Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR...

51
RISALAH PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU DAN DOSEN DALAM PEMBICARAAN TING KAT I Masa Persidangan Tahun sidang Rapat Ke Jenis Rapat Sifat Rapat Dengan Hari/Tanggal Waktu Tern pat Ketua Rapat Sekretaris Ac ara Had i r 292 : I : 2005-2006 : Rapat Kerja : Terbuka Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Hukum dan Hak. Asasi Manusia : Rabu, 28 September 2005 14.15 WIB - 16.45 WIB Ruang Rapat Komisi X DPR RI, Gedung N usantara I Heri Akhmadi/Ketua komisi X DPR- RI H. Agus Salim, SH/Kabagset Komisi X DPR-RI l. Membahas materi DIM RUU tentang Guru dan Dosen; 2. Lain-lain. 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI

Transcript of Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR...

Page 1: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

RISALAH

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

GURU DAN DOSEN

DALAM PEMBICARAAN TING KAT I

Masa Persidangan Tahun sidang Rapat Ke Jenis Rapat Sifat Rapat Dengan

Hari/Tanggal Waktu Tern pat

Ketua Rapat

Sekretaris

Ac ara

Had i r

292

: I : 2005-2006

: Rapat Kerja : Terbuka

Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Hukum dan Hak. Asasi Manusia

: Rabu, 28 September 2005 14.15 WIB - 16.45 WIB Ruang Rapat Komisi X DPR RI,

Gedung N usantara I Heri Akhmadi/Ketua komisi X DPR­RI H. Agus Salim, SH/Kabagset Komisi X DPR-RI l. Membahas materi DIM RUU

tentang Guru dan Dosen; 2. Lain-lain. 41 Anggota dari 48 orang Anggota

Komisi X DPR RI

Page 2: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

Had ir : Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Hukum clan Hak Asasi Manusia beserta jaj arannya

A. Anggota Fraksi Partai Golkar: I. Prof.Dr.H. Anwar Arifin 2. Antarini Malik. 3. Drg. H. Tonny Aprilani, M.Sc. 4. Ferdiansyah, SE,MM 5. GBPH. H. Joyokusumo 6. Dra.Hj. Faridah Efendy 7. Drs.H.M. Irsyad Sudiro 8. H. Gusti Syamsumin 9. Drs. Trulyanti Habibie Sutrasno, M.Psi.

B. Anggota Fraksi-Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : I . H. Herl Akhmadi 2. Drs.H. Soeratal HW 3. Dra. Elviana, M.Si 4. Ors. Eko Waluyo 5. Dr.Ir . Wayan Koster, MM 6. Dra.Hj.Noviantika Nasution 7. Taufan Tampubolon, SE. 8. Deddy Sutomo 9. Drs. H.Djoemad Tjipto Wardojo, MBA.MM

C. Anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunao l. HA.Chudlary Syafii Hadzami, S. Sos. 2. Ors. Lukman Hakim 3. H. Daromi lrdjas, SH. M.Si. 4. Drs.H.A. Hafidz Ma'soem

D. Anggota Fraksi Pa rtai Demokrat : l. Dr. H. Tata Zainal Muttaqin, MM 2. Ors. Balkan Kaplale 3. H. Nurul Qomar 4. Anita Yacoba Gah 5. Angelina Sondak SE

293

Page 3: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

E. Anggota Fraksi Partai Amanat Nasional : 1. M. Joko Santoso, S.Sos 2. Ors. Munawar Sholeh 3. H. Ade Firdaus, SE

F. Anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa : l. H.M. Dachlan Chudorie 2. Masduki Baidlowi 3. Ora. Hj. Anisah Mahfud 4. Ors. Mufid Rahmad 5. Abdul Hamid Wahid, M.Ag.

G. Anggota Fraksi Keadilan Sejahtera : l. Aan Rohanah, M. Ag. 2. Yusuf Supendi, Le. 3. Zuber Safawi, Shi 4. Ors.Abdi Sumaithi, SE.

H. Anggota Fraksi BPD : 1. Muhammad Zainul Majdi, MA 2. Drs.H.Mudaffar Syah

I. Anggota Fraksi PDS : l. Ruth Nina M Kendang, SE.

J. Anggota Fraksi PBR : l. h. Is. Anwar Datuk Rajo Perak

(RAPAT DI BUKA PUKUL 14.15 WIB)

KETUA RAPAT (IR. H. HERi AKHMADI/F-PDIP):

Assalamu 'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakaatuh. Salam sejahtera bagi kita semuanya dan selamat siang.

Menurut laporan dari Sekretariat hari ini telah hadir menandatangani daftar hadir sebanyak 2 7 orang Anggota, dengan demikian maka Rapat Kerja Komisi X dengan wakil dari Pemerintah yaitu Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Hukwn dan HAM telah kourum dan dengan itu saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

294

Page 4: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

Acara tunggal kita hari ini kalau disetujui oleh Bapak/Ibu sekalian adalah laporan dan pengesahan basil Panja Guru yaitu untuk merumuskan naskah,jadi bukan persetujuan akhir, untuk merumuskan naskah tunggal sebagai bahan untuk melakukan konsultasi publik pada masa reses yang akan datang ini. Saya kira ini acara rapat kita ini. B isa disetuj ui?

(RAPAT : SETUJU)

Untuk itu akan kami laporkan lebih dahulu proses dari Panja itu sendiri. Sesuai dengan mandat yang diberikan oleh Rapat Kerja yang lalu yang sebelumnya, maka Panja ditugaskan untulc menyisir dan merumuskan hal-hal yang pokok dari Rancangan Undang-Undang Guru dan Dosen dan kemudian ditetapkan menjadi satu rumusan tunggal sebagai bahan konsultasi.

Dalam rangka menjalankan tugasnya tersebut, maka Panja telah melakukan:

Rapat Panja yang dilakukan pada awalnya satu kali yaitu pada tanggal 16 sampai 18 Tim Ahli bersama Komisi dan DPR berusaha melakukan penyisiran dan sinkronisasi dan kemudian dilanjutkan pada tanggal 21 dibahas di dalam Panja. Dalam Rapat Panja itulah dipaparkan hasil kerja dari Tim Ahli Komisi dan Diknas (Pemerintah) yang kemudian disepakati materi yang ada tersebut dimatangkan oleh Tim Kecil. Tim Kecil tersebut dibentuk berdasarkan kesukarelaan dari Pimpinan dan Anggota Komisi X bersama-sama dengan tim Pemerintah.

Dari pihak DPR adalah Heri Akhmadi, Prof. Anwar, lrsyad Sudiro, Ebby Djauharie, Wayan Koster, Eko Waluyo, Muchtar Azis, Balkan Kaplale, Ade Firdaus, Munawar Sholeh, Dachlan Chudorie, Aan Rohanah, Mudaffar Syah, dan Ruth Nina Kedang, semuanya Tim Kecil. Kemudian bersama tim yang sudah disiapkan oleh Pemerintah.

Tim Kecil bekerja dari tanggal 23-25 September 2005 dan telah berhasil melakukan penyisiran dan mempersiapkan satu draf tunggal dan draf sandingan yaitu draf sandingan yang bentuknya seperti ini. Sandingan yang terdiri dari naskah asli, usulan perbaikan Pemerintah, dan perbaikan atau rumusan dari Tim Kecil. Bersama dengan itu juga oleh Tim Kecil juga bagian yang kolom ketiganya disiapkan juga dalam bentuk yang terurai kebawah. Dianggap ini yang mempermudah di dalam pembahasannya. Jadi ini yang sudah dihasilkan.

Kemudian tanpa jeda waktu, setelah Tim Kecil tersebut menyelesaikan tugasnya maka dilanjutkan pada tanggal 26 September kemarin Tim Panja bekerja kembali. Senin kemarin kita mulai sore sampai dengan malam, kita menyisir separuh lebih dan kemudian kemarin kita sedianya melanjutkan acara tersebut.

295

Page 5: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

Narnun demikian karena adanya sidang yang sangat panjang di DPR maka Panja tadi malarn batal untulc melaksanakan tugasnya. Namun demikian saya laporkan bahwa pada kerja hari Senin sampai pukul 23 .00 Wib pun sesungguhnya telah mencapai Bab 9. Jadi dari total babnya sudah dibahas itu sampai halaman 18 yang buku memanjang, padahal keseluruhan itu sebenarnya hanya 22 halaman. Dan dibagian belakang ini sebenarnya sudah banyak yang tetap-tetap saja. Jadi itu hanya sampai di sana.

Dari sini kami sampai pada usulan rapat ini, di dalarn proses pembahasan secara keseluruhan ini sesungguhnya hanya tinggal tujuh masalah yang belum terselesaikan. Kami mengusulkan bahwa rapat ini pun nantinya hanya pengesahan dari draf, draf ini kita pakai dari bahan konsultasi publik dan nanti masih harus kita mandatkan lagi kembali kepada Panja, maka dari Panja mengusulkan bahwa yang kita bahas pada hari ini adalah tujuh materi yang belum bisa diselesaikan oleh Panja tersebut. Saya kira demikian laporan dan pengantar saya untuk diskusi sekarang ini. Dan saya kira Pemerintah sudah memberikan catatan dari yang 7 tersebut Dan mungkin itu yang kami usulkan kalau memang Pemerintah setuju maka kita juga bisa memulai dengan masalah tersebut. Pak Anwar ingin menambahkan? Cukup?

Silahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH:

Kami setuju dengan itu. Kita batasi saja pada tujuh masalah yang masih belum disepakati,saya kira itu saja.

KETUA RAPAT :

Demikian teman-teman sekalian, setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Dengan demikian kami persilahkan dari pihak Pemerintah untuk menyampaikan dari tujuh materi yang sebenarnya sudah diedarkan juga dalam bentuk tertulis di lembaran yang biru. Materi pokoknya sudah dimuat. Di sini termuat ada tujuh orang.

Kami persilahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH :

Kami persilahkan Saudara Ketua Tim Panja dari sisi Pemerintah untuk menyampaikannya. Silahkan.

296

Page 6: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

KETUA PANJA DARI PEMERINTAH :

Terima kasih Pak Menteri.

Bapak/Ibu yang saya hormati,

Dalam point pertama ini kita mengusulkan bahwa kompetensi padegogi, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional serta kompetensi sosial yang menjadi ciri-ciri dari guru yang profesional itu dimasukan ke dalam Pasal 6 ayat (3) tapi ke dalam pasal dari RUU ini. Dalam lim Panja mengemuka usulan sebaiknya tidak usah di dalam Undang-Undang tapi dimasukan ke dalam penjelasan saja.

KETUA RAPAT:

Itu usul nomor pertama Bapak/Ibu sekalian, bisa dilihat di halaman Pasal 6 halaman 5 dan halaman 6 disana dituliskan seluruh kualifikasi itu yang kemudian keinginannya adalah karena penjelasan tambahannya tadinya diuraikan secara panjang lebar. Tapi dengan demikian kita mengusulkan karena kelewat kepanjangan jadi mungkin bisa dibaca kembali.

Mulai Pasal 6 ayat (I) sampai (5) itu untuk masuk di dalam penjelasan. Untuk kompetensi itu tadinya ada uraian panjang untuk kemudian disingkatkan saja menjadi penjelasan dari Pasal 6 ayat (3) sebagaimana dilihat di halaman 6. Bisa disetujui teman-teman sekalian?

Silahkan Pak.

WAKIL KETUA (PROF.DR.ff. ANWAR ARIFIN,S.IP DIDS/F-PG):

Pada prinsipnya setuju, cuma inikan untulc perguruan tinggi ini tidak diatur. Perguruan tingginya kan tidak ada, jadi seolah-olah bahwa perguruan tinggi itu tidak perlu diatur. Jadi sebaiknya kalau ini mau dimasukan, ini dilengkapi jangan sampai mengatur TK sampai SMA saja, lalu perguruan tinggi bagaimana?

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Jadi di dalam penjelasan nanti juga ditambahkan kualifikasi untuk dosen. Ayat (3) saya bacakan : Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi padegogi, kompetensi profesional dan lain-lain itu nantinya ada satu penjelasan juga mengenai pasal yang terkait dengan dosen. Saya kira ini bisa diterima ya. Setuju semuanya untuk diterima?

297

Page 7: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

(RAPAT : SETUJU)

Berikutnya dari Pemerintah kami persilahkan.

PEMERINTAH :

Yang kedua, walaupun sebetulnya sudah ada di dalam SMP tapi kami ingin mengulang agar kualifikasi akademik dan sertifikat profesi guru ini disetiap jenjang, jadi ada nanti kualifikasi akademik dan sertifikat profesi untuk TK, SD, SMP, SMA dimasukan dalam Undang-Undang. Sehingga nanti nampak bahwa ~ru yang profesional itu betul-betul memenuhi kualifikasi akedemik dan sertifikasi profesi. Untuk itu Pemerintah mengusulkan ada tambahan pasal. Tapi di dalam Panja mengemuka pendapat bahwa itu terlalu teknis untuk dimasukan dalam Undang-Undang dan itu juga sudah masuk di dalam standar nasional pendidikan, maka diusulkan itu dipindahkan saja atau dianggap sudah diakomodir oleh standar nasional pendidikan.

Bedanya mungkin satu, karena di dalam standar nasional pendidikan itu istilah minimal 36 Satuan Kredit Semester untuk pendidikan profesi itu belum ada. Hanya kualifikasi akademik clan pendidikan profesinya saja. Ini terpulang pada forum yang terhormat untuk memberikan masukannya dan memutuskan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Saya jelaskan <lulu, bahannya bisa diperhatikan mulai dari halaman 6. Jadi Pemerintah mengusulkan 4 pasal tambahan, yaitu mulai Pasal 8, Pasal 9,Pasal 10, dan Pasal 11 yang kesemuanya memuat kualifikasi dan kompetensi guru mulai dari SD, Menengah dan seterusnya.

Pasal-pasal ini oleh pemerintah diangkat dari SMP dari Standar Nasional Pendidikan. · keinginan Pemerintah memperkuatnya untuk dijadikan materi di dalam Undang-Undang. Di Panja kami tidak sampai pada satu kesimpulan karena itu dipending untuk dibawa ke sini. Karena tidak terjadi kata sepakat karena mayoritas dari Anggota Panja berpandangan sebaiknya kalau memang sudah diatur di SMP, tidak perlu lagi dituangkan di dalam Undang-Undang. Saya kira itu pokoknya.

Pak Anwar mungkin menambahkan, silahkan.

298

Page 8: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

WAKIL KETUA (PROF.DR.ff.ANWAR ARIFIN,S.IP DIDS/F-PG):

Jadi kalau sudah ada dalam PP, kita tam bah saja satu ayat bahwa ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah. Sehingga sudah selesai hal itu dengan sendirinya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Teman-teman sekalian.

Silahkan Pak.

ANGGOTA F-PDIP (Dr. IR.WAYAN KOSTER, MM):

Kalau hilang sama sekali tidak yang saya maksud di Panja, mungkin dia menjadi satu pasal, sangat um um mengenai kualifikasi akedernik satu ayat. Ayat berikutnya mengatur lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah. Menurut saya begitu maksudnya. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kami persilahkan pada Pemerintah, jadi memang maksudnya seperti itu. Yang hitam-hitarn ini diringkas menjadi satu pasal yang bisa merujuk pada Peraturan Pemerintah.

Silahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH :

Setuju kami.

KETUA RAPAT :

Setuju ya. Jadi kita ubah menjadi satu pasal sepenuhnya rumusannya kita serahkan kepada Pemerintah saja.

(RAPAT : SETUJU)

Terima kasih.

Kami persilahkan berikutnya nomor 3.

299

Page 9: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

PEMERINTAH :

Nomor 3 ini yang paling penting dan paling berat yaitu mengenai perhitungan gaji pokok dan tunjangan profesi guru sesuai dengan Pasal 14. Pemerintah merasa inilah yang ditunggu oleh para guru dan kenapa guru sebagai jabatan profesional ini akan terefleksi di dalam cara kita menghargai kesejahteraannya. Untuk itu Pemerintah ingin memasukan pasal-pasal mengenai gaji dan tunjangannya ke dalam pasal-pasal RUU Guru.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

lni mungkin rnembloknya agak salah, di halaman 9 Pasal 14 dan halaman I 0 itu sebenarnya yang diblok semuanya. Ayatnya itu mulai dari (I) sampai (7) itu sebenamya diblok semuanya. Kami pada waktu itu tidak terus terang dengan konsekuensi yang begitu besar ini, kami tidak berani mengambil menjadi satu kesimpulan, kecuali itu adalah sifatnya sementara. Karena kalau ini sudah terlanjur kita lempar ke publik, dosen misalkan naik 2 kali lipat, bagaimana kalau komisi lain mengajukan argumentasi misalkan Komisi VIII mengajukan Undang-Undang Kedokteran yang memberikan gaji dokter lima 5 kali lipat dari gaji pegawai biasa. ltukan jadi runyam juga karena pada waktu itu kami mengusulkan keseluruhan Pasal 14 ayat ( 1) sampai (7) tersebut harus dikonsultasikan lebih luas lagi khususnya di kalangan Pemerintah sendiri. Sementara kami juga akan mencoba berkonsultasi dari komisi yang lain. Pada intinya seperti itu. Saya khawatir begitu kita umumkan nanti konsultasi publik gaji guru kita naikan, tunjangan sebesar ini tapi ternyata nantinya Departemen Keuangan menyatakan itu tidak mungkin dan lain-lain, maka kita akan koleps.

S ilahkan Pak Balkan.

ANGGOTA F-PD (DRS. BALKAN KAPLALE):

Saya pernah mengajukan sebuah konsep atas dasar hitungan ini Pasal 14 dan 15. Ternyata yang menjadi masalah hanya Pasal 14 ayat (7). Ini yang perlu kita bahas. Yang lain-lainnya saya kira sudah oke. Cuma persoalannya sekarang perlu kita konsultasikan dengan Depkeu. Kalau itu terjadi halnya, maka Pasal 14 dan 15 sekarang ini kita angkat saja. Makanya kenapa jauh-jauh hari saya katakan bahwa antara Undang-Undang Guru dan Dosen dan Undang-Undang Guru di sinilah letaknya. Jauh-jauh hari saya sudah peringatkan. Jadi kalau terjadi kita setuju, kita konsekuen saja menghadapi masalah ini.

Terima kasih.

300

Page 10: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Jadi bagaimana Pak, sekarang ini yang kita mintakan pertimbangan dalam forum ini adalah ini kita oke, kita keluarkan sebagai materi itu setelah konsultasi atau sebelum ini disimpan maka konsultasi dengan Departemen Keuangan selesai.

Kami persilahkan pada Pemerintah :

PEMERINTAH :

Kami menyarankan untuk panja mengkonsultasikan itu terlebih dahulu dengan Departemen Keuangan. Syukur-syukur sebelum bapak reses ke daerah sudah dilakukan itu.

KETUA RAPAT :

Silahkan Mulai dai Pak Koster, kemudian Pak lrsyad, kemudian Bu Aan. Kami persilahkan Pak Koster.

ANGGOTA F-PDIP (Dr. IR. WAYAN KOSTER, MM):

Kemarin di Panja sebenamya materinya sudah didiskusikan sampai pada simulasi pada saat itu. Kalau golongan ini pegawai negeri gaji berapa dia dengan tunjangan segala macam. Memang semangat Undang-Undang ini kita ingin merubah nasibnya guru. Konsekuensinya karena guru itu sudah menjadi profesi, persyaratannya juga berat, timbulah hak-hak yang cukup berimbang.

Memang dalam hat ini diperlukan suatu terobosan clan kemauan politik tentunya, tapi karena ini juga menyangkut Departemen Keuangan saya sangat setuju dengan pendapatnya Pak Menteri tadi ini dikonsultasikan dengan Departemen Keuangan juga oleh Panja. Panjanya Pemerintah atau Panjanya Pemerintah dengan DPR. Tapi tentu dengan satu argumentasi bahwa konsep ini sedapatnya bisa dipertahankan karena ini adalah untuk guru dalam kedudukannya sebagai profesi. Jadi tidak sama dengan yang lain-lain.

Sehingga dengan demikian kalau pun nanti misalnya terjadi suatu diskusi yang mendalam, turun-turunnya tidak jauh. Kalau turunnya sama dengan kedudukan guru yang sekarang, Undang-Undang ini tidak membawa perubahan apa-apa.

Terima kasih.

301

Page 11: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

KETUA RAPAT :

Pertanyaan baliknya seandainya sampai masa reses itu kita belum bisa konsultasi dengan Menteri Keuangan, apakah ini akan kita sampaikan atau tidak? Ini tennasuk materi yang kita pending? Pending ya.

Jadi sekaligus saya memohon pihak Pemerintah mengatur yang disana kapan jadwalnya. Kita bersama Panja ini yang terdiri dari Pemerintah dan DPR untuk bisa ketemu Menteri Keuangan itu.

WAKIL KE TUA (PROF.DRH. ANWAR ARIFIN,S.IP DIDS/F-PG):

Sebenamya malam itu bukan hanya Menteri Keuangan tapi Menpan juga. Kita usulkan juga hari itu Menpan, karena ini menyangkut kepegawaian.

Terima kasih.

ANGGOTA F-PG (DRS. H.M. IRSYAD SUDIRO) :

Saya melihat di sini ada dua masalah. Pertama, kesetaraan dengan profesi­profesi lain. Inikan profesi baru, sementara sudah ada profesi-profesi yang memang resmi menjadi profesi yaitu dokter, akuntan, apoteker, psikolog, pengacara, dan notaris. Bagi mereka seperti ini ada. Saya masih ingat dulu sebagai akuntan pegawai negeri ada tunjugan kelangkaan namanya tapi tidak segeneral seperti ini. Jadi akan menimbulkan masalah secara nasional, kenapa profesi lain yang sudah eksis sejak lama. Kalau implikasinya pada beban negara, ini tidak akan besar. Karena ini hanya untuk mereka yang sudah memenuhi kualifikasi profesi akademik maupun sertifikat profesi. lni baru akan generasi pertama yang bisa menikmati.

Dugaan saya paling cepat barn dua tahun lagi baru ada segelintir profesi yang akan menikmati kemewahan ini. Ke depan kita bisa atur sebenamya, be ban negara akan seberapa besar itu akan bisa kita atur. Jadi tidak akan sedrastis itu pada bebannya pada keuangan negara. Hanya yang mengkhawatirkan bahwa ini akan merembet. Profesi lain tentu akan menuntut dan itu profesi yang jauh lebih eksis dari guru. Inikan profesi baru dan masyarakatjuga masih meragukan. Bagaimana dengan profesi yang sudah mapan dan keberadaannya sudah jelas. Mereka sudah menjadi kelas menengah riil di masyarakat. Sementara inikan belum. Jadi itu permasalahannya.

Terima kasih.

302

Page 12: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

KETUA RAPAT :

Terima kasih.

Jadi pada intinya alasan tadi alasan tambahannya. Kita ingin bahwa Pemerintah mengupayakan pertemuan konsultasi khususnya mengenai ayat (2), (3),dan (4) khususnya itu dan selebihnya bisa kita publikasikan. Ayat (2) ,(3), ( 4) ini kalau bisa sebelum atau dalam waktu secepat-cepatnya sebelum kawan­kawan semuanya itu melakukan kunjungan kerja dan itu waktunya tinggal sampai hari Jumat.

WAKIL KETUA (PROF.DR.II. ANWAR ARIFIN,&IP DIDS/F-PG):

Terima kasih Pak Ketua.

Saya tambah sedikit lagi, <lulu saya yang mimpin rapat ini. Yang memang sudah ada beberapa substansi yang sudah disepakati dengan catatan konsultasi dengan Menteri Keuangan dan Menpan. Kedu~ waktu itu sekali kita mengatur bukan hanya guru negeri tapi juga yang lain. Waktu itu ada yang minta bahwa tunjangan kepada guru swasta itu juga ditanggung oleh swasta. Akhimya waktu itu saya minta persetujuan sidang dan disepakati bahwa Pasal 14 dan 15 ini diserahkan kepada satu Tim Perumus waktu itu untuk memformulasikan kembali bagaimana itu untukkita bicarakan kembali. Jadi saya setujudengan kesimpulan kita bahwa ini kita rumuskan kembali setelah konsultasi dengan Pemerintah, Menteri Keuangan dan Menpan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Diserahkan nanti kepada Tim Perumus.

S ilahkan Pak Irsyad.

ANGGOTA F-PG (DRS. H.M. IRSYAD SUDIRO):

Terirna kasih Ketua.

Bapak Menteri dan para peserta rapat sekalian.

Memang ini satu hal yang sangat ditunggu-tunggu dan ini menentukan apakah Undang-Undang ini mempunyai makna yang signifikan atau tidak khususnya di mata guru dan dosen disamping yang lain-lain. Oleh karena itu karena ini Undang-Undang, menurut saya harus betul-betul bisa berperan dalam lingkup strategis dalam lingkup yang memang sesuai atau pas dengan porsi

303

Page 13: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

Undang-Undang. Kalau rincian bagaimana dicantumkan konsep ayat (2), (3),( 4) ini, ini nanti akan ada masalah yang pertama antar PNS atau antar profesi. Yang kedua, juga antara guru dosen PNS dan swasta. Dan a1can parah sekali swasta ini kalau nanti ada kualifikasi harus mengacu kepada guru PNS.

Yang kedua, antara Dilrnas dan Depkeu dan juga dengan Menpan, saya kira ini saya sudah setuju dengan apa yang sudah dirumuskan. Dilain pihak kalau kita tidak mengatur secara minimal penghasilan ini, ini juga akan mengurangi makna dan tidak ada pengaruh apa-apa terhadap guru, soalnya sementara ini kalau untuk Ayat (I) ini tidak ada masalah, ayat I ini mengandung makna bahwa penghasilan yang pantas dan memadai sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 Ayat (1) meliputi, Gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan atau tunjangan khusus, sampingan yang berkaitan dengan tugasnya, Guru dan Dosen yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.

Jadi disini kelihatan jelas berkeinginan betul untuk membahagiakan Guru secara pantas, secara memadai, secara profesional dan sebagainya. Saya kira ini tidak ada masalah, dan cukup menampung saya kira ini tidak ada masalah kalau kita menghargai.

Selanjutnya Pasal 2, 3, 4, secara teori pembuatan Peraturan Perundang­undangan, saya kira porsi ini terlalu jauh, terlalu terinci presentasenya walau pun di Undang-undang dasar ada 20 % tetapi, untuk yang seperti ini cukup pantas kalau ini diserahkan kepada pemerintah dan tenggang waktu dan fleksibilitas tentang rumusan dan yang bisa memberikan yang maksimal, itu lebih fokus di Peraturan Pemerintah. Oleh karena itu ayat 1 ini ok. Kalau ayat 2 kita perintahkan saja Undang-undang ini untuk menyusun masalah rincian dari ayat ini dengan pemerintah dan pemerintah bisa konsultasi dengan Menteri keuangan dengan MenPan~ pihak swasta dan sebagianya lebih fleksibel.

Dengan demikian kita tidak kehilangan makna, kita akan membahagiakan guru, fleksibilitasnya itu dengan diperkecil dengan karena ini Undang-undang kalau peran pemerintahjangka waktunya kemudian rumusan-rumusan yang lebih detailnya daan bisa lebih baik, termasuk swasta yang diatur disini. Jadi selain menunggu konsultasi Panja dengan Dep. Keuangan dan MenPan, dan kepada Peraturan Pemerintah menurut saya itu sudah sangat layak.

Demikian Terima kasih.

304

Page 14: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

KETUA RAPAT :

Terima kasih.

Jadi Pak Irsyad, konkretnya mengusulkan 2, 3, 4, itu kalau pun nanti belum ada persetujuan ini dihilangkan saja dulu, dengan satu klausul dibawahnya ketentuan lebih lanjut ditetapkan dalam PP bersama yang lainnya.

Jadi waktu sosialisasi nanti, kalau belum sempat, nantinya Ayat ( l ), Ayat (5), (6), dan (7) yang nanti kita sepakati itu akan tetap ada.

Silahkan Ibu Aan.

ANGGOTA F-PKS (AAN ROHANAH, M.Ag):

Terima kasih,

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Saya ingin mengingatkan bahwa Undang-undang ini tidak bisa lepas dari prinsif ideal, kita akan mengangkat harkat guru dan juga meningkatkan profesionalismenya dan juga memberikan perlindungannya tapi kita berpikir ada prinsif obyektifitas dan juga realitas ditengah masyarakat temyata tidak semua guru itu bisa dibayar semuanya seperti dalam U ndang-undang ini karena banyak sekolah-sekolah swasta, sehingga saya menggaris bawahi tentang pleksibilitas dan Undang-undang ini harus dibuka lebar, kalalu misalnya nanti kita bisa membayar guru itu lebih dari pada 30% itu akan lebih baik, tidak dibatasi dengan yang ada disini.

'Tetapi ketika kita tidak sanggup maka kita tidak menyalahi Undang-undang, kenapa kita tidak tentukan 200%, atau 50% dari gaji yang utuh, itu tidak bisa dibayar oleh Pemerintah ini akan membuat keresahan sendiri, kita ingin melindungi guru malah bikin bingung ditambah lagi guru swasta, guru-guru swasta validitasnya sampai sekarang masih banyak yang di gaji dibawah 500 ribu, padahal mereka mengajarnya sampai sore.

Kalau misalnya kita sudah menetapkan seperti di pasal 15 saya rasa akan menjadi keresahan tersendiri, akan terjadi kecemburuan sosial. Keresahan, demo. Karena ketika sekolah swasta ingin menambah ini tidak ada pilihan lain kecuali menambah beban masyarakat.

Terima kasih.

305

Page 15: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

KETUA RAPAT :

Terima kasih.

Berikutnya sebelum Pak Balkan, saya ingin mengundang yang bukan anggota Panja, karena ini semuanyaAnggota Panja,jadi barangkali yang bukan anggota Panja untuk memberikan pandangannya.

Silahakan. lbu Annisa.

ANGGOTA F-KB (DRA. Hj. ANISAH MAHFUD) :

Terima kasih,

Karena memang rnenanyakan kepada lbu Aan terkait dengan gaji ini , memang objektifitas dan realitas dimasyarakat itu ada beberapa sekolah termasuk sekolah negeri, dan bayamya itu tidak dengan uang tapi dengan penghasilan mereka. Jadi jangan sampai persoalan gaji ini ditetapkan secara kaku sehingga bisa "membunuh "sekolah yang sebenamya sudah sangat membantu program pemerintah terutama kekhawatiran adanya gate antara guru swasta dengan guru negeri.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kalau tidak berkepanjangan saya usulkan, kalau nanti dalam waktu dekat kita bisa konsultasi dengan Menteri Keuangan dan Menpan dan ada kira-kira semacam lampu hijau dari Pasal 23-24 ini maka kita akan Go Head untuk mengkonsultasikan kepada publik mengenai Pasal 23-24 ini.

Dan apabila sampai waktu itu tidak ada lampu hijau maka untuk sementara didalam persi yang akan kita keluarkan nanti Ayat (23). (24) ini kita hilangkan <lulu. Kira-kira itu usulan saya bisa diterima,

Silahkan Pak Balkan.

ANGGOTA F-PD (DRS. BALKAN KAPLALE) :

Saya kira skenario yang dibikin pihak pemerintah dari beberapa skenario ini, Prof Anwar waktu itu yang memimpin dan kita pernah mengajukan usul dengan konsep atas dasar perhitungan ini, dan temyata itu kalau diterapkan Guru ini akan betuk-betul hebat dan saya setuju dengan usul Pimpinan, lebih baik kita pending <lulu yang 23, 24 terutama 24.

Setelah itu baru konsultasi dengan Pak Menteri Diknas dan Keuangan dan Komisi kita ini. Saya kira ini tidak akan gampang kita keluarkan, makanya kita

306

Page 16: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

pelan-pelan saja, karena ini menyangkut angka dan masa depan. Kalau Pemerintah ini kan akan membuat inflasi anggaran kalau ada inflasi 7 % begini dan ini sudah dihitung demikian. Jadi kita pending dulu sambil kita konsultasi lebih lanjut.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, jadi semuanya sepakat kita pending <lulu, dengan dua altematif yang saya sampaikan tadi.

( RAPAT : SETUJU )

Dengan demikian pasal 14 bagimana catatan itu sudah selesai, tinggal satu yaitu Ayat (7) nya, tolong ditayangkan, saya bacakan " Guru, Dosen dan atau Putra putrinya berhak memperoleh pendidikan pada satuan pendidikan yang memperoleh dana pendidikan dari APBN tanpa dipungut biaya.

WAKIL KETUA (PROF.DR.ff.ANWAR ARIFIN, S.IP DIDS/F­PG):

Jadi sebelum kita berdiskusi, latar belakangnya <lulu, setelah kita berdiskusi lebih dari satu jam, mengenai ayat diatas itu 23, 24, 25 itu temyata paling cepat tahun 2007 baru bisa terwujud, jadi guru ini seolah-olah pata morgana, karena itu konsultasi kami dengan Pak Pasli ada keputusan Raker <lulu dengan Pak Malik Fajar bagimana kita meringankan beban Guru,

Jadi kalau tidak bisa ditambah gajinya kita ringankan bebannya, masuklah ini Guru, Dosen dan putra putrinya berhak memperoleh satuan pendidikan yang memperoleh dana pada APBN tanpa dipungut biaya. Dan untuk selanjutnya untuk teknisnya nanti akan diatur dengan Peraturan Pemerintah, jadi dengan demikian kita sudah ada yang akan diniikmati, kira-kira tahun depan. Saya kira itu.

Terima kasih

PEMERINTAH :

Ini menyangkut dengan masalah teknis, dan itu masalah sensitif di masyarakat, kenapa diskriminatif seperti itu. Jadi mungkin kita forrnulasinya misalnya" Satuan pendidikan dapat mengakomodasi Guru, dosen dan atau Putra putrinya"

307

Page 17: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

KETUA RAPAT :

Mohon maaf Pak Bahasanya tolong dirumuskan karena ini termasuk hak Guru, jadi bahasanya harus dari Guru.

Dan ini adalah hak belum tentu terpenuhi pak,jadi dibatasi saja pada satuan pendidikan masing-masing ditakutkan akan terkonsentrasi di tempat tertentu.

ANGGOTA F-PKS (AAN ROHANAH, M.Ag.) :

Saya rasa untuk menengahi ini, ada batasan berapa anak atau usia berapa jadi kalau semua anaknya yang 20 dan yang tidak punya anak sama sekali, mungkin ada batasan j umlah atau usia.

KETUA RAPAT :

Tolong Pak ada ayat tambahan tentang pembatasan Pasal 8, yang 7a, 7 b, itu pilihannya sementara 8 itu semua ketentuannya dan yang 7 itu akan diatur didalam Peraturan Pemerintah.

ANGGOTA F-PKS (YUSUF SUPENDI, Le):

Terima kasih,

Saya lebih cenderung untuk dibatasi Guru clan Dosen di tempat bertugas, namun tidak dibatasi dengan APBN, kenapa karena dibeberapa sekolah sudah berlaku,jadi apabila dia ngajar disitu maka anak-anaknya berapapun tidak bayar.

Terima kasih.

ANGGOTA F-PG ( DRS.H.M. IRSYAD SUDIRO):

Jadi ini sudah sangat mendekat dengan apa yang direspon Pemerintah sudah mirip dengan apa yang kita kehendaki, sekarang tentang maksimal dan minimalnya, maksimalnya memang disemua satuan pendidikan dan tidak harus terikat dimana tempatnya, ini yang merupakan rentetan dari Ayat ( 1) penghasilan pantas dan perlakuan yang cukup menghargai, mempunyai makna menghargai. Jadi butir ini dimasukan didalam Ayat ( 1 ), kemudian kalau itu bisa disetujui di bagian Peraturan Pemerintah saya kira itu termasuk rentetan ini yang akan termasuk diatur oleh Pemerintah.

Jadi semangatnya ditampung di Pasal 1 kemudian rumuskan kedalam salah satu bentuk dari rentetan gaji tunjangan masyarakat lain dan memperoleh pendidikan, itu diatur dalam aturan Pemerintah, supaya lebih fleksibel.

308

Page 18: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

ANGGOTA F-PDIP (Dr. IR. WAYAN KOSTER, MM):

Penghasilan yang pantas dan memadai sebagaimana dimaksud didalam Pasal 13 hurup a meliputi: Gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan pokok, tunjangan profesi, tunjangan khusus, maslahat sampingan, dan atau penghasilan lainnya, saya kira ini luas pengaturannya, diatur apa maunya konkrit dalam PP dan ini sudah tercover.

Saya kira usul saya itu aja.

WAKIL KETUA (PROF.DR.H.ANWARARIFIN, S.IP DIDS/F-PG):

Jadi begini Pak. Mengenai masalah ini, dalam Undang-undang Sisdiknas itu dasarnya lengkap, tapi temyata PP yang dibuat oleh Pemerintah itu tidak ada, tidak kuantitatif, jadi kalau kualitatif itu Pemerintah tidak memadukan, ini bahayanya Pak, karena kalau di Undang-undang Pendidikan itu lama juga debatnya, tapi setelah turun PP tidak kelihatan barangnya.

Jadi kami coba memasukan disini supaya ada konkrit hadiah kita kepada Bapak dan lbu Guru, karena kalau semuanya kualitatif, itu mudah saja, Adil makmur misalnya itu hari ini juga belum bisa diniktnati.

Mengenai perinciannya anak I usianya sekian kita serahkan saja kepada Pemerintah seperti Askes. Kemarin saya memimpin rapat ini, jadi ini persoalan hak jadi belum tentu dipenuhi, karena itu kita putuskan dengan harus ada kewajiban pemerintah ada tambahan. Jadi ketimpangan dalam Undang-undang ini tidakjelas siapa yang punya hak untuk memenuhi hak ini. Jadi itu diputuskan Pak bahwa ini dirumuskan kembali, dan juga kewajiban kepada pemerintah untuk memenuhi itu ke beberapa substansi.

KETUA RAPAT:

Kita masih berada dalam beberapa pilihan, ada sebagian yang dianggap ini sudah masuk dalam Ayat I -nya dan ada usulan untuk tidak dibatasi kepada tempat perguruan tinggi tempat mengajamya itu, hanya yang negeri tetapi juga yang umum, pada tempat dia mengajar.

ANGGOTA F-KB (ABDUL HAMID WAHID, M.Ag.) :

Terima kasih,

Sebetulnya pada ayat (7) semangatnya sama seperti yang diungkapkan oleh Pak Irsyad tadi sudah hampir ketemu. Cuma mungkin ditingkat teknis ini yang perlu lebih dicermati adalah lebih rinci dan disesuaikan dengan kemungkinan

309

Page 19: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

yang akan nanti mungkin kita laksanak~ saya kira kalimat pada ayat (7) ini saya kira sudah cukup.

ANGGOTA F-PAN (H. ADE FIRDAUS,SE) :

Terima kasih Pimpinan.

Apa yang digambarkan oleh Prof. Anwar tadi ini kewajiban Pemerintah, tapi pelaksanaannya itu antara iya dan tidak, dan itu kalau dilaksanakan akan menjadi keliru kalau itu Undang-undang, jadi kekhawatiran-khawatiran saya dan yang disampaikan oleh Pak Koster ini sudah terakomodir disini.

Jadi saya setuju dengan apa yang disampaikan Pak Koster tadi.

KETUA RAPAT :

Saya ingin merubah sedikit alternatifnya tadi ada alternatif perubahan cukup dengan ayat ( 1) yang ada tapi dengan aturan tambahan dan saya in gin mengusulkan kalimatnya diganti menjadi " Guru dan Dosen, dan atau Putra putrinya berhak mendapat pendidikan pada satuan pendidikan dimana dia mengajar dan atau yang memperoleh dana dari APBN tanpa dipungut biaya" jadi coba digabungkan begitu, dan untuk yang satu nya seperti yang dari pemerintah.

ANGGOTA F-PD (DRS. BALKAN KAPLALE):

Sebenamya sudah diutarakan oleh Prof. Anwar dan Pak Heri itu, latar belakang Ayat 7 dan 7 b ini, karena tu apa yang dibilang itu terjadi. Dan untuk ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah. Kemungkinan itu paling netral Pak Kertua.

Terima kasih.

ANGGOTA F-PKS (AAN ROHANAH, M.Ag.):

Saya lebih melihat kepada Pasal l ini saya kira tidak perlu ditambahkan. Jadi dengan adanya APBN itu yang membantunya, ditambah tunjangan­tunjangan lainnya.

KETUA RAPAT :

Kalau saya mengusulkan usulan terakhir kita masukan saja ayat 7 itu tetapi sekaligus kita masukan dengan pasal 2, 3, 4 untuk dikonsultasikan ke Menteri Keuangan dan Menpan karena kita membicarakan tentang pegawai negeri yang I, 6 juta.

310

Page 20: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

WAKIL KETUA (PROF.DIUl.ANWAR ARIFIN, S.IP DIDS/F-PG):

Artinya kalau anak guru masuk di SMP itu sudah tidak ada masalah lagi kan.

KETUA RAPAT:

Poin keempat, didalam membahas gaji dan tunjangan guru yang sesuai dengan usulan tadi yang mau dikonsuil tasikan ke menteri keuangan untuk pertanyaan bagaimana membantu untuk tunjangan swasta, kalau tidak semua paling tidak guru swasta diberikan pendidikan dasar, karena itu ditambahkan disini kata-kata "bahwa dalam tunjungan profesi guru dasar dialokasikan dalam tunjangan APBN" baik yang di negeri maupun swasta.

Logikanya sekarang kita sudah memberi pos, berikutnya adalah tunjangannya dulu. Mungkin lebih jauh nanti guru untuk pendidikan dasar dijadikan negeri, karena menurut Undang-Undang Dasarnya begitu.

Kami persilahkan Pak Menteri. Kalau ini sudah setuju saya kira semua Anggotanya setuju.

WAKIL KETUA (PROF.DR.ff.ANWAR ARIFIN, S.IP DIDS/F-PG):

Sebelum Pak Menteri, dalam Undang-Undang Pendidikan itu sedapat mungkin tidak diskriminatif. Jadi saya kira bukan hanya guru pendidikan dasar, profesi guru dan dosen yang mengajar ini juga diberikan tunjangan profesi. Bisa nanti diatur dengan Peraturan Pemerintah mengenai teknisnya. Jadi tidak hanya guru pendidikan dasarnya, semuanya sajalah. Jadi Undang-Undang ini tidak kelihatan diskriminatif antara guru. Jangan karena Dirjen yang mengurusi guru ini hanya pendidikan dasar, maka perguruan tinggi dilupakan. Ini tidak boleh.

ANGGOTA F-PD (DRS. BALKAN KAPLALE):

Ini sangat mahal sekali kalau orang profesi harus memiliki 40 SKS, karena mahalnya maka wajib kita pikirkan tunjangannya.

KETUA RAPAT :

Silahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH :

Saya kira kalau konsisten dengan Undang-Undang Sisdiknas, kita batasi saja yang pendidikan dasar. Untuk gratis itu maka yang swasta malah jadi masalah. Mereka masih menambahi untuk honor guru sebenarnya, seperti yang

311

Page 21: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

saya jumpai di SD ltaku di pinggiran kota Surabaya. Tadinya dia memungut biaya Rp 25.000 per bulan, sekarang hanya memungut Rp 5.500 per bulan. Supaya bisa memberikan HR pada guru-guru honorer itu. Saya kira kalau sampai di situ saja sudah besar sekali beban keuangan negara itu.

KETUA RAPAT:

Kami persilahkan yang lainnya.

PEMERINTAH :

Karena kalau yang swasta semakin tinggi, mungkin kecenderungannya semakin komersial itu. Kemudian kalau di situ juga ditanggung oleh negara maka sangat repot itu. Tapi pendidikan dasarkan tidak.

KETUA RAPAT:

Ada dua versi, yang satu dibatasi pada pendidikan dasar dan yang keduanya adalah tidak dibatasi. Jadi seluruh tunjangan baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi itu Pemerintah memberikan alokasi.

Silahkan Pak Koster.

ANGGOTA F-PDIP (Dr. IR. WAYAN KOSTER, MM) :

Terima kasih.

Saya kira sesuai dengan Undang-Undang seperti yang disampaikan Pak Menteri tadi dan juga karena pendidikan dasar ini strategis sekali dan para penyelenggaranyakan sangat berbeda kondisinya dengan pendidikan di sekolah menengah umum misalnya. Saya cenderung setuju dengan pendapat yang disampaikan oleh Pak Menteri. Jadi dibatasi pada pendidikan dasar saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Silahkan Bu Aan.

ANGGOTA F-PKS (AAN ROHANAH, M.Ag.) :

Saya melihat dari sisi penekanan tentang pentingnya meningkatkan pengabdian guru dan dosen. Jadi bagaimana supaya guru dan dosen itu bisa betul-betul konsentrasi dalam memberikan pengabdian yang sempurna untuk bisa mengajar dan mendidik peserta didik ini. Maka di sekolah swasta agar

312

Page 22: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

mereka nanti tidak punya pekerjaan lain selain mengajar, maka ada baiknya kalau ini memang tidak ada diskriminasi. Jangan hanya untuk SD tapi juga untuk SMP dan SMU. Sebab bagaimana punjuga realitasnya itukan ketika zaman semakin berkembang maka biaya hidup semakin tinggi, sementara dia tidak hanya berpikir untuk diri dan istrinya tapi juga berpikir bagaimana masa depan anak-anaknya.

Oleh karena itu saya merasa agar pengabdian guru dan dosen khususnya di sekolah swasta tidak terganggu ini perlu diperhatikan. Jangan diskriminasi hanya untuk program SD saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Pendidikan dasar itu SD, SMP. Sampai pendidikan tinggi juga.

Silahkan Pak Daromi selanjutnya.

ANGGOTA F-PPP (H. DAROMI IRJAS, SH., MSi) :

Saya berpikir begini, memang ini satu idealisme yang harus kita kejar. Tapi persoalannya memang kita sekarang harus bertahap, yaitu kemampuan untuk mendanai ini semuanya saya kira butuh waktu. Oleh karena itu untuk tahap awal saya pikir sudah cukup bagus kalau itu wajar Dikdas yang harus kita <lanai lebih <lulu. Pada saatnya nanti kita harus berkembang atau kita tingkatkan untuk ke depan seperti SLTA dan sebagainya. Tapi untuk tahapan-tahapan sekarang saya pikir tahap awal ini cukup untuk wajar Dikdas <lulu. Saya sependapat dengan Pak Menteri.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih.

Jadi berkembang itu pilihannya. Satu pendidikan dasar saja, dua pendidikan dasar dan menengah, dan yang ketiga adalah pendidikan seluruhnya Artinya pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Saya kira usul saya sebagai tawaran kita mau majukan ke publik. Tinggal pilih mau tawaran tinggi atau tawaran rendah.

WAKIL KETUA (PROF.DR.ff.ANWAR ARIFIN, S.IP DIDS/F-PG):

Kalau saya begini, saya hanya konstruksi Undang-Undang saja. Jadi saya setuju kalau itu ada tahapannya tapi sebaiknya di dalam ayat ini itu jangan

313

Page 23: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

terbatas. J adi guru dan dosen itu mendapat tunjangan profesi. Nanti dalam penjelasan bisa kita tambahkan bahwa ini dapat dipenuhi secara bertahap. Karena nanti kalau subsidi BBM ini betul-betul dicabut, itu banyak dana yang akan diberikan kepada pendidikan. Saya pemah jadi rektor di swasta, itu luar biasa kalau tidak diberi tunjangan. Nanti bisa dia perjualbelikan itu angka. Itu tidak punya penghargaan terhadap profesi ini. Jadi nanti bisa k.ita beri catatan atau penjelasan dan ini bisa dipenuhi secara bertahap.

KETUA RAPAT :

Saya kira bagus sekali kompromi dari Pak Anwar. Saya kira rumusannya Pak Anwar saya sangat mendukung. Jadi penjelasannya ada di PP, tunjangan profesi guru dan dosen dialokasikan dalam APBN dengan ada penjelasan atau catatan nanti dilaksanakan secara bertahap.

Pak Menteri kami persilahkan untuk menyampaikan barangkali bisa diterima. Jadi bertahapnya nanti di penjelasan dan pelaksanaannya ada dalam PP. Kami persilahkan. Kalau Pemerintah setuju maka saya ketok.

PEMERINTAH :

Usulannya tetap seluruhnya. Apakah ini tidak non fonnal sekaligus?

KETUA RAPAT :

Bahasanya kita ubah menjadi tunjangan profesi guru clan dosen dialokasikan dalam APBN dan APBD.

PEMERINTAH :

Pelaksanaannya diatur secara bertahap.

KETUA RAPAT :

Dipenjelasan dikatakan dapat dipenuhi secara bertahap dan pelaksanaannya nanti melalui PP.

Silahkan.

PEMERINTAH :

Inikan kembali kepada tugas publik, ada public goods dan ada private goods. Dalam konteks alokasi dana publik harusnya untuk public goods, dalam konteks pendidikan biasanya pendidikan dasar itu yang public goods. Kesana sebenamya dana publik boleh dialokasikan. Tapi kalau sampai pendidikan tinggi, itukan sudah

314

Page 24: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

private goods. Subsidi boleh tapi kalau misalnya keharusan seperti itl4 itu berarti menyamakan peran antara private goods dan public goods.

KETUA RAPAT :

Usul saya diskusi yang panjang nanti mengenai private goods maupun public goods ini kita diskusikan ketika kita buat PP nya. Saya kira itu masih debatable. Saya sampaikan bahwa minggu lalu saya bersama Rektor UGM ada panel. Yang dibahas adalah mengenai WTO. Tentang· definisinya awalnya saya melontarkan seperti itu. Pendidikan tinggi itu public goods atau private goods. Bel um selesai debat itu, jadi jangan dipatok di sini. Jadi lebih baik kalau kita membicarakan PP-nya kita bicarakan. Jadi sejauh ini kita bisa terima ini dulu saja ya?

Silahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH :

Kalau itu mau didelegasikan ke PP, jangan dipenjelasan eksplisit saja di situ.

KETUA RAPAT :

Semuannya nanti ada penjelasan.

PEMERINTAH :

Pelaksanaannya di laksanakan secara bertahap yang diatur dalam Peraturan Pemerintah dan tidak dipenjelasannya.

KETUA RAPAT :

Mengenai penjelasan tidak di PP nya tapi kita tambahkan ayat barunya. Tapi mengenai bertahapnya itu ada di penjelasan. Setuju?

PEMERINTAH :

Kalau kemarin yang dicecar oleh Mahkarnah Konstitusi itukan istilah bertahap di penjelasan. Apa nanti tidak menjadi preseden lagi?

KETUA RAPAT :

Kita sudah ada jawabannya, jadi nanti bisa saja kita kutip ulang dengan perubahan sedikit.

PEMERINTAH :

Hanya sekedar mengingatkan saja.

315

Page 25: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

WAKIL KETUA (PROF.DR.H.ANWARARIFIN, S.IP DIDSIF-PG):

Supaya kita tahu semuanya kalau bertahap itu karena bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Kalau inikan tidak ada kaitannya dengan Undang­Undang Dasar. Jadi kita hadapilah itu.

KETUA RAPAT :

Pak Bambang sekali Iagi silahkan.

PEMERINTAH :

Jadi tunjangan guru dan dosen dialokasikan dalam APBN dan APBD.

KETUA RAPAT:

Ada ayat tambahannya.

PEMERINTAH :

Ada penjelasan, dilaksanakan secara bertahap.

KETUA RAPAT :

Kemudian tambahan ayatnya adalah itu standar yaitu diatur melalui PP.

PEMERINTAH :

Dalam kurungnya itu secara bertahap titik. ltu ditarik ke bawah.

KETUA RAPAT :

Ketentuan lebih lanjut menunjuk ayat (I), kan termasuk di atasnya juga harus diatur itu. Silahkan Pak.

PEMERINTAH :

Karena inikan menyangkut guru dan dosen semua. Pada waktu diatas itukan kita memang guru pemerintah ini harus dibiayai oleh Pemerintah secara lebih baik. Terns nanti kita tambahk:an bantuan Pemerintah pada guru swasta. Tapi kalau ini jangan-jangan nanti diterjemahkan untuk guru negeri pun juga bisa dilakukan bertahap. Apa perlu kita sebut langsung?

KETUA RAPAT:

PP Pak. Nanti setelah konsultasi publik kita periksa kembali.

316

Page 26: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

PEMERINTAH :

Bukan masalah PP nya tapi apakah ini berlaku untuk. guru Pemerintah dan swasta otomatis. Sehingga guru Pemerintah pun nanti akan bertahap dibayar tunjangan profesinya atau ini hanya berlaku untuk guru swasta.

KETUARAPAT:

Kalau memang sudah ada, bertahap itu kalau tidak mampu ya? Kalau sudah tidak bertahap berarti sudahjalan. Kalau sudah dilaksanakan berarti tidak masalah lagi. Yang bertahap tadikan kalau terkait dengan, nanti itu dirumuskan dalam PP saja. Saya kira tidak ada masalah apa-apa

PEMERINTAH:

Sa ya mel ihat ada masalah, karena waktu kita di depan tadikan banyak yang bias untuk guru negeri. Timbul dipertanyakan bagaimana dengan perlakuan guru swasta. Kita tambah, oke guru swasta tapi tunjangan profesinya dibantu oleh APBN. Bahwa tunjangan untuk guru swasta dibantu oleh APBN, kemudian dimodifirenya adalah guru dasar saja. Sekarang sudah diubah menjadi statement ini. Kalau statement ini saja yang muncul, saya takut untuk guru Pemerintah pun seakan-akan tunjangannya itu pun akan bertahap juga.

KETUA RAPAT:

Silahkan Pak Anwar kemudian Pak Koster.

WAKILKETUA(PRORDR.H.ANWARARIFIN,S.IPDIDSJF-PG):

Cara berpikir Pak Fasri ini yang kita tidak setuju. Jadi Pak Fasri ini masih berpikir ada plat merah dan ada plat kuning. Kita di DPR ini ada kesetaraan antara semua guru dimanapun dia mengajar. Jadi BHP juga dosennya bukan pegawai negeri. Jadi cara berpikir kita harus diclearkan dulu. Cara berpikir kesetaraan, jadi ketika kita merumuskan Undang-Undang maka setara. Nanti bagaimana Bapak mengaturnya, itu sudah diberikan benderanya. S ilahkan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Jadi cara berpikir <lulu yang harus kita luruskan bersama-sarna.

ANGGOTA F-PDIP (Dr.IR. WA YAN KOSTER,MM) :

Saya agak terpancing dengan pendapatnya Pak Fasri, karena di ayat (I) itukan sudah diatur mengenai tunjangan profesi. Kalau dibuat di sini apa tidak menjadi mundur itu guru negeri itu.

317

Page 27: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

KETUA RAPAT :

Perlu diingat bahwa sebentar lagi kita memproses yang namanya Undang­Undang BHP. Di dalain Undang-Undang BHP itu nanti tidak ada lagi pengertian merah atau kuning atau apapun. Semuanya harus dipandang dari sudut negara itu harus sarna, itu yang pertama. Justru yang dipersoalkan Pak Fasri tadi bagaimana kalau yang sudah dilaksanak.an. Kalau sudah dilaksanakan ya dilaksanakan terns, tidak ada masalah. Tapi yang lainnya, tadi juga diingatkan oleh Pak Anwar jangan salah. Nanti kalau sudah jadi BHP maka ticlak ada lagi pegawai negeri pun yang di hire oleh universitas milik negara yang sudah di PHG kan itu juga statusnya pegawai BHPnya itu. Inikan perlakuannya harus sama nantinya. ltu barangkali menjadi salah satu indikator bagaimana kita merurnuskan sumbangan atau bantuan pada lembaga-lembaga itu.

Silahkan Pak Balkan.

ANGGOTA F-PD (DRS. BALKAN KAPLALE):

Kuncinya ada pada Pasal 4. Tadi Pak Fasri mengemukakan ketentuan pemerintah tapi dalam kurungnya Pasal 4. Sekarang kita lihat PasaJ 4., APBN dan APBD akan membiayai. Pertanyaannya adalah apakah APBN clan APBD ini membiayai swasta tidak.

KETUA RAPAT:

BuAan kami persilahkan.

ANGGOTA F-PKS (AAN ROHANAH, M.Ag.):

Terima kasih.

Saya mungkin hanya memperjelas saja barangkali perlu disebut sebagaimana misalnya Pasal 13 ayat (I) mengenai usulan dan Pasal 15 ayat (3). Supaya lebih jelas bahwa ini tidak ada diskriminasi antara guru negeri dan swasta. Jadi disebutkan pasalnya pasal berapa.

KE TUA RAPAT:

Nanti disebutkan ya. Silahkan Pak Tata.

ANGGOTA F-PD (DR. H. TATA ZINAL MUTTAQIN,MM):

Jadi sebetulnya kita pertegas saja barangkali bunyi daripada Undang-Undang Sisdiknas. Bahwa di dalam swasta dan negeri tidak ada diskriminasi. Jadi apabila bicara tunjungan negeri, otomatis swasta ada. Jadi tidak ada negeri dan swasta

318

Page 28: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

semuanya dapat. Jadi tidak ada yang dibedakan, sehingga Undang-Undang ini betul-betul memiliki nilai yang sifatnya universal, komprehensif dan ini konsekuensinya barangkali kita harus mengatur dalam APBN dan APBD. Ini tidak bisa dielakan karena ini sudah merupakan komitmen dari Undang-Undang Sisdiknas. Kita hindari diskriminasi.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih Pak Tata.

Jadi saya kira yang Bu Aan tadi menambahkan rujukan, nanti di timus dimasukan. Dan Pak Fasri kami persilahkan.

PEMERINTAH:

Jangan sampai kita terperangkap karena pada mulanya kita bicara pendidikan dasar, perlakuan yang sama itu otomatis bisa dilakukan. Makanya pasalnya begitu bunyinya. Tapi begitu kita kembangkan ke atas, tidak sama lagi statementnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih.

Jadi kita terima saja ya?

(RAPAT: SETUJU)

Kemudian kami persilahkan berikutnya Pak Fasri.

PEMERINTAH :

Nomor 6 ini sebenarnya karena disarankan masuk PP maka kami terima saja. Jadi demi kemajuan dari Undang-Undang ini kita terima saja untuk dimasukan ke PP.

KETUA RAPAT:

Masuk ke PP ya, teman-teman sekalian tidak ada yang keberatan? Kalau yang Panja sudah memahami yang tidak di Panja. Setuju ya?

319

Page 29: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

(RAPAT : SETUJU)

Silahkan berikutnya nomor 7 dijelaskan Pak Fasri.

PEMERINTAH:

Nomor 7 ini adalah masalah adanya usul di RUU awal bahwa perlu dibentuk satu badan yang khusus mengurus guru. Kemudian berkembang wacana dan sudah disetujui juga oleh Tim Kecil dan akhimya sampai ke Panja bahwa karena adanya Direktorat Jenderal barn mutendik dengan Tupoksi yang sudah diberikan, sudah melaksanakan fungsi-fungsi tersebut. Dan waktu itu sudah disepakati dengan adanya tupoksi dan dirjen ham ini nampaknya badan ini tidak diperlukan lagi. Tapi ini akan dibawa kembali ke pleno Kornisi X. Kami persilahkan.

KETUARAPAT:

Selamat datang Pak Hamid.

Silahkan Pak Hamid memperkenalkan diri.

PEMERINTAH (HAMID AWALUDIN):

Bapak Pimpinan, Bapak/Ibu Anggota Dewan yang terhonnat, Saya mohon maaf karena ada urusan.

Hamid Awaluddin ditugaskan Presiden bersama Menteri Pendidikan Nasional untuk membahas Undang-Undang ini. Mohon maaf saya terlambat.

KETUARAPAT:

Terima kasih Pak Hamid.

Jadi semoga dengan hadimya Pak Hamid MOU kita cepat selesai. Jadi saya kira sudah disampaikan, sekarang nomor 7. Sudah tadi ya? Jadi dengan catatan bahwa pada kesempatan ini diminta oleh pihak Pemerintah sendiri untuk menjelaskan apakah benar-benar saya lihat catatannya di sini Pemerintah akan menyajikan tupoksi Dirjen Mutendik secara keseluruhan sehingga benar-benar itu mewakili. Dan sebenamya kemarin kami meminta supaya ada persandingannya antara tupoksi dan Badan Pembinaan dan Pengembangan guru ini dengan tupoksinya dari mutendik ini.

Kami persilahkan.

320

Page 30: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

PEMERINTAH :

Bapak/lbu yang terhormat, kalau tugas untuk mencetak guru itukan sudah jelas dan sudah lama dilakukan. Dan itu dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi bersama Perguruan Tinggi. Untuk Direktorat Jenderal baru ini yang pertama dia terdiri dari lima 2 unit eselon II. Yang pertama adalah untuk mengatur Sekretariat tapi yang wing operasionalnya pertama mengurus guru profesi pendidik.

Segala hal yang berhubungan dengan guru diurus oleh satu direktorat. Mulai dari perencanaan, kebutuhan, cara rekruitmen, pembinaan karier, kesejahteraan, perlindungan, dan seterusnya. Kemudian ada direktorat lagi yang mengurus nanti tenaga kependidikan, kepala sekolah, pengawas, laboran, pustakawan, pengembang kurikulum dan sebagainya. Kemudian ada juga direktorat yang khusus mengurus pendidik dan tenaga kependidikan non formal semuanya. Dan baru nanti direktorat yang mengembangkan pendidikan dan pelatihan untuk guru baik formal maupun non fonnal, termasuk juga tenaga kependidikan. karena itulah di dalam tugasnya pertama merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang peningkatan mutu pendidikan dan tenaga pendidikan mulai dari anak usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan non formal. Mulai dari penyiapan rumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan mutu pendidikan dan tenaga pendidikan. Penyusunan standar norma dan pedoman kriteria dan prosedur di bidang peningkatan mutu dan tenaga pendidikan, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dan pelaksanaan urusan administrasi yang lain. kemudian kalau kita lihat inijuga dibantu oleh Sekretariat Direktorat Jenderal dan termasuk juga dalam pendataan dan seterusnya.

Dan kalau kita lihat di dalam ini j uga sudah termasuk perlindungan, pemberian bimbingan baik teknis maupan melakukan suverfisi dan evaluasi di bidang pembinaan profesi guru, pemberian penghargaan, dan perlindungan bagi pendidik. Jadi rasanya sebagian yang disebut-sebut oleh Badan itu sudah masuk ke dalam Tupoksi daripada Direktorat jelaral baru ini.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Sebelum yang lain saya akan memberikan prioritas kepada Pak Koster.

Silahkan Pak Koster.

321

Page 31: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

ANGGOTA F-PDIP (Dr. IR. WA YAN KOSTER,MM):

Semangat kita saat itu adalah untuk mengimplementasikan dari Undang­U ndang ini karena ada hak, ada kewaj iban, dan sebagainya. Pada saat i tu adalah bagaimana guru ini terus mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan dan bersinambungan. Dan itu harus didukung dengan pemetaan yang baik, datanya, informasinya di seluruh Indonesia.

Pada saat itu terpikirlah kita untuk bagaimana agar pelaksanaan itu dilakukan dalam satu atap atau satu badan. Memang pada saat itu kita belum mempunyai satu ketegasan bahwa di dalam Dediknas ini akan ada satu Direktorat Jenderal mutu pendidik dan tenaga kependidikan. temyata sekarang di Diknas sudah ada dan saya melihat dari profesi pendidik ada Dip Pembinaan Diklat.

Jadi yang kami maksud mengenai fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh badan itu sebenamya terkomodir di dalamnya. Cuma nama direktoratnya yang kurang pas. Kalau bisa dimungkinkan untuk direvisi sehingga semuanya bisa terakomodir. Dan saya melihat secara signifikan yang harus dilakukan oleh direktorat diklatnya itu, oleh karena itu susunan mengenai badan pembinaan itu saya kira kurang pas karena bisa menimbulkan tumpang tindih, karena esselonnya akan banyak dan Menterinya akan susah mengaturnya.

Oleh karena itu saya kira sepanjang yang diatur dalam Undang-undnag ini mengenai fungsi-fungsi itu bisa dilaksanakan akan penuh melalui direktorat ini saya tidak keberatan badan dan pembinaan itu bukan dicabut tapi sudah tidak diperlukan lagi.

ANGGOTA F-PG (DRS. H.M. IRSYAD SUDIRO):

Terima kasih Pak Ketua.

Saya ingin melihat perspektif pentingnya badan ini dari prinsip kesetaraan dan sosiologis. Kalu ini dalam Pemerintah itu paradigmanya sangat demokratis, disitu sangat struktural, normatif, legalistis dan sebagainya. Pengalaman pendekatan birokratis saja ini kurang bisa memberikan rasa keadilan terhadap seluruh gelamya sosial, antara lain yang namanya swasta itu nanti akan menjadi sangat dianak tirikan.

Oleh karena itu nanti yang in putnya terdiri dari unsur pemerintah dan unsur masyarakat, maka penghayatan rasa swasta antara kewajiban dan wewenang akan lebih tuntas oleh karena itu, saya ingin mendapatkan keterangan yang menjamin bahwa foksi dari dirjen mutandig ini betul-betul mampu untuk merangkum semua aspek yang terkait antara hak dan tanggung jawab para pendidik maupun tenaga kependidikan. Oleh karena itu perlu dijelaskan nanti

322

Page 32: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

peranan Departemen agama dalam aspek khusus dalam keagamaan, itu yang pertama.

Yang kedua, nanti ini akan ada dibawah Dirjen yang diluar Dikti dan bagaimana nanti jangkauan terhadap pendidikan tinggi ini, bagaimana jembatannya dengan organisasi profesi, dan juga dengan penyelengara pendidikan seperti Muhammadiyah, NU, Taman siswa dan lain-lain, dan kalau badan akan sangat mudah untuk dikembangkan secara fisik dan secara fungsional mereka akan masuk di dalam badan itu. Oleh karena itu kami belum puas dengan adanya tupoksi sebagaimana yang ada sekarang.

Jadi kami masih menginginkan hal yang bisa menjamin perspektif hal yang berprinsif kesetaraan dan berkeadilan dalam gelamya sosial masyarakat Indonesia.

Terima kasih.

ANGGOTA F-PKB (H.M. DACHLAN CHUDORIE):

Terima kasih saya hanya ingin menambahkan.

Pada waktu itu kita merasa prihatin dengan nasi b guru yang katanya guru yang dihormat kemudian melorot martabatnya apalagi setelah munculnya raja­raja kecil di daerah sehingga mantan kepala pasar saja bisa menjadi kepala Dinas Pendidikan, sesudah itu pakaiannya pun harus diganti dengan pakaian dinasnya Pemda hampir sama dengan hansip dan pada waktu itu kita merasa ketir, dan mereka juga mengeluh, sebaiknya guru itu secara sentralistik ada yang membinanya.

Oleh karena itu muncullah ini, dan itu sebelum ada badan dinas ini. Jadi saya kira kalau badan itu mampu menjiwai makna hystoris yang berkembang pada waktu itu barangkali buat apa kitajuga menambah birokrasi yang berbelit-belit.

Terima kasih.

ANGGOTAF-PD (DRS. BALKAN KAPLALE):

Dalam halaman 17 ini Pasal 34-37 usulan DPR mengenai badan pembinaan dan pengembangan profesi disetujui oleh Timcil untuk dihapus. Yang kedua pemerintah pada saat itu akan menyajikan tupoksi di DIM 291 dan DIM 325. Pasal 30 : 4'Perencanaan kebutuhan pendidikan penempatan pembinaan dan pengembangan guru dan dosen dilaksanakan oleh Menteri dengan memperhatikan masukan dari Menteri agama, Dewan pendidikan nasional serta organisasi profesi"

323

Page 33: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

Beberapa hari yang lalu kita mengadakan RDPU dengan Perguru dan Muhammadiyah, waktu itu mereka sangat merasa langsung dibina o leh Pendidikan Nasional, Oleh karena itu saya masih ingat Pak Diro dan Pak Wayan ,berbicara di Kopo tentang kemungkinan badan baru itu, tetapi setelah bentuk badan baru ini yang disebut .... maka dengan demikian de facto dan de jure nya sudah diambil alih oleh Mutendik dan kita dukung mutendik ini seperti usul dari F-KB tadi, lebih baik kita dukung saja karena masih ada penjelasanjob diskription ini bagus benar dan kalau ini dalam pengawasan kita Insya Allah kedepan ini bisa satu atap.

Terima kasih.

ANGGOTA F-PAN (DRS. H. MUNAWAR SHOLEH):

Terima kasih.

Assalamu' alaikum Warahmatullahi Wabaraaatuh.

Soal Sadan yang <lulu direncanakan waktu kita diskusi kita di Kopo. Dan sekarang muncul dirjen Muntendik sangat rnemperhatikan aspirasi dari Komisi VI, saya ingat betul dan sekarang sudah Komisi X. Jadi menurut saya Pak karena ini ide awalnya dari kita dan banyak aspirasi yang mungkin belum tertampung, bagaimana kalau tupoksi yang merupakan Keprnen yang tugas pokok dan fungsinya itu dibuka pintu lagi dan saya tidak berharap ada amandemen, sebab kawan-kawan yang lain belum puas, jadi kalau badan tersebut tidak mengcover kita akan tetap mengusulkan badan tersendiri, misalnya soal bagaimana mengakomodir tentang pembinaan guru-guru swasta itu barangkali harus ada spesialisasi kemudian soal kesejahteraan dan advokasi pada guru sangat kurang. Jadi itu harapan kita, terhadap adanya badan tersebut.

Jadi sekali lagi saya berharap ini semuanya masuk dalam tupoksi baik didikti maupun mutendik, saya melihatjalan tengahnya seperti itu.

Terima kasih.

ANGGOTA F-PKS (YUSUF SUPENDI, Le):

Terima kasih,

Jadi kalau kita mau rnemahami Al-Qur'an Nulkariem maka kita harus memahami Ashabul nujur yaitu latar belakang kenapa ayat itu turun? Kemudian kalau kita rnemahami Hadits, harus mengerti Ashabuluruz kenapa masalah itu muncul. Kemudian kalau kita memperlajari Mutendik ini maka kita harus memaham i Asbabul uruznya.

324

Page 34: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

Jadi seingat saya, latar belakang dan motivasi wujudnya mutendik ini ketika di Kopo, oleh karena itu saya berpendapat tidak perlu dibikin badan mengenai Guru dan Dosen ini. Mungkin tinggal apa yang diinginkan oleh DPR tinggal dirumuskan saja dan direvisi, apa yang telah digariskan oleh mutendik, tentu dalam hal ini, karena mutendik ini mengenai urusan Guru tentu harus dilibatkan juga Diktinya dengan Dosen itu.

Terima kasih. Dan mungkin sebagai tambahan pengalaman tentang Undang­Undang Nomor 41 tentang Waqof tahun 2004 Pasal 47 disitu diperintahkan untuk membuat badan Waqaf Indonesia dan sampai saat ini belum terwujud padahal sudah hampir I tahun.

Terima kasih.

ANGGOTA F-PPP (H. DAROMI IRJAS, SH., MSi) :

Kebetulan yang di Panja tidak ada yang hadir, oleh karena itu, karena ini persoalannya sudah jadi kesepakatan Tim Panja dengan Pemerintah maka itu bisa kita pahami.

KETUA RAPAT :

Justeru Pasal ini sampai disini. Karena kami pada waktu itu baik di Timcil maupun di Panja berpandangan bahwa ini harus dibawa ke Raker untuk melihat apakah benar-benar usulan mengenai badan ini apakah tugas dan fungsinya sudah tertampung atau tidak, justeru pada kesempatan tadi diputar supaya memperoleh gambaran yang lebih urn um. Jadi memang ini belum final. Silahkan ada tambahan dari Prof. Anwar, silahkan.

WAKILKETUA (PROF.DRH.ANWARARIFIN,&IPDIDS/F-PG):

Terima kasih.

Waktu malam itu sayajuga yang mimpin, saya hanya memperkuat saja Pak Irsyad dengan Pak Munawar, bahwa sebenarnya sampai hari ini Pemerintah masih meng-anak tirikan swasta, kalau kita Iihat dalam alokasi dana APBN itu memang masih jauh dari harapan, itu yang pertama Pak, Jadi kalau badan ini ada badan ini bukan hanya terdiri dari birokrat, kawan-kawan dari swasta juga bisa masuk.

Yang kedua, nama Dirjen ini adalah dirjen Pendidik, tenaga pendidik jadi yang diatur hanyalah Guru saja, ini seolah-olah bertentangan dengan istilah pendidik yang ada dalam Undang-undang pendidikan. Saya kira itu sangat prinsifil dan untuk kawan-kawan yang diperguruan tinggi terutama dosen-dosen swasta

325

Page 35: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

yang menderita j~ karena tidak semuanya swasta bagus, itu tidak mendapat perhatian dan tidak pemah rnenjadi Rektor di PTS memang tidak merasakan penderitaan.

Jadi cara alokasi dana dari Pemerintah itu PTN seluruhnya baru lari ke ko~ ini nanti kuenya semakin kecil,jadi saya kira ini harus menjadi perhatian. Jadi itu latar belakang kenapa harus ada badan ini Pak, karena mutendik itu tufoksinya tidak sesuai dengan Undang-undang pendidikan, kita tidak melihat bahwa itu hanya mengurus guru saja dan perguruan tinggi tid~ sehingga ada kesan Pak Menteri bahwa di departemen pendidikan ini tidak ada kubu" pendidikan tinggi dan ada yang menengah kebawah dan itu kesan yang timbul, dan ini menjadi diskusi yang hangat dikalangan kita kenapa perguruan tinggi ini seperti seolah kerajaan tersendiri dan SMA kebawah juga seperti kerajaan kebawah, selalu seperti air dengan minyak. Dan ini adalah kebijakan yang kita buat dan ini yang harus kita perbaiki oleh karena itu diterobos dengan satu badan, kira-kira seperti itu.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Jadi kalau tadi kita lihat sebagian Fraksi sudah berusaha untuk tetap mengusulkan untuk supaya badan ini tetap terus, sebagian lagi menginginkan supaya ini bisa ditarik dengan catatan harus ada penyempumaan di tufoksinya didasmen, dirjen mutendik. Jadi saya mengusulkan kompromi agar ini bisa berjalan.

Khusus mengenai Pasal 34 ini, karena ini baru tahapan awal didalam kita mengajukan itu, kita lengkapi saja pak ada 2 mengenai pengelolaan guru ini yang satu adalah berisi rincian dari mutendik itu seperti apa, karena saya juga baru menerima suratnya tertanggal Juli tapi kami baru menerima minggu yang lalu, berkenaan dengan keputusan Meneteri Pendididikan tahun 2005 tentang organisasi dan tata kerja Direktorat Mutendik itu dan saya baru menerima minggu lalu.

Jadi usul saya nanti biar masyarakat bisa menilai yang lebih dibutuhkan posisi mana yang dibutuhkan dan kita pakai posisi sekarang yang sama-sama yaitu pemerintah mengajukan rumusan mutendik sementara Komisi yang kemarin mengajukan usulan kita ajukan juga dalam bentuk yang sama nanti kita ajukan dalam sosialisasi sebagai lampiran untuk kita ini.

ANGGOTA F-PAN (H. ADE FIRDAUS, SE):

Jadi saya kira sebagian dari Fraksi-fraksi menyatakan ini dicabut, saya kira tinggal menambahkan saja dari tufoksi dan dikti saja.

326

Page 36: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

ANGGOTA F-PKB (MASDUKI BAIDLOWI) :

Pimpinan, saya mendengarkan dari teman-teman dan saya tadi ragu akan bicara karena dalarn Panja kami tidak datang, oleh karena itu setelah kami mendengar dari Prof, Anwar, pikiran saya katakanlah diperlukan satu lembaga yang sebagaimana yang kita kehendaki, penyelesaiaan yang paling baik seperti yang dikatakan oleh Pak Heri, kita akan buktikan dengan konsep tertentu dengan pemerintah.

Saya kira itu,terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi kalau ini disetujui kita uji konsep saja, diantara 2 konsep itu mana yang kira-kira publik yang lebih bisa menerima.

Kami persilahkan Pemerintah

PEMERINTAH:

Jadi saya agak bingung Pak Ketua, karena Pemerintah tidak mengusulkan apa-apa, usulannya ini hilang.

KETUA RAPAT:

Jadi usulnya itu adalah bukan hilangnya, itu yang sifatnya tentatif dan menjadi kesimpulan sementara yang akan kita ajukan dalam forum ini, untuk mencapai keputusan, maka usulan badan pembina profesi guru clan dosen itu dihapuskan atau terus, ini has ii Panja Pak. Kemarin itu perkembangannya yang berkembang adalah mengapa ini dianggap perlu untuk dihapuskan karena sudah tertampung di dirjen mutendik. Karena itu pada rapat hari ini pemerintah akan menyajikan tufoksi dirjen mutendik itu sudah kita lakukan.

Setelah ada presentasi tadi semua fraksi tidak semuanya setuju, tapi belum semuanya fraksi menyetujui pencabutan, karena ini asalnya dari DPR dari Komisi, dan kalau masih ada Fraksi yang belum mencabut maka kita akan berikan jalan tengahnya yaitu kita masukan sebagai lampiran kita masukan badan ini tentang perlu atau tidak nya badan ini kita konsultasikan kepada publik.

ANGGOTA F-PDIP (Dr. IR. WAYAN KOSTER, MM):

Terima kasih Pimpinan.

Tadi satu jalan tengah yang baik, bahwa Direktorat ini kalau memang ada ketentuan disini dalam tufoksinya itu bisa disepakati lagi, dan kalau 2 konsep ini

327

Page 37: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

di uji saya kira kurang pas, jadi saya mengusulkan lagi untuk diputar lagi tiap fraksi.

Terima kasih.

WAKILKETUA (PROF.DRH.ANWARARIFIN,s.IPDIDSIF-PG):

Jadi ada kesalahan disini, saya yang Pimpin rapat, clan diskusi ini muncul belum disepakati itu akan dihilangkan itu dipending untuk ,minta persandingan dari pemerin~ dan yang muncul disini di pemerintah bahwa sudah disepakati oleh tim Panj~ sebenamya hanya di pending dulu. Jadi saya setuju dengan Pak Heri kita uji publik dulu, yang mana yang bisa diterima masyarakat.

Saya kira demikian, terima kasih.

PEMERINTAH:

Saya mengusulkan altematiflain untuk membikin lebih bingung lain, bahwa yang diamanatkan dalam RUU ini adalah rnengenai pembinaan dan pengembangannya, bukan badannya. Mengenai ketentuan-ketentuan yang lainnya, pembinaan dan pengembangan itu selanjutnya dikembalikan atau diamanatkan oleh pemerintah, jadi apa saja yang akan menjadi peraturan disini kita atur untuk di list disini. Kemudian diatur didalam peraturan pemerintah, kita tidak mengamanatkan badannya tapi mengamanatkan bagaimana kita mengelola, kalau ada aspirasi mengenai sentralistic silakan saja dilist disini dengan itu kami bisa mengamandemen tupoksinya tidak harus menciptakan badan baru.

KETUARAPAT:

Saya minta tolong untuk ditayangkan mulai Pasal 34 yang versinya DPR. Versinya DPR itu yang mengenai badan dan mutendik ini terdiri dari Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36. Itu bisa dibaca kembali, dan kalau memang ini kita punya tiga usulan. Cukup dicatat saja dalam rapat ini keseluruhan tugas, fungsi pokok tadi yang belum tercakup menjadi tugas Pemerintah untuk memperbaiki tupoksi, usulan yang keduanya adalah yang disampaikan oleh Pak Menteri bahwasannya yang diatur di sini adalah tugas-tugas tadi yang seluruhnya yang harus dicakup oleh badan itu yang harus dicantumkan di sini. Dan usulan ketiganya adalah dengan tetap memuat ini sebagai bahan uji publik untuk memperoleh satu respon tetapi belum di dampingkan dengan tupoksi mutendik, dengan diserahkan nantinya kita lihat responnya masyarakat seperti apa.

Jadi ada tiga altematif ini, saya ulangi sekali. Yang pertama adalah dengan mempersandingkan badan dan mutendik untuk dipublikan, kedua dengan mendaftar keseluruhan tugas apa yang harus dilakukan oleh badan itu dan

328

Page 38: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

ketentuan itu nanti dimasukan ke dalam Pasal ini. Ketiga, cukup menginventarisir apa yang belum ada di dalam mutendik yang sekarang ini, dan itu nanti dijadikan catatan Raker ini agar Menteri memperbaiki tupoksi dari mutendik ini sendiri. Saya kira ada tiga alternatif, sebaiknya saya putar saja langsung.

Saya persilahkan.

ANGGOTA F-PG ( ••..••• ):

Terima kasih.

Putaran ketiga ini kami memang sudah melihat adanya visi yang mengarah kepada apa yang kita inginkan pada saat kami mendukung usul adanya badan, yang ini muncul dari bawah. Sekurang-kurangnya PGRI mengusulkan ini dan kita habis-habisan membela visinya PGRI itu. Kedua, kami juga memperhatikan bahwa realitas sosial guru ini ada yang guru umum dan ada yang guru agama. Di sini belum tercermin secara signifikan bahwa guru agama pun dalam kaitannya dalam tu gas pelaj aran keagamaan dan juga akhimya menj urus kepada keimanan, ketaqwaan, dan akhlaq mulia, kurang tercermin di dalam elaborasi apa yang disampaikan oleh Pemerintah tadi. Ketiga, jangkauan guru yang diatur oleh Undang-Undang ini adalah menyangkutjuga pendidikan tinggi, setidaknya dalam pikiran DPR. Namun karena Direktorat Jenderal ini suatu direktorat yang diluamya ada pendidikan tinggi, ini juga belum tergambar bahwa kewenangan apa yang diatur pendidikan tinggi itujuga diatur di sini.

Kemudian yang berikutnya adalah keikutan organisasi profesi yang berorientasi kepada kesejahteraan, perlindungan-perlindungan hukum danjuga masa depan dari korps guru. Ini kalau bisa dijelaskan menurut saya itu sudah bisa memadai dan yang benar-benar nantinya menjadi suatu hal yang tidak mudah ditinggalkan, perspektif sosiologis seperti itu. Jadi altematif dari Pak Pimpinan barangkali ada di antaranya yang bisa kami pilih nanti.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Jadi kira-kira FPG memilih lebih baik yang disemputnakan. Jadi merangkum dua. Jadi kira-kira kita daftar saja supaya mencakup keseluruhan itu, nantinya kita tidak bicara badan tapi pasal ini diisi fungsi. Deretan fungsi yang harus dicakup oleh badan itu.

Silahkan berikutnya dari PDIP.

329

Page 39: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

ANGGOTA F-PDIP ( •••..••..• ) :

Dari PDIP kan yang menawarkan usulny~ makanya PDIP setuju sama seperti tadi.

KETUARAPAT:

Jadi sama dengan Pak lrsyad, kira-kira kita ambil tengah sama seperti usul Pemerintah. Dari FKB? Samadengan Pemerintah? Kami persilahkan. Samajuga, PKS juga sama?

ANGGOTA F-PD (DRS. BALKAN KAPLALE) :

Saya minta tolong dilihat buku miring, istilah saya buku miring. DIM 291-302 dan seterusnya pada saat itu kita hapus, ini ada dokumennya. Oleh karena sudah dihapus saya kira sudah selesai.

KETUARAPAT:

Kita cari jalan keluarnya.

ANGGOTA F-PD (DRS. BALKAN KAPLALE):

Jalan keluarnya kita hapus dan kita cari muntendik ini, mungkin kita beri sedikit keberaniannya untuk menangani masalah guru secara nasional.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi tadi direspon oleh Golkar dan yang lainnya yang pada intinya pasal ini tetap akan ada tetapi isinya lebih pada mendeskripsikan fungsi tapi tidak mendeskripsikan badannya. Saya kira ini kita sepakati ya?

(RAPAT: SETUJU)

Semuanya harus masuk point-point itu dan kita tugasi Pemerintah untuk merumuskannya sebagai bahan untuk konsultasi. Merumuskan tapi hams dikonsultasikan juga. Jadi itu nanti yang menjadi bahan dari konsultasi publik itu. Saya kira tujuh point ini sudah selesai. Pak Anwar mungkin ada tambahan?

WAKILKETUA(PROF.DRH.ANWARARIFIN,S.IPDIDS/F-PG):

Masih ada yang tersisa dan itu ada tiga yaitu ini dipending mengenai profesional, organisasi profesi dan sertifikat profesi. Jadi dari tim ahli kami itu

330

Page 40: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

sudah ditemukan melalui internet mengenai definisi profesional. Saya kira itu lebih elegant bisa dibaca draft kita. Saya kira itu saja saya ingatkan dan saya sebentar lagi kalau belum selesai saya minta izin untuk pindah ke tempat lain.

Terima kasih.

KETUARAPAT:

Jadi tolong dilihat Pasal I ayat (4) tentang Definisi profesional yang pada waktu itu Pak Menteri ingin memasukan. Ini ada rumusan yang diserahkan, dan yang berikutnya yang dipendingjuga adalah 12 dan 13 mengenai sertifikat profesi dan organisasi profesi guru dan dosen. Karena ini terkait semua dengan kata profesi semua pada intinya. Saya kira kalau yang pertama ini terselesaikan, berikutnya tidak terlalu mudah. Ini yang menjelaskan Pak Anwar, dari tim ahli atau bagaimana?

WAKILKETUA (PRORDR.H.ANWARARIFIN,S.IPDIDS/F-PG):

Saya kira di situ sudah tertulis jadi alternatifnya itu yang diwama biru. Profesional adalah pekerjaan atau perbuatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber nafkah hidupnya serta memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu agar memuaskan pemakai jasa yang dihasilkan.

KETUA RAPAT:

Saya rasa ini cukup bagus. Kita terima saja? Menggantikan dari draft awalnya. Saya persilahkan.

PEMERINTAH:

Jauh lebih bagus yang biru ini, apalagi kalau ditambah yang dibawah itu memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau nonna tertentu serta memerlukan pendidikan diatas pendidikan um um. Supaya profesi ini tidak digeneralisir seperti profesi tukang listrik atau sebagainya. Ini pendidikan tinggi.

KETUA RAPAT :

Ada usul tambahan dari pihak Pemerintah? Bisa kita setujui? Tidak menggunakan kata nafkah yang lainnya adalah penghasilan. Jadi ada usul dari Pemerintah to long diberi wama merah saja duJu. Yang lamanya dihapuskan dulu.

331

Page 41: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

WAKIL KETUA (PROF.DR.ff. ANWAR ARIFIN,S.IP DIDSIF-PG):

lni pertanyaan pada Pak Menteri, kalau guru itu 03 itu yang mana tingkat profesinya. Bagaimana kalau tamatan 03 itu Pak? Yang dimaksud di atas pendidikan umum itu yang mana?

PEMERINTAH:

Haros pendidikan tinggi. Sekarang lulusan SMK pun juga profesi karena sekarang ada BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Yang dimaksudkan itu tukang listrik, tukang ledeng, tukang kaca, tukang batu. Kasihan guru ini kalau disejajarkan dengan itu. Jadi perlu penekanan bahwa di sini untuk pertama kalinya kita mendefinisikan profesi di sini dalam Undang-Undang. Sehingga tidak kacau pengertian profesi ini. Sehingga perlu kata-kata bahwa untuk mencapai profesi itu diperlukan pendidikan di atas pendidikan umum. Atau lebih tegasnya memerlukan pendidikan tinggi. Yang memerlukan pendidikan khusus jenjang pendidikan tinggi, itu lebih tegas lagi.

WAKILKETUA (PROF.DR.H.ANWARARIFIN,&IPDIDS/F-PG):

Saya ingin ingatkan bahwa di Undang-Undang Pendidikan itu yang disebut pendidikan profesi itu memangsesudah sarjana Kalau kita berpedoman di situ saja, itu saya kira dengan sendirinya itu. Itu yang membuat kita sedikit beda pendapat dengan kawan-kawan di kendinasan itu karena kita menetapkan pendidikan kedinasan itu ada1ah pendidikan profesi, sedangkan yang dimaksucl pendidikan profesi itu adalah pendidikan sesudah sarjana. Nanti kawan-kawan kita yang 03 itu belum bisa kita pandang memiliki pendidikan profesi. Jadi kalau kita konsisten saja pada Undang­Undang Pendidikan, saya kira itu lebih bagus.

KETUARAPAT:

Jadi kalau bisa disimpulkan tambahan Pak Barn bang ini tidak salah, harusnya memang begitu. Tapi karena itu sudah termaktub di dalam Undang-Undang Sisdiknas maka kalau dikutip lagi menjadi redanden.

PEMERINTAH :

Kalau begitu mungkin yang memiliki keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memiliki standar mutu atau nonna tertentu sesuai Undang-Undang.

KETUARAPAT:

Tidak perlu Pak. Kalau memuaskan jasa pemakai itu perlu Pak.

332

Page 42: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

PEMERINTAH :

Serta memerlukan pendidikan profesi, begitu saja sudah. Pendidikan profesi sudah ada Undang-Undangnya.

KETUA RAPAT :

Tambahannya adalah serta memerlukan pendidikan profesi. Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Saya kira itu diterima, tolong dilihat halaman 3. Masih ada waktu 5 menit. Ini ada pertany~ kemarin sudah coba dijelaskan perbedaannya antara sertifikat kompetensi dan sertifikat profesi. Dari seluruh diskusi kita baik dari tim kecil maupun Panja, tampak sekali bahwa istilah pengertian sertifikat kompetensi itu tidak bisa diganti. Dia harus tetap ada sertifikat kompetensi. Namun demikian, tetap juga boleh muncul istilah sertifikat profesi. Namun demikian pengaturannya adalah sertifikat profesi itu adalah dikeluarkan oleh organisasi profesi bukan oleh lembaga perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kerja pendidikan dan lain-lain. Itu tidak begitu yang kemarin kita diskusikan.

WAKILKETUA(PROF.DR.H.ANWARARIFIN,&IPDIDS/F-PG):

Pak Herl, itu sudah ada perkembangan. Itu memang menjadi persoalan siapa yang mengeluarkan. Jadi itudiskusinya memang panjangkarenadipandang belurn ada organisasi profesi guru. Yang ada organisasi kemasyarakatan. J adi kemarin itu disitu hambatannya sampai saat ini masih dipending. Jadi bukan organisasi profesi atau siapa yang mengeluarkan itu. Dalam pembicaraan tidak resmi dengan Pak Fasri bahwa perguruan tinggi yang terakreditasi. Jadi mengikuti Undang­Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional itu. Jadi pendidikan keguruan yang terakreditasi. Tapi itu masih dalam bentuk wacana

KETUA RAPAT:

Jadi mohon diskusi sebelumnya yang pemah saya ikuti pada saat itu , kalau ini rumusannya tetap seperti ini maka bisa overlaping atau kontradikti dengan butir l l nya. Karena butir I I nya itu dijelaskan sekali lagi bahwa sesuai dengan Sisdiknas. Kalau kompetensi itu yang mengeluarkan adalah lembaga pendidikan tinggi yang terakreditasi. Sedangkan sertifikat profesi di sini dengan rumusan seperti itu sebagai pengakuan kewenangan guru dan dosen memiliki akreditasi akademik dan sertifikat profesi. Jadi sekaligus kualifikasi akademik dan kompetensi itu yang mengeluarkan siapa, ini persoalannya. Bahwa itu memang diperlukan iya, tapi siapa yang mengeluarkan itu yang belurn ada kesepakatan

333

Page 43: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

kita. Maksud saya karena ini uji publik, itu kita sebut saja salah satu. Kalau satu-dua itu akan overlaping. J adi apakah untuk kepentingan konsultasi publik ini maka kita harus memilih. Tidak bisa istilah ini menjadi overlaping begini.

Kami persilahkan Pak Menteri dahulu baru kemudian Pak Balkan.

PEMERINTAH:

Kalau kita lihat realitasnya saat ini belum ada satu pun dari profesi yang sudah ada, profesi yang relatif matang, seperti ikatan dokter, ikatan akuntan. Yang betul-betul full mengatur dirinya sendiri, itu belum ada. Jadi yang terjadi sekarang adalah bahwa sertifkat profesi itu diatur bersama seperti dalam kasusnya akuntan misalnya. Itu untuk memberikan akreditasi kepada satuan pendidikan yang berhak mengeluarkan sertifikat profesi itu direkomendasikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Kemudian itu diusulkan kepada panitia ahli ijazah akuntan yang kebetulan ketuanya saya sendiri, dengan tanda tangan saya disampaikan ke Dirjen Dikti. Baru dirjen Dikti approval final itu. Jadi kalau profesi mengatakan tidak, tidak akan bisa dikeluarkan itu. Tapi tetap saja finalnya itu approval terakhir itu oleh Pemerintah. Apalagi ini guru yang untuk tenaga profesi. Maka betul itu dengan membership yang cukup besar, mungkin itu akan paling cepat saya kira baru l S tahun. Paling cepat akan ada organisasi profesi yang mempunyai posisi tawar, berhadapan dengan Pemerintah dan betul-betul dewasa dan mampu mendisiplinkan anggotanya sendiri. Itu akan dibutuhkan waktu sekian itu. Jadi akan ada permasalan di situ, kewenangan selama itu belum eksis.

KETUARAPAT:

Jadi kira-kira rumusan konkretnya seperti apa? Kalau yang saya tangkap dari Pak Bambang tadi adalah Pemerintah bersama-sama dengan organisasi profesi. Silahkan Pak Balkan.

ANGGOTA F-PD (DRS. BALKAN KAPLALE):

Terima kasih.

Tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas inilah yang melahirkan 12, 13. Malam itu kebetulan Timcil berhadapan dengan bidang hukum waktu itu Pak Cipto dan Pemerintah Pak Fasri. Sebenamya dua itukan gara-gara ini. Kalau dua-dua ini dihapus juga tidak ada masalah. Karena 7, 8, 9 10 ini sudah mengakomodir sampai 14, 15, 16, 17, ke bawah ini. Jadi usul saya ada dua, pertama tetap kita akomodir hari ini masuk arena l 2, I 3 atau kita hapus saja. Karena pengertiannya mulai dari 7 itu saling kait mengkait. DIM-DIM itu mulai dari DIM 27, 23, 25 dan seterusnya itu kait mengkait.

334

Page 44: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

Jadi mohon dengan honnat, bukan berarti mau menyingkat waktu maka kalau kita baca yang sebaik-baiknya apa yang dikemukan Pak Menteri tadi, 7, 8, 9, 10, 11, ini semuanya terikat.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi kalau ini dihapuskan, ketentuan ini sulit karena ini ketentuan pokok yang di dalamnya sertifikat profesi itu berulang-ulang di dalamnya ada. Saya lupa hitungannya, ada ban yak. Jadi ketentuan ini tidak bisa hilang. Sekarang ini yang kami usulkan katakanlah sekarang ini kita setujui sebagai persetujuan sementara saja untuk kebutuhan konsultasi publik itu, karena itu yang diajukan oleh Pemerintah tadi kita terima. Dikeluarkan oleh Pemerintah bersama dengan organisasi profesi yang bersangkutan.

Saya kira itu ya? Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Dengan demikian nomor duanya sebaiknya tidak ada ini, kebetulan ada Pak Menteri. Pak Sucipto juga ada menjalankan. Berikutnya mengenai organisasi ini berbadan hukum atau cukup terdaftar.

Silahkan Pak.

PEMERINTAH:

Formulasinya masih belum. Yang 12 itu yang telah memiliki kualifikatif minimal dan sertifikat kompetensi sesuai dengan bidangnya, yang dikeluarkan oleh Pemerintah bersama-sama dengan organisasi profesi.

KETUA RAPAT:

Saya kira perbaikan sedikit bolehlah kalau untuk kalimat ini redaksional ke Timus ya. Dan selanjutnya kami serahkan, mumpung di sini ada Pak Hamid.

Silahkan Pak.

PEMERINTAH:

Memang inikan sudah lama dibahas karena itu hendaknya kita melihat juga kepada apa yang sudah ada di Undang-Undang Sisdiknas di Pasal 43 ayat (2) dikatakan : Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga pendidikan yang terakreditasi.

335

Page 45: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

KETUA RAPAT:

Tolong dilihat berikutnya itu, sertifikat itu untuk menyatakan kompetensi dan tolong dilihat definisinya itu. Saya sudah baca berkali-kali itu. Yang di sini sertifikat profesi itu terdiri dari pengakuan kewenangan dosen yang telah memiliki kualifikasi akademik dan sertifkat kompetensi. Jadi beda.

PEMERINTAH :

Jadi kita membayangkan pertama dia memenuhi kualifikasi akademik S 1, kemudian masuk pendidikan profesi 40 SKS. Kompetensi keguruannya diperoleh di sini tapi karena dia sudah mempunyai kualifikasi akademik tambah kompetensi pedagogik, maka diberikanlah dia sertifikasi untuk mendidik. ltulah sertifikat profesi dia.

KETUA RAPAT:

Karena itu dibedakan, ini jangan dicampuradukan juga pendidikan profesi dengan sertifikat profesi ini. Kalau yang dimaksud itu tidak diatur di dalam. Kita sudah debat waktu itu. Saya mencontohkan pada waktu itu, saya ingat kita mengenal pendidikan profesi itu seperti misalnya apoteker, dokter, dan lain-lain. Gelarnya diberikan tetapi izin prakteknya sendiri ada diatur juga bersama dengan Pemerintah dan organisasi profesi. Kalau ijazahnya itu tidak bisa dicabut, sedangkan lisensi untuk profesinya itu diuji kembali untuk setiap lima tahun.

PEMERINTAH:

Pak Satrio bisa menjelaskan Pak, bagaimana sertifikasi dari berbagai profesi yang lain. Silahkan.

KETUA RAPAT:

Saya usulkan diskusi ini kita diskusikan nanti lebihjauh karena ini yang tadi diusulkan oleh Pak Menteri juga. Nanti di dalami secara lebih jauh. Syukur­syukur nanti dalam konsultasi publik dan kita bisa lompatkan pada pasal berikutnya yang berkaitan dengan hukum atau yang lainnya. Saya mohon maaf saya kira waktu itu sudah ada. Kalau Pak Satrio tidak hadir pada waktu itu, bukan salah kita juga. Silahkan.

PEMERINTAH:

Singkat saja, jadi setelah seseorang itu menempuh pendidikan profesi, dia mendapat sertifikat profesi yang mempunyai jangka waktu yang dapat diperpanjang atau dihentikan sesuai dengan prestasi, kinerja dan itu lewat dari

336

Page 46: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

Dewan Kehonnatan profesi yang bersangkutan. Jadi singkatnya ijazah itu seumur hid up tapi sertifikat profesi itu pWlya jangka waktu, bisa dicabut dan diperpanjang. Itu yang ingin kita terapkan juga nanti. Yang memberikan itu misalnya untuk dokter yaitu FK tetapi atas persetujuan dari IDI dan ditangani bersama antara IDI, kolegiurn clan FK.

KETUA RAPAT:

Saya kira setuju ya? Sama seperti Pak Menteri saya kira. Bersama antara Pemerintah clan organisasi profesi. Tadi jelas sekali. Pemerintah boleh menugaskan kepada universitas manapun silahkan Pemerintah, tapi urgensinya tadi disepakati juga oleh organisasi profesinya untuk satu periode tertentu.

PEMERINTAH :

Jadi saya melihat ini berarti dia harus lulus dari LPTK yang terakrediasi dan memenuhi ini. Kemudian dia harus memenuhi itu, jadi tidak ada pertentangan.

KETUA RAPAT:

Saya kira tidak ada masalah ya?

(RAPAT: SETUJU)

Berikutnya kami persilahkan.

ANGGOTA F-PAN (DRS. H. MUNAWAR SHOLEH):

Sebentar Pak, sayahanya baca distandarnasional pendidikan. Karenajustru lebih banyak orientasinya pada sertifikat profesi dan kompetensi pada proses penjenjangan. Ketika profesi untuk guru, sertifikat kompetensi untuk guru dan sertifikat kompetensi untulc dosen. Coba Bapak baca di standar nasional mutu. Bayangan saya kalau seorang guru seperti gambaran itu apakah tidak berat sekali?

KETUA RAPAT:

Saya bacakan dulu. Undang-Undang tidak mengutip PP. Undang-Undang mengutip Undang-Undang lainnya bukan mengutip PP. Saya bacakan di sini Pasal 61 : Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. Di Undang­Undang Sisdiknas tidak ada menyebut sertifikat profesi sama sekali. Saya kira jelas. Sebenarnya ada satu point yang sangat penting yang kita ingin mendengarkan penjelasannya dari Menteri Hukum yang terkait masalah apakah

337

Page 47: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

profesi guru dan dosen itu hams berbadan hukum atau cukup terdaftar atau kedua-duany~ berbadan hukum dan terdaftar.

Kami persilahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH :

Bapak Pimpinan dan Ibu/Bapak para Anggota Dewan yang terhormat

Memang ada di dalam statblaad 870 dalam perdata. Kalau sebuah entiti itu mau dijadikan badan huk~ maka dia harus menjadi perkumpulan. Dalam praktek sekarang ini organisasi profesi yang ada dan sebagainya tidak ada yang berbadan hukum. Yang berbadan hukum itu partai politi~ organisasi kemasyarakata~ yayasan, koperasi semua itu berbadan hukum. Dan mekanismenya didaftar di Departemen Hukum dan HAM.

Sekarang choice kita adalah kalau kita mau menjadikan organisasi profesi guru dan dosen menjadi organisasi yang berbadan hukum, maka dia hams berbentuk perkumpulan karena itu ketentuan dalam hukum perdata. Karena memang ketika dia menjadi badan hukum, dia membawa konsekuensi­konsekuensi tertentu misalnya kepemilikan asset-asset yang dimiliki terdaftar pada negara. Jadi itu penjelasan saya.

KETUA RAPAT:

Kemarin yang menjadi perdebatan, kalau dia bukan badan hukum bagairnana kalau dia memiliki asset? Misalnya PGRJ punya perguruan tinggi, maka seperti apa?

PEMERINTAH:

Itu akan pelik pada saat nanti terjadi sengketa perdata. ltu yang banyak melanda sekarang kan? Sengketa perdata antara perguruan dan apa, yayasan dan apa, itulah sebenarnya.

KETUA RAPAT:

Jadi kalau saran dari Pak Menteri sendiri harusnya seperti apa? Ber bad an hukum dan terdaftar atau cukup berbadan hukum?

PEMERINTAH:

Oleh karena itu dia harus dikatakan dalam formulasi perkumpulan. Nanti fonnulasi redaksinya kita cari formatnya.Ini untuk menjaga aspek yuridisnya?

Terima kasih.

338

Page 48: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

KETUA RAPAT :

Pada waktu itu saya kira kita hanya ingin mendengarkan undangan itu dari Pak Menteri. Jadi kalau demikian kita sudah benar merumuskannya adalah bukan sekedar terdaftar tapi berbadan hukum dan sekaligus terdaftar. Cukup ya? Jadi kita ubah dalam kurungnya itu dan terdaftar.

Silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH:

Saya kira kata organisasi yang kedua adalah organisasi profesi adalah perkumpulan berbadan hukum, bukan organisasi.

ANGGOTA F-PDIP (Dr. IR. WAYAN KOSTER, MM) :

Kalau sudah berbadan hukum, apa tidak berarti sudah terdaftar?

KETUA RAPAT:

Jadi cukup berbadan hukum.

Silahkan Pak Yusuf dulu.

ANGGOTA F-PKS (YUSUF SUPENDI, Le):

Sa ya mau mendukung tentang berbadan hukum, namun saya usul pada Pak Menteri sekarang karena proses yayasan yang bennasalah besar itu adalah ketika mengurus NPWP. Sedangkan dalam NPWP itukan nanti tidak membayar pajak. Oleh karena itu mohon kaitan dengan Undang-Undang Yayasan Nomor 16 yang direvisi menjadi Nomor 28 ketika proses berbadan hukum sampai pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM sampai kepada lembaran negara, tolong masalah NPWP itu dipertimbangkan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH :

Saya kira NPWP tetap perlu karena bukan hanya pajak pendapatan saja atau pajak-paj ak yang lain yang harus dibayar. Sekarang masalah disiplin, masa sebuah perguruan tinggi tidak punya NPWP.

339

Page 49: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

KETUA RAPAT :

Silahkan Pak Balkan.

ANGGOTA F-PD (DRS. BALKAN KAPLALE):

Menambah sedikit infonnasi pada Nomor 12-13 untuk wewenang Menteri Hukum dan Menteri Diknas, saya ambil contoh konkret pernah terjadi seperti yang dikemukakan oleh Pak Menteri tadi. SMA 6 PGRI Ciledug itu pemah diambil alih oleh organisasi, tapi karena SMA itu berbadan hukum yang bemama YPLP PGRI maka asset dan segala macam itu punya PGRI. Kemudian tidak bisa apa-apa karena berbadan hukum.

KETUARAPAT:

Saya kira sudah selesai ya.

Terima kasih kita sudah selesaikan. Keseluruhan draft tinggal dirapihkan oleh Tim Ahli. Dan yang saya ingin mintakan kepada forwn ini adalah mandat. Setelah nanti sendiri-sendiri ataupun bersama-sama Anggota bersama dengan Pemerintah melakukan konsultasi publik, kita akan menyerahkan kembali perbaikan naskah yang ada ini sesuai dengan kesepakatan yang lalu khususnya yang ekslusif dan common items mengenai dosen itu akan dibahas langsung ke dalam Panja. Setuju ya? Jadi Raker ini menugaskan kembali kepada Panja untuk menuntaskan. Setuju?

(RAPAT: SETUJU)

Dan kemudian setelah Panja selesai tentu saja kita laporkan kembali kepada Rapat Kerja seperti ini. Saya kira demikian.

Silahkan Pak.

WAKILKETUA(PROF.DR.H.ANWARARIFIN,S.IPDIDS/F-PG):

Jadi Raker ini juga memberikan kepercayaan kepada tim ahli bersama Pimpinan untuk merapihkan ini. Saya kira demikian.

KETUARAPAT:

Saya kira demikian lbu/Bapak sekalian, sebelum rapat ini ditutup kami persilahkan pihak Pemerintah untuk mengucapkan kata akhir.

340

Page 50: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

PEMERINTAH :

Kata akhir Pemerintah akan disampaikan oleh Menteri Hukum dan HAM.

PEMERINTAH:

Bapak Pimpinan, Bapak/Ibu Anggota Dewan yang terhormat.

Ada satu prinsip dalam hukum, jangan terlalu banyak bicara karena kalau terlalu banyak bicara maka banyak peluang untuk melanggar. Perkenankan saya menyampaikan kata akhir Pemerintah bahwa diskusi kita mengalami kemajuan yang sangat pesat mengenai Undang-Undang ini. Apapun yang kita lakukan ini adalah masalah bangsa, karena ini menyangkut institusi pendidikan kita yang selama ini kita keluhkan.

Oleh karena itu adalah komitmen Pemerintah untuk bergandeng tangan bersama Bapak/lbu wakil rakyat untuk segera menghasilkan out put diskusi kita ini menjadi instrumen negara. Oleh karena itu kami selalu siap untuk mendiskusikannya dengan Dewan.

Terima kasih atas segala bantuan dan kerja sama Dewan yang kami terima selama ini.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

KETUARAPAT:

Terima kasih sekali lagi kepada pihak Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Hukum dan HAM besertajajarannya. Kami dari Komisi X menyampaikan terima kasih yang sebesar-besamya juga atas seluruh kerja sama dan perhatiannya selama ini. Sehingga tugas konstitusional yang di bawah tangan kita bisa berjalan dengan baik.

Demikianjuga kepada seluruhAnggota Komisi X dan khususnyajuga Panja Guru dan Dosen dan ada lagi Tim Kecilnya, dan beberapa tim ahli yang ikut menunjang ini kami juga mengucapkan terima kasih. Semoga apa yang kita kerjakan semuanya ini menjadi amal baik kita dan berguna untuk bangsa dan negara kita.

Dan untuk itu marilah bersama kita tutup rapat ini dengan membaca Hamdalah, Alhamdulillahirrabbil 'alamin.

Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

341

Page 51: Menteri Hukum Hak. X DPR-RI Komisi X DPR RIberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200204...2020/02/04  · 41 Anggota dari 48 orang Anggota Komisi X DPR RI Had ir : Menteri Pendidikan

342

(DITUTUP PUKUL 16.45 WIB)

Jakarta, 28 September 2005 KABAGSET KOMISI X DPR RI

ttd

H. AGUS SALIM, SH NIP. 210001036