Merajut Asa – Kini dan Masa Depan U - PB...

20
U lang tahun PAPDI ke-54 yang jatuh pada 16 November 2011 lalu sangat istimewa. Pasalnya, pada ulang tahun ini pengurus PB PAPDI mendapat “kado” dari sesepuh dan para mantan Ketua Umum PB PAPDI. Para tokoh PAPDI ini meluangkan waktu hadir pada acara sarasehan dan diskusi dalam rangka ulang tahun PAPDI yang diselenggarakan pada 20 November 2011, di Hotel Boroburur. Sarasehan tersebut mengangkat tema “ PAPDI: Merajut Asa - Kini dan Masa Depan”. Pada kesempatan itu, Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP banyak menerima asupan dari para sesepuh. Mereka yang hadir adalah para mantan Ketua Umum PB PAPDI, yaitu Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH, FINASIM, Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD, K-EMD, FINASIM, Prof. DR. Dr. Sjamsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM, FACP dan Prof. Dr. A. Aziz Rani, SpPD, K-GEH, FINASIM. Sedangkan Dr. Achmad Dachlan, SpPD, mantan Ketua Umum PB PAPDI periode 1975 - 1978, dan 1978-1981 berhalangan hadir. Di samping itu, hadir pula mantan pengurus lain yang turut membesarkan PAPDI diantaranya Prof. DR. Dr. Jose Roesma, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof. DR. Dr. Suhardjono, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof. Dr. Herdiman T. Pohan, SpPD, K-PTI, FINASIM, dan Prof. Dr. H.A.M. Akil, SpPD, K-GEH, FINASIM. ”Acara ini menjadi sangat istimewa para sesepuh PAPDI hadir di tengah-tengah kita,” ujar Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K- HOM, FINASIM, FACP saat membuka acara. Dr. Aru mengatakan PAPDI berkembang seperti saat ini tak bisa dipisahkan dari proses perjalanan sebelumnya. Para Ketua Umum PB PAPDI sebelumnya telah meletakan anak tangga untuk mencapai puncaknya. “Begitu pula saya, mele- takkan anak tangga untuk pengurusan selanjutnya,” katanya. “Namun dalam menapaki anak tangga, ada kalanya berhen- ti sejenak untuk merenung dan mengevaluasi apa yang telah dicapai.” Pada sarasehan ini, Dr. Aru mengajak jajaran pengurus “menarik napas” berkontempelasi atas pencapaian – penca- paian selama kepengurusannya. “Telah banyak perubahan yang dilakukan sehingga PAPDI menjadi besar seperti saat ini. Saya kagum dan memberi apresiasi kepada Dr. Aru dan pengurus lain,” ujar Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH, FINASIM yang juga diikuti oleh keempat mantan ketua dan sesepuh lain. (HI) Edisi 20 Maret 2012 4 7 9 10 15 HUT PAPDI Ke-54: Kado Dari Sesepuh Waspadai Raibnya Pendidikan Subspesialis UU Pendidikan Kedokteran: Mesti Bisa Menjawab Tantangan Global Prof. Dr. Nuzirwan Acang, SpPD, K-HOM, FINASIM: Antara Medis, Musik dan Adat Lima C Untuk Membuat Informed Consent Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. lndra Marki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD *Koresponden: Cabang Jakarta Raya, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Manado, Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar, Cabang Bali, Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Nanggroe Aceh Darussalam, Cabang Kalselteng, Cabang Palu, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau, Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua, Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi, Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok, Cabang Bengkulu *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. Anindya Yustikasari *Alamat: PB PAPDI, Gedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B, Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng, Jakarta 10350. Telp. (021) 2300818, Fax. (021) 2300588, 2300755; SMS 085695785909; Email: [email protected]; Website: www.pbpapdi.org HUT Ke-54 PAPDI: Merajut Asa – Kini dan Masa Depan HUT Ke-54 PAPDI: Merajut Asa – Kini dan Masa Depan

Transcript of Merajut Asa – Kini dan Masa Depan U - PB...

Ulang tahun PAPDI ke-54 yang jatuh pada 16 November 2011 lalu sangat istimewa. Pasalnya, pada ulang tahun inipengurus PB PAPDI mendapat “kado” dari sesepuh dan para mantan Ketua Umum PB PAPDI. Para tokoh PAPDI inimeluangkan waktu hadir pada acara sarasehan dan diskusi dalam rangka ulang tahun PAPDI yang diselenggarakanpada 20 November 2011, di Hotel Boroburur.

Sarasehan tersebut mengangkat tema “ PAPDI: Merajut Asa - Kini dan Masa Depan”. Pada kesempatan itu, KetuaUmum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP banyak menerima asupan dari para sesepuh.Mereka yang hadir adalah para mantan Ketua Umum PB PAPDI, yaitu Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH, FINASIM, Prof. Dr.Slamet Suyono, SpPD, K-EMD, FINASIM, Prof. DR. Dr. Sjamsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM, FACP dan Prof. Dr. A. AzizRani, SpPD, K-GEH, FINASIM. Sedangkan Dr. Achmad Dachlan, SpPD, mantan Ketua Umum PB PAPDI periode 1975 - 1978,dan 1978-1981 berhalangan hadir. Di samping itu, hadir pula mantan pengurus lain yang turut membesarkan PAPDIdiantaranya Prof. DR. Dr. Jose Roesma, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof. DR. Dr. Suhardjono, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof. Dr.Herdiman T. Pohan, SpPD, K-PTI, FINASIM, dan Prof. Dr. H.A.M. Akil, SpPD, K-GEH, FINASIM. ”Acara ini menjadi sangatistimewa para sesepuh PAPDI hadir di tengah-tengah kita,” ujar Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP saat membuka acara.

Dr. Aru mengatakan PAPDI berkembang seperti saat ini tak bisa dipisahkan dari proses perjalanan sebelumnya. ParaKetua Umum PB PAPDI sebelumnya telah meletakan anak tangga untuk mencapai puncaknya. “Begitu pula saya, mele-takkan anak tangga untuk pengurusan selanjutnya,” katanya. “Namun dalam menapaki anak tangga, ada kalanya berhen-ti sejenak untuk merenung dan mengevaluasi apa yang telah dicapai.”

Pada sarasehan ini, Dr. Aru mengajak jajaran pengurus “menarik napas” berkontempelasi atas pencapaian – penca-paian selama kepengurusannya. “Telah banyak perubahan yang dilakukan sehingga PAPDI menjadi besar seperti saat ini.Saya kagum dan memberi apresiasi kepada Dr. Aru dan pengurus lain,” ujar Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH,FINASIM yang juga diikuti oleh keempat mantan ketua dan sesepuh lain. (HI)

Edisi 20 Maret 2012

4

7

9

10

15

HUT PAPDI Ke-54: Kado Dari Sesepuh

Waspadai Raibnya Pendidikan Subspesialis

UU Pendidikan Kedokteran: MestiBisa Menjawab Tantangan Global

Prof. Dr. Nuzirwan Acang, SpPD,K-HOM, FINASIM:Antara Medis, Musik dan Adat

Lima C Untuk Membuat Informed Consent

Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. lndra Marki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM; Dr.Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD *Koresponden: Cabang Jakarta Raya, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Manado, Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar, Cabang Bali,Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Nanggroe Aceh Darussalam, Cabang Kalselteng, Cabang Palu, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang KepulauanRiau, Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua, Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi, Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok, Cabang Bengkulu *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. AnindyaYustikasari *Alamat: PB PAPDI, Gedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B, Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng, Jakarta 10350. Telp. (021) 2300818, Fax. (021) 2300588, 2300755; SMS 085695785909; Email: [email protected]; Website: www.pbpapdi.org

HUT Ke-54 PAPDI: Merajut Asa – Kini dan Masa Depan

HUT Ke-54 PAPDI: Merajut Asa – Kini dan Masa Depan

Jumpa lagi dan salam sejahtera para Teman Sejawat yang budiman. Kami dari tim redaksi Halo Internismenyapa kembali para pembaca dengan berita hasil sarasehan dalam rangka HUT PAPDI yang berisiungkapan, uraian, serta nasehat petuah dari mantan Ketua Umum PB PAPDI periode awal hingga

sekarang. Yang mengandung asa ke depan dalam rangka mengembangkan, membesarkan, dan mem-bangun PAPDI, sebagai wadah organisasi profesi yang tidak saja sebagai alat mensejahterakan anggotatetapi juga memperjuangkan aspirasi anggota di arena pelayanan kesehatan di Tanah Air. Serta mem-bantu meningkatkan mutu profesi Penyakit Dalam guna menjawab kebutuhan masyarakat yang makintinggi. Hal ini dinarasikan oleh sejawat Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM.

Selain itu masalah Pendidikan Subspesialisasi menjadi arena pertarungan kepentingan pihak ter-tentu yang menafikan pendidikan Sp 2 cukup oleh Kolegium Ilmu Penyakit Dalam. Masalahnya pen-gakuan Konsil Kedokteran Indonesia dalam mengeluarkan STR tergantung dari ijazah resmi oleh insti-tusi pendidikan, bukan berdasarkan surat keterangan selesai pendidikan oleh Kolegium Ilmu PenyakitDalam. Sehinga dikhawatirkan dalam arena CAFTA dan WTO 1 Januari 2015 nanti Indonesia dianggaptidak mempunyai Konsultan Spesialis dan ini akan menjadi lahan praktek dokter asing masukIndonesia. Hal ini sudah diperjuangkan melalui UU Pendidikan Kedokteran oleh Sejawat PengurusBesar PAPDI di komisi 10 DPR bersama-sama teman-teman Kolegium lain yang dirugikan oleh adanyaaturan itu.

Berita lain yaitu mengenai perjuangan kita meraih kesempatan menjadi tuan rumah WICIM 2016 diBali nanti, juga berita-berita lain yang merupakan kontribusi Sejawat daerah. Ada juga ulasan sejawatDr. Bambang Subagyo, SpPD, MM, FINASIM tentang informed consent yang dapat dipakai sebagaiacuan pelayanan di tempat kerja kita masing-masing.

Selamat membaca

SEKAPUR SIRIH

OM INTERNIZ

2 Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

BIDANGHUMASPUBLIKASIDANMEDIA

Warna jas boleh sama, sumpah dokter boleh sama, kok

tentang Pendidikan Sp2 ribut ya...?

SOROT UTAMA 3Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

6Juli 2006 di kota Palembang, DR. Dr. Aru W.Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP yang barusaja terpilih menjadi Ketua Umum PB PAPDI perio-de 2006-2009 mengaku was-was menerima jabat-

an ini. Pasalnya, dia paham benar, begitu banyak halyang harus dibereskan dalam menakhodai gerbong or-ganisasi ahli penyakit dalam untuk melalui waktu ke de-pan. “Ini merupakan tanggung jawab yang tidak bisasaya elakkan,” katanya, seperti dikutip HI edisi 15 pa-da saat itu.

Dr. Aru, begitu biasa disapa, menyadari, organisasiyang dipimpinnya cukup besar, sehingga hal pertamayang dilakukannya saat itu adalah konsolidasi anggota.Ia sangat ingin menjadikan PAPDI sebagai suatu or-ganisasi yang kuat. Penataan organisasi adalah halpertama yang mampir dipikirannya. “Pendataan anggo-ta ini sangat penting. Tanpa data yang lengkap, ba-gaimana bisa menggalang kekuatan,” ujar ahli hema-tologi-onkologi medik ini.

Rencananya berjalan mulus. Tiga tahun duduk se-bagai ketua umum membawa banyak perubahan kearah lebih baik. Kepemimpinannya tak diragukan. Dr.Aru terpilih kembali menjadi Ketua Umum PB periode2009-2012 secara aklamasi pada Kongres NasionalPerhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (KOPAP-DI) XIV, di Jakarta, Nopember 2009 lalu

Dimasa kepengurusan PB PAPDI Jilid II Dr. Arumenata organisasi PAPDI lebih professional dan lebihberperan aktif baik di tingkat nasional maupun inter-national.

d. Tahun 2008 : Mengikuti World Congress of In-ternal Medicine 2008 di Buenoes Aires, Argen-tina. Bidding pertama menjadi tuan rumahWCIM 2014 tidak diterima dengan alasan kea-manan negara dan fasilitas yang kurang.

e. Tahun 2010 : Mengikuti WCIM 2010 di Mel-bourne, Australia. Dan bidding kedua untukmenjadi tuan rumah WCIM. Berhasil diterimamenjadi tuan rumah WCIM 2016, di Bali, Indo-nesia.

6. Tahun 2009: Islah PAPDI-PERKI, menandatanganikesepakatan untuk saling menghargai.

7. Tahun 2009: Dr. Aru terpilih kembali secara akla-masi pada KOPAPDI XIV, Jakarta.

8. Tahun 2011: Menempati kantor baru di GedungICB Bumiputera, Cikini

9. Tahun 2011: Mengikuti Philiphine College of Phy-sicians (PCP), Manila dan mengaktifkan kembaliAsean Federation of Internal Medicine (AFIM) da-lam rangka harmonisasi Asean.

10. Tahun 2011: Konferensi Kerja PAPDI XII di Batam11. Tahun 2011: Peluncuran buku panduan Emergen-

cy in Internal Medicine (EIMED) PAPDI.

Momentum penting dua periode kepengurusan Dr. Aru1. Penataan organisasi: membuat tertib admnistra-

si, standar prosedur kerja (SOP), tertib keuangan,mengurus akte notaris, pertanggungjawaban ke-pada anggota, transparansi pajak, dan pemben-tukan divisi advokasi

2. Tahun 2009 : Roadshow tentang antibiotik, nutri-si klinik, onkologi, lipid dan hipertensi, UMED danlain-lain. Di samping pertemuan ilmiah, roadshowjuga dimanfaatkan konsolidasi anggota PAPDI dicabang-cabang.

3. Pembukaan PAPDI cabang di daerah-daerah4. PAPDI Store menyediakan merchandise PAPDI5. Go international

a. Tahun 2007: Aktif mengikuti American Collegeof Physicians (ACP ) 2007

b. Tahun 2007: Mengundang Presiden ISIM padaPertemuan Ilmiah Nasional (PIN) V 2007 diSolo, Jawa Tengah.

c. Tahun 2008 : Dr. Aru mengikuti Konvokasi pa-da ACP, Internal Medicine 2008 di Washing-ton, Amerika Serikat.

PENGUMUMANHalo Internis edisi mendatang membuka rubrikbaru, yaitu :

Pojok Tanya Jawab. Rubrik ini ditujukan bagisejawat yang ingin berkonsultasi tentang kasus-kasus yang ditemui di tempat praktik sejawat

Surat Pembaca. Kami menerima masukan beru-pa kritik, saran serta tanggapan lain seputartabloid ini. Disamping itu, kami juga menerimaopini seputar hal-hal yang berkaitan dengan ke-dokteran.

Kirimkan pertanyaan, kritik, saran, tanggapan,atau opini Anda ke:

Kantor PB PAPDIGedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B,Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng,Jakarta 10350. Telp. (021) 2300818; Fax. (021) 2300688, 2300755Website: www.pbpapdi.org E-mail: [email protected]

Sesungguhnya PAPDI itu besardan tersebar di seluruh Indo-nesia. Jadi sudah selayaknyaPAPDI dilihat dan didengar.

PAPDI-PERKI menandatangani kesepakatan untuk saling menghargai

Syukuran kantor baru PB PAPDI di Gedung ICB Bumiputera, Cikini, Jakarta

Dr. Ceresna selaku juru bicara PB PAPDI pada saat bidding tuan rumahWCIM 2016 di WCIM 2010, Australia.President ISIM hadir pada PIN V tahun 2007

Dr. Aru mengikuti konvokasi pada ACP, Internal Medicine 2008 di Washington, Amerika Serikat.

Konker PAPDI XII di Batam

PB PAPDI: Lima Tahun yang Menentukan

PAPDI aktif mengikuti ACP pada 2007

FO

TO

-FO

TO

: D

OK

. H

I

SOROT UTAMA4 Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

Di ulang tahun PAPDI ke-54 DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP beserta ja-jarannya mendapat “kado” isti-mewa dari sesepuh PAPDI. Ha-

diah tersebut bukan berupa materi, na-mun ucapan selamat dan apresiasiyang tinggi dari para senior dan mantanKetua Umum PB PAPDI atas pencapai-an yang telah diperoleh saat ini. Haltersebut disampaikan pada acara dis-kusi dan sarasehan PAPDI dalam rang-ka hari ulang tahun PAPDI di Hotel Bo-robudur, 20 Nopember 2011 lalu.

“Saya sangat senang hadir padaacara ini. Apa yang saya pikirkan sela-ma 30 tahun aktif di PAPDI, semuanyasudah terealisasi lima tahun terakhir.Lima tahun ini begitu besar loncatan-nya,” ujar Prof. Dr. Sjaifoellah Noer,SpPD, K-GEH, FINASIM, mantan KetuaUmum PB PAPDI periode 1987-1990dan 1990 – 1993, bangga.

Prof. Sjaifoellah, begitu biasa ia di-sapa, mengatakan bahkan pencapaianPAPDI saat ini di luar apa yang ada di-benaknya. Dokter yang pernah praktik

di Amerika ini bangga melihat PAPDI di-akui dan aktif di dunia international. Kedepan, ia berharap PAPDI dapat mene-lurkan penelitian-penelitian yang mem-punyai hak paten dan anggota PAPDIada yang mendapat penghargaan inter-national.”Kalau mungkin dapat Nobel,”kata mantan pengurus yang selalumendapat peran sebagai sekretaris ini.

Hal senada juga disampai Prof. Dr.Slamet Suyono, SpPD, K-EMD,FINASIM yang berbicara setelah Prof.Sjaifoellah pada acara itu. Prof. Sla-met, begitu ia disapa, mengatakangembira berada ditengah-tengah pen-gurus PB PAPDI. Ia memberikan apre-siasi kepada Dr. Aru beserta penguruslain. Ia setuju PAPDI kini telah audit-able dan memiliki NPWP. Ia mengingat-kan meski sudah berkembang, dalamperjalanannya PAPDI mesti merujuk pa-da anggaran dasar dan anggaran ru-mah tangga (AD/RT) PAPDI. Ia pun ber-harap Dr. Aru dapat menyelesaikan

konflik PAPDI-PERKI disisa kepengurus-annya. “Saya appreciate, begitu luasdan banyak yang telah dicapai. Pengu-rus ini yang kerjanya paling berat hing-ga dapat gedung baru,“ kata mantanKetua Umum PB PAPDI periode 1993 –1996 dan 1996 – 2000 ini, haru. “Sa-ya jadi maklum, kenapa ia (Dr. Aru-red)belum menjadi professor,” tambahnyaberkelakar.

Penghargaan juga disampaikanProf. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD,K-AI, FINASIM, FACP. Prof. Samsuridjal,sapaan akrabnya, mengatakan meskifasilitas jauh lebih baik, namun periodeDr. Aru merupakan kepengurusan “pe-ngorbanan”. Bukan hanya waktu yangdiberikan, kepengurusan saat ini me-nguras tenaga, pikiran dan menurun-nya pendapatan lantaran harus seringmeninggalkan praktik. “Apa yang telahdicapai kepengurusan PAPDI sekarangbeyond expectations. Bukan sekadarbaik, tapi diluar dugaan. Maka hal-halini mesti dilanjutkan dan dikembang-kan oleh kepengurusan yang akan da-tang,” ungkap mantan Ketua Umum PB

PAPDI periode 2000 – 2003 ini, salut.Kendati demikian, Ketua Kolegium

Ilmu Penyakit Dalam ini mengatakantantangan PAPDI juga tak kalah besar-nya. Tantangan ini, menurutnya, adalahfragmentasi di tubuh penyakit dalam.Ada kekuatan dari luar, di tambah ke-inginan beberapa internis, yang inginmengotak-kotakan pelayanan kesehat-an di tubuh penyakit dalam. Hal inimesti diantisipasi, PAPDI harus mem-per tahankan pelayanan kesehatanholistik. “Karena itu, saya rasa kitaharus menjawab dengan membuat bu-ku putih melalui sejarah PAPDI dan ka-lau boleh menulis kembali pidato Prof.Slamet supaya dapat dipahami olehanggota – anggota yang lain denganbaik,” ungkap Prof. Samsuridjal.

Soal fragmentasi ini, lanjutnya, ma-syarakat dan negara akan menanggungtingginya biaya pelayanan kesehatan.Amerika Serikat, misalnya, mengalamifragmentasi namun karena biaya kese-

hatan begitu tinggi, akhirnya merekakembali ke holistik. “Apakah kita akanmengikuti Amerika? Kita terfragmen-tasi dulu, kemudian ketika kita sadartidak mampu melakukan pelayanan ter-kotak-kotak lalu kembali ke holistik,”tegasnya.

Persoalan lain, adalah membina hu-bungan baik dengan profesi lain, ter-utama dokter umum. Menurut Prof.Samsuridjal PAPDI harus dekat dengandokter umum. Kalau perlu, tambahnya,pada saat KOPAPDI atau PIN PAPDIdokter umum diberi tempat khusus.

Kemudian, PAPDI mesti memberiperhatian lebih pada divisi psikosoma-tik. Bidang ini kurang berkembang di

banding yang lain. Padahal, dari segikonsep, psikosomatik sudah cukupkuat. Prof. Samsuridjal juga meng-ingatkan, dalam kepengurusan PAPDItetap menjunjung kepemimpinan kole-gial dan cost effectiveness.

Selanjut, Prof. Dr. A. Aziz Rani,SpPD, K-GEH, FINASIM menyampaikanpandangannya. Menurutnya kepengu-rusan saat ini sudah menjalankanPAPDI sangat luar biasa. Periode ini,lanjutnya, telah meletakkan model or-ganisasi yang professional untuk perio-de berikutnya. “Pengurusan saat ini su-dah menjawab tantangan yang ada pa-da masanya. Selamat kepada kepengu-rusan saat ini,” kata mantan KetuaUmum PB PAPDI periode 2003-2006ini.

Prof. Aziz, begitu biasa disapa, men-dukung rencana Dr. Aru membentukfoundation. Menurutnya foundation me-rupakan perpanjangan tangan dari or-

ganisasi profesi. Dengan begitu ruanggerak PAPDI lebih luas dan dapat lebihdekat dengan masyarakat.

Berkaitan dengan PAPDI Medical Re-lief (PMR), Prof. Aziz mengusulkan agarPMR masuk dalam AD/ART di bawahPB PAPDI. Namun tetap diberi kemandi-rian dalam hal mengelola kelengkapanorganisasi. Hal ini terkait dengan suatulembaga kemanusiaan yang bersifatnirlaba dituntut untuk transparan me-ngatur dana dari donator. ”Silahkan di-jadikan anak atau anak angkat. KarenaPMR juga menjalankan misi PAPDI,”tukasnya.

Sesepuh lain, Prof. Dr. A.M. Akil,SpPD, K-GEH, FINASIM, Prof. Dr. Jose

Roesma, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof.Dr. Herdiman Pohan, SpPD, K-PTI,FINASIM, Prof. Dr. Suhardjono, SpPD,K-GH, FINASIM juga memberi apresiasipada pengurus saat ini. Mereka sepen-dapat apa yang dilakukan Dr. Aru ber-sama pengurus lain telah jauh dari apayang dipikirkan. “Saya sangat banggapengurus PAPDI saat ini. Dr. Aru sangatluar biasa, setiap saat ia pergi me-ngunjungi daerah-daerah,“ ujar Prof.Akil selaku penasehat PB PAPDI pe-riode ini.

Prof. Akil sependapat dengan Prof.Samsuridjal. Ia menegaskan perlunyapemahaman yang lebih dalam tentangholistik. Konsep ini tetap dipertahan-kan, boleh saja mendalami satu bidangtapi tetap dalam kerangka holistik.“Untuk itu perlu komunikasi lebih intenke Kemenkes, IDI, dan fakultas-fakul-tas kedokteran,” ujar Prof. Akil.

Sementara Prof. Herdiman T. Pohansenada dengan Prof. Aziz. Ia setuju di-bentuk yayasan. “Banyak yang bisa di-kelola. Kita akan sukses karena PAPDIpunya asset anggota dan scientif po-wer,” ungkapnya. Sedangkan Prof. Su-hardjono menambahkan PAPDI sudahperlu merekrut sekretaris eksekutifagar lebih professional.

Diantara sesepuh PAPDI yang hadir,sayangnya Dr. Achmad Dachlan, SpPDmantan Ketua Umum PB PAPDI periode1975-1978 dan 1978-1981 berhalang-an hadir karena ada keperluan keluar-ga yang sangat mendesak. Namun keti-ka ditemui tim Halo Internis di tempatkediamannya di bilangan Cinere, De-pok, ia mengatakan sangat terharu de-ngan kepengurusan sekarang yang se-lalu menjalin komunikasi dan memberiperhatian kepadanya. “Meski kami ku-rang mengikuti perkembangan PAPDI,tapi kami selalu diundang ke acaraPAPDI. Terima kasih atas perhatian-nya,” ujar Dr. Achmad Dachlan yang du-duk didampingi istrinya. (HI)

HUT PAPDI ke-54:Kado Dari Sesepuh

Apa yang telah dicapai kepengurusan PAPDIsekarang beyond expectations. Bukan sekadarbaik, tapi diluar dugaan. Ini mesti dilanjutkandan dikembangkan oleh kepengurusan yangakan datang.

Ketua Umum PB PAPDI, Dr. Aru W. Sudoyo (tengah) bersama mantan ketua PB PAPDI. (kiri-kanan) Prof. Samsuridjal Djauzi, Prof. Slamet Suyono, Prof. Sjaifoellah Noerdan Prof. Aziz Rani.

DO

K.

PA

PD

I

SOROT UTAMA 5Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

Saat ini PAPDI telahmemberi kontribusidan manfaat yang

baik bagi anggotanya.Adanya program-programseperti symposium ilmi-ah, baik dalam skala ke-cil, regional mapun na-sional, mampu memban-tu meng-update penge-tahuan, sesuai tuntutanprofesi.

Hal tersebut disam-paikan Dr. H. Amrizal,SpPD, FINASIM. Akan te-tapi kontribusi ini tidakakan maksimal tanpaperan aktif sendiri darianggotanya. Sejak dires-mikannya PAPDI CabangSumatera selatan pada2007, organisasi ini ti-dak hanya menjadi ajangmenjalin komunikasi se-cara kekeluargaan, per-sonal hingga institusional saja, tapi ju-ga memberi sumbangsih bagi internisdi daerah dalam meng-update perkem-bangan dan ilmu pengetahuan.

Memasuki usianya ke-54, PAPDI ju-ga dihadapkan pada tantangan teruta-ma menghadapi era global. “Kami ber-syukur saat ini di UNSRI Palembang te-lah membuka jenjang pendididikan sub-spesialis. Ini adalah bagian dari upayamenghadapi tantangan zaman,” ujardokter kelahiran Palembang, 25 Okto-

Era globalisasi yang memungkinkandokter penyakit dalam asing masukke Indonesia. Situasi ini, menurut

Dr. Harlinda Haroen, SpPD, K-HOM, FI-NASIM menjadi tantangan bagi PAPDIuntuk tetap dapat mempertahankankompetensinya.

Sebagai organisasi profesi, PAPDImenjadi wadah untuk tukar pikiran danmemperoleh informasi dalam berbagaisoal yang menyangkut ilmu penyakitdalam yang sedang dihadapi masyara-

kat Indonesia. Bagi Dr. Harlinda, PAPDIberperan mendorong dan meningkat-kan penelitian dalam bidang penyakitdalam. Kegiatan-kegiatannya merupa-kan salah satu wadah untuk upgradedan sharing ilmu pengetahuan terkini.

Dr. Harlinda menilai, PAPDI sejauh initelah memiliki kinerja dan peran yangbaik. “Penyelenggaraan Kongres Nasio-nal PAPDI yang dilaksanakan setiap 3tahun merupakan program yang palingbaik dan sukses selama ini,” ujar ben-

dahara PAPDI CabangManado tersebut.

Namun demikian,pihaknya berharaproadshow yang terse-lenggara tidak hanyaterpusat terpusat diJakarta. “Sebaiknya bi-sa sampai juga ke dae-rah-daerah,” ungkap-nya. Selain itu, untukkegiatan roadshow,bukan sekadar sharingilmu namun ia ber-harap dapat menjadiwadah membahas ma-salah organisasi baikdi cabang maupun dipusat. Ke depan, iaingin PAPDI tetap da-pat menjadi induk bagiorganisasi-organisasisub-spesialisasi lain-nya. (HI)

Perhimpunan Dokter Spesialis Penya-kit Dalam Indonesia (PAPDI) adalahperhimpunan yang menjadi wadah

berkumpul dan bersatunya seluruh In-ternis yang berada di Indonesia. Sejakdibentuk tahun 1957, PAPDI saat initelah memiliki 35 Cabang yang terse-bar mulai dari Nangroe Aceh Darussa-lam hingga dengan Tanah Papua. PAPDItelah memiliki anggota sebanyak 2416Internis dengan jumlah Konsultan se-banyak 544 pada masing-masing bi-dang Ilmu Penyakit Dalam yang berjum-lah 12 divisi. Selain itu sebanyak 761Internis sudah memiliki gelar FINASIM(Fellow of The Indonesian Society ofInternal Medicine).

Sebagai wadah induk kalangan pro-fesional dokter penyakit dalam di Indo-nesia, sudah menjadi kewajiban PAPDIuntuk mampu meningkatkan kualitasanggotanya. Apalagi dalam kancahmenghadapi pertarungan global saatini. Menurut Dr. Nyoman Suarjana,SpPD, K-R anggota PAPDI Cabang Ka-limantan Selatan, melalui berbagai ke-giatan yang dibentuk seperti lokakarya,simposium, penerbitan buku ajar mau-pun majalah ilmiah, PAPDI telah cukupbanyak ambil peran meningkatkan kua-litas para anggotanya.

“Penerbitan buku EIMED, sangatbaik karena bisa menjadi panduan da-lam penatalaksanaan pasien khusus-nya bagi anggota PAPDI yang ada di

daerah,” ujar dokter yang sehari-hariberpraktek di RSUD Ulin Banjarmasinini. Namun dokter kelahiran Tabanan,24 Oktober 1965 ini menilai, programEmergency in Internal Medicine sebaik-nya diperuntukkan bagi dokter umum.

“Program ini bisa menjadi standarpengetahuan dan ketrampilan kedaru-ratan dibidang ilmu penyakit dalam,yang nantinya dipakai sebagai salahsatu syarat yang harus dimiliki olehdokter umum, khususnya yang bertu-gas di rumah sakit/unit gawat daru-rat,” ungkapnya. Menurut Dr. Nyoman,sertifikat tersebut nantinya bisa diseja-jarkan dengan ACLS maupun ATLS, se-dangkan untuk anggota PAPDI nantinyaharus memiliki sertifikat EIMED. (HI)

“PAPDI sudah 54 tahun! Congratu-lations!,” sapa Prof. Dr. HansTandra, SpPD , K-EMD, FINASIM,

PhD, FACE mengawali wawancara de-ngan Halo Internis. Menurut dokter ke-lahiran Samarinda 54 tahun silam ini,di era globalisasi PAPDI dituntut lebihberperan aktif, baik nasional maupuninternational. Pasalnya, ke depan PAP-DI bakal banyak menghadapi tantangandari segi perkembangan keilmuan, tun-tutan masyarakat atau regulasi global.

”Untuk itu, semua anggota turut berpe-ran aktif,” ujarnya

Prof. Hans mengatakan PAPDI ada-lah organisasi yang dapat menyatukanpara internis, dan mampu menjadi pe-lindung dan pengayom mereka. Sudahbanyak yang diberikan PAPDI, mulai su-rat edaran, Halo Internis, Acta MedicaIndonesiana, ataupun website PAPDI.“Bagi dokter yang gemar membacaapalagi menulis, semua itu pasti akanterasa kurang, sebaliknya bagi yang

malas, semua info itu mungkin ti-dak memberikan banyak dam-pak,” kata Prof. Hans.

Prof. Hans menambahkanmembaca adalah satu dari se-kian aktivitas wajib yang harusdilakukan oleh seorang dokter. Iasendiri selalu menyempatkanwaktu membaca hal-hal yangberkaitan dengan penambahankemampuaannya di bidang endo-krin. Hampir setiap hari ia mene-rima email newsletter atau jurnalinternational.

Kini ia berharap, kelak adanewsletter PAPDI yang mencakupinformasi organisasi, berita-beri-ta, ataupun artikel ilmiah, yangdapat dikirim langsung via emailke setiap dokter. ”Tapi tentu bu-tuh tenaga khusus untuk ini,” akuProf. Hans. Semoga harapan inisegera terwujud. (HI)

ber 1964 ini. Selain itu dokter yang sehari-hari

berpraktek di RSU Kundur Palembangini juga mengatakan kemajuan teknolo-gi yang kian pesat, menutut PAPDI se-bagai anggota profesi untuk turut mam-pu memaksimalkan akses teknologiyang semakin canggih tersebut. “Bah-kan hal sederhana seperti grup PAPDIdi Blackberry saja mampu memberimanfaat yang banyak, seperti yang sa-ya rasakan,” ujarnya. (HI)

Dr. H. Amrizal, SpPD, FINASIM

Maksimalkan Akses Teknologi

Dr. Harlinda Haroen, SpPD, K-HOM, FINASIM

Roadshow Lebih DiperbanyakDr. Nyoman Suarjana, SpPD, K-R

EIMED Sebaiknya untukDokter Umum

Prof. Dr. Hans Tandra, SpPD, K-EMD, FINASIM, PhD, FACE

Newsletter PAPDI LangsungVia Email

Dr. H. Amrizal, SpPD, FINASIM

Prof. Dr. Hans Tandra, SpPD, K-EMD, FINASIM, PhD, FACE

Dr. Nyoman Suarjana, SpPD, K-R, FINASIM

Dr. Harlinda Haroen, SpPD, K-HOM, FINASIM

DO

K.

PA

PD

I

DO

K.

PA

PD

I

DO

K.

PA

PD

I

DO

K.

PA

PD

I

SOROT UTAMA6 Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

peran strategis perhimpunan dokterdalam menentukan arah sistem kese-hatan. Para sejawat dari organisasi pro-fesi mendapat paparan bagaimanaketerlibatan organisasi profesi kedokter-an disana terhadap kebijakan kese-hatan di negeri Kangguru ini. Sepertidiketahui Australia sendiri adalah salahsatu negara yang memiliki sistem kese-hatan yang baik. Di sana organisasi pro-fesi memiliki andil besar dalam menen-tukan kebijakan pelayanan kesehatan.Misalnya: ada beberapa aspek dasar,seperti jumlah dokter, distribusi, pen-dapatan, dan kompotensi dokter diaturoleh pemerintah bersama dengan ko-legium.

Hal lain yang menarik, lanjut Dr. Sally,paparan dari CEO Rural Doctors Asso-ciation of Australia Dr. jenny Jhonsondan Dr. Ian Fraser dari Royal AustraliaCollege of Physicians mengenai bagai-mana mengatasi ketimpangan soal dis-tribusi dokter di sana. Persoalan maldistribution dokter juga menjadi kendaladi Australia. Dokter-dokter yang meru-pakan warga Australia enggan di tem-patkan dipedesaan. Padahal, pemerin-tah telah menjamin dokter tersebut be-serta keluarganya akan menerima pen-dapatan yang sangat pantas. Untuk me-ngisi tenaga medis pada rural doctor pe-merintah mendatangkan dokter asingyang umumnya dari negara-negara com-monwealth. “Dokter-dokter dari negarapersemakmuran Inggris memiliki sistem

Secangkir kopi Phoenam menanti diMakassar, Sulawesi Selatan. Tuanrumah Pertemuan Ilmiah NasionalPerhimpunan Dokter Spesialis Pe-

nyakit Dalam Indonesia ke-9, PAPDI ca-bang Sulawesi Selatan menyuguhkankopi dengan cita rasa tinggi ini bagi se-jawat penyuka kopi. Bila ke Makassarbelum lengkap rasanya bila tidak me-nyempatkan ke kedai kopi Phoenam.Alih-alih menyeruput kopi campuranrobusta dan arabica ini, Dr. Sally AmanNasution, SpPD, K-KV, FINASIM berte-patan dengan PIN IX di Makassar malahbertolak ke Melbourne, Australia. WakilSekretaris Jenderal PB PAPDI ini menja-di delegasi PAPDI mengikuti workshop“Perhimpunan Profesi Kedokteran Kese-hatan Dalam Memperkuat Sistem Kese-hatan yang Berkeadilan” yang diseleng-garakan pada 12 – 14 Oktober 2011 diMelbourne, Australia.“Saya mendapattugas dari PB mesti ke Melbourne. Mo-hon maaf kepada tuan rumah PIN, tidakbisa datang ke Makassar. Padahal kopiPhoenam sudah menanti disana.” UjarDr. Sally kepada Prof. Dr. H. AM. Akil,SpPD, K-GEH, FINASIM saat sarasehanPB PAPDI.

Dr. Sally hadir atas undangan PusatManagemen Pelayanan Kesehatan Fa-kultas Kedokteran Universitas GajahMada (PMPK FK UGM) dan Nossal Ins-titute, Melbourne University. SelainPAPDI, ada tiga perhimpunan dokterspesialis lain yang diundang pada aca-ra itu, yaitu IDAI, POGI, dan IDSAI.Dan peserta lainnya adalah dari indukkedokteran IDI, Konsil Kedokteran In-donesia (KKI) dan Kementerian Kese-hatan. Nossal Institute adalah pusatkajian kesehatan masyarakat yang ba-nyak berkontribusi terhadap sistemkesehatan di Australia. Lembaga inimelakukan kerjasama dengan lembagaserupa di beberapa negara termasukIndonesia. Sebelumnya, Nossal Insti-tute telah menjalin kerjasama denganPMPK FK UGM membuat kajian denganfokus pada sistem kesehatan di In-donesia.

Pada acara itu, menurut KonsultanKardiovakular ini, banyak membahas

pendidikan kedokteran yang samasehingga mudah beradapta-si dengan sistem pen-didikan di Austra-lia,” jelas Dr.Sally.

K e n d a l amal distribusijuga terjadi diIndonesia. Dr.Sally, setelahDr. Ian Fraser,mempresenta-sikan distribusidokter spesialis de-ngan fokus tentu saja

dokter spesialis penyakit dalam di Indo-nesia. Kondisinya sangat berbeda de-ngan di Australia. Pemerintah Australiatelah sukses mengatasi persoalan ter-sebut dengan memberi apresiasi beru-pa kesejahteraan bagi dokter yang be-kerja di pedesaan. Sementara di Indone-sia, penyebaran dokter yang tidak mera-ta bahkan banyak daerah yang belumtersentuh dokter yang telah terjadi lamahingga kini belum ada jalan keluarnya.Program dokter Pegawai Tidak Tetap(PTT) yang diharapkan dapat menjemba-tani kendala ini tidak berhasil dikarena-kan statusnya yang semula diwajibkanbagi calon dokter, kini menjadi sukarelasifatnya. Sedangkan program tugas be-lajar (tubel) yang baru-baru ini digulirkanpemerintah untuk mengisi tenaga medis

di daerah, rentan dengan sistem rekrut-men yang belum jelas lantaran lemah-nya regulasi. “Saya beberapa kali men-dapatkan mahasiswa tubel yang merekatidak mengenal daerah yang mengutus-nya. Bahkan ada yang baru satu bulandi daerah tersebut langsung dapat tu-bel, sementara dokter yang sudah lamapraktik disana belum mendapatkan ke-sempatan. Ini baru yang di penyakit da-lam RSCM/FKUI, hal yang sama jugaterjadi di tempat lain. Seleksi mahasis-wa tubel mesti dibenahi dengan ketat

untuk menghindari adapenyelewengan. Se-hingga niat mulia peme-rintah saat mencanang-kan program ini dapattercapai tujuannya,” ka-ta Dr. Sally yang jugasalah satu tim penerima-an mahasiswa tubel diDepartemen Ilmu Penya-kit Dalam RSCM/FKUI.

Tak jarang kebijakanyang dibuat sulit diaplika-

sikan atau kontraproduktif. Pasal-nya, regulasi yang terkait tenaga

medis sering diputuskan se-pihak tanpa melibatkan

organisasi kedokteranyang memiliki ang-gota tersebar di ber-bagai daerah. “DiIndonesia organisa-si profesi belumoptimal dilibatkandalam mengambil

kebijakan pemerintahdalam sistem kesehat-

an. Banyak kebijakanyang tidak sejalan dengan

institusi kedokteran. Ada dua isupenting yang menjadi perhatian yaitumal distribusi dan soal pendapatan dok-ter.” ungkap Dr. Sally

Dari workshop “Health Care Pro-fessional Association (HCPAs) and TheirRole in Achieving MDGs” yang diseleng-garakan di Dhaka, Bangladesh, pada2008 dijelaskan bahwa organisasi pro-fesi belum memberikan kontribusi yangoptimal terhadap peningkatan sistempelayanan kesehatan secara global, ter-utama yang berkaitan dengan pencapai-an MDGs. Penyebabnya adalah perbe-daan fokus perhatian organisasi profe-si, pengelola organisasi profesi, dan ku-rangnya integrasi antar-profesi dalamsistem pelayanan kesehatan. Untuk itu,workshop tersebut merekomendasikanmeningkatkan keterlibatan organisasiprofesi dalam pencapaian MDGs.

Lalonde dan Peron (2006) dalam ma-kalahnya menyatakan bahwa organisasiprofesi kebidanan dan kandungan di Ka-nada memberikan peran yang sangatbesar dalam perbaikan kesehatan re-produksi di negara berkembang. Kepe-mimpinan dari organisasi ini menjadimotor penggerak sistem pelayanan ke-sehatan. Kedua peneliti tersebut me-nyebutkan langka-langkah yang mestidilakukan organisasi profesi, diantara-nya penguatan pengelolaan organisasi,peningkatan kapasitas teknis anggota,dan peningkatan kredibilitas serta kemi-traan. (HI)

Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI

Peran Strategis Organisasi Profesidalam MenentukanSistem Kesehatan

Dua isu pentingyaitu mal distribusi

dan gap pendapatanyang signifikan.

Organisasi profesi mem-beri kontribusi dalammenentukan sistem

kesehatan.

Delegasi Indonesia di Nossal Institute, Australia. Tampak diantaranya Dr. Sally A. Nasution, Wasekjen PBPAPDI (ketiga dari kiri), dan Ketua Umum PB IDI, Dr. Priyo Sidipratomo, SpRad (paling kanan). Dr. Sally A. Nasution mempresentasikan maldistribution dokter spesialis di Indonesia.

Dr. Ian Fraser dari Royal Australia College of Physicians mempresentasikan bagaimana mengatasi maldistribusidokter di Australia.

FO

TO

-FO

TO

: D

OK

. P

AP

DI

7Halo Internis Edisi 20 Maret 2012SOROT UTAMA

Hotel Holiday, Batam sore menje-lang malam. Dr. Pranawa, SpPD,K-GH, FINASIM tampak geram. Iasegera mencetak surat elektronikyang baru sore tadi diterima da-

lam perjalanannya dari Jakarta ke Batamuntuk menghadiri Konferensi Kerja (KON-KER) PAPDI, Juni 2011 lalu. Dalam hi-tungan menit, malam itu ia memutuskankembali ke Jakarta. “Ini darurat, ayattentang pendidikan subspesialis dalamdraft Undang-Undang Pendidikan Kedok-teran, hilang. Pak Ketua saya minta izinkembali ke Jakarta,” kata Dr. Pranawakepada Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr.Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM,FACP.

Kegalauan Dr. Pranawa cukup ber-alasan. Ketua IDI Jawa Timur ini aktif da-lam penggodokan UU Pendidikan Kedok-teran (UU Dikdok). Ia tahu persis pasal26 point c tentang Pendidikan Subspe-sialis yang mengundang kontroversi, se-mentara disepakati masuk dalam RUUDikdok. Namun dalam proses pemba-hasan pasal tersebut masih diwarnai ta-rik-ulur antara pihak yang setuju dima-sukkan dan tidak.”Memang ada pihakyang tidak setuju pendidikan subspesial-is masuk dalam jenjang pendidikan ke-dokteran. Pihak ini cukup kuat. Ini mestidikawal dengan ketat, kalau itu tidak ma-suk, runtuh apa yang telah dibangun se-lama ini,” tegasnya.

Hilangnya pasal tersebut memicu ba-nyak reaksi dari berbagai pihak, terma-suk Perhimpunan Dokter Spesialis Pe-nyakit Dalam (PAPDI). Pengurus BesarPAPDI menggelar Media Gathering padaawal Februari 2012 lalu untuk menge-laborasi duduk perkaranya. Menurut DR.Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINA-SIM, MMB, FACP dalam RUU Didok pen-didikan kedokteran hanya dibatasi sam-pai jenjang pendidikan spesialis. Sebe-lumnya, UU inisiatif DPR itu mencan-tumkan jenjang pendidikan subspesialispada pasal 26, kemudian point tersebutdihilangkan oleh salah satu tim panja.Padahal, lanjut Dr. Ari, pendidikan sub-spesialis di beberapa fakultas kedokter-an, termasuk FKUI telah terselenggaralama.

“Ada upaya penghapusan programpendidikan subspesialis. Bila jenjangpendidikan subspesialis ini tidak dimuatdalam UU, maka proses pendidikan sub-spesialis di fakultas kedokteran akan di-hapuskan. Ini berarti menutup pengem-

bangan ilmu kedok-teran. Dampaknya,masyarakat tidakmendapatkan jen-jang pelayanan kese-hatan tersier daridokter konsultan.Tentu, kondisi akandimanfaatkan dokterkonsultan asinguntuk masuk keIndonesia melakuanpraktik subspesialis.Boleh jadi ini adalahpesanan pihak-pihaktertentu. kami akanberjuang melawan,” tegas KoordinatorBidang Advokasi PB PAPDI ini.

Hal senada disampaikan KetuaUmum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo,SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Hilangnyapasal jenjang pendidikan subspesialis,menurut Dr. Aru, akan merugikan fakul-tas kedokteran. Sebab, seorang subspe-sialis atau konsultan merupakantenaga pendidik bagi jenjang spe-sialis. Hal ini, tentu akanmenghambat pertambahandokter yang saat ini masihsangat kurang jumlahnya.“Jumlah dokter dan maldistribusi dokter masihmenjadi kendala dalamsistem kesehatan,”ujarnya.

Berkaitan “mahalnya”biaya konsul ke subspe-sialis, Dr. Aru mengatakanhal itu bersifat sementara danbisa diatasi dengan sistemrujukan. Praktik subspesialisadalah layanan kesehatan tersier. Bilasistem pembiayaan kesehatan sudahberbasis asuransi maka sistem rujukanini akan dapat diselenggarakan denganbaik. Seorang pasien yang telah di-tanggung asuransi, baru akan mendapatlayanan subspesialis bila mendapat ru-jukan dari dokter sebelumnya. “Dengandisahkannya UU SJSN dan BPJS, pada2014 akan berlaku universal coverage,masyarakat akan dijamin pembiayaankesehatannya dengan asuransi. Ketikaitu sistem rujukan dapat terselenggaradengan efektif,” katanya

Dr. Aru mengumpamakan “kalau mauirit, jangan tangan yang diamputasi, me-lainkan sistemnya yang harus diatur. Ja-di jangan karena biaya, ada kemampuan

dan keahlian dibidang kedokteran yangdihilangkan. Ini dua persoalan yang mes-ti dipisahkan.”

Pendapat Dr. Aru diamini mantan Ke-tua Umum PP Ikatan Dokter SpesialisAnak Indonesia (PP IDAI) DR.Dr SukmanT. Putra, SpA(K), FACC, FESC. Dr. Suk-man mengatakan sistem pembiayaankesehatan belum berbasis asuransi.“Saat ini, sistem kesehatan di negeri inimasih amburadul. Soal mal distribusi,sudah 40 tahun tak beres-beres. Bagidokter, praktik di kota-kota besar meru-pakan pilihan, dan tak bisa disalahkanlantaran mereka membiayai sendiri stu-dinya. Berbeda di luar negeri, dokter

yang mengambil pendidikan spesialisatau subspesialis tidak membayar, ma-lah mereka mendapat gaji karena mere-ka juga melakukan praktik di rumah sakitpendidikan,” ujar Ketua Program StudiSubspesialis Jantung Departemen IlmuKesehatan Anak RSCM/FKUI ini.

Untuk itu,lanjut Dr. Sukman,

regulasi perlu dibenahi, termasuk mem-buat UU Dikdok. UU ini penting danmendesak karena dokter, termasuk kon-sultan bekerja harus dapat dipertang-gungjawabkan mutunya. Oleh karenanya,jenjang pendidikan ini hendaknya dise-lenggarakan oleh institusi pendidikanyang terstandar. Dengan demikian, pihakfakultas kedokteran dapat mengelu-arkan bukti kompotensi berupa ijazahkepada peserta didik sebagai pertang-gungjawaban atas kompetensinya.

Sayangnya, tambah Dr. Sukman, pe-serta didik subspesialis hanya meneri-ma sertifikat yang ditandatangani dekandan ketua kolegium. Sesuai dengan UU

Praktik Kedokteran, sertifikat ini tidakmemiliki legalitas untuk mendapat SuratTanda Registrasi dari Konsil KedokteranIndonesia (KKI). Sebab, KKI hanya me-ngeluarkan STR berdasar ijazah, bukansertifikat dari Dekan.” Indonesia bisa di-anggap belum memiliki subspesialis ka-rena dokter konsultan belum memilikiijazah sehingga tidak dapat mengurusSTR subspesialis. Silahkan saja dokterasing masuk, tapi kenapa kita yang su-dah ada tidak dianggap,” ujar Dr. Suk-man.

Hilangkan PendidikanSubspesialis, UUDikdok Inkonsisten

Profesi dokter berbeda dengan profe-si lain. Profesi ini bekerja sarat denganregulasi dan undang-undang. Semesti-nya antara undang-undang yang satu de-ngan yang lain saling sinergis. Tapi tidakpada UU Dikdok tentang pendidikan sub-spesialis. “Dari undang-undang yangada, semuanya memuat peran dan pen-tingnya pendidikan konsultan. Oleh kare-na itu pendidikan subspesialis mutlak di-perlukan,” kata mantan Ketua KolegiumIlmu Penyakit Dalam Prof.Dr. ZubairiDjoerban, SpPD, K-HOM, FINASIM.

Prof. Zubairi mengatakan dalam sis-tem Kesehatan Nasional (SKN 2009)menyebutkan bahwa pelayanan kese-hatan diselenggarakan secara berjen-jang mulai dari pelayanan primer, sekun-der dan tersier. Setiap jenjang pelayananini dipegang oleh tenaga kesehatan yangsesuai dengan kemampuan dan kompe-tensinya. “Kalau mengacu SKN makapendidikan subspesialis memang diper-lukan dan harus ada,” ungkapnya

Undang-Undang Sistem PendidikanNasional (UU Sisdiknas tahun 2003) le-bih menguatkan peran konsultan dalaminstitusi pendidikan. UU itu menyebutkanbahwa dalam penyelenggaraan pendidik-an maka pendidikan pada satu strata ha-rus dilaksanakan oleh pendidik satustrata di atasnya. Jadi, calon dokter spe-sialis dididik oleh dokter konsultan. De-ngan demikian pendidikan dokter sub-spesialis harus dilaksanakan secara for-mal dan terstruktur.

Sedangkan dalam Undang-UndangPraktik Kedokteran (UU PK) tahun 2004menegaskan legalitas pendidikan sub-spesialis. Di UU PK dijelaskan untuk me-laksanakan pelayanan kesehatan diperlu-kan STR untuk mendapatkan Surat IzinPraktik (SIP). Untuk mendapatkan STR di-perlukan surat pernyataan dari profesidan ijazah dari perguruan tinggi (PT).Dengan demikian pendidikan subspesia-lis juga harus memiliki ijazah dari PT.

Oleh karenanya, Ketua Senat Akade-mik FKUI ini menegaskan dari ketiga hu-kum tersebut maka pendidikan subspe-sialis harus diselenggarakan oleh insti-tusi pendidikan secara formal dan ter-struktur. Nah, aneh bila UU Dikdok tanpapendidik subspesialis. Atau kalau UU inidipaksakan maka harus melakukan yudi-sial review terhadap UU yang lebih duluada. Ehmm (HI)

Ada upayapenghapusan program

pendidikan subspesialis. Iniberarti menutup pengem-bangan ilmu kedokteran.

Dampaknya, masyarakat tidakmendapatkan jenjang

pelayanan kesehatan ter-sier dari dokter kon-

sultan.

Waspadai RaibnyaPendidikan Subspesialis

DO

K.

PA

PD

I

Media Gathering PAPDI tentang RUU Dikdok.

Dari kiri ke kanan: DR. Dr. Sukman T. Putra, SpA; Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD,K-HOM, FINASIM; DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP; denganmoderator DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP.

8 Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

beri gelar profesi untuk jenjang perta-ma, kedua (spesialis) dan ketiga (sub-spesialis). Maka, Dr. Ratna, mengata-kan FKUI telah menyelenggarakan pen-didikan subspesialis dan telah meng-hasilkan 350 konsultan dari 12 depar-temen. Ini artinya FKUI sebagai institu-si sudah menyelenggarakan pendidik-an Sp2 tanpa adanya kendala-kendalayang signifikan dan mereka yang lulusditerima dimasyarakat dan telah mem-baktikan dirinya dengan baik. “Pendi-dikan subspesialis sudah direncana-kan, bukannya tiba-tiba ada. Ini meru-pakan kebutuhan untuk menjawab tan-tangan saat ini. Perkembangan sub-spesialistik tak bisa ditahan-tahan lagi.Hal ini juga terjadi diseluruh dunia,”ujarnya.

Namun, tambah Dr. Ratna, mestiada yang dapat menjamin mutu kom-petensi seorang konsultan. Oleh kare-na itu, pendidikan subspesialis harusdiselenggarakan secara formal olehinstitusi pendidikan yang memiliki kua-lifikasi standar bukan non formal.

Sayangnya, pendidikan subspesialisbelum diakui oleh konsil kedokteran In-donesia (KKI). Lulusan pendidikan inihanya menerima bukti lulus berupa ser-tifikat yang ditandatangi oleh dekandan KPS nya, bukan ijazah. Padahal,kata Dr. Ratna, “Tidak ada perbedaanyang signifikan dalam menyelenggara-kan pendidikan spesialis dan subspe-silasi. Lalu kenapa institusi pendidikantidak boleh menyelenggarakan pendi-dikan sp2? Mesti ada jawab yang te-gas” katanya.

Untuk kondisi Indonesia, menurut Dr.Ratna, subspesialis di bawah perguruantinggi adalah pilihan tepat. Pasalnya,

institusi pendidikan dan rumah sakitberada pada departemen yang berbeda.Sedangkan di John Hopkins HospitalMayo Clinic, misalnya, yang menganuthospital base. Disana tak ada kendalakarena antara perguruan tinggi danrumah sakit berada satu atap.

MeneropongPerseteruanSubspesialis

Tarik ulur pembahasan jenjang pen-didikan subspesialis cukup alot. Se-waktu-waktu pasal tersebut bisa hilangtimbul. UU inisiatif Dewan ini melibat-kan Dikti, IDI, KKI dan Komisi X. se-mentara Panja DPR dengan suara bulatmenyatakan setuju dimasukan pasaljenjang pendidikan subspesialis. “Darikami, Panja DPR seluruhnya setuju di-masukan pembahasan tentang jenjangpendidikan subspesialis,” kata KetuaKomisi X Prof. Dr. Mahyuddin NS,SpOG(K).

Suara berseberangan terdengar ke-ras dari Panja Pemerintah. Tapisayangnya ketika RDPU tak ada per-wakilan dari pemerintah yang memberialasan kenapa dihilangkan. Bahkanyang terjadi sebaliknya, perwakilanDikti malah berbalik mendukung pen-didikan subspesialis masuk dalam UUDikdok. ”Meski Panja Pemerintah men-coret pasal pendidikan subspesialis,tapi dalam batang tubuh tetap ada. Inijelas inkonsistensi. Saya pribadiberpandangan bahwa psp2 mestidimasukan dalam pendidikan formal.Karena secara de facto ini sudahberlangsung di fakultas kedokteran.

Dan sistem pendidikan kedokteranharus berpegang pada prinsip tigatungku, yaitu kolegium, institusi pen-didikan dan rumah sakit. Untuk itusaya menyarankan panja RUU mestimelihat realitas di lapangan,” tegasProf. Dr. Laksono Triantoro dari Uni-versitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Berkaitan dengan sikap panja peme-rintah, Prof. Mahyuddin menambahkan,pemerintah melalui Perpres telah me-netapkan subspesialis masuk dalamkonsep jenjang pendidikan dan posisi-nya stara dengan doktor.

Pendapat berbeda di sampaikanProf. Dr. Errol Hutagalung, SpB dari IDI.Menurut Ketua MKKI ini pendidikansubspesialis tidak bisa lepas dari in-duk spesialisnya. Spesialis beserta tu-runannya jangan dipisah-pisahkan da-lam jenjang pendidikannya. “Spesialisbeserta turunannya biar dalam satu ke-ranjang,” ujar Prof. Errol.

Jadi, tambahnya, saat ini yang mestidilakukan adalah mendapat pengakuansecara de jure. Sementara seorang kon-sultan tetap bisa memberi praktik spe-sialis. Dengan demikian dalam STR nyaseorang konsultan tidak tertera sub-spesialisnya tapi hanya spesialisnya.

Sejauh ini, lanjut Prof. Errol, MKKIsudah menyiapkan konsep akademikSp2 dan melakukan loby-loby ke Diktidan KKI. Diharapkan konsep ini diteri-ma dan dapat dikeluarkan per Konsil.Diharapkan naskah ini sinergi denganUU Dikdok.

Pandangan Prof. Errol disanggahDR. Dr Sukman T. Putra, SpA(K), FACC,FESC. Menurut Dr. Sukman, jenjang pe-ndidikan itu mesti melihat tingkat kom-petensinya. Pendidikan subspesialismemiliki kompetensi berbeda denganspesialis. ”Pendidikan subspesialisberbeda dengan spesialis karena kom-petensi berbeda,” ujarnya.

Pendapat Dr. Sukman didukung Dr.Ratna. Dekan FKUI ini mengatakanpendidikan subspesialis merupakanpendidikan berkelanjutan yang mestidiformalkan agar mutunya terjamin danmelindungi dokternya. “Jadi jangan di-katakan pendidikan subspesialis cumasekeranjang dari spesialis. Tapi ini ada-lah pendidikan berkelanjutan yang me-mang dibutuhkan. “Memang KKI tidakmemiliki faham yang sama dengan fa-kultas,” tandasnya. (HI)

Raibnya pasal tentang pendidikansubspesialis membuat geraminstitusi pendidikan, tak terke-cuali Fakultas Kedokteran Univer-sitas Indonesia. Dekan FKUI Dr.

Ratna Sitompul, SpM (K) beser tajajarannya menyambangi Komisi X DPRuntuk melaksanakan Rapat DengarPendapat Umum pada 2 Februari2012.

Pada RDPU itu, selain dari FKUI ha-dir pula dari panja pemerintah yang ter-diri dari Dikti, IDI, dan KKI, dan panjaDPR. Rapat yang dipimpin Ketua Komi-si X Prof. Dr. Mahyuddin, SpOG men-dengarkan masukan dan saran dari De-kan FKUI. Dr. Ratna mengatakan jen-jang pendidikan subspesialis harus di-masukan dalam UU Pendidikan Kedok-teran. Pasalnya, hal tersebut merupa-kan amanat yang terdapat dalam bebe-rapa regulasi seperti UU Praktik Kedok-teran tahun 2004, UU Sisdiknas tahun2003, sesuai dengan Sistem Kesehat-an Nasional 2009, serta beberapa re-gulasi lain. “Dari regulasi sebelumnyapendidikan subspesialis mesti ada danmasuk dalam UU Dikdok,” tegas Dr.Ratna.

Dalam SKN misalnya, Dr. Ratnamencontohkan, disebutkan bahwa pe-layanan kesehatan terselenggara seca-ra berjenjang mulai dari primer, sekun-der dan tersier. Setiap jenjang dilaksa-nakan oleh tenaga medis yang sesuaidengan kemampuan dan kompetensi-nya. Untuk itu, pelayanan tersier hanyadapat dilakukan oleh dokter subspe-sialis.

Dari sisi pendidikan, tenaga subspe-sialis merupakan tenaga pendidik spe-sialis. Hal tersebut telah tertuang da-lam UU Tentang Guru dan Dosen tahun2005 dan UU Sisdiknas tahun 2003.Disana dikatakan bahwa lulusan dokterspesialis merupakan tenaga didik un-tuk calon dokter, lulusan dokter sub-spesialis adalah tenaga didik untuk ca-lon dokter spesialis dan subspesialis.

Institusional Base VSHospital Base

Sesuai dengan Keputusan MajelisWali Amanat UI tahun 2009 yang me-nyatakan Universitas Indonesia mem-

Dekan FKUI DR. Dr. Ratna Sitompul, SpM(K):

Pendidikan SubspesialisMesti Diformalkandan Terstruktur

Prof.Dr. Bambang Supriyanto, SpA(K), DR.Dr.Zulkifli Amin, SpPD, K-P, DR.Dr.Iman Subekti, SpPD,K-EMD, Dekan FKUI DR. Dr. Ratna Sitompul, SpM, Prof.Dr. ZubairiDjoerban, SpPD, K-HOM, DR.Dr.Siti Setiati, SpPD, K-Ger, DR.Dr. Sukman T. Putra, SpA dan DR.Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH

Rapat dengar pendapat umum RUU Dikdok, FKUI bersama Komisi X DPR dan panja pemerintah di ruang sidangkomisi X, Senayan.

SOROT UTAMA

Tarik ulur pembahas-an jenjang pendidik-an subspesialis cukupalot. Meski tidak di-akui KKI, secara defacto fakultas kedok-teran telah menye-lenggarakan pendi-dikan subspesialis.Kenapa institusi pen-didikan tidak bolehmenyelenggarakanpendidikan subspe-sialis. Memang KKItidak memiliki fahamyang sama denganfakultas.

DO

K.

PA

PD

I

Tenggat waktu Rancangan Undang-Undang Pendidikan Kedokterantinggal hitungan hari. RUU Dikdokini mesti masuk dalam rapat pleno

DPR pada 29 Maret 2012. Namunmateri yang tersusun masih mengun-dang perdebatan. Menurut Ketua Komi-si X DPR Prof. Dr. Mahyuddin, NS,SpOG dari 540 masalah yang sudahterselesaikan 300 masalah. Masih ada240 masalah yang masih dalam pem-bicaraan. Diantaranya adalah tentangjenjang pendidikan subspesialis. “Pen-didikan kedokteran berbeda denganpendidikan profesi lain. Oleh karena ituDPR berinisiatif menggagas UU ini,” ka-ta Prof. Mahyuddin pada Seminar RUU

Pendidikan Kedokteran di aula FKUI,24 Februari 2012.

Prof. Mahyuddin bersama panja DPRlainnya mendapat asupan soal pendi-dikan dari pakar yang hadir acara itu.Seminar yang diketuai oleh DR. Dr. SitiSetiati, SpPD, K-Ger, FINASIM, MEpidini mengundang pembicara dari berba-gai institusi kedokteran, seperti Sekre-taris Jenderal AIPKI DR. Dr. Ratna Si-tompul, SpM, Ketua MPPK IDI Prof.Dr.Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FINA-SIM, Panja Pemerintah Prof. DR. Dr. Ak-mal Taher, SpU, Ketua Pendidikan Sub-spesialis Departemen Ilmu KesehatanAnak FKUI-RSCM DR. Dr. Sukman T.Putra, SpA, Dekan FK Unsri Palembang

Dr. H.M Zulkarnain, MMed, ScPKK danPanja DPR Prof. Mahyuddin, SpOG.

Dr. Ratna mengatakan jenjang pen-didikan subspesialis telah terselengga-ra di beberapa fakultas kedokteran diIndonesia. Tenaga-tenaga subspesialisini merupakan kebutuhan fakultas yangakan menjadi pengajar pada jenjangspesialis. Untuk itu, tenaga konsultanini mesti diatur baik jumlah maupun

mutunya oleh institusi pendidikan.“Penjaminan mutu subspesialis harusdilakukan oleh institusi pendidikanyang telah terstandar,” tegasnya.

Salah satunya adalah FK UniversitasSriwijaya, Palembang yang telah me-nyelenggarakan pendidikan subspesia-lis. Menurut Dr. Zulkarnain, hal terse-but sesuai dengan UU Sisdiknas danPeraturan Pemerintah No 19 tahun2005 tentang standar pendidikan.“Baik dokter umum, spesialis, subspe-sialis secara berjenjang diselenggara-kan oleh perguruan tinggi agar mutupendidikannya terjamin,” ujarnya.

Pendapat Dr. Zulkarnain senada de-ngan DR. Dr. Sukman T. Putra, SpA.Menurut DR. Sukman jenjang pendi-dikan subspesialis dapat disetarakandengan jenjang akademik doktor de-ngan beberapa penambahan bidangstudi yang diambil. Oleh karena itu,tambah Dr. Sukman, sejatinya pendi-dikan kedokteran dalam berbagai jen-jang merupakan pendidikan formal, bu-kan non formal.

Dengan demikian, ada penjaminanmutu yang akan berimplikasi pada pe-layanan kesehatan. Menurut Prof. Ak-mal pelayanan yang baik di rumah sakitpendidikan mencerminkan proses pen-didikan yang baik. Oleh karena itu,Prof. Akmal mengusulkan agar dalamUU Pendidikan Kedokteran perlu diinte-grasikan rumah sakit pendidikan de-ngan fakultas kedokteran. “Dari berba-gai penelitian, tidak diragukan lagi inte-grasi antara rumah sakit dengan insti-tusi pendidikan akan membangun sis-tem pelayanan kesehatan yang opti-mal,” ujar Direktur Utama RSCM ini.

Pelayanan kesehatan yang baik diera globalisasi ini merupakan tuntutanyang tak bisa ditawar-tawar lagi. Prof.Zubairi Djoerban mengatakan hendak-nya Undang-Undang Dikdok ini jugamempertimbangkan kompetensi-kom-petensi kesehatan global. Dengan begi-tu, mahasiswa kedokteran akan dibe-kali kompetensi tersebut yang nantinyadapat menjawab tantangan di era kese-hatan global ini. (HI)

9Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

Pelayanan yang baikdi rumah sakit pen-

didikan mencer-minkan proses pen-didikan yang baik.Penjaminan mutusubspesialis harus

dilakukan oleh insti-tusi pendidikan yang

telah terstandar

Para pembicara pada Seminar RUU Pendidikan Kedokteran di aula FKUI.

SOROT UTAMA

Seminar RUU Pendidikan Kedokteran-FKUI

UU Pendidikan KedokteranMesti Bisa MenjawabTantangan Global

Ketua Komisi X DPR Prof. Dr. Mahyuddin, NS, SpOG.

Prof. DR. Dr. Akmal Taher, SpU.

FO

TO

-FO

TO

: D

OK

. P

AP

DI

PROFIL10 Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

Tahun 2011 lalu, Prof. Dr. Nuzir-wan Acang SpPD, K-HOM, FINA-SIM memasuki usia pensiun. Ta-pi, momen tersebut ternyata ti-dak mampu membuat aktivitas-

nya terhenti. Meski telah pensiun, FKUniversitas Andalas Padang tetap me-minta Prof. Acang untuk membaktikantenaga, waktu, dan pikirannya.

Untunglah, fisik dan stamina ProfAcang mampu memanipulasi usianya.Di usia lebih dari 65 tahun, ia masihsegar menjalankan kegiatannya. Saatini, ia menjabat sebagai Ketua ProgramStudi PPDS Konsultan Bagian Penyakit

Dalam FK Unand. Di organisasi, iaadalah penasehat PB PAPDI, KetuaPerhimpunan Hematologi dan TransfusiDarah Indonesia Cabang Padang, WakilKetua PMI Wilayah Sumbar, dan WakilKetua I PP Perhimpunan Hematologidan Onkologi Medik Penyakit DalamIndonesia.

Kesibukannya baik di profesi mau-pun organisasi, menurutnya telah bia-sa dilakukan. Dan, Prof. Acang tidakmerasa terbebani dengan jadwal yangpadat. "Disiplin adalah kuncinya," ujar-nya. Dengan disiplin, ia justru merasabebas sesibuk apapun.

Hal yang sama berusaha ia tanam-kan di lingkungan kerjanya. Prof. Acangdikenal tegas dalam menjalankan ko-mitmen yang telah ditetapkan bersa-ma. Pernah suatu ketika ada staf yangtidak masuk selama tiga kali berturut-

turut, maka Prof. Acang tidak seganmemberikan teguran hingga sanksi."Semua untuk kebaikan bersama. Ka-rena jika tetap seperti itu akan meng-ganggu yang lain, yang sudah disiplin,"ujar pria kelahiran 11 Juli 1946 ini.

Di sisi lain, Prof. Acang tidak seganmemberikan reward, misalnya denganmengajak staf ikut serta jika ProfAcang harus ke luar kota. "Meski tidakada dana, saya coba usahakan," ujar-nya. Selain stafnya dapat melihat ritmekerja di tempat lain, ke luar kota, mi-salnya ke Jakarta, juga akan memberi-kan suasana yang berbeda dengan ru-

tinitas sehari-hari.Dengan disiplin itu pula

ia menjalankan aktivi-tasnya yang lain, yaitu sebagaiManager PIU Pembangunan UniversityHospital Universitas Andalas Padang.Project ini merupakan bagian dari proj-ect pemerintah di bawah supervisiDIKTI yang pada saat yang sama dia-manatkan kepada FKUI, FKUNS, dan FK Unand."Sekarang sedang da-lam tahap pre de-sain," ujarnya. ProfAcang menggambarkannantinya desain harusmampu mengakomodasi kebutuhanbaik untuk pendidikan maupun peneliti-an disamping untuk pelayanan.

Prof. Acang mengatakan ia tidak kua-sa menolak ketika diminta oleh Rektor

Unand untuk menjalankan amanat seba-gai Manager PIU dalam membangun uni-versity hospital untuk mengembangkanpendidikan dan penelitian di Unand. Pa-dahal saat itu, Prof Acang sudah hampirmemasuki usia pensiun. Menurutnya,untuk urusan pendidikan, ia akan selalumenyediakan waktu dan tenaganya.

Motivasi untuk mengembangkanpendidikan pula yang mendorongnyamemasuki departemen penyakit dalamketika ia lulus dari Unand tahun 1973.Saat itu, Unand masih sangat kekuran-gan staf pengajar dan bidang ilmupenyakit dalam menarik minatnya."Begitu lulus, saya langsung mengikutipendidikan," ujarnya. Selama 8 tahunia menjalani pendidikan penyakit dalamtidak hanya di Padang, melainkan jugadi Jakarta. "Saya menjalani pendidikandi sub-bagian jantung, metabolik-endokrin dan ginjal di FKUI," katanya.

Usai menyelesaikan pendidikan pe-nyakit dalam, Prof Acang menjalanipendidikan di bidang penyakit tropikinfeksi. Namun bidang hematologi saatitu urgent membutuhkan staf, sehingga

Prof. Dr. Nuzirwan Acang SpPD, K-HOM, FINASIM bersama keluarga

usai mendapatkan diploma di bidangpenyakit tropik dan infeksi di Bangkok,Thailand pada tahun 1979, Prof. Acangmendalami bidang hematologi.

Untuk lebih menyelami ilmunya, ProfAcang mengambil pendidikan kemotera-pi di Paris Perancis pada 1995 dan Vie-na Austria pada 2005.

Disiplin Sejak BeliaProf. Acang mengenang, sosok yang

mendorongnya untuk memasuki duniamedis adalah ibunda. Sang ibu, adalahseorang bidan di jaman pendudukanBelanda. Prof . Acang yang merupakananak kedua dari sembilan bersaudaradiminta ibunya untuk menjadi dokter,karena anak pertama lebih tertarikmenekuni teknik.

Dari ibunya pula, pendidikan disiplinitu ditanamkan dalam keluarga Prof.Acang. "Mungkin karena ibu saya hasildidikan Belanda, maka ia mendidik ka-mi dengan cara Belanda juga," ujarnya.Sejak bangun tidur pagi hari, setiapanak harus mengerjakan kewajiban un-

Tak heran jika jiwa seni begitu lekat padaputeranya. Prof. Acang sewaktu muda,adalah seorang pemusik. Ia di KotaBukittinggi Sumatera Barat bahkan memilikigrup musik yang kerap diundang saat adahajatan di kampung.

Prof. Dr. Nuzirwan Acang SpPD, K-HOM, FINASIM

Antara Medis, Musik, danAdat MinangAntara Medis, Musik, danAdat Minang

Prof. Dr. Nuzirwan Acang, SpPD, K-HOM, FINASIM

PROFIL

tuk sekolah maupun pekerjaan rumah.Sang ayah pun tak kalah keras dalam

mendidik anak yang menekankan agarbekerja giat, berbuat yang terbaik bukansemata hanya mengharapkan sesuatu.Meski keluarganya tidak kekurangan da-lam sisi materi, sang ayah tidak mento-lerir jika anaknya hidup berleha-leha.

Prof . Acang menjalankan apa yangditanamkan kedua orang tuanya. Takheran jika Prof. Acang dipercaya untukmenduduki berbagai jabatan. Namun iamenekankan, ia tidak pernah mengha-rapkan suatu kedudukan. Bahkan keti-ka ia diminta untuk menjadi Wakil Di-rektur Administrasi dan Keuangan RSDr. M. Djamil Padang pada 1999, iasempat menolak. Namun karena direk-tur periode sebelumnya juga turut me-minta Prof. Acang membantu, ia puntak kuasa menolak.

Disiplin dan kerja keras pula yang iaterapkan pada kedua anaknya, IkhsanPerdana, Bc. Hon. Music Engineer danFikrian Hadi, S.T. Tidak seperti dirinyayang diminta untuk menekuni duniamedis, Prof. Acang membebaskan put-eranya untuk memilih bidang yangdisukai. Dan, tak satupun yang terjundi dunia medis.

Putera kedua Prof Acang telah lulusdari ITB. Dan yang unik, putera perta-ma justru memilih melanjutkan sekolahmusik di Malaysia dan kini menjadikomposer musik di Kuala Lumpur.

Meski awalnya kaget karena puterapertamanya menggeluti hobi bermusik-nya, Prof. Acang dan istri tidak mampuberbuat apa-apa. Sampai suatu ketika,ia dan istri diundang ke Malaysia untukmenonton pertunjukan anaknya. Ter-nyata, istrinya sedemikian terpukaumendengar hasil karya anaknya. Usaipertunjukan, istrinya menangis sambilberkata, "Mama rela Pa, mama seka-rang rela ia memilih musik."

Sebenarnya, tak heran jika jiwa senibegitu lekat pada puteranya. Prof.Acang sewaktu muda, adalah seorangpemusik. Ia di Sumatera Barat bahkan

memiliki grup musik yang kerap diun-dang saat ada hajatan di kampung.

Perhatiannya di luar dunia medis, ki-ni tercurahkan pada kampung hala-mannya Koto Gadang. Sekitar 8 tahunlalu, Prof. Acang diangkat sebagai "Da-tuk", tetua di antara kerabat di kam-pungnya. Selain bertanggung jawab pa-da masalah kemasyarakatan sukunya,ia juga harus menjaga adat istiadatkampungnya. Dan soal adat istiadat inimenjadi titik perhatiannya.

Bicara soal adat, Prof. Acang mengi-sahkan, salah satu upaya agar adat is-tiadat tetap lestari adalah dengan perni-kahan yang kedua mempelai berasaldari daerah yang sama. "Ketika seseo-rang menikah dengan orang lain daerah,

kecil kemungkinan ia akan selalu kem-bali ke kampung halaman, termasuk un-tuk melestarikan pusaka adat," ujarnya.

Meski demikian, ia tak akan me-maksakan adat Siti Nurbaya pada ke-dua puteranya yang belum menikah."Sekarang sudah bukan jamannya,"ujarnya. Tapi, perkawinan orang tua pa-da jaman dahulu, meski dijodohkan,banyak yang masih langgeng. "Mungkinkarena kami tidak banyak menuntutapa-apa dan saling menerima pasang-an kami," ujar Prof. Acang. "Istri sayamisalnya, menerima saya dengan kesi-bukan saya, dan saya sepenuh hatimenjaga kepercayaan yang diberikanoleh istri saya."

Prof Acang kini tengah membuat

buku mengenai adat istiadat Kotoga-dang termasuk tata cara menjalankanadat, seperti menyelenggarakan perni-kahan atau upacara kematian. ProfAcang memiliki tim untuk mengumpul-kan data dan riset. Ia sendiri lebih ber-peran sebagai editor. "Sejauh ini sudahrampung 2 buku," ujarnya. Buku terse-but akan diwariskan kepada generasiselanjutnya. "Malu saya jika sampaimereka tidak paham (adat istiadat),"ujar Prof Acang.

Bagi Prof Acang semua yang dila-kukannya kini lebih merupakan amalibadah sebagai bekal kehidupan selan-jutnya. "Semuanya Lillahi Ta'ala," ujarProf Acang. Dan ia tampak menikmatiwaktu dan kesibukannya. (HI)

11Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

PAPDI Store menyediakan pernak-pernikdengan berlogokan PAPDI. Merchandiseini untuk mensosialisasikan logo PAPDIsebagai suatu merek yang telah dipaten-kan, di kalangan sejawat, terutama inter-nis. Dengan begitusemoga PAPDI lebihdekat lagi di hatianggotanya.

Untuk pemesananHubungi (021) 2300818

PAPDI Merchandise

Workshop: Penatalaksanaan Nyeri Kanker

No. Cabang Tanggal

1 Sumatera Utara 10 Maret2 Makassar Tbc 3 Pekanbaru Tbc 4 Denpasar Tbc 5 Palembang 17 Maret 6 Padang 24 Maret 7 Jakarta Raya 31 Maret 8 Semarang 7 April 9 Jawa Barat 14 April 10 Surabaya 21 April 11 Malang 19 Mei 12 Solo 15 Sept. 13 Banten 29 Sept. 14 Bekasi 13 Oktober 15 Pontianak 20 Oktober

Workshop: Comprehensive Management ofLipid Disorders And Hypertension in DailyPractice

No Cabang Tanggal

1 Jakarta 10 Maret 2 Medan 14 April 3 Bandung 5 Mei 4 Solo 9 Juni 5 Palu 16 Juni 6 Banjarmasin 7 Juli 7 Bandarlampung 15 Sept 8 Pekanbaru 6 Okt

Workshop: Nutrisi

No. Cabang Tanggal

1 Bogor 31 Maret – 1 April 2 Sumatera Barat 26 – 27 Mei 3 Kupang 20 – 21 Oktober

Workshop: Update on Rheumatology 2012

No Cabang Tanggal

1 Surabaya 5 Mei 2 Denpasar 14 April 3 Makasar 17 Maret 4 Palembang 9 Juni 5 Pekanbaru 14 Juli

Workshop: Controling All Key BP Parameters:The Next Big Target in Hypertension

No Cabang Tanggal

1 Jakarta 3 Maret 2 Surabaya 18 Maret 3 Medan 28 April 4 Bali 9 Juni 5 Pontianak 19 Mei

Workshop: Comprehensive Management ofNausea-Vomiting & Acid Related Diseases

No Cabang Tanggal

1 Surabaya 21 April 2 Sumatera Utara 5 Mei 3 Yogyakarta 2 Juni

*Jadwal dapat berubah bila diperlukan

AGENDA KEGIATAN ROADSHOW PAPDI TAHUN 2012*

karena kasus-kasusemergensi di rumahsakit yang merupa-kan kompetensi pe-nyakit dalam besarsekali. EIMED ini se-moga bisa dilaku-

kan di daerah-daerah, sehingga internisdi daerah dapat meningkatkan kemam-puannya di bidang ini. EIMED yang per-tama di dunia.

Dr. R. Bowo Pramono, SpPD,K-EMD, dari PAPDI Cabang

Yogyakarta

EIMED mempermu-dah memahamiemergensi penyakitdalam. Modul-mo-dul EIMED dapatditerapkan di pusat-

Setelah sukses meluncurkan bukuEIMED (Emergency in Internal Me-dicine) PAPDI, PB PAPDI melanjut-kan program kegawatdaruratan pe-

nyakit dalam ini dengan mengadakanworkshop “Pelatihan Narasumber EI-MED PAPDI” pada 17-19 Februari 2012di Hotel Harris, Jakarta. Pelatihan ini di-ikuti oleh para tutor dari seluruh cabangPAPDI di Indonesia. “Pada acara ini se-ngaja kita memilih sejawat dari tiap-tiapcabang yang ada, agar nantinya bisamembantu workshop ke daerah-dae-rah,” ujar Koordinator EIMED Dr. Bam-bang Setyohadi, SpPD, K-R.

Program ini, lanjut Dr. Bambang,akan dilanjutkan dengan penerbitan bu-ku jilid dua dan tiga yang disertai de-ngan pelatihan EIMED bagi internis dandokter umum. “EIMED menjadi standarkegawatdarurutan ilmu penyakit dalam.Kelebihan EIMED materinya telah dise-suaikan dengan kondisi dan kasus-ka-sus yang sering terjadi di Indonesia,” ka-tanya

Dr. Haerani Rasyid, SpPD, K-GH, FINASIM, dari PAPDI Ca-bang Makassar, Sulawesi Selatan

EIMED ini pentingsekali karena ka-sus-kasus emer-gensi penyakit da-lam cukup besar,sekitar 40 persen.Seorang internis ha-

rus meningkatkan kompetensi ini, se-hingga kasus-kasus emergensi penyakitdalam dapat ditangani oleh internis, bu-kan bidang lain bukan kompetensinya.Workshop seperti ini bermafaat sekalisebaiknya dapat dilakukan berkala, mi-nimal 2 kali setahun.

Dr. Samuel MaripadangBaso, SpPD, FINASIM, dariPAPDI Cabang Tanah Papua

Kegawatdarurutan penyakit dalam su-dah lama dipikirkan. Baru periode Dr. Arubisa berjalan. Ini merupakan hal penting

DO

K.

HI

12 Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

pusat pendidikan karena materinya cu-kup up to date dan dibuat oleh ahlinya.EIMED dapat setara dengan ACLS, jadidokter umum dapat mengambil work-shop ini.

Dr. C. Singgih Wahono, SpPDdari PAPDI Cabang Malang

EIMED dapat men-jawab kebutuhankami dalam mena-ngani kasus-kasusemergensi penyakitdalam yang cukupdominan di rumahsakit. Program ini

mesti dibuat standarnya dan dilakukanterjadwal terutama ke daerah-daerah.Seorang internis harus memiliki skill ini,ia harus bisa dan lebih bisa menanganipasien-pasien emergensi. (HI)

KABAR PAPDI

I lmu kedokteran merupakan perpadu-an ilmu pengetahuan alam dan ilmupengetahuan sosial. Keputusan me-dis yang didasari ilmu kedokteran

berimplikasi terhadap kehidupan pa-sien. Keputusan medis ditetapkan se-cara profesional dengan memperhati-kan kondisi pasien. Bahkan dokter di-tuntut dapat mengambil tindakan me-dis dikala kondisi emergensi. Tentu inibukan perkara mudah, mengambil ke-putusan yang tepat di tengah waktuyang sempit. Salah-salah nyawa pasientaruhannya.

Namun seorang internis tak bisa le-pas dari pasien gawat darurat. Berkait-an hal tersebut, PB PAPDI mengakomo-dasi kebutuhan internis dengan mener-bitkan buku Emergency in Internal Me-dicine (EIMED) PAPDI sebagai upayauntuk meningkatkan kompetensi ang-gotanya dalam menangani kasus-ka-sus kegawatdaruratan penyakit dalam.“Kami (PAPDI) berharap internis dapatlebih baik memberikan pelayananemergensi dan tidak menolak pasien

emergensi,” kata Dr. Bambang Setyo-hadi, SpPD, K-R, FINASIM, salah satueditor EIMED PAPDI.

Buku Emergency in Internal Medicine(EIMED) PAPDI bukan sekadar mem-perkaya khazanah literatur kedokterandi Indonesia, namun juga menjawabkebutuhan para dokter, terutama in-ternis dalam menghadapi kasus-kasuskegawatdaruratan medik. Berbeda den-gan referensi kegawatdaruratan lain,EIMED PAPDI adalah buah karya 50pakar-pakar ahli penyakit dalam di In-donesia. Kasus-kasus kegawatdarurat-

an penyakit dalam, termasuk kardiologidan paru, dibahas secara paripurna.Lebih menarik lagi, buku ini bukan sajamembekali internis ketika menerimapasien emergensi di rumah sakit, tapijuga memberi penjelasan basic life sup-port seperti resustasi jantung dan paruagar mampu menghadapi kasus emer-gensi di prehospital, termasuk padakegawatdaruratan saat bencana alam.

Buku terbitan Interna Publishing inidisuguhkan secara sistematis dan mu-

dah dipahami. Dengan begitu, diharap-kan dapat membantu internis meng-ingat kembali materi-materi kegawatda-ruratan yang pernah diperoleh saatmenjadi residen. EIMED PAPDI ini diba-gi menjadi tiga jilid. Pada jilid pertama,mengenai EIMED dasar dan kegawat-daruratan penyakit dalam ditinjau dari

gejala-gejala yang dirasakan pasien pa-da waktu datang ke unit gawat darurat.Jilid kedua mengenai kegawatdarurat-an ditinjau dari pendekatan penyakit,dan jilid ketiga membahas prosedurdan tindakan dalam kegawatdaruratanpenyakit dalam.

Serupa dengan ACLS atau ATLS, ta-pi EIMED dirancang sebagai panduanuntuk mempelajari kegawatdaruratanpenyakit dalam. Layaknya suatu buku,EIMED PAPDI mengacu pada standar

prosedur emergensinan ideal, namun aplikasinya dapat dit-erapkan untuk kondisi di Indonesia.Untuk lebih memahami penerapankegawatdaruratan, PB PAPDI menga-dakan kursus kegawatdaruratan sela-ma tiga hari. Kursus ini terdiri dariempat modul yang akan mengulasberbagai kasus kegawatdaruratan yangkompleks bersama para pakar dibidan-gnya. “Kita akan mendiskusikan kasus-kasus yang rumit. Dan kita akan mem-buka wawasan internis bagaimanamenangani kegawatdaruratan padaprehospital. Bukan hal yang tidakmungkin internis turun dalam prehos-pital atau bencana,” ujar Dr. Bambang.

Berkaitan dengan pelatihan EIMED,Dr. Bambang mengatakan PAPDI semen-tara akan menyelenggarakan Training ofTranee (TOT) EIMED, pada 17-19 Fe-bruari 2012.Buku EIMED jilid pertamasudah terbit Oktober 2011 lalu. Jilid per-tama terdiri dari 50 bab yang ditulis oleh50 pakar. Sementara jilid kedua danketiga masih dalam proses penulisan.Seiring dengan perkembangan ilmu ke-dokteran, PAPDI akan selalu memperba-harui isinya. Dan PAPDI terbuka atas sa-ran atau kritik untuk kesempurnaan bu-ku ini. Dengan begitu, diharapkan inter-nis memiliki kompetensi yang lebih baikdalam menangani kasus-kasus emer-gensi yang mengancam keselamatanjiwa pasien di negeri ini. (HI)

Seorang internis dituntut mampu berlombadengan waktu dalam menentukan keputusanmedis bagi pasien emergensi. Menghasilkankeputusan tepat dan cepat di tengah waktuyang ketat merupakan perkara sulit. PB PAPDImenjawabnya dengan menerbitkan bukuEIMED dan pelatihan kegawatdaruratan.

Buku Emergency in Internal Medicine (EIMED) PAPDI:

Bangkitkan Sense OfEmergency Internis

Dr. Bambang Setyohadi, SpPD, K-R, FINASIM, salahseorang editor EIMED PAPDI

TOT EIMED PAPDI:Mengasah Kompetensi EmergensiPenyakit Dalam

Suasana workshop “Pelatihan Narasumber EIMED PAPDI”.

FO

TO

-FO

TO

: D

OK

. H

I

13Halo Internis Edisi 20 Maret 2012KABAR PAPDI

KKasus hepatitis A yang merebak dibeberapa daerah membuat resahmasyarakat. Pada waktu bersama-an beberapa daerah di Jawa Barat

seperti Bandung, Depok, Tasikmalaya,dan Bogor telah ditetapkan sebagai Ke-jadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A.Kondisi ini menjadi perhatian PBPAPDI. Untuk itu, PB PAPDI bersamaPerhimpunan Peneliti Hati Indonesia(PPHI) berbagi informasi dalam Konfe-rensi Pers seputar Hepatitis A, di Kan-tor PB PAPDI, Gedung ICB Bumiputera,Cikini. Hadir sebagai narasumber Ke-tua Umum PPHI DR. Dr. Rino A. Gani,SpPD, K-GEH, FINASIM yang didampin-gi Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI

Dr. Sally A. Nasution, SpPD,K-KV,FINASIM selaku moderator.

Menurut Dr. Rino, gejala klinis infek-si virus hepatitis A sangat bervariasi,mulai dari tanpa gejala hingga ganggu-an fungsi hati, namun umumnya tidakberat. Kebanyakan 80 persen pasienyang terinfeksi hepatitis tidak meng-alami suatu gejala, sehingga pasien ti-dak sadar kalau dirinya sudah terinfek-si virus. Hanya sekitar 20 persen sajayang menunjukkan gejala.

Ia menambahkan, setelah melewatimasa inkubasi selama 15-49 hari,barulah pasien dapat merasakan geja-la seperti misalnya, lemas, mual, mun-tah, demam, dan kadang diare. "Hepa-

titis A termasuk jenis yang akut (ber-langsung kurang dari 6 bulan). Sedang-kan hepatitis B dan C biasanya hepati-tis kronik (lebih dari 6 bulan)," katanya.

Untuk pengobatan infeksi virus he-patitis A dapat dilakukan secara supor-tif. Karena menurut Dr. Rino, tidak adaobat untuk membunuh virus tersebutsecara langsung dan memang tidak

diperlukan obat-obatan. Pasalnya, virustersebut akan hilang dengan sendirinyadalam darah. "Pengobatan suportifyang dimaksud misalnya, kalau pasienmuntah harus diberikan obat untuk me-ngurangi muntahnya. Atau jika pasienkekurangan cairan, dapat diberikancairan infus untuk mengatasi kekurang-an cairan tersebut," jelasnya.

Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN)PAPDI adalah kegiatan ilmiah Pe-ngurus Besar Perhimpunan DokterSpesialis Penyakit Dalam Indone-

sia yang diselenggarakan setiap tahundengan mengulas perkembangan terba-ru mengenai diagnosis dan tata laksanaseputar penyakit dalam. Pada 2011 la-lu, PB PAPDI bekerjasama dengan PAPDICabang Makassar menggelar PIN IX diHotel Clarion, Makassar, Sulawesi Sela-tan, 14-16 Oktober 2011 lalu. Kegiatanilmiah ini mengedepankan tema “Up-date in Diagnostic Procedures andTreatment in Internal Medicine”.

Ketua Panitia PIN IX Prof. DR. Dr.Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC,FESC, FAPSIC mengatakan kegiatan PINini bertujuan membantu internis di selu-ruh Indonesia untuk meningkatkan ke-trampilan dan meng-update ilmu penge-tahuan khususnya di bidang Ilmu Penya-kit Dalam. Dengan begitu, diharapkanpara internis mampu memperoleh pe-ngetahuan dan ketrampilan tambahandalam rangka peningkatan pelayanansecara holistik kepada pasien.

PIN IX dibuka langsung oleh KetuaUmum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo,SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Selanjut-nya, acara diisi dalam bentuk simpo-sium, temu ahli dan lokakarya denganpembicara yang kompeten. “Dalam pe-laksanaan PIN, PIN di Makassar meru-pakan PIN dengan jumlah peserta terba-

nyak,” kata Dr. AruMeningkatnya jumlah peserta PIN di-

akui Ketua PAPDI Cabang Makassar,Prof. DR. Dr. Syamsu, SpPD, K-AI, FINA-SIM. Menurut Prof. Syamsu yang men-jadi daya tarik dari setiap kegiatan PINadalah materi yang disuguhkan panitia.Begitu pula dengan kemasan acara yangapik, sangat memungkinkan peserta un-tuk dapat menjalin interaksi dengan pa-ra pembicara. “Tema-tema yang disu-guhkan sesuai dengan kebutuhan seja-wat ketika berpraktik, terutama bagi se-

jawat yang ada di daerah. Selain itu, PINMakassar menjadi kesempatan bagidokter-dokter di wilayah Timur untuk sal-ing bersilaturahmi,” ujar Prof. Syamsu.

Pada kegiatan PIN ini materi di bi-dang ilmu penyakit dalam di bahas se-cara holistik. Salah satu perserta dariKepulauan Riau, Dr. Rayendra, SpPD,

FINASIM mengatakan yang menarik per-hatiannya mengikuti PIN ini karenatema-tema yang dihadirkan cukup luasdan menyeluruh. Ini yang membedakandengan kegiatan ilmiah dari subspe-sialis tertentu.”PIN menjadi agendawajib tahunan. Karena tema-temanyabersifat holistik. Dengan ini seorang in-ternis dapat selalu meng-update ke-

mampuan yang diperlukan dalam men-jalankan profesinya,” ujar internis yangberpraktik di RSUD Dr. Arifin AhmadRiau ini.

Lebih jauh, Dr. Rayendra yang jugaKetua PAPDI Cabang Riau ini mengakuimendapat manfaat yang besar meng-ikuti PIN. Menurutnya tema-tema PIN

dapat diaplikasikan ketika praktik. De-ngan begitu ia dapat meningkatkan kua-litas pelayanan kesehatan kepada ma-syarakat.

Tema yang menarik membuat acarayang berlangsung tiga hari ini setiap se-sinya selalu dipadati peserta. Beberapatema workshop yang menarik perhatianpeserta diantaranya: resusitasi jantungparu (RJP), strategi pemakaian obat antihipertensi pada hipertensi emergensi,penanganan DHF berat, terapi insulin,pemasangan akses vena & permasala-hannya, terapi non operatif pada hemo-roid, penatalaksanaan perioperative pa-sien penyakit dalam, endoskopi salurancerna: teknik dan interpretasinya danlain-lain.

Pada PIN IX ini juga dikenalkan pro-gram baru PB PAPDI yaitu Emergency inInternal Medicine (EIMED) PAPDI. Pro-gram ini diawali dengan meluncurkanbuku panduan EIMED PAPDI. MenurutKoodinator EIMED PAPDI, Dr. BambangSetiyohadi, SpPD, K-R, FINASIM buku iniberisi kasus-kasus kegawatdaruratandalam Ilmu Penyakit Dalam. Buku ini ter-diri dari tiga jilid, dan selanjutkan akandiadakan workshop kegawatdaruratanpenyakit dalam bagi internis. Selain un-tuk internis, PB PAPDI juga merancangprogram EIMED untuk dokter umum.

Di samping memperoleh ilmu dankeahlian yang memang dibutuhkan da-lam praktik, Kota Makassar menawar-kan beberapa tempat wisata alam nanindah. Tak ayal, sebagian peserta me-

manfaatkan kesempatan ini denganberwisata di kota Angin Mamiri. “Suatukehormatan bagi PAPDI Cabang Ma-kassar dapat mengadakan PIN ini. Te-rimakasih kepada para sejawat turutmensukseskan kegiatan ini sembari me-nikmati wisata di Makassar,” ujar KetuaPAPDI Cabang Makassar ini. (HI)

PB PAPDI bersama PPHI menggelar Konferensi Pers tentang Hepatitis A di Kantor PB PAPDI, Gedung ICBBumiputera, Cikini, Jakarta. Hadir sebagai narasumber Ketua Umum PPHI DR. Dr. Rino A.Gani, SpPD, K-GEH,

FINASIM dan sebagai moderator Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM.

PAPDI PeduliKLB Hepatitis A

PIN IX Makassar:

Meng-update Ilmudi Kota Angin Mamiri

PIN menyuguhkantema-tema menarikyang diulas secara ho-listik. Bagi para seja-wat terutama sejawatdi daerah, tema inimenjadi daya tariksehingga dapat di-aplikasikan di kamarpraktik.

Ketua Panitia PIN IX Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC memberi sambutanpada pembukaan PIN IX di Makassar.

Suasana salah satu sessi ilmiah pada PIN IX Makassar. Tampak Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R,FINASIM sebagai pembicara.

Salah satu work shop pada PIN IX Makassar, Dr. Dono Antono, SpPD,K-KV, FINASIM sebagai narasumber.

DO

K.

HI

DO

K.

HI

DO

K.

HI

14

International Sepsis Forum (ISF), 27 – 28 Oktober2011 lalu, di Beijing merupakan kegiatan tahunanpakar sepsis dunia, untuk membicarakan berbagaiperkembangan terbaru dan hasil penelitian terakhirdalam berbagai aspek yang terkait dengan guide-

lines, imunopatogenesis, penelitian biomolekuler danpenatalaksanaan mengenai sepsis.

Beberapa dokter dari Perhimpunan Dokter SpesialisPenyakit Tropik Infeksi Indonesia (PETRI) hadir padaacara tersebut. Diantaranya adalah Prof. Dr. IskandarZulkarnain, SpPD, K-PTI, Prof. Dr. Djoko Widodo, DTM &H, SpPD, K-PTI, Prof. Dr. Herdiman Pohan, SpPD, K-PTI,Dr. Budi Riyanto, SpPD, K-PTI, DR. Dr. Suhendro, SpPD,K-PTI, Dr. Samsirun Halim, SpPD, K-PTI,Dr. Soroy Lardo,SpPD dan Dr. Hambali.

Pada forum itu, PETRI, setelah melalui suatu seleksiyang ketat, mendapat kesempatan mempresentasikantiga poster penelitian dan satu laporan kasus. Keempattulisan tersebut dimuat dalam Critical Care 2011, 15(Suppl 3). Ketiga judul penelitian diantaranya LactateClearance as simple bedside instrument to predictshort term mortality of severe septic patients ( W Ham-bali, K Chen, D Widodo, E Dewiasty, HT Pohan, S Su-warto), Effect of low dose steroid on NF-kB and caspace-3 intestinal expression in a sepsis mouse model. (HAGuntur, HP Diding, HT Pohan, D Widodo). Low – dosecorticosteroid effect clinical improvement sepsispatients with APACHE II score (S Devi, AG Hermawan).Satu Laporan Kasus dari RSPAD Gatot Soebroto denganjudul Pulmonary Embolism in Sepsis Patient FollowingAppendectomy Surgery (S Lardo, A Arianne, K Chen).

Dalam kegiatan tersebut yang mendapatkan The2011 Stephen F Lowry Young Investigator Award So-phie Mwinsa Chimese dari Department Of Internal Me-dicine, University Of Zambia, Lusaka Zambia denganjudul Clinical characteristic, management, and out-comes of sepsis in Lusaka, Zambia. Penelitian ini mu-dah-mudahan memicu PETRI untuk melakukan pene-litian karakteristik dan manajemen sepsis di Indonesia.

Kegiatan IlmiahPada forus tersebut ada tiga sesi, yaitu plenary ses-

sion, palarel session dan clinical trials. Dalam plenarysession dibahas tentang definisi dan paradigma baruSepsis. Kriteria Sepsis yang dicetuskan oleh Riger

Bone dengan Bone Criteria perlu penegasan kembalidengan paradigma terbaru dimana sepsis terdiri daridua kriteria, yaitu sepsis dan syok sepsis.

Pada sesi lain juga dibahas aspek biomolekuler danimunologi sepsis. Topik The epithelium in sepsis mem-bahas bahwa suatu kejadian MODS terkait denganberbagai pathway yang menyebabkan disregulasi sis-tem imun berelaborasi dengan sitokin, oksidan, enzimyang merusak jaringan dan mediator proinflamasi lain-nya. Walaupun sampai saat ini proses biokimia danbasis biologi yang mendasari belum dipahami terkaitdengan histopatologi MODS. Namun yang diyakini saatini MODS disebabkan oleh disfungsi sel parenkim padamultipel organ yang disebabkan memburuknya sistemkontrol respon inflamasi. Terdapat harapan bahwa de-rangements formasi dan fungsi struktur khusus padasel epitel TJs (tight junctions) mungkin merupakan fak-tor utama terhadap disfungsi pada paru, hati, sistemsaluran cerna dan ginjal yang dikaitkan dengan sepsisyang disebabkan disregulasi proses inflamasi.

Beberapa Clinical TrialDalam sessi yang lain, dipresentasikan beberapa cli-

nical trial yang sedang berjalan dan direncanakan de-ngan skala besar. Diantaranya penelitian ACCES – Erito-rian, TLR4 antagonist pada sepsis berat sebagai anta-gonis yang berfungs sebagai inhibitor kompetitif terha-dap endotoksin pada level kompleks MD2TLR4, yang

sudah fase III dengan targetTLR pada inflamasi sistemik.Penelitian lain adalahPROWESS Shock: activatedprotein C in septic shocksebagai studi penting, walau-pun belum merupakan obatyang menjanjikan namun te-tap dalam tataran riset.

Selain itu ada penelitiantentang EGDT melalui Pro-CeSS, ARISE and ProMISEuntuk memfasilitasi standar-isasi EGDT dalam optimal-isasi tim sepsis dalam pena-

talaksanaan sepsis. ClinicalTrial yang akan dilaksanakan

ke depan adalah A large trial of corticosteroid treat-ment of septic shock – The Escape Study. Penelitian inibertitik tolak terhadap ‘jatuh bangunnya’ pemberiansteroid. Dalam The Surviving Sepsis Campaign 2008penggunaan dosis rendah kortikosteroid masuk lowgrade recommendation. Berdasarkan kontroversi terse-but, akan dilakukan suatu studi multisenter denganjumlah kasus yang besar yaitu ESCAPE study melaluiANZICS clinical trials group.

Sepsis Sebagai TantanganAhli Penyakit Dalam

Bagaimanapun dengan meningkatnya kasus infeksidengan berbagai komorbid penyakit, baik di daerahmaupun di pusat rujukan, kasus sepsis hendaknyamenjadi perhatian penting bagi setiap ahli penyakitdalam, terutama dalam pemahaman EGDT berdasar-kan Sepsis Campaign. Hal utama yang perlu menjadiperhatian adalah upaya dan usaha bersama untuk se-nantiasa belajar dan berusaha meningkatkan kompe-tensi dalam penatalaksanaan sepsis dengan berusaha‘berguru’ pada pakarnya serta selalu sharing dariberbagai kasus sepsis yang dihadapi. Dengan demi-kian, melalui kolaborasi sebagai tim sepsis, kesung-guhan, keikhlasan dan jangan lupa “bekerjasama” de-ngan keluarga pasien menjadi hal penting dalam keber-hasilan penatalaksanaan sepsis. (HI)

Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

Rombongan Petri Indonesia dari kiri: DR. Dr. Suhendro, SpPD, K-PTI; Dr. Samsirun Halim, SpPD; Prof. Dr. DjokoWidodo, SpPD, K-PTI; Prof. Dr. Herdiman Pohan, SpPD, K-PTI; Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain, SpPD, K-PTI;

Dr. Budi Riyanto, SpPD, K-PTI; Dr. Soroy Lardo, SpPD dan Dr. Hambali.

INFO MEDIS

INTERNATIONAL SEPSIS FORUM 2011, Beijing, China:

An Up Date on Sepsis

Bertepatan Hari AIDS Sedunia, PB PAPDI menggelarKonferensi Pers mengenai “Pedoman NasionalPelayanan Kedokteran (PNPK) HIV/AIDS”, di Mu-

nik Restoran, Matraman, Jakarta pada 1 Desember2011 lalu. Memerangi penyakit HIV/AIDS merupakansalah satu dari delapan target pembangunan untukpencapaian Millenium Development Goals (MDGs).Hingga kini, berbagai upaya menekan prevalensiHIV/AIDS telah dilakukan tetapi belum optimal. Padakenyataan terdapat empat masalah utama dalampemberantasan penyakit ini di Indonesia yaitu deteksidini infeksi HIV, ketersediaan obat yang terbatas diMasyarakat, kemampuan petugas kesehatan yang be-lum optimal dalam penanganan kasus-kasus HIV, baikdalam aspek preventif, promotif, kuratif, dan rehabili-tasi serta keterbatasan sarana dan prasarana.

Untuk itu, PB PAPDI terpanggil me+nyusun PNPKHIV/AIDS sebagai panduan bagi para petugas kese-hatan dalam menangani kasus-kasus HIV/AIDS. PNPKHIV/AIDS dibuat oleh tim yang berasal dari multidisiplinbaik dari profesi kesehatan maupun institusi pendidik-an kedokteran. Selanjutnya, PNPK akan disahkan olehKementerian Kesehatan dan menjadi asupan bagi selu-ruh petugas kesehatan terutama yang bekerja di rumahsakit dalam menangani pasien HIV/AIDS. "Keberadaanbuku pedoman ini sangat penting bagi para medis dirumah sakit hingga klinik, karena dapat dipakai pe-gangan dalam mengobati penderita HIV/AIDS," ungkapKetua Umum PB PAPDI DR. dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-

HOM, FINASIM, FACP.Koordinator Tim PNPK, DR. Dr. Ari Fahrial Syam,

SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP menjelaskanpanduan ini berisi tentang strategi: pencegahan HIV,diagnosis HIV, pencegahan dan tatalaksana infeksioportunistik, obat anti retroviral (ARV) dan pence-gahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Buku ini juga

menyampaikan 72 rekomendasi untuk penanganankasus HIV/AIDS di Indonesia.”Kemampuan petugaskesehatan yang belum optimal dalam menangani ka-sus HIV/AIDS menjadi salah satu kendala pemberan-tasan penyakit ini. Pedoman ini bisa menjadi panduanbagi petugas kesehatan,” ujar Dr. Ari yang juga koor-dinator bidang advokasi PB PAPDI.

Terapi antiretroviral dapat menurun-kan risiko penularan. Hal tersebut didu-kung oleh suatu peer-reviewed studyyang mendapatkan bahwa pemberianterapi ARV kepada orang denganHIV/AIDS (ODHA) dapat menurunkanpenyebaran virus Human Immunodeffi-ciency Virus (HIV) hingga 92%. Untukitu, Prof.Dr. Zubairi Djoerban, SpPD,K-HOM, FINASIM, Tin PNPK sekaliguspenggiat HIV/AIDS menghimbau peme-rintah agar ketersediaan dan keleng-kapan ARV terus diupayakan. (HI)

PNPK HIV/AIDS:

Harapan Baru dalam UpayaPenanggulangan AIDS

PB PAPDI menggelar Konferensi Pers dalam rangka Hari AIDS Sedunia. Pada acara tersebuthadir sebagai narasumber Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FINASIM, danKooordinator PNPK DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH ,FINASIM, MMB, FACP.

KABAR PAPDI

DO

K.

HI

DO

K.

HI

15

Pertanyaanya adalah, bagaimana dokter harus me-lakukan komunikasi tersebut? Prinsip dari suatu komu-nikasi dokter-pasien yang etis, adalah komunikasi duaarah yang bersifat horizontal, sederajat, antara pasiendan dokter. Lebih ideal lagi apabila komunikasi berjalantimbal-balik ini, dan bisa berkembang menjadi semacamdiskusi. Disini dokter karena keilmuannya menjadi nara-sumber, karena lebih memahami masalah medis yangdihadapi pasien. Namun pasien adalah pemilik sah daritubuhnya, yang posisinya harus dihormati oleh dokter.Siapapun tanpa izin pasien, tidak berhak melakukan tin-dakan medis pada tubuhnya .

Problemnya adalah dokter harusmemberikan informasi pada seseo-rang yang sedang mengalami kondisiyang tidak biasa, pasien yang sedangberada dalam kondisi bingung, stres,kesakitan, dan lain sebagainya,umumnya sulit untuk menerima infor-masi Bagaimanapun juga, dokter ha-rus bisa memberikan informasi tsb,dan pasien harus dapat memahamimateri yang diinformasikan oleh dok-ter Harus diingat tujuan dari lang kahpertama ini, adalah agar pasien memahami informasiyang diberikan dokter, Atau dengan kata lain, dokter ha-rus mampu membuat pasien menjadi informed

Kedua, hal lain yang sangat penting, sehingga ha-rus diperhatikan oleh dokter, ialah dokter harus me-mahami bagaimana kondisi klinis pasien dan terutamakompetensi dari pasien, pada saat dokter akan membe-rikan informasi tersebut. Jika yang dihadapi dokter, ada-lah pasien dewasa yang sadar dan kompeten, maka in-formed consent harus terjadi antara dokter dan pasien-nya. Artinya informasinya harus diberikan oleh dokter,dan consent-nya harus diberikan oleh pasien nya sendi-ri. Tetapi untuk pasien anak-anak, atau pasien dewasayang tidak kompeten secara hukum, maka hukummengharuskan consent diberikan oleh pihak ketiga,yaitu: orang tua, wali, atau orang yang dikuasakan, danlain-lain, tentu saja setelah mereka memperoleh infor-masi yang cukup dari dokter

Apakah yang dimaksudkan dengan pasien yang kom-peten? Dalam llmu hukum yang dimaksudkan denganindividu yang tidak kompeten, adalah mereka yang kare-na sesuatu hal, dianggap tidak mampu bertindak seba-gai subyek hukum. Tidak sah untuk bertindak mewakilidirinya sendiri, termasuk memberikan persetujuan padainformed consent. Adapun yang termasuk pada orang-orang yang tidak kompeten menurut hukum, diantara-nya adalah: mereka yang belum dewasa, penderita ke-terbelakangan mental, tidak sadar, pikun, gila dan se-bagainya. Pada pasien yang tidak sadar, tetapi memer-lukan tindakan darurat untuk menyelamatkan jiwanya,untuk sementara informed consent dapat ditinggalkan.Tindakan penyelamatan jiwa harus didahulukan, tetapiinformed consent tetap harus dilakukan, yaitu nantipada saat pasien tadi telah sadar, dan mampu meneri-ma informasi

Jadi pemahanan dokter pada kondisi klinis pasiendan kompetensi pasien sangat penting, karena menen-tukan kualitas dan sahnya suatu informed consentMengingat kondisi pasien dan kompetensinya, adalahdua hal yang kadang-kadang sulit dipisahkan. Makapenilaian patients condition dan competent sebaik nyadilakukan sekali jalan dalam satu langkah

Ketiga, selain memberikan informasi kepada pa-sien, dokter juga harus mau memberikan penjelasan(clarification ). Minimal pasien harus tahu mengapa ha-

rus dilakukan tindakan medis itu, apa komplikasi/risi-ko yang akan dihadapi pasien, bila tidak dilakukan tin-dakan medis, apakah ada alternatif tindakan medis di-luar tindakan medis yang direncanakan, bagaimana tin-dakan medis tadi akan dilakukan, seberapa besar pelu-ang keberhasilannya, dan lain-lain.

Pasien/keluarganya harus mendapat informasi ten-tang masalah masalah tersebut dengan sejelas-jelas-nya. Bila diperlukan, pasien boleh melakukan klarifikasidan mencari second opinion pada dokter lain.

Klarifikasi menjadi penting, karena dengan adanyaklarifikasi pasien akan memperoleh pencerahan darimasalahnya. Artinya pasien/keluarganya benar-benarakan memahami alasan dokter merencanakan tindak-an tersebut. Jadi pasien yang informed, ditambah de-ngan klarifikasi, akan semakin meningkat pemaham-annya, sehingga akan menjadi pasien yang tercerah-kan (enlightened).

Selain itu dokter juga harus melakukan klarifikasipada pasien. Harus dinilai apakah persepsi pasien/-keluarga terhadap tindakan medis yang direncanakanoleh dokter, telah sesuai dengan persepsi yang diha-rapkan oleh dokter. Bila ternyata belum ada kesamaanpersepsi antara dokter dan pasien, dokter jangan se-gan mengulangi lagi langkah yang sudah dilakukan.

Tujuan dari klarifikasi agar pasien/keluarga benar-benar telah dapat memahami: men-gapa, untuk apa, dan bagaimana tin-dakan medis yang direncanakan olehdokter tadi. Jadi untuk memperolehinformed consent harus ada clarifica-tion, yang dilakukan baik oleh dokter,maupun oleh pasien.

Keempat, consent merupakantujuan akhir dari proses informedconsent. Karena setelah pasien/ke-luarga telah mendapatkan klarifikasi,diharapkan dengan pemahaman yang

telah diperoleh, pasien dapat mengambil keputusanuntuk mengabulkan, tindakan medis atau pasienbersedia memberikan consent.

Yang lebih penting lagi, adalah harus ada jaminanbahwa consent yang diberikan oleh pasien, betul-betulterjadi karena kesadaran dari pasien, bukan perse-tujuan karena pasien menerima intimidasi, atau telahdirekayasa oleh dokter. Informed consent yang dire-kayasa, sehingga ada resiko pelanggaran etik dan hu-kum. Dokter seharusnya menghindari informed con-sent yang demikian.

Dokter dan PasienYang Powered

Informed consent yang baik, harus dibuat melaluisuatu aktivitas Communication dokter-pasien. Dimanadokter harus selalu mempertimbangkan patient Condi-tion dan Competent dari pasien tersebut. Lewat pro-ses komunikasi, pasien yang semula tidak tahu masa-lahnya, menjadi pasien yang informed, Selanjutnya dok-ter maupun pasien, melakukan proses Clarification.Sehingga pasien akan makin tercerahkan alias enlight-ened. Terakhir karena pasien sudah memahami masa-lahnya, pasien tersebut akan menjadi powered, sehing-ga Concent pada tindakan medis yang direncanakan

Suatu kebetulan kata kata : Communication, Condi-tion, Competent, Clarification dan Consent, semuanyadiawali oleh huruf C Sehingga dengan mengingat adalima C yang harus dilakukan dalam aktivitas pembuat-an informed consent. Atau lewat jurus lima-C menjadi-kan pembuatannya menjadi lebih mudah.

Dengan menjadikan lima-C ini menjadi jurus andalandalam pembuatan informed consent, diharapkan tidakada dokter yang tidak menguasai pembuatannya se-hingga nanti tidak akan ada lagi, dokter yang harusmenghadapi masalah etika atau hukum terkait denganinformed consent. Karena dokter akan makin enlight-ed tentang informed consent, sehingga menjadi po-wered. Semakin percaya diri karena telah piawai, se-hingga jauh dari pembuatan informed consent yang ti-dak benar

Tentu saja jurus lima-C ini, masih jauh dari sempur-na, Namun rasanya jurus ini bisa diandalkan, cukupmemadai untuk digunakan sebagai panduan praktisdalam praktik dokter sehari hari.

Halo Internis Edisi 19 Maret 2012INFO MEDIS

Dr. Bambang Subagyo, SpPD, FINASIM, MMTim Advokasi Medicolegal PAPDI Cabang Jakarta Raya, Dewan Etik dan Pembelaan Anggota PB PAPDI

Lima C Untuk MembuatInformed Consent

Informed consent merupakan salah satu isu sentraldari etika medis yang berlaku pada saat ini, karenaterkait penghormatan dokter pada otonomi pasien.Sehingga pada saat ini dokter akan dianggap me-langgar kode etik, apabila nekat melakukan tindakan

medis, tanpa informed consent. Bahkan dimasa seka-rang pelanggaran etika terkait informed consent, ber-potensi menjadi sengketa hukum karena beberapa ne-gara telah memberlakukan pelanggaran informed con-sent, sebagai pelanggaran hukum yang bisa dipidana.

Walaupun begitu sampai sekarang masih ada dokteryang merasa kesulitan dalam membuat informed con-sent. Padahal ketrampilan ini, merupakan ketrampilandasar yang mutlak harus sudah dikuasai oleh semuadokter pada saat ini.

Meskipun telah banyak diterbitkan buku, juga tu-lisan dalam majalah medis, tentang informed consent,bahkan banyak juga penulis yang membahas denganpanjang lebar, akan tetapi tidak banyak yang menulisdari sisi praktisnya. Khususnya bagaimana membuatinformed consent yang praktis, tetapi memenuhi per-syaratan etika dan hukum. Padahal resep praktis se-perti itu, sangat diperlukan oleh para dokter

Empat Langkah, LimaAktivitas

Kita ketahui bahwa proses informed consent harusmelewati serangkaian langkah, dimulai pada saat dok-ter memberikan informasi kepada pasien, dan diakhirisewaktu pasien telah memberikan consent kepadadokter. Informasi yang diberikan dokter harus jelas, se-hingga pasien dapat memahami maksudnya. Sedang-kan consent yang diberikan pasien kepada dokter ,jugaharus jelas dan dapat dibuktikan keabsahannya secarahukum.

Informed consent adalah aktivitas bersama dokter-pasien. Minimal harus ada empat langkah dari aktivi-tas-aktivitas yang dilakukan dokter dan pasien, padapembuatan suatu informed consent yang baik danbenar, yaitu:

Pertama, informed consent harus dibuat melaluikomunikasi dokter pasien. Jadi langkah dokter palingawal adalah menciptakan communication dengan pa-sien. Namun disini bukan sembarang komunikasi ka-rena ini merupakan komunikasi etis, dan komunikasiyang harus bisa memberi pencerahan pada pasien. Di-sebut komunikasi etis, karena tidak boleh menabrakrambu-rambu etika, termasuk etika medis. Dan men-jadi komunikasi yang mencerahkan, karena informasiyang diberikan harus membuat pasien mampu mema-hami, alasan mengapa diperlukan tindakan medistersebut.

Lima C untuk Informed consent: • Communication• Condition• Competent• Clarification• Concent

16

Awal tahun 2012, Prof. DR. Dr.Idrus Alwi SpPD, KKV, FINASIM,FACC, FESC, FAPSIC telah mele-wati satu lagi pencapaian dalamperjalanan hidupnya. Dalam

usia relatif muda, ia resmi dikukuhkansebagai Guru Besar Tetap dalam IlmuPenyakit Dalam di Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. Dalam pidato-nya, ia memaparkan mengenai sel pun-ca (Stem Cell), bidang yang dapat dika-takan masih baru namun sangat mem-beri harapan dalam dunia kedokteran.

"Sel punca, memang belum sampaipada tahap aplikasi secara luas padapasien. Sejauh ini, aplikasi sel puncapada penyakit kardiovaskular masih pa-da tahap riset," ujar pria kelahiranPalembang, 22 Maret 1962 ini. Namunharapan yang dibawa oleh sel puncasedemikian luar biasa, sehingga risetbidang ini di dunia mengalami perkem-bangan pesat beberapa dasawarsa ter-akhir. "Stem sel di bidang jantung dila-kukan pada penyakit jantung tahap akhirdan untuk pasien dengan infark miokardakut," ujarnya dalam perbincangan de-ngan Halo Internis.

Dan Indonesia, untuk bidang satuini tidak mau ketinggalan. Selain seba-gai salah satu pelopor terapi sel puncadi Asia Tenggara, Indonesia juga meru-pakan salah satu negara pertama diAsia selain Hongkong yang memilikialat NOGA. "Alat tersebut digunakandalam pemetaan (mapping) dan injeksistem sel pada otot jantung," ujar Prof.Idrus.

Di negara ini, Prof. Idrus merupakansalah satu ahli yang ingin mengem-bangkan sel punca untuk penyakit jan-tung. Ia tertarik mendalami sel puncakarena stem sel dianggap sebagai ba-tas akhir pengobatan berbagai penya-kit. "Ini opsi terakhir. Salah satu terapiuntuk jantung memang bisa dilakukanpemasangan stent tapi hal tersebuttidak mampu memperbaiki jaringanyang rusak. Sedangkan transplantasi

juga tidak mudah dilakukan," ujar priayang pernah mengunduh ilmu tentangstem cell di Amerika ini.

Perhatiannya di bidang sel punca,juga membuktikan bahwa Prof Idrusmemiliki pikiran terbuka terhadapberbagai bidang ilmu.

Sebelumnya, Prof. Idrus di bidangpenyakit jantung mendalami inflamasidan ketimbang meneliti obat-obatansintetis, ia justru meneliti kurkuminsebagai anti inflamasi. Ketua DivisiKardiologi Departemen Penyakit DalamFKUI/RSCM ini memilih herbal karenaditinjau dari efek samping, relatif tidakmemiliki efek samping.

"Kita tidak boleh menutup mata ter-hadap perkembangan yang terjadi. Visikita tidak boleh satu titik. Tidak bolehhanya fokus pada satu pandangan,"ujarnya tentang berbagai riset yangdilakukannya.

Untuk memperdalam bidang jantungtermasuk sel punca, Prof. Idrus menim-ba ilmu ke manca negara dan juga ten-tunya kepada ahli sel punca yang jugaahli penyakit jantung, Prof. DR. Dr. T.Santoso, SpPD, KKV, FACC, FESC. "Be-liau memang mempersiapkan penerusdi bidang stem sel," ujar KoordinatorTerapi Sel Punca pada Penyakit Jan-tung FKUI/RSCM ini.

Dengan tekun, Prof. Idrus terusmemperkaya ilmu pengetahuannya dibidang medis terutama jantung. Ia

mengakui, jadwalnya padat, sehinggaia kini jarang melakukan olahraga fit-ness yang dulu sering dilakukannya.

Meski demikian, Prof. Idrus selalutampil segar dan prima di setiap acaraataupun dalam aktivitas keseharian. Sa-lah satu resep Ketua Perhimpunan AhliPenyakit Dalam Indonesia Cabang Jakar-ta Raya (PAPDI JAYA) ini adalah menik-mati setiap kegiatan yang dilakukan.Profesi, organisasi, keluarga, semuamendapat prioritas dalam hidup Prof.Idrus. "Justru semua hal itu membuathidup kita berwarna," ujarnya.

Prof. Idrus mengatakan tidak pernahngoyo untuk mencapai sesuatu. "Se-mua sudah ada yang mengatur, yangterpenting adalah kita melakukan apa-pun sebaik-baiknya," ujarnya terse-nyum.

Pernikahannya dengan DR. Dr Dwia-na Ocviyanti, SpOG(K) telah mengha-dirkan 3 orang anak yang juga meng-ikuti jejak orang tuanya sebagai ahlimedis.

"Saya tidak pernah mengarahkanmereka mau menjadi apa. Demikian ju-ga dalam belajar, saya tidak pernahmem-push anak-anak," ujarnya. "Mung-kin saja mereka melihat orang tuanyaenjoy, maka mereka juga tertarik (de-ngan dunia medis)."

Sama seperti halnya Prof. Idrussaat remaja, ia juga tidak pernah dim-inta orang tuanya untuk menjadi ahlimedis. Menurut Prof. Idrus, keluar-ganya dulu tidak hidup kekurangan jugatidak berlebih. Orang tuanya selalumenekankan pentingnya pendidikan.Salah satu pesan yang diingat Prof.Idrus adalah, "Jika mau hidup senang,harus dengan ilmu."

Maka selepas dari SMA Xaverius I,Palembang, anak dari pasangan H. AlwiIdrus Shahab (alm.) dan H. Nafisah

hengkang ke Jakarta untuk belajar diFKUI. Sebagai anak pertama, ternyatalangkah Prof. Idrus juga diikuti oleh adik-adiknya. Dari 12 orang bersaudara, 9orang menjadi dokter, 1 orang doktergigi, dan yang lain mendalami teknik.

Prof. Idrus ter tawa ketikaditanyakan bagaimana rasanya meng-hadapi lingkungan yang 'serba dokter',mulai dari lingkungan pekerjaan, anak,isteri, hingga saudara kandung. "Sayajika bertemu adik-adik tidak bicarakedokteran," ujarnya. "Keluarga besarbiasanya kumpul saat lebaran."Terlebih, beberapa saudaranya jugabertempat tinggal di luar kota.

Hal yang sering dilakukan Prof. Idrusbersama istri dan putranya saat liburadalah travelling atau kuliner. RestoranJepang adalah salah satu favorit kelu-arga Prof. Idrus.

Di luar aktivitasnya di bidang kedok-teran, Prof. Idrus menaruh perhatiankhusus pada organisasi PAPDI. "PAPDIperlu berorientasi pada masyarakat un-tuk memberikan pelayanan yang ter-baik," ujarnya. Visi PAPDI ke depan ha-rus memberikan yang terbaik untukmasyarakat. "Intinya, selain untuk ke-sejahteraan anggotanya, juga untukmemenuhi kebutuhan masyarakat khu-susnya di bidang kesehatan."

Ia memaparkan, kualitas internisyang baik lahir dari proses yang baikdengan tiga pilar yaitu pendidikan, pe-nelitian, dan pelayanan. Menurutnya,upaya peningkatan kualitas harus dila-kukan secara terus menerus. "Filosofi-nya seperti orang berenang, jika ber-henti maka akan tenggelam. Makaagar tidak tenggelam, berenang bisadilakukan dengan berbagai gaya. Na-mun semuanya harus punya arah, goal,dan sasaran bergerak," ujar Prof. Idrusmenutup pembicaraan. (HI)

Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC.

Prof. Idrus dan istri, saat pengukuhan sebagai Guru Besar FKUI.

SOSOK

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC

Terus BergerakTerus Bergerak

“Filosofinya sepertiorang berenang, jikaberhenti maka akantenggelam. Namun

semuanya harus punyaarah, goal, dan sasaran

bergerak.”

17KABAR CABANG Halo Internis Edisi 19 Maret 2012

D iagnosis dan pengobatan adekuathanya dapat dilakukan oleh dokter-dokter yang kompeten. Peningkatan

kompetensi, baik ketrampilan maupunilmu pengetahuan kedokteran, dapat di-peroleh lewat berbagai cara, diantara-nya simposium, pelatihan dan lain-lain.Pengurus Besar Perhimpunan DokterSpesialis Penyakit Dalam Indonesia (PBPAPDI) setiap tahunnya menyelenggara-kan Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN)PAPDI yang bertujuan membantu paradokter, terutama internis yang tersebutdi seluruh Indonesia untuk meningkat-kan skill dan meng up date ilmu penge-tahuan, khususnya di bidang ilmu pe-nyakit dalam. ”Dengan adanya PIN ini di-harapkan dokter spesialis penyakit da-lam dapat memperoleh pengetahuan

dan ketrampilan tambahan dalam rang-ka peningkatan pelayanan secara holis-tik kepada pasien,” kata Ketua Pelaksa-na PIN Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC

Pada 2012 ini pengurus pusat telahmenetapkan PAPDI cabang KalimantanTimur menjadi tuan rumah PIN X. Panitiayang terdiri dari pengurus pusat dan ca-bang akan menggelar acara di HotelGrand Senyiur, Balikpapan, KalimantanTimur, 28 Juni – 1 Juli 2012. Denganmengusung tema “Update in DiagnosticProcedures and Treatment in InternalMedicine” diharapkan menjadi daya ta-rik tersendiri bagi Internis untuk mem-pelajari kasus-kasus yang kerap dijum-pai disaat praktik. Ditambah lagi dengankemasan yang menarik, berupa kuliah

Perhelatan akbar Kongres NasionalPerhimpunan Dokter Spesialis Pe-nyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI)XV akan digelar pada 12-15 De-

sember di Medan, Sumatera Utara.PAPDI Cabang Sumatera Utara terpilihmenjadi tuan rumah tiga tahun lalu pa-da KOPAPDI XIV di Jakarta. Pada saatitu, PAPDI cabang Sumatera Utaramerupakan kandidat yang dinilai palingsiap menjadi penyelenggara kongres.“Sebelum berangkat ke Kongres di Ja-karta, kami telah mempersiapkan dirimenjadi tuan rumah. Kami telah mem-bawa surat dukungan dari GubernurSumatera Utara,” kata Ketua PAPDIcabang Sumatera Utara Prof. DR. Dr.Harun Alrasyid, SpPD, SpGK, FINASIM,pada kesempatan itu.

KOPAPDI XV mengusung tema “ 55Tahun Peran Professional PAPDI Mena-pak Era Globalisasi di Tengah Masyara-kat Indonesia dan Kedokteran Univer-sal”. Menurut Prof. Harun, tema inimengingatkan internis untuk selalu me-ningkatkan kemampuan dan pengeta-huan supaya dapat memberikan pela-yanan kesehatan lebih baik lagi di te-ngah masyarakat global. Bagi Kota Me-dan, tambah Prof. Harun, acara iniakan membuktikan kepada masyarakat

Sumatera Utara bahwa internis di Indo-nesia tak kalah dibanding negeri te-tangga. “Ada sebagian masyarakat di-sini yang mempercayai soal kesehatan-nya untuk berobat ke Malaysia, pada-hal kita juga memiliki skill yang cukup,”kata Prof. Harun, menyayangkan.

Seperti biasa, KOPAPDI selalu ramaidihadiri oleh internis. Begitu pula pada

KOPAPDI XV di Medan nanti. Para se-jawat akan tumpah ruah di empat hotelbintang lima yaitu Hotel JW MarriotInternational, Hotel Grand Aston, HotelAryaduta International, dan Hotel San-tika yang berdekatan. Berbagai acaratelah dikemas panitia dengan apik,seperti sidang organisasi yang menjadiagenda utama kongres, simposiumilmiah, workshop, konvokasi, gala din-ner, bakti sosial dan olah raga.

Rencananya, kongres akan dibukaoleh Kementerian Kesehatan Dr. En-dang Rahayu Sedyaningsih sekaligusmemberi orasi pada plenary lecture. Se-mentara, Gubernur Sumatera Utaraakan bersama peserta kongres padamalam keakraban. Dan yang memberiorasi memorial lecture pada konvokasiadalah Ketua PMI Yusuf Kalla yang jugamantan wakil Presiden RI. Di sampingundangan dari institusi pemerintah dantokoh nasional, nuasa kongres lebihterasa mendunia dengan diundangnya

Presiden Interna-tional Society of In-ternal Medicine(ISIM), dan AseanFederation of In-ternal Medicine(AFIM).

Di tengah pa-datnya acara, pe-serta akan diman-jakan dengan ber-bagai wisata di Ko-ta Medan. DanauToba menjadi tu-juan wisata yang

tak boleh dilewatkan. Panorama alamDanau Toba nan indah akan menjadikenangan yang tak terlupakan. Begitupula dengan wisata budaya Istana Mai-mun yang membuat decak kagum pe-ngunjung. Istana Sultan Deli yang diba-ngun 1888 ini bukan saja usianya yangtua, tapi juga memiliki desain interioryang indah dengan memadukan buda-ya Melayu Islam, Spanyol, India, danArab. Selain itu juga ada wisata kulinerdengan cita rasa Nusantara yang terse-bar di Kota Medan.

KOPAPDI kali ini akan selalu diingatkarena waktu pelaksanaanya yang unik,serba dua belas. Panitia berencana akanmembuka kongres ini pada tanggal 12 dibulan 12 tahun 2012 dan tepat pada pu-kul 12 waktu setempat. “Tanggal ini ka-rena kebetulan saja, tidak ada arti yanganeh-aneh. Moment ini unik, jadi kitamanfaatkan agar mudah dikenang, insyaAllah,” ujar Prof. Harun Alrasyid, berha-rap. (HI) Website PB PAPDI: www.pbpapdi.org

umum, temu ahli dan workshop, memu-dahkan peserta untuk berinteraksi lebihjauh dengan para pembicara yang pakardibidangnya. “PIN diminati para dokter,terutama internis. PIN X ini diperkirakanlebih banyak pesertanya, karena berte-patan dengan libur sekolah. Para dokterdapat membawa keluarga sembari me-nikmati tempat wisata di Kalimantan Ti-mur. Panitia optimis dapat menyukses-kan acara ini,” kata Ketua PAPDI cabangKalimantan Timur Dr. Carta AgrawantoGunawan, SpPD, K-PTI, FINASIM.

Dr. Carta menambahkan pada PIN diBalikpapan nanti akan ada acara baru,yaitu pelatihan Emergency In InternalMedicine (EIMED). Pelatihan EIMED dise-lenggarakan selama tiga hari denganmembahas tema-tema kegawatdarurat-an dalam Penyakit Dalam. Para peserta

akan dibekali ketrampilan menangani pa-sien emergensi baik di hospital maupunprehospital. Dengan begitu, diharapkaninternis mampu mengambil keputusanmedis yang terbaik di tengah keterbatas-an fasilitas dan waktu yang ketat.

Di samping up date pengetahuan, pa-ra sejawat dapat menikmati tempat be-lanja dan wisata alam Kota Modern Ba-likpapan. Bagi yang ingin memiliki cin-deramata berupa permata dan kerajinantangan khas Kalimantan Timur, dapatmengunjungi Pasar Kebon Sayur. Se-mentara budaya asli suku Dayak beser-ta keseniaan khasnya dapat ditemuiwisata Budaya Pampang. Untuk menik-mati keelokkan alam Tanah Borneo tem-pat wisata seperti Pantai Melawai, Pan-tai Manggar, Bukit Bangkirai (CanopyBridge), menjadi pilihan yang tepat.Penggemar kuliner tentunya tidak akanmelewatkan kelezatan kepiting, udanggalah, ikan patin yang banyak dijumpaidi Balikpapan. Selain itu, Pulau Dera-wan, Kakaban, Sangalaki, dan Maratuamenawarkan keindahan wisata bawahlaut. Daerah wisata ini telah tersohor dimancanegara surganya para penyelamdengan keramahan habitat laut sepertikarang laut, ikan hias, penyu hijau, danubur-ubur.

Kekayaan budaya Kalimantan Timurserta keramahan wisata alam nan elokakan memanjakan sejawat saat meng-ikuti PIN. Besar harapan panitia, parasejawat bersama keluarga dari seluruhIndonesia dapat hadir di PIN X. Kamitunggu kedatangan sejawat di KotaBalikpapan. (HI)

PIN X PB PAPDI, Balikpapan 28 Juni – 1 Juli 2012

Welcome to East Borneo in CelebratingA Decade of PIN PAPDI

KOPAPDI XV, Medan 12 – 15 Desember 2012

Selamat Datang di Kota Medan,Selamat Berkongres

Hotel Grand Senyiur, Balikpapan, tempat bakal berlangsungnya acara PIN X PAPDI.

Ketua PAPDI Cabang Kalimantan Timur Dr. CartaAgrawanto Gunawan, SpPD, K-PTI, FINASIM.

Danau Toba.

Ketua PAPDI Cabang Sumatera Utara Prof. DR. Dr.Harun Alrasyid, SpPD, SpGK, FINASIM.

18 KABAR CABANG

Penyakit jantung takberdiri sendiri,

melainkan diikutipenyakit lain yang

mendasari. Oleh kare-na itu, penanganan

pasien jantung mestibersifat komprehensif.

I lmu kedokteran terkait diagnosa dantatalaksana suatu penyakit sangat di-namis. Dari waktu ke waktu menga-

lami perkembangan. Tak heran, profes-sional kedokteran terus meng update il-munya dengan berbagai cara, termasukmengikuti seminar dan workshop. Per-himpunan Dokter Spesialis Penyakit Da-lam (PAPDI) Cabang Semarang bersamaSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Undip-RSUP Dr. Kariadi Semarang menyeleng-garakan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT)

XV, di Patra Semarang Convention Hotel,7-9 Oktober 2011 lalu.

Pada PIT kali ini mengusung tema“Hearts and Systemic Disease: A Com-prehensive Approach”. Ketua PanitiaPIT XV, Dr. Arwedi Arwanto, SpPD,K-GHmengatakan penyakit jantung dan pe-nyakit sistemik masih menjadi masa-lah kesehatan di banyak negara terma-suk Indonesia. Prevalensinya kian me-ningkat setiap tahun. Penyakit jantungtak berdiri sendiri, melainkan diikuti pe-

nyakit sistemik lain. Oleh karena itu,penanganan pasien jantung mesti ber-sifat komprehensif. “Pendekatan yangkomprehensif dalam hal preventif dankuratif mempunyai harapan yang cukupbaik dalam penanganan pasien-pasienpenyakit dalam, khususnya pasien jan-tung,” kata Dr. Arwedi.

Untuk itu, PAPDI berupaya menjagakompetensi ilmu penyakit dalam paradokter, terutama para anggotanya. Me-nurut Ketua PAPDI Cabang Semarang

periode 2009-2012, Dr. Tony Suharto-no, SpPD, K-EMD, FINASIM acara ilmi-ah tahunan PAPDI Cabang Semarangini menjadi sarana bagi dokter, baik in-ternis, dokter umum dan spesialis lainuntuk melakukan penyegaran dan me-nambah pengetahuan seputar ilmu pe-nyakit dalam. ”Kegiatan ilmiah ini di-maksudkan untuk penyegaran bagi pa-ra dokter agar dapat memberikan pe-layanan kesehatan kepada masyarakatlebih professional,” katanya.

PIT XV lebih menarik perhatian pe-serta karena menghadirkan para pem-bicara dari berbagai pusat pendidikanKedokteran di Indonesia dan beberapapembicara asing. Mereka memaparkanberbagai perkembangan penyakit jan-tung dan penyakit sistemik. Event initerdiri dari delapan topik workshopyang diadakan pada hari pertama, 7Oktober, kemudian dilanjutkan 12 topiksymposium. Lebih dari 500 pesertaantusias mengikuti acara yang berlang-sung selama tiga hari itu. ”Para peser-ta diberi asupan kasus-kasus jantungagar dapat menangani pasien-pasienjantung lebih baik lagi,” ujarnya.

Di samping acara ilmiah, pada ke-sempatan itu juga diadakan malam ha-lal bil halal dan rapat PAPDI Cabang Se-marang beserta anggotanya. Sessi inibersifat internal untuk konsolidasi ang-gota dan mempererat silaturahmi parainternis lulusan FK Undip yang hadirdari berbagai daerah. (HI)

Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

PAPDI Cabang SemarangPIT XV 2011:Hearts and Systemic Disease,A Comprehensive Approach

Ketua PAPDI Cabang Semarang Dr. Tony Suhartono, SpPD, K-EMD, FINASIM membuka PIT XV 2011.

Ibadah haji membutuhkan kesehatanjasmani dan fisik nan prima. Pasal-nya, kondisi geografis yang sangat

berbeda dengan Indonesia memaksatubuh dapat beradaptasi dengan iklimdisana. Ditambah, jutaan umat dari se-luruh penjuru dunia berkumpul di satutempat melakukan bersama-sama ri-tual haji. “Ini menjadi beban stress fi-sik dan metabolik karena suhu diMakkah pada saat ibadah haji musimpanas diperkirakan berkisar 500 C ser-ta risiko tertular penyakit infeksi menu-

lar misal meningitis serta ISPA,” ung-kap Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana,SpPD, FINASIM, Humas PB PAPDI.

Untuk mengurangi angka kesakitanselama haji, jemaah haji hendaknyamempersiapkan kesehatan sebaik-baiknya dan membekali diri dengan be-berapa informasi kesehatan. Gunamembantu masyarakat terutama je-

maah haji, PB PAPDI menyelenggara-kan PAPDI Forum dengan tema “SehatFisik Dan Jasmani Selama Ibadah Haji”di Aula FKUI, 13 September 2011. Se-minar untuk awam ini, menghadirkanpembicara yang pakar dibidangnya,yaitu DR. Dr. Hj. Iris Rengganis, SpPD,K-AI, FINASIM, DR. Dr. Hj. Dwiana Ocvi-yanti SpOG, Dr. Hj. Nina Kemalasari,SpPD, K-Ger, FINASIM, Drs. H.A. Kar-tono Direktur Pembinaan Haji dan Um-rah Kementerian Agama RI, dan Mah-dalena Lubisdari Prodia.

Dr. Agasjtya mengatakan melaluiPAPDI Forum ini diharapkan kiat sehatseama ibadah haji ini dapat bergunabagi jemaah yang akan menjalankanhaji sehingga angka kesakitan dan ke-matian dapat dikurangi secara bermak-na dan kembali ke Indonesia dengankondisi sehat dan mabrur.

(HI)

Sehat Fisik dan JasmaniSelama Ibadah Haji

KABAR PAPDI JADWAL KEGIATAN ILMU PENYAKIT DALAMTAHUN 2012

No Tanggal Nama Kegiatan Tempat Sekretariat / Pendaftaran

1 10-18 Maret KPPIK Hotel Grand Sahid Jaya, CME FKUI, Jl. Salemba Raya No. 6Jakarta Telp.: 021-3106737, CP: Ela

2 9-11 Maret Pertemuan Ilmiah Tahunan Hotel Pulman, PDUIDokter Umum ke 3 Jakarta Telp.: 081382916195, CP : Ade

3 10-11 Maret Temu Ilmiah Psikosomatik Hotel Grand Sahid Jaya, Divisi Psikosomatik(TIPS) 2012 Jakarta Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM

Telp.: 021-31930956/ 90616075Fax : 021-3142108 CP: Murti

4 24 Maret TB Day GD A Lt. 8 Divisi PulmonologiDept Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCMTelp.: 021-3149704 Fax : 021-31902461CP: Indah, Dr. Ibnu, Samsul, Supri

5 30-31 Maret Post Satellite Meeting Sanur Paradise Plaza Hotel Ikatan Keseminatanon Atherosclerosis & XI Holistic Bali Kardioserebrovaskular IndonesiaApproach in Cardiovascular Divisi Kardiologi FKUI/RSCMDisease Symposium d/a Dept. Ilmu Penyakit Dalam

Telp.: 021-31934636 Fax : 021-3161467CP : Ella / Mumun

6 6-8 April Kursus Penyegar Ilmu Penyakit Departemen Ilmu Penyakit PKB IPD/ CMEDalam untuk Dokter Primer Dalam FKUI/RSCM d/a Dept. IPD FKUI/RSCM

Telp.: 021-31930956 / 3142108Fax : 021-3142108 CP : Nadya

7 19-22 April Temu Ilmiah Reumatologi (TIR) 19 April (RKPD ) Divisi Reumatologi20-22 April (Hotel Borobudur) d/a Dept. IPD FKUI/RSCM

Telp.: 021-31930166 Fax : 021-31936736CP : Siti Mahfudzoh / Acep Yulianto

8 27-29 April 13th Jakarta Antimicrobial Hotel Grand Sahid Jaya, Divisi Tropik InfeksiUpdate (JADE) Jakarta d/a Dept. IPD FKUI/RSCM

Telp.: 021 - 3908157/ 3925491/ 3920185 Fax: 021 - 319 1873

CP : Leni /Rita

9 5-6 Mei Simposium Jakarta Hotel Nikko, Jakarta Divisi Metabolik EndokrinologiEndocrinology Meeting (JEM) d/a Dept. IPD FKUI/RSCM

Telp.: 021- 3907703 Fax : 021- 3103729CP : Ola & Anna

10 10-13 Mei Jakarta Nephrology Hypertensi Jakarta Sekt. PERNEFRI/Div. Ginjal HipertensiCare (JNHC) d/a Dept. IPD FKUI/RSCM

Telp.: 021-3141203/3149208CP : Rusmini

11 26-27 Mei Simposium Jakarta Allergy and Jakarta Divisi Alergi Imunologi KlinikClinical Immunologi Network d/a Dept. IPD FKUI/RSCM(JACIN) Telp.: 021- 31902822/3141160

Fax : 021- 3904546 CP : Enah

12 2-3 Juni Temu Ilmiah Geriatri IX (TIG) Hotel Grand Sahid Jaya, Divisi GeriatriJakarta d/a Dept. IPD FKUI/RSCM

Telp.: 021-31900275 Fax : 021-3146633CP : Cici / Indah

13 14 - 16 Juni Kongres Nasional PETRI XVIII Banda Aceh Divisi Tropik Infeksid/a Dept. IPD RS. Dr. Zainoel AbidinFK. Universitas Syiah Kuala Telp.: 0651-638290 Fax : 0651-26090CP : Ferdyan Fuad, Ahmad Oktahar

14 28 Juni - 1 Juli PIN PAPDI Balikpapan Kaltim PB PAPDI Ged. ICB Bumiputera lt. dasarTelp.: 021- 2300818Fax : 021- 2300858/2300755CP : Bp. Muchtar/Yunita

Pembicara PAPDI Forum Haji Direktur Pembinaan Haji dan Umroh Kementerian Agama Drs. H.A. Kartono,DR.Dr.Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM, DR.Dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG, Dr. Nina Kemalasari, SpPD, K-Ger

dengan moderator Dr. Alvin Harahap, SpPD

DO

K.

HI

19

Oleh: DR. Dr. Czeresna Heriawan Soejono,SpPD, K-Ger, FINASIM, MEpid, FACP

Direktur Pelayanan Medik RSCM

Dunia kedokteran Indonesia berduka. Di penghu-jung 2011, salah satu tokoh pendidikan kedok-teran dan perintis geriatri telah kembali ke Sang

Khalik pada 27 Desember 2011 lalu. Ia meninggaldunia di usia 81 tahun karena sakit yang dirasakanbeberapa tahun ini.

Ia adalah Prof. Dr. Supartondo, SpPD, K-EMD, K-Ger, FINASIM, salah satu arsitek kurikulum pendidik-an kedokteran Indonesia. Pria kelahiran Purwakarta,7 Mei 1930 silam ini telah memberi kontribusi yangbesar dalam pendidikan kedokteran di negeri ini.

Pandangannya, pendidikan kedokteran mesti me-ngedepankan pendekatan holistik dengan menanam-kan nilai-nilai kemanusiaan. Prof. Supartondo amatrisau jika pasien mendapat pelayanan terkotak-kotak.Bahkan ia berani menentang pendekatan pelayanankesehatan berdasarkan organ-organ tubuh, apalagijika hal tersebut terjadi pada pasien usia lanjut.

Perintis Geriatri NasionalPemikirannya menjangkau jauh ke depan, ia mene-

rapkan pendekatan bio-psiko-sosio-spiritual pada pa-sien geriatri. Sungguh paripurna. Pendekatan ini ber-hasil ia terapkan pada layanan terpadu geriatri diRSCM. Kemudian model layanan ini diaplikasikan pa-da pelayanan kesehatan pasien usia lanjut di Indo-nesia. Bahkan ia mengatakan pendekatan paripurnaini seyogyanya terhadap semua pasien.

Atas prakarsanya, pada Agustus 1996lahirlah Divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam

“RSimadibrata, Praktik internis”. Papan nama ituberdiri tegak di depan rumah, Jalan Sumatera40, Jakarta Pusat. Di sana pemilik nama itu

menghabiskan waktu tuanya melakukan praktik pe-nyakit dalam. Di salah satu sisi rumah yang beruku-ran sedang Dr. Rd. Rudolf Simadibrata Kolopaking,SpPD, K-GEH menerima pasien yang kebanyakan lan-sia. Akan tetapi, plang nama itu kini sudah tidak ber-tuan. Si pemilik nama telah berpulang ke haribaanSang Kuasa pada 20 Oktober 2011 di rumah sakitAbdi Waluyo, Jakarta Pusat. ”Bapak meninggal di ru-mah sakit pukul setengah lima sore,” ujar istri almar-hum Joyce Bhiyana Simadibrata dalam suasana ber-duka ketika ditemui HI di kediamannya.

Dr. Rd. Rudolf Simadibrata Kolopaking wafat diusia 86 tahun dengan tenang. Ia satu dari sekian to-koh pendidikan kedokteran di Indonesia. Ilmu gastro-enterologi yang diperoleh ketika fellow di Canada dibawa dan dikembangkan pertama kali di RSCM/-FKUI. Namanya akan selalu dikenang sebagai pendiridan pelopor gastroenterologi di Indonesia. ”Beliaupertama kali membuka divisi gastro di penyakit da-lam, dan beberapa periode menjadi ketua Perhimpun-an Gastroenterologi Indonesia,” ujar staf Divisi Gas-troenterologi dan Hepatologi Departemen Ilmu Pe-nyakit Dalam RSCM/FKUI Dr. Rd. Marcellus Simadi-brata Kolopaking, SpPD, K-GEH, PhD, FINASIM,FACG, FASGE, yang juga putra almarhum.

Kini, pendiri Gastroenterologi Indonesia itu telahtiada. Duka teramat sangat dirasakan keluarga. Saat-

saat ajal menjemput, keluarga sedang me-lakukan sembayang bersama yang dipimpin

oleh seorang pastor di kamar perawatan.“Setelah menjenguk bapak, pastor me-ngajak kita berdoa bersama. Tapi tiba-tiba jantungnya berhenti dan dinya-takan meninggal,” kenang Joyce, 77tahun, dengan mata berkaca-kaca.

Memang Dr. Simadibrata telahsetahun terakhir sering keluarmasuk rumah sakit. Pada awal-nya, ia merasa tidak enak badandan minta dibawa ke rumah sakitAbdi Waluyo. Ketika itu, ia dirawatselama enam hari karena stroke.Kemudian, kondisi fisiknya punkian menurun hingga terkena infeksipneumonia dan akhirnya sepsis. ”Pe-nyakit papi dasarnya stroke kemudianinfeksi pneumonia akhirnya sepsis,” ujarDr. Marcel perihal sakit ayahnya.

Berdedikasi TinggiBagi Dr. Rd. Marcel, dan juga Dr. Rr. Christina Lani

Simadibrata Kolopaking dan Dr. Rd. Paulus Simadi-brata Kolopaking, SpPD kepergian ayah meninggalkankesedihan yang mendalam. Sosok ayah adalah inspi-rator dalam mengarungi hidup. Sifatnya yang pekerjakeras dan sangat disiplin dengan waktu menjaditeladan bagi mereka. Tak heran, ketiga anaknyamengikuti jejaknya menjadi dokter. Padahal, diakui Dr.Marcel, ayah tidak pernah memaksa anak-anaknyauntuk menjadi dokter. Ia memberi kebebasan memilih

untuk menjadi sarjana apa saja, asal dapatbermanfaat bagi masyarakat.“ Bagi kami,ayah itu selain sebagai orang tua, ia jugaguru dan temen. Ia temen yang dapat diskusi,memberi nasihat dan bimbingan. Kami tidak per-nah disuruh menjadi dokter. Boleh menentukanpilihan, yang penting berguna bagi masyarakat,”

ujar Dr. Marcel mengenang nasihat ayahnya.Berkat kerja keras dan disiplin, dokteryang gemar tennis ini dapat meraih

sukses di dunia kedokteran. Pada-hal, dokter yang tergabung dalam

paduan suara Hegasindo ini la-hir dari keluarga yang kurangmampu. Simadibrata muda hi-dup berpindah-pindah mengi-kuti pamannya, Dr. Sim KiAy, dokter keraton Yogyakar-ta. “Sebenarnya ayah masihada hubungan keluarga (ketu-runan) dengan Senopati Ma-

taram, Raden Kolopaking. Ka-rena dulu Keraton Kolopaking

dihancurkan Belanda, jadi jatuhmiskin. Keluarga Simadibrata di Yo-

gyakarta miskin. Ketika di Jakarta, iatidur diemperan sampai akhirnya diteri-

ma di FKUI,” kata Dr. Marcel mengenang ceri-ta ayahnya.

Di tengah-tengah kesibukannya ia selalu punyawaktu untuk keluarga. Dedikasinya tinggi baik padapekerjaan maupun keluarga. Joyce menambahkan,ia sudah saling kenal sejak usia 12 tahun. Seiringwaktu, pada 1955 Simadibrata meminang Joyce.Dalam mengarungi bahtera keluarga, Simadibrata,diakui Joyce, cukup perhatian. Simadibrata selalumengajak Joyce bila ada konferensi di luar negeri.“Kami selau bersama-sama bila ke luar negeri. Tapikenapa sekarang ia pergi meninggalkan saya,”ujar Joyce dengan nada sedih. (HI)

RSCM/FKUI hingga besar seper-ti sekarang. Pada 1998 MenteriKesehatan RI menganugerahkanpenghargaan sebagai PerintisGeriatri Nasional.

Pelayanan YangBerkesinambungan

Ia sangat akrab dengan pasien.Bahkan ia memahami apa yang dirasakanpasien. Pola laku pasien menjadi bahan renun-gan yang akhirnya menjadi suatu pemikiran yang dis-ampaikan dalam bentuk perkuliahan. Salah satu yangmenjadi perhatiannya dalam melayani pasien adalahpelayanan yang berkesinambungan. Sejak di rumahsakit dan akhirnya rawat jalan, pasien harus mendap-atkan pengelolaan yang lengkap. Ruang pelayanantidak terbatas di rumah sakit dan poliklinik, kunjunganke rumah pasien menjadi salah satu materi kuliahyang diajarkan pada mahasiswa. Ia mengatakan pen-didikan kedokteran harus bisa menghasilkan lulusanyang melayani.

Di mata teman-temannya, ia adalah sosok konsis-ten, satu kata dan perbuatan dan bertanggung jawab.Lulus tingkat pertama, ia dipercaya sebagai asistenProf. Kostermans, Guru Besar dalam bidang kimiauntuk membantu para mahasiswa FKUI dalam prak-tikum kimia. Dan ia pun sangat aktif di Senat Maha-siswa; pernah menjadi Wakil Ketua Senat MahasiswaFKUI.

Lulus menjadi dokter pada 1959, ia melanjutkanpendidikan spesialis penyakit dalam. Pada 1964 iamenyandang gelar internis. Selanjutnya, pada 1970

ia menjadi Kepala Subbagian MetabolikEndokrin. Di bidang Endokrinologi, Prof.Supartondo banyak memainkan peran. Ia adalah

klinikus, guru dan organisatoris di dalamdan luar negeri. Denyut awal organisasi

diabetes dan endokrinologi diIndonesia, tak bisa lepas dari per-

annya.Nilai kearifan dan keadilan

yang kuat sudah tertanam se-jak kecil. Supar tondo kecilhidup berpindah-pindah bersa-ma keluarga. Ketika Ayahnyaditugaskan ke Tasikmalaya, iaterpaksa dipindahkan ke Yog-yakarta untuk mendalami danmenekuni budaya leluhur. Ia

pun sudah mulai belajar untukmandiri, percaya diri dan bertang-

gungjawab meskipun jauh dari ke-luarga. Lulus dari AMS tahun 1950,

kemudian melanjutkan pendidikan keFakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Prof. Supartondo dikenal sebagai pendidik yangberorientasi pada masyarakat kecil. Ia mengingat-kan perlunya perhatian terhadap penerapan etikkedokteran. Dari waktu ke waktu beliau berusahasecara konsisten menjadi pemerhati etik kedok-teran, dengan mengumpulkan berbagai macampemberitaan di surat kabar, terutama yang ber-kaitan dengan etik dan empati terhadap pasienkurang mampu.

Keberpihakannya kepada masyarakat yangkurang berdaya serta jiwa ingin menolong mengin-spirasi Direksi RSCM. Saat ini, sifat tersebut men-jadi nilai inti RSCM dalam transformasi budaya yangtengah berlangsung.

Untuk itu, pimpinan dan segenap warga RSCMmenyampaikan belasungkawa yang mendalam. Se-moga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Nilai-nilai yang engkau jaga selama ini, baikyang tertulis dalam tulisan maupun tertulis dalamperbuatan akan terus menemani perjalanan sejarahilmu kedokteran di negeri ini.

Selamat jalan Bapak pendidik kami. (HI)

Halo Internis Edisi 19 Maret 2012OBITUARI

Prof. Dr. Supartondo, SpPD, K-EMD, K-Ger, FINASIMPerintis Geriatri Nasionaldan Tokoh PendidikanKedokteran Indonesia

Dr. Rd. Rudolf Simadibrata Kolopaking, SpPD, K-GEHPendiri dan PeloporGastroenterologi Indonesia

20 ALBUM PAPDI

◆Ketua Umum PB PAPDI, DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACPmelantik pengurus PAPDI Cabang Kalimantan Barat periode 2011-2012, di

Hotel Kapuas, pada 26 November 2011 lalu. Prosesi pelantikan berlangsung khid-mat yang ditandai dengan penyematan PIN oleh Ketua Umum PB PAPDI kepadaKetua PAPDI Cab. Kalimantan Barat Dr. B.A. Marbun, SpPD, FINASIM, Sekretaris Dr,Yustar Mulyadi, SpPD, FINASIM dan dilanjutkan keseluruh anggota PAPDI Cab.Kalimantan Barat. Pelantikan ini disaksikan perwakilan IDI Wilayah KalimantanBarat.

◆Di akhir prosesip e l a n t i k a n

PAPDI Cabang Kali-mantan Barat, parapengurus berkesem-patan foto bersama.Tampak Ketua UmumPB PAPDI DR, Dr. AruW. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACPbeserta Sekretaris

Jenderal Dr. Chairul Rajab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, MKes, FACP, WakilSekretaris Jenderal Dr. Sally A.Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, Ketua PAPDI Cab.Kalimantan Barat Dr. B.A. Marbun, SpPD, FINASIM, Sekretaris Dr, Yustar Mulyadi,SpPD, FINASIM dan seluruh anggota PAPDI Cabang Kalimantan Barat.

◆Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. AruW. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM,

FACP melantik pengurus PAPDI CabangYogyakarta periode 2011-2012, di HotelMelia Purosani, pada 22 Oktober 2011lalu. Pada prosesi pelantikan tampak Ke-tua Umum PB PAPDI dan Ketua PAPDI Ca-bang Yogyakarta Dr. Ibnu Purwanto,SpPD, K-HOM, FINASIM saling menanda-tangani berita acara pelantikan yang di-saksikan oleh perwakilan IDI WilayahYogyakarta dan seluruh pengurus PAPDI Cabang Yogyakarta.

◆Foto bersama pengurus antara pengurus PB PAPDI dan PAPDI Cabang Yogyakar-ta. Tampak Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,

FINASIM, FACP beserta Sekretaris Jenderal Dr. Chairul Rajab Nasution, SpPD, K-GEH,FINASIM, MKes, FACP, Wakil Sekretaris Jenderal Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV,FINASIM, Ketua PAPDI Cabang Yogyakarta Dr. Ibnu Purwanto, SpPD, K-HOM, FINASIM,Sekretaris Dr, R.Bowo Pramono, SpPD,K-EMD, FINASIM dan seluruh anggota PAPDICab. Yogyakarta. Acara ini bersamaan dengan Roadshow PAPDI.

◆PB PAPDI menye-l e n g g a r a k a n

“Scientific Meeting onThrombolytic Agent”pada, 17 Desember2011 di Hotel Borobu-dur, Jakar ta Pusat.Acara ini terselenggaraatas kerjasama antaraPerhimpunan DokterSpesialis Penyakit Da-lam Indonesia (PAPDI),

Perhimpunan Hematologi-Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPE-DIN), Ikatan Keseminatan Kardioserebrovaskular Indonesia (IKKI) dan PT Dexa Me-dica. Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACPpada pembukaan acara tersebut mengatakan acara ini memiliki nilai historis kare-na baru pertama kalinya ada acara khusus yang diselenggarakan oleh dua sub-spe-sialis penyakit dalam dengan mengambil suatu masalah bersama. Diharapkan halini bisa ditindaklanjuti.

◆Acara ini melibatkan pembicara dari masing-masing organisasi profesi terse-but. Pada sesi pertama menghadirkan pembicara, yaitu, DR. Dr. Lugyanti

Sukrisman, SpPD, K-HOM, FINASIM, Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIMdan DR. Raymond R. Tjandrawinata, MS, MBA, FCB, Ph.D. Sessi ini bertambahmenarik dengan dipandu DR. Dr. Djumhana Atmakusuma, Sp.PD, K-HOM dan Dr.Ika Prasetya W, SpPD, K-KV, FINASIM. Presentasi selanjutnya menyajikan beberapakasus penyakit yang disajikan oleh Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD dan Dr. RachmatHamonangan, SpPD. Diskusi ini lebih hidup dengan dua moderator, Prof. DR. Dr. A.Harryanto Reksodiputro, SpPD, K-HOM, FINASIM dan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FASPIC.

Halo Internis Edisi 20 Maret 2012

◆PB PAPDI menerima kunjungan dari Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter ParuIndonesia (PP PDPI) pada 17 Januari 2012 di Kantor PB PAPDI Gedung ICB

Bumiputera, Cikini Jakarta. Kunjungan ini dalam rangka silaturahmi dari pengurusbaru PP PDPI periode 2011-2014. Hadir dalam pertemuan itu dari PB PAPDI adalahKetua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, WakilSekretaris Jenderal Dr. Sally A. Nasution, SpPD,K-KV, FINASIM, Ketua BidangOrganisasi Dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD, K-GH, FINASIM, Dr. Anna UyainahNazir, SpPD,K-P, Mars dan Dr. Ceva W. Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC perwakilandari PERPARI. Sedangkan dari PP PDPI Ketua Umum PP PDPI Dr. Arifin Nawas,SpP(K), Mars, Bendahara Umum Dr. Temmasonge R. Pakki, SpP(K), Ketua BidangProfesi Dr. Budhi Antariksa, SpP (K), dan Dr. Erlina B, SpP(K) sebagai Ketua BidangInternational PP PDPI.

◆Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP,menerima cindera mata dari Ketua Umum PP PDPI Dr. Arifin Nawas, SpP(K),

Mars.

PB PAPDI PB PAPDI

Pelantikan PAPDI Cabang Kalimantan Barat Pelantikan PAPDI Cabang Yogyakarta

DO

K.

PA

PD

I

DO

K.

PA

PD

ID

OK

. P

AP

DI

DO

K.

PA

PD

ID

OK

. P

AP

DI

DO

K.

PA

PD

I

DO

K.

PA

PD

ID

OK

. P

AP

DI