MERAWAT SANG RAKSASA TIDUR PAPUA - lestari-indonesia.org · sesaat menjejakkan kakinya di Papua...

4
MERAWAT SANG RAKSASA TIDUR PAPUA USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN Oleh: Rezki Mulyadi Johan Nendisa, 54 tahun, kagetnya bukan kepalang sesaat menjejakkan kakinya di Papua untuk mulai menjalankan tugasnya sebagai kepala Seksi Penge- lolaan Taman Nasional wilayah I Taman Nasional Lorentz pada tahun 2014. Kekagetan ini bukan kare- na kecewa atau malas ditugaskan di daerah yang sulit, melainkan lebih karena membayangkan betapa be- ratnya tugasnya. Hal ini masuk akal karena dengan luas kawasan 2,5 juta hektar dan merupakan taman nasional terbesar di Asia Tenggara, jumlah personil yang mendukung tugasnya sangat minimal. Dalam Wikipedia disebutkan bahwa Taman Nasional Lorentz merupakan perwakilan dari ekosistem ter- lengkap untuk keanekaragaman hayati di wilayah Asia Pasifik. TN Lorentz juga menjadi salah satu di antara tiga kawasan di dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Kawasan ini membentang dari puncak gunung dengan diselemuti salju (5.030 meter dpl), hingga membujur ke perairan pesisir pantai dengan hutan bakau dan batas tepi perairan laut Arafura.. Selain memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, maka gletser yang ada di Puncak Jaya dan su- ngai dapat menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Baliem. Johan menyadari bahwa ada ketidakseimbangan an- tara beban tugas dan tanggungjawab dengan sum- “Kami hanya berenam dan diberi tanggungjawab menjaga 48 persen kawasan Taman Nasional Lorentz ini, coba bayangkan itu” USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Transcript of MERAWAT SANG RAKSASA TIDUR PAPUA - lestari-indonesia.org · sesaat menjejakkan kakinya di Papua...

Page 1: MERAWAT SANG RAKSASA TIDUR PAPUA - lestari-indonesia.org · sesaat menjejakkan kakinya di Papua untuk mulai menjalankan tugasnya sebagai kepala Seksi Penge- lolaan Taman Nasional

MERAWAT SANG RAKSASA TIDUR PAPUA

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN

Oleh: Rezki Mulyadi

Johan Nendisa, 54 tahun, kagetnya bukan kepalang sesaat menjejakkan kakinya di Papua untuk mulai menjalankan tugasnya sebagai kepala Seksi Penge- lolaan Taman Nasional wilayah I Taman Nasional Lorentz pada tahun 2014. Kekagetan ini bukan kare-na kecewa atau malas ditugaskan di daerah yang sulit, melainkan lebih karena membayangkan betapa be-ratnya tugasnya. Hal ini masuk akal karena dengan luas kawasan 2,5 juta hektar dan merupakan taman nasional terbesar di Asia Tenggara, jumlah personil yang mendukung tugasnya sangat minimal.

Dalam Wikipedia disebutkan bahwa Taman Nasional Lorentz merupakan perwakilan dari ekosistem ter-lengkap untuk keanekaragaman hayati di wilayah Asia Pasifik. TN Lorentz juga menjadi salah satu di antara tiga kawasan di dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Kawasan ini membentang dari puncak gunung dengan diselemuti salju (5.030 meter dpl), hingga membujur ke perairan pesisir pantai dengan hutan bakau dan batas tepi perairan laut Arafura.. Selain memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, maka gletser yang ada di Puncak Jaya dan su- ngai dapat menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Baliem.

Johan menyadari bahwa ada ketidakseimbangan an-tara beban tugas dan tanggungjawab dengan sum-

“Kami hanya berenam dan diberi tanggungjawab menjaga 48 persen kawasan Taman Nasional Lorentz ini, coba bayangkan itu”

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Page 2: MERAWAT SANG RAKSASA TIDUR PAPUA - lestari-indonesia.org · sesaat menjejakkan kakinya di Papua untuk mulai menjalankan tugasnya sebagai kepala Seksi Penge- lolaan Taman Nasional

berdaya yang tersedia (personalia dan sarana pen-dukungannya). Karenanya, dia perlu berpikir keras untuk mencari skema dan strategi yang effektif sela-ma menjalankan tugasnya menjaga kawasan TN. Lo-rentz ini. “Kawasan ini begitu luas, sementara jumlah personil dan sarananya minim. Sebagai tugas harus dijalankan. Biar bagaimanapun kawasan ini penting untuk dijaga bagi kehidupan masyarakat pada umum-nya,” kata Johan.

Sambil berjalan menuju ruang pertemuan para pi-hak bersama USAID LESTARI di Mimika, Johan terus bercerita. Dipintu ruang pertemuan sekilas menebar senyum dengan sorot matanya yang tajam. Johan menurut koleganya adalah orang yang ramah dan gampang akrab dengan semua orang meski baru pertama kali bertemu dengannya. Seolah-olah dia mengetahui celah untuk memulai topik pembicaraan agar orang cepat akrab dengannya. Kalimat demi ka-limat meluncur mulus dibalik kumisnya yang tebal. Itulah salah satu kiatnya untuk memudahkan tugas- nya. Membangun keramatamahan dan kekeluargaan sangatlah penting agar masyarakat percaya akan ke-hadirannya.

Meninggalkan keluarganya di Ambon, Johan Nendisa terbang ke Mimika, Papua untuk menerima mandat sebagai kepala SPTN 1 Taman Nasional Lorentz se-jak 2014. Menurut Johan, tidak ada alasan menolak. Johan yang mengawali karirnya di Kantor Wilayah Kehutanan di Sulawesi Selatan tahun 1992, sejak lulus dari jurusan Administrasi Universitas Pattimura te- lah jatuh cinta dengan pekerjaannya sebagai bagian dari pelestari hutan. Semula memang agak dirasakan sulit dan aneh karena pekerjaan yang dilakukan ti-

dak sesuai dengan bidang pendidikan yang ditempuh. Namun kecintaannya pada dunia lingkungan, mem-buat dia termotivasi untuk belajar sendiri tentang masalah lingkungan. Johan mengatakan “Hal biasa itu (meninggalkan keluarga untuk bekerja). Kemanapun ditempatkan harus siap karena sudah menjadi pilihan hidup. Awalnya memang sulit, tetapi dengan belajar dan motivasi maka kesulitan itu bisa diatasi” ujar Johan.

Suaranya menebal dan sorot matanya tajam setiap menceritakan tugasnya sebagai sang penjaga raksa-sa tidur - Taman Nasional Lorentz. Sebagai Kepala SPTN I, dia ditugasi untuk mengawasi wilayah Taman Nasional Lorentz yang meliputi Kabupaten Mimika dan Asmat. Sikapnya yang gampang akrab dengan beragam kalangan memudahkan tugasnya. Meski begitu kerut diwajahnya langsung muncul, ketika bicara tentang sumberdaya untuk menjaga taman nasional terbesar se Asia Tenggara ini. Jalur patro-li Taman Nasional Lorentz merupakan salah satu jalur tersulit dengan biaya termahal. Untuk sekali pa-troli dijelaskan Johan, membutuhkan biaya puluhan juta rupiah. Sekalipun demikian, agak sulit bagi Johan untuk menyembunyikan kegalauannya “Bagaimana mungkin hanya dengan 6 orang pertugas pengaman hutan (polhut) dan sarana terbatas menjaga 48% dari luas wilayah taman nasional ini, coba bayangkan itu,” katanya sambil tersenyum.

Sekilas penjelasan ini menggambarkan ironi. Sung-guh sulit dibayangkan, hampir setengah luas kawasan Taman Nasional Lorentz yang luasnya mencapai 2,5 juta hektar, maka itu berarti 1 orang tenaga polhut SPTN I TN Lorentz harus menjaga 184 ribu hektar. Dengan demikian, keikutsertaan masyarakat setem-

Foto: Johan Nendisa, memberikan arahan kepada warga dan aparat kampung tentang pentingnya menjaga kawasan hutan yang dekat dengan pemukiman warga

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 2

Page 3: MERAWAT SANG RAKSASA TIDUR PAPUA - lestari-indonesia.org · sesaat menjejakkan kakinya di Papua untuk mulai menjalankan tugasnya sebagai kepala Seksi Penge- lolaan Taman Nasional

pat dan pihak lain dalam menjaga kelestarian TN. Lorentz suatu keniscayaan. Dan inilah strategi yang dikembangkan olehnya dan dipesankan kepada staf petugasnya untuk mendorong kerjasama, partisipa-si dan kemitraan dengan masyarakat. Terlebih lagi usulan penambahan sudah pernah dilakukan, namun belum ada tanggapan. Termasuk penambahan angga-ran. Bahkan menurut Johan, alumni Sekolah Menen-gah Kehutanan Atas (SKMA) banyak yang tidak ter- akomodasi. “Itulah kenyataanya, untuk itu kami tidak pernah berhenti mengusahakan keikutsertaan ber- bagai pihak dalam menjaga kawasan, karena ini sa- ngat membantu meringankan beban tugas yang kami lakukan ” imbuh Johan.

Bahkan sesekali dirinya menugaskan pegawai non struktural dari bagian adminstrasi untuk menambah kekuatan dan memaksimalkan kerja para petugas lapangan. Ini lebih untuk mengoptimalkan tugas pe- ngawasan kawasan karena pekerjaan administrasi di kantor tidaklah padat.

Forum Multi Pihak

Taman Nasional sendiri dapat diartikan sebagai ta- nah yang dilindungi, dari perkembangan manusia dan polusi. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional didefi-nisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mem-punyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pe- ngetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pari-wisata, dan rekreasi.

Taman nasional Lorentz memiliki kurang lebih 630 jenis burung, 123 jenis mamalia dengan keaneka- ragaman hayati yang tinggi dan ditunjang keanekara- gaman budaya yang mengagumkan. Pertumbuhan manusia dan kebutuhan ekonomi seolah menjadi ala-

san pembenaran yang memberikan tekanan kepada taman nasional yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO ini.

Persoalan yang kerap muncul di Taman Nasional Lo-rentz terdiri dari perambahan lahan baik oleh ma- syarakat atau perusahaan. Termasuk perburuan sat-wa seperti burung yang menyebabkan ancaman kepunahan beberapa spesies. Tujuannya jelas yai-tu mendapatkan uang untuk memenuhi kehidupan karena secara kasat mata memang masyarakat Papua yang hidup disekitar hutan belum sejahtera

Perburuan satwa khususnya jenis burung Kakatua masih kerap dilakukan meski dalam jumlah terbatas. Melihat persoalan ini, Johan berupaya membangun komunikasi dengan kepala distrik atau kepala kam-pung agar memberikan pemahaman kepada warga akan arti penting dan nilai TN Lorentz. Menurutnya tekanan akan terus ada, tapi upaya yang dijalankan diyakini dapat mengurangi beban terhadap taman nasional akibat aktifitas perburuan dan perdagangan satwa.

“Warga sering beralasan bahwa perburuan burung dilakukan secara terbatas karena kebutuhan mem-biaya sekolah anak-anak. Namun sosialisasi dari kam-pung ke kampung yang ada dalam kawasan tidak berhenti dilakukan untuk mengurangi tekanan terha-dap taman nasional. Jika terus dilakukan (sosialisasi dan edukasi), pasti bisa mengurangi tekanan terhadap taman nasional,” katanya.

Johan mengakui minimnya petugas dan banyak- nya pintu keluar mengakibatkan praktek perburu-an dan perdagangan satwa terus terjadi. Sekalipun sosialisasi dan pengawasan bersama antara jajaran kepolisian, keamanan bandara dan pelabuhan, pihak taman nasional, BKSDA, maupun dinas terkait se- nantiasa dilakukan. Betapapun manusia memiliki hak untuk memanfaat kemurahan alam, akan tetapi ha-

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 3

Foto: Menyusuri sungai ditengah Taman Nasional Lorentz.

Page 4: MERAWAT SANG RAKSASA TIDUR PAPUA - lestari-indonesia.org · sesaat menjejakkan kakinya di Papua untuk mulai menjalankan tugasnya sebagai kepala Seksi Penge- lolaan Taman Nasional

rus dilakukan secara bijak sesuai yang diatur dalam ketentuan perundangan yang menyatakan bahwa perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kese-jahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

Johan menyadari, penggunaan pendekatan repre-sif dalam mengatasi masalah perburuan tidak akan menjawab persoalan. Mengingat sejak sebelum ada penetapan kawasan sebagai Taman Nasional, pola hidup masyarakat Papua masih mengandalkan berbu-ru sebagai sumber penghidupannya. Pilihannya ada-lah membangun dialog dengan masyarakat dengan bekerjasama dengan pihak lain. Menurutnya, Forum Multi Pihak (Multi Stakeholder Forum) yang dibangun oleh USAID LESTARI dinilai sebagai wahana yang te-pat dalam membantu untuk mengsosialisasikan pen- tingnya nilai kawasan Taman nasional dan kerjasama pengamanan kawasan khususnya perdagangan satwa liar dan perambahan.

“Membangun hubungan harmonis dengan para pihak sangat memiliki arti penting dalam melestarikan kawa- san. Sebab jika tidak, maka diperkirakan hancur kondisi taman nasional,” tegasnya.

Perburuan satwa liar memang masih kerap terjadi. Pengelolaan kawasan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dengan adanya kerjasama para pihak maka akan dapat dibangun agenda bersama yang dilak-sanakan dan dievaluasi secara bersama, sehingga ada proses pembelajaran dan pertukaran sumberdaya di-antara para pihak untuk pelestarian kawasan. Terlebih lagi, semakin lama persoalan di kawasan TN. Nasional semakin berkembang dan tidak mungkin diselesaikan oleh pihak pengelola TN. Nasional Lorentz semata.

Sekalipun demikian, kelestarian fungsi kawasan TN. Lorentz pada akhirnya bermuara pada keberadaan masyarakat sendiri. Manakala masyarakat memili-ki kesadaran dan kearifan untuk melakukan tinda-kan-tindakan antisipatif atas kemungkinan terjadinya kerusakan maka dapat dilakukan tindakan pencega-han yang tepat sasaran. Dengan demikian, melibat-kan masyarakat setempat dalam forum multipihak tersebut sangat dibutuhkan terutama diarahkan un-tuk mencapai tujuan konservasi dan perlindungan kawasan jangka pendek

Jika tekanan terhadap Taman Nasional Lorentz tidak dapat dikurangi melalui manajemen pengelolaan ko- laboratif maka dikuatirkan warga setempat akan menuai bencana ekologis seperti. banjir, kekeringan dan konflik akibat menurunnnya jumlah populasi sat-wa,. Johan sangat menyadari hal ini. Karena itu, ma- syarakat (manusia) disekitar hutan harus dirangkul dan menjadi bagian dari solusi dengan menginte-grasikan kebutuhan manusia dengan keseimbangan ekologis. “kita ingin merangkul semua pihak untuk sama-sama menjaga taman nasional Lorentz.”

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 4