Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

54
PENGARUH MEROKOK PADA WANITA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH SAKIT IMMNANUEL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG 2001

description

Sebagai referensi tentang bahaya merokok

Transcript of Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

Page 1: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

PENGARUH MEROKOK PADA WANITA

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGIRUMAH SAKIT IMMNANUEL

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

2001

Page 2: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….…iDAFTAR ISI…………………………………….………………………..………………iiPENDAHULUAN……………………………………………………………………..….1BAB I. TEMBAKAU, ROKOK DAN ASAP ROKOK…………………………..……....3

Jenis Produk Tembakau…………………………………………………….……..3Sifat Fisik Asap Rokok……………………………………………………..…….4Bahan Kimia Dalam Asap Rokok…………………………………………..….…5Nikotin ……………………………………………………….……………….6Enviromental Tobacco Smoke…………………………………………………….8

BAB II. PENGARUH MEROKOK PADA WANITA……………………………………9Fakta – fakta………………………………………………………………….……9Konsekuensi Kesehatan Yang Harus Didapat Bila Wanita Merokok …………10

1. Kankera. Kanker Paru – paru………………………………………………10b. Kanker Payudara…………………………………………………11c. Kanker Endometrium…………………………………………….11d. Kanker Ovarium………………………………………………….12e. Kanker Cervix Uteri …………………………………………….12f. Kanker Oropharinx ….………………………………………… 13g. Kanker Larinx ……………………………………………..……13h. Kanker Oesophagus…………………………………………… 14i. Kanker Colorectal ……………………………………………… 14j. Kanker Hepar…………………………………………………… 14k. Kanker Pankreas…………………………………………………14l. Kanker tractus urinarius………………………………………… 14m. Kanker Thyroid…………………………………………………. 15n. Kanker limphoproliferatif – Hematologis………………………. 16

2. Penyakit Kardiovaskular……………………………………………..163. Penyakit Cerebrovaskular……………………………………………174. Chronic Obstructive Pulmonary Disease ……………………………185. Gangguan Hormonal ……………………………………………….. 196. Berat Badan…………………………………………………………..207. Densitas tulang dan resiko terjadi fraktur……………………………218. Penyakit Lain………………………………………………………...229. Menstruasi dan Menopause………………………………………….2310. Kelainan Ginekologis………………………………………………..2411. Fungsi Reproduksi…………………………………………………...2512. Kehamilan ………………………………………………………….. 2613. Pengaruh pada Janin…………………………………………………2814. Laktasi…………………………………………………………….….29

BAB III. BERHENTI MEROKOK ……………………………………………………30KESIMPULAN…………………………………………………………………………..32DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………34

Page 3: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

PENDAHULUAN

Sudah lebih dari seribu tahun, manusia mengenal kebiasaan merokok. Selama itu

pula, merokok sudah mempengaruhi kesehatan manusia. Dalam kurun waktu tersebut

banyak sudah yang dialami manusia dan dipelajari dari merokok. Dari sekian lama

pengalaman dan sekian banyak pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa merokok

berbahaya untuk kesehatan manusia. Namun demikian, semua itu tidak cukup untuk

dapat menghilangkan rokok dari muka bumi.

Kebiasaan merokok pada wanita timbul setelah sebelumnya menjadi kebiasaan

pada kaum pria. Pada awalnya, tingkat prevalensi merokok pada wanita jauh dibawah

pria. Perbedaan tingkat prevalensi ini kemudian menyempit pada dekade ke 6 hingga

dekade ke 8 abad 20. Sejak tahun 1985, tingkat prevalensi merokok pada pria dan wanita

adalah sama.

Adalah menarik mempelajari pengaruh rokok pada wanita. Hal ini disebabkan

karena, pertama, tentang rokok itu sendiri, diluar pengetahuan kita tentang ribuan bahan

kimia yang terdapat dalam asap rokok, semuanya masih merupakan misteri. Efek

langsung dari asap rokok terhadap tujuh manusia serta mekanisme bagaimana asap rokok

dapat menyebabkan berbagai penyakit, masih harus kita pelajari lagi. Kemudian oleh

karena begitu banyak kandungan asap rokok, dan begitu luasnya sifat biologis yang

dimiliki asap rokok, maka sulit sekali mempelajari hal tersebut. Dengan demikian adalah

penting artinya bagi kita, penelitian secara epidemiologis dalam mempelajari masalah

rokok.

Dalam bab-bab berikutnya, akan dijelaskan bagaimana pengaruh merokok pada

kesehatan. Hampir semua kesimpulan yang diambil, didasarkan kepada data

epidemiologis, dan sebagian besar penyakit yang bisa disebabkan merokok,

patogenesanya belum jelas benar. Penelitian-penelitian ini dilakukan dihampir lima

benua. Namun sayang sekali, penulis tidak berhasil menemukan literatur tentang

penelitian mengenai pengaruh merokok pada wanita di Indonesia. Namun demikian,

walaupun mempunyai karakteristik kependudukan dan demografis yang berbeda, namun

Page 4: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

hasil atau kesimpulan yang didapat dari penelitian di luar negeri, berlaku secara

universal.

Kedua, wanita itu sendiri memiliki karakteristik dan kepentingan yang berbeda

dengan pria. Yang paling penting ialah bahwa wanita mempunyai kemampuan untuk

mengandung dan melahirkan keturunan. Dengan demikian, merokok selain berpengaruh

pada kesehatan dirinya, dapat juga berpengaruh kepada keturunannya.

Terakhir, masalah merokok ini pada akhirnya sudah tersangkut paut dengan

segala aspek kehidupan manusia, mulai dari masalah kesehatan, kependudukan, ekonomi,

sampai masalah pertahanan dan keamanan suatu negara, tersangkut dengan masalah

rokok, sehingga masalahnya sedemikian kompleks dan sulit diatasi.

Page 5: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

BAB I

TEMBAKAU, ROKOK DAN ASAP ROKOK

Rokok yang bahan bakunya tembakau, telah dikenal dan digunakan oleh manusia

kara-kira seribu tahun lamanya. Dahulu, tanaman tembakau hanya tumbuh di dunia barat

dan banyak diperdagangkan oleh suku indian untuk keperluan upacara keagamaan dan

pengobatan saat Colombus datang dan mendarat di tanah yang kemudian dikenal sebagai

benua Amerika.

Ketika itu suku indian menghirup rajangan halus daun tembakau atau

menghisapnya setelah dibakar dalam pipa-pipa yang mereka namakan tobagos atau

tobacos secara bergantian dalam kelompok untuk tujuan kedamaian dan menggalang

perdamaian antar suku.

Setelah zaman Colombus, para penjelajah dunia dan pedagang membawanya ke

eropah, kemudian ke asia, dimana tanaman komoditi ini cepat berakar dalam kehidupan

sosial maupun komersial mereka.

Linnaeus pada tahun 1753 menamakan genus tumbuhan tembakau sebagai

Nicotiana tabacum, diambil dari nama seorang tokoh pemerintah perancis saat itu, Nicot.

Dan dalam tahun 1828, kandungan yang paling penting dari tembakau yang dikenal

sebagai nicotine berhasil diisolasi.

JENIS PRODUK TEMBAKAU

Banyak cara menyajikan tembakau untuk dinikmati. Tembakau bisa dibakar untuk

dihisap asapnya (dirokok) ataupun tidak dibakar, misalnya dikunyah, dihirup atau dihisap

melalui hidung dalam bentuk rajangan halus daunnya (snuff) dan sebagainya.

Untuk membakar tembakau, ada beberapa cara. Tembakau dapat disediakan

sendiri oleh perokok untuk dimasukkan kedalam lintingan daun kawung (bidis), atau

dimasukkan kedalam pipa/cangklong. Jenis yang paling banyak di pasaran adalah jenis

rokok cigaret. Disini tembakau sudah dibungkus oleh kertas khusus setelah dicampur

Page 6: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

dengan berbagai bahan aditif penambah rasa. Pada jenis ini bisa disertai atau tanpa

disertai filter pada ujung bagian mulut (kretek).

Perokok cerutu dan pipa biasanya menghirup asap rokok lebih sedikit dan tidak

sedalam rokok cigaret. Secara keseluruhan, angka kematian akibat merokok pada

perokok pipa dan cerutu lebih rendah dibanding perokok cigaret. Akan tetapi resiko

untuk terjadi kanker mulut, laring atau oesophagus sebanding diantara ketiganya.

Pemakaian tembakau dengan cara dihirup (snuff) atau dikunyah sama efektifnya

dalam meningkatkan kadar nikotin plasma dengan memakai tembakau dalam rokok.

Dengan demikian tetap saja mempunyai resiko tinggi terkena penyakit akibat zat yang

terkandung dalam tembakau, terutama kanker oral.

Dalam 20 tahun terakhir, 50-90% pasaran produk tembakau dikuasai oleh produk

cigaret dengan filter yang diklaim mengandung kadar nikotin dan tar rendah. Turunnya

kadar nikotin dan tar ini sudah hampir mendekati separuh dari kadar nikotin dan tar pada

rokok sigaret ketika pertama kali diperkenalkan . Logikanya, dengan makin turunnya

kadar nikotin dan tar dalam rokok, maka resiko terkena penyakit akibat merokok pun

akan berkurang. Akan tetapi sungguh disayangkan, ada kecenderungan orang untuk

menambah frekwensi merokok atau jumlah rokok yang dihisap tiap harinya, karena

perokok merasa lebih aman dengan rokok yang rendah nikotin dan tar. Sesungguhnya

kalaupun ada penurunan angka resiko, maka bila dibandingkan dengan tidak atau

berhenti merokok, maka penurunan angka resiko itu tidak ada artinya.

Suatu Penelitian membagi rokok dalam 3 kategori, yaitu, rokok dengan kadar Tar-

Nikotin Tinggi, yaitu bila dalam 1 batang rokok, terkandung Nikotin 2 – 2,7mg, dan tar

25,8 – 35,7mg. Kadar Tar-Nikotin sedang, bila kadar Nikotin 1,2 – 1,9 mg, dan Tar 17,6

– 25 mg. Kadar Tar-Nikotin Rendah bila kadar Nikotin kurang dari 1,2 mg dan Tar

kurang dari 17,6 mg.

SIFAT FISIK ASAP ROKOK

Asap rokok adalah aerosol yang heterogen yang merupakan hasil pembakaran tak

sempurna dari tembakau. Asap rokok ini terdiri dari fase gas dimana benda-benda

partikel tersebar didalamnya.

Page 7: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

Komposisi asap rokok dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis tembakau,

suhu pembakaran, porositas kertas pembungkus, bahan-bahan aditif dalam rokok, serta

ada tidaknya filter.

Suhu pada batang rokok bervariasi mulai 30o C pada sisi mulut, sampai 900oC

pada sisi yang terbakar. Pada suhu tertentu, beberapa macam zat akan mengalami

dekomposisi akibat panas (Pyrolisis), zat volatil akan langsung menguap ke dalam asap,

sedangkan zat yang tak stabil akan membentuk ikatan-ikatan baru dengan zat lain

(pyrosintesis). Beberapa macam zat yang dapat ditemukan dalam tembakau dapat

ditemukan dalam asap rokok dalam bentuk yang tidak berubah karena panas.

BAHAN KIMIA DALAM ASAP ROKOK

Diperkirakan 92-95% asap rokok ada dalam bentuk gas. 85% diantaranya terdiri

dari gas Nitrogen, Oksigen, dan Karbondioksida. Sisanya terdiri dari gas dan partikel lain

yang umumnya berbahaya untuk kesehatan.

Telah diketemukan lebih dari 4000 macam bahan kimia yang dapat ditemukan

pada tembakau dan asap rokok. Termasuk diantaranya secara farmakologis bersifat aktif,

sitotoksik, mutagenik, dan karsinogenik. Sifat biologisnya yang luas inilah yang

membuat pengertian akan konsekwensi asap rokok bagi kesehatan menjadi sangat

penting. Dalam lampiran / dapat kita lihat seluruh bahan kimia yang pernah ditemukan

pada asap rokok. Pada lampiran 2 dapat kita lihat bahan kimia dalam asap rokok yang

diseleksi.

Sebagai gambaran kita umpamakan, seorang perokok menghabiskan satu pak

rokok berisi 12-16 batang rokok sehari. Maka selama ia merokok, ia akan menghirup dan

menghembuskan asap rokok sedikitnya 70.000 kali dalam setahun. Tentu saja selama ini,

maka mukosa mulut, pharinx, larinx, trachea, bronchus dan cabng-cabangnya akan

terekspos dengan asap rokok dan segala isinya.

Respon jaringan dan sistem organ terhadap asap rokok bersifat multipeldan sangat

kompleks. Hampir semua penelitian mempelajari efek asap rokok secara keseluruhan,

atau zat-zat tertentu yang dinilai mempunyai potensi paling berbahaya bagi manusia

seperti Nikotin dan Karbonmonoksida.. Boleh dikatakan relatif sedikit yang kita ketahui

Page 8: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

tentang efek masing-masing atau secara individual dari zat-zat berbahaya lain yang ada

dalam asap rokok.

NIKOTIN

Nikotin pertama kali diisolasi dari daun tembakau atau Nicotiana Tabacum oleh

Posselt dan Reiman pada tahun 1828. Nikotin adalah zat yang secara farmakologis paling

penting yang terdapat dalam tembakau. Walaupun sebenarnya nikotin tidak mempunyai

manfaat terapi, namun secara farmakologis bersifat sangat toksik, dan keberadaannya

dalam tembakau, serta dengan adanya efek ketergantungan fisik terhadap nikotin,

membuat zat ini sangat penting dalam ilmu kedokteran.

Nikotin merupakan alkolona yang sangat toksik yang merupakan stimulan,

sekaligus depresan ganglion. Efeknya sangat kompleks dan luas pada tubuh manusia.

Presentase nikotin dalam daun tembakau bervariasi mulai 0,5-8%. Tembakau pada rokok

berisi 1,5% nikotin dan asap yang dihasilkan rokok pada umumnya bisa mengandung

nikotin hingga 6-8 mg.

FARMAKOKINETIK

Ketika tembakau terbakar selama merokok, nikotin terlepas ke dalam asap dan

masuk ke dalam paru-paru, dimana ia akan diabsorpsi dengan cepat dalam alveoli. Rata-

rata nikotin yang ada dalam asap rokok dihisap ke dalam paru-paru, dan 60-80% nikotin

akan diabsorpsi. Setelah diabsorpsi, nikotin akan didistribusikan ke dalam berbagai

jaringan dalam tubuh. Organ yang mempunyai afinitas tertinggi terhadap nikotin secara

berurutan adalah ginjal, hepar, paru-paru, otak dan jantung, Disusul oleh jaringan otot

dan terakhir jaringan lemak, Nikotin dimetabolisme di hepar menjadi beberapa macam

metabolit. Nikotin diexcresikan terutama lewat urine.

FARMAKODINAMIK

Nikotin menyebabkan berbagai efek terhadap mood. Tergantung pada dosis dan

keadaan (toleransi atau putus obat) atau mood awal seseorang, nikotin bisa merangsang

nafsu dan kewaspadaan, atau bisa melemaskan dan menegangkan. Dalam menghadapi

Page 9: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

stress, perokok cenderung untuk mengalami keinginan yang lebih kuat untuk merokok,

dan cenderung untuk meningkatkan intensitas merokoknya. Dalam hal ini wanita lebih

sering terpengaruh stress dibanding pria.

Nikotin dapat memperbaiki kemampuan dalam hal memperhatikan, mempelajari

dan fungsi memori, serta meningkatkan fungsi performa sensoris dan motoris. Nikorin

mengalami efek toleransi, dimana untuk menghasilkan efek yang sama seseorang

memerlukan kadar yang lebih tinggi dengan cara menambah jumlah rokok yang dihisap.

Inilah dasar dari ketergantungan fisik terhadap nikotin.

KETERGANTUNGAN FISIK TERHADAP NIKOTIN

Nikotin memenuhi semua kriteria untuk menjadi bahan adiktif. Kriteria itu adalah

sebagai berikut :

1. Adanya efek psikoaktif yang mempengaruhi mood, perilaku dan atau daya tangkap.

2. Efek yang mempengaruhi penderita untuk mengkonsumsi obat sendiri.

3. Adanya pemakaian yang kompulsif, disertai keinginan yang kuat untuk menghisap

rokok.

4. Timbul gejala putus obat jika tidak merokok.

5. Pemakaian yang terus menerus, walaupun menyadari efek negatif rokok.

6. Adanya kesulitan dalam mengurangi atau menghilangkan sama sekali jumlah nikotin

yang dihisap.

7. Adanya kebutuhan akan obat/rokok secara berulang.

Ketergantungan fisik ditandai terutama dengan timbulnya gejala putus obat bila

tidak merokok. Gejala putus obat ini disebabkan karena nikotin mempunyai sifat

toleransi, dimana efek nikotin akan berkurang setelah pemakaian yang berulang, sehingga

untuk mendapatkan efek yang sama seperti sebelumnya, dosisnya harus dinaikkan.

Gejala putus obat antara lain ditandai dengan adanya rasa marah, rasa cemas,

keinginan kuat untuk merokok, sukar berkonsentrasi, rasa lapar, tidak sabar, perasaan

lebih dan tidak bisa beristirahat. Gejala ini mencapai puncaknya dalam 1-2 hari setelah

berhenti merokok, dan kembali normal dalam 3-4 minggu.

Page 10: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

Sebagai gambaran, menurut penelitian di USA tahun 1995 kurang lebih 90%

perokok, merokok setiap harinya. Dari mereka yang menghabiskan 1 pak rokok sehari,

80% tidak berhasil mengurangi jumlah rokok yang dihisap. Sedikitnya separuh dari

mereka yang berhenti merokok mengalami gejala putus obat. Dari mereka yang berusaha

keras berhenti merokok, hanya kurang dari 3% yang berhasil tidak merokok dalam waktu

lama. Umumnya mereka akan kembali merokok.

Dalam bab berikutnya, dapat kita lihat bahwa semua penyakit akibat merokok ada

hubungannya dengan kerja nikotin pada tubuh.

ENVIROMENTAL TOBACCO SMOKE (ETS)

Di Amerika serikta, 37% orang dewasa yang tidak merokok tinggal bersama

sedikitnya seorang perokok, atau mengalami ETS ditempat kerja.

1. Asap rokok yang terhisap oleh para perokok pasif ini terdiri dari :

- asap rokok yang keluar dari rokok yang masih menyala sebelum dihisap.

- Asap rokok yang dikeluarkan/ekshalasi seorang perokok.

2. Bahwa kenyataan menunjukkan umumnya ETS terjadi di tempat-tempat umum,

tempat kerja atau bahkan di rumah, dimana terdapat sedikitnya 1 orang perokok.

Makin banyak jumlah perokok disuatu tempat makin besar kemungkinan terjadinya

ETS.

Dari kedua pertimbangan di atas, maka perlu disadari, betapa seorang perokok

pasif dapat sedemikian rupa, memiliki seidikitnya keadaan yang sama dengan para

perokok aktif, atau bahkan relatif lebih dibanding perokok aktif, karena pertama, mereka

bukanlah perokok dan sudah seharusnya tidak mendapat akibat dari merokok. Kedua,

asap rokok yang terhisap bisa merupakan kumulasi asap dari banyak perokok, sehingga

jumlah dan konsentrasinya menjadi lebih tinggi.

Dengan demikian, resiko untuk mendapat berbagai penyakit akibat merokok,

minimal sama dengan para perokok aktif. Sebagai contoh, jika setidaknya tingkat

eksposurenya hanya 1% dari perokok aktif, resiko untuk terjadinya PJK hampir separuh

dari merokok 20 batang sehari.

Page 11: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

BAB II

PENGARUH ROKOK PADA WANITA

FAKTA - FAKTA

Berikut adalah beberapa fakta, menyangkut hubungan antara merokok, dan

wanita. Fakta-fakta ini adalah kesimpulan dari berbagai penelitian yang dilakukan di

Amerika serikat, Eropa dan Asia.

1. Prevalensi merokok pada wanita terus meningkat. Pada awalnya, merokok jarang

dilakukan oleh wanita. Seiring dengan makin banyaknya pria yang merokok, makin

banyak pula wanita yang merokok, walaupun prevalensinya masih dibawah pria. Pada

tahun 1965-1985, perbedaan prevalensi ini terus makin kecil. Dan sejak tahun 1985,

prevalensi antara wanita dan pria adalah sama. Di Indonesia mungkin tidak sebanyak

di Amerika atau Eropa, namun ada kecenderungan untuk terus meningkat.

2. Wanita yang merokok, cenderung untuk lebih menyukai jenis sigaret dibanding jenis

lain, Seperti yang kita ketahui, jenis sigaret adalah jenis yang paling banyak dipakai,

dan yang resiko untuk terkena penyakit akibat merokoknya paling tinggi. Penggunaan

tembakau kunyah atau susur di Indonesia boleh dikata makin lama makin sedikit,

namundemikian tidak ada penelitian tentang hal ini di Indonesia.

3. Dari generasi ke generasi, usia awal seseorang merokok, baik pria maupun wanita,

makin lama makin muda. Dahulu, merokok hanya dilakukan oleh orang dewasa,

sekarang bahkan anak sekolah dasar pun sudah banyak yang mencoba untuk

merokok. Usia awal seseorang merokok ini penting artinya, karena berkaitan dengan

makin lamanya seseorang merokok, makin sulitnya untuk berhenti merokok, dan

makin besarnya resiko untuk terserang penyakit akibat merokok. Usia paling rawan

untuk mulai merokok adalah usia 14-16 tahun.

4. Ada peningkatan jumlah rokok yang dihisap dari tahun ke tahun. Dengan makin

banyaknya jumlah rokok yang dihisap, maka makin besar pula resiko untuk terkena

penyakit akibat merokok, makin besar pula keinginan untuk menjadi tergantung pada

nikotin, makin sulit untuk berhenti merokok.

Page 12: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

5. Ikhtisar Merokok di Indonesia

Menurut penelitian yang dilakukan pada 216 389 responden usia 10 tahun ke atas

pada tahun 1995, prevalensi merokok pada wanita di Indonesia usia diatas 10 tahun

adalah 2 %, usia diatas 20 tahun adalah 2,6%, usia antara 50 – 54 tahun 3,4 %.

Sedangkan pria usia 10 tahun ke atas 61,3 %nya merokok, dan usia 20 tahun ke atas

68,8%.

67% wanita Indonesia yang merokok, menghabiskan 1 – 10 batang sehari,

sedangkan 30% sisanya, menghabiskan 11 – 20 batang sehari. Kurang lebih 3 % dari

wanita perokok di Indonesia menghabiskan lebih dari 20 batang rokok sehari. 16,7 %

wanita di Indonesia menggunakan tembakau kunyah / sirih, terutama pada wanita usia

lanjut diatas 60 tahun.

Jadi, prevalensi merokok pada wanita di Indonesia termasuk rendah dibanding

prevalensi pada pria. Prevalensi ini juga termasuk rendah, dibanding prevalensi

merokok pada wanita di negara lain. Perlu di ingat, bahwa kadar nikotin pada rokok

yang beredar di Indonesia, adalah yang tertinggi di dunia, yaitu mengandung nikotin

hingga 78 %, sedangkan rokok di luar negeri hanya mengandung 2,6 % nikotin

menurut Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, prevalensi merokok pada

wanita di Indonesia terus meningkat. Oleh karena itu, ‘mumpung’ prevalensi itu

masih rendah, maka perlu dilakukan usaha – usaha pencegahan yang lebih intensif.

KONSEKUENSI KESEHATAN YANG HARUS DIDAPAT BILA WANITA

MEROKOK

1. KANKER

a. Kanker Paru-paru

Wanita mulai merokok 20-30 tahun setelah pria merokok, yaitu sekitar dekade ke

3 dan ke 4 abad 20. Pada mulanya, kematian akibat kanker paru masih sedikit.

Selama dalam hampir 50 tahun, kematian akibat kanker paru pada wanita

meningkat hingga 600 persen, atau peningkatan 5,3 persen pertahunnya. Pada

tahun 1987, kanker paru menggantikan kedudukan kanker payudara sebagai

penyebab kematian nomor satu pada wanita. Dan pada tahun 2000, kanker paru

Page 13: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

menyebabkan 1 dari 4 kematian akibat kanker, dan merupakan 1 dari 8 kanker

yang baru ditemukan pada wanita. Pada tahun 2000 juga, dari Amerika

diperkirakan akan ada 74.600 kasus kanker paru, dan akan ada 67.600 kematian

dari penyakit tersebut pada wanita.

Merokok merupakan penyebab utama dari kanker paru pada wanita. Penelitian

menunjukkan 90% dari semua kematian akibat kanker paru pada wanita di

Amerika serikat, disebabkan oleh merokok.

Resiko untuk terserang kanker paru meningkat sesuai dengan jumlah, lamanya,

dan intensitas dari merokok. Resiko akan kematian akibat kanker paru pada

wanita yang merokok 2 pak atau lebih rokok ialah 20 kali wanita yang tidak

merokok.

b. Kanker Payudara

Ada bukti tidak langsung yang menunjukkan adanya kemungkinan biologis

bahwa merokok dapat menurunkan resiko terjadinya kanker payudara.

Seperti yang kita ketahui, estrogen dalam kadar tinggi, terutama estrone dan

estradiol, berperan dalam meningkatnya resiko terkena kanker payudara,

sedangkan merokok diperkirakan mempunyai efek antiestrogenik.

Kejadian terjadinya menopouse lebih awal juga sering terjadi pada wanita

merokok, sedangkan kita ketahui bahwa menopouse pada usia lanjut juga

meningkatkan resiko untuk terjadinya kanker payudara.

Akan tetapi dilain pihak, asap rokok mengandung banyak karsinogen yang dapat

saja berpengaruh pada terjadinya kanker payudara.

Penelitian-penelitian menunjukkan hasil yang saling bertentangan. Kalaupun ada

peningkatan atau penurunan angka resiko untuk terjadinya kanker payudara,

perbedaannya tidak secara statistik bermakna.

c. Kanker Endometrium

Beberapa peneliti menduga, bahwa merokok mempunyai efek menurunkan resiko

terhadap kemungkinan terjadinya kanker endometrium. Hal ini diduga disebabkan

karena merokok diduga mengurangi produksi estrogen dan juga adanya efek

antiestrogenik dari merokok. Teori lain mengatakan bahwa merokok

Page 14: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

mempengaruhi absorpsi, metabolisme dan distribusi dari estrogen. Merokok juga

diduga merubah estrogen lebih banyak menjadi 2-hidroksiestrone yang efek

estrogeniknya rendah.

Akan tetapi, dalam beberapa penelitian, walaupun memang tampak adanya

penurunan angka resiko, namun penurunan itu masih secara statistik tidak

bermakna.

d. Kanker Ovarium

Frekuensi ovulasi diduga berhubugan dengan resiko terjadinya kanker epitel

ovarium, dimana makin banyak jumlah siklus ovulasi selama hidupnya, makin

tinggi seorang wanita beresiko untuk terkena kanker ovarium.

Jika merokok mengganggu proses ovulasi misalnya karena iregularitas

menstruasi, maka merokok diduga bisa mengurani angka resiko terjadinya kanker

ovarium.

Akan tetapi sejumlah besar karsinogen dalam asap rokok, terutama Polisiklik

Aromatik Hidrokarbon (PAH), dapat juga berpengaruh pada kemungkinan

terjadinya kanker ovarium.

Penelitian-penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan ini, umumnya tidak

menemukan adanya hubungan merokok dengan resiko terjadinya kanker ovarium.

e. Kanker Cervix Uteri

Penelitian-penelitian banyak menemukan adanya hubungan antara merokok

dengan resiko terjadinya kanker Cervix Uteri, dimana ditunjukkan bahwa

merokok meningkatkan resiko untuk terjadinya kanker Cervix Uteri.

Ada beberapa dugaan tentang bagaimana mekanisme yang terjadi sehingga

merokok dapat menyebabkan kanker Cervix Uteri. Dugaan pertama, ialah bahwa

adanya efek langsung dari merokok terhadap epitel cervix uteri. Ini disebabkan

karena ditemukannya nikotin dan kotinin dalam kadar tinggi pada sekret mukosa

cervix uteri wanita yang merokok.

Dugaan lain berhubungan dengan infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Seperti

yang kita ketahui, infeksi HPV merupakan penyebab utama kanker Cervix Uteri

diberbagai negara. Merokok, diduga dapat menyebabkan Immunosupresi lokal di

Page 15: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

daerah Cervix Uteri. Hal ini dapat menyebabkan HPV yang sudah ada dapat terus

berkembang biak, atau dapat juga menyebabkan mudahnya terjadi infeksi baru

HPV. Apakah merokok sendiri, ataukah harus disertai dengan infeksi HPV yang

menyebabkan kanker, masih dalam penelitian.

f. Kanker Oral dan Pharynx.

Faktor resiko utama untuk terjadinya kanker pada mulut, lidah dan pharynx

adalah merokok dan alkohol.

Pada wanita yang merokok, resiko untuk terjadinya kanker orapharynx lima kali

lipat wanita yang tidak merokok.

Jika wanita itu merokok lebih dari 20 tahun dan lebih dari 2 pak seharinya,

kemudian ditambah dengan konsumsi minuman beralkohol, maka resiko untuk

terjadinya kanker Orapharynx menjadi 10 kali lipat wanita yang tidak merokok.

Jika konsumsi alkoholnya melebihi 15 kali atau lebih setiap minggunya, maka

resiko tersebut akan lebih dari 10 kali lipat wanita yang tidak merokok dan tidak

minum minuman beralkohol. 60 persen dari kanker Orapharynx disebabkan oleh

kombinasi rokok dan alkohol. Akan tetapi, resiko itu akan tetap ada bila wanita

tersebut terus merokok, walaupun ia sudah berhenti minu-minuman beralkohol.

Penggunaan tembakau kunyah atau susur juga meningkatkan terjadinya resiko

untuk terjadinya kanker mulut, terutama dari daerah mukosa pipi dan gusi yang

sering kontak langsung dengan tembakau.

g. Kanker Larynx

Kanker Larynx relatif jarang terjadi pada wanita. Perbandingan prevalensi antara

pria dan wanita adalah 5:1. Umumnya disebabkan oleh karena merokok berat dan

lama, serta alkoholisme.

Walaupun data mengenai hubungan penyakit ini dengan merokok jumlahnya

tidak banyak, sehingga kurang akurat, namun data-data tersebut menunjukkan

adanya peningkatan resiko hingga 10 kali lipat bagi wanita perokok dibanding

yang tidak merokok, untuk terserang kanker Larynx.

Page 16: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

h. Kanker Oesophagus

Faktor resiko utama untuk penyakit ini ialah merokok dan alkoholisme. Hanya

sedikit data yang ada tentang efek merokok pada resiko kanker Oesophagus.

Salah satu penelitian mengatakan bahwa resiko untuk terjadinya kanker

Oesophagus bagi wanita perokok hampir 8 kali lipat wanita yang tidak perokok.

Resiko ini meningkat seiring dengan makin banyaknya jumlah rokok yang dihisap

setiap harinya.

i. Kanker Colorectal

Merokok dihubungkan dengan meningkatnya resiko terjadinya kanker Colorectal

hingga 2-3 kali lipat dibanding yang tidak merokok.

j. Kanker Hepar

Faktor resiko utama untuk terjadinya kanker Hepar dan Tractus Biliaris adalah

alkoholisme dan infeksi virus Hepatitis B kronis.

Merokok juga diduga sebagai faktor resiko, walaupun wanita tersebut tidak

minum alkohol dan tidak pernah terinfeksi virus Hepatitis B. Peningkatan resiko

terjadinya kanker Hepar pada wanita merokok dibanding tidak merokok

bervariasi dan tidak ada peningkatan hingga 3 kali lipat. Namun penelitian lebih

lanjut mengenai hal ini masih diperlukan.

k. Kanker Pankreas

Penelitian menunjukkan adanya peningkatan resiko untuk terjadinya kanker

Pankreas pada wanita merokok hingga 2 kali lipat wanita yang tidak merokok.

Jika wanita itu merokok hingga 40 batang per hari atau selama 40 tahun lebih,

maka resiko untuk terjadinya kanker pankreas menjadi 3 kali lipat wanita yang

tidak merokok.

l. Kanker Tractus Urinarius

Kanker dari Tractus Urinarius meliputi hanya 7% dari seluruh kanker. Kanker

Vesico Urinaria meliputi 67% dari seluruh kanker Traktus Urinarius, kanker

Parenkim ginjal 23%, kanker Pelvis Renal 5%, dan kanker Ureter serta kanker

bagian lain 5%.

Page 17: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

Merokok adalah faktor resiko yang penting bagi terjadinya kanker disetiap bagian

Traktus Urinarius. Bagian yang paling rendah resiko terkena kanker akibat

merokok ialah Parenkim Ginjal I (Adeno Caranoma), dan yang paling tinggi

resikonya ialah kanker pada Pelvis dan Ureter.

m. Kanker Thyroid

Walaupun kanker Thyroid sering dibicarakan sebagai satu kesatuan, namun ada 4

tipe kanker secara histologis, yaitu : papiller, follikular, medullar, dan anaplastik.

Tipe yang pappiler adalah yang paling umum (50-80%) disusul tipe yang

follikular (10-40%). Tingkat mortalitas cukup tinggi pada tipe anaplastik,

sedangkan pada tipe lain, angka ketahanan hidup 5 tahunnya mencapai 95%.

Karena tipe yang papiler dan folikullar lebih banyak terjadi pada wanita, maka

secara keseluruhan, wanita mempunyai resiko terjadinya kanker Thyroid lebih

tinggi dibanding pria.

Faktor resiko untuk terjadinya kanker Thyroid antara lain ialah terkena radiasi,

penyakit Thyroid seperti Gotter dan Thyrotoxicosis, serta tinginya Body Mass

Index (BMI).

Tingginya angka kejadian kanker Thyroid pada wanita menimbulkan pernyataan

akan adanya peraan hormon sex wanita sebagai faktor penyebab kanker Thyroid.

Dan walaupun belum meyakinkan, ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

estrogen merupakan pemicu tumbuhnya tumor Thyroid pada hewan percoban,

demikian juga penggunaan kontrasepsi oral, Hormon Replacement Therapy

(HRT), serta riwayat reproduksi.

Penelitian mengenai hubungan merokok dengan kanker Thyroid menunjukkan

hasil yang belum meyakinkan. Namun demikian ada kecenderungan untuk

terjadinya penurunan resiko pada wanita yang merokok untuk terjadinya kanker

Thyroid.

Tidak diketahui bagaimana merokok berhubungan dengan menurunnya resiko

terjadi kanker Thyroid. Ada teori yang mengatakan bahwa pada perokok terdapat

kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang lebih rendah, sehingga

rendahnya resiko kanker Thyroid dikarenakan kelenjar Thyroid lebih kurang

Page 18: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

terstimulasi. Teori lain mengatakan bahwa adanya efek antiestrogenik dari

merokoklah yang berperan.

n. Kanker Lymphoproliferatif dan Hematologis.

Dari sekian banyak keganasan hematologis, hanya Acute Myeloid Leukemia saja

yang banyak dihubungkan dengan merokok. Peningkatan resiko terjadinya Acute

Myeloid Leukemia bervariasi mulai 1,3 kali hingga 3 kali lipat wanita yang tidak

merokok.

2. PENYAKIT KARDIOVASKULAR

a. Penyakit jantung Koroner (PJK)

Setiap tahun, di Amerika serikat, lebih dari 500.000 wanita mengalami myokard

infark, dan hampir separuhnya meninggal karenanya. Walaupun secara

keseluruhan, mortalitas penyakit ini terus turun sejak tahun 1960, namun pada

wanita usia pertengahan dan usia lanjut, penyakit ini masih merupakan penyebab

kematian paling tinggi.

Data epidemiologis yang terkumpul seama 40 tahun menunjukkan adanya

hubungan sebab akibat antara merokok dan PJK. Lebih dari selusin penelitian

yang menyatakan bahwa wanita yang merokok beresiko tinggi terserang PJK.

Resiko terjadinya PJK makin besar seiring dengan makin banyaknya jumlah

rokok yang dihisap perharinya, jumlah total rokok yang dihisap dalam tiap

tahunnya, seberapa dalam ia menghisap, serta usia awal wanita itu merokok.

Dalam 20 tahun terakhir, ternyata resiko bagi wanita perokok untuk terjadinya

PJK makin tinggi. Hal ini mungkin berhubungan dengan faktor-faktor tersebut

diatas.

Sebagai gambaran, seorang wanita yang merokok 1-4 batang perhari, resiko

terkena PJK adalah 2 kali lipat wanita yang tidak merokok. Wanita yang mulai

merokok sejak usia kurang dari 15 tahun, resiko terkena PJK adalah 9 kali lipat

wanita yang tidak merokok. Hampir separuh dari wanita usia di bawah 65 tahun

yang meninggal karena PJK, mempunyai riwayat merokok yang berat.

Page 19: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

Setelah berhenti merokok, resiko untuk terjadinya PJK mengalami penurunan

cepat hingga 25-50% dalam satu tahun, yang disusul dengan penurunan lambat

dan gradual hingga akhirnya mencapai angka resiko yang sama dengan wanita

yang tidak merokok dalam waktu 10-15 tahun.

b. Merokok dan penanganan Kontrasepsi Oral (KO)

Pada saat pertama kali diperkenalkan 30 tahun yang lalu, KO berisi 150 mg etinil

estradiol dan 10 mg progestin, yaitu 5-10 kali isi KO yang beredar sekarang.

Sebelum 1985, wanita yang memakai KO memiliki resiko terserang Miokard

Infark 4 kali lipat wanita yang tidak memakai. Jika wanita ini merokok, resiko

Miokard Infark menjadi 10 kali lipat wanita yang tidak memakai keduanya.

Bahkan resikonya menjadi 40 kali lipat jika wanita itu merokok lebih dari 25

batang rokok sehari. Demikian juga dengan resiko terjadinya stroke.

Dengan makin turunnya dosis KO, maka seharusnya resiko PJK juga ikut turun.

Akan tetapi penelitian tetap saja menunjukkan tingginya resiko PJK pada wanita

yang memakai KO jika ia merokok.

Karenanya ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi wanita usia diatas 35

tahun yang merokok lebih dari 15 batang sehari, sebaiknya tidak menggunakan

KO. Namun karena merokok cenderung lebih berperan dalam meninggikan resiko

PJK, maka perhatian seharusnya lebih ditujukan kepada usaha menghentikan

kebiasaan merokok

3. PENYAKIT CEREBROVASKULAR

Stroke, adalah jenis penyakit Cerebrovaskular utama, dan merupakan penyebab

kematian ke 3 pada wanita usia pertengahan di Amerika serikat dengan 87.000

kematian tiap tahunnya. Stroke juga merupakan penyebab utama cacat tubuh dan

menghabiskan biaya 15 Milyar dollar tiap tahunnya untuk biaya perawatan

kesehatan, termasuk usaha rehabilitasi.

Merokok sudah lama diketahui sebagai faktor resiko untuk terjadinya stroke.. Lebih

dari separuh wanita yang meninggal karena stroke mempunyai riwayat merokok

berat.

Page 20: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

Resiko terjadinya stroke pada wanita merokok, secara keseluruhan 2 kali lipat wanita

yang tidak merokok. Bila dilihat dari jenis stroke, maka resiko untuk terjadinya

Pendarahan Sunarathroid (PSA) pada wanita merokok adalah 3 kali lipat wanita

yang tidak merokok, sedangkan untuk terjadinya Infark Cerebri adalah 2 kali, dan tak

ada peningkatan resiko untuk terjadinya perdarahan intra Cerebri (PIS).

Hipertensi mungkin dimasa datang bukan lagi faktor resiko utama untuk terjadinya

stroke. Sebab penanganan penyakit hipertensi makin lama makin baik, sedangkan

kebiasaan merokok makin lama makin sulit dikendalikan.

Penghentian merokok akan menurunkan resiko terjadinya stroke hingga akhirnya

mencapai angka yang sama dengan wanita yang tidak merokok dalam waktu 15

tahun, tergantung bagaimana intensitas merokok wanita tersebut sebelum berhenti

merokok.

4. CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE (COPD)

Keadaan utama dari COPD adalah adanya obstruksi aliran udara, yang ditandai

dengan FEV, dan rasio FEV, dengan FVC yang rendah.

COPD dapat berupa Bronkitis kronis yang ditandai dengan batuk-batuk kronis dengan

produksi spulum berlebih disertai obstruksi jalan udara, atau berupa Emphysema

yang ditandai dengan pelebaran abnormal dari saluran udara distal dari bronkiolus

terminalis disertai kerusakan dinding, tanpa tanda fibrusis yang jelas.

Merokok merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya COPD. Pada setiap

perokok terjadi proses inflamasi pada saluran udara kecil seperti bronkiolus

respiratorius. Proses ini kemudian bisa menimbulkan penyempitan saluran udara, dan

bisa menyebar ke alveoli dan merusak dinding alveoli. Inilah yang mendasari

terjadinya Brinkitis kronis. Dan emphysema pada perokoli. Boleh dikatakan 90%

kematian akibat COPD pada wanita di Amerika serikat disebabkan oleh merokok.

Apakah ada perbedaan kejadian antara pria dan wanita masih dipertanyakan. Yang

pasti, menurut penelitian didapatkan bahwa angka kejadian COPD pada wanita terus

meningkat. Resiko ini terus meningkat dengan makin banyaknya jumlah rokok yang

dihisap. Fungsi paru pada wanita perokok lebih jelek dibanding wanita yang tidak

Page 21: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

merokok, dan penurunan fungsi paru ini berbanding lurus dengan jumlah rokok yang

dihisap.

Penghentian merokok akan mengurangi gejala-gejala gangguan pernafasan seperti

batuk, produksi spurum berlebihan, atau wheezing, dan menurunkan resiko terjadinya

infeksi saluran nafas seperti bronkitis atau pneumonia. Penghentian merokok juga

memperbaiki fungsi paru, dalam beberapa bulan setelah berhenti merokok. Bila

pengentian merokok ini terus berlangsung, angka kematian akibat OCPD terus

menurun.

Merokok pada wanita hamil menyebabkan fungsi paru-paru pada bayi terganggu.

Demikian juga bila anak-anak itu mengalami ETS.

5. GANGGUAN HORMONAL

a. Hormon Sex

Oleh karena asap rokok mempunyai efek anti estrogenik, maka banyak terjadi

yang diakibatkan defisiensi estrogen dan penurunan resiko terjadinya penyakit

akibat kadar tinggi estrogen.

Merokok menyebabkan kadar estrogen terutama esriol dan estradiol yang lebih

rendah pada waktu hamil dibanding wanita yang tidak merokok, walaupun wanita

itu mendapat tambahan estrogen atau progestin oral.

Penelitian menunjukkan adanya perbedaan metabolisme estrogen secara berbeda

dibanding wanita yang tidak merokok. Perokok akan lebih banyak menghasilkan

2 hidroxy estradiol yang mempunyai aktifitas estrogenik lebih rendah, sedangkan

yang tidak merokok lebih banyak menghasilkan estriol yang mempunyai aktifitas

estrogenik yang tinggi.

b. Hormon Thyroid

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, gangguan thyroid lebih banyak terjadi

pada wanita dibanding pria.

Penelitian yang mempelajari hubungan antara merokok dengan gangguan hormon

thyroid baik hpertiroid maupun hipotiroid masih menunjukkan hasil yang saling

berhubungan.

Page 22: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

c. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus ialah suatu penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar

glukosa darah yang disebabkan defisiensi relatif atau absolut hormon insulin. Ada

2 tipe DM. Pada tipe 1, lebih sering terjadi pada anak-anak, dimana prevalensi

merokok masih jarang. Karenanya penelitian untuk mencari hubungan antara

merokok dengan timbulnya DM tipe 1 tidak ada. Namun penelitian yang mencari

hubungan antara ibu yang merokok dan kemungkinan timbulnya DM tipe 1 pada

anaknya sudah banyak dilakukan. Namun semuanya menunjukkan tak ada

hubungan diantara keduanya.

Demikian pula dengan DM tipe 2 dan DM Gestrasional. Penelitian ke arah

hubungan merokok dengan kedua tipe DM ini menunjukkan hasil yang

bertentangan.

Merokok tampaknya lebih berhubungan dengan proses metabolik yang

berhubungan dengan DM, misalnya homeostatis glukosa, hiperinsulinemi dan

resistansi insulin. Namun mekanisme yang jelas mengenai hal ini belum

diketahui.

6. BERAT BADAN

Istilah obesitas ditujukan kepada keadaan dimana berat badan tinggi dibandingkan

tinggi badan. Sedangkan istilah Body Moss Index ialah berat badan (dalam kilogram)

dibagi luas permukan tubh (dalam meter persegi). Berat badan seseorang, selain

berpengaruh pada kesehatan, juga sering berhubungan dengan penampilan dan daya

tarik seseorang, terutama wanita.

Merokok sudah lama dikenal berhubungan dengan berat badan yang rendah, dan

untuk alasan berat badan inilah kadang seorang wanita mulai merokok atau tidak mau

berhenti merokok. Jika berhenti merokok, maka berat badan akan segera naik, rata-

rata 3-6 kg dalam 1 tahun berhenti merokok.

Penelitian menunjukkan bahwa makin lama seseorang merokok, dan makin banyak

rokok yang dihisap setiap harinya, makin jauh perbedaan berat badan dengan wanita

yang tidak merokok.

Page 23: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

Berat badan yang rendah ini disebabkan wanita tersebut susah untuk mendapatkan

berat badan selama merokok. Namun mekanisme bagaimana rokok menyebabkan

sulitnya berat badan naik belum diketahui dengan pasti. Diduga kuat merokok

menyebabkan efek anorexia atau turunnya nafsu makan pada wanita. Apakah

merokok meningkatkan metabolisme sehingga berat badan turun belum dapat

dipastikan.

Pada kehamilan, sulitnya menaikkan berat badan pada wanita yang merokok akan

sangat berpengaruh terutama pada janinnya. Kemungkinan terjadi IUGR, dan berat

badan lahir rendah menjadi tinggi.

7. DENSITAS TULANG DAN RESIKO TERJADI FRAKTUR

Patah tulang adlah kejadian yang sering terjadi pada wanita. Sedangkan osteoporosis,

suatu keadaan dimana densitas atau kepadatan tulang rendah, merupakan faktor

resiko utama untuk terjadinya fraktur, karena pada osteoporosis, terjadi gangguan

integritas struktural tulang.

Merokok beresiko untuk terjadinya osteoporosis hinga fraktur. Mekanisme terjadinya

osteoporosis pada wanita yang merokok bisa lewat beberapa cara. Pertama, pada

wanita yang merokok, sulitnya meningkatkan berat badan bisa juga disertai dengan

densitas tulang yang rendah. Beberapa penelitian menunjukkan dugaan bahwa

merokok juga meningkatkan proses resorpsi tulang, dimana pada wanita yang

merokok, kadar hormon paratyroid dan 25-hidroxhyvitamin D3 rendah. Mekanisme

lain adalah efek vaskular dari merokok mungkin juga mempengaruhi tulang, misalnya

dengan menurunnya aliran darah. Atau efek Cadmium dalam asap rokok yang

mempunyai efek merusak tulang dan sel-sel osteoblas.

Dengan menurunnya kepadatan jaringan tulang, maka resiko terjadinya fraktur pun

meningkat.

Page 24: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

8. PENYAKIT LAIN

a. Uicus Pepticum

Wanita yang merokok cenderung untuk mempunyai resiko yang meningkat untuk

terjadinya Uicus Pepticum.

Mungkin hal ini disebabkan infeksi bakteri Helicobacta Pylori yang meningkat

akibat efek Imunosupresi lokal pada mukosa lambung.

b. Arthritic

Penelitian menunjukkan adanya penurunan resiko untuk terjadinya osteoartritis

pada wanita yang merokok, dibanding wanita yang tidak merokok. Hal ini

mungkin disebabkan karena berat badan yang berpengaruh pada timbulnya

osteoartritis, pada wanita merokok lebih rendah dibanding wanita yang tidak

merokok.

Akan tetapi resiko untuk terjadinya Rheumatoid artritis meningkat pada wanita

perokok. Mekanisme untuk terjadinya hal ini belum jelas benar.

c. Penyakit Mata

Data epidemidogis menunjukkan adanya peningkatan resiko bagi wanita yang

merokok untuk terjadinya penyakit cataract dan degenerasi macular dini.

Mekanisme terjadinya hal ini belum dapat dijelaskan.

d. Infeksi HIV

Pada penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan resiko bagi wanita yang

merokok untuk terinfeksi virus HIV tipe 1. Akan tetapi data mengenai hal ini

masih sedikit, sehinga belum diketahui apakah merokok berhubungan langsung

dengan resiko terinfeksi virus HIV, atau dengan perilaku seksual seseorang. Data

yang sedikit juga membuat keakuratan penelitian mengenai hal ini masih belum

meyakinkan.

e. Muka keriput (Facial Wrinkling)

Facial Wrinkling biasanya disebabkan oleh karena penuaan, atau karena sering

terkena sinar matahari. Selain kedua hal tersebut, belum belum diketahui banyak

mengenai mekanisme Facial Wrinkling.

Page 25: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

Merokok sering dihubungkan dengan keriputnya wajah, terutama daerah

periorbital , karena sering ditemukan wanita yang merokok terlihat pucat,

terutama pada pipi, dan keriput berat.

Mekanisme terjadinya hal ini mungkin disebabkan menurunnya aliran darah

kapiler dan arteriol dikulit dan tekanan O2 subkutis yang merusak jaringan,

sehingga terjadi iskemia kulit kronis, mekanisme lain, mungkin dikarenakan efek

iritasi langsung asap rokok terhadap kulit wajah.

f. Depresi dan gangguan kejiwaan

Nikotin telah diketahui memiliki efek antidepresi dengan jalan mempengaruhi

beberapa sistem neurotransmitter di susunan syaraf pusat yang mengatur tentang

depresi, mood, dan perasaan nyaman. Merokok dapat meningkatkan mood dan

memberikan efek perasaan tenang dan senang pada perokok. Akan tetapi, oleh

karena depresi dapat timbul juga bila perokok itu tidak merokok, maka timbul

pertanyaan, mungkinkah merokok dapat menimbulkan depresi. Mungkin

mekanismenya adalah dua arah, sebab pemberian obat antidepresi terbukti bisa

membantu menghilangkan keduanya, merokok dan depresi.

Gangguan kejiwaan lain yang banyak berhubungan dengan merokok adalah

anxietas, bulimia, gangguan perhatian, dan alkoholisme. Mekanisme mengenai

terjadinya hal ini belum diketahui.

9. MENSTRUASI DAN MENOPAUSE

a. Menstruasi

Menstruasi dan menopouse adalah aspek yang normal pada fisiologi wanita,

namun dapat mempengaruhi kehidupan dan kualitas hidup wanita tersebut.

Gangguan dalam menstruasi dapat berupa dysmenorrhea, ketidak teraturan dalam

siklus dan jumlah darah, emenorrhea dll.

Umumnya penelitian menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi pada wanita yang

merokok untuk terjadinya dysmenorrhea. Wanita yang merokok juga mempunyai

resiko terjadinya amenorrea 50% lebih tinggi dibanding wanita yang tak merokok.

Ketidakteraturan dalam menstruasi juga lebih sering terjadi pada wanita perokok.

Page 26: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

Mekanisme terjadinya hal ini karena pengaruh merokok pada hormon sex wanita,

terhadap proses ovulasi, terhadap pertumbuhan endometrium di uterus.

b. Menopause

Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita perokok, dapat terjadi menopause

lebih awal. Resiko untuk mendapat menopause lebih awal yaitu pada usia 40-44

tahun adalah 2 kali lipat wanita yang tidak merokok, atau 1-2 tahun lebih awal

dibanding wanita yang tidak merokok.

Resiko timbulnya menopause lebih awal ini berbanding lurus dengan makin

banyaknya jumlah rokok yang dihisap tiap harinya. Pada perokok berat,

menopause dapat datang lebih dari 2 tahun lebih awal.

Mekanisme terjadinya menopause lebih awal ini belum jelas benar. Mungkin

disebabkan oleh efek toksik dari asap rokok terhadap ovarium. Pada hewan

percobaan kontak dengan asap rokok dalam jangka lama menyebabkan Atresia

Folikular Ovarium. Efek nikotin terhadap regulasi dan metabolisme hormon sex

juga diduga berpengah dalam menimbulkan menopause lebih awal ini.

10. KELAINAN GINEKOLOGIS

a. Endometriosis

Endometriosis ialah terdapatnya endometrium diluar uterus. Biasanya lokasi

endrometriosis ialah di pelvis, namun sebenarnya bisa dimana saja. Adanya

endrometriosis, terutama di pelvis berhubungan erat dengan timbulnya

dysmenorrhea, dyspareunia dan infertilitas.

Hubungan antara merokok dengan endometriosis sudah banyak dipelajari. Namun

hasil yang didapat masih saling bertentangan. Namun ada dugaan bahwa merokok

dapat menurunkan resiko untuk terjadinya endometriosis. Dimana diduga

merokok mempunyai efek anti estrogen yang mana estrogen diperlukan untuk

tumbuhnya jaringan endometrium di luar uterus.

Page 27: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

b. Myoma Uteri

Merokok diduga dapat menurunkan resiko terjadinya myoma uteri. Penelitian

menunjukkan bahwa resiko itu terus turun sesuai dengan makin banyaknya rokok

yang dihisap setiap hari.

Mekanisme terjadinya hal ini karena efek anti estrogenik dari merokok yang

bersifat protektif terhadap timbulnya myoma uteri.

11. FUNGSI REPRODUKSI

a. Delayed Conception

Delayed Conception ialah bila kemungkinan terjadinya konsepsi pada setiap

siklus haid menjadi lebih rendah.

Merokok, pada beberapa penelitian berpengaruh pada terjadinya Delayed

Conception, wanita yang merokok cenderung untuk lebih lambat menjadi hamil

dibanding wanita yang tidak merokok. Angka kemampuan hamil wanta yang

merokok hanya sekitar 60-90% wanita yang tak merokok.

Mekanisme untuk terjadinya hal ini belum jelas benar. Diduga efek merokok pada

hormon sex mempengaruhi proses ovulasi dan siklus menstruasi sehingga

kemungkinan konsepsi menjadi lebih rendah. Namun kemampuan konsepsi juga

dipengaruhi oleh pihak pria.

b. Infertilitas

Infertilitas ialah terjadinya kegagalan konsepsi setelah seorang wanita melakukan

usaha hubungan sexual selama 12 bulan.

Penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya

infertilitas pada wanita, baik infertilitas primer, maupun infertilitas sekunder.

Mekanisme untuk terjadinya infertilitas pada wanita yang merokok bisa

bermacam-macam. Pada wanita yang merokok, ditemukan bahwa kadar estradiol

yang rendah dalam darah dan cairan folicular. Jumlah dosis total pada wanita

yang merokok juga lebih rendah dibandingkan wanita yang tidak merokok.

Respon ovarium terhadap clomifen pada wanita yang merokok juga lebih rendah

dibanding wanita yang tidak merokok.

Page 28: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

Merokok selain menyebabkan fertilitas yang rendah, juga menyebabkan

implantasi yang baik dan bisa menyebabkan aborsi, sehingga angka keberhasilan

kehamilan juga rendah.

Semua ini disebabkan efek negatif dari asap rokok dan isinya seperti nikotin dan

PAH terhadap gonadotropin, pembentukan corpus luteum, interaksi gamet, fungsi

tuba, dan implantasi hasil konsepsi, sehingga bisa terjadi disfungsi tuba, delayed

conception, infertilitas, abortus spontan, kehamilan ektopic dan PID akibat

gangguan imun.

12. KEHAMILAN

a. Kehamilan Ektopic (KE)

Beberapa faktor penting untuk terjadinya KE antara lain adalah PID, riwayat KE

sebelumnya, riwayat operasi pada pelvis, riwayat penggunaan IUD, dan riwayat

pemakaian kontrasepsi oral.

Merokok merupakan faktor resiko terjadinya KE. Resiko terjadinya KE ini

berbanding lurus dengan makin banyaknya rokok yang dihisap setiap harinya.

Mekanisme terjadinya hal ini sebenarnya belum jelas. Diduga disebabkan

gangguan transportasi dalam tuba, dan lambatnya ovum masuk ke dalam cavum

uteri yang disebabkan gangguan mukosa dan cillia dalam tuba. Merokok juga

menyebabkan KE secara tak langsung, dengan meningkatkan resiko untuk

terjadinya PID.

b. Solutio Placenta (SP)

Solucio Placenta ialah lepasnya placenta yang letaknya normal, dari dinding

uterus, sebelum bayi lahir. Faktor resiko untuk terjadinya SP antara lain

hypertensi, trauma abdomen, pemberian obat secara IV, riwayat persalinan

pretem, rwayat stillbirth, abortus spontan, usia ibu yang sudah lanjut, dan

kediaman yang tinggi diatas permukaan laut selama kehamilan.

Merokok, bisa merupakan faktor resiko terjadinya SP. Mekanisme terjadinya SP

diduga disebabkan kurangnya perfusi placenta akibat efek vasokontriksi, atau

Page 29: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

akibat meningkatnya COHb, sehingga terjadi hipoxia lokal yang menyebabkan

palcenta rusak dan terlepas dari cengkramannya.

c. Placenta Previa (PP)

Placenta Previa ialah keadaan dimana letak placenta demikian rendahnya,

sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium internum.

Faktor resiko terjadinya placenta previa antara lain, akibat kerusakan dinding

endometrium akibat myoma, atau riwayat kuretase, atau pada kebutuhan perfusi

yang meningkat, seperti pada kehamilan kembar.

Merokok, merupakan faktor resiko terjadinya PP, diduga karena pada wanita

hamil yang merokok, terjadi hipoxiemi kronis yang akibat vasokontriksi atau

meningkatnya COHb. Hal ini membuat placenta akan mencari tambatan aliran

darah dengan cara meluaskan jaringannya sehingga dapat menutupi sebagian atau

seluruh ostium unternum.

d. Abortus Spontan (AS)

Faktor resiko terjadinya AS antara lain usia ibu yang sudah lanjut, riwayat abortus

sebelumnya, alkoholisme, demam, kontrasepsi, kelainan kromosom, trauma, sosio

ekonomi dll.

Merokok, diduga merupakan faktor resiko untuk terjadinya AS. Mekanisme

terjadinya hal ini belum diketahui dengan jelas. Diduga merokok menyebabkan

gangguan implantasi hasil konsepsi pada endometrium. Dugaan lain ialah efek

toksik dari nikotin dan CO terhadap fetus.

e. Preeklampsia

Faktor resiko untuk terjadinya preeklampsia antara lain hipertensi kronis, multipel

fetus, nullipara, riwayat preeklampsia-eklampsia, DM tipe 1, riwayat kenaikan

BB yang besar dan bekerja selama hamil.

Merokok diduga menurunkan resiko terjadinya preeklampsia pada kehamilan.

Makin banyak jumlah rokok yang dihisap, resiko itu makin turun.

Namun bukti-bukti yang didapat baru berupa data epidemiologis. Mekanisme

bagaimana ini bisa terjadi masih belum diketahui.

Page 30: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

13. PENGARUH PADA JANIN

a. Partus prematur

Partus prematur (peralinan pada usia kehamilan < 37 minggu) berhubungan erat

dengan tingginya resiko mortalitas fetal, neonatal dan perinatal.

Faktor resiko terjadinya partus prematur antara lain, KPSW, pendarahan

antepartum, pre eklampsia, kehamilan kembar, kelainan uterus, atau infeksi

saluran kemih.

Merokok merupakan faktor resiko untuk terjadinya partus prematur, tapi hanya

pada situasi tertentu. Misalnya keadaan bila tidak ada faktor resiko lain untuk

terjadinya partus prematur atau sudah terjadi KPSW sebelumnya. Resiko makin

tinggi bila ibu berumur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Semua keadaan

diatas didapat dari hasil penelitian. Penghentian merokok akan menurunkan resiko

ini.

Mekanisme tingginya resiko partus prematur pada wanita yang merokok diduga

disebabkan efek vasokontriksi nikotin pada placenta, atau tingginya kadar

katekolamin dalam darah.

b. Berat badan lahir rendah

Berat badan lahir dikatakan rendah bila kurang dari 2500 gram. Sedangkan istilah

Small For Gestation Age (SGA) ialah bila berat badan lahir dibawah 10 persentil

grafik.

Merokok pada wanita hamil meninggikan resiko untuk terjadinya BBLR

dibanding wanita yang tidak merokok. Selain itu faktor resiko lain ialah umur

kehamilan, umur ibu,paritas, berat badan sebelum lahir, status ekonomi, dan

prenatal care.

Perbedaan berat badan lahir antara bayi yang ibunya merokok dan bayi yang

ibunya ridak merokok berkisar antara 250-320 gram. Perbedaan ini juga terlihat

pada panjang badan dan lingkar dada.

Mekanisme timbulnya berat lahir rendah akibat merokok bisa dengan berbagai

cara. Merokok bisa menyebabkan partus prematur, sehingga berat badan lahirnya

memang kurang dari 2500 gram, walaupun sesuai dengan usia kehamilan.

Page 31: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

Merokok juga bisa menyebabkan retardasi pertumbuhan karena efek

vasokontriksi dari nikotin menyebabkan sirkulasi uteroplacenta berkurang,

sehingga terjadi hipoxia dan gangguan nutrisi janin. Wanita yang merokok juga

sulit untuk menambah berat badan selama kehamilan. Rata-rata penambahan berat

badan pada perokok selama hamil adalah 9 kg, sedangkan wanita yang tidak

merokok rata-rata bertambah 11 kg, walaupun wanita perokok itu makan lebih

banyak kalori dibanding yang tidak merokok.

c. Malformasi Kongenital

Secara keseluruhan, merokok tidak meninggikan resiko untuk terjadinya

malformasi kongenital, atau bila pun ada perbedaan, namun secara statistik tidak

signifikan atau hasilnya saling bertentangan.

d. Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

SIDS adalah kematian yang tiba-tiba terjadi pada bayi usia kurang dari 1 tahun

yang tidak diketahui sebabnya.

Merokok, meningkatkan resiko untuk terjadinya SIDS dan resiko ini makin tinggi

dengan makin banyaknya konsumsi rokok.

Mekanisme bagaimana merokok bisa menyebabkan SIDS masih belum jelas.

Diduga, merokok menyebabkan gangguan pada proses neuroregulasi dari

pernafasan sehingga terjadi apneic spells yang menyebabkan terjadinya SIDS.

14. LAKTASI

Menyusui diketahui mempunyai manfaat nutrisi dan prefentif terhadap infeksi seperti

ISPA dan diare pada bayi.

Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang merokok lebih lambat dalam mulai

menyusui dibanding wanita yang tidak merokok, dan cenderung menyapih bayinya

lebih awal. Produksi ASI juga 250 ml lebih sedikit setiap harinya dibanding wanita

yang tidak merokok. Keadaan ini makin sering terjadi dengan makin banyaknya

rokok yang dihisap.

Mekanisme terjadinya hal ini mungkin disebabkan antara lain rendahnya kadar

hormon prolactin yang lebih rendah pada wanita yang merokok.

Page 32: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

BAB III

BERHENTI MEROKOK

Dengan berhenti merokok, selain bermanfaat besar bagi fisik, mental psikologis

dan ekonomis, manfaat itu pun datang dalam waktu yang relatif cepat dan berlangsung

untuk jangka waktu lama.

Sebagai gambaran, dalam hitungan hari setelah berhenti merokok, indera

penciuman dan perasa akan membaik. Dalam satu tahun setelah berhenti merokok, terjadi

penurunan resiko yang bermakna untuk terjadinya PJK, MIA, dan stroke. Jika merokok

sudah menyebabkan kerusakan permanen seperti emphysema, maka dengan berhenti

merokok, progresifitas kemunduran fungsi paru akan jauh lebih lambat. Wanita yang

berhenti merokok juga mempunyai rata – rata umur yang lebih lama dibanding wanita

yang terus merokok. Jika seorang wanita berhenti merokok pada trimester pertama

kehamilan, maka resiko untuk terjadinya BBLR akan hilang.

Ada banyak cara menghentikan kebiasaan merokok. Lebih dari 90% eks perokok,

berhenti merokok tanpa bantuan orang lain. Asal ada kesadaran akan bahaya merokok,

dan keinginan kuat untuk berhenti, maka seseorang bisa berhasil berhenti merokok. Tiap

orang punya cara yang berbeda, seperti berusaha mengganti rokok dengan permen,

dengantidak membawa korek api, menghindari tempat-tempat dimana banyak

perokok,dsb.

Dengan bantuan dan konsultasi para dokter dan psikolog, dapat diusahakan

bantuan medis, walaupun minimal namun cukup bermanfaat. Pada saat ini dapat juga

diberikan pendidikan dan penyuluhan mengenai bahaya merokok.

Di Amerika, dan eropa, sudah banyak berjalan institusi-institusi yang bergerak

dibidang jasa menawarkan bantuan untuk berhenti merokok. Pada institusi ini dapat

dilaksanakan per pribadi, per kelompok, atau dengan councelling per telepon. Kombinasi

dari cara-cara diatas terbukti tinggi tingkat keberhasilannya. Pada institusi-institusi ini

dapat juga dilakukan usaha-usaha medikasi dengan obat-obatan, nicotine replacement

therapy, hypnosis atau akupuntur. Semua dalam usaha membantu menghentikan

kebiasaan merokok.

Page 33: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

Selama dekade terakhir, sejumlah farmako therapi untuk mengatasi

ketergantungan terhadap nikotin telah banyak dilakukan. Pemberian nicotine gum,

nicotine patch, nicotine nasal spray, nicotine oral inhaler dan bupropion adalah macam-

macam cara untuk mengurangi penggunaan rokok. Sedikit demi sedikit efek

ketergantungan dari nikotin dapat dihilangkan. Obat lain sebagai farmakotherapi lini ke

2 adalah clonidine dan antidepresan nortriptiline, namun belum disetujui FDA untuk

penggunaan penghentian merokok.

Memanfaatkan faktor psikologis seorang wanita, bisa juga mengurangi kebiasaan

merokok. Momen-momen seperti kehamilan, atau saat depresi bisa dijadikan pijakan

untuk seorang wanita untuk berhenti merokok.

Dalam skala yang lebih luas, misalnnya dalam skala kenegaraan, maka peranan

pemerintah sangat penting. Perbaikan sosio ekonomi, menaikkan harga cukai rokok,

penyuluhan melalui media massa, pengurangan biaya bantuan kesehatan, atau pembuatan

Undang-undang yang melarang merokok di tempat-tempat umumserta dukungan kepada

LSM yang bergerak dalam usaha menghentikan kebiasaan merokok, adalah contoh

tindakan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka mengurangi penggunaan

rokok secara nasional.

Di Indonesia, tampaknya pemerintah belum serius dalam menindaklanjuti

Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 1999 dan Peraturan pemerintah No.38 Tahun 2000

tentang pembatasan merokok untuk kesehatan, terutama pelanggaran merokok di tempat-

tempat umum.

Page 34: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

K E S I M P U L A N

1. Produk tembakau, apapun jenisnya, mengandung ribuan bahan kimia yang bersifat

aktif, sitotoksik, mutagenik, dan karsinogenik. Tidak ada satupun alasan yang dapat

membenarkan tindakan manusia memasukkan ribuan bahan kimia tersebut ke dalam

tubuh kita Tidak ada satupun jenis produk tembakau yang aman bagi manusia,

bagaimanapun usaha produsen rokok menurunkan kadar nikotin dan tar dalam

produknya.

2. Merokok, terbukti dapat menyebabkan berbagai penyakit, mengureangi angka

harapan hidup, dan meningkatkan tingkat mortalitas secara keseluruhan.

3. Merokok, sama sekali bukan masalah individual. Merokok menyangkut diri sang

perokok dan orang – orang disekitarnya. Dengan merokok, selain merugikam diri

sendiri, juga merugikan orang yang tidak merokok yang dengan tanpa keinginan

menghisap asap rokok yang dihasilkan oleh orang yang merokok. Sedangkan

konsekuensi yang didapat akibat merokok secara pasif tersebut boleh dikata sama

dengan para perokok aktif. Bahkan janin dalam kandungan pun ikut merasakan akibat

dari merokok.

4. Penghentian kebiasaan merokok terbukti dapat memperbaiki tingkat resiko terkena

berbagai penyakit, mengurangi progresifitas suatu penyakit, memperbaiki keadaan

fisik dan mental, meningkatkan angka harapan hidup, dan memperbaiki kualitas

kesehatan secara keseluruhan.

Page 35: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

5. Pengetahuan kita mengenai bahaya merokok sudah lebih dari cukup. Tidak ada alasan

untuk tidak berhenti merokok. Tidak ada kata terlambat untuk segera berhenti

merokok. Berhentilah merokok, sekarang !

Page 36: Merokok Pada Wanita (Juga Pria)

DAFTAR PUSTAKA

1. A Surgeon’s General Report : Smoking on Woman, published 27th May 2001, hal

183-375.

A surgeon’s General Report : Nicotine Addiction and Pharmacodynamics , 1988, hal

1 – 18, 465 - 534

http://www.cdc.gov/tobacco/sgr/sgr_forwomen/sgr_women_chapters.htm

2. A report of INWAT Europe Seminar on Women on Tobacco, 4th June 1999, hal. 1044

http://www.ama-assn.or/special/womh/library/readroom/arch8/yoa7356.htm

3. Barraclough, Simon, Women and Tobacco in Indonesia, 1995, hal 1-8

http://tc.bmjournals.com/cgi/content/abstract

4. Goodman and Gillman, The Pharmacological Basis of Theurapeutics, MacMillan

Company, 2nd Edition, 1960, hal 620-627

5. John H. Holbrook, Nicotine Addiction, Harrison’s Priciples of Internal Medicine, 13th

edition, vol.2, 1994, hal.2433-2436

6. Prastowo Mardjikoen, Rokok dan Kehamilan, Majalah Obstetri dan Ginekologi

Indonesia, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Vol.13, Nomor 2, April

1987, hal 105 – 113

7. http://www.antirokok.or.id/fact_index.htm

8. http://www.bebasrokok.com/home.html

9. http://rokok.komunikasi.org/home.html