Menyaksikan Mukjizat Tuhan

34
Menyaksikan Mukjizat Tuhan 1 Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

description

Pada dasarnya karya publik Yesus diwarnai dengan dua unsur yang saling berkaitan, yaitu perkataan dan perbuatan, atau sabda dan karya. Mengomentari pasangan kata ini, sabda dan karya Yesus, banyak orang menyebutnya sebagai pasangan yang tidak serasi. Mengapa demikian ?Kedua bentuk karya Yesus sudah amat dikenal di dunia karena alasan yang berlainan. Beberapa perumpamaan Yesus mempunyai gema yang amat kuat dan sangat berpengaruh. Lihat saja, perumpamaan tentang "Orang Samaria Yang Murah Hati." Bagaimana kekuatannya ketika dipakai untuk mengajar ?Tidak hanya itu, kita juga melihat berapa karya seni – khususnya seni rupa – yang diinspirasikan oleh perumpamaan tersebut. Kita juga tahu bagaimana perumpamaan ini mengilhami banyak orang untuk mendirikan lembaga-lembaga sosial, rumah sakit, atau rumah pondokan, bahkan juga dengan nama “The Good Samaritan,” untuk menolong orang yang ber¬kekurangan.Demikian juga halnya dengan perumpamaan tentang “Anak Yang Hilang,” yang membuat Rembrandt van Rijn lebih dari sekali menuangkannya ke atas kanvas. Pendek kata, perumpamaan yang berisi pengajaran Yesus dengan mudah diterima oleh banyak orang tanpa kesulitan.Lalau bagaimana dengan pasangannya, yaitu tindakan atau karya atau (kalau mau lebih persis) “mukjizat Yesus” ….?

Transcript of Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Page 1: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 1

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 2: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 2

MUKJIZAT

Tahun 1975-1976 boleh dikatakan merupakan tahun-tahun awal bagi apa yang sekrang disebut dengan Bulan Kitab Suci Nasional. Selama kira-kira 35 tahun sejak saat itu, aneka macam tema sudah ditawarkan dan dibahas bersama umat dalam rangka menggairahkan minat umat beriman kepada Kitab Suci. Pada bulan Kitab Suci tahun 2011, umat beriman diajak mendengarkan dan merenungkan perumpamaan-perumpamaan Sang Guru, yaitu Yesus. Pada kesempatan yang sama untuk tahun ini, tahun 2012, umat beriman diajak mendengarkan dan merenungkan mukjizat-mukjizat yang

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 3: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 3

dikerjakanNya.

Dalam karya Yesus, perumpamaan dan mukjizat memang tidak bisa dipisahkan. Keduanya berkaitan amat erat dan saling menentukan. Keduanya menjadi unsur pokok dari karya publik Yesus. Silakan membaca Injil dan kita akan menyadari bahwa yang dibuat oleh Yesus dalam pelayanan publikNya, praktis hanya dua hal, yaitu apa yang Ia katakan dan apa yang Ia lakukan, atau dengan pasangan kata yang lain, Sabda dan Karya.

Dari sekian banyak pengajaran yang diberikan oleh Yesus, beberapa di antaranya adalah perumpamaan; sementara dari sekian banyak yang dibuat oleh Yesus, beberapa di antaranya adalah tindakan yang kerap kali disebut mukjizat. Karena itu, memang merupakan suatu langkah yang pas kalau tahun ini kita membahas mukjizat setelah tahun sebelumnya, kita merenungkan kata-kata atau Firman Yesus, khususnya yang berbentuk perumpamaan. Untuk membantu jemaat beriman memasuki Bulan Kitab Suci tahun 2012, disusunlah gagasan pendukung ini.

Lalu bagaimana gagasan pendukung ini mau dikemas? Mukjizat-mukjizat Yesus bisa dipandang dari berbagai sudut pandang. Karena itu, kita mencoba membahas beberapa aspek penting dari mukjizat itu agar mempunyai gambaran yang kurang lebih lengkap tentang mukjizat-mukjizat Yesus. Selain beberapa ulasan tentang mukjizat secara umum, akan disampaikan juga pembahasan empat kisah mukjizat yang akan kita jadikan bahan dalam pertemuan-pertemuan umat di lingkungan, wilayah dan paroki selama Bulan Kitab Suci Nasional 2012.

Yesus dan Mukjizat-MukjizatNya

Tidak bisa dipungkiri bahwa kata mukjizat bagai magnet yang mengundang banyak orang untuk memperbincangkan dan mempersoalkannya. Tidak harus dipungkiri bahwa mukjizat bisa kita teropong dari berbagai macam sudut, baik dalam konteks religius maupun di luar konteks religius. Akan tetapi, karena pada hari-hari ini kita mau membahas mukjizat dalam rangka Bulan Kitab Suci, maka tepatlah kalau kita mengawali pembicaraan tentang mukjizat ini dari Kitab Suci. Bahwa nanti kita juga akan menyinggung kisah mukjizat dari perspektif lain, itu lain perkara.

Lukas memberi kesaksian bahwa pada suatu hari ketika Yohanes Pembaptis mendengar kabar dari murid-muridnya tentang apa yang diperbuat oleh Yesus, ia mengutus dua di antara muridnya untuk menghadap Yesus dengan membawa pertanyaan ini, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” Dan kepada mereka, Yesus memberikan jawaban demikian, “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Luk 7:22, bdk. Mat 11:4-5) “.… apa yang kamu lihat dan kamu dengar .…” Kata-kata Tuhan ini biasanya menunjuk pada dua unsur pelayanan Yesus, yaitu ‘yang dilihat’ atau karya atau tindakan Yesus ‘yang didengar’ atau pewartaan atau sabda Yesus.

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 4: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 4

Pada kesempatan lain, tatkala menceritakan pengalaman dua murid yang sedang berjalan dari Yerusalem ke Emaus, Lukas mengisahkan pembicaraan antara dua murid itu dengan Yesus yang bangkit, tetapi tidak mereka kenal. Tentang Yesus dari Nazaret, dua orang itu mengatakan, “Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan seluruh bangsa kami.” (Luk. 24:9) Sekali lagi di sini dipakai rumusan ‘pekerjaan dan perkataan’.

Kalau kita membuka Injil-khususnya Injil pertama, kedua, dan ketiga- kita akan bertemu dengan sekian banyak kisah mukjizat Yesus. Terus terang tidak mudah menentukan secara persis berapa mukjizat yang sebenarnya dikerjakan oleh Yesus. Bisa terjadi satu peristiwa diceritakan beberapa kali dengan detail yang sedikit agak berbeda. Meskipun demikian, secara umum, bisa dikatakan bahwa kisah mukjizat Yesus terdapat dalam daftar di bawah ini:

11 mukjizat Matius Markus Lukas4 mukjizat Matius Lukas1 mukjizat Markus Lukas2 mukjizat Matius Lukas3 mukjizat Matius2 mukjizat Markus7 mukjizat Lukas

Persoalannya semakin merepotkan karena kadangkala kita juga berhadapan dengan teks yang hanya menyebutkan bahwa telah terjadi mukjizat tanpa mengisahkan apa dan bagaimana terjadinya. Misalnya, di antara para ibu yang mengikuti Yesus, ada seorang yang oleh Lukas disebut demikian, “Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat?” (Luk.8:2 bdk. Mrk. 16:9). Tampaklah atas diri Maria Magdalena pernah terjadi mukjizat pengusiran setan. Tetapi, di dalam Injil tidak ada kisah mendetail tentang hal itu. Belum lagi kalau kita berhadpan dengan informasi seperti ini:

“Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadan dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta menyembuhkan orang-orang di antara bangsa itu dari segala penyakit dan kelemahan mereka. Lalu tersebarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepadaNya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita berbagai penyakit dan senggsara, yang kerasukan setan, yang sakit ayan, dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka.” (Mat.4:22-23)

Dari teks seperti ini, yang lazim disebut sebagai Summarium, kita hanya tahu bahwa mukjizat terjadi. Tetapi sekali lagi, kita sama sekali tidak tahu berapa kali mukjizat Yesus terjadi, mukjizat apa yang terjadi, atau bagaimana mukjizat itu terjadi.

Di dalam tradisi Injil Yohanes, kita hanya mendapatkan tujuh mukjizat dalam bagian pertama Injil, yang biasa disebut Kitab Tanda-Tanda. (Yoh.1-12) dan satu lagi pada bagian appendiks (Yoh. 21). Dalam Injil Yohanes, dipergunakan istilah ‘tanda’ (semeion) untuk menyebut mikjizat (lht Yoh. 2:11; 4:54). Mukjzat-mukjzat itu bisa kita perinci sebagai berikut :

Tiga mukjizat penyembuhan (Yoh. 4:43-54; 5:1-47; 9:1-41) Satu mukjizat menghidupkan orang mati. (Yoh. 11:1-44) Empat mukjizat alam. (Yoh. 2:1-12; 6:1-13; 6:16-21; 21:6-11)

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 5: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 5

Dari antara empat mukjizat alam ini ada dua yang mempunyai padanan dalam injil sinoptik, yaitu pemberian makan kepada lima ribu orang (Yoh.6:1-13 bdk. Mrk.6:30-44) dan Yesus berjalan di atas air (Yoh. 6:16-21 bdk. Mrk. 6:45-52).

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 6: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 6

Yang juga menarik dalam Injil Yohanes adalah bahwa Injil ini tidak mempunyai kisah mukjizat pengusiran setan. Di dalam Injil Yohanes memang tidak sekali pun disebutkan mengenai roh bisu atau roh jahat. Apakah hal ini mencerminkan suatu pemahaman yang lebih maju tentang setan dan penusiran setan? Dalam Yohanes 10:21, kita mendapatkan teks yang berbunyi, “Itu bukan perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkan setan memelekkan mata orang-orang buta?” Menurut keterangan ini, setan atau roh jahat tampaknya tidak mempunyai kekuatan sebagaimana dikisahkan dalam Injil sinoptik, seperti “mengguncankan orang yang dirasukinya” (Mrk.1:26) atau “berteriak-teriak” (Mrk. 3:11), atau “menyeret orang yang dimasukinya” (Luk. 8:29).

Memperhatikan begitu banyaknya mukjizat yang diperbuat oleh Yesus, tampaknya kita perlu menyimpulkan bahwa karya mukjizat bukanlah pekerjaan sampingan saja. Mukjizat Yesus merupakan bagian integral dari seluruh karya pelayanan publikNya. Jika demikian, kita bisa bertanya: apa sebenarnya tugas utama yang mesti dilaksanakan oleh Yesus?

Yesus dan Kerajaan Allah

Kalau kita menyimak injil Markus, kita ketahui bahwa kata-kata pertama yang keluar dari mulut Yesus terdapat dalam Mrk 1,15 “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Biasanya, kata-kata yang pertama kali diucapkan seorang tokoh menunjukkan arah penting untuk memahami sang tokoh. Kalau demikian, maka menurut Markus, kehadiran Yesus ada kaitannya dengan Kerajaan Allah.

Suatu kali di tempat lain, ketika Yesus menyingkir ke tempat yang sunyi, orang banyak datang mencari Dia dan berusaha menahan Dia agar tidak meninggalkan mereka. Menanggapi permintaan mereka itu, Yesus menjawab, “Di kota-kota lain juga Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah, sebab untuk itulah Aku diutus” (Luk 4,42-43). Memperhatikan rumusan ini, kelihatan bahwa Yesus datang untuk mewartakan Kerajaan Allah.

Yesus datang untuk mewartakan Kerajaan Allah (atau Kerajaan Surga kalau kita mengikuti tradisi Matius bdk. Mat 4,17). Di sini, paling tidak ada dua pertanyaan yang mesti kita renungkan bersama. Pertama, perlu dijelaskan sedikit apa yang dimaksud dengan Kerajaan Allah. Dan kedua, bagaimana Yesus mau melaksanakan tugas perutusan-Nya ini?

KERAJAAN ALLAH ? Semua orang setuju bahwa inti pewartaan Yesus adalah Kerajaan Allah. Di dalam karya publik-Nya berulangkali Ia bicara tentang Kerajaan Allah. Tidak jarang kita menemukan rumusan, misalnya, “Kerajaan Surga itu seumpama…” Tetapi sekali pun Yesus tidak pernah menjelaskan apa itu Kerajaan Surga atau Kerajaan Allah.

Istilah persis, “Kerajaan Allah” memang tidak terdapat dalam Perjanjian Lama. Akan tetapi di banyak tempat kita menemukan rumusan yang lebih antropomorfisme, yaitu “Allah meraja” dengan aneka macam variasinya. Tampaknya dalam periode tertentu dalam sejarah bangsa Israel, terjadi perubahan dalam cara menyebut Allah yang berkarya. Penyebutan langsung nama Allah dihindarkan. Oleh karena itu, “Allah meraja” (Kel 15,18; Yes 24,23; 52,7; Yeh 20,33) diganti menjadi Kerajaan Allah, yang artinya sebenarnya sama saja. Bagi para nabi, Kerajaan Allah ini mendapat arti eskatologis: Kerajaan Allah adalah tindakan Allah penuh yang definitif dan terakhir (lihat misalnya, Mi 2,12ss; 4,1-7; Yes 24,21-23; 33,22; Zef 3,14-20).

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 7: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 7

Seorang raja yang ideal diharapkan bisa memenuhi dua kewajiban utama. Pertama, seorang raja seharusnya mampu menjamin kemerdekaan rakyatnya dari hadapan ancaman dari bangsa-bangsa sekitar. Oleh karena itu, diharapkan bahwa ia mempunyai kekuatan militer yang cukup untuk menjalankan fungsinya. Kedua, seorang raja yang sejati semestinya juga mampu menjamin terwujudnya keadilan di antara rakyatnya, terutama kepada mereka yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Kedua hal tersebut juga diharapkan dari Allah sebagai raja. Tidak mengherankan jika pada zaman Yesus terbersit juga sebuah harapan yang berkembang di beberapa kelompok Yahudi bahwa kerajaan Allah yang datang berarti pembebasan Israel dari penjajahan Romawi (lihat Luk 24,21; bdk. Kis 1,6).

Yesaya memaklumkan bahwa Allah yang datang dan meraja adalah Allah yang berpihak pada orang miskin.

“Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu! Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara.” (Yes 35,4-6)

Nubuat Yesaya ini persis diulang kembali oleh Yesus saat Ia menjawab pertanyaan murid-murid Yohanes Pembaptis yang menanyakan identitasnya (Luk 7,22 bdk. Mat 11,4-5). Di tempat lain, nabi Yesaya menubuatkan bahwa Roh Tuhan akan turun pada seseorang (nabi). Dialah yang akan diurapi Tuhan untuk mewartakan kabar baik kepada orang miskin.

“Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara (= miskin), dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara.” (Yes 61,1)

Di dalam Alkitab, frase ‘kepada orang miskin diberitakan kabar baik’ dalam bahasa Yunani (ptōchois euanggelizomai) hanya muncul empat kali, sekali dalam PL yaitu Yes 61,1 (LXX) dan tiga kali dalam PB, yaitu Mat 11,5; Luk 7,22 dan 4,18. Perlu dicatat di sini bahwa teks PL versi Indonesia yang kita miliki yang berbunyi “menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara” sebenarnya lebih tepat diterjemahkan dengan “kepada orang-orang miskin.” Dengan demikian, fakta ini meneguhkan apa yang sudah dikatakan di atas bahwa Luk 7,22 (dan Mat 11,5) merupakan kutipan dari dua nubuat nabi Yesaya.

Teks ketiga yang memuat Yes 61,1 adalah Luk 4,18-19 yang berbunyi:

Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”

Di sinagoga Kapernaum, Yesus membaca kitab nabi Yesaya dan membaca persis bagian ini, Yes 61,1. Dan yang harus diperhatikan adalah bahwa pada

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 8: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 8

ay. 21 Yesus dengan jelas menegaskan bahwa “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dengan demikian, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Sang Utusan yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya, yang akan diurapi oleh Roh Tuhan. Itu berarti bahwa Dia juga yang akan memainkan peranannya sebagai yang mewartakan kabar baik kepada orang miskin, dan macam-macam hal seperti tertulis dalam Luk 4,18 itu.

Pengamatan teks yang kita lakukan di atas membawa kita pada satu kesimpulan. Yesus adalah tokoh yang datang untuk menjalankan peranannya atas nama Allah untuk membebaskan yang kecil, miskin, lemah dan tersingkir. Dialah yang mewartakan Kabar Gembira kepada orang kecil, miskin, lemah dan tersingkir. Dialah yang datang untuk mewartakan Kerajaan Allah atau Allah yang meraja.

Bagaimana Yesus mewartakan Kerajaan Allah

Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah bagaimana Yesus mwartakan kedatangan Kerajaan Allah itu ? Untuk pertanyaan ini jawabannya akan jelas, jika “karya publik” Yesus diletakkan dalam kerangka “pewartaan Kerajaan Allah. Secara konkrit ini berarti bahwa Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui perkataan dan tindakan-Nya. “Ya …., pasti begitulah ! Mau bagaimana lagi ….?“ demikian orang bisa berkomentar. “Tetapi, apakah bisa dijelaskan secara lebih persis hubungan antara pertakaan dan tindakan Yesus?” Seperti sudah dikatakan, di beberapa teks, kedua hal ini : “perkataan dan tindakan” selalu muncul bersama-sama dan dengan demikian menunjukkan hubungan yang amat erat antara kedua. “Bagaimana ….?”

Pada suatu hari, ketika Yesus baru selesai menyembuhkan seorang buta dan bisu yang baru saja dikuasai setan, seorang Farisi berkomentar, “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, pemimpin setan.” (Luk. 11:15 bdk. 11:28; Mat. 12:24; Mrk. 3:22). Ada dua hal yang mungkin menarik untuk diperhatikan dari teks seperti ini.

Pertama, tindakan mengusir dan/atau menyembuhkan orang orang sakit tampaknya merupakan sesuatu yang lazim terjadi – paling tidak menurut pandangan orang pada zaman tersebut. Bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang sakit atau kerasukan setan sama sekali tidak dipersoalkan oleh orang Farisi. Tampaknya kekuatan ini merupakan sesuatu yang bisa juga diberikan kepada orang lain. Dalam Mat. 10:1 (bdk. Mrk. 3:15; Luk. 9:1) dikatakan bahwa para murid diberi kuasa (eksousia) “untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk menyembuhkan orang-orang dari segala penyakit dan kelemahan.”

Kedua, yang dipersoalkan dari diri Yesus bukan kemampuan-Nya untuk mengusir setan, tetapi “asal-muasal“ kekuatan tersebut. Beberapa kali Yesus ditanya mengenai hal ini. Dalam Mark. 11:28 (bdk. Mat. 21:23), tampaknya setelah Yesus mengutuk pohon ara, Ia ditanya oleh para tokoh agama, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” Orang-orang sekampung Yesus juga pernah mempersoalkan kehebatan-Nya ini, maka takjublah mereka dan berkata “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mukjizat-mukjizatitu?” (Mat. 13:54) Kali ini, orang Farisi menuduh Yesus membuat penyembuhan dengan kekuatan Beelzebul yang disebut dengan Pemimpin Setan. Justru karena pada zaman itu “mukjizat” merupakan sesuatu yang tidak jarang terjadi, yang dipersoalkan adalah “kekuatan” mana yang mendasari tindakan Yesus itu.

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 9: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 9

Untuk menanggapi tuduhan orang Farisi itu, Yesus kemudian berkata, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa (harafiah: dengan jari) Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” (Luk. 11:20 bdk. Mat. 12:28) Dengan kata-kata ini dua hal ditekan oleh Yesus :

Pertama, Kuasa yang bekerja dalam diri Yesus yang membuat-Nya mampu mengusir setan bukanlah kuasa Bellzebul, melainkan kuasa Allah sendiri. Di sini tampat relasi antara perkataan dan tindakan Yesus. Tanpa keterangan yang disampaikan-Nya, tindakan Yesus yang mengerankan itu menimbulkan pertanyaan dan tuduhan banyak orang. Yang sebaliknya juga rasanya benar, tanpa tindakan-Nya kata-kata Yesus bisa saja hanya dianggap omong kosong belaka. Berulang kali orang-orang meminta tanda kepada Yesus, “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya kami dapat melihatnya dan percaya kepada-Mu? Apakah yang Engkau kerjakan?” (Yoh. 6:30) Dengan kata lain, keduanya saling melengkapi : tindakan meneguhkan perkataan Yesus, kata-kata Yesus menerangkan tindakan-Nya.

Hal kedua yang juga ditgegaskan oleh kata-kata Yesus dalam Luk. 11:20 adalah bahwa tindakan pengusiran setan ini merupakan “tanda hadirnya Kerajaan Allah.” Dengan kehadiran Kerajaan Allah, kejahatan dikalahkan. Dosa, penderitaan fisik maupun mental, malapetaka alam dan kematian adalah bentuk-bentuk kuasa kejahatan dalam hidup manusia. Sekarang, Yesus tampil membawa kuasa kerajaan dan menyatakan bahwa lawan kuasa kejahatan sekarang bekerja di antara manusia untuk mengalahkan kejahatan. Yesus tidak hanya datang untuk mewartakan Kerajaan Allah, tetapi juga menghadirkan Kerajaan Allah melalui tindakan-Nya.

Bagian ini bisa ditutup dengan sebuah rangkuman pendek. Tindakan-tindakan Yesus yang sering kali mengherankan, yang dalam hal ini kita sebut “mukjizat,” ternyata memainkan peranan integral dalam seluruh karya pelayanan Yesus. Mukjizat itu meneguhkan firman Yesus yang disampaikan kepada banyak orang. Mukjizat itu juga sekaligus menjadi tanda datangnya Kerajaan Allah yang mengalahkan kuasa kejahatan yang menyengsarakan manusia.

Mukjizat dan Ragamnya

Di dalam Injil diceritakan sekian banyak mukjizat mengagumkan yang dibuat oleh Yesus. Flavius Josephus, sejarawan Yahudi abad pertama, juga memberi kesaksian tentang Yesus yang digambarkannya sebagai “pembuat karya-karya yang mengagumkan” (= paradoxon ergon poietes) (Ant. 18.3.3 ◙ 63-64). Di dalam Alkitab bahasa Indonesia, beberapa peristiwa luar biasa yang diperbuat oleh Yesus disebut mukjizat (Mrk.6:2.5; Luk. 10:13; 19:37; Mat. 13:54). Dalam teks aslinya tidak pernah ditemukan kata “mukjizat” (Latin: miraculum).

Injil Sinoptik menggunakan kata dynameis yang sebenarnya berarti “karya kuasa”. Injil Yohanes menggunakan kata erga, “karya, pekerjaan” (Yoh.5:36; 10:25.32) atau semeia yang berarti “tanda” (Yoh.2:11; 4:54; 9:16). Dua istilah yang dipakai oleh Yohanes mengalihkan perhatian kita dari memandang karya-karya istimewa yang mengatasi hukum alam menjadi karya-karya yang mempunyai makna dan arti religius. Mukjizat yang dibuat oleh Yesus tidak berhenti di situ, tetapi membawa kepada sesuatu yang ada di baliknya. Sementara istilah pertama, dynameis, lebih menunjuk kepada pribadi Yesus dan kerajaan yang Ia wartakan. Dengan demikian semua mempunyai ciri Kristologis.

Dari Injil, kita juga tahu bahwa ada beberapa macam mukjizat yang

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 10: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 10

dikerjakan oleh Yesus. Karena kisahnya terlalu bervariasi, tidak mudah untuk menentukan jenis mukjizat macam apa yang secara konkret diperbuat oleh Yesus. Secara umum, mukjizat Yesus dapat dimasukkan ke dalam 4 (empat) golongan: a) Penyembuhan, b) Pengusiran Setan, c) Menghidupkan Orang Mati, dan d) Mukjizat Alam.

a. Pengusiran Setan | Gagasan bahwa roh jahat bisa mengganggu manusia, baik dari luar maupn dari dalam (kerasukan setan) sebenarnya merupakan gagasan yang berkembang luas dimana-mana. Bahkan sampai saat ini, di generasi ‘Tablet’ ini kita masih mendengar kisah-kisah seperti itu. Kisah orang kerasukan setan serta eksorsisme terus saja menjadi kisah yang menyita perhatian khalayak.

Catatan yang terdapat dalam Al Kitab menunjukkan bahwa para murid Yesus yang pertama meyakini bahwa mereka mendapatkan kuasa mengusir setan/roh jahat dari Yesus sendiri sebagai bagian dari pengutusan mereka. (Mrk.6:7; Mat.10:1.8; Luk. 9:1). Tidak hanya itu, satu kali Injil Markus bahkan mencatat bahwa seorang yang bukan pengikut Yesus juga mengusir setan atas namaNya (Mrk. 9:38-40). Kisah Para Rasul menceritakan bahwa Paulus mampu mengusir roh jahat yang merasuki seseorang (Kis. 16:16-18; bdk. Kis. 19:12). Sementara itu beberapa dukun Yahudi berusaha meniru Paulus mengusir roh jahat dalam nama Yesus, tetapi ternyata tidak berhasil (19:13-17).

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 11: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 11

Seperti disinggung di atas, kecuali Injil Yohanes, Injil Sinoptik beberapa kali menceritakan bagaimana Yesus mengusir setan/roh jahat. Misalnya:

Pengusiran roh jahat di rumah ibadat Kapernaum (Mrk. 1:21-28; Luk.4:33-37).

Pengusiran roh jahat dari orang Gerasa (Mrk. 5:1-20 par). Pengusiran roh dari seorang anak yang bisu (Mrk. 9:14-29 par). Penyembuhan orang bisu yang kerasukan setan (Mat. 9:32-34). Orang buta dan bisu yang kerasukan setan (Mat. 12:22-23; Luk. 11:14). Pembebasan Maria Magdalena dari tujuh roh jahat. (Luk. 8:2). Perempuan Siro-Fenisia yang anaknya kerasukan setan (Mrk. 7:24-30;

Mat. 15:21-28).

Dalam mengusir roh jahat atau setan, Yesus tidak menggunakan teknik-teknik tertentu yang mungkin lazim dipergunakan waktu itu. Dia tidak berdoa, tidak melakukan gerak-gerak tertentu, tidak mengucapkan mantera tertentu, dan tidak menggunakan benda-benda tertentu. Yesus juga tidak mengusir setan atas nama seseorang seperti yang dilakukan orang (lih mis Kis. 16:18; 19:13). Yang diperbuat Yesus hanyalah membentak, menegor dengan keras, dan mengusir setan atau roh jahat yang merasuki seseorang.

Pengusiran setan menjadi bagian integral dari seluruh karya pelayanan Yesus yang mau membebaskan bangsa Israel dari segala penyakit dan kekuatan jahat yang mengakibatkan penderitaan dalam diri mereka. “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Mat. 19:28).

b. Penyembuhan | Mukjizat penyembuhan termasuk karya Yesus yang mempunyai ragam variasi. Akan tetapi dengan hanya membaca kisah-kisah tersebut, kita tidak tahu persis penyakit apa saja yang sebenarnya disembuhkan oleh Yesus. Gambaran yang disampaikan oleh para penulis Injil ditentukan oleh situasi orang zaman itu yang belum mempunyai pengetahuan yang memadai untuk menentukan suatu penyakit. Di dalam Injil tidak ada medical record dari orang-orang yang menderita sakit dan disembuhkan oleh Yesus. Meskipun demikian, kita bisa menggolongkan mukjizat penyembuhan itu sebagai berikut:

1. Terdapat empat atau lima kisah mukjizat penyembuhan orang lumpuh (Mrk. 2:1-12; Yoh 5:1-9; Mat. 8:5-13), orang yang tangannya mati sebelah (Mrk. 3:1-6), perempuan yang bungkuk punggungnya (Luk. 13:10-17). Di sini mungkin masih ditambahkan apa yang dirumuskan secara umum dalam Matius 11:5 yang mengatakan, “..orang lumpuh berjalan.” Semua kisah itu berasal dari tradisi yang berbeda-beda.

2. Ada tiga kisah berbeda yang bersangkut-paut dengan penyembuhan orang buta (Mrk.10:46-52; Mrk. 8:22-26; Yoh. 9:1-47). Mungkin juga bisa ditambahkan rumusan umum, “orang buta melihat” (Mat.11:5).

3. Dua kasus orang kusta (Mrk. 1:40-45 par; Luk. 17:11-19).

4. Kasus-kasus yang hanya terjadi sekali: penyembuhan ibu mertua Petrus (Mrk. 1:29-31 par), perempuan yang sakit pendarahan (Mrk. 5:24-34 par), seorang yang sakit busung air (Luk. 14:1-6), seorang yang tuli dan gagap (Mrk. 7:31-37), hamba Imam Besar yang telinganya disembuhkan (Luk. 22:49-51).

Kalau kita memperhatikan banyaknya mukjizat penyembuhan yang dibuat oleh Yesus dan mempertimbangkan bahwa kisah-kisat itu sebenarnya berasal dari tradisi yang berbeda-beda, tidak bisa dikesampingkan kemungkinan

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 12: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 12

bahwa semasa hidupNya, Yesus memang pernah melakukan tindakan-tindakan penyembuhan orang yang menderita sakit.

c. Menghidupkan orang mati

Menyembuhkan orang sakit saja sudah membuat heboh banyak orang, apalagi menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Boleh dikatakan bahwa mukjizat jenis ini yang paling merepotkan manusia modern. Beberapa ahli pernah berpendapat bahwa mukjizat jenis ini sebenarnya merupakan ciptaan Gereja Perdana untuk mengungkapkan keyakinan Gereja bahwa Kristus yang bangkit telah mengalahkan kuasa kematian.

Tetapi kita juga mempersoalkan bahwa gagasan seperti itu sebenarnya bertitik tolah dari sebuah penalaran tertentu. Karena mukjizat itu tidak bisa terjadi, demikian titik tolak berpikir banyak orang kisah-kisah Injil tentang mukjizat pasti tidak sungguh-sungguh terjadi. Kalau sekarang hal itu dianggap tidak bisa terjadi, dulu pun pasti tidak pernah terjadi. Atau kemungkinan orang memberi penjelasan bahwa orang mati yang dibangkitkan sebenarnya bukanlah orang yang benar-benar sudah mati. Apa yang mereka anggap ‘mati’ mungkin saja sebenarnya belum mati. Apalagi zaman itu, pemahaman medis tentu masih amat primitif dibandingkan zaman kita ini.

Tetapi, apakah hanya demikian? Dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa cerita tentang seorang tokoh yang membangkitkan orang mati. Misalnya, Elia dan Elisa (I Raj. 17:17-24; IIRaj. 4:18-37; bdk II Raj. 13,20-21). Dalam Kisah Para Rasul, dikisahkan bahwa Petrus membangkitkan seorang perempuan bernama Tabita atau Dorkas (Kis.9:36-43). Beberapa tulisan Greko-Romawi memuat juga kisah-kisah tentang orang sudah mati yang dihidupkan kembali. Demikian juga beberapa kisah dalam tradisi Kristiani dan tradisi rabinik. Dengan demikian, mesti dikatakan bahwa sekalipun jumlahnya sedikit, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kisah penyembuhan dan pengusiran setan, kisah membangkitkan orang mati ternyata juga ada dan beredar. Karena itu, tradisi Kristiani awal yang mendengar atau mengisahkan kisah Yesus membuat mukjizat membangkitkan orang mati, sebenarnya tidak mendengar sesuatu yang sama sekali belum pernah didengar sebelumnya.

Di dalam Injil, sebenarnya hanya ada tiga kisah yang menceritakan Yesus membangkitkan orang mati:1. Membangkitkan anak Yairus (Mrk. 5:21-43 par) yang berasal dari tradisi

Markus.2. Membangkitkan anak muda di Nain (Luk. 7:11-17), yang hanya terdapat

dalam Injil Lukas dan berasal dari tradisi Lukas.3. Membangkitkan Lazarus (Yoh. 11:1-46), yang berasal dari tradisi

Yohanes.

Di sini kita bisa menambahkan kata-kata Yesus yang biasanya dikatakan berasal dari tradisi Q (terdapat hanya dalam Matius dan Lukas), yaitu “…orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Mat. 11:5 ; Luk. 7:22).

Data-data di atas menunjukkan bahwa ternyata setiap tradisi yang berada di belakang keempat Injil, ternyata menyimpan kisah Yesus yang membangkitkan orang mati. Dari sini kita hanya dapat mengatakan bahwa kisah mukjizat Yesus yang membangkitkan orang mati kemungkinan besar mempunyai dasar pada hidup dan pelayanan Yesus sendiri.

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 13: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 13

Di dalam Injil sebenarnya kita bertemu dengan dua model kisah pembangkitan orang mati atau kisah kebangkitan. Kedua model itu berbeda satu sama lain secara mencolok. Yang pertama adalah kisah kebangkitan orang mati yang terjadi semasa karya publik Yesus.

Dalam kisah ini mereka yang tadinya sudah mati mendapatkan kembali kehidupannya dengan segala sesuatunya. Tentang anak Yairus yang dibangkitkan dikatakan bahwa ia “berdiri dan berjalan”. (Mrk. 5:42). Sementara Yesus sendiri menyuruh mereka memberi anak itu makan (Mrk. 5:43). Anak seorang janda dari Nain, setelah dibangkitkan, ” duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya” (Luk. 7:15). Demikian juga Lazarus keluar dari kubur, “kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan dan mukanya tertutup dengan kain peluh” (Yoh. 11:44). Berbeda dengan yang terjadi pada Yesus. Ketika Ia bangkit, dikatakan bahwa, “kain kafan terletak di tanah, sedangkan kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kafan itu, tetapi terlipat tersendiri di tempat yang lain” (Yoh. 20:6-7).

Jika diperhatikan, ketiga kisah mukjizat membangkitkan orang mati mempunyai unsur-unsur yang sama:1. Yesus bertemu dengan orang yang sedang mengalami kesedihan karena

kehilangan (kecuali Luk.7:11-17).2. Yesus berkata atau bertindak yang membangkitkan orang yang sudah

mati itu.3. Reaksi dari orang yang mengamati.

Kalau kita mengamati struktur kisah ini, kita melihat bahwa sebenarnya kisah ini lebih mirip dengan mukjizat penyembuhan orang sakit. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa mukjizat pembangkitan orang mati lebih berkaitan dengan kehidupan fisik di dunia ini. Orang yang sudah mati, ‘disembuhkan’ dari ‘penyakit’ terakhir, yaitu kematian dan kemudian dikembalikan ke kehidupan sebelumnya.

Kisah kedua adalah kisah tentang kebangkitan Yesus sendiri. Kisah ini sama sekali berbeda dengan kisah-kisah mukjizat yang diceritakan di atas. Yesus dibangkitkan tidak berarti bahwa Ia kembali ke kehidupan sebelumnya. Kebangkitan Yesus tidak berarti Ia kembali ke kehidupan yang lama, melainkan berpindah melintasi kematian menuju kepenuhan kehidupan abadi dalam persekutuan dengan Allah sendiri. Berbeda dengan mukjizat pembangkitan orang mati yang dalam Injil hampir selalu dikisahkan dengan lengkap, kita sama sekali tidak mempunyai narasi tentang kebangkitan Yesus.

d. Mukjizat Alam

Kelompok keempat biasanya disebut dengan ‘mukjizat alam, (Nature Miracle). Sebutan mukjizat alam rasanya terlalu umum dan tidak bisa menunjukkan ciri-ciri khusus dari masing-masing mukjizat ini. Kisah-kisah ini tidak mempunyai struktur yang jelas seperti misalnya yang terdapat dalam kisah-kisah penyembuhan (lihat di tulisan sehubungan dengan kisah pembangkitan orang mati). Entah karena alasan apa, tiba-tiba saja Yesus berjalan di atas air (Mrk. 6:45-52 bdk. Yoh. 6:16-21). Demikian juga kisah Yesus yang mengutuk pohon ara (Mrk. 11:12-14.20-21). Rasanya tidak ada alasan yang amat mendesak yang memaksa Yesus untuk berbuat demikian. Kita juga bisa bertanya, sebenarnya tindakan apa yang mengakibatkan sebuah mukjizat alam terjadi. Dalam ketiga mukjizat lainnya, hal ini cukup terlihat, misalnya Yesus menghardik roh jahat, atau memerintahkan si

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 14: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 14

lumpuh untuk bangkit, atau yang lain. Tetapi di dalam kisah mukjizat alam, kita penuh tanda tanya. Apa yang menyebabkan terjadinya mukjizat penggandaan roti? Apakah pada saat Yesus ‘menengadah ke langit dan mengucap berkat’ ? (Misalnya Mrk. 6.41 passim).

Kita tidak perlu memasuki diskusi semacam ini, kita langsung saja melihat secara lebih mendetail mukjizat apa yang biasanya digolongkan ke dalam ‘mukjizat alam’ ini.

1. Mukjizat Pemberian (Gift Miracle). Termasuk dalam kategori ini adalah kisah dimana benda atau hal-hal tertentu tersedia dengan cara yang amat mengherankan. Misalnya kisah penggandaan roti (Mrk. 6:30-44, dsb). Kisah perkawinan di Kana ketika Yesus mengubah air menjadi anggur (Yoh. 2:1-11).

2. Mukjizat Penampakan Tuhan (Epiphany Miracle). Dalam mukjizat ini keilahian seorang pribadi tampak dengan jelas. Satu-satunya mukjizat yang termasuk dalam kategori ini adalah kisah Yesus yang berjalan di atas air (Mrk. 6:5-52 bdk. Yoh. 6:16-21).

3. Mukjizat Penyelamatan (Resque Miracle). Kisah ini menceritakan penyelamatan entah dari angin badai yang mengamuk atau dari penjara. Sepanjang berkaitan dengan kisah Yesus, satu-satunya contoh untuk mukjizat jenis ini adalah kisah Yesus yang menenangkan angin ribut (Mrk. 4:35-41; Mat. 8:23-27; Luk. 8:22-25). Kisah lain di luar Injil bisa ditemukan misalnya dalam Kisah Para Rasul 5:17-25, yan gmenceritakan bagaimana para rasul dibebaskan dari penjara.

4. Mukjizat Kutukan (Curse Miracle). Dengan kata-kataNya, sang pembuat mukjizat menyebabkan terjadinya sesuatu yang merugikan atau kerusakan. Satu-satunya contoh dari pengalaman Yesus adalah ketika ia mengutuk pohon ara yang tidak berbuah (Mrk. 11:12-14.20-21; Mat. 21:18-22).

Kalau kita mengamati kisah-kisah yang tersaji di atas, tampak bahwa setiap kisah hanya muncul sekali di dalam Injil. Hanya dua kisah saja yang diceritakan dua kali dalam tradisi yang berbeda, yaitu kisah Yesus berjalan di atas air (Yoh. 6:16-21; Mrk.6:4-52) dan kisah penggandaan roti (Mrk. 6:30-44 dsb; Yoh.6:1-15). Berkaitan dengan mukjizat Yesus, persis dua mukjizat ini yang menghubungkan tradisi sinoptik dengan tradisi Yohanes.

Demikianlah, mukjizat-mukjizat Yesus sebagaimana diceritakan dalam Injil bisa dikategorikan ke dalam golongan besar. Dua catatan penting kiranya baik disampaikan di sini.

(1) Antara tiga kategori pertama dengan kategori terakhir ada dua perbedaan besar. Ketiga kategori pertama, yang terdiri dari mukjizat pengusiran roh jahat, penyembuhan dan pembangkitan orang mati, sebenarnya mempunyai kesamaan fundamental. Ketiga mukjizat itu sebenarnya bisa dikategorikan mukjizat “penyembuhan” atau “penyelamatan (= penyembuhan akhir)”.

Bagaimanapun, kisah-kisah itu menunjukkan bahwa orang “diselamatkan” (disembuhkan) entah dari setan atau roh jahat, dari penyakit atau kematian. Sementara mukjizat yang kita maksudkan dalam kategori keempat tidak mempunyai keseragaman apa pun yang bisa mempersatukan. Kisah-kisah ini menceritakan peristiwa-peristiwa yang satu dengan yang lain berbeda sama sekali.

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 15: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 15

(2) Dalam Injil kita menemukan banyak kisah mukjizat yang termasuk dalam tiga kategori pertama (pengusiran roh jahat, penyembuhan orang sakit dan pembakitan orang mati). Kisah-kisah seperti itu bisa ditemukan di setiap tradisi yang melatarbelakangi Injil (misalnya: tradisi Markus, tradisi L, tradisi M, tradisi Q, dan tradisi Yohanes). Sementara “mukjizat alam” hanya ditemukan masing-masing sekali saja. Hal ini tentu saja menyulitkan bagi mereka yang mau menyelidiki historisitasnya.

Sebagaimana sudah tersirat di sana sini, kisah-kisah mukjizat menimbulkan pertanyaan dalam diri banyak orang, khususnya manusia modern yang merasa diri sudah mempunyai jawaban atas segala persoalan hidup. Bagaimana pada zaman ini mukjizat bisa dipahami …. (lihat Marginal Jew Vol. II p 509-1038, by John P. Meier).

MUKJIZAT ?Kita sudah melihat bahwa pada dasarnya karya publik Yesus diwarnai dengan dua unsur yang saling berkaitan, yaitu perkataan dan perbuatan, atau sabda dan karya. Mengomentari pasangan kata ini, sabda dan karya Yesus, banyak orang menyebutnya sebagai pasangan yang tidak serasi. Mengapa demikian ? (Itu urusan mereka – red)

Kedua bentuk karya Yesus sudah amat dikenal di dunia karena alasan yang berlainan. Dalam Bulan Kitab Suci tahun lalu kita mendalami beberapa perumpamaan Yesus yang mempunyai gema amat kuat dan sangat berpengaruh. Lihat saja, perumpamaan tentang Orang Samaria Yang Murah Hati. Bagaimana kekuatannya ketika dipakai untuk mengajar ? Tidak hanya itu, kita juga melihat berapa karya seni – khususnya seni rupa – yang

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 16: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 16

diinspirasikan oleh perumpamaan tersebut. Kita juga tahu bagaimana perumpamaan ini mengilhami banyak orang untuk mendirikan lembaga-lembaga sosial, rumah sakit, atau rumah pondokan, bahkan juga dengan nama “The Good Samaritan,” untuk menolong orang yang berkekurangan. Demikian juga halnya dengan perumpamaan tentang “Anak Yang Hilang,” yang membuat Rembrandt van Rijn lebih dari sekali menuangkannya ke atas kanvas. Pendek kata, perumpamaan yang berisi pengajaran Yesus dengan mudah diterima oleh banyak orang tanpa kesulitan. Lalau bagaimana dengan pasangannya, yaitu tindakan atau karya atau (kalau mau lebih persis) “mukjizat Yesus” ….?

Bertolak belakang dengan perumpamaan Yesus, tindakan atau karya Yesus, khususnya mukjizat yang dibuat Yesus, menimbulkan persoalan besar bagi orang modern. Bertubi-tubi aneka pertanyaan ditujukan kepada mukjizat-mukjizat Yesus. Apakah mukjizat bisa terjadi? Apakah mukjizat itu memang terjadi? Apa yang sesungguhnya terjadi dengan peristiwa yang biasa dianggap sebagai kisah mukjizat? Dapatkah atau apakah Allah turut campur dalam sejarah manusia dengan cara yang begitu istimewa? Apakah orang modern dengan semua informasi dan ilmu pengetahuan yang ia miliki masih dapat percaya kepada mukjizat? Bagaimana kita orang sekarang bisa memahami mukjizat itu? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang mungkin seringkali kita dengar.

Apakah Mukjizat itu Mungkin? Dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya kata ini secara tidak disadari juga sering kita pakai. Seorang mahasiswa yang mengetahui bahwa ia lulus ujian meskipun sebelumnya sama sekali tidak belajar, bisa saja mengatakan, “Ini sungguh sebuah mukjizat!” Seorang yang terlibat dalam sebuah kecelakaan yang mengerikan tetapi ternyata ia tidak mengalami cedera, mungkin juga akan berkomentar, “Ini sungguh sebuah mukjizat!” Seorang yang berulang kali terkena stroke tetapi tetap bisa pulih seperti sediakala, barangkali juga akan menyatakan, “Ini sungguh sebuah mukjizat!” Tetapi apa itu sebuah mukjizat?

Daripada bergulat dengan sebuah definisi abstrak, kita bisa mulai dengan sebuah contoh kasus. Kita ambil sebagai contoh kasus penyembuhan yang dikatakan terjadi di Lourdes, Perancis. Di tempat Bunda Maria menampakkan diri kepada seorang gadis kecil Bernadette Soubirous pada tahun 1858, banyak orang mengatakan bahwa dirinya disembuhkan. Pengakuan orang yang merasa disembuhkan ini kemudian diteliti oleh sebuah panitia di Lourdes yang disebut Lourdes Medical Bureau yang terdiri dari para dokter dari berbagai spesialisasi, baik orang beriman maupun bukan orang beriman. Panitia ini bertugas meneliti kasus-kasus yang diajukan dan kemudian menentukan apakah kesembuhan yang terjadi memang tidak bisa dijelaskan secara medis.

Jika memang panitia menentukan demikian, maka kasus ini diserahkan kepada sebuah komisi yang disebut International Lourdes Medical Committee yang berkedudukan di Paris, yang terdiri dari para ahli medis yang berpengalaman dari berbagai keyakinan. Mereka ini harus membuat penelitian lebih lanjut tentang kasus yang diajukan tersebut. Setelah penelitian yang kira-kira berlangsung 5-10 tahun, barulah komisi ini bisa menyatakan bahwa penyembuhan ini secara medis tidak bisa diterangkan. Setelah itu, barulah kasus tersebut dibawa kepada otoritas gerejani di mana orang yang disembuhkan tinggal. Selanjutnya, Uskup membentuk sebuah komisi diosesan yang terdiri dari para imam, para kanonis dan para teolog untuk menyelidiki peristiwa ini. Dialah yang akhirnya, setelah berkonsultasi dengan Tahta Suci, menyatakan bahwa penyembuhan itu memang sebuah

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 17: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 17

mukjizat, “sebuah tanda dari Allah sendiri.” Sejak tahun 1858 sampai sekarang ini, ada sekitar 7000 kasus yang masuk kategori ‘secara medis tidak dapat diterangkan’ tetapi hanya sekitar 67 kasus saja yang oleh Gereja Katolik diakui sebagai mukjizat.

Dari contoh di atas tampak bahwa ada dua istilah yang digunakan, yaitu ‘secara medis tidak bisa diterangkan’ dan ‘mukjizat.’ Penilaian bahwa sebuah penyembuhan dikategorikan ‘secara medis tidak bisa diterangkan’ diberikan oleh panitia yang terdiri dari para ahli yang berasal dari berbagai latar belakang. Ilmu pengetahuan dan keahlian para ilmuwan yang meneliti kasus-kasus itu hanya bisa sampai pada kesimpulan seperti itu, ‘secara medis tidak bisa diterangkan.’ Ini adalah batas mereka sebagai ilmuwan. Seorang dokter katolik bisa saja mengatakan, “Penyembuhan ini adalah sebuah mukjizat. Allah sungguh bekerja dalam peristiwa ini!” Tetapi pernyataan ini tidak dikatakannya sebagai seorang dokter, tetapi sebagai seorang beriman yang mempunyai pandangan tentang dunia yang khas. Di hadapan peristiwa yang sama, seorang dokter atheis bisa saja mengatakan, “Entah bagaimana penyembuhan ini nantinya mau dijelaskan, Allah tidak bekerja dalam kasus ini. Tidak ada mukjizat karena Allah yang menyebabkannya tidak ada.” Pernyataan ini tidak dikatakan sebagai seorang dokter, tetapi sebagai seorang yang mempunyai keyakinan tertentu. Dengan kata lain, penilaian bahwa suatu mukjizat terjadi atau tidak bukanlah sebuah penilaian yang didasarkan pada ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang. Mukjizat adalah sebuah istilah teologis.

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 18: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 18

MUKJIZAT : SEKARANG DAN DULU

Kasus-kasus penyembuhan di Lourdes sebenarnya menyadarkan kita bahwa penyembuhan yang ‘secara medis tidak bisa diterangkan’ ternyata bisa saja terjadi di mana pun dan kapan pun. Dari sini kita bisa membuat sebuah analogi, kalau sebuah situasi tertentu bisa menghasilkan suatu fenomena tertentu sekarang ini, maka tidak bisa ditolak secara a priori bahwa fenomena tersebut tidak bisa terjadi di masa lalu jika situasi yang sama terjadi. Atau secara sederhana bisa dikatakan bahwa penyembuhan di Lourdes yang terjadi pada zaman kita menunjukan bahwa hal yang sama bisa saja terjadi di masa lalu.

Kalau sesuatu yang ‘secara medis tidak bisa diterangkan’ memang bisa saja terjadi, maka kita bisa bertanya apakah kisah-kisah mukjizat yang dikerjakan Yesus sebagaimana tercantum dalam Injil bisa mempunyai dasar historis? Yang jelas, di dalam Injil kita menemukan tidak hanya satu tetapi cukup banyak kisah mukjizat. Dari manakah asal kisah-kisah tersebut? Memang harus diakui bahwa ada proses panjang sebelum sebuah kisah (mukjizat) sampai kepada bentuk seperti yang sekarang ini kita temui dalam Injil. Dalam proses ini, seorang redaktur bisa saja menambah, mengurangi atau mengubah sebuah kisah sesuai dengan minat teologisnya. Meskipun demikian, kita bisa bertanya: apakah ada alasan untuk berpikir bahwa sekurang-kurangnya inti dari cerita-cerita mukjizat itu berasal dari zaman dan kehidupan Yesus sendiri? Dengan kata lain, apakah Yesus semasa hidupnya melakukan tindakan tertentu yang oleh diri-Nya atau orang sezaman-Nya dianggap sebuah mukjizat? Atau kisah-kisah seperti itu lebih baik dipahami saja sebagai ciptaan Gereja Purba untuk menunjukkan kehebatan Yesus yang mereka akui Tuhan demi kepentingan aktivitas misionaris mereka?

Mungkin kita tidak bisa sampai pada kepastian seratus persen, tetapi ada beberapa kriteria yang bisa dan biasa digunakan untuk menduga historisitas sebuah kisah atau sebuah pernyataan dari Yesus. Sekurang-kurangnya ada 4 kriteria yang bisa diajukan di sini:

1. Berapa banyak kisah-kisah itu muncul? Kita berusaha meneliti kisah-kisah mukjizat yang ada dari sudut asal-usul atau sumber serta bentuk kisah tersebut. Jika kita menemukan bahwa sebuah kisah mukjizat berasal dari sumber-sumber yang berbeda dan dalam bentuk yang berbeda-beda pula, bisa disimpulkan bahwa historisitas kisah itu cukup kuat. Di dalam Injil kita menemukan bahwa kisah-kisah mukjizat itu berasal dari tradisi-tradisi yang berbeda-beda.

Nah .... di sini mungkin perlu ada keterangan sedikit. Semoga tidak terlalu

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 19: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 19

banyak mengulang. Sebagaimana kita ketahui kita mempunyai empat injil: yang tiga biasanya disebut Injil Sinoptik karena isinya sekaligus mirip dan berbeda; sementara yang satu lagi adalah Injil Yohanes. Orang mengatakan bahwa Injil Matius dan Injil Lukas itu merupakan hasil olahan dari Injil Markus dan satu sumber lain lagi yang disebut Q (= Quelle) yang artinya sumber. Tetapi Mat dan Luk juga menggunakan sumber-sumber yang khas mereka sendiri yang biasa disebut M dan L. Dengan kata lain, Injil Matius itu merupakan gabungan dari Mrk, Q dan M; sementara Injil Lukas merupakan ramuan dari Mrk, Q dan L. Begitu kira-kira proses terjadinya injil-injil Sinoptik.

Dengan demikian, tradisi-tradisi yang berada di balik keempat injil adalah tradisi Mrk, tradisi Q, tradisi M, tradisi L, serta tradisi Yohanes. Dalam hal ini, kisah-kisah mukjizat Yesus ternyata bisa ditemukan di semua tradisi itu.

Tidak hanya itu, rujukan kepada mukjizat yang dibuat Yesus tidak hanya berupa kisah, tetapi juga berupa pernyataan seperti misalnya ketika Yesus menjawab utusan Yohanes yang datang kepada-Nya. “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan” (Mat 11,4-5). Di sini tidak ada kisah, yang ada hanya pernyataan (bdk. juga misalnya Mat 12,27).

Pendek kata, dengan kriteria pertama ini bisa dikatakan bahwa ada banyak kesaksian yang mendukung bahwa selama hidup-Nya Yesus memang pernah melakukan sesuatu yang oleh Diri-Nya sendiri dan juga orang lain dianggap sebagai mukjizat.

2. Apakah kisah-kisah itu koheren? Kita mempunyai banyak kisah tentang mukjizat Yesus, tetapi kita bisa bertanya apakah kisah-kisah itu memang mendukung satu sama lain? Kita bisa mulai dengan kisah pengusiran setan. Berhadapan dengan mukjizat ini, orang bisa bertanya: apa artinya ini dalam keseluruhan karya pelayanan Yesus? Jawabannya bisa ditemukan misalnya dalam Luk 11,20, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Demikian juga mukjizat penyembuhan yang dilaksanakan oleh Yesus mendapatkan penjelasannya, misalnya, dalam jawaban Yesus yang disampaikan kepada Yohanes yang sudah dikutip di atas. “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan” (Mat 11,4-5). Dengan itu mau dikatakan bahwa penyembuhan-penyembuhan yang terjadi merupakan tanda pemenuhan dari nubuat Yesaya tentang kedatangan keselamatan definitif bagi Israel. Ada koherensi atau kesesuaian antara pernyataan dan tindakan yang dibuat Yesus sebagaimana dikisahkan oleh tradisi-tradisi injil yang ada.

3. Apakah kisah-kisah itu sama dengan kisah mukjizat lainnya? Dipertanyakan di sini apakah kisah-kisah mukjizat dalam Injil sama atau mirip dengan kisah-kisah mukjizat lain, kisah mukjizat yang berasal dari tradisi lain, entah itu dari dunia Greko-Romawi atau tradisi Yahudi, yang beredar pada waktu itu? Jawabannya: tidak. Kisah mukjizat Yesus tergolong kisah yang jauh lebih tua daripada kisah-kisah senada yang lain, sehingga tidak mungkin bahwa kisah mukjizat Yesus itu merupakan suatu imitasi atau plagiat dari kisah-kisah lainnya. Lagi pula, kisah mukjizat Yesus berbeda dengan kisah-kisah lain yang ada. Misalnya, kisah yang terdapat dalam tradisi rabinik biasanya mempunyai pola tertentu. Seorang orang kudus mohon kepada Allah suatu berkat tertentu, misalnya mohon kesembuhan atau mohon hujan. Lalu diceritakan bahwa doanya didengarkan oleh Allah. Kisah seperti ini tentu berbeda dengan kisah-kisah mukjizat yang terdapat dalam Injil. Apa yang

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 20: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 20

dibuat oleh Yesus adalah sesuatu yang unik, yang tidak ada bandingannya dengan tokoh lain.

4. Apakah ada yang memalukan dalam kisah mukjizat Yesus? Judulnya agak aneh, tapi maksudnya begini. Kita ambil saja kisah Yesus yang mengusir setan sebagaimana yang terdapat dalam Mat 12,22-30. Setelah Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan, banyak orang takjub dan berkomentar, “Ia ini agaknya Anak Daud.” Tetapi dikatakan bahwa orang Farisi yang mendengarnya berkata, “Demi Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan” (ay. 24). Kisah penyembuhan yang dibuat Yesus ternyata membuat Dia dituduh bersekutu dengan setan. Ini tentu sebuah tuduhan yang memalukan. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa kisah itu memang historis; memang demikian halnya. Kalau tidak, untuk apa menciptakan sebuah kisah yang hanya memalukan Tuhan, yang menempatkan Tuhan dalam posisi sulit?

Demikianlah, empat kriteria sudah dicoba disampaikan untuk menilai kisah-kisah mukjizat yang banyak terdapat dalam Injil. Berdasarkan kriteria tersebut, kita bisa mengatakan dengan cukup aman bahwa peristiwa yang digambarkan dalam kisah-kisah mukjizat tersebut tampaknya memang mempunyai asal usul pada masa hidup dan karya Yesus sendiri. Dengan kata lain, selama hidupnya Yesus tampaknya memang pernah membuat sesuatu yang dianggap sebuah mukjizat oleh diri-Nya sendiri dan orang-orang yang di sekitarnya. Bahkan harus dikatakan bahwa dibandingkan dengan bahan-bahan yang lain yang terdapat dalam Injil, seperti misalnya, sabda-sabda Yesus tertentu, historisitas kisah-kisah mukjizat ini justru mendapatkan dukungan paling kuat.

Mukjizat : Loncatan Iman ?Jangan lupa, bagian ini adalah permenungan kedua dari yang sudah disampaikan di atas: mukjizat itu berkaitan dengan iman. Di atas sidah ditegaskan bahwa sebagai dokter, para dokter yang meneliti kasus penyembuhan di Lourdes, hanya bisa mengatakan bahwa “penyembuhan ini secara medis tidak dapat diterangkan.” Itu saja. Itu batas kompetensinya sebagai ilmuwan. Pada saat yang sama seorang dokter Katolik bisa mengatakan, “Ini mukjizat! Allah campur tangan di sini.” Pernyataan ini bukan kesimpulan yang datang dari penelitiannya sebagai seorang dokter, melainkan dari seorang beriman. Dengan kata lain, mukjizat tampaknya memang berkaitan dengan iman.

Lalu, bagi seorang beriman, apa artinya? Untuk kita yang hidup di abad internet ini, mukjizat selalu menjadi fenomen yang menimbulkan pertanyaan yang bersifat historis, seperti misalnya, “Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah itu semua sungguh terjadi?” Kita bisa bertanya, apakah orang-orang yang sezaman dengan Yesus juga memahaminya demikian? Rasanya tidak. Pada bagian ini Mgr. I. Suharyo dalam bukunya Pengantar Injil Sinoptik (hlm. 136-137) menulis demikian. Bagi Yesus dan orang-orang sezaman-Nya, mukjizat adalah tanda: mukjizat itu berbicara mengenai sesuatu dan mengenai seseorang. Maka, sangat pentinglah mengubah pertanyaan mengenai mukjizat.

Mungkin baik kalau diberikan contoh untuk membandingkan : Seorang guru ilmu hayat memberikan bunga kepada seorang murid. Pertanyaan yang muncul tentulah, “Apa ini?” Seorang pemuda memberikan bunga kepada seorang pemudi. Kalau demikian pertanyaannya menjadi lain, “Apa maksudnya?” Dalam kasus pertama, yang diperhatikan bunga sebagai suatu

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 21: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 21

benda, kasus kedua lebih berhubungan dengan bunga sebagai pembawa pesan, sedang kebendaannya menjadi sangat sekunder.

Kalau mukjizat itu adalah tanda, pertanyaannya: apakah yang mau ditandakan? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab secara umum. Untuk menjawab pertanyaan itu, sekali lagi kita kembali kepada rumusan yang pernah dipakai oleh Yesus untuk menjelaskan mukjizat pengurisan setan yang baru saja dilakukan-Nya, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” (Luk. 11:20) Apa artinya kalau dikatakan “Kerajaan Allah sudah datang” ? Secara sederhana bisa dikatakan bahwa Allah yang meraja berarti kekalahan secara definitif kejahatan yang senantiasa mengganggu ketenangan hidup manusia.

Kalau mukjizat adalah sebuah tanda, peristiwanya sendiri bukan merupakan sesuatu yang penting. Kalau peristiwanya yang pada zaman penulis Injil dianggap mukjizat ternyata terbukti bukan mukjizat, hal ini pun tidak perlu terlalu mencemaskan kita. Yang penting adalah bahwa bagi orang beriman, pesan yang mau disampaikan lewat peristiwa-peristiwa mukjizat, tetap berlaku.

Sebuah catatan kecil mungkin baik disampaikan di sini. Seringkali dikatakan bahwa orang modern tidak bisa percaya kepada mukjizat. Rudolf Bultmann pada zamannya pernah secara tajam mengatakan, “It is impossible to use electric light and the wireless and to avail ourselves modern medical and surgical discoveries, and at the sane time to believe in the New Testament world of …. miracles.” Benarkah pernyataan seperti ini? Apa kenyataannya? Paling tidak bisa secara singkat disampaikan hasil satu survey yang berkaitan erat dengan mukjizat. Menurut hasil jajak pendapat di Amerika yang dibuat oleh George Gallup atau yang lain, pada tahun 1989 82% orang Amerika percaya akan adanya mukjizat. Bagi mereka, bahkan sampai sekarang, masih diyakini bahwa mukjizat itu terjadi oleh kuasa Allah sendiri yang mengatasi kemampuan manusiawi. Menurut catatan, majalah Newsweek edisi 1 Mei 2000 menyampaikan hasil sebuah jajak pendapat yang menyatakan bahwa 84% orang Amerika dewasa percaya bahwa Allah mengadakan mukjizat, 48% dari antaranya mengaku pernah menyaksikan mukjizat itu.

Kalau demikian, rasanya memang masih benar apa yang dilantunkan banyak orang ….

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 22: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 22

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 23: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 23

PENDALAMAN KITAB SUCI

» Lectio Divina «Dalam Bulan Kitab Suci, sebagaimana biasa, dibuat empat pertemuan mingguan. Empat bahan yang ditawarkan ini selain diambil dari empat Injil yang kita miliki, juga diambil berdasarkan jenis kisah mukjizat yang sudah kita bicarakan di muka.

1.

Minggu I Matius Menyembuhkan Orang Lumpuh (Mat. 9:1-8)

2.

Minggu II Markus Mengusir Roh Jahat di Gerasa (Mrk. 5:1-20)

3.

Minggu III Lukas Anak Muda di Nain(Luk. 7:11-17)

4,

Minggu IV Yohanes Mengubah Air Menjadi Anggur (Yoh. 2:1-11)

Selama Bulan Kitab Suci 2012 ini kita akan mendalami Kitab Suci dengan mempergunakan metode Lectio Divina. Untuk memahami tentang Lectio Divina, baiklah kita lebih dulu mengingat kembali apa itu doa. Ketika orang berdoa, ia berkomunikasi dengan Allah. Komunikasi yang dimaksudkan bukanlah komunikasi satu arah, dalam arti hanya satu pihak yang berbicara, melainkan komunikasi dua arah (dialog). Doa merupakan dialog antara Allah dengan kita. Ketika Allah bersabda, kita mendengarkan lalu kita menyampaikan tanggapan terhadap Sabda Allah itu. Sabda yang telah didengarkan itulah yang dibawa ke dalam kehidupan untuk dilaksanakan.

Doa sebagai dialog ini dapat dilaksanakan dalam Lectio Divina, yaitu pembacaan Kitab Suci yang direnungkan dengan tujuan: Berdoa dari Kitab Suci. Hidup dari Sabda Allah.

Allah bersabda ketika kita membaca Al Kitab (Lectio) dan kita mendengarkan lalu merenungkan untuk memahaminya (Meditatio). Selanjutnya kita menyampaikan tanggapan dalam doa (Oratio). Sabda Allah yang kita dengarkan itu selalu kita ingat setiap saat dalam kehidupan kita (Contemplatio) dan kita jalankan dalam kehidupan nyata (Actio).

1. Lectio | Pada tahap Lectio ini kita membaca teks untuk memahami apa yang dikatakan oleh teks. Dalam Kelompok Kitab Suci tahap ini dapat dilakukan demikian: Pemandu membacakan dan memberi penjelasan atau berdiskusi untuk memahami isi teks.

2. Meditatio | Pada tahap meditatio, kita berusaha menemukan arti teks dan menerapkannya pada diri sendiri. Dalam Kelompok Kitab Suci, para peserta diajak masuk dalam suasana hening dengan mata terpejam untuk:1. Membayangkan peristiwa yang diceritakan atau mengingat kembali

teks. 2. Mencari: “Pesan apa yang saya pelajari dari Sabda yang baru

direnungkan.” 3. Apa peran pesan itu bagi saya: mengingatkan, menegur,

menguatkan, menghibur?

Kemudian para peserta diminta untuk membuka mata lalu menuliskan pesan yang baru direnungkan dan membagikan kepada peserta lain tentang pesan

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 24: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 24

yang direnungkannya, dengan membacakan apa yang sudah ditulisnya.

Contoh (Orang Samaria yang murah hati): Dari perumpamaan ini saya melihat orang Samaria sebagai teladan

dalam menolong: ia mau menolong mulai dari melihat, tergerak hatinya, dan melakukan pertolongan.

Melalui perumpamaan ini Tuhan Yesus mengingatkan saya karena selama ini hanya melihat dan tergerak oleh belas kasihan, tetapi jarang mau memberikan pertolongan.

3. Oratio | Pada tahap ini, kita menyampaikan doa yang digerakkan dan diilhami oleh Sabda. Doa ini merupakan tanggapan kita atas Sabda yang baru kita dengarkan, bisa berupa pujian, syukur, permohonan, dan sebagainya. Dalam Kelompok Kitab Suci, perserta diajak untuk mempersiapkan doa secara tertulis.

Contoh (bacaan tentang Orang Samaria yang murah hati): Allah Bapa mahapengasih, anugerahkanlah belas kasih dalam diri

kami agar mampu memberikan pertolongan yang nyata kepada sesama yang mengalami kesulitan.

Kemudian satu demi satu, peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan doa “Bapa Kami.”

4. Contemplatio | Contemplatio merupakan sikap hidup di hadirat Allah. Kita menjalani kehidupan sambil memandang Allah dan selalu menyadari bahwa Allah itu sealu kita ingat dalam kehidupan kita.

5. Actio | Actio merupakan tindakan nyata untuk melaksanakan Sabda Allah yang didengarkan. Dengan demikian, kehendak Allah yang dinyatakan dalam Kitab Suci terlaksana dalam kehidupan kita.

Catatan : Karena yang penting adalah bersama-sama membaca dan merenungkan teks-teks suci, jumlah peserta yang ideal adalah yang memungkinkan semua peserta terlibat (membaca, merenung, bertanya, atau berpendapat), yakni antara 5-10 orang. Jadi jika yang datang dalam Pendalaman Kitab Suci di lingkungan hanya sedikit, jangan berkecil hati.

Selamat Menyaksikan Mukjizat TuhanKalaulah Anda menemukan kasih Kristus dan merasa terberkati dengan membaca artikel di atas, biarkanlah teman-teman facebook Anda turut mengalami merasakan, untuk itu silahkan membagikan pengalaman iman Anda itu dengan klik » S H A R E : Setelah tab berbagi muncul, tuliskan apa yang ada temukan dari blog ini, klik icon pilihan kepada siapa akan berbagi, dan terakhir klik icon “Bagikan Halaman.”

“Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.” (Lukas 1:1-4)

Melihat sejarah, Gereja Katolik menggunakan wibawa dan kuasanya untuk menentukan Kitab-kitab yang mana yang termasuk dalam Alkitab dan memastikan bahwa segala yang tertulis dalam Alkitab adalah hasil “inspirasi Allah.” Jika bukan karena Gereja Katolik, maka umat Kristen tidak akan

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 25: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 25

mengetahui yang mana yang benar.

“Semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yohanes 20:31) Yang ditulis di dalam Kitab-kitab Injil adalah kabar gembira keselamatan untuk diwartakan supaya orang percaya, bukan laporan peristiwa di masa lampau untuk disimpan sebagai arsip. Kabar gembira keselamatan ditulis bagi umat Kristen yang berjuang untuk menjadi murid-murid Kristus yang sejati, hidup dalam iman yang mendalam dan tangguh. Inilah Injil dalam arti yang paling dasar.

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 26: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 26

Situs & Link Katolik

Ask A Catholic Catholic Answers Catholic Bible 101 Catholic Education

Resource Center Catholic Fidelity Catholic Saints Catholic Source Catholicity ekaristi dot org EWTN Global Catholic

Network Giga Catholic Gloria dot TV

Holy See – Tahta Suci Vatikan

Iman Katolik Inside Catholic Jalan Salib Katekismus Gereja Katolik Katolisitas dot org Kitab Hukum Kanonik Konsili Vatikan II Link Gereja Katolik Timur Our Lady’s Warriors Papal Encyclicals Online Scripture Catholic yesaya dot indocell dot

net Zenit

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 27: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 27

Tarekat & Ordo

ADM | Suster-suster Amal Kasih Darah Mulia

CB | Suster-suster Carolus Borromeus

CDD | Congregation of the Disciples of the Lord

CICM | Congregatio Immaculati Cordis Mariae

CM | Congregation of the Mission

CMF | Missionary Sons of the Immaculate Heart of Mary

CP | Kongregasi Pasionis Prov. Indonesia

CP | Suster-suster Kongregasi Passionis

CSsR | Kongregasi Redemptoris

MSC | Misionaris Hati Kudus Yesus  (Prov. Indonesia)

MSF | Misionaris Keluarga Kudus| Prov. Kalimantan |  Prov. Jawa

O Carm | Ordo Karmelit Prov. Indonesia

OCD | Ordo Karmel Tak Berkasut

OCSO | Sistersien – Trappist

OFM | Ordo Saudara Hina Dina Fransiskan | Prov. Indonesia | Prov. Papua

OMI | Oblat Maria Immaculata Prov. Indonesia

OP | Ordo Pengkhotbah / Ordo Dominikan Prov. Indonesia

OSA | Ordo Santo Agustinus (Regio Papua)

OSC | Ordo Klaris Indonesia

OSC | Ordo Salib Suci |  Prov. Sang Kristus-Indonesia |  OSC di Papua

OSC Cap. | Ordo Klaris Kapusines

OSM | Ordo Hamba-hamba Maria / Ordo Servite

OSM Conv. | Ordo Saudara Hina Dina Fransiskan Konventual

OSU | Ordo Santa Ursula SCJ | Serikat Hati Kudus

Yesus Prov. Indonesia SCMM | Sororum Caritatis

a nostra Domina Matre Misericordia

SDB | Salesian Don Bosco SFM | Ordo Saudara Hina

Dina Fransiskan Kapusin |  Web Gabungan 3 Provinsi Kapusin di Indonesia |  Prov. Pontianak |  Prov. Sibolga |  Prov. Medan

SJ | Serikat Yesus Prov. Indonesia

SMM | Serikat Maria Monfortan

SND | Suster-suster Notre Dame

SSCC | Serikat Hati Kudus Yesus dan Maria Prov. Indonesia

SVD | Serikat Sabda Allah |  Prov. Ende | Prov. Jawa | Prov. Timor

SX | Serikat Xaverian Prov. Indonesia

Opus Dei

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012

Page 28: Menyaksikan Mukjizat Tuhan

Menyaksikan Mukjizat Tuhan 28

Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012