Menjadi Pribadi Manusia Yang Utuh

32
1 Menjadi Pribadi Manusia Yang Utuh: Ciri Khas Vinsensian Pada Lembaga Pendidikan Vinsensian ©Yayasan Lazaris 2010 Penyusun: Ev. E. Prasetyo W., CM cum permissu superiorum Paulus Suparmono, CM Visitator CM Propinsi Indonesia Diterbitkan oleh Yayasan Lazaris Lembaga Pendidikan dan Pengajaran Katolik Jl. Kepanjen 9 Surabaya 60175 Telp. 031-3571174 [email protected]

description

Menjadi Pribadi Manusia Yang Utuh

Transcript of Menjadi Pribadi Manusia Yang Utuh

  • 1

    Menjadi Pribadi Manusia Yang Utuh:

    Ciri Khas Vinsensian

    Pada Lembaga Pendidikan Vinsensian

    Yayasan Lazaris 2010

    Penyusun: Ev. E. Prasetyo W., CM

    cum permissu superiorum

    Paulus Suparmono, CM

    Visitator CM Propinsi Indonesia

    Diterbitkan oleh Yayasan Lazaris

    Lembaga Pendidikan dan Pengajaran Katolik

    Jl. Kepanjen 9 Surabaya 60175

    Telp. 031-3571174

    [email protected]

  • 2

    Kata Pengantar

    Karya pendidikan dan persekolahan di lingkungan Lembaga Pendidikan

    Vinsensian terarah pada perwujudan komunitas pendidikan yang membentuk pribadi

    manusia yang utuh, yaitu cerdas secara intelektual, unggul dalam moral, mendalam

    dalam iman, cinta pada sesama terutama yang miskin, cinta tanah air, cinta pada

    lingkungan hidup, tanggap pada kebutuhan jaman, terbuka untuk bekerjasama, kreatif

    dan bertanggungjawab. Karya tersebut merupakan perwujudan spiritualitas

    Vinsensian, yang berada persis di jantung hatinya, karena spiritualitas itulah yang

    menghidupi, menggerakkan, memberi arah tujuan dan makna, pada seluruh aktivitas

    pendidikan yang berlangsung disana.

    Ketika merenungkan kerasulan di bidang pendidikan, kami kerap diingatkan

    akan pedoman ini: Hendaknya sekolah, kolese dan universitas kita, sesuai dengan keadaan setempat, menerima orang-orang miskin untuk memberi situasi agar mereka

    berkembang. Hendaknya kepekaan terhadap kaum miskin ditanamkan ke dalam diri

    para siswa, sesuai dengan semangat pendiri kita, dengan meneguhkan nilai-nilai

    pendidikan kristiani dan melalui pembinaan hidup sosial kristiani. (Statuta CM, 11 #3)

    Buku ini disusun bukan sebagai panduan lengkap mengenai segala sesuatu

    yang harus dilakukan di Lembaga Pendidikan Vinsensian, melainkan lebih merupakan

    kerangka dasar dimana ciri khas vinsensian dengan lebih jelas dapat ditampakkan.

    Buku ini disusun berdasarkan pokok-pokok pedoman hidup dan panggilan vinsensian,

    sebagaimana diwariskan oleh tradisi vinsensian melalui Konstitusi dan Statuta CM.

    Diharapkan, buku ini akan berguna sebagai pegangan dasar bagi kebijakan-kebijakan

    dan pengelolaan pendidikan, untuk meneguhkan praktek pendidikan vinsensian yang

    sudah berjalan dan mendorong pengembangannya lebih lanjut, bagi pembinaan para

    guru dan tenaga kependidikan yang lain, bagi usaha-usaha animasi semangat

    vinsensian untuk para siswa, orangtua (wali) siswa, dan alumni sekolah-sekolah di

    lingkungan Lembaga Pendidikan Vinsensian. Semoga Tuhan memberkati.

    Surabaya, 20 Oktober 2010

    Ev. E. Prasetyo W., CM

  • 3

    DAFTAR ISI

    Pengantar Dari Visitator CM 4

    Pendahuluan 5

    Bab I Panggilan Lembaga Pendidikan Vinsensian 8

    Bab II Aktivitas Kerasulan Lembaga Pendidikan Vinsensian 11

    Bab III Persaudaraan Dalam Lembaga Pendidikan Vinsensian 14

    Bab IV Hidup Rohani Dalam Lembaga Pendidikan Vinsensian 17

    Bab V Pendidikan dan Persekolahan Dalam Lembaga Pendidikan

    Vinsensian 21

    Lampiran 26

  • 4

    Pengantar Dari Visitator CM

    Dunia pendidikan adalah lahan istimewa tempat kita memaknai dan menyemai

    masa depan kemanusiaan kita sendiri. Mengabaikan pendidikan berarti mengabaikan

    masa depan kemanusiaan. Karena itu, wajar dan sungguh mulia bahwa banyak pihak

    merasa terpanggil untuk melibatkan diri dalam pelaksanaan dan pergumulan

    pendidikan, termasuk para orang tua murid yang selayaknya menaruh harapan besar

    supaya anak-anak mereka mengalami proses pendidikan yang baik, sehingga segala

    potensi kemanusiaan dari manusia-manusia muda itu ditumbuh-kembangkan. Inilah

    pertanyaan dasar kita: Kemanusiaan seperti apakah yang hendak kita capai melalui

    pendidikan?

    Kongregasi Misi Provinsi Indonesia memandang karya pendidikan dan persekolahan merupakan karya penting (Norma Provinsi Indonesia 2006, No. 21), sebagai bagian dari perutusan Vinsensian di bumi Indonesia. Penerbitan buku

    Menjadi Pribadi Manusia Yang Utuh: Ciri Khas Vinsensian pada Lembaga

    Pendidikan Vinsensian yang ditulis Rm. Ev. E. Prasetyo W., CM merupakan upaya

    untuk menyemai nilai-nilai Vinsensian dalam dunia pendidikan dan persekolahan,

    khususnya dalam lingkungan komunitas Lembaga Pendidikan Vinsensian. Siapa St.

    Vinsensius bagi Gereja, sehingga nilai-nilai yang dia wariskan begitu penting?

    Berkat hidup dan karyanya yang telah mengubah wajah Gereja, khususnya

    sikap dan komitmen Gereja kepada kaum miskin dan terpinggir, maka St. Vinsensius,

    pada tahun 1885, diangkat oleh Paus Leo XIII (peletak tonggak pertama Ajaran Sosial

    Gereja, Ensiklik Rerum Novarum, 1891) sebagai pelindung karya kasih. Seperti dua

    pendahulunya, Paus Yohanes Paulus I dan Paus Yohanes Paulus II, juga Paus

    Benedictus XVI, dalam ensiklik pertamanya, Deus Caritas Est, dan tahun ini (26

    September 2010) dalam pesan mingguan menjelang Perayaan Liturgis 350 Tahun

    Wafat St. Vinsensius, menegaskan peran St. Vinsenius sebagai figur utama karya kasih

    sosial kristiani.

    Dunia pendidikan mempunyai peran penting untuk mengubah dan menggubah

    mutu kemanusiaan, yang kemudian punya peran penting untuk membentuk peradaban

    dan keadaban publik. Nilai-nilai Vinsensian menantang dan mengajak kita yang

    bergumul dalam dunia pendidikan untuk menumbuh-kembangkan semangat solidaritas

    dan keberpihakan kepada kaum miskin, lemah dan terpinggirkan. Mutu kemanusiaan

    yang dibentuk oleh proses pendidikan Vinsensian akan diukur oleh bagaimana sikap

    dasar kemanusiaan kita kepada kaum miskin, lemah dan cenderung terpinggirkan

    dalam masyarakat.

    Rm. Paulus Suparmono, CM

    Visitator Provinsi Indonesia

  • 5

    PENDAHULUAN

    Lembaga Pendidikan Vinsensian, sesuai dengan maksud Gereja,

    telah meninjau kembali sumber semangatnya, berkat inspirasi konsili

    Vatikan II, menghidupkan kembali semangat kerasulan dan hidupnya di

    dalam dunia masa kini.

    Lembaga Pendidikan Vinsensian menganggap perlu untuk

    kembali kepada sumber dan asal mulanya, kembali kepada pertobatan

    terus menerus dan visi St. Vinsensius, sehingga ia tetap memberikan

    kesaksian mengenai peranannya di dalam hidup Gereja. Dengan

    demikian ia tidak hanya berusaha untuk lebih menegaskan dan

    memelihara dengan setia ciri khas dan semangat rohani St. Vinsensius,

    tetapi juga untuk mengambil inspirasi yang lebih mendalam dari

    sumber-sumber tersebut. Lembaga pendidikan (sekolah-sekolah)

    vinsensian mencoba memenuhi panggilannya yang secara khusus

    nampak di dalam kebutuhan orang-orang miskin masyarakat modern,

    sama seperti pada jaman St. Vinsensius, dengan tetap memperhatikan

    Kehendak Allah.

    Vinsensius de Paul lahir di Pouy pada tahun 1581. Sebagai

    seorang anak ia hidup di antara orang miskin dan mengalami keadaan

    hidup mereka itu. Pada tahun 1600 ia ditahbiskan menjadi imam.

    Selama beberapa waktu ia berusaha meloloskan diri dari kemiskinan

    lingkungan asalnya. Namun berkat pertolongan para pembimbing

    rohaninya ia mulai merasa terpanggil untuk memiliki kesucian yang

    lebih mendalam. Melalui peristiwa-peristiwa hidupnya, akhirnya ia

    dibimbing oleh Penyelengaraan Ilahi kepada suatu keputusan yang

    teguh untuk mengabdikan diri demi keselamatan orang miskin.

    Ketika ia bertugas sebagai imam di Gannes dan di Folleville,

    pada tanggal 25 Januari 1617, ia sadar bahwa pewartaan Injil kepada

    orang miskin merupakan suatu kebutuhan yang mendesak. Sesuai

    dengan kesaksiannya sendiri, pengalaman inilah yang menjadi awal

    mula panggilannya sendiri dan lahirnya Kongregasi Misi (CM).

    Pada bulan Agustus tahun itu juga, di Chtillon-les-Dombes, ia

    mendirikan "La Charit" untuk melayani orang-orang sakit yang tidak

    terurus sama sekali. Pada waktu itu pula ia sadar dan

  • 6

    memperlihatkannya juga kepada orang lain, betapa erat kaitan antara

    pewartaan Injil dan pelayanan bagi orang-orang miskin.

    Lambat laun pengalaman spiritualnya mengarahkannya untuk

    mengkontemplasikan dan mengabdikan dirinya kepada Kristus di dalam

    diri orang miskin. Bahkan gambaran Vinsensius tentang Kristus sebagai

    utusan Bapa untuk mewartakan Injil kepada orang miskin menjadi pusat

    hidup dan karya pelayanannya.

    Vinsensius sangat memperhatikan tuntutan dunia dan

    masyarakat jaman itu. Ia belajar melihat semua itu di dalam terang

    kasihnya yang makin berkobar baik terhadap Tuhan maupun terhadap

    orang miskin yang tertimpa berbagai macam malapetaka. Oleh karena

    itu ia merasa terpanggil untuk meringankan segala macam penderitaan.

    Agar ia dapat menangani berbagai macam kebutuhan,

    Vinsensius mengumpulkan sebanyak mungkin orang, entah kaya entah

    miskin, orang rendahan ataupun berkuasa. Ia memakai segala daya

    upaya untuk membangkitkan di dalam diri mereka penghargaan

    terhadap orang miskin sebagai gambar Kristus yang istimewa. Ia

    mendorong mereka untuk membantu orang miskin, baik secara langsung

    maupun secara tidak langsung. Mereka mengabdi dengan suka rela dan

    tulus. Mereka menjadi anggota komunitas Puteri Kasih dan

    perkumpulan Karya Cinta Kasih yang didirikan Vinsensius serta

    perkumpulan-perkumpulan lain yang seasal. Demikian pula individu-

    individu tertentu yang sampai pada jaman kita sekarang telah

    memutuskan untuk mengambil semangat itu.

    Oleh karena itu, setiap orang, yang berkarya atau terlibat dengan

    penuh dedikasi di lingkungan karya atau bersama Kita, entah sebagai

    guru atau karyawan yang lain, entah sebagai staf ahli atau konsultan

    dalam berbagai bidang atau donatur, entah sebagai anggota salah satu

    serikat atau perkumpulan dalam Keluarga Vinsensian, entah sebagai

    siswa entah alumni sekolah atau orangtua (wali) siswa, yang telah

    menimba dan menghirup karisma St. Vinsensius dan berniat untuk

    ambil bagian mewujudkan dalam hidup dan karyanya di berbagai

    bidang, entah dalam status hidup berkeluarga entah tidak berkeluarga,

    karisma sebagai pewarta kabar gembira kepada kaum miskin, adalah

    juga seorang vinsensian.

    Mengenai panggilan dan perutusan vinsensian serta jalan untuk

  • 7

    mencapainya, Vinsensius menguraikan:

    "Di dalam Kitab Suci kita membaca bahwa Tuhan kita Yesus

    Kristus, yang diutus ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia, tidak

    mulai berkarya dengan mengajar; Ia memulainya dengan bekerja. Dan

    apa yang Ia lakukan adalah mengintegrasikan secara penuh setiap jenis

    keutamaan ke dalam hidupNya. Kemudian Ia melanjutkan dengan

    mengajar sambil menerangkan Kabar Gembira keselamatan kepada

    orang miskin, dan mewariskan kepada para rasul dan murid-Nya apa

    yang perlu mereka ketahui agar menjadi pedoman bagi orang lain. Kini

    kita ingin, dengan rahmat Allah, meneladan Kristus Tuhan sejauh

    mungkin. Kita berusaha meneladan keutamaan-keutamaannya dan apa

    yang Ia kerjakan demi keselamatan orang lain. Hal itu menjadi benar

    apabila kita melaksanakan karya yang sama, dan juga

    melaksanakannya dengan cara yang sama seperti Dia. Hal ini berarti

    bahwa tujuan kita ialah: 1 bertekad untuk berkembang dalam

    kekudusan, dengan meneladan sejauh mungkin keutamaan-keutamaan

    yang diajarkan oleh Guru besar itu dengan murah hati kepada kita; 2

    mewartakan Kabar Gembira keselamatan kepada orang-orang miskin."

    (RC I,1)

    Melalui kata-kata ini St. Vinsensius mempercayakan kepada

    Kita, yakni para pengikutnya di dalam Tuhan, suatu panggilan yang

    unik, sebuah hidup persaudaraan yang baru dan suatu tujuan tertentu,

    yang senantiasa harus disesuaikan dengan setiap jaman baru secara

    bijaksana.

  • 8

    B A B I

    Panggilan Lembaga Pendidikan Vinsensian

    1. Tujuan Lembaga Pendidikan Vinsensian ialah mengikuti

    Kristus, pembawa Kabar Gembira kepada kaum miskin. Tujuan ini

    dicapai, bila setiap orang di dalamnya setia kepada santo Vinsensius,

    dengan melakukan hal-hal berikut ini:

    1) berusaha dengan sekuat tenaga mengenakan Roh Kristus sendiri (RC I, 3), agar dengan demikian memperoleh

    kekudusan yang selaras dengan panggilanNya (RC XII

    ,13);

    2) mewartakan kabar gembira kepada orang miskin, terutama mereka yang terlantar (ditelantarkan);

    3) membantu kaum muda dalam hal pendidikan mereka dan mengarahkan mereka untuk lebih siap mengambil

    bagian secara penuh dalam mewartakan Injil kepada

    kaum miskin.

    2. Berdasarkan tujuan itu, dengan selalu memperhatikan Injil,

    tanda-tanda jaman dan panggilan Gereja yang lebih mendesak, Lembaga

    Pendidikan Vinsensian akan berusaha membuka jalan baru dan

    menggunakan sarana yang sesuai dengan jaman dan tempat. Selain itu

    Lembaga Pendidikan Vinsensian akan selalu berusaha meninjau dan

    merencanakan kembali karya dan pelayanannya, sehingga dengan

    demikian Lembaga Pendidikan Vinsensian akan selalu berada dalam

    keadaan membaharui diri terus menerus.

    3. Lembaga Pendidikan Vinsensian, yang di dalamnya terdapat

    para rohaniwan/wati dan awam ini, berusaha keras dikuasai oleh pikiran

    dan kepekaan Kristus, bahkan oleh RohNya, sebagaimana diuraikan

    oleh St. Vinsensius, agar dapat mencapai tujuannya.

    4. Semangat Lembaga ini ialah ikut ambil bagian dalam

    semangat Yesus Kristus sendiri seperti yang dikemukakan oleh St.

  • 9

    Vinsensius: Ia mengutus Aku mewartakan kabar gembira kepada kaum miskin (Lk 4: 18). Demikian juga pernyataan: Yesus Kristus itu pedoman bagi karya misi (SV XII, 130) itu akan menjadi pusat hidup dan kegiatan Lembaga. Dengan demikian jelaslah bahwa dasar rohani

    hidup dan pelayanan Lembaga ini ialah kesetiaan mengikuti Kristus

    Pewarta Kabar Gembira kepada kaum miskin, seperti yang dihayati oleh

    Santo Vinsensius. Spiritualitas dasar Vinsensian ini terdiri atas kasih

    dan hormat kepada Bapa, rasa cinta dan cinta yang tepat guna kepada

    kaum miskin serta sikap bersedia dibimbing oleh Penyelenggaraan Ilahi

    (K. 6), yang sangat cocok dengan semangat hidup budaya Indonesia

    yang menekankan religiositas dan penyerahan kepada Penyelenggaraan

    Ilahi. Semua itu hendaknya tercermin dalam pola hidup kita yang

    ditandai oleh lima keutamaan vinsensian yang dihayati sesuai dengan

    budaya Indonesia.

    5. Lembaga berusaha mewujudkan semangatnya dalam lima

    keutamaan yang bersumber dari pandangan khasnya terhadap Kristus,

    yaitu: simplisitas, kerendahan hati, lemah lembut, mati raga dan

    semangat untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Perihal keutamaan ini St.

    Vinsensius berkata: Kita hendaknya berusaha untuk menghormati dan menghayati keutamaan itu sedemikian rupa, sehingga lima keutamaan

    ini menjadi daya gerak jiwa seluruh diri kita, dan karenanya semua

    kegiatan kita masing masing selalu dijiwai oleh kelima keutamaan itu (RC II, 14). Dengan memperhatikan kekayaan bangsa Indonesia dan

    perkembangan kebutuhan jaman, hendaknya semangat vinsensian

    dihayati sebagai pola hidup Injili yang mendukung pelaksanaan

    panggilan utama kita:

    1) Kepolosan atau kesederhanaan (simplicitas) dan kerendahan hati (humilitas) adalah juga kekayaan budaya bangsa Indonesia

    yang perlu dilestarikan. Kedua pola hidup itu sangat

    dibutuhkan untuk melakukan akuntabilitas dalam karya.

    2) Kerendahan hati (humilitas) dan kelemahlembutan (mansuetudo) hendaknya mendorong kita untuk menjadi

    pelayan yang menarik dan mampu membina kerjasama,

    membina dialog, rasa kekeluargaan dan persaudaraan serta

    membentuk jaringan kerja dengan berbagai unsur termasuk

  • 10

    dengan instansi pemerintahan. Kedua pola hidup itu juga

    sangat dibutuhkan dalam memperlakukan orang miskin seperti

    apa yang diajarkan oleh St. Vinsensius.

    3) Matiraga (mortificatio) dan semangat untuk menyelamatkan jiwa-jiwa (zelus animarum) sangat dibutuhkan jaman ini

    sebagai unsur formatif untuk memperjuangan budaya

    kehidupan melawan budaya kematian, dan memberikan

    koreksi pada budaya konsumerisme, mengungkapkan rasa

    cinta dan cinta yang tepat-guna kepada kaum miskin

    (pemberdayaan) baik dalam bidang rohani, sosial maupun

    ekonomi serta memiliki disponibilitas (kesiapsediaan) untuk

    tugas misi.

    6. Semua orang yang terikat dengan Lembaga ini hendaknya

    berusaha dengan tekun lebih mendalami semangat ini, sambil selalu

    kembali kepada Injil dan dengan ajaran serta teladan St. Vinsensius, dan

    senantiasa menyadari bahwa semangat dan karya kita harus saling

    mendukung dan melengkapi.

  • 11

    B A B II

    Aktivitas Kerasulan Lembaga Pendidikan Vinsensian

    7. Lembaga Pendidikan Vinsensian, dengan bersumber pada

    inspirasi St. Vinsensius, menyadari dirinya dipanggil Tuhan untuk

    melaksanakan karya mewartakaan Injil kepada orang miskin melalui

    bidang pendidikan. Atas dasar pandangan yang khas ini, Lembaga

    bersama seluruh Gereja dapat menyatakan bahwa mewartakan Injil ini

    adalah rahmat dan panggilannya, serta mengungkapkan hakekatnya

    yang sejati (cf. EN 14). Bahkan semua dan masing-masing orang yang

    terlibat dalam Lembaga ini bersama Yesus berani berkata: "Aku harus

    memberitakan Injil Kerajaan Allah, sebab untuk itulah Aku diutus."(Lk

    4: 43).

    8. Cinta Kasih Kristus yang berbelas kasih kepada orang banyak

    itu (Mk 8: 2) adalah sumber semua kegiatan kerasulan kita di bidang

    pendidikan dan cinta kasih itu mendorong kita untuk "membuat Injil

    mengena secara nyata", seperti dikatakan oleh St. Vinsensius (SV XII,

    84). Sesuai dengan waktu dan tempat yang beraneka ragam, karya

    pewartaan Injil dalam kata-kata dan perbuatan harus mengusahakan ini:

    semua orang setia "pada Kerajaan Allah, yakni dunia baru, tatanan

    baru, keberadaan, cara hidup, dan cara hidup di dalam komunitas yang

    baru, seperti yang dituntut oleh Injil"(EN, 23) melalui pertobatan terus-

    menerus.

    9. Kita hendaknya membaktikan diri untuk mendorong dan

    mempersiapkan kaum muda yang cocok bagi aneka kerasulan yang

    diperlukan di dalam komunitas kristiani dan di tengah masyarakat.

    Selain itu, kita hendaknya mendorong kaum muda untuk belajar bekerja

    sama dan saling mendukung dalam proses pendidikan mereka, baik di

    antara mereka sendiri maupun dengan para vinsensian yang lain.

    10. Kita hendaknya secara khusus mengamati "benih-benih

    Sabda" yang dijumpai di dalam kebudayaan dan praktek agama

    penduduk (cf. EN 53).

  • 12

    11. Dengan mengikuti St. Vinsensius, seperti dalam

    perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lk 10: 30 - 37), yang

    menolong dengan tepat guna mereka yang terlantar, maka kita akan

    berusaha sekuat tenaga menolong mereka: yang dibuang oleh

    masyarakat dan yang menjadi korban berbagai macam ketidakadilan.

    Kita juga harus membantu mereka yang menderita berbagai bentuk

    kemiskinan moral dan aneka bentuk kemiskinan baru yang menjadi ciri

    khas jaman ini, serta korban bencana-bencana. Dengan bekerja untuk

    dan bersama mereka, kita akan berusaha dengan tekun memenuhi

    tuntutan akan keadilan sosial dan cinta kasih injili.

    12. Dalam dunia dewasa ini atheism, materialism, individualism,

    dan hedonisme mengganggu baik iman maupun pewartaan Injil secara

    mendalam. Oleh karena itu hendaknya kita mempelajari sungguh-

    sungguh sebab musababnya, sambil menyadari bahwa dalam masalah

    ini kita sendiri dituntut memberi kesaksian iman pribadi yang mantap

    terhadap Tuhan yang hidup, dan harus mencari jalan-jalan baru untuk

    menanggapi panggilan mewartakan Injil tersebut.

    13. Hendaknya kita mengusahakan suatu dialog ekumenis;

    melibatkan diri bersama dengan sesama orang kristen, maupun bukan-

    kristen secara aktif dalam masalah agama, sosial serta kebudayaan.

    14.

    1) Sadar akan betapa pentingnya pendidikan untuk kaum muda, maka hendaknya kita mencurahkan segenap hati,

    pikiran, dan tenaga untuk tugas mendidik dan mengajar

    ini.

    2) Namun tugas tersebut tidak harus dilaksanakan hanya di dalam sekolah-sekolah macam apapun, tetapi juga di

    keluarga-keluarga, di tempat-tempat kerja, bahkan di

    seluruh lingkungan sosial di mana ditemukan kaum

    muda.

    3) Hendaknya sekolah-sekolah, sesuai dengan keadaan setempat, menerima orang-orang miskin untuk memberi

    situasi agar mereka berkembang. Hendaknya kepekaan

  • 13

    terhadap kaum miskin ditanamkan ke dalam diri para

    siswa, sesuai dengan semangat St. Vinsensius, dengan

    meneguhkan nilai-nilai pendidikan kristiani dan melalui

    pembinaan hidup sosial kristiani.

    4) Hendaknya para orangtua (wali) siswa diberi pemahaman yang memadai mengenai visi pendidikan

    vinsensian dan dilibatkan sejauh mungkin demi

    kemajuan pendidikan putera-puteri mereka dengan

    keterlibatan yang lebih aktif.

    15. Di antara sarana-sarana yang digunakan Lembaga

    Pendidikan Vinsensian dalam karya kerasulannya, hendaknya perhatian

    selayaknya diberikan pada sarana tehnis komunikasi sosial untuk

    menyebarluaskan sabda keselamatan dan visi vinsensian dengan lebih

    efektif dan efisien.

  • 14

    B A B III

    Persaudaraan Dalam Lembaga Pendidikan Vinsensian

    16. St. Vinsensius mengumpulkan orang-orang dengan

    persetujuan Gereja untuk membaktikan diri dalam pewartaan kabar

    gembira kepada orang miskin, melalui hidup persaudaraan yang baru.

    Persaudaraan vinsensian ini ditumbuhkan untuk menyiapkan, dan

    mengembangkan serta mendukung kegiatan kerasulan atau misi

    bersama secara terus menerus.

    17. Gereja menemukan dan mengalami prinsip dasar tertinggi

    bagi hidup dan kegiatannya dalam Tritunggal Maha Kudus. Kita, di

    dalam Gereja, juga mengalami yang sama:

    1) Karena kita dipersatukan di dalam persaudaraan untuk mewartakan cinta Bapa kepada semua orang, maka kita

    mengungkapkan cinta yang sama itu dalam hidup kita

    sendiri.

    2) Kita mengikuti Kristus yang memanggil para murid dan rasul dan bersama mereka mempraktekkan hidup

    persaudaraan untuk mewartakan kabar gembira bagi

    kaum miskin.

    3) Atas inspirasi Roh Kudus kita menyatukan diri dalam persaudaraan di antara kita untuk mewujudkan misi,

    agar kita mampu memberikan kesaksian yang dapat

    dipercaya mengenai Kristus Penyelamat.

    18.

    1) Sudah sejak semula hidup persaudaraan merupakan ciri khas vinsensian dan cara hidup sehari-hari. Inilah

    kehendak St. Vinsensius.

    2) Hidup persaudaraan ini, yang secara tetap bersumber pada misi pewartaan kabar gembira kepada kaum

    miskin, akan mengembangkan hidup pribadi dan

    menyebabkan pelaksanaan pewartaan kabar gembira

    menjadi lebih mengena.

  • 15

    19. Pemberian diri kita dan semangat pengabdian untuk ambil

    bagian dalam pewartaan kabar gembira kepada orang miskin itulah yang

    membuat kita terikat dalam persaudaraan. Namun, hendaknya juga

    dikembangkan suatu sikap hormat terhadap segala sesuatu yang

    berkaitan dengan hidup pribadi dan kemajuan nilai-nilai individual.

    Inisiatif setiap orang hendaknya dinilai dalam cahaya tujuan dan

    semangat vinsensian. Atas dasar ini, maka kharisma dan bakat

    individual pada masing-masing orang bersatu-padu untuk

    menumbuhkan persaudaraan dan membuat misi kita mengena.

    20. Kita berusaha menghayati persaudaraan yang dijiwai oleh

    Cinta Kasih, terutama melalui praktek "lima keutamaan", sehingga hal

    ini mendukung tugas pelayanan kita dan menjadi tanda bagi dunia

    mengenai pembaharuan hidup injili. Oleh karena itu:

    1) kita harus berusaha bekerja dalam keserasian untuk melaksanakan misi bersama, dengan saling mendukung

    terutama mereka yang sedang mengalami kesulitan dan

    saling membagikan kegembiraan dengan tulus hati.

    2) kita harus ikut bertanggungjawab bersama, dengan bantuan pelayanan seperlunya dari yang berwenang dan

    Pimpinan, dalam mencari kehendak Tuhan dalam hidup

    dan karya. Lagipula kita juga harus mengembangkan

    dialog antar kita dan dengan cara ini mengatasi

    kesalahpahaman dan konflik.

    3) kita harus benar-benar memperhatikan pendapat dan kebutuhan masing-masing orang dengan rendah hati dan

    dalam semangat persaudaraan, dan karenanya berusaha

    mengatasi kesukaran-kesukaran yang mengiringi hidup

    persaudaraan; kita harus memberikan teguran persau-

    daraan dengan lemah-lembut, dan saling mengampuni.

    4) dengan perhatian seperlunya kita akan berusaha menciptakan kondisi yang perlu untuk: bekerja, berdoa,

    istirahat/rekreasi, dan berbicara bersama, sambil

    menggunakan media komunikasi dengan efektif dan

    bijaksana.

  • 16

    21. Kita bertanggungjawab secara terus menerus untuk

    memupuk persaudaraan, terutama dengan membaharui unsur-unsur

    pokok cara hidup dan cara kerja kita; unsur-unsur itu ialah:

    1) mengikuti Kristus sang Pewarta Injil dalam kesatuan persaudaraan, yang pada gilirannya membuahkan di

    dalam diri kita suatu ikatan cinta kasih dan afeksi; dalam

    semangat ini kita harus bersatu dengan saling

    menghormati yang bersumber dari penghargaan yang

    sejati "seperti layaknya sahabat" (RC, VIII, 2).

    2) pewartaan Injil kepada orang miskin, yang menyatukan semua karya kita, menyebabkan tidak ada satu talenta

    atau bakat yang berbeda terbuang, tetapi justru

    mengarahkan semuanya pada pelayanan terhadap misi.

    3) doa, terutama di dalam perayaan Ekaristi, merupakan sumber hidup rohani, hidup persaudaraan, dan hidup

    kerasulan kita.

    22.

    1) Hendaknya kita memperlakukan orang yang berkekurangan, yang minta pertolongan kepada kita

    dengan murah hati, dan mencoba melepaskan mereka

    dari kesusahan mereka.

    2) Hendaknya kita menunjukkan pergaulan persaudaraan kepada semua orang dari berbagai kalangan sosial yang

    berhubungan dengan kita dalam hidup dan karya kita

    dengan suka hati.

  • 17

    BAB IV

    Hidup Rohani Dalam Lembaga Pendidikan Vinsensian

    23.

    1) Kristus Tuhan, yang hidup dalam persatuan abadi dengan Bapa, melalui doa mencari kehendak BapaNya.

    Kehendak Bapa ini menjadi pedoman tertinggi bagi

    hidup, tugas dan pengabdian-Nya demi keselamatan

    dunia. Dengan cara yang serupa Ia juga mengajarkan

    kepada murid-murid-Nya, agar mereka juga selalu

    berdoa dalam semangat yang serupa dan tak pernah

    berhenti berdoa.

    2) Kita juga, yang disucikan dalam Kristus dan diutus ke dunia, hendaknya mencoba mencari tanda-tanda

    kehendak Tuhan melalui doa, dan meniru kesediaan diri

    Kristus, serta membuat semua keputusan sesuai dengan

    pendapat Kristus. Dengan cara ini hidup kita akan

    diubah oleh Roh Kudus melalui korban rohani, dan kita

    akan menjadi lebih mampu untuk ikut ambil bagian

    dalam tugas Kristus.

    24. "Berilah aku seorang pendoa, maka ia akan mampu

    melaksanakan segalanya" (SV XI,83). Sesuai dengan maksud St.

    Vinsensius doa merupakan sumber hidup rohani kita: melalui doa kita

    mengenakan Kristus, diresapi ajaran Injil, melihat berbagai persoalan

    dan peristiwa dengan sudut pandangan Tuhan; dalam doa kita hidup

    oleh cinta dan belaskasih Tuhan. Dengan demikian Roh Kristus akan

    memberi daya yang tepat dan berguna bagi kata-kata dan perbuatan kita.

    25. Merasul di tengah masyarakat dunia, hidup persaudaraan dan

    pengalaman akan Allah melalui doa itu saling melengkapi dan

    membentuk suatu kesatuan organis dalam hidup kita. Pada satu sisi,

    iman, cinta persaudaraan dan semangat kerasulan selalu diperbaharui

    melalui doa; dan pada sisi lain, cinta Tuhan kepada sesama dinyatakan

    dalam tindakan. Melalui doa dan kerasulan yang menyatu secara

  • 18

    mendalam kita menjadi seorang kontemplatif dalam karya dan seorang

    rasul di dalam doa.

    26. Doa kita harus terbentuk oleh semangat anak-anak Allah,

    kerendahan hati, kepercayaan terhadap penyelenggaraan Ilahi, dan cinta

    akan kebaikan Allah. Dengan demikian kita belajar berdoa sebagai

    orang-orang yang bersemangat miskin, penuh keyakinan bahwa

    kelemahan kita akan diteguhkan oleh kekuatan Roh Kudus. Karena Roh

    Kudus itu sendirilah yang menerangi budi kita dan menguatkan

    kehendak untuk mengenal kebutuhan dunia secara lebih mendalam dan

    menanggapi kebutuhan itu dengan lebih mengena.

    27. Kita seharusnya dapat menggunakan kemampuan berdoa

    dalam setiap tugas dan pekerjaan, dalam bergaul, dan dalam

    peristiwa-peristiwa hidup ini. Kita harus menemukan dan memandang

    Kristus dalam orang-orang miskin pada waktu kita berjumpa dan

    melayani mereka.

    28. Hendaknya kita merayakan liturgi secara hidup dan autentik.

    1) Hendaknya hidup kita terarah kepada perayaan Perjamuan Tuhan sebagai puncak hidup, karena dari sini

    memancarlah, bagaikan suatu sumber air, suatu kekuatan

    bagi karya dan hidup kita. Melalui Ekaristi, wafat dan

    kebangkitan Kristus dihadirkan, sedangkan di dalam

    Kristus kita menjadi korban hidup, dan hidup umat

    Allah sebagai komunitas menjadi nampak dan

    terlaksana.

    2) Hendaknya kita sering menerima sakramen Tobat, agar kita mampu melaksanakan pertobatan terus menerus dan

    bersikap tulus terhadap panggilanNya.

    3) Kita menyatukan hati dan suara dalam ibadat bersama untuk mengumandangkan pujian bagi Tuhan.

    Hendaknya kita melambungkan doa yang tak

    putus-putusnya ke hadapan Tuhan dan berdoa bagi

    semua orang.

    29. Dalam doa bersama kita menyadari akan adanya suatu

  • 19

    bentuk yang paling bagus untuk membaharui semangat hidup kita,

    terutama bila kita merayakan dan ikut ambil bagian dalam Sabda Tuhan,

    atau bila kita saling membagi hasil pengalaman rohani dan karya kita

    melalui dialog persaudaraan.

    30.

    1) Hendaknya kita mengusahakan doa pribadi, sendirian ataupun bersama-sama, dengan sekuat tenaga selama

    satu jam setiap hari, sesuai dengan tradisi St. Vinsensius.

    Dengan demikian,kita mampu menangkap kehendak

    Kristus dan menemukan jalan yang tepat untuk

    melaksanakan tugas perutusanNya. Doa pribadi ini

    menyiapkan, memperluas dan melengkapi doa liturgis

    maupun doa bersama.

    2) Hendaknya kita dengan tekun dan setia mengikuti retret dan latihan-latihan hidup rohani dalam satu tahun

    berjalan.

    31. Sebagai saksi dan pewarta Cinta Allah, kita harus melakukan

    devosi dan kebaktian khusus terhadap misteri-misteri Tritunggal Maha

    Kudus dan Inkarnasi.

    32.

    1) Hendaknya kita menghormati Maria, Bunda Kristus dan Gereja melalui devosi khusus. Karena, sesuai dengan

    kata-kata St. Vinsensius, Maria benar-benar menghayati

    ajaran injil dan melaksanakannya dalam hidupnya lebih

    dari umat beriman.

    2) Oleh karena itu kita mengungkapkan devosi kita kepada Maria Perawan yang Tak Bernoda itu melalui berbagai

    cara: merayakan pestanya dengan penuh hormat, dan

    terutama memohon pertolongan Maria melalui doa

    rosario. Kita akan menyebarluaskan pewartaan khusus

    yang terungkap dalam Medali Kudus melalui kemurahan

    hati Bunda Maria.

  • 20

    33. Hendaknya kita selalu kembali pada warisan St. Vinsensius,

    yang terdapat dalam tulisannya maupun dalam tradisi vinsensian, agar

    kita belajar mencintai apa yang beliau cintai dan melaksanakan apa

    yang beliau ajarkan di dalam karya kita. Hendaknya setiap hari

    diusahakan membaca dan merenungkan salah satu kutipan ajaran St.

    Vinsensius, sebagaimana dalam buku Jalan Vinsensian, sehingga

    semangatnya makin meresap dalam hati kita.

  • 21

    BAB V

    Pendidikan dan Persekolahan

    Dalam Lembaga Pendidikan Vinsensian

    Prinsip-prinsip Pendidikan

    34.

    1) Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, dan harus menuju ke arah ini: agar para siswa dijiwai oleh

    semangat St. Vinsensius, menjadi cakap dan pandai

    untuk melaksanakan tugas di tengah masyarakat sebagai

    pewarta kabar gembira kepada kaum miskin dalam

    berbagai bidang kehidupan dan profesi.

    2) Hendaknya para siswa belajar agar makin hari makin menyadari bahwa Yesus Kristus adalah pusat hidup dan

    pedoman hidup mereka.

    35.

    1) Waktu dan tahap-tahap pendidikan hendaknya diatur sedemikian rupa hingga cinta kasih Kristus semakin

    mendorong para siswa untuk makin siap menjawab

    panggilan untuk berpartisipasi dalam pewartaan kabar

    gembira kepada kaum miskin.

    2) Para siswa hendaknya dibina melalui Sabda Allah, hidup sakramental, hidup doa, baik itu doa bersama maupun

    doa pribadi, dan dalam spiritualitas vinsensian.

    3) Selain hal di atas tadi, hendaknya para siswa bertekun dalam mengikuti mata pelajaran yang ditetapkan oleh

    peraturan Negara dan kurikulum sekolah dengan sebaik

    mungkin, supaya mereka memperoleh kompetensi ilmu

    dan pengetahuan yang diwajibkan seoptimal mungkin.

    4) Sudah sejak awal pendidikan mereka, hendaknya semua siswa, sesuai dengan kecerdasan dan kemampuan

    mereka, dilatih secara tepat dalam praktek solidaritas

    kristiani, terutama dalam kerja sama dengan para guru

  • 22

    dan para vinsensian yang lain, baik di antara mereka

    sendiri maupun dengan cara pergi mengunjungi orang

    miskin dan berkontak langsung dengan realitas hidup

    orang miskin, serta terlibat sejauh dimungkinkan dalam

    pengalaman misi-misi serta pelayanan bantuan bagi para

    korban bencana. Hendaknya mereka dibantu untuk

    merefleksikan pengalaman-pengalaman itu dalam terang

    iman untuk menemukan Kehendak Allah bagi hidup

    mereka. Dengan cara demikian, mereka masing-masing

    dapat dengan lebih mudah bertumbuh dalam kepekaan

    terhadap sesama yang miskin dan pengenalan terhadap

    Kehendak Allah, sesuai dengan kemampuan pribadi

    masing-masing.

    5) Norma-norma pedagogis hendaknya diterapkan pada para siswa sesuai dengan usia mereka, dengan

    memperhatikan minat, bakat, dan kecerdasan-kecerdasan

    mereka, agar mereka, sementara mereka secara bertahap

    belajar mengendalikan diri, menggunakan kebebasan

    dengan bijaksana, serta bertindak dengan sukarela dan

    rajin, dan mencapai kematangan kristiani.

    36. Para siswa selama masa pendidikan hendaknya juga

    didorong untuk belajar hidup bersama dalam persaudaraan vinsensian.

    Perkumpulan persaudaraan, seperti Serikat Sosial Vinsensius (SSV) dan

    perkumpulan persaudaraan lain yang mengalir dari tradisi vinsensian,

    disediakan dan ditawarkan kepada para siswa, sehingga mereka makin

    bertumbuh dalam iman dan keterlibatan di tengah masyarakat.

    Hendaknya mereka juga belajar untuk mampu bergaul dengan semua

    orang dari berbagai kalangan sosial, dan menjadi jembatan antara yang

    kaya dan yang miskin seturut teladan St. Vinsensius.

    37. Hendaknya ada koordinasi berbagai sistem dalam pendidikan

    para siswa kita dan kesatuan organis dalam urutan tingkat-tingkatnya.

    Hendaknya semua itu diatur sedemikian rupa agar menuju arah ini: para

    siswa makin siap untuk ambil bagian dalam pewartaan kabar gembira

    kepada kaum miskin, dengan mengembangkan dan memanfaatkan

  • 23

    seoptimal mungkin minat, bakat, kecerdasan, dan kompetensi terbaik

    mereka.

    38. Pendidikan para siswa kita harus dilaksanakan dan dilanjutkan

    sepanjang hidup. Itu berarti bahwa kita harus memperhatikan juga

    pembinaan lanjut para tamatan sekolah kita (alumni) dengan cara dan

    pendekatan yang sesuai dengan situasi-kondisi dan perkembangan hidup

    mereka, dengan terus menjalin kontak dengan mereka, dan mengajak

    mereka terlibat dalam pengalaman misi-misi pelayanan kaum miskin,

    dalam kajian-kajian dan refleksi atas realitas sosial sesuai bidang profesi

    dan keahlian mereka, serta dalam pengembangan pendidikan vinsensian

    sesuai tantangan jaman. Hendaknya para alumni yang memiliki bakat,

    keunggulan kepribadian, dan minat untuk mengabdikan dirinya sebagai

    pendidik di Lembaga Pendidikan Vinsensian diberi kesempatan dan

    bantuan yang diperlukan, sehingga dapat menjadi pendidik yang unggul.

    39. Hendaknya pendidikan siswa kita terkait dengan realitas

    masyarakat, sehingga kurikulum setiap mata pelajaran terarah untuk

    memperoleh visi dan pandangan yang kritis terhadap dunia dan manusia

    dewasa ini. Para siswa hendaknya disadarkan akan peran karya kristiani

    untuk menegakkan keadilan melalui pertobatan hati mereka. Hendaknya

    mereka semakin sadar terhadap akar kemiskinan di dunia ini dan

    membuka tabir yang menghambat pewartaan Injil. Semua ini hendaknya

    terjadi dalam cahaya Sabda Tuhan dan di bawah bimbingan para

    pendidik.

    40. Hendaknya dikembangkan di dalam diri para siswa suatu

    kematangan afektif dan kualitas-kualitas seorang pemimpin berjiwa

    kristiani, yaitu kemampuan menyemangati dan mengarahkan

    lingkungan komunitas, rasa tanggung jawab, semangat dan tindakan

    kritis, kemurahan hati yang sigap, tekad yang kuat untuk mewajibkan

    diri menjadi rasul awam dalam berbagai bidang profesi dan lingkungan

    sosial di tengah masyarakat. Minat dan bakat untuk mengikuti panggilan

    gerejani yang lebih khusus untuk menjadi imam, bruder, atau suster,

    hendaknya dipupuk melalui perhatian dan pendampingan khusus.

  • 24

    Para Pendidik

    41. Para pendidik dan tenaga kependidikan, baik guru maupun

    bukan-guru, dalam Lembaga Pendidikan Vinsensian hendaknya merasa

    bertanggungjawab atas pendidikan dan pembinaan para siswa kita,

    sehingga masing-masing orang menurut tugasnya mencurahkan

    perhatian bagi keberhasilan usaha pendidikan para siswa.

    42. Karena pendidikan para siswa tergantung pada para pendidik

    yang cakap, hendaknya para pendidik dan pimpinan pendidikan dipilih

    dan dibina secara cermat dengan memperhatikan integritas moral dan

    kompetensi mereka, pengalaman dan visi vinsensian, pemahaman dan

    pengalaman mendidik yang memadai, dan pendidikan khusus mereka,

    sehingga dapat menjalankan peran dan tugas mereka secara efektif.

    43.

    1) Para pendidik hendaknya berusaha menyesuaikan narasi, contoh-contoh yang dipakainya dalam mata pelajaran,

    narasi soal-soal yang diajukan kepada siswa, memberi

    tugas-tugas, menunjukkan sikap dan pendirian, usahanya

    untuk menghayati keutamaan-keutamaan, dan memaknai

    arti mata pelajaran yang diampunya selain untuk

    meningkatkan daya nalar yang kritis dan mengembang-

    kan kepribadian siswa, juga untuk menumbuhkan jiwa

    vinsensian.

    2) Para pendidik hendaknya memberikan perhatian dan pendampingan khusus bagi para siswa yang miskin dan

    bermasalah, juga melalui kunjungan-kunjungan, agar

    mereka dapat mengatasi hambatan belajar dan

    bertumbuh dalam kematangan pribadi.

    3) Para pendidik hendaknya melibatkan diri dalam kerasulan sosial paroki, pelayanan orang miskin di

    tengah masyarakat, dan juga misi-misi vinsensian sejauh

    dimungkinkan, sehingga yang mereka ajarkan kepada

    para siswa mengalir dari refleksi atas pengalaman yang

    hidup.

  • 25

    Karya Pendidikan di Indonesia

    44. Di Indonesia, karya pendidikan dan persekolahan merupakan

    karya penting. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat dalam

    Lembaga Pendidikan Vinsensian perlu memperhatikan pokok-pokok

    berikut:

    1) Karya pendidikan dan persekolahan terarah pada perwujudan komunitas pendidikan yang membentuk

    pribadi manusia yang utuh, yaitu cerdas secara

    intelektual, unggul dalam moral, mendalam dalam iman,

    cinta pada sesama terutama yang miskin, cinta tanah air,

    cinta pada lingkungan hidup, tanggap pada kebutuhan

    jaman, terbuka untuk bekerjasama, kreatif dan

    bertanggungjawab, seturut teladan St. Vinsensius.

    2) Perhatian dan bantuan terhadap siswa yang potensial tetapi tidak mampu secara ekonomis.

    3) Pengembangan atau pendirian sekolah baik formal maupun non formal yang unggul dalam kualitas untuk

    membekali pengetahuan dan keterampilan bagi anak-

    anak dan kaum muda, terlebih yang miskin.

    4) Profesionalitas dalam mengelola karya pendidikan dan persekolahan: peningkatan yang terencana, pengadaan

    tenaga profesional, serta pengembangan sarana yang

    memadai sesuai dengan tuntutan jaman.

    5) Menjalin jejaring baik antar sekolah dalam negeri maupun luar negeri yang ditangani oleh Kita, dalam

    bidang pengembangan kurikulum, SDM, dan dana.

    45. Hendaknya komunitas pendidikan tetap mengadakan penilaian dan pemeriksaan yang terus menerus terhadap rencana serta

    kegiatan-kegiatannya, kurikulum pendidikan, kompetensi tenaga

    pendidik, sarana prasarana, kepemimpinan dan tata

    administrasinya, demi peningkatan kualitas layanan pendidikan

    yang unggul.

  • 26

    Lampiran

    Pembinaan Vinsensian di Sekolah Kita

    1. Jantung Hati Pembinaan

    Di sekolah-sekolah kita, spiritualitas Vinsensian berada persis di jantung

    hatinya, karena berfungsi menghidupi, menggerakkan, memberi arah

    tujuan dan makna, pada seluruh aktivitas pembinaan yang berlangsung

    disana.

    Kunci spiritualitas Vinsensian ialah semangat dan perutusan Kristus

    sendiri: evangelizare pauperibus misit me (Aku diutus untuk mewartakan Kabar Gembira bagi kaum miskin). Vinsensius

    mengatakan: Berkarya demi keselamatan orang-orang miskin merupakan unsur pokok dari panggilan kita, dan semua yang lain

    hanyalah tambahan belaka. (SV 25 Oktober 1643). Vinsensius juga menegaskan: Warisan kita, saudara-saudaraku, adalah orang miskin, ya, orang miskin: pauperibus evangelizare misit me (SV 17 Mei 1658). Oleh karena itu, eksistensi sekolah-sekolah kita, bagaimanapun

    bentuknya, harus makin terarah dan menjadi kabar gembira bagi orang miskin, entah yang masuk sekolah kita itu siswa-siswa anak orang miskin entah anak orang kaya.

    Ketika merenungkan kerasulan di bidang pendidikan, kami kerap

    diingatkan akan pedoman ini: Hendaknya sekolah, kolese dan universitas kita, sesuai dengan keadaan setempat, menerima

    orang-orang miskin untuk memberi situasi agar mereka berkembang.

    Hendaknya kepekaan terhadap kaum miskin ditanamkan ke dalam diri

    para siswa, sesuai dengan semangat pendiri kita, dengan meneguhkan

    nilai-nilai pendidikan kristiani dan melalui pembinaan hidup sosial

    kristiani. (Statuta CM art.11 #3)

    2. Pembinaan Terintegratif

    Kita punya peluang mendampingi perkembangan siswa selama beberapa

    tahun, minimum 3 tahun untuk siswa SMP/SMA/SMK, dan 6 tahun

  • 27

    untuk siswa SD. Bagaimana bisa lebih efektif membina mereka dalam

    semangat vinsensian? Kita perlu merencanakan dengan sadar, dalam

    perspektif panggilan kita untuk mendidik dan membina manusia-

    manusia muda yang dipercayakan kepada tanggungjawab kita. Agar

    tidak terpisah-pisah atau simpang siur dan agar jelas arah tujuannya, kita

    perlu mengintegrasikan seluruh program pembinaan, menjadi kesatuan

    utuh yang mengantar para siswa menjadi manusia yang turut ambil

    bagian dalam pewartaan kabar gembira bagi kaum miskin.

    Pembinaan yang terintegratif berarti, Spiritualitas Vinsensian menjiwai

    (animasi), menggerakkan (motivasi), mengarahkan (orientasi) semua bentuk pembinaan di sekolah, dan menjadi tolok ukur (kriteria) untuk menilai/mengevaluasi:

    a. arah pembinaan rohani (ibadat, retret, rekoleksi, karya karitatif

    dan misioner),

    b. arah pembinaan kepribadian,

    c. arah pembinaan intelektual (mata pelajaran intra dan ekstra

    kurikuler).

    3. Tema-tema Pembinaan

    Untuk mengintegrasikan seluruh bentuk pembinaan kita dapat belajar

    dari model pendidikan nilai tematis, yaitu dengan menyusun tema-tema pembinaan, secara bulanan atau dua bulanan sepanjang 3 tahun.

    Tema-tema itu untuk menekankan aspek-aspek pembinaan vinsensian

    yang akan dialami para siswa selama 3 tahun. Para siswa perlu

    diperkenalkan mulai sejak awal mereka masuk sekolah kita mengenai

    hal ini supaya mereka berpartisipasi dengan aktif dan sadar akan tujuan

    dan nilainya. Perwujudan tema selama sebulan juga dievaluasi bersama

    para siswa untuk bisa memperbaiki secara bersama.

    Tema-tema pembinaan dapat meliputi: solidaritas, hormat pada martabat

    manusia, mengasihi sesama terlebih yang miskin, kasih yang afektif dan

    efektif, simplisitas dan kejujuran, kerendahan hati, kelembutan hati,

    tahu batas dan pengendalian diri, semangat menyelamatkan sesama,

  • 28

    keheningan dan mawas diri, belaskasih, bersikap adil, memerangi

    kemiskinan, kesejahteraan bersama dan koperasi, berdamai dengan

    sesama, panggilan hati nurani dan kebebasan, menghargai peran

    perempuan dan kesetaraan jender, menghormati orang kecil, memerangi

    kerakusan, memerangi kesombongan, hidup sederhana yang bersahaja,

    bekerja dengan kejujuran, memerangi gaya hidup yang boros,

    pertobatan dan solidaritas, kegembiraan dalam melayani, saling

    membantu dan memberdayakan, kepedulian terhadap pendidikan anak-

    anak di daerah miskin, menemukan kebaikan Tuhan dalam sesama,

    melayani Tuhan dalam sesama, bersahabat dengan orang miskin,

    menjumpai Tuhan dalam sesama yang miskin dan menderita, solidaritas

    untuk misi di daerah tertinggal, dll.

    4. Bentuk Program-program Pembinaan

    Tema setiap bulan dikembangkan dalam bentuk program-program

    pembinaan, yang meliputi: penciptaan suasana lingkungan sekolah,

    tema dan isi ibadat atau doa-doa harian, aktivitas sosial karitatif dan

    solidaritas misioner, contoh-contoh yang dipakai dalam mata pelajaran

    kurikuler, aktivitas rekoleksi atau retret, seminar. Sehingga seluruh

    bentuk pembinaan dituntun oleh tema-tema bulanan yang bersumber

    dari Spiritualitas Vinsensian itu.

    a. Penciptaan suasana lingkungan sekolah

    Berdasarkan tema bulanan suasana lingkungan sekolah dapat diciptakan

    melalui pembuatan dan pemampangan tulisan tema bulanan di tempat

    umum, tulisan-tulisan berinspirasikan Kitab Suci atau kutipan Kitab

    Suci atau kutipan kata-kata Vinsensius di sejumlah tempat umum, agar

    mudah dibaca untuk membantu mengingatkan fokus pembinaan.

    Tulisan mengenai fokus tema dan kutipan Kitab Suci atau kata-kata

    Vinsensius akan berganti-ganti setiap bulan, sesuai pergantian tema

    yang difokuskan pada bulan itu. Para siswa dapat diajak ikut serta

    membuat dan memasangnya.

    b. Ibadat, misa, doa-doa harian

    Berdasarkan tema bulanan, dan memperhatikan tahun liturgi, dapat

  • 29

    dikembangkan tema-tema kecil untuk ibadat atau misa dan doa-doa

    harian yang dilakukan pada awal dan akhir pelajaran. Kotbah atau

    renungan disesuaikan dengan tema-tema kecil itu. Untuk penyusunan

    doa-doa harian para siswa juga sebaiknya dilibatkan.

    c. Live-in dan eksposur

    Bentuk program live-in atau eksposur (ke desa atau daerah dimana

    kemiskinan sangat kentara) sangat penting dan berperan dalam memberi

    kesempatan kepada para siswa untuk berkontak dengan realitas

    kemiskinan dan orang miskin, serta menumbuhkan kepedulian dan

    semangat solidaritas. Model program mengunjungi desa wisata yang dikemas dengan live-in saat liburan sekarang ini mulai umum, bahkan

    juga untuk siswa SD. Program ini dapat diintegrasikan dengan tugas-

    tugas mata pelajaran sekolah, baik menyangkut ilmu-ilmu sosial,

    maupun ilmu-ilmu eksakta terapan.

    d. Rekoleksi

    Rekoleksi dapat dilihat sebagai pemberian kesempatan untuk

    merenungkan dan mendalami tema tertentu dari spiritualitas Vinsensian

    dalam waktu yang pendek. Tema bulanan dapat diambil sebagai tema

    rekoleksi. Tema tertentu bisa juga dikaitkan dengan masa liturgi Gereja,

    misalnya dikaitkan dengan tema Prapaskah atau Adven, atau perayaan

    hari Vinsensius.

    e. Retret

    Tujuan Retret dapat dilihat dari 4 perspektif: 1) merefleksikan kembali

    seluruh pengalaman pembinaan dan perkembangan diri yang diperoleh

    selama 3 atau 6 tahun di sekolah, sehingga ditempatkan pada menjelang

    akhir kelas XII (untuk SMA/SMK) atau kelas IX (untuk SMP) atau

    kelas VI (untuk SD); 2) merefleksikan dan mendalami salah satu tema

    besar dari spiritualitas Vinsensian, sehingga dapat ditempatkan tidak

    harus pada akhir sekolah, dan dapat saja dilakukan tiap tahun; 3)

    merefleksikan seluruh pengalaman pembinaan dan perkembangan diri

    selama satu tahun, sehingga retret dilakukan setiap tahun; 4) sebagai

    pengenalan spiritualitas Vinsensian yang memberi kerangka, arah dan

    makna seluruh pembinaan (intelektual, kepribadian, doa dan ibadat,

  • 30

    aktivitas sosial, dll) yang akan dijalani selama waktu sekolah dengan

    harapan bahwa para siswa akan menjalani dengan sadar dan dapat ikut

    aktif mengevaluasi, sehingga retret ditempatkan pada awal masuk

    sekolah (kelas VII untuk SMP, dan kelas X untuk SMA/SMK),

    sementara untuk SD dapat dilakukan pada kelas IV.

    f. Melalui mata pelajaran intra dan ekstra kurikuler

    Sebagian besar waktu para siswa di sekolah ada dalam kelas, berkontak

    dan berdialog dengan guru-guru, mendengarkan kata-kata para guru,

    memperhatikan sikap dan pandangan para guru, menerima tugas-tugas

    dari guru. Maka guru-guru yang diresapi dan digerakkan oleh

    kepedulian kepada orang miskin (spiritualitas Vinsensian) akan

    berusaha menyesuaikan narasi, contoh-contoh yang dipakainya dalam

    mata pelajaran, narasi soal-soal yang diajukan kepada siswa, memberi

    tugas-tugas, menunjukkan sikap dan pendirian, usahanya untuk

    menghayati keutamaan-keutamaan, dan memaknai arti mata pelajaran

    yang diampunya selain untuk meningkatkan daya nalar yang kritis dan

    mengembangkan kepribadian siswa, juga selaras dengan tujuan

    Vinsensian. Guru-guru dapat memberi contoh-contoh dalam mata

    pelajarannya, soal-soal latihan dan ulangan, dan tugas-tugas kepada para

    siswa sambil menanamkan kepedulian kepada kaum miskin dan realitas

    kemiskinan. Dengan demikian, pembinaan spiritualitas bukan hanya

    menjadi ranah perhatian guru agama, tetapi menjadi tanggungjawab

    semua guru. Guru Bimbingan dan Penyuluhan (guru BP) juga secara

    khusus akan terlibat aktif mendampingi, karena para siswa dapat

    mengalami kesulitan, kebingungan, pergumulan berat secara psikologis

    selama pembinaan mereka. Untuk semua ini perlu komitmen bersama

    dan kebijakan sekolah terhadap para guru, dan perlu selalu dibicarakan

    dalam rapat kerja sekolah.

    g. Seminar atau Ceramah

    Seminar atau ceramah, entah dilakukan dengan pembicara dari dalam

    atau dari luar sekolah, dapat dipakai untuk mendalami tema yang

    berkaitan dengan tujuan Vinsensian. Misalnya tema-tema: kemiskinan,

    ilmu pengetahuan dan keadilan sosial, martabat pribadi manusia,

    sumbangan ilmu-ilmu eksakta bagi perbaikan kualitas hidup orang

  • 31

    miskin, sumbangan ilmu-ilmu sosial bagi perbaikan nasib orang miskin,

    dll. Untuk memberi tujuan dan makna, baik bahwa pada awal kegiatan

    atau pengantar ditunjukkan hubungannya dengan spiritualitas

    Vinsensian.

    h. Aktivitas Sosial Karitatif dan Solidaritas Misioner

    Aktivitas sosial dan misioner (solidaritas untuk daerah misi) bisa

    dipandang sebagai penampakan dan ungkapan kongkret dan eksternal

    dari spiritualitas Vinsensian. Pada akhirnya seluruh pemerkenalan, dan

    upaya-upaya pembinaan terarah kepada gerakan sosial dan misioner.

    Tetapi aktivitas sosial dan misioner juga membutuhkan dorongan terus-

    menerus, dan teladan. Pada tahap awal kesadaran dan gerakan

    solidaritas dapat mulai dari dalam sekolah sendiri, yakni solidaritas di

    antara para siswa sendiri, para guru dan karyawan yang lain.

    Selanjutnya gerakan ini harus keluar dari batas-batas lingkungan

    sekolah sendiri. Maka sekolah dapat saja memprogramkan aktivitas

    sosial entah dalam rangka paskah, natal, hari Vinsensius, atau saat

    menanggapi adanya bencana, musibah, dll sebagai bentuk kepedulian

    dan sekaligus pendidikan kepedulian bagi para siswa. Selain itu sekolah

    dapat juga lebih mendorong para siswa untuk belajar mengorganisir diri

    membentuk kelompok-kelompok kepedulian yang berkontak dan

    melayani kaum miskin secara lebih teratur dan terorganisasi, bisa

    dengan model SSV dan bisa juga bentuk lain, dan difasilitasi untuk

    berkembang. Kepedulian bagi karya pendidikan di daerah misi

    (misalnya di pedalaman Kalimantan dan Papua) perlu juga

    diperkenalkan dan difasilitasi, entah dalam bentuk doa, penggalangan

    dana misi, maupun bantuan tenaga. Bila memungkinkan, baik juga bila

    diperkenalkan sebuah program kunjungan, eksposur dan live-in ke

    daerah misi yang dilaksanakan pada waktu liburan (misalnya dikemas

    dalam paket program pembinaan kepemimpinan, paket program wisata

    misi, paket program pengenalan budaya lain, paket program bakti sosial,

    atau paket program yang lain), sehingga gambaran misi menjadi lebih

    hidup ketika mereka sendiri mencicipi pengalaman itu. Jaringan

    kerjasama misioner yang terdapat di dalam atau di antara Tarekat-

    tarekat Religius yang tersebar di berbagai daerah misi kiranya dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi gerakan ini.

  • 32

    5. Introduksi Kepada Orangtua/Wali-murid

    Kita perlu memperkenalkan visi-misi, arah tujuan, dan program-

    program pembinaan di sekolah kita bukan hanya kepada para siswa,

    tetapi juga kepada orangtua/wali-murid, serta alumni. Hal ini

    dimaksudkan agar mereka pun memahami bahwa di sekolah-sekolah

    kita anak-anak tidak hanya dididik dalam pengembangan intelektual dan

    bakat-bakat mereka saja, melainkan juga dalam pengembangan

    kepribadian dan hidup rohani mereka berdasarkan semangat Vinsensian.

    Diharapkan bahwa para orangtua/wali-murid juga akan memberikan

    dukungan, dan bahkan turut berperan aktif dalam pembinaan anak-

    anaknya. Pengenalan dapat diberikan pada awal mereka mendaftarkan

    anak-anak mereka, dalam berbagai kesempatan dialog dengan mereka,

    juga melalui brosur atau edaran-edaran komunikatif.

    7. Seluruh Komunitas Sekolah Terlibat

    Tema-tema pembinaan tersebut di atas bukan hanya untuk digumuli

    para siswa, melainkan untuk seluruh anggota komunitas sekolah (siswa,

    guru, dan semua karyawan yang lain, serta komite sekolah). Tema-tema

    itu untuk didalami, dihayati, direfleksikan, dan dievaluasi oleh seluruh

    anggota komunitas sekolah. Hal ini akan mendorong pengembangan

    cara berelasi, cara melayani dan memperlakukan siswa, gaya hidup, cara

    bekerjasama, cara pandang terhadap hidup dan lingkungan, cara

    menerima tamu, cara menangani konflik, menejemen sekolah, dll.

    Dengan demikian seluruh sekolah diresapi semangat dan suasana yang

    dibangun bersama, saling mendukung, mengingatkan, dan meneguhkan

    pertumbuhan bersama. Untuk itu perlu komitmen dan kebijakan

    sekolah, dibicarakan dalam raker sekolah, dan terus-menerus dievaluasi.