MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN -...

48
MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN www.humas.unsyiah.ac.id EDISI 231 . JANUARI 2019 ISSN 0215-2916 NYAK PECATUR BERJAYA DI ASIA TOLERANSI CERDAS MENGINDAHKAN AKIDAH WAJAH BARU KAMPUS FISIP

Transcript of MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN -...

MERAWAT SEMANGATKEBERAGAMAN

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 231 . JANUARI 2019IS

SN 0

215

-29

16

NYAK PECATURBERJAYA DI ASIA

TOLERANSI CERDAS MENGINDAHKAN AKIDAH

WAJAH BARU KAMPUS FISIP

EDISI 230 . DESEMBER 2018

2 XXX

EDISI 231 . JANUARI 2019

IFTITAH 3

INDONESIA merupakan negara majemuk yang memiliki keberagaman agama, suku bangsa, bahasa, dan budaya. Dapat dibayangkan betapa sulitnya pendahulu dan pendiri bangsa dalam mempersatukan republik ini. Terlebih lagi saat itu, situasi tidak menentu dan di bawah tekanan penjajah.

Politik adu domba yang diterapkan para penjajah menjadikan perbedaan di antara anak bangsa semakin luas. Tetapi, karena para pejuang memiliki tujuan dan tekad sama untuk merdeka, maka bersatulah seluruh anak negeri tanpa melihat perbedaan. Gerakan kebangsaan lahir, seperti Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang berikrar menjadi negara kesatuan Republik Indonesia.

Kini, setelah 73 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, generasi muda dihadapkan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Ini menjadi masalah tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat saat ini. Menjamurnya media sosial mengakibatkan menurunnya frekuensi bertemu tatap muka antar individu, terutama bagi mereka masyarakat perkotaan. Tetapi di sisi lain, media sosial juga menghadirkan nilai-nilai positif dalam kehidupan.

Sebagai perguruan tinggi tertua di Aceh,

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) memiliki ribuan mahasiswa dari latar belakang berbeda, baik dari suku, agama, budaya, hingga negara. Bukanlah perkara mudah menyatukan semua elemen ini agar tetap rukun serta menjunjung nilai toleransi. Terlebih lagi, Unsyiah berada di wilayah yang menerapkan nilai-nilai syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, dengan pengelolaan yang baik dari pimpinan Unsyiah dan sikap keterbukaan, menjadikan keberagaman ini bukan sebuah penghalang. Keberagaman ini menjadi pemacu bagi Unsyiah untuk terus berkembang dan meningkatkan kualitas di kancah nasional, serta internasional. Keberagaman menjadi pendorong serta penyemangat menjadikan kampus ini semakin terbuka dan berkualitas.

Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan Unsyiah yang masuk dalam perankingan Webometrics dalam beberapa tahun belakangan ini. Unsyiah masuk dalam sepuluh besar dan menjadi salah satu perguruan tinggi terbaik di luar Pulau Jawa.

Semoga dengan pengelolaan manajemen dan dukungan seluruh civitas akademika, cita-cita Unsyiah menjadi world class university dapat segera terwujud dan tercapai di masa datang. Semoga! (Redaksi)

Bersatudalam KeberagamanHusni Friady, S.T., M.M.

EDISI 231 . JANUARI 2019

IZIN TERBITDITERBITKAN OLEHPERINTIS

PEMBINA

PENASIHAT BIDANG REDAKSI

PENASIHAT BIDANG ADMINISTRASI & KEUANGANKETUA PENGARAHPEMIMPIN REDAKSIWAKIL PEMIMPIN REDAKSIREDAKTUR PELAKSANASEKRETARIS REDAKSIEDITOR PEWARTA

FOTOGRAFERLAYOUTERADMINISTRASI & KEUANGAN LOGISTIK SIRKULASIWEB MASTER

STT No. 1138/SK/DITJEN PPG/STT/1987 Humas Universitas Syiah Kuala, Banda AcehProf. Dr. Abdullah Ali, M.Sc. (alm.); Drs. T. A. Hasan Husin (alm.); T. Syarif Alamuddin, Sm. Hk. (alm.)Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. (Rektor Universitas Syiah Kuala) Prof. Dr. Ir. Marwan (Wakil Rektor I); Dr. Ir. Alfiansyah YulianurBC. (Wakil Rektor III); Dr. Hizir (Wakil Rektor IV)

Dr. Ir. Agussabti, M.Si (Wakil Rektor II)Abdul Rochim, S.Sos. M.PdHusni Friady, S.T. M.M.Fajriana, S.E. | Hayatana, S.E.Rika Marlia, S.E. M.M.Uswatun Nisa S.I.Kom. M.A.Ferhat, S.E. M.M.Ibnu Syahri Ramadhan, S.E. | Cut Dini Syahrani, S.Si. |Muksalmina, S.Sos.I.Syahri Afrizal, S.I.Kom.Sayed JamaluddinNadia Ulfa, A.Md.Munawar, S.H. Saidi Muhammad Iqbal, S.I.Kom.

WARTA UNSYIAHEdisi 231. Januari 2019

ISSN 0215-2916Tebal Isi 48 Halaman

DITERBITKAN OLEHHumas UniversitasSyiah Kuala

TWITTER@univ_syiahkuala

YOUTUBEUnsyiah TV

WEBSITEwww.humas.unsyiah.ac.id

[email protected]

INSTAGRAM@univ_syiahkuala

[email protected]

Warta Unsyiah mengajak para pembaca untuk mengirim tulisan terbaiknya ke majalah resmi Unsyiah ini. Silakan kirim tulisan terbaik Anda disertai foto dan biodata diri ke [email protected] (600-700 kata)

REDAKSI

WartaMerawat Semangat Keberagaman

Polem Bek keuh keberagaman, nyang laen pih ta rawat

SAGOE POLEM

EDISI 231 . JANUARI 2019

DAFTAR ISI

IFTITAH 3Bersatu dalam Keberagaman

EDUKASI 6-7Mitigasi Bencana Kurangi Risiko

MAHASISWA 8-9Nyak Pecatur Berjaya di Asia

FOKUS 10-15Merawat Semangat Keberagaman

Menjadi Rumah Nyaman bagi Mahasiswa

KREATIF 20-21Kumpulan Puisi Nur Inda Rahayu

PROFIL 22-23Pretty Olan Oktavia SihiteSosiolog Muda dari Sibolga

SEHAT 28-29Waspada Toksoplasmasis

PERSPEKTIF 30-31Keberagaman Menuju World Class University

PAKAR 16Perbedaan yang Menyatukan

PENGABDIAN 18-19Meringankanyang Membutuhkan

Yang terlintas dalam benak saya, ke mana pun kau berpijak kalau niatmu baik, kau akan diterima! Akhirnya perasaan takut itu hilang sendiri. Marlen Kmur

Saya berharap selama saya di sini, saya mampu memberikan sesuatu untuk Aceh. Walau notabenenya saya akan meninggalkan Aceh, tapi ada sesuatu yang saya tinggalkan.Pretty Olan Oktavia Sihite

RISET 32-33Kebersamaan dan ToleransiGenerasi Muda

FAKULTAS 36-37Wajah Baru Kampus FISIP

ENGLISH 38-39“To Study Abroad” Must be Listedon the Student’s Mindset

MUTU 40-41Menstimulasi Pembelajaran Aktif dengan Student Worksheets

RELIGIA 42-43Toleransi Cerdas Mengindahkan Akidah

ASPIRASI 44Cara Kamu Menyikapi Perbedaan dalam Interaksi Sosial

KABAR 46133 Profesor se-IndonesiaBerkumpul di Unsyiah

8 Mahasiswa KKN ke Malaysia

EDISI 231 . JANUARI 2019

6 EDUKASI

Musibah bencana alam di

Indonesia datang silih

berganti tanpa henti. Mulai

erupsi Gunung Agung Bali sampai

Krakatau di Selat Sunda, Lampung pun

mengikuti. Belum usai di sana, bumi

pertiwi bergetar lagi. Lombok dan

Sulawesi menjadi bukti bahwa pertiwi

rawan akan tsunami dan likuifaksi. Dari

musibah yang terjadi, tidak terhitung

berapa kerugian yang ditimbulkan oleh

bencana alam tersebut baik kerugian

materi maupun nonmateri.

Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa

78 persen kabupaten/kota di Indonesia

saat ini memiliki status bencana di

level tinggi. Di samping itu, ada 12

jenis bencana yang berpotensi terjadi

di Indonesia, di antaranya banjir,

gelombang pasang, abrasi, kebakaran,

kekeringan, puting beliung, banjir

bandang, tanah lonsong, gempa bumi,

kebakaran hutan, letusan gunung api,

harus siap hidup secara berdampingan

dengan bencana. Dalam catatan BNPB,

Provinsi Aceh termasuk daerah yang

paling banyak mengalami bencana,

yaitu 1.052 bencana dalam rentang

tahun 1815 hingga Juni 2017.

Berdasarkan acuan Aksi Hyogo (Hyogo

Framework Action/HFA), Indonesia

berada di indeks 3,16-3,3. Ini berarti

tidak ada kemajuan yang berarti

dalam pengurangan risiko terhadap

bencana di Indonesia. Sedangkan,

MITIGASI BENCANAKURANGI RISIKO

AMSIR TAIBAlumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unsyiah

dan tsunami. Potensi bencana yang

terjadi 50 persen lebih diakibatkan oleh

kelalaian dan keserakahan manusia.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

lebih dari 204 juta penduduk Indonesia

berada dalam kawasan bencana.

Letak Indonesia yang berada di

kawasan cincin api pasifik (Ring of

fire) dunia mengakibatkan potensi

terjadinya bencana alam cukup tinggi.

Di sisi lain, masyarakat Indonesia

Potensi bencana yang terjadi 50 persen lebih diakibatkan oleh kelalaian dan keserakahan manusia.

EDISI 231 . JANUARI 2019

EDUKASI 7

menurut catatan World Risk Index pada

tahun 2016, Indonesia memiliki risiko

bencana ekstrem sebesar 10,24 persen.

Untuk menghadapi bencana, Indonesia

perlu meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan masyarakatnya. Hal ini

dapat dilakukan dengan menggalakkan

sosialisasi dan pelatihan agar tumbuh

kesadaran menghadapi bencana.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan

melibatkan seluruh lapisan elemen

masyarakat, stekholder, pemangku

kepentingan, dan lembaga swasta

terkait. Namun di sisi lain, masyarakat

Indonesia sendiri masih sangat kurang

dan lemah dalam pemahaman dan

pengetahuan bencana. Akibatnya

korban bencana di Indonesia tergolong

besar dibandingkan negara lain yang

lebih maju dalam mitigasi bencana

dan masyarakatnya paham pentingnya

pengetahuan terhadap bencana.

Salah satu negara yang memiliki

kesamaan dengan Indonesia yang

berada di lingkaran cincin api dunia

dan rawan bencana adalah Jepang.

Indonesia masih jauh ketinggalan dalam

hal penanggulangan bencana jika

dibandingkan dengan Jepang. Ini dapat

dilihat dari jumlah korban dan kerugian

akibat bencana. Saat ini, Jepang lebih

siap dalam sistem manajemen bencana

yang sangat terstruktur. Dimulai dari

prabencana dan pascabencana.

Saat ini, pemerintah telah melakukan

berbagai macam perbaikan dan

kebijakan meliputi sosialisasi

pendidikan kesiapsiagaan bencana bagi

masyarakat. Indonesia sudah memiliki

payung hukum dalam mengatur

mitigasi bencana sebagaimana yang

tertuang dalam Undang-undang

Nomor 24 tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana. Walaupun

pada kenyataannya penurunan risiko

masih tetap tidak berubah signifikan.

Sehingga usaha dan upaya untuk

menyelamatkan masyarakat perlu

dilakukan secara masif dan maksimal

meliputi sumber daya manusia,

teknologi, dan anggaran.

Namun di sisi lain, kegagalan

terhadap kesiapsiagaan bencana tidak

secara mutlak akibat dari kesalahan

dan kelalaian pemerintah dalam

memberi edukasi dan pemahaman

pada masyarakat. Masyarakat juga

harus merasakan akan pentingnya

pengetahuan terhadap mitigasi

bencana. Jangan sampai masyarakat

menganggap sepele terhadap bencana.

Sebab ketika bencana terjadi, ada

sebagian orang masih merekam

video, bahkan berswa foto tanpa

memedulikan keselamatan diri.

Banyak contoh yang dapat diambil

dari negara yang memiliki pemahaman

bencana dan mitigasi bencana.

Misalnya pada tahun 2009, tidak

ada korban meninggal ketika di

Teluk Suruga, Jepang dilanda gempa

bumi 6,4 skala ritcher. Sedangkan di

L’Aquila, Italia gempa bumi dengan

kekuatan 6,3 skala ritcher menelan

korban meninggal sebanyak 295

orang. Tetapi di Indonesia tepatnya

di Yogyakarta, gempa bumi dengan

kekuatan 6,3 skala ritcher menelan

korban meninggal sebanyak 5.745

orang. Dari kejadian ini dapat diambil

kesimpulan bahwa sosialisasi dan

mitigasi bencana memegang peranan

penting untuk memperkecil risiko

akibat terjadinya bencana.

Tidak bisa dihindari dan dipungkiri

bahwa bencana akan terus terjadi di

negeri Indonesia. Tetapi, kita selaku

masyarakat hanya mencoba dan

berusaha untuk meminimalkan dampak

dari bencana terhadap jatuhnya korban

baik jiwa maupun harta dan benda.

Masyarakat harus mampu untuk dapat

hidup berdampingan dengan bencana

tersebut. (cds)

Masyarakat harus mampu untuk dapat hidup berdampingan dengan bencana tersebut.

Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) Catur Universitas

Syiah Kuala (Unsyiah)

kembali memberikan kebanggaan

bagi kampus Jantong Hatee Rakyat

Aceh. Kebanggaan ini ditorehkan

dengan terpilihnya tim catur

Unsyiah sebagai Juara II Best Girl

di kejuaraan internasional berlabel

GACC International Inter-Varsity

Chess Championship yang digelar

di Malaysia, 25-28 Januari 2019.

Mereka tampil sebagai runner up

setelah mengumpulkan poin 8

kelompok putri, sementara juara

pertama diraih tim The Queens

Malaysia dengan poin 9.

Kejuaraan terbuka ini

mempertandingkan sejumlah

kategori, yaitu beregu, campuran

senior junior, dan mahasiswa putra-

putri. Kejuaraan ini diikuti 113 tim

dari puluhan negara di Asia. Tim

catur Unsyiah terdiri dari empat

orang mahasiswa, yaitu Anisha

Purwanto dan Firmadiana dari

Fakultas Pertanian, Klarisa Sabila

dari Fakultas Teknik, dan Agus

Winarsih dari Fakultas MIPA. Tim

ini dinamakan Nyak Syiah Kuala

University. Nama tersebut dipilih

karena semua anggotanya adalah

perempuan. Kata ‘nyak’ juga

sengaja dipilih untuk menonjolkan

khas bahasa Aceh di kancah

internasional.

Pendamping sekaligus pelatih tim

catur Unsyiah, Dian Maulana, SIP.

WNP, mengatakan pada awalnya

timnya menargetkan juara di Under

Age Single U18. Tapi, Klarisa Sabila

yang bertanding pada Open Single

U18 harus puas di peringkat 8.

NYAK PECATURBERJAYA DI ASIA

EDISI 231 . JANUARI 2019

8 MAHASISWA

MAHASISWA 9

menempatkan tim putri ‘nyak’

Unsyiah di peringkat 2nd Best

Girl (Macth poin 8), sedangkan

peringkat 1st Best Girl (Macth poin

9) diraih tim The Queens.

Namun menurut Dian, keberhasilan

yang diraih ini merupakan prestasi

yang luar biasa. Terlebih lagi

kejuaraan internasional ini banyak

diikuti pecatur bergelar Fide

Master dan Master International,

di antaranya dari Malaysia dan

Filipina.

“Usaha dan prestasi tim catur

Unsyiah sudah cukup maksimal

dalam event berskala internasional

ini,” tutup Dian.

“Kami bangga bisa meraih Juara

II Best Female, apalagi ini adalah

debut tim yang pertama bagi

saya,” kata Anisa.

Mendapat gelar sebagai juara

bukanlah hal baru bagi para

pecatur putri UKM Catur

Unsyiah. Sebelumnya, Klarisa

Sabila meraih medali perak di

Kejuaraan Nasional 2018 di

Banda Aceh. Annisha Aprilia

Purwanto berhasil meraih medali

perak di Kejuaraan Kementerian

Pendidikan Malaysia pada

November 2018 lalu. Sementara

Agus Winarsih berhasil meraih

medali perak di ajang Rektor

Unsyiah Cup 2018.

Bagi tim putri UKM Catur

Unsyiah, segala keberhasilan

ini menjadi ajang pemanasan

menjelang Pomnas XVI/2019

di Jakarta. Anisa berharap

ia dan timnya dapat lebih

membanggakan Unsyiah baik

di level nasional maupun

internasional. Ia pun menargetkan

medali emas di ajang Pomnas

nanti. (un)

Meski demikian, Klarisa berhasil

masuk 10 besar kelompok putri di

kejuaraan internasional mahasiswa

sebagai peringkat ke-8.

Meski kurang beruntung di

kategori single, tim putri Unsyiah

justru berhasil melejit ke meja

unggulan. Walau di babak pertama

kalah dari Saint Anthony Knights

dengan skor 0,5-3,5. Tim putri

Unsyiah juga bertanding melawan

Fight Club Team yang kekuatannya

di atas rata-rata (Internasional

elo rating). Padahal, pecatur

Unsyiah belum memiliki elo rating

internasional. Tetapi, dua pecatur

Unsyiah berusaha bertanding

dengan maksimal dan berhasil

menahan imbang. Sementara

dua pecatur lainnya harus kalah

dengan skor akhir 1-3. Hasil ini

EDISI 231 . JANUARI 2019

Kami bangga bisa meraih Juara II Best Female, apalagi ini adalah debut tim yang pertama bagi saya.

EDISI 231 . JANUARI 2019

10 XXX

EDISI 231 . JANUARI 2019

XXX 11

MERAWAT SEMANGAT

KEBERAGAMAN

EDISI 231 . JANUARI 2019

12 FOKUS

Saat ini, Universitas

Syiah Kuala memiliki

25.746 mahasiswa

aktif dan mereka

tersebar di 12 fakultas.

Para mahasiswa ini berasal dari latar

belakang yang beragam. Baik etnis,

suku, maupun agama. Bahkan saat

ini, mahasiswa Unsyiah bukan hanya

dari Sumatra. Mereka juga berasal dari

berbagai provinsi di Indonesia, seperti

mahasiswa Papua yang jumlahnya terus

meningkat setiap tahunnya.

Sebagai Universitas tertua di Aceh,

Unsyiah berhasil menjadi rumah bagi

semua keberagaman tersebut. Meski

mahasiswanya berasal dari latar

belakang yang berbeda, tetapi hal ini

bukan kendala bagi mereka untuk

menempuh pendidikan di Unsyiah.

Semua keberagaman tersebut berhasil

Unsyiah padukan dalam satu semangat

kebersamaan.

Marlen Kmur misalnya, mahasiswi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)

Unsyiah asal Sorong, Papua, ini merasa

nyaman kuliah di Unsyiah. Awalnya, Marlen sempat bimbang untuk kuliah

di Unsyiah. Selain jauh dari tanah

kelahirannya, perbedaan budaya serta

musibah gempa dan tsunami yang

melanda Aceh pada 2004 silam, telah

membuat orang tuanya khawatir.

Namun, karena tekadnya bulat untuk

mengejar cita-cita, Marlen pun

membuang semua perasaan bimbang

dalam hatinya. Setelah berdiskusi

dengan orang tua, perempuan

kelahiran Sorong, 9 Maret 1998 ini

akhirnya mantap memilih Unsyiah.

“Yang terlintas dalam benak saya, ke

mana pun kau berpijak kalau niatmu

baik, kau akan diterima! Akhirnya

perasaan takut itu hilang sendiri,”

ungkap mahasiswi Jurusan Akuntansi

2015 ini.

Setibanya di Aceh, semua

kekhawatiran yang pernah terbesit

di hatinya memang tidak terjadi.

Marlen bersyukur karena ia mudah

beradaptasi. Di ruang kuliah, ia

mendapatkan perlakuan yang baik dari

teman-temannya. Terlebih lagi Marlen

Tingkat keberhasilan mahasiswa Afirmasi itu lebih besar kalau mereka kuliah di Aceh. Itu dikatakan sendiri oleh Dirjen Belmawa.

EDISI 231 . JANUARI 2019

FOKUS 13

memiliki bakat dalam bernyanyi. Karena

bakat ini pula, Marlen bergabung di

Bengkel, Seni, dan Teater (Bestek) FEB

Unsyiah. Tak hanya itu, ia juga mulai

mempelajari tari-tarian Aceh.

“Secara pribadi saya nyaman. Karena

kemampuan beradaptasi ini kan,

tergantung ke pribadinya masing-

masing,” ungkapnya.

Hal yang sama juga diungkapkan

oleh Yulianti Elisabet Demena asal

Kantumilena, Jayapura. Meski di Aceh

Yulianti menjadi minoritas, tetapi

ia tidak merasa terkungkung. Saat

pertama kali tiba di Aceh, Yulianti

mengaku sempat shock. Sebab Aceh

dan Papua memiliki kultur yang jauh

berbeda.

Namun, perlahan Yulianti mulai

mampu beradaptasi. Bahkan, ia merasa

bersyukur bisa kuliah di Unsyiah.

Suasana belajar serta lingkungan di

Unsyiah turut andil mengantarkan

putri Papua ini cepat menuntaskan

kuliahnya. Dan saat ini, Yulianti tercatat

sebagai lulusan pertama penerima

Beasiswa Bidikmisi dari seluruh

Indonesia.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

dan Alumni Unsyiah, Dr. Alfiansyah

Yulianur BC, mengatakan

keberhasilan Unsyiah dalam merawat

kebersamaan ini juga diakui oleh

Kemenristekdikti. Seperti yang

dikatakan oleh Direktur Jenderal

Pembelajaran dan Kemahasiswaan

(Dirjen Belmawa), Intan Ahmad,

ketika mengunjungi Unsyiah

beberapa waktu lalu. Ia mengatakan

jika penerima Beasiswa Afirmasi yang

umumnya mahasiswa Papua, merasa

nyaman kuliah di Aceh.

“Tingkat keberhasilan mahasiswa

Afirmasi itu lebih besar kalau mereka

kuliah di Aceh. Itu dikatakan sendiri

oleh Dirjen Belmawa,” ungkap

Alfiansyah di ruang kerjanya.

Menurut Alfiansyah, selama ini Unsyiah

telah berkomitmen menjadikan

kampus ini sebagai “rumah” bagi

semua mahasiswa. Semua orang punya

kesempatan yang sama untuk kuliah

dan berprestasi di kampus ini.

“Saya katakan kepada mahasiswa,

bahwa ruangan ini adalah ruangan

tanpa batas untuk mahasiswa.

Kita terbuka dan siap menerima

dalam semangat kebersamaan,”

pungkasnya. (ib)

EDISI 231 . JANUARI 2019

14 FOKUS

Universitas Syiah Kuala

adalah contoh nyata

bagaimana semangat

keberagaman

terawat dengan

baik. Meski para mahasiswanya berasal

dari berbagai latar belakang, tetapi

sejauh ini belum pernah sekalipun ada

gesekan atau diskriminasi terhadap

identitas tertentu.

Hal ini tidak terlepas dari komitmen

Unsyiah untuk menjaga semangat

keharmonisan dengan cara menjamin

hak-hak mahasiswanya. Sebab hal ini

merupakan amanat Undang-undang

1945 Pasal 31 yang menegaskan

bahwa setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan. Oleh sebab

itu, Unsyiah sebagai sebuah perguruan

tinggi harus menerjemahkan amanat

negara tersebut dengan memberikan

pelayanan yang baik bagi mahasiswa.

Siapapun mereka tanpa melihat latar

belakang identitasnya.

Seperti yang ditegaskan oleh Wakil

Rektor Unsyiah Bidang Kemahasiswaan

dan Alumni, Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur

BC, bahwa setiap mahasiswa Unsyiah

punya hak yang sama di kampus ini.

Alfiansyah mencontohkan bagaimana

pemberian beasiswa yang dilaksanakan

Unsyiah selama ini. Informasi

disampaikan secara terbuka, sehingga

setiap mahasiswa memiliki peluang

yang sama untuk mendapatkannya.

“Kalau Beasiswa Prestasi

prasyaratannya latar belakang

akademis. Kalau beasiswa untuk

yang kurang mampu, latar belakang

MENJADIRUMAH NYAMANBAGI MAHASISWA

FOKUS 15

kemiskinan, ya udah, gitu saja. Jadi

tidak ada masalah,” ungkapnya.

Begitu pula hak-hak terhadap

mahasiswa nonmuslim yang merupakan

minoritas di kampus ini. Unsyiah tetap

memperlakukan mereka dengan baik.

Misalnya dalam pelaksanaan Unit

Program Pendamping Pendidikan

Agama Islam (UP3AI) yang mewajibkan

setiap mahasiswa muslim untuk

mengikuti program tersebut. Mereka

diajarkan tentang dasar-dasar agama

Islam, termasuk bagaimana membaca

Alquran dengan baik dan benar. Meski

program ini wajib dan merupakan syarat

penting dalam perkuliahan. Tetapi,

Unsyiah tidak mewajibkan mahasiswa

nonmuslim untuk mendalami ilmu

agama Islam. Alternatifnya, Unsyiah

menyerahkan mereka kepada pemuka

agamanya masing-masing.

“Misalnya yang Kristen kepada

pendeta. Di sanalah mereka diajarkan

dan mendalami agamanya. Dan

ternyata kebijakan ini mendapatkan

respon yang baik dari pemuka agama

tersebut,” ungkap Alfiansyah.

Di sisi lain, Alfiansyah mengungkapkan,

bahwa pelaksanaan syariat Islam di

Aceh berperan penting terciptanya

keharmonisan di Unsyiah. Selama ini

ada sebagian orang yang menilai dan

menganggap Islam agama radikal

dan teroris. Pemahaman yang keliru

ini telah merusak citra Islam yang

sejatinya tidak demikian. Realisasi

syariat Islam ini, menurut Alfiansyah,

memiliki makna yang luas. Sebab pada

hakikatnya, Islam itu melindungi dan

menjamin hak-hak setiap individu.

“Islam itu nilai toleransinya lebih tinggi

dibandingkan agama lain,” ungkapnya.

Pelaksanaan syariat Islam, lanjut

Alfiansyah, justru membuat mahasiswa

lebih terjaga dari berbagai pengaruh

buruk yang bisa merusak masa depan

mereka.

“Coba lihat, dengan adanya syariat

Islam mereka bisa terhindar dari bahaya

miras atau narkoba. Secara otomatis

lingkungan terkondisikan untuk itu,”

ujarnya.

Oleh sebab itu, Alfiansyah menilai

bahwa masyarakat tidak perlu ragu

untuk kuliah di Unsyiah. Karena

selama ini Unsyiah tidak pernah

mempermasalahkan latar belakang

mahasiswanya, termasuk agamanya.

Sebab semangat kejujuran,

keikhlasan, dan kebersamaan yang

selalu Unsyiah gaungkan telah

menjadi prinsip Unsyiah dalam

melayani mahasiswa.

Selain itu, Unsyiah juga menjamin

hak mahasiswanya untuk berkarya

dan berprestasi sesuai bidangnya.

Mereka bebas memilih untuk

menyalurkan bakatnya melalui

berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) yang ada. Setiap mahasiswa

berkesempatan untuk menduduki

posisi strategis dalam organisasi di

Unsyiah. Alfiansyah mencontohkan,

bagaimana di struktur kepengurusan

organisasi seperti BEM, UKM atau

lainnya, diisi mahasiswa dari berbagai

latar belakang. Mereka dipilih karena

kompetensinya.

“Ini suatu bukti bahwa orang luar itu

merasa nyaman kuliah di Unsyiah,”

ujarnya. (ib)

Coba lihat, dengan adanya syariat Islam mereka bisa terhindar dari bahaya miras atau narkoba. Secara otomatis lingkungan terkondisikanuntuk itu.

EDISI 231 . JANUARI 2019

16 PAKAR

Sebagai salah satu universitas

terbaik di Indonesia, Unsyiah

menjadi incaran favorit bagi

mereka yang ingin melanjutkan

pendidikan tinggi. Maka tidak heran,

ragam suku, agama, budaya semakin

semarak di kampus tertua di Aceh

ini. Keindahan toleransi dan saling

menghormati antar umat beragama,

semakin terasa di kampus Unsyiah.

Para minoritas seakan berada

di rumah sendiri, tanpa merasa

diintimidasi.

Berikut ini, wawancara Warta

Unsyiah bersama Masrizal, S.Sos.I. MA, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik (FISIP) Unsyiah, melihat

semakin beragamnya kehidupan di

Unsyiah dari perspektif sosiologi.

Bagaimana Anda melihat keberagaman di Unsyiah?

Kampus adalah tempat yang netral

dan bebas dari segala kepentingan.

Kampus sebagai sebuah spirit

nasionalisme di mana keberagaman

lumrah terjadi. Pola atau misi yang

dibangun oleh perguruan tinggi

adalah Pancasila. Bagaimana

mengaplikasikan semangat Pancasila

PERBEDAAN YANG MENYATUKANMasrizal, S.Sos.I. MA.Dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIP) Unsyiah

EDISI 231 . JANUARI 2019

EDISI 231 . JANUARI 2019

PAKAR 17

secara empiris bukan normatif adalah

salah satu upaya menangkal intoleran

dan kemunculan akar radikalisme.

Jadi kampus harus terbuka dengan keberagaman?

Ya! Selain tempat menimba ilmu,

kampus juga menjadi tempat belajar

kecerdasan berbudaya dan hidup

dalam keberagaman. Keberagaman

berlatar belakang budaya, suku, dan

agama merupakan bentuk komunikasi

sesungguhnya. Setiap individu mampu

mengembangkan komunikasi antar

budaya dengan cara-cara tersendiri

tanpa menunjukkan sikap intoleran

dan diskriminasi.

Maka di sini peran pendidikan menjadi penting?

Dalam konteks keberagaman,

semakin tinggi pengetahuan sosial

budaya seseorang terhadap varian

dan pola budaya, semakin besar pula

peluang untuk dapat berkomunikasi

antar sesama, baik muslim maupun

nonmuslim. Begitu juga sebaliknya,

semakin rendah pengetahuan sosial

budaya seseorang, maka semakin

berpeluang terjadi intoleran.

Siapa yang paling berperan membentuk pandangan mahasiswa terhadap masalah ini?

Tenaga pengajar memiliki peran yang

sangat penting dalam membangun

pandangan dan pemikiran mahasiswa.

Penggiringan opini yang dilakukan oleh

tenaga pengajar memberi dampak

atau potensi terjadi atau tidaknya

intoleran di ruang kelas. Dalam kelas

yang heterogen, seorang pengajar

harus mampu memberi materi atau

contoh yang tidak menyinggung

kelompok-kelompok tertentu terkait

suku, ras, agama, bahkan bahasa.

Tak hanya mahasiswa, para pengajar

pun harus memiliki pengetahuan

sosial budaya agar tercipta suasana

belajar mengajar yang nyaman dan

jauh dari isu intoleran. Pluralisme

di kelas menghadirkan perbedaan

yang sangat indah. Memanfaatkan

keberagaman untuk menyatukan

sudut pandang tanpa melihat latar

budaya, agama dan etnis adalah

bentuk kesuksesan dalam mengajar.

Bagaimana caranya merawat keberagaman di lingkungan kampus?

Saya pikir ada beberapa kebijakan

penting yang memang harus

dilakukan. Seperti memberikan

waktu sebelum atau sesudah

perkuliahan selama 5-10 menit.

Waktu ini digunakan untuk

menyampaikan masukan yang

bersifat spiritual untuk membangun

semangat keberagaman. Cara

ini telah kami praktikkan di prodi

Sosiologi.

Apa yang ingin diharapkan?

Diharapkan keluangan waktu yang

diberikan dapat menularkan virus

positif bagi generasi milenial untuk

memahami identitas yang ada dalam

perbedaan. Pembinaan ini juga bisa

dilakukan melalui pengambilan Mata

Kuliah Umum (MKU) yang bersifat

general bagi seluruh mahasiswa,

seperti mata kuliah PPKN. Adapun

cara lain, yaitu dengan melakukan

controlling lewat fakultas untuk

meminimalisir isu radikalisme dan

intoleran.

Selain harapan di atas, apa ada hal lain yang ingin dicapai dari keberagaman?

Ada, yaitu meningkatkan nilai-

nilai multikulturalisme, sehingga

menghadirkan kehidupan kampus

yang beragam. Sebagai lembaga

pendidikan tinggi terbaik yang sedang

menyiapkan diri menjadi world class

university, sudah sepatutnya Unsyiah

mampu menghadirkan keamanan

dan kenyamanan bagi mahasiswa

dengan latar belakang berbeda. Saya

yakin dengan semangat Pancasila

dan kebhinnekaan yang tertanam di

setiap diri mahasiswa, akan mampu

menjaga dan merawat keberagaman

dan menyatukan perbedaan di

Unsyiah dan Aceh pada umumnya (rk)

Keberagaman berlatar belakang budaya, suku, dan agama merupakan bentuk komunikasi sesungguhnya.

EDISI 231 . JANUARI 2019

Awal pembentukan lembaga

formal pengelola zakat di

Aceh dimulai pada tahun

1973 melalui Keputusan Gubernur

Kepala Daerah Istimewa Aceh No.

5/1973 tentang Pembentukan Badan

Penertiban Harta Agama (BPHA).

Kemudian di tahun 1975, BPHA

diubah menjadi Badan Harta Agama

(BHA).

Sejalan dengan Keputusan Bersama

Menteri Agama dan Menteri

Dalam Negeri tahun 1991 tentang

Pembentukan BAZIS (Badan Amil

Zakat, Infak dan Shadaqah), BHA pun

diubah menjadi BAZIS di Aceh di tahun

1998. Perubahan ini berlanjut di tahun

2003, melalui keputusan gubernur,

BAZIS diubah menjadi Baitul Mal yang

beroperasi di bulan Januari 2004.

Menurut Ahmad Ifham Sholihin dalam

Buku Pintar Ekonomi Syariah (2010),

Baitul Mal berarti suatu lembaga

atau pihak yang mempunyai tugas

khusus menangani segala harta umat,

baik berupa pendapatan maupun

pengeluaran negara. Pengertian itu

didasarkan pada uraian Abdul Qadim

Zallum (1983) dalam Al-Amwal fi

Dawlah al-Khilafah. Selain itu, Ifham

Sholihin juga memberikan dua

pengertian lain.

Pertama, ia mengartikannya sebagai

lembaga negara yang mengelola

penerimaan dan pengeluaran

negara yang bersumber dari zakat,

kharaj (cukai atas tanah pertanian),

jizyah (pajak yang dibebankan pada

penduduk nonmuslim yang tinggal di

negara Islam), ghanimah (rampasan

perang), kaffarat (denda), wakaf, dan

lain-lain yang di-tasyaruf-kan untuk

kepentingan umat. Kedua, Baitul Mal

diartikan sebagai rumah harta yang

di zaman Rasulullah Saw berfungsi

sebagai perbendaharaan negara.

Sebagai kampus terbesar di Aceh dan

fokus di bidang pendidikan, Unsyiah

MERINGANKANYANG MEMBUTUHKAN

RUMAH AMAL MASJID JAMIK UNSYIAH

18 PENGABDIAN

M. IQBAL NURRAZIQ, S.H.Mahasiswa S2 Magister Ilmu Hukum Unsyiah

EDISI 231 . JANUARI 2019

PENGABDIAN 19

tidak melupakan kewajibannya dalam

hal keagamaan. Terlebih lagi, kampus

ini berada di provinsi yang menerapkan

syariat Islam dalam kehidupan sehari-

harinya. Unsyiah berkomitmen

mengambil peran untuk mewujudkan

Aceh sebagai provinsi yang mampu

menerapkan syariat Islam dengan baik.

Salah satunya membentuk Rumah

Amal Masjid Jamik Unsyiah sebagai

wadah menghimpun zakat, infak,

sedekah, hingga wakaf.

Pendirian rumah amal ini merupakan

bukti nyata kepedulian Unsyiah

yang menjembatani para donatur,

khususnya civitas akademika untuk

memilih anak asuh yang memenuhi

kriteria.

Selain itu, Rumah Amal Masjid Jamik

Unsyiah juga melakukan beberapa

kegiatan, seperti, Unsyiah Berkurban,

Emergency Fund Bantuan Darurat

(Bandar) bagi mahasiswa yang

kesulitan keuangan, hingga Paket

Ramadan Tersenyum bagi kaum

dhuafa. Lembaga ini juga aktif dalam

kegiatan penggalangan dana untuk

membantu wilayah yang terkena

musibah. Bahkan, beberapa program

pendidikan serta pemberdayaan

umat juga sukses dilakukan, seperti

program pemberdayaan ekonomi

umat, pelatihan pengeringan ikan,

pelatihan keuangan dasar di Pidie Jaya

pascagempa, program Quranic healing

bagi korban bencana, hingga kuliah

zakat.

Kesuksesan dan kehadiran Rumah

Amal Masjid Jamik Unsyiah diharapkan

menjadi contoh bagi instansi lain

dalam mengelola zakat, infak,

sedekah, wakaf agar manfaatnya

dapat dirasakan masyarakat,

sekaligus membantu mereka yang

membutuhkan. (iq)

dalam memberdayakan umat

dari segi keagamaan. Kehadiran

lembaga ini untuk merencanakan,

melaksanakan, mengkoordinasi

pengumpulan, pendistribusian, hingga

pendayagunaan dana dari lingkungan

Unsyiah. Keberadaan Rumah Amal

Masjid Jamik Unsyiah sudah dirasakan

manfaatnya oleh mahasiswa dan

masyarakat sekitar Unsyiah.

Saat ini, Rumah Amal Masjid Jamik

Unsyiah yang diketuai oleh Dr.rer.

pol. Heru Fahlevi, S.E., M.Sc, telah

banyak melaksanakan kegiatan, salah

satunya menyalurkan beasiswa kepada

mahasiswa berprestasi, terutama yang

hafiz Alquran. Beasiswa di lembaga

ini terbagi dua, yaitu Beasiswa Prestasi

Rumah Amal (BPRA) dan Beasiswa

Orangtua Asuh (OTA). Beasiswa BPRA

merupakan salah satu program Rumah

Amal Masjid Jamik Unsyiah yang

ditujukan untuk membantu mahasiswa

berprestasi yang kesulitan dana dalam

menempuh pendidikan. Sedangkan

Beasiswa OTA adalah program

Bagi yang ingin menyerahkan zakat, infak, sedekah, wakaf dapat dikirim ke nomor rekening; 7099400409 BSM, a.n. Rumah Amal Unsyiah. Konfirmasi donasi ke nomor 0852 6203 4033.

Lembaga ini juga aktif dalam kegiatan penggalangan dana untuk membantu wilayah yang terkena musibah.

EDISI 231 . JANUARI 2019

Senantiasaku utarakan …Jika menghirup kopi mengingatkanku pada masa laluMasa di mana ada kisah antara kamu dan akuKini, ditemani remah jingga yang mulai temaramKenangan tentangmu hadir bersama aroma kopi yang tersajiPahit kopi menyatu membaur bersama kenangan tentangmuKamu yang kini dengan gagahnya berbaju loreng lengkap dengan amunisiSementara aku, masih terpaku dengan tuts tuts keyboard laptop berkisah tentangmu

Remang senja menjatuhkan bayangan cangkir kopi di permukaan meja balkon kamarSementara kepulan uap kopi berlari dari genggaman anginNamun,Lagi-lagi pedihnya bayangmu kembali hadir Menyentuh tulang-tulang lidahku dengan rasa pahitSepahit luka yang terukir olehmu

Kamudan Kopi

NUR INDA RAHAYUAlumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Kusadar, mengenangmu cukup membuatku terluka

Luka lama yang senantiasa menganga kala sosokmu tiba-tiba hadirTapi aku bisa apa? Tak ada yang bisa kulakukan selain menikmati setiap aliran rindu yang merasuk

Kopi membuatku candu pada perpaduan rasa pahit dan manis Senada dengan kamu, yang selalu membuatku candu bermimpi tentang hadirmuEntahlah, apakah di senja ini kamu juga melukis kenangan tentangkuAtau justru, hanya aku yang terlalu menaruh harap tinggi padamu

Katamu semua kopi adalah samaPembedanya adalah sensitivitas lidah dalam merespon rasaTapi bagiku, setiap kopi memiliki rasa yang berbedaTergantung bagaimana cara meracik hingga tersaji di atas mejaAh, kita memang berbeda dalam mendefinisikan kopiTapi, kesamaan kita adalah tetap mencintai rasa pahitnya

Temaram jingga perlahan beranjakCangkir kopiku mulai kosongAku mulai kehabisan alasan untuk mengenangmuKupikir, cukup sudah aku mengobrak-abrik masa laluku tentangmuJinggaku pergi menghembuskan kenanganmuDigantikan bintang yang akan melukis memori baruMungkin dengan kisah baru yang lebih nyaman atau dramatisSudahlah, tak perlu kurisaukanBiarlah esok tetap jadi misteri

20 KREATIF

Kala raga berada di keramaian sejuta umat manusiaAku tetap merasa sendiriAh, entahlahRasa yang tak mampu kupahamiRasa yang tak mampu kuuraikan lewat kata

Aku merasa sunyi, meski nyatanya sekelilingku berisikAku merasa melangkah tertatih meski tanganku ada yang membimbingAku merasa kosong walau sekian banyak orang mengisi hidupkuAku resah pada hal yang sebenarnya tak perlu kutakuti

Ku mendesak seluruh udara yang ada dalam hatiKupaksanya keluar, agar ruang itu bisa terisiTapi, semakinku usir semakin dia menekan diriMenyentilku menyadarkan kehampaan ini

Argh …Aku benci semua iniKala aku ingin menikmati hari tanpa hadirmuJustru aku terbelenggu pada kekosongan iniKau datang tanpa permisi, mengambil kenyamanan ini semaumuLalu kini, kau pergi tanpa mengembalikan semua itu padakuLantas apa yang bisa kulakukan?Mengatasi kehampaan dengan terus menunggumu?Argh … Aku tak sebodoh ituBiarlah kubangun kembali semua yang kau curiKubuktikan padamu aku baik-baik sajaKan kuberitahu, bagaimana rasa penyesalan itu padamu

Sebuah rasa yang berasaTak dapatku genggam eratKarena hanya sesak yang akanku dapatTak dapat kulepasnya pergiMeski kadang, dia berlari terbang bersama angin

Rindu … Semakin kuingin mengungkapmuSemakin aku sadar sakitnya menanggungmuKau tau apa yang kutakuti? Kala aku merindu, tapi rindu itu tak tahu arah tuju

Namun …Izinkan aku tetap merinduDalam sujud, rindu itu cobaku uraikan lewat doaPintaku …Bumi menyampaikan pada langit, betapa besar rindukuTak peduli rasaku terbalas atau tidakKarena sejatinya merindu adalah menggali kenangan lama pada dimensi yang berbeda

Untuk engkau yang kurinduJangan kau merasa beban dengan rasakuKarena rinduku tak butuh balasBiarkan dimensi waktu yang menyembuhkan rindu iniDengan atau tanpa engkau yang kurindu

Rindu Hampa

KREATIF 21

EDISI 230 . DESEMBER 2018EDISI 231 . JANUARI 2019

EDISI 231 . JANUARI 2019

22 PROFIL

Perbedaan identitas tidak menyurutkan tekad Okta untuk menjadi peduli. Baginya, hidup adalah tentang bagaimana dapat memberikan manfaat bagi orang

lain. Okta meyakini bahwa peduli adalah kata yang universal. Siapa pun dapat melakukannya tanpa melihat latar belakang identitasnya. Menurut Okta, jika kesadaran ini dipahami dengan baik, maka dari sinilah lahirnya perasaan empati terhadap sesama. Bahkan, nilainya lebih tinggi dari sekadar toleransi.

“Kalau toleransi kita memang enggak ganggu, tapi kalau empati kita peduli. Ada perasaan, walaupun kita berbeda secara agama dan suku,” ujarnya.

Seperti saat kasus pencemaran lingkungan oleh sebuah perusahaan tambang di Beutong, Nagan Raya, yang sampai kini belum selesai. Perempuan asal Sibloga ini gelisah karena kondisinya cukup memprihatinkan. Kegelisahan tersebut Okta ungkapkan dengan mendemo perusahaan tambang itu agar permasalahannya segera diselesaikan.

“Itu menurut saya sangat mirislah. Pertambangan di sana tidak ramah lingkungan dan tidak memperhatikan kondisi ekonomi masyarakat,” ungkapnya.

Okta mengakui bahwa ia memang ingin menjadi aktivis. Dan saat ini, Okta dikenal aktif di Peace Generation Indonesia dan Komunitas Bela Indonesia.

Sikap Okta ini memang unik. Pasalnya, Aceh bukanlah tanah kelahirannya. Tapi ia tetap peduli

Pretty Olan Oktavia SihiteDuta Baca Unsyiah 2018Mahasiswi Jurusan SosiologiFISIP Unsyiah 2016

EDISI 231 . JANUARI 2019

PROFIL 23

dengan isu-isu kemanusiaan di Aceh. Saat Warta Unsyiah menanyakan alasannya, perempuan kelahiran Raso, 24 Oktober 1997 ini dengan entengnya menjawab.

“Saya berharap selama saya di sini, saya mampu memberikan sesuatu untuk Aceh. Walau notabenenya saya akan meninggalkan Aceh, tapi ada sesuatu yang saya tinggalkan,” ungkapnya.

Di kalangan teman-temannya, Okta dikenal sebagai sosok yang peduli. Bahkan, mereka menyebut Okta sebagai pribadi yang sulit dipahami. Sebab dirinya rela bersusah payah demi menolong orang lain.

“Ya, saya orangnya rumit, teman saya juga bilang gitu. Karena terlalu suka mengurusi kehidupan orang lain. Berawal dari sanalah saya suka sosiologi,” ujarnya sambil tersenyum.

Saat Okta memutuskan untuk kuliah di Aceh, teman-temannya juga sempat melarang. Okta pun sempat ragu. Isu-isu liar terkait GAM dan syariat Islam membuatnya bimbang. Tetapi, salah seorang tantenya yang telah lama tinggal di Aceh meyakinkan Okta, jika Aceh tidak seburuk yang orang luar duga.

“Karena saya lebih percaya keluarga, akhirnya saya sampai di sini,” kenangnya.

Okta mengakui walau ia seorang nonmuslim, tetapi ia merasa nyaman tinggal di Aceh. Walaupun ada sebagian orang yang tidak siap menerimanya. Tapi bagi Okta, hal tersebut bukanlah masalah. Ia tidak ingin ambil pusing.

“Saya pribadi lebih fokus sama orang-orang yang dukung saya,” ungkapnya.

Okta mudah beradaptasi karena terbiasa berteman dengan siapapun, termasuk saat mendaftarkan diri sebagai Duta Baca Unsyiah. Ia mengakui jika niat itu bukan berasal darinya, tetapi diajak oleh seorang teman.

“Kalau boleh cerita, dia itu perempuan yang paling muslimah, lah. Dia tarik-tarik saya, ‘Kamu harus daftar, Okta’. Alasannya biar ada perwakilan dari jurusan. Jadi seiseng gitu, cuma ditarik-tarik,” ungkap Okta.

Setelah terpilih menjadi Duta Baca Unsyiah, pikiran Okta semakin terbuka. Ia semakin semangat berbuat, khususnya dalam mengembangkan dunia literasi. Salah satu kegiatan

Sosiolog Muda dari Sibolga

rutinnya memperkenalkan dunia literasi di Lembaga Pemasyarakatan Anak. Di sana, Okta mengajarkan mereka membaca sekaligus berupaya memulihkan kembali kepercayaan diri. Kondisinya cukup miris, karena anak-anak tersebut masih berusia 15-20 tahun dengan kasus yang beragam mulai narkoba, mencuri, bahkan membunuh.

“Makanya saya terapin juga ilmu saya di Lapas. Saya berharap adik-adik di sana mampu berdamai dengan diri mereka sendiri. Supaya setelah keluar dari sana menjadi orang yang lebih baik lagi,” harapnya.

Hal ini pula yang membuat Okta semakin cinta dengan sosiologi. Menurutnya hanya sosiologi yang mampu mempelajari semua aspek kehidupan masyarakat. Bahkan, ia telah bercita-cita menjadi seorang Menteri Sosial atau Menteri Hukum dan HAM. Alasannya karena ia ingin Indonesia menjadi negara hukum yang seadil-adilnya.

“Agar hukum kita tidak tumpul ke bawah. Lebih memperhatikan persoalan masyarakat, dari hal yang menurut kita sangat sepele, tapi itu sangat berarti bagi masyarakat,” pungkasnya. (ib)

Wakil Rektor I Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Marwan, menyerahkan cinderamata yang diterima oleh Ketua Tim Komisi IV DPR RI, Dr. H. Hermanto, S.E, M.M. Kegiatan ini berlangsung dalam rangka konsultasi publik dan jaring pendapat yang dilaksanakan oleh komisi IV DPR RI terkait pembahasan RUU tentang perubahan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem.

Asian Law Students Association (ALSA) Local Chapter Universitas Syiah Kuala bekerja sama dengan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Fakultas Hukum Unsyiah, menggelar diskusi publik yang bernama “Quo Vadis Lembaga Wali Nanggroe,” di Aula Fakultas Hukum Unsyiah.

Universitas Syiah Kuala menerima sumbangan dana CSR (Corporate Social Responbility) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Wilayah Aceh. Sumbangan senilai Rp990 juta ini diberikan secara simbolis oleh Pimpinan BRI Wilayah Aceh, Dedi Iskandar, kepada Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., di Masjid Jamik Unsyiah.

Sebanyak 20 unit komputer diterima Universitas Syiah Kuala dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI) di Balai Senat Unsyiah. Komputer ini diserahkan langsung oleh Direktur Industri Elektronika dan Telematik Kemenperin RI yang diwakili Asrin Noholo dan diterima Wakil Rektor Unsyiah Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Humas, Dr. Hizir Sofyan.

Universitas Syiah Kuala bersama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Aceh sepakat untuk mengembangkan kembali Tax Centre di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unsyiah. Pengembangan kembali Tax Centre itu diresmikan Wakil Dekan I FEB Unsyiah, Dr. Abdul Jamal bersama Kepala Kanwil DJP Aceh, Ahmad Djamhari

Wakil Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Marwan, membacakan amanat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Yohana Yembise, dalam upacara Hari Ibu ke-90 tahun di Lapangan Tugu Unsyiah.

Sebanyak 292 pegawai di lingkungan Universitas Syiah Kuala menerima penghargaan Satyalancana Karya Satya dan empat orang pegawai lainnya menerima Surat Keputusan (SK) Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diserahkan oleh Rektor Unsyiah Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng di gedung AAC Dayan Dawood.

Sebanyak 33 orang mahasiswa Universitas Syiah Kuala mendapatkan beasiswa dari Pegadaian Aceh Syariah. Hal ini disampaikan oleh Vice President PT. Pegadaian Persero Kantor Area Banda Aceh Fery Hariawan pada acara seremonial penyerahan beasiswa ini di Balai Senat Unsyiah.

Tim Blits Explore Indonesia 2018 hadir di Universitas Syiah Kuala dalam kegiatan sharing session mobil listrik PLN BLITS pada Rabu, (26/12). Tim ini terdiri dari dosen dan mahasiswa Institus Teknologi Surabaya (ITS) serta Universitas Budi Luhur, dan PLN sebagai pihak sponsor.

MENTERI Agraria dan Tata Ruang yang juga Kepala BPN Indonesia, Dr. Sofyan Djalil, SH, MA, MALD, mengajak para mahasiswa untuk meningkatkan kapasitas diri. Hal ini ia sampaikan dalam kuliah umum di depan ratusan mahasiswa Universitas Syiah Kuala. Kegiatan yang berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam ini, membahas tentang kesiapan Indonesia dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Menurut Sofyan, perubahan dunia yang memasuki Revolusi Industri 4.0 harus disikapi dengan optimis. Sebab menurutnya, era ini akan membuka banyak peluang serta tantangan. Segala tantangan dan peluang ini harus dihadapi dengan kreatifitas, sikap fleksibilitas, serta open minded (berpikir terbuka).

Namun, ia menyayangkan masih ada sebagian masyarakat yang sulit menerima perbedaan dan memandang permasalahan hanya dari satu sisi saja. Padahal menurutnya, jika ingin sukses dalam persaingan, salah satu yang patut ditonjolkan adalah attitude (tingkah laku).

“Sejauh mana kamu bisa berkembang, tergantung sikapmu. Jika sikapmu ekstrim, tidak toleran, maka kamu tidak bisa pergi kemana-mana. Watak itu adalah masa depanmu,” ujarnya.

Untuk itu, Sofyan berharap Unsyiah sebagai lembaga pendidikan dapat membantu membentuk mahasiswa berkarakter melalui sistem pendidikan dan lingkungan yang positif. Sebab menurutnya, dengan memiliki karakter kuat, para mahasiswa dapat menerima perubahan dan perbedaan dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0.

Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, mengatakan perkembangan teknologi dan Revolusi Industri 4.0 memberikan kesempatan dan tantangan untuk bersaing dengan negara lain. Ia mengutip data dari World Economic Forum tahun 2018, yang menyebutkan daya saing global Indonesia berada di peringkat ke-45 dari 140 negara. Di level ASEAN, Indonesia masih berada di bawah Singapura (peringkat 2), Malaysia (peringkat 25), dan Thailand (peringkat 38).

Bahkan, skill sumber daya manusia Indonesia hanya berada di peringkat 62 dunia. Hal ini menurutnya, dipengaruhi oleh rendahnya kapasitas inovasi Indonesia yang masih berada di peringkat 68 dunia.

Ia berharap kuliah umum ini dapat memberikan pemahaman baru serta semangat bagi mahasiswa Unsyiah untuk meningkat kapasitas diri, sehingga memiliki daya saing.

“Setelah mendengarkan kuliah umum ini, kita menjadi lebih mampu menggali dan memahami lebih jauh semua kemungkinan, semua tantangan, dan semua peluang untuk berinovasi dan berkreasi di era Revolusi Industri 4.0,” pungkasnya.

K

EDISI 231 . JANUARI 2019

28 SEHAT

KUCING merupakan hewan kesayangan

yang digemari oleh masyarakat untuk

dipelihara. Hewan ini juga banyak

ditemui secara liar di lingkungan sekitar.

Hampir setiap hewan−khususnya kucing−

dapat terinfeksi parasit. Salah satunya

adalah parasit toxoplasma gondii.

Toksoplasmasis adalah penyakit yang

disebabkan toxoplasma gondii yang

merupakan parasit intraseluler golongan

protozoa. Parasit ini bersifat obligat

(Memaksa inang untuk membantu

reproduksi parasit) dan tempat tumbuh

kembang parasit di berbagai jenis

mamalia, khususnya kucing. Sedangkan

untuk perantara penularannya, dapat

Waspada Toksoplasmasis

melalui semua hewan berdarah panas,

seperti ayam, sapi, kambing, babi,

domba, burung, rodensia, ikan paus serta

dapat menginfeksi manusia.

Jumlah kasus toksoplasmasis pada

manusia di Indonesia berkisar antara

2-63 persen, sedangkan pada hewan

berkisar antara 6-70 persen, tergantung

pada iklim, geografis, dan kepadatan

populasi kucing di suatu daerah. Parasit

toxoplasma gondii tersebar luas dengan

angka prevalensi pada kucing berkisar

antara 35-73 persen, anjing 75 persen,

Drh. NELLA DESIONAAlumni Jurusan Pendidikan Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah.

babi 11-36 persen, kambing 11-61

persen, dan sapi atau kerbau kurang dari

10 persen.

Dampak dari penyakit ini menimbulkan

kerugian ekonomi yang cukup besar.

Pada manusia penyakit toksoplasmasis

memegang peranan penting, terutama

bagi wanita hamil yang mengalami

infeksi primer saat kehamilan trimester

pertama. Infeksi parasit ini dapat

menimbulkan kelainan kongenital pada

janin yang dikandung atau bayi yang

dilahirkan. Manifestasi toksoplasmasis

EDISI 231 . JANUARI 2019

SEHAT 29

Berbagai survei telah membuktikan jika di

kota-kota besar di Indonesia masih relatif

tinggi kasus terjadinya toksoplasmasis.

Selain itu, survei di wilayah yang

menitikberatkan hewan kesayangan−

seperti kucing sebagai inang tetap dari

toksoplasma−dan hewan ternak−seperti

domba, kambing, babi dan, sapi sebagai

inang perantara−dijumpai angka yang

relatif masih tinggi.

Khusus di Kota Banda Aceh terdapat

kasus toksoplasmasis sebesar 16

persen. Kenyataan ini memungkinkan

perkembangbiakan parasit toxoplasma

gondii sangat cepat. Apabila kondisi

tersebut tidak mendapatkan perhatian

dan penanganan yang baik, maka

jumlah kasus toksoplasmasis akan terus

meningkat.

Untuk mencegah penyebaran dan

terjangkitnya penyakit ini pada

manusia, ada beberapa hal yang

harus diperhatikan. Langkah tersebut,

seperti menjaga kebersihan, mencuci

tangan setelah memegang daging

mentah, menghindari kotoran kucing

saat membersihkan halaman atau

berkebun, memasak daging minimal di

suhu 66°C atau dibekukan pada suhu

-20°C, menjaga makanan agar tidak

terkontaminasi dengan binatang rumah

atau serangga.

Bagi wanita hamil trimester pertama,

sebaiknya melakukan pemeriksaan secara

berkala untuk mendeteksi kemungkinan

infeksi toxoplasma gondii. Lakukan

pengobatan agar tidak terjadi keguguran,

lahir mati, atau cacat bawaan. Bagi yang

memelihara hewan kesayangannya,

khususnya kucing, agar selalu menjaga

kebersihan hewan dan kandang serta

tidak memberikan daging mentah pada

kucing piaraan.

Penyakit toksoplasmasis merupakan

penyakit kosmopolitan dengan frekuensi

tinggi di berbagai negara, termasuk

Indonesia. Hal ini dikarenakan gejala

klinisnya terlihat ringan, sehingga sering

kali luput dari pengamatan dokter.

Padahal akibat yang ditimbulkannya

sangat besar, seperti keguguran, lahir

mati, atau cacat kongenital.

Risiko toksoplasmasis individu sangat

tergantung pada imunitas seseorang.

Bahkan, sangat bervariasi sesuai dengan

situasi. Pemeriksaan di laboratorium

cukup mudah dengan memeriksa

antibodi kelas IgG dan IgM terhadap

toxoplasma gondii, sehingga dapat

diketahui status penyakit penderita. Bagi

wanita hamil trimester pertama, sangat

dianjurkan memeriksakan diri secara

berkala untuk mendeteksi kemungkinan

terinfeksi toksoplasmasis. (Syr)

berdampak pada bayi seperti

hidrosefalus, retardasimental, autis,

gangguan perkembangan organ (Organ

internal) selama masa kehamilan ibu.

Akibatnya bagi bayi penderita akan sulit

untuk disembuhkan dan menimbulkan

dampak psikis bagi keluarga dan juga

kualitas suatu generasi.

Sedangkan pada medik veteriner,

penyakit ini menginfeksi sejumlah spesies

yang memiliki fungsi ekonomi yang

tinggi. Berdasarkan persentase jumlah

neutrofil dan total leukosit, mengalami

kenaikan atau berbeda nyata pada tikus

gerbil yang menderita toxoplama gondii.

Sedangkan pada limfosit mengalami

penurunan, dan tidak berbeda nyata

pada RBC, monosit, PCV , dan Hb.

“Khusus di Kota Banda Aceh terdapat kasus toksoplasmasis sebesar 16 persen. Kenyataan ini memungkinkan perkembangbiakan parasit toxoplasma gondii sangat cepat.

EDISI 231 . JANUARI 2019

30 PERSPEKTIF

KEBERAGAMAN MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY

seluruh penjuru daerah nusantara.

Banyak mahasiswa Unsyiah yang

berasal dari luar Aceh, bahkan juga

berasal dari daerah ujung Indonesia,

Papua.

Selain menjadi pusat perkembangan

ilmu pengetahuan, Unsyiah juga

menjadi pusat bertemunya beragam

perbedaan. Mulai dari perbedaan suku,

ras, hingga agama. Beragam lintasan

Jantoeng Hatee Rakyat

Aceh merupakan nama lain

yang ditambalkan kepada

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).

Sebutan ini bermakna jantung hati atau

kesayangan masyarakat Aceh. Hal ini

mengisyaratkan bahwa universitas yang

berdiri sejak 2 September 1961 ini,

menjadi kampus kebanggaan sekaligus

gudang ilmu yang melahirkan generasi

intelektual, khususnya di Aceh dan

penjuru negeri.

Belum lama ini berdasarkan

Webometrics, Unsyiah terpilih menjadi

satu dari lima perguruan tinggi terbaik

di Indonesia. Unsyiah berada di

peringkat pertama untuk perguruan

tinggi di luar Pulau Jawa. Sementara

di tingkat nasional, Unsyiah berada di

peringkat kelima di bawah Universitas

Indonesia (UI) Jakarta, Universitas

Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta,

Institut Teknologi Bandung (ITB),

serta Institut Pertanian Bogor (IPB).

Keberhasilan ini menjadikan Unsyiah

sebagai incaran bagi siswa pejuang

SNMPTN dan SBMPTN.

Dari tahun ke tahun, Unsyiah terus

bermetamorfosis menjadi kampus yang

lebih baik. Hal ini terbukti dengan

berbagai prestasi yang ditorehkan

Unsyiah yang kini berusia 57 tahun.

Kampus ini bukan lagi menjadi favorit

bagi rakyat Aceh saja, tetapi juga

NADYA TIFFANYMahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala

perbedaan tersebut berkumpul dalam

satu wadah komunitas intelektual.

Keberagaman tersebut dimaknai

sebagai sebuah keindahan dalam

toleransi. Dari dunia kampus inilah kita

dapat mengenal budaya lintas suku,

bahkan agama. Proses perkenalan yang

berlangsung dalam bingkai akademik

menghasilkan pemahaman yang

menyeluruh dari beragam perbedaan

tersebut.

PERSPEKTIF 31

menyatakan, jika setiap orang berhak

atas kebebasan meyakini kepercayaan.

Selain itu, dalam Pasal 28 I ayat 1

UUD 1945, diakui bahwa hak untuk

beragama merupakan hak asasi

manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat

2 UUD 1945 juga menyatakan jika

negara menjamin kemerdekaan tiap-

tiap penduduknya untuk memeluk

agama. Manusia merupakan makhluk

individu yang juga berperan sebagai

makhluk sosial. Tentunya di dalam hak

individu seorang manusia terdapat hak-

hak sosial yang perlu ia pertimbangkan.

Menghormati keberagaman agama

dan budaya, selaras dengan cita-cita

Unsyiah yang akan menjadi World

Class University (WCU) dalam 20

tahun ke depan. Memang banyak

hal yang masih perlu dibenahi untuk

menjadi WCU, seperti pendidikan,

penelitian, hingga pengabdian kepada

masyarakat. Tetapi, sikap saling

menghormati antar sesama sangat

perlu dipupuk saban waktu.

Pendidikan tinggi di Indonesia sekarang

ini telah memasuki era baru. Suatu

era kompetisi yang penuh tantangan,

perubahan, dan turbulence. Unsyiah

harus mampu mengembangkan

instrumen legal, sehingga terbentuk

budaya berkualitas global dari setiap

komponen perguruan tinggi. Unsyiah

harus memiliki etika akademik yang

mengandung nilai moralitas (sistem

nilai baik dan buruk) bagi setiap

sivitas dalam melaksanakan kegiatan

akademik.

World Class University mengharuskan

universitas untuk siap dan berhasil

dalam kompetisi di arena global. Tidak

hanya memiliki visi yang berkaitan

dengan staf pengajar, peneliti, dan

mahasiswa berwawasan global, tetapi

juga berkaitan dengan institusi dan

mitra global. Tentu sikap toleransi dan

saling menghargai terhadap semua

perbedaan harus dirawat bersama.

Dengan demikian, upaya keberhasilan

untuk memanfaatkan sumber daya

lokal, nasional, maupun internasional

dapat memberikan kesempatan bagi

Unsyiah menjadi perguruan tinggi kelas

dunia. Semoga! (mks)

Meski Unsyiah berada di daerah yang

dijuluki Serambi Mekkah, tetapi hal ini

tidak membatasi keberagaman agama

yang dianut oleh mahasiswanya. Hal ini

tentu membutuhkan tingkat toleransi

yang tinggi agar dapat menciptakan

lingkungan kampus yang aman dan

nyaman bagi seluruh mahasiswa.

Sebagai contoh, mahasiswa nonmuslim

di Unsyiah tidak diwajibkan memakai

jilbab dan baju lengan panjang. Juga

tidak pernah ada persyaratan di

lingkungan Unsyiah yang membeda-

bedakan suku, agama, dan golongan.

“Setiap orang bebas memeluk

agama dan beribadat menurut

agamanya, memilih pendidikan dan

pengajaran, memilih pekerjaan,

memilih kewarganegaraan, memilih

tempat tinggal di wilayah negara

dan meninggalkannya, serta berhak

kembali.”

Pasal 28 E ayat 1 Undang-Undang

Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan

dasar hukum yang menjamin

kebebasan beragama di Indonesia.

Pasal 28 E ayat 2 UUD 1945 juga

EDISI 231 . JANUARI 2019

EDISI 231 . JANUARI 2019

32 RISET

Generasi muda adalah tokoh pembaruan (Agent of change) dalam

berbagai sektor. Peran generasi muda dalam membangun dan menjaga keutuhan bangsa, sangat ditentukan oleh pemahaman generasi muda terhadap nilai-nilai kebersamaan dan toleransi. Pemuda yang hidup dalam nuansa dan suasana pergolakan kemerdekaan dan perjuangan akan cenderung memiliki kreativitas tinggi dan keunggulan untuk melakukan perubahan.

Generasi muda memiliki posisi yang penting dan strategis karena menjadi poros bagi punah atau tidaknya sebuah negara. Baik buruknya bangsa ke depan tergantung kepada

bagaimana generasi mudanya. Kepribadian yang kokoh, semangat nasionalisme, dan karakter yang kuat adalah sikap yang harus dimiliki generasi muda untuk membangun bangsa dan negaranya.

Kebersamaan dan toleransi adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada kebersamaan tanpa toleransi, begitupun sebaliknya. Keutuhan bangsa ini sangat tergantung dari sejauh mana generasi muda memiliki sikap patriotisme. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain rasa saling memiliki. Negara ini adalah bukan milik suatu suku bangsa tertentu. Kekayaan negara baik yang di lautan maupun daratan adalah milik bersama yang perlu

dilindungi berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku. Generasi muda juga harus mencintai kedamaian. Selain itu, pemuda juga diharapkan untuk memahami pluarisme budaya, agama, dan keyakinan.

Dengan kemampuan memahami secara lebih mendalam nilai-nilai di atas, maka kebersamaan dan

Kebersamaandan ToleransiGenerasi Muda Menjaga Keutuhan Bangsa

DR. RUSLI YUSUF., M.PD

EDISI 231 . JANUARI 2019

RISET 33

toleransi akan mudah diwujudkan. Dengan memahami pluralisme (keberagaman), diharapkan generasi muda lebih mencintai tanah air dengan menjaga kelestarian dan menjaga keutuhan bangsa.

Di saat kondisi bangsa seperti saat ini, peranan generasi muda sebagai pilar, penggerak, dan pengawal

jalannya reformasi sangat diharapkan. Dengan organisasi dan jaringannya yang luas, generasi muda dapat memainkan peran yang lebih besar. Seharusnya dari generasi muda lahir inspirasi untuk mengatasi berbagai kondisi dan permasalahan yang ada. Generasi muda yang mendominasi populasi penduduk Indonesia saat ini, dapat mengambil peran sentral

untuk kemajuan, antara lain menempatkan diri sebagai agen sekaligus pemimpin perubahan.

Generasi muda yang relatif bersih dari berbagai kepentingan dapat menjadi aset yang potensial untuk kejayaan di masa depan. Mereka yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan (ormas) menjadi prasyarat untuk memimpin perubahan. Kemudian proses kaderisasi formal dan informal dalam organisasi serta interaksi dengan berbagai lapisan sosial akan menjadi pengalaman dan ilmu yang berharga untuk mengusung perubahan.

Tidak ada yang menghalangi perubahan yang diusung oleh kekuatan generasi muda, sepanjang moral dan semangat juang tidak luntur. Tetapi, bersatunya generasi muda dalam satu perjuangan bukanlah persoalan mudah. Dibutuhkan syarat minimal agar generasi muda dapat berkumpul dalam satu kepentingan.

Pertama, syarat dasar moral perjuangan harus terpenuhi, yakni terbebas dari kepentingan pribadi dan perilaku moral kepentingan suatu kelompok. Kedua, persamaan agenda perjuangan secara umum. Ketiga, terlepas dari unsur-unsur primordialisme dalam perjuangan bersama, sesuatu yang sensitif dalam kebersamaan. Mengembalikan semangat

EDISI 231 . JANUARI 2019

34 RISET

nasionalime dan patriotisme di kalangan generasi muda akan mengangkat moral perjuangan generasi muda.

Semangat kebangsaan diperlukan sebagai identitas dan kebanggaan. Sementara jati diri daerah akan menguatkan komitmen untuk membangun dan mengembangkan daerah. energi generasi muda yang bersatu cukup untuk mendorong terwujudnya perubahan. Tidak dapat dipungkiri bahwa politik dan ekonomi masih menjadi bidang eksklusif bagi sebagian orang. Generasi muda harus dapat memainkan perannya sebagai kelompok penekan (Pressure group) agar kebijakan-kebijakan strategis daerah dapat mengakar bagi kepentingan dan kemaslahatan umat.

Karakter generasi muda akan dapat mudah terbentuk dengan mengoptimalkan peran guru sebagai pendidik dan pengajar. Lickona dalam penelitiannya di tahun 1992, memaparkan beberapa alasan perlunya pendidikan karakter. Di antaranya karena banyaknya generasi muda yang saling melukai karena lemahnya kesadaran pada nilai-nilai moral. Selain itu, memberikan nilai-nilai moral pada generasi muda merupakan salah satu fungsi peradaban yang paling utama.

Peran sekolah sebagai pendidik karakter menjadi semakin

penting ketika banyak anak-anak memperoleh sedikit pengajaran moral dari orangtua, masyarakat, dan lembaga keagamaan. Hal ini dikarenakan masih adanya nilai-nilai moral yang secara universal masih diterima seperti perhatian, kepercayaan, rasa hormat, dan tanggungjawab. Pendidikan karakter yang efektif membuat sekolah lebih beradab, peduli pada masyarakat, dan mengacu pada performa akademik yang meningkat.

Beberapa alasan di atas menunjukkan bahwa pendidikan karakter sangat perlu ditanamkan oleh guru sedini mungkin. Hal ini untuk mengantisipasi persoalan di masa depan yang semakin kompleks, seperti semakin rendahnya sikap patriotisme

generasi muda. Elkind dan Sweet di tahun 2004, menggagas pandangan bahwa pendidikan karakter adalah upaya terencana untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak atas nilai-nilai etika dan moral.

Guru adalah sosok terpenting dalam membentuk karakter generasi muda yang mencintai tanah air dan bangsa. Sudah semestinya guru harus mampu mengoptimalkan fungsi profesionalismenya dengan baik. Pembentukan karakter generasi muda adalah faktor terpenting untuk membangun sikap rasa saling memiliki dan toleransi. Dengan demikian, akan mendorong generasi muda untuk terus menjaga dan memupuk keutuhan bangsa dan negara. (cds)

EDISI 230 . DESEMBER 2018

XXX 35

36 FAKULTAS

Dr. Mahdi Syahbandir, S.H., M.Hum merasa bahagia, sekaligus bangga. Wajahnya

semringah ketika melihat Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., menandatangani prasasti peresmian sebuah gedung baru berlantai tiga untuk Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), pada Senin, 18 Januari 2019.

Mahdi Syahbandir yang menjabat Dekan FISIP, mengaku peresmian gedung baru itu sebuah sejarah baru bagi fakultas yang berdiri tahun 2007 silam. Sebab selama ini, kegiatan perkuliahan masih memanfaatkan tiga tempat berbeda di luar lingkungan FISIP.

“Adanya gedung baru ini, kita berharap ke depannya semua mahasiswa FISIP tidak lagi melakukan kuliah di luar FISIP. Ini juga memudahkan kita dalam mengontrol mahasiswa. Sekarang ini, kan, berpencar, misalnya di RKU (Ruang Kuliah Umum),” ujar Mahdi.

Dengan adanya gedung baru, kata Mahdi, itu berarti perhatian Rektor sangat besar untuk FISIP. Selain gedung, Rektor turut membangun musala. Sementara musala lama, kini telah digunakan sebagai sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FISIP.

Di tangan Mahdi, arah pembangunan FISIP bukan hanya dari fisik bangunan, melainkan juga dilakukan pada reakdreditasi program studi. Saat ini, FISIP memiliki empat program studi; Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik, Sosiologi, dan Ilmu Pemerintahan. Semua program studi itu akreditasinya masih B, kecuali Ilmu Pemerintahan yang masih C.

“Dalam waktu dekat ini, kita akan mereakreditasi kembali program studi

Ilmu Pemerintahan sehingga bisa menjadi B. Saat ini, masih C karena memang masih baru. Sedangkan program studi Ilmu Komunikasi pada Maret nanti akan kita submit ke Jakarta, kita harap dia dapat A,” tutur Mahdi.

Reakdreditasi itu memang harus dilakukan. Apalagi jumlah mahasiswa aktif di FISIP sekitar 1.500 orang. Sementara tenaga pengajar yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) 14

HABIL RAZALIMahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Unsyiah

WAJAH BARUKAMPUS FISIP

EDISI 231 . JANUARI 2019

FAKULTAS 37

orang dan tenaga kontrak 13 orang. Jumlah itu belum termasuk dosen yang baru lulus tes Calon PNS, sebanyak 12 orang.

Mahdi bersyukur adanya penerimaan dosen baru di FISIP. Sebelum ada penerimaan dosen baru ini, satu orang dosen berbanding 51 orang mahasiswa (1:15), padahal idealnya satu dosen dibandingkan dengan 25 mahasiswa,” ujarnya.

Penerimaan mahasiswa baru di FISIP juga terus meningkat. Tahun lalu, FISIP menampung sebanyak 480 mahasiswa dari berbagai jalur tes. Namun, jumlah itu rencananya akan ditambah seiring hadirnya gedung baru.

“Ke depannya, kita akan tambah (mahasiswa baru), apalagi sudah ada ruang baru,” kata Mahdi.

Untuk mengevaluasi kinerja, Mahdi menyebut, setiap bulan pihaknya rutin menggelar rapat guna menggali seandainya terdapat permasalahan.

“Tapi selama ini kita melihat tidak ada kendala, karena Pak Rektor juga begitu bagus untuk membangun FISIP,” tutur Mahdi.

Mahdi masih punya harapan besar demi kemajuan FISIP. Salah satunya, yaitu rencana membentuk program studi S2 Ilmu Politik dan Pemerintahan di FISIP. Saat ini rencana membuka kedua program studi baru tersebut masih dalam proses.

Kontribusi Besar untuk AcehDi sisi lain, Wakil Dekan I Bidang Akademik FISIP, Dr Effendi Hasan MA, sangat yakin FISIP punya kontribusi besar untuk Aceh.

“Kontribusi FISIP sangat besar, seperti soal partai politik lokal Aceh dikaji di Program Studi Ilmu Politik dan resolusi konflik di Program Studi Sosiologi dan Politik,” ujar Effendi.

Kontribusi dari FISIP tersebut memang persis seperti tujuan lahirnya FISIP pada 30 Juli 2007 lalu. Saat itu, masih

belum menyandang nama FISIP. Ketiga program studi yang ada, masing-masing Ilmu Sosiologi, Ilmu Komunikasi, dan Ilmu Politik, berada langsung di bawah Rektor. Baru pada 2 September 2009 melalui SK Rektor No. 608 tahun 2009, FISIP resmi menjadi fakultas dengan diangkatnya seorang dekan.

Effendi menceritakan mengapa FISIP harus ada. Menurutnya, kelahiran FISIP ketika itu merupakan sebuah tuntutan karena Aceh pernah berkonflik, misalnya antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Republik Indonesia, yang berujung damai di Helsinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005.

“Anehnya pada saat itu, ketika Aceh masih konflik tidak ada fakultas yang mengkaji resolusi konflik,” ujar Effendi.

Akhirnya, Universitas Syiah Kuala mengusulkan sebuah fakultas yang menjadi pusat kajian sosial dan politik di Aceh. Maka, hadirlah FISIP yang diharapkan dapat berkontribusi dalam menyelesaikan beragam konflik politik di Aceh.

“Kan, aneh kalau di suatu daerah yang rentan sekali konflik, tapi tidak ada fakultas yang mengkajinya di Aceh.” tutur dia. (un)

Kontribusi FISIP sangat besar, seperti soal partai politik lokal Aceh dikajidi FISIP

EDISI 231 . JANUARI 2019

EDISI 230 . DESEMBER 2018

38 ENGLISH

EDISI 231 . JANUARI 2019

Intan Destia HelmiBanda Aceh, 17 December 1996Student of International Accounting Program, FEB Unsyiah.

Achievement :n 1st winner in Aceh Language Ambassador and Fifth Runner-Up in

National Language Ambassador by Badan Bahasa Aceh (2017)n Delegate of Aceh for Indonesian Youth Action 13.0, Yogyakarta (2017)n Delegate of Aceh for Jambore Pemuda Indonesia by Kemenpora RI,

Middle Kalimantan (2016)n Third runner up in Aceh Language Ambassador by Balai Bahasa

Aceh(2016)n Delegate of Aceh for SouthEast Asia Leader Summit by the IDE Indonesia,

Bandung (2016)n 1st winner in Aceh Province and National Delegation for CCUUD 4Pilar by

MPR RI, Jakarta (2014)n Fifth Runner-Up in National Dance Competition by MPR RI, Jakarta (2014)n 1st winner in FAD (Forum Anak Daerah) by BPPPA, 2014n 1st winner in Aceh Province and 8th winner In National for Debate-

Discussion PCTA by KemHan RI, Jakarta (2013)n Delegate of Aceh for National Teenager’s Parliament by DPR RI, Jakarta

(2013) Organizational Background :n Secretary on Research and Development Department of BEM FEB

Unsyiah Aceh (2017-current date)n Treasure in Language Ambassador Community of Aceh Province

(2017-current date)n Member of International Accounting Student Community (2015-current

date)n Member in Unsyiah International Club (2015-current date)

Be an undergraduate student is one of the

top priorities of the student in order to

reach the future’s target, which is to find

the job. To finish your study, you need to

fulfill your priority, which is to study hard

and be a part of social activity. But nowadays, when you

want to find the job, your CV will be a part of the biggest

criteria in order to make you be a part of the shortlisted

candidates. In order to modify your CV, you need a lot

of experiences and achievements in many segments,

including internship and international activity, just like

international exchange and master program. It sounds

difficult to get that, but if you believe you can, you will.

I am Intan Destia Helmi, now I study in Lithuania as an

exchange program from Education Exchange Support

Foundation. This is my first time to be in Europe and need

EDISI 230 . DESEMBER 2018

ENGLISH 39

you to take the exchange program

in order to prepare yourself to be the

real master student. You will stay for

more than a year to finish your master

program, so you need to be aware about

international environment before you

are in the real condition. Like me now, I

learn a lot how the way adapt myself in

East Europe. I need to arrange my time

wisely to decrease any matter which will

appear, for example like prayer time.

In East Europe, the prayer time is quite

complicated comparing to our country,

Indonesia. Zuhur prayer is about 13.34,

asar prayer is about 17.54, Maghrib is

about 21.48, isya is about 00.02, and

subuh is about 02.47. With following this

pray time, my sleeping time is decrease.

I can sleep after isya prayer, and need to

wake up again in shubuh prayer. Then

I need to wake up at 7 to start cooking

(Because we need to aware with Europe

food as a moslem) and prepare for

everything before I go to study.

To keep healthy in Europe region, I

need to take a rest at least one hour

“To Study Abroad”Must be Listed on the Student’s Mindset

EDISI 231 . JANUARI 2019

to adapt in many situations, including

study environment, food, etc. Before I

decide to join this program, I thought

that my ambition to study abroad

would be achieved when I decide to

take master degree, but luckily, I went

to Europe faster than what I expected.

People might think that to join exchange

program will cost a lot, including living

expense, tuition fee, currency, etc.,

but nowadays, there are some of the

exchange program which the fee will

be covered by the scholarship, and

the program that I join now is one of

those. The things which you need to

prepare only English skill, readiness, and

some of the files including motivation

letter, recommendation letter from the

lecture, and other college stuff like letter

of verification, passport, etc. People

might feel like lazy of doing those stuff

because it will cost your time a lot. But

believe me, what you have done will

gain you something extraordinary after.

Before you decide to take the master

degree abroad, it will be better for

in the afternoon, and prepare many

vitamins to support my nutrition.

My study starts at 9 am, so I need to

be ready at 08.30 and take a walk

for about 25 minutes. With those

condition, people might think that

it is hard to be the international

student. But believe me, this condition

prepares you to be somebody

wonderful. You will be wiser and

smarter in arranging everything, and

be more global in fixing stuff. The

way to study in Europe is very modern

and easy to understand. The study

mode is very interesting and will not

make student easy to get bored. The

clean air, the clean and beautiful

environment, neat traffic, and

tolerance citizen will make you get

used easily with the condition. And

one point is, Europe is not that big.

Thus, it will be able to travel for more

than one country with one visa, with

the cheap price, and a short departure

time, just like you travel one island.

What are you waiting for? list “study

abroad” in your note now. (un)

EDISI 231 . JANUARI 2019

40 MUTU

Ragam model

pembelajaran

berkembang pesat

dengan berbagai

sebutan, seperti

Science Technology, Engineering,

and Mathematics (STEM), Problem

Based Learning (PBL), Project Based

Learning (PBL), Inkuiri, dan lain-

lain. Semua model pembelajaran

tersebut menggunakan pendekatan

Student Center Learning (SCL) yang

merupakan kebalikan dari sistem kuliah

konvensional yang disebut Teacher

Center Learning.

Upaya ini bertujuan untuk

meningkatkan partisipasi mahasiswa

dalam pembelajaran, sehingga mereka

tidak hanya sebagai pendengar saja,

dan dosen bukan sekadar penyampai

informasi. Secara umum pembelajaran

dari dosen. Isinya dapat berupa me-

review isi bahan ajar dan menjawab

pertanyaan yang telah dipersiapkan,

merancang produk baru, melakukan

riset kecil dan lain-lain. Diperlukan

cara untuk meminimalkan saling

contek, sehingga proses belajar dapat

berlangsung dengan baik. Upaya

tersebut di antaranya adalah:

1. Memberikan tugas yang berbeda

pada masing-masing mahasiswa;

Menstimulasi Pembelajaran Aktif dengan Student Worksheets

yang melibatkan peran aktif mahasiswa

disebut pendekatan Pembelajaran

Aktif. Sesungguhnya para dosen

ingin mahasiswa terlibat aktif dalam

pembelajaran, tetapi kenyataannya

mahasiswa enggan berperan aktif.

Bahkan, diminta bertanya pun sering

kali mereka tidak mau.

Kendala seperti ini dapat diantisipasi

dengan mempersiapkan lembar kerja

atau blanko isian yang berupa perintah

PROF. DR. ADLIM, M.SCKetua LP3M Unsyiah

Sesungguhnya para dosen ingin mahasiswa terlibat aktif dalam pembelajaran, tetapi kenyataannya mahasiswa enggan berperan aktif.

EDISI 231 . JANUARI 2019

MUTU 41

2. Membuat format khusus untuk slide

PPT agar tidak melakukan plagiasi

dengan meng-copy paste bahan

dari internet;

3. Mengacak nama untuk mendapat

giliran presentasi pada saat mulai

presentasi, sehingga mereka harus

siap setiap saat; dan

4. Memberikan nilai bagi mereka yang

memberikan tanggapan dengan

argumentasi ilmiah.

Lembar kerja atau Student Worksheets

dapat dipahami sebagai lembaran berisi

tugas yang dikerjakan oleh individu

maupun kelompok. Lembaran ini dapat

berupa petunjuk maupun langkah-

langkah untuk menyelesaikan tugas

yang diberikan oleh tenaga pendidik.

Lembar kerja dapat memiliki format

yang berbeda-beda, tetapi isinya

hampir sama yaitu berupa perintah

(pertanyaan) yang jelas dan terukur

untuk mahasiswa kerjakan. Kiranya

kurang tepat menyuruh mereka

membaca buku tertentu tanpa ada

kejelasan informasi apa saja yang harus

mereka catat dan kumpulkan. Setelah

jelas tugas yang diberikan, tahapan

berikutnya adalah memastikan tugas

itu dikerjakan sendiri secara individu

atau kelompok bukan hanya salinan

dari internet .

Terdapat beberapa model tugas yang

dapat diberikan oleh dosen kepada

mahasiswa dalam bentuk lembar kerja,

di antaranya:

1. Tugas makalah;

2. Tugas power point;

3. Tugas diskusi dalam kelompok;

4. Tugas menjawab pertanyaan atau

soal;

5. Tugas praktik, dan sebagainya.

Student Worksheets merupakan

metode yang memiliki strategi

pembelajaran yang sangat baik untuk

pengembangan diri mahasiswa.

Metode ini melatih para mahasiswa

untuk berperan aktif dalam proses

belajar mengajar di kelas. Selain itu,

turut membantu para tenaga pengajar

dalam menemukan konektifitas atau

hubungan antara materi dengan

kondisi pengetahuan dan dunia saat

ini. Selain berisikan pertanyaan atau

tugas, lembar kerja harus memiliki

instruksi atau mekanisme kerja yang

jelas, sehingga tidak menimbulkan

pertanyaan atau ketidakpahaman

dalam mengerjakan tugas.

Contoh instruksi kerja yang dimaksud,

seperti membuat makalah (minimal

15 halaman dengan spasi 1,5 serta

menggunakan font Times New

Roman), mengikuti format terlampir,

dan diserahkan paling lambat tanggal

3 Maret 2019. Jika terlambat, nilai

ketepatan waktu penyerahan tugas

akan terdegradasi 10 persen per hari.

Jika tugas dikerjakan plagiat, maka

makalah tidak diberikan nilai. Masih

banyak lagi instruksi atau keterangan

tambahan lain yang dapat disampaikan

dalam lembar kerja sesuai dengan

materi ajar.

Materi soal yang diberikan hendaknya

jangan terlalu sederhana. Ini untuk

merangsang berpikir kritis yang

praktiknya sangat diperlukan dalam

kehidupan mahasiswa. Berpikir kritis

juga termasuk keterampilan yang

sangat diperlukan di era revolusi

industri 4.0. Kegiatan berpikir kritis

dapat berupa kemampuan menganalisis

permasalahan, membandingkan

alternatif solusi, dan menyimpulkan

secara ilmiah. Selain tugas individu,

tugas kelompok juga diperlukan untuk

melatih siswa berinteraksi sesama

mereka dan orang lain. Ini bertujuan

agar terbina soft kill di antaranya saling

memahami, menghargai, berkolaborasi,

dan memimpin tim kerja.

Penyajian lembar kerja diharapkan

dapat melatih kemandirian dan

merangsang daya pikir kritis yang

kekinian sesuai dengan ilmu

pengetahuan. Melalui metode

pembelajaran aktif menggunakan

Student Worksheets diharapkan

dapat menambah peran aktif

mahasiswa dalam pembelajaran

dan menghadirkan mahasiswa

yang berpikiran kritis, mandiri, dan

terkemuka di Unsyiah. (Rk)

Berpikir kritis juga termasuk keterampilan yang sangat diperlukandi era RevolusiIndustri 4.0.

42 RELIGIA

Berbicara tentang toleransi,

kita pahami bersama bahwa

toleransi berasal dari bahasa

latin tolerare yang berarti sabar dan

menahan diri. Dalam interaksi sosial,

toleransi dimaknai sikap menghargai

dan menghormati perbedaan dengan

tidak memaksakan kebenaran yang

kita yakini kepada orang lain. Ini

tentunya menyangkut hubungan

antar umat beragama.

Seribu empat ratus tahun silam,

melalui firman-Nya, Allah Swt telah

mewahyukan tidak ada paksaan

dalam beragama. Ini adalah

pernyataan yang mutlak bermakna

bahwa Islam agama yang sangat

toleran. Tidak ada yang dipaksa

untuk memeluk Islam. Seruan,

ajakan, dan kebenaran dari Islam itu

sendiri menjadikan seseorang tertarik

untuk mengenyam nikmat Islam.

Tidak hanya itu, beberapa dalil lain

juga menitikberatkan pernyataan

bahwa Islam agama yang toleran.

Sebut saja di antaranya Surat Al

Maidah ayat 48 yang artinya, “Kalau

Allah mengkehendaki, niscaya kamu

dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi

Allah hendak menguji kamu terhadap

karunia yang telah diberikan-Nya

kepadamu, maka berlomba-lombalah

berbuat kebajikan”.

Tentunya kita ingat tentang sebuah

kebaikan yang diteladankan oleh

Rasulullah. Ketika seorang Yahudi

sakit, Rasulullah adalah orang

pertama yang menjenguknya.

Padahal Yahudi itu setiap harinya

meludahi Rasulullah ketika melewati

sebuah gang. Saat menyadari si

Yahudi itu tidak muncul, Rasulullah

langsung mencari tahu kabarnya.

Ketika mengetahui ia sedang

sakit, Rasulullah lekas pulang ke

rumah, mengambil makanan, dan

datang untuk menjenguknya.

Inilah kesahihan sikap yang toleran.

Berbuat baik tanpa memandang

agama.

Di sisi lain, Rasulullah pernah

menerima sebuah hadiah yang

diberikan oleh Muqauqis, Raja Mesir

yang beragama Nasrani. Hadiah

itu berupa perempuan cantik jelita

untuk dinikahinya, yakni Mariya.

Dari pernikahannya dengan Mariya,

Rasulullah dikaruniai seorang putra

bernama Ibrahim yang meninggal

dunia ketika masih berusia delapan

Toleransi CerdasMengindahkan Akidah

AINI AZIZAlumni Teknik Pertanian Unsyiah

Pegiat FLP Aceh

EDISI 231 . JANUARI 2019

RELIGIA 43

belas bulan. Bukankah ini bagian dari

sikap toleran? Bahwa kita dibenarkan

memberi dan menerima hadiah tanpa

memandang agama.

Islam mengajarkan kita untuk

berbuat baik. Tidak hanya kepada

kaum muslimin, melainkan dengan

umat agama lain. Sebagaimana

dalam pernyataan-Nya dalam surat Al

Maidah di atas, kita dituntut untuk

dapat berbuat baik dengan tidak

memandang agama. Tetapi, toleransi

itu sendiri tentu saja memiliki

batasan.

Adapun ruang lingkup toleran

yang dibenarkan oleh Islam, yakni

kebaikan yang tidak berhubungan

dengan nilai-nilai akidah. Saling

berbagi hadiah, baik itu pakaian,

makanan, dan apapun yang tetap

mengindahkan nilai-nilai keyakinan

agama masing-masing. Sedangkan

untuk interaksi yang menyangkut

akidah, dilarang keras bagi kaum

muslimin untuk mengikutinya.

Terlebih lagi merayakannya. Ini

semata-mata bertujuan untuk

memurnikan keyakinan, menjauhi

kita dari kemunafikan dan

kemusyrikan.

Dewasa ini, Islam kerap di-

judge agama yang intoleran. Ini

dikarenakan beberapa pemuka

agama Islam tidak membenarkan

ketika ada kaum muslimin mengikuti

perayaan agama lain. Ketika ada

pernyataan bahwa mengucapkan

selamat Natal kepada nonmuslim

adalah haram, maka pernyataan itu

dianggap intoleran. Ini tentu saja

keliru. Justru inilah sikap yang sangat

toleran. Sebagaimana kandungan

surat Al Kafirun, 1-6.

“Katakanlah; ‘Hai orang-orang kafir,

aku tidak akan menyembah apa yang

kamu sembah. Dan kamu bukan

penyembah Rabb yang aku sembah.

Dan aku tidak pernah menjadi

penyembah apa yang kamu sembah,

dan kamu tidak pernah (pula)

menjadi penyembah Rabb yang aku

sembah. Untukmu agamamu, dan

untukkulah agamaku.’”

Di sini jelas bahwa kemurnian

akidah sangat diutamakan. Sebagai

muslim, kita tidak dibenarkan terlibat

dalam pelaksanaan ibadah agama

lain. Demikian pula bagi mereka

nonmuslim, kita tidak dibenarkan

meminta mereka terlibat dalam

ritual agama kita. Ketika kita hendak

melaksanakan perayaan Idul Fitri, tak

perlu memaksa sahabat Nasrani untuk

ikut memeriahkannya. Demikian pula

dengan perhelatan Natal mereka, kita

tidak perlu menyibukkan diri untuk

terlibat di dalamnya.

Sayangnya, pemahaman terhadap

toleransi itu telah jauh bergeser

dari makna sebenarnya. Toleran

dalam artian sebenarnya adalah kita

tidak keberatan dan menghargai

peribadahan agama lain dengan

tidak mengusiknya. Baik itu

minoritas maupun mayoritas. Semua

diberikan keluasan untuk beribadah

berdasarkan aturan agamanya.

Tanpa penindasan. Tidak dibolehkan

mencela Tuhan agama lain. Tetapi,

yang dipahami saat ini toleran itu

adalah ikut berbaur dalam perbedaan

tersebut. Jika kita enggan mengakui

kebenaran keyakinan agama lain, kita

dianggap intoleran.

Pergeseran makna inilah yang

mengakibatkan masyarakat kita

latah. Banyak di kalangan kaum

muslimin sendiri yang keberatan

ketika kita katakan tidak boleh

memeriahkan ibadah agama lain.

Kita mengakui bahwa Allah Tuhan

yang Maha Esa. Kemudian kita

terlibat dalam perayaan hari kelahiran

tuhan mereka. Bukankah ini

kemunafikan? Bahkan mendekatkan

kita kepada kemusyrikan. Bagaimana

tidak. Bukankah keyakinan kita

akhirnya samar-samar? Semestinya

kita dapat kembali kepada Surat

Al Kafirun; lakum di-nukum wali-

yadin (bagimu agamamu dan bagiku

agamaku). (fer)

Islam mengajarkan kita untuk berbuat baik.Tidak hanya kepada kaum muslimin, melainkandengan umat agama lain.

EDISI 231 . JANUARI 2019

EDISI 231 . JANUARI 2019

Universitas Syiah Kuala@Unsyiah

ASPIRASIAspirasi

@univ_syiahkuala

@univ.syiahkuala.id

@univ_syiahkuala

Unsyiah TV

[email protected]

www.humas.unsyiah.ac.id

EDISI 230 . DESEMBER 2018

XXX 4545ASPIRASI

EDISI 230 . DESEMBER 2018

EDISI 231 . JANUARI 2019

46 KABAR

SEBANYAK 133 profesor dari seluruh Indonesia, 25-26 Januari 2019, berkumpul di Gedung AAC Dayan Dawood, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) untuk mengikuti Rapat Kerja Nasional II Forum Dewan Guru Besar Indonesia (Rakernas II FDGBI). Kegiatan yang melibatkan 58 perguruan tinggi ini, mengangkat tema “Sinergis Guru Besar dalam Merajut Persaudaraan dan Pemerataan Pendidikan Tinggi Nasional”.

Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., mengatakan kegiatan ini memiliki tujuan mulia untuk mendorong pemerataan pendidikan tingkat tinggi ke seluruh pelosok Indonesia. Sebab menurutnya, saat ini kualitas pendidikan tinggi di beberapa daerah masih sangat timpang dibandingkan daerah lainnya. Salah satu indikasinya jumlah guru besar yang dimiliki oleh perguruan tinggi di daerah relatif sangat minim dibandingkan beberapa perguruan tinggi lainnya.

Ia mengambil contoh Unsyiah yang saat ini telah berakreditasi A, tetapi hanya memiliki 57 guru besar. Jumlah ini kurang dari 4 persen dari jumlah keseluruhan dosen di institusi tersebut. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah guru besar di Indonesia, maka jumlah tersebut hanya 1 persen saja. Keadaan ini menurut Samsul juga sama dialami perguruan tinggi lainnya, bahkan di beberapa daerah keadaan jauh lebih parah. Oleh karena itu, Samsul menargetkan di tahun 2022, Unsyiah dapat memiliki 150 guru besar.

“Kita berharap forum guru besar dapat bersinergi, berkolaborasi, serta melahirkan rekomendasi untuk

Sebanyak 8 mahasiswa Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional ke Malaysia. KKN Internasional ini akan berlangsung di Kampung Kota Aur, Pulau Penang, pada tanggal 28 Januari hingga 17 Februari 2019.

Wakil Rektor Bidang Akademik Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Marwan, saat melepas rombongan mengatakan, KKN Internasional tahun ini merupakan periode kedua pelaksanaannya. Sebelumnya di tahun 2018, Unsyiah juga telah mengirim 15 mahasiswa untuk KKN di Perak, Malaysia. Menurutnya, KKN ini memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk berinteraksi dan berkontribusi kepada masyarakat internasional. Semangat ini sejalan dengan visi Unsyiah yang ingin menjadi bagian masyarakat internasional, yang bukan hanya melibatkan dosen, tetapi juga mahasiswa.

“Lewat KKN Internasional sebuah universitas dapat berkontribusi, sekaligus melatih mahasiswa untuk beradaptasi secara global,” ujarnya.

mendorong lahirnya profesor baru di perguruan tinggi seluruh Indonesia,” ujarnya.

Direktur Karier dan Kompetensi SDM Kemristekdikti, Prof. Dr. Bunyamin Mahftuh, M.Pd., MA menyebutkan di tahun 2018, Unsyiah termasuk salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang mengalami pertambahan profesor terbanyak. Unsyiah berada di peringkat kelima bersanding dengan perguruan tinggi ternama lainnya.

Sementara itu, Plt. Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, MT, yang hadir sebagai keynote speaker mengatakan forum FDGBI dapat dijadikan andalan untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Sebab untuk membangun negara bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tugas semua pihak.

Nova berharap Rakernas FDGBI ini dapat memberikan dampak positif bagi perguruan tinggi di Aceh. Terlebih lagi, Aceh tercatat sebagai salah satu provinsi yang memiliki perguruan tinggi negeri terbanyak di Indonesia. Pertemuan ini menurutnya dapat dijadikan wadah untuk saling bersinergi, membimbing, dan memberi dukungan bagi universitas yang membutuhkan.

“Forum ini dapat dijadikan wadah untuk mensinergikan pemikiran dan gagasan strategis para guru besar, demi mendukung pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia”. (fer)

133 PROFESOR SE-INDONESIABERKUMPUL DI UNSYIAH

8 MAHASISWA KKN KE MALAYSIAMarwan berharap kegiatan ini dapat membentuk karakter dan membuka pikiran baru bagi mahasiswa. Terlebih lagi Malaysia memiliki budaya dan suku yang beragam. Ia juga mengajak mahasiswa untuk menggunakan kesempatan ini dengan baik. Sekaligus menjadi duta untuk mempromosikan Unsyiah dan Aceh selama di sana. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan citra positif tentang Aceh, sehingga masyarakat Malaysia tertarik untuk melanjutkan studi ke Unsyiah.

Sementara itu, Kepala Urusan Internasional Unsyiah, Dr. Muzailin Affan, mengatakan pemilihan Pulau Penang sebagai lokasi KKN Internasional karena Aceh dan Malaysia memiliki kedekatan khusus secara historis. Terlebih di Pulau Penang terdapat beberapa situs sejarah yang berhubungan langsung dengan Aceh. Untuk itu, Muzailin berharap para mahasiswa dapat melakukan ziarah dan tapak tilas untuk melihat sejarah lebih dekat. (fer)

EDISI 230 . DESEMBER 2018

XXX 47

133 PROFESOR SE-INDONESIABERKUMPUL DI UNSYIAH

EDISI 231 . JANUARI 2019

48 XXX