Menjadi serupa dengan allah

3

Click here to load reader

Transcript of Menjadi serupa dengan allah

Page 1: Menjadi serupa dengan allah

MENJADI SERUPA DENGAN ALLAH

(Pdt. Erastus Sabdono, M.Th.)

Setelah sekian lama kita menjadi orang Kristen, kita harus sungguh-sungguh menemukan

jiwa kekristenan yang sejati, hakekat kekristenan yang benar yang harus kita miliki. Bila kita

belum memiliki jiwa kekristenan yang benar, maka kita belum menjadi anak Allah yang

berkenan kepada-Nya. Lalu apa artinya kekristenan kita bila tidak ada jiwa atau intinya?

Masihkah kita berjalan mengarungi hidup ini dengan kekristenan tanpa jiwa kekristenan?

Puaskah kita dengan pengalaman-pengalaman keagamaan kita yang kadang justru membuat

kita menjadi angkuh di hadapan manusia dan di hadapan Tuhan. Pergi ke gereja, mengikuti

liturgi atau misa, mengucapkan pengakuan iman di gereja, menyanyikan lagu-lagu rohani

belumlah inti dari kekristenan itu sendiri.

Adalah kebodohan kalau seseorang merasa sudah menjadi umat Allah yang benar dan layak

bagi-Nya hanya karena sudah melakukan kegiatan keagamaan seperti yang disinggung di

atas. Semua itu hanyalah atribut lahiriah atau semacam baju luar saja. Tentu itu belum

merupakan inti kekristenan. Bahkan pengalaman mujizat atau mengalami kuasa Tuhan bukan

atau belumlah menjadi inti kekristenan yang sejati. Perlakuan istimewa Tuhan kepada kita

yang menunjukkan bahwa kita adalah umat kesayangan-Nya, tidak bisa dijadikan ukuran

bahwa kita adalah umat kesukaan-Nya.

Inti kekristenan pada hakekatnya adalah warna batin yang terus menerus diperbaharui untuk

menjadi sewarna dengan Bapa. Maksud sewarna dengan Bapa adalah berkepribadian seperti

Allah yang melahirkan kita. Jiwa atau inti kekristenan atau hakekat kekristenan yang sejati

dapat kita peroleh melalui apa yang ditulis oleh Yohanes dalam Yohanes 1:13, “orang-orang

yang diperanakkan bukan dari darah atau daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan

seorang laki-laki, melainkan dari Allah.” Ayat ini tidak boleh kita lalui begitu saja dan kita

anggap tidak penting. Berangkat dari ayat ini kita menemukan maksud dan tujuan Tuhan

dalam memilih kita. Di dalam ayat ini juga terkandung berita tentang rencana Allah yang

kekal dan besar bagi umat pilihan-Nya.

Dilahirkan oleh Allah, ini adalah suatu peristiwa besar dalam kehidupan manusia dan lebih

luar biasa dari kelahiran anak manusia secara fisik. Dalam teks bahasa Inggris versi King

Page 2: Menjadi serupa dengan allah

James: Which were born, not of blood, nor of the will of the flesh, nor of the will of man but

God. Kata dilahirkan dalam teks aslinya adalah “egenneetheesan” kata ini dari akar kata

gennao, yang bisa diterjemahkan be born, bring forth, conceive, be delivered of, gender,

make, spring, yang pada intinya adalah bahwa kita telah diubah dengan nature yang berbeda

dengan nature manusia pada umumnya.

Dilahirkan oleh Allah meliputi dua aspek : Pertama, kita diberi wewenang untuk memiliki

apa yang disediakan Allah bagi pewaris-pewarisNya, yaitu kerajaanNya. Kedua, kita diberi

kemampuan untuk berwatak atau berkarakter seperti Dia. Hal ini berati bahwa kita diberi

kemampuan untuk menjadi serupa dengan Bapa setelah Allah mensahkan kita menjadi anak-

anak-Nya.

Ini merupakan sebuah peristiwa besar, sebab dalam Perjanjian Lama kita tidak menemukan

peristiwa besar seperti ini, juga dalam kepercayaan lain di dunia ini. Kelahiran dari atas ini

terjadi ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita secara

pribadi. Tidak ada mujizat yang besar dari ini. Kesungguhan Allah mengadopsi kita ini, Ia

memberikan Roh-Nya didalam diri kita. “Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah

mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika

kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.” (Ef 1:13).

Dimeteraikan artinya distempel (Yun. esfragistheete, lengkapnya: esfragistheete too pneumati

tees epangelias too hagio. Ingg: you were sealed with that holy spirit of promise).

Kejadian ini suatu peristiwa luar biasa yang menjadi titik tolak pengiringan kita kepada

Tuhan. Titik tolak kita bukan karena kita mau memeluk suatu keyakinan agama. Bukan pula

karena kita mau memiliki petualangan baru dalam hidup, yaitu memiliki sumber baru guna

memperoleh kemudahan hidup, dalam hal ini kekristenan dan Tuhan menjadi alat

memuaskan ambisi kita. Kekristenan menjadi kendaraan kita memenuhi maksud dan rencana

Tuhan.

Sebenarnya maksud dan rencana Tuhan adalah menciptakan manusia yang berkualitas seperti

diri-Nya. Untuk itu dalam kelahiran dari atas oleh Allah itu, Bapa memberikan kemampuan

kepada kita untuk memenuhi kehendak-Nya. Kemampuan ini suatu anugerah yang lebih dari

segala berkat yang bisa kita terima dari Tuhan. Kemampuan inilah yang harus dikembangkan

atau dimanfaatkan agar encana-Nya digenapi dalam hidup kita masing-masing. Kemampuan

Page 3: Menjadi serupa dengan allah

inilah yang tidak dimiliki tokoh-tokoh iman dalam Perjanjian Lama.

Dengan cara inilah kita dipanggil untuk sempurna (bnd. Mat 5:48: Karena itu haruslah kamu

sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna). Perhatikan kata haruslah

dalam ayat ini. Kata haruslah (Yn. esomai, yang juga dapat diterjemakan “hendaknya”)

merupakan sebuah panggilan yang mutlak yang harus mengisi perjalanan hidup kita. Hal ini

merupakan keharusan yang tidak boleh kita hindari. Hal yang lain bisa dihindari atau

dikurangi intensitasnya, tetapi hal menjadi serupa dengan Bapa merupakan keharusan yang

tidak dapat ditawar.

Apalah artinya kelahiran seorang anak manusia apabila pada akhirnya ia tidak memiliki

persekutuan dengan Tuhan dan dibuang kedalam api kekal. Lebih baik seseorang tidak

pernah dilahirkan di dunia ini dari pada dilahirkan di dunia ini hanya untuk menjadi sekutu

kuasa dunia dan memberontak kepada Tuhan. Apa artinya kelahiran kalau hanya menjadi

permulaan dari kebinasaan kekal. Hidup terpisah dari hadirat Tuhan selama-lamanya.

Menjadi kehendak Bapa dalam hidup kita adalah kita bertumbuh menyerupai Dia. Inilah inti

kekristenan itu. Tidak ada yang lebih besar dari hal ini. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata:

Kamu harus sempurna seperti Bapamu yang di sorga sempurna (Mat 5:48). Rasul Paulus

menulis hal ini dalam Roma 8:29 : Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka

juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya

Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Tuhan Yesus yang adalah

wujud Allah yang kelihatan menjadi cermin yang jelas bagi kita. Kita harus meneladani-Nya.

Oleh sebab itu, marilah kita kembali kepada maksud Tuhan yang agung ini dan memfokuskan

diri kepada rencana agung-Nya. Jangan hanya terpaku pada usaha mengejar berkat-berkat

Allah belaka, tetapi mengabaikan tujuan yang sesungguhnya dari karya Allah atas hidup kita,

yaitu menjadi serupa dengan Allah. Mari kita terus mengejar inti kekristenan ini dan

menjadikannya tujuan yang utama dalam kehidupan kita. Amin.