Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

30
PIDATO PENGUKUHAN PUSTAKAWAN UTAMA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Assalamu’alaikum wr.wb. - Bapak Kepala Perpustakaan Nasional RI yang saya hormati; - Para Pejabat Struktural dan Pejabat Fungsional Pustakawan dalam lingkungan Perpustakaan Nasional RI dan Instansi lainnya; - Para undangan, hadirin yang berbahagia; - Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan nikmatnya yang begitu banyak kepada kita hingga saat ini, sehingga bilamana kita mau menghitungnya maka pastilah tidak ada di antara kita yang dapat menentukan berapa jumlahnya. - Terimakasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada Kepala Perpustakaan Nasional RI Bapak Drs. Dady P. Rachmananta, MLIS yang telah memperkenankan saya sebagai salah seorang yang dipercayakan beliau untuk menyampaikan Orasi Ilmiah pada saat ini. - Terimakasih yang sedalam-dalamnya pula tidak luput saya sampaikan kepada Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Ibu Hj. Suprihati, SH, MBA yang telah mendorong saya untuk turut serta dalam Orasi Ilmiah saat ini. Demikian pula kepada Kepala Pusat Pengembangan Pustakawan Ibu Hj. Kartini, SH 1

Transcript of Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

Page 1: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

PIDATO PENGUKUHAN PUSTAKAWAN UTAMA

PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

Assalamu’alaikum wr.wb.

- Bapak Kepala Perpustakaan Nasional RI yang saya hormati;

- Para Pejabat Struktural dan Pejabat Fungsional Pustakawan dalam

lingkungan Perpustakaan Nasional RI dan Instansi lainnya;

- Para undangan, hadirin yang berbahagia;

- Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu

melimpahkan nikmatnya yang begitu banyak kepada kita hingga saat

ini, sehingga bilamana kita mau menghitungnya maka pastilah tidak

ada di antara kita yang dapat menentukan berapa jumlahnya.

- Terimakasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada

Kepala Perpustakaan Nasional RI Bapak Drs. Dady P. Rachmananta,

MLIS yang telah memperkenankan saya sebagai salah seorang yang

dipercayakan beliau untuk menyampaikan Orasi Ilmiah pada saat ini.

- Terimakasih yang sedalam-dalamnya pula tidak luput saya

sampaikan kepada Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya

Perpustakaan Ibu Hj. Suprihati, SH, MBA yang telah mendorong saya

untuk turut serta dalam Orasi Ilmiah saat ini. Demikian pula kepada

Kepala Pusat Pengembangan Pustakawan Ibu Hj. Kartini, SH beserta

seluruh Staf beliau yang dengan penuh sabar menunggu penyelesaian

penyusunan Orasi saya ini yang tertunda-tunda, lantaran penyakit

polycitimeapera (kekentalan darah) memaksa saya untuk tidak bisa

beraktivitas selama 3 (tiga) minggu dan mengharuskan untuk flebotomi

yaitu membuang darah saya sebanyak 750 cc.

- Bapak Kepala Perpustakaan Nasional RI yang saya hormati para

pejebat struktural dan pejabat fungsional Pustakawan di lingkungan

Perpustakaan Nasional RI dan Instansi lainnya serta para hadirin yang

berbahagia.

1

Page 2: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

Perkenankanlah dalam kesempatan ini saya membacakan pidato

Ilmiah saya yang berjudul :

MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT

MELALUI SUATU KELEMBAGAAN NASIONAL

Wacana Ke Arah Pembentukan Sebuah Lembaga Nasional

Pembudayaan Masyarakat Membaca

Oleh : Drs. H. Athaillah Baderi

I. KATA PENGANTAR

Wacana pembentukan sebuah Lembaga Nasional Pembudayaan

Masyarakat Membaca, semula saya lemparkan dalam forum Seminar

Nasional dan Pembentukan Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca

(GPMB) pada tanggal 23 s.d 25 Oktober 2001 di Istana Bogor. Ide

tersebut menggelembung pada Sidang Komisi C hingga melahirkan

Rekomendasi.

Selanjutnya untuk yang kedua kalinya saya coba mengangkat

wacana ini dalam Rapat Koordinasi Nasional Perpustakaan Nasional

R.I pada tanggal 2 s.d 5 Juni 2003 di Anyer Provinsi Banten melalui

sebuah makalah sumbangan saya yang berjudul : “Gerakan Nasional

Membaca Melalui Pelembagaan; Suatu Pemikiran ke Arah

Akuntabilitas Pemerintah”. Seluruh peserta Sidang Komisi III

memberikan tanggapan dan sepakat untuk mengusulkan

Pembentukan Dewan Pengembangan Perpustakaan dan Minat Baca.

Konon menurut Sahibul Hikayat, dalam Upacara Pencanangan

Gerakan Membaca Nasional yang diresmikan oleh Presiden Republik

Indonesia Megawati Soekarnoputri pada tanggal 12 November 2003 di

Istana Negara Jakarta, Menteri Pendidikan Nasional A. Malik Fadjar

dan Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno serta Kepala Perpustakaan

2

Page 3: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

Nasional Dady P. Rachmananta telah menandatangani Deklarasi

Pencanangan Gerakan Membaca Nasional. Dari sepuluh butir

pernyataan yang ditandatangani, di antaranya butir satu menyatakan

Membentuk Badan Pengembangan Budaya Baca Nasional (BPBBN).

Pada mulanya saya merasa lega dengan penandatangan

deklarasi tersebut karena wawasan yang saya mimpikan sejak tahun

2000 ketika saya mulai bertugas sebagai pustakawan pada

Perpustakaan Nasional RI, telah membumbung tinggi di udara di atas

Istana Negara. Namun, ternyata balon mengempis tanpa suara dan

tanpa tanda-tanda, jatuh ke bumi, tiada seorang pun tahu dan peduli.

Nurani kecil saya berdialog dengan bahasa hati yang berbunyi “

Beginikah bangsaku Indonesia, beginikah perpustakaanku yang hanya

bisa berhura-hara dalam acara serimonial yang megah dengan

mudahnya membuat keputusan-keputusan tanpa ditindak lanjuti ?

Di saat Munas II dan Seminar Gerakan Pemasyarakatan Minat

Baca (GPMB) pada tanggal 1 s.d 2 Maret 2005 di Hotel Century Park

Jakarta, untuk kesekian kalinya saya coba meniup kembali balon

wawasan pembentukan Lembaga Nasional Pembudayaan Masyarakat

Membaca itu. Sebuah komisi melahirkan rekomendasi perlunya

pembentukan suatu Badan Nasional Pembinaan Minat Baca

Masyarakat. Namun dimana rimbanya rekomendasi itu, entah sudah

disampaikan kepada para pengambil keputusan atau masih tersimpan

dalam arsip, wallahu a’lam bissawab.

Pada kesempatan Orasi Ilmiah Pengukuhan Pustakawan Utama

saat ini perkenankanlah saya mengulas kembali wawasan

pembentukan Lembaga Nasional Pembudayaan Masyarakat

Membaca dengan harapan akan menemukan kesepahaman jalan

pikiran dengan para hadirin dalam acara ini. Selanjutnya bersama-

sama memperjuangkannya pembentukannya tanpa reserve dan

diharapkan ada sebuah panitia pengambil inisiatif untuk mewujudkan

ide dimaksud. Meskipun saya menyadari mungkin dalam benak pikiran

sebagian orang bahwa membentuk sebuah lembaga baru bukanlah

3

Page 4: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

suatu solusi yang menarik dalam mengatasi masalah minat baca.

Tetapi pengalaman selama 34 (tiga puluh empat) tahun bergelut

didunia perpustakaan yang mengusahakan peningkatan minat baca

hanya dengan seminar kesenian yang tidak membuahkan apa-apa

maka hanya berketetapan hati untuk mengangakat masalah minat

baca kecuali dengan membentuk suatu lembaga baru.

II.LATAR BELAKANG

A. Rendahnya Kemampuan Baca

Kemampuan membaca (Reading Literacy) anak-anak

Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara

berkembang lainnya, bahkan dalam kawasan ASEAN sekali pun.

International Association for Evaluation of Educational (IEA) pada

tahun 1992 dalam sebuah studi kemampuan membaca murid-

murid Sekolah Dasar Kelas IV pada 30 negara di dunia,

menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke 29 setingkat

di atas Venezuela yang menempati peringkat terakhir pada urutan

ke 30.

Data di atas relevan dengan hasil studi dari Vincent

Greannary yang dikutip oleh Worl Bank dalam sebuah Laporan

Pendidikan “Education in Indonesia From Cricis to Recovery“ tahun

1998. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan

membaca anak-anak kelas VI Sekolah Dasar kita hanya mampu

meraih kedudukan paling akhir dengan nilai 51,7 setelah Filipina

yang memperoleh nilai 52,6 dan Thailand dengan nilai 65,1 serta

Singapura dengan nilai 74,0 dan Hongkong yang memperoleh nilai

75.5

Buruknya kemampuan membaca anak-anak kita

sebagaimana data di atas berdampak pada kekurangmampuan

mereka dalam penguasan bidang ilmu pengetahuan dan

matematika. Hasil tes yang dilakukan oleh Trends in International

Mathematies and Science Study (TIMSS) dalam tahun 2003 pada

4

Page 5: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

50 negara di dunia terhadap para siswa kelas II SLTP,

menunjukkan prestasi siswa-siswa Indonesia hanya mampu meraih

peringkat ke 34 dalam kemampuan bidang matematika dengan

nilai 411 di bawah nilai rata-rata internasional yang 467.

Sedangkan hasil tes bidang ilmu pengetahuan mereka hanya

mampu menduduki peringkat ke 36 dengan nilai 420 di bawah nilai

rata-rata internasioal 474. Dibandingkan dengan anak-anak

Malaysia mereka telah berhasil menduduki peringkat ke 10 dalam

kemampuan bidang matematika yang memperoleh nilai 508

di atas nilai rata-rata internasional. Dan dalam bidang ilmu

pengetahuan mereka menduduki peringkat ke 20 dengan nilai 510

di atas nilai rata-rata internasional. Dengan demikian tampak jelas

bahwa kecerdasan bangsa kita sangat jauh ketinggalan di

bawah negara-negara berkembang lainnya.

United Nations Development Programme (UNDP) menjadikan

angka buta huruf dewasa (adult illiteracy rate) sebagai suatu

barometer dalam mengukur kualitas suatu bangsa. Tinggi

rendahnya angka buta huruf akan menentukan pula tinggi

rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (Human Development

Index – HDI) bangsa itu.

Berdasarkan laporan UNDP tahun 2003 dalam “Human

Development Report 2003” bahwa Indeks Pembangunan

Manusia (Human Development Indeks – HDI) berdasarkan angka

buta huruf menunjukkan bahwa “pembangunan manusia di

Indonesia“ menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di

dunia yang dievaluasi. Sedangkan Vietnam menempati urutan ke

109, padahal negara itu baru saja keluar dari konflik politik yang

cukup besar. Namun negara mereka lebih yakin bahwa dengan

“membangun manusianya“ sebagai prioritas terdepan, akan

mampu mengejar ketinggalan yang selama ini mereka alami.

Melihat beberapa hasil studi di atas dan laporan United

Nations Development Programme (UNDP) maka dapat diambil

5

Page 6: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

kesimpulan (hipotesis) bahwa “ kekurangmampuan anak-anak

kita dalam bidang matematika dan bidang ilmu pengetahuan,

serta tingginya angka buta huruf dewasa (adult illiteracy rate) di

Indonesia adalah akibat membaca belum menjadi kebutuhan

hidup dan belum menjadi budaya bangsa. Oleh sebab itu

membaca harus dijadikan kebutuhan hidup dan budaya

bangsa kita. Mengingat membaca merupakan suatu bentuk

kegiatan budaya menurut H.A.R Tilaar (1999 : 381) maka untuk

mengubah perilaku masyarakat gemar membaca membutuhkan

suatu perubahan budaya atau perubahan tingkah laku dari anggota

masyarakat kita. Mengadakan perubahan budaya masyarakat

memerlukan suatu proses dan waktu panjang sekitar satu atau dua

generasi, tergantung dari “politicaal will pemerintah dan

masyarakat“ Ada pun ukuran waktu sebuah generasi adalah

berkisar sekitar 15 – 25 tahun.

B. Ancaman (Threats) Era Globalisasi

Apabila rendahnya minat dan kemampuan membaca

masyarakat kita sebagaimana terwakili oleh anak-anak dalam

beberapa penelitian di atas dibiarkan sampai pada suatu saat tetap

status quo maka dalam persaingan global kita akan selalu

ketinggalan dengan sesama negara berkembang, apalagi dengan

negara-negara maju lainnya. Kita tidak akan mampu mengatasi

segala persoalan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan dan lainnya

selama SDM kita tidak kompetitif, karena kurangnya penguasaan

ilmu pengetahuan dan teknologi, akibat lemahnya kemauan dan

kemampuan membaca.

Pengalaman pahit telah menerpa bangsa kita pada

pertengahan tahun dalam bulan Juli 1997. Akibat krisis moneter

yang melanda kawasan Asia Tenggara dan Kawasan Asia Timur

maka ekonomi kita telah tercabik-cabik.

6

Page 7: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

Perkelanaan krisis ekonomi kita terlalu panjang waktunya

bila dibandingkan dengan negara-negara kawasan Asia Tenggara

dan kawasan Asia Timur. Korea Selatan, Thailand, Malaysia dan

Singapura, mampu mengatasi krisis ekonomi bangsanya relatif

dalam waktu pendek hanya sekitar 2 – 3 tahun saja. Mereka telah

mempunyai SDM yang kompetitif, unggul, kreatif, siap menghadapi

segala bentuk perubahan sosial, ekonomi, politik, budaya dan

lainnya. Mereka telah siap jauh-jauh waktu sebelum

diberlakukanya perdagangan bebas kawasan ASEAN tahun 2003

yaitu Asean Free Trade Area (AFTA) atau perdagangan bebas

dalam kawasan Asia Pasifik yaitu Asia Pacific Ekonomic

Cooperation (APEC) yang akan dimulai pada tahun 2020

mendatang. Kesiapan SDM Unggul itulah sebagai kunci

kemampuan suatu bangsa dalam menghadapi segala bentuk

tantangan baik dari dalam maupun dari luar.

Kehidupan abad 21 ini menurut H.A.R Tillar (1999 : 55)

adalah menuntut manusia unggul dan hasil karya yang unggul

pula. Keunggulan dimaksud adalah keunggulan partisipatoris,

artinya manusia unggul yang selalu ikut serta secara aktif di dalam

persaingan yang sehat untuk mencari dan mendapatkan yang

terbaik dari yang baik. Keunggulan partisipatoris dengan sendirinya

berkewajiban untuk menggali dan mengembangkan seluruh

potensi individual yang akan digunakan di dalam kehidupan yang

penuh persaingan yang semakin lama semakin tajam dan akan

menjadi kejam bagi manusia yang tidak mau bekerja keras dan

belajar keras. Suatu upaya untuk mendukung perwujudan manusia

unggul, maka kita harus mengadakan perubahan sikap dan

perilaku budaya dari tidak suka membaca menjadi masyarakat

membaca (reading society). Karena membaca menurut Gleen

Doman (1991 : 19) dalam bukunya How to Teach Your Baby to

Read menyatakan bahwa membaca merupakan salah satu

fungsi yang paling penting dalam hidup. Semua proses belajar

7

Page 8: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

didasarkan pada kemampuan membaca. Selanjutnya melalui

budaya masyarakat membaca kita akan melangkah menuju

masyarakat belajar (learning society). Prinsip belajar dalam abad

21 menurut UNESCO (1996) harus didasarkan pada empat pilar

yaitu : 1) learning to thing – belajar berpikir ; 2) learning to do ----

belajar berbuat ; 3) learning to be --- belajar untuk tetap hidup,

dan 4) learning to live together ---- yaitu belajar hidup bersama

antar bangsa. Berangkat dari terwujudnya masyarakat belajar

(learning society) maka akan mencapai bangsa yang cerdas

(educated nation) sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar

1945 menuju masyarakat Madani (Civil Society) Bal Dhatun

Tayyibatun Wa Rabbun Ghafuur.

C. Lemahnya Sarana dan Prasarana Pendidikan

Salah satu faktor yang menyebabkan kemampuan membaca

anak-anak kita tergolong rendah karena sarana dan prasarana

pendidikan khususnya perpustakaan dengan buku-bukunya belum

mendapat prioritas dalam penyelenggaraannya. Sedangkan

kegiatan membaca membutuhkan adanya buku-buku yang cukup

dan bermutu serta eksistensi perpustakaan dalam menunjang

proses pembelajaran.

Faktor lain yang menghambat kegiatan anak-anak untuk

mau membaca adalah kurikulum yang tidak secara tegas

mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bahan kajian,

serta para tenaga kependidikan baik sebagai guru, dosen maupun

para pustakawan yang tidak memberikan motivasi pada anak-anak

peserta didik bahwa membaca itu penting untuk menambah ilmu

pengetahuan, melatih berfikir kritis, menganalisis persoalan, dan

sebagainya.

1. Perpustakaan dan Buku

Di hampir semua sekolah pada semua jenis dan jenjang

pendidikan, kondisi perpustakaannya masih belum memenuhi

8

Page 9: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

standar sarana dan prasarana pendidikan. Perpustakaan

sekolah belum sepenuhnya berfungsi. Jumlah buku-buku

perpustakaan jauh dari mencukupi kebutuhan tuntutan

membaca sebagai basis pendidikan, serta peralatan dan tenaga

yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Padahal perpustakaan

sekolah merupakan sumber membaca dan sumber belajar

sepanjang hayat yang sangat vital dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa.

Buku-buku bermutu yang menyangkut isi, bahasa,

pengarang, lay-out atau penyajiannya yang sesuai dengan

tingkat pendidikan dan kecerdasan seseorang akan dapat

“merangsang berahi membaca” orang tersebut. Demikian pula

kalau buku-buku dalam semua jenisnya tersebar luas secara

merata ke berbagai lapisan masyarakat, mudah didapat dimana-

mana, serta harganya dapat dijangkau oleh semua tingkatan

sosial ekonomi masyarakat, maka kegiatan membaca akan

tumbuh dengan sendirinya. Pada akhirnya akan tercipta sebuah

kondisi “masyarakat konsumen membaca” yang akan

mengkonsumsi buku-buku setiap hari sebagai kebutuhan pokok

dalam hidup keseharian.

Perluasan jangkauan layanan perpustakaan baik melalui

perpustakaan menetap atau perpustakaan mobil keliling di

pusat-pusat kegiatan masyarakat desa, RW/RT secara merata

dan berkesinambungan akan dapat menjadikan masyarakat

membaca (reading society). Semakin besar peluang

masyarakat untuk membaca melalui fasilitas yang tersebar luas,

semakin besar pula stimulasi membaca sesama warga

masyarakat.

2. Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum

Sistem Pendidikan Nasional yang diatur dengan Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 diharapkan dapat memberikan

arah agar tujuan pendidikan di tanah air semakin jelas dalam

9

Page 10: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

mengembangkan kemampuan potensi anak bangsa agar

terwujudnya SDM yang kompetitif dalam era globalisasi,

sehingga bangsa Indonesia tidak selalu ketinggalan dalam

kecerdasan intelektual. Oleh sebab itu penyelenggaraan

pendidikan harus memenuhi beberapa prinsip antara lain :

a) sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan

peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

b) Mengembangkan budaya membaca, menulis dan

berhitung bagi segenap warga masyarakat.

Kedua prinsip di atas harus saling bergayut. Artinya dalam

proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik

sepanjang hayat, harus diisi dengan kegiatan pengembangan

budaya membaca, menulis dan berhitung.

Pengembangan kurikulum secara berdiversifikasi

khususnya dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia harus

memuat kegiatan pengembangan budaya membaca dan

menulis dengan alokasi waktu yang cukup memberi

kesempatan banyak untuk membaca.

Demikian pula dalam bahan kajian seni dan budaya, cakupan

kegiatan menulis harus jelas dan berimbang dengan kegiatan

menggambar/melukis, menyanyi dan menari.

Kegiatan membaca dan menulis tidak saja menjadi

prioritas dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia dan Bahan

Kajian Seni dan Budaya, tetapi hendaknya juga secara implicit

harus tercantum dalam Bahan-bahan Kajian lainnya.

3. Paradigma Tenaga Kependidikan

Guru, dosen maupun para pustakawan sekolah sebagai

tenaga kependidikan, harus merubah mekanisme proses

pembelajaran menuju “membaca” sebagai suatu sistem belajar

sepanjang hayat.

Setiap guru, dosen dalam semua bahan kajian harus

dapat memainkan perannya sebagai motivator agar para

10

Page 11: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

peserta didik bergairah untuk banyak membaca buku-buku

penunjang kurikulum pada bahan kajian masing-masing.

Misalnya dengan memberi tugas-tugas rumah setiap kali

selesai pertemuan dalam proses pembelajaran. Dengan sistem

reading drill secara kontinu maka membaca akan menjadi

kebiasaan peserta didik dalam belajar.

Pustakawan pada perpustakaan sekolah yang didukung

oleh para guru kelas sedapat mungkin harus dapat menciptakan

“kemauan” para peserta didik untuk banyak membaca dan

meminjam buku-buku di perpustakaan. Sistem promosi

perpustakaan harus diadakan dan diprioritaskan secara kontinu

agar perpustakaan dikenal apa fungsi, arti, kegunaan dan

fasilitas yang dapat diberikannya. Tanpa promosi perpustakaan

yang gencar, mustahil orang akan mengenal dan tertarik untuk

datang ke perpustakaan.

III. UPAYA PEMBUDAYAAN MEMBACA

A. Diskusi dan Seminar

Sejak saya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada

Perpustakaaan Negara Banjarmasin tanggal 1 Agustus 1972 sudah

terjadi hiruk-pikuk penyelenggaraan seminar, diskusi, simposium,

lokakarya, dan beberapa istilah lainnya, baik di pusat maupun di

daerah-daerah yang membicarakan tentang rendahnya minat

baca masyarakat kita. Saya pun jadi ikut-ikutan latah dengan

menyelenggarakan Seminar Minat Baca Generasi Muda

Kotamadya Banjarmasin pada September 1973, bekerjasama

dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang

Banjarmasin dan Dewan Mahasiswa Universitas Lambung –

Mangkurat serta IAIN Antasari dalam rangka Pembentukan Ikatan

Pustakawan Indonesia (IPI) Daerah Kalimantan Selatan.

Bila kita amati dari satu seminar ke seminar lainnya seakan-

akan kita berada dalam lingkaran setan, dimana masalah minat

11

Page 12: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

baca sepertinya tidak berujung pangkal dan sulit untuk mencari

penyelesaiannya. Semua masalah selalu menghadapi jalan buntu,

oleh sebab itu forum seminar hanya sebatas mengumbar idea,

wawasan, keluh kesah, konsep, dan setelah itu panitia

penyelenggara maupun pemakalah tidur lelap tanpa menindak

lanjuti keputusan atau konsep yang telah diambil. Besok-besok

diselenggarakan lagi seminar dengan tema yang sama yaitu

masalah minat baca yang rendah. Hingga saat ini sudah 33 (tiga

puluh tiga) tahun saya menjadi pegawai perpustakaan, namun

masalah minat baca, perpustakaan, buku, sistem pendidikan,

kurikulum, dan sebagainya seolah-olah tidak dapat diselesaikan

oleh siapa pun karena masalahnya dianggap terlalu rumit dan

saling kait-berkait. Dengan demikian timbul pertanyaan, benarkah

masalah minat baca begitu ruwet dan tidak bisa diselesaikan di

negara kita ini. Ataukah solusi penyelesaiannya yang tidak

menyentuh akar permasalahan.

B. Pembentukan Beberapa Organisasi

Salah satu upaya pengentasan rendahnya minat baca

masyarakat, beberapa kelompok profesi membentuk organisasi

seprofesi dengan salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan

minat baca sesuai dengan bidang masing-masing. Misalnya para

penerbit buku mendirikan organisasi Ikatan Penerbit Indonesia

(IKAPI), para tokoh buku mendirikan Gabungan Toko Buku Seluruh

Indonesia (GATSBI), para pustakawan mendirikan Ikatan

Pustakawan Indonesia (IPI), kelompok perpustakaan mendirikan

Klub Perpustakaan Indonesia (KPI), para pencita buku mendirikan

Perhimpunan Masyarakat Gemar Membaca (PMGM), kelompok

peduli minat baca mendirikan Gerakan Pemasyarakatan Minat

Baca (GPMB), kelompok-kelompok lainnya mendirikan berbagai

organisasi. Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), Yayasan-yayasan

membaca dan buku serta berbagai organisasi lainnya, telah

12

Page 13: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

menebar kegiatan-kegiatan dalam upaya meningkatkan minat

baca.

Organisasi-organisasi, yayasan LSM dan lain-lain tersebut

kenyataannya juga tidak mampu mengungkit minat baca

(meminjam istilah H.A. Tilaar) masyarakat lebih banyak lagi.

Kegiatan-kegiatan mereka hanya berputar-putar dalam seminar-

seminar, mendirikan kelompok-kelompok baca secara terbatas

pada suatu tempat, belum dapat mengangkat dan menyelesaikan

persoalannya secara nasional dan bersinambungan. Kalau kita

boleh menghitung-hitung biaya yang telah dikeluarkan oleh panitia

maupun peserta seminar dari beberapa kegiatan yang

dilaksanakan secara sendiri-sendiri itu barangkali kita sudah dapat

mendirikan sebuah perpustakaan megah di ibukota negara

Republik ini.

IV. MEWUJUDKAN LEMBAGA NASIONAL PEMBUDAYAAN

MEMBACA

Banyak pengalaman dari berbagai pihak dalam upaya

“pengentasan rendahnya minat baca sejak tiga empat puluh tahun

yang lalu hingga kini, baik melalui seminar-seminar, pembentukan

organisasi-organisasi, namun hasilnya begitu-begitu saja. Saya

beranggapan bahwa upaya untuk pengentasan rendahnya minat

baca masyarakat tidak akan membuahkan hasil optimal bilamana

dilaksanakan secara sendiri-sendiri, terpisah-pisah dan terpotong-

potong. Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Dalam Negeri,

Departemen Agama, Perpustakaan Nasional dan lembaga-lembaga

lain-lainnya tentu tidak akan dapat banyak diharapkan untuk

mengatasi hal ini. Kegiatan mereka terlalu sarat dengan program-

program rutinitas, yang tidak banyak menyentuh secara langsung soal-

soal minat baca. Oleh sebab itu pembentukan sebuah Lembaga

Nasional Pembudayaan Masyarakat Membaca atau apapun

13

Page 14: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

namanya adalah suatu “solution to a problem“ dalam pengentasan

rendahnya minat baca masyarakat kita.

Lembaga tersebut merupakan sebuah Lembaga Pemerintah

Non Departemen (LPND) yang berada dan bertanggung jawab

langsung kepada Presiden dan bersifat independen. Artinya tidak di

bawah kordinasi departemen apa pun, meski dalam perencanaan dan

operasional tetap berkoordinasi dengan departemen-departemen atau

lembaga terkait lainnya karena tersangkut dengan sekolah, sistem

pendidikan, kurikulum, perpustakaan, masyarakat dan lain sebagainya.

Dalam Lembaga Nasional Pembudayaan Masyarakat

Membaca itu didalamnya terdapat para pakar seperti pakar

pendidikan, pakar perpustakaan, pakar pemeritahan dan

kemasyarakatan, pakar peneliti, pakar psikologi dan sosiologi dan lain-

lain yang ada hubungan dengan masalah pembudayaan masyarakat

membaca.

Tugas-tugas para pakar meliputi kegiatan memikirkan,

merencanakan, merumuskan kegiatan-kegatan operasional,

mengkoordinasikan serta memantau dan mengevaluasi hasil-hasil

pelaksanaan kegiatan pembudayaan masyarakat membaca. Misalnya

dalam hubungannya dengan murid-murid sekolah maka bagaimana

sistim pendidikan nasional berbasis membaca dan belajar mandiri

dirancang, bagaimana kurikulum sekolah dalam semua jenis dan

jenjang pendidikan dari SD, SLTP, SLTA hingga ke perguruan tinggi

yang memuat wajib baca dan wajib ke perpustakaan. Bagaimana

program penyelenggaraan perpustakaan di sekolah dan perguruan

tinggi desa, kota, kabupaten, propinsi, rumah-rumah ibadah, instansi

pemerintah dll.

Bagaimana program perbukuan, pengarang, penerbit, toko buku

dan sebagainya. Dalam hal pengentasan buta huruf misalnya

bagaimana kelanjutannya setelah mereka melek huruf, ke mana harus

disalurkan. Gerakan membaca nasional dilaksanakan melalui program

14

Page 15: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

apa saja yang berlangsung secara kontinuitas dalam semua lapisan

masyarakat.

Struktur organisasi kelembagaan diusulkan berdasarkan

Keputusan Presiden Republik Indonesia. Konsepsi organisasi

kelembagaan terdiri dari para pakar dari beberapa bidang seperti :

Pakar Perpustakaan dan para senioritasnya, Pakar Pendidikan, Pakar

Psikologi Anak dan Perkembangannya, Pakar Sosiologi, Pakar Peneliti

dan Studi Perbandingan Tokoh-Tokoh Perbukuan, tokoh-tokoh

organisasi-organisasi seperti : Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI),

Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), Gerakan Pemasyarakatan Minat

Baca (GPMB), Gabungan Toko Buku Seluruh Indonesia (GATSBI),

Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), dan lain-lain. Para tokoh

masyarakat serta pakar yang ada hubungannya pengembangan minat

baca masyarakat.

Strategi yang harus ditempuh untuk mewujudkan wacana ini

adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membuat suatu kelompok kesepahaman atas wacana ini,

2. Kelompok tersebut mengusulkan kepada Kepala Perpustakaan

Nasional RI untuk membentuk Tim Inventarisasi dan Pendekatan

terhadap para pakar yang dianggap berkompeten dengan Minat

Baca Masyarakat dan Instansi Pemerintah yang terkait,

3. Kelompok tersebut mengusulkan kepada Kepala Perpustakaan

Nasional RI dan atau Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam

Negeri untuk membentuk sebuah panita perumus konsep Lembaga

Nasional Pembudayaan Masyarakat Membaca yang terdiri dari

para pakar dan para pejabat,

4. Anggaran kepanitiaan menjadi beban Perpustakaan Nasional RI,

Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Dalam Negeri,

5. Panitia perumus membuat konsep kelembagaan, status, struktur

organisasi, mekanisme kerja dan hubungan Lembaga Nasional

Pembudayaan Masyarakat Membaca menduduki posisi sesuai

15

Page 16: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

dengan kepakarannya. Para pakar tidak terikat dengan usia tetapi

atas dasar kepakarannya,

6. Panitia perumus mengusulkan kepada Presiden Republik

Indonesia untuk membentuk Lembaga Nasional Pembudayaan

Masyarakat Membaca yang didalamnya terdiri dari para pakar

menurut profesinya tanpa memandang usia tetapi atas dasar

kompetensi dan kepakarannya,

7. Anggaran Lembaga Nasional dibebankan kepada Negara

Republik Indonesia.

Hadirin sekalian

Sebagai penutup, perkenankanlah dalam kesempatan ini saya

menyampaikan rasa terimakasih saya dan penghargaan yang setulus-

tulusnya kepada isteri saya tercinta Dra. Hj. Maimuna yang selama 31

(tiga puluh satu) tahun hidup bersama saya selalu taat dan setia

mendampingi saya dalam mengabdikan diri kepada Nusa dan Bangsa,

khususnya dalam bidang perpustakaan di Perpustakaan Nasional RI.

Meskipun selama dalam pengabdian tersebut hingga saat ini tidak

banyak kebahagiaan materiel yang dapat saya persembahkan kepada

isteri dan anak-anak saya tersayang, bahkan mereka tidak pernah

menuntut apapun juga. Karena selama ini idealisme memperjuangkan

eksistensi perpustakaan dan pengembangan minat baca masyarakat

sudah menjadi pilihan satu-satunya yang saya yakini dapat

membahagiakan lahir bathin saya dan keluarga. Keyakinan akan

kebenaran memperjuangkan suatu idealisme adalah sudah terlanjur

membentuk kepribadian saya yang ditanamkan oleh kedua orang

ibu/bapak saya dalam mendidik anak-anak beliau sejak usia dini.

Rasa penghargaan yang teramat dalam tidak lupa pula saya

sampaikan kepada ketiga anak-anak saya tersayang yaitu : Pustaka Dewi

Marwiyati yang saat ini sudah hidup berkeluarga dengan seorang

putranya di Banjarmasin, dan Ramadhani Mubaroh yang sedang

menyelesaikan pendidikannya dalam bahasa Jepang di Shizouka-Jepang

16

Page 17: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

atas biaya sebuah yayasan, serta ananda tersayang Sepsa Zulqaida

Shubhi yang juga sedang menyelesaikan pendidikannya dalam jurusan

Bahasa Inggris di STBA Bandung. Ketiga anak-anak saya tersebut banyak

sekali memberikan dorongan dan motivasi dalam pengabdian saya dan

tidak pernah sedikitpun mengeluh atas ketidakadilan saya dalam membagi

waktu antara rasa kasih sayang dengan anak-anak dan tugas-tugas

kantor, karena saya hampir setiap hari pulang ke rumah pada larut malam.

Bahkan anak-anak dan isteri tidak jarang menyusul ke kantor pada saat

malam malam hari dengan membawa makanan untuk makan malam

bersama.

Atas dorongan, dukungan dan pengertian dari seorang isteri tercinta

dan ketiga orang anak-anak saya tersayang itulah yang hingga saat ini

dapat mengantarkan saya kejenjang pustakawan utama yang saat ini

telah dilaksanakan pengukuhannya.

Semoga Allah memberkahi keluarga saya tercinta dan limpahan

rachmat Nya bagi semua yang terlibat dalam kegiatan Orasi dan

pengukuhan saat ini.

Demikianlah sekadar pemikiran yang dapat saya sumbangkan,

semoga membaca menjadi kebutuhan masyarakat kita dan membaca

menjadi budaya bangsa.

Sekian, Billahit taufik wal hidayah Wassalammu’alaikum wr.wb.

terima kasih.

ATHAILLAH BADERINIP. 130 359 318

17

Page 18: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

SUSUNAN KELEMBAGAAN

LEMBAGANASIONAL PEMBUDAYAAN MASYARAKAT MEMBACA

I. Ketua : Penanggung Jawab Umum

II. Wakil Ketua : Penanggung Jawab Kegiatan

III. Sekretaris Jenderal : Penanggung Jawab Administrasi

IV. Ketua Dewan Pakar : Koordinator Perencana dan Kegiatan

Kelompok

V. Kelompok : Perencanaan Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan berbasis membaca berbasis membaca

termasuk Kurikulum Sekolah dan Perguruan

Tinggi

VI. Kelompok Pakar : Perencanaa Sistem Nasional Perpustakaan

Perpustakaan

VII. Kelompok Pakar : Perencanaan Kegiatan-kegiatan Pemasya

Psikologi Anak dan rakatan membaca bagi anak-anak

Perkembangannya

VIII. Kelompok Pakar : Perencanaan Pemasyarakatan Minat Baca

Masyarakat

IX. Kelompok Pakar : Perencanaan Buku-buku Bacaan untuk Ge

Penelitian Buku mar Membaca

X. Kelompok Pakar : Perencanaa Operasional Pemasyarakatan

Organisasi Profesi Minat Baca Nasional

18

Page 19: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

- Baderi, Athaillah (2003),Gerakan Nasional Membaca ; Suatu

Pemikiran Ke Arah Akuntabilitas Pemerintah,

Jakarta : Perpustakaan Nasional. RI

- (2005), Kiat dan Strategi Meningkat Minat Baca

Masyarakat ; Teknis perpustakaan sekretariat

Jenderal Departemen Dalam Negeri, Jakarta ;

Departemen Dalam Negeri.

- Delly H. Dadang, DR. M.Si (2005) Strategi Dinas Pendidikan, Dalam

Meningkatkan Budaya Baca Masyarakat,

Bandung : Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI)

Daerah Jawa Barat.

- Doman, Gleen (1991 : 19) Mengajar Bayi Anda Membaca, penerjemah

Ismail Ibrahim, Jakarta ; Gaya Favorit Press.

- Hiroko, Yamanto (2001), Mengembangkan Minat Baca Masyarakat

Jepang, Jakarta : Gerakan Pemasyarakatan

Minat Baca (GPMB)

- Sondakh, Angelia, SE (2005), Perpustakaan dan Peningkatan SDM,

Bandung : Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI)

Daerah Jawa Barat.

- Tillaar, H.A. R (1999), Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan

Nasional ; Dalam Prespektif Abad 21,

Magelang : Indonesia Tera

19

Page 20: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT

MELALUI SUATU KELEMBAGAAN NASIONAL

Wacana Ke Arah Pembentukan Sebuah Lembaga Nasional

Pembudayaan Masyarakat Membaca

H. Athaillah Baderi

Orasi Ilmiah dan Pengukuhan Pustakawan Utama

Tahun 2005

20

Page 21: Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

21