainya. Sifat sifat fisik dan juga tingkah laku tanah terhadap pembebanan tidak dapat diketahui dengan pasti dan memerlukan pemeriksaan atau tes yang teliti. Melalui studi mekanika tanah, daya dukung ultimit dari lapisan tanah dapat ditentukan. Selanjutnya, kapasitas daya dukung izin yang dipakai untuk desain diperoleh dengan cara membagi nilai daya dukung ultimit itu dengan angka keamanan tertentu.Dalam perencanaan, biasanya tegangan tanah diasumsikan terdistribusi merata untuk pembebanan sentris dan terdistribusi trapesium atau segitiga untuk pembebanan eksentris. Untuk perhitungan momen pada pondasi setempat, asumsi tegangan merata semacam ini biasanya akan aman. Tegangan izin tanah qa umunya dihitung berdasarkan beban kerja, sementara perencanaan pondasi berdasarkan kekuatn ultimit.Untuk pendugaan daya dukung tanah pada pondasi telapak dapat digunakan formulasi Meyerhoff berikut ini.

B1.20 meter

B 1.20 meterDimana : qa = Daya dukung ijin ( kg/cm2 )

N= Nilai SPT, nilai pendekatan Qc = Hambatan konis alat sondir ( kg/cm2 ) B = Lebar rencana pondasi telapak ( m ) 4. Kekuatan geserPada pelat dan pondasi telapak, kuat geser terhadap beban terpusat, ditentukan oleh kondisi aksi balok dan aksi dua arah. Untuk aksi balok, tarik diagonal harus diperiksa dengan menggunakan tegangan izin slab satu arah, yaitu

Vc = Dimana, fc = kuat tekan betonbw = lebat balok d = tinggi efektif balokKondisi ini biasanya menentukan untuk pondasi telapak yang panjang dan sempit.

4. Penulangan lenturDesain penulangan yang layak akan selalu menghasilkan kekuatan penampang dengan perkuatan-kurang (underreinforced), dengan jenis keruntuhan tarik. Titik kritis untuk momen terletak pada masing masing muka kolom, dan memerlukan tulangan bawah dua arah. Perhitungan momen dapat dilakukan dengan mudah, dengan meninjau jenis distribusi tegangan tanahnya. Banyaknya tulangan pada masing-masing arah harus mampu menahan momen pada arah itu, dan dapat dimengerti bahwa tulangan dalam arahy misalnya dapat berguna pula untuk mencegah perubahan tulangan dalam arahx dan sebaliknya.Pada pondasi bujur sangkar, karena besarnya momrn pada kedua arah x dan y adalah sama, tinggi efektif yang lebih kecil sebaiknya digunakan untuk perhitungan. Pada pondasi bujur sangkar, pemakaian tulangan yang sama pada kedua arah dapat berguna untuk mencegah kesalahan penempatan di lapangan.Untuk pondasi segiempat dua arah, sebagian tulangan total yang diberikan harus tersebar merata dalam suatu lebar jalur ( sumbunya berimpit dengan sumbu kolom atau pedestal ) yang sama dengan panjang ari sisi pendek pondasi telapak. Sisa tulangan yang dibutuhkan dalam arah pendek harus disebarkan merata diluar lebar jalur tersebut.

Banyaknya tulangan minimum diatur menurut 1,4/fy atau alternatifnya luas tulangan As paling sedikit harus lebih besar 4/3 dari yang diperlukan menurut analisis.

4. Pemindahan gaya-gaya pada dasar kolomPemindahan gaya dan momen dari kolom ke pondasi telapak diusahakan melalui beton, dan mungkin dengan tulangan, atau melalui pasak, ataupun alat sambung mekanis. Teganagn yang terjadi pada beton, yaitu pada bidang kontak antara kolom ( elemen struktural yang ditumpu ) dan pondasi tidak boleh melampaui kekuatan dukung rencana beton 0,85 fc A1( lihat Pasal 3.3.15 SNI T15-1991-03).

Kekuatan dukung rencana beton ini boleh ditingkatkan dengan factor bila permukaan pendukung lebih lebar dari permukaan beban pada semuanya sisinya, tetapi nilai faktortidak boleh lebih dari 2.A1 adalah luas daerah yang dibebani. A2 adalah luas maksimum dari sebagian permukaan pendukung yang secara geometris serupa dan konsentris dengan daerah yang dibebani.Pn = 0,85.fc.A1

Pn = 0,85.fc.A1Tulangan pasak/dowel, ataupun alat sambung mekanis antara elemen struktur yang ditumpu dan yang mendukung harus cukup untuk memindahkan :1. Semua gaya tekan yang melampaui kekuiatan dukung beton dari kedua elemen tersebut1. Semua gaya tarik pada bidang kontak

1. Penjaluran tulanganDalam SNI T-15-1991-03 Pasal 3.5.3, panjang penjaluran dasar ldb harus diambil sebesar :

ldb = ( 0,25.fy.db ) / fcdengan, ldb = panjang penjaluran dasardb = diameter tulanganAb = luas penampang satu tulanganFy = kuat leleh bajaFc = kuat tekan betonPada pondasi kolom tunggal, panjang penjaluran adalah dari muka kolom ke tepi pondasi di kurangi tebal beton.

BAB III

METODE PELAKSANAAN FISIK

3.1 U M U M

Kontaktor harus mempersiapkan semua bahan-bahan untuk beton dan harus mencetak, mencampur, mengecor, memperbaiki, menyelesaikan dan melaksanakan semua pekerjaan insidentil lainnya pada semua konstruksi beton.

Semua bahan dan konstruksi, kecuali ditentukan lain, harus sesuai dengan reviasi terakhir dari standar berikut :

Peraturan bangunan Nasional dan pelengkap. Undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah dibidang perumahan. Peraturan umum untuk bahan bangunan. NI 3. Peraturan beton bertulang Indonesia, PBI, 1971 NI 2.

Bilamana peraturan-peraturan tersebut diatas bukan merupakan syarat-syarat yang dapat dipergunakan, maka pelaksanaan konstruksi berdasarkan 1973 Edition of the Uniform Building Code yang diterbitkan oleh Konferensi Pejabat-Pejabat Bangunan Internasional.

Sebelum memulai pelaksanaan pembetonan yang sebenarnya maka kontraktor harus menyusun suatu program pembetonan yang terinci dengan maksud untuk merencanakan pengecoran yang efektif.setiap minggu Kontraktor harus membuat salinan atas catatan mengenai jumlah dan jenis kelas beton yang dicor, untuk diserahkan kepada direksi. Catatan-catatan ini harus dilampiri dengan sebuah gambar yang menunjukkan kemajuan mingguan.

3.2 BAHAN-BAHAN

a. Semen.

Semua semen yang dipergunakan untuk pekerjaan pembetonan harus dengan standar semen Portland kelas I-Z 475 (PBI, 1971-NI-2). Semua pekerjaan tersebut hendaknya hanya menggunakan satu jenis semen. Semen tersebut harus dilindungi terhadap kelembaban sampai pada saat dipergunakan. Dan semen yang telah menggumpal tidak boleh dipergunakan lagi. Zak semen harus disimpan sedemikian rupa atas persetujuan Direksi sehingga memudahkan untuk pemeriksaan dan pengambilan contoh.

b. Agregat (kerikil dan Pasir)

Agregat harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan serta dapat mempengaruhi kekuatan beton. Agregat harus sesuai persyaratan bab 3, PBI 1971-NI-2, kecuali ukuran agregat kasar maksimum ditentukan dalam sub-sub 5.6. agregat harus diperoleh dari sumber bahan yang diijinkan Direksi.

c. A i r

Air harus bersih dan bebas dari bahan organic, alkali, garam-garaman dan kotoran lain yang tidak diperkenankan.

d. Air Entraining Agent

Suatu Air Entraining Agent harus dipergunakan untuk memberikan suatu kadar udara total 3 sampai 5 %. Pemilik berhak, setiap saat, untuk mengambil contoh dan menguji the Air Entraining Agent yang telah disebutkan diatas tidak boleh digunakan tampa ada ijin dari Direksi. The Air Entraining Agent harus ditambahkan pada jumah posisi air campuran. Larutan tersebut harus dikumpulkan dengan suatu alat pengumpul mekanik yang mampu mengukur secara akurat.

e. Bahan tambahan.

Berdasrkan pendapat kontraktor, atau permintaan Direksi, pemberian bahan tambahan boleh ditambahkan pada beton untuk memperbaiki campuran. Pengaruh pengurangan air dan menambah kualitas beton, tetapi setiap penambahan bahan tambah atas biaya kontraktor. Bahan tersebut harus menggunakan jenis hydroxylated carboxyclic acid atau jenis ligning sulfonate, tetapi tidak mengandung calcium chloride. Kwalitas semen yang dipergunakan harus sesuai dengan campuran yang diprgunakan bahan tambahan atau tidak dan harus instruksi pabrik. Penggunaan campuran tambahan harus dihindari bilamana memungkinkan.

f. Calcium chloride.

Penggunaan calcium clorida dalam beton tidak diperbolehkan.

g. Baja Tulangan.

Baja tulangan harus polos atau digunakan baja tulangan jenis lainnya dengan suatu ketentuan minimum sekurang-kurangnya 2200 kg/cm2 dan harus sesuai dengan persyaratan PBI 1971 NI 2.

3.3 PERBANDINGAN CAMPURAN

a. U m u m

Beton harus merupakan campuran dari semen, bahan tambahan, aggregate dan air. Beton ini harus memiliki kualitas yang ditentukan. Perbandingan yang tepat dalam memnggunakan bahan-bahan ini dalam setiap bagian pekerjaan yang berbeda harus ditentukan oleh kontraktor dengan mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi. Pada dasarnya campuran tersebut harus direncanakan untuk mendapatkan suatu mutu beton yang dikehendaki sehingga diperoleh kepadatan yang maksimum dan permukaan yang rata. Rencana campuran beton dengan menggunakan lebih dari 40 % pasir dari berat total campuran agregat kasar dan halus tidak diperbolehkan. Perbandingan tersebut harus dirubah tanpa atau dengan petunjuk Direksi.

b. Faktor air semen dan kekutan tekan.

Kekuatan tekan minimum dan faktor air semen untuk beton tidak boleh kurang dari yang ditentukan didalam syarat-syarat berikut ini. Direksi dapat memerintahkan untuk menambah kadar semen untuk setiap kelas beton agar diperoleh kualitas yang lebih baik dari yang ditentukan, bila direksi menganggap bahwa dengan penambahan tersebut dapat menambah kekuatan yang deperlukan. Kuantitas semen yang ditambahkan tersebut. Jika diperintahakan, harus diberikan kontraktor tampa adanya pembeyaran tambahan dari pemilik. Ratio kadar air semen maksimum adalah 55 liter air per 100 kg semen.

3.4. KONSISTENSI

Banyaknya air yang dipergunakan untuk mencampur suatu campuran beton harus dalam jumlah yang cukup dengan suatu priode campuran yang normal, untuk menghasilkan suatu mutu beton yang menurut penilaian Direksi dapat dikerjakan tampa adanya pemisahan agregat dan dapat dipadatkan dengan metode getaran untuk mendapatkan kepadatan, kekedapan dan kerataan permukaan yang diinginkan. Kuantitas air harus dirubah seperlunya, dengan vibrasi secara alamiah atau mengurangi kadar kelembaban dari agregat untuk menjaga hasil campuran yang merata dari suatu konsistensi yang diinginkan. Kosistensi beton dalam pengecoran berturut-turut harus ditentukan dengan Pengujian slump dari campuran beton (PBI 1971 NI-2). Untuk berbagai macam campuran beton, slump akan ditentukan oleh Direksi atau menurut table berikut:

3.5 RENCANA CAMPURAN

Kontraktor harus menyerahkan contoh agregat halus dan kasar serta semen kelaboratorium yang disetujui olek Direksi, yang akan dipergunakan dalam pekerjaan. Dari hasil analisa dan pengujian yang telah dilakukan oleh laboratorium, maka kontraktor harus membuat rencana campuran beton untuk mendapatkan suatu persyaratan kekuatan beton dan slump yang ditentukan. Kontrator harus menyiapka 6 silinder uji dari setiap rencana campuran dari contoh-contoh yang telah diperoleh, dan 3 silinder uji untuk beton yang berumur 7 heri dan 3 silinder uji lainnya untuk campuran beton yang berumur 28 hari. Dari hasil pengujian Rencana Campuran harus diserahkan kepada Direksi untuk mempeoleh persetujuannya sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Semua biaya yang diperlukan untuk menyediakan contoh, rencana campuran dabn pengujian dilaboratorium harus ditanggung oleh Kontraktor.

Jumlah semen dan setiap agregat yang dipergunakan untuk campuran beton harus ditentukan dengan menggunakan alat penimbang langsung yang disediakan oleh kontraktor dan atas ijin persetujuan Direksi.

Banyaknya air yang dimasukkan kedalam cempuran beton harus diukur dengan suatu meter air yang memadai atau peralatan ukur lainnya yang diperbolehkan oleh Direksi dan mampu mengukur air dalam jumlah yang bervariasi dengan toleransi 1%.

3.6 KELAS BETON

3.7 PAPAN CETAKAN (BEKESTING)

3.7.1 U m u m

Cetakan beton untuk membentuk dan mendapatkan bentuk beton pada jalur yang diperlukan harus digunakan bila mana diperlukan. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk membuat swemua cetakan yang diperlukan. Sebaliknya untuk setiap cetakan yang dianggap tidak aman dan tidak sesuai akan ditolak oleh Direksi dan Kontraktor harus memindahkan cetakan tersebut dan menggantinya dengan biayua Kontraktor. Papan cetakan harus disediakan sedemikian banyaknya sehingga cukup untuk semua pekerjaan pembuatan cetakan dan tidak mengganggu kemajuan pekerjaan yang diinginkan. Bilamana masih ada cetakan yang diperlukan untuk menjaga kemajuan pekerjaan, maka Kontraktor harus menyediakan cetakan tersebut dengan biaya sendiri. Rencana dan pemeriksaan cetakan beton, penopang dan menyangga harus sesuai dengan standar yang dipergunakan.

3.7.2 Bahan-bahanKecuali dijinkan oleh Direksi, maka semua cetakan, penopang dan penyangga yang diperlukan dilapangan harus bahan-bahan yang baru. Semua cetakan harus licin permukaannya dan terbuat dari lembaran plywood yang berkualitas baik seperti yang ditentukan oleh Direksi dengan tebal sedemikian, sehingga mampu menahan beton cor dan tidak timbul perubahan bentuk.

3.7.3 Perencanaana. Semua cetakan beton harus memberikan bentuk dan ukuran yang diperlukan serta harus sesuai dengan garis dan kemiringan yang diperlukan dan kuat serta kokoh pada posisinya pada saat dilakukan pengocoran dan vibrasi beton. Alat-alat yang cocok dan efektif harus disediakan untuk semua cetakan untuk menahan ujung-ujung panel yang berdekatan dan bagin-bagian yang kedap secara bersama-sama dan pada suatu garis yang tepat untuk menjaga bentuk atau cacat-cacat pada permukaan beton pada saat pekerjaan beton telah selesai dikerjakan. Plywood dengan tebal 15 mm atau lebih boleh langsung dengan penyangga dan memberikan rongga yang cukup untuk mencegah perubahan-perubahan bentuk dalam beton. Kemudian cetakan harus kedap agar mencegah adanya kebocoran air dan semen selama dalam proses pengocoran dan vibrasi beton. Lobang pembersih harus disediakan pada bagian bawah pada cetakan yang dapat diangkat, jumlah dan lokasi harus mendapat ijin dari Direksi.

b. Sambungan konstruksi beton tidak diperbolehkan pada lokasi-lokasi lain, selain ditentukan oleh Direksi secara tertulis. Apabila pengankat kedua ditempatkan pada beton yang telah mengeras, perhatian khusus harus diberikan dalam hal jumlah, lokasi dan kekerasan dari pengikan dari bagian atas dari pengangkat lama dan bagian bawah dari yang baru untuk menghindari hal-hal yang tidak menguntungkan pada beton. pipe stubs dan angkur baut harus dipasang pada cetakan bila diperlukan.

c. Kecuali ditentukan lain, sudut-sudut luar dari bagian-bagian beton harus dibentuk miring selebar 20 mm. sudut-sudut miring tersebut tidak boleh disayat, kecuali ditunjukkan lain.

3.7.4 Pengikat cetakan Pengikat cetakan yang dipadukan dengan penahan air harus dilengkapi dengan suatu penyumbat atau alat-alat lain yang memadai untuk membentuk suatu lobang konis (conical hole) yang menjamin bahwa pengikat cetakan tersebut dapat dipatahkan pada bagian muka beton tersebut. Diameter maksimum batang pengikat yang dapat dipindah-pindahkan yang mempunyai penampang lingkaran tidak lebih dari 40 mm, yang dapat meninggalkan lobang dan bentuk yang teratur untuk pembesaran. Lobang-lobang yang ditinggalkan oleh pengikat dapat dipatahkan atau mengikat cetakan, hendaknya diperbesar lubangnya dengan menggunakan alat pembesar lubang (remer) yang sesuai sehingga dapat menghasilkan permukaan lubang yang bersih dan kasar sebelum diisi dengan mortar. Pengikat kawat untuk cetakan tidak diperbolehkan. untuk mengikat. Tidak ada alat-alat pengikat cetakan selain dari metal yang tertanam dalam beton atau pada bagian lain yang tinggal pada beton, atau semua pengikat yang dipindahkan sedemikian rupa sehingga meninggalkan suatu lubang yang melalui ruas bagian dalam (interior) dari bagian beton. Penggunaan pengikat yang mudah patah yang menyebabkan beton pecah tidak diperkenankan. Apabilla cetakan baja yang digunakan, maka rubber grommets harus diberikan pengikat-pengikat yang menembus cetakan tersebut dengan maksud untuk mencegah kehilangan pasta semen. Bilaman batang mental tersebut diperpanjang dengan menembus beton, yang akan dipergunakan untuk menopang atau memperkuat cetakan, maka batang tersebut harus tetap tertanam dan berakhir tidak kurang dari 25 mm dibawah dari permukaan cetakan atau permukaan beton.

3.7.5 Permukaan vertikalSemua permukaan vertikal dari bagian beton harus dicetak, kecuali pengecoran beton pada tanah yang ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi. Tidak kurang dari 25 mm beton harus ditambahkan pada bagian beton sebagaimana yang ditunjukkan, bilamana beton tersebut diperkenankan dicor pada tanah yang telah diratakan sebagai pengganti cetakan. Ijin yang demikian hanya dapat diberikan untuk bagian-bagian dari beton dengan ketinggian yang terbatas dan bilamana sifat-sifat tanah sedemikian rupa sehingga dapat diratakan pada jalur yang diinginkan dan dapat berdiri dengan aman tanpa adanya kelongsoran, sampai beton selesai dicor.

3.7.6 Pemeliharaan Cetakan Cetakan harus selalu diojaga dalam kondisi/keadaan yang baik, khususnya mengenai ukuran, bentuk, kekuatan, kekerasan, keliatan dan kerataan permukaan. Ketika pengocoran berlangsung cetakan harus tetap pada garis dan tingkat kemiringan yang telah ditentukan. Sebelum beton dicor, cetakan harus dibersihkan sebaik-baiknya. Permukaan cetakan harus diberikan minyak atau pelumas lainnya yang disetujui oleh Direksi. Kelibihan pelumas harus dapat dipindahkan dengan sebaik-baiknya sebelum memulai pengocoran. Mula-mula semua cetakan hendaknya diberi suatu minyak oleh pabri atau oleh Kontraktor sekurang-kurangnya 2 minggu sebelum dipergunakan. Pemukaan tulangan baja atau barabg-barang metal alinnya yang harus ditanam dalam beton hendaknya dijaga agar terhindar dari minyak. Cetakan boleh dipergunakan kembali jika kondisinya baik dan jika diijinkan olek Direksi.Pasir-pasir harus dapat dipergunakan, bila menurut pendapat direksi diperlukan untuk memperoleh suatu permukaan yang sama pada semua permukaan beton yang tampak. Permukaan beton tersebut ditentukan dengan secara permanen sebagai permukaan beton yang tampak. Dalam hal cetakan beton untuk permukaan dinding bagian dalam dari bangunan hidrolis, dengan tidak digunakannya pengikat batang, lobang-lobang harus ditutup dengan penutup metal atau dengan cara lain yang disetujui Direksi.

3.7.7 Pembongkaran CetakanPetunjuk Direksi mengenai pembongkaran cetakan harus dipatuhi, dan pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari cacat pada beton. Tidak ada berat yang diperbolehkan untuk diletakkan diatas beton yang masih muda. Dalam hal plat atap dan plat lantai, maka cetakan harus berada ditempatnya sampai silinder uji untuk beton tersebut telah mencapai suatu kekuatan tekan minimum sebesar 75 % dari kekuatan beton berumur 28 hari. Disyaratkan bahwa cetakan tak boleh terganggu atau terbongkar dalam suatu panel/unit yang tersendiri sebelum beton yang berdekatan dengan panel/unit tersebut telah mencapai suatu kekuatan 210 kp/cm2 dan tetap ditempatkan untuk sekurang-kurangnya 14 hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai kekuatan tersebut akan ditentukan oleh Direksi. Untuk hal tersebut Direksi akan melakukan beberapa pengujian silinder terhadap beton yang dipergunakan. Bila waktu tersebut telah ditentukan lebih dari 14 hari, maka waktu tersebut dipergunakan sebagai waktu minimum. Cetakan untuk dinding dan kolom vertikal harus tetap pada posisinya sekurang-kurangnya 3 hari setelah beton dicor. Cetakan untuk semua bagian pekerjaan yang selanjutnya tidak disebutkan secara khusus, harus tetap pada tempatnya untuk priode waktu yang ditentukan oleh Direksi.

3.8 PEMASANGAN TULANGAN BETON

a. Pembersihan Baja tulangan sebelum dipasang pada tempatnya harus bebas dari karat dan cat-cat, serta selimut/ lapisan yang dapat mengurangi ikatan. Bila ada penundaan dalam pengocoran betonn maka baja tulangan harus diperiksa kembali dan dibersihkan seprlunya.

b. PengecoranBaja tulangan harus diletakkan pada posisinya secara teliti sesuai dengan gambar dan diikat suatu sama lain dengan menggunakan ikatan kawa atau penjepit yang sesuai pada setiap titik persimpangan tulangan, dan tidak boleh diletakkan bersinggung dengan cetakan. Kawat-kawat pengikat tersebut harus dibengkokkan menjauhi cetakan dengan maksud untuk mempersiapkan selimut beton yang telah ditentukan.Kecuali ditentukan lain, sebagai tambahan untuk memperkuat pengikatan baja tulangan pada posisinya, maka perlu ditambahkan : Pada plat, baja penopang dengan diameter 13 mm yang berjarak 90 cm maksimum dari pusat ke pusa untuk menopang tulangan atas dari plat. Pada dinding dengan 2 lapis tulangan digunakan penahan dengan bentuk U atau Z yang berdiameter 6,5 mm, pada jarak 180 cm dari pusat ke pusat pada setiap jalurnya.

c. Selimut BetonKecuali ditentukan lain pada gambar, maka tulangan harus dipasang dengan selimut beton dengan jarak bersih dalam centimeter sebagai berikut :

Keterangan PekerjaanSelimut beton

Beton yang ditempatkan pada tanah8.0 cm

Semua permukaan yang bersinggung dengan air atau minyak 5.0 cm

Sisi bawah plat yang berada diatas air, balok dan kolom yang tidak tampak dalam tanah atau air.4.0 cm

Permukaan yang tampak dan semua permukaan bagian dalam serambi pipa dan ruangan yang kering.2.5 cm

d. Toleransi.

Toleransi dalam pemasangan tulangan harus :

Keterangan PekerjaanSelimut beton

Untuk bagian-bagian yang dalamnya 60 cm atau kurang 0.6 cm

Untuk bagian-bagian yang dalamnya lebih dari 60 cm 1.2 cm

e. Dowe1Dowe1 harus berdiameter dan berjarak sama dengan batangnya dan yang dipasang saling bertumpuan satu sama lain. Kecuali ditentukan lain. Maka susunan dan perletakan harus 64 kali diameter batang minimum. Dowe1 harus diikat dengan kawat atau kecuali sudah terikat pada tepatnya. Dowe1 harus dipasang sebelum pengecoran beton. Dowe1 tidak boleh didorong kedalam cor-coran beton yang masih basah.

f. Sambungan Batang Tulangan.Kecuali ditentukan lain dalam gambar, sambungan batang tulangan vertikall dalam kolom dan semua penyambung batang tulangan lainnya harus disusun yang panjangnya 64 kaki diameter minimumbatang. Panjang sambungan batang tulangan dari diameter yang berbeda harus berdasarkan pada diameter yang lebih besar. Sambungan batang tulangan dengan las juga boleh dilakukan dengan syarat sesuai dengan peraturan yang ada.

g. Persetujuan Direksi.Pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum baja tulangan yang sudah dipasang pada tempatnya. Telah diperiksa dan diteliti oleh Direksi dan telah dinyatakan siap untuk dicor. Sebelumnya Direksi harus diberi contoh catatan-catatn dari pemasangan baja tulangan yang telah dipasang untuk keperluan pemeriksaan. h. Pelurusan.Baja tulangan tidak boleh diluruskan sedemikian rupa sehingga dapat menyebabkan cacat pada tulangan. Batang-batang baja tulangan yang bengkok tetapi tidak ditunjukkan dalam gambar, tidak boleh dipergunaka.

3.9 SAMBUNGAN-SAMBUNGAN KONSTRUKSI

a. U m u m

Sambungan-sambungan konstruksi harus mendapat persetujuan dari Direksi terlebih dahulu. Pegerjaan khusus harus dilakukan dalm mempersiapkan permukaan beton pada sanbungan-sambungan, bilamana pengikatan antara dua bidang sambungan beton tersebut sangat diperlukan. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, semua sambungan yang memerlukan water-stop, permukan sambungan dari cor-coran yang pertama harus dilapisi dengan suatu pengikat yang telah disetujui oleh Direksi dan dipergunakan sesuai rekomendasi dari pabrik. Pengikat tersebut harus suatu larutan yang berwarna dan tidak dapat berubah warna selama kurang lebih 6 bulan bila terkena sinar matahari.Permukaan dari alur untuk sealent tidak boleh dilapisi dengan bahan apapun. Pembetonan berikutnya pada water-stop harus dilaksanakan sesuai dengan bagian (C) dibawah ini :

b. Sambungan Konstruksi dengan sealent

Bilamana ditunjukkan, sambungan konstruksi pada plat lantai harus dilakukan dengan alur-alur yang akan diisi dengan suatu sambungan konstruksi dengan sealent. Bahan-bahan yang dipegunakan untuk mempersiapkan alur tersebut harus ditinggalkan dalam celah sampai menjelang dibersihkan dan diisi dengan sealent. Setelah cetakan dibongkar dari celah atau alur tersebut, semua kotoran dan serabut-serabut yang tertinggal harus dibersihkan dan alur tersebut harus disemprot dengan pasir (sandblasting). Alur tersebut dibiarkan menjadi kering dan sesudahnya dibersihkan dengan ditiup dan segera sesudahnya dilapisi dengan sambungan konstruksi jenis sealent. Lapisan pertama dipergunakan harus diperoleh dari pabrik yang memproduksi sealent.Tidak ada sealent yang diijinkan untuk digunakan tampa menggunakan lapisan pertama. Pelaksanaan pemberian sealent harus dilakukan dengan teliti sampai alur tersebut penuh dengan sealent bagian-bagian yang akan diberi sealent harus dibersihkan dengan cermat, sebagaimana tata cara yang akan dijelaskan secara khusus oleh pabrik. sealent harus dari bahan polyurethane polymer yang direncanakan untuk mengikat beton yang terus menerus terendam dalam air. Bahan-bahan yang berdasarkan cerita tidak dapat dipergunakan dengan baik untuk pengikatan pada sambungan-sambungan untuk bangunan hidrolis, tidak diperkenankan untuk dipergunakan. Khusus untuk bahan sealent yang diminta, kontraktor harus menyerahkan data-data yang cukup kepada Direksi untuk persetujuannya, yang memenuhi persyaran-persyaratan umum yang diperlukan. Bahan-bahan tersebut harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :

KeteranganSyarat

Waktu yang bekerja45 90 menit

Waktu yang diperlukan untuk mengeras A ( pada 25 C sebanyak 200 gr )Maksimum 30 jam

Kekerasan ultimate20 40 dari A

Daya regang Minimum 16 kg/cm2

Ketahanan dari sobekanMinimum 120 kg/cm tebal

Laporan pengujian telah disyahkan oleh papbik yanag memproduksi selent tersebut yang menyatakan telah memenuhi syarat syarat tersebut diatas, harus diserahkan oleh Kontraktor sebelum sealent tersebut digunakan dalam pekerjaan. Lapisan dasar dan selent harus disimpan dengan teliti sesuai rekomendasi dari pabrik . sebelum suatu sealent disimpan, pekerja yang melaksanakan pekerjaan tersebut harus diberikan petunjuk-petunjuk yang jelas tentang cara-cara pemakaian sebagaimana ditunjukkan oleh pabrik. Semua sealent harus dirawat selama 7 hari sebelum bangunan tersebut diisi dengan air.

c. Waterstop

Bahan dan pembuatannya.Waterstop harus plastis dan terbuat dari campuran suatu elastomeric polyvnylchoride dengan plastis yang diperlukan, damar (resins),stabilisator, dan bahan lainnya yang dipergunakan untuk memenuhi persyaratan yang perlukan. Bahan-bahan buangan yang diperoleh kembali tidak boleh dipergunakan lagi. Pabrik waterstop harus menyerahkan laporan pengujian dari pembuatan waterstop yang dikerjakan dan sertifikat tertulis yang menyatakan bahwa bahan-bahan yang didatangkan dari tempat pekerjaan telah memenuhi syarat phisik sebagai berikut :

Sifat-sifat phisik dan bahan :Nilai

Daya regang minimum ( kg/cm2 )120

Daya memanjang ( % )350

Kekuatan dalam lenturan minimum ( kg/cm2)28

Sewa yang dipercepat :Nilai

Daya regang minimum ( kg/cm2 )105

Daya memanjang ( % )300

Waterstop yang telah jadi : Nilai

Daya regang minimum ( kg/cm2 ) 100

Daya memanjang ( % )280

Sambungan dan pertemuan Khusus untuk penggunaan waterstop dipekerjaan konstruksi, potongan dari waterstop sebagai contoh harus diserahkan kepada Direksi untuk persetujuannya. Contoh ini harus sesuai dengan yang dibuat oleh pabrik dan sesuai dengan kelengkapan yang disyaratkan dalam kontrak. Selama pengujian tegangan tarik pada potongan melintang harus tidak kurang dari 42 kg/cm2. sambungan-sambungan dan pertemuan dilapangan harus dikerjakan sesuai dengan petunjuk dari pabrik yang memproduksi waterstop dengan menggunakan termostatically controlled heating iron.

Flat strip waterstopUnutk flat strip waterstop harus mempunyai ketebalan kurang dari 5 mm. Alat-alat yang sesuai harus disediakan pada pemasangan flat strip waterstop dalam beakisting (cetakan), untuk mencegah tertekuknya waterstop karena pengocoran beton. Waterstop yang dipasang horisontal harus diikat pada tempatnya dengan kuat dan terus menerus pada bagian atas waterstop. Waterstop yang dipasang vertikal harus diikat dengan kawat yang ringan pada setiap 45 cm yang menembus tepi dari waterstop dan diikat pada tulangan. Pengecoran beton disekitar waterstop harus dilakukan dengan tangan dibawah dari waterstop unruk menghindari adanya gelembung undara dan rongga-rongga batu.

3.10 PERSYARATAN PERLINDUNGAN TERHADAP KARAT

Pipa, saluran-saluran, pasak penyambung dan bahan-bahan lainnya yang bersifat besi yang akan dipasang dalam beton, harus ditempatkan sedemikian rupa pada posisinya dan diberi penopang sebelum pengecoran beton dikerjakan yang memungkinkan masih terdapat ruang bebas minimum 5 cm, antara bahan-bahan tersebut diatas dengan tulangan. Untuk memperkuat bahan-bahan tersebut dengan keling atau las tidak diperkenankan.

3.11 MEMPERSIAPKAN PERMUKAAN UNTUK PEMBETONANa. Setiap permukaan harus disemprot dengan air sampai cukup basah khususnya untuk pengecoran beton dan permukaan tersebut harus dijaga agar tetap basah atau lembab dengan menyemprotan secara berkala sampai waktu pengecoran dilaksanakan. Permukaan tersebut harus bebas dari air yang menggenang, lumpur, dan debu-debu pada waktu pengecoran.b. Pengecoran yang dilakukan pada pemukaan beton yang lama yang telah dicor terdahulu, bila menurut pendapat Direksi tidak akan dapat mengikat dengan sempurna terhadap pengecoran beton yang baru, maka akan dianggap sebagai sambungan konstruksi. Permukaan dari sambungan horisontal harus diratakan dengan kayu untuk menghasilkan permukaan rata dan lisin. Permukaan beton yang terdiri dari agregat kasar harus dibersihkan.kecuali bila dalam gambar ditentukan bahwa permukaan sambungan tersebut akan dicat, maka permukaan tersebut harus dibersihkan dari lapisan semen dan pasir sebagai akibat penetrasi air keatas permukaan beton, beton-beton yang lepas dan rusak dan bahan-bahan lainnya. Pembersihan tersebut harus dilakukan penyemprotan dengan pasir (sandbliasting) dan selanjutnya terus dicuci. Semua genangan air yang terdapat pada permukaan beton harus dihilangkan sebelum pengecoran dilakukan. Setelah seluruh permukaan telah siap untuk dilakukan pengecoran, semua sambunagan konstruksi yang horisontal harus dilapisi dengan cairan semen kira-kira dengan ketebalan 2,5 mm dan sesudahnya segera dilakukan pegecoran.c. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dalam waktu yang cukup lama maka permukaan beton harus dibentuk dengan menggunakan cetakan atau alat lainnya dan hal tersebut harus mengikuti petunjuk dan persetujuan dari Direksi.d. Semua pengecoran dapat dilakukan setelah semua cetakan, tulangan dari bagian lain telah dipasang pada tempatnya serta permukaanya telah disiapkan dengan baik dan telah mendapat persetujuan dari Direksi. Semua permukaan dari cetakan, tulangan-tulangan dan alat-alat lainnya yang dipasang tertanam dalam betonharus dibersihkan dari pasta beton yang telah mengering sebelum dilaksanakan pengecoran pada tempat disekitarnya.

3.12 PEMBEBASAN RUANG PENGECORAN DARI AIRTidak ada pengecoran yang dapat dilakukan pada suatu konstruksi sebelum air yang ada didalam ruangan yang telah dikeluarkan atau disalurkan dengan pipa atau pelat lainnya. Pengecoran yang dilakukan dibawah air harus mendapat persetujuan dari Direksi, dan hanya atas petunjuknya atau tampa ijin dari Direksi bila air masih terus masuk kedalam ruangan pengecoran, harus dibebaskan sampai pengecoran awal dapat dilaksanakan dengan baik. Tiodak diperbolehkan adanya air yang mengalir diatas permukaan beton tersebut dengan kecepatan tertentu yang dapat merusakkan permukaan beton yang telah selesai dicor. Pemompa atau pengering dengan cara yang lainnya untuk menguras air harus atas dasar persetujuan dari Direksi.

3.13 PENCAMPURAN DAN PENGADUKANSemen, pasir dan kerikil harus dicampur sedemikian rupa dan banyaknya air yang ditambahkan harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu campuran yang homogen dan merata. Kotoran-kotoran dan benda-benda yang lainnya yang tidak digunakan harus dikeluarkan dengan hati-hati. Semua beton harus dicampur dalam suatu bak pencampur dengan ukuran dan tipe yang disetujui oleh Direksi dan yang dapat menjamin adanya pencampuran dari semua komponen-komponen bahan dengan distribusi yang merata selama pengadukan sedang berlangsung. Hanya air secukupnya haruis digunakan untuk mendapatkan campurang yang memenuhi kosistensi yang disyaratkan dalam pasal 5.3.pengadukan pada tiap bak pengaduk harus dilakukan terus menerus selam 1 menit setelah semua bahan, termasuk air, telah berada dalam pengaduk (molen). Selama waktu pengadukan tersebut, kecepatan putaran dari pengaduk (molen) harus pada putaran yang direncanakan untuk itu atau pada kecepatan yang dapat menghasilkan suatu pasta beton dengan kosistensi yang merat pada akhir dari pengadukan. Bilamana diperlukan untuk menjamin hasil pengadukan yang diharapkan, pengadukan yang berlebihan atau pencampurang ytang berlebihan tidak diperkenankan. Pencatat waktu dan pengukur berat dari molen selengkapnya harus dipasang pada molen dan digunakan untuk setiap pencampuran dan pengadukan. Beton yang telah mengeras atau campuran semen dan pasir yang telah mengeras tidak boleh ditambah dalam pengaduk (molen). Penambahan air dan pengadukan kembali dari suatu adukan yang sebagian yang telah mengeras tidak diperbolehkan.

3.14 PENGANGKUTAN DAN PENGECORANa. semua beton yang tidak memenuhi syarat yang ditentukan baik sebelum dan sesudah pengecoran harus diganti dan segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan. Beton yang tidak memenuhi syarat atau rendah mutunya harus dikeluarkan dan diganti dengan yang baru atas biaya dari Kontraktor. Pengecoran tidak boleh dilaksanakan kecuali dengan hadirnya wakil dari Direksi. Pengecoran tidak boleh dilaksanakan selama kondisi cuaca panas dan angin yang tidak menguntungkan untuk menjaga kualitas pengecoran sebagaimana yang ditentukan oleh Direksi. Khusus untuk pengecoran, dalam tempo 24 jam sebelum Kontraktor harusmemberitahu Direksi secara tertulis.b. Pengecoran tidak boleh dilaksanakan dengan menjatuhkan diatas tulangan atau kedalam cetakan yang dalam, baik ada tulangan atau tidak, yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan agregat dari pasta semen, yang dapat merusakkan batang tulangan dan sisi cetakan dan atau pengecoran beton yang dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi akumulasi dari pasta semen diatas permukaan cetakan. Dalam hal yang demikian itu, penggunaan alat-alat tertentu sangat dianjurkan misalnya digunakan torong dan bila diperlukan dengan pipa penghantar dari karet atau logam untuk pengecoran beton dalam cetakan. Cara demikian untuk menghindari terjadinya pemisahan agregat.Dalam hal tersebut diatas tinggi jauh dari beton tidak boleh lebih dari 1 meter dibawah ujung dari talang, torong atau gerobak. Beton harus didistribusi yang merata selama proses pengecoran. Pengecoran beton dalam cetakan hanya diperkenankan setinggi 60 cm dalam lapisan horisontal dan pengerjaan harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya lapisan yang miring atau sambungan konstruksi yang miring, kecuali hal yang demikian memang diperlukan untuk bagian-bagian yang miring. Setiap lapisan dapat dicor bila lapisan yang terlalu masih lunak. Rata-rata pengecoran dalam cetakan (beakistng) tidak boleh lebih 1 m vertika pada tiap jam.c. Semua ujung-ujung dari talang dan lobang torong dan ujung-ujung pelepasan lainnya dari sistem pengangkutan, sistem alat pengangkat dan pengecoran milik Kontraktor, harus dipersiapkan dan direncanakan sedemikian, sehingga beton yang melewati sistem tersebut tidak terjadi pemisahan didalam bak-bak penampung yang diakibatkan karena tinggi jatuh dari bahan tersebut cukup tinggi. Pengangkutan dengan ban bejalan (conveyor belt) dilakukan dengan tipe yang telah disetujui Direksi. Talang yang lebih panjang dari 15 meter tidak boleh dipergunakan. Kemiringan munimum dari talang harus sedemikian sehingga beton yang ada didalam kosistensi yang persyaratkan dapat mengalir dengan baik.apabila ban berjalan (conveyor belt) digunakan harus dibersihkan dengan mengoprasikan suatu alat sehingga tidak ada pasta semen yang melekat pada ban berjalan (conveyor belt). Semua ban berjalan dan talang harus ditutup. Penerangan yang cukup harus diberikan pada bagian dalam dari cetakan (beakisting) sehingga beton dapat dcor dengan baik dan teliti.

3.15 PENGECORAN BETON DALAM CUACA YANG SANGAT PANASPenanganan yang teliti harus diberikan unutk menjegah pengiringan yang terlalu cepat dari beton cor yang baru, apabila temperatur disekitar cetakan (bekisting) lebih dari 32 C atau bila ditunjukkan bahwa temperatur dari beton yang akan dicor tidak lebih dari 32 C. beton yang segar akan dibentuk dengan segera setelah pengecoran dan perawatan segera dimulai pada permukaan beton yang segar telah mengeras secukupnya. Pengecoran beton tidak dipekenankan, apabila menurut pendapat Direksi, kontraktor tidak mempunyai fasilitas yang memadai untik pengecoran, perawatan dan penyelesaian dari beton yang sesuai dengan persyaratan-persyaratan :a. Semua perintah pengecoran pada semua bagian pekerjaan harus menunjuk pada persetujuan Direksi. Dalam hal untuk memperkecil akibat dari penyusutan, beton harus dicor dalam suatu unit sebagaimana yang dibatasi oleh sambungan konstruksi yang dij\tunjukkan dalm gambar. Pengecoran dari unit-unit tersebut harus dilakukan dengan unit-unit yang berganti-ganti dengan cara sedemikian rupa tiap unit cor akan dirawat dalam waktu tidak kurang 7 hari sebelum unit0unit berikutnya dicor, kecuali pada bagian dinding vertikal tidak boleh dicor sampai kaki dinding telah dirawat selama tidak kurang dari 14 hari dan sudut-sudut bagian dari dinding vertikal tidak diperkenankan dicor sampai semua panel dinding yang berdekatan telah dirawat tidak kurang dar 14 hari.b. Permukaan dari beton harus diratakan bilamana pengecoran dihentikan. Untuk menjamin permukaan yang rata pada permukaan sambungan dinding yang tampak, papan tipis dengan ketebalan tidak kurang dari 20 mm harus diletakkan pada permukaan dari cetakan. Pengecoran dilaksanakan sekitar 13 mm diatas sisi bawah dari papan. Skitar 1 jam setelah pengecoran beton, papan tersebut harus diambil dan ketidak teraturan dari bentuk pada sudut yang diakibatkan oleh papan tersebut harus diratakan dengan cetok dan semua lapisan semen dan pasir yang mengering diatas permukaan harus dibersihkan.

3.16 PEMADATAN BETONSebagaimana betyon yang dicor dalam cetakan atau galian, setiap cor-coran harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya sampai pada kedalaman yang diperlukan. Pemadatan dilakukan sampai betul-betul padat, masa yang homogen, pengisian sampai penuh pada sudut-sudut, sekeliling tulangan harus terisi penuh olek pasta beton menghilangkan kantong-kantong udara, dan mengeluarkan dan membuang kelebihan air yang tampak dipermukaan beton selama pengecoran.a. Pengecoran yang dilakukan disekitar waterstop harus dikerjakan dengan hati-hati. Pengerjaan pemadatan harus dilakukan dengan teliti, dengan menggunakan batang tulangan dan vibrasi sampai nyata-nyata semua udar dan rongga-rongga udara diantara batu telah hilang. Apabila digunakan waterstop, pengerjaan beton disekitar waterstop harus dilakukan dengan tangan agar semua udara dan rongga-rongga udara diantara batu hilang.b. Pengecoran dinding harus divibrasi didalam dan pada saat bersamaan dibuat lajur yang miring, diaduk dengan batang, atau dikerjakan dengan batang pemadat, sekop kecil,atau dengan alat yang bercabang sampai cetakan atau galian terisi penuh dan semua permukaan ditutup dengan rapat. Lapisan berikutnya dari beton tidak boleh dicor sampai pada lapisan yang baru dicor tersebut telah dikerjakan sebagaimana dipersyaratkan. Kecuali digunakan dalam hal-hal khusus yang dianggap tidak dapat dilaksanakan oleh Direksi, kontarktor harus menggunakan vibrasi dibagian dalam dengan virator berkecepatan tinggi dan dari tipe yang disetujui dan dalam jumlah yang cukup, serta dengan vibrator cadangan bila diperlukan, untuk menyelesaikan sesuai dengan persyaratan dalam waktu 15 menit setelah beton dalam keadaan konsistensi yang disyaratkan telah dicor dalam cetakan. Kepala vibrator harus dijaga agar tidak terlalu berlebihan atau pengerjaannya dengan suatu cara sedemikian sehingga menyebabkan terjadinya pemisahan unsur-unsur utama dari beton atau cendrung terbawa sejumlah air kepermukaan dari beton. 3.17 PERAWATAN DAN WATERPROOFING

a. U m u m

Semua beton harus dirawat tidak kurang dari 14 hari setelah pengecoran, yang sesuai dengan metode yang ditetapkan dibawah ini untuk bagian pekerjaan yang berlainan dan diuraikan secara terinci dalam bagian berikut ini :Permukaan yang dirawat atau waterproofMetode

Cetakan kayu yang tidak diserut1

Sambungan konstruksi diantara kaki dan dinding

Diantara lantai dan kolom2

Beton pelindung dan thrust blocks3

Semua permukaan beton yang tidak diberikan

Secara khusus utk semua pekerjaan dlm pasal ini4

Lantai dalam bangunan hidrolis dan bagian luar

Permukaan dari atap yang tampak5

Bagian luar permukaan dinding yang tidak tampak6

Bagian luar permukaan atap yang tidak tampak7

b. Metode 1

Cetakan dari kayu harus dibasahi segera setelah beton selesai dicor dan harus dijaga agar selalu basah sampai dibongkar. Apabila cetakan dibongkar dalam waktu 14 hari dari pengecoran, perawatan harus dilakukan terus menerus sesuai dengan prosedur yang tepat.

c. Metode 2

Permukaan harus ditutup dengan kain goni yang harus dijaga agar selalu basah selama masa perawatan, sampai pengecoran beton di dinding telah dilaksanakan.Tidak ada bahan campuran yang digunakan dalam perawatan permukaan pada metode 2.

d. Metode 3

Permukaan ditutup dengan tanah yang bas