Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

18
I. PENDAHULUAN I.1. GAMBARAN SEKILAS INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR-Bun dan dalam pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta. I.2. KETERSEDIAAN LAHAN KELAPA SAWIT Ketersedian lahan kelapa sawit dapat dilihat pada data tersebut di bawah ini: Gambar 1. Peta Wilayah Penyebaran

Transcript of Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

Page 1: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

I. PENDAHULUAN

I.1. GAMBARAN SEKILAS INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit

merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber

penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak

kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah

Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.

Berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas

dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama

kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan

perkebunan rakyat dengan pola PIR-Bun dan dalam pembukaan wilayah baru untuk

areal perkebunan besar swasta.

I.2. KETERSEDIAAN LAHAN KELAPA SAWIT

Ketersedian lahan kelapa sawit dapat dilihat pada data tersebut di bawah ini:

Gambar 1. Peta Wilayah Penyebaran

Sumber: BKPM

Page 2: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

Gambar 2. Peta Persebaran Luas Lahan Dan Produksi Kelapa Sawit

Sumber: Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian

Page 3: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

II. PERKEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT

II.1. PERKEMBANGAN TERKINI INDUSTRI KELAPA SAWIT

Dalam laporan Reuters, tanggal 31 Januari 2008, disebutkan bahwa produksi

Palm Crude Oil (CPO) Indonesia meningkat dengan tajam dari 450.000 ton pada

tahun1976 menjadi 17.0 – 17,2 juta ton pada tahun 2007, sehingga Indonesia

merupakan produsen CPO terbesar di dunia mengungguli tingkat produksi Malaysia.

Lebih lanjut, Reuters pada tanggal 28 October 2008, menyebutkan bahwa

perkiraan produksi CPO Indonesia pada tahun 2008 meningkat menjadi 18.4 juta ton,

naik sekitar 7.5 % dibandingkan tahun 2007.

Namun ditengah meningkatnya kapisitas produksi nasional CPO dua tahun

terakhir ini, ternyata tidak diikuti dengan naiknya nilai penjualan CPO. Setelah bulan

Juni 2008, terjadi penurunan yang sangat tajam lebih dari 100% yaitu dari harga USD

1.209/ Ton pada bulan Juni 2008 menjadi harga USD 513/ Ton pada bulan Oktober

2008. (Lihat Tabel 1), Tabel 1.

Page 4: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

II.2. TINJAUAN KORELASI HARGA MINYAK SAWIT (CPO) DAN HARGA MINYAK BUMI (CRUDE OIL)

Sentimen pemanfaatan minyak sawit (crude palm oil, CPO) sebagai bahan

baku biodiesel telah menyebabkan permintaan terhadap CPO semakin meningkat. Hal

ini terkait dengan sentimen pengunaan bahan bakar nabati sebagai dampak dari

meningkatnya harga minyak bumi (crude oil), terutama di tahun 2007.

Harga CPO akan terus meningkat karena selain sentimen tentang pencarian

bahan bakar alternatif termasuk biofuel berbahan baku CPO, juga karena peningkatan

permintaan dari dua konsumen terbesar dunia, yakni India dan China, sejalan dengan

pertumbuhan ekonomi di kedua negara tersebut yang saat ini mencapai 8-10 persen

per tahun.

Sentimen tentang pemanfaatan minyak sawit menjadi bahan bakar nabati

muncul ketika harga minyak bumi (crude oil) naik secara tajam di tahun 2007, dari

sekitar US$50 menjadi US$90 per barrel. Pada saat yang sama harga CPO naik dari

US$600 menjadi US$900 per metric-ton. Pergerakan harga CPO dan harga minyak

bumi pada periode 1999-2007 nampak pada Gambar 3. di bawah ini:

Gambar 3. Pergerakan Harga CPO dan Crude Oil 1999-2007 (harga CPO dikalikan faktor 0.1)

Pengujian statistik korelasi harga minyak sawit dengan harga minyak bumi

pada periode 1999-2007 menunjukkan bahwa minyak sawit dan minyak bumi

Page 5: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

memang berkorelasi positif sebesar 0.68. Pada periode 2006-2007, korelasi

Pergerakan harga minyak sawit dan minyak bumi adalah 0.73. Sementara jika dilihat

pergerakan pada periode 1999-2005 korelasinya hanyalah 0.14. Korelasi sangat

positif sebesar 0.97 terjadi di tahun 2007 sejalan dengan meningkatnya sentimen

penggunaan minyak sawit untuk bio-diesel.

Hasil pengujian korelasi dan regresi harga minyak sawit dan minyak bumi

pada berbagai periode (1999-2007, 1999-2005, 2006-2007 dan 2007) terdapat pada

Tabel 2. Pengujian ini dilakukan berdasarkan data bulanan harga minyak sawit

(Rotterdam) yang penulis dapatkan dari web PT SMART Tbk . Sedangkan harga

minyak bumi diperoleh dan diolah dari data historis minyak bumi yang disediakan

oleh Energy Information Administration, official energy statistics from the U.S.

Government.

Tabel 2. Uji Regresi Harga Minyak Sawit dan Minyak Bumi

Dari hasil uji regresi pada Tabel 2 di atas, maka dengan menggunakan data pada

periode 2007, hubungan antara minyak sawit (CPO) dengan minyak bumi (CO) dapat

dituliskan sebagai:

CPO = 82.82 + 10.05*CO

Dengan demikian dapat disimpulkan, sentimen pemanfaatan minyak sawit menjadi

bahan bakar telah mengakibatkan bergesernya peran minyak sawit sebagai komoditas

bahan makanan menjadi komoditas energi.

II. 3. TINJAUAN TERHADAP HARGA MINYAK MENTAH (CRUDE OIL)

Tinjauan selama satu tahun ini dimulai dari November 2007 sampai dengan

November 2008, volatilitas harga minyak terbagi ke dalam dua periode tren, yaitu

periode November 2007 sampai dengan pertengahan Juli 2008 yang menunjukkan

tren meningkat, sedangkan periode setelahnya (sampai dengan sekarang) menandakan

tren menurun (Lihat Gambar 5). Penyebab-penyebab yang dapat diidentifikasi atas hal

tersebut adalah seperti terurai di bawah ini.

Page 6: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

II.3.1. Kemungkinan penyebab kenaikan harga minyak dunia:

1. Gejolak pasar ekuitas, problem kredit perumahan dan finansial di Amerika

Serikat yang terjadi sejak tahun lalu, membuat para trader dan hedge fund

mengalihkan investasi mereka ke sektor perminyakan dan beberapa komoditas

lain yang dianggap menjadi safe haven. Hal ini berkaitan dengan praktek

spekulasi.

2. Terjadi peningkatan konsumsi minyak terutama di sejumlah negara

berkembang, termasuk Cina dan India.

3. Ketegangan di kawasan Timur Tengah termasuk permasalahan nuklir Iran dan

Konflik etnis di Nigeria.

II. 3. 2. Kemungkinan penyebab penurunan harga minyak dunia:

1. Melambatnya ekonomi global akibat resesi ekonomi yang dialami oleh AS

karena AS adalah konsumen minyak terbesar di dunia.

2. Penambahan suplai minyak oleh negara-negara yang tergabung dalam OPEC

3. Meredanya ketegangan Iran – AS menyangkut permasalahan nuklir.

4. Terbongkarnya praktek manipulasi pembentukan harga minyak yang

dilakukan para spekulan oleh Commodity Futures Trading Commission/CFTC

Amerika Serikat.

Gambar 4. Harga Crude Oil November 2007 – November 2008

Page 7: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

III. PENYEBAB KELESUAN BISNIS CPO

Kepala Dinas Perkebunan Sumsel Syamuil Chatib, dalam harian Kompas,

Minggu (26/10) mengungkapkan, harga CPO di pasar dunia sekarang jatuh dari 1.000

dollar AS per ton menjadi 700 dollar AS per ton per September 2008. Namun, para

pengusaha tetap melakukan investasi karena kebutuhan CPO dunia sebanyak 25

persen dipenuhi dari kelapa sawit.

Sebagaimana dilaporkan oleh harian Kompas, Selasa 25 November 2008,

industri hilir kelapa sawit di Indonesia masih tergolong minim. Banyak potensi

pengolahan minyak kelapa sawit mentah menjadi produk turunan yang tidak

berkembang. Potensi ini hampir tidak tersentuh pengusaha, padahal pasokan bahan

bakunya sangat melimpah.

”Potensi produk turunan CPO banyak yang belum dimanfaatkan pengusaha,

padahal bahan baku melimpah. Indonesia kehilangan potensi besar di depan mata,”

kata peneliti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Donald Siahaan, Senin (24/11) di

Medan, Sumatera Utara

Data PPKS menunjukkan, sekitar 75 persen dari semua CPO Indonesia

diekspor ke pasar internasional, seperti India, beberapa negara Eropa, dan China.

Sisanya, sekitar 25 persen, untuk kebutuhan dalam negeri.

Kondisi ini, kata Donald, tidak menguntungkan. Saat terjadi gejolak harga

CPO dunia, pengusaha kelapa sawit Indonesia kelimpungan. Anjloknya harga

belakangan ini menjadi bukti bahwa pasar CPO sangat bergantung pada pasar

internasional. Yang disayangkan, CPO yang diekspor masuk kembali ke Indonesia

dalam bentuk produk turunannya.

Kondisi ini berbeda dengan kondisi Malaysia yang sudah mengolah produk

turunan minyak sawit hingga 90 persen. ”Indonesia belum mempunyai jaringan pasar

produk turunan. Pengembangannya pun sangat minim,” kata Donald lagi.

Potensi serapan CPO dalam negeri masih cukup besar, terutama untuk

pengembangan biodiesel. Kondisi ini berpotensi mengatasi krisis energi listrik yang

selama ini terjadi di sejumlah daerah.

Hasil penelitian PPKS menyebutkan, lebih dari 20 jenis bahan olahan kelapa

sawit telah diteliti, tetapi sebagian besar belum dimanfaatkan. Bahan olahan itu di

antaranya untuk bahan baku lilin, kosmetik, bahan farmasi, minyak pelumas, minyak

goreng merah, dan margarin

Page 8: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

Inilah yang menjadi sebab mengapa bisnis CPO menjadi lesu, padahal potensi

serapan CPO dalam negeri masih cukup besar. Pemerintah perlu berperan aktif untuk

menginformasikan lebih dari 20 bahan olahan kelapa sawit yang lebih tahan terhadap

gejolak harga minyak dunia, sehingga pasokan melimpah dari produksi nasional

kelapa sawit dapat diselamatkan.

Page 9: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

IV. LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN

UNTUK MENGURANGI ANCAMAN KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN

IV.1. Pohon Industri Kelapa Sawit

Departemen yang terkait dengan pengembangan industri kelapa sawit adalah

Depatemen Perindustrian. Departemen ini sudah membuat suatu petunjuk untuk

mengembangkan industri kelapa sawit beserta turunannya yang dapat dilihat sebagai

berikut:

Gambar 5. Pohon Industri Kelapa Sawit

Dari pohon industri kelapa sawit, didapat hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti

di bawah ini :

1. Crude Palm Oil

2. Crude Palm Stearin

3. RBD Palm Oil

4. RBD Olein

5. RBD Stearin

6. Palm Kernel Oil

7. Palm Kernel Fatty Acid

8. Palm Kernel

9. Palm Kernel Expeller (PKE)

10. Palm Cooking Oil

11. Refined Palm Oil (RPO)

Page 10: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

12. Refined Bleached Deodorised Olein (ROL)

13. Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS)

14. Palm Kernel Pellet

15. Palm Kernel Shell Charcoal

IV. 2. MANFAAT LAIN MINYAK KELAPA SAWIT

Manfaat lain dari proses industri minyak kelapa sawit antara lain:

1. Sebagai bahan bakar alternatif Biodisel

2. Sebagai nutrisi pakanan ternak (cangkang hasil pengolahan)

3. Sebagai bahan pupuk kompos (cangkang hasil pengolahan)

4. Sebagai bahan dasar industri lainnya (industri sabun, industri kosmetik,

industri makanan)

5. Sebagai obat karena kandungan minyak nabati berprospek tinggi

6. Sebagai bahan pembuat particle board (batang dan pelepah).

IV. 3. Langkah-langkah Penyelamatan dari Ancaman Kebangkrutan

Hal utama yang harus dilakukan adalah melakukan benchmarking, yaitu suatu

proses yang digunakan dalam manajemen (terutama manajemen strategis), dimana

organisasi mengevaluasi berbagai aspek proses bisnis untuk menghasilkan praktik

terbaik di dalam industri, dengan membuat perbandingan sistematik kinerja dan

proses organisasi untuk menghasilkan standar baru atau penyempurnaan proses.

Suatu bechmarking adalah titik referensi suatu pengukuran. Hal ini kemudian

dilanjutkan dengan rencana pengembangan untuk mengadopsi praktik-praktik terbaik

tersebut. Benchmarking mungkin merupakan proses sekali-jadi, tetapi biasanya

diperlakukan sebagai proses berkesinambungan dimana organisasi secara terus-

menerus menyempurnakan praktik-praktiknya.

Benchmarking dalam bisnis berhubungan dengan konsep continous

improvement dan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah kemampuan

atau kondisi organisasi yang lebih baik dari pesaingnya.

Keunggulan kompetitif Indonesia adalah ketersediaan lahan yang sesuai dalam

jumlah besar dan iklim yang sangat menunjang pertumbuhan kelapa sawit serta

tenaga kerja yang berlimpah sehingga menyebabkan harga pokok penjualan CPO

Indonesia menjadi yang termurah di dunia.

Page 11: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

Berdasarkan nilai keunggulan kompetitif yang ada, lakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. SWOT Analisis

Strenght:

Lahan : Lahan di Indonesia sebagian cocok untuk dignakan sebagai

lahan produksi kelapa sawit (lihat kembali gambar 1,)

Biaya produksi: Salah satu biaya produksi adalah ongkos buruh,

dimana upah buruh Indonesia lebih rendah bila dibandingkan

dengan ongkos buruh di Malaysia.

Cuaaca di Indonesia pada umumnya cocok untuk budi daya kelapa

sawit.

Produk turunan yang banyak terdapat lebih dari 20 produk.

Dukungan Pemerintah berupa pengembangan Bio Fuel dan Pajak

Ekspor di Bulan November ditetapkan 0%.

Weaknesses:

75 % produksi kelapa sawit berupa CPO, tidak mengembangkan

dengan baik produk turunannya.

75% produksi CPO di eksport (Utama: China & India)

Opportunities:

Pengembangan ke Bio Fuel

Beragam produk turunan dapat dikembangkan dari CPO

Streghts WeaknessesLahan Fokus ke CPOBiaya produksi Fokus ke ExportCuaca  Produk turunan  Dukungan Pemerintah     

Opportunities ThreatsBio Fuel Pengaruh harga COProduk turunan R&D terbatasEfisien  Efektif     

Page 12: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

Effisien : Limbah dari kelapa sawit dapat diproduksi menjadi

pupuk yang pada akhirnya dapat digunakan untuk memupuk

tanaman muda/ berbuah.

Effective: Praktis semua limbah bisa digunakan termasuk untuk

pakan ternak dimana hasil produksi ternak bisa dikombinasikan

hasilnya dengan hasil produksi Kelapa sawit.

Threats:

Harga CPO masih terpengaruh secara signifikan terhadap harga

CO.

R&D terbatas untuk mengembangkan hasil olahan kelapa sawit.

2. Menggunakan Strategi Blue Ocean seperti berikut ini

Three Tests of a Blue Ocean Strategy:

1) Focussed

2) Divergent

3) Compelling Tagline

Berdasarkan atas asas Blue Ocean diatas dita dapat menempatkan diri

dimana kita menetapkan positioning produk turunan CPO akan

Fun

and

adve

ntur

ous

Very high

High

Normal

Low

Very low

Non-existent

Abo

ve-t

he-li

ne-

mar

ketin

gA

ging

qua

lity

Eas

e of

sel

ectio

n

Eas

y dr

inki

ng

Vin

eyar

d pr

estig

e

and

lega

cyW

ine

com

plex

ity

Use

of e

nolo

gica

l

term

inol

ogy

and

dist

inct

ions

in w

ine

com

mun

icat

ion

Win

e ra

nge

Yellow Tail Value Curve

Pri

ce

“The Essence of a Great Land”

Page 13: Mensiasati Jatuhnya Harga Palm Crude Oil dalam Era Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

dikembangkan, tentu saja hal ini akan dipengaruhi oleh bauran

pemasaran seperti 4P dan 4S.

3. Langkah terakhir berdasarkan Blue Ocean strategy, tetapkan hal-hal

sebagai berikut:

Eliminate/ Batasi: Faktor-faktor apa saja yang harus dibatasi yang

selama ini dibiarkan begitu saja berlangsung, Effifiensi.

Reduce/ Kurangi: Faktor-faktor yang dapat dikurangi/ berada di

bawah standar industri?

Timbulkan faktor-faktor yang dapat berada diatas standar industri.

Ciptakan faktor-faktor yang selama ini belum pernah ditawarkan

industri yang ada.

Dengan menggabungkan SWOT analisis dan blue ocean startegi, diharapkan

kelesuan atau lebih jauh lagi kebangkrutan iudustri CPO dapat dicegah

***** END *****

Budi Satyasa Wibowo

NIM: 55108110063

What factors should be

eliminated that the industry has taken

for granted?

Eliminate

What factors should be

eliminated that the industry has taken

for granted?

Eliminate

What factors should be reduced

well below the industry standard?

Reduce

What factors should be reduced

well below the industry standard?

Reduce

What factors should be created that the industry has never

offered?

Create

What factors should be created that the industry has never

offered?

Create

What factors should be raised well beyond the

industry standard?

Raise

What factors should be raised well beyond the

industry standard?

Raise

Four Actions to create a Blue Ocean