MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

50
MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 /M/Kp/I/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI TAHUN 2010-2014 MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional memerintahkan pimpinan Kementerian menyiapkan rancangan Rencana Strategis Kementerian (Renstra) sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan berpedoman pada Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJM) Nasional; b. bahwa dalam rangka menjamin konsistensi pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagaimana dimaksud pada butir a di atas, perlu menetapkan Keputusan Menteri Riset dan Teknologi tentang Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010-2014; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Transcript of MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Page 1: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSANMENTERI RISET DAN TEKNOLOGI

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 03 /M/Kp/I/2010

TENTANGRENCANA STRATEGIS

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGITAHUN 2010-2014

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional memerintahkan pimpinan Kementerian menyiapkan rancangan Rencana Strategis Kementerian (Renstra) sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan berpedoman pada Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJM) Nasional;

b. bahwa dalam rangka menjamin konsistensi pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagaimana dimaksud pada butir a di atas, perlu menetapkan Keputusan Menteri Riset dan Teknologi tentang Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010-2014;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 2: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 45; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4402);

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014);

5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Bersatu II;

6. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP);

7. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 02/M/PER/III/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Riset dan Teknologi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 06/M/PER/VII/2006;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2010-2014.

PERTAMA : Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010-2014 yang selanjutnya disebut Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 sebagaimana terdapat dalam lampiran ini dan merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan ini.

KEDUA : Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 merupakan panduan dalam melaksanakan penyusunan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan Kementerian Riset dan Teknologi.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 29 Januari 2010MENTERI RISET DAN TEKNOLOGIREPUBLIK INDONESIA,

TTD.

SUHARNA SURAPRANATA

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 3: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

RENCANA STRATEGISRENCANA STRATEGIS

(RENSTRA)(RENSTRA)

KEMENTERIAN KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGIRISET DAN TEKNOLOGI

2010 - 20142010 - 2014

Jakarta 2010

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 4: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan Nasional yang dicitakan dalam Kabinet Indonesia Bersatu II (KIB II)

diwarnai dengan semangat manajemen nasional dengan tag-line:”change and continuity,

debottlenecking, acceleration and enhancement, unity-together we can”. Semangat

mengusung perubahan dan berkelanjutan, memperlancar seluruh saluran komunikasi dan

pelaksanaan kegiatan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan. Percepatan dan

pemacuan menganut prinsip bahwa jika dilakukan secara bersama, tentunya kita bisa

menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara yang kita cintai ini.

Semangat ini mencerminkan dinamika, keharmonisan, kecepatan, dan kebersamaan dalam

manajemen pemerintahan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Suatu deklarasi

itikad luhur untuk melancarkan jalan bagi keamanan, keadilan, demokrasi dan kesejahteraan,

dimana dicitakan pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing,

kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa yang dikelola melalui

penguasaan Iptek yang memadai.

Sesuai dengan semangat di atas, perubahan keempat UUD 1945 Pasal 31(5),

mengamanatkan “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta

kesejahteraan umat manusia”, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sebagai “engine of

tomorrow” mempunyai peran penting bagi pencapaian kemajuan bangsa dan kesejahteraan

rakyat.

Pembangunan Iptek hanya akan memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan

nasional dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, jika produk

yang dihasilkan bisa didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau dapat

menjadi solusi bagi permasalahan nyata yang dihadapi pemerintah maupun masyarakat.

Keberhasilan pembangunan Iptek yang telah dicapai pada periode 2004-2009

merupakan langkah awal bagi keberhasilan yang lebih besar dan menyeluruh yang diharapkan

akan tercapai pada periode 2010-2014. Untuk itu perlu digali dan dilakukan pendekatan serta

strategi lanjutan dalam rangka mewujudkannya.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 5: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Renstra Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) ini diturunkan dari RPJP, RPJMN, Visi,

Misi, Agenda dan 11 program Prioritas Nasional KIB II, dan Kontrak Kinerja Menristek.

Program Kemeterian Riset dan Teknologi disusun untuk menjamin kontinuitas dan konsistensi

program pembangunan Iptek, sekaligus menyelesaikan masalah dan kendala yang belum

sepenuhnya tertangani pada periode 2004-2009 serta mengantisipasi dan mengatasi

permasalahan yang diperkirakan akan timbul pada lima tahun kedepan.

Program Kementerian Riset dan Teknologi dirancang untuk meningkatkan peran dan

kemampuan Kementerian dalam mendorong dan menghela pembangunan Iptek nasional yang

berorientasi pada pemenuhan kebutuhan riil masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan

dan kemajuan peradaban. Ini dapat dicapai apabila terwujud sebuah sistem yang

memungkinkan terjadinya proses inovasi secara menyeluruh, yaitu sistem yang tidak hanya

dapat memperkuat proses pengembangan Iptek, tetapi juga dapat menjembatani dan

mengarahkan agar hasil-hasil pengembangan Iptek ini dapat termanfaatkan oleh pihak-pihak

yang membutuhkannya. Karena itulah program pembangunan Iptek ke depan diarahkan untuk

mewujudkan sebuah Sistem Inovasi Nasional (SINas) yang berbasiskan kepada Sistem

Nasional Iptek (Sisnas Iptek). Hal itu diwadahi dalam Renstra yang memayungi program serta

menetapkan strategi dan kebijakan umum untuk merealisasikannya. Program disusun

berlandaskan visi dan misi yang berpandangan jauh ke depan sesuai dengan dinamika

lingkungan strategis dan paradigma pembangunan Iptek masa mendatang.

Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 bersifat mengikat ke dalam internal

KRT dalam aspek perumusan kebijakan nasional tentang litbang Iptek, koordinasi pelaksanaan

kebijakan dan sinkronisasi program, termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi yang akan

disampaikan kepada Presiden sesuai dengan tupoksinya.

1.1. Kondisi Umum

Dengan kekayaan alam yang melimpah dan potensi SDM yang besar, disertai

penguasaan Iptek yang maju, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi

bangsa adi kuasa di dunia sebagaimana telah dibuktikan dalam sejarah.

Secara umum cara pandang kita terhadap penguasaan Iptek masih bersifat parsial,

dengan mengesampingkan upaya yang sistematis untuk menjadikan Iptek benar-benar

sebagai mesin bagi pembangunan nasional. Karenanya sangat dibutuhkan upaya nasional

yang melibatkan seluruh stake-holder Iptek untuk mencapai tingkat penguasaan Iptek yang

dapat memberikan nilai tambah tinggi bagi proses perekonomian dan mencegah terjadinya

disintegrasi peran Iptek dari proses pembangunan nasional.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 6: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Sebagai indikasi akan produktivitas di bidang Iptek, jumlah publikasi ilmiah di jurnal

internasional hasil karya ilmuwan Indonesia selama 10 tahun dari tahun 1992-2002 adalah

sebanyak 2.948 paper. Jumlah ini jauh di bawah Malaysia yang mencapai 10.674, dan hanya

terpaut sedikit dibanding dengan satu Universitas Malaya (UM), Malaysia. Dari jumlah publikasi

tersebut, hampir 50% berasal dari disiplin ilmu pertanian dan kedokteran, sedangkan bidang

teknik yang hanya menyumbang 6.5%. Selain dari pada itu, dari total 82 jumlah paten dalam

negeri yang disetujui Kantor Paten Indonesia dari tahun 2002-2005, 80% berasal dari bidang

pertanian/teknologi pertanian, dan hanya 3%, atau hanya ada 3 paten selama 4 tahun yang

berasal dari teknik lain dan informasi. Ironisnya jumlah ilmuwan doktor terbanyak berada di

lembaga penelitian pemerintah terutama yang berkaitan dengan bidang teknik non-pertanian,

dan hanya sebagian kecil saja yang berlatar belakang bidang pertanian dan kedokteran1.

Dari data ini paling tidak bisa diajukan dua tesis penting: pertama, bahwa kemajuan

Iptek hanya bisa dicapai apabila pengembangan Iptek dilakukan sejalan dengan pemecahan

masalah riil secara langsung (demand-driven). Kedua, bahwa ilmuwan yang terkonsentrasi di

lembaga penelitian non-Kementerian (LPNK) belum terlibat secara nyata dalam aktifitas

penerapan Iptek untuk pembangunan nasional.

Keterkaitan technology-supply and demand menjadi hal yang penting dalam upaya

pengembangan teknologi. Bisa dipahami kenapa bidang pertanian dan kedokteran termasuk

bidang yang paling maju kontribusi ilmiahnya dibanding dengan bidang lain manapun di

Indonesia, karena kedua bidang ini secara langsung berkaitan dengan permasalahan riil

masyarakat, dengan kata lain karena keterkaitan yang baik antara sisi pemasok dan pengguna

Iptek.

Di bidang lain, terutama teknik dan rekayasa, permasalahannya bukan terletak pada

sisi supply. Tetapi lebih pada sisi demand serta upaya 'menjembatani' kedua sisi itu yang tidak

optimal, sehingga keterkaitan yang erat antara keduanya tidak terbangun. Kebutuhan akan

teknologi bagi dunia industri, yang masih terkonsentrasi pada low-tech dan medium-tech,

sangat besar dan terus membesar. Hanya saja kebutuhan itu selama ini hanya bisa dipenuhi

dari produk impor.

Upaya menjembatani sisi supply dan demand dilakukan dalam sebuah sistem yang

dikenal dengan Sistem Inovasi Nasional, yaitu sebuah jaringan rantai pemasok teknologi

(technology supply chain) yang mengaitkan antara institusi publik pemasok teknologi dan

sektor swasta pengguna teknologi dalam suatu wilayah nasional (SINas) atau daerah (SID)

yang berinteraksi secara koheren dalam lingkup kegiatan memproduksi pengetahuan,

1 Data LIPI tahun 2004

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 7: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

menerapkan dan mendiseminasikan hasilnya, sehingga menumbuhkan manfaat nyata yang

dapat dirasakan oleh masyarakat.

Keberhasilan membuat jembatan yang menghubungkan sisi demand dan supply

teknologi antara industri serta lembaga pengguna Iptek dengan lembaga litbang Iptek menjadi

kunci penting bagi kemajuan Iptek nasional. Peningkatan kebutuhan akan litbang terapan

pada industri identik dengan peningkatan demand akan teknologi kepada litbang pemerintah

maupun perguruan tinggi sebagai produsen teknologi. Karenanya kebijakan insentif bagi

industri untuk melakukan litbang sebagaimana diterapkan di negara-negara maju menjadi

sangat penting. Beberapa kebijakan pemerintah terbaru seperti pemberian insentif fiskal bagi

perusahaan yang melakukan litbang terapan berbasis Iptek (PP 35/2007) dan adanya larangan

ekspor bahan tambang yang tidak diolah (UU No.4/2009) adalah salah satu langkah untuk

mendorong proses pertambahan nilai bagi industri yang merupakan motor penggerak demand

teknologi.

Kita menyadari bahwa kemampuan Iptek, terutama dalam percaturan global, masih

lemah. Misalnya, dilihat dari belanja litbang, pengeluaran Indonesia sangatlah kecil. Belanja

litbang per PDB Indonesia masih di bawah 0.1%, ini jauh dari rata-rata negara OECD

(Organisation for Economic Co-operation and Development) yang sudah diatas 2%.

Negara Asia seperti Jepang dan Korea sudah mengalokasikan anggaran di atas 3%, sementara

China sekitar 1.5%. Bahkan jika dibanding dengan negara ASEAN pun, belanja litbang

Indonesia masih jauh lebih rendah, di mana Singapore sudah mencapai di atas 2% dan

Malaysia sekitar 0.5%.

Sumber pembiayaan belanja litbang Indonesia sebagian besar (>70%) masih berasal

dari anggaran pemerintah dan pelaksana litbang pun hampir seluruhnya merupakan institusi

pemerintah. Ini berbeda dengan negara-negara maju pada umumnya, dimana belanja litbang

sebagian besar bersumber dari dunia usaha/industri dan pelaksana litbang juga banyak dari

dunia usaha. Dari kondisi ini dapatlah dimengerti bahwa aktivitas litbang di Indonesia masih

didominasi oleh sektor pemerintah, akibatnya belum mampu memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap pembangunan perekonomian nasional.

Intensitas sumberdaya manusia Iptek Indonesia juga masih jauh lebih rendah dibanding

dengan negara–negara Asia lain. Jumlah personil litbang Indonesia baru mencapai 1 per

10.000 penduduk. Angka ini jauh di bawah Malaysia dan Thailand yang mencapai sekitar 6 per

10.000 penduduk, sementara Singapura sudah mencapai hampir 70 per 10.000 penduduk.2

2 IMD 2009

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 8: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Meskipun kondisi sumberdaya Iptek yang masih terbatas, beberapa usaha dan capaian

di bidang pengembangan Iptek telah dihasilkan melalui 4 (empat) program di dalam 6 (enam)

bidang fokus pembangunan Iptek selama kurun waktu 2004-2009.

Di bidang pangan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah berhasil

mengembangkan dan melepas beberapa varietas unggul padi hibrida, varietas unggul jagung

dan kedelai. Untuk mendukung diversifikasi pangan, telah pula dikumpulkan cadangan plasma

nutfah untuk talas, ubi kayu, dan telah dikembangkan bibit unggul hasil rekayasa genetika

pisang, kedelai, kacang hijau, manggis, nenas, dan pepaya. Telah dikembangkan juga teknik-

teknik pemuliaan ternak untuk mendapatkan varietas sapi unggul dan vaksin untuk ternak

untuk mencegah penyakit cacing hati, serta Kit Radioimmunoassay (RIA) untuk membantu

keberhasilan proses inseminasi buatan, dan berbagai suplemen pakan ternak multi nutrisi.

Dalam rangka mengembangkan energi baru dan terbarukan, atas koordinasi dengan

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah berhasil dikembangkan teknologi

rancang bangun biofuel, PLTB 25 kW, PLTU mulut-tambang, eksplorasi migas lepas pantai,

dan survey laut untuk eksplorasi-mineral, serta pemanfaatan bijih besi lokal utuk bahan baku

industri baja.

Di samping itu di BPPT telah dikembangkan pula pemanfaatan fuel grade ethanol

sebagai bahan bakar di sektor transportasi, dan saat ini telah dilakukan sertifikasi produk-

produk Fuel Grade Ethanol (FGE) serta Gasohol E-10 dan Gasohol E-20. Selanjutnya telah

dikembangkan pula teknologi pengolahan minyak nabati berbasis biji jarak untuk subtitusi

BBM termasuk alat press biji jarak yang mudah diterapkan.

Di bidang transportasi, di BPPT juga telah dikembangkan teknologi Boogie kereta duorail

dan monorail pada kecepatan medium dan tinggi, teknologi persinyalan dan sistem peringatan

otomatis penutup pintu perlintasan kereta api, Rail Fastening untuk memperkuat dudukan rel

pada bantalan kayu. Juga telah berhasil dikembangkan Kapal Bersayap dengan Efek

Permukaan (Wing-in-Surface Effect Ship – WISE).

Di bidang teknologi informasi dan komunikasi telah berhasil dikembangkan aplikasi IGOS

(Indonesia Go Open Source) yang siap dimanfaatkan untuk kebutuhan administrasi. Saat ini

aplikasi berbasis open source tengah dikembangkan untuk keperluan-keperluan penelitian

seperti pengolah sintesis DNA, simulasi protein, dan sebagainya. Selain itu, telah berhasil

dikembangkan rangkaian penerima ’Chip Wimax’, suatu sistem komunikasi generasi modern

dengan frekuensi 2.3 GHz dan 3.3 Ghz, serta sistem Technical Assistance Pengembangan E-

Government, paket aplikasi SIMDA.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 9: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Sementara itu, dalam bidang teknologi pertahanan dan keamanan atas koordinasi KRT

dan kerjasama BPPT-PT. PINDAD telah berhasil dikembangkan Panser 6x6 yang dapat

mengangkut sampai 13 personil tempur dan Panser 4x4 untuk mengangkut 12 personil, disain

dan contoh awal senjata berpeluru karet kaliber khusus spesifik POLRI, amunisi gas air mata

kaliber 38 mm dan geranat gas air mata untuk pengendalian kerusuhan massa, alat

komunikasi yang dinamakan Alkom (Alat Komunikasi) Tactical Radio HF Spread Spectrum

Frequency Hopping yang berbasis teknologi digital hopping, digital voice dan pengacakan

suara (voice encryption), radio jammer untuk mengganggu sistim komunikasi musuh dan

sekaligus dapat digunakan untuk mengetahui posisi (lokasi) musuh, transponder sasaran

torpedo latih yang dapat mendeteksi dan menelusuri kapal selam di sekitar Kapal Atas Air;

pesawat udara tanpa awak (PUNA), Blast Effect Bomb (BEB) yang merupakan bom latih yang

memberikan efek suara ledakan keras seperti bom tajam. Dalam rangka menjaga keutuhan

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), BAKOSURTANAL telah melakukan

demarkasi dan deliniasi di wilayah perbatasan antara RI-Malaysia, RI-Papua Nuginia (PNG)

dan RI-Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) serta menyusun peta batas wilayah NKRI.

Hasil yang baik juga terlihat dalam bidang kesehatan dan obat. Di Badan Tenaga Atom

Nasional (BATAN) terutama telah dikuasai perangkat teknologi nuklir untuk penanggulangan

penyakit kanker dan infeksi bakteri. Di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah

dikembangkan protein human EPO yang saat ini akan memasuki uji klinis, interferon I-2a yang

sering digunakan sebagai anti viral dan anti kanker, produk herbal menjadi bahan baku obat

kardiovaskuler, hepatitis, diabetes, anti trombosit, anti malaria (artemisinin dan analognya),

anti oksidan, anti kanker, anti kolesterol, dan anti tuberkulosis. Di samping itu Indonesia telah

membangun kemampuan untuk mengembangkan Vaksin Flu Burung sendiri.

1.2. Lingkungan Strategis

Dinamika perubahan lingkungan strategis khususnya lingkungan global adalah proses

yang tidak dapat dihindari oleh bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari tata kehidupan

global, karena globalisasi adalah fenomena sejagad yang sudah kita masuki, dan tidak dapat

kita tarik kembali. Secara eksternal faktual Indonesia merupakan bagian dari tata kehidupan

global. Indonesia tidak dapat lepas dan mengisolasi diri sebagai sistem tertutup terhadap

globalisasi. Bangsa Indonesia sudah memasuki dan terbuka terhadap arus global.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa revolusi 3T yaitu

perubahan radikal dalam transportasi, telekomunikasi, dan tourisme yang mengabaikan batas

wilayah negara. Arus barang, jasa, orang, informasi, dan investasi semakin cepat dan

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 10: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

mengakibatkan perubahan yang sangat cepat terhadap tatanan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia.

Berkembangnya teknologi informasi mengakibatkan hampir tidak ada hambatan bagi

penduduk dunia untuk melakukan interaksi satu dengan lainnya, arus informasi baik positif

maupun negatif begitu cepat sampai kepada rakyat Indonesia. Revolusi transportasi dan

telekomunikasi telah mengakibatkan mobilitas penduduk dunia yang tidak lagi mengenal batas

wilayah yang berdampak pada adanya masalah-masalah pertahanan dan keamanan di wilayah

perbatasan. Arus globalisasi memberikan dampak baik positif maupun negatif yang berakibat

adanya transformasi baik di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan

dan keamanan.

Bila dicermati keterkaitan antara kejadian di lingkup global dengan kejadian di lingkup

regional maupun nasional, demikian pula dengan hubungan antara negara-negara yang

terletak dalam satu kawasan maupun antar kawasan, baik secara langsung maupun tidak

langsung akan berpengaruh terhadap proses yang terjadi di suatu negara.

Dalam kaitan dengan upaya peningkatan pembangunan Iptek nasional, perubahan

lingkungan strategis menjadi sangat penting, karena akan menentukan pilihan strategi dan

upaya-upaya yang diambil. Mengikuti perkembangan Iptek, khususnya teknologi informasi,

arus globalisasi menimbulkan peningkatan arus barang, jasa dan orang - termasuk Iptek -

yang masuk dan keluar dari wilayah kita.

Proses globalisasi, yang ditandai dengan meningkatnya saling ketergantungan yang

berlangsung begitu cepat di antara negara-negara, selain membawa peluang juga

mengandung tantangan. Berkat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta

peningkatan arus perdagangan dan keuangan internasional, berbagai negara, perusahaan dan

lembaga baik di pusat maupun di daerah, khususnya yang memiliki kemampuan dan sarana

penunjang, dapat memperluas jangkauan pengaruh pasarnya hingga menjangkau bagian lain

dunia dengan cara yang jauh lebih ekonomis dan singkat.

Berkaitan dengan pembangunan Iptek nasional, UNDP dalam Human Development

Report (2001) memperkenalkan konsep global technology hub atas inovasi teknologi, yang

didefinisikan sebagai lokasi yang paling aktif di dalam era digital dalam pengembangan inovasi

teknologi. Berdasarkan survei oleh UNDP tahun 2000 terhadap pemerintah lokal, industri dan

media, lokasi inovasi diranking dari 1 - 4 untuk 4 bidang besar:

a. Kemampuan lembaga riset dan universitas untuk melatih pekerja ahli atau

mengembangkan teknologi.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 11: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

b. Keberadaan perusahaan yang mapan atau perusahaan multinasional dalam

menumbuhkan keahlian dan stabilitas ekonomi.

c. Populasi para enterpreneur untuk bergerak memulai perusahaan ventura baru.

d. Kemampuan modal ventura untuk menjamin, bahwa ide-ide teknologi baru dapat masuk

ke pasar.

Dari survei tersebut dideteksi 46 teknologi hub di seluruh dunia. Dari 10 besar (nilai di

atas 13) pertama 5 hub (pusat inovasi) berada di AS (Silicon Valley, Boston, Raleigh-Durham-

Chapel Hill, Austin, San Fransisco). Nilai sempurna (nilai 16) dimiliki oleh Silicon Valley, AS.

Benua terbanyak memiliki hub adalah Amerika (16), menyusul Eropa (15) dan Asia (11). Hal-

hal yang menarik adalah data berdasarkan benua, ternyata Kuala Lumpur (Malaysia) dan

Singapura termasuk 2 dari 10 hub di Asia. El Ghazala, Tunisia juga termasuk salah satu dari

hub global ini.

Perkembangan global penting di negara-negara yang berpengaruh dalam bidang Iptek

yang berhubungan dengan Indonesia perlu diungkap. Salah satunya adalah China.

Perkembangan China dalam menyerap investasi berbagai negara besar sangat mengagumkan.

Pembangunan infrastruktur ekonomi, SDM yang berlimpah dan murah, iklim investasi yang

ramah membuat China menjadi salah satu negara yang sangat efisien bagi industri

manufaktur. Produk-produk industri China membanjiri pasar global termasuk Indonesia,

dengan harga yang relatif murah. Kemajuan Iptek China juga tumbuh dengan sangat luar

biasa. Tiga lokasi global hub inovasi teknologi dimiliki China yakni Taipei, Hsinchu dan Hong

Kong. Taipei menempati peringkat 10 di atas Bangalore dan satu tingkat di bawah San

Fransisco. Indonesia memiliki hubungan dengan Taiwan sebatas hubungan ekonomi,

perdagangan, investasi dan sosial budaya sesuai dengan kesepakatan ketika pemulihan

hubungan diplomatik 1990. Taiwan adalah partner dagang dan investor yang cukup signifikan

kontribusinya terhadap pembangunan Indonesia, termasuk wisatawannya. Taiwan juga

memiliki kemampuan high-tech yang diperlukan oleh Indonesia dalam kerangka transfer

teknologi.

Pengaruh global lain adalah Jepang yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.

Hingga tahun 2005, volume perdagangan kedua negara mencapai US$25 milyar (ekspor US$

18 milyar, impor US$ 7 milyar dengan surplus US$ 11 milyar). Masuknya bantuan pemerintah

Jepang diikuti oleh masuknya investasi dari kalangan swastanya. Sampai sebelum kemunculan

China selaku sasaran investasi Jepang, Indonesia masih merupakan tujuan utama investasi

Jepang di Asia. Sejak 1967 hingga 2005, investasi Jepang terkonsentrasi di sektor manufaktur

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 12: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

non-migas, sehingga memberikan manfaat langsung bagi Indonesia, karena meski padat

modal, namun bersifat padat karya dengan teknologi bervariasi mulai dari menengah sampai

teknologi tinggi (alas kaki, tekstil, pakaian jadi, kulkas, radio/tape recorder, vcd/dvd player,

microwave, televisi, sepeda motor, mobil, dll). Sementara investasi negara maju lain

kebanyakan terkonsentrasi hanya di sektor migas, yang padat modal dan teknologi tinggi,

namun tidak padat karya.

India sangat mendorong pengembangan industri jasa dan informasi teknologi yang

terpusat di Bangalore. Dengan kemampuan outsourcing dan pemrosesan data yang dimiliki,

Bangalore bahkan disebut-sebut sebagai Silicon Valley kedua. Sumber daya manusia bidang

teknologi informasi yang melimpah di India membuat Bangalore menempati posisi 11 dari

peringkat global hub inovasi Iptek yang disusun UNDP (2001). Secara khusus, bidang-bidang

kerjasama antara Indonesia dan India meliputi kerjasama politik dalam bentuk dukungan di

berbagai bidang, pertahanan dan keamanan, ekonomi, sains dan teknologi dalam bentuk

kerjasama teknologi ruang angkasa, tenologi nuklir, satelit, bioteknologi, kerjasama teknik

lainnya dalam bentuk beasiswa, pendidikan dan pelatihan di berbagai bidang. Seluruh

kerjasama ini dibicarakan dan disepakati dalam wadah Forum Konsultasi Bilateral dan Komisi

Bersama antara Indonesia dan India yang telah dimulai sejak tahun 2003. Kerjasama yang

perlu ditingkatkan adalah pada bidang-bidang strategis (seperti pertahanan keamanan, energi,

ekonomi, Iptek dan pendidikan) dan tidak hanya terjebak dalam tataran teknis/sektoral seperti

yang telah dicapai selama ini. Untuk dapat mencapai kepentingan di bidang-bidang strategis

tersebut, Indonesia harus mampu memanfaatkan kerjasama bilateral dan regional secara lebih

efektif.

Dalam lingkup regional lembaga multilateral yang perlu dicermati adalah ASEAN.

Indonesia berpandangan bahwa ASEAN merupakan salah satu soko guru politik luar

negerinya. Bagi Indonesia, kawasan Asia Tenggara yang stabil, aman, damai dan kondusif

ditinjau dari berbagai aspek merupakan modal dasar yang penting untuk pembangunan di

dalam negeri. Hal ini sejalan dengan pendekatan lingkaran-lingkaran konsentris yang

digunakan oleh Indonesia dalam menjalankan politik luar negerinya. Perihal kepemimpinan

Indonesia di dalam ASEAN, dapat dikemukakan bahwa berdasarkan kondisi objektif, potensi

kepemimpinan Indonesia di kawasan Asia Tenggara masih tetap besar. Namun Indonesia

berkeyakinan bahwa kepemimpinan yang bijak adalah kepemimpinan yang tidak dipaksakan,

melainkan yang diraih melalui kualitas diplomasi dan kontribusi konkrit Indonesia kepada

kawasan Asia Tenggara. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan bahwa sejak 1997/1998, dengan

dicurahkannya perhatian pada proses reformasi politik dan penanggulangan krisis ekonomi

dalam negeri, telah terdapat dampak yang kurang menguntungkan terhadap peran Indonesia

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 13: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

dalam ASEAN. Namun demikian, seiring dengan pemulihan kondisi dalam negeri, maka dalam

kurang lebih dua tahun terakhir, Indonesia telah mampu meningkatkan kembali perhatiannya

kepada ASEAN. Upaya-upaya untuk meningkatkan peran Indonesia di ASEAN akan terus

dikembangkan.

Dengan perkembangan Iptek di negara tetangga yang sudah cukup maju, seperti di

Singapura dan Malaysia - dua negara ini termasuk sebagai lokasi global hub inovasi teknologi -

Indonesia perlu lebih menyadari ketertinggalannya. Kesadaran ini penting untuk memacu

semangat untuk bersaing secara positif dengan negara tetangga. Bila tidak, maka nilai tambah

dari sumber daya alam (SDA) yang melimpah di negara kita akan lebih banyak dinikmati oleh

negara tetangga tersebut melalui jasa teknologi. Belum lagi dengan akan berlakunya Pasar

Bebas ASEAN 2015, tekanan kompetisi dalam regional ini semakin tinggi. Bila tidak disikapi

dengan penuh keseriusan, maka bangsa kita akan tertinggal dan hanya akan mendapat beban

dan kerugian dari dibukanya Pasar Bebas ASEAN tersebut.

Bagi Negara berkembang, globalisasi menawarkan perspektif baru bagi integrasi

ekonomi dan kemungkinan perbaikan kinerja ekonomi, antara lain:

Multilateralisme: Merupakan forum terbaik untuk menangani berbagai permasalahan

global. Untuk itu, berbagai upaya global telah dilakukan di berbagai forum seperti PBB,

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan lembaga-lembaga Bretton Woods (Bank

Dunia dan IMF). Telah di sepakati berbagai agenda pembangunan global seperti UN

Millenium Development Goals (MDGs), WTO Doha Developtment Agenda, the Monterrey

Consensus on Financing for Development maupun Johannesburg Declaration on

Sustainable dan Johannesburg Plan of Implementation.

Millennium Development Goals (MDGs): Berisi berbagai komitmen dan target yang

harus dicapai masyarakat internasional dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang

berkelanjutan. Melalui Millennium Summit, para pemimpin dunia menegaskan, bahwa

berbagai manfaat globalisasi seperti pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan

berkelanjutan, peningkatan standar hidup, penciptaan lapangan kerja dan pemberian

manfaat yang besar bagi umat manusia dari peningkatan teknologi harus dikelola

melalui upaya bersama dan tidak dapat diserahkan kepada mekanisme pasar semata.

Pendanaan bagi pembangunan: Pada sektor keuangan, Monterrey Consensus,

mengenai pendanaan bagi pembangunan yang disahkan pada tahun 2002, merupakan

inisiatif internasional dalam menanggulangi tantangan bagi pemenuhan kebutuhan dana

pembangunan di seluruh dunia, khususnya di negara-negara berkembang. Konsesnus ini

menyentuh berbagai isu seperti mobilisasi sumber keuangan domestik dan internasional,

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 14: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

serta kerjasama teknik dan keuangan internasional termasuk Official Development

Assistant (ODA) dan isu-isu hutang luar negeri.

Peluang yang muncul secara nasional adalah membaiknya perekonomian nasional

Indonesia. Diperkirakan antara tahun 2007 – 2020 ekonomi Indonesia dapat tumbuh dengan

laju rata-rata sekitar 6 persen per tahun. Semangat reformasi dapat dijadikan momentum

untuk mengadakan perubahan mendasar di segala bidang, termasuk dalam upaya

pembangunan Iptek. Pesatnya kemajuan Iptek pada dua dasawarsa terakhir memberikan

sumbangan berharga dalam bentuk banyaknya pilihan Iptek yang bisa didayagunakan dan

dikembangkan dalam rangka mendukung penguatan ekonomi dan daya saing bangsa.

Kecenderungan global perkembangan Iptek dapat dipantau dan diantisipasi secara terus-

menerus dalam rangka seleksi, adaptasi, dan pemfokusan penerapan teknologi yang sesuai

dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan

terbukanya akses informasi, tuntutan konsumen terhadap barang dan jasa pun semakin

meningkat. Hal ini merupakan peluang untuk meningkatkan produktivitas dengan memperbaiki

QCD (Quality, Cost & Delivery) untuk menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas;

meningkatkan efisiensi biaya produksi agar menghasilkan barang dan jasa yang bernilai

kompetitif (mampu bersaing); serta menambah kecepatan pelayanan yang diberikan.

Globalisasi mengandung resiko dan tidak jarang mengakibatkan kerugian ekonomi dan

sosial yang berat, misalnya: (a) Keterbukaan pasar modal global dapat membuat pasar

keuangan dalam negeri rentan gejolak yang mendadak, (b) Banyak negara berkembang

menjadi tersisih (marginalized) karena tidak diperlukannya buruh yang tidak terdidik dan

turunnya pendapatan riil, (c) Adanya jurang pemisah kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi karena kelangkaan sumber dana untuk meningkatkan kemampuan tersebut di

negara berkembang, (d) Keadaan itu menyebabkan banyak negara berkembang kembali

mencoba bertumpu pada ekspor produk komoditas primer yang bernilai tambah rendah.

1.3. Potensi dan Permasalahan

1.3.1. Potensi

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan rangkaian dari 17.502 pulau

besar dan kecil yang dinyatakan dalam Undang-undang nomor 17 tahun 1985 sebagai negara

kepulauan (Archipelagic State), dari Sabang hingga Merauke, yang hampir sama panjang

dengan Benua Amerika, dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa dan terdiri dari 100

suku dengan 583 bahasa daerah dan beragam keyakinan dan budaya.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 15: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, maka Indonesia

mempunyai potensi lebih besar untuk menjadi negara maju, karena mempunyai modal

pembangunan yang siap diolah. Kekayaan hutan nasional hanya kalah dari Brasil. Sebagai

negara kepulauan, kekayaan laut Indonesia yang luas merupakan modal pembangunan yang

tidak dimiliki oleh negara lain di dunia. biodiversitas tanaman, binatang yang hidup di hutan,

serta biodiversitas laut dapat diolah menjadi bahan pangan, energi dan obat-obatan.

Indonesia sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, dapat

menjadikan populasi penduduk tersebut sebagai aset human capital. Jumlah angkatan kerja

Indonesia yang masih mendominasi populasi, dapat digunakan untuk melaksanakan

pembangunan nasional. Kekayaan sumberdaya alam dan populasi yang besar, apabila dikelola

dengan baik, akan menjadi modal pembangunan yang jarang dipunyai oleh negara lain.

Perguruan tinggi (PT), lembaga litbang dan industri menjadi pihak-pihak yang

kompeten untuk mengolah dan memberikan nilai tambah pada produk-produk berbasis

sumberdaya alam tersebut. Tahun 2009, jumlah perguruan tinggi negeri (PTN) sebanyak 82

dan perguruan tinggi swasta (PTS) sebanyak 2556 merupakan sarana untuk menghasilkan

SDM yang berkualitas, dan dapat didorong menjadi universitas riset yang menghasilkan

inovasi-inovasi teknologi yang dibutuhkan oleh industri nasional. Demikian juga lembaga riset

non-kementerian (LPNK) dibawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi serta lembaga-

lembaga riset departemen merupakan sarana untuk mengembangkan dan mendorong

pemanfaatan teknologi.

Faktor lain yang juga sangat penting dalam mendukung investasi dan pertumbuhan

ekonomi adalah keamanan. Kondisi keamanan nasional saat ini sangat baik, meskipun masih

ada beberapa gerakan separatis di beberapa daerah. Keberhasilan Polri membongkar kasus

terorisme serta kasus-kasus tindak kriminal lain yang meresahkan masyarakat dan pengusaha

beberapa waktu yang lalu, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk iklim usaha dan

investasi dari dalam maupun luar negeri. Investasi baru akan memberikan peluang bagi adopsi

teknologi baru. Hal ini akan meningkatkan kemampuan adopsi teknologi di sektor produksi,

dan meningkatkan pemanfaatan hasil riset dalam negeri yang sesuai dengan kebutuhan

industri.

Pembangunan Nasional, pada hakekatnya adalah upaya pemenuhan atas kepentingan

nasional, yakni kepentingan keamanan nasional dan peningkatan kesejahteraan, yang

sekaligus merupakan aspirasi masyarakat Indonesia, baik secara individual maupun sosial,

yang beragam dan menempati wilayah yang luas tersebut. Dalam sudut pandang ini, ilmu

pengetahuan dan teknologi adalah sebuah instrumen (tool) yang membantu agar proses

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 16: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

pembangunan nasional berjalan lancar, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemajuan

peradaban, untuk kemudian demi terwujudnya stabilitas nasional yang kondusif.

1.3.2. Permasalahan

Berdasarkan peringkat daya saing yang diberikan oleh World Economic Forum (WEF),

Indonesia menempati posisi ke-54 dari 133 negara pada tahun 2009. Salah satu elemen yang

menentukan tingkat daya saing adalah inovasi, di mana Indonesia menempati posisi 40 dari

133 negara. Posisi ini menunjukkan bahwa kemampuan Iptek nasional belum sepenuhnya

memberikan kontribusi pada peningkatan daya saing dalam bentuk total factor productivity

(TFP). Menurut laporan World Economic Forum, terpuruknya daya saing Indonesia disebabkan

oleh beberapa faktor, antara lain pada tataran makro terdapat 3 (tiga) faktor, yaitu: (a) Tidak

kondusifnya kondisi ekonomi makro; (b) Buruknya kualitas kelembagaan publik sebagai

fasilitator dan pusat pelayanan; dan (c) Lemahnya kebijakan pengembangan teknologi

untuk menunjang peningkatan produktifitas; dan pada tataran mikro, terdapat 2 (dua)

faktor, yaitu: (a) Rendahnya efisiensi produksi; dan (b) Lemahnya iklim persaingan usaha.

Secara lebih mendasar faktor-faktor yang menjadi akar permasalahan rendahnya daya

saing nasional dari sisi pengembangan teknologi antara lain adalah: 1) Ketergantungan produk

industri serta sarana dan prasarana kebutuhan nasional seperti pertahanan dan yang lainnya

terhadap impor masih sangat tinggi; 2) Lemahnya kualitas SDM dan penguasaan serta

pengembangan teknologi penunjang industri, sehingga sulit diharapkan tercapainya

peningkatan produktivitas melalui inovasi-inovasi teknologi. Rendahnya kandungan dalam

negeri produk-produk industri nasional adalah akibat lemahnya struktur industri utama dalam

membangun industri-industri penunjang dan pemasok bahan baku/antara (intermediate) di

dalam negeri, lemahnya upaya pengembangan produk, serta tidak adanya koordinasi lintas

sektoral yang baik, sehingga tuntutan terhadap kebutuhan litbang dan teknologi sangat

minim.

Dari sisi supply-side, permasalahan pembangunan Iptek bisa dilihat dari sudut pandang:

kelembagaan, sumber daya, jaringan, relevansi dan produktivitas litbang, serta

pendayagunaan Iptek.

a. Kelembagaan Iptek

Pembangunan Kelembagaan Iptek (orgaware), yaitu struktur organisasi, tata-laksana,

kultur, dll., telah dilaksanakan secara berkesinambungan sampai dengan periode 2005-2009.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 17: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Namun dirasakan masih harus ditingkatkan, agar kelembagaan Iptek dapat mengokohkan

Sistem Nasional Iptek (SINas Iptek) dan berkontribusi bagi pemercepatan pencapaian tujuan

negara. Sistem insentif, penghargaan dan budaya masyarakat yang kondusif dalam

pengembangan IPTEK masih perlu ditingkatkan. Sementara itu, sistem inovasi yang

mendorong tumbuhnya daya saing dan berkembangnya industri/ekonomi berbasis IPTEK

belum tumbuh dengan kokoh. Hal ini diindikasikan sbb.:

1. Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Ristek secara umum masih menghadapi

kendala eksternal seperti: LPNK Ristek masih diperlakukan sebagai lembaga

pemerintah umum lain, tanpa kualifikasi sebagai lembaga litbang dengan kebutuhan-

kebutuhan yang khusus. Dengan mekanisme pendanaan pemerintah yang ada

sekarang, lembaga litbang kurang termotivasi untuk bekerja sama dengan pihak luar

untuk menunjang pengembangan teknologi industri. Lemahnya keterkaitan antara

lembaga litbang dengan sisi permintaan akibat perubahan teknologi industri yang

sangat cepat sukar diikuti oleh lembaga riset karena keterbatasan SDM. Sistem

operasional LPNK Ristek yang kurang memberi peluang untuk menjalin kaitan aktif

dengan sektor swasta, tidak adanya sistem insentif yang mendorong LPNK Ristek

untuk menjalin kaitan dengan pihak swasta, tidak adanya kaitan yang jelas antara

LPNK Ristek dengan kebijakan industri nasional dalam rangka seleksi proyek,

kecenderungan LPNK Ristek berorientasi terbatas pada industri strategis juga masih

menjadi kendala (Thee, 1997).

2. Dari segi organisasi, KRT sebagai kementerian yang ditugasi mengkoordinasikan

LPNK Ristek di bawahnya, memiliki keunggulan dan juga kelemahan. Bergantung pada

orientasinya baik ke arah riset dasar maupun teknologi industri, beberapa negara

memiliki bentuk yang berbeda-beda. Beberapa negara menggabungkan Kementerian

Ristek mereka dengan Departemen Pendidikan atau Dirjen Perguruan Tinggi,

sementara negara lain menggabungkan Kementerian Ristek dengan Departemen

Perindustrian. Penggabungan kantor Kementerian Ristek seperti ini memang

menguntungkan dari aspek koordinasi, sehingga mempertajam fokus dan

memudahkan implementasi. Di sisi lain, masalah yang mungkin muncul adalah aspek

tumpang-tindih program di antara LPNK-LPNK Ristek, termasuk juga tumpang-tindih

anggaran. Karenanya konsolidasi dan koordinasi kelembagaan dan program Iptek,

baik antara KRT dengan LPNK-LPNK Ristek, KRT dengan kementerian terkait, dan

keterkaitan antara lembaga riset - perguran tinggi - dunia usaha dan antara pusat dan

daerah menjadi penting.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 18: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

3. Dari segi kualitas, survei WEF pada tahun 2007 memperlihatkan bahwa kualitas

lembaga riset Iptek, Indonesia menempati posisi ke-28, sebuah peringkat yang cukup

baik. Namun sayangnya, posisi ini menurun pada tahun 2009, menempati posisi ke-43

dari 133 negara. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN

lainnya, maka posisi Indonesia ini masih cukup baik, bahkan melampaui Thailand, yang

berada pada posisi ke-60. Malaysia dan Singapura berada di atas Indonesia pada

peringkat ke-28 dan ke-12.

4. Selama kurun waktu 2005-2009, berbagai sistem insentif untuk peneliti dan badan

usaha telah dikembangkan, salah satunya dan yang cukup signifikan adalah dengan

diterbitkannya PP. 35/2007 tentang pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha

untuk peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi. PP ini

dirancang untuk memajukan pelaksanaan pengembangan di lingkungan badan usaha

nasional. Sebagai sebuah sistem insentif yang mendorong badan usaha dalam

meningkatkan kapasitas kemampuan Iptek-nya, PP ini dapat menjadi pemicu bagi

penguatan inovasi teknologi di level industri. Namun demikian, berbagai insentif dan

kondisi yang kondusif bagi swasta perlu terus dikembangkan pemerintah, sehingga

swasta tertarik untuk melaksanakan upaya peningkatan kemampuan teknologinya.

5. Untuk mengembangkan budaya ilmiah di kalangan masyarakat, sekaligus

mengokohkan budaya Iptek di kalangan peneliti, berbagai penghargaan, acara-acara,

pameran ilmiah, dan sarana dan prasarana bagi sosialisasi Iptek telah dikembangkan.

Penghargaan peneliti terbaik, Harteknas yang diperingati setiap tahun, pameran Ritech

Expo setiap tahun, Wisata Iptek dan Jambore Iptek, Rakornas Iptek tahunan, berbagai

olimpiade sains untuk pelajar dan mahasiswa, pengelolaan pusat peragaan Iptek, dan

lain-lain adalah berbagai upaya untuk mengembangkan budaya ilmiah di kalangan

masyarakat. Kemudian dengan diterbitkannya Inpres No. 4 Tahun 2003 tentang

Pengkoordinasian Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Strategis Pembangunan

Nasional (Jakstranas) Iptek, Jakstranas Iptek memberikan arahan yang jelas terutama

dalam upaya koordinasi antar instansi-instansi yang terkait dalam menentukan dan

melaksanakan arah kebijakan, prioritas utama dan kerangka kebijakan pemerintah di

bidang Iptek. Namun berbagai upaya sosialisasi kebijakan ini dirasakan masih belum

cukup. Secara umum, budaya bangsa masih belum mencerminkan nilai-nilai Iptek yang

mempunyai sifat penalaran obyektif, rasional, maju, unggul dan mandiri. Pola pikir

masyarakat belum berkembang ke arah yang lebih suka mencipta daripada sekedar

memakai, lebih suka membuat daripada sekedar membeli, serta lebih suka belajar dan

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 19: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

berkreasi daripada sekedar menggunakan teknologi yang ada. Budaya miopis (cari

untung cepat), instant, hedonis, masih kental mewarnai secara umum masyarakat kita.

Selain itu budaya penelitian, sebagai pondasi kelembagaan ristek, masih rapuh.

Pendidikan kita masih belum berhasil membudayakan rasa ingin tahu siswa, budaya

belajar, dan apresiasi yang tinggi pada pencapaian ilmiah. Masih muncul budaya

sekedar ingin cepat lulus, plagiarisme, mengejar gelaran, mengejar nilai, dll., yang

secara umum lebih mementingkan simbol daripada isi, ijasah dari pada kualitas.

6. Sampai dengan tahun 2009 terjadi penguatan regulasi/ kerangka kebijakan

pembangunan Iptek yang patut diapresiasi. Setelah amandemen ke - 4 UUD 1945,

dimana di dalam salah satu pasalnya tercantum Visi Pembangunan Iptek Nasional,

pada tahun 2002 diundangkan UU No.18/tahun 2002 tentang Sistem Nasional Iptek,

yang menjadi landasan konsepsional pembangunan Iptek. Kemudian dari tahun 2005 –

2009 dihasilkan 4 PP turunan dari UU. No.18 tahun 2002, yakni: (1) PP No. 20 Tahun

2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Penelitian dan Pengembangan

oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan yang

mengamanatkan agar hasil – hasil penelitian yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi dan

Lembaga Penelitian dan Pengembangan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk

kepentingan masyarakat serta dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi dan

perbaikan kualitas kehidupan bangsa dan negara; (2) PP 41/2006 tentang perizinan

melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan bagi perguruan tinggi asing,

lembaga penelitian dan pengembangan asing, badan usaha asing, dan orang asing

yang mengatur tentang perijinan bagi individual maupun lembaga asing yang akan

melaksanakan penelitian pengembangan di Indonesia; (3) PP 35/2007 tentang

pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha untuk peningkatan kemampuan

perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi yang dirancang untuk memajukan

pelaksanaan pengembangan di lingkungan badan usaha nasional. Sebagai sebuah

sistem insentif yang mendorong badan usaha dalam meningkatkan kapasitas

kemampuan Ipteknya, maka PP ini dapat menjadi jalan yang cepat bagi penguatan

inovasi teknologi di level industri; (4) PP No. 48/2009 tentang perizinan pelaksanaan

kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang beresiko tinggi dan berbahaya yang dirancang untuk menjaga agar pelaksanaan

kegiatan litbang dan penerapan Iptek tidak menimbulkan resiko dan bahaya bagi

masyarakat dan lingkungan hidup. Semua ini memperlihatkan mantapnya struktur

kebijakan pembangunan Iptek nasional.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 20: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

7. Dalam kaitannya dengan sinergi kelembagaan Iptek, pembangunan Iptek nasional

saat ini masih harus ditingkatkan. Beberapa hal yang perlu dicermati dalam kaitan ini

misalnya belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek dalam sistem inovasi yang

ada. Mekanisme intermediasi Iptek yang menjembatani interaksi antara kapasitas

penyedia Iptek dengan kebutuhan pengguna Iptek dalam sistem inovasi masih belum

berkembang dengan baik. Masalah ini dapat terlihat dari belum tertatanya infrastruktur

Iptek, seperti institusi yang mengolah dan menerjemahkan hasil pengembangan Iptek

menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi.

Integrasi Iptek di sektor riset-khususnya lembaga riset pemerintah - dengan industri di

sektor produksi masih belum menyatu dalam sebuah harmoni. Dengan kata lain

pembangunan Iptek di sisi penyediaan (supply side) dengan pembangunan di sisi

permintaan (demand side) masih belum terintegrasi.

b. Sumberdaya Iptek

Pembangunan Sumberdaya Iptek, seperti pengelolaan SDM Iptek, sarana dan prasarana

Iptek, informasi Iptek, kepemilikan paten, dan besarnya anggaran bidang Iptek sampai hari ini

telah berjalan dengan baik, meski tidak semasif masa-masa sebelum Reformasi. Secara umum

pembangunan sumber daya Iptek Indonesia saat ini masih relatif lemah, karenanya dirasakan

harus ditingkatkan, agar kelembagaan Iptek dapat mengokohkan sistem nasional Iptek dan

berkontribusi bagi pemercepatan pencapaian tujuan negara. Hal ini diindikasikan dengan :

1. Prosentase penduduk berpendidikan tinggi (Strata 1 ke atas) di Indonesia sangat rendah

dibanding dengan negara-negara lain seperti Thailand, Malaysia, bahkan India dan China.

Tingkat pendidikan tinggi di Indonesia terus mengalami kenaikan dari 9,5 % pada

tahun 1990 menjadi 17,5 % pada tahun 2007, Angka ini masih lebih rendah bila

dibandingkan dengan Malaysia (30,2%), Singapura (55,6%), Thailand (48,3%) dan Filipina

(28,5%), meski lebih tinggi dari Vietnam (15,9%). 3

2. Jumlah SDM Iptek Indonesia sangat sedikit dibanding negara-negara maju, tetapi masih

lebih besar dibanding beberapa negara ASEAN seperti Thailand dan Malaysia. Pada tahun

2004, jumlah SDM Iptek di Indonesia mencapai 43.779 orang. Jumlah ini masih lebih

besar dibandingkan dengan Singapura, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina. Jumlah

peneliti di litbang/juta orang penduduk Indonesia mencapai angka 207, angka ini

menunjukkan masih rendahnya jumlah peneliti dalam populasi penduduk di Indonesia

dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, kecuali Vietnam (115) dan Filipina (48). Dari

3 UNESCO, 2008

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 21: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

data itu, keberadaan SDM Iptek di lembaga pemerintah sebesar (85%), sedangkan SDM

Iptek di industri hanya sekitar 15%. Artinya mayoritas SDM Iptek kita berada di lembaga

riset pemerintah.4

3. Dari aspek ketersediaan ilmuwan dan engineer, maka pada tahun 2007 menurut WEF

Indonesia menempati posisi ke-27, sedikit menurun di tahun 2008 dan 2009 pada

peringkat ke-31. Namun demikian, dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN

lainnya, maka ketersediaan ilmuwan dan engineer di Indonesia ini relatif baik, bahkan kita

menempati posisi di atas Malaysia, dengan peringkat ke-33. Di ASEAN kita tepat berada di

bawah posisi Singapura yang menempati posisi ke-14.

4. Anggaran pemerintah untuk riset Iptek sangat kecil dibanding dengan negara-negara lain

di ASEAN sekalipun. Rasio anggaran Iptek nasional terhadap PDB terus menurun dari

tahun ke tahun. Pada tahun 2004 dan 2006, total belanja litbang sebagai persentase

dari PDB Indonesia sebesar 0,05 % angka ini lebih rendah dari Filipina, Vietnam, Thailand,

Malaysia dan Singapura, artinya terendah se - ASEAN. Anggaran litbang Vietnam saja

hampir 4 kali lipat dari anggaran litbang kita.5

5. Dari aspek penyediaan dana perusahaan untuk litbang, Indonesia pada tahun 2007

menempati posisi ke-27. Kemudian secara fluktuatif kembali pada posisi ke-28 di tahun

2009. Dibanding negara tetangga, posisi Indonesia cukup baik, berada di atas Filipina dan

Thailand, namun sedikit di bawah Malaysia, peringkat ke-19. Secara umum 70% dana

litbang dikeluarkan oleh pemerintah. Sementara kontribusi swasta dalam litbang di

Indonesia hanya sekitar 30%. Kondisi ini terbalik dengan negara yang relatif maju seperti

Korea Selatan atau Jepang, dimana kontribusi anggaran swasta untuk riset mencapai 80%,

dan anggaran riset pemerintah hanya 20% dari total anggaran riset nasional.6

6. Kondisi sarana dan prasarana Iptek yang menonjol khususnya sebelum krisis ekonomi

tahun 1998 - terlihat dari beroperasinya delapan wahana industri (sebagai vehicle bagi

transformasi industri) yaitu industri penerbangan, industri maritim dan perkapalan, industri

alat transportasi darat, industri elektronika dan telekomunikasi, industri energi, industri

rekayasa, industri alat dan mesin pertanian dan industri pertahanan keamanan, yang

kesemuanya berbentuk sepuluh BUMN Industri Strategis, yakni PT IPTN (pesawat

4 World Bank, 2009

5 World Bank, 2009

6 World Bank, 2009

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 22: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

terbang), PT PAL (kapal laut), PT PINDAD (peralatan rekayasa), PT Krakatau Steel (baja),

PT INKA (kereta api), Perum Dahana (eksplosif komersil), PT INTI (telekomunikasi), PT

LEN (elektronik), PT BARATA (industri rekayasa berat), dan PT BBI (turbin, mesin). Sejak

krisis ekonomi tahun 1998 secara relatif pembangunan sarana dan prasarana Iptek

terhenti. Bahkan, masalah pembiayaan untuk pemeliharaan peralatan-peralatan canggih ini

menjadi isu yang menonjol. Sekarang ini pemikiran yang berkembang adalah bagaimana

mengoptimasikan potensi yang ada, yakni SDM, biaya perawatan, dengan program Iptek,

serta peluang spin-off di luar tugas pokok lembaga. Dengan kata lain posisi pembangunan

sarana dan pra-sarana Iptek berada pada status ”defensif”.

c. Jaringan Iptek

Pembangunan Jaringan Iptek secara berkesinambungan terus dilaksanakan dalam

periode waktu 2005-2009. Dengan berdirinya Dewan Riset Nasional dan Dewan Riset Daerah,

hal ini menuntut terbentuknya jaringan Iptek yang semakin luas dan kompleks, yakni bukan

hanya jaringan antar lembaga riset - perguruan tinggi - badan usaha atau jaringan antar

sektor, namun juga jaringan Iptek antar pusat dan daerah serta jaringan internasional,

termasuk jaringan informasi dan SDM. Karenanya dirasakan, bahwa jaringan Iptek ini masih

relatif lemah dan perlu terus dikuatkan. Sinergi kebijakan terkait pembangunan Iptek antara

stake-holder yang ada masih belum kokoh. Hal-hal tersebut diindikasikan dengan:

1. Kinerja kerjasama riset antara universitas - industri di Indonesia pada tahun 2007

menurut evaluasi WEF ditempatkan pada posisi ke-64. Angka ini terus membaik secara

signifikan. Pada tahun 2008 peringkat ini meningkat ke posisi 54, dan bahkan secara

fantastik pada tahun 2009 kerjasama riset antara universitas-industri di Indonesia dinilai

WEF menempati posisi ke-43. Kinerja ini dibandingkan dengan capaian negara tetangga

ASEAN relatif baik. Indonesia menempati peringkat di atas negara Vietnam, Filipina, dan

bahkan Thailand, peringkat ke-44, meski masih di bawah Singapura dan Malaysia, yang

menempati peringkat ke-4 dan 22. Namun demikian, koordinasi pembangunan Iptek

khususnya antar stake-holder di luar LPNK ristek masih belum menampakkan soliditas

dan produktivitas yang memadai. Berbagai forum koordinasi Iptek baik sektoral, nasional,

maupun regional perlu terus dikembangkan.

2. Kemudian juga teramati lemahnya sinergi kebijakan Iptek intra institusi/aktor

pengembang Iptek (LPNK ristek, lembaga riset departemen teknis, industri dan

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 23: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

perguruan tinggi), serta antar institusi pengembang Iptek dengan pengguna Iptek.

Lemahnya sinergi kebijakan Iptek ini, menyebabkan kegiatan Iptek baik dari segi kualitas

dan skalanya belum mampu memberikan hasil yang signifikan. Kebijakan bidang

pendidikan, industri, dan Iptek belum terintegrasi sehingga mengakibatkan kapasitas

yang tidak termanfaatkan pada sisi penyedia, tidak berjalannya sistem transaksi, dan

belum tumbuhnya permintaan dari sisi pengguna yaitu industri. Di samping itu kebijakan

fiskal juga dirasakan belum kondusif bagi pengembangan kemampuan Iptek.

3. Pada tahun 2006, FDI (Foreign Direct Invesment) Inward Indonesia sebagai persen

dari Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,35, jika dibandingkan dengan Malaysia,

Filipina, Singapura, Indonesia masih berada dibawah negara-negara tersebut. Singapura

memiliki FDI Inward sebagai persen dari GDP yang terbesar diantara negara-negara

tersebut yaitu sebesar 20,94. Dari aspek investasi langsung asing, Indonesia secara

perlahan terus membaik, menjadi 1,55 pada tahun 2008. 7

4. Dari aspek pengguna internet, Indonesia pada tahun 2007 menempati posisi ke-85

dari 131 negara. Capaian ini menurun secara fluktuatif. Pada tahun 2008 menurun

menjadi peringkat ke-107 dan pada tahun 2009 membaik dan menempati posisi ke-87.

Di antara negara-negara ASEAN, kita menempati posisi sedikit lebih baik dibanding

Filipina, peringkat ke-106. Sementara negara lain memperlihatkan kinerja yang lebih

baik. Malaysia menempati peringkat ke-22, bahkan Singapura dalam aspek penggunaan

internet menempati posisi ke-15 dari 133 negara yang disurvei WEF. Sementara untuk

penggunaan internet pita lebar (broadband), peringkat Indonesia berada pada posisi

ke-101. Dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN, maka posisi ini adalah terbawah.

Vietnam dan Filipina saja berada pada peringkat ke-77 dan ke-89. Sementara Thailand

dan Malaysia berada pada peringkat ke-78 dan ke-55.8

d. Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek

Penguasaan Iptek melalui Riset dan Pengembangan (litbang), perekayasaan serta

pemanfaatan Iptek nasional terus digulirkan pemerintah dalam periode pembangunan

2005-2009. Namun dibandingkan dengan laju peningkatan litbang negara lain, harus diakui

bahwa capaian kita masih lemah. Kontribusi litbang Iptek bagi pemercepatan pencapaian

7 , UNCTAD, 2009

8 , UNDP, 2009

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 24: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

tujuan negara masih harus ditingkatkan, misalnya saja tercermin dari indikator-indikator

pembangunan Iptek sbb.:

1. Jumlah keluaran riset peneliti Indonesia dalam bentuk publikasi ilmiah internasional dan

paten masih sangat rendah, hanya mencapai sekitar 560 jurnal ilmiah internasional per

tahun9. Menurut World Intellectual Property Organization (WIPO), jumlah paten

internasional Indonesia sampai dengan tahun 2008 adalah 208. Sedangkan sampai tahun

2008 jumlah paten domestik yang didaftarkan di Ditjen HKI, berjumlah 2718 (4,14 % dari

seluruh paten yang terdaftar). Hal ini menunjukkan bahwa dari segi teknologi Indonesia

juga semakin dikuasai oleh hak kekayaan intelektual yang dimiliki oleh asing.

2. Pada tahun 2008 jumlah paten Indonesia yang terdaftar di Kantor Paten Amerika Serikat

sebesar 19 paten lebih sedikit dibandingkan dengan Malaysia (168), Singapura (450),

Filipina (22) dan Thailand (40)10

Di sisi lain, dalam aspek pemanfaatan dan penguasaan iptek, data WEF 2009

memperlihatan, bahwa ketersediaan teknologi mutakhir di Indonesia semakin

menurun. Pada tahun 2007 Indonesia menempati posisi ke-51 dari 131 negara, menjadi

posisi ke 54 dari 133 negara pada tahun 2009. Di antara negara-negara ASEAN Indonesia

berada di atas Vietnam (posisi ke-75) dan Philipina (87), tetapi jauh di bawah Singapura

(3), Malaysia (24), Thailand (36).

e. Pendayagunaan Iptek

Pendayagunaan IPTEK dalam berbagai bidang pembangunan untuk pemercepatan

pencapaian tujuan nasional, yakni dalam bidang hankam, kesejahteraan rakyat, pelayanan

publik dan pengokohan daya saing ekonomi terus-menerus dilakukan selama kurun waktu

2005-2009. Namun dirasakan, bahwa kontribusi Iptek dalam pemercepatan pencapaian tujuan

negara masih terbatas dan perlu terus ditingkatkan. Hal ini ditandai dengan indikator-

indikator sbb.:

1. Dari segi jumlah produk riset yang terkomersialisasi, ternyata sebanyak 85%-nya

berasal dari produk riset di departemen teknis. Kontribusi produk riset yang

dikomersialisasi dari LPNK Ristek hanya 15%-nya saja (LIPI, 2007). Data ini

memperlihatkan, bahwa lembaga riset departemen lebih produktif dalam komersialisasi

hasil litbang mereka daripada LPNK Ristek.

9 , SCORPUS, 2009

10 USPTO, 2008/2009

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 25: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

2. Dari aspek perolehan paten sederhana (utility patent), pada tahun 2007, sesuai

dengan survei WEF, Indonesia menempati posisi ke-87. Angka ini secara fluktuatif

mengalami perbaikan pada tahun 2008, sehingga Indonesia menempati peringkat ke-84.

Namun pada tahun 2009, kembali Indonesia menempati posisi ke-87. Di antara negara

tetangga, peringkat kita berada di bawah Singapura (11), Malaysia (29), Thailand (68),

dan bahkan Filipina (78).

3. Ekspor teknologi tinggi sebagai persen ekspor manufaktur Indonesia mengalami fluktuasi

mulai dari tahun 2001 sampai tahun 2007. Pada tahun 2007 ekspor teknologi tinggi

sebagai persen dari ekspor manufaktur Indonesia sebesar 11%, masih lebih rendah

dibandingkan dengan Singapura (46%), Malaysia (52%), Thailand (27%), dan Filipina

(54%), namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan Vietnam (5,6% tahun 2006).

4. Dalam aspek penyerapan teknologi pada tingkat perusahaan, dari tahun 2007 sampai

tahun 2009 menampilkan peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 2007 Indonesia

berada pada posisi ke-67 dan terus meningkat dua tangga di tahun 2009 menjadi ke

peringkat ke-65. Posisi ini lebih rendah dibandingkan Malaysia (37), Singapura (13),

Thailand (61), Filipina (54) dan Vietnam (51).

5. Pendayagunaan Iptek di bidang Hankam sejak krisis ekonomi tahun 1998 menurun. Ini

ditandai dengan menurunnya kinerja industri strategis (BUMNIS). PT. DI

memberhentikan ribuan karyawannya. DPIS (Dewan Pengelola Industri Strategis),

bahkan kemudian BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis) dibubarkan. PT BPIS yang

merupakan holding company dari BUMN industri strategis menyusul dibubarkan. PT

Barata, BBI, Pindad dll. kondisinya memprihatinkan. Berbagai laboratorium uji di kawasan

PUSPIPTEK yang dirancang untuk menudukung industri strategis harus berpikir keras

untuk menutupi biaya pemeriharaan alat dan SDM. Akhir-akhir ini PT Pindad mulai

bergeliat dengan mengembangkan alutsista.

6. Pendayagunaan Iptek untuk layanan dan kesejahteraan publik, secara konstan

menampilkan peran yang konsisten meski dapat dikatakan marjinal. Pengembangan

satelit oleh LAPAN; pengembangan perangkat Tsunami Early Warning System (TEWS)

untuk bencana tsunami; prediksi pasang surut laut tahunan oleh BAKOSURTANAL yang

dapat mengurangi korban bencana akibat laut pasang; aplikasi e-goverment untuk

menunjang proses pemerintahan dan pemilu; aplikasi teknologi ramah lingkungan,

pengolahan sampah, limbah dan air; teknologi utuk mitigasi bencana; serta berbagai

riset untuk ketahanan pangan dan energi. Pelaksanaan litbang dan pendayagunaan iptek

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 26: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

selama periode 2005-2009 cukup baik, namun skalanya tidak terlalu masif, sehingga

tidak nampak secara nasional, maupun bila dikomparasi dengan negara-negara tetangga.

Dengan demikian, berdasarkan analisis terhadap kondisi pembangunan iptek nasional

saat ini, sebagaimana yang dibahas di atas, terlihat bahwa pembangunan Iptek nasional kita

masih belum optimal dan masih mengalami berbagai kendala dari aspek kemampuan

kelembagaan, sumber daya, dan jaringan, relevansi dan produktivitas Iptek, serta

pendayagunaannya secara luas, sehingga kontribusinya terhadap pemercepatan

pembangunan nasional dalam rangka mencapai tujuan negara secara umum masih belum

maksimal. Bila dianalisis lebih dalam dan ditarik akar permasalahannya, maka pokok-pokok

persoalan yang harus dipecahkan dalam rangka meningkatkan pembangunan Iptek nasional

ke depan adalah sebagai berikut:

a. Masih lemahnya pembangunan Iptek nasional dari sisi penyediaan (supply

side) berupa pengelolaan teknostruktur yang baik. Dimana masih terbatasnya

kemampuan kelembagaan Iptek (organisasi, regulasi, koordinasi, intermediasi, sistem

inovasi, budaya), sumber daya Iptek (berupa SDM, anggaran, dan sarana dan

prasarana termasuk perpustakaan dan sistem informasi Iptek), jaringan Iptek (sinergi

kebijakan inter sektor, antar sektor, antar stake holder, antar kementerian, antar pusat

dan daerah, dll.), relevansi dan produktivitas Iptek, serta pendayagunaan Iptek

dalam berbagai bidang pembangunan.

b. Masih lemahnya pembangunan Iptek nasional dari sisi permintaan (demand

side). Lemahnya minat dan kontribusi swasta bagi pembangunan Iptek nasional, baik

keterlibatan dalam riset maupun pendanaan. Kegiatan Iptek masih didominasi oleh

lembaga riset pemerintah. PMA (Perusahaan Modal Asing) pada umumnya

melaksanakan riset di kantor pusat mereka. Sektor riil belum bergerak dengan baik.

Karakteristik industri kita masih didominasi produk dengan kandungan teknologi rendah,

berbasis SDA, terbatas pada teknologi produksi belum sampai pada teknologi

pengembangan produk apalagi riset, dan masih dalam tingkat kemampuan perubahan

kecil (incremental). Ini berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan sistem insentif

ekonomi.

c. Masih terbatasnya integrasi Iptek di sisi permintaan dengan sisi penyediaan:

Iptek kini tidak lagi menjadi mainstream; lemahnya sinergi kebijakan Iptek (berupa

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 27: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

integrasi program, koordinasi, harmonisasi kegiatan, dukungan anggaran, serta

intermediasi, yang terjadi baik intra lembaga/aktor penghasil Iptek, maupun antar

penghasil Iptek dengan pengguna Iptek atau secara umum lemahnya koordinasi dan

sinergi diantara stake holder pembangunan Iptek); masih lemahnya sosialisasi regulasi

yang telah ada; lemahnya budaya Iptek. Budaya bangsa secara umum masih belum

mencerminkan nilai-nilai Iptek yang mempunyai penalaran obyektif, rasional, maju,

unggul dan mandiri. Akibatnya sense of urgency terhadap pembangunan Iptek masih

lemah.

d. Persoalan-persoalan di atas secara langsung telah menghambat

pembangunan Iptek di Indonesia dan memperlemah kontribusinya bagi laju

pembangunan nasional untuk mencapai tujuan negara, karenanya perlu mendapat

perhatian serius dan penanganan yang tepat dari berbagai pihak terkait.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 28: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

BAB II

VISI, MISI, DAN TUJUAN

Dalam UU No. 39/2008 tentang Kementerian Negara Pasal 4 ayat (2),

Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) adalah: menangani urusan pemerintahan

dalam rangka penajaman, koordinasi dan sinkronisasi program pemerintah. Tugas

Pokok KRT adalah membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di

bidang riset, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dalam melaksanakan tugas dimaksud,

Menteri Riset dan Teknologi menyelenggarakan fungsi:

c. Perumusan kebijakan nasional di bidang riset, ilmu pengetahuan, dan

teknologi;

d. Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang riset, ilmu pengetahuan dan

teknologi;

e. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawabnya;

f. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

g. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas

dan fungsinya kepada Presiden.

Visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam Renstra ini disesuaikan dengan

tugas, fungsi dan kewenangan Kementerian Riset dan Teknologi di atas.

2.1. Visi

Untuk menyatukan persepsi dan fokus arah pembangunan Iptek nasional, maka

pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Riset dan Teknologi dilandasi suatu visi dan misi

yang ingin diwujudkan. Visi dan misi tersebut merupakan panduan yang memberikan

pandangan dan arah ke depan sebagai dasar acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi

dalam mencapai sasaran atau target yang ditetapkan.

Sebagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dipaparkan sebelumnya, maka

pembangunan Iptek ke depan harus diarahkan kepada peningkatan kontribusi Iptek secara

langsung dalam pembangunan nasional untuk mencapai tujuan negara.

Visi Kementerian Riset dan Teknologi dalam pembangunan Iptek 2010 – 2014 adalah:

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 29: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Iptek untuk kesejahteraan dan kemajuan peradaban

Deskripsi Iptek untuk kesejahteraan dimaksudkan dengan kemajuan Iptek nasional yang

dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk industri, membuka lapangan

pekerjaan baru, meningkatkan profesionalisme individu, dan meningkatkan pendapatan

individu dan masyarakat, yang pada akhirnya dapat memajukan perekonomian bangsa.

Kemajuan Iptek mampu menyelesaikan permasalahan lingkungan, perubahan iklim, ketahanan

pangan, penanganan bencana, peningkatan pertahanan dan keamanan, dll, yang pada

akhirnya meningkatkan rasa aman, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.

Deskripsi Iptek untuk kemajuan peradaban dimaksudkan dengan kemajuan Iptek

nasional yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat seperti ekonomi, sosial dan

budaya. Hasil-hasil litbang harus mencerminkan academic excellence, mempunyai economic

value, dan memberikan social impact yang positif bagi kehidupan bangsa dan negara. Hal ini

akan tercermin dari meningkatkan jumlah penduduk yang memasuki perguruan tinggi, jumlah

S3 per tahun yang dihasilkan Perguruan Tinggi dalam negeri, jumlah publikasi ilmiah

internasional dan indek sitasi, dominasi teknologi lokal pada belanja teknologi, nasionalisme

akan produk dalam negeri, dan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian,

pengembangan dan pemanfaatan Iptek yang maju menempatkan Indonesia menjadi negara

yang bermartabat, yang berdiri sama tinggi, dan duduk sama rendah dengan negara-negara

lain di dunia. Kemajuan Iptek nasional juga akan menempatkan Indonesia menjadi negara

dengan peradaban maju, hasil kumulasi kemajuan budaya material dan non-material buah dari

penelitian, pengembangan dan pemanfaatan Iptek.

2.2. Misi

Sebagai upaya untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkan misi Kementerian

Riset dan Teknologi yaitu :

1. Meningkatkan penelitian, pengembangan dan pendayagunaan Iptek sebagai basis dalam

membangun daya saing, kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan negara dalam

pergaulan internasional, serta mencapai kemajuan peradaban bangsa.

2. Memperkuat daya dukung Iptek untuk mempercepat pencapaian tujuan negara, yakni

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa; serta turut serta menjaga

ketertiban dunia.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 30: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Misi ini mencakup upaya menjawab permasalahan pembangunan Iptek saat ini dan

masa mendatang dalam aspek: kelembagaan Iptek, sumber daya Iptek, jaringan Iptek,

relevansi dan produktifitas Iptek, dan pendayagunaan Iptek.

2.3. Tujuan

Untuk mencapai visi dan misi Kementerian Riset dan Teknologi seperti yang

dikemukakan di atas, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan ke dalam tujuan yang

lebih terarah dan operasional. Untuk meningkatkan kontribusi teknologi yang nyata terhadap

upaya-upaya mensejahterakan masyarakat dan memajukan peradaban, maka tujuan sebagai-

berikut harus dicapai:

1. Meningkatkan kemampuan litbang nasional;

2. Meningkatkan kontribusi iptek bagi pembangunan nasional.

2.4. Sasaran

Tujuan di atas akan dicapai apabila tercapai penguatan dalam unsur-unsur Sistem

Inovasi Nasional di sisi supply yakni: Kelembagaan, Sumber Daya, dan Jaringan Iptek, di

samping penguatan core business Iptek itu sendiri, yakni Relevansi dan Produktivitas Iptek

serta penguatan Pendayagunaan Iptek di kalangan pengguna baik masyarakat, pemerintah

maupun dunia industri.

Karena itulah, sasaran pembangunan Iptek ke depan adalah:

1. Tercapainya Penguatan Kelembagaan Iptek;

2. Tercapainya Penguatan Sumber Daya Iptek;

3. Tercapainya Penguatan Jaringan Iptek;

4. Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Iptek;

5. Meningkatnya Pendayagunaan Iptek.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 31: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

BAB III

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

3.1.1. Arah Kebijakan Nasional

A. Pancasila

Sebagai Dasar Negara dan Ideologi Nasional serta falsafah/pandangan hidup bangsa,

Pancasila secara konsepsional mengandung nilai-nilai Demokrasi, Hak Asasi Manusia,

Persatuan dan Kesatuan dalam semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang harmonis serta

untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut menjadi

landasan idiil yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman pada saat ini dan masa

mendatang khususnya dalam mendorong pembangunan Iptek nasional.

B. UUD 1945

UUD 1945 mengamanatkan:

1.“Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi

nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan

umat manusia” (Pasal 31 ayat (5));

2.“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,

berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari iptek, seni dan budaya, demi

meningkatkan kualitas hidupnya dan kesejahteraan umat manusia” (Pasal 28 c ayat (1)).

Nilai-nilai dalam butir UUD-1945 digunakan sebagai landasan konstitusional dan dasar

hukum dalam menyusun konsepsi pembangunan Iptek nasional.

C. UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan (Sisnas P3) Iptek

Undang-undang No.18/2002 menjelaskan mengenai Sisnas P3 Iptek; memberikan

landasan hukum; mengamanatkan penyusunan Jakstranas; mendorong tumbuhnya Sisnas P3

Iptek; dan mengikat semua pihak, pemerintah pusat, pemda, dan masyarakat untuk berperan

aktif. Nilai-nilai dalam UU. No.18/2002 ini menjadi landasan konsepsional pembangunan

Iptek nasional.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 32: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

D. RPJPN, RPJMN

RPJPN 2005-2025:

Dalam RPJPN disebutkan bahwa pembangunan iptek diarahkan untuk menciptakan dan

menguasai ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan, dan

mengembangkan ilmu sosial dan humaniora, serta untuk menghasilkan teknologi dan

memanfaatkan teknologi hasil penelitian. Pengembangan, dan perekayasaan bagi

kesejahteraan masyarakat, kemandirian, dan daya saing bangsa melalui peningkatan

kemampuan dan kapasitas iptek senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai

etika, kearifan lokal, serta memerhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi lingkungan

hidup.

Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan energi;

penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi

transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, dan teknologi kesehatan; pengembangan

teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam

sektor produksi.

RPJMN 2010-2014:

Dalam Bab IV RPJMN 2010-2014 tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dinyatakan bahwa

kebijakan Iptek diarahkan kepada :

1. meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang dan lembaga pendukung un-

tuk mendukung proses transfer dari ide menjadi prototip laboratorium, kemudian menuju

prototip industri sampai menghasilkan produk komersial (penguatan sistem inovasi na-

sional);

2. meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek untuk menghasilkan produktivi-

tas litbang yang berdayaguna bagi sektor produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta

kreativitas nasional;

3. mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan baik peneliti di lingkup nasional

maupun internasional untuk mendukung peningkatan produktivitas litbang dan pen-

ingkatan pendayagunaan litbang nasional;

4. meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang untuk ketersediaan teknologi yang dibu-

tuhkan oleh industri dan masyarakat serta menumbuhkan budaya kreativitas masyarakat;

5. meningkatkan pendayagunaan iptek dalam sektor produksi untuk peningkatan perekono-

mian nasional dan penghargaan terhadap iptek dalam negeri.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 33: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Dengan arah kebijakan Iptek tersebut di atas, maka strategi pembangunan Iptek

dilaksanakan melalui dua prioritas pembangunan yaitu:

1. Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN) yang meliputi aspek kelembagaan,

sumberdaya dan jaringan, yang berfungsi sebagai wahana pembangunan Iptek menuju

visi pembangunan Iptek dalam jangka panjang.

2. Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek (P3 Iptek) yang

dilaksanakan sesuai dengan arah yang digariskan dalam RPJPN 2005-2025.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 34: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Gambar 3.1. Kerangka Pembangunan Iptek di RPJMN

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 35: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

E. Peraturan perundangan lain di bidang Iptek

Inpres No. 4 Tahun 2003:

Inpres tentang Pengkoordinasian Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Strategis

Pembangunan Nasional Iptek memberikan arahan yang jelas untuk perumusan dan

pelaksanaan Jakstranas Iptek terutama dalam upaya pengkoordinasian antar instansi yang

terkait dalam menentukan dan melaksanakan arah kebijakan, prioritas utama dan kerangka

kebijakan pemerintah.

PP No. 20 Tahun 2005:

PP tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Penelitian dan Pengembangan

oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan ini mengamanatkan, agar

hasil–hasil penelitian yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan

Pengembangan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat serta

dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi dan perbaikan kualitas kehidupan bangsa dan

negara.

PP 41/2006:

PP tentang perizinan melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan bagi

perguruan tinggi asing, lembaga penelitian dan pengembangan asing, badan usaha asing, dan

orang asing mengatur tentang perijinan bagi individual maupun lembaga asing yang akan

melaksanakan penelitian pengembangan di Indonesia. PP ini dirancang agar kepentingan

nasional tetap terjaga dan kita mendapat manfaat yang maksimal dengan masuknya peneliti

atau lembaga penelitian asing di Indonesia.

PP 35/2007:

PP pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha untuk peningkatan kemampuan

perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi ini dirancang untuk memajukan pelaksanaan

pengembangan di lingkungan badan usaha nasional. Sebagai sebuah sistem insentif yang

mendorong badan usaha dalam meningkatkan kapasitas kemampuan Ipteknya PP dapat

menjadi jalan yang cepat bagi penguatan inovasi teknologi di level industri.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 36: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

PP No. 48/2009:

PP tentang perizinan pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang beresiko tinggi dan berbahaya ini dirancang untuk

menjaga agar pelaksanaan kegiatan litbang dan penerapan Iptek tidak menimbulkan resiko

dan bahaya yang tidak diperlukan bagi masyarakat dan lingkungan hidup.

F. Prioritas Nasional KIB II:

Presiden telah menetapkan 11 Prioritas Nasional dalam program pembangunan Kabinet

Indonesia Bersatu (KIB) II, yakni:

1. Reformasi birokrasi dan “good governance”.

2. Pendidikan

3. Kesehatan

4. Penanggulangan kemiskinan

5. Ketahanan pangan

6. Infrastruktur

7. Iklim investasi dan bisnis

8. Energi

9. Lingkungan hidup dan penanggulangan bencana

10.Pembangunan daerah tertinggal, terdepan dan pasca konflik

11.Kebudayaan, kreatifitas dan inovasi teknologi.

Peran pembangunan Iptek, sangat dituntut untuk mendukung dan mensukseskan

implementasi 11 Prioritas Nasional di atas.

Sebagai langkah awal KIB II, telah disusun dan diumumkan 15 program pilihan aksi

prioritas 100 hari, dengan rincian sebagai berikut:

1. Pemberantasan mafia hukum di semua lembaga negara dan penegakan hukum seperti

makelar kasus, suap menyuap, pemerasan, jual beli perkara, mengancam saksi, pungutan

tidak semestinya dan sebagainya yang rasa keadilan dan kepastian hukum;

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 37: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

2. Revitalisasi industri pertahanan. Perlu ada rencana induk dan arah revitalisasi

sehingga bisa penuhi kebutuhan dalam negeri dan kontrak sedang berjalan;

3. Penanggulangan terorisme. Peningkatan kapasitas dan restrukturisasi lembaga

penanggulangan terorisme untuk lebih libatkan seluruh lapisan masyarakat;

4. Listrik. Memastikan terpenuhinya kebutuhan listrik di seluruh Indonesia dalam lima tahun

kedepan;

5. Peningkatan produksi dan ketahanan pangan. Perumusan kembali rencana induk

untuk meningkatkan ketahanan pangan yang lebih terintegrasi dengan faktor pendukung,

irigasi, pupuk dan subsidi khusus bunga bagi petani;

6. Perindutrian. Memastikan revitalisasi industri pabrik pupuk dan gula yang meliputi

penggunaan teknologi dan pembiayaannya;

7. Pembenahan keruwetan penggunaan tanah dan tata ruang. Terutama sinkronisasi

antara UU Kehutanan, UU Pertambangan, UU Lingkungan Hidup serta tata perijinan dan

penggunaan di lapangan;

8. Infrastruktur. Prioritasnya pemotongan rencana pembangunan ruas jalan yang penting

antar propinsi dan di pulau besar, termasuk fasilitas pelabuhan, dermaga, bandara dan

infrastrktur perhubungan dan perikanan;

9. Pemberdayaan usaha mikro, usaha kecil dan menengah yang dikaitkan dengan

Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemantapan rencana penyaluran KUR senilai Rp. 10 triliun

dalam 5 tahun yang libatkan bank, swasta dan lembaga penjaminan;

10.Mobilisasi sumber pembiayaan di luar APBN dan APBD untuk membiayai

pembangunan. Ini terkait pembangunan infrastruktur, listrik, ketahanan pangan yang klop

dengan segi pembiayaan dan investasi;

11.Perubahan iklim dan lingkungan hidup, yaitu intensifkan pemberontasan pembalakan

hutan, menjaga hutan lindung dan mencegah kebakaran hutan serta kelestarian terumbu

karang;

12.Reformasi kesehatan. Prioritasnya bukan lagi berobat gratis, melainkan sehat gratis

bagi warga miskin. Maka fasilitas kesehatan masyarakat harus lebih diberi penguatan

kapasitas dan kapabilitas;

13.Reformasi pendidikan. Memastikannya ada keterkaitan antara hasil lembaga pendidikan

dengan kebutuhan dunia usaha selaku pasar tenaga kerja;

14.Peningkatan kesiapan penanggulangan bencana dengan membentuk satuan khusus

dengan segala fasilitas yang dibutuhkan dan siap setiap saat diterjunkan ke berbagai lokasi

bencana;

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 38: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

15.Sinergi antara pusat dan daerah yang bisa mencegah pemborosan. Sinergi meliputi

jajaran pemerintah, kegiatan pembangunan ekonomi, kesejahteraan, hukum dan

keamanan.

G. Arahan Presiden Republik Indonesia tentang pengembangan Iptek

Dalam pidatonya di depan masyarakat ilmiah Indonesia tanggal 20 Januari 2010,

Presiden RI mengarahkan bahwa agar bangsa kita menjadi bangsa yang menguasai iptek,

maka kita harus bisa menempatkan inovasi sebagai urat nadi kehidupan bangsa Indonesia.

Dengan kata lain, kita harus bisa menjadi Innovation Nation, bangsa inovasi, yaitu sebuah

rumah bagi manusia-manusia yang kreatif dan inovatif.

Untuk mencapai itu, hal penting yang harus dibangun adalah sebagai-berikut:

1. Perubahan mindset, berupa pengembangan budaya unggul—a culture of excellence—baik

di birokrasi, di universitas, maupun di sektor swasta sehingga tercipta sistem dan

lingkungan nasional yang bisa melahirkan inovator-inovator yang kreatif; sikap open-mind

dan risk-taking, yang membuat komunitas iptek Indonesia harus berwawasan jauh lebih

terbuka dan lebih progresif dari masanya, dan dari masyarakat, untuk mengembangkan

ilmu dan teknologi.

2. Investasi dan Insentif. Untuk memunculkan inovasi diperlukan inkubator-inkubator di

lingkungan pemerintah, universitas, perusahaan, dan lain-lain sehingga harus ada

sumberdaya dan dana yang cukup, serta program yang berkesinambungan.

Pengembangan enterpreneurship juga harus dilakukan karena enterpreneurship identik

dengan inovasi, risk-taking, peluang, dan dinamisme. Namun dalam hal ini, kita tidak

harus selalu menjadi inventor teknologi baru tetapi dapat mencari, menyerap dan

mengembangkan teknologi baru untuk pembangunan Indonesia.

3. Kebijakan pemerintah dan kolaborasi, karena hampir semua inovasi teknologi merupakan

hasil dari suatu kolaborasi, apakah itu kolaborasi antar-pemerintah, antar-universitas,

antar-perusahaan, antar-ilmuwan, atau kombinasi dari semuanya. Karena itulah, harus

didorong upaya untuk membangun networking dan kolaborasi yang seluas-luasnya dengan

lembaga penelitian, lembaga kajian dan universitas manapun di dunia.

4. Juga diarahkan bahwa bangsa Indonesia harus menguasai teknologi yang dapat menjawab

tantangan-tantangan pokok yang dihadapi, yaitu:

1. Teknologi untuk pengentasan kemiskinan (pro-poor technology).

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 39: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

2. Teknologi hijau (green technology)

3. Teknologi pangan

4. Teknologi industri

5. Teknologi kesehatan

6. Teknologi maritim

7. Teknologi pertahanan

8. Teknologi transportasi

9. Teknologi energi

10.Teknologi masa depan.

Mengacu pada landasan idiil, landasan konstitusionil, landasan operasional (RPJPN,

RPJMN dan Peraturan Perundangan lainnya, Prioritas Nasional KIB II, dan Arahan Presiden) di

atas, maka pembangunan Iptek diharapkan berada dalam track yang benar sesuai tujuannya,

yakni bagian yang tidak terpisahkan dari upaya percepatan pencapaian Tujuan Negara, sesuai

dengan Pembukaan UUD45, yakni: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia (hankam); memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan dan ekonomi);

mencerdaskan kehidupan bangsa (pelayanan); dan turut serta menjaga ketertiban dunia),

serta meningkatkan daya saing, serta kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan

negara dalam pergaulan internasional.

Dalam rumusan yang lebih konkret, maka pembangunan Iptek diharapkan mampu:

1. Berperan penting dalam membangun kemandirian bangsa guna menciptakan sistem

pertahanan keamanan nasional yang kokoh, yang mampu melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

2. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang bernilai tambah tinggi guna meningkatkan daya

saing ekonomi nasional, dalam rangka mengurangi pengangguran dan angka kemiskinan,

serta memajukan kesejahteraan umum.

3. Mempercepat upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, tercapainya kemajuan bangsa dan

kesejahteraan kehidupan rakyat, melalui pelayanan teknologi bagi publik.

4. Memberikan solusi bagi terciptanya pembangunan berkelanjutan dalam rangka turut

berpartisipasi menangani masalah lingkungan global seperti: pemanasan global,

perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 40: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

3.1.2. Strategi Kebijakan Nasional

Untuk menjalankan 11 prioritas nasional dan prioritas terpilih dari KIB II, maka strategi

yang dipilih adalah:

[1] Sinergi kebijakan lintas sektoral (perubahan dan keberlanjutan, menghilangkan hambatan,

percepatan dan peningkatan)

[2] Kemitraan antara pemerintah dan swasta

[3] Pemerintah berperan sebagai regulator dan fasilitator

[4] Menjaga stabilitas ekonomi, politik dan keamanan

[5] Memperkuat rantai nilai perekonomian

[6] Meningkatkan akses pendidikan

[7] Meningkatkan kesehatan masyarakat.

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Riset dan Teknologi

3.2.1. Arah Kebijakan.

Urgensi untuk pembangunan Sistem Nasional Iptek tidak dapat lagi ditampik, karena

hanya ada satu pilihan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih maju, yakni

meningkatkan kemampuan, penguasaan dan kemandirian Iptek nasional. Iptek yang dimaksud

adalah Iptek yang tepat bagi solusi permasalahan nasional di segala bidang.

Seperti disebutkan sebelumnya, kontribusi teknologi yang nyata terhadap upaya-upaya

mensejahterakan masyarakat dan memajukan peradaban akan terwujud apabila terbangun

sebuah sistem yang mengatur hubungan antara unsur-unsur yang mampu menyediakan iklim

yang mendorong inovasi di tanah air yang dikenal sebagai sebuah Sistem Inovasi Nasional

(SINas). Karena itulah arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi adalah

menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, dan

menciptakan iklim yang kondusif guna terwujudnya SINas melalui: [1] Kelembagaan

Iptek yang efektif, [2] Sumberdaya Iptek yang kuat, [3] Jaringan antar-kelembagaan Iptek

yang saling memperkuat (mutualistik), [4] Relevansi dan produktivitas Iptek yang tinggi, dan

[5] Pendayagunaan Iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Sistem Inovasi Nasional adalah jaringan antar institusi publik dan swasta dalam suatu

wilayah nasional (SINas) dan daerah (SIDa) yang berinteraksi secara koheren dalam lingkup

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 41: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

kegiatan memproduksi pengetahuan, menerapkan dan mendiseminasikan sehingga

menghasilkan manfaat nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Para aktor utama yang

menggerakkan Sistem Inovasi Nasional adalah perguruan tinggi, industri, dan lembaga

litbang; sedangkan aktor pendukung terdiri dari pemerintah (nasional dan daerah), lembaga

pembiayaan (pendanaan ventura), konsumen (end user), lembaga intermediasi, lembaga

paten dan sertifikasi, lembaga diklat dan lain-lain.

Ada berbagai komponen yang berinteraksi membentuk SINas diantaranya adalah

wirausaha (entrepreneur), penemu (inventor) dan peneliti. Entrepreneur berkontribusi dalam

menarik investor (domestik dan internasional) dengan skema pendanaan alternatif selain

perbankan (venture capital). Inventor dan peneliti terkait dengan sistem inovasi yang lebih

luas (global, regional dan nasional). Secara nasional paling tidak ada 3 elemen dasar yang

membangun efektivitas bekerjanya SINas, yaitu:

1. Kapasitas pendidikan dan pelatihan yang menghasilkan SDM berkualitas,

2. Kapasitas investasi yang terbangun oleh adanya iklim kondusif bagi industri berbasis ilmu

pengetahuan, serta

3. Kapasitas kelembagaan inovasi (riset, bisnis dan universitas).

Dari hasil Rakornas Ristek 2008, disepakati bahwa kerangka kebijakan inovasi nasional

terdiri atas 6 (enam) agenda kebijakan inovasi pokok, yaitu:

a. Mengembangkan (reformasi) kerangka umum yang kondusif bagi perkembangan inovasi

dan bisnis: misalnya penataan insentif pajak (insentif struktural) bagi aktivitas inovasi;

penetapan kepastian peraturan perundangan pembiayaan berisiko (risk capital, seperti

modal ventura); penataan kebijakan perijinan investasi dan bisnis; pengembangan standar

atau ketentuan teknis-teknologis dan pengembangan kelembagaan khusus tertentu,

reformasi peraturan perundangan yang menghambat atau yang dinilai kurang efektif/tidak

sesuai lagi.

b. Memperkuat kelembagaan dan daya dukung litbang Iptek dan meningkatkan kemampuan

absorpsi dunia usaha, khususnya UKM: misalnya reformasi kelembagaan Iptek/inovasi;

peningkatan kualitas SDM dan insentif non-struktural; pengembangan pusat-pusat

unggulan (center of excellence); dan pengembangan kapasitas teknologis dan bantuan

teknis (technical assistance) bagi dunia usaha (terutama pelaku UKM).

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 42: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

c. Menumbuh kembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik

baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa: misalnya penguatan kelembagaan intermediasi

dan aliansi strategis antarpelaku; dan pengembangan Pusat Inovasi UMKM.

d. Mendorong Budaya Kreatif - Inovatif: misalnya peningkatan apresiasi atas karya kreatif-

inovatif; edukasi dini dan dukungan pengembangan technopreneurship; pengembangan

standar literasi teknologi; migrasi ke penggunaan TIK legal; dukungan bagi perlindungan

hukum dan pengembangan indigenous knowledge/technology.

e. Menumbuh kembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan

klaster industri nasional dan daerah: misalnya program kolaboratif pengembangan industri

unggulan dan strategis nasional-daerah; percontohan e-development daerah;

f. Penyelarasan dengan perkembangan global: misalnya kerjasama teknis regional dan

internasional; pengembangan interoperabilitas (adopsi dan adaptasi) dalam bidang yang

telah menjadi kesepakatan internasional (misalnya implementasi teknologi baru CNS/ATM

system dalam sistem manajemen transportasi udara); pengembangan kapasitas nasional-

daerah bagi antisipasi implementasi open standar technology.

Kementerian Riset dan Teknologi beserta jajaran LPNK di bawahnya

merencanakan dan telah memprakarsai langkah-langkah awareness campaign

(sosialisasi), pendampingan (technical assistance), dan diklat, serta upaya

membangun konsensus nasional-daerah untuk menyusun agenda sinergis atas dasar

common platform tersebut. Penguatan kelembagaan juga telah dilaksanakan antara

lain melalui kerjasama dan bantuan teknis dalam pengembangan DRD (Dewan Riset

Daearah) di beberapa daerah. Peningkatan dan perluasan upaya ini akan

dikembangkan lebih lanjut di waktu mendatang.

3.2.2. Strategi Kebijakan

Tugas pokok, fungsi dan kewenangan Kementerian Riset dan Teknologi diarahkan untuk

menjalankan peran intermediasi dalam pembangunan Sistem Inovasi Nasional (SINas), yakni:

1. Mengkoordinir kebersamaan lembaga penelitian dalam aspek perumusan kebijakan dan

implementasi kebijakan di bidang litbang Iptek (supply-push technology).

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 43: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

2. Mempromosikan hasil litbang Iptek untuk didayagunakan bagi kemajuan dan

kesejahteraan masyarakat.

3. Menyerap kebutuhan masyarakat (termasuk pasar) dalam rangka mengarahkan aktivitas

litbang Iptek (demand-driven approach).

Peranan intermediasi ini penting untuk dilaksanakan dengan pendekatan manajemen

yang efektif dan efisien, karena ditengarai adanya beberapa permasalahan di lapangan seperti

adanya tumpang tindih program dan anggaran, Agenda Riset Nasional (ARN) yang masih

belum diacu secara penuh oleh stake-holders pembangunan Iptek, efek sinergi yang lemah,

sehingga pembangunan Iptek nasional menjadi lambat, marjinal, dan tidak terkoordinasi

dengan baik.

Strategi yang akan dijalankan oleh KRT dalam menjalankan peran intermediasi dan

fungsi “koordinasi” dan “sinkronisasi” kelembagaan litbang (LPNK, LPD, Pemda,

Swasta/industri/badan usaha, dan perguruan tinggi) dan program litbang adalah dengan

menjalankan sinergi fungsional, yaitu sinergi yang mengedepankan kebersamaan antar

berbagai pemangku kepentingan dalam menjalankan fungsi-fungsi kelitbangan Iptek.

Orientasi untuk melakukan sinergi fungsional ini sesuai dengan UU 39/2008 tentang

Kementerian Negara Pasal 25, yaitu ayat (1): “Hubungan fungsional antara Kementerian dan

lembaga pemerintah non-kementerian dilaksanakan secara sinergis sebagai suatu sistem

pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan", dan ayat (2):”Lembaga pemerintah non-kementerian berkedudukan di

bawah Presiden dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui menteri yang

mengkoordinasikan.”

Pendekatan koordinasi dan sinkronisasi secara sinergi fungsional diharapkan mampu

menerobos kebuntuan struktural melalui upaya membangun kebersamaan dalam menjalankan

tupoksi untuk meningkatkan binding energy di antara pemangku kepentingan Iptek.

Dengan sinergi fungsional yang baik, maka hasil litbang dan penemuan Iptek yang

dikembangkan lembaga penelitian baik di lembaga riset pemerintah maupun perguruan tinggi

dapat diupayakan mampu melintasi “Lautan Kemubaziran“ untuk didayagunakan. Proses

melintasi "Lautan Kemubadziran" adalah sebuah proses pengembangan produk dari hasil

temuan dan litbang Iptek untuk bisa dikomersialkan atau didayagunakan untuk memenuhi

kebutuhan industri maupun masyarakat pengguna lain. Dalam hal ini KRT menempatkan posisi

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 44: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

sebagai “nakhkoda” untuk mendorong proses pendayagunaan berbagai hasil litbang Iptek

menjadi produk inovasi yang bernilai tambah tinggi (value creation), merubah orientasi

pengembangan teknologi yang bersifat supply-push menjadi demand-driven dalam bingkai

Sistem Inovasi Nasional (SINas).

Prinsip penggalangan kompetisi dan kerjasama untuk membangkitkan industri hasil

inovasi dilakukan dengan cara mengelola interaksi serta hubungan-hubungan antar elemen

pendukung. Karena, selain upaya ke dalam, yakni bagaimana mengefektifkan interaksi antar

lembaga-lembaga penghasil teknologi (LPNK Ristek, Balitbang Dep, daerah serta Perguruan

Tinggi), tetapi juga penting interaksi ke luar dengan dunia usaha, agar inovasi dapat mewujud

dalam penyediaan barang dan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.

Kementerian Riset dan Teknologi berupaya memfasilitasi interaksi antar LPNK di bawah

koordinasi KRT, serta interaksi dengan lingkungan eksternal. Dalam kaitan dengan lingkungan

eksternal yang mempengaruhi efektifitas SINas, maka tidak semua kendali SINas berada

dalam portofolio KRT, karena menyangkut sistem yang lebih luas seperti: sistem pendidikan,

keuangan, pajak dan moneter, hukum, HKI, dll. Ini semua berada dalam kendali berbagai

kementerian lain.

Sebagai contoh UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan

Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang diikuti oleh aturan pelaksanaan di

bawahnya. Kenyataannya, koherensi antar peraturan tersebut dengan Peraturan Pemerintah

yang mengatur Keuangan Negara masih perlu di harmonisasikan. Misalnya Peraturan

Pemerintah RI No. 20/2005 Tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Kegiatan

Penelitian Dan Pengembangan Oleh Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan

Pengembangan, maupun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35/2007 Tentang

Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha Untuk Peningkatan Kemampuan

Perekayasaan, Inovasi, dan Difusi Teknologi. Dalam implementasinya, dua PP ini sangat

bergantung kepada UU Keuangan Negara dan perangkat aturan di bawahnya, yang masih

perlu diselaraskan agar tidak saling meniadakan.

Kunci keberhasilan implementasi penguatan sistem inovasi di suatu negara adalah

koherensi kebijakan inovasi dalam dimensi antarsektor dan lintas sektor; antar waktu

(intertemporal); dan nasional-daerah (inter teritorial), daerah-daerah, dan internasional.

Dalam perspektif hubungan nasional-daerah, koherensi kebijakan inovasi dalam penguatan

SINas di Indonesia perlu dibangun melalui kerangka kebijakan inovasi (innovation policy

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 45: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

framework) yang sejalan, dengan sasaran dan milestones terukur, serta komitmen

sumberdaya yang memadai pada tataran nasional maupun daerah sebagai common platform.

Dalam kasus pelaksanaan program yang bersifat top-down, seperti Kontrak Kinerja

Menteri, Program 5 Tahun (P5T), 11 Program Prioritas Nasional, dan 15 Program Pilihan

Presiden, yakni yang berkaitan dengan peningkatan ketahanan dan produksi pangan; industri

pertahanan, pengembangan energi alternatif, pengembangan teknologi untuk daerah

perbatasan dan rawan bencana dll., maka Kementerian Riset dan Teknologi berperan dalam

aspek perumusan kebijakan nasional, koordinasi pelaksanaan kebijakan yang memberikan arti

adanya sinkronisasi program - termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi yang akan

disampaikan kepada Presiden. Sementara LPNK di bawah koordinasi KRT berperan dalam

merumuskan kebijakan dibidangnya dan melaksanakan program-program ini sesuai dengan

tupoksinya masing-masing dan bekerja di bawah koordinasi, supervisi, sinkronisasi dan monev

Kementerian Riset dan Teknologi.

Secara umum strategi sinergi fungsional dalam kerangka Visi dan Misi serta tujuan dan

sasaran Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 bisa digambarkan dalam sebuah bagan

pada Gambar-3.2.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 46: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Gambar-3.2 Pola pikir sinergi fungsional dalam kerangka Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014

3.2.3. Program

Berdasarkan arah kebijakan pembangunan Iptek Nasional maupun arah kebijakan

Kementerian Riset dan Teknologi yang menekankan pentingnya membangun sebuah Sistem

Inovasi Nasional, maka Program KRT selama 5 tahun ke depan adalah “Peningkatan

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 47: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Kemampuan Iptek Nasional untuk Penguatan Sistem Inovasi Nasional”. Dalam hal ini

pembangunan Iptek diarahkan untuk meningkatkan unsur-unsur Sistem Inovasi Nasional,

yakni: Kelembagaan, Sumber Daya, dan Jaringan Iptek, di samping penguatan core business

Iptek itu sendiri, yakni Relevansi dan Produktivitas Iptek serta Pendayagunaan Iptek.

Dengan demikian, maka 5 sub program pembangunan Iptek tahun 2010 – 2014 adalah:

1. Penguatan Kelembagaan Iptek, diarahkan bagi meningkatkan kualitas

kelembagaan Iptek, antara lain dicapai melalui kegiatan arah pengembangan

kelembagaan Iptek, penataan kelembagaan Iptek, penguatan kompetensi lembaga

Iptek, pengembangan sistem legislasi Iptek, pengembangan budaya dan etika Iptek.

2. Penguatan Sumber Daya Iptek, diarahkan untuk meningkatkan kapasitas

sumberdaya Iptek, yang dicapai melalui kegiatan peningkatan SDM Iptek peningkatan

sarana dan prasarana Iptek, peningkatan investasi Iptek, pengembangan data dan

informasi Iptek, peningkatan kekayaan intelektual dan standardisasi.

3. Penguatan Jaringan Iptek, diarahkan untuk penguatan jaringan Iptek yang dicapai

melalui kegiatan penguatan jaringan antar penyedia Iptek, pengembangan jaringan

antar penyedia dengan pengguna Iptek, penguatan hubungan penyedia Iptek dengan

lembaga regulasi, penguatan jaringan pusat dan daerah, penguatan jaringan Iptek

internasional.

4. Relevansi dan Produktivitas Iptek, diarahkan untuk menyelaraskan antara

kapasitas Iptek dengan kebutuhan pengguna dan meningkatkan produktivitas Iptek

yang dicapai melalui kegiatan pemetarencanaan Riptek nasional, pengembangan

Riptek prioritas, peningkatan produktivitas Riptek strategis, peningkatan produktivitas

Riptek masyarakat, peningkatan produktivitas Riptek industri.

5. Pendayagunaan Iptek, diarahkan untuk meningkatkan pendayagunaan hasil

litbangyasa nasional yang dicapai melalui kegiatan analisis kebutuhan Iptek nasional,

pendayagunaan Iptek masyarakat, pendayagunaan Iptek strategis, pendayagunaan

Iptek industri kecil menengah, dan pendagunaan Iptek industri besar.

Sesuai dengan tupoksinya, maka kegiatan dalam program KRT meliputi 2 kegiatan

besar yaitu kegiatan kajian untuk perumusan kebijakan dan kegiatan non kajian untuk

menjalankan peran mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan implementasi kebijakan.

Dengan demikian, isi dari kelima sub program utama di atas akan terdiri dari dua jenis

kegiatan ini yang kemudian menjadi instrumen dalam melaksanakan strategi sinergi fungsional

antar berbagai pemangku kepentingan pembangunan iptek guna mencapai tujuan yang

diharapkan.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 48: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

Karena itu, kegiatan yang akan menjadi instrumen untuk melaksanakan sinergi

fungsional dalam rangka pembangunan sebuah SINas ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan Iptek untuk menguatkan Sistem Inovasi Nasional yang meliputi:

a. Penguatan kelembagaan Iptek: [1] Pembangunan pusat unggulan Iptek berlevel

internasional, [2] Penerapan organisasi dan manajemen profesional di lembaga

litbang, [3] Restrukturisasi dan penataan kelembagaan Iptek, [4] Regulasi untuk

sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan, [5] Membangun sistem reward and

punishment, dan [6] Menciptakan dan meningkatkan pemahaman teknologi di

masyarakat

b. Penguatan sumberdaya Iptek: [1] Meningkatkan investasi litbang khususnya

investasi R&D swasta, [2] Meningkatkan produktivitas dan jumlah SDM litbang, [3]

Meningkatkan sarana dan prasarana litbang, [4] Optimalisasi pemanfaatan kekayaan

intelektual,.

c. Penguatan jaringan Iptek: [1] Memperkuat jaringan kelembagaan dalam dan luar

negeri, [2] Membangun infrastruktur penghubung Iptek-industri (science and

technopark, lembaga intermediasi, modal ventura, inkubator, pusat purwarupa

(prototype center), dll),

d. Peningkatan relevansi dan produktivitas Iptek: [1] Penajaman fokus bidang Iptek

dalam mendukung ketahanan pangan, energi, hankam, ICT, transportasi, kesehatan

dan obat, serta material maju, dan mendorong pertumbuhan klaster-klaster industri

unggulan serta merespon isu perubahan iklim, [2] Kerjasama riset pemerintah,

perguruan tinggi dan swasta, [3] Reorientasi pelaksanaan riset: riset terpadu, alih

pengetahuan, human capital, UKM, aliansi riset national/regional/international .

e. Peningkatan pendayagunaan Iptek: [1] Penguatan kapasitas adopsi teknologi di

sektor produksi, [2] Peningkatan promosi, difusi dan diseminasi hasil litbang, [3]

Optimalisasi proses alih teknologi (FDI, lisensi, sistem procurement), [4] Peningkatan

inovasi dan kreativitas pemuda.

2. Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi

a. Koordinasi: breakfast meeting LPNK, konsorsium riset per bidang, Rapim, Rakor

LPNK Ristek, Rakornas Iptek, forum riset internasional

b. Fasilitasi: pemanfaatan lab bersama, perpustakaan on-line, data base teknologi dan

KI, sistem informasi litbang, beasiswa, peningkatan sarpras, fasilitasi HKI

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 49: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

c. Riset Unggulan Bersama (7 bidang fokus + 11 Prioritas Nasional KIB II):

sistem insentif, riset strategis, riset tematik

d. Diseminasi: diseminasi Iptek di daerah, pusat informasi Iptek, inovasi pemuda

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

Page 50: MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA ...

BAB IV

PENUTUP

Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 ini akan menjadi acuan

utama dalam penyusunan program kerja tahunan, sehingga akan lebih terarah dan terencana

dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta lebih efisien dalam pelaksanaannya, baik

dipandang dari aspek pengelolaan sumber pembiayaan maupun dalam percepatan waktu

realisasinya.

Kegiatan-kegiatan yang mendukung prioritas nasional tentu akan selalu diutamakan,

selain kegiatan-kegiatan yang secara langsung menjadi tanggung jawab dan sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi Kementerian Riset dan Teknologi. Namun demikian, untuk hal-hal

yang bersifat mendesak akan tetap dipertimbangkan untuk diprogramkan sesuai dengan skala

urgensinya dan ketersediaan dukungan pembiayaannya.

DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS