Metabolisme Protein Dan Asam Amino
-
Upload
defitaria-permatasari -
Category
Documents
-
view
31 -
download
3
description
Transcript of Metabolisme Protein Dan Asam Amino
METABOLISME PROTEIN DAN ASAM AMINO1. .Penguraian Protein Dalam Tubuh
Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses
katabolisme protein dalam hati, dibawa oleh darah kedalam jaringan untuk
digunakan.proses anabolik maupun katabolik juga terjadi dalam jaringan
diluar hati.asamamino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu
absorbsi melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis
asam amino dalam sel. Banyaknya asam amino dalam darah tergantung keseimbangan
antara pembentukan asam amino dan penggunaannya. Hati berfungsi sebagai pengatur
konsentrasi asam amino dalam darah.
Dalam tubuh kita, protein mengalami perubahan – perubahan tertentu dengan
kecepatan yang berbeda untuk tiap protein. Protein dalam dara, hati dan organ tubuh
lain mempunyai waktu paruh antara 2,5 sampai 10 hari. Protein yang terdapat pada
jaringan otot mempunyai waktu paruh 120 hari. Rata-rata tiap hari 1,2 gram protein
per kilogram berat badan diubah menjadi senyawa lain. Ada tiga kemungkinan
mekanisme perubahan protein, yaitu :
1) Sel-sel mati, lalu komponennya mengalami proses penguraian atau katabolisme dan
dibentuk sel – sel baru.
2) Masing-masing protein mengalami proses penguraian dan terjadi sintesis protein
baru, tanpa ada sel yang mati.
3) Protein dikeluarkan dari dalam sel diganti dengan sintesis protein baru.
Protein dalam makanan diperlukan untuk menyediakan asam amino yang akan
digunakan untuk memproduksi senyawa nitrogen yang lain, untuk mengganti protein
dalam jaringan yang mengalami proses penguraian dan untuk mengganti nitrogen yang
telah dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urea. Ada beberapa asam amino yang
dibutuhkan oleh tubuh, tetapi tidak dapat diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang
memadai. Oleh karena itu asam amino tersebut,yang dinamakan asam essensial yang
dibutuhkan oleh manusia.
Kebutuhan akan asam amino esensial tersebut bagi anak-anak relatiflebih besar
daripada orang dewasa. Kebutuhan protein yang disarankan ialah 1 sampai 1,5 gram
per kilogram berat badan per hari.
2. Asam Amino Dalam Darah
Jumlah asam amino dalam darah tergantung dari jumlah yang diterima dan jumlah
yang digunakan. Pada proses pencernaan makanan, protein diubah menjadi asam
amino oleh beberapa reaksi hidrolisis serta enzim – enzim yang bersangkutan. Enzim-
enzim yang bekerja pada proses hidrolisis protein antara lain ialah pepsin, tripsin,
kimotripsin, karboksi peptidase, amino peptidase, tripeptidase dan dipeptidase.
Setelah protein diubah menjadi asam-asam amino, maka dengan proses absorpsi
melalui dinding usus, asam amino tersebut sampai kedalam pembuluh darah. Proses
absorpsi ini ialah proses transpor aktif yang memerlukan energi. Asam-asam amino
dikarboksilat atau asam diamino diabsorbsi lebih lambat daripada asam amino netral.
Dalam keadaan berpuasa, konsentrasi asam amino dalam darah biasanya sekitar
3,5 sampai 5 mg per 100 ml darah. Segera setelah makan makanan sumber protein,
konsentrasi asam amino dalam darah akan meningkat sekitar 5 mg sampai 10 mg per
100 mg darah. Perpindahan asam amino dari dalam darah kedalam sel-sel jaringan
juga proses tranpor aktif yang membutuhkan energi.
3. Reaksi Metabolisme Asam Amino
Tahap awal pembentukan metabolisme asam amino, melibatkan pelepasan gugus
amino, kemudian baru perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino. Dua
proses utama pelepasan gugus amino yaitu, transaminasi dan deaminasi.
Transaminasi
Transaminasi ialah proses katabolisme asam amino yang melibatkan pemindahan
gugus amino dari satu asam amino kepada asam amino lain. Dalam reaksi transaminasi
ini gugus amino dari suatu asam amino dipindahkan kepada salah satu dari tiga
senyawa keto, yaitu asam piruvat, a ketoglutarat atau oksaloasetat, sehingga senyawa
keto ini diubah menjadi asam amino, sedangkan asam amino semula diubah menjadi
asam keto. Ada dua enzim penting dalam reaksi transaminasi yaitu alanin transaminase
dan glutamat transaminase yang bekerja sebagai katalis dalamreaksi berikut :
Pada reaksi ini tidak ada gugus amino yang hilang, karena gugus amino yang
dilepaskan oleh asam amino diterima oleh asam keto. Alanin transaminase merupakan
enzim yang mempunyai kekhasan terhadap asam piruvat-alanin. Glutamat
transaminase merupakan enzim yang mempunyai kekhasan terhadap glutamat-
ketoglutarat sebagai satu pasang substrak .
Reaksi transaminasi terjadi didalam mitokondria maupun dalam cairan sitoplasma.
Semua enzim transaminase tersebut dibantu oleh piridoksalfosfat sebagai koenzim.
Telah diterangkan bahwa piridoksalfosfat tidak hanya merupakan koenzim pada reaksi
transaminasi, tetapi juga pada reaksi-reaksi metabolisme yang lain.
Deaminasi Oksidatif
Asam amino dengan reaksi transaminasi dapat diubah menjadi asam glutamat.
Dalam beberapa sel misalnya dalam bakteri, asam glutamat dapat mengalami proses
deaminasi oksidatif yang menggunakan glutamat dehidrogenase sebagai katalis.
Asam glutamat + NAD+ a ketoglutarat + NH4+ + NADH + H+
Dalam proses ini asam glutamat melepaskan gugus amino dalam bentuk NH4+.
Selain NAD+ glutamat dehidrogenase dapat pula menggunakan NADP+ sebagai aseptor
elektron. Oleh karena asam glutamat merupakan hasil akhir proses transaminasi, maka
glutamat dehidrogenase merupakan enzim yang penting dalam metabolisme asam
amino oksidase dan D-asam oksidase.
4. Pembentukan Asetil Koenzim A
Asetil koenzim A merupakan senyawa penghubung antara metabolisme asam amino
dengan siklus asam sitrat. ada dua jalur metabolic yang menuju kepada pembentukan
asetil koenzim A, yaitu melalui asam piruvat dan melalui asam asetoasetat
Asam-asam amino yang menjalani jalur metabolic melalui asam piruvat ialah alanin,
sistein, serin dan treonin. alanin menghasilkan asam piruvat dengan langsung pada
reaksi transaminasi dengan asam a ketoglutarat. Treonin diubah menjadi gllisin dan
asetaldehida oleh enzim treonin aldolase. glisin kemudian diubah menjadi asetil
koenzim A melalui pembentukan serin dengan jalan penambahan satu atom karbon,
seperti metal, hidroksi metal dan formil. koenzim yang bekerja disini ialah
tetrahidrofolat.
5. Siklus Urea
Hans Krebs dan Kurt Heneseleit pada tahun 1932 mengemukakan serangkaian
reaksi kimia tentang pembentukan urea. Mereka berpendapat bahwa urea terbentuk
dari ammonia dan karbondioksidamelalui serangkaian reaksi kimia yang berupa siklus,
yang mereka namakan siklus urea. Pembentukan urea ini terutama berlangsung
didalam hati. Urea adalah suatu senyawa yang mudah larut dalam air, bersifat netral,
terdapat dalam urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh.
Dalam reaksi pembentukan karbamil fosfat ini, satu mol ammonia bereaksi dengan
satu mol karbondioksida dengan bantuan enzim karbamilfosfat sintetase. Reaksi ini
membutuhkan energi, karenanya reaksi ini melibatkan dua mol ATP yang diubah
menjadi ADP. Disamping itu sebagai kofaktor dibutuhkan mg++ dan N-asetil-glutamat.
Karbamil fosfat yang terbentuk bereaksi dengan ornitin membentuk sitrulin. Dalam
reaksi ini bagian karbomil bergabung dengan ornitin dan memisahkan gugus fosfat.
Sebagai katalis pada pembentukan sitrulin adalah ornitin transkarbamilase yang
terdapat pada bagian mitokondria sel hati.
Selanjutnya sitrulin bereaksi dengan asam aspartat membentuk asam
argininosuksinat. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim argininosuksinat
sintetase. Dalam reaksi tersebut ATP merupakan sumber energi dengan jalan
melepaskan gugus fosfat dan berubah menjadi AMP.
Dalam reaksi ini asam argininosuksinat diuraikan menjadi arginin dan asam
fumarat. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim argininosuksinase, suatu enzim
yang terdapat dalam hati dan ginjal. Reaksi terakhir ini melengkapi tahap reaksi pada
siklus urea. Dalam reaksi ini arginin diuraikan menjadi urea dan ornitin. Enzim yang
bekerja sebagai katalis dalam reaksi penguraian ini ialah arginase yang terdapat dalam
hati. Ornitin yang terbentuk dalam reaksi hidrolisis ini bereaksi dengan karbamilfosfat
untuk membentuk sitrulin.
6. Biosintesis Protein
Biosintesis protein yang terjadi dalam sel merupakan reaksi kimia yang kompleks
dan melibatkan beberapa senyawa penting, terutama DNA dan RNA.molekuk DNA
merupakan rantai polinukleutida yang mempunyai beberapa jenis basapurin dan
piramidin, dan berbentuk heliks ganda.
Dengan demikian akan terjadi heliks gandayang baru dan proses terbentunya
molekul DNA baru ini disebut replikasi, urutan basa purin dan piramidin pada molekul
DNA menentukan urutan asam amino dalam pembentukan protein. Peran dari DNA itu
sendri sebagai pembawa informasi genetic atau sifat-sifat keturunan pada seseorang .
dua tahap pembentukan protein:
1) Tahap pertama disebut transkripsi, yaitu pembentukan molekul RNA sesuai pesan
yang diberikan oleh DNA.
2) Tahap kedua disebut translasi, yaitu molekul RNA menerjemahkan informasi
genetika kedalam proses pembentukan protein.
Biosintesis protein terjadi dalam ribososm, yaitu suatu partikel yang terdapat dalam
sitoplasma r RNA bersama dengan protein merupakan komponen yang membentuk
ribosom dalam sel, perananya dalam dalam sintesis protein yang berlangsung dalam
ribosom belum diketahui.
m RNA diproduksi dalam inti sel dan merupakan RNA yang paling sedikit jumlahnya.
kode genetika yang berupa urutan basa pada rantai nukleutida dalam molekul DNA.
tiap tiga buah basa yang berurutan disebut kodon, sebagai contoh AUG adalah kodon
yang terbentuk dalam dari kombinasi adenin-urasil-guanin, GUG adalah kodon yang
terbentuk dari kombinasi guanin-urasil-guanin. kodon yang menunjuk asam amino
yang sama disebut sinonim, misalnya CAU dan CAC adalah sinonim untuk histidin.
perbedaan antara sinonim tersebut pada umumnya adalah basa pada kedudukanketiga
misalnya GUU,GUA,GUC,GUG..
bagian molekut t RNA yang penting dalam biosintesis protein ialah lengan asam
amino yang mempunyai fungsi mengikat molekul asam amino tertentu dalam lipatan
anti kodon. lipatan anti kodon mempunyai fungsi menemukan kodon yang menjadi
pasangannya dalam m RNA yang tedapat dalam ribosom. pada prosese biosintesis
protein, tiap molekuln t RNA membawa satu molekul asam amino masuk kedalam
ribosom. pembentukkan ikatan asam amino dengan t Rna ini berlangsung dengan
bantuan enzim amino asli t RNA sintetase dan ATP melalui dua tahap reaksi:
1. Asam aminon dengan enzim dan AMP membentuk kompleks aminosil-AMP-
enzim.
2. reaksi antara kompleks aminoasil-AMP-enzim dengan t RNA
proses biosintesis akan berhenti apabila pada m RNA terdapat kodon UAA,UAG,UGA.
karena dalam sel normal tidak terdapat t RNA yang mempunyai antikodon
komplementer.
UJI PROTEINTUJUAN
Untuk mengetahui adanya protein didalam urin
DASAR
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat penting
sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk memnbangun struktur tubuh. Selain itu protein juga
bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-
sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa
reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan
materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi
urin berubah sepanjang proses reabsorpsi.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal
dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10
mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut
proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis,
nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan
kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga
dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.
Untuk mengetahui adanya protein di dalam urin dilakukan pemeriksaan. Prinsip dari pemeriksaan ini
terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisila.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. 1 Tabung reaksi2. Penjepit tabung reaksi3. Rak tabung4. Pipet tetes5. Corong6. Pipet volume7. Lampu spiritus/ bunsen8. Beker glass
Bahan :
1. Asam Asetat 6%2. Urin patologis
CARA KERJA1. Isi urine normal pada tabung 1 dan urin patologis pada tabung 2 hingga dua per tiga tabung2. Kedua tabung di miringkan, panaskan bagian atas urin sampai mendidih3. Perhatikan apakah terjadi kekeruhan dibagian atas urin tersebut dengan cara membandingkan
dengan urin bagian bawah.4. Jika urine dalam tabung tidak terjadi kekeruahn maka hasilnya negatif5. jika urin dalam dalam tabung terjadi kekeruhan maka tambahkan asam asetat 6% sebanyak 3-5
tetes.
6. Panaskan lagi sampai mendidih, Jika urine kembali bening/kekeruahn menghilang maka hasilnya negatif. Jika kekeruahn urin tetap ada maka hasilnya positif.
7. Beri penilaian terhadap hasil pemeriksaan tersebut
Cara menilai hasil : Negatif : tidak ada kekeruhan Positif + : kekeruhan ringan tanpa butiran (0,01-0,05% protein) Positif ++ : kekeruhan mudah dilihat dan dengan butiran (0,05-0,2% protein) Positif +++ : Urin jelas keruh dan kekeruhan dengan kepingan (0,2-0,5 % protein) Positif ++++ : Urin sangat keruh dan kekeruhan dengan gumpalan ( > dari 0,5 % )
PEMERIKSAAN ALBUMIN
Tujuan
Untuk mengetahui kadar albumin pada sample plasma
Metode
Praktikum ini menggunakan metode BCG (Bromcresol green)
Prinsip
Serum ditambahkan pereaksi albumin akan berubah warna menjadi hijau, kemudian
diperiksa pada spektrofotometer. Intensitas warna hijau ini menunjukkan kadar albumin
pada serum
Dasar Teori
Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul asam amino yang
berhubungan satu dengan yang lain melalui suatu ikatan yang dinamakan ikatan peptida.
Sejumlah besar asam amino dapat membentuk suatu senyawa protein yang memiliki
banyak ikatan peptida, karena itu dinamakan polipeptida. Secara umum protein berfungsi
dalam sistem komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer plasma, dan
mempertahankan keseimbangan cairan intra dan ekstraseluler. Berbagai protein plasma
terdapat sebagai antibodi, hormon, enzim, faktor koagulasi, dan transport substansi khusus
(anonim,2010).
Protein-protein kebanyakan disintesis di hati. Hepatosit-hepatosit mensintesis fibrinogen,
albumin, dan 60 – 80 % dari bermacam-macam protein yang memiliki ciri globulin. Globulin-
globulin yang tersisa adalah imunoglobulin (antibodi) yang dibuat oleh sistem limforetikuler
(anonim,2010).
Albumin dapat meningkatkan tekanan osmotik yang penting untuk mempertahankan cairan
vaskular. Penurunan albumin serum dapat menyebabkan cairan berpindah dari dalam
pembuluh darah menuju jaringan sehingga terjadi edema(anonim,2010).
Rasio A/g merupakan perhitungan terhadap distribusi fraksi dua protein yang penting, yaitu
albumin dan globulin. Nilai rujukan A/G adalah > 1.0. Nilai rasio yang tinggi dinyatakan tidak
signifikan, sedangkan rasio yang rendah ditemukan pada penyakit hati dan ginjal.
Perhitungan elektroforesis merupakan perhitungan yang lebih akurat dan sudah
menggantikan cara perhitungan rasio A/G(anonim,2010).
Penurunan Kadar albumin terjadi pada penderita sirosis hati, gagal ginjal akut, luka bakar
yang parah, malnutrisi berat, preeklampsia, gangguan ginjal, malignansi tertentu, kolitis
ulseratif, enteropati kehilangan protein, malabsorbsi. Pengaruh obat : penisilin, sulfonamid,
aspirin, asam askorbat(anonim,2010).
Alat dan Bahan
Alat
Tabung reaksi
Rak tabung
Pipet ukur
Mikro pipet
Bahan
Perekasi:
Albumin BCG
Standar albumin
Bahan:
Sampel serum/plasma
Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan
Tes Standar Blanko
Pereaksi albumin (ml) 2,00 2,00 2,00
Serum/plasma (ml) 0,01 - -
Standar (ml) - 0,01 -
Aqua - - 0,01
Disampur, dibaca pada spektrofotometer
Perhitungan = Dt/Dst×kadar standar= g%
Data Hasil Pengamatan
Hasil pembacaan spektro:
Tes = 0,01
Blanko = 0
Standar = 0,03
kadar albumin pada sampel= Dt/Dst×kadar standar
kadar albumin pada sampel=0,01/0,03×3,9
= 1,29 g%
PEMBAHASAN
Praktikum pemeriksaan kadar albumin pada smpel serum bertujuan untuk menentukan
kadar albumin dengan tujuan diagnosa penyakit. Pada pemeriksaan ini didapatkan kadar
albumin 1,29 g%, ini menunjukkan hasil menurun dari nilai normal (3-4 gr/100 ml).
Penurunan kadar albumin disebut hipoalbumin. Hipoalbumin dapat disebabkan oleh
penurunan produksi albumin, sintesis yang tidak efektif karena kerusakan sel hati,
kekurangan intake protein, peningkatakan albumin karena penyakit lain dan inflamasi akut
maupun kronis.
Malnutrisi protein
Asam amino diperlukan dalam sintesa albumin, akibat dari defisiensi intake protein terjadi
kerusakan pada rediculum endoplasma sel yang berpengaruh pada sintesis albumin dalam
sel hati.
Sintesis yang tidak efektif
Pada pasien dengan sirosis hepatitis terjadi penurunan sintesis albumin karena
berkurangnya jumlah sel hati. Selain itu terjadi penurunan alirah darah portal ke hati yang
menyebabkan maldistribusi nutrisi dan oksigen ke hati.
Kehilangan protein ekstravaskuler
Kehilangan protein masiv pada penderita sindrom nefrotik. Darah terjadi kebocoran protein
3,5 gram dalam 24 jam. Kehilangan albumin juga dapat terjadi pada pasien dengan luka
bakar yang luas.
Hemodilusi
Pada pasien ascites, terjadi peningkatan cairan tubuh mengakibatkan penurunan kadar
albumin walaupun sintesis albumin normal/meningkat.
Inflamasi akut dan kronis
Kadar albumin rendah karena inflamasi akut dan akan menjadi normal dalam beberapa
minggu setelah inflamasi hilang. Pada inflamasi terjadi pelepasan cytokine sebagai akibat
respons inflamasi pada sress fisiologis (infeksi, bedah, trauma) mengakibatkan penurunan
kadar albmin melalui mekanisme berikut:
Peningkatan permeabilitas vaskuler
Peningkatan degradasi albumin
Enurunan sintesis albumin
Kesimpulan
Praktikum memperoleh hasil kadar albumin menurun yaitu 2,3 gr%. Hal ini menunjukkan
pasien mengalami hipoalbumin.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. Total protein. http://www.wordpress.com. Diakses tanggal 19 februari 2011.
Denpasar
PEMERIKSAAN ALBUMIN DAN TOTAL PROTEIN
Tujuan
Untuk mengetahui kadar protein dalam serum
Untuk mengetahui kadar albumin dalam serum
Metode
Pemeriksaan Albumin
Menggunakan metode B. C. G
Pemeriksaan total protein
Menggunakan metode biuret
Prinsip
Pemeriksaan Albumin
Serum ditambahkan pereaksi albumin akan berubah warna menjadi hijau, kemudian
diperiksa pada spektrofotometer. Intensitas warna hijau ini menunjukkan kadar albumin
pada serum
Pemeriksaan Total Protein
Serum ditambahkan pereaksi biuret akan menghasilkan warna, dan ditunggu selama 30
menit, warna yang terbentuk akan dibaa pada spektrofotometer
Dasar Teori
Penetapan kadar protein dalam serum biasanya mengukur protein total, dan albumin atau
globulin. Ada satu cara mudah untuk menetapkan kadar protein total, yaitu berdasarkan
pembiasan cahaya oleh protein yang larut dalam serum. Penetapan ini sebenarnya
mengukur nitrogen karena protein berisi asam amino dan asam amino berisi nitrogen
(anonim,2010).
Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan pemeriksaan yang
digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah serum. Bila menggunakan bahan
pemeriksaan plasma, kadar total protein akan menjadi lebih tinggi 3 – 5 % karena pengaruh
fibrinogen dalam plasma (anonim,2010).
Cara yang paling sederhana dalam penetapan protein adalah dengan refraktometer
(dipegang dengan tangan) yang menghitung protein dalam larutan berdasarkan perubahan
indeks refraksi yang disebabkan oleh molekul-molekul protein dalam larutan. Indeks refraksi
mudah dilakukan dan tidak memerlukan reagen lain, tetapi dapat terganggu oleh adanya
hiperlipidemia, peningkatan bilirubin, atau hemolisis (anonim,2010).
Saat ini, pengukuran protein telah banyak menggunakan analyzer kimiawi otomatis.
Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan (absorbance) molekul zat warna.
Protein total biasanya diukur dengan reagen Biuret dan tembaga sulfat basa. Penyerapan
dipantau secara spektrofotometri pada λ 545 nm. Albumin sering dikuantifikasi sendiri.
Sedangkan globulin dihitung dari selisih kadar antara protein total dan albumin yang diukur
(anonim,2010).
Albumin dapat meningkatkan tekanan osmotik yang penting untuk mempertahankan cairan
vaskular. Penurunan albumin serum dapat menyebabkan cairan berpindah dari dalam
pembuluh darah menuju jaringan sehingga terjadi edema (anonim,2010)
Rasio A/g merupakan perhitungan terhadap distribusi fraksi dua protein yang penting, yaitu
albumin dan globulin. Nilai rujukan A/G adalah > 1.0. Nilai rasio yang tinggi dinyatakan tidak
signifikan, sedangkan rasio yang rendah ditemukan pada penyakit hati dan ginjal.
Perhitungan elektroforesis merupakan perhitungan yang lebih akurat dan sudah
menggantikan cara perhitungan rasio A/G (anonim,2010).
Nilai Rujukan
DEWASA : protein total : 6.0 - 8.0 g/dl; albumin : 3.5 - 5.0 g/dl
ANAK : protein total : 6.2 - 8.0 g/dl; albumin : 4.0 - 5.8 g/dl
BAYI : protein total : 6.0 - 6.7 g/dl; albumin : 4.4 - 5.4 g/dl
NEONATUS : protein total : 4.6 - 7.4 g/dl; albumin : 2.9 - 5.4 g/dl
Masalah Klinis
Protein total
PENURUNAN KADAR : malnutrisi berkepanjangan, kelaparan, diet rendah protein, sindrom
malabsorbsi, kanker gastrointestinal, kolitis ulseratif, penyakit Hodgkin, penyakit hati yang
berat, gagal ginjal kronis, luka bakar yang parah, intoksikasi air.
PENINGKATAN KADAR : dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah, diare, mieloma multipel,
sindrom gawat pernapasan, sarkoidosis.
Albumin
PENURUNAN KADAR : sirosis hati, gagal ginjal akut, luka bakar yang parah, malnutrisi berat,
preeklampsia, gangguan ginjal, malignansi tertentu, kolitis ulseratif, enteropati kehilangan
protein, malabsorbsi. Pengaruh obat : penisilin, sulfonamid, aspirin, asam askorbat.
PENINGKATAN KADAR : dehidrasi, muntah yang parah, diare berat. Pengaruh obat : heparin.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Diet tinggi lemak sebelum dilakukan pemeriksaan.
Sampel darah hemolisis.
Alat dan Bahan
Alat
Tabung rekasi
Rak tabung reaksi
Spektrofotometer
Pipet mikro
Pipet ukur
Bahan
Serum
Pereaksi biuret
Larutan standar
Aquadest
Pereaksi albumin
Cara Kerja
Total protein
Disiapkan alat dan bahan
Tes Standar Blanko
Pereaksi biuret (ml) 2,5 2,5 2,5
Serum 0,05 - -
Standar - 0,05 -
Aquadest - - 0,05
Albumin
Disiapkan alat dan bahan
Tes Standar Blanko
Pereaksi albumin (ml) 2,00 2,00 2,00
Serum/plasma (ml) 0,01 - -
Standar (ml) - 0,01 -
Aqua - - 0,01
Disampur, dibaca pada spektrofotometer
Perhitungan = Dt/Dst×kadar standar= g%
Data Hasil Pengamatan
Albumin
Tes = 0,330
Blanko = 0
Standar = 0,44
kadar albumin pada sampel= Dt/Dst x kadar standar
kadar albumin pada sampel= 0,330/0,44×3,9
= 2,92 gr/100ml
Total protein
Tes = 0,339
Standar = 0,244
Blanko = 0
kadar total protein pada sampel=Dt/Dst×kadar standar
kadar total protein pada sampel=0,339/0,244×6,9
= 9,58 gr%
Praktikum II
Total Protein
Sampel LCS
Tes = 0,034
Standar = 0,491
Blanko = 0,000
kadar total protein pada sampel=Dt/Dst×kadar standar
kadar total protein pada sampel= 0,034/0,491×6,9
= 0,477 gr%
Serum
Tes = 0,0354
Standar = 0,491
Blanko = 0,000
kadar total protein pada sampel=Dt/Dst×kadar standar
kadar total protein pada sampel= 0,0354/0,491×6,9
= 4,9 gr %
Pembahasan
Praktikum pemeriksaan total protein dan albumin ini memperoleh hasil pada praktikum I
albumin = 2,92 gr %, total protein serum 9,58 gr%. Praktikum II total protein LCS = 0,477 gr
% dan sampel serum = 4,9 gr %.
Albumin pada sampel serum diperoleh 2,92 gr %, ini menunjukkan hasil menurun dari kadar
normal (3-4,5 gr/100ml). Penurunan albumin disebut hipoalbumin, ini terjadi karena sintesis
yang tidak efektif karena kerusakan sel hati, kekurangan intake protein.
Total protein yang diperoleh pada praktikum pertama adalah sebesar 8,58 gr%, ini
menunjukkan hasil yang meingkat dari kadar normal (6,6-8,5 gram). Peningkatan total
protein serum dijumpai pada dehidrasi terjadi hemokonsentrasi protein plasma.
Total proteinpada praktikum kedua sampel serum adalah 4,9 gr%, ini menandakan hasil
menurun. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh daktor malnutrisi protein atau kekurangan
intake protein dan kebiasaan pola hidup yang tidak sehat.
Total protein sampel LCS diperoleh 0,477 gr/100 ml, hasil ini meningkat karena kadar
normal total protein LCS < 0,04 gr/dl. Kadar protein akan meingkat oleh karena hilangnya
sawar darah otak (blood brain barries), reabsorbsi yang lambat atau peningkatakan sintesis
imunoglobulin lokal. Sawardarah otak hilang biasanya terjadi pada keadaan peradangan.
Iskemia bakterial trauma atau neovaskularisasi tumor. Perubahan kadar protein di cairan
serebrospinal bersifat umum tetapi bermakna sedikit, bila dinilai sendirian akan memberikan
sedikit nilai diagnostik pada infkesi susunan saraf pusat.
Kesimpulan
Praktikum ini memperoleh hasil sebagai berikut:
Pemeriksaan total protein pada praktikum I memperoleh hasil meningkat dari kadar normal
yaitu 9,58 gr%
Pemeriksaan albumin memperoleh hasil menurun yaitu 2,92 gr%
Pemeriksaan total protein II memperoleh hasil:
LCS hasilnya meningkat yaitu 0,477 gr/dl
Serum hasilnya mnurun 4,9 gr%
Melalui praktikum ini, praktikan mengetahui cara pemeriksaan albumin dan total protein.
DAFTAR PUSTAKA
Riswanto.2009. Protein Darah. http://www.scribs.edu. Diakses tanggal 19 Maret 2011.
Denpasar
PEMERIKSAAN GAMA GLOBULIN
Tujuan
Untuk mengetahui kadar gama globulin pada serum pasien
Metode
Biuret
Prinsip
Serum ditambahkan perekasi gama globulin, disentrifuge. Presipitat diteteskan NaCl yang
akan menghasilkan warna, warna ini diperiksa pada spektrofotometer. Intensitas warna
yang dibaca menunjukkan kadar gama globulin pada pasien.
Dasar teori
Gama globulin merupakan termasuk dalam globulin, yang diidentifikasi setelah
elektroforesis protein serum. Gamma globulin kebanyakan signifikan dengan imunoglobulin
(Igs), yang lebih dikenal dengan antibodi, meskipun beberapa Igs tidak merupakan gama
globulin dan beberapa gama globulin tidak termasuk Igs (anonim,2010).
Suntikan gama globulin biasanya diberikan untuk meningkatkan kekebalan tubuh pasien
terhadap penyakit. Suntikan yang sering digunakan pada pasien yang terkena hepatitis A
tanpa memandang jenis darah. Suntikan juga digunakan untuk meningkatkan kekebalan
tubuh pada pasien yang tidak dapat menjasilkan gama globulin secara alami karenaadanya
defisiensi imun, seperti link-agammaglobulinemia-x dan sindrom hiper IgM. Suntikan
tersebut kurang praktis dan digantikan dengan menggunakan Vaksin hepatitis A
(anonim,2010).
Gama globulin infus juga digunakan untuk mengobati beberapa penyakit imunologi,
misalnya pupura trombositepenia idiopatik (ITP), suatu penyakit dimana trombosit terserang
antibodi, menyebabkan jumlah platelet yang rendah. Gamma globulin menyebabkan limfa
mengakibatkan antibodi-tag pada trombosit, sehingga memungkinkan untuk bertahan hidup
(anonim,2010).
Alat dan Bahan
Alat
Tabung reaksi dan raknya
Spektrofotometer
Pipet ukur
Ball pipet
Mikro pipet
Bahan
Pereaksi gama globulin
Pereaksi biuret
Larutan NaCl 0,9%
Standar Protein
Sampel serum 583
Cara Kerja
Pengendapan protein
Dipipet 2,4 ml pereaksi gama globulin dalam tabung reaksi
Dipipet 0,1 ml serum, dicampur dengan membolak-balikkan tabung
Disentrifugasi selama ± 15 menit (bila sentrifugat tampak keruh tabung didinginkan dalam
bak berisi es selama 1 jam)
Sentrifugat dituang hati-hati, tabung diletakkan terbalik diatas secarik kertas saring
beberapa menit. Dibersihkan sisa-sisa sentrifugat yang melekat pada dinding tabung
dengan kertas saring. Presipitat dipakai untuk pemeriksaan (supernatan sebanyak 0,1 ml
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebagai test).
Test Blanko Standar
Presipitat (ml) +++ - -
Larutan NaCl 0,9% (ml) 1 0,9 1,0
Standar protein - 0,1 -
Biuret 3 3 3
Dicampur, ditangguhkan 30 menit, dibaca pada spektrofotometer ada panjang gelombang
540 nm.
Data Hasil Pengamatan
Praktikum I
Test = 0,035
Blanko = 0
Standar = 0,02
kadar gama globulin pada sampel= Dt/Dst×kadar standar
kadar gama globulin pada sampel= 0,035/0,01×2 gr %
= 0,70 gr %
nilai normal =0,7 – 1,7 gr %
Praktikum II
Test = 21
Blanko = 0
Standar = 182
kadar gama globulin pada sampel= Dt/Dst×kadar standar
kadar gama globulin pada sampel= 21/182×2
= 0,23 gr %
Pembahasan
Pemeriksaan gama globulin pada serum bertujuan untuk mengetahui kadar gamaglobulin
pada serum. Praktikum ini menggunakan pereaksi gama globulin yang berperan dalam
pengendapan protein ketika serum disentrifugasi.
Pada praktikum I didapatkan gama globulin sebesar 0,7 gr %, hal ini hasil yang salah,
praktikan tidak tepat dalam memipet dengan pipet mikro, sehingga menimbulkan hasil yang
salah. Sehingga praktikum ini harus diulangi.
Pada praktikum II didipatkan gama globulin sermu sebesar 0,23 gr %. Hasil ini menunjukkan
angka menurun dari kadar normal (0,7 – 1,7 gr %). Ini menunjukkan pasien mengalami
hypogamaglobunimea yaitu gangguan imunodefisiensi dimana produksi ekebalan tubuh
terhambat.
Praktikum pemeriksaan gamma globulin ini menggunakan sampel serum yang disentrifuse,
endapan yang terbentuk dari campuran larutan gama globlin dengan serum menunjukkan
serum positif protein, sehingga pemeriksaan bisa dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
Pemipetan juga sangat mempengaruhi hasil, pemipetean yang salah akan menghasilkan
hasil yang menyimpang.
Kesimpulan
Praktikum ini memperoleh hasil 0,23 gram (praktikum II) yang menunjukkan pasien
mengalami hipogammaglobulinemia. Melalui praktikum ini, praktikan bisa mengetahui cara
pemriksaan gama globulin serum
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. Gammaglobulin. http://wikipedia.edu. Diakses tanggal 1 april 2011. Denpasar
PEMERIKSAAN BILIRUBIN DIRECT DAN TOTAL BILIRUBIN
Tujuan
Untuk mengetahui kadar blirubin direct dan bilirubin total pasien
Metode
Jenddrask Groff
Prinsip
Bilirubin akan bereakdi dengan diazotized sulfanilic acid (DSA) membentuk zat warna
merah, absorban zat warna merah ini pada 530 nm adalah proporsional terhadap
konsentrasi bilirubin dalam saple. Bilirubin glukoronida yang larut dalam air bereaksi
langsung (direk) dengan DSA, sedangkan bilirubin yang terikat pada albumin bereaksi tidak
langsung/indirek dengan DSA.
Dasar Teori
Bilirubin adalahpigmenkuning yang berasaldariperombakanhemedari hemoglobin dalam
proses pemecahaneritrositolehselretikuloendotel. Di sampingitusekitar 20% bilirubin
berasaldariperombakanzat-zat lain. Selretikuloendotelmembuat bilirubin tidaklarutdalam air;
bilirubin yang disekresikandalamdarahharusdiikatkankepada albumin untukdiangkutdalam
plasma menujuhati. Di dalamhati,
hepatositmelepaskanikatanitudanmengkonjugasinyadenganasamglukoronatsehinggabersifa
tlarut air. Proses konjugasiinimelibatkanenzimglukoroniltransferase (anonim,2010).
Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronidaatauhepatobilirubin)
masukkesaluranempedudandiekskresikankeusus. Selanjutnya flora
ususakanmengubahnyamenjadiurobilinogendandibuangmelaluifesessertasebagiankecilmelal
uiurin. Bilirubin terkonjugasibereaksicepatdenganasamsulfanilat yang
terdiazotasimembentukazobilirubin (reaksi van den Bergh), karenaituseringdinamakan
bilirubin direkatau bilirubin langsung (anonim,2010).
Bilirubin takterkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat
albumin haruslebihduludicampurdenganalkohol, kafeinataupelarut lain
sebelumdapatbereaksi, karenaitudinamakan bilirubin indirekatau bilirubin tidaklangsung
(anonim,2010).
Peningkatankadar bilirubin direkmenunjukkanadanyagangguanpadahati (kerusakanselhati)
atausaluranempedu (batuatau tumor). Bilirubin
terkonjugasitidakdapatkeluardariempedumenujuusussehinggaakanmasukkembalidanterabs
orbsikedalamalirandarah (anonim,2010).
Peningkatankadar bilirubin indirekseringdikaitkandenganpeningkatandestruksieritrosit
(hemolisis), sepertipadapenyakithemolitikolehautoimun, transfusi, ataueritroblastosisfatalis.
Peningkatandestruksieritrosittidakdiimbangidengankecepatankunjugasidanekskresikesalura
nempedusehinggaterjadipeningkatankadar bilirubin indirek (anonim,2010).
Hatibayi yang barulahirbelumberkembangsempurnasehinggajikakadar bilirubin yang
ditemukansangattinggi, bayiakanmengalamikerusakanneurologispermanen yang
lazimdisebutkenikterus. Kadar bilirubin (total) padabayibarulahirbisamencapai 12 mg/dl;
kadar yang menimbulkankepanikanadalah> 15 mg/dl. Ikterikkerapnampakjikakadar bilirubin
mencapai> 3 mg/dl. Kenikterustimbulkarena bilirubin yang berkelebihanlarutdalam lipid
ganglia basalis (anonim,2010).
Dalamujilaboratorium, bilirubin diperiksasebagai bilirubin total dan bilirubin direk.
Sedangkan bilirubin indirekdiperhitungkandariselisihantara bilirubin total dan bilirubin direk.
Metodepengukuran yang digunakanadalahfotometriatauspektrofotometri yang
mengukurintensitaswarnaazobilirubin (anonim,2010).
NilaiRujukan(anonim,2010)
DEWASA : total : 0.1 – 1.2 mg/dl, direk : 0.1 – 0.3 mg/dl, indirek : 0.1 – 1.0 mg/dl
ANAK : total : 0.2 – 0.8 mg/dl, indirek : samadengandewasa.
BAYI BARU LAHIR : total : 1 – 12 mg/dl, indirek : samadengandewasa.
MasalahKlinis(anonim,2010)
Bilirubin Total, Direk
PENINGKATAN KADAR : ikterikobstruktifkarenabatuatauneoplasma, hepatitis, sirosishati,
mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruhobat :
antibiotic (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin,
tetrasiklin), sulfonamide, obatantituberkulosis ( asampara-aminosalisilat, isoniazid),
alopurinol, diuretic (asetazolamid, asametakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium),
barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat,
metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.
PENURUNAN KADAR : anemia defisiensibesi. Pengaruhobat : barbiturate, salisilat (aspirin),
penisilin, kafeindalamdosistinggi.
Bilirubin indirek
PENINGKATAN KADAR : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria,
anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi,
hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat biliribin total, direk)
PENURUNAN KADAR : pengaruh obat (lihat bilirubin total, direk)
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat mempengaruhi
kadar bilirubin.
Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin.
Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen
empedunya akan menurun.Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan
kadar bilirubin.