MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL …... · yaitu ditandai dengan adanya beberapa siswa...
Transcript of MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL …... · yaitu ditandai dengan adanya beberapa siswa...
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN
SOAL CERITA TENTANG BANGUN DATAR MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
(PTK di Siswa Kelas V SDN Sokasari 01 Bumijawa
Tahun Pelajaran 2009/2010)
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh :
TRI JOKO PRIYANTO
NIM X2707006
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIIERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN
SOAL CERITA TENTANG BANGUN DATAR MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
(PTK di Siswa Kelas V SDN Sokasari 01 Bumijawa
Tahun Pelajaran 2009/2010)
Oleh :
TRI JOKO PRIYANTO
NIM X2707006
Laporan Penelitian Tindakan Kelas
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIIERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PENGESAHAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Rabu
Tanggal : 23 Juni 2010
Tim Penguji Laporan PTK
Nama Terang tanda tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd. .......................................
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. .......................................
Anggota I : Taufiq Lilo, S.T.,M.T. .......................................
Anggota II : Drs. Rukayah, M.Hum. .......................................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 196007271987021001
iii
PERSETUJUAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juni 2010
Dosen Pembimbing
Taufiq Lilo, S.T., M.T.
NIP. 19760618 200003 1 001
Supervisor,
Karwono, S.Pd.
NIP. 19650503 198606 1 001
iv
ABSTRAK
Tri Joko Priyanto, 2010.” Meningkatkan Keterampilan Menyelesaikan Soal Cerita
Tentang Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Quantum (PTK di
Siswa Kelas V SDN Sokasari 01 Bumijawa Tahun Pelajaran 2009/2010)”.
Kata Kunci : Soal Cerita, Pembelajaran Quantum.
Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang komplek. Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia, sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Manusia tumbuh melalui belajar. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa prosentase tingkat ketuntasan belajar Matematika siswa kelas V SDN Sokasari 01 pada materi soal cerita masih sangat rendah, yakni 26%. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran quantum dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita tentang bangun datar siswa kelas V SDN Sokasari 01 tahun pelajaran 2009/2010.
Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini berbentuk siklus dan berlangsung sebanyak dua siklus dimana setiap siklus terdiri dua pertemuan. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis bekerja sama dengan seoran guru senior sebagai pengamat (observer).
Hasil penelitian diketahui perolehan ketuntasan belajar yaitu (1) pada siklus 1 prosentase keaktifan siswa 69,6 % siswa aktif dan ketuntasan belajar siswa 56,52 %. (2) pada siklus 2 prosentase keaktifan siswa 91 % dan ketuntasan belajar siswa 87 %. Pada siklus 1 keaktifan siswa dan ketuntasan belajar siswa belum mencapai kriteria yang ditetapkan. Pada siklus 2 keaktifan dan ketuntasan belajar siswa sudah mencapai kriteria yang ditetapkan. Simpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita tentang bangun datar serta menumbuhkan semangat dan aktifitas siswa. Peneliti menyarankan agar sekolah hendaknya menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, nikmat, dan karunia-NYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan PTK ini dengan judul Meningkatkan Keterampilan
Menyelesaikan Soal Cerita Tentang Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran
Quantum (PTK di Siswa Kelas V SDN Sokasari 01 Bumijawa Tahun Pelajaran
2009/2010).
Penyusunan PTK ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Kami menyadari bahwa selesainya PTK ini tidak lepas dari bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
2. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, ketua pelaksana program PJJ S1 PGSD ICT.
3. Taufiq Lilo, S.T., M.T, dosen Pembimbing e-TA.
4. Dra. Rukayah, M.Hum.
5. ISPIYATI, S.Pd, kepala sekolah SDN Sokasari 01.
6. KARWONO, S.Pd, teman sejawat selaku Observer.
7. Guru-guru SDN Sokasari 01.
8. Siswa-siswi kelas V
9. Isteri dan anakku tersayang yang telah memberikan motivasi, dukungan &
do’a.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penyusunan PTK
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan PTK ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, sumbang saran dan kritik dari
vi
pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga PTK ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita. Amien
Juni 2010
Penulis
TRI JOKO PRIYANTO
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... ii
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….. iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………… v
DAFTAR ISI……………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………… 1
B. Perumusan masalah……………………………………………… 2
C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 4
D. Manfaat Penelitian………………………….…………………… 4
E. Hipotesesis Tindakan……………………………………………. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Lamdasam Teori……………………………………..…………. 6
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan………..……………….. 16
C. Kerangka Berpikir………………………………….…………… 17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian……………….…………………… 19
B. Subyek Penelitian………………………………..……………… 19
C. Prosedur Penelitian…………………………………..…………. 19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian…………….…………………………………… 25
B. Pembahasan…………………….………………………………. 40
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………….……………. 44
B. Saran………………………………….…..…………………….. 44
Daftar Pustaka……………………………………………….…………… 46
Lampiran………………………………………………………..………… 47
ix
DAFTAR TABEL
Lampiran 1 : Tabel daftar nilai formatif Pra siklus ……………………. 48
Lampiran 2 : Tabel daftar nilai hasil evaluasi siklus I …………………. 49
Lampiran 3 : Tabel daftar nilai keaktifan siswa siklus I………………. 50
Lampiran 4 : Tabel daftar nilai kemampuan menerjemah soal cerita ke dalam
kalimat matematika …………………………………….. 51
Lampiran 5 : Tabel analisis angket/wawancara siswa Siklus I………… 52
Lampiran 6 : Tabel daftar nilai hasil evaluasi siklus II………………… 53
Lampiran 7 : Tabel daftar nilai keaktifan siswa siklus II………………. 54
Lampiran 8 : Tabel daftar nilai kemampuan mengubah soal cerita ke dalam
kalimat matematika siklus II……………………………… 55
Lampiran 9 : Tabel analisis angket/wawancara siswa Siklus II…………. 56
x
DAFTAR GAMBAR (PHOTO)
Gambar 1 : Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……………. 57
Gambar 2 : Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II …………… 59
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar nama siswa…………………………………………. 61
Lampiran 2 : Lembar pengamatan aktifitas siswa siklus I……………. 62
Lampiran 3 : Lembar pengamatan aktifitas siswa siklus II……………. 64
Lampiran 4 : Lembar pengamatan aktifitas guru siklus I…………………… 66
Lampiran 5 : Lembar pengamatan aktifitas guru siklus I…………………… 68
Lampiran 6 : Kuisioner………………………………………….. 70
Lampiran 7 : Rencana Pembelajaran Siklus I…………………………… 71
Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa Siklus I pertemuan I ……………… 76
Lampiran 9 : Kunci Jawaban LKS Siklus I Pertemuan I ……..………… 78
Lampiran 10 : Lembar tugas siswa Siklus I pertemuan I………………… 79
Lampiran 11 : Kunci Jawaban LTS Siklus I pertemuan I…………………. 80
Lampiran 12 : Lembar Kerja Siswa Siklus I pertemuan II ……………… 81
Lampiran 13 : Kunci Jawaban LKS Siklus I Pertemuan II……..………… 82
Lampiran 14 : Lembar tugas siswa Siklus I pertemuan II………………… 84
Lampiran 15 : Kunci Jawaban LTS Siklus I pertemuan II…………………. 85
Lampiran 16 : Lembar pengamatan aktifitas kerja kelompok……………. 86
Lampiran 17 : Rencana Pembelajaran Siklus II…………………………… 87
Lampiran 18 : Lembar Kerja Siswa Siklus II pertemuan I………………… 92
Lampiran 19 : Kunci Jawaban LKS Siklus II pertemuan I.………………. 94
Lampiran 20 : Lembar tugas siswa Siklus II pertemuan I……………… 95
Lampiran 21 : Kunci Jawaban LTS Siklus II pertemuan I………………… 96
Lampiran 22 : Lembar Kerja Siswa Siklus II pertemuan II ……………… 98
Lampiran 23 : Kunci Jawaban LKS Siklus II pertemuan II………………. 100
Lampiran 24 : Lembar Tugas Siswa Siklus II pertemuan II……………… 101
Lampiran 25 : Kunci Jawaban LTS Siklus II pertemuan II……………….. 102
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar siswa kelas V SD Negeri Sokasari 01 Kecamatan
Bumijawa menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang paling
sulit bila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Rumitnya materi
matematika membuat siswa kelas V SD Negeri Sokasari 01 Kecamatan
Bumijawa menjadi enggan untuk berpikir lebih keras untuk menyelasaikan
soal dalam mata pelajaran matematika. Baru mendengar nama “matematika”
saja siswa sudah patah semangat.
Jika dilihat hasil rata-rata nilai prestasi belajar siswa kelas V SD
Negeri Sokasari 01 Kecamatan Bumijawa pada mata pelajaran matematika
yang masih rendah. Hal ini terjadi karena mayoritas siswa kelas V SD Negeri
Sokasari 01 Kecamatan Bumijawa mengalami kesulitan dalam memahami
materi pelajaran matematika yang diajarkan oleh guru. Hal ini bisa dilihat dari
tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajran di kelas yang rendah,
yaitu ditandai dengan adanya beberapa siswa yang sering absen pada saat
jadwal mata pelajaran Matematika.
Situasi kelas terasa sepi oleh sikap diam para siswa manakala diajukan
pertanyaan ataupun diperintahkan untuk mengajukan pertanyaan. Apabila
diadakan kerja kelompok untuk diskusi maka mereka lebih sering bekerja
sendiri-sendiri. Siswa yang sudah mampu tidak mau membantu temannya
yang belum bisa, ini biasa terjadi pada siswa perempuan. Sedangkan siswa
laki-laki berbeda, yakni siswa yang belum mampu cenderung pasif dan hanya
meniru jawaban temannya yang mereka angggap lebih pandai tanpa ikut
bersusah payah menghitung.
Kondisi tersebut menyebabkan tidak tercapainya ketuntasan belajar
siswa pada saat diadakan evaluasi (tes formatif). Dari 23 siswa kelas 5 hanya
delapan siswa yang berhasil mencapai KKM 65, dan setelah diadakan
13
perbaikan hanya ada dua siswa yang berhasil mencapai KKM, yang berarti
hanya 10 siswa atau 43,5 % siswa yang mencapai nilai KKM.
Siswa kesulitan dalam memahami kalimat yang terdapat dalam soal
cerita sehingga kesulitan pula untuk menerjamahkan ke dalam kalimat
matematika. Jadi kelas tersebut perlu menerapkan model pembelajaran khusus
dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa, salah satunya dengan
melakukan inovasi sistem pembelajaran menggunakan model pembelajaran “
Quantum”.
Ada beberapa alasan mengapa di dalam penelitian ini menerapkan
model pembelajaran Quantum, antara lain:
1. Sebagai variasi dalam belajar sehingga siswa tidak merasa jenuh dan
termotivasi untuk belajar.
2. Pembelajaran Quantum merupakan salah satu model pembelajaran yang
menguaraikan tentang cara-cara baru yang mempermudah proses
pembelajaran dan menekankan pada terciptanya suasana yang
menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan mempunyai
kemauan untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar (Bobbi Deporter,
2000:15).
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu :
a. “Apakah melalui model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan
keterampilan menyelesaikan soal cerita tentang bangun datar siswa
kelas V SDN Sokasari 01 tahun pelajaran 2009/2010?
b. Model pembelajaran Quantum yang bagaimanakah yang dapat
meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita tentang bangun
datar siswa kelas V SDN Sokasari 01 tahun pelajaran 2009/2010?
c. Apasajakah hambatan dalam melaksanakan model pembelajaran
Quantum untuk meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita
14
tentang bangun datar siswa kelas V SDN Sokasari 01 tahun pelajaran
2009/2010?
2. Pemecahan Masalah
Model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar
dikatakan efektif jika pengaruh dari pembelajaran itu dapat menumbuhkan
dan mencerahkan gairah serta dorongan siswa untuk semangat dan aktif.
Dalam penyampaian materi matematika guru harus bisa mengembangkan
materi yang akan diajarkan menjadi materi yang sangat menarik sebab
secara realitas seorang siswa yang belajar itu pada dasarnya adalah
mencari hubungan antara hal yang dipelajari dengan yang telah dimiliki,
dialami atau dikuasai siswa.
Sebagai salah satu model pembelajaran, “Pembelajaran Quantum”
menginteraksikan segala komponen di dalam kelas dan lingkungan
sekolah untuk dirancang sedemikian rupa sehingga semua berbicara dan
bertujuan untuk kepentingan murid, agar murid dapat mengembangkan
diri sesuai dengan IQ (Intelgencia Quotien), EQ (Emotional Quotien), dan
SQ (Spiritual Quotien).
Pembelajaran Quantum adalah suatu model pembelajaran yang
menyenangkan dengan interaksi antara guru dan siswa yang terjalin
dengan baik. Model Pembelajaran Quantum membantu dalam
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara memanfaatkan
unsur-unsur yang ada pada siswa, misalnya rasa ingin tahu siswa dan
lingkungan belajarnya melalui interaksi- interaksi yang terjadi di dalam
kelas. Model ini mempunyai metode pembelajaran berupa TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasi, Ulangi, dan Rayakan ).
Dengan demikian diharapkan penerapan model pembelajaran
quantum untuk meningkatkan keterampilan menyelasaikan soal cerita
matematika tentang bangun datar akan efektif bagi siswa kelas V SDN
Sokasari 01 Bumijawa.
15
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran Quantum dapat
meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita tentang bangun
datar siswa kelas V SDN Sokasari 01 tahun pelajaran 2009/2010.
2. Untuk mengetahui Model pembelajaran Quantum yang dapat
meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita tentang bangun
datar siswa kelas V SDN Sokasari 01 tahun pelajaran 2009/2010.
3. Untuk mengetahui hambatan dalam melaksanakan model pembelajaran
Quantum untuk meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita
tentang bangun datar siswa kelas V SDN Sokasari 01 tahun pelajaran
2009/2010.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat penelitian ini secara umum adalah memperbaiki proses
pembelajaran di kelas menuju terciptanya pembelajaran yang bermakna sesuai
dengan karakteristik siswa.
Adapun manfaat dari penelitian ini bagi peneliti, guru, siswa dan
sekolah adalah:
1. Bagi siswa, akan sangat menguntungkan dengan adanya penelitian ini
karena siswa dapat mengenal model pembelajaran Quantum yang lebih
kreatif, inovatif dan aktif, dampaknya dapat mengubah pandangan siswa
terhadap pembelajaran matematika dari matematika itu sulit, tidak
menyenangkan menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan dan lebih
mudah dipelajari.
2. Bagi guru, guru akan mempunyai wawasan baru terhadap system
pembelajaran, dengan menguasai sistem pembelajaran yang lebih maka
mengajar menjadi sesuatu yang menarik dan menantang dengan
pembelajaran yang lebih menyenangkan.
16
3. Bagi Sekolah, dengan diterapkannya pembelajaran quantum diharapkan
prestasi siswa akan lebih meningkat sehingga meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap sekolah.
E. Hipotesis Tindakan
Apabila model pembelajaran quantum ini diterapkan dalam
pembelajaran matematika kelas V SDN Sokasari 01 kecamatan Bumijawa
Tegal, akan dapat meningkatkan keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita
tentang bangun datar.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Belajar
a) Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan
belajar untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan
dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kegiatan telah dikenal dan
bahkan sadar atau tidak telah dilakukan oleh manusia. Namun pengertian
yang lengkap atau memenuhi keinginan semua orang, khususnya
keinginan pakar-pakar dibidang pendidikan dan psikologi. Sampai saat
ini boleh dikatakan belum ada. Ini tidak berarti kita tidak dapat
memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan belajar.
Satu hal yang perlu dikemukakan disini adalah bahwa pengertian
belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengertian popular dan
pengertian khusus, yang dimaksud pengertian belajar secara umum
adalah pengertian belajar yang tidak menganut pada suatu aliran
psikologi tertentu. Sedangkan pengertian belajar secara khusus adalah
pengertian belajar yang sudah menganut aliran psikologi tertentu.
Dibawah ini akan diuraikan definisi belajar dari dua pengertian tersebut.
1) Pengertian belajar secara umum
a) Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang relative
menetap, sebagai hasil pengalaman-pengalaman atau praktek.
(Shaffer, 1995 dalam Chatarina tri anni, 2004).
b) Belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisasi berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. (Berliner, 1988 dalam
Chatarina tri anni, 2004 )
18
c) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman. (Whitaker dalam dalam
Chatarina tri anni, 2004)
d) Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahun, pemahaman,
ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan
dan berbekas. (Winkel, 1989:36 dalam Chatarina tri anni, 2004 ).
Jadi, belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui pengalaman yang
menghasilkan perubahan – perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini relative
konstan dan berbekas.
2) Pengertian belajar secara khusus
a) Belajar menurut psikologi behavioristik
Pengertian belajar menurut aliran psikologi behavioristik
ialah perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi karena
adanya hubungan antara stimulus dengan respon menurut prinsip-
prinsip yang mekanistik (seifert, 1983 dalam Chatarina tri anni,
2004). Penganut behavioristik memfokuskan perhatian mereka pada
stimulus yang hadir mendahului perilaku yang dipelajari, dan
konsekuensi yang diperoleh dari perilaku itu. Konsekuensi berfungsi
sebagai “reinforcement”. Oleh karena itu perilaku belajar tidak lebih
dari usaha menemukan hubungan yang tepat antara stimulus dan
respon yang sudah terjadi, diperlukan reinforcement. Jadi
reinforcement berfungsi sebagai alat memperkuat perilaku.
Dengan demikian dalam perilaku belajar terdapat jalinan
yang erat antara reaksi behavioral dan aksi stimulusnya, dan
diperkuat dengan hadiah dan penguat (reinforcement).
b) Belajar menurut psikologi kognitif
19
Belajar menurut psikologi kognitif adalah memfungsikan
unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikir, untuk dapat mengenal
dan memahami stimulus yang datang dari luar dirinya. Jadi belajar
menurut aliran ini lebih menekankan pada proses internal dalam
berpikir, yaitu proses pengorganisasian dalam berpikir inilah yang
menentukan perubahan perilaku (hasil belajar) seseorang, bukan
jenis dan jumlah materi pelajaran sebagai suatu stimulasi. Dengan
kata lain penampilan seseorang sebagai hasil belajar tidak hanya
tergantung pada jenis dan cara pemberian stimulasi (seperti pada
psikologi behavioristik), tetapi mengorganisasikan potensi
berpikirnya untuk dapat mengolah stimulus, sehingga dapat
dipahaminya.
c) Belajar menurut psikologi humanistik
Belajar menurut aliran psikologi humanistik ini adalah suatu
kegiatan untuk memahami sesuatu, sesuai dengan persepsi dan
kesadarannya terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
d) Belajar menurut psikologi gestalt
Belajar menurut aliran ini adalah kegiatan internal yang
mengatur atau menorganisasikan stimulus yang terdiri dari beberapa
bagian, sehingga seseorang mempersepsinya sebagai suatu pola atau
struktur yang bermakna. Unsur internal dalam mempersepsi dan
mengorganisasikan stimulus tersebut antara lain adalah daya
kognisi, seperti halnya pandangan psikologi kognitif.
Perlu dicatat bahwa dalam belajar, stimulus yang diterima
oleh siswa berupa informasi, tidak boleh dilihat secara tidak jelas.
Dengan informasi yang tidak jelas orang tidak akan berhasil
mengambil suatu kesimpulan yang tepat. Orang harus
mengorganisasikan berbagai stimulus menjadi suatu pola yang
bermakna. Stimulasi yang sudah terpola akan lebih mudah
dipersepsi, pengorganisasian stimulus, dan insting merupakan kunci
belajar dalam psikologi gestalt.
20
b) Ciri-ciri belajar
Sebagai suatu proses pengajaran, kegiatan pembelajaran tidak
terlepas dari ciri-ciri tertentu, menurut Edi Suardi (dalam Djamarah
2002:46) sebagai berikut: (1) Sadar akan tujuan, (2) Adanya interaksi
atau prosedur, (3) Adanya pengerjaan materi yang khusus, (4) Anak didik
bersifat aktif, (5) Peran guru sebagai pembimbing, (6) Adanya
kedisiplinan, (7) Adanya batas waktu dalam belajar, dan (8) Adanya
evaluasi.
c) Belajar Matematika
Menurut Brunner ( dalam Hudojo, 2003 : 56) belajar matematika
adalah belajar tentang konsep – konsep dan struktur – struktur matematik
yang terdapat dalam materi – materi yang dipelajari serta menjalankan
hubungan antar konsep – konsep dan struktur itu.
Untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dalam
pembelajaran maka harus ada konsep strategi dalam pembelajaran.
Menurut Djamarah (2002 : 5-6) bahwa ada empat strategi dasar dalam
belajar mengajar yaitu :
1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana
yang diharapkan.
2) Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif.
4) Menetapkan norma – norma dan batas minimal keberhasilan atau
Kriteria serta standar keberhasilan.
Uraian diatas adalah masalah pokok yang dapat dijadikan
pedoman dalam melaksanakan pembelajaran agar berhasil sesuai yang
diharapkan.
21
d) Soal Cerita
Soal cerita merupakan soal yang berbentuk cerita tentang
sesuatu hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk
menyelesaikan masalah yang terkandung dalam soal cerita matematika
diperlukan langkah-langkah serta kegiatan mental atau penalaran yang
tinggi dari siswa. Dalam mengerjakan soal cerita matematika, siswa
harus memahami terlebih dahulu soal cerita itu. Pemahaman
masalah dalam belajar matematika memegang peranan penting untuk
meningkatkan ketrampilan. Pendapat tersebut dikutip dari website,
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH6b50/43e
ae62c.dir/doc.pdf
Soal cerita adalah suatu terapan matematika, yaitu suatu
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dalam pemecahannya
menggunakan langkah-langkah yang sistematis sebagai berikut:
1. Membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal cerita tersebut.
2. Menulis kalimat matematika yang menyatakan hubungan dalam
operasi bilangan.
3. Menyelesaikan kalimat matematika.
4. Menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan dalam soal.
Dengan langkah tersebut diharapkan siswa dapat
memilih proses penyelesaian soal cerita dan trampil memilih,
mengidentifikasikan fakta dan konsep yang relevan serta merumuskan
rencana penyelesaian yang tepat.
Contoh menyelesaikan soal cerita berdasarkan langkah-langkah
di atas sebagai berikut:
Contoh soal cerita:
Sebidang tanah berbentuk persegipanjang, panjangnya 15 m dan
lebarnya 8 m. Tanah itu dijual dengan harga Rp750.000,00 per m2.
Berapa rupiah hasil penjualan tanah itu?
22
Penyelesaian:
1. Membaca soal cerita itu dan memikirkan hubungan antara
bilangan-bilangan yang ada dalam soal cerita tersebut. Hubungan
angka-angka yang terdapat dalam soal tersebut adalah Sebidang
tanah berbentuk persegipanjang, panjangnya 15 m dan lebarnya 8
m. Tanah itu dijual dengan harga Rp750.000,00 per m2.
2. Menulis kalimat matematika yang menyatakan hubungan dalam
operasi bilangan. Sebidang tanah berbentuk persegipanjang,
panjangnya 15 m dan lebarnya 8 m. Tanah itu dijual dengan harga
Rp750.000,00 per m2. Jadi setiap meter persegi luas tanah itu
seharga Rp. 750.000,00. sehingga harga penjualan tanah adalah
Luas tanah seluruhnya dikalikan dengan Rp. 750.000,00.
3. Berdasarkan langkah kedua, selanjutnya menyelesaikan kalimat
matematika tersebut, yaitu L persegi panjang x Rp. 750.000,00. =
p x l x Rp. 750.000,00 = 15 m x 8 m x Rp. 750.000,00 =
120 m 2 x Rp. 750.000,00 = Rp. 90.000.000,00
4. Menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan dalam
soal, telah didapat bahwa harga hasil penjualan tanah tersebut
adalah Rp. 90.000.000,00.
e) Keterampilan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Soal cerita sangat penting bagi perkembangan proses berfikir
siswa dalam pengajaran matematika, maka keberadaannya sangat
mutlak diperlukan. Salah satu bahan ajar yang dapat menunjukkan suatu
pelajaran matematika adalah proses penyelesaian soal cerita, misalnya :
1. Masalah atau apa yang diketahui dalam soal.
2. Apa yang ditanyakan atau yang dicari.
3. Operasi dan simbol apa saja yang terlibat dalam soal itu.
4. Model matematika manakah yang dapat mewakili soal itu.
5. Apa yang telah dikuasai dan apa yang perlu digunakan.
Kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal
23
cerita tidak hanya kemampuan skill (ketrampilan) dan mungkin
algoritma (urutan logis pengambilan keputusan) tertentu saja melainkan
dibutuhkan kemampuan yang lain. Menurut Akbar Sutawidjaja dan
kawan-kawan (1993: 96) ada dua pendekatan dalam mengajar soal
cerita yaitu pendekatan model dan pendekatan terjemahan (translasi).
1. Dalam pendekatan model ini siswa membaca atau mendengar
soal cerita kemudian siswa mencocokkan situasi yang dihadapi itu
dengan model yang sudah mereka pelajari sebelumnya.
2. Pendekatan terjemahan (translasi) melibatkan siswa pada kegiatan
membaca kata demi kata dan ungkapan dari soal cerita yang
sedang dihadapinya untuk kemudian menerjemahkan kata-kata dan
ungkapan-ungkapan itu ke dalam kalimat matematika.
f) Prinsip-prinsip Pembelajaran
Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan
kreatif belajar maka diperlukan lingkungan belajar yang kondusif.
Menurut Djamarah (2002 : 207). Prinsip – prinsip dalam pengelolaan
kelas yaitu :
1) Hangat dan antusias
Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan
antusias pada tugasnya.
2) Tantangan penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-
bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk
belajar.
3) Ber variasi
Dalam penggunaan alat atau media, atau alat Bantu, gaya mengajar
guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi
munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik.
4) Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajar.
5) Penekanan pada hal-hal positif
24
Guru memberikan semangat dan dorongan terhadap anak didik
6) Pemahaman disiplin
Mengembangkan disiplin diri sendiri dan anak didik agar tujuan
pembelajaran berhasil.
2. Pembelajaran Quantum
a. Model Pembelajaran Quantum
Model pembelajaran Quantum dimulai di Super Camp sebuah
program untuk remaja yang dibuka tahun 1982 yang di gagas oleh Bobbi
Depoter. Super Camp merupakan sebuah program percepatan Quantum
“Bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkanlah dunia kita ke dunia
mereka”.
Maksud dari azas di atas adalah guru harus membangun jembatan
autentik untuk memasuki kehidupan murid. Dengan memasuki dunia
murid berarti guru mempunyai hak mengajar, sehingga murid dengan
sukarela, antusias dan semangat untuk mengikuti pelajaran.
Pembelajaran Quantum berarti interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya (Bobbi Depoter 2000: 5). Interaksi-interaksi ini
mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mengubah kemampuan
dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya atau kesuksesan yang akan
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Dalam pembelajaran Quantum, siswa yang merupakan komunitas
belajar atau masyarakat mini agar supaya dalam belajar dapat optimal,
terjadi umpan balik, tempat siswa mengalami kegembiraan dan kepuasan,
memberi dan menerima, belajar dan tumbuh maka perlu mengorkestrasi
kesuksesan melalui konteks.
Konteks menata panggung dalam pembelajarn Quantum
mempunyai empat aspek:
1) Suasana
Dalam suasana kelas anda mencakup bahasa yang anda pilih, cara
menjalin rasa simpati terhadap siswa dan sikap kita terhadap sekolah
25
serta belajar. Suasana pembelajaran penuh ke gembiraan. Hindari
suasana matematika kaku, dingin, dan menyeramkan.
2) Landasan
Landasan adalah kerangka kerja, tujuan, keyakinan, kesepakatan,
kebijakan, prosedur dan aturan bersama yang memberi kita dan siswa
sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar matematika.
3) Lingkungan
Lingkungan adalah cara kita atau sekolah menata ruang kelas,
pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, hiasan
kelas, musik dan semua hal yang dapat mendukung proses belajar
matematika.
4) Rancangan
Rancangan adalah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa
menumbuhkan minat siswa, mendalami makna dan memperbaiki
proses tukar-menukar informasi. Dalam arti informasi awal yang
diperoleh siswa dalam mengenal konsep dan penjelasan pelajaran dari
guru tentang konsep yang bersangkutan.
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum
Pembelajaran Quantum memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap
(Bobbi Depoter dkk, 2000: 7)
1) Segalanya berbicara
2) Segalanya bertujuan
3) Pengalaman sebelum pemberian nama
4) Akui setiap usaha
5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
c. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum
Kerangka rancangan pembelajaran Quantum dikenal dengan istilah
TANDUR (Bobbi depoter 2000: 10)
1) Tumbuhkan
Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah manfaat bagiku
(AMBAK) dan manfaat kehidupan pelajar".
26
Dalam hal ini guru memberikan motivasi, semangat, rangsangan
supaya belajar, yaitu dengan melakukan praktek secara langsung apa
yang disampaikan oleh guru.
Dalam materi soal cerita bangun datar contohnya siswa mencari
keliling dan luas daerah persegi dan persegi panjang dengan persegi
kecil dan tegel persegi sebagai persegi satuan sehingga siswa benar-
benar punya minat dalam pelajaran.
2) Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti
semua siswa. Siswa mengalami sendiri apa yang dilakukan dengan
praktek langsung dalam menyelesaikan masalah. Hal ini siswa
mengalami sendiri bagaimana mencari keliling persegi dan persegi
panjang, mencari luas daerah persegi dan persegi panjang, siswa
benar-benar mengalami sendiri.
3) Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan.
Dengan melakukan praktek secara langsung maka siswa benar-benar
bisa mencari rumus, menghitung, dengan alat Bantu (media) siswa
mendapat informasi (nama) yaitu dengan pengalaman yang dialami
sehingga membuat pengetahuan siswa akan berarti.
4) Demontrasikan
Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka
tahu. Siswa diberi peluang untuk menterjemahkan dan menerapkan
pengetahuan mereka dalam pelajaran, sehingga siswa bisa
menunjukkan dan menyampaikan kemampuannya telah didapat,
dialami sendiri oleh siswa. Dengan mendemontrasikan siswa akan
mendapatkan kesan yang sangat berharga sehingga terpatri dalam hati.
5) Ulangi
Tunjukkan siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan “ Aku
bahwa aku memang tahu ini”. Mengulang materi pembelajaran akan
menguatkan koreksi saraf dan menumbuhkan rasa tahu dari materi
27
yang telah dialami siswa secara langsung, sehingga siswa akan selalu
teringat dari materi lingkaran yang telah dialaminya.
6) Rayakan
Pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh
keterampilan dan ilmu pengetahuan. Setelah siswa secara langsung
bisa menunjukan kebolehan mendemontrasikan maka siswa saling
memuji antar teman dengan memberikan tepuk tangan. Tepuk tangan
merupakan penghormatan atas usaha dan kesuksesaan mereka.
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan kajian
empiris/hasil penelitian yang relevan sebagai berikut :
1) Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Pembelajaran Quantum
Bidang Studi IPA Kelas III Di SD Negeri Gunungsari 01
Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. (Andrian Nur Cahyono,
(2005)..Tersedia pada http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skrip
si/index/assoc/HASH9cec/a495816a.dir/doc.pdf. Diakses pada
tanggal 9 Januari 2010) dengan hasil; metode pembelajaran
Quantum dapat meningkatkan prestasi mata pelajaran IPA
2) Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model
Pembelajaran Quantum Pada Pokok Bahasan Lingkaran Siswa
Kelas VIII A Semester II SMP Negeri 15 Semarang Tahun
Pelajaran 2006/2007. (Siti Markhamah, (2007). Tersedia pada
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH9cec/
a495816a.dir/doc.pdf. diunduh pada tanggal 9 Januari 2010)
dengan hasil ; penerapan model pembelajaran Quantum dapat
meningkatkan kompetensi dasar, keaktifan, dan keterampilan
siswa dalam materi pokok lingkaran.
28
C. Kerangka Berpikir
Berpijak pada masalah yang ada, Pembelajaran Quantum adalah suatu
pembelajaran yang dirancang untuk memudahkan anak untuk belajar, karena
pembelajaran Quantum merupakan pembelajaran yang dirancang untuk
membuat siswa senang, dari permulaan sampai akhir pelajaran. Dengan
keadaan yang menyenangkan itu siswa tidak merasa terbebani dalam
menerima pelajaran, karena dalam pembelajaran Quantum dirancang
sedemikian rupa sehingga siapapun yang mengikuti pelajaran akan merasa
senang. Situasi yang menggembirakan itu semua materi yang diberikan oleh
guru akan mudah diterima oleh siswa.
Dalam pembelajaran Quantum, siswa mendapat perhatian apabila
siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik. Adanya penghargaan dari guru
atau dari teman-temannya siswa akan merasa termotivasi secara tidak
langsung. Dalam pembelajaran Quantum siswa juga mendapat pengakuan dari
guru atau teman lain, sehingga siswa akan merasa dihargai. Keadaan yang
selalu menggembirakan itu siswa akan selalu berlomba-lomba untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, karena mereka tahu siapa yang
dapat menyelesaikan tugas dengan baik akan selalu mendapat perhatian secara
khusus.
Langkah-langkah pelaksanaan Pembelajaran Quantum dalam
pembelajaran soal cerita tentang bangun datar (persegi dan persegi panjang)
dijelaskan sebagai berikut :
a. Tumbuhkan : Siswa dirangsang untuk mengikuti pelajaran materi soal
cerita tentang bangun datar dengan antusias.
b. Alami : Siswa memanipulasi media yang berkaitan dengan materi soal
cerita tentang bangun datar, sehingga siswa mampu memperagakan
sendiri bagaimana luas daerah soal persegi dan persegi panjang.
c. Namai : Siswa dapat membuat konsep, dimana siswa mampu
mengolah perolehan rumus Luas daerah persegi dan persegi panjang
keliling persegi dan persegi panjang.
29
d. Demontrasikan : Siswa mampu menunjukkan atau memperagakan
konsep-konsep persegi dan persegi panjang yaitu bagaimana untuk
mencari keliling persegi dan persegi panjang, luas daerah persegi dan
persegi panjang, sehingga siswa mempunyai pengalaman pribadi.
e. Ulangi : Siswa mampu memperagakan dan mengulangi materi persegi
dan persegi panjang, keliling persegi dan persegi panjang, luas daerah
persegi dan persegi panjang.
f. Rayakan : Dengan keberhasilan siswa dalam melaksanakan dan
mendemontrasikan materi soal cerita tentang bangun datar (persegi dan
persegi panjang) maka siswa layak untuk mendapat tepuk tangan yang
merupakan suatu perayaan atas keberhasilan siswa.
Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan seperti bagan berikut ini :
Ganbar 1; kerangka berpikir
KONDISI AWAL
- Perencanaan - Tindakan - Observasi - Refleksi
Pembelajaran efektif
SIKLUS II
SIKLUS I Model
Pembelajaran Quantum
Kondisi Akhir
PROSES
Motivasi, kemampuan dan prestasi siswa rendah
Pembelajaran dengan metode konvensional
- Perencanaan - Tindakan
- Observasi - Refleksi
Motivasi, kemampuan dan prestasi siswa meningkat
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi tempat penelitian adalah SDN Sokasari 01 Bumijawa – Tegal
dengan alamat di Jl. Wagetimur desa Sokasari kecamatan Bumijawa
kabupaten Tegal. Lokasi tersebut dipilih karena penulis merupakan
guru kelas V di SD tersebut, sehingga lebih mudah untuk melakukan
penelitian tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 6 bulan dari bulan
Januari sampai dengan bulan Juni 2010.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Sokasari 01 Bumijawa
tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 23 anak, terdiri dari 10 siswa
laki-laki dan 13 siswa perempuan. Latar belakang ekonomi orang tua
siswa adalah menengah ke bawah. Pendidikan orang tua 80 % adalah SD.
Mata pencaharian orang tua siswa 90 % petani dan 10 % merupakan buruh
dan pedagang.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini berbentuk
siklus dan berlangsung sebanyak dua siklus dimana setiap siklus terdiri
dua pertemuan. Adapun model prosedur penelitian yang dipilih adalah
prosedur model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart yang dikutip oleh
Suharsimi Arikunto, (2006;97). Siklus model Kemmis dan Mc Taggart ini
dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sebagaimana bagan berikut
ini:
31
Langkah-langkah siklus pada model Kemmis dan Mc Taggart adalah
sebagai berikut :
1. SIKLUS I
a. Perencanaan Tindakan
1) Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tentang
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar
dan bangun ruang sederhana.
2) Merumuskan langkah-langkah tindakan untuk menguji
hipotesis.
3) Memilih prosedur penilaian
4) Membuat instrument observasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan yang mengacu pada
rencana pelaksanaan pembelajaran diantaranya sebagai berikut :
Gambar 2; alur siklus model Kemmis dan Mc. Taggart dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2006 ; 97)
Perencanaan
Refleksi
Siklus I Pelaksanaan
Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Siklus II
Perencanaan
Pengamatan
32
1) Tumbuhkan : Siswa dirangsang untuk mengikuti pelajaran
materi soal cerita tentang bangun datar dengan antusias.
Dengan menyanyi dan pertanyaan-pertanyaan yang
membangkitkan semangat dan motivasi untuk mempelajari
materi tersebut.
2) Alami : Siswa memanipulasi media yang berkaitan dengan
materi soal cerita tentang bangun datar, sehingga siswa mampu
memperagakan sendiri bagaimana mencari keliling persegi dan
persegi panjang.
3) Namai : Siswa dapat membuat konsep, dimana siswa mampu
mengolah perolehan rumus keliling persegi dan persegi
panjang.
4) Demontrasikan : Siswa mampu menunjukkan atau
memperagakan konsep-konsep persegi dan persegi panjang
yaitu bagaimana untuk mencari keliling persegi dan persegi
panjang, sehingga siswa mempunyai pengalaman pribadi.
5) Ulangi : Siswa mampu memperagakan dan mengulangi materi
keliling persegi dan persegi panjang.
6) Rayakan : Dengan keberhasilan siswa dalam melaksanakan
dan mendemontrasikan materi soal cerita tentang bangun datar
(persegi dan persegi panjang) maka siswa layak untuk
mendapat tepuk tangan yang merupakan suatu perayaan atas
keberhasilan siswa.
c. Observasi
Pada tahap observasi, dilakukan observasi oleh spervisor
terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria
keberhasilan tindakan adalah bahwa 80 % siswa mampu
memahami konsep Keliling persegi dan persegi panjang.
d. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis dan memaknai hasil
evaluasi tindakan pertama kemudian disimpulkan apakah perlu
33
merevisi gagasan umum atau mungkin memikirkan dan
merencanakan kembali jenis tindakan berikutnya yang perlu
diterapkan agar siswa dapat mudah mempelajari Matematika
dengan baik. Dalam implementasi tindakan ini guru menggunakan
metode dan teknik pembelajaran ceramah, tanya jawab, observasi,
tugas, kerja kelompok, diskusi, presentasi atau demonstrasi.
2. SIKLUS II
a) Perencanaan Tindakan
1) Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tentang
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar.
2) Merumuskan langkah-langkah tindakan berdasarkan hasil
refleksi pada siklus I.
b) Pelaksanaan Tindakan
1) Tumbuhkan : Siswa dirangsang untuk mengikuti pelajaran
materi soal cerita tentang bangun datar dengan antusias.
2) Alami : Siswa memanipulasi media yang berkaitan dengan
materi soal cerita tentang bangun datar, sehingga siswa mampu
memperagakan sendiri bagaimana mencari luas daerah persegi
dan persegi panjang.
3) Namai : Siswa dapat membuat konsep, dimana siswa mampu
mengolah perolehan rumus luas daerah persegi dan persegi
panjang.
4) Demontrasikan : Siswa mampu menunjukkan atau
memperagakan konsep-konsep persegi dan persegi panjang
yaitu bagaimana untuk mencari luas persegi dan persegi
panjang, sehingga siswa mempunyai pengalaman pribadi.
5) Ulangi : Siswa mampu memperagakan dan mengulangi materi
persegi dan persegi panjang, luas persegi dan persegi panjang.
6) Rayakan : Dengan keberhasilan siswa dalam melaksanakan dan
mendemontrasikan materi soal cerita tentang bangun datar
34
(persegi dan persegi panjang) maka siswa layak untuk mendapat
tepuk
c) Observasi
Pada tahap observasi, dilakukan observasi oleh spervisor
terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria
keberhasilan tindakan adalah bahwa 80 % siswa mampu memahami
konsep luas persegi dan persegi panjang.
d) Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis dan memaknai hasil
evaluasi tindakan pertama untuk kemudian disimpulkan apakah perlu
merevisi gagasan umum atau mungkin memikirkan dan
merencanakan kembali jenis tindakan berikutnya yang perlu
diterapkan agar siswa dapat mudah mempelajari Matematika dengan
baik. Begitu seterusnya sampai tindakan ini tercapai. Dalam
implementasi tindakan ini guru menggunakan metode dan teknik
pembelajaran ceramah, tanya jawab, observasi, tugas, kerja
kelompok, diskusi, presentasi atau demonstrasi.
Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas
menyelesaikan soal yang berdasarkan masalah nyata dengan benar.
Tes digunakan untuk mengungkap tingkat pemahaman siswa
mengenai ide dan konsep Matematika setelah melakukan pengukuran
langsung dengan baik atau tepat antara sebelum dan sesudah tindakan,
dan pada siklus I dan II. Selain itu digunakan analisis deskriptif
kualitatif untuk mengetahui secara lebih detail hasil proses
pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran Quantum.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah kuisioner, wawancara, catatan lapangan (lembar observasi), dan
tes, serta penugasan. Kuisioner, lembar observasi, dan wawancara
digunakan untuk mengungkap sikap siswa terhadap pembelajaran
35
Matematika yang dialami. Tes dan penugasan digunakan untuk
mengungkap tingkat keterampilan siswa dalam Menyelesaikan soal cerita
yang berkaitan dengan bangun datar.
Teknik Analisis data Penelitian
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui adanya perbedaan
tingkat pemahaman siswa terhadap materi soal cerita tentang luas bangun
datar antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain itu digunakan juga
teknik analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih memadai
proses pembelajaran Matetamatika.
Indikator Keberhasilan
1) Indikator Keberhasilan Proses.
a. 75 % dari jumlah siswa kelas V mampu menerjemahkan kalimat
dalam paragrap menjadi kalimat matematika.
b. 75 % dari jumlah siswa kelas V aktif dalam pembelajaran dan kerja
kelompok.
2) Indikator Keberhasilan Hasil
- 80 % dari jumlah siswa kelas V memperoleh hasil evaluasi
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM 65).
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
SD Negeri Sokasari 01 Bumijawa terletak di lereng gunung Slamet
tepatnya di desa Sokasari Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal.. Letak
lokasi SD ini jauh dari jalan raya juga dari ibu kota kecamatan Bumijawa
yaitu + 7 km, sehingga untuk mencapainya memerlukan waktu yang cukup
lama. SD ini memiliki 6 rombongan belajar dengan 5 ruang kelas. Jumlah
siswa seluruhnya 159 siswa, dengan didukung oleh 1 orang kepala sekolah
dan 11 orang guru yang terdiri atas 6 guru kelas (4 PNS dan 2 WB), 2
orang guru olah raga (1 PNS dan 1 WB), 2 orang guru Agama Islam (1
PNS dan 1 WB) serta 1 penjaga.
Fasilitas yang dimiliki SD ini diantaranya UKS, dan koperasi, alat
peraga kesenian dan computer 1 unit. Siswa SD Negeri Sokasari 01 selama
tahun ajaran 2009/2010 sudah meraih beberapa prestasi baik di tingkat
kecamatan, kabupaten maupun tingkat provinsi. Diantara prestasi tersebut
adalah juara 1 lomba cipta dan baca puisi tingkat Kabupaten, juara harapan
II lomba cipta dan baca puisi tingkat provinsi Jawa Tengah, juara 1 lomba
siswa berprestasi tingkat kecamatan dan juara 4 pada lomba yang sama di
tingkat kabupaten.
2. Keadaan Awal Hasil Belajar Siswa
Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum, rata-rata nilai mata pelajaran Matematika siswa
kelas V SDN Sokasari 01 pada semester II adalah 47,8. Dari 23 siswa
kelas 5 hanya delapan siswa yang berhasil mencapai KKM 65, dan setelah
diadakan perbaikan hanya ada dua siswa yang berhasil mencapai KKM,
yang berarti hanya sepuluh siswa atau 43,5 % siswa yang mencapai nilai
37
KKM. Kondisi tersebut menjadi indikator rendahnya hasil belajar siswa
kelas V SDN Sokasari 01.
Rendahnya kompetensi siswa tersebut disebabkan karena siswa
kesulitan memahami materi yang disampaikan guru. Berdasarkan hasil
refleksi menunjukkan bahwa pada waktu pembelajaran berlangsung
kurang variasi metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, guru
kurang dapat membangkitkan semangat belajar siswa, pembelajaran
monoton dengan metode ceramah, siswa tidak aktif terlibat.
Dari kajian awal tersebut perlu adanya perbaikan dengan model
pembelajaran yang lebih dapat meningkatkan kompetensi siswa juga
melibatkan siswa secara aktif, kondusif dan meningkatkan motivasi belajar
siswa. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran
Quantum yang dilaksanakan dua siklus.
3. SIKLUS 1
Sesuai dengan gagasan yang dikemukakan, maka peneliti
melaksanakan penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas V SD Negeri
Sokasari 01 Kecamatan Bumijawa dalam dua siklus yang setiap siklus
terdiri atas : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner, lembar
observasi dan hasil tes akhir.
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan
sesuai dengan rancangan dalam proposal PTK, diperoleh hasil sebagai
berikut:
a. Hasil pengamatan terhadap guru dengan mengacu pada lembar
observasi kegiatan guru sebagai berikut:
Pada tahap I (tumbuhkan)
1) Guru sudah cukup memotivasi siswa, namun dalam menyampaikan
tujuan terlalu cepat sehingga kurang dipahami oleh siswa.
2) Guru cukup kreatif dalam apersepsi dan hampir semua siswa
bersemangat mengikuti pembelajaran.
38
Pada tahap II (alami)
1) Dalam memberikan informasi terlalu singkat dan cepat terutama
tentang pengertian keliling, sehingga sebagian siswa kurang
memahami konsep dasar keliling.
2) Guru kurang memanfaatkan alat peraga yang tersedia.
3) Pengoraganisasian kelompok sudah baik, anggota kelompok
merupakan siswa dengan kemampuan yang heterogen diharapkan
dapat mendukung untuk menyampaian informasi kepada sesama
anggota kelompok.
4) Dalam memberikan bimbingan terhadap kelompok cukup merata,
namun kurang dalam bimbingan individu.
Pada tahap III (namai)
1) Guru memberikan penjelasan konsep keliling cukup mendetil
tetapi terlalu cepat, sehingga sebagian siswa masih belum
memahami rumus yang dikemukakan.
2) Dalam membimbing siswa menterjemahkan kalimat paragraph ke
kalimat matematika kurang runtut sehingga kurang dipahami
siswa.
3) Pembimbingan siswa ketika melaporkan hasil kerja kelompok
cukup baik.
Pada tahap IV (demonstrasikan)
Guru cukup baik dalam membimbing siswa menyelesaikan tugas di
depan kelas.
Pada tahap V (ulangi)
Pemberian penguatan sudah baik, tetapi dalam pemberian simpulan
masih belum membekas pada diri siswa karena simpulan hanya
diberikan secara cepat tanpa memperhatikan situasi siswa yang belum
terfokus.
Guru juga sudah melaksanakan pemberian tugas PR.
Pada tahap VI (rayakan)
39
Pada tahap ini semua siswa merasa terkesan dan gembira, sehingga
diharapkan pada pertemuan selanjutnya siswa akan lebih semangat
lagi.
b. Hasil pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran
berlangsung adalah sebagai berikut:
Tahap I (tumbuhkan)
1) Pada pertemuan I ada 2 siswa yang tidak hadir karena sakit.
2) Media pembelajaran sudah baik dan memadai, semua kelompok
membawa media yang dibutuhkan.
3) Siswa cukup antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
Tahap II (alami)
1) Perhatian siswa terhadap pembelajaran secara umum cukup baik,
hanya ada 3 siswa yang sering sibuk sendiri dan tidak
memperhatikan penjelasan guru, namun pada pertemuan II semua
siswa mau memperhatikan penjelasan guru.
2) Pada pertemuan I semua siswa merasa senang dan antusias
mengerjakan tugas dari guru, terutama pada saat melakukan
praktik pengukuran.
3) Sebagian kelompok ada yang didominasi oleh satu atau dua siswa
sementara yang lain sibuk dengan dirinya sendiri, terutama
kelompok putra.
Tahap III (namai)
1) Sebagian siswa masih belum menguasai konsep keliling dan
rumusnya. Siswa yang menguasai konsep hanya 60 %, sedangkan
40 % lainnya masih kebingungan.
2) 55 % siswa mampu mengemukakan gagasan dalam kerja
kelompok, sementara 45 % siswa cenderung diam dan mengikuti
saja apa yang diputuskan oleh teman kelompoknya.
Tahap IV (demonstrasikan)
40
Antusias siswa untuk mendemonstrasikan masih kurang, dikarenakan
kurangnya pemahaman terhadap cara menyelesaikan soal cerita.
Tahap V (ulangi)
Semangat siswa untuk memperdalam penguasaan materi di rumah
masih kurang karena masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal cerita.
Tahap VI (rayakan)
Siswa merasa gembira dan saling memberikan selamat atas
keberhasilan kelompok dan individu dalam menyelesaikan tugas dan
mengakhiri pembelajaran.
c. Hasil pengamatan berdasarkan angket siswa terhadap pembelajaran
Siklus 1 diperoleh 91 % (21 siswa) menyatakan senang terhadap
pembelajaran Quantum, 61 % (14 siswa) menyatakan pembelajaran
Quantum dapat meningkatkan pemahaman, 74 % (17 siswa)
menyatakan dengan pembelajaran Quantum keberanian bertanya lebih
meningkat, 83 % (19 siswa) menyatakan pembelajaran Quantum
menjadikan siswa lebih berani menyampaikan pendapat, 91 % (21
siswa) menyatakan lebih bersemangat belajar dengan pembelajaran
Quantum, 91 % (21 siswa) menyatakan dengan penghargaan dari
teman membuat belajar lebih bersemangat, 83 % (19 siswa)
menyatakan pembelajaran Quantum membuat siswa lebih memahami
materi, 83 % (19 siswa) menyatakan termotivasi dalam belajar dengan
pembelajaran Quantum, 43 % (10 siswa) menyatakan pembelajaran
Quantum membuat siswa lebih berani tampil di depan kelas, dan 87 %
(20 siswa) menyatakan pembelajaran Quantum membuat siswa lebih
menghargai pendapat orang lain.
d. Soal pada pertemuan I bersifat pemahaman konsep. Hasil evaluasi
pada Siklus 1 pertemuan I diperoleh rata-rata nilai 64,3, sedangkan
pada pertemuan II diperoleh rata-rata nilai 62,4. Hasil tersebut belum
41
mencapai indikator keberhasilan hasil yang ditetapkan yaitu 80 %
karena siswa yang tuntas hanya mencapai 56,5 % (13 siswa). Pada
pertemuan I siswa yang belum tuntas rata-rata memiliki kesalahan
pada penerapan rumus keliling persegi dan persegi panjang. Siswa
salah menerapkan rumus, yakni menghitung keliling persegi dengan
menggunakan rumus keliling persegi panjang. Sedangkan pada
pertemuan II kesalahan siswa terdapat pada penyelesaian kalimat
matematika yaitu pada pembagian yang melibatkan satuan panjang
yang berbeda.
e. Kemampuan siswa dalam menterjemah soal cerita dan mengubahnya
ke dalam kalimat matematika sampai dengan siklus I sudah
menunjukkan peningkatan. Hasil yang diperoleh dari kemampuan
mengubah soal cerita ke dalam kalimat matematika menunjukkan nilai
rata-rata pada pertemuan I 77,17, sedangkan pada pertemuan II
diperoleh rata-rata nilai 86,3. Hasil tersebut sudah mencapai indikator
keberhasilan proses yang ditetapkan yaitu 75 % karena siswa yang
tuntas sudah mencapai 87 % (20 siswa).
f. Hasil refleksi
Setelah melaksanakan pembelajaran dan observasi, kemudian diadakan
refleksi atas tindakan yang telah dilakukan pada Siklus 1. Adapun hasil
refleksi sebagai berikut:
a. Guru sudah baik dalam mengelola kelas dan membangkitkan
motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, akan tetapi dalam
menjelaskan materi masih perlu perbaikan agar siswa dapat lebih
memahami materi dan menguasai kompetensi dasar yang
diharapkan. Siswa perlu dirangsang untuk lebih berani mengajukan
maupun menjawab pertanyaan dan maju di depan kelas.
b. Guru perlu lebih memperhatikan siswa yang pasif dan dirangsang
agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran
42
c. Selama proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat aktifitas
siswa dan guru seperti dalam diagram di bawah ini.
Dari diagram di atas dapat dilihat aktifitas siswa masih kurang. Hal ini
dikarenakan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang
digunakan. Pada tahap demonstrasi siswa masih belum memiliki cukup
keberanian untuk mendemonstrasikan di depan kelas.
Sedangkan aktifitas guru dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
Diagram Prosentase Aktifitas Guru Siklus 10.75
0.625
0.75
0.5
0.625 0.625
0%10%20%30%40%50%60%70%80%
T A N D U R
Pe
rse
nta
se
AKTIFITAS
Dari diagram diatas terlihat bahwa guru cukup baik dalam
menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Namun guru kurang dalam
memberikan informasi awal tentang materi sehingga siswa masih
bingung dalam memahami hubungan antara konsep keliling dengan
rumus keliling.
Diagram Prosentase Aktifitas siswa Siklus 1
0.8130.536 0.5 0.375
0.583 0.5
0%
20%
40%
60%
80%
100%
T A N D U R
Pro
sen
tase
Column2
43
Pada tahap demonstrasi guru juga kurang dalam membimbing siswa
untuk mendemonstrasikan di depan kelas sehingga siswa belum
memiliki keberanian untuk tampil di depan kelas.
d. Hasil evaluasi Siklus 1 dapat dilihat pada diagram di bawah ini
0-20
21-3
0
31-4
0
41-5
0
51-6
0
61-7
0
71-8
0
81-9
0
91-1
000
2
4
6
8
10
Jum
lah
Sis
wa
Nilai
Diag ram P erolehan nilai S iklus 1
P ertemuan I
P ertemuan II
R ata-rata nilai
Analisis hasil evaluasi rata-rata nilai Siklus 1
1. Nilai rata-rata kelas : 63.4
2. Jumlah siswa yang tuntas : 13 anak
3. Jumlah siswa yang belum tuntas : 10 anak
4. Persentase ketuntasan : 56.52 %
Berdasarkan diagram dan analisis hasil evaluasi dapat dikatakan bahwa
pembelajaran pada Siklus 1 masih perlu perbaikan dalam
mengaplikasikan model pembelajaran.
g. Simpulan Siklus 1
a. Keaktifan siswa perlu ditingkatkan, terutama siswa yang belum
tuntas agar tingkat partisipasinya lebih meningkat.
b. Guru perlu mengoptimalkan pembelajaran dengan model yang
telah diaplikasikan serta menggunakan strategi dan teknik yang
44
mampu meningkatkan partisipasi siswa sehingga tingkat
penguasaan siswa lebih baik.
c. Siklus 1 belum dapat meningkatkan keterampilan siswa
menyelesaikan soal cerita tentang bangun datar sehingga perlu
diadakan Siklus 2.
4. Siklus 2
Setelah diperoleh hasil refleksi siklus 1, maka diadakan perbaikan pada
perencanaan dan pelaksanaan siklus 2. Dari proses pembelajaran pada
siklus 2 diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Hasil pengamatan terhadap guru dengan mengacu pada lembar
observasi kegiatan guru sebagai berikut:
Pada tahap I (tumbuhkan)
1) Guru sudah baik dalam memotivasi siswa, dan dalam
menyampaikan tujuan sudah dapat dipahami oleh siswa.
2) Guru sangat kreatif dalam apersepsi dan semua siswa
bersemangat mengikuti pembelajaran.
Pada tahap II (alami)
1) Dalam memberikan informasi awal materi dengan baik dan
mudah dipahami oleh siswa.
2) Guru memanfaatkan alat peraga yang tersedia dengan baik.
3) Pengoraganisasian kelompok sudah baik, anggota kelompok
merupakan siswa dengan kemampuan yang heterogen
diharapkan dapat mendukung untuk menyampaian informasi
kepada sesama anggota kelompok.
4) Dalam memberikan bimbingan terhadap kelompok cukup
merata, dan dalam bimbingan individu juga sangat baik
sehingga siswa tidak merasa minder.
Pada tahap III (namai)
1) Guru memberikan penjelasan konsep luas dengan mendetil,
sebagian besar siswa dapat memahami rumus yang
dikemukakan.
45
2) Dalam membimbing siswa menterjemahkan kalimat paragraph
ke kalimat matematika cukup jelas dan runtut sehingga mudah
dipahami siswa.
3) Pembimbingan siswa ketika melaporkan hasil kerja kelompok
cukup baik.
Pada tahap IV (demonstrasikan)
Guru sangat baik dalam membimbing siswa menyelesaikan
tugas di depan kelas.
Pada tahap V (ulangi)
Pemberian penguatan sudah baik dan dalam pemberian
simpulan cukup membekas pada diri siswa karena simpulan
yang diberikan cukup jelas dan sudah memperhatikan situasi
siswa yang sudah terfokus.
Pada tahap VI (rayakan)
Pada tahap ini semua siswa merasa lebih terkesan dan gembira.
b. Hasil pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran
berlangsung adalah sebagai berikut:
Tahap I (tumbuhkan)
1) Semua siswa hadir pada pertemuan 1 dan 2.
2) Media pembelajaran sudah baik dan memadai, semua
kelompok membawa media yang dibutuhkan.
3) Siswa sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
Tahap II (alami)
1) Perhatian siswa terhadap pembelajaran sangat baik, baik pada
pertemuan I maupun II semua siswa mau memperhatikan
penjelasan guru.
2) Pada pertemuan I semua siswa merasa senang dan antusias
mengerjakan tugas dari guru, terutama pada saat melakukan
demonstrasi di depan kelas..
46
3) Semua kelompok tidak ada yang didominasi oleh satu atau dua
siswa sementara yang lain sibuk dengan dirinya sendiri, semua
anggota kelompok aktif dalam kerja kelompok.
Tahap III (namai)
1) Sebagian besar siswa sudah dapat menguasai konsep luas dan
rumusnya. Siswa yang menguasai konsep 91 %, sedangkan 9 %
lainnya masih belum memahami.
2) Keberanian siswa mengemukakan gagasan dalam kerja
kelompok meningkat tajam.
Tahap IV (demonstrasikan)
Antusias siswa untuk mendemonstrasikan sangat baik,
dikarenakan sudah memahami terhadap cara menyelesaikan
soal cerita.
Tahap V (ulangi)
Semangat siswa untuk memperdalam penguasaan materi di
rumah sangat tinggi karena sedikit yang mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal cerita.
Tahap VI (rayakan)
Siswa merasa gembira dan saling memberikan selamat atas
keberhasilan kelompok dan individu dalam menyelesaikan
tugas dan mengakhiri pembelajaran.
c. Hasil pengamatan berdasarkan angket siswa terhadap pembelajaran
Siklus II diperoleh 100 % (23 siswa) menyatakan senang terhadap
pembelajaran Quantum, 100 % (23 siswa) menyatakan
pembelajaran Quantum dapat meningkatkan pemahaman, 87 % (20
siswa) menyatakan dengan pembelajaran Quantum keberanian
bertanya lebih meningkat, 91 % (21 siswa) menyatakan
pembelajaran Quantum menjadikan siswa lebih berani
menyampaikan pendapat, 91 % (21 siswa) menyatakan lebih
bersemangat belajar dengan pembelajaran Quantum, 91 % (21
47
siswa) menyatakan dengan penghargaan dari teman membuat
belajar lebih bersemangat, 87 % (20 siswa) menyatakan
pembelajaran Quantum membuat siswa lebih memahami materi, 96
% (22 siswa) menyatakan termotivasi dalam belajar dengan
pembelajaran Quantum, 96 % (22 siswa) menyatakan pembelajaran
Quantum membuat siswa lebih berani tampil di depan kelas, dan
87 % (20 siswa) menyatakan pembelajaran Quantum membuat
siswa lebih menghargai pendapat orang lain.
d. Soal evaluasi pada siklus 2 berkaitan dengan luas bangun datar.
Hasil evaluasi pada Siklus 2 pertemuan I diperoleh rata-rata nilai
77,4, sedangkan pada pertemuan II diperoleh rata-rata nilai 85,43.
Hasil tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan hasil yang
ditetapkan yaitu persentase ketuntasan 80 % karena siswa yang
tuntas sudah mencapai 87 % (20 siswa). Pada pertemuan I siswa
yang belum tuntas rata-rata memiliki kesalahan pada operasi hitung
perkalian untuk mencari luas persegi dan persegi panjang.
Sedangkan pada pertemuan II kesalahan siswa terdapat pada
penyelesaian kalimat matematika yaitu pada perkalian.
e. Kemampuan siswa dalam menterjemah soal cerita dan
mengubahnya ke dalam kalimat matematika sampai dengan siklus
2 sudah meningkat. Hasil yang diperoleh dari kemampuan
mengubah soal cerita ke dalam kalimat matematika menunjukkan
nilai rata-rata pada pertemuan I 81,3, sedangkan pada pertemuan II
diperoleh rata-rata nilai 85,7. Hasil tersebut sudah mencapai
indikator keberhasilan proses yang ditetapkan yaitu 75 % karena
siswa yang tuntas sudah mencapai 93,1 % (21 siswa).
f. Hasil refleksi
48
Setelah melaksanakan pembelajaran dan observasi,
kemudian diadakan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan
pada Siklus 2. Adapun hasil refleksi sebagai berikut:
1) Kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan rencana, aktifitas
siswa >85 % dalam kerja kelompok meningkat dan sesuai
harapan.
2) Guru sudah baik dalam mengelola kelas dan membangkitkan
motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, sehinga siswa
lebih bersemangat mengikuti pembelajaran.
3) Perhatian guru terhadap siswa yang pasif cukup baik, sehingga
keaktifan siswa lebih meningkat.
4) Kemampuan siswa mengerjakan evaluasi lebih meningkat.
Keterampilan siswa menterjemah soal paragraf dan mengubah
ke dalam kalimat matematika sudah meningkat.
5) Keberanian siswa tampil di depan kelas sudah meningkat
>80%.
6) Selama proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat aktifitas
siswa dan guru seperti dalam diagram di bawah ini.
DIAG R AM AK T IF IT AS S IS WA S IK L US 2
80%85%90%95%
100%105%
T A N D U R
PR
OS
EN
TA
SE
AK T IF IT AS
Dari diagram di atas dapat dilihat aktifitas siswa sangat
baik. Hal ini karena siswa mulai terbiasa dengan model
pembelajaran yang digunakan. Pada tahap demonstrasi siswa
49
sebagian besar siswa memiliki cukup keberanian untuk
mendemonstrasikan di depan kelas.
Sedangkan aktifitas guru dapat dilihat pada diagram dibawah
ini.
DIAG R AM AK T IF IT AS G UR U S IK L US 2
0.920.94
0.88 0.88
1 1
82%84%86%88%90%92%94%96%98%
100%102%
T A N D U R
PR
OS
EN
TA
SE
AK T IF IT AS
Dari diagram diatas terlihat bahwa guru sangat baik
dalam menumbuhkan minat siswa untuk belajar. guru dalam
memberikan informasi awal tentang materi sehingga siswa
sangat jelas sehingga siswa cukup menguasai dalam memahami
hubungan antara konsep luas dengan rumus luas.
Pada tahap demonstrasi guru juga baik dalam
membimbing siswa untuk mendemonstrasikan di depan kelas
sehingga siswa memiliki keberanian untuk tampil di depan
kelas.
Guru juga sangat baik memberikan kesimpulan dengan
melibatkan siswa, sehingga konsep yang dipelajari dapat
membekas pada diri siswa. Selain itu guru juga mampu
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar lebih giat serta
mampu menutup pelajaran dengan kegembiraan.
7) Hasil evaluasi Siklus 2 dapat dilihat pada diagram di bawah ini
50
0-20
21-3
031
-40
41-5
051
-60
61-7
0
71-8
0
81-9
0
91-1
00
02468
1012
Jum
lah
S
isw
a
Nilai
Diag ram P erolehan nilai S iklus 2
P ertemuan I
P ertemuan II
R ata-rata nilai
Analisis hasil evaluasi rata-rata nilai Siklus 1
1) Nilai rata-rata kelas : 81.4
2) Jumlah siswa yang tuntas : 20 anak
3) Jumlah siswa yang belum tuntas : 3 anak
4) Persentase ketuntasan : 87 %
g. Simpulan Siklus 2
Berdasarkan diagram dan analisis hasil evaluasi dapat disimpulkan
bahwa :
1) Aktifitas siswa cukup meningkat tajam, pemahaman siswa
terhadap materi cukup baik yakni > 80% siswa mampu
memahami materi pembelajaran.
2) Siswa yang belum tuntas hanya 13%.
3) Pada Siklus 2 hasil evaluasi belajar siswa sudah meningkat
dangan baik, nilai rata-rata yang diperoleh adalah 81,4.
Sedangkan indikator keberhasilan hasil 80% sudah tercapai
sebab ketuntasan belajar klasikal mencapai 87% hasil evaluasi
siswa mencapai ketuntasan minimum. hasil yang diharapkan
dalam mengaplikasikan model pembelajaran Quantum.
4) Model Pembelajaran Quantum dengan menggunakan terapan
dapat Meningkatkan Keterampilan Menyelesaikan Soal Cerita
51
Tentang Bangun Datar pada siswa kelas 5 SDN Sokasari 01
Kec. Bumijawa Keb. Tegal.
B. Pembahasan
Uraian tentang pembahasan disini didasarkan atas hasil pengamatan
selama proses penelitian pada siklus I dan II, yang selanjutnya diteruskan
dengan kegiatan refleksi pada setiap siklus. Guru menerapkan model
pembelajaran Quantum dalam materi soal cerita tentang bangun datar.
Pada siklus I pertemuan 1, guru mengawali pembelajaran dengan
mengajak siswa bernyanyi untuk membangkitkan semangat belajar siswa.
Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dengan menanamkan
konsep keliling. Siswa dengan berkelompok mengerjakan LKS dan
memanipulasi beberapa bentuk persegi dan persegi panjang dengan berbagai
ukuran. Setiap kelompok diberikan 5 buah bangun datar yang harus diukur
kelilingnya. Pertama menggunakan benang yang ditempelkan di sepanjang
tepi bangun datar tersebut kemudian benang diukur panjangnya. Masih
bangun yang sama, siswa mengukur panjang sisi bangun tersebut dan
selanjutnya diukur kelilingnya dengan menerapkan konsep yang sudah
diberikan guru. Hal itu untuk membuktikan bahwa konsep tersebut terbukti
kebenarannya.
Pada pertemuan 2 siswa diajak keluar kelas guna mengukur bentuk
persegi panjang pada ukuran sebenarnya yaitu teras kelas menggunakan
meteran rol untuk menari kelilingnya. Guru membimbing setiap kelompok
yang mengalami kesulitan serta memberi motivasi. Setelah melaksanakan
pengukuran setiap kelompok mendiskusikan hubungan antara konsep dengan
penerapannya. Perwakilan kelompok mempresentasikan didepan kelas.
Melalui Tanya jawab guru brsama siswa merangkum materi pelajaran.
Kekurangan pada siklus I adalah masih ada siswa yang belum berpartisipasi
dalam kerja kelompok, masih ada kelompok yang kurang percaya diri dalam
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan siswa yang belum tuntas ada
10 siswa. Kebanyakan ketidaktuntasan siswa terjadi karena belum menguasai
52
teknik perkalian dengan baik. Kelebihan dari siklus I adalah siswa cukup
antusias mengikuti pembelajaran terutama ketika di luar kelas. Hasil belajar
siswa rata-rata kelas 63,4 dengan persentase ketuntasan 56,5 % dan keaktifan
siswa rata-rata 69 %.
Kesimpulan sikus I belum berhasil, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Masih ada siswa yang belum mau berpartisipasi pada saat kerja kelompok.
2. Sebagian siswa kurang mampu dalam operasi perkalian dan pembagian ,
sehingga memperlambat pengerjaan soal evaluasi .
3. Tingkat pemahaman siswa terhadap bahasa soal cerita masih kurang.
4. Siswa masih belum menunjukkan adanya keberanian tampil di depan
kelas.
Langkah-langkah yang diambil untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut yaitu;
1. Meningkatkan teknik bimbingan kelompok maupun idividu yaitu dengan
pendekatan personal, terutama bagi siswa yang belum tuntas sehingga
mampu menguasai operasi perkalian dan pembagian.
2. Memperjelas penyampaian konsep dengan sedetil mungkin untuk lebih
mengoptimalkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep yang
diajarkan.
Pada siklus II pertemuan 1, guru mengawali pembelajaran dengan
mengajak siswa bernyanyi bersama, sehingga suasana kelas terasa lebih fresh.
Guru memberikan LKS kepada tiap kelompok dan beberapa media yaitu
bangun datar untuk dihitung jumlah persegi satuan yang dapat menutupi
permukaan bangun tersebut. Siswa mendiskusikan hasil pengukuran dengan
bantuan dan bimbingan guru sehingga siswa menemukan rumus luas bangun
datar. Selanjutnya perwakilan kelompok mempresentasikan di depan kelas.
Pada pertemuan 2, guru menyiapkan beberapa jarring-jaring kubus dan balok
untuk dihitung luasnya. Guru memberikan penjelasan tentang konsep jarring-
jaring kubus dan balok dan kaitannya dengan luas permukaan kubus dan
53
balok. Guru membimbing setiap kelompok dalam menemukan rumus luas
permukaan kubus dan balok.
Pada siklus II tidak ditemui kekurangan karena pembelajaran sudah
sesuai dengan rencana. Nilai rata-rata siklus II diperoleh 81,4 dengan
persentase ketuntasan 87 % dan keaktifan rata-rata 91,3 %. Hasil tersebut telah
melebihi dari indikator keberhasilan yang ditetapkan. Hasil siklus I dan II
sudah menunjukkan peningkatan pengetahuandan keterampilan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita tentang bangun datar.
Analisis seluruh kegiatan selama penelitian tindakan kelas dapat
terlihat dari diagram berikut ini :
Diagram 7
0
20
40
60
80
100
Nilai
Siklus I Siklus II
Diagram Nilai rata-rata tiap siklus
Nilai
Diagram 8
0
20
40
60
80
100
PROSENTASE
T A N D U R
DIAGRAM AKTIFITAS SISWA
SIKLUS I
SIKLUS II
54
Diagram 9
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pro
se
nta
se
e
T A N D U R
Diagram Aktifitas guru
SIKLUS I
SIKLUS II
Diagram 10
0
20
40
60
80
100
Siklus I Siklus II
Diagram Prosentase Ketuntasan
Tidak Tuntas
Tuntas
Dari diagram diatas dapat dilihat peningkatan yang dicapai selama
penelitian tindakan kelas, baik dari rata-rata nilai, aktifitas siswa, aktifitas
guru maupun ketuntasan belajar siswa.
55
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan dala
BAB IV penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas V
SDN Sokasari 01 Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal dapat
disimpulkan bahwa ;
1. Penerapan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan
keterampilan menyelesaikan soal cerita tentang bangun datar. Hal ini
ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata kelas sikus I 63,4 dengan
persentase ketuntasan 56,5 %. Dan nilai rata-rata kelas siklus II 81,4
dengan persentase ketuntasan 87 %.
2. Pembelajaran Quantum dengan menggunakan media nyata dapat
meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita tentang bangun
datar
3. Keaktifan siswa pada tahap tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan,
ulangi dan rayakan dapat dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari
persentase rata-rata keaktifan siswa pada siklus I 69 %.dan siklus II
91,3 %.
4. Hambatan dalam menerapkan model pembelajaran Quantum untuk
materi soal cerita tentang bangun datar pada siswa kelas V SDN
Sokasari 01 adalah kemampuan prasyarat belum 100 % dimiliki siswa,
yakni perkalian dasar dan pembagian.
B. Saran
Peneliti setelah melakukan penelitian tindakan kelas pada siswa
kelas V SDN Sokasari tahun pelajaran 2009/2010 mengenai meningkatkan
keterampilan menyelesaikan soal cerita tentang bangun datar melalui
model pembelajaran Quantum akan menyampaikan rekomendasi atau
saran sebagai berikut :
56
1. Hendaknya guru menerapkan model pembalajaran Quantum untuk
materi soal cerita tentang bangun datar, sebab dengan model
pembelajaran Quantum dapat menumbuhkan minat siswa untuk
belajar, mengalami sendiri, dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-
hari.
2. Selama proses pembelajaran siswa hendaknya dilibatkan langsung,
sehingga dapat memiliki pengalaman langsung yang akan membekas
di hati siswa.
3. Dalam pembelajaran Quantum guru hendaknya memberikan motivasi
dan penguatan positif misalnya “kamu pintar”, “kamu hebat”. “kamu
pasti bisa”. “coba sekali lagi”.
4. Guru hendaknya memberikan rangsangan kepada siswa terutama
mereka yang kurang berpartisipasi agar lebih aktif dalam pembelajaran
matematika.
57
DAFTAR PUSTAKA
Akbar Sutawidjaja, dkk. 1992/1993. Pendidikan Matematika 3. Jakarta.
Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan
Andrian Nur Cahyono, (2005). Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui
Pembelajaran Quantum Bidang Studi IPA Kelas III Di SD Negeri
Gunungsari 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. Tersedia
pada.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH9ce
c/a495816a.dir/doc.pdf. Diakses pada tanggal 9 Januari 2010.
Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Catharina Tri Anni dkk, 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : dikti
Deporter, Bobbi, Reardon Mark, Singer Naurie Sarah, 2000.
QuantumTeaching. Bandung: Kaifa
Djamarah, Syaiful, Bahri. 2002. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta
Dimyati, Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti
Depdikbut.
Hudojo, Herman, 1979. Pengembangan kurikulum Matematika. Surabaya :
Usaha Nasional
Hudojo, H. 2003, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika Jurusan FMIPA. Universitas Negeri Malang
Markhamah Siti, (2007) Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui
Model Pembelajaran Quantum Pada Pokok Bahasan Lingkaran Siswa
Kelas VIII A Semester II SMP Negeri 15 Semarang Tahun Pelajaran
2006/2007. Tersedia pada
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH9cec/a4958
16a.dir/doc.pdf. Diakses pada tanggal 9 Januari 2010.
Nasution, 2003. Berbagai pendekatan dalam Proses belajar dan mengajar.
Jakarta : Bumi Aksara