Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan...

34
Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah Majalah Nurul Hayat) Merajut Sakinah Untuk yang Tercinta Yusuf Maulana Juga yang Tersayang Hana dan Hasan

Transcript of Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan...

Page 1: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah Majalah Nurul Hayat)

Merajut Sakinah

Untuk yang Tercinta

Yusuf Maulana

Juga yang Tersayang

Hana dan Hasan

Page 2: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

Daftar Isi Saat Suami Jauh

Jangan Kalah Dengan Lelah

Nakalnya Anakku

Bersahabat Dengan Ipar

Libatkan Allah Dalam Setiap Ikhtiar

Mudik Ohh.. Mudik

Tentang Uang

Bakti Pada Suami

Cinta Dari Masa Lalu

Masihkah aku yang tercantik di hatimu?

Ikhlas Itu Kini dan Nanti

Meredakan cemburu

Suami istri tawazun

Menghapus luka lama

Ya Allah, Jodohkan Dia Denganku

Merawat Anak 'Istimewa'

Tetanggaku Keluargaku

Assalamualaikum.. Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga membukukan tulisan-tulisan saya dalam sebuah e-book. E-book ini adalah kumpulan tulisan saya di rubrik Sakinah majalah Nurul Hayat serta beberapa majalah lain. Harapan saya semoga tulisan-tulisan saya yang sedikit ini dapat memberikan manfaat dan menjadi amal jariyah bagi saya di akhirat nanti. Aamiin.. Wassalam Hani Fatma Yuniar

Page 3: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

SAAT SUAMI JAUH Hari ini Zakia dengan ditemani ibunda tercintanya memutuskan untuk berangkat ke RS. Perutnya udah terasa mulas, kenceng-kenceng, dan udah lewat dari tanggal perkiraan kelahiran.. Subhanallah, setelah mengalami kontraksi selama dua hari semalam akhirnya lahir juga bayi mungil yang cantik itu.. Alhamdulillah.. Terasa lengkap kebahagiaan Zakia saat ini. Kecuali saat teringat akan satu hal. Suami tercintanya, bapak dari putri kecil yang baru saja dilahirkannya tak ada di sini untuk berbagi kebahagiaan.. Ya, bagaimana lagi? Sejak sebelum menikah, mereka memang sudah tinggal terpisah. Zakia bekerja di Jakarta, sedang sang suami sejak empat tahun terakhir harus bertugas di Jayapura. Sebuah hal yang tentu sulit untuk dijalani, mengingat pernikahan mereka baru saja dilangsungkan setahun yang lalu.. Di saat pasangan yang lain tengah berbahagia bersama di awal-awal pernikahan mereka. Zakia justru harus berpisah dengan suami dan hanya bertemu beberapa kali saja dalam setahun. Sehari-hari mereka hanya berkomunikasi via telepon.. Zakia sadar, untuk sementara waktu dia akan menjadi 'single parent'. Dan tentu itu bukanlah sesuatu yang mudah. Mengingat segala sesuatunya harus dia lakukan seorang diri, kendatipun ada pembantu yang menjadi 'asisten'. Senada dengan Zakia, Nia pun mengalami kisah yang serupa. Tak pernah terbayang dalam hidupnya, dia akan berjodoh dengan seorang pelaut. Tiga bulan berlayar, tiga bulan liburan. Praktis, Nia hanya bisa bertemu dengan suaminya selama tiga bulan sekali. Tapi Nia bersyukur karena tinggal berdekatan dengan keluarga besarnya. Sehingga rasa kesepian di kala jauh dari sang suami, dapat sedikit terobati. Ada lagi Fatimah, yang harus memendam rindu lebih lama karena sang suami yang menjadi TKI di luar negeri hanya mampu pulang setahun sekali. Tentu disebabkan ongkos pulang pergi yang tidak murah.

Saya rasa tentu tidak mudah menjalani hari-hari seperti mereka. Dan saya sungguh salut dan terkesan pada para istri dan ibu yang sanggup menjalani hari-hari tanpa didampingi suami dalam waktu yang cukup lama. Dan disini saya ingin membagi beberapa testimoni dari para istri luar biasa tersebut. Mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.. "Kangen itu pasti, bahkan ketika malam terkadang rasa rindu itu tak lagi mampu dibendung hingga tak terasa air mata pun mengalir", tutur Ummu Fawaz. Sedangkan menurut Bu Ida (yang bersuamikan dosen terbang), selalu mendekatkan diri pada Sang Khalik adalah solusi atas semua permasalahannya. Saat dekat dengan Allah, maka hati menjadi lebih tenang. Karena kita merasa mendapatkan keamanan dan perlindungan. Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia berikan. Bahkan rasa rindu pada suami akan Ia ganti dengan ketegaran untuk menjalani hidup sebaik-baiknya meski suami tak bisa selalu di sisi. "Menjaga silaturrahim dengan orangtua dan kerabat terdekat juga bisa mengurangi rasa rindu pada suami", tutur Ummu Zahra. "Di samping itu silaturrahim pada kerabat lebih-lebih pada orangtua memang sangat dianjurkan dalam agama kita". Masih menurut Ummu Zahra, "Kunci agar rumah tangga tetap harmonis meski jarang ketemu adalah pada komunikasi yang efektif. Jadi biar aja pulsa jebol, asal komunikasi jalan terus". Tambahan dari Ummu Fawaz, "Ibu harus pintar menjaga kesehatannya. Selain anak-anak, ibu juga perlu minum vitamin/suplemen. Makan makanan yang bergizi bahkan minum susu. Bahaya kalau ibu sakit, nanti anak-anak siapa yang mengurus. Suami yang jauh dari rumah juga bisa merasa kepikiran jika istri sakit". Nia yang bersuamikan seorang pelaut sering merasa khawatir dengan kondisi suaminya selama bekerja. "Memikirkan suami berlayar di tengah samudera dengan ombak yang bergulung-gulung sering membuat saya cemas. Apalagi suami tidak setiap saat bisa ditelepon, karena terkadang sulit sekali untuk mendapatkan sinyal". "Tapi jika saya perturutkan perasaan saya, maka saya akan selalu was-was dan ini akan membuat saya tidak pernah tenang. Maka dari itu saya

Page 4: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

pasrahkan segalanya pada Allah. Saya selalu berpesan pada suami saya agar berhati-hati selama bertugas. Dan disini saya selalu mendoakan keselamatannya serta bergantung sepenuhnya pada Allah SWT yang Maha menjaga makhluk-Nya. Dengan demikian hati saya menjadi lebih tenang". Tutur Nia panjang lebar. Ada yang berkata, jika suami bekerja di tempat yang jauh. Maka si istri bisa jadi penyakitan (mudah sakit) dan atau depresi (sakit jiwa). Ada juga yang bilang, istrinya pelaut itu jika suaminya pergi berlayar. Dia juga ikut 'berlayar' (selingkuh). Naudzubillahimindzalik.. Saya kira dari sekian banyak narasumber yang memberikan testimoni, semuanya adalah istri-istri shalihah yang layak kita acungi jempol. Pendapat masyarakat yang semacam itu hanya akan terjadi pada para istri yang tidak pandai memelihara dirinya, juga tidak mau mendekatkan diri pada Allah Swt. Sebab istri yang shalihah akan memelihara dirinya juga menjaga harta suaminya. Selama suaminya tidak berada di rumah. Ada juga yang menyalahkan para istri, mengapa memilih suami yang nantinya akan jarang berada di rumah. Kenapa tidak memilih suami yang menetap saja? Di saat hati telah yakin bahwa dia adalah pilihan terbaik. Terlebih dia adalah seorang yang shalih. Bahkan Allah pun telah memantabkan pilihan ini dengan menghamparkan kemudahan-kemudahan juga keberkahan-Nya. Maka inilah yang dinamakan jodoh. Tak bisa ditolak dengan alasan-alasan seperti pekerjaan dsb. Lagipula, tidak adil bukan melarang seseorang menikah hanya karena alasan tersebut. Sebab jika tanpa TNI AL, maka tak akan ada yang mengamankan perairan negara kita. Tanpa seorang pelaut, kita tidak akan bisa menikmati ikan-ikan segar yang bergizi.

Juga tanpa dokter terbang dan dosen terbang maka daerah-daerah terpencil tidak akan tersentuh pelayanan medis dan pendidikan yang lebih baik. Yang bisa kita lakukan hanyalah memberikan dukungan pada para istri dan keluarga yang mereka tinggalkan saat bertugas. Semoga keluarga mereka senantiasa berlimpah sakinah ma waddah wa rahmah. Aamiin ya Rabb alamiin.. Wallahualam bishawab.

Page 5: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

JANGAN KALAH DENGAN LELAH Perempuan itu complicated. Saking complicated nya perempuan, dia bisa memasak sambil menerima telepon, atau bahkan mencuci piring sambil kakinya mengepel lantai. Seorang istri bisa bertahan ditinggal suami berhari-hari. Mengasuh anak-anaknya seorang diri, sekaligus mengurus rumah. Itulah hebatnya perempuan. Tentu saya tidak bermaksud mengatakan bahwa perempuan lebih baik daripada laki-laki. Saya hanya ingin mengatakan bahwa Allah telah mengaruniakan sifat-sifat sabar, telaten, & cekatan pada seorang perempuan untuk melayani suami dan putra-putri nya dengan penuh kasih sayang. Hanya saja ketika seorang perempuan sudah berhadapan dengan lelah. Terkadang stok kesabaran menjadi semakin menipis, dan tutur kata yang lembut menyejukkan bisa berubah menjadi bentakan yang memekakkan.. Dan pada akhirnya, ketika buah hati sudah mulai sesenggukan akibat bentakan kita, tinggallah rasa penyesalan yang tiada habisnya.. Tentang lelah yang mendera. Tidak ada bedanya antara ibu yang bekerja atau ibu rumah tangga, semua akan bertemu dengan kata lelah. Ketika raga sudah membunyikan alarm, minta diistirahatkan. Sementara buah hati masih sangat aktif untuk bermain. Kalau sudah begini, pasti terbayang nyamannya punya khadimat yang bisa jadi asisten kalau sedang lelah seperti ini. Tapi, sudah rahasia umum sepertinya kalau khadimat yang idaman itu susah banget mencarinya. Barang mahal euy.. Bagi yang sudah dapat, alhamdulillah, wajib untuk bersyukur. Bagi yang belum dapat, tidak perlu berkecil hati karena putri Rasulullah saw saja tidak diberi pelayan oleh ayahnya. Saya sendiri termasuk yang tidak punya khadimat. Makanya saya tahu betul, seperti apa rasanya lelah itu :-) Dan saya juga seorang manusia biasa, yang bisa mudah jengkel juga. Saat lelah mulai mendera.

Namun pada akhirnya saya harus malu pada diri saya sendiri. Saat tak bisa menahan diri untuk jengkel, apapun alasannya. Terlebih setelah membaca kisah ini. Maka kelelahan kita masih tidak ada apa-apanya dibandingkan perempuan suci ini. Dan kita sama sekali tidak layak untuk sekedar marah. Ali ra berkata, "Aku menikahi Fatimah, sementara kami tidak mempunyai alas tidur selain kulit domba untuk kami tiduri di waktu malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang hari. Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu." Ketika Rasulullah saw menikahkannya (Fatimah), beliau mengirimkan (unta itu) bersama satu lembar kain dan bantal kulit berisi ijuk dan dua alat penggiling gandum, sebuah timba dan 2 kendi. Fatimah menggerakkan alat penggiling gandum itu hingga melecetkan tangannya dan memikul qirbah (tempat air dari kulit) berisi air hingga berbekas pada dadanya. Dia menyapu rumah hingga berdebu bajunya. Dan menyalakan api di bawah panci hingga mengotorinya juga. Inilah dia As Zahra, ibu kedua cucu Rasul, Al Hasan dan Al Husain. Lantas, apakah sebagai ibu rumah tangga. Fatimah juga memberikan kontribusi untuk Islam dan masyarakat. Ini dia jawabannya. Pemimpin wanita penghuni syurga Fatimah Az Zahra, putri Nabi saw di tengah-tengah pertempuran tidak berada dalam sebuah panggung yang besar, tetapi bekerja di antara tikaman-tikaman tombak dan pukulan-pukulan pedang serta hujan anak panah yang menimpa kaum muslimin untuk menyampaikan makanan, obat, dan air bagi para prajurit. Subhanallah.. Sungguh kita harus belajar banyak dari Bunda Fatimah. Tentang keshalihan, kelembutan, kesabaran, keberanian, dan pengorbanan. Sungguh kelelahan kita selama ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan beliau. Kita harus belajar dari beliau untuk tidak pernah kalah dengan lelah.

Page 6: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

NAKALNYA ANAKKU Ada sebuah rekaman di radio Suara Muslim Surabaya (93,8 fm) yang sangat menarik perhatian saya. Tentang perbedaan pola asuh seorang ibu terhadap anaknya yang masih bayi, juga dampaknya pada akhlak sang anak 10 tahun kemudian. Ibu pertama, tampak begitu sabar meladeni bayinya yang kerap ngompol di malam hari. Bahkan di tengah kerepotannya mengurus bayi, sang ibu masih sempat menunaikan qiyamul lail. Hasilnya 10 tahun kemudian anaknya tumbuh menjadi pemuda yang kerap sholat berjamaah di masjid. Sedangkan ibu yang kedua, karena lelahnya tampak begitu terpaksa membersihkan pipis bayinya di malam hari. Bahkan bayi yang masih mungil itu diomelinya panjang lebar. Dikatakan merepotkan dsb. Dan kita lihat 10 tahun kemudian, ketika ibunya membutuhkan bantuan sang anak. Si anak terang-terangan menolak permintaan sang ibu. Hikmah apa yang bisa kita ambil dari kisah ini? Baik-buruknya akhlak anak kita kelak sangat ditentukan oleh pola asuh kedua orangtuanya. Anak Belajar Nakal dari Orangtua Itulah judul salah satu bab dari buku Alhamdulillah Anakku Nakal karya Miftahul Jinan. Seram ya.., padahal sebagai orang tua kita selalu berusaha untuk mengajarkan kebaikan. Tapi ternyata secara tidak sengaja kita telah "mengajarkan" kenakalan pada anak kita. Dalam bab tersebut disampaikan beberapa pertanyaan.. "Mengapa putra-putri kita nakal?" Dan jika kita menjawab karena "lingkungan", maka pertanyaan selanjutnya adalah.. "Siapakah yang paling bertanggung jawab menempatkan anak-anak pada lingkungan yang membuat mereka nakal?" Selanjutnya kita diminta untuk merenungkan sebuah hadits.. "Sesungguhnya setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah. Kedua orang tua lah yang membuat mereka menjadi Majusi, Nasrani, dan Yahudi."

Dengan menjawab bahwa orang tualah yang telah membuat anak menjadi nakal. Orang tua dapat memulai untuk melakukan perbaikan atas kenakalan anak dari diri sendiri tanpa tergantung dan menunggu perbaikan lingkungannya. Mungkin beberapa dari kita ada yang masih belum memahami bagaimana anak bisa belajar kenakalan dari orang tua. Bisa kita lihat dari kisah berikut ini.. Suatu saat anak anda minta dibelikan permen di toko. Padahal saat itu si kecil sedang batuk. Dengan berbagai macam alasan anda mencoba untuk merayu si kecil, namun tidak berhasil. Si kecil tetap merengek dan anda mulai kehabisan kesabaran. Akhirnya si kecil pun mulai menangis. Dan orang-orang yang lalu-lalang sedang memperhatikan si kecil yang menangis. Parahnya ada juga yang mengompori anda untuk menuruti keinginan si kecil. Merasa mendapat dukungan, si kecil mulai mengencangkan tangisnya bahkan sambil berguling-guling. Nah, jika detik itu anda akhirnya mengabulkan permintaan si kecil. Maka detik itu pula dia belajar bahwa semakin kencang dia menangis, maka akan semakin mudah mendapatkan yang dia inginkan. Anak Nakal Atau Orang Tua Tidak Sabar Mana yang benar, anak zaman sekarang yang semakin nakal atau orang tua zaman sekarang yang makin tidak sabar. Berikut ini testimoni anak dan orang tua zaman sekarang.. Perspektif orang tua: "Dahulu nakalnya anak-anak hanya sebatas tingkah laku yang kurang pantas dan tidak sopan, tetapi saat ini kita menjumpai para pemuda yang terjerumus ke dalam tindak kriminal karena mereka telah mengonsumsi berbagai jenis obat-obatan yang terlarang, narkotika, ganja, dan pil-pil gedek." Perspektif anak : "Dahulu saat seorang ibu jengkel terhadap sikap anak-anaknya kemudian ia tidak mampu menahan emosi nya, yang ia lakukan menangis dan menuju sajadah untuk ia sampai kan segala keluhan nya kepada Allah. Tetapi saat ini sering kali jika seorang ibu telah terbakar emosinya dengan sikap

Page 7: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

anaknya, ia berteriak-teriak seraya menyampaikan sumpah serapah hingga ia merasa puas dengan sikapnya tersebut." Jika kedua belah pihak saling membanding kan pihak yang lain, yang menurut orang tua anak sekarang semakin nakal dan menurut anak orang tua sekarang semakin tidak sabar, maka kita tidak menemukan apapun kecuali sikap saling menyalahkan orang lain. Alangkah indahnya jika lebih terbuka mengevaluasi diri masing-masing. Anak sekarang semakin nakal itu sangat mungkin terjadi dan orang tua sekarang semakin tidak sabar juga hal yang masuk di akal. Dengan sikap seperti ini maka usaha memperbaiki diri mulai dapat dilakukan, yaitu dengan mengurangi kenakalan anak sekarang dan menambah kesabaran orang tua saat ini. Satu hal yang ingin saya garis bawahi di sini. Bahwa kata-kata orang tua khusus nya ibu adalah doa yang mustajabah untuk anak-anaknya. Karena itu hindarilah kata-kata yang buruk dan merugikan baik bagi kita maupun anak-anak kita. Seperti seorang ibu yang tiap kali jengkel pada anaknya selalu berkata, "Ya Allah jadikanlah anakku anak yang sholih dan banyak rezeki..". Epilog Jujur saja saya terinspirasi membuat tulisan ini karena tertarik pada buku yang ditulis oleh Ustadz Jinan. Betapa selama ini mungkin kita tidak sadar bahwa kenakalan anak kita sedikit atau bahkan banyak adalah dikarenakan oleh kita, orang tua nya. Namun tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semuanya. Selama masih ada waktu. Mari sama-sama belajar menjadi orang tua yang lebih baik. Aamiin..

Page 8: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

BERSAHABAT DENGAN IPAR Jum'at pagi yang cerah, hari yang penuh dengan barakah. Ketika sepasang anak manusia berikrar suci dalam ikatan pernikahan. Semua turut berbahagia untuk sang pengantin, mendoakan keberkahan dan segalanya yang baik-baik. Tapi di salah satu sudut ruangan, ada seorang gadis yang tampak tidak bahagia dengan pernikahan tersebut. Bukan lantaran patah hati, karena sang mempelai pria tak lain tak bukan adalah abangnya sendiri. Hanya saja dia sedikit menyesalkan, mengapa abangnya yang baik hati harus memiliki istri yang 'demikian'. Namun sejurus kemudian gadis itu pun sadar bahwa perjodohan yang digariskan Allah ini tidaklah mungkin ada kesalahan. Pasti ada banyak hikmah dibaliknya, yang tidak mampu diejawantahkan oleh akal pikirannya yang dangkal ini. Bulan demi bulan berlalu gadis itu masih belum bisa 'akur' dengan ipar barunya. Sebetulnya gadis itu sudah berusaha untuk mengakrabkan diri dengan sang ipar. Sayang keramahan yang ditawarkan hanya bertepuk sebelah tangan. Lagi-lagi si gadis menyesalkan pernikahan abangnya. Padahal kalau abangnya mau, dia bisa memilih gadis yang jauh lebih salihah untuk dijadikan istri. Bukannya gadis metropolitan yang glamour dan cuek bebek ini.. Hmfh.. gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang.. Lika Liku Saudara Ipar Ya, bagi yang sudah memiliki saudara ipar. Atau bahkan pernah tinggal satu atap dengan saudara ipar. Pasti sudah pernah merasakan suka dukanya punya saudara ipar. Ada yang merasa senang, karena memiliki kakak atau adik baru. Dan kebetulan bisa saling cocok satu sama lain. Namun tidak sedikit juga yang malah merasa jengah dengan kehadiran saudara ipar di rumah.

Hal-hal kecil misalnya karena sang ipar sering bangun kesiangan, sementara yang lain sudah bangun sejak shubuh dan sudah beres-beres ini itu. Bisa menjadi masalah yang cukup mengganggu. Ada juga saudara ipar yang kurang unggah-ungguh sama mertua. Dan maaf sukanya morotin mertua. Dan yang paling parah, ada juga saudara ipar yang sampai jatuh cinta pada saudara yang kebetulan tinggal serumah. Naudzubillah.. Perbedaan Karakter Terkadang kita lupa bahwa saudara ipar kita berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang berbeda dengan kita, bahkan mungkin memiliki kebudayaan yang berbeda, dan tantangan terberatnya adalah jika kebetulan kita punya saudara ipar yang beda negara. Saya pernah menjumpai seorang ibu yang sering menangis sejak pernikahan putranya. Ibu tersebut merasa tidak nyaman dengan perilaku menantunya yang kalau bicara cenderung ceplas-ceplos, tidak perduli tetap duduk di atas meski saat mertua sedang duduk di lantai, juga sering terang-terangan menentang mertua jika berbeda pendapat. Ini terjadi karena sang menantu memang asli orang Sumatera dan kebetulan adatnya memang keras. Sedangkan sang mertua orang Jawa tulen yang cenderung halus dalam tutur kata dan tindakan. Jadi jika sumber perselisihan kita dengan ipar adalah karena masalah perbedaan karakter dan budaya. Maka sikap yang harus dikedepankan adalah lapang dada. Karena bagaimanapun perbedaan itu sunnatullah.. Langkah selanjutnya setelah berlapang dada adalah berusaha mendekatkan karakter kita dengan ipar yang bagaikan bumi dan langit. Dan tentunya itu memerlukan waktu yang tidak sebentar, juga kerendahan hati untuk menyingkirkan ego masing-masing. Hindari Berkompetisi Terkadang saudara ipar merasa bahwa kehadiran anda telah menyita semua perhatian pasangan anda. Sehingga dia mencoba untuk menunjukkan bahwa dia 'lebih baik' daripada anda, dan cenderung suka mencari kejelekan-kejelekan anda.

Page 9: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

Jika hal ini terjadi, maka hindarilah untuk berkompetisi dengan ipar anda tersebut. Jika dia memang pandai memasak atau yang lainnya, berikanlah pujian yang tulus. Terhadap ipar yang demikian, hindarilah untuk membicarakan masalah yang bersifat pribadi. Dan jagalah agar jangan sampai dia mengetahui permasalahan dalam rumah tangga anda. Hal ini untuk mengantisipasi agar dia tidak menyebarluaskannya dengan maksud untuk menjatuhkan anda. Tetaplah bersikap baik, dan jika ada kesempatan untuk mengobrol pilihlah untuk membicarakan hal-hal yang umum dan ringan-ringan saja. Hal ini baik untuk mencairkan suasana. Jaga Auratmu Hal yang harus dicamkan baik-baik adalah bahwa ipar yang berlainan jenis BUKANLAH mahram kita. Sehingga kewajiban untuk menutup aurat mutlak untuk dilakukan. Hal ini barangkali tidak mudah bagi yang tinggal dalam satu rumah. Namun tidak ada alasan untuk mengesampingkannya. Lakukanlah dengan niat untuk menjalankan perintah Allah, lama-lama juga akan terbiasa. Jangan pernah memberikan celah sekecil apapun kepada syetan untuk menjerumuskan. Audzubillahiminasyaitonirrojim.. Pindah Rumah Alangkah baiknya jika anda memutuskan untuk membeli rumah sendiri. Atau jika terlalu berat, bisa juga dengan mengontrak rumah yang sederhana. Karena bagaimanapun seseorang yang telah berumah tangga tentu memerlukan privasi. Banyak hikmah yang didapat dengan memiliki tempat tinggal sendiri. Dan keinginan untuk mencapai rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah pun lebih mudah untuk dicapai. Namun jangan lupa untuk sering-sering berkunjung ke rumah orangtua dan mertua. Karena kewajiban untuk berbakti pada orangtua harus tetap kita pelihara. Ridha Allah bergantung pada ridha orang tua. Wallahualam bisshawab.

LIBATKAN ALLAH DALAM SETIAP IKHTIAR Bagi saya, malam hari sebelum tidur adalah momen yang sangat pas untuk mengevaluasi segala aktivitas yang saya lakukan sejak bangun tidur hingga detik ini. Saat menjelang tidur kembali.. Apa yang kurang dari tanggung jawab yang saya emban hari ini.. Aktivitas rumah tangga, mulai mencuci, memasak, dan membersihkan rumah.. Aktivitas bersama suami, menyiapkan pakaian, menemaninya sarapan.. Aktivitas bersama anak-anak, mulai memandikan, mengantar jemput sekolah, menemani makan, bermain, hingga menidurkan mereka.. Entah kenapa setiap kali mengingat kewajiban-kewajiban saya terhadap anak. Sekaligus mengingat hak-hak mereka yang seharusnya saya tunaikan. Saya selalu dirundung perasaan bersalah. Ya.., saya merasa masih begitu banyak hak-hak mereka sebagai anak, yang belum sempat saya tunaikan.. Barangkali sebagai seorang ibu, ada yang pernah mengalami kegalauan seperti saya.. Terkadang saya mencoba untuk introspeksi diri tentang harapan-harapan saya yang mungkin terlalu tinggi untuk lugunya tatapan mata seorang anak. Sementara saya sebagai orangtua belum tentu bisa menjadi teladan dari harapan-harapan yang saya gantungkan di pundak mereka.. Adakah yang bisa menjawab dengan jujur. Untuk apakah kita menyekolahkan anak-anak kita sejak dini di PAUD? Untuk apakah kita menjadwalkan mereka untuk ikut les melukis, aritmatika, renang, dsb? Barangkali kita akan menjawab dengan mantab bahwa itu demi masa depan anak-anak, hal itu berguna untuk meningkatkan multiple intelligence yang mereka miliki. Sungguhkah? Tidakkah terselip di hati kita sebuah 'ambisi' yang barangkali akan membebani jiwa-jiwa yang murni itu. Boleh saja kita sebagai orangtua membekali mereka dengan pendidikan ini-itu sejak dini. Namun kita juga harus memastikan, bahwa jundi-jundi kita melakukan aktivitas tersebut dengan fun dan tanpa beban.. Lalu adakah yang bisa menjawab dengan jujur. Untuk apakah kita sibuk menjadwalkan putra-putri kita ikut lomba ini itu?

Page 10: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

Barangkali diantara kita ada yang akan menjawab dengan mantab, bahwa kompetisi berguna untuk mendongkrak rasa percaya diri anak. Kendatipun hal tersebut benar adanya. Sungguhkah niatan kita hanya itu? Atau adakah yang hingga harus memaksa hingga mengancam putra-putrinya untuk mengikuti lomba tertentu sekedar untuk memenuhi ambisi orangtuanya? Sekedar untuk mendatangkan tepuk tangan dan decak kagum? Alangkah ironisnya.. Dulu, sejak sebelum menikah. Saya berusaha banyak mempelajari buku-buku tentang pendidikan anak. Saya berharap dengan mempelajari ilmunya, saya bisa menjadi orangtua yang baik dan mendekati sempurna.. Namun saat benar-benar menjadi seorang ibu. Tahulah saya bahwa sebetulnya buku-buku tersebut tidaklah cukup untuk menjadi panduan sebagai seorang ibu. Karena menjadi orangtua adalah ilmu yang harus kita pelajari seumur hidup. Karena anak-anak kita teramat istimewa, dan tak ada yang benar-benar mirip dengan mereka di dunia ini. Karena kita orangtuanya, maka kita pula yang lebih tahu tentang mereka dibanding orang lain. Sehingga mereka adalah buku yang kita tulis sendiri sejak awal hingga akhir. Tidak ada satupun buku panduan pendidikan anak yang bisa kita terapkan secara mutlak pada mereka, karena mereka betul-betul berbeda satu sama lain. Dan setiap perbedaan mereka adalah anugerah.. Saya ingat betul, sejak sebelum menikah saya selalu terinspirasi oleh seorang ibu yang sangat luar biasa. Bagi anda yang pernah membaca buku 10 Bersaudara Bintang Al Qur'an tentu tidak akan asing dengan nama yang satu ini. Ustadzah Wirianingsih, seorang ibu tangguh yang memiliki aktivitas dakwah dan sosial segudang namun mampu mencetak kesepuluh putra-putrinya menjadi penghafal quran dan berprestasi secara akademis. Tentu kualitas saya masih sangat jauuuuh dari beliau. Saya masih harus banyak belajar dan belajar!! Dan ilmu pertama yang harus saya pelajari adalah ikhlas. Tulus dan ikhlas memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi zamannya sendiri. Bukannya sibuk memoles mereka agar kelihatan sempurna hanya demi prestise dan pujian manusia. Sementara mereka sendiri malah tidak menikmatinya.

Dan yang tak pernah boleh ditinggalkan adalah, selalu melibatkan Allah dalam setiap ikhtiar kita saat mendidik anak-anak.. Meminjam istilah Ustadz Yusuf Mansyur, Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.. Hal inilah yang betul-betul harus kita amalkan jika ingin anak-anak kita berhasil menggapai kesuksesan. Baik kesuksesan dunia maupun kesuksesan akhirat.. Barangkali ada diantara kita yang sudah merasa pandai mendidik anak-anaknya. Dengan berbekal buku-buku, seminar, bahkan konsultasi dengan psikolog. Namun terlupa untuk memanjatkan do'a demi kebaikan putra-putrinya. Ketika permasalahan datang, anak tiba-tiba sakit, tumbuh kembang anak menjadi terlambat, atau tiba-tiba anak tumbuh menjadi pembangkang. Barulah kita tersadar dan tersungkur memohon pertolongan Allah untuk mengatasi permasalahan kita.. Padahal jika kita mau sejak awal melibatkan Allah dalam mendidik anak-anak kita, insya Allah semuanya akan menjadi lebih mudah.. Saya sendiri pernah mengalaminya. Saat itu saya cemas ketika buah hati saya yang baru menginjak umur 1 tahun belum bisa berjalan. Kemudian saya sadar, bahwa selama ini saya terlalu pede dengan kemampuan saya sendiri. Maka tersungkurlah saya memohon ampunan Allah, "Hamba pasrahkan segala urusan hamba pada-Mu Ya Rabb.. Engkaulah sebaik-baik pelindung dan pemberi pertolongan.." Dan Subhanallah, setelah saya bertawakkal kepada-Nya. Tanpa saya stimulus, tiba-tiba saja putri saya mencoba untuk berdiri sendiri dan berangsur-angsur mulai berjalan.. Saya sangat bersyukur sekaligus menyesal. Mengapa tidak sedari awal saya bertawakkal pada Allah? Mengapa harus menunggu datangnya kesulitan dulu baru mengadu pada Allah? Dan sekarang terulang kembali pada buah hati yang kedua. Sudah hampir menginjak usia 2 tahun putra saya belum bisa berjalan dan berbicara. Segala macam ikhtiar telah kami lakukan, dan akan terus kami lakukan. Sembari selalu mengharap pertolongan Allah.. Kami berserah diri pada-Mu Ya Rabb.. Mohon mudahkanlan urusan kami..

Page 11: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

MUDIK OHH.. MUDIK Arya dan Resti mendadak jadi diem-dieman hari ini. Hingga membuat Alya, buah hati mereka yang baru berusia 6 tahun merasa jengah dan mengadu ke rumah kakek-neneknya yang hanya berjarak 1 blok dari rumah mereka.. Usut punya usut ternyata pasangan muda tersebut 'berantem' perkara mudik.. Lho.. Padahal Ramadhan masih 1 bulan lagi (tulisan ini dibuat pada bulan Juni 2012). Puasa aja belum.. Menikmati indahnya Ramadhan juga belum.. Eh.. udah 'gegeran' perkara mudik. Kan mending kalau energinya dipakai untuk merencanakan agenda Ramadhan bersama keluarga. Betul? Semua bermula ketika Arya yang notabene asli Kebumen mendengar bahwa tiket kereta api untuk lebaran sudah mulai bisa dipesan. Walhasil karena saking takutnya kehabisan tiket, maka dia memesan tiket kereta api pulang pergi untuk 3 orang, untuk dirinya, Resti, dan tentu saja Alya.. Terbayang sudah di pelupuk mata Arya, kebahagiaan Emak dan Bapak menanti kepulangannya di kampung halaman.. Namun ada sedikit kesalahan yang dilakukan Arya, yakni dia tidak bermusyawarah dengan Resti dulu saat akan membeli tiket. Dan.. "kok nggak tanya Resti dulu sih, kalau mau beli tiket?", itulah pertanyaan pertama yang diajukan Resti kepada suaminya, lengkap dengan nada ketusnya.. Arya beralasan kalau waktunya mepet banget, dan dia khawatir bakal kehabisan tiket dan akhirnya nge-bis kayak lebaran tahun lalu.. "mas kan tahu, kalau bulan ini waktunya Alya daftar SD. Mana uang kita pas-pasan lagi.. dan lagi tahun kemarin kan kita uda mudik mas. apa nggak bisa, tahun ini kita lebaran di Surabaya aja.. blablabla...", omel Resti panjang lebar. Dan lagi-lagi Arya menjawab dengan santai. "rezeki itu Allah yang ngatur dik. insya allah mas akan cari uang tambahan buat daftarin Alya sekolah.." "aargh.., Resti nggak mau tahu. pokoknya tiket itu musti di-cancel. titik", pungkas Resti.

Arya pun hanya bisa bengong demi mendengar istrinya yang kekeuh engga mau mudik.. *** Pembaca yang dirahmati Allah.. Mungkin diantara kita ada yang pernah mengalami masalah di atas.. Dari pilihan mudik atau engga mudik, mudik sebaiknya tiap tahun atau cukup 2 tahun sekali. Mana yang lebih baik? Tentu kita penginnya mudik tiap tahun ya.. Apalagi yang notabene tinggal di perantauan. Momen mudik akan menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu. Orangtua di kampung halaman juga pasti senang bukan kepalang, jika anak cucu bisa berkumpul di hari nan fitri.. Namun, kadang kita terkendala dengan ongkos, jarak, pekerjaan dan lain sebagainya.. Kakak saya misalnya, untuk sekali mudik aja. Biayanya sampai jutaan. Belum lagi jarak tempuh yang demikian jauh. Membuat badan pegel bin ringsek sepulang mudik. Maka dibuatlah kesepakatan dengan suami, bahwa mudik cukup 2 tahun sekali. Toh orangtua kami yang di Surabaya juga ingin anak cucu berkumpul saat lebaran kan. Saya sendiri bersama suami juga sepakat mudik 2 tahun sekali. Jika tahun ini berlebaran di jawa tengah, berarti tahun depan berlebaran di Surabaya. Kalaupun tetap ingin mudik, biasanya suami pergi sendiri di hari kedua lebaran. Sedang saya dan anak-anak tetap di Surabaya. Namun seiring dengan bertambah besarnya anak-anak. Kami memutuskan untuk mudik setiap lebaran. Dengan catatan jika tahun ini kami berangkat mudik sebelum lebaran, agar bisa sholat Ied di kampung halaman. Maka di tahun berikutnya kami akan mudik di hari kedua lebaran. Jadi orangtua di Surabaya tetap bisa berkumpul dengan anak cucu. Yang paling pelik mungkin jika suami-istri sama-sama sedang merantau di kota besar. Dan saat lebaran tiba, mereka sama-sama rindu kampung halaman dan sama-sama ingin mudik. Tapi masalahnya yang satu ingin mudik ke Riau dan satunya lagi pengin ke Ujung pandang. Waduh, bagaimana caranya ya biar adil? Kan nggak efektif, kalau memaksakan

Page 12: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

mudik di dua tempat sekaligus. Lagipula tiket pesawat saat mudik kan harganya selangit.. Lagi-lagi harus ada kesepakatan antara suami istri. Apakah tujuan mudiknya akan digilir. Semisal jika tahun ini mudik ke Riau, maka tahun berikutnya mudik di Ujung pandang, atau sebaliknya. Untuk mengatasi kerinduan pada kampung halaman, juga agar bisa bersilaturrahim dengan keluarga disana. Dalam setahun biasanya ada moment long weekend kan. Nah, ini bisa dimanfaatkan untuk mudik juga. Mudik kan nggak harus lebaran. Jadi kalau semisal tahun ini agendanya mudik ke Riau, berarti untuk long weekend bisa diagendakan untuk pergi ke Ujung pandang, dan sebaliknya. Namun jika terkendala dengan ongkos mudik yang memang tidak sedikit. Apalagi jika saat itu ada kebutuhan lain yang mendesak. Maka sekali lagi harus didiskusikan dengan pasangan terlebih dahulu, mana langkah terbaik yang akan disepakati. Jika dengan sangat terpaksa kita tidak bisa mudik saat lebaran. Jangan lupa untuk mengkomunikasikannya pada keluarga di kampung halaman. Kalau bisa jauh-jauh hari sudah disampaikan. Agar keluarga di kampung halaman nggak arep-arep. Jangan sampai sudah malam takbiran baru kita mengabari kalau nggak bisa mudik. Keluarga di kampung pasti kecewa. Belum lagi biasanya mereka sudah menyiapkan masakan spesial dalam jumlah besar. Kebayang kan betapa kecewanya mereka, begitu tahu kalau kita nggak bisa mudik. Sekali lagi, mudik atau engga mudik. Atau mudik kemana lebaran kali ini. Anda dan pasanganlah yang menentukannya. Buatlah kesepakatan yang seadil-adilnya.. Wallahualam bisshowab.

Page 13: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

TENTANG UANG Tersebutlah sepasang suami istri yang baru satu tahun mengarungi bahtera rumah tangga. Mereka tengah berbahagia karena putra pertama mereka baru saja dilahirkan. Lengkap sudah kebahagiaan mereka di dunia ini.. Namun sebenarnya, ada sedikit kerikil masalah di antara mereka. Yang jika tidak segera diselesaikan, mungkin bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak pada akhirnya.. Sebagaimana lumrahnya laki-laki yang baru saja memulai perjalanan karirnya, pendapatan sang suami tidaklah lebih tinggi dari UMR. Namun demikian dia bersyukur atas segala karunia Allah yang diberikan kepadanya.. Tidak demikian halnya dengan sang istri. Barangkali karena dia adalah anak tunggal dari sebuah keluarga yang cukup kaya dan terpandang. Maka segala gaya hidup glamour masih dia bawa dalam rumah tangganya. Pendapatan sang suami yang seharusnya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga selama satu bulan menjadi minus karena sang istri tidak dapat menahan diri untuk membeli barang-barang yang tidak perlu. Belum lagi pengeluaran ekstra untuk perawatan ke salon dan seterusnya. Hal ini membuat sang suami mengelus dada dan mulai menasehati istrinya dengan lembut.. Namun karena sudah menjadi kebiasaan, sang istri belum bisa meninggalkan gaya hidup mewahnya. Dan sang suami tak pernah bosan-bosannya menasihati istrinya. Hingga suatu hari sang suami akhirnya bersikap tegas terhadap istrinya. Sedangkan sang istri, karena dia tidak merasa bersalah malah balik menuntut sang suami yang gagal mencukupi kebutuhan rumah tangga. Akhirnya pertengkaran demi pertengkaran pun tak terelakkan dalam biduk rumah tangga mereka.. Ya, tak bisa dipungkiri ekonomi merupakan faktor penting bagi rumah tangga. Sekalipun ekonomi bukanlah segala-galanya, tetapi tanpa adanya faktor pendukung keuangan yang memadai akan memunculkan banyak masalah.

Namun demikian, menurut Syaikh Musthafa Masyhur salah besar kalau ada orang menyangka bahwa kebahagiaan rumah tangga akan terwujud manakala telah terpenuhi kebutuhan materi seperti banyaknya harta, tempat tinggal yang bagus, peralatan mewah, mobil yang mahal, aneka ragam pakaian, unsur-unsur kemewahan, pemenuhan syahwat, serta hal-hal yang lain. Satu hal yang harus diketahui pemuda dan pemudi muslim adalah bahwa kebahagiaan rumah tangga yang sesungguhnya tidak terealisir hanya dengan materi yang "murah" dan tidak abadi ini. Berapa banyak kita jumpai mereka yang hidup dalam istana, dikelilingi para dayang dan pelayan, namun mereka tidak pernah menikmati kebahagiaan rumah tangga yang sesungguhnya. Sementara, kita sering menjumpai kebahagiaan rumah tangga justru terwujud oleh pasangan suami istri yang hidup di gubuk kecil. Demikianlah, kita meyakini bahwa materi bukanlah penjamin kebahagiaan. Akan tetapi, bukan berarti islam mengabaikan perhatian dalam masalah pemenuhan materi. Segala hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia, tak luput dari perhatian islam. Islam menghendaki agar setiap keluarga muslim bisa mencapai kondisi standard yang mampu mencukupi kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Imam Nawawi menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan standard keluarga adalah cukup sandang, pangan, papan, dan segala kebutuhan tanpa berlebihan. Namun kenyataan yang sering kita lihat dalam keseharian kita adalah banyak keluarga muslim hidup dalam kondisi kekurangan. Berbagai problem saling mengait, yang tak mudah mendapatkan penyelesaian tuntas. Pada prinsipnya islam telah memberikan arahan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yakni dengan berusaha (bekerja), kemudian berdoa dan bertawakkal kepada Allah setelah berusaha. Seorang muslim harus menyertai usaha-usaha halal, yang dilakukannya sebagai realisasi dari kewajiban mencari rezeki, dengan doa. Selanjutnya ia harus menyerahkan hasilnya kepada Allah swt. Namun tak bisa dipungkiri, bahwa hidup tak selamanya berjalan mulus. Adakalanya kondisi ekonomi keluarga kita mengalami goncangan bahkan keterpurukan. Dalam hal ini Ustadz Cahyadi Takariawan memberikan nasihatnya.

Page 14: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

Tetap Bersabar dan Bersyukur Apabila berbagai upaya telah dilakukan secara maksimal dan belum mendapatkan hasil yang memadai. Kita harus bersabar dan tetap bersyukur atas pemberian Allah tersebut tanpa mengeluh. Sikap mulia seperti inilah yang diajarkan islam kepada kita, satu sisi kita gigih berusaha mencari rezeki-Nya dengan cara-cara yang halal, tetapi di sisi lain kita bersabar dan bersyukur atas berapapun jumlah yang kita dapat setiap harinya. Menetapkan Prioritas Kebutuhan Prioritas kebutuhan harus semakin ketat diberlakukan dalam kondisi ekonomi keluarga yang jauh dari kecukupan. Kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan layak mendapatkan perhatian utama. Melibatkan Anggota Keluarga yang Lain untuk Mencari Penghasilan Tambahan Seorang istri diperbolehkan bekerja mencari nafkah untuk membantu suaminya, dengan syarat ada izin suami dan jenis serta tempat pekerjaannya tidak melanggar syariat. Sekalipun istri tidak memiliki kewajiban mencari nafkah, tetapi perbuatan membantu suami merupakan keutamaan apabila dilakukan dengan ikhlas. Hindari Meminta-Minta Islam memandang meminta-minta sebagai perbuatan yang tercela. Dalam hadits Qabishah ibnu Al Makhariq, dijelaskan kebolehan meminta-minta karena tiga alasan : orang yang menanggung beban di luar batas kemampuannya, maka ia berhak meminta-minta sampai ia terbebas dari tanggungannya. Orang yang terkena musibah yang menimpa kekayaannya, maka ia berhak meminta-minta sampai kesulitannya teratasi. Orang yang fakir dan dibenarkan oleh tiga orang dari kaumnya bahwa ia benar-benar tidak mampu bekerja yang sebelumnya ia hidup berkecukupan, maka ia boleh meminta-minta. Selain dari tiga kelompok ini, barangsiapa meminta-minta, sesungguhnya ia telah memakan harta orang lain secara haram (HR. Muslim) Hadits ini memberitakan bahwa meminta-minta adalah perbuatan tercela dan akibatnya akan terbawa sampai menjadi siksa di akhirat, kecuali apabila ada tiga alasan tersebut. Berhati-hati dalam Berhutang

Dalam keadaan sulit, sering terlintas pemikiran singkat untuk berhutang. Memang berhutang boleh saja dilakukan, hanya saja semestinya tidak menjadi kebiasaan dan kesukaan. Wallahua'lam bisshowab.

Page 15: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

BAKTI PADA SUAMI Laki-laki paruh baya itu terlihat begitu telaten menyuapi buah hatinya yang masih berumur tiga tahun. Seolah itu adalah hal yang biasa ia lakukan sehari-hari, dan memang begitulah kenyataannya. Perawakannya yang tinggi besar sama sekali tidak memperlihatkan keangkeran. Barangkali karena beliau selalu tersenyum ramah dan menyapa siapa saja yang ia temui di sekolah ini, baik guru-gurunya maupun saya yang hanya mengantar putri saya bersekolah. Dari seragam yang beliau pakai, saya sudah bisa menebak apa pekerjaannya. Namun yang saya herankan adalah, bukankah sekarang ini adalah jam beliau masuk kerja. Mengapa masih sibuk mengantar kedua buah hatinya bersekolah sekaligus menitipkan mereka hingga sore hari nanti. Dan kemana Ibu kedua anak tersebut? Ah barangkali sang ibu harus berangkat kerja lebih pagi karena kantornya lebih jauh. Entah kenapa, melihat laki-laki tersebut saya jadi teringat kisah seorang teman yang barangkali bisa kita ambil hikmah di dalamnya. Terutama dalam hal menghargai dan menghormati pasangan hidup kita (khususnya suami), apa adanya. Sebut saja namanya Arif. Seorang laki-laki lulusan SMA yang dijodohkan dengan seorang perempuan kaya raya bertitel sarjana. Perempuan ini tidak seberapa cantik. Tapi ia memiliki rumah dan toko warisan dari orangtuanya yang sudah meninggal. Karena ia anak tunggal, maka kekayaan kedua orangtuanya otomatis terlimpah semua kepadanya. Seperti layaknya pengantin baru lainnya, mereka sangat bahagia dengan pernikahannya. Sang istri pun segera hamil dan melahirkan seorang bayi yang cantik. Namun di tengah perjalanan bahtera rumah tangga mereka, terjadi permasalahan yang membuat sang suami menjadi tidak nyaman. Semua pekerjaan rumah tangga mulai menyapu, mengepel, bahkan mengurus anak sang suami lah yang mengerjakannya. Sedang sang istri, entah kenapa malah terlihat menikmati hal tersebut. Dia lebih banyak terlihat sibuk membaca koran, daripada repot-repot membantu suaminya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Hal ini berlangsung setiap hari, hingga orang tua Arif akhirnya menegur menantunya tersebut. Namun dengan congkaknya, si istri malah mengungkit-ungkit jasa-jasanya terhadap mertua dalam hal materi. Melihat kelakuan sang istri yang menyombongkan diri di depan orangtuanya, Arif pun tidak terima. Meledaklah pertengkaran diantara mereka berdua. Hingga akhirnya, Arif meninggalkan rumah tanpa pamit. Tinggallah sang istri sendiri, meratapi kepergian suaminya... Barangkali kita sering menemukan fenomena seperti ini sekarang. Ketika seorang istri memiliki kekayaan, kedudukan, juga pekerjaan yang lebih mentereng ketimbang suaminya. Maka ia menjadi sok, lupa diri, dan mulai berani kepada suaminya. Memangnya berapa nilai kekayaaan yang dimiliki. Jika dibandingkan dengan kekayaan Khadijah al kubra, istri Rasulullah SAW yang terkenal akan kesalihanya, kedermawanannya, juga kemuliaannya yang tiada tara. Kesuksesannya dalam berdagang, membawanya menjadi perempuan yang sangat kaya di zamannya. Namun dia tak pernah meremehkan suaminya, malah sebaliknya ia habiskan seluruh hartanya untuk membiayai aktivitas dakwah suaminya. Ia pergunakan semua hartanya di jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Di zaman sekarang ini ada juga muslimah yang meneladani ibunda Khadijah RA. Seorang wanita karier yang bekerja di sebuah perusahaan multinasional dengan jabatan tinggi, sedangkan suaminya bekerja sebagai seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan kecil. Namun jika orang melihat bagaimana sepasang suami istri ini saling mengasihi, tentu mereka akan menjadi iri. Setiap hari si istri selalu mengantar suaminya bekerja. Hal ini karena sang istri masih lebih terampil mengemudikan motor ketimbang suaminya. Sesampainya di tempat kerja sang suami, tanpa malu-malu si istri memakaikan topi yang menjadi kelengkapan seragam kerja suaminya. Tak lupa ia mencium punggung tangan suaminya seraya mengucapkan salam sebelum meluncur ke tempat kerjanya sendiri.

Page 16: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

Lain lagi kisah nyata dari seorang muslimah yang saya baca melalui facebook. Ia seorang muslimah yang bekerja di sebuah perusahaan besar dengan gaji tinggi. Ia rela meninggalkan pekerjaannya lantaran merasa telah durhaka terhadap suaminya. Suami dari perempuan ini sehari-harinya bekerja sebagai penjual es cendol keliling. Dengan pekerjaannya ini, ia menghasilkan uang beberapa ratus ribu setiap bulannya. Suatu hari sang istri begitu lelahnya dengan aktivitas kantor, dan pulang dalam keadaan penat. Yang ingin dia lakukan sesampainya di rumah hanyalah beristirahat. Sedangkan suaminya saat itu sedang sakit dan meminta tolong kepada istrinya untuk mengambilkan air putih. Sang istri yang sedang penat tidak menggubris permintaan suaminya dan menyuruhnya mengambil air minum sendiri. Setelah itu sang istri tertidur dengan pulasnya. Saat terjaga dan hendak menunaikan shalat. Alangkah terkejutnya sang istri ketika melihat piring-piring kotor telah tercuci bersih, juga baju-baju kotor mereka yang telah tercuci bersih pula. Dengan gontai ia kembali ke kamar dan melihat suaminya yang tertidur pulas. Ia pegang dahi suaminya, masya Allah suaminya sedang demam. Seketika meneteslah air matanya seraya lirih beristighfar... Ia menyesal tidak menuruti permintaan suaminya untuk mengambilkan segelas air. Ia merasa malu karena suaminya telah begitu pengertian dan melakukan banyak hal yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan mengabdikan diri menjadi ibu rumah tangga. Dengan begini ia berharap bisa lebih menghargai suaminya, juga menghargai segala jerih payahnya untuk keluarga. Ia berharap bisa mengabdikan diri untuk keluarganya dan tidak berbuat khilaf terhadap suaminya lagi.

Nah, bagaimana dengan kita. Sudahkah kita berbakti pada suami kita selama ini? Kita harus selalu ingat bahwa ridha Allah bergantung pada ridha suami kita. Wallahua'lam bisshawab.

Page 17: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

CINTA DARI MASA LALU Semua bermula dari facebook. Ya facebook, sebuah jejaring sosial yang mempertemukan Laila dengan kawan-kawan lamanya. Sahabat semasa SD, SMP, SMA, kuliah dan bahkan bertemu Septian.. Ya, Septian! Jika menemukan kawan-kawan lama melalui facebook menjadi sesuatu yang membahagiakan. Teringat kebersamaan dan keakraban di masa itu tentunya. Juga rasa penasaran, telah menjadi seperti apa kawan-kawan kita saat ini. Maka bertemu kembali dengan Septian telah menerbitkan sebuah rasa yang sulit dilukiskan oleh Laila. Sejak saat itu, Laila selalu menjadi penasaran, apa 'status terbaru' di facebook Septian saat ini.. Ya, Septian memang pernah menjadi seseorang yang spesial bagi Laila ketika SMU. Mereka berpisah sejak lulus SMU karena Septian memutuskan untuk kuliah di Belanda. Mereka sepakat untuk tidak saling mencari kabar. Karena keduanya ingin fokus pada kuliah masing-masing. Mereka tak ingin ada ikatan. Dan kini, mereka bertemu kembali. Meski hanya bertemu di dunia maya, pertemuan ini cukup membuat pikiran Laila melayang.. Kenangan kebersamaan mereka di masa SMA menyeruak begitu saja, tanpa permisi.. Setelah kuliahnya rampung, Laila memang sempat mencari kabar tentang Septian melalui teman-temannya. Namun hasilnya nihil, seolah dia telah lenyap di telan bumi. Dan kini Septian telah kembali.. Pikiran Laila masih melayang-layang ke masa lalu, hingga akhirnya sebuah dering handphone membuyarkanya.. "Mas Setyo", desis Laila pelan demi mendengar ringtone khusus yang dia gunakan untuk suaminya.

Di seberang sana sang suami menanyakan kabar istrinya yang tadi pagi mengeluh pusing dan mual-mual. "Masih pusing dik?", tanyanya lembut. Demi mendengar lembutnya suara sang suami, juga perhatian tulusnya yang tak sekedar penghias bibir. Hati Laila seketika runtuh, "Astaghfirullahaladzim.., maafin Laila mas", desisnya dalam hati. Seketika dada Laila terasa sesak. Hatinya diliputi perasaan bersalah dan berdosa. Laki-laki bermata bening itu adalah segalanya bagi Laila. Mereka memang baru satu tahun membangun mahligai rumah tangga. Dan setelah menunggu setahun, akhirnya Allah mengabulkan doa mereka yang mengharapkan keturunan. Meski masih berusia tiga bulan di kandungan Laila. Mereka memang dijodohkan, dan hanya melalui proses ta'aruf yang sangat singkat. Namun cinta bisa begitu cepatnya bersemi setelah mereka sah menjadi pasangan suami istri. Lantas mengapa, Laila masih menyediakan ruang bagi laki-laki yang hanya menjadi bagian dari masa lalunya. Tiba-tiba saja Laila menjadi merasa sangat rendah. Bisa-bisanya Laila menipu dirinya sendiri. Berpikir bahwa berteman dengan Septian sama saja dengan berteman dengan ratusan orang yang lain di facebook nya. Tapi tentu dia tak bisa menafikan perasaannya pada Septian. Laila mulai mencibir dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia membagi hatinya pada laki-laki lain, sedangkan laki-laki bermata bening itu telah menikahinya dengan nama Allah. Sungguh, Septian tidak ada apa-apanya dibandingkan Mas Setyo ku. Rutuknya kesal pada diri sendiri. Saudaraku, mari kita jawab dengan jujur. Pernahkah kita mengalami seperti apa yang dialami Laila. Di suatu tempat, suatu waktu. Tiba-tiba kita bertemu secara tak terduga dengan seseorang yang pernah dekat dengan kita. Awalnya mungkin kita akan terkejut, merasa canggung, atau bahkan speechless hehe.. But, wait a minute. Tenangkan diri anda, dan yakinkan diri kalau dia bukanlah siapa-siapa bagi anda.

Page 18: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

Sebisa mungkin persingkat pertemuan dengan yang bersangkutan, karena saat seperti ini akan menjadi momen berharga bagi para syetan untuk menggelincirkan hati manusia. Dan belum tentu anda lagi kuat iman. Iya kan? Hehe.. Setelah berpisah dengan yang bersangkutan. Segeralah telepon pasangan anda untuk menetralisir perasaan, atau jika memungkinkan untuk ditemui. Temuilah pasangan anda, maka akan lebih mudah menyingkirkan bayangan sang mantan dan segera menggantikannya dengan cinta sejati kita yang ada di depan mata. Dan jika kasusnya seperti Laila, maka akan lebih baik jika kita tidak berteman dengan yang bersangkutan. Atau istilah kerennya sih di un friend.. Yuks.. Karena bukannya tidak mungkin lho, rasa-rasa itu masih ada, ya meskipun cuma sedikiiiiit.. kan lebih baik segera dihilangkan daripada lama-lama jadi bukit :-) Daripada kalau kita pelihara malah jadi pengkhianatan (iih serem banget deh). Dan akan terjerumus dalam perselingkuhan (waah dalem banget nih). Ya, bisa jadi dosa yang besar dimulai dari dosa-dosa yang kecil.. Kalau anda bersikukuh bahwa anda udah bener-bener nggak ada rasa lagi dengan si mantan dan tetap merasa aman berteman dengannya. Tentu Allah dan anda sendiri yang lebih tahu kejujuran hati anda. Tentu kita tidak ingin menyakiti hati pasangan kita, sekecil apapun itu kan. Maka berjanjilah untuk tak pernah mengkhianatinya, selamanya. "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya ; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali pada suami mereka.............. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah , wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung". (Qs. An Nuur : 30-31)

Page 19: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

MASIHKAH AKU YANG TERCANTIK DI HATIMU? Malam yang kian larut tak jua membuat Sarah beranjak dari balkon rumahnya. Rembulan yang tersenyum lembut ditingkahi bintang gemintang yang bertaburan menjadi pelipur laranya malam ini. Sarah menarik nafas panjang demi menenangkan gejolak dalam dadanya. Dibiarkannya angin malam yang dingin menampar-nampar wajahnya, ada kesejukan kala dia menikmatinya. Sambil memejamkan mata, ia putar ulang adegan-adegan dalam hidupnya bersama sang belahan jiwa. Tiba-tiba matanya memanas, bulir-bulir air mulai berjatuhan dari kedua sudut matanya. Dulu, saat baru merenda mahligai rumah tangga bersama sang kekasih, hari-hari mereka begitu indah bersemu pelangi. Tilawah bersama, qiyamul lail bersama, bahkan mereka begitu bersemangat ingin memiliki 10 anak yang kelak akan mereka didik menjadi generasi rabbani harapan umat. Kini, satu per satu buah cinta mereka mulai tumbuh. Dari delapan tahun pertama pernikahan mereka, lima anak yang sholih dan sholihah telah hadir meramaikan rumah berwarna gading tersebut. Hingga, sesuatu yang tak terduga mengguncang bahtera rumah tangga mereka.. Pagi itu, suami Sarah yang tadi malam pulang begitu larut masih tertidur ketika dering tanda sms masuk di handphone nya berbunyi. Biasanya, jika ingin membaca sms di HP suaminya, Sarah akan meminta izin terlebih dulu. Namun pagi itu Sarah merasa perlu untuk membaca sms tersebut karena suaminya masih tertidur sedangkan mungkin sms tersebut adalah sms yang sangat penting dan mendesak. Maka diraihnya handphone sang suami, dan Sarah pun terkesiap demi melihat isi dari sms tersebut. Bahkan Sarah menjadi semakin terkejut saat membaca nama pengirim sms tersebut. Perempuan lain, dengan bahasa yang amat akrab telah meminta suaminya untuk menemani jalan-jalan ke toko buku. Lebih-lebih perempuan lain itu adalah salah seorang sahabat Sarah yang paling dekat.

Seketika tubuhnya lunglai.. "Teganya kau padaku mas", desisnya kemudian. Sekonyong-konyong hatinya remuk redam. ***** Banyak orang berpikir, ketika menikah dengan orang sholih, maka dia akan bisa menerima pasangan hidupnya dengan apa adanya. Senantiasa bisa memahami, senantiasa bisa mengerti, dan senantiasa bisa mentolerir segala kekurangan dan kealpaan kita. Nyatanya, tidak semudah itu... Kita seorang manusia, pasangan kita pun juga seorang manusia. Dimana suatu saat kondisi keimanan bisa saja turun, sebagaimana ia bisa naik. Saat kondisi keimanan sedang turun itulah, syetan menjadi semakin mudah menghasut hati kita, dan amat rentan terjadi permasalahan dalam rumah tangga. Seperti kisah Sarah di atas, siapa yang mengira bahwa rumah tangga yang tampak harmonis tanpa cela, ternyata harus diguncang oleh sebuah 'perselingkuhan'. Lagi-lagi faktor kedekatan dengan Allah lah yang bisa menjaga biduk rumah tangga agar tetap berlayar meski badai menghadang. Dan tentu faktor komunikasi masih menjadi perhatian utama. Jika berencana ingin memiliki anak banyak, maka kita harus siap dengan segala konsekuensinya. Karena semakin banyak anak yang dimiliki, otomatis semakin banyak perhatian yang harus dicurahkan untuk mendidik dan membesarkan mereka. Seperti kisah Sarah di atas. Ketika anak sudah semakin banyak, suami mengeluh karena merasa tidak diperhatikan. Alih-alih mengkomunikasikan, dia justru mencari perhatian dari 'perempuan' lain. Naudzubillah.. Memang benar, suami memiliki hak untuk diperhatikan istri. Namun seharusnya suami juga memahami kesibukan sang istri dalam mengelola rumah tangga serta mengasuh putra-putri mereka. Atau jika memang diperlukan, tak ada salahnya menggaji seorang khadimat untuk membantu kesibukan istri. Sehingga ketika suami membutuhkan

Page 20: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

istrinya, ada yang membantu menjaga anak-anak atau melakukan tugas lain. Toh sang istri 'lalai' bukannya karena sengaja. Bahkan si istri selalu bangun pagi-pagi sekali. Ketika suami dan anak-anaknya masih lelap tertidur. Dia selesaikan semua pekerjaan rumah tangga satu demi satu tanpa mengeluh. Jadi dia 'lalai' bukannya karena malas atau enggan melayani suaminya. Dan faktor lain yang tak kalah penting adalah, bagaimana para istri berusaha untuk tetap menjadi yang tercantik di hati pasangannya. Penampilan, tutur kata, kecekatan dalam menyelesaikan kewajiban-kewajiban kita. Itu semua akan menjadi nilai plus yang akan melengkapi keshalihan kita di matanya. Selelah apapun, sesibuk bagaimanapun seorang istri harus memiliki waktu khusus untuk suaminya. Khususnya ketika suami pulang dari kantor, atau saat pulang dari bepergian jauh. Menyiapkan secangkir teh hangat, pisang goreng hangat, ataupun menawarkan pijitan? Kenapa tidak? Semua itu akan menjadi amal shalih yang tak terhingga balasannya di sisi Allah swt. Wallohualam bisshowab.

Page 21: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

IKHLAS ITU KINI DAN NANTI Seorang suami tiba-tiba bercerita kepada temannya bahwa dia sebetulnya tidak mencintai istrinya... WHAT? Betapa terkejutnya si teman, mengingat laki-laki yang berdiri di hadapannya tersebut kini telah memiliki empat anak, dan dia mengaku tidak mencintai istrinya... "Istriku ternyata tidak cantik", keluhnya kemudian. Sungguh jika tidak ingat bahwa laki-laki yang sedang curhat itu adalah teman lamanya, ingin rasanya dia menonjok si laki-laki hingga terbanting. Bagaimana bisa seorang suami tidak mencintai istri yang telah memberinya empat orang anak. Dan hanya karena merasa istrinya tidak cantik... "Dulu, saat ta'aruf dengan istriku. Aku memilih untuk tidak melihat wajahnya. Untuk menjaga keikhlasan, bahwa aku berniat menikahinya bukan karena faktor kecantikannya. Aku baru tahu wajah istriku saat bertemu di pelaminan, dan betapa terkejutnya aku, karena dia sama sekali tidak cantik...", keluhnya panjang lebar... Mendengar cerita laki-laki tersebut, si teman mendengus kesal. Alangkah bodohnya laki-laki ini, benar-benar bodoh... Apa tadi katanya? Dia sengaja tidak melihat wajah calon istrinya untuk menjaga keikhlasan. Memangnya ada tuntunan agama yang menyuruh demikian? Yang ada justru kita disuruh untuk melihat dengan seksama calon pendamping hidup kita, dan itu sangat diperbolehkan... Sekarang, setelah bertahun-tahun menikah dia mengeluhkan sesuatu yang seharusnya sudah dia pertimbangkan sejak sebelum menikah dulu. Alasannya menjaga keikhlasan tadi jadi tidak relevan mengingat sekarang dia telah menjalani tahun-tahun pernikahannya dengan tidak ikhlas, tidak menerima istrinya dengan apa adanya...

Padahal menurut si teman, istri laki-laki tersebut manis dan baik hati, tidak ada yang salah dengan dirinya... Memaknai Keikhlasan Sesungguhnya dasar amalan kita diterima oleh Allah SWT adalah keikhlasan. Dengan keikhlasan segala sesuatu yang kita jalani akan menjadi menyenangkan. Seorang suami yang ikhlas akan bisa menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya, begitupun sebaliknya... Ketika kita ikhlas dengan jodoh yang telah Allah berikan pada kita, maka Allah akan ridha dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita. Kemudahan saat kita berinteraksi dalam kehidupan rumah tangga. Karena energi keikhlasan lah, kehidupan kita menjadi tenang. Kita yakin bahwa Allah melindungi kita dan menjaga kehidupan rumah tangga kita... Ikhlas atau tidaknya kita dalam menerima apa yang telah Allah berikan kepada kita, maka yang tahu hanyalah kita dan Allah SWT, termasuk dalam urusan jodoh. Agar kita bisa ikhlas menerima pasangan kita, maka yang pertama kita harus lebih mendekatkan diri kita pada Allah SWT. Kedua, kita juga harus senantiasa memperbaiki serta meluruskan niat kita dengan meniatkan segala yang kita lakukan karena Allah. Sehingga ketika kita melangkah, maka kita yakin bahwa Allah SWT akan selalu membersamai kita. Ketiga, membiasakan diri untuk ikhlas dengan menghilangkan prasangka-prasangka yang timbul terhadap pasangan kita. Sehingga apapun yang ada dalam diri pasangan kita, akan kita terima dengan penuh keikhlasan dan lapang dada... Ketika kita yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik pada kita, meskipun mungkin bagi kita adalah hal-hal yang menyakitkan sekalipun, maka Allah akan memberikan nikmat yang lebih. Dengan menerima apapun yang dimiliki oleh pasangan kita, baik kekurangan maupun kelebihannya, maka semoga akan terbentuk keluarga yang sakinah. Karena sejatinya, kekurangan-kekurangan yang dimiliki pasangan kita merupakan ladang amal bagi kita yang menuntut kesabaran dalam diri kita. Dan mungkin tanpa kita sadari, kekurangan-kekurangan itu adalah anugerah yang luar biasa dari Allah SWT dengan memberikan kesempatan kepada kita untuk saling memperbaiki kekurangan masing-masing. Sedangkan kelebihan-kelebihan yang ada dalam diri pasangan kita, maka itu adalah nikmat dari Allah yang wajib kita syukuri...

Page 22: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

MEREDAKAN CEMBURU Dulu sekali, saat saya masih gadis. Saya ingat pernah berdoa kepada Allah, agar kelak saya diberikan jodoh seorang lelaki yang tidak tampan, juga tidak kaya, cukup yang sholih saja. Ini karena, saya adalah orang yang sangat pencemburu. Jika suami saya setampan Nabi Yusuf atau sekaya Nabi Sulaiman, pasti akan banyak sekali kaum hawa yang tertarik padanya. Dan pasti akan sangat melelahkan jika saya menjadi istri dari seseorang yang populer seperti ini. Sementara saya adalah orang yang sangat biasa, sangat biasa dari segi segalanya. Dan, ternyata doa saya sama sekali tidak dikabulkan oleh Allah. Setidaknya, itulah penilaian saya. Rasa cemburu itu, terbit begitu saja seiring dengan tumbuhnya rasa cinta setelah menikah. Apalagi suami saya adalah tipe seseorang yang pandai sekali bergaul. Sehingga selalu ada kecemasan ketika suami saya terlihat akrab dengan rekan-rekan satu kantornya, rekan-rekan satu organisasi, dan bahkan barangkali cuma saya satu-satunya perempuan di dunia ini yang merasa cemburu ketika suami saya membaca ayat-ayat Al Quran tentang bidadari-bidadari surga yang dijanjikan. Iiih.. segitunya ya.. Dan kalau sudah terjangkit rasa cemburu, biasanya saya akan jadi bad mood dan bad temper, sehingga mengerjakan segala sesuatu menjadi tidak efektif dan sangat tidak nyaman.. Akhirnya saya pun tersadar, bahwa memiliki kadar kecemburuan yang berlebihan itu ternyata sangat merugikan.. Hingga akhirnya saya merenung, dan berdoa kepada Allah. Bagaimana cara meminimalisir perasaan seperti ini.. Berusaha Menjadi Yang Tercantik di Hatinya Ketika sedang terjangkit rasa cemburu, terkadang kita menjadi tidak percaya diri. Merasa diri tidak cantik, tidak menarik, dan tidak memiliki kelebihan apa-apa. Jika Anda mengalami gejala penurunan rasa percaya diri seperti ini, segeralah ambil air wudhlu dan berhiaslah..

Karena kecantikan itu terpancar akan dua hal, kecantikan lahiriah dan kecantikan batiniah. Kecantikan lahiriah akan terpancar jika kita selalu berhias. Sedangkan kecantikan batiniah adalah akhlak kita, dan seseorang yang rajin beribadah dan berzikir akan memancarkan aura yang berbeda dari orang yang tidak melakukannya. Tidak apa-apa tidak merasa cantik, yang penting jangan bosan untuk berusaha tampil cantik di depan suami. Jika suami kita baru pulang dari bepergian atau bahkan pulang kerja, kenakanlah pakaian yang bagus untuk menyambutnya. Berhiaslah, dan ciptakan suasana rumah yang nyaman agar dia bisa beristirahat dari penat. Dalam buku Divisi Wanita Ikhwanul Muslimin saya pernah membaca kisah istri seorang syaikh yang memiliki keutamaan luar biasa dalam hal melayani dan menyenangkan hati suaminya. Perempuan mulia ini selalu mengenakan pakaian-pakaian yang bagus ketika di dalam rumah. Bahkan dia bisa berganti pakaian berkali-kali ketika suaminya sedang berada di rumah. Dia pun berhias sedemikian rupa, sehingga selalu terlihat cantik dan harum. Padahal jika sang syaikh tidak sedang berada di dalam rumah, maka perempuan ini tidak akan 'menyentuh' air kecuali di saat-saat akan sholat. Begitupun dengan pelayanannya kepada sang suami. Seorang syaikh dengan jam terbang dakwah yang sangat tinggi, setiap hari harus bergelut menyelesaikan masalah-masalah keumatan. Perempuan ini tidak mengeluh ketika sering ditinggal oleh suaminya untuk berdakwah, bahkan dialah yang selalu menyiapkan perbekalan lengkap suaminya ketika hendak pergi ke luar kota atau ke luar negeri. Padahal seringkali rencana kepergian itu begitu mendadak. Hingga pernah suatu malam dia sama sekali tidak beristirahat karena harus menyiapkan perbekalan suaminya yang mendadak harus pergi ke luar negeri saat itu juga. Tak heran jika di usia mereka yang menginjak 60 tahun, sepasang suami istri ini masih terlihat mesra layaknya pengantin baru. Bertawakkal Kepada Allah Jika kita sudah berusaha dengan sungguh-sungguh agar selalu bisa menjadi yang tercantik di hatinya. Maka the last but not least adalah doa kepada Allah Yang Maha Kuasa, agar selalu menjaga suami kita

Page 23: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

kapanpun dimanapun, khususnya saat ia tidak sedang berada di dalam rumah. Allah lah Yang Maha Membolak-balikkan hati, dan Allah lah yang Maha Memberikan penjagaan yang sempurna. Saat kita sudah berusaha menjadi istri yang baik dan tak pernah berhenti untuk berusaha menjadi yang lebih baik lagi. Maka kita jangan pernah lupa berdoa kepada Allah untuk menjaga keharmonisan rumah tangga kita. Agar makin bertambah keberkahan dan makin sakinah. Karena sesungguhnya hanya Allah lah yang berkuasa mengikat hati. Lebih-lebih jika urusan pekerjaan membuat suami kita lebih jarang di rumah. Maka mendoakan suami menjadi lebih utama lagi. Komunikasi suami istri yang terjaga, akhlak yang terjaga, rasa saling percaya, serta perlindungan Allah lah yang akan mengekalkan bahtera rumah tangga kita. Dan kita berdoa, mudah-mudahan pasangan kita akan selalu menjadi pasangan kita baik di dunia maupun di akhirat nanti. Aamiin..

Page 24: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

SUAMI ISTRI TAWAZUN Sebut saja namanya Ali. Seorang pegiat dakwah yang sangat bersemangat. Hari-harinya disibukkan dengan aktivitasnya mengisi pengajian hingga larut malam, juga dengan rapat-rapat organisasi dakwah yang dipimpinnya. Bahkan hari sabtu dan minggu pun sering dia habiskan untuk kegiatan dakwah.. Lain lagi dengan Umar. Seorang pekerja di sebuah yayasan sosial. Hari-harinya disibukkan dengan rutinitas pekerjaan kantor yang tak henti. Bahkan seringkali dia harus lembur karena pekerjaan kantornya yang kerap overload. Terkadang di hari libur pun dia tetap harus bekerja karena satu dan lain hal.. Adapun Aisyah. Dia memilih mengabdikan dirinya menjadi seorang guru di sebuah sekolah islam terpadu yang letaknya sangat jauh dari rumahnya. Berangkat pagi pulang petang, seharian mengajar dan menghadapi puluhan murid di kelas dengan aneka macam karakternya. Belum lagi harus membuat bahan ajar, membuat dan mengoreksi soal ujian, dan lain sebagainya, yang terkadang juga harus dikerjakan di rumah hingga larut malam. Di hari minggu pun terkadang ada acara outbond, family gathering dan seterusnya, yang mengharuskan Aisyah untuk datang.. Berbeda dengan Aisyah. Fatimah adalah seorang ibu rumah tangga yang sekaligus membuka toko kecil-kecilan di rumahnya. Setiap hari Fatimah harus bangun pagi-pagi untuk mengerjakan segala aktivitas rumah tangga. Mencuci baju, mencuci piring, menyapu, mengepel, memasak, dst. Sebelum anak-anaknya terbangun, Fatimah harus menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dan ketika anak-anaknya yang masih kecil-kecil sudah bangun dari tidurnya, maka kesibukan untuk memandikan, menyuapi, menyusui, mengajak bermain dst pun dimulai.. Tak terbayang, betapa waktu 24 jam dalam sehari rasanya masih kurang bagi mereka untuk memenej segudang aktivitasnya.. Nah pembaca, apakah kita salah satu dari mereka? Kalau jawabannya 'ya', ada baiknya kita hentikan aktivitas sejenak untuk merenung.. Dengan aktivitas yang demikian padatnya, apakah hak-hak keluarga kita, khususnya pasangan dan anak-anak kita, telah semua kita tunaikan?

Ataukah, ada hak-hak mereka yang telah kita langgar hanya karena mereka telah memberikan pengertian dan pemaafannya.. Adakah yang Salah? Sebetulnya tidak ada yang salah dengan apa yang dilakukan oleh Ali, Umar, Aisyah, dan Fatimah. Bahkan aktivitas mereka yang demikian itu akan diganjar pahala yang sebanyak-banyaknya oleh Alloh SWT. Totalitas dakwah yang dilakukan Ali sangat senada dengan apa yang dicontohkan oleh Rasululloh SAW. Demikian juga dengan Umar, bekerja juga merupakan sarana ibadah kepada Alloh SWT. Aisyah pun akan mendapatkan pahala jariyah dari 'sedekahnya' mengajar puluhan anak didiknya. Demikian pun Fatimah, pahala seorang istri dan ibu yang mengelola rumah tangganya sama dengan pahala seorang mujahid yang berperang di jalan Alloh.. Namun kalau kita mau jujur, seringkah kita setelah seharian bekerja di luar rumah, kemudian sesampainya di rumah tinggal lelah dan tertidur. Belum puas pasangan kita mengajak mengobrol, anak-anak mengajak bermain, tahu-tahu kita sudah tertidur dengan pulasnya. Atau adakah yang demikian? Berangkat bekerja ketika anak-anak belum bangun dan pulang ke rumah ketika anak-anak telah tertidur. Jujur, sebetulnya kita pun tidak ingin demikian bukan? Tapi kita tidak ada pilihan lain. Karena berdakwah adalah kewajiban setiap individu, bekerja mencari nafkah pun kita lakukan demi keluarga, perempuan pun boleh saja memiliki karir.. Lantas bagaimana ya? Apa yang harus kita lakukan? Tawazun Adalah Kuncinya Alhamdulillah karena Alloh SWT telah mengutus Rasululloh SAW untuk menjadi teladan yang baik bagi umat Islam. Siapa lagi teladan hidup yang paling baik, kalau bukan Rasululloh SAW. Termasuk untuk perkara rumah tangga sekali pun, Rasululloh SAW lah sebaik-baik suami, sebaik-sebaik ayah, dan sebaik-baik kepala rumah tangga yang patut kita tiru. Dan sejak dulu Rasululloh SAW telah mengajarkan untuk tawazun (seimbang) dalam segala urusan.

Page 25: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

Kita ingat bahwa sebelum berangkat berperang, beliau siapkan kebutuhan pangan yang cukup untuk keluarganya.. Kita juga ingat bahwa beliaulah yang selalu mengajak serta istri-istrinya secara bergiliran ketika bepergian.. Kita pun ingat bahwa Rasululloh SAW menyempatkan untuk bermain dan menjadi kuda tunggangan bagi Hasan dan Husain.. Padahal beliau seorang Rasul, seorang khalifah. Kita tahu betapa padatnya agenda kerja beliau, namun beliau selalu bisa menjadikan sedikit pertemuan dengan istri dan anak-anaknya menjadi pertemuan yang berkualitas.. Jika keadaan memang memaksa kita untuk lebih sering di luar rumah dan membuat waktu untuk berkumpul dengan keluarga menjadi semakin sedikit. Bukankah kita bisa saling menelepon, saling berkirim SMS, e-mail, facebook dst. Adakalanya jika memang harus pulang larut. Luangkanlah waktu untuk sekedar mengobrol dengan pasangan sebentar saja sebelum tidur, anggap saja sebagai hadiah karena telah seharian menunggu kita pulang ke rumah. Jika memang harus berangkat pagi-pagi, maka sempatkanlah untuk berduaan sebentar saja dengan pasangan. Mungkin dengan tilawah bersama setelah sholat shubuh atau yang lainnya. Jika kita seorang wanita karir, maka hal pertama yang harus diingat adalah bahwa kewajiban utama seorang istri adalah mengelola rumah tangganya. Maka kita harus pastikan bahwa pekerjaan kita tidak akan membuat kita lupa akan tanggung jawab utama kita. Jika pada perusahaan saja kita dituntut untuk bekerja profesional, apalagi terhadap keluarga, tentu harus kita berikan yang terbaik. Selelah apapun, suami dan anak-anak tidak boleh kehilangan hak-haknya atas kita. Jika memang dibutuhkan, tidak ada salahnya menggaji seorang pembantu. Begitupun jika kita seorang ibu rumah tangga. Tentu melelahkan sejak pagi hingga malam berkutat pada aktivitas kerumahtanggaan. Apalagi jika memiliki anak yang masih kecil-kecil dan sangat aktif. Pasangan tentu akan sangat memahami jika anda lelah, bahkan akan selalu mensupport anda setiap hari. Sekali lagi, jika memang dibutuhkan tidak

ada salahnya menggaji seorang pembantu. Agar ibu bisa selalu fit serta terhindar dari stress. Terakhir, agendakanlah selalu rekreasi untuk keluarga. Jalan-jalan, berkebun, berenang, apapun, untuk merecharge ruhiyah keluarga kita. Agar keluarga kita selalu bersemangat dan tidak jenuh menjalani hari-harinya... Wallohualam bisshowab

Page 26: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

MENGHAPUS LUKA LAMA

Perempuan paruh baya itu kini terlihat lebih banyak melamun. Badannya yang kurus kini jadi makin tak terurus lantaran tak lagi berselera untuk sekedar makan sesuap nasi. Raut mukanya sering terlihat murung dengan gurat kesedihan yang tergambar jelas di wajahnya. Saya memahami betapa pedihnya luka hati yang dialami oleh perempuan malang ini. Betapa tidak, laki-laki yang paling dicintainya di dunia ini ternyata begitu tega menggoreskan luka yang dalam padanya. Justru setelah perempuan ini mau memaafkan dan mengikhlaskan kesalahan laki-laki tersebut di masa lalu.. Semua bermula dari pertengkaran si perempuan dengan laki-laki yang telah genap 12 tahun menjadi suaminya tersebut. Lantaran sang suami tak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari rumah tangga mereka, maka si istri merasa tak ada pilihan lain selain berhutang pada seorang rentenir. Dan ketika hutang berbunga tinggi itu mencekik perekonomian rumah tangga mereka, tak ada lagi kedamaian dalam rumah tersebut. Hampir setiap hari pasangan suami istri tersebut bertengkar, hingga akhirnya sang suami muntab dan memerintah si istri untuk mencari pekerjaan yang 'jauh' guna melunasi hutang mereka. Akhirnya pergilah sang istri merantau ke Malaysia untuk bekerja menjadi seorang helper. Alhamdulillah di negeri jiran tersebut sang istri mendapatkan seorang majikan yang baik hati dan kaya. Tiga tahun lamanya ia merantau di negeri tersebut, dan setelah tabungannya dirasa cukup, ia pun bertolak menuju tanah air. Namun ia sungguh kecewa, ketika sampai di bandara tak mendapati suaminya turut menjemput bersama keluarga yang lain. Dan hatinya kian terluka, ketika tahu suaminya telah kawin lagi dan telah menceraikannya tepat setahun setelah ia berangkat ke Malaysia. Perempuan ini berusaha tetap terlihat tegar meski kenyataan pahit baru saja didapatinya. Untuk menghilangkan kesedihannya ia habiskan hari-hari dengan kembali bekerja. Dan ia berusaha melupakan kenangan buruk tersebut.

Enam bulan kemudian saya mendapatinya sedang melamun dengan raut wajah yang terlihat begitu bimbang. Rupanya satu bulan terakhir ini mantan suaminya terus berusaha untuk 'mendekatinya' lagi. Awalnya perempuan ini telah memutuskan dengan tegas bahwa dia tidak akan pernah bersedia rujuk dengan mantan suaminya tersebut. Namun entah apa yang terjadi hingga ia akhirnya mau membuka hatinya kembali untuk laki-laki tersebut. Ia mau memaafkan dan mengikhlaskan kesalahannya, serta memberikan laki-laki tersebut kesempatan kedua. Hari-hari berikutnya, saya selalu mendapati wajahnya berbinar ceria layaknya pasangan muda yang baru saja berumah tangga. Perempuan tersebut jadi terlihat makin segar dan menarik. Kepada saya, dia selalu bercerita tentang suaminya layaknya orang yang sedang jatuh cinta. Namun ternyata, kebahagiaan perempuan ini hanya terjadi sekejap saja. Luka hati yang baru saja sembuh kini terbuka lagi, dan bahkan jauh lebih dalam menghujam ke ulu hatinya. Laki-laki yang tidak tahu diri tersebut lagi-lagi mengkhianati istrinya, dan bahkan membawa kabur harta benda istrinya. Habis sudah tabungan si istri hasil kerja kerasnya merantau ke negeri jiran. Rupanya laki-laki itu ingin kembali rujuk hanya karena ingin menguasai harta benda istrinya. Dan kini tinggallah perempuan malang itu sendiri, bersimbah luka yang begitu dalam. Namun, benar adanya bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan yang tidak sanggup dipikul oleh hamba-Nya. Benar adanya bahwa sesudah kesulitan pasti akan ada kemudahan. Dan benar adanya bahwa Allah akan senantiasa bersama hamba-hamba-Nya yang sabar. Itulah yang diyakini oleh perempuan tersebut, dan subhanallah simaklah bagaimana ia mencoba untuk bangkit dari kemalangan yang dideritanya... Di setiap sepertiga malam hampir tak pernah dilewatkan-Nya untuk bermunajah kepada Allah. Dia mengadu kepada Allah, dia tumpahkan segala beban pikiran dan hatinya kepada Allah. Dia memohon agar diberi kekuatan untuk menghadapi cobaan yang berat ini. Dia memohon agar diberi petunjuk dan jalan keluar. Dia berpasrah dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah, dia sandarkan dirinya kepada Allah yang Maha Kuasa. Dengan begitu ia merasa tenang dan damai.

Page 27: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

Jika di malam hari ia habiskan untuk bertaqorrub kepada Allah, maka di siang hari ia terus bekerja, bekerja, dan bekerja. Tak lagi ia habiskan waktu dengan melamun dan meratapi diri. Ia adalah seorang pekerja yang giat. Seorang helper yang 'tak bisa diam', rajin dan loyal sekali kepada majikannya. Tak pernah merepotkan majikan dan selalu berusaha tak pernah mengecewakan majikannya. Jika sedang beristirahat sejenak dari pekerjaannya, dia habiskan waktu dengan membaca majalah-majalah bermuatan islam. Dia fokuskan perhatiannya saat ini untuk menghidupi anak semata wayangnya yang telah menginjak dewasa. Alhamdulillah dia memiliki anak laki-laki yang pintar dan pengertian terhadap masalah yang dihadapi ibunya. Anak laki-laki itulah yang kini menjadi tumpuan harapannya dalam hidup ini. Syukur alhamdulillah, perempuan ini juga memiliki keluarga besar yang senantiasa mensupportnya. Dalam lingkaran keluarga yang hangat dan harmonis perlahan-lahan ia mulai melupakan penderitaannya. Setidaknya ia masih memiliki seorang emak yang selalu menyayanginya lebih dari siapapun di dunia ini. Juga saudara-saudara kandung yang begitu peduli terhadapnya. Begitulah, perlahan namun pasti ia mencoba untuk bangkit dari keterpurukannya. Ia meyakini bahwa apa yang sedang dialaminya saat ini adalah cobaan dari Allah untuk mengangkatnya dalam derajat yang lebih mulia. Ia juga meyakini bahwa kesabaran dan keikhlasannya saat ini akan diganti oleh Allah dengan sesuatu yang lebih baik. Insya Allah.

Page 28: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

YA ALLAH, JODOHKAN DIA DENGANKU "Pokoknya aku cuma mau sama dia. Titik!", seru seorang teman di akhir curhatnya. Lho... lho..., saya cuma terbengong-bengong mendengar 'statement' terakhir teman saya tersebut yang terdengar sedikit 'maksa'. Padahal di sela-sela curhatnya yang panjang kali lebar dan kali tinggi tersebut, saya sudah berusaha menimpalinya dengan nasehat-nasehat yang barangkali bermanfaat. Ffiuhh..., namun akhirnya saya sadar bahwa yang tengah diperlukan sahabat saya ini hanyalah kesabaran saya untuk mendengarkan segala kegundahan hatinya. Bukannya sebuah solusi untuk mengatasi permasalahannya tersebut. Jadi ingat dengan sebuah do'a 'maksa' yang pernah saya baca dari sebuah novel. "Ya Allah, jika dia jodohku maka dekatkanlah. Jika dia bukan jodohku, maka jodohkanlah. Jika dia benar-benar bukan jodohku, maka jangan beri dia jodoh!" Iiih... jahat banget ya... Padahal jodoh kan tidak bisa dipilih. Hidup, mati dan jodoh telah ditentukan oleh Allah bahkan sejak kita belum dilahirkan di dunia ini. Semua telah tertulis di lauhul mahfudz. Penanya telah diangkat, dan tintanya telah kering... Aaah... tapi memang susah menyadarkan hati yang telah dibutakan oleh cinta. Jadi barangkali saat ini, saya cuma bisa mendoakan sahabat saya tersebut agar diberikan jalan keluar yang terbaik oleh Allah. "Ya udah sist, banyak-banyak bermunajah aja pada Allah. Kalau memang dia jodohmu, semoga diberi kemudahan...", pungkas saya padanya. Padahal sebelumnya, saya telah banyak menceritakan padanya beragam kisah inspiratif dari teman-teman saat menanti atau bahkan menjemput jodohnya. Namun, lagi-lagi yang terlontar dari bibirnya adalah ungkapan kekaguman pada pujaan hatinya tersebut... "Dia laki-laki paling sempurna yang pernah kukenal. Dan aku nggak rela melepasnya begitu aja...".

"Lho, memangnya kalian udah pada tahap apa? Sudah siap bagi undangan kah?", tanya saya. "Boro-boro mbak. Baru juga ta'aruf, tapi si ikhwan udah nggak minat melanjutkan..." "Oalah... sist..., gitu aja diambil hati. Jangan kolokan gitu ah. Nanti insyaAllah ada yang mau ta'aruf lagi..." Hmfh... cinta-cinta... Betapa banyaknya cerita tentangmu... Dan kau yang sedang dimabuk cinta, seandainya saja kau mau sedikit membuka hatimu untuk mendengarkan nasehatku. Mungkin penderitaanmu akan segera sirna. Bukankah telah kukatakan, bahwa tak ada gunanya mengharapkan laki-laki yang telah melupakanmu dan bahkan telah berpaling pada hati yang lain... Bukankah telah kukatakan padamu, bahwa semakin cepat kau melupakan laki-laki tersebut maka akan semakin cepat pula Allah memberikan ganti seorang laki-laki yang lebih baik untukmu... Daripada menghabiskan waktu untuk memikirkan laki-laki itu, lebih baik kau habiskan waktumu untuk berburu kebaikan... Ya, berburu kebaikan! Jika ingin tahu tentang rahasia dikabulkannya do'a Nabi Zakaria saat memohon keturunan kepada Allah. Padahal dirinya telah berusia lanjut, sedang istrinya adalah seorang yang mandul. Salah satu rahasianya adalah berburu kebaikan tersebut. Jika tabungan kita di bank telah bertumpuk. Maka saat mengambil uang di ATM tentu akan keluar sejumlah yang kita inginkan. Begitupun jika tabungan kebaikan kita banyak, maka saat berdo'a kepada Allah tentu akan lebih mudah terkabul. Sebab saldo kebaikan kita telah cukup. Berburu kebaikan yang sempurna. Tak hanya mengerjakan amal baik, tetapi mempersembahkan amalan yang terbaik lillahita'ala. Tak lagi menunda-nunda berbuat baik, tetapi bersegera menjadi orang pertama yang berbuat baik. Itulah berburu kebaikan yang sempurna...

Page 29: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

Tak pernah berhenti bermunajah kepada Allah. Laksana Umar bin Khattab yang bagaikan singa di siang hari namun seperti rahib di malam hari. Siang bertebaran di muka bumi, mencari karunia Allah. Malam hari, tenggelam dalam munajah kepada Allah... Lalu ikhtiar dan munajah yang sungguh-sungguh itu disempurnakan dengan tawakkal yang sebenar-benarnya kepada Allah. Yakin, bahwa rizqi baik jodoh maupun anak itu semuanya Allah Yang Maha Kuasa memberikannya. Kita manusia hanya boleh berikhtiar saja... Ah teman, kuingin kau memanjatkan do'a ini dengan sungguh-sungguh dari lubuk hatimu yang paling dalam... "Ya Allah, jika memang dia baik untukku juga baik untuk agamuku, maka dekatkanlah, mudahkanlah ia menjadi pendamping hidupku. Namun, jika ia tidak baik untukku juga tidak baik untuk agamaku, jauhkanlah, palingkanlah ia dariku, dan berikanlah aku pengganti yang lebih baik. Aamiin..." Dan aku hanya bisa mendoakanmu sister, agar Allah segera mempertemukanmu dengan lelaki terbaik pilihan-Nya tersebut... Beberapa bulan setelah pertemuan kami. Di suatu malam hp saya berdering. Rupanya sebuah pesan singkat datang dari sahabat saya tersebut... Sebuah puisi tentang curahan hatinya saat ini... "Jika namamu yang tertulis di lauhul mahfudz untuk diriku, niscaya rasa cinta itu akan Allah tanamkan dalam diri kita... Tugasku bukanlah mencari dirimu, akan tetapi mensholihahkan diriku, wahai seseorang yang telah tertulis di lauhul mahfudz... Engkau yang membersamai perjalananku nanti, aku percaya engkau sedang memperbaiki dirimu, memantaskan dirimu untuk menjadi imamku..." Subhanallah, semoga Allah memudahkan ya sist. Semoga Allah segera mempertemukanmu dengan orang yang tepat, di saat yang tepat. Dan jika hari itu tiba sist, aku tak akan melewatkan moment penting tersebut. Aku akan datang untuk memanjatkan do'a barakah bagi kalian berdua...

Page 30: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

MERAWAT ANAK 'ISTIMEWA' Saya tergugah untuk membuat tulisan ini setelah membaca sebuah buku hadiah dari suami saya yang berjudul A Mother Like Alex. Sebuah buku yang sangat menyentuh, menceritakan tentang kegigihan seorang perempuan tangguh merawat kesembilan anak angkatnya yang 'istimewa'. Tujuh diantaranya mengalami down's syndrome, sedangkan yang lain mengalami autis dan penyakit berat lainnya. Membaca buku ini, membuat saya paham bahwa orang-orang yang mengidap down's syndrome adalah juga manusia biasa. Sebagian mungkin berwajah lugu, berleher pendek gemuk, atau berkaki lebih pendek ketimbang kita semua, sebagian hanya bisa bicara meracau dan selamanya harus mengenakan pampers. Tetapi mereka mampu menjalin ikatan dari hati ke hati, yang merupakan ciri kemanusiaan. Mereka tetaplah manusia, yang karena jumlah kromosomnya berlebih menjadi berdampak pada perkembangan fisik dan mental mereka. Membaca buku ini membuat saya menyayangkan begitu banyaknya penyikapan yang keliru terhadap mereka. Mungkin kita sama-sama pernah mendengar seorang bayi down's syndrome yang dibuang ke tempat sampah karena orangtuanya tak menginginkannya. Atau anggapan masyarakat bahwa anak yang lahir dengan cacat mental dikaitkan dengan faktor keturunan karena orang tuanya dulu berkelakuan tidak baik dan saat lahir anaknya baru kena getahnya. Dalam sebuah keluarga, kelahiran bayi yang mengidap down's syndrome mengubah segala sesuatu, membuat orangtua menanggung beban yang berat, terutama sang ibu. Selain trauma secara emosional, muncul berbagai masalah praktis yang menyita waktu. Juga bagaimana menghadapi lingkungan terdekat mereka, seperti keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Di luar sana, masih banyak masyarakat yang tidak mengerti apa itu down's syndrome dan cenderung tidak menerima dengan baik anak-anak dengan down's syndrome. Kebanyakan reaksi orang-orang dalam menghadapi para pengidap down's syndrome adalah kengerian, keterkejutan, kebingungan, ketakutan, jijik, dan asing. Padahal mereka tak lain hanyalah manusia biasa, sama seperti kita.

Beberapa orangtua yang tak siap memiliki anak dengan down's syndrome pun melakukan penolakan dengan cara membuang bayinya atau menitipkannya ke panti asuhan. Namun tak sedikit juga orangtua yang begitu gigih dan telaten mendidik dan merawat anaknya yang mengalami down's syndrome. Hingga si anak bisa menjadi lebih mandiri dan berprestasi. Memiliki anak yang mengalami down's syndrome memang harus sabar dan tabah. Selain itu juga membutuhkan dana yang besar untuk terapi yang mereka butuhkan. Namun orangtua yang memiliki anak down's syndrome tak perlu putus asa. Karena bukan berarti anak-anak yang mengalami down's syndrome tidak bisa berprestasi. Stephanie Handoyo misalnya, seorang remaja berusia 18 tahun penderita down's syndrome yang menjadi juara renang di kelasnya. Selain berprestasi sebagai perenang muda, Stephanie juga dikukuhkan MURI sebagai pemain piano yang mampu membawakan 23 lagu berturut-turut dalam sebuah acara musik di Semarang Jawa Tengah. Atau seperti Michael Rosihan Yacub, pegolf muda berusia 20 tahun. Pada 2009 lalu ia meraih rekor MURI sebagai satu-satunya golfer penderita down's syndrome di Asia. Dalam turnamen 18 hole yang diadakan MURI, Michael bertanding melawan para pegolf normal lainnya. Dan dengan IQ hanya 35, Michael mampu mendalami olahraga golf yang dikenal sebagai olahraga yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Atau seperti Ratu Anisah seorang penderita down's syndrome yang pada umur 8 tahun (bulan Februari 2004) berhasil menjadi juara dunia melukis di Itali. Subhanallah, dengan keterbatasan yang demikian mereka mampu mengukir prestasi yang membanggakan itu. Yang harus kita pahami, meski anak-anak down's syndrome memiliki keterbatasan mereka tetap mampu berprestasi. Anak-anak down's syndrome juga memiliki potensi atau bakat yang relatif sama dengan anak normal lainnya. Dengan intervensi dini dan melatihnya secara telaten anak dapat diajarkan berbagai hal seperti menari, bermain piano atau alat musik lainnya, melukis, bermain sandiwara, kerajinan tangan dsb.

Page 31: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

Cara penanganan yang tepat kepada anak penderita down's syndrome menjadi kunci sukses membesarkan mereka, selain tentu saja cinta kasih tanpa syarat dari orang-orang di sekitarnya. Terutama orang-orang terdekat yakni orangtua dan sanak keluarga. Dengan mendidik, menyayangi, dan memberi perhatian kepada mereka yang ber IQ rendah, tata krama dan pergaulan dengan orang lain bisa diajarkan. Sehingga mereka bisa hidup secara normal sebagaimana anak-anak lainnya. Kesalahan terbesar yang biasa dilakukan oleh orangtua yang memiliki anak down's syndrome adalah mengabaikan dan menyembunyikan mereka dari dunia. padahal anak-anak spesial itu jika sedari masa kanak-kanak telah mendapat pendidikan dan pelatihan khusus mereka dapat tumbuh layaknya anak-anak lain. Akhirnya, sebagai penutup saya ingin memberikan penghargaan kepada orangtua khususnya para ibu yang gigih, yang telah berjuang dengan sekuat tenaga untuk tetap mendidik dan merawat putra-putrinya yang mengalami down's syndrome, autis, atau cacat berat yang lain. Sekaligus ingin memberikan semangat bagi para orangtua yang 'dititipi' Allah anak istimewa semacam ini, untuk tetap sabar, tabah, dan tidak putus asa dalam merawat anak-anak mereka. Wallahualam bisshowab.

Page 32: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

TETANGGAKU KELUARGAKU Alhamdulillah, Allah memberikan kami rizki sebuah rumah yang letaknya persis di depan masjid perumahan tempat kami tinggal. Dan subhanallah, salah satu yang membuat kami kerasan tinggal di rumah ini (selain karena dekat dengan masjid tentunya) adalah tetangga kami yang begitu baik akhlaknya, hatinya, dan begitu perhatian kepada kami bahkan kepada seluruh warga perumahan ini. Beliau memang dikenal senior di perumahan ini. Selain karena sudah puluhan tahun tinggal disini, juga karena selama puluhan tahun beliau juga aktif mengelola pengajian wanita di masjid kami. Adapun suaminya, telah berpulang ke rahmatullah 4 bulan yang lalu. Namun di sini beliau tidak sendiri, ada beberapa anak cucunya yang masih meramaikan rumah beliau tersebut. Saya memanggilnya ibu, dan beliau selalu memanggil saya dengan sebutan nak. Begitulah adanya, saya serasa menemukan sosok seorang 'ibu' pada dirinya. Dan hal itu penting bagi saya, karena sejak kecil saya tak pernah tinggal terpisah dari orangtua. Dan ketika saya memulai perjalanan rumah tangga saya di rumah yang baru, terasa ada kekosongan di hati karena tak biasa hidup sendiri. maka jadilah beliau sebagai pengganti ibu saya, di perumahan ini. Beliau lah yang mengenalkan saya kepada tetangga-tetangga yang lain. Beliau juga yang selalu mengundang saya untuk hadir pada pengajian yang beliau asuh. Beliau juga yang selalu menjemput dan mengingatkan saya jika ada acara arisan atau acara perumahan yang lain. Begitulah, kehadirannya membuat saya betah tinggal di perumahan ini. Karena tidak semua tetangga saya seperti itu, dan bahkan mungkin hanya beliau yang seperti itu. Ada tetangga yang baik, namun ada juga tetangga yang buruk. Saya tak pernah nyaman bercakap-cakap dengannya. Karena hampir selalu dia menyombongkan diri di depan saya. Merasa dirinya lebih baik dan lebih segala-galanya dari orang lain. Pertemuan dengannya tak pernah saya rindukan. Meski demikian, saya tak pernah menghindari pertemuan dengannya karena saya tetap berharap suatu saat dia akan berubah. Saya pun tetap menunaikan hak-haknya sebagai tetangga saya. Saya tetap bertegur sapa dengannya, tetap menjenguknya ketika dia sakit, karena saya

berharap suatu saat dia akan berubah dan menjadi tetangga yang lebih baik bagi kami dan tetangga yang lain tentunya. Ada juga tetangga kami yang biasa-biasa saja. mereka tak pernah mengganggu namun juga tak perhatian kepada tetangga yang lain. Ada dan tidak adanya mereka tak berpengaruh apapun pada lingkungan sekitarnya. Kepada mereka saya tetap berusaha bersikap ramah, namun tak bisa dipungkiri bahwa saya pun tak ada kerinduan untuk kembali berjumpa dengan mereka. Yang saya rasakan, ya biasa-biasa saja. Hidup bertetangga memang gampang-gampang susah. dan menurut Ust. Cahyadi Takariawan hal-hal yang harus kita perhatikan saat memilih sebuah rumah salah satunya adalah memilih lingkungan yang shalihah, dalam hal ini sebisa mungkin pilihlah tetangga yang shalih dan shalihah untuk bertetangga denganmu. Subhanallah nyamannya tinggal di sebuah lingkungan yang shalihah, anak-anak kita pun insya Allah akan tumbuh dalam lingkungan islami yang kondusif. Pertanyaannya? Apakah kita sudah menjadi tetangga yang baik, ataukah kita ini tetangga yang biasa-biasa saja, atau naudzubillah jangan-jangan kita tetangga yang buruk, dimana kehadiran kita adalah ancaman bagi orang lain. Dalam bukunya yang berjudul Pernak Pernik Rumah Tangga Islami, Ust. Cahyadi Takariawan telah mengupas tentang beberapa prinsip bergaul di tengah-tengah masyarakat yang majemuk ini. Yang pertama adalah berbuat baik kepada tetangga. Islam amat memperhatikan urusan ketetanggaan dan senantiasa mengarahkan umatnya agar berbuat baik terhadap tetangga. Rasulullah saw bersabda, dari Ibnu Umar dan Aisyah, ''Jibril selalu berpesan kepadaku agar berbuat baik terhadap tetangga, sehingga aku mengira kalau-kalau mereka akan diberi hak waris'' (HR. Bukhari dan Muslim). Termasuk dalam kategori perbuatan baik terhadap tetangga adalah tidak berbicara atau memanggil dengan berteriak-teriak antar rumah atau dari balik tembok. Pembicaraan semestinya dilakukan dengan santun, baik di rumah maupun di jalan saat bertemu. Yang kedua adalah, tidak ikut campur urusan rumah tangga orang lain. Di antara masalah dalam rumah tangga ada yang bersifat amat pribadi dan setiap anggota keluarga tidak ingin masalah tersebut terdengar orang lain. Setiap kepala keluarga harus mengarahkan diri dan anggota keluarganya agar tidak suka mencari tahu tentang urusan atau

Page 33: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

permasalahan keluarga tetangga. Selain masalah itu dilarang oleh agama, juga bisa mendatangkan permasalahan baru antar tetangga. Yang ketiga adalah, aktif dalam kegiatan masyarakat yang positif. Tidak cukup hanya dengan berbuat baik terhadap tetangga, rumah tangga islami juga harus aktif terlibat dalam kegiatan masyarakat yang positif. Tidak dipungkiri bahwa dalam masyarakat kita yang majemuk ada acara dan kegiatan yang menjurus negatif. Bahkan tak jarang pula masyarakat menggelar acara-acara yang berbau kesyirikan dan kemaksiatan. Mengingat rumah tangga yang islami merupakan teladan bagi masyarakat, maka setiap anggotanya harus bisa membawa diri. Mereka harus bisa mengkondisikan masyarakat sedemikian rupa, sehingga terbentuk suasana dan tatanan yang semakin baik. Apabila masyarakat belum terbiasa menyelenggarakan acara-acara yang positif, maka anggota rumah tangga islamilah yang harus mengawalinya. pemberian motivasi dan keteladanan mutlak dilakukan Adapun yang keempat, adalah berusaha memperbaiki kerusakan masyarakat. apabila ada kebiasaan yang cenderung merusak di tengah masyarakat, menjadi kewajiban anggota rumah tangga islami untuk membimbing mereka agar secara perlahan bisa menjauhi kerusakan. Sedang yang terakhir adalah meninggalkan masyarakat fasid. Masyarakat yang kerusakannya sudah tidak mampu dibendung lagi oleh keluarga muslim yang tinggal di lingkungan itu, pilihan yang paling sederhana dan aman adalah meninggalkan lingkungan masyarakat yang sudah tak mau diperbaiki semacam itu, serta mencari tempat baru yang lebih aman dan lebih baik. Wallohu alam bisshowab.

Page 34: Merajut Sakinah Hani Fatma Yuniar (Penulis Rubrik Sakinah ... · Bahkan kasih sayang Allah akan lebih kita rasakan lewat kemudahan-kemudahan yang Ia ... dianjurkan dalam agama kita".

Merajut Sakinah

Biografi

Hani Fatma Yuniar adalah seorang full timer housewife & mommy.

Sehingga hari-harinya disibukkan dengan ' bermain' bersama kedua buah hatinya, Hana & Hasan. Lulusan Fakultas Ekonomi Unair ini bersuamikan seorang entrepreneur muda yang bernama Yusuf Maulana. Selain itu, perempuan kelahiran 25 Juni 1985 ini juga aktif dalam ormas Salimah yang concern terhadap pemberdayaan perempuan dan pendidikan anak. Hani Fatma Yuniar Perum. Semolowaru Indah 2 Blok M/7 Surabaya 031-60536054 [email protected] www.hanifatmayuniar.wordpress.com