Menuangkan gagasan dalam karya tulis

29
Menuangkan Gagasan Dalam Karya Tulis Oleh Ichwan Prasetyo Jurnalis SOLOPOS Anggota AJI Solo

description

 

Transcript of Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Page 1: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Menuangkan Gagasan Dalam Karya Tulis

Oleh Ichwan Prasetyo

Jurnalis SOLOPOS

Anggota AJI Solo

Page 2: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Fiksi dan Nonfiksi

• Menurut saya menulis artikel nonfiksi justru lebih mudah ketimbang fiksi (cerpen, novel, dst). Mengapa? Saya sendiri tidak tahu. Tapi, saya ingin menjadi penulis fiksi dan nonfiksi sekaligus, karena keduanya punya keunggulan masing-masing.

Page 3: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Kiat Sederhana

• Untuk artikel nonfiksi, menurut saya, kiat dasarnya cukup sederhana. Kita hanya membutuhkan “bahan dasar” sebagai berikut:

1. Ide 2. Berpikir sistematis

3. Data (ini cukup relatif, karena ada juga artikel yang bisa ditulis tanpa harus mencari data)

4. Fokus pada masalah. Jangan suka melebarkan topik ke mana-mana.

• Jika keempat poin ini sudah kita miliki, maka Insya Allah, menulis nonfiksi bisa menjadi pekerjaan yang sangat mudah.

Page 4: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Ide

• Ide itu ada di mana-mana. Kali ini, kita mengambil contoh ide yang sederhana saja, yakni saya ingin membaca buku sebanyak-banyaknya, tapi saya tidak punya waktu dan tidak punya uang untuk membeli buku yang banyak.

• Nah, ini adalah ide yang cukup bagus dan bisa kita angkat menjadi sebuah tulisan. Di dalam ide ini terdapat sebuah masalah yang dapat kita kembangkan.

Page 5: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Berpikir Sistematis

• Setelah idenya ketemu, saatnya kita berpikir sistematis. Menurut saya, berpikir sistematis ini penting sekali. Salah satu kegagalan para penulis pemula adalah mereka belum terbiasa berpikir secara sistematis.

• Akibatnya, mereka punya ide, tapi bingung harus mulai dari mana, bagaimaan cara mengembangkannya, dan seterusnya. Karena itu, kalau kita ingin jadi seorang penulis nonfiksi yang berhasil, cobalah mulai berlatih berpikir sistematis. Begitu ada ide, kita analisis secara runut, poin per poin, langkah demi langkah.

Page 6: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Analisa

• Dari contoh di atas, mari kita coba mengembangkannya berdasarkan pemikiran yang sistematis:

• Saya berpendapat bahwa membaca itu sangat penting. Karena itu, saya harus membaca buku sebanyak-banyaknya.

• Apa saja manfaat membaca buku itu?• Kendala #01: Saya tak punya waktu yang

banyak. Saya sibuk, banyak pekerjaan, dst…• Kendala #02: Uang saya terbatas, sehingga

saya tidak bisa membeli buku yang banyak.

Page 7: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Analisa

• Alternatif pemecahan masalah: – Pinjam di perpustakaan.– Pinjam buku ke teman----perluas pergaulan

sehingga makin banyak teman yang bisa meminjamkan buku.

– Membaca ketika dalam perjalanan.– Membaca di sela-sela tugas kantor.– Sering-sering browsing di internet,– Dan seterusnya.

Page 8: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Analisa

• Pembahasan terhadap “alternatif pemecahan masalah”: – Tentang pinjam di perpustakaan: Wah, tidak bisa!

Saya juga tak punya waktu untuk meminjam buku ke perpustakaan. Lagipula, saya seringkali belum membaca bukunya, padahal sudah saatnya dikembalikan lagi.

– Tentang pinjam ke teman: wah, teman saya sedikit. Saya kan orangnya kuper.

– dan seterusnya…• Pemecahan masalah secara menyeluruh• Kesimpulan

Page 9: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Analisa

• Nah, dari sistem berpikir sistematis tersebut, kita sudah menemukan KERANGKA KARANGAN.

• Ya, kerangka karangan ini sangat penting, karena dari sini kita bisa mengembangkan tulisan.

• Kerangka tulisan ini bisa kita tulis di kertas, atau cukup disimpan di kepala saja. Terserah kita memilih yang mana, tergantung kebiasaan dan kemampuan masing-masing.

Page 10: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Data

• Alangkah bagusnya jika tulisan ini kita lengkapi dengan data pendukung. Misalnya: berapa koleksi buku yang telah saya miliki, berapa rata-rata harga buku. Dari total penghasilan saya, berapa rupiah yang dapat saya sisihkan untuk membeli buku. Dan seterusnya. Data ini akan membuat tulisan kita lebih “kaya”.

Page 11: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Fokus: Jangan Melebarkan Topik

• Nah, ini adalah masalah yang seringkali tidak kita sadari ketika menulis. Sebab, kita merasa bahwa apa yang kita tulis masih berhubungan dengan tema utamanya, padahal sebenarnya tidak terlalu berhubungan, dan tidak perlu dibahas.

• Misalnya begini:Ketika menulis tentang ide di atas (kendala saya dalam membaca buku), kita tanpa sadar membahas tentang “gerakan gemar membaca yang dicanangkan pemerintah.” Kita uraikan tema ini panjang lebar, ditambah berbagai data penunjang.

Page 12: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Fokus, Jangan Melebarkan Topik

• Kalau tema ini dibahas sekilas saja, mungkin tidak terlalu masalah, karena justru bisa menjadi penguat argumen kita bahwa membaca itu memang sangat penting.

• Dan memang, tema “gerakan gemar membaca” ini masih berkaitan erat dengan ide yang sedang kita tulis.

• Masalahnya adalah, jika kita mulai membahas tema tambahan ini secara panjang lebar, tulisan kita menjadi tidak fokus lagi.

• Di dalamnya sudah ada dua tema besar yang sama-sama kuat. Dan pembaca nantinya akan bingung, “Si penulis ini sebenarnya  sedang membahas apa, sih?”

Page 13: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Tujuh Elemen Tulisan

• 1. Informatif• Esensi sebuah tulisan adalah memberi

informasi, bukan merangkai bahasa. Informasilah yang menjadi batu bata penyusun tulisan yang efektif. Untuk menulis efektif, penulis pertama-tama harus mengumpulkan kepingan informasi serta detail konkret yang spesifik dan akurat, bukan kecanggihan retorika atau pernak-pernik bahasa.

Page 14: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Tujuh Elemen Tulisan

• 2. Signifikan• Tulisan yang baik memiliki dampak pada

pembaca. Panjangnya tulisan dan ruwetnya persoalan jangan sampai membuat penulisnya lupa untuk mengaitkan dengan kepetingan pembaca. Penulis harus meletakkan informasi itu dalam sebuah perspektif yang berdimensi: mengandung unsur apa yang telah, sedang, dan akan terjadi.

Page 15: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Tujuh Elemen Tulisan

• 3. Fokus

• Tulisan yang sukses adalah yang bisa secara jelas menyampaikan sebuah pesan. Tidak harus panjang lebar, tetapi justru efektif dan terfokus.

Page 16: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Tujuh Elemen Tulisan

• 4. Konteks

• Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif yang tepat sehingga pembaca tahu dari mana kisah berawal dan kemana mengalir.

Page 17: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Tujuh Elemen Tulisan

• 5. Wajah

• Manusia suka membaca tulisan tentang manusia lainnya. Tulisan akan efektif jika penulisnya mampu mengambil jarak dan membiarkan pembacanya menemui, berkenalan, serta mendengar sendiri gagasan/informasi/perasaan dari manusia-manusia di dalamnya.

Page 18: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Tujuh Elemen Tulisan

• 6. Bentuk• Tulisan yang efektif mengandung cerita

dan sekaligus mengungkapkan cerita. Umumnya tulisan ini berbentuk narasi, dan sebuah narasi bakal sukses jika terdapat pola kronologis aksi-reaksi. Penulis harus kreatif menyusun sebuah bentuk yang memungkinkan pembacanya memiliki kesan lengkap yang memuaskan.

Page 19: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Tujuh Elemen Tulisan

• 7. Suara

• Tulisan akan mudah diingat jika penulisnya mampu menciptakan ilusi bahwa dia sedang bertutur pada pembacanya.

Page 20: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Karangan Ilmiah

• Skema kerja membuat karangan ilmiah

Page 21: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Kaidah Ilmiah

• Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah.

• Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan.

• Penyusunan atau klasifikasi data.• Perumusan hipotesis.• Deduksi dan hipotesis.• Tes dan pengujian kebenaran (verifikasi

dari hipotesis.

Page 22: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Karangan Ilmiah

• Jelas terlihat hubungan subjek yang mengamati (S) dengan objek yang diamati (O). S mengamati O, kemudian O diolah/disusun berdasar kaidah-kaidah ilmiah (X). S mengambil jarak dengan O sehingga kehadiran S sedapat mungkin ditiadakan. Yang tinggal adalah O berdasarkan X (OX), yang disebut sebagai karangan ilmiah.

Page 23: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Karangan Sastra

• Skema kerja membuat karangan sastra

Page 24: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Kaidah Sastra

• Tema

• Alur

• Penokohan

• Latar

• Sudut pandang

• Atau: tema, diksi, irama, enjabemen, majas, rancang bangun.

Page 25: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Karangan Sastra

• Jelas terlihat hubungan subjek (sastrawan) yang mengamati (S) dengan realitas atau objek yang diamati (O). S mengamati O, kemudian O diabaikan dan S membuat rekaan-rekaan yang dapat berkenaan dengan O dapat juga tidak. Jika rekaannya berkaitan dengan O, keberadaan O tidak lagi penting karena yang ada adalah subjek (S) yang mereka dan menulisaknya dalam kaidah sastra (Y) sehingga menghasilkan SY (karya sastra).

Page 26: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Artikel/Opini

• Skema kerja menulis artikel/opini

Page 27: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Artikel/Opini

• Terlihat jelas bagaimana hubungan subjek (penulis artikel/opini) yang mengamati (S) dengan kenyataan atau objek yang diamati (O). Pengamat melihat kenyataan sebagaimana kenyataan tersebut hadir dan menggejala di latar kesadaran pengamat. Pengamat langsung menuliskan begitu saja kehadiran objek yang menggejala di latar kesadarannya itu.

Page 28: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Artikel/Opini

• Kemenggejalaan tersebut tergantung pada sikap, watak, temperamen, minat, perhatian, cakrawala pengalaman dan cakrawala pemahaman pengamat. O dipersepsi S sebagaimana O hadir di latar kesadaran S, sehingga menggejala dialektika OS. OS lah yang kemudian dituliskan oleh S dan disebut artikel/opini.

Page 29: Menuangkan gagasan dalam karya tulis

Artikel/Opini

• Kepribadian S senantiasa membayang dalam tulisan-tulisan artikel/opini S mengenai O. Keberadaan O tidak dapat diabaikan oleh S sebagaimana S pun tak dihilangkan. Jika S dihilangkan atau direlatifkan maka ia cenderung menjadi karangan ilmiah, jika ditulis berdasar kaidah ilmiah. Sementara jika O diabaikan, ia cenderung menjadi karangan sastra jika kaidah sastra digunakan untuk menuliskannya.