Metalurgi Fisik 1
-
Upload
imam-zulfir-ramandha -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of Metalurgi Fisik 1
cxxMetalurgi Fisik 1
Indeks Miller untuk Sistem Hexagonal
Disusun oleh :
Tantri Pusparini (2613121002)
Ari Rachmawan Subagja (2613121004)
Nurharsima Rezky M (2613121021)
Tyas Tri Juliansyah (26131210 )
Inas Dzakya R (2613121002)
Jurusan Teknik Metalurgi
Universitas Jenderal Achmad Yani
Bandung
1. Pengertian Kristal
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang dingin atau
beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para ahli,
maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta
mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum
geometri; Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur.Kristal-kristal
tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu.
Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata
yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut
antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu
kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan
sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus
yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang
yang disebut sebagai parameter.
2. Sistem Kristalografi
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan
pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan panjang,
letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu simetri)
dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik,
Monoklin dan Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini
berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem Isometrik
terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombik memiliki
tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai
tiga kelas dan Triklin dua kelas.
Tabel Tujuh Sistem Kristal
3. Indeks Miller
Indeks Miller adalah salah satu indeks yang sangat penting, karena indeks ini digunakan
pada ancer semua ilmu matematika dan struktur kristalografi. Indeks Miller pada kristalografi
menunjukkan adanya perpotongan sumbu-sumbu utama oleh bidang-bidang atau sisi-sisi sebuah
kristal. Nilai-nilai pada indeks ini dapat ditentukan dengan menentukan salah satu bidang atau
sisi kristal dan memperhatikan apakah sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu utama
(a, b dan c) pada kristal tersebut.
Selanjutnya setelah mendapatkan nilai perpotongan tersebut, langkah yang harus
dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai dari indeks Miller itu sendiri. Penilaian dilakukan
dengan mengamati berapa nilai dari perpotongan sumbu yang dilalui oleh sisi atau bidang
tersebut. Tergantung dari titik dimana sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu kristal.
Pada dasarnya, indeks Miller adalah kebalikan dari perpotongan suatu bidang dan ketiga
sumbu x, y, z yang dinyatakan dalam bilangan utuh bukan pecahan. Indeks miller yang bertanda
(-) negatif, berarti menunjukkan bidang pada arah tertentu (misalkan perpotongan tersebut berada
di +1/2 , +1 dan -1/3 maka receprocalnya +2, +1 dan -3. Maka bidang dengan indeks miller
tersebut ditulis ( 2 1 3 ). orientasi bidang-bidang kristal yang ditentukan oleh 3 titik dalam
bidang (dikenal dengan notasi : h, k, l ).
4. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga
sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama
lain.Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih
panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, ancer Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
= b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d,
tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚
terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Hexagonal
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan
nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai
bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal
ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Hexagonal ini adalah calcite, alunite,
dolomite, siderite, dan smithsonite.
5. Indeks Miller untuk bidang heksagonal
Kasus struktur heksagonal dan rombohedral
Miller-Bravais indeks Dengan heksagonal dan rombohedral sistem kisi , adalah mungkin untuk menggunakan
indeksBravais-Miller yang memiliki 4 angka (h k i l) I = - (h+k).
Di sini h, k danl yang identik dengan indeks Miller, dan i adalah indeks berlebihan.
Skema empat indeks untuk pelabelan pesawat dalam kisi heksagonal membuat simetripermutasi jelas. Misalnya, kesamaan antara (110) ≡ (11 20) dan (1 2 0) ≡ (12 10) lebih jelasketika indeks berlebihan ditampilkan.
Ada juga ad hoc skema (misalnya dalam mikroskop transmisi elektron sastra) untuk mengindeksvektor kisi heksagonal (bukan vektor kisi resiprokal atau pesawat) denganempat indeks. Namun mereka tidak beroperasi dengan sama menambahkan indeksberlebihan untuk menggunakan tiga set indeks biasa.Sebagai contoh, vektor kisi resiprokal (hkt) seperti yang disarankan di atas dapat ditulis sebagai h a* + k b* + l c* jika timbal balik kisi-dasar-vektor adalah*,b*,dan c*. Untuk kristal heksagonal ini mungkin dinyatakan dalam kisi langsung-dasar-vektor a, b dan c sebagai berikut :