Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1...

40
Disusun Sebagai Tugas Individu Mata Kuliah Organizational Development and Learning yang diasuh Oleh: Prof. Djamaludin Ancok, MA., Ph.D. Oleh : JOKO PRASETIYO NIM. 11/327329/PEK/16768 Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 1 MENJADIKAN SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJARAN (Learning Organization) Profil Organisasi Pembelajaran di SMKNegeri 1 Bintan,

description

Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. kepulauan Riau.

Transcript of Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1...

Page 1: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

Disusun Sebagai Tugas IndividuMata Kuliah Organizational Development and Learningyang diasuh Oleh: Prof. Djamaludin Ancok, MA., Ph.D.

Oleh :

JOKO PRASETIYONIM. 11/327329/PEK/16768

| Organizational Development and Learning 1

MENJADIKAN SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJARAN

(Learning Organization)Profil Organisasi Pembelajaran di SMKNegeri 1

Bintan, Kab. Bintan, Provinsi Kepulauan Riau

MAGISTER MANAJEMENMANAJEMEN KEPENGAWASAN PENDIDIKAN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA2013

`

Page 2: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………… i

Daftar Isi ………………………………………………………………………………. ii

Daftar Gambar …………………………………………………………………………. iii

Abstrak …………………………………………………………………………………. iv

A. Pendahuluan ……………………………………………………………………….. 1

B. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan …………………………. 3

C. Analisis dan Pembahasan ………………………………………………………… 8

D. Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran …………………………... 16

E. Kesimpulan dan Saran …………………………………………………………….. 21

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… 22

| Organizational Development and Learning 2

Page 3: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 System Learning Organization Model ………………………………. 1

Gambar 2 Subsistem Pembelajaran ……………………………………………. 9

Gambar 3 Subsistem Organisasi ………………………………………………… 10

Gambar 4 Subsistem Orang ……………………………………………………... 12

Gambar 5 Subsistem Pengetahuan …………………………………………….... 13

Gambar 6 Empat Mode Konversi Pengetahuan …………………………………. 14

Gambar 7 Subsistem Teknologi ………………………………………………… 15

| Organizational Development and Learning 3

Page 4: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

MENJADIKAN SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJARANProfil Organisasi Pembelajaran di SMKNegeri 1 Bintan,

Kab. Bintan, Provinsi Kepulauan Riau

ABSTRAK

Sekolah sebagai Learning Organization (organisasi pembelajaran) adalah gambaran ideal sebuah sekolah. Sekolah sebagai organisasi pembelajaran merupakan inti dari pembelajaran itu sendiri, dalam organisasi pembelajaran sekolah adalah lingkungan pembelajaran yang terus belajar dalam menyesuaikan diri dengan keadaan atau beradaptasi dengan tantangan kemajuan jaman yang selalu dinamis, kunci dari sekolah sebagai organisasi pembelajaran adalah belajar yang tiada henti dan melakukan perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement).

Makalah ini bertujuan untuk mengukur sekolah sebagai organisasi pembelajaran. Angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh Marquardt (2002) ini akan mencoba menjawab apakah sebuah sekolah sudah menjadi organisasi pembelajaran. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah data yang diambil pada sebuah organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Ada 5 dimensi yang akan diukur yaitu: (1) dinamika pembelajaran, individu, grup atau tim, dan organisasi, (2) transformasi organisasi : visi, budaya, strategi dan struktur, (3) pemberdayaan warga sekolah: manager, karyawan/guru, pelanggan/ siswa, rekanan, suplier dan komunitas, (4) manajemen pengetahuan: akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan transfer, (5) aplikasi teknologi: sistem pengetahuan informasi, pembelajaran berbasis teknologi dan sistem pendukung kinerja elektronik.

Hasil pengukuran dapat dipaparkan sebagai berikut: (1) Pada bagian dinamika pembelajaran tersebut, jumlah skor adalah 36 dari 40 skor total, artinya 90% dinamika pembelajaran yang dilakukan oleh individu, grup maupun organisasi. kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.6, berarti pelaksanaan subsistem Learning (pembelajaran) di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar, (2) Pada bagian transformasi organisasi tersebut, jumlah skor yang diperoleh adalah 34 dari skor total 40, artinya transformasi organisasi yang ada di SMKN 1 Bintan adalah 85%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.4, berarti pelaksanaan subsistem Organization di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar, baik itu transformasi visi, budaya, strategi maupun struktur yang ada, (3) Pada bagian pemberdayaan warga sekolah tersebut, jumlah skor yang diperoleh adalah 38 dari skor total 40, artinya pemberdayaan warga sekolah di SMKN 1 Bintan adalah 95%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.8, berarti pelaksanaan subsistem pemberdayaan warga di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar dan mendekati pelaksanaan secara total pada subsistem pemberdayaan warga sekolah, (4) Pada bagian Manajemen Pengetahuan tersebut, skor yang diperolah adalah 33 dari skor total 40, artinya penerapan manajemen pengetahuan di sekolah tersebut adalah 82.5%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.3, berarti pelaksanaan subsistem knowledge (pengetahuan) di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar, (5) Pada bagian Aplikasi Teknologi tersebut, skor yang diperoleh adalah 34 dari skor total 40, atau sekitar 85% pemanfaatan teknologi yang diaplikasikan sekolah tersebut dalam proses pembelajaran maupun administrasi, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.6, berarti pelaksanaan subsistem teknologi di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar.

Kata kunci: sekolah, organisasi pembelajaran.

| Organizational Development and Learning 4

Page 5: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

MENJADIKAN SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJARAN

Profil Organisasi Pembelajaran di SMKNegeri 1 Bintan,

Kab. Bintan, Provinsi Kepulauan Riau

A. PENDAHULUAN

Sekolah sebagai Learning Organization (organisasi pembelajaran) adalah

gambaran ideal sebuah sekolah. Sekolah sebagai organisasi pembelajaran merupakan inti

dari pembelajaran itu sendiri, dalam organisasi pembelajaran sekolah adalah lingkungan

pembelajaran yang terus belajar dalam menyesuaikan diri dengan keadaan atau beradaptasi

dengan tantangan kemajuan jaman yang selalu dinamis, kunci dari sekolah sebagai

organisasi pembelajaran adalah belajar yang tiada henti dan melakukan perbaikan yang

berkesinambungan (continuous improvement).

Organisasi belajar atau organisasi pembelajaran adalah suatu konsep dimana

organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri

(self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’

dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Senge (1990) mengatakan sebuah

organisasi pembelajar adalah organisasi “yang terus menerus memperbesar

kemampuannya untuk menciptakan masa depannya” dan berpendapat mereka dibedakan

oleh lima disiplin, yaitu: (1) personal mastery (penguasaan pribadi), (2) mental model

(model mental), (3) shared vision (visi bersama), (4) team learning (belajar antar tim), dan

(5) system thinking (berfikir menurut sebuah sistem).

Agar sekolah mampu menjadi Learning Organization (LO) ada beberapa hal yang

harus kita perhatikan agar sekolah mampu menjadi organisasi pembelajaran antara lain:

1. Individu

Individu yang dimaksud agar sekolah dapat menjadi organisasi pembelajaran

adalah semua warga sekolah, bukan hanya siswa yang belajar tetapi guru, tenaga

kependidikan, wakil kepala sekolah, kepala sekolah bahkan wali murid yang merupakan

bagian dari sekolah juga harus terus belajar dan belajar yang tiada henti.

2. Community of Learners (COL)

Adalah komunitas pembelajar yang bertemu secara insidental yang belajar bersama

dan sharing pengetahuan. Dalam COL ini dicontohkan adalah guru yang bertemu dengan

guru yang lain dan melakukan diskusi untuk membahas strategi pembelajaran yang paling

baik untuk siswa agar mampu menguasai materi.

3. Learning Community (LC)

| Organizational Development and Learning 5

Page 6: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

Learning Community (LC) dalam organisasi sekolah adalah komunitas-komunitas

pakar yang membentuk organisasi yang akan membahas kesulitan-kesulitan yang dialami

oleh guru, misalnya MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).

4. Learning Organization (LO)

Merupakan bagian yang paling tinggi kedudukannya, organisasi pembelajaran ini

hanya dapat tercapai jika unsur-unsur pembentuk di atas sudah tercapai. Jadi membangun

organisasi sekolah untuk menjadi organisasi pembelajaran adalah melalui tahap-tahap di

atas.

Menurut Marquardt (2002:24) ada lima sub sistem yang harus dipahami dan harus

dikembangkan dalam organisasi pembelajaran yaitu : (1) Learning (pembelajaran), (2)

Organization (keorganisasian), (3) People (manusia), (4) Knowledge (pengetahuan), (5)

Technology (teknologi).

Gambar 1. System Learning Organization Model (Sumber: Marquardt, 2002: 24)

Kelima hal ini sangat penting untuk mempertahankan keberadaan organisasi

pembelajaran yang tengah berlangsung dan meyakinkan kesuksesan sekolah. Kelima

subsistem ini akan saling berinteraksi dan saling melengkapi satu sama lainnya. Jika ada

salah satu saja yang melemah atau tidak ada maka yang lainnya akan melemah pula.

Learning (pembelajaran) merupakan subsistem inti dari sebuah organisasi pembelajaran.

Bagaimanakah cara kita mengukur sekolah sebagai organisasi pembelajaran ?

Angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh

Marquardt (2002:237-241) di bawah ini akan mencoba menjawab apakah sekolah anda

sudah menjadi organisasi pembelajaran. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah

data yang diambil pada sebuah organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Provinsi

Kepulauan Riau, sebagai berikut:

| Organizational Development and Learning 6

Page 7: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

B. PROFIL ORGANISASI PEMBELAJARAN DI SMK NEGERI 1 BINTAN

PROFIL ORGANISASI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

Di bawah ini merupakan daftar berbagai pernyataan tentang organisasi sekolah Bapak/Ibu. Bacalah tiap pernyataan dengan hati-hati dan putuskan pada tingkatan apa yang merepresentasikan terhadap organisasi sekolah Bapak/Ibu. Gunakan skala berikut ini :

I.       Dinamika Pembelajaran Individu, Kelompok atau Tim, dan Organisasi

dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan

NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR1. Kami melihat pembelajaran berkelanjutan oleh semua guru dan karyawan

sebagaimana tingginya prioritas Satuan pendidikan.3

2. Kami terdorong dan diharap untuk mengelola pembelajaran dan pengembangan kami sendiri.

4

3. Warga sekolah menghindari membelokkan informasi dan menghalangi saluran komunikasi dengan secara aktif mendengarkan orang lain dan mempersilakan mereka memberikan timbal balik yang efektif.

4

4. Tiap individu dilatih dan dibina dalam belajar bagaimana untuk belajar yang baik.

4

5. Kami menggunakan berbagai metodologi percepatan pembelajaran (peta fikiran, mnemonics, gambar, musik).

4

6. Warga sekolah (guru, karyawan, siswa) memperluas pengetahuan melalui pendekatan pembelajaran adaptif, anticipatory, dan kreatif.

4

7. Semua rumpun mata pelajaran dan individu menggunakan proses pembelajaran aksi – yaitu, mereka belajar dari refleksi yang sangat baik pada permasalahan atau situasi dan menerapkan pengetahuan baru untuk aksi mendatang.

4

8. Semua rumpun mata pelajaran didorong untuk belajar dari satu sama lain dan berbagi tentang apa yang mereka pelajari dalam berbagai cara (melalui buletin elektronik, newsletter cetak, atau pertemuan antar grup).

3

9. Warga sekolah mampu berfikir dan bertindak dengan pendekatan komprehensif dan sistem.

3

10. Semua rumpun mata pelajaran menerima pelatihan dalam hal bagaimana bekerja dan belajar dalam kelompok.

3

SKOR TOTAL 36Dinamika Pembelajaran (Skor Maksimal = 40)

| Organizational Development and Learning 7

(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% ) (3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%) (2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%) (1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)

Page 8: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

II.           Transformasi Organisasi : Visi, Budaya, Strategi, dan Struktur dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan

NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR

1. Pentingnya untuk menjadi organisasi pembelajaran difahami oleh semua

warga di sekolah tersebut.4

2. Manajemen level atas mendukung visi organisasi pembelajaran 4

3. Terdapat iklim yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran. 4

4. Kami berkomitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan dalam pengejaran

peningkatan4

5. Kami belajar dari kesalahan sebagaimana juga belajar dari kesuksesan,

dalam hal itu bahwa kesalahan masih ditoleransi.

3

6. K Kami memberikan penghargaan kepada orang dan rumpun mata pelajaran

untuk pembelajaran dan bantuan kepada orang lain untuk belajar 3

7. Kesempatan pembelajaran digabungkan ke dalam program dan pelaksanaan 3

8. Kami merancang cara-cara untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan

pembelajaran melalui organisasi (rotasi pekerjaan yang sistematik lintas

urusan sekolah, sistem on the job learning yang terstruktur).

3

9. Organisasi itu efisien dengan sedikit level fungsi organisasi, untuk

memaksimalkan komunikasi dan pembelajaran lintas urusan sekolah.3

10. Kami mengkoordinasikan usaha kami melalui lintas urusan dalam basis

tujuan bersama dan pembelajaran, daripada pemeliharaan batasan urusan

yang sudah tetap.

3

SKOR TOTAL 34

Transformasi Organisasi (Skor Maksimal = 40)

III.           PEMBERDAYAAN ORANG/WARGA SEKOLAH : | Organizational Development and Learning 8

(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% ) (3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%) (2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%) (1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)

Page 9: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

Manajer, Guru dan Karyawan, Pelanggan, Rekan, Supplier, dan Komunitasdalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan

NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR

1. Kami berjuang untuk mengembangkan suatu kekuatan kerja yang

terberdayakan yang mampu untuk belajar dan berkinerja.4

2. 2.     Kewenangan didesentralisasikan dan didelegasikan dalam proporsi untuk

tanggung jawab dan kemampuan pembelajaran.4

3. 3.     Kepala Sekolah dan bawahannya bekerja dalam rekanan kerja untuk belajar

dan memecahkan masalah bersama-sama.4

4. Kepala Sekolah mengambil peran sebagai pelatih, mentor, dan fasilitator

pembelajaran.4

5. Kepala Sekolah menghasilkan dan meningkatkan kesempatan pembelajaran

sebagaimana dorongan eksperimentasi dan refleksi pada pengetahuan baru

sehingga hal itu dapat digunakan.

4

6. Warga sekolah secara aktif berbagi pengetahuan dengan siswa dan pada waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan mereka dalam rangka belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

3

7. Kami memberikan kesempatan kepada siswa dan orang tua untuk berpartisipasi dalam pembelajaran dan pelatihan.   

3

8. Belajar dari rekan (rumpun/non rumpun mata pelajaran) dimaksimalkan

melalui perencanaan terdepan sumberdaya dan strategi yang dikhususkan

untuk pemerolehan pengetahuan dan keterampilan.

4

9. Kami berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dengan para orang tua

siswa, kelompok komunitas, asosiasi profesional, dan institusi akademik.4

10. Kami secara aktif terus mencari rekan pembelajaran diantara warga sekolah,

pemerhati pendidikan, dan orang tua siswa.4

SKOR TOTAL 38

PEMBERDAYAAN ORANG (Skor Maksimal = 40)

IV.       MANAJEMEN PENGETAHUAN :

| Organizational Development and Learning 9

(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% ) (3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%) (2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%) (1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)

Page 10: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

Pemerolehan, Kreasi, Penyimpanan, Pemulihan, Transfer, dan Penggunaandalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan

NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR

1. Secara aktif kami mencari informasi yang meningkatkan kerja organisasi

sekolah dengan penggabungan hasil lulusan dan/atau proses yang ada di luar

fungsi organisasi sekolah.

4

2. Kami mempunyai sistem yang dapat diakses untuk pengumpulan informasi

internal dan eksternal.3

3. Kami memonitor trend yang terjadi di luar organisasi sekolah dengan melihat

pada apa yang dilakukan orang lain; hal ini termasuk praktek terbaik oleh

sekolah lain, menghadiri konferensi, dan pengujian penelitian yang

dipublikasikan.

3

4. Warga sekolah dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif, inovasi, dan eksperimentasi.     

4

5. Kami sering menciptakan media pembelajaran sebagai alat tes sebagai cara

baru mengembangkan prestasi siswa dan/atau layanan pendidikan di sekolah3

6. Kami telah mengembangkan sistem dan struktur untuk meyakinkan bahwa pengetahuan penting diberikan kode, disimpan, dan dibuat tersedia bagi mereka yang memerlukan dan dapat menggunakannya.  

3

7. Warga sekolah sadar akan perlunya mempertahankan pembelajaran organisasi yang penting dan berbagi pengetahuan dengan yang lain.

3

8. Tim lintas urusan sekolah digunakan untuk mentransfer pembelajaran penting pada lintas mata pelajaran dan fungsi pengembangan kegiatan ekstrakurikuler.

3

9. Kami melanjutkan untuk mengembangkan strategi dan mekanisme baru untuk berbagi pembelajaran melalui organisasi sekolah.

3

10. Kami mendukung lokasi sekolah, unit kegiatan, dan program tertentu yang menghasilkan pengetahuan dengan menyediakan orang dengan kesempatan belajar.

4

SKOR TOTAL 33

MANAJEMEN PENGETAHUAN (Skor Maksimal = 40)

V.    APLIKASI TEKNOLOGI:Sistem Informasi Pengetahuan, Pembelajaran Berbasis Teknologi,

| Organizational Development and Learning 10

(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% ) (3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%) (2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%) (1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)

Page 11: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

Sistem Elektronik Pendukung Kinerja dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan

NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR

1. Pembelajaran difasilitasi oleh sistem informasi berbasis komputer yang

efektif dan efisien.4

2. Warga sekolah telah siap mengakses jalur informasi melalui, misalnya LAN

(Local Area Network), internet, dan intranet.4

3. Fasilitas pembelajaran menggabungkan dukungan multimedia elektronik

dan suatu lingkungan berbasis pada integrasi seni, warna, musik, dan visual

yang kuat.

3

4. Program pembelajaran yang dibantu komputer dan bantuan pekerjaan

dengan alat elektronik (tepat waktu dan software flowchart) sudah tersedia.3

5. Kami menggunakan teknologi groupware untuk mengelola proses kelompok

seperti kegiatan sekolah, urusan, dan manajemen organisasi sekolah. 2

6. Kami mendukung pembelajaran tepat waktu, suatu sistem yang

mengintegrasikan sistem pembelajaran teknologi tinggi, pelatihan, dan kerja

aktual pada pekerjaan ke dalam proses tunggal.

3

7. Sistem pendukung kinerja elektronik memampukan warga sekolah untuk belajar dan berkinerja lebih baik.

4

8. Kami merancang dan menata sistem pendukung kinerja elektronik agar sesuai dengan persyaratan pembelajaran di sekolah.

4

9. Warga sekolah mempunyai akses penuh terhadap data yang diperlukan dalam rangka melakukan pekerjaan secara efektif.

3

10. Kami dapat mengadaptasikan sistem software untuk mengumpulkan, memberi kode, menyimpan, membuat, dan mentransfer informasi agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan di sekolah.

4

SKOR TOTAL 34

APLIKASI TEKNOLOGI (Skor Maksimal = 40)

Skor Total Semuanya dari lima sub sistem adalah:

| Organizational Development and Learning 11175

(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% )(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%)(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%)(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)

Page 12: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

5 Subsistem (skor maksimum 200)

Tingkat pencapaian profil sekolah sebagai organisasi pembelajaran adalah 87.5 %,

kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.5, berarti pelaksanaan Learning Organization

(Organisasi Pembelajaran) dari kelima subsistem di SMKN 1 Bintan berada pada

tingkatan yang cukup besar.

C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengisian angket yang telah dilakukan di SMKN 1 Bintan, dengan

metode evaluasi diri (pihak sekolah menilai diri sendiri) tingkat pencapaian dan

implementasi profil organisasi pembelajaran, maka dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Dinamika Pembelajaran, Individu, grup atau tim, dan organisasi

Pada bagian dinamika pembelajaran tersebut, jumlah skor adalah 36 dari 40 skor

total, artinya 90% dinamika pembelajaran yang dilakukan oleh individu, grup maupun

organisasi. kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.6, berarti pelaksanaan subsistem

Learning (pembelajaran) di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar.

Learning (pembelajaran) merupakan subsistem inti dari sebuah organisasi

pembelajaran. Jika kita lihat dari pengertiannya, bahwa belajar adalah suatu proses dimana

individu memperoleh pengetahuan dan insight yang menghasilkan perubahan tingkah laku

dan tindakan, baik itu pembelajaran afektif, kognitif maupun psikomotorik. Menurut

Redding (1994), individuall learning adalah hal yang sangat mendasar untuk melanjutkan

transformasi organisasi, memperluas kemampuan inti organisasi dan mempersiapkan

semua orang untuk menghadapi masa depan yang belum menentu.

Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem Learning adalah: (1)

Sudah mengelola dan mengembangkan pembelajaran secara mandiri, (2) pelatihan dan

pembinaan individu dalam pembelajaran sudah dilaksanakan secara total, (3) berbagai

metodologi pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik, (4) pendekatan pembelajaran

adaptif, anticipatory, pembelajaran kreatif, dan proses pembelajaran aksi sudah

dilaksanakan secara total.

Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem Learning adalah: (1)

perlu peningkatan pembelajaran berkelanjutan (continuous learning) oleh semua guru,

karyawan dan siswa, (2) pembelajaran antar team di sekolah melalui berbagai media

| Organizational Development and Learning 12

Page 13: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

(buletin elektronik, surat kabar, atau pertemuan antar grup) perlu ditingkatkan, (3)

pendekatan komprehensif dan pendekatan sistem dalam pembelajaran perlu ditingkatkan.

Subsistem Learning (pembelajaran) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Subsistem Pembelajaran (Sumber: Marquardt, 2002: 36)

2. Transformasi Organisasi : Visi, Budaya, Strategi dan Struktur

Pada bagian transformasi organisasi tersebut, jumlah skor yang diperoleh

adalah 34 dari skor total 40, artinya transformasi organisasi yang ada di SMKN 1

Bintan adalah 85%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.4, berarti

pelaksanaan subsistem Organization di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan

yang cukup besar, baik itu transformasi visi, budaya, strategi maupun struktur

yang ada.

Dari hasil pengisian angket tersebut terdapat nilai yang cukup tinggi yaitu

bagaimana para guru belajar dari kegagalan masa lalu, dan berkomitmen terhadap

pembelajaran yang berkelanjutan. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan

oleh Marquardt (2002) menyatakan bahwa bahwa untuk berkembang sebagai

suatu entitas yang baru, organisasi harus mengkonfigurasi ulang dirinya dengan

berfokus pada empat dimensi dari subsistem organisasi yaitu : visi, budaya,

strategi, dan struktur. Masing-masing dimensi tersebut harus berubah dalam tujuan

dan bentuk, dari fokus pada kerja dan produktivitas menjadi fokus pada

pembelajaran dan pengembangan. Di sekolah tersebut dapat disimpulkan hanya

sebagian guru dan karyawan saja yang menyadari pentingnya pembaharuan visi,

kultur, strategi dan struktur organisasi sekolah tersebut, artinya sangat

diperlukannya tambahan dukungan dari top level yang dalam hal ini adalah Kepala

| Organizational Development and Learning 13

Page 14: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

Sekolah, penghargaan bagi individu yang melaksanakan pembelajaran, tugas

belajar/ijin belajar, serta merekayasa ulang kebijakan dan struktur pembelajaran.

Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem organisasi

adalah: (1) Semua warga sekolah memahami pentingnya untuk menjadi organisasi

pembelajaran, (2) Kepala sekolah mendukung visi organisasi pembelajaran, (3)

Iklim sekolah yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran, dan

komitmen terhadap peningkatan pembelajaran berkelanjutan (continuous learning)

yang tinggi.

Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem organisasi

adalah: (1) perlu peningkatan pemberian penghargaan kepada guru, karyawan dan

warga sekolah yang berkomitmen terhadap peningkatan kualitas pembelajaran, (2)

perlu peningkatan koordinasi antar stakeholder sekolah dalam peningkatan kualitas

pembelajaran di sekolah, (3) perlu peningkatan sistem on the job learning bagi

semua warga sekolah.

Sub sistem Organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Subsistem Organisasi (Sumber: Marquardt, 2002: 74)

3. Pemberdayaan Warga Sekolah: Manager, Karyawan/Guru, Pelanggan/ Siswa, Rekanan, Suplier dan Komunitas

Pada bagian pemberdayaan warga sekolah tersebut, jumlah skor yang

diperoleh adalah 38 dari skor total 40, artinya pemberdayaan warga sekolah di

SMKN 1 Bintan adalah 95%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.8, berarti

pelaksanaan subsistem pemberdayaan warga di SMKN 1 Bintan berada pada

| Organizational Development and Learning 14

Page 15: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

tingkatan yang cukup besar dan mendekati pelaksanaan secara total pada subsistem

pemberdayaan warga sekolah.

Pemberdayaan tersebut meliputi Kepala Sekolah, guru dan karyawan,

siswa, mitra sekolah, dalam hal ini dunia industri dan dunia usaha, supplier atau

sekolah asal siswa atau pemasok bahan-bahan sarana dan prasarana bagi sekolah

dan komunitas atau Komite sekolah, forum alumni dan lain-lainnya.

Dari hasil pengisian angket tersebut, delapan dari sepuluh komponen

mendapatkan skor 4. Hal ini karena pada kenyataannya Kepala Sekolah mampu

mendorong stafnya, dalam hal ini guru, untuk melanjutkan pendidikan lanjut,

melanjutkan kuliah S 2, atau pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru bidang studi

produktif, normatif dan adaptif yang diselenggarakan oleh P4TK Malang, P4TK

Medan dan P4TK Bandung dan P4TK Matematika Yogyakarta, maupun pelatihan-

pelatihan guru dan karyawan di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi, serta

pelatihan/magang di perusahaan-perusahaan mitra sekolah. Hal ini sangat disadari

benar oleh Kepala Sekolah bahwa warga sekolah adalah aspek penting bagi

organisasi pembelajaran karena hanya orang yang mempunyai kapasitas untuk

balajar untuk mengambil informasi dan memindahkannya menjadi pengetahuan

yang berharga bagi orang lain secara personal dan organisasi.

Menyeimbangkan kebutuhan individu dan organisasi adalah hal penting

agar produktivitas dan kualitas hidup kerja guru dan karyawan bisa baik. Selain itu

hubungan dengan pihak eksternal sangat diperlukan untuk mengetahui keinginan

dan tuntutan pasar akan output kita. Pemberdayaan komite sebagai pemberi

pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan sangat diperlukan, agar

kebijakan atau hasil keputusan dapat diterima oleh semua pihak dengan penuh rasa

tanggung jawab.

Pemberdayaan (Empowerment) merupakan hal yang sangat penting dalam

sebuah organisasi, salah satu indikator organisasi yang sehat adalah bila di

dalamnya terdapat individu-individu yang bersemangat. Menurut Rahman dan

Savitri (2012) menciptakan empowerment dalam organisasi menyangkut self

concept, self esteem dan self talk individu. Individu perlu merasa berharga,

berguna, mempunyai pandangan positif mengenai karier, tugas dan pekerjaannya,

serta selalu mempunyai ungkapan-ungkapan yang positif dalam self dialog-nya.

Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem people atau

pemberdayaan warga sekolah adalah sudah mengimplementasikan dengan baik

| Organizational Development and Learning 15

Page 16: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

subsistem pemberdayaan warga sekolah, karena 8 dari 10 komponen subsistem

mendapatkan skor 4. Kepala Sekolah mampu mendorong stafnya, dalam hal ini

guru, untuk melanjutkan pendidikan lanjut, melanjutkan kuliah S 2, atau

pendidikan dan pelatihan.

Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem people atau

pemberdayaan warga sekolah adalah: Perlu peningkatan kesadaran warga sekolah

untuk secara aktif berbagi pengetahuan (knowledge sharing) antar guru, siswa, dan

warga sekolah, dan pada waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan mereka

dalam rangka belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa dan prestasi sekolah.

Sub sistem People dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. Subsistem Orang (Sumber: Marquardt, 2002: 112)

4. Manajemen Pengetahuan: Akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan transfer.

Pada bagian Manajemen Pengetahuan tersebut, skor yang diperolah adalah

33 dari skor total 40, artinya penerapan manajemen pengetahuan di sekolah

tersebut adalah 82.5%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.3, berarti

pelaksanaan subsistem knowledge (pengetahuan) di SMKN 1 Bintan berada pada

tingkatan yang cukup besar.

Hal ini menunjukkan lebih dari sebagian warga sekolah sudah menerapkan

manajemen pengetahuan, baik pada tingkat individu, kelompok maupun organisasi.

Dalam hal ini perlu disadari bersama bahwa manajemen pengetahuan telah

menjadi unsur penting bagi organisasi dibanding sumber daya lain seperti posisi

pasar, teknologi serta aset organisasi lainnya (Steward, 1997). Dalam kasus

manajemen pengetahuan yang ada di SMKN 1 Bintan tersebut masih berada pada

| Organizational Development and Learning 16

Page 17: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

level storage (penyimpanan), dimana penyimpanan pengetahuan menggunakan

sistem teknis seperti rekaman, data base, dan proses manusiawi, sehingga sangat

riskan terhadap ancaman kehilangan pengetahuan karena penyimpanan tersebut

menjadi terpisah secara fisik dan terdesentralisi. Pada level inilah perlu sekali

pembenahan, agar pengetahuan yang sudah tersimpan di organisasi bisa dianalisis

dan ditransfer agar pengetahuan tersebut tetap ada dan bisa diakses oleh siapa saja

walaupun organisasi tersebut senantiasa berganti sumber daya.

Warga sekolah juga perlu dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif,

inovatif dan eksperimentasi. Sikap proaktif, merujuk pada tujuan akhir, berpikir

menang-menang, dan sebagainya juga perlu diperhatikan dengan baik. Hal ini

sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Covey (1993) tentang 7 kebiasaan

manusia yang sangat efektif antara lai: (1) jadilah proaktif, (2) bmerujuk pada

tujuan akhir, (3) mendahulukan yang utama, (4) berpikir menang-menang, (5)

berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti, (6) mewujudkan sinergi, (7)

mengasah gergaji/ selalu memperbaharui kehidupan.

Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan sub sistem knowledge atau

manajemen pengetahuan adalah: (1) Warga sekolah secara aktif mencari informasi

yang meningkatkan kerja organisasi sekolah, (2) adanya kesempatan warga sekolah

untuk dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif, inovasi, dan eksperimentasi.

Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan sub sistem knowledge

atau manajemen pengetahuan adalah: kurangnya kesadaran para warga sekolah

untuk melakukan knowledge sharing (berbagi pengetahuan) kepada warga sekolah

yang lain.

Sub sistem Knowledge (pengetahuan) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5. Subsistem Pengetahuan(Sumber: Marquardt, 2002:143)

| Organizational Development and Learning 17

Page 18: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

Knowledge sharing (berbagi pengetahuan) dan transfer pengetahuan sangat

penting dalam manajemen pengetahuan di sekolah, dengan berbagi pengetahuan

dan transfer pengetahuan antar warga sekolah, maka pengetahuan yang ada di

sekolah bisa berkembang. Nonaka & Takeuchi (1995:62) menyatakan bahwa

pengetahuan diciptakan melalui interaksi antara tacit dan explicit knowledge

melalui empat mode konversi pengetahuan: (1) dari tacit knowledge ke tacit

knowledge dinamakan sosialisasi, (2) dari tacit knowledge ke explicit knowledge

melalui eksternalisasi, (3) dari explicit knowledge ke explicit knowledge melalui

kombinasi, (4) dari explicit knowledge ke tacit knowledge atau disebut internalisasi.

Empat mode konversi pengetahuan dapat digambarkan sbb:

Gambar 6. Empat Mode Konversi Pengetahuan Sumber: Nonaka & Takeuchi (1995: 62)

5. Aplikasi Teknologi: Sistem Pengetahuan Informasi, Pembelajaran Berbasis Teknologi dan Sistem Pendukung Kinerja Elektronik.

Pada bagian Aplikasi Teknologi tersebut, skor yang diperoleh adalah 34

dari skor total 40, atau sekitar 85% pemanfaatan teknologi yang diaplikasikan

sekolah tersebut dalam proses pembelajaran maupun administrasi, kalau dihitung

skor rata-ratanya adalah 3.6, berarti pelaksanaan subsistem teknologi di SMKN 1

Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar.

Teknologi Informasi (TI) dapat meningkatkan komunikasi, melebur batas-

batas dalam organisasi dan meningkatkan berbagai kemungkinan hubungan diluar

hirarki, bahkan menciptakan lingkungan belajar elektronis dimana semua warga

| Organizational Development and Learning 18

Pengetahuan

implisit

Pengetahuan

eksplisitSosiali

sasiEksternalisasi

Internalisasi

Kombinasi

Pengetahuan implisit

Dari

Pengetahuan eksplisit

Ke

Page 19: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

sekolah memiliki akses data yang sama, hal ini masih kurang disadari warga

SMKN 1 Bintan, terlihat dari media pembelajaran yang belum semuanya berbasis

TI, masih ada sebagian guru yang belum menggunakan pembelajaran berbasis TI,

kurang optimalnya penggunaan website yang dimiliki sekolah untuk kegiatan

pembelajaran seperti meng upload soal-soal atau materi-materi pembelajaran.

Masih enggannya guru untuk membuat blog dan website sebagai sarana berbagi

pengetahuan antar guru baik dalam satu sekolah maupun lintas sekolah.

Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem teknologi adalah:

(1) Pembelajaran sudah difasilitasi oleh sistem teknologi informasi berbasis

komputer, (2) sebagian besar warga sekolah telah mengakses jalur informasi

melalui, misalnya LAN (Local Area Network), internet, dan intranet, (3) pihak

sekolah sudah merancang dan menata sistem pendukung kinerja elektronik agar

sesuai dengan persyaratan pembelajaran di sekolah.

Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem teknologi

adalah: (1) masih ada sebagian guru yang belum menggunakan pembelajaran

berbasis TI, kurang optimalnya penggunaan website yang dimiliki sekolah untuk

kegiatan pembelajaran seperti meng upload soal-soal atau materi-materi

pembelajaran, (2) Masih enggannya guru untuk membuat blog dan website sebagai

sarana berbagi pengetahuan antar guru baik dalam satu sekolah maupun lintas

sekolah.

Sub sistem Teknologi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 7. Subsistem Teknologi (Sumber: Marquardt, 2002:178)

| Organizational Development and Learning 19

Page 20: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

D. MENJADIKAN SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJARAN

Alasan mengapa Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) perlu

diterapkan dalam organisasi sekolah adalah: (1) Organisasi tangguh adalah organisasi yang

tak lapuk dimakan usia dan bersifat “survival of the fittest”, (2) Konsep “survival of the

fittest” menuju “the survival of the fittest to learn”, (3) Organisasi pembelajaran sebagai

alternatifnya, yang diharapkan mampu beradaptasi dan merespons tuntutan kebutuhan, (4)

Organisasi pembelajaran memiliki tuntutan setiap warga belajar terus menerus untuk

memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat (Schlechty, 2009).

Senge (1990) mengemukakan bahwa di dalam learning organization yang efektif

diperlukan 5 dimensi yang akan memungkinkan organisasi untuk belajar, berkembang, dan

berinovasi yakni :

1. Personal Mastery. Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki

wawasan agar objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal

yang strategis. Organisasi pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki

kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya

perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis

kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan.

2. Mental Model. Suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan,

dan prasangka atas rangsangan yang muncul. Mental model memungkinkan manusia

bekerja dengan lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental

model ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat adaptasi yang

dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan, dicermati,

dan direvisi pada level individual, kelompok, dan organisasi.

3. Shared Vision. Komitmen untuk menggali visi bersama tentang masa depan secara

murni tanpa paksaan. Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda

latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat

sulit bagi organisasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama.

Selain perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga memiliki berbagai unit

yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan

organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian

tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit

yang ada dalam organisasi.

4. Team Learning.  Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara adaptif, generatif,

dan berkesinambungan. Kini makin banyak organisasi berbasis tim, karena rancangan

| Organizational Development and Learning 20

Page 21: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan

organisasi untuk mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya visi bersama

dan kemampuan berfikir sistemik seperti yang telah diuraikan di atas. Namun

demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi

dalam suatu tim, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan

berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi

wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim

menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah

modal intelektualnya.

5. Sistem Thinking.  Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerja sama

untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu antara lain ada yang disebut

divisi, direktorat, bagian, atau cabang. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan

oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara sinergis. Kemampuan

untuk membangun hubungan yang sinergis ini hanya akan dimiliki kalau semua

anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain dan memahami juga dampak dari

kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya.

Kelima dimensi dari Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan

dihayati oleh setiap anggota organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

Kelima dimensi organisasi pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah

organisasi untuk meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses

pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada

perubahan dan mengantisipasi perubahan di masa depan.

Adapun kondisi sekolah dalam learning organization dan peran masing-masing

komponen dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kegiatan inti sekolah

Sekolah dalam organisasi pembelajaran adalah mendesain kegiatan yang

menantang siswa untuk belajar. Artinya tujuan sekolah adalah memberikan fasilitas agar

desain-desain kegiatan pembelajaran siswa yang dapat menantang daya kreatifitas siswa,

sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Tujuan utama

sekolah bukan lagi semata-mata bisa meluluskan siswanya 100% dan Nilai Ujian

Nasionalnya tinggi, tetapi lebih menekankan pada prosesnya, dan sekolah juga harus

lebih menekankan pada outcome yaitu seberapa banyak lulusan sekolah yang mendapatkan

pekerjaan sesuai dengan kompetensinya atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,

bukan semata-mata hanya mengejar output saja.

| Organizational Development and Learning 21

Page 22: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

2. Siswa

Dalam lingkungan sekolah sebagai organisasi pembelajaran kegiatan siswa adalah

sebagai knowledge worker atau pencari pengetahuan dengan menggunakan sudut pandang

siswa maka siswa dalam mencari pengetahuan dengan bekerja dalam tim, memecahkan

masalah bersama, dan yang paling penting siswa tahu bagaimana cara belajar yang baik.

3. Guru

Dalam organisasi pembelajaran guru berperan sabagai pemimpin dan desainer serta

pemandu pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa, merancang tugas-

tugas yang menantang bagi siswa, memberikan alternatif berbagai sumber belajar yang

relevan, serta bersama siswa dan orang tua membuat jaringan belajar.

4. Peran Kepala Sekolah

Dalam organisasi pembelajaran adalah manjadi pemimpinnya pemimpin artinya

kepala sekolah yang dapat memberdayakan guru untuk menjadi bertanggung jawab atas

apa yang di lakukannya di kelas, sehingga guru menjadi pemimpin yang dapat langsung

dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab atas permasalahan di kelas tanpa

harus menunggu kepala sekolah, sehingga peran kepala sekolah dalam Learning

Organization adalah menjadi pemimpinnya pemimpin (leader of leaders).

5. Orang tua

Dalam organisasi pembelajaran orang tua adalah school partner, artinya orang tua

berpartisipasi penuh, aktif, pembelajar, dan membentuk jaringan belajar untuk optimalisasi

pembelajaran siswa.

6. Pengawas Sekolah

Berperan sebagai pemimpin moral dan intelektual yang berperan sebagai orang

yang memecahkan masalah dengan pemberdayaan guru dan kepala sekolah, jadi inti dari

peran pengawas adalah pemberdayaan bukan datang ke sekolah untuk mengatasi masalah

sendiri, tanpa melibatkan guru dan kepala sekolah.

7. Dinas Pendidikan

Berperan sebagai capacity builder artinya dinas adalah lembaga yang mensuport

sekolah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan kepada guru, kepala sekolah dan tenaga

kependidikan agar mampu dan menguasai bagaimana belajar cara belajar yang baik dan

yang paling penting adalah guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan terus belajar dan

belajar lagi.

8. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)

| Organizational Development and Learning 22

Page 23: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

Dunia Usaha dan Dunia Industri berperan sebagai partner and customer dari

sekolah. DUDI perlu bekerjasama dengan pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas

sekolah dan menuju organisasi pembelajaran, karena pihak DUDI juga berkepentingan

untuk mendapatkan input tenaga kerja yang terampil dan kompeten sesuai dengan yang

dipersyaratkan oleh DUDI.

Kompetensi manajerial kepala sekolah sesuai dengan Permendiknas No 13 tahun

2007 salah satunya antara lain: “Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/

madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif”. Hal ini berarti peran kepala

sekolah sangat penting dan sentral dalam menjadikan sekolah menjadi organisasi

pembelajaran yang efektif dan efisien. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi yang

handal akan mampu memimpin dan membawa organisasi sekolah menjadi organisasi

pembelajaran.

Di samping kepala sekolah harus menguasai kompetensi manajerial yang baik, para

guru juga harus mampu menjadi guru yang kompeten, efektif, dan guru inspiratif. Guru

yang inspiratif menurut Ramdhani (2012) harus memenuhi 13 kriteria antara lain: (1)

Menguasai materi pelajaran, (2) Menggunakan dengan tepat kemampuannya dalam

mengajar dan belajar, (3) Kemampuan memecahkan masalah berkaitan dengan

instruksional pembelajaran, (4) Kemampuan melakukan improvisasi, (5) Manajemen

kelas, (6) Kepekaan dalam menanggapi situasi selama pembelajaran berlangsung, (7)

Sensitivitas terhadap konteks, (8) Memonitor pembelajaran, (9) Bertindak berdasarkan

data, (10) Mendemonstrasikan respek terhadap orang lain, (11) Mempunyai jiwa mendidik,

(12) Membantu murid agar mencapai prestasi tertinggi, (13) Membantu murid agar lebih

memahami kompleksitas.

Untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif dan bisa

menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman maka kepala sekolah, guru dan semua

warga sekolah harus mampu melakukan inovasi dan perbaikan terus menerus dalam

pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ancok (2012) yang

menyatakan bahwa perubahan lingkungan strategis organisasi yang sangat cepat akan

membuat organisasi menghadapi masalah besar yang akan menurunkan kinerja organisasi

apabila organisasi tidak memiliki kemampuan inovatif, adalah sebuah keharusan bagi

suatu organisasi untuk membangun kemampuan organisasi agar memiliki kekuatan untuk

terus berinovasi. Lebih lanjut Ancok (2012) menyampaikan bahwa secara garis besar ada

tiga komponen modal organisasi yang mendukung inovasi yaitu: (1) modal manusia

(human capital), (2) modal kepemimpinan (leadership capital), (3) modal structural

| Organizational Development and Learning 23

Page 24: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

(structural capital). Modal manusia ada tujuh komponen, yang perlu dikembangkan agar

insane dalam organisasi bisa memberikan kontribusi yang maksimal pada organisasi,

modal tersebut antara lain: (1) modal kreativitas, (2) modal intelektual, (3) modal

emosional, (4) modal social, (5) modal ketabahan, (6) modal moral, (7) modal kesehatan.

Kepala sekolah dituntut kemampuannya untuk mengelola modal-modal tersebut dengan

baik dan benar untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.

Untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang memang tidaklah mudah,

karena sifat dari perubahan yang tidak pernah berhenti, sehingga adaptasi yang tepat agar

sekolah mampu bertahan pada masa yang akan datang. Salah satu bentuk perubahan yang

akan di hadapi dunia pendidikan adalah bagaimana menjadikan sekolah kita menjadi

sekolah yang bersifat learning organization. Adapun langkah yang dapat menjadikan

sekolah menjadi organisasi pembelajaran menurut Marquardt (2002:211) antara lain:

1. Semua pihak berkomitmen menjadikan sekolah mejadi model organisasi

pembelajaran.

2. Membentuk koalisi yang kokoh untuk berubah ke arah yang lebih baik.

3. Menghubungkan pembelajaran dengan semua steakholder yang ada di sekolah.

4. Mengukur semua sub sistem sekolah dengan penilaian kinerja.

5. Mengkomunikasikan visi sekolah yang menjadi model organisasi pembelajaran.

6. Mengenali pentingnya berfikir dan bertindak secara sistem artinya tindakan semua.

stakeholder akan dapat mempengaruhi organisasi sekolah.

7. Pemimpin pendidikan mulai dari guru, kepala sekolah, pengawas dan kepala dinas

menunjukkan komitmen dan keteladanan pembelajaran.

8. Mentransformasi kultur sekolah menjadi kultur belajar.

9. Membangun strategi dan jaringan yang pembelajaran yang luas dengan semua

sumber-sumber belajar yang ada di sekolah.

10. Mereduksi model birokratif dengan cara mengefisiensikan struktur organisasi

menjadi lebih ramping dan ringkas.

11. Memperoleh pengetahuan dan budaya berbagi pengetahuan yang menjadi budaya

dalam organisasi sekolah.

12. Memperluas budaya belajar ke seluruh rantai organisasi sekolah.

13. Menerapkan teknologi yang terbaik untuk mendukung proses pembelajaran.

14. Menciptakan kultur prestasi sekolah yang dapat dicapai.

15. Mengukur keberhasilan pembelajaran dengan alat ukur kesuksesan.

16. Selalu beradaptasi, memperbaiki, dan belajar tiada henti.

| Organizational Development and Learning 24

Page 25: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

Terakhir mau dibawa ke mana organisasi sekolah kita apakah di masa yang akan

datang akan menjadi organisasi pembelajaran ataukah menjadi sekolah yang biasa?. Bisa

dan tidaknya organisasi pendidikan menjadi organisasi pembelajaran bukan semata-mata

tergantung pada pemerintah, masyarakat, atau kepala sekolah, tetapi hal tersebut

bergantung pada kemauan dan itikat baik dari semua stakeholder sekolah agar mau belajar

dan belajar lagi dan menciptakan budaya organisasi pembelajaran secara berkelanjutan.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang bisa kita ambil dari hasil analisis pengisian angket mengenai

Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan tingkat pencapaian profil sekolah

sebagai organisasi pembelajaran adalah 87.5 %, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah

3.5, ini berarti pelaksanaan Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) di SMKN 1

Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar, dan menuju ke implementasi secara total.

Saran-saran yang bisa diberikan kepada SMKN 1 Bintan untuk menuju Organisasi

Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah :

1. SMKN 1 Bintan perlu melakukan peningkatan perubahan paradigma pembelajaran

dari teacher centre ke student centre, perubahan dari organisasi birokrat ke

organisasi pembelajaran, serta perubahan dari wajib belajar ke hak belajar.

2. Meningkatkan komitmen untuk perbaikan output dan outcame serta pelayanan

yang berkelanjutan, agar tidak mengalami demarketing dalam dunia pendidikan,

sehingga bisa tetap bersaing di dunia global.

3. Meningkatkan level manajemen pengetahuan dari storage menjadi analisis dan

transfer pengetahuan.

4. Mengembangkan sistem pendukung kinerja secara terintegrasi dan aplikatif untuk

penemuan pengetahuan dan data mining, sehingga sekolah dapat membentuk

organisasi pembelajaran yang menjadi pusat keahlian yang bertanggung jawab

untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan

pengetahuan.

5. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam pembelajaran dan untuk mengelola

proses kelompok seperti kegiatan sekolah, urusan, dan manajemen organisasi

sekolah perlu ditingkatkan.

6. Mengoptimalkan peran seluruh stakeholder sekolah untuk bersinergi dalam

mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.

| Organizational Development and Learning 25

Page 26: Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.

Daftar Pustaka

Ancok, D. (2012). Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. Jakarta: Erlangga

Covey, S.R. (1993). The 7 Habits of Highly Effective People. New York: Simon & Schuster.

Marquardt, M. J. (2002). Building the Learning Organization: Mastering 5 Element for Corporate Learning. California: Davies-Black Publishing.

Nonaka, I., and Takeuchi, H. (1995). The Knowledge-Creating Company. New York: Oxford University Press.

Rahman, E. dan Savitri, S. (2012, Desember 29). Empowerment. Harian Kompas, halaman 32.

Ramdhani, N. (2012). Menjadi Guru Inspiratif: Aplikasi Ilmu Psikologi Positif dalam Dunia Pendidikan. Jakarta: Titian Foundation.

Redding, J. (1994). Strategic Readiness: The Making of the Learning Organization. San Fransisco: Jossey-Bass.

Schlechty, P.C. (2009). Leading for Learning How to Transform Schools into Learning Organizations. San Francisco, CA: John Wiley & Sons Inc.

Senge, P.M. (1990). The Fith Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization. New York: Doubleday.

Stewart, T. (1997). Intelectual Capital: The New Wealth of Organization. New York: Doubleday.

| Organizational Development and Learning 26