Menulis dari Dalam

download Menulis dari Dalam

of 1

Transcript of Menulis dari Dalam

  • 8/9/2019 Menulis dari Dalam

    1/110 | Edisi: 010/Ferbuari 2008

    I n f o B u k u

    BagaiMana sebenarnya dapur suratkabar

    harian terbesar di negeri ini adanya? Bagaim-

    ana awal mula lahirnya koran itu? Apa saja

    kisah yang mengikuti sejarah perkembangan

    harian yang tahun ini memasuki usia 43 tahun

    itu? Buku ini adalah jawabnya.Nyaris tak ada yang tercecer paling tidak

    secara substansial penulisan beragam sebuah

    suratkabar bernama Kompas. Memang, menu-

    rut editor buku ini dalam kata pengantarnya

    (hal xi), sejarah Kompas selama ini ditulis

    sepotong-sepotong, sendiri-sendiri dengan

    keperluan tertentu. Selain dalam bentuk bro-

    sur, ada beberapa naskah (buku) yang bisa

    menjadi referensi sejarahKompas.

    Informasi dalam bentuk buku, paling

    tidak bisa disebut disertasi Dr Kees

    de Jong tahun 1990 berjudulKompas

    1965-19865 yang aslinya berbahasa

    Belanda.

    Salah satu jaminan mengapa

    buku tidak melenceng jauh pengkisahannya dari sejarah

    perjalanan suratkabar itu, adalah, para penulis dalam buku ini

    merupakan sang pelaku, aktor, yang secara langsung terlibat

    dalam berbagai pengalaman, mulai dari lahirnyaKompas, pa-

    hit getir dalam perjalanan dan naik turunnya suratkabar terse-

    but.

    Pada bab tertentu ada bagian-bagian yang menyentuh

    secara manusiawi, terutama bagi orang berkecimpung disuratkabar atau wartawan. Namun, di bagian lain, ada pula

    bagian yang mengisahkan pertarungan suratkabar ini di ten-

    gah medan pertempuran media di saat negara dikuasai rezim

    pemerintah yang represif. Bagaimana mempertahankan ek-

    sistensi agar koran tetap terbit, sekaligus juga tetap terus mem-

    pertahankan muka di tengah publik dalam upaya menjaga

    independensinya.

    Demikianlah, buku ini ditulis menjadi beberapa bab.

    Sebagai lembaga bisnis,Kompas tentu harus terus eksis ber-

    tarung di tengah medan pertempuran persaingan bisnis me-

    dia. Mulai dari fsik, isi (content) media itu, hingga citra yang

    hendak dibangun institusi ini, dan semua ini seiring dengan

    perkembangan kemajuan teknologi (bab I).

    Ada bagian menarik pada bab I, yakni pada bagian den-

    gan sub judul:Kompas, Sosialis Sekaligus Kapitalis. (hal 9).

    Judul Buku : KOMPAS Menulis dari Dalam

    Editor : St. Sularto

    Penerbit : Penerbit Buku KompasTahun : 2007

    Tebal : xix + 320

    Melihat Dapur Koran

    Bersama Sang Koki

    Kompas yang kini bernaung di bawah kelom-

    pok Kelompok Kompas Gramedia (KKG),

    didirikan oleh dua serangkai Jakob oetama dan

    PK Ojong tahun 1965. Kelompok ini memi-

    liki mimpi dan cita-cita Indonesia Modern dan

    menunjukkan kemiripan dengan mimpi InggrisBaru dari Fabian Society. Yakni mimpi ber-

    sama, mimpi kolektif, istilah kerennya sosial-

    isme-demokrat dengan perjuangan kerakyatan

    yang berbeda dengan gerakan sosialisme-pro-

    letas komunisme Karl Marx.

    Pada bab II, ditulis tentang bagaimana

    lembaga ini bergulat dan bertarung di tengah

    persaingan media (suratkabar) di Jakarta. Mu-

    lai terlambat cetak hingga isi lebih

    banyak artikel (opini) yang sejak

    awal telah membentukKompas men-

    jadi koran opini. Berbagai peristiwa

    dialami oleh suratkabar ini, antara

    lain larangan terbit yang disam-

    paikan pemerintah pada 20 Januari

    1978. Bersama beberapa suratkabar terbitan Jakarta, Kompas

    dilarang terbit oleh penguasa waktu itu. Namun, 6 Februari

    1978 Kompas kembali diizinkan terbit.

    Ada peristiwa menarik di belakang larangan terbit dan

    kemudian diizinkan kembali itu. Jakob Oetama menandatan-

    gani surat yang berisi permohonan maaf dan janji tertulis yang

    diminta pemerintah. Tidak semua orang dalam setuju langkah

    itu. Bahkan ada wartawan yang kemudian mengundurkan dirisebagai sikap protes. Argumen Jakob, di tengah tentangan

    orang dalam mengapa dia melakukan itu adalah, mayat hanya

    bisa dikenang, namun tidak akan mungkin diajak berjuang.

    Sedangkan perjuangan masih panjang dan membutuhkan

    sarana, antara lain media massa. Berani mati ternyata lebih

    mudah dilakukan. Tetapi berani hidup dan tetap meneruskan

    perjuangan, mungkin tidak bisa seketika dimengerti dan dipa-

    hami (hal 129).

    Dalam upaya mengupas perjalanan panjang suratkabar

    Kompas, disajikan pula bagianKompas dalam Rentang Waktu

    dan Angka. Pada bagian, perjalanan organisasi, sejak masa

    awal hingga sekarang disampaikan dengan rinci. Misalnya,

    mulai oplah yang pada tahun awal (1965) hanya 5.000 ek-

    spemplar hingga menyentuh angka 505.000 eksemplar tiap

    hari pada tahun 2005. Juga ada data tentang jumlah karyawan